analisis type-type aliran air dalam pipa horizontal

advertisement
ISSN : 1858-330X
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA
MELALUI PENDEKATAN DISCOVERY UNTUK MENINGKATKAN
KETERAMPILAN PROSES SAINS
Lansio, M. Said., Subaer1, Nurhayati1
Jurusan Fisika Universitas Negeri Makassar
1
Abstrak
Penelitian ini termasuk penelitian pengembangan (research development), dimana produk yang
diinginkan adalah perangkat pembelajaran yang valid, praktis dan efektif. Produk tersebut terdiri atas
empat komponen, yaitu: (1) silabus, (2) rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), (3) buku siswa dan
(4) lembar kegiatan siswa (LKS). Pengembangan model perangkat yang digunakan mengacu pada
model Kemp, yang terdiri atas beberapa tahap, yaitu: (1) problem pembelajaran, (2) karakteristik siswa,
(3) analisis tugas, (4) merumuskan tujuan pembelajaran, (5) menyusun urutan materi, (6) strategi
pembelajaran, (7) penyampaian pembelajaran, (8) penyusunan instrumen evaluasi, (9) pemilihan media
atau sumber pembelajaran, (10) pelayanan pendukung, (11) evaluasi formatif dan sumatif dan (12)
revisi. Sedangkan ditinjau dari metode yang digunakan, penelitian ini menggunakan pendekatan
discovery dengan menggunakan metode eksperimen dan simulasi, untuk melihat ada peningkatan
keterampilan proses sains siswa dalam pokok bahasan fluida statis setelah dikembangkan model
perangkat pembelajaran yang digunakan.
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Sungguminasa kelas XIIPA. Analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistik deskriptif dan analisis pengembangan.
Berdasarkan hasil validasi dan uji coba di lapangan maka dihasilkan suatu pengembangan model
perangkat pembelajaran melalui pendekatan discovery yang valid, praktis dan efektif. Sedangkan statistik
deskriptif digunakan untuk menganalisis mendeskripsikan hasil keterampilan proses sains siswa.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) semua komponen perangkat pembelajaran
(silabus, BS, LKS, dan RPP) memenuhi kriteria kevalidan, (2) hasil ketercapaian keberhasilan
keterampilan proses sains siswa lebih besar secara signifikan baik dengan menggunakan metode
eksperimen maupun metode simulasi dan (3) respon siswa terhadap perangkat pembelajaran fisika
melalui pendekatan discovery berdasarkan hasil angket respon siswa diperoleh bahwa terdapat 94,28%
siswa yang memberi respon positif terhadap proses pembelajaran, 88,57% siswa yang memberi respon
positif pada buku siswa dan 91,43% siswa yang memberi respon positif terhadap LKS. Dengan demikian
menurut kriteria ini pada uji coba siswa merespon positif pembelajaran.
Dari hasil penelitian tersebut dapat dikatakan bahwa keterampilan proses sains siswa dapat
ditingkatkan secara signifikan melalui pendekatan discovery dengan menggunakan metode ekperimen
dan simulasi. Model perangkat pembelajaran fisika melalui pendekatan discovery terdiri dari beberapa
fase atau langkah-langkah pembelajaran yaitu tahap eksplorasi, fase pengenalan konsep dan fase
aplikasi konsep. Kegiatan pembelajarannya berdasarkan pada masalah kemudian siswa melakukan
penyelidikan atau percobaan sampai menemukan konsep atau prinsip yang telah ditetapkan dan
memberikan kesempatan siswa mengemukakan gagasannya dan menemukan pola keteraturan pada
fenomena yang diselidiki,.dengan bantuan minimal dari guru, akhirnya siswa dapat sampai pada
pemahaman konsep dan aplikasi konsep.
KATA KUNCI: discovery, keterampilan proses, metode eksperimen, pengembangan perangkat, simulasi.
I.
PENDAHULUAN
Berbagai
kualitas
upaya
pembelajaran
penelitian tentang kesulitan dan kesalahan siswa
untuk
fisika
meningkatkan
telah
banyak
dilakukan, baik oleh pemerintah maupun oleh
berbagai
pihak
yang
peduli
terhadap
pembelajaran fisika sekolah. Berbagai upaya
tersebut antara lain dalam bentuk: (1) penataran
guru,
(3)
(2)
kualifikasi
pembaharuan
pendidikan
kurikulum,
(4)
guru,
penerapan
model atau metode pembelajaran baru, (5)
dalam belajar fisika. Namun berbagai upaya
tersebut belum mencapai hasil yang optimal,
karena berbagai kendala di lapangan. Akibatnya,
sampai saat ini kualitas pembelajaran fisika di
Indonesia masih rendah.
Beberapa
sekolah
juga
memiliki
permasalahan klasik yang pada umumnya sama
dengan permasalahan yang telah dipaparkan di
atas. Melalui pengamatan langsung di sekolah
JSPF Vol. 8, Januari 2009 | 13
ISSN : 1858-330X
SMA Negeri 1 Sunggunimasa Kab. Gowa, yang
pemahaman dan penguasaan siswa terhadap
dilakukan oleh guru sebagai peneliti tampak
pokok bahasan tersebut, karena pembelajaran
adanya masalah dalam pembelajaran materi.
fisika dengan pendekatan discovery memberikan
Fasilitas yang ada di beberapa sekolah seperti
kesempatan kepada siswa untuk menemukan
laboratorium yang lengkap, tidak dioptimalkan
kembali
sebagaimana mestinya. Peralatan laboratorium
fisika, sehingga siswa memiliki pemahaman yang
tidak
baik tentang konsep-konsep fisika tersebut.
terawat,
kemasan
rusak
pabrik
bahkan
masih
menunjukkan
bahwa
dalam
tidak
adanya aktivitas yang dilakukan.
