TUGAS KARYA TULIS BELAJAR DAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN TEKNOLOGI AGROINDUSTRI MODEL PEMBELAJARAN : “DISCOVERY LEARNING” Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Teknologi Agroindustri Dosen Pengampu : Dr. Sri Handayani, M.Pd. Oleh : Ayu Arti Putri Handayani (1500643) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI AGROINDUSTRI FAKULTAS PENDIDIKAN DAN TEKNOLOGI KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2016 PEMBAHASAN Model pembelajaran adalah pola interaksi siswa dengan guru di dalam kelas yang menyangkut pendekatan, strategi, metode, teknik pembelajaran yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas.Trianto (2009:23) menyebutkan model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode atau prosedur. Ciri-ciri tersebut sebagai berikut: a. Rasioanal teoritis logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya b. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai) c. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dan berhasil d. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai. DISCOVERY LEARNING Discovery Learning adalah salah satu model dalam pengajaran teori kognitif dengan mengutamakan peran guru dalam menciptakan situasi belajar yang melibatkan siswa belajar secara aktif dan mandiri. Metode pembelajaran discovery learning adalah teori belajar yang didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan siswa mengorganisasi sendiri (Kurniasih dan Sani,2014:64). Dalam mengaplikasikan metode discovery learning guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif, sebagaimana pendapat guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan. Kondisi seperti ini mengubah kegiatan belajar mengajar teacher oriented (berorientsi pada guru) menjadi student oriented (beroirentasi pada siswa). Dalam Discovery Learning, hendaknya guru harus memberikan kesempatan siswa untuk menjadi problem solver. Bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir, tetapi siswa dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan serta memberikan kesimpulan – kesimpulan. Keuntungan dan Kelemahan Model Pembelajaran Discovery Learning (Kurniasih dan Sani, 2014:66-68) : a. Keuntungan Model Pembelajaran Discovery Learning 1) Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilanketerampilan dan proses-proses kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya. 2) Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi dan ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer. 3) Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa 4) menyelidiki dan berhasil. 5) Metode ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan kecepatanya sendiri. 6) Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri. 7) Metode ini dapat membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya. 8) Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan gagasangagasan. Bahakan gurupun dapat bertindak sebagai siswa, dan sebagai peneliti didalam situasi diskusi. 9) Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena mengarah pada kebenaran yang final dan tertentu atau pasti. 10) Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik. 11) Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi proses belajar yang baru. 12) Mendorong siswa berfikir dan bekerja atas inisiatif sendiri 13) Mendorong siswa berfikir intuisi dan menrumuskan hipotesis sendiri. 14) Memberikan keputusan yang bersifat instrinsik, situasi proses belajar menjadi lebih terangsang 15) Proses belajar meliputi sesama aspeknya siswa menuju pada pembentukan manusia seutuhya. 16) Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa. 17) Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar. 18) Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu. b. Kelemahan Model Pembelajaran Discovery Learning 1) Metode ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar. Bagi siswa yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan abstrak atau berfikir atau mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep yang tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya akan menmbullkan frustasi. 2) Metode ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya. 3) Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini dapat buyar berhadapan dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara belajar yang lama. 4) Pengajaran Discovery lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman, sedangkan mengembangkan aspek konsep , keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang mendapat perhatian. 