KARYA TULIS MODEL PEMBELAJARAN “DISCOVERY LEARNING ” Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran Agroindustri yang Diampu Oleh Dr. Sri Handayani, M.Pd. Disusun oleh : Aulia Nuramalina (1500044) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI AGROINDUSTRI FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2016 1. Pengertian Discovery Learning Discovery merupakan prinsip yang sama dengan inkuiri (inquiry) dan Problem Solving. Tidak ada perbedaan yang prinsipil pada ketiga istilah ini, pada Discovery Learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui, masalah yang diperhatikan kepada siswa semacam masalah yang direkayasa oleh guru. Sedangkan pada inkuiri masalah bukan hasil rekayasa sehingga siswa harus menyerahkan seluruh pikiran dan keterampilan untuk mendapat temuan-temuan di dalam masalah itu melalui proses penelitian, sedangkan Prolem Solving lebih memberikan tekanan pada kemampuan menyelesaikan maslah. Pada Discovery Learning materi yang akan disampaikan tidak disampaikan dalam bentuk final akan tetapi peserta didik akan didorong untuk megidentifikasi apa yang ingin diketahui dijalankan dengan mencari informasi sendir kemudian mengorganisasikan atau membentuk (konstruktif) apa yang mereka ketahui dan mereka pahami dalam suatu bentuk akhir. Menurut wilcox (Slavin, 1985), dalam pembelajaran dengan penemuan siswa didorong untuk belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip dan guru mendorong siswa untuk memiliki pengelaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri. Menurut Bell (1978), beljaran penemuan adalah belajar yang terjadi sebagian hasil dari siswa memanipulasi, membuat struktur dan mentransformasikan informasi sedemikian sehingga dia menemukan informasi baru. Dalam belajar penemuan, siswa dapat membuat perkiraan (conjucture), merumuskan suatu hipotesis dan menemukan kebenaran dengan menggunakan proses induktif atau proses deduktif, melakukan observasi dan membuat ekstrapolasi. Penggunaan Discovery Learning, ingin merubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif. Mengubah pembelajaran yang teacher oriented ke student oriented. Merubah modus ekspansi siswa hanya menerima informasi secara keseluruhan dari guru ke modus Discovery siswa menemukan informasi sendiri. Sedangkan Discovery Learning sesuai apa yang tercantum dalam permendikbud Nomor 58 Tahun 2014 pada lampiran III adalah sebagai berikut : Model pembelajaran Discovery Learning mengarahkan peserta didik untuk memahami konsep, arti dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan. Penemuan konsep tidak disajikan dalam bentuk akhir, tetapi peserta didik didorong untuk mengindentifikasi apa yang ingin diketahui dan dilanjutkan dengan mencari informasi sendiri kemudian mengorganisasi atau mengkontruksi apa yang mereka ketahui dan pahami dalam suatu bentuk akhir. Hal tersebut terjadi apabila peserta didik terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip. Kompentensi dasar yang akan diterapkan adalah menerapkan prinsip fermentasi dan enzimatis. Pada kompetensi ini saintifik 5 M yang di terapkan yaitu menanya, menalar, mengamat, mencoba dan mengkomunikasikan karean discovery learning menakankan siswa untuk belajar dengan mandiri dan berpikir secara kritis dalam belajarnya. 2. Karakteristik Discovery Learning 1. Menekankan pada proses belajar, bukan proses mengajar. 2. Mendorong terjadinya kemandirian dan inisiatif belajar pada siswa. 3. Memandang siswa sebagai pencipta kemauan dan tujuan yang ingin dicapai. 4. Berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses, bukan menekan pada hasil. 5. Mendorong siswa untuk mampu melakukan penyelidikan. 6. Menghargai peranan pengalaman kritis dalam belajar. 7. Mendorong berkembangnya rasa ingin tahu secara alami pada siswa. 8. Penilaian belajar lebih menekankan pada kinerja dan pemahaman siswa. 9. Mendasarkan proses belajarnya pada prinsip-prinsip kognitif. 