Keterampilan
proses
Dengan
dan
merekonstruksi
demikian,
konsep-konsep
pembelajaran
discovery
diharapkan memberikan kontribusi yang besar
sains
dalam
bagi pemahaman siswa.
pembelajaran fisika adalah salah satu pilihan
Faktor
penting
yang
turut
menunjang
yang tepat, apalagi dipadukan dengan suatu
pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan
perangkat pembelajaran yang mengacu kepada
discovery adalah perangkat yang sesuai dengan
kemampuan siswa untuk menemukan sendiri
pendekatan tersebut. Di sisi lain pembelajaran
untuk menyelesaikan masalah yang diberikan.
discovery merupakan pendekatan pembelajaran
Dengan memanfaatkan KIT IPA yang tersedia,
yang umumnya masih relatif baru di sekolah
siswa dapat berhadapan langsung dengan alat-
sehingga perangkat pembelajaran yang dapat
alat IPA. Peneliti memandang bahwa dengan
mendukung pelaksanaannya di kelas masih
keberadaan KIT IPA di sekolah dapat memicu
sangat terbatas. Hal ini mendorong peneliti untuk
minat belajar dan dapat meningkatkan hasil
mengembangkan
belajar fisika.
dengan
Melalui penggunaan KIT IPA secara optimal,
alat tersebut dipandang cukup afektif dan efisien
perangkat
pendekatan
discovery
pembelajaran
untuk
pokok
bahasan Fluida Statis di Kelas XI SMA Negeri 1
Sungguminasa Kabupaten Gowa.
dalam rangka mengantarkan peserta didik untuk
Pengembangan
pembelajaran
pada gilirannya akan meningkatkan hasil belajar
diharapkan membawa perubahan yang berarti
fisika. Berdasarkan data-data yang diperoleh dari
guna peningkatan keterampilan proses sains.
lapangan, penyebab rendahnya kualitas kegiatan
Kegiatan belajar dan mengajar merupakan hal
belajar
yang paling pokok dari keseluruhan proses.
motivasi
siswa
adalah
berimplikasi terhadap kurangnya keterampilan
sehingga dituntut menciptakan hubungan timbal
proses
balik
menunjukkan
siswa.
betapa
Hal
di
atas
antara
guru,
siswa
dan
masyarakat
pentingnya
sekitarnya. Dengan menggunakan metode yang
kesiapan, kemampuan dan motivasi seorang
sesuai, siswa lebih diharapkan dapat mencapai
guru dalam proses belajar mengajar. Untuk itu
tujuan belajar. Oleh karena itu, seorang guru
guru
hendaknya
haruslah
bahwa
fisika
peneliti
Peran utama guru adalah pengelola pengajaran,
dimiliki
belajar
kurangnya
oleh
yang
yang
dalam
karena
dirancang
perangkat
menyerap materi pelajaran dengan mudah, yang
mengajar
yang
model
menguasai
berbagai
model
menggunakan
mengajar
kegiatan belajar mengajar.
bidang studi khususnya topik yang diajarkan.
itu,
dengan
sesuai
dengan
metode
pembelajaran sebagai metode mengajar dalam
Untuk
yang
beberapa
karakteristik
menerapkan
Dalam penelitian ini akan digunakan dua
pendekatan discovery dalam pembelajaran fisika
metode yang berbeda yaitu metode eksperimen
di sekolah, diharapkan dapat meningkatkan
dan metode simulasi. Metode ini dipilih karena
JSPF Vol. 8, Januari 2009 | 14
ISSN : 1858-330X
sangat cocok digunakan oleh siswa sebagai
Fungsi model pembelajaran adalah sebagai
metode penemuan untuk memahami konsep-
pedoman bagi perancang pengajaran dan para
konsep yang ada. Disamping itu keterbatasan
guru
jumlah alat yang dipersiapkan di laboratorium
Pemilihan
sekolah kurang cukup untuk menerapkan metode
dipengaruhi oleh sifat dari materi yang akan
eksperimen saja disamping tidak semua materi
diajarkan, tujuan yang akan dicapai dalam
dapat dieksperimenkan dengan mudah, tetapi
pembelajaran tersebut, serta tingkat kemampuan
ada juga materi-materi tertentu yang dapat
peserta didik.
diajarkan menggunakan kedua metode tersebut.
Berdasarkan
hal
tersebut
diatas,
dalam
melaksanakan
model
Dalam
pembelajaran.
pembelajaran
pengembangan
pembelajaran
dikenal
sangat
perangkat
beberapa
model
dirumuskan masalah:
pengembangan perangkat pembelajaran, yaitu:
1. Bagaimana model perangkat pembelajaran
Model Kemp, Model Prosedur Pengembangan
fisika melalui pendekatan discovery dengan
Sistem Instruksional (PPSI), Model Dick-Carey,
menggunakan
Model Four-D, Model Thiagarajan, Semmel dan
metode
eksperimen
dan
metode simulasi (permainan)?.
