perilaku konsumsi dalam islam

advertisement
Binti Nur Asiyah, M.Si.
 Sebagai
sarana wajib penolong untuk beribadah
 Sebagai bentuk syukur kepada Allah
 Jika diniatkan ibadah, maka bisa bernilai ibadah
meskipun mubah
 Konsumsi
secara umum didefinisikan dengan
penggunaan barang dan jasa untuk memenuhi
kebutuhan manusia.
 Perbedaan mendasar dalam konsumsi islam adalah
jenis yang dikonsumsi, tujuan pencapaian dan cara
pencapaian tujuan harus sesuai syariah islamiyyah.
 Konsumsi
islam adalah untuk kehidupan
 Konsumsi islam untuk memenuhi kebutuhan dasar
dan atasi kemiskinan
 Dilarang batasi konsumsi meski untuk tujuan
ibadah (puasa dahr/wishol)
 Darurat, boleh yang haram (Al-An’am:145)
 Perilaku
konsumen diartikan sebagai tindakan
yang langsung terlibat dalam mendapatkan,
mengonsumsi dan menghabiskan produk atau
jasa
1.
Manusia tidak kuasa mengatur secara detail
permasalahan ekonomi masyarakat atau
negara. Karena ketidakmampuan manusia
mengkondisikan kebutuhan hidupnya
berdasarkan tempat dimana manusia hidup.
Keyakinan umat muslim bahwa Allah akan
memenuhi kebutuhan manusia (QS. An-Nahl
ayat 11).
Artinya: “Dia menurunkan air dari langit,
diantaranya untuk minuman kamu dan
diantaranya untuk tumbuh-tumbuhan, di sana
kamu menggembalakan ternakmu. Dia
tumbuhkan untukmu dengan air itu tanaman,
zaitun, kurma dan bermacam-macam buahbuah”
Pola konsumsi didasarkan atas kebutuhan, bukan
preferensi semata, sehingga terhindar dari boros dan
pengaruh pola konsumsi yang tidak perlu
 Orang muslim sadar akan kehidupan bermasyarakat,
sehingga dalam berkonsumsi dituntut untuk saling
menghargai dan menghormati sesamanya sehingga
terhindar dari kesenjangan sosial.

Teori kepuasan dalam ekonomi dalam
mengkonsumsi suatu barang dinamakan utility /
nilai guna
 Nilai guna dibagi menjadi dua: nilai guna total
(Total utility) dan nilai guna tambahan (Marginal
Utility)
 Nilai guna total adalah jumlah seluruh kepuasan
yang diperoleh dalam mengkonsumsi sejumlah
barang tertentu.
 Nilai guna marginal adalah pertambahan atau
pengurangan kepuasan sebagai akibat dari
pertambahan atau pengurangan penggunaan
suatu unit barang

Jumlah kurma yang
dimakan
Nilai guna total
Nilai guna marginal
0
0
-
1
15
25
2
40
20
3
55
15
4
70
15
5
75
5
6
78
3
7
79
1
8
78
-3
9
75
-5
10
70
-15

Tabel di atas menunjukkan bahwa sampai konsumsi yang
ke tujuh menunjukkan nilai guna marginal positif.
Ketika makan kurma yang ke delapan nilai guna
marginal menjadi negatif. Artinya bahwa kepuasan
seseorang tidak didasarkan pada banyaknya barang yang
dikonsumsi, tetapi didasarkan atas kemampuan fisik
manusia dalam menggunakan barang yang
dikonsumsinya dalam melangsungkan hidup. Hukum ini
dikenal dengan The law diminishing return (Nilai guna
yang semakin menurun). Apabila konsumsi ditambah
terus, maka nilai guna total akan menjadi semakin
sedikit.
1.
Kurva Kepuasan yang sama (Indifference Curve)
Adalah suatu kurva yang menggambarkan gabungan
dari dua barang yang akan memberikan kepuasan yang
sama besar.
Contoh umat muslim dalam mengkombinasikan
kebutuhan makanan dan pakaian.
Jumlah barang
Kombinas
i
Makanan
Pakaian
A
20
1
B
16
2
C
12
4
D
10
6
E
8
8
F
5
10
 Prinsip
syariah
 Prinsip kuantitas
 Prinsip prioritas
 Prinsip sosial
 Prinsip lingkungan
 Prinsip larangan meniru
 Prinsip


akidah
Keimanan terhadap akhirat (Muhammad:15, AlBaqoroh:261,245)
Semua sumberdaya adalah anugerah dan amanah,
mutlak milik Allah
 Prinsip
ilmu (akhlak konsumsi islam)
 Prinsip amal (implementasi ilmu)
 Sederhana
(qonaah dan wasathon),
cukup, tidak berlebihan (Al-A’rof:31), tidak boros,
tidak mewah, tidak mubadzir, tidak kikir (AlFurqon:67, Al-Isro’:26-27)
 Kesesuaian konsumsi dengan pendapatan
 Penyimpanan (tabungan dan investasi)
 Urutan



jenis yang terpenting
Primer, harus terpenuhi untuk kemalahatan agama dan
dunia
Sekunder, untuk kemaslahatan yang lebih baik (madu,
keju)
Tertier, hanya sebatas pelengkap dan hiasan
 Urutan
yang terdekat (tanggungan/keluarga,
tetangga dst)
 Umat,

memperhatikan tetangga & umat muslimin
Untuk kebajikan (Al-Baqoroh:215), tidak menimbun (AtTaubah:34-35)
 Menjadi
contoh teladan dalam konsumsi (makanan,
pakaian dll)
 Tidak membahayakan orang lain
 Untuk kebajikan (Al-Baqoroh:215),
 Tidak menimbun (At-Taubah:34-35)
 Perubahan
lingkungan mempengaruhi pola
konsumsi, baik kuantitas maupun kualitas


Paceklik, dihemat
Wabah, minum madu
 Larangan
meniru umat islam konsumsinya buruk
(suka pesta jamuan)
 Larangan konsumsi masyarakat kafir, yang menjadi
ciri khas
 Larangan meniru hedonis (selalu bersenangsenang), setiap yang diinginkan dibeli
 Konsumsi

Zat



Halal (Al-Baqoroh:168-169, An-Nahl:66-69)
Haram (Al-Baqoroh:173, Al-Maidah:3,90)
Proses



yang halalan thoyyiban
Sebelum makan basmalah, selesai hamdalah, menggunakan
tangan kanan, bersih
Tidak dilarang, misal : riba (Ali Imron:130), merampas (An
Nissa’:6), judi (Al-Maidah:91), menipu, mengurangi timbangan,
tidak menyebut Allah ketika disembelih
Tujuan

Bukan untuk sesembahan selain Allah, seperti sesajen,
sedekah bumi
 Muslim
harus berkonsumsi yang membawa
manfaat (maslahat) dan bukan merugikan
(madhorot)
 Konsep maslahat menyangkut maqoshiq
syariat (dien, nafs, nasl, aql, maal)
 Konsep maslahat lebih objektif karena bertolak
dari al-hajat ad-dhoruriyat (need)
 Konsep maslahat individu senantiasa membawa
dampak terhadap maslahat umum/sosial
 Merusak
agama
 Pengaruh terhadap ibadah
 Pengaruh terhadap akhlak
 Pengaruh terhadap kesatuan umat
 Pengaruh terhadap kesehatan
 Menimbulkan kerusakan dan kemerosotan
 Kehinaan dan kenistaan
 Kehancuran ekonomi dan kemandekan produksi
Download