10. Banyak menggunakan terminilogi kognitif untuk menjelaskan proses pembelajaran; seperti predeksi, inferensi, kreasi dan analisis. 11. Menekankan pentingnya “bagaimana” siswa belajar. 12. Mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif dalam dialog atau diskusi dengan siswa lain dan guru. 13. Sangat mendukung terjadinya belajar kooperatif. 14. Menekankan pentingnya konteks dalam belajar. 15. Memperhatikan keyakinan dan sikap siswa dalam belajar. 16. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun pengetahuan dan pemahaman baru yang didasari pada pengalaman nyata 3. Langkah-langkah (sintak) Pelaksanaan Model Pembelajaran Discovery Learning a. Stimulation (stimulasi / pemberian rangsangan) Pertama-tama pada tahap ini siswa dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Disamping itu guru dapat melalui kegiatan pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkandan membantu siswa untuk melakukan eksplorasi. b. Problem statement (pertanyaan/ identifikasi masalah) Setelah melakukan stimulasi langkah selanjutnya adalah guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian pilih salah satu masalah dan dirumuskan dalam benuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah). Memberikan kesempatan siswa untuk mengidentifikasi dan menganalisa permasalahan yang mereka hadapi, merupakan teknik yang berguna dalam membangun pemahaman siswa agar terbiasa untuk menemukan masalah. c. Data Collection (pengumpulan data) Tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis, dengan memberi kesempatan siswa mengumpulkan berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya. Konsekuensi dari tahap ini adalah siswa belajar secara aktif untuk menemukan sesuatu yang berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi, dengan demikian secara tidak disengaja siswa menghubungkan masalah dengan pengetahuan yang telah dimiliki. d. Data processing (pengolahan data) Pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Semua informasi hasil bacaan, wawancara, observasi dan sebagainya semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu. e. Verification (pembuktian) Pada tahap ini siswa memeriksa secra cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data yang telah diolah. Verifikasi bertujuan agar proses belajar berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. f. Generalization ( menarik kesimpulan/ generalisasi) Tahap generalisasi adalah proses menarik kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama dengan memperhatikan hasil verifikasi. 4. Kelebihan dan kekurangan Discovery Learning Penggunaan tekhnok discovery ini adalah guru berusaha meningkatkabn aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar.Roestiyah (1998,20).Maka teknik ini memiliki kelebihan sebagai berikut : 1. Teknik ini mampu membantu siswa untuk mengembangkan,memperbanyak kesiapan serta penguasaan keterampilan dalam psroses kognitif/pengenalan siswa. 2. Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi/individual sehingga dapat kokoh/mendalam tertinggal dalam jiwa siswa tersebut. 3. Dapat membangkitkan kegairahan belajar para siswa. 4. Mampu memberikan kesempatan pada siswa untuk berkembang dan maju sesuai dengan kemampuan masing-masing. 5. Mampu mengarahkan cara siswa belajar,sehingga lebih memiliki motivasi yang kuat untuk belajar lebih giat. 6. Membantu siswa untuk memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan proses penemuan sendiri. 7. Strategi itu berpusat pada siswa,tidak pada guru.Guru hanya sebagai teman belajar saja,membantu bila diperlukan Roestiyah(1998,20). Walau demikian,masih ada pula kelemahan yg perlu diperhatikan ialah: 1. Pada siswa harus ada kesiapan dan kematangan mental untuk cara belajar ini. 2. Siswa harus berani dan berkeinginan untuk mengetahui keadaan sekitarnya dengan baik. 3. Bila kelas terlalu besar penguunaan teknik ini akan kurang berhasil. 