Berpikir kritis telah diterima sebagai salah satu pendekatan tertua dan sangat terkenal untuk kecakapan-kecakapan kecerdasan (Begg, 1987 ; Donald, 1985) dalam (Fisher, 2002). Definisi berpikir kritis telah disampaikan dengan berbagai macam bentuk dan cara, Beyer (Fisher, 2002) menawarkan definisi yang paling sederhana : “berpikir kritis berarti membuat penilaian-penilaian yang masuk akal.” Menurut Beyer, berpikir kritis adalah sebuah cara berpikir disiplin yang digunakan seseorang untuk mengevaluasi validitas seperti pernyataan, ide, argument, penelitian, dsb. Definisi berpikir kritis ini juga sebelumnya pernah disampaikan oleh Chance dan Mertes. Menurut mereka, berpikir kritis adalah Kemampuan untuk menganalisis fakta, mencetuskan dan menata gagasan, mempertahankan pendapat, membuat perbandingan, menarik kesimpulan, mengevaluasi argumen dan memecahkan masalah. Mertes menambahkan, berpikir kritis yaitu sebuah proses yang sadar dan sengaja yang digunakan untuk menafsirkan dan mengevaluasi informasi dan pengalaman dengan sejumlah sikap reflektif dan kemampuan yang memandu keyakinan dan tindakan (Fisher, 2002) Mengkritisi, dalam teori kritis, adalah proses mengisi dan memperkaya teori sebelumnya. Mengkritisi bukanlah berarti menilai teori atau perspektif sebelumnya salah. Keunikan dari teori kritis ini adalah bahwa selain kritik-kritik para tokohnya bisa saling melengkapi satu sama lain, namun juga bisa saling mengkritik dan menjatuhkan antar sesama tokoh teori kritis itu sendiri. Teori kritis dapat dianggap sebagai teori pengembangan dari pemikiran Marxisme (Karl Marx) Teori kritis merupakan teori adopsi yang disisipi dimensi Hubungan Internasional (Fisher, 2002) Teori kritis mulanya berkembang dari suatu kelompok pemikiran yang berbeda pada abad ke-20 yang berasal dari kota Frankfurt, Jerman yang dikenal dengan Mazhab Frankfurt. Teori kritis berakar pada pemikiran yang sering mengarah kembali pada masa pencerahan dan berkaitan dengan tulisan Kant, Hegel dan Marx (Burchill dan Linklater 1996) Teori kritis dapat dikatakan adalah teori yang muncul terakhir dibandingkan dengan teoriteori lainnya. Teori kritis muncul untuk mengkritisi teoriteori tradisional yang lahir sebelum teori ini seperti Positivisme dan Marxisme. Teori kritis digunakan sebagai lambang filsafat yang mempertanyakan tatanan modernitas sosial dan politik yang berlaku melalui kritik yang tidak ada habisnya (Fisher, 2002) Asumsi-asumsi dasar teori kritis diantaranya adalah bahwa Ilmu Hubungan Internasional harus diorientasikan kepada pemikiran emansipasi. Pemikiran emansipatoris disini berarti adalah pembebasan dari pemikiran yang dibelenggu oleh ajaran-ajaran, pemikiran-pemikiran lain yang tidak boleh didobrak (Fisher, 2002). Pendobrakan yang diyakini oleh teori kritis ini membawa suatu babak baru bagi Ilmu Hubungan Internasional dimana teori kritis membuat cakupan Hubungan Internasional meluas. Teori kritis mengakomodasi disiplin-disiplin ilmu lain untuk menjelaskan fenomena-fenomena yang tidak dapat dijelaskan oleh Ilmu Hubungan Internasional. Hal ini yang membuat hubungan internasional menjadi suatu aktivitas dan ilmu dengan aspek-aspek yang berbeda dengan sebelumnya. Ilmu Hubungan Internasional menjadi ilmu yang interdisipliner. Teori kritis adalah teori yang yang berangkat dari aspek ideasional dan non-material karena ia menjunjung nilai dan norma dalam pendekatannya terhadap suatu fenomena. Teori kritis bersifat self-reflective yang berarti bahwa teori ini selalu ingin memperbaiki diri. Teori kritis adalah teori yang abstrak karena mengandung filosofi yang terlalu tinggi hingga tidak bisa dikuantifikasikan. Dari penjelasan tersebut, dapat dikatakan bahwa teori kritis memiliki landasan filosofis yang tinggi. Munculnya teori ini menjadi masa pencerahan dalam Ilmu Hubungan Internasional karena teori ini merupakan titik awal penggunaan filsafat di Ilmu Hubungan Internasional dan pembuka pintu masuk ke teori-teori moderen lainnya.