5) Pada beberapa disiplin ilmu, 6) Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berfikir yang akan ditemukan oleh siswa karena telah dipilih terlebih dahulu oleh guru. Selanjutnya dijelaskan bahwa model pembelajaran Discovery Learning memiliki lagkah-langkah operasional yang harus dilaksanakan agar terciptanya model pembelajaran yang efektif. Langkah-langkah Operasional tersebut adalah sebagai berikut menurut Kurniasih dan Sani (2014:68-71) a. Langkah Persiapan Strategi Discovery Learning 1) Menentukan tujuan pembelajaran 2) Melakukan identifikasi karakteristik peserta didik (kemampuan awal, minat, gaya belajar, dan sebagainya) 3) Memilih materi pelajaran 4) Menentukan topik-topik yang harus dipelajari peserta didik secara induktif (dari contoh-contoh generalisasi) 5) Menetukan bahan-bahan belajar yang berupa contoh contoh, ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari peserta didik 6) Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang konkret ke abstak, ata dari tahap enaktif, ikonik sampai simbolik 7) Melakukan penilaian proses dan hasil belajar peserta didik b. Prosedur Aplikasi Strategi Discovery Learning 1) Stimulation (Stimulasi/pemberi rangsangan) Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungan, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu peserta didik dalam mengeksplorasi bahan. 2) Problem Statement (pernyataan/identifikasi masalah) Setelah dilakukan stimulation langkah selanjutnya adalah guru memberikan kepada peserta didik untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satu dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah). 3) Data Collection (pengumpulan data) Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis. Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis, dengan demikian anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan narasumber, melakukan ujicoba sendiri dan sebagainya. 4) Data Processing (pengolahan data) Pengolahan data merupakan kegiatan data dan informasi yang telah diperoleh para peserta didik baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan dan semuanya diolah, diacak, diklarifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu. 5) Verification (pembuktian) Pada tahap ini peserta didik melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing. 6) Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi) Tahap generalisasi/menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi. Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi. SINTAKA DISCOVERY LEARNING No. 1. SINTAK Menstimulasi / Pemberian Rangsangan KEGIATAN GURU Guru menyediakan interaksi belajar kondisi yang dapat mengembangkan dan membantu peserta didik dalam mengeksplorasi bahan. 2. Mengidentifikasi Masalah Guru membantu peserta didik untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satu dipilih dan bentuk dirumuskan hipotesis sementara atas dalam (jawaban pertanyaan masalah). 3. Pengumpulan Data Guru memberikan kepada peserta mengumpulkan kesempatan didik untuk informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis. 4. Pengolahan Data Guru menyerahkan kepada peserta didik untuk mengolah data yang diperoleh melalui observasi dll. wawancara, 5. Pembuktian Guru membantu melakukan peserta pemeriksaan didik secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing. 6. Generalisasi Guru dalam membantu proses peserta menarik didik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi. Berdasarkan verifikasi maka prinsip-prinsip yang hasil dirumuskan mendasari generalisasi. PENGAPLIKASIAN DISCOVERY LEARNING Kompetensi dasar yang digunakan yaitu kompetensi 3.7 Penerapan prinsip penggunaan BTM. Materi pokok yang terdapat pada KD 3.7 yaitu pengawet, pewarna, pemanis buatan, penyedap rasa dan aroma/ penguat rasa/ pengatur keasaman, anti kempal/ antioksidan/ pemutih dan pematang tepung/ pengemulsi/ pemantap dan pengental/ pengeras/ sekuestran. Pada KD ini kami harus bisa menjelaskan definisi BTM, tujuan penggunaan BTM, fungsi masing-masing jenis BTM, mekanisme kerja masing-masing BTM, keuntungan dan kerugian masing-masing BTM, perhitungan dosis penggunaan masing-masing BTM, dan penggunaan BTM. Dari KD 3.7 ini dapat diaplikasikan kedalam model pembelajaran discovery learning dengan mengacu kepada sintak. Pada sintak pertama guru dapat menyediakan beberapa contoh makanan yang mengandung BTM sebagai stimulus atau pemberian rangsangan kepada siswa. Selanjutnya pada sintak kedua peserta didik dapat mengidentifikasi dan merumuskan hipotesis tentang bahan makanan yang mengandung BTM tersebut yang akan dilanjutkan pengumpulan data dengan mencari informasi tentang apa saja jenis-jenis BTM, manfaat, ataupun takaran yang sesuai dengan aturan yang berlaku dan membuktikan hipotesis yang telah dibuat benar atau tidak. Setelah pengumpulan data selanjutnya adalah pengolahan data. Pada tahap pengolahan data peserta didik dapat melakukan wawancara kepada orang yang paham dan tau tentang penggunaan BTM, observasi dan sebagainya lalu ditafsirkan dan semuanya diolah, diacak, diklarifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu. Lanjut ke sintak kelima yaitu pembuktian, pada tahap ini peserta didik dapat memeriksa kembali data yang sudah didapat dengan cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing. Dan tahap terakhir adalah generasisasi, pada generalisasi dapat ditarik kesimpulan yang sudah diverfikasi sebelumnya yang akan dijadikan sebagai prinsip-prinsip generalisasi pada penggunaan BTM (Bahan Tambah Makanan). DAFTAR PUSTAKA Kurniasih, Imas dan Sani, Berlin.2014.Sukses Mengimplementasikan Kurikulum 2013. Yogyakata: Kata Pena Trianto. 2009.Mendesain Model Pembeajaran Inovatif Progresif.Jakarta:Prenada media.