4. Bagi guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pengajaran tradisional mungkin akan sempat kecewa bila diganti dengan teknik ini. 5. Dengan teknik ini ada yang berpendapat bahwa proses mental ini terlalu mementingkan proses pengertian saja, kurang perkembangan/pembentukan sikap dan keterampilan bagi siswa 6. Tidak memberika kesempatan berpikir secara kreatif. memperhatikan RANCANGAN SINTAK DISCOVERY LERANING YANG DISESUAIKAN DENGAN KOMPETENSI DASAR DAN 5 M NO Kompetensi Dasar 1. Pendekatan Saintifik Menerapkan Mengamati, prinsip Menanya, fermentasi menalar dan enzimatis Mengamati, menanya, menalar Sintak Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Discovery Learning Menstimulasi/ 1.Guru memberikan 1. Siswa mampu pemberian stimulus dengan menjelaskan rangsangan power point atau pengertian menjelaskan tentang fermentasi (tempe fermentasi tempe dan dan susu) dan susu, lalu enzimatis menjelaskan enzimatis 2. Siswa mampu menjelaskan peranan mikroorganisme 2. Guru memfasilitasi dalam fermentasi terjadinya interaksi dan enzimatis antar peserta didik dengan guru, melalui diskusi terbuka atau tanya 3. Siswa mampu jawab mengenai mengidentifikasi persyaratan mikroorganisme mikroorganisme yang aktif dalam yang tumbuh pada fermentasi dan Mengidentifika media dan enzimatis si masalah lingkungan 4. Siswa mampu fermentasi (tempe menjelaskan dan susu) dan persayaratan enzimatis mikroorganisme 3. Guru memfasilitasi untuk fermentasi siswa dalam dan enzimatsi menemukan macam- 5. Siswa secara macam berkelompok mikroorganimse dan mempelajari enzimatis tentang fermentasi 4. guru melibatkan dan enzimatsi peserta didik dalam 6. Siswa secara 5. 6. Mencoba, menalar Pengumpulan data 7. 8. Pembuktian 9. mencari informasi yang lebih luas tentang materi dari aneka sumber (buku, internet dan jurnal). Guru memfasilitasi siswa dalam mempresentasikan hasil eksplorasinya tentang fermentasi dan mikroorganisme yang aktif di dalamnya. Guru memberikan kesempatan siswa untuk mengungkapkan ide dan hasil tentang fermentasi dan enzimatis mikroorganisme. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi mengenai materinya. Guru memberiakn tanggapan positif sebagai penguatan kepada siswa / kelompok siswa yang telah berpartisipasi aktif dan dapat mempresentasikan hasil diskusi dengan cemerlang tentang fermentasi dan enzimatis dan mikroorganisme yang aktif di dalammnya. Guru memberikan motivasi kepada siswa/ kelompok siswa yang belum berpartisipasi aktif dan belum bisa mempresentasikan hasil diskusinya. berkelompok mengdiskusikanny a 7. Siswa secara berkelompok melaporkan hasil kerja kelompoknya didepan kelas. 8. Siswa mengdiskusikanny a di depan kelas. 9. Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas dan menjawab pertanyaan dari temen-teman dan menirima masukan dari teman dan guru. 10. Siswa bisa dapat menyimpulkan apa tentang materi fermentasi dan enzimatis. 11. Siswa mampu melakukan pratikum dengan baik di laboratium secara teratur 12. Siswa sebelum pratikum harus dapat memahami jurnalnya terlebih dahulu. 10. Guru memfasilitasi siswa dalam melakukan refleksi terhadap pembelajaran tentang fermentasidan enzimatis. 11. Guru menyuruh siswa untuk merumuskan kesimpulan materi fermentasi dan enzimatis dalam mikroorganisme. 12. Guru memberikan pembelajaran di laboratorium biar sisiwa-siswanya bisa dapat memahai cara membuat olahan fermenasi dan kegiatan enzimatis. 13. Guru menyampaikan rencana kegiatan dan materi pada pertemuan berikutnya 14. Guru mengakhiri pertemuan dengan salam penutupan. mengkomin ikasikan Generalisasi DAFTAR PUSTAKA Bell, F.H. (1978). Teaching and Learning Mathematics. Wim. C. Brown Company Publishers USA Kemendikbud.(2014). Model Discovery Learning : Lampiran III : Permendikbud Nomor 58 Tahun 2014. Jakarta : Tidak diterbitkan. Roestiyah. (1998). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta. Wilcox, S.D. (1985). The Instructionally Effective School : A Simulation Game for Use in Training Administrators. Dissertation Abstract International, 46 (3), 579.