PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI PERANAN GABUNGAN POLITIK INDONESIA DALAM PERJUANGAN KEMERDEKAAN INDONESIA TAHUN 1939-1941 MAKALAH Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh: Natalia Kartika Dewi Rudiyanto NIM : 071314031 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2013 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI PERANAN GABUNGAN POLITIK INDONESIA DALAM PERJUANGAN KEMERDEKAAN INDONESIA TAHUN 1939-1941 MAKALAH Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh: Natalia Kartika Dewi Rudiyanto NIM : 071314031 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2013 i PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI MAKALAH PERANAN GABUNGAN POLITIK INDONESIA DALAM PERJUANGAN KEMERDEKAAN INDONESIA TAHUN 1939-1941 Oleh: Natalia Kartika Dewi Rudiyanto NIM : 071314031 Telah Disetujui Oleh: Pembimbing Dr. Anton Haryono, M. Hum. Tanggal 18 Juli 2013 ii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI MAKALAH PERANAN GABUNGAN POLITIK INDONESIA DALAM PERJUANGAN KEMERDEKAAN INDONESIATAHUN 1939-1941 Dipersiapkan dan ditulis oleh : Natalia Kartika Dewi Rudiyanto NIM : 071314031 Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Pada tanggal 13 November 2013 Dan dinyatakan telah memenuhi syarat Susunan Panitia Penguji Nama Lengkap Tanda Tangan Ketua : Indra Darmawan, S.E.,M.Si. ................................ Sekertaris : Dra. Theresia Sumini, M.Pd. ................................ Anggota : Dr. Anton Haryono, M.Hum. ................................ Anggota : Drs. B. Musidi, M.Pd. ................................ Yogyakarta, 13 November 2013 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Dekan, Rohandi, Ph.D. iii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI PERSEMBAHAN Tugas Akhir Makalah ini saya persembahkan kepada: 1. Kedua orang tua saya, April Rudiyanto dan Yudi Wardani yang telah memberikan dukungan dan doa kepada saya selama mengerjakan tugas akhir ini. 2. Tante saya, Ibu Yudi Warnani yang telah memberikan dukungan dan doa kepada saya selama mengerjakan tugas akhir ini. 3. Adik-adik saya Yulia Permatasari Rudiyanto, Antariksa Doni Rudiyanto, Purbaningtyas Sitaresmi Rudiyanto, Widyo Adi Baskoro, dan Ella Widya Nugrahaeni yang telah memberikan dukungan dan doa. 4. Teman-teman saya di Program Pendidikan Sejarah Angkatan 2007 yang telah banyak memberikan masukan, bantuan, dukungan, serta doa kepada saya. iv PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI MOTTO “Cara kamu menilai diri kamu adalah cara orang lain menilai kamu” (Paul Arden) “Mulailah berpikir dan bertindak layaknya seorang pemenang” (Paul Arden) “Kepercayaan dan ketekunan menghasilkan proses peningkatan pengetahuan, tanggung jawab, inisiatif, dan kreativitas” (Daniel Tumiwa) v PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa makalah yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan atau daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 13 November 2013 Penulis, Natalia Kartika Dewi Rudiyanto vi PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Natalia Kartika Dewi Rudiyanto Nomor Mahasiswa : 071314031 Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: “Peranan Gabungan Politik Indonesia Dalam Perjuangan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1939-1941” beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta, 13 November 2013 Yang menyatakan Natalia Kartika Dewi Rudiyanto vii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI ABSTRAK PERANAN GABUNGAN POLITIK INDONESIA DALAM PERJUANGAN KEMERDEKAAN INDONESIA TAHUN 1939-1941 Natalia Kartika Dewi Rudiyanto Universitas Sanata Dharma 2013 Penulisan tugas akhir ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis 1) Faktor apa yang melatarbelakangi dibentuknya Gabungan Politik Indonesia pada tahun 1939, 2) Peranan Gabungan Politik Indonesia dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia pada tahun 1939-1941, 3) Kontribusi Gabungan Politik Indonesia dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia pada tahun 1939-1941. Penulisan tugas akhir ini disusun dengan berdasarkan metode penelitian sejarah yang mencakup lima tahapan yaitu, perumusan judul, pengumpulan sumber, verifikasi (kritik sumber), interpretasi, dan historiografi dengan pendekatan sosialpolitik yang ditulis secara deskriptif analitis. Hasil dari penulisan tugas akhir ini adalah: 1) Faktor yang melatarbelakangi dibentuknya Gabungan Politik Indonesia pada tanggal 21 Mei 1939 adalah ditolaknya Petisi Soetardjo oleh pemerintah Belanda. 2) Peranan Gabungan Politik Indonesia dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia adalah, menggagas program aksi “Indonesia Berparlemen” pada tanggal 4 Juli 1939, meyelenggarakan Kongres Rakyat Indonesia pada tanggal 23-25 Desember 1939, dan mengeluarkan resolusi perubahan ketatanegaraan (Nood Staatsrecht). 3) Kontribusi Gabungan Politik Indonesia dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia adalah disusunnya rancangan bentuk dan susunan negara Indonesia pada tanggal 31 Januari 1941, dan menyelenggarakan kembali Kongres Rakyat Indonesia tanggal 13 hingga 14 April 1941 di Yogyakarta yang menghasilkan pembentukan Majelis Rakyat Indonesia. viii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI ABSTRACT THE ROLE OF GABUNGAN POLITIK INDONESIAN IN INDONESIA’S STRUGGLE FOR INDEPENDENCE IN 1939-1941 Natalia Kartika Dewi Rudiyanto Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2013 This final assignment is aimed to describe and analyze: 1) The factor that helped establish Gabungan Politik Indonesia in 1939, 2) The role of Gabungan Politik Indonesia in Indonesia’s struggle for independence in 1939-1941, 3) The contribution of Gabungan Politik Indonesia in Indonesia’s struggle for independence in 1939-1941. The method of the study includes observation which comprise of five phases: Topic Selection, Heuristic, Verification, Interpretation, and Historiography. Using socio-political approach, the result is presented in analytical descriptive writing. The results of this final assignment are, 1) The factor that established Gabungan Politik Indonesia in 21 May 1939 was the rejection of Soetardjo’s Petition by the Dutch government. 2) The role of Gabungan Politik Indonesia in Indonesia’s struggle for independence was to form established parliament using action program “Indonesian Parliament” since 4 July 1939 by Indonesian People Congress in 23-25 December 1939 , and consider state structure changed that was state structure’s law for critical situation. 3) The contribution of Gabungan Politik Indonesia in Indonesia’s struggle for independence in 1939-1941 was to arrange Indonesian form and polity of Indonesian state in 31 January 1941, and holding the Indonesian People Congress in 13 until 14 April 1941 in Yogyakarta, which resulted in the formation of the Indonesian People Council. ix PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan segala rakmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir Makalah yang berjudul “Peranan Gabungan Politik Indonesia Dalam Perjuangan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1939-1941”. Penulisan Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) di Universitas Sanata Dharma, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial, Program Studi Pendidikan Sejarah. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Tugas Akhir Makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu maka penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma. 2. Bapak Indra Darmawan SE., M.Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial. 3. Ibu Dra. Th. Sumini, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah. 4. Bapak Dr. Anton Haryono, M.Hum., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan waktu, dukungannya dalam membimbing penulisan Tugas Akhir Makalah ini. 5. Seluruh Dosen dan karyawan sekretariat program studi Pendidikan Sejarah atas saran dan bantuannya selama penyusunan Tugas Akhir Makalah ini. 6. Kedua orang tua saya yang telah mendukung saya baik dalam bentuk moril dan materil selama penyusunan Tugas Akhir Makalah ini. 7. Semua pihak yang telah membantu saya dalam penyusunan makalah ini yang tidak dapat saya sebut satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan Tugas Akhir Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi sempurnanya makalah ini. x PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Demikian Tugas Akhir Makalah ini disusun, semoga dapat memberikan manfaat bagi yang membacanya. Dan penulis mohon maaf apabila ada kesalahan dalam kata-kata yang kurang berkenan. Yogyakarta, 15 Juli 2013 Natalia Kartika Dewi Rudiyanto xi PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ............................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN .............................................................. ii HALAMAN PENGESAHAN ................................................................ iii HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................. iv HALAMAN MOTTO ............................................................................ v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................. vi LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .............................. vii ABSTRAK .............................................................................................. viii ABSTRACT ............................................................................................ ix KATA PENGANTAR .......................................................................... x DAFTAR ISI ........................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xiv BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1 A. Latar Belakang ........................................................................ 1 B. Rumusan Masalah ................................................................... 7 C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ................................................ 7 1. Tujuan Penulisan ............................................................... 7 2. Manfaat Penulisan ............................................................. 8 D. Sistematika Penulisan ............................................................. 9 BAB II LAHIRNYA GABUNGAN POLITIK INDONESIA TAHUN 1939 .............................................................................................. 11 A. Petisi Soetardjo ....................................................................... 13 B. Lahirnya Gabungan Politik Indonesia ..................................... 21 xii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI BAB III PERANAN GABUNGAN POLITIK INDONESIA DALAM PERJUANGAN KEMERDEKAAN INDONESIA TAHUN 1939-1941 ...................................................................... 26 A. Menggagas Manifesto Pembentukan Parlemen ...................... 27 B. Menyelenggarakan Kongres Rakyat Indonesia ....................... 30 C. Mengeluarkan Resolusi Perubahan Ketatanegaraan ............... 39 BAB IV KONTRIBUSI GABUNGAN POLITIK INDONESIA DALAM PERJUANGAN KEMERDEKAAN INDONESIA TAHUN 1939-1941 ...................................................................... 44 A. Terbentuknya Rancangan Susunan Parlemen Bentukan GAPI ....................................................................................... 