Semmel (Trianto, 2007:53). Dalam penelitian ini
2. Apakah ada peningkatan keterampilan proses
peneliti menggunakan model pengembangan
sains yang signifikan dengan menerapkan
perangkat model Kemp. Pengembangan sistem
model perangkat pembelajaran fisika melalui
pembelajaran
pendekatan discovery dengan menggunakan
bimbingan
metode eksperimen dan metode simulasi
berfikir tentang masalah-masalah umum dan
(permainan)?.
tujuan-tujuan
3. Apa
kelebihan
kekurangan
kepada
Kemp
para
memberikan
pemakainya
pengajaran.
Menurut
untuk
Trianto
model
(2008:86), unsur-unsur pengembangan pembela-
melalui
jaran menurut Kemp terdiri atas: (1) problem
pendekatan discovery dengan menggunakan
pembelajaran, (2) karakteristik siswa, (3) Analisis
metode eksperimen dan metode simulasi
tugas, (4) merumuskan tujuan pembelajaran, (5)
(permainan)?.
menyusun
perangkat
dan
model
pembelajaran
fisika
urutan
materi,
(6)
strategi
pembelajaran, (7) Penyampaian pembelajaran,
II. LANDASAN TEORI
(8) penyusunan instrumen evaluasi, (9) pemilihan
Menurut Joice dan Weil (dalam Trianto,
media atau sumber pembelajaran,(10) pelayanan
2007:1) menyatakan bahwa: ”Models of teaching
pendukung, (11) evaluasi formatif dan evaluasi
are really models of learning. As we help student
sumatif dan (12) revisi.
acquire information, ideas, skills, value, ways of
Perangkat
pembelajaran
yang
akan
thinking and means of expression themselves,
divalidasi dalam pengembangan ini adalah:
we are also teaching them how to learn.” Hal ini
silabus,
berarti
adalah
keterampilan proses sains dan instrumen tes
yang
tradisional proses dan instrumen pendukung
dapat membantu siswa untuk mendapatkan atau
lainnya seperti angket respon siswa, lembar
memperoleh informasi, ide, ketrampilan, cara
pengamatan pengelolaan pembelajaran, lembar
berpikir,
dan
mereka
pengamatan pembelajaran keterampilan proses
sendiri.
Selain
mengajarkan
sains, dan lembar pengamatan keterlaksanaan
bahwa
sesungguhnya
model
belajar
merupakan
mengekspresikan
itu
kita
bagaimana mereka belajar.
juga
model
diri
RPP,
BS,
LKS,
instrumen
tes
perangkat pembelajaran
JSPF Vol. 8, Januari 2009 | 15
ISSN : 1858-330X
a. Keterampilan Proses Sains
Untuk
Keterampilan-keterampilan proses sains
proses
mengelola
diatas,
semua
maka
keterampilan
dibutuhkan
suatu
adalah keterampilan-keterampilan yang dipelajari
keterampilan mengelola kelas yang berhubungan
siswa pada saat mereka melakukan discovery
dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi
ilmiah. Pada saat mereka terlibat aktif dalam
belajar yang optimal, misalnya menunjukkan
penyelidikan
menggunakan
sikap tanggap, membagi perhatian, memberikan
berbagai macam keterampilan proses, bukan
pertanyaan, memusatkan perhatian kelompok,
hanya satu metode ilmiah tunggal. Keterampilan-
menuntut tanggung jawab, member petunjuk-
keterampilan
petunjuk yang jalas dan sebagainya (Prabowo,
ilmiah,
mereka
proses
bersama-sama
sains
dengan
dikembangkan
fakta-fakta,
konsep-
konsep, dan prinsip-prinsip sains. Menurut Nur
(dalam
Khaeruddin
proses
pengamatan
(observasi),
b. Pendekatan Discovery
Sujiono,
2005:34)
Pendekatan discovery adalah pendekatan
tersebut
adalah
mengajar yang memerlukan proses mental untuk
dan
keterampilan
2003:42).
pengklasifi-kasian,
menemukan
konsep
atau
Dengan
penginferensian, peramalan, pengkomu-nikasian,
demikian,
pengukuran,
memungkinkan siswa melakukan proses mental
penggunaan
bilangan,
rancangan
prinsip.
pembelajaran
penginterpretasian data, melakukan ekspe-rimen,
seperti
pengontrolan variabel, perumusan hipotesis, dan
mengukur,
megumpulkan
pendefenisian secara operasional.
membuat
dugaan,
Untuk mengajarkan keterampilan proses
itu kepada siswa, perlu siswa itu benar-benar
melakukan
pengamatan,
pemanipulasian
variabel
dan
itu
pendekatan
ini
mengolong-golongkan,
hasil
pengamatan,
memerikan,
membuat
kesimpulan dan sebagainya.
Penerapannya dalam pembelajaran, guru
pengukuran,
memberikan informasi yang dipertanyakan dan
sebagainya.
selalu
Ringkasnya, ia bertindak sebagai ilmuwan. Oleh
karena
mengamati,
harus
lebih
banyak
melalui
tahap-tahap
pembelajaran
akhirnya sampai pada informasi yang diberikan.
Ada lima tahapan yang ditempuh dalam
melibatkan siswa dengan obyek-obyek konkrit,
melaksanakan
yaitu siswa aktif berbuat. Pendekatan proses
(Sabri, 2007:12)
memberi siswa pemahaman yang valid tentang
1. perumusan masalah
hakikat sains. Siswa dapat menghayati keasyikan
2. menetapkan jawaban sementara
sains dan dapat lebih baik memahami fakta-fakta
3. mencari informasi
dan konsep-konsep.
4. menarik kesimpulan jawaban
Pengembangan keterampilan proses sains
pendekatan
discovery
yakni:
5. mengaplikasikan kesimpulan generalisasi
pada siswa merupakan usaha yang bermanfaat.
Keterampilan
proses
sains
membuat
siswa
merasakan hakikat sains dan memungkinkan
III. METODE PENELITIAN
Penelitian
ini
bersifat
research
and
siswa “berbuat” sains. Dan dengan “berbuat”
development
sains, siswa belajar fakta-fakta dan konsep-
pengembangannya mengikuti prosedur penelitian
konsep
menggunakan
tindakan kelas (classroom action research).
keterampilan proses dalam mengajarkan sains,
Model pengembangan yang akan digunakan
siswa belajar “proses” dan “produk” sains (Nur M,
adalah model pengembangan Kemp.
sains.
Jadi,
dengan
yang
langkah-langkah
1998:21).
JSPF Vol. 8, Januari 2009 | 16
ISSN : 1858-330X
Adapun variabel yang digunakan dalam
penelitian ini terdiri dari tiga yaitu:
Teknik
analsis
data
dilakukan
sebagai
berikut:
1.
Analisis perangkat pembelajaran
n
A
i
X
1. Variabel perlakuan/bebas adalah:
a. model
perangkat
melalui
pembelajaran
pendekatan
discovery
fisika
dengan
metode eksperimen.
b. model
perangkat
melalui
pembelajaran
pendekatan
discovery
fisika
dengan
, dengan :
i 1
n
X = rerata total
Ai = rerata aspek ke-i
n = banyaknya aspek
Kategori validitas Nurdin (2007: 143) sebagai
berikut:
metode simulasi (permainan).
2. Variabel terikat adalah keterampilan proses
sains fisika.
3. Variabel kontrol adalah tes hasil belajar dan
kemampuan guru mengelola KBM.
3,5  M  4
sangat valid
2,5  M  3,5
valid
1,5  M  2,5
cukup valid
M  1,5
tidak valid
Sebagai subjek dalam uji coba perangkat
pembelajaran
adalah
siswa
kelas
XIIPA2.
Pemilihan subjek ini dilakukan oleh guru mitra
sebagai
peneliti
dengan
M=
Ki untuk mencari validitas setiap kriteria
M=
Ai untuk mencari validitas setiap aspek
mempertimbangkan
perbedaan kemampuan fisika dan jenis kelamin
M = X untuk mencari validitas keseluruhan
aspek
siswa, sehingga terdapat keseimbangan antara
siswa laki-laki dan perempuan, serta siswa yang
berkemampuan tinggi, sedang dan rendah.
2. Analisis
keterlaksanaan
perangkat
dan
pengelolaan pembelajaran dirumuskan:
n
Instrumen-instrumen
yang
dikembangkan
dalam penelitian ini adalah: (1) lembar validasi
perangkat dan instrumen pembelajaran yang
terdiri
dari
Silabus,
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), Buku Siswa (BS), Lembar
Kegiatan Siswa (LKS), Instrumen tes tradisional
proses
dan
keterampilan
instrumen
proses
sains
lembar
siswa.
observasi
Penilaian
vaidasi ini terdiri dari 4 kategori, yaitu sangat
kurang (nilai 1), kurang (nilai 2), baik (nilai 3), dan
baik sekali (nilai 4), (2) lembar observasi
pengamatan
keterlaksanaan
perangkat
pembelajaran dan kemampuan guru mengelola
proses pembelajaran, (3) angket respon siswa
terhadap proses pembelajaran dan perangkat BS
dan LKS, dan (4) lembar observasi pengamatan
keterampilan proses dan tes tradisional proses.
A
i
X 
i 1
, dengan :
n
X = rerata total,
Ai = rerata aspek ke-i,
n = banyaknya aspek.
Kategori keterlaksanaan setiap aspek atau
keseluruhan aspek keterlaksanaan perangkat
yang dikutip dari Sahid (2008) sebagai
berikut:
1,5  K  2,0 terlaksana seluruhnya
0,5  K 1,5 terlaksana sebagian
0,0  K  0,5 tidak terlaksana
Keterangan:
K =
Ai untuk mencari keterlaksanaan setiap
aspek
K = X untuk
mencari
keseluruhan aspek
keterlaksanaan
JSPF Vol. 8, Januari 2009 | 17
ISSN : 1858-330X
Tingkat reliabilitas oleh dua orang pengamat
pada
lembar
pengamatan
KB 
menggunakan
analisis statistik ”Persentage of Agreement”,
(Trianto, 2008:173)
Keterangan:
KB = Ketuntasan Belajar
yaitu:
R
T
x100%
Ti
A
x 100%
A D
T = jumlah skor yang diperoleh siswa
(Borich, 1994: 385)
Ti = jumlah skor total
Keterangan: R = Reliabilita, A = Agreements,
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
dan D = Disagreements.
Instrumen dikatakan baik jika mempunyai
koefesien reliabilitas
 0,75 atau  75%.
4.1 Ketercapaian tujuan pengembangan
perangkat
3. Analisis angket respon siswa, dirumuskan:
PRS 
 A x100%
B
a. Kevalidan
Hasil analisis validasi silabus diperoleh
Keterangan.
PRS

M = 3,33 yang berarti valid, RPP diperoleh
yang
M = 3,48 yang berarti valid, buku siswa diperoleh
memberikan respons positif untuk
M = 3,38 yang berarti valid dan LKS diperoleh
setiap kategori.
M = 3,53 yang berarti valid. Kesimpulan dari dua
A = proporsi siswa yang memilih.
validator rata-rata menyatakan bahwa perangkat
B
=
persentase
banyak
siswa
pembelajaran
= jumlah siswa (responden).
yang
dikembangkan
dapat
digunakan dengan revisi kecil. Demikian juga
Kriteria pembelajaran efektif jika respons
siswa
terhadap
pembelajaran
sekurang-kurangnya
80%
pertanyaan
secara
direspon
dari
apabila
semua
positif
oleh
minimal 60% siswa.
instrumen yang lainnya berada dalam batas
interval (3,5
keseluruhan
4), artinya rata-rata
yang
divalidasi
berada
pada
kategori sangat valid.
b. Kepraktisan
Berdasarkan
4. Analisis observasi tes keterampilan proses
hasil
analisis
validasi
instrumen di atas diperoleh rata-rata sangat valid.
dan tes tradisional proses
Secara umum hasil uji coba di lapangan untuk
Kemampuan siswa dapat dikelompokkan
kriteria kepraktisan telah memenuhi kriteria,
dalam skala lima berdasarkan teknik kategorisasi
komponen kepraktisan buku siswa dan LKS
standar
ditentukan oleh dua hal yaitu berdasarkan
yang
ditetapkan
oleh
departemen
pendidikan dan kebudayaan yaitu:
1. Kemampuan
85%-100%
penilaian ahli (expert judgment) dan berdasarkan
dikategorikan
sangat tinggi
2. Kemampuan 65%-84% dikategorikan tinggi
3. Kemampuan 55%-64% dikategorikan sedang
hasil
pengamatan
keterlaksanaan
perangkat
pembelajaran pada saat proses pembelajaran
dilakukan di kelas atau di laboratorium.
Berdasarkan
penilaian
umum
terhadap
4. Kemampuan 35%-44% dikategorikan rendah
semua
5. Kemampuan 0%-34% dikategorikan sangat
umumnya semua validator memberikan penilaian
rendah.
Ketuntasan belajar siswa (individual) dapat
dihitung dengan rumus:
komponen
yang
divalidasi,
pada
bahwa komponen yang dinilai dinyatakan dapat
digunakan dengan revisi kecil atau tanpa revisi.
Hasil penilaian dua orang pengamat terhadap
JSPF Vol. 8, Januari 2009 | 18
ISSN : 1858-330X
keterlaksanaan perangkat pembelajaran fisika
1. Merevisi pembagian waktu bagi siswa untuk
sesuai dengan RPP yang telah dikembangkan
dan divalidasi oleh ahli menunjukkan rata-rata
beraktivitas dalam pembelajaran.
2. Menyesuaikan teknik dan strategi pada
K = 1,80 yang berarti berada pada rentang
1,5  M  2
terlaksana
yang
menunjukkan
seluruhnya,
sehingga
bahwa
materi yang diajarkan pada siklus II.
3. Meminimalkan anggota kelompok dalam
satu
perangkat
kelompok.
Pada
siklus
I,
setiap
kelompok terdiri dari 6 orang, kemudian
tersebut memenuhi kriteria kepraktisan.
pada siklus II dikurangi menjadi 4 orang.
c. Keefektifan
Beberapa
perangkat
4. Menyebar siswa yang memiliki kemampuan
kriteria
yang
keefektifan,
efektif:
(1)
diperoleh
tinggi pada siklus I ke dalam kelompok
persentase
siswa yang memiliki kemampuan sedang
ketercapaian indikator keberhasilan (ketuntasan
belajar) keterampilan proses yaitu 85% siswa
untuk
rentang
skor
(0-100),
(2)
dan rendah pada siklus II.
5. Lebih memotivasi siswa untuk meningkatkan
siswa
keterampilan proses sainsnya pada siklus II.
memberikan respons positif terhadap penerapan
6. Menambah
pendekatan discovery yang meliputi: respons
melakukan
terhadap
simulasi.
proses
pembelajaran
(94,28%),
respons terhadap buku siswa (88,57%) dan
respons
terhadap
dalam
eksperimen
dan
Dengan pemberian tindakan atau perlakuan
pembelajaran
proses sains melalui pendekatan discovery pada
dengan menggunakan perangkat pembelajaran
siklus II, mengalami peningkatan yang signifikan.
fisika berada dalam kategori tinggi. Setelah
Ini
dilakukan uji coba kriteria di atas sudah terpenuhi
perangkat
pembelajaran
sehingga diperoleh perangkat yang efektif.
discovery
dapat
mengelola
dan
kegiatan
siswa
secara positif, terlihat bahwa skor keterampilan
guru
(91,43%),
bagi
(3)
kemampuan
LKS
waktu
Secara deskriptif hasil penelitian ini dapat
mengungkapkan bahwa terdapat peningkatan
proses
sains
bahwa
eksperimen maupun metode simulasi. Hal ini
Hasil analisis deskriptif keterampilan proses
sains dapat ditunjukkan pada Tabel 1. dibawah
ini:
Statistik
pada dua siklus, terjadi peningkatan terhadap
seluruh aspek keterampilan proses yang telah
ditetapkan.
Subjek
Skor
Dengan melakukan kegiatan refleksi, maka
dapat dilakukan bentuk-bentuk tindakan atau
solusi yang dilakukan sebagai salah satu tujuan
Berikut
keterampilan
4.3 Analisis kuantitatif
terlihat jelas pada saat pelaksanaan observasi
tindakan.
meningkatkan
pendekatan
melalui
dengan pendekatan discovery baik pada metode
penelitian
melalui
model
Sungguminasa Kab. Gowa.
pengembangan model perangkat pembelajaran
dari
pengembangan
proses sains siswa kelas XIIPA2 SMA Negeri 1
4.2 Keberhasilan keterampilan proses
keterampilan
berarti
beberapa
tindakan refleksi yang dilakukan adalah sebagai
Nilai Statistik
Metode
Metode
eksperimen
simulasi
Siklus
Siklus
Siklus
Siklus II
I
I
II
35
35
35
35
63,33
100,00
70,00
91,10
Skor minimum
43,30
76,67
46,70
67,80
Rentang skor
20,00
23,33
23,33
23,33
Skor rata-rata
56,50
88,48
57,80
84,50
4,50
6,24
5,0
6,20
maksimum
Standar
deviasi
berikut:
JSPF Vol. 8, Januari 2009 | 19
ISSN : 1858-330X
Terjadinya peningkatan keterampilan proses
pembelajaran khususnya pendekatan discovery
sains siswa pada siklus II baik pada metode
di lapangan ditemukan beberapa kelebihan dan
eksperimen maupun metode simulasi karena
kekurangan dari dua metode mengajar yang
adanya
digunakan.
refleksi
pada
akhir
kegiatan
pembelajaran siklus I.
Kelebihan metode eksperimen yaitu: (1)
4.4 Analisis Deskriptif Hasil Tes Tradisional
Proses
siswa dapat belajar lebih terarah, senang dan
antusias, (2) motivasi dan kepercayaan diri siswa
dalam belajar lebih meningkat di karenakan
Hasil
analisis
kuantitatif
diperoleh
mereka merasa sudah menemukan, (3) Siswa
berdasarkan skor tes tradisional proses siswa
tidak
setelah
menghafalnya dalam setiap permasalahan sebab
pembelajaran
pada
berdasarkan
data
selama
berlangsung.
Hasil
analisis
dua
siklus
pembelajaran
mereka
mengandalkan
secara
spontan
kemampuan
langsung
dapat
tes
mengkontruk sendiri konsep yang dimilikinya, (4)
tradisional proses siswa dapat ditunjukkan pada
dapat membantu peserta didik mengembangkan
Tabel 2. dibawah ini
kemampuan berpikir, menyelesaikan masalah
No
1
2
3
4
Statistik
Rata-rata
Standar
deviasi
Maksimum
Minimum
deskriptif
lagi
Keberhasilan tes
tradisional
proses
Siklus
Siklus
I
II
60,51
85,00
9,3
8,36
dan keterampilan intelektual dan (5) memacu
82,14
35,17
(1) Siswa belum terbiasa untuk mengikuti proses
100,00
71,43
keinginan siswa untuk mengetahui, memotivasi
mereka untuk melanjutkan pekerjaannya hingga
mereka menemukan jawabannya.
Kelemahan metode eksperimen antara lain:
pembelajaran yang berbasis keterampilan proses
Tabel 2. menunjukkan bahwa skor rata-rata
yang mengharuskan mereka agar dapat aktif
tes tradisional proses sains pada siklus I adalah
menemukan sendiri suatu konsep, (2) siswa
60,51 (kriteria sedang) dengan standar deviasi
belum
9,3 dan pada siklus II skor rata-rata menjadi
membuat
85,00 (kriteria sangat tinggi) dengan standar
awalnya guru terlibat langsung memberikan
deviasi 8,36 dari skor ideal (maksimal) yang
masalah,
dicapai yakni 100 sedangkan skor terendah yang
belajarnya
mungkin dicapai adalah 71,43. Dari Tabel 2. juga
berdiskusi, berpikir kritis atau menyelesaikan
menunjukkan adanya peningkatan keberhasilan
masalah, (4) siswa harus dituntut memiliki
atau tes tradisional proses pada skor maksimum
keterampilan awal untuk melakukan eksperimen
dari 82,14 pada siklus I menjadi 100,00 pada
serta
siklus II. Hal ini menjadi indikator bahwa terjadi
eksperimen yang akan dilakukan, (5) dalam
peningkatan keterampilan proses sains setelah
melakukan
diterapkan model perangkat pembelajaran fisika
ditemukan beberapa keterbatasan alat maupun
melalui pendekatan discovery.
bahan sehingga melibatkan siswa untuk harus
mampu
mempersiapkan
masalah
(3)
sendiri
siswa
cukup
metode
untuk
sehingga
pada
menggunakan
lama
penguasaan
diri
untuk
waktu
menemukan,
prosedur
eksperimen,
kerja
dari
biasanya
lebih awal mengetahui fungsi alat dan bahan
4.5 Temuan-temuan khusus
yang digunakan, dan (6) jangka waktu untuk
Dari uji coba yang telah dilakukan di
lapangan
tergambar
bahwa
dalam
melakukan eksperimen cukup lama.
proses
JSPF Vol. 8, Januari 2009 | 20
ISSN : 1858-330X
Kelebihan metode simulasi yaitu: (1) siswa
dijadikan sebagai alathiburan, sehingga tujuan
dapat belajar lebih bermakna dan memungkinkan
pembelajaran menjadi terabaikan, dan(6) faktor
dapat menyimpan memori jangka panjang lebih
psikologis seperti rasa malu dan takut sering
lama, (2) melalui penyajian simulasi (permainan)
mempengaruhi siswa dalam melakukan simulasi.
maka metode ini dapat meningkatkan dan
mengembangkan kreativitas dan motivasi siswa,
V. SIMPULAN
(3) siswa belajar menyelesaikan masalah sendiri
secara mandiri dan memiliki keterampilan berpikir
kritis karena mereka harus selalu menganalisis
Berdasarkan
kepada
siswa
pendekatan discovery dengan menggunakan
pengalaman-
metode eksperimen dan metode simulasi
dilakukan
mampu mengambil inisiatif sendiri, (5) ketika
yang
tentunya
langkah-langkah
pembelajaran
ikut bertanggung jawab atas terjadinya proses
skemata
efektif
masing-masing
dan
ke
suatu
kejadian
percobaan sampai menemukan konsep
yang
atau prinsip yang telah ditetapkan.
d. memberikan
yang problematik
menemukan
harus memiliki suatu konsep atau pengalaman
pembelajaran dengan metode simulasi akan
melahirkan konflik dalam pikiran siswa sehingga
merasa tertantang untuk belajar, dan (4) dengan
belajar
menimbulkan
suatu
metode
simulasi
miskonsepsi
akan
dan
keteraturan
pada
siswa dapat sampai pada pemahaman
melakukan permainan yang memerlukan lebih
dalam
gagasannya
e. dengan bantuan minimal dari guru,
(2) dalam kelompok belajar, siswa dipaksa untuk
(3)
pola
siswa
fenomena yang diselidiki.
lebih awal untuk menyelesaikan suatu masalah,
proses
kesempatan
mengemukakan
Kelemahan metode simulasi yaitu: (1) siswa
nyata,
harus
c. siswa melakukan penyelidikan atau
diperlukan dalam menghadapi berbagai situasi
pengalaman
yang
yang akan dikembangkan.
memupuk keberanian, percaya diri, memperkaya
suatu
masalah
b. menentukan proses kegiatan mental
menghasilkan kesimpulan akhir, dan (8) dapat
awal
pendekatan
(pernyataan)
setelah
pengetahuan, sikap dan keterampilan
melalui
perangkat
dipecahkan dalam bentuk pertanyaan
simulasi siswa akan mampu menginterpretasi
meramalkan
model
fisika
a. memberikan
proses
pembelajaran, (7) dengan melakukan metode
dan
atau
discovery sebagai berikut:
membawa
dalam
fase
konsep dan fase aplikasi konsep. Berikut
siswa menggunakan kemampuan berpikir kritis,
yang
beberapa
dengan tahap eksplorasi, fase pengenalan
dapat
melaporkan secara langsung hasil-hasil, (6)
pembelajaran
dengan
langkah-langkah pembelajaran yang diawali
siswa melakukan permainan, maka melibatkan
komunikasi
dan
1. Model perangkat pembelajaran fisika melalui
pengalaman belajar yang nyata dan aktif serta
pula
penelitian
pembahasan, dapat disimpulkan sebagai berikut:
dan menangani informasi, (4) dengan metode ini,
memberikan
hasil
konsep dan aplikasi konsep.
2.
Terdapat peningkatan keterampilan proses
sains yang signifikan dengan menerapkan
model perangkat pembelajaran fisika melalui
pendekatan discovery dengan menggunakan
metode eksperimen dan metode simulasi.
(penafsiran
yang salah sesuai dengan konsepsi ilmiah),
(5) pengelolaan yang kurang baik sering simulasi
JSPF Vol. 8, Januari 2009 | 21
ISSN : 1858-330X
Saran dan Implikasi Penelitian
1. Penelitian
ini
telah
menghasilkan
model
Borich, Gray D: Observation Skill for Effective
Teaching. New York: Mc Millan
Publishing Company 1994.
perangkat pembelajaran fisika yang valid,
praktis dan efektif. Oleh sebab itu, disarankan
kepada
rekan
guru
fisika
untuk
mengimplementasikan perangkat ini pada
ruang lingkup yang lebih luas.
2. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan
harus memperhatikan kebutuhan guru dan
siswa serta bentuk perangkat yang dibuat
semenarik
mungkin dan
diberi informasi
mengenai penerapan materi dalam kehidupan
sehari-hari.
3. Waktu yang tersedia harus dapat dikelola
sebaik-baiknya
sehingga
Depdiknas: Kurikulum Berbasis Kompetensi.
Jakarta Pusat Kurikulum Balitbang
Depdiknas 2003.
Erniwati: Pengembangan Perangkat
Pembelajaran Matematika Berbasis
Kontruktivisme. Tesis. Tidak diterbitkan.
Program Pascasarjana Universitas
Negeri Makassar 2008.
Ghalib, Lamaronta: Pendekatan Sains–
Teknologi-Masyarakat dalam
Pembelajaran Sains di Sekolah. Portal
Informasi Pendidikan di Indonesia.
Online (http://Www.Diksasment.
Pdk.Go.id) Diakses tanggal 16 Agustus
2008.
penelitian
pengembangan dapat berjalan dengan baik
Hamalik,
Oemar: Proses Belajar Mengajar.
Jakarta: Bumi Aksara 2006.
Hamzah
B. Uno: Model
Pembelajaran
Menciptakan Proses Belajar Mengajar
yang Kreatif dan Efektif. Jakarta Bumi
Aksara 2007.
dan lancar serta memperoleh hasil yang lebih
optimal.
4. Pengelolaan kelas dengan model perangkat
pembelajaran melalui pendekatan discovery
untuk
meningkatkan
keterampilan
proses
sains siswa hendaknya dilakukan dengan
rencana
yang
baik
sehingga
tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai bias sesuai
dengan indikator pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Sabri: Strategi Belajar Mengajar &
Mikroteaching.
Padang
Quantum
Teaching 2007.
Ai
Hikmawati: Keterampilan Proses Model
Pembelajaran IPA (Fisika) Pada Siswa
Kelas 2 Madrasah Tsanawiyah Negeri
Ciherang – Cianjur (Skripsi), Yogyakarta
Jurusan Fisika FMIPA UNY Yogyakarta
2004.
Arends,
Hasibuan, J.J. & Moedjiono: Proses Belajar
Mengajar.
Bandung
Remaja
Rosdakarya 2008.
R.I.: Learning to Teach (Artikel
diadaptasi oleh Khaeruddin). New York:
McGrawHill 2001.
Kemp, J.E., G.R. Morrison, dan S.M. Ross:
Designing Effective Instruction. New
York Macmillan College Publishing
Company 1994.
Kunandar: Guru Profesional (Implementasi
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dan Sukses dalam dalam
sertifikasi Guru). Jakarta Rajagrafindo
Persada 2007.
Khaeruddin: “Berbagai Model Pembejaran Untuk
Meningkatkan
Ketrampilan
Proses
Sains dan Kemampuan Berpikir Kritis “.
Jurnal Pengajaran MIPA. Vol. 2 Nomor
2.
Jakarta
FMIPA
Universitas
Pendidikan Indonesia 2004.
Khaeruddin & Eko Hadi Sujiono: Pembelajaran
Sains (IPA) Berdasarkan Kurikulum
Berbasis Kompetensi. Makassar State
University of Makassar Press 2005.
La
Siara:
“Pengembangan
Perangkat
Pembelajaran dengan Pendekatan
Realistik
untuk
Pokok
bahasan
Kesebangunan di Kelas 3 SLTPN 22
JSPF Vol. 8, Januari 2009 | 22
ISSN : 1858-330X
Surabaya.” (Tesis) Magister Pendidikan
Surabaya PPs Universitas Negeri
Surabaya 2004.
Margono, S: Metodologi Penelitian Pendidikan.
Jakarta Rineka Cipta 1997.
Nur,
M.
Teori-Teori Perkembangan. Institut
Keguruan
dan
Ilmu
Pendidikan
Surabaya
Depdikbud
Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi 1998.
Nurdin: Model Pembelajaran Matematika yang
Menumbuhkan
Kemampuan
Metakognitif untuk Menguasai Bahan
Ajar (Disertasi Tidak Diterbitkan).
Surabaya PPs UNESA 2007.
Innovation
on
Handicapped 1974.
Teaching
The
Trianto: Model Pembelajaran Terpadu dalam
Teori dan Praktek. Jakarta Prestasi
Pustaka 2007.
….: Mendesain Pembelajaran Kontekstual
(Contekstual teaching and Learning) Di
Kelas. 2008.
Zuhdan K. Prasetyo dkk: Kapita Selekta
Pembelajaran Fisika (Buku Materi
Pokok Modul 1 -12). Jakarta Pusat
Penerbitan Universitas Terbuka 2004..
Prabowo, dkk: Keterampilan Dasar Mengajar
(ditulis oleh Masitah dan Suprijono).
Jakarta Direktorat Pendidikan Lanjutan
Pertama
Direktorat
Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah
Departemen Pendidikan Nasinal 2003.
Ratna,
W, D: Teori-Teori
Erlangga 1988.
Belajar.
Jakarta
Rustam & Mundilarto: Jurnal Penelitian Tindakan
Kelas. Jakarta Direktorat Pembinaan
Pendidikan Tenaga Kependidikan dan
Ketenagaan
Perguruan
Tinggi
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan Nasional 2004.
Saefullah:
Pengembangan
Perangkat
pembelajaran
IPA
(Fisika)
SMP
Berbasis
Kompetensi
dengan
Pendekatan
Keterampilan
Proses
Untuk
Meningkatkan
Pemahaman
Siswa Terhadap Konsep Listrik Statis.
Skripsi
Strata
Satu
Pendidikan.
Yogyakarta Jurusan Fisika FMIPA UNY
Yogyakarta 2005.
Sahid: Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Aritmetika Sosial dengan Pendekatan
Realistik di Kelas VII SMP. (Tesis.
Tidak
diterbitkan).
Program
Pascasarjana
Universitas
Negeri
Makassar 2008.
Suharsimi Arikunto dkk: Penelitian Tindakan
Kelas. Jakarta Bumi Aksara 2007.
Thiagarajan, S. Semmel, DS. Semmel, M:
Instructional Development for Training
Teachers of Exceptional Children. A
Sourse Book. Blomington Central for
JSPF Vol. 8, Januari 2009 | 23
Download