44 B. Terbentuknya Majelis Rakyat Indonesia ................................. 49 BAB V KESIMPULAN .......................................................................... 59 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 63 LAMPIRAN ............................................................................................ 65 xiii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI DAFTAR LAMPIRAN SILABUS ................................................................................................. 66 RPP .......................................................................................................... 70 xiv PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendudukan wilayah Indonesia oleh pemerintah Belanda sejak masa VOC hingga masa Politik Kolonial Liberal menyebabkan keterbelakangan bangsa Indonesia yang lahir atas penindasan yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Belanda. Inilah yang menyebabkan mulai tumbuh dan berkembangnya kesadaran untuk mengangkat harkat dan martabat Indonesia dari keterpurukan yang muncul akibat dari kolonialisme yang berkepanjangan di bumi pertiwi. Memasuki abad ke 20, Indonesia masuk dalam periode Kebangkitan Nasional, yang mana pada periode ini mulai muncul dan tumbuhnya kesadaran di benak bangsa Indonesia, terutama dari kaum cendekiawan dan terpelajar Indonesia, baik yang menuntut ilmu di Indonesia, maupun yang berada di luar negeri, terutama di negeri Belanda. Pertumbuhan dan kesadaran yang menjiwai proses itu menurut bentuk manifestasinya telah melalui langkah-langkah yang wajar, yaitu mulai dengan lahirnya ide-ide seperti emansipasi dan liberalisme dari status serba terbelakang, baik yang berakar dari tradisi maupun yang tercipta oleh situasi kolonial1. Dengan adanya diskriminasi di dalam masyarakat, maka rakyat menjadi sadar akan ketidaksamaan hak-hak yang dimilikinya dan akan 1 Sartono Kartodirdjo, Pengantar Sejarah Indonesia Baru: Sejarah Pergerakan Nasional, Jakarta, 1990, hlm.120. 1 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 2 keadaannya yang terjajah itu2. Dari dasar itulah maka akhirnya muncul keinginan atau cita-cita yang luhur demi terangkatnya taraf hidup dan meningkatnya kesadaran akan pendidikan bagi bangsa Indonesia, yang selama hampir tiga setengah abad ditindas oleh pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Pergerakan nasional di Indonesia erat hubungannya dengan keberhasilan negara-negara Asia lainnya, yaitu seperti kemenangan Jepang atas Rusia pada tahun 1905, Gerakan Turki Muda, Revolusi Cina, juga dengan pergerakan-pergerakan nasional lainnya di negara-negara tetangga, yakni di India dan Filipina yang pada saat itu juga sedang mengalami gejolak kebangkitan nasional. Inilah yang mempengaruhi perjuangan kaum nasionalis di Indonesia. Pengaruh lainnya yang menyebabkan berkembangnya gerakangerakan tersebut adalah adanya ekspansi pendidikan modern yang pada saat itu tumbuh dengan pesatnya, sehingga memunculkan para cendekiawan pribumi Indonesia Memasuki tahun 1920 pergerakan nasional Indonesia telah mengalami perkembangan, terutama dalam kesadaran bidang politik. Awalnya beberapa organisasi belum menjadikan politik sebagai fokus utamanya, tetapi menjelang Perang Dunia I pada awal dekade abad 20, organisasi-organisasi pergerakan mulai mengubah haluannya ke arah politik, termasuk pula Budi Oetomo dan Sarekat Islam, yang awalnya berfokus pada pendidikan dan ekonomi. Indie Werbaar (Aksi Hindia Bertahan) yang digagas oleh pemerintah kolonial 2 Ibid., hlm. 59. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 3 Belanda mendapatkan tanggapan positif dari kaum pergerakan, yang kemudian dilanjutkan dengan dibentuknya Dewan Rakyat (Volksraad) pada tanggal 16 Desember 1916 dan baru diresmikan pada tanggal 18 Mei 1918. Dewan Rakyat ini merupakan badan penasehat yang bertugas memberikan nasehat dan masukan kepada Gubernur Jendral, dengan harapan nantinya mampu menyalurkan aspirasi politik rakyat Indonesia kepada pemerintah kolonial Belanda. Organisasi-organisasi pergerakan nasional yang awalnya bersikap lunak dan kooperatif terhadap pemerintah kolonial tersebut pada tahun 1920an mulai bersikap radikal terhadap pemerintah, terutama terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah yang dinilai tidak adil. Kecenderungan perubahan sikap ini disebabkan oleh masuknya pengaruh paham sosialis dan komunis dengan gagasan yang diusung, yakni Marxisme-Revolusioner yang berhasil menggeser sikap perjuangan nasional ke arah antikolonialisme dan antikapitalisme dengan ekstrem-revolusionernya. Baik SI maupun BO tidak dapat terhindar dari proses radikalisasi, setengahnya karena politik kolonial yang reaksioner, setengahnya karena terpengaruh agitasi pemimpin-pemimpin sosialis-komunis tersebut di atas3. Salah satu bentuk sikap yang dianggap radikal oleh pemerintah kolonial Belanda adalah ketika menjelang dibentuknya Dewan Rakyat (Volksraad), Budi Oetomo membuat program sebagai bentuk tuntutan mereka, yaitu: 1. Segera dibentuknya sistem pemerintahan parlementer. 3 Ibid., hlm. 122. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 4 2. Segera dibuatnya undang-undang yang menjamin persamaan bagi semua warga masyarakat. 3. Dibukanya kesempatan terbuka bagi perkembangan semua golongan masyarakat. Program politik yang disampaikan oleh Budi Oetomo ini menyebabkan organisasi ini tergabung dalam Radicale Concentratie (Konsentrasi Radikal), yaitu badan yang mempersatukan aliran-aliran kiri yang ada di dalam Volksraad. Bersama-sama dengan SI, ISDV, dan Insulinde, Radicale Concentratie yang terbentuk pada tanggal 16 November 1918 menuntut dibentuknya pemerintahan parlementer. Radicale Concentratie dapat dikatakan sebagai badan konsentrasi nasional pertama pada awal pergerakan nasional Indonesia. Dalam perkembangan antara tahun 1920-an hingga awal tahun 1930-an mulai banyak bermunculan gerakan-gerakan baik dari kaum nasionalis maupun kaum komunis. Pada periode ini pula mulai banyak bermunculan partai-partai, seperti Indische Vereeniging (Perkumpulan Hindia) yang dibentuk pada tahun 1908 yang kemudian berubah nama menjadi Perhimpunan Indonesia (PI), PNI (Partai Nasional Indonesia), PKI (Partai Komunis Indonesia). Pada dekade ini bisa dikatakan bahwa pergerakan dari kaum nasionalis lebih bersikap radikal dan berani menentang segala kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah kolonial Belanda. Salah satu organisasi yang berani menentang adalah Partai Nasional Indonesia yang dipimpin oleh Ir. Soekarno. Partai ini dibentuk untuk memperjuangkan kemerdekaan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 5 Indonesia dengan kekuatan sendiri, oleh karenanya maka diperlukanlah persatuan bangsa. PNI menjalankan aksinya dengan gencar, seperti menyelenggarakan kongres-kongres PNI pada tanggal 27-30 Mei 1928 dan pada tanggal 18-20 Mei 1928. Rupanya aksi-aksi yang digencarkan oleh PNI ini mendapatkan simpati dari seluruh lapisan masyarakat, dan PNI juga mengalami kemajuankemajuan dalam menjalankan usahanya untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Sepak terjang PNI ini membuat resah kaum reaksioner Belanda, sehingga pada tahun 1929 dibentuklah Vaderlandsche Club yang tujuan utamanya adalah mendesak pemerintah kolonial Belanda untuk segera menindak tegas PNI, karena kegiatan yang dilakukan oleh partai politik tersebut dinilai sudah membahayakan. Desakan-desakan yang dikeluarkan oleh badan tersebut mendapatkan respon dari pemerintah kolonial Belanda, Gubernur Jendral De Jonge, yang menjalankan pemerintahnya dengan tangan besi, tidak segan-segan menangkap kaum nasionalis dan membuangnya ke luar pulau Jawa, seperti yang dilakukannya kepada Ir. Soekarno ke Ende, Flores. Begitu juga dengan menangkap serta membuang para petinggi PNI yang lain, meskipun mereka sudah memecahkan diri dari PNI dan membuat organisasi-organisasi sendiri, seperti Partindo dan PNI-Baru (Partai Pendidikan Indonesia). Akibat sikap keras pemerintah kolonial Belanda dalam menindak para kaum nasionalis Indonesia dengan cara menangkap dan membuang ke luar pulau Jawa, maka gerakan kaum nasionalis Indonesia yang awalnya bersifat PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 6 radikal dan non kooperatif terhadap pemerintah mulai merubah haluannya menjadi lebih lunak dan kooperatif, salah satunya adalah dibentuknya Fraksi Nasional oleh M.H. Thamrin yang juga merupakan anggota dari Volksraad, Parindra (Partai Indonesia Raya). Salah satu tujuan dari pembentukan organisasi tersebut adalah, memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dengan cara kooperatif, yaitu dengan bekerjasama dengan pihak pemerintah kolonial Belanda. Salah satunya adalah terobosan yang dilakukan oleh Soetardjo Kartohadikoesoemo dengan menggagas petisi Soetardjo, meskipun pada akhirnya petisi tersebut ditolak oleh pemerintah. Gagal akibat ditolaknya petisi Soetardjo rupanya tidak membuat kaum nasionalis putus asa, salah satu bentuk usaha mereka adalah dengan membentuk Gabungan Politik Indonesia sebagai badan konsentrasi nasional. Sebelum dibentuknya GAPI sebagai wadah untuk menyatukan organisasiorganisasi politik di Indonesia, sudah ada pula usaha untuk menyatukan organisasi-organisasi politik tersebut dalam satu wadah, yaitu pada tahun 1926 telah dibentuk Indonesische Eenheids Comite (Komite Persatuan Indonesia), akan tetapi komite tersebut tidak berhasil atau gagal. Kemudian pada tahun 1927, tepatnya pada tanggal 27 Desember 1927. Partai Nasional Indonesia (PNI) membentuk Pemufakatan Perhimpunan Partai Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI), dan organisasi hasil bentukan partai ini bisa dikatakan berhasil dan berjalan cukup lama, hingga lahirnya Gabungan Politik Indonesia PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 7 (GAPI) pada tanggal 21 Mei 19394. Adapun salah satu tujuan GAPI adalah untuk melanjutkan gagasan dari Petisi Soetardjo yang ditolak oleh pemerintah kolonial Belanda. B. Rumusan Masalah Dari latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada makalah yang berjudul “Peranan Gabungan Politik Indonesia dalam Perjuangan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1939-1941”, adalah: 1. Faktor apa yang melatarbelakangi dibentuknya Gabungan Politik Indonesia (GAPI) pada tahun 1939? 2. Bagaimana peranan Gabungan Politik Indonesia (GAPI) dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia pada tahun 1939-1941? 3. Apa kontribusi Gabungan Politik Indonesia (GAPI) dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia pada tahun 1939-1941? C. Tujuan dan Manfaat Penulisan 1. Tujuan Penulisan Adapun tujuan dari penulisan makalah yang berjudul Peranan Gabungan Politik Indonesia Dalam Perjuangan Kemerdekaan Indonesia tahun 1939-1941 ini adalah sebagai berikut: 4 A. Kardiyat Wiharyanto, Sejarah Indonesia Baru I: Pergerakan Nasional, Yogyakarta, 2007, hlm. 71. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 8 a. Untuk mendeskripsikan dan menganalisa faktor-faktor penting yang melatarbelakangi dibentuknya Gabungan Politik Indonesia pada tahun 1939. b. Untuk mendeskripsikan dan menganalisa peranan Gabungan Politik Indonesia dalam dunia perpolitikan di Indonesia pada tahun 1939 hingga tahun 1941. c. Untuk mendeskripsikan dan menganalisa kontribusi Gabungan Politik Indonesia dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia pada tahun 1939 hingga tahun 1941. 2. Manfaat Penulisan Adapun manfaat dari penulisan makalah berjudul Peranan Gabungan Politik Indonesia dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia pada tahun 1939-1941, adalah sebagai berikut: a. Bagi Universitas Sanata Dharma Dari penulisan ini dharapkan dapat menambah koleksi bahan bacaan yang dapat memperkaya khasanah dunia pustaka khususnya pada karya tulis yang nantinya dapat dimanfaatkan sebagai bahan referensi bagi mahasiswa. Terutama mengenai penulisan tentang peranan Gabungan Politik Indonesia (GAPI) dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia pada tahun 1939 hingga tahun 1941. b. Bagi Ilmu Pengetahuan Hasil dari penulisan ini diharapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan, serta informasi mengenai Sejarah Indonesia, terutama PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 9 sejarah mengenai organisasi perpolitikan Indonesia sebelum masa kemerdekaan Indonesia, yaitu mengenai peranan Gabungan Politik Indonesia (GAPI) dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia pada tahun 1939 hingga 1941. c. Bagi Penulis Penulisan tugas akhir makalah ini akan menambah pengetahuan serta pengalaman baru bagi penulis, serta menjadi sarana untuk menerapkan teori-teori yang telah penulis dapatkan selama duduk di bangku kuliah untuk dipraktikkan di dunia nyata, sehingga dapat dijadikan sebagai bekal berharga penulis untuk menjadi calon guru sejarah yang kompeten dan profesional. D. Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan makalah yang berjudul “Peranan Gabungan Politik Indonesia Dalam Perjuangan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1939-1941”, adalah sebagai berikut: BAB I Bab ini berisi bagian pendahuluan yang memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, serta sistematika penulisan. BAB II Bab ini berisi uraian mengenai faktor-faktor penting yang melatarbelakangi lahirnya Gabungan Politik Indonesia pada tahun 1939. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI BAB III 10 Bab ini berisi uraian mengenai peranan Gabungan Politik Indonesia dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia dalam rentang waktu 1939 hingga tahun 1941. BAB IV Bab ini berisi uraian mengenai kontribusi Gabungan Politik Indonesia dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia, pada tahun 1939 hingga tahun 1941. BAB V Bab ini berisi kesimpulan dari permasalahan-permasalahan yang telah dibahas pada Bab II, III, dan IV. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 11 BAB II LAHIRNYA GABUNGAN POLITIK INDONESIA TAHUN 1939 Pasca ditangkap dan dibuangnya para pemimpin gerakan-gerakan nasionalis yang dianggap oleh pemerintah kolonial Belanda radikal, seperti Ir. Soekarno ke luar Jawa, para pendukung gerakan nasionalis mulai mendirikan partai-partai lainnya, seperti Mr. Sartono, mendirikan Partai Indonesia (Partindo), Moh. Hatta dan Sutan Sjahrir mendirikan Pendidikan Nasional Indonesia (PNI-Baru). Tujuan dari didirikannya kedua partai tersebut adalah memperjuangkan kemerdekaan politik Indonesia dengan menggunakan taktik non kooperasi. Dalam sistemnya, PNI lebih mengutamakan kepada pendidikan politik dan sosial, sedangkan Partindo sendiri lebih mengutamakan kepada aksi massa, karena menurut partai ini aksi massa dianggap sebagai senjata paling cocok untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Dalam perkembangannya, kedua organiasasi ini tidak berhasil dalam usahanya memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Ini dikarenakan sikap pemerintah kolonial Belanda yang sangat keras mengawasi gerak-gerik kaum nasionalis Indonesia, terutama pada saat dipimpin oleh Gubernur Jendral De Jonge yang dengan segera menindak gerakan-gerakan tersebut dengan menangkap dan membuang pemimpin-pemimpin nasionalis, seperti Partindo dan PNI-Baru ke luar Jawa, seperti ke Digul ataupun ke Ende, Flores. 11 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 12 Akibat dari sikap pemerintah kolonial Belanda yang sangat keras dalam menindak kaum nasionalis yang berusaha dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, maka munculah ide untuk membentuk Fraksi Nasional dalam tubuh Volksraad. Gagasan ini diangkat oleh M.H. Thamrin yang merupakan seorang anggota Dewan Rakyat yang juga ketua perkumpulan kaum Betawi. Fraksi Nasional ini dibentuk pada tanggal 27 Januari 1930 di Jakarta dengan anggota berjumlah 10 orang yang terdiri dari perwakilan daerah-daerah di seluruh Indonesia, seperti Jawa, Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan. Fraksi ini mengangkat M.H. Thamrin sebagai ketuanya. Dalam tindakannya Fraksi Nasional lebih memusatkan usahanya di dalam lingkungan Volksraad5. Tujuan dari dibentuknya Fraksi Nasional ini adalah menjamin adanya kemerdekaan dalam waktu yang singkat, melalui usaha merubah ketatanegaraan, penghapusan perbedaan politik, ekonomi, dan intelektual, dan menjalankan usaha tanpa harus melanggar hukum. Pembentukan Fraksi Nasional ini muncul akibat dari politik tangan besi yang dijalankan oleh Gubernur Jendral De Jonge yang sukses melumpuhkan gerakan-gerakan nasional yang dijalankan oleh kaum nasionalis Indonesia yang bersikap radikal. Oleh karenanya akibat ditangkapnya kaum non kooperator oleh pihak Belanda, maka munculah kaum nasionalis Indonesia yang kooperator dengan pemerintah kolonial Belanda, seperti halnya anggota-anggota Fraksi Nasional ini. Di luar Fraksi Nasional sendiri bermunculan pula partai-partai dan organisasi-organisasi bentukan kaum nasionalis yang awalnya memang sudah 5 Marwati Djoened Poesponegoro, Sejarah Nasional Indonesia V, 1984, Jakarta, hlm. 218. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 13 bersikap kooperatif maupun yang berubah haluan dari yang non kooperatif menjadi kooperatif. Partai dan organisasi tersebut seperti, Parindra, PBI, Budi Oetomo, PSII, dan Gerindo. Perubahan haluan dalam usaha memperjuangkan kemerdekaan Indonesia ini karena sudah tertutupnya pintu non kooperatif akibat dari sikap pemerintah kolonial Belanda dalam membungkam aksi-aksi kaum nasionalis Indonesia yang bersikap radikal. Oleh karenanya salah satu usaha yang dilakukan oleh kaum nasionalis Indonesia dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, adalah seperti yang dilakukan oleh Soetardjo Kartohadikusumo dengan gagasannya yaitu Petisi Soetardjo. A. Petisi Soetardjo Soetardjo Kartohadikusumo merupakan wakil dari Perhimpunan Pegawai Bestuur6 Bumiputera (PPBB), yang merupakan sebuah perhimpunan pangreh praja bumi putera. Soetardjo bersama I.J. Kasimo, Dr. Sam Ratulangie, Datuk Tumenggung, Kwo Kat Tiong, dan Alatas, menandatangani usulan mengenai hubungan kerjasama antara Indonesia dengan Belanda di masa depan kepada pemerintah Hindia Belanda melalui Volksraad. Usul yang disampaikan oleh Soetardjo Kartodirdjo pada tanggal 15 Juli 1936 ini dikenal dengan nama Petisi Soetardjo. Adapun tujuan dari dicetuskannya petisi ini adalah, usulan agar diselenggarakan suatu konferensi oleh Kerajaan Belanda yang mana konferensi tersebut membahas mengenai hubungan kerjasama yang baik antara pihak Indonesia dengan pihak Belanda juga dalam status politik pemerintah kolonial Belanda, yaitu status otonomi dalam usaha untuk 6 Bestuur, artinya adalah pamong praja. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 14 menentukan nasib atas kedudukan Indonesia sebagai negara yang merdeka dalam jangka waktu 10 tahun mendatang yang didasarkan dalam batasan artikel 1 dari UUD Negeri Belanda Tahun 1922. Ini didasarkan atas pengalaman di tahun-tahun sebelumnya yang banyak menimbulkan kekecewaan, kegelisahan, dan sikap acuh tak acuh, yang kesemuannya itu tidak mendorong sikap semangat rakyat untuk turut serta membangun negeri7. Oleh karena itu didasarkan atas pengalaman di masa lalu dan dengan keinginan untuk memupuk semangat yang mulai redup tersebut agar hidup kembali, maka disusunlah suatu rencana yang matang untuk memperbaiki hubungan antara Kerajaan Belanda dengan Indonesia dalam bidang ekonomi, sosial, kultural, dan politik yang disesuaikan atas kebutuhan masing-masing pihak. Adapun isi dari petisi Soetardjo tersebut adalah, memohon kepada Volksraad agar mendesak pemerintah tertinggi Kerajaan Belanda dan Staten Generaal untuk segera mengadakan konferensi yang nantinya dihadiri oleh wakil-wakil Kerajaan dan wakil-wakil dari Indonesia dalam usaha untuk merencanakan persiapan kemerdekaan Indonesia dalam jangka waktu 10 tahun atau dalam waktu yang ditentukan. Perubahan-perubahan yang disampaikan dalam petisi ini antara lain adalah: 1. Pulau Jawa dijadikan satu propinsi, dan daerah-daerah lain luar pulau Jawa dijadikan sebagai kelompok-kelompok daerah (groeps gemeenschappen) yang otonom. 2. Sifat dualisme pemerintah daerah harus dihapus. 7 Sartono Kartodirdjo, op. cit, hlm. 182. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 15 3. Gubernur Jendral yang diangkat oleh Raja mempunyai hak kekebalan (onschendbaar). 4. Direktur tiap departemen bertanggungjawab atas instansinya. 5. Volksraad dibentuk menjadi parlemen sesungguhnya. Dan ketua, wakil ketua, dan anggota mempunyai hak suara. 6. Pada Raad van Indie, anggota dan wakil presidennya diangkat oleh Raja. 7. Dibentuknya Dewan Kerajaan (Rijksraad), sebagai badan tertinggi yang menghubungkan antara Kerajaan Belanda dan Indonesia. 8. Penduduk Indonesia merupakan orang yang dilahirkan di Indonesia, sedangkan untuk orang asing yang dilahirkan di Indonesia diharuskan mengikuti seleksi.8 Dari isi yang disampaikan petisi tersebut sudah terlihat bahwa rumusan dari isi petisi ini bersifat moderat, berjiwa kooperatif, dan juga mempunyai sikap hati-hati, karena tidak keluar dari kerangka konstitusional yang berlaku dan melalui cara yang legal pula. Sehingga petisi Soetardjo ini dinilai tidak bersifat revolusioner, dan apabila diprediksi hasilnya tidak kongkret atau nyata, akan tetapi konferensi tersebut mempunyai manfaat untuk mempertahankan pendirian dari masing-masing pihak. Petisi tersebut mendapat tanggapan beragam dari berbagai pihak, baik yang positif (setuju dengan isi petisi), ataupun yang negatif (menolak isi petisi). Perbedaan tanggapan ini menunjukkan keanekaragaman corak partai dan sudut pandang politik. Adapun pihak-pihak yang tidak menyetujui isi 8 Marwati Djoened Poesponegoro, op. cit, hlm. 226-227. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 16 petisi tersebut dari pihak Indonesia adalah Suroso, Goesti M. Noor, Wiwoho, Soekardjo Wirjopranoto. Alasan-alasan penolakan terhadap petisi tersebut, seperti yang disampaikan oleh Goesti M. Noor, bukan karena isi petisi, melainkan karena cara penyampaian pengajuan petisi, yaitu dengan cara menengadahkan kedua tangan atau dengan cara meminta atau memohon kepada pihak Kerajaan Belanda. Selain dari Goesti M. Noor, pihak lain yang juga menolak petisi ini adalah dari Fraksi Nasional yang bersikap skeptis atau meragukan hasil yang akan didapat dari pengajuan petisi Soetardjo tersebut, Selain itu, menurut pandangan dari Fraksi Nasional, petisi itu juga dapat melemahkan usaha-usaha lain yang juga memperjuangkan otonomi Indonesia dari Kerajaan Belanda. Pendapat tersebut disampaikan berdasarkan atas halhal sebagai berikut: 1. Usul yang tercantum dalam petisi tidak menggambarkan cita-cita yang diimpikan oleh bangsa Indonesia, yaitu impian untuk Indonesia merdeka. 2. Pengajuan petisi untuk memperoleh perubahan kedudukan negara dinilai sangat rendah, karena menginginkan perubahan dengan cara memintaminta. Dari pihak Belanda hampir semua tidak menyetujui petisi ini, kecuali dari pihak IEV (Indo-Europees Verbond), yang berpendapat bahwa ide Dewan Kerajaan sesuai dengan ide Negeri Belanda Raya yang mencakup bagian daerah-daerahnya9. Sementara itu pihak Belanda yang menolak petisi tersebut, seperti VC (Vederlandse Club), mempunyai pandangan bahwa isi dari petisi 9 Sartono Kartodirdjo, op. cit, hlm. 183. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 17 tersebut masih terlalu prematur atau terlalu awal, serta dinilai tidak sesuai dengan situasi, karena menurut VC, kondisi di bidang ekonomi dan sosial Indonesia tidak stabil, sehingga belum cukup berkembang untuk dapat berdiri sendiri. Disamping VC, pihak lain yang menolak ide dari Petisi Soetardjo ini adalah dari partai-partai Kristen, seperti IKP (Indische Katholieke Partij) dan CSP (Christelijke Staatkundige Partij). Kedua partai yang seharusnya bersikap tidak terlalu konservatif terhadap nasionalisme ini berpendapat bahwa petisi Soetardjo ini diajukan di waktu yang tidak tepat, karena menurut IKP dan CSP, ada masalah-masalah yang lebih besar yang masih harus dihadapi, ditambah lagi dengan persoalan akan kesatuan yang ada dalam lingkungan Pax Neederlandica masih bisa dipertahankan dikarenakan perkembangan politiknya masih belum stabil. Untuk menindaklanjuti petisi tersebut, Volksraad pada tanggal 29 September 1936 mengadakan pemungutan suara, yang nantinya hasil pemungutan suara akan diajukan kepada Pemerintah Tertinggi dan Staten Generaal10 di negeri Belanda. Pemungutan suara tersebut menghasilkan 26 setuju dan 20 tidak setuju. Lalu hasil dari pemungutan suara di Dewan Rakyat diteruskan ke Negeri Belanda. Dari hasil pemungutan suara yang didapat hampir dapat disimpulkan bahwa petisi yang diajukan pada tanggal 15 Juli 1936 sangat tipis kemungkinannya untuk diterima oleh Pemerintah Tertinggi dan Staten Generaal. Hasil tersebut disimpulkan karena didasarkan atas faktor-faktor yang mempengaruhi seperti berikut: 10 Staten Generaal artinya Parlemen Belanda. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 18 1. Berdasarkan tingkat perkembangan politik di Indonesia petisi sangat prematur dalam hubungan itu. 2. Dipersoalkan bagaimana kedudukan minoritas di dalam struktur politik baru. 3. Siapakah yang akan memegang kekuasaan nanti. 4. Tuntutan otonomi dipandang sebagai hal yang tidak wajar alamiah, karena pertumbuhan ekonomi, sosial, dan politik belum memadai11. Sebagai bentuk usaha supaya Petisi Soetardjo disetujui oleh Pemerintah Kerajaan Belanda, maka pada tanggal 5 Oktober 1937 dibentuklah Centraal Comite Petitie Soetardjo (Panitia Pusat Petisi Soetardjo). Tujuan dari dibentuknya komite ini adalah untuk mengumpulkan dukungan dari organisasi-organisasi politik demi disetujuinya Petisi Soetardjo ini dengan cara segera membentuk sub-sub komite di daerah-daerah untuk memperjuangkan petisi tersebut. Adapun susunan dari anggota Panitia Pusat Petisi Soetardjo ini adalah: a. Soetardjo Kartohadikusumo b. Hendromartono c. Atik Suardi d. Otto Iskandar Dinata e. Agus Salim f. I.J. Kasimo g. Sinsu 11 Sartono Kartodirdjo, op. cit, hlm. 183. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 19 h. Datuk Tumenggung i. Sartono j. Alatas k. Kwo Kwat Tiong Pada tanggal 21 November 1937 komite ini mengadakan konferensi di Batavia yang dihadiri oleh wakil-wakil dari berbagai perkumpulan politik. Para wakil perkumpulan politik yang hadir antara lain, Moh. Husni Thamrin, Gani, Amir Syariffudin, Juanda, Bajasut (PAI:Perkumpulan Arab Indonesia), dan Tumbulaka (dari PM:Persatuan Minahasa)12. Kemudian pada tanggal 28 November 1937 atau seminggu setelah konferensi yang pertama berlangsung diadakan sebuah rapat besar yang dilaksanakan di Gang Kenari, Jakarta. Dalam kesempatan tersebut M. Soetardjo Kartohadikusumo menerangkan bahwa dia sebagai ambtenar BB yang mengajukan petisi tersebut memandang BB sebagai suatu jembatan di antara pemerintah dan rakyat13. Dari rapat tersebut hampir semua partai-partai politik memberikan dukungannya untuk Petisi Soetardjo, kecuali dua partai politik, yaitu PSII dan PNI Baru yang secara terang-terangan menolak petisi tersebut. Alasan kedua partai tersebut menolak petisi Soetardjo adalah bahwa petisi seperti itu membunuh semangat perjuangan bangsa14. Sementara itu Gerindo dan Parindra bersikap setengahsetengah, dengan kata lain kedua partai politik tersebut tidak setuju dengan tujuan dari petisi ini, akan tetapi setuju dengan diselenggarakannya Imperiale 12 Sri Sutjianingsih, Oto Iskandar Dinata, Jakarta, 1983, hlm. 36. Idem. 14 Sartono Kartodirdjo, op. cit, hlm. 184. 13 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 20 Conferentie (Konferensi Kerajaan), yang dihadiri oleh wakil-wakil dari Belanda dan Indonesia untuk merundingkan kedudukan Indonesia di masa depan. Petisi Soetardjo merupakan sebuah petisi yang diajukan oleh pihak kaum kooperator, sehingga seharusnya pemerintah Kerajaan Belanda dapat menggunakannya sebagai patokan untuk menjajaki dan memperhatikan keinginan bangsa Indonesia untuk mengurus negaranya sendiri di masa depan. Meskipun lingkup dari pemerintahan Indonesia masih masuk dalam lingkungan Kerajaan Belanda, akan tetapi hal itu tetap tidak membuat pihak Belanda mengabulkan petisi tersebut. Penolakan petisi diputuskan pada tanggal 16 November 1938 satu tahun setelah diajukan atas nama Ratu Belanda. Adapun yang menjadi dasar penolakan petisi adalah bahwa bangsa Indonesia belum matang untuk memikul tanggung jawab sendiri15. Petisi Soetardjo ditolak oleh sebagian besar anggota Parlemen Belanda, sedang yang menyokong hanyalah Van Galderen dari golongan Sosialis dan Rustam Effendi dari golongan Komunis. Akibat dari penolakan petisi tersebut adalah munculnya kekecewaan di kalangan kaum nasionalis dan semakin berkurangnya kepercayaan mereka terhadap Pemerintahan Belanda. Akan tetapi kekecewaan tersebut tidak berlangsung lama, karena perjuangan untuk memperoleh kemerdekaan Indonesia harus dilanjutkan dan tidak boleh terhenti hanya karena ditolaknya Petisi Soetardjo oleh pemerintah Belanda. Perjuangan kaum nasionalis 15 Sri Sutjianingsih. op. cit, hlm 37. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 21 Indonesia semakin giat dan gencar terutama menggunakan jalur yang legal dan dengan melakukan hubungan kerjasama dengan Pemerintah Belanda. Hal ini didasarkan atas situasi internasional yang sedang genting dan tidak kondusif akibat dari kekuasaan Nazi di Eropa yang mengancam negara-negara lain terutama di wilayah Eropa, tidak terkecuali Belanda. Atas dasar hal tersebut maka para kaum nasionalis semakin memperkuat persatuan dengan menggalang kekuatan barisan. Langkah pertama yang dilakukan adalah membubarkan Panitia Pusat Petisi Soetardjo pada tanggal 11 Mei 1939, kemudian setelah itu dibentuklah lagi sebuah badan politik baru Fraksi Nasional oleh salah satu anggotanya, yaitu M.H. Thamrin. Pembentukan badan politik baru itu merupakan jawaban spontan kaum nasionalis Indonesia terhadap penolakan Petisi Soetardjo16. Dengan dibentuknya badan politik ini pula diharapkan kaum nasionalis Indonesia menjadi semakin semangat untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dan semakin bersikap lebih tegas terhadap pemerintahan Belanda. B. Lahirnya Gabungan Politik Indonesia Gagalnya Petisi Soetardjo akibat dari penolakan Pemerintah Belanda, menyebabkan para nasionalis semakin cepat dalam bertindak demi memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Salah satu cara untuk semakin memperkokoh kesatuan antar kaum nasionalis dengan organisasi politik yang mereka usung adalah dengan membentuk suatu badan sebagai wadah atau tempat yang menaungi berbagai macam organisasi atau partai politik tersebut, 16 Slamet Muljana, Kesadaran Nasional: Dari Kolonialisme Sampai Kemerdekaan 2, 1986, Jakarta, hlm. 63. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 22 untuk saling menghargai serta kerjasama untuk membela kepentingan rakyat17. Dalam usaha menggalang persatuan politik demi terciptanya pembentukan badan konsentrasi nasional itu, maka pada tanggal 19 Maret 1939 dalam rapat besar pengurus Parindra, M.H. Thamrin selaku ketua Departemen Politik Parindra mengungkapkan gagasannya mengenai ide pembentukan badan konsentrasi nasional dan gagasan itu disetujui oleh semua anggota Parindra. Dengan disetujuinya gagasan tersebut maka Thamrin menghubungi pimpinanpimpinan dari organisasi-organisasi nasional lainnya untuk membicarakan gagasannya tersebut. Organisasi lain di luar Parindra menyambut baik dan menyetujui ide Thamrin tersebut, seperti yang diungkapkan oleh Otto Iskandar Dinata, selaku ketua Paguyuban Pasundan, yang menilai bahwa dengan pembentukan badan konsentrasi nasional tersebut hubungan baik antara partai politik yang ada dalam badan itu akan terjaga tetap dengan sebaik-baiknya. Ia juga berharap bahwa badan ini akan mampu mendesak Belanda untuk mengubah sikapnya terhadap tanah jajahannya, yaitu Indonesia. Organisasi politik lainnya yang juga menyambut baik gagasan ini adalah Partai Islam Indonesia (PSII), yaitu Sukiman, akan tetapi ada pula yang menolak gagasan tersebut, yaitu Abikoesno, sedangkan Gerindo masih bersikap menunggu. Pasca dicetuskannya ide pembentukan badan konsentrasi nasional ini, pada tanggal 21 Mei 1939 atas dasar inisiatif dari Parindra, diadakanlah rapat resmi Panitia Persiapan Pembentukan Badan Konsentrasi untuk membahas mengenai tindak lanjut dari gagasan pembentukan badan konsentrasi nasional 17 Sartono Kartodirdjo, op. cit, hlm. 186. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 23 tersebut. Rapat yang diselenggarakan di Gedung Permufakatan yang beralamat di Gang Kenari no. 15 Jakarta ini dihadiri oleh M.H. Thamrin, Soekarjo Wiryopranoto (Parindra), Atik Soeardi, S. Soeradiredja, Ukar Bratakoesoema, Otto Iskandar Dinata (Paguyuban Pasundan), Senduk, Sam Ratulangi (Persatuan Minahasa), R. Abikoesno Tjokrosujoso, Sjahbuddin Latif, Moh. Sjafei (PSII), A.K. Gani, Amir Sjarifuddin, Sanusi Pane, Wilopo (Gerindo), K.H. Mas Mansur, Wiwoho (PII). Dalam rapat tersebut, M. H. Thamrin menyampaikan bahwa, situasi internasional yang semakin kacau dan tidak menentu mendorong untuk segera membentuk badan konsentrasi nasional, yang bertujuan untuk membentuk suatu badan persatuan yang akan memperjuangkan kepentingan rakyat Indonesia, selain itu anggota yang terdiri dari berbagai organisasi politik dalam badan ini dapat menjalankan program tiap-tiap organisasi masingmasing. Dari rapat tersebut lahirlah badan konsentrasi nasional yang bernama Gabungan Politik Indonesia (GAPI). Adapun tujuan dari dibentuknya GAPI ini adalah: a. Menganjurkan kepada semua partai politik nasional Indonesia untuk mengadakan kerjasama b. Menyelenggarakan kongres Indonesia18. Gabungan Politik Indonesia ini berdasarkan atas asas: a. Hak mengatur nasib sendiri 18 Slamet Muljana, op. cit, hlm. 65. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 24 b. Persatuan bangsa Indonesia atas dasar demokrasi dalam politik, ekonomi, dan sosial c. Kesatuan dalam aksi19. Dalam menentukan calon anggota yang akan masuk dalam GAPI, yang diterima hanya dari partai nasional saja, dan keputusan ini diambil atas jumlah pengumpulan suara terbanyak. Dalam penyusunan program yang akan dijalankan harus disetujui dulu oleh semua anggota. Dalam susunan organisasinya pimpinan harian GAPI dipegang oleh satu sekretariat, yang mana terdiri atas, sekretaris umum, bendahara, dan sekretaris pembantu. Awalnya yang memegang jabatan tersebut adalah M.H. Thamrin (Parindra), R. Abikoesno Tjokrosujono (PSII), dan Amir Sjarifudin (Gerindo). Sedangkan yang menjadi anggota GAPI adalah, Parindra, Gerindo, Paguyuban Pasundan, PSII, PII, kemudian PPPKI menyusul menjadi anggota. Dibentuknya GAPI mendapatkan sambutan yang sangat baik dari rakyat Indonesia, terutama dari kaum nasionalis. Akan tetapi ada pula pihak yang tidak senang dan meragukan pembentukan GAPI ini, salah satunya adalah H. Agus Salim, pimpinan Pergerakan Penyedar, yang menilai bahwa partai-partai politik yang menjadi anggota GAPI tersebut hanya mampu melakukan perjuangan dalam perebutan kursi di dewan rakyat saja, sehingga kecil kemungkinan partai-partai tersebut memperjuangkan kehidupan rakyat. Oleh karena itu Pergerakan Penyedar menolak bergabung dalam badan konsentrasi nasional ini, dan lebih memilih bekerjasama langsung dengan rakyat. 19 Idem. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 25 Lahirnya Gabungan Politik Indonesia (GAPI) juga hampir bersamaan dengan pembentukan badan konsentrasi nasional lainnya, seperti badan yang diprakarsai oleh Moh. Yamin, Abdul Rasjid, Tadjuddin Noor, dan Soangkupon, yang mereka beri nama Golongan Nasional Indonesia (GNI) atau di lingkungan Dewan Rakyat disebut dengan Indonesische Nationalistische Groep. Latar belakang dibentuknya GNI ini adalah adanya perpecahan yang ada dalam tubuh Fraksi Nasional di Volksraad, sehingga membuat Moh. Yamin menyarankan kepada Fraksi Nasional untuk menyusun suatu program, yang nantinya program tersebut disebarluaskan di seluruh Indonesia. Adapun alasan di balik gagasan tersebut adalah karena mulai munculnya pemikiran-pemikiran yang menganggap bahwa Fraksi Nasional hanya mementingkan kepentingan Jawa saja dibandingkan dengan kepentingan daerah lainnya di luar pulau Jawa. Akan tetapi gagasan yang disampaikan oleh Moh. Yamin ini tidak mendapatkan persetujuan dari M.H. Thamrin, sehingga pada akhirnya dibentuklah GNI pada tanggal 10 Juli 193920. 20 Sartono Kartodirdjo, op. cit, hlm. 187. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 26 BAB III PERANAN GABUNGAN POLITIK INDONESIA DALAM PERJUANGAN KEMERDEKAAN INDONESIA PADA TAHUN 1939-1941 Lahirnya Gabungan Politik Indonesia pada tanggal 21 Mei 1939 telah memberikan angin segar kepada kaum nasionalis Indonesia untuk semakin gencar dalam memperjuangkan status Indonesia menjadi negara yang berdiri sendiri. Terutama saat GAPI meningkatkan perjuangannya dengan meluncurkan program “Indonesia Berparlemen”, yang mana program aksi politik ini ditetapkan pada saat rapat umum GAPI pada tanggal 4 Juli 1939. Dengan diluncurkannya program tersebut, bisa ditebak apabila program aksi “Indonesia Berparlemen” langsung diterima oleh rakyat Indonesia dan mendapatkan sambutan yang baik, terutama oleh kalangan nasionalis. Mereka sangat mendukung dengan langkah yang dilakukan oleh GAPI, yang dinilai cukup berani dan tegas dibandingkan dengan langkah yang dilakukan sebelumnya, yaitu diluncurkannya Petisi Soetardjo. Bagi GAPI sendiri dengan dipopulerkannya program aksi “Indonesia Berparlemen” diharapkan mampu meningkatkan dan mengobarkan semangat seluruh rakyat Indonesia, karena menurut GAPI dalam usahanya untuk merealisasikan program ini dibutuhkan dukungan dan dorongan sepenuhnya dari seluruh rakyat Indonesia. Salah satu cara mengambil hati rakyat tersebut adalah dengan meyakinkan bahwa Volksraad yang ada sama sekali tidak dapat memenuhi hasrat rakyat dan harus diganti dengan parlemen yang wajar dan memiliki wewenang yang 26 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 27 sempurna21. Oleh karena itu rakyat Indonesia harus menuntut pembentukan parlemen yang sesuai dengan apa yang diharapkan oleh rakyat Indonesia, yaitu bahwa parlemen ini anggota-anggotanya terdiri dari wakil rakyat yang jumlahnya harus sesuai dengan perbandingan jumlah rakyat yang diwakili, karena menurut GAPI hanya melalui parlemen ini, suara-suara serta harapan rakyat Indonesia dapat diperjuangkan. A. Menggagas Manifesto Pembentukan Parlemen Pecahnya Perang Dunia II pada bulan September 1939, membuat kaum nasionalis Indonesia semakin gencar dengan tuntutannya. Mereka mulai mendesak pemerintah Hindia Belanda untuk segera mengabulkan apa yang mereka inginkan, yaitu pembentukan parlemen. Hal ini harus segera dilakukan karena melihat adanya kesempatan yang muncul dari posisi Belanda yang mulai terdesak. Pada waktu itu pihak Nazi mulai mengancam kedudukan Belanda di Eropa, dan hal inilah yang dijadikan pijakan oleh para nasionalis untuk meminta kepada pemerintah Belanda memberikan izin kepada Indonesia untuk membentuk parlemen, sehingga Indonesia dapat mulai berdiri sendiri dan mengadakan persiapan pertahanan untuk menanggulangi bahaya yang mungkin mengancam22. Harapannya dengan dikabulkannya tuntutan tersebut maka hubungan antara Belanda dan Indonesia akan semakin erat. Melihat kesempatan tersebut maka GAPI pada tanggal 19 September 1939 mengeluarkan manifesto23 mengenai pembentukan parlemen. Adapun 21 Slamet Muljana, op. cit, hlm. 67. Ibid., hlm. 67-68. 23 Manifesto adalah sikap sebuah kelompok yang diumumkan kepada publik dan sering bersifat politis. 22 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 28 maksud dari dikeluarkannya manifesto tersebut didasarkan kondisi saat itu yang penuh bahaya, dan dalam posisi genting ini maka diperlukanlah hubungan yang baik antara Belanda dan Indonesia. Selain itu Belanda juga diharapkan mendengarkan aspirasi rakyat Indonesia yang menginginkan pemerintahan sendiri dengan jalan dibentuknya parlemen sebagai wadah untuk menyalurkan aspirasi mereka. Apabila Belanda menyetujui serta mengabulkan langkah tersebut, maka GAPI akan mengerahkan rakyat untuk memberi bantuan kepada Belanda24, dan dalam menjalankan manifesto tersebut, anggota-anggota GAPI tidak diperbolehkan untuk bertindak sendiri-sendiri, akan tetapi hanya boleh menjalankan dalam ikatan GAPI saja. Manifesto tersebut bisa dikatakan memiliki dua sisi yang berbeda. Di satu sisi manifesto tersebut menunjukkan sifat loyal kaum nasionalis Indonesia terhadap pemerintah Belanda yang sedang menghadapi kendala akibat dari pecahnya Perang Dunia II. Di sisi lain adalah adanya unsur pemaksaan kepada pemerintah Belanda yang dalam kondisi sulit untuk segera mengabulkan keinginan rakyat Indonesia. Dengan dikeluarkannya manifesto tersebut muncul berbagai macam tanggapan dari berbagai pihak, seperti dari golongan progresif Belanda (Kritiek en Opbouw) yang menyerukan kepada pemerintah Belanda agar loyalitas yang tertera dalam pernyataan GAPI ditanggapi secara positif dengan memenuhi keinginannya25, tetapi ada pula pihak lain yang justru menanggapi negatif dengan mengatakan bahwa GAPI memanfaatkan kesempatan ketika Belanda sedang mengalami kesulitan dengan melakukan 24 25 Sartono Kartodirdjo, op. cit, hlm 188. Idem. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI chantage (pemerasan) dengan memaksa pemerintah untuk 29 segera mengabulkan tuntutannya tersebut. Pada tanggal 1 Oktober 1939 GAPI mengadakan rapat umum di Jakarta, dan dalam rapat tersebut banyak pihak menyambut baik manifesto yang diajukan GAPI. Pihak-pihak tersebut banyak yang mengirimkan surat pernyataan mendukung penuh aksi “Indonesia Berparlemen”. Selain berbagai macam perkumpulan Indonesia, rupanya ada pula perkumpulan dari penduduk Indonesia asing, yaitu Persatuan Arab Indonesia (PAI) yang mendukung aksi ini. Ini membuktikan bahwa, selain rakyat Indonesia asli yang sangat menginginkan Indonesia untuk segera membentuk parlemen, rupanya ada pula orang Indonesia keturunan yang juga mendambakan hal tersebut sebagai bentuk rasa cinta mereka terhadap tanah air ini. Ditambah lagi pada tanggal 23 Oktober 1939 di Sala diselenggarakan Konferensi PVPN (Persatuan Vakbonden Pegawai Negeri) yang bertujuan mendukung aksi “Indonesia Berparlemen”. Setelah melihat berbagai macam tanggapan positif dari berbagai pihak mengenai aksi “Indonesia Berparlemen”, maka disusunlah rencana untuk segera menyebarluaskan manifesto tersebut ke segala pelosok Indonesia dan oleh karena itu pada tanggal 23 November 1939 GAPI menyelenggarakan rapat kembali membahas mengenai usaha untuk menyebarluaskan aksi tersebut dengan membentuk organisasi yang lebih rapi, yakni pembentukan Komite Parlemen Indonesia di daerah-daerah, yang nantinya aksi ini akan dipergiat oleh anggota partai yang tergabung dalam GAPI. Langkah GAPI PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 30 tersebut didukung oleh hampir semua organisasi dan partai politik pergerakan, kecuali Pendidikan Nasional Indonesia, yang menilai bahwa apa yang dilakukan oleh GAPI tersebut sama saja dengan mengemis atau memintaminta kepada pihak Belanda. Dengan dibentuknya Komite Parlemen Indonesia di daerah-daerah di Indonesia, baik di Jawa maupun di luar Jawa maka terbentuklah panitiapanitia lokal di bawah naungan GAPI. Tujuan dari dibentuknya panitia-panitia lokal adalah untuk mempersiapkan Konggres Rakyat Indonesia yang akan berlangsung pada tanggal 23 hingga 25 Desember 1945. Pada tanggal 17 Desember diadakan rapat panitia sebagai bentuk persiapan terakhir untuk menyambut diselenggarakannya konferensi tersebut. B. Menyelenggarakan Kongres Rakyat Indonesia Pada tanggal 23-25 Desember 1939 diselenggarakanlah Kongres Rakyat Indonesia di Gedung Permufakatan, Gang Kenari, Jakarta, dihadiri oleh 99 utusan dari organisasi-organisasi nasional, termasuk organisasiorganisasi non politik (organisasi-organisasi sosial, perkumpulan sekerja). Tujuan dari diselenggarakannya Kongres ini adalah menjaga keselamatan dan kesejahteraan rakyat Indonesia. Langkah awal yang dilakukan adalah harus segera dibentuknya parlemen, sebagai salah satu realisasi dalam aksi “Indonesia Berparlemen”. Dalam kongres ini pula dihasilkan beberapa keputusan penting, seperti berikut: a. Penyusunan program kerja Kongres Rakyat Indonesia yang ditugaskan kepada perwakilan GAPI, Persatuan Vakbonden Pegawai Negeri, PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 31 Persatuan Jurnalis Indonesia, dan Istri Indonesia. Dalam penyusunannya GAPI akan bertindak sebagai badan pelaksana. b. Yang menjadi anggota Kongres Rakyat Indonesia itu ialah perkumpulanperkumpulan dan partai-partai, yang cukup pentingnya, sedang sebagai badan pekerja dari Kongres Rakyat Indonesia itu, ditunjuk GAPI federasi dari partai-partai politik26. c. Aksi “Indonesia Berparlemen” tetap diteruskan, dan Kongres Rakyat Indonesia menetapkan GAPI sebagai pelaksananya. d. Ditetapkannya bendera Indonesia “Merah Putih”, sebagai bendera persatuan, bahasa Indonesia sebagai bahasa kesatuan, dan lagu Indonesia Raya sebagai lagu kebangsaan. Saat Kongres tersebut berlangsung disinggung pula mengenai sikap apa yang harus dilakukan apabila pemerintah Belanda menolak gagasan mengenai pembentukan parlemen tersebut. Pernyataan ini disampaikan oleh PPPI (Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia). Perhimpunan ini juga menyarankan apabila memang pada akhirnya manifesto ini ditolak, ada baiknya para anggota dewan yang berjuang di bawah bendera kongres memilih mundur, sebagai bentuk protes dari penolakan tersebut. Akan tetapi saran yang disampaikan oleh PPPI yang dinilai tegas ini justru ditolak oleh GAPI. GAPI malah memberi label bahwa PPPI merupakan perkumpulan kaum ekstremis, sehingga akhirnya PPPI memilih mundur dari kongres. Usul PPPI ini pada hakikatnya dilontarkan untuk menjajaki, sampai mana para pemimpin nasional 26 A.K. Pringgodigdo, Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia, 1991, Jakarta, hlm. 164. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 32 yang tergabung dalam GAPI khususnya dan dalam kongres umumnya sanggup memikul konsekuensi dari aksi “Indonesia Berparlemen”27. Bentuk penolakan yang dilakukan oleh GAPI terhadap usulan PPPI ini justru memperlihatkan bahwa GAPI masih memiliki rasa takut kepada pemerintah Belanda. Namun apabila saran yang disampaikan oleh PPPI itu dijalankan, GAPI bisa terperangkap ke dalam situasi yang gawat, karena ada kemungkinan pihak pemerintah akan melakukan pengawasan ketat melalui peningkatan militer untuk menindak organisasi-organisasi nasional, yang dapat berakibat buruk bagi semua. Pasca diselenggarakannya Kongres Rakyat Indonesia yang berlangsung pada bulan Desember 1939 tersebut, oleh GAPI dibentuklah badan-badan yaitu Komite Parlemen Indonesia di seluruh wilayah, yang tujuannya adalah untuk memudahkan usaha meningkatkan program dari aksi “Indonesia Berparlemen” di daerah-daerah. Panitia-panitia di daerah dianjurkan mengadakan kursus-kursus dan rapat-rapat bersifat tertutup dan umum28. Untuk menguatkan aksi tersebut, GAPI berusaha meyakinkan rakyat akan kewajibannya untuk bersama-sama mewujudkan cita-cita bangsa29. Ketika GAPI sedang memperjuangkan realisasi atas aksi “Indonesia Berparlemen”, tiba-tiba muncul kabar mengenai telah dikirimkannya surat permohonan pembentukan parlemen kepada Staten Generaal pada tanggal 16 Oktober 1939. Adapun yang bertindak demikian bukanlah GAPI melainkan 27 Slamet Muljana, op. cit, hlm 70. Marwati Djoened Poesponegoro, op. cit, hlm. 233. 29 Idem. 28 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 33 Golongan Nasional Indonesia yang dipimpin oleh Moh. Yamin dan disokong oleh Parpindo, partainya. Hal yang dilakukan secara sepihak oleh GNI ini memberikan gambaran tentang kesan bahwa, Moh. Yamin yang tidak diajak dalam pembentukan GAPI, sebagai bentuk kekecewaannya, segera membentuk GNI sebagai tandingannya. Ini dapat dilihat ketika GAPI mengeluarkan manifesto mengenai aksi “Indonesia Berparlemen”, dengan cepat GNI segera membuat permohonan kepada pemerintah Belanda. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya ketegangan antara kubu GAPI dengan kubu GNI yang jelas sekali sangat ditunggu oleh pemerintah Belanda. Pemerintah Belanda atas insiden tersebut justru memanfaatkannya sebagai alat untuk menunda aksi “Indonesia Berparlemen”, serta melumpuhkan organisasiorganisasi nasionalis tersebut. Selain memanfaatkan ketegangan hubungan antara GAPI dan GNI, pihak Belanda mulai melakukan tindakan-tindakan yang dinilai mengganggu dominasi pemerintahan mereka, sehingga mulailah diberlakukan pengawasan terhadap gerakan-gerakan kaum nasionalis, seperti yang dilakukan oleh Procureur Generaal, H. Marcella yang telah memberikan instruksi rahasia kepada polisi PID untuk mengawasi gerak-gerik Gerindo mulai tanggal 1 Februari 193930, atau beberapa bulan sebelum dibentuknya GAPI dan dicetuskannya aksi “Indonesia Berparlemen”, begitu pula dengan partai-partai lain seperti PSII dan Parindra, yang juga diawasi oleh polisi PID. Adapun bentuk-bentuk dari pengawasan ini adalah dengan peringatan keras serta 30 Slamet Muljana, op. cit, hlm. 72. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 34 tindakan-tindakan yang dilakukan oleh polisi terhadap kegiatan yang dilakukan oleh partai-partai tersebut, seperti rapat-rapat yang diselenggarakan oleh partai politik, misalnya yang dilaksanakan Parindra di Medan pada bulan Desember 1939 dengan sepihak dibubarkan oleh polisi. Rapat-rapat yang dilaksanakan di Bengkulu dan Cirebon pada bulan Januari-Februari juga mengalami kesulitan masalah berkenaan dengan perizinan oleh pihak polisi. Sikap reaktif yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Belanda terhadap GAPI, mendapat tanggapan beragam, tak terkecuali oleh G.F. Pijper, seorang Penasehat Urusan Dalam Negeri pemerintah kolonial Belanda. Pijper mengemukakan bahwa pihak Belanda tidaklah perlu bertindak terlalu keras terhadap program yang sedang digalakkan oleh GAPI, terutama terhadap program aksi “Indonesia Berparlemen”, karena menurutnya berhasil atau tidaknya program tersebut tergantung dari keputusan yang dilakukan oleh pemerintah Belanda, apakah mereka menyetujui program tersebut, ataukah mereka justru menolaknya, sehingga dapat dikatakan bahwa program yang tengah diperjuangkan oleh GAPI tersebut gagal. Pada awal Februari datanglah jawaban dari Menteri Welter, selaku menteri jajahan mengenai masalah aksi “Indonesia Berparlemen”31. Menurut pendapat Welter, diakui bahwa adalah hal yang wajar dan sah apabila menurut perkembangan masyarakat, baik dalam bidang materiel maupun spiritual, akan muncul kecakapan dan kegairahan dalam masyarakat itu untuk memegang 31 Sartono Kartodirdjo, op. cit, hlm. 190. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 35 peranan dalam kerangka kelembagaan politik yang pada saat itu ada32. Ditambahkan pula bahwa aksi “Indonesia Berparlemen” tidaklah perlu, karena selama Belanda masih memegang penuh tanggung jawab kebijakan politik dan ketatanegaraan di Indonesia, maka selama itu pula tidak diperbolehkannya pembentukan parlemen di Indonesia. Dengan ditolaknya program aksi “Indonesia Berparlemen” oleh pemerintah Belanda, jelas menimbulkan kekecewaan yang dirasakan oleh rakyat Indonesia di mana-mana. Ditambah lagi dengan alasan yang mendasari penolakan terhadap program aksi tersebut yang menyatakan bahwa bangsa Indonesia belumlah sanggup dalam mengatur dirinya dan wilayahnya sendiri. Penolakan yang dikeluarkan pemerintah Belanda ini dilakukan pada tanggal 10 Februari 1940. Penolakan aksi “Indonesia Berparlemen” oleh pemerintah Belanda justru semakin membuat GAPI menjadi tak gentar, dan badan konsentrasi nasional ini semakin gencar dalam menjalankan aksinya. Ini dibuktikan oleh GAPI pada tanggal 23 Februari 1940 dengan meneruskan program aksi “Indonesia Berparlemen” dengan segera mendirikan Panitia Parlemen Indonesia. Pembentukan badan kepanitiaan ini mendapatkan dukungan dari Paguyuban Pasundan, Parindra, PSII, dan anggota GAPI lainnya. Segera dibentuknya badan kepanitiaan ini didasarkan atas posisi Belanda yang semakin gawat. Gagasan yang diusung oleh GAPI tersebut, tetap dibahas dalam Tweede Kamer ketika membahas mengenai anggaran belanja Hindia Belanda yang 32 Idem. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 36 dilakukan pada tanggal 26 Februari hingga tanggal 6 Maret 1940. Dalam pembahasan tersebut, sayangnya tuntutan yang diusung oleh GAPI ini hanya mendapat dukungan dari Social Demokratische Arbeiders Partij (SDAP) dan Stokvis, sedangkan partai lainnya menolak, begitu juga dengan pers Belanda yang pada umumnya juga menolak tuntutan yang diusung oleh GAPI. Alasan yang melatarbelakangi penolakan mereka adalah sama dengan yang dikemukan oleh pemerintah Belanda. Namun partai-partai dan pers Belanda yang menolak tersebut juga menambahkan perlunya pemerintah Belanda segera melakukan perubahan sistem pemerintahan Belanda di Indonesia, mengingat situasi internasional terutama di wilayah Eropa yang semakin genting dan gawat. Adapun mosi yang diajukan oleh kedua partai pendukung GAPI, yaitu SDAP dan Stokvis adalah permohonan kepada pemerintah Belanda untuk meninjau kembali keputusan sebelumnya untuk memberikan Indonesia kewenangan politik, akan tetapi pada akhirnya mosi tersebut tetap ditolak oleh Menteri Jajahan Welter. Selain itu dalam pengambilan suara, mosi yang diusung oleh kedua partai ini mengalami kekalahan dalam pengumpulan suara, sehingga dapat dikatakan bahwa gagasan “Indonesia Berparlemen” ditolak oleh pemerintah tertinggi Belanda. Ditolaknya gagasan aksi “Indonesia Berparlemen” yang dilakukan oleh pemerintah Belanda pada tanggal 10 Februari 1940 dan kekalahan dalam pemungutan suara dalam Twedee Kamer, membuat GAPI pada tanggal 5 Maret 1940 melancarkan manifesto yang menyatakan bahwa aksi “Indonesia Berparlemen” merupakan soal yang serius, dan gagasan ini mempertaruhkan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 37 kehormatan segenap bangsa Indonesia, oleh karenanya maka aksi ini perlu ditingkatkan dan bagaimanapun parlemen harus diteruskan sampai berhasil. Manifesto ini didukung sepenuhnya oleh Parindra dan Paguyuban Pasundan. Setelah dibentuknya Panitia Parlemen Indonesia pada tanggal 23 Februari 1940, aksi “Indonesia Berparlemen” segera dilanjutkan sebagai bentuk keseriusan bahwa bangsa Indonesia ingin merdeka dan mandiri dalam mengatur negaranya sendiri tanpa ada campur tangan dari pemerintah Belanda. Meskipun aksi ini mendapatkan penolakan dari pemerintah Belanda, yang secara tidak langsung memperlihatkan kesan bahwa sebenarnya pemerintah Belanda memang tidak ada keinginan sama sekali untuk memberikan kepercayaan dan wewenang politik kepada Indonesia untuk menjadi negara yang merdeka dan dapat mengatur pemerintahannya sendiri, karena Belanda sendiri memang ingin menguasai mutlak Indonesia agar tetap menjadi tanah jajahannya. Penolakan yang dilakukan oleh Belanda ini juga menyebabkan perubahan sikap dari pihak kooperatif yang awalnya bersikap baik dan cenderung lunak kepada Belanda justru berubah sikap menjadi mulai tidak mempercayai pemerintah Belanda. Pada tanggal 10 Mei 1940, ketika wilayah Belanda diduduki oleh tentara Nazi Jerman, para pemimpin Belanda melarikan diri ke London Inggris. Mengetahui situasi demikian, rakyat Indonesia gembira, tetapi juga bersimpati kepada bangsa Belanda, sehingga ada kesediaan kerjasama antara Indonesia dan Belanda dalam usaha penanggulangan masalah perang yang perlu ditingkatkan. Melihat kondisi Belanda yang demikian, justru Indonesia PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 38 harus berperan aktif dalam membantu Belanda, agar Indonesia mendapatkan kepercayaan yang lebih besar dari Belanda, sehingga bangsa Indonesia dapat memperjuangkan tuntutannya untuk merdeka dan segera dibentuknya parlemen. Meskipun wilayah Belanda diduduki oleh tentara Nazi Jerman, pengawasan pemerintah Belanda terhadap partai-partai dan organisasiorganisasi politik Indonesia tidak mengendor. Semakin berkobarnya semangat bangsa Indonesia untuk menuntut kemerdekaan, semakin ketat pula pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah Belanda terhadap segala kegiatan yang dilakukan oleh partai-partai maupun organisasi-organisasi politik. Gubernur Jendral Tjarda van Starkenborg-Stachouwer pada tanggal 15 Juni 1940 mengumumkan, bahwa Indonesia memasuki situasi berperang sehingga mengharuskan dilarangnya partai-partai politik untuk berkumpul dan bersidang, dan apabila harus mengadakan sidang mereka harus mendapatkan izin dari pemerintah setempat. Gubernur Jendral juga menegaskan bahwa segala macam rencana mengenai perubahan ketatanegaraan seperti yang diperjuangkan oleh kaum nasionalis Indonesia harus ditunda dahulu hingga perang usai. Pernyataan tersebut jelas membuat rakyat Indonesia termasuk pula kaum nasionalis kecewa. Apalagi rakyat Indonesia sudah banyak membantu pihak Belanda, seperti dengan menyerahkan sebagian derma sosial yang dilakukan oleh pemuda-pemuda Suryawirawan dari Parindra Jawa Timur setiap tanggal 20 Mei untuk membantu dana perang Belanda. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 39 Penolakan pemerintah Belanda terhadap tuntutan tersebut membuat rakyat Indonesia termasuk kaum nasionalis menjadi bosan dengan sikap Belanda, karena sudah bisa ditebak apapun gagasan yang mereka usung demi masa depan Indonesia yang merdeka hasilnya akan sama saja, pemerintah Belanda akan selalu menolaknya. Sikap Belanda tersebut juga semakin membuat jurang pemisah yang amat dalam antara pemerintah Belanda dengan rakyat Indonesia. Kepercayaan rakyat Indonesia terhadap pemerintahan Belanda makin menipis, sehingga muncul pandangan baru bahwa tak ada gunanya memohon dan menaruh harapan besar terhadap pemerintah kolonial, karena sampai kapanpun Belanda tak akan pernah mau menerima dan mengabulkan tuntutan rakyat Indonesia. Sikap konservatif Belanda terhadap aspirasi-aspirasi nasional bangsa Indonesia semakin menumbuhkan kesadaran akan solidaritas nasional dalam diri rakyat Indonesia. Hal ini jugalah yang membuat fokus utama dari kaum nasionalis dalam menjalankan usahanya untuk memperjuangkan Indonesia menjadi negara yang merdeka yang awalnya ditujukan kepada pemerintah Belanda, kini lebih difokuskan kepada rakyat Indonesia, yang tentu sangat mendukung gagasan mulia itu, karena rakyat Indonesia sangat menginginkan Indonesia menjadi negara yang merdeka dan berdaulat penuh. C. Mengeluarkan Resolusi Perubahan Ketatanegaraan Sikap penolakan pemerintah Belanda dalam menanggapi program aksi “Indonesia Berparlemen” yang diajukan oleh GAPI, memperlihatkan ketidakseriusan pihak pemerintah Belanda terhadap usaha-usaha yang PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 40 dilakukan oleh GAPI dan kaum nasionalis Indonesia. Hal inilah yang dilihat oleh Gabungan Politik Indonesia sehingga pada bulan Agustus, akhirnya GAPI mengeluarkan sebuah resolusi yang bertujuan untuk mengadakan perubahan ketatanegaraan dengan didasarkan atas hukum tatanegara dalam masa genting (Nood Staatsrecht). Adapun isi dari resolusi ini adalah: 1. Mendesak pemerintah, supaya membentuk parlemen dengan jalan mengubah Dewan Rakyat (Volksraad) yang ada sekarang, dengan melakukan pemilihan anggota-anggotanya berdasarkan atas suatu aturan dan pemilihan tersebut dipilih langsung oleh rakyat, sehingga semua golongan dalam negeri ini memiliki perwakilan yang sepantasnya. 2. Juga supaya mengubah kedudukan kepala-kepala departemen, sehingga mereka itu menjadi menteri-menteri yang bertanggungjawab pada parlemen itu33. Dan kepada rakyat serta organisasi-organisasi politik, sosial, dan ekonomi yang tidak tergabung dalam GAPI supaya membantu dan menyokong usaha GAPI dalam menjalankan usahanya tersebut. Resolusi yang dibuat oleh GAPI ini kemudian dikirimkan kepada Gubernur Jendral, Volksraad, Ratu Wihelmina, dan Kabinet Belanda yang berada di London. Keseriusan GAPI dalam menjalankan aksi demi tercapainya tuntutan yang diusung akhirnya mendapatkan respon dari Volksraad, yang mendapatkan usulan dari beberapa anggotanya yang merupakan bangsa Indonesia. Adapun tanggapan 33 A.K. Pringgodigdo, op. cit, hlm. 164. Volksraad adalah menyatakan bahwa PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 41 pemerintah berjanji untuk membentuk sebuah komisi yang mempunyai tugas untuk mengumpulkan bahan-bahan atau hal-hal apa sajakah yang menjadi keinginan dari bangsa Indonesia. Oleh karena itu pada tanggal 14 September 1940 dibentuklah Commissie Tot Bestudeering van Staatsrechtelijke Hervormingen (Komisi untuk menyelidiki dan mempelajari perubahanperubahan ketatanegaraan)34. Pada akhirnya komisi ini lebih dikenal dengan nama Komisi Visman, karena komisi ini diketuai oleh Dr. F.H. Visman35. Tujuan lain dari pembentukan komisi ini adalah untuk memperlihatkan kepada bangsa Indonesia, terutama kepada kaum nasionalis apabila sebenarnya pemerintah Belanda itu memperhatikan gagasan-gagasan yang diusung oleh kaum nasionalis. Awal pembentukan komisi ini justru tidak mendapatkan sambutan yang baik dari anggota-anggota Volksraad, ini juga dilakukan oleh GAPI yang dengan sangat jelas menyatakan ketidaksetujuannya dengan adanya pembentukan komisi tersebut. Hal ini dikarenakan bahwa, dengan membentuk komisi Visman tersebut maka sudah cukuplah memperlihatkan bentuk perhatian pemerintah Belanda terhadap aksi-aksi kaum nasionalis yang menuntut untuk dibentuknya parlemen di Indonesia, selain itu dibentuknya komisi tersebut justru memperlihatkan seolah-olah pemerintah tidak mengetahui apa yang diinginkan dan dicita-citakan oleh bangsa Indonesia, padahal sebenarnya pemerintah Belanda sudah mengetahui apa yang dikehendaki oleh rakyat Indonesia, karena sudah jelas dipaparkan dalam petisi 34 35 Marwati Djoened Poesponegoro, op. cit, hlm. 239. Idem. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 42 Soetardjo dan program aksi “Indonesia Berparlemen”, yang semuanya ditolak oleh pemerintah Belanda. Ditambahkan lagi menurut pendapat GAPI dan juga oleh kaum pergerakan lainnya, bahwa seperti dengan pengalaman sebelumnya seperti pada tahun 1918, dibentuknya komisi tersebut tidak berpengaruh apaapa terhadap perbaikan nasib rakyat Indonesia. Meskipun mendapatkan tanggapan yang dingin dari GAPI dan para kaum nasionalis, pemerintah Belanda melalui komisi Visman berniat untuk membahas mengenai keinginan bangsa Indonesia dalam menuntut adanya perubahan ketatanegaraan, oleh karena itu maka komisi Visman berniat untuk mengadakan pertemuan dengan GAPI. Undangan dari komisi Visman tersebut disambut baik oleh GAPI, dan rencana pertemuan antara GAPI dan komisi Visman ini diselenggarakan pada bulan Januari 1941. Sebelum diadakan pertemuan dengan komisi Visman, GAPI menyelenggarakan konferensi pada tanggal 10 Desember 1940, dan konferensi tersebut menghasilkan keputusan, yaitu akan menjelaskan lebih jauh mengenai alasan mengapa GAPI sangat gencar dalam usaha pembentukan parlemen Indonesia yang diusung dalam program aksi “Indonesia Berparlemen”, serta tujuan lainnya supaya hal ini dapat disiarkan ke seluruh Indonesia untuk semakin memudahkan dalam memprogandakan program tersebut melalui Panitia Indonesia Berparlemen yang sudah didirikan di seluruh Indonesia. Pembuatan mengenai rancangan penjelasan (Nedere Preciseering) dilakukan oleh sekretariat GAPI, yaitu Abikoesno (penulis umum), A.K. Gani (penulis 2), dan Soekardjo Wirjopranoto (bendahara), serta dibantu oleh Sam PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 43 Ratulangi, Mr. Sartono, dan M.H. Thamrin. Adapun pembuatan rancangan ini dibuat untuk dikemukakan dalam pertemuan yang dilakukan oleh Komisi Visman dan GAPI pada tanggal 31 Januari 194136. 36 Slamet Muljana, op. cit, hlm. 79. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 44 BAB IV KONTRIBUSI GABUNGAN POLITIK INDONESIA DALAM PERJUANGAN KEMERDEKAAN INDONESIA PADA TAHUN 1939-1941 Pertemuan yang dilakukan antara komisi Visman dan Gabungan Politik Indonesia yang dilangsungkan pada tanggal 31 Januari 1941, memberikan kesempatan emas kepada GAPI untuk menjelaskan mengenai gagasan yang diusung mengenai pembentukan parlemen di Indonesia, yaitu program aksi “Indonesia Berparlemen”, yang sedang sangat gencar disebarluaskan kepada rakyat Indonesia di depan komisi Visman. Dalam pertemuan yang dilakukan antara GAPI dan komisi Visman ini adalah diberinya kuasa kepada GAPI agar dapat menyelenggarakan kembali Kongres Rakyat Indonesia ke II. Selama penyelenggaraan pertemuan antara GAPI dan komisi Visman berlangsung, dijelaskan pula mengenai rancangan bentuk dan susunan parlemen yang dicita-citakan oleh GAPI, yang meliputi bentuk dan susunan parlemen, cara perekrutan anggota parlemen, serta tugas para aparatur negara apabila pembentukan parlemen yang telah dirancang benar-benar dikabulkan realisasinya oleh pemerintah Belanda. A. Terbentuknya Rancangan Susunan Parlemen Bentukan GAPI Parlemen adalah suatu badan tertinggi dalam sebuah negara yang bertugas untuk membuat undang-undang. Parlemen juga berperan dalam menetapkan segala macam peraturan-peraturan 44 yang sesuai dengan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 45 kepentingan negara. Adapun bentuk parlemen yang dirancang oleh GAPI sendiri terdiri atas dua kamar, yaitu Kamar Pertama dan Kamar Kedua. Orang diperbolehkan menjadi anggota parlemen ialah warga negara Indonesia (StaatBurger, laki-laki, dan wanita). Dalam pemilihan anggota parlemen, GAPI juga mempunyai kriteria sendiri dalam perekrutan anggota parlemen untuk tiap kamar, yaitu: 1. Anggota parlemen kamar pertama terdiri atas perwakilan dari segala golongan dan kelompok masyarakat yang dipilih dengan aturan tertentu. 2. Anggota parlemen kamar kedua diisi oleh orang-orang yang dipilih langsung oleh rakyat, dan nantinya para kandidat yang berhasil masuk dalam parlemen kamar kedua ini didasarkan atas perbandingan jumlah suara yang telah dikumpulkan dari tiap daerah-daerah.37 Untuk jumlah anggota pada tiap kamar parlemen diisi kurang lebih 100 hingga 200 orang anggota. Dalam rancangan pembentukan parlemen yang disusun oleh GAPI, rakyat Indonesia mempunyai hak pilih, karena hak pilih itu adalah hak tiap warga negara. Salah satu bentuk dari penggunaan hak pilih tersebut, ialah dalam pemilihan anggota parlemen kamar kedua. Adanya parlemen ini menunjukkan bahwa Indonesia sudah menjadi sebuah Negara, oleh karena itu nantinya Indonesia harus dipimpin oleh seorang Pemimpin Negara. Dalam kerjanya seorang Pemimpin Negara mempunyai hak veto yang tidak dapat diganggu gugat oleh pihak lain. 37 A. K. Pringgodigdo, op. cit, hlm. 147. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 46 Pemimpin Negara mempunyai kekuasaan dalam menjalankan undang-undang. Selain itu nantinya dalam menjalankan tugasnya Pemimpin Negara dibantu oleh para menteri yang telah diangkatnya. Menteri-menteri tersebut bertanggung jawab pada tugas-tugas mereka sesuai dengan bidang kerja yang telah ditentukan oleh Pemimpin Negara. Menteri apabila kinerjanya dinilai tidak memuaskan dapat diberhentikan oleh Pemimpin Negara setelah bermusyawarah dengan Parlemen. Pemimpin Negara selain dibantu oleh menteri-menteri juga dibantu oleh Badan Nasehat (Majelis Negara), yang anggota badan ini diangkat dan diberhentikan oleh Pemimpin Negara. Nantinya apabila Indonesia sudah menjadi negara yang berdaulat akan tetap bekerjasama dengan Belanda yang saman-sama tergabung dalam Serikat Negara-Negara (Statenbond). Pada tanggal 14 Februari 1941 di gedung Raad van Indie, Jakarta, di depan para anggota Komisi Visman, GAPI mengajukan usul demi tercapainya dan terealisasinya pembentukan parlemen yang GAPI gagas melalui program aksi “Indonesia Berparlemen” ini. GAPI melakukan upaya-upaya realisasi gagasannya tersebut, yaitu dengan meminta pemerintah Belanda untuk segera mengadakan perubahan-perubahan politik dalam rangka pembangunan ketatanegaraan di Indonesia. GAPI juga menyarankan langkah-langkah apa saja yang harus dilakukan oleh Pemerintah Belanda dalam rancangan konstruksi ketatanegaraan Indonesia, yaitu: 1. Mengangkat seorang pribumi Indonesia sebagai wakil dari Gubernur Jendral. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 47 2. Mengangkat seorang pribumi Indonesia menjadi wakil Direktur tiap-tiap departemen milik pemerintah. 3. Mengangkat lebih banyak orang Indonesia untuk menjadi anggota dalam Dewan Hindia (Raad van Indie). 4. Membentuk badan baru selain Dewan Rakyat, yaitu Kamar Rakyat. 5. Mengadakan pemilihan anggota-anggota yang nantinya menduduki Kamar Rakyat, adapun yang memilih para anggota tersebut adalah rakyat langsung di daerah-daerah. 6. Memberikan hak memilih kepada semua rakyat, baik wanita maupun lakilaki. Juga menunjuk wanita atau laki-laki untuk membantu atau para pemilih yang buta huruf38. Adapun maksud dari dibentuknya Kamar Rakyat ini adalah untuk bersama dengan Dewan Rakyat bekerja sama, karena sama-sama merupakan bagian dari Badan Perwakilan Rakyat. Badan ini dengan pemerintah Belanda sama-sama merupakan Self-Government (Pemerintahan sendiri) Indonesia, yang bertugas mengatur semua urusan yang menyangkut urusan Negara, seperti anggaran belanja dan urusan-urusan lainnya. Pemerintah Kerajaan Belanda dan Self-Government Indonesia nantinya bersama-sama menetapkan: 1. Bentuk konstitusi Indonesia, bukan saja hanya mengawasi pembangunan ketatanegaraan, tetapi juga bidang lainnya, seperti bidang sosial-ekonomi dalam masyarakat yang semuanya itu didasarkan atas demokrasi Parlementer. 38 Ibid., hlm. 148. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 48 2. Hubungan hukum antara Belanda dengan Indonesia, tetapi juga dengan negara-negara lainnya. 3. Membuat peraturan mengenai masalah pertahanan Negara39. Perubahan ketatanegaraan tersebut dilaksanakan dalam jangka waktu lima tahun, selain itu juga diusulkan menggunakan Staatsnoodrect (Hukum Ketatanegaraan Darurat). Usul yang dikemukakan oleh GAPI ini kemudian dikenal dengan “Memorandum GAPI”. Memorandum tersebut diserahkan kepada Komisi Visman oleh Abikoesno. Diterangkan pula bahwa GAPI menerima pernyataan-pernyataan dukungan dan persetujuan dari 21.047 orang dan 246 perkumpulan mengenai program aksi “Indonesia Berparlemen” tersebut. Hal inilah yang juga membuktikan bahwa dalam menggagas aksinya tersebut GAPI berasal dari hasil pemikiran yang didasarkan atas keinginan dan harapan bangsa Indonesia yang menghendaki Indonesia menjadi negara yang merdeka dan berdaulat. Tanggapan akan pertemuan tersebut datang dari kaum pergerakan yang menganggap pertemuan tersebut tidak menghasilkan hal-hal yang baru dan justru mereka menganggap bahwa usaha yang dilakukan oleh GAPI sudah tidak radikal seperti awal pembentukannya. Sesuai dengan dugaan dari para kaum pergerakan pada bulan April 1941, Menteri Jajahan Welter dan van Kleffens berkunjung ke Indonesia untuk melihat keadaan di sini. Dengan datangnya Menteri Jajahan tersebut harapan yang telah diusung oleh GAPI akhirnya ditumpukan kepadanya, akan 39 Ibid., hlm. 149. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 49 tetapi Welter tidak memberikan solusi ke depannya ke arah perubahan ketatanegaraan Indonesia. B. Terbentuknya Majelis Rakyat Indonesia Harapan akan pembentukan parlemen di Indonesia semakin sirna setelah Ratu Belanda menyampaikan pidato kenegaraan. Dalam rangka pengembangan gagasan mengenai perubahan ketatanegaraan, pidato radio Ratu Wilhelmina pada tanggal 10 Mei 1941 merupakan peristiwa yang menarik40. Hal ini dikarenakan dalam pidatonya tersebut, Ratu menegaskan bahwa beliau membuka kesempatan yang seluas-luasnya mengenai harapanharapan serta gagasan-gagasan mengenai usaha untuk mencari penyesuaian terhadap perubahan situasi sekarang. Ratu juga menambahkan oleh karenanya maka dibutuhkanlah harapan, keinginan, serta gagasan yang nantinya akan digunakan sebagai bahan pertimbangan. Pada prinsipnya Ratu bersedia mempertimbangkan penyesuaian struktur daerah seberang serta kedudukannya dalam kerajaan41. Pidato tersebut kemudian dilanjutkan oleh Gubernur Jendral yang menyatakan bahwa seusai perang akan diadakan Konferensi Kerajaan yang nantinya akan dihadari oleh berbagai unsur dari wilayah Kerajaan. Pidato Ratu Wilhelmina di London tersebut justru ditanggapai dengan rasa kecewa dan apatis dari rakyat Indonesia, juga oleh kaum nasionalis. Segala aksi dan usaha untuk melaksanakan rancangan kerjasama dengan pemerintah Belanda menjadi Kartohadikoesoemo dari Volksraad. 40 41 Sartono Kartodirdjo, op. cit, hlm. 194. Idem. sia-sia dengan keluarnya Soetardjo PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 50 Perang Dunia II menyebabkan situasi dunia menjadi semakin tak menentu, begitu dengan posisi Belanda di Indonesia menjadi semakin sulit. Kesulitan inilah yang menyebabkan pemerintah Belanda harus bersiap-siap dengan segala kemungkinan yang ada. Dengan mendesaknya front perang ke arah selatan antara lain pendudukan Indonesia oleh Jepang42, maka pemerintah kolonial Belanda mulai mengerahkan tenaga untuk mempertahankan Indonesia. Adapun cara yang harus ditempuh oleh pemerintah adalah dengan membentuk tentara milisi bumiputera, hal ini dikarenakan kekuatan KNIL dan Marine milik kerajaan tidak memadai sehingga harus dibentuk segera bantuan militer. Pembentukan tentara milisi bumiputera sebenarnya pernah dibahas sejak tahun 1915 pada saat Perang Dunia I oleh kaum pergerakan nasional, yaitu oleh Budi Utomo dan Sarekat Islam. Rencana milisi bumiputera pada waktu itu disebut dengan aksi “Indie Weerbar”, akan tetapi gagasan tersebut pada akhirnya tidak jadi direalisasikan. Setelah Perang Dunia II meletus pemerintah Belanda sudah sangat terdesak untuk membentuk milisi bumiputera guna membantu pemerintah kolonial Belanda dalam menghadapi serangan Jepang. Adapun yang melatarbelakangi gagasan dari pihak pemerintah Belanda ini adalah untuk membantu memperkuat angkatan perang yang sudah ada tanpa harus menyediakan anggaran yang sangat besar. Oleh karena itu munculah gagasan mengenai peraturan wajib bela (Inheemse Militie) yang dikenakan kepada rakyat Indonesia. Mobilisasi tentara 42 Ibid., hlm. 195. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 51 bumiputera inipun hanya bersifat sementara saja, karena apabila perang telah usai milisi bumiputera akan dibubarkan. Pihak pemerintah kolonial juga hanya membutuhkan tenaga sekitar lima sampai enam ribu saja. Rencana pembentukan milisi bumiputera ini akan dikemukakan oleh pemerintah dalam sidang Volksraad yang diselenggarakan pada bulan Juni dan Juli tahun 1941. Rupanya gagasan dari pemerintah kolonial Belanda mengenai pembentukan milisi bumiputera mendapat tanggapan keberatan dari pihak kaum nasionalis Indonesia yang kecewa dengan ditolaknya aksi pembentukan parlemen oleh pemerintah kolonial Belanda. Oleh karena itu pihak kaum nasionalis menyatakan bahwa mereka menolak gagasan mengenai milisi bumiputera, seperti yang dilakukan oleh Parindra, salah satu anggota GAPI yang dalam kongresnya pada tanggal 29 hingga 30 Juni 1941 memutuskan keberatan atas gagasan pemerintah kolonial Belanda mengenai pembentukan milisi bumiputera. Adapun alasan yang mendasari sikap keberatan ini adalah, bahwa gagasan pembentukan milisi bumiputera yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Belanda dinilai sangat terlambat, karena baru muncul saat situasi sudah genting43. Selain itu peraturan dalam sistem perekrutan anggota milisi bumiputera berbeda sekali dengan sistem perekrutan dalam wajib milisi di Belanda, serta ada kemungkinan apabila nantinya para pemuda yang sudah menjadi anggota milisi justru ditugaskan di luar negeri, padahal Indonesia sangat membutuhkan tenaga mereka. Juga dalam mengeluarkan gagasan tersebut, pemerintah kolonial tidak pula menindaklanjuti tuntutan rakyat 43 Slamet Muljana, op. cit, hlm 85. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 52 Indonesia untuk segera dibentuknya parlemen. Sikap keberatan Parindra ini disampaikan oleh Soekardjo Wirjopranoto dalam sidang Volksraad, selain itu beliau juga mengancam akan berhenti dari Dewan Rakyat apabila gagasan mengenai pembentukan milisi bumiputera dikabulkan oleh Dewan Rakyat. Dalam sidang Volksraad yang membahas mengenai pembentukan milisi bumiputera, beberapa anggota seperti Parindra, Partai Islam Indonesia, Paguyuban Pasundan, dan Gerindo menolak rancangan yang digagas oleh pemerintah tersebut. Hal tersebut disebabkan Volksraad tidak mempunyai hak untuk menyetujui gagasan tersebut, karena yang dapat memutuskan gagasan tentang pembentukan milisi bumiputera adalah parlemen, dan sampai kapanpun gagasan tersebut tak akan disetujui atau diputuskan selama tidak adanya parlemen. Bentuk penolakan yang dilakukan oleh kaum nasionalis Indonesia ini dapat dianggap sebagai bentuk protes terhadap sikap pemerintah kolonial Belanda yang sebelumnya selalu menolak gagasan pembentukan parlemen di Indonesia. Pada tanggal 4 Juli 1941 diadakan rapat Volksraad yang membahas mengenai rencana ordonansi44 milisi bumiputera. Dalam rapat tersebut Parindra tidak ikut serta sebagai bentuk protes mereka terhadap sikap Volksraad, dan rupanya apa yang telah diperkirakan oleh Parindra terjadi juga, karena pada tanggal 11 Juli 1941, rencana ordonansi milisi bumiputera disetujui oleh Volksraad, keputusan ini didapat berdasarkan hasil pemungutan suara yang dilakukan oleh anggota-anggota Volksraad. 44 Ordonansi, penyampai laporan/perintah (militer). PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 53 Keputusan Volksraad dengan mengabulkan gagasan pemerintah kolonial Belanda mendapat tanggapan dingin dari rakyat Indonesia. Selain itu sebagai bentuk protes dan rasa kecewa akan keputusan Dewan Rakyat tersebut, semua organisasi nasional yang sejak awal memang menentang pemerintah dan yang besikap kooperatif terhadap pemerintah mulai menjauhi pemerintah kolonial Belanda, juga dengan Volksraad. Seperti yang dilakukan oleh Fraksi Nasional dan GNI yang membentuk Fraksi Nasional Indonesia (Frani), yang bertujuan untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Aksi lainnya seperti yang dilakukan oleh PPBB dan beberapa organisasi lain membentuk Indonesische Midden Groep (Golongan Tengah Indonesia) pada tanggal 15 Juli 1941. Tujuan untuk mengadakan otonomi Indonesia dengan sistem ketatanegaraan demokrasi45. Bentuk sikap menentang lainnya terhadap pemerintah kolonial Belanda, adalah dengan tetap melancarkan program GAPI, yaitu aksi “Indonesia Berparlemen”. Langkah yang harus dilaksanakan adalah dengan membentuk parlemen partikelir sebagai tandingan dari pseudoparlemen buatan pemerintah, yaitu Volksraad. Pembentukan parlemen partikelir yang digagas oleh GAPI dan kaum nasionalis lainnya terjadi pada tanggal 13 hingga 14 September 1941 di Yogyakarta pada saat digelarnya Kongres Rakyat Indonesia. Kongres tersebut menghasilkan pembentukan Majelis Rakyat Indonesia yang berasaskan demokrasi sebagai bentuk dari parlemen partikelir yang digagas oleh GAPI. Selain badan konsentrasi nasional ini, organisasi lain yang terlibat di dalamnya 45 Sartono Kartodirdjo, op. cit, hlm. 189. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 54 adalah MIAI (Majlisul Islamil A’la Indonesia), PVPN (Persatuan Vakbonden Pegawai Negeri). Tujuan dari dibentuknya Majelis Rakyat Indonesia adalah sebagai badan perwakilan rakyat Indonesia yang berlandaskan demokrasi yang memperjuangkan kesejahteraan rakyat. Tugas dari Majelis Rakyat Indonesia adalah mengadakan dan mengurus kongres-kongres, menyelenggarakan rapatrapat umum, mempropagandakan program aksi “Indonesia berparlemen”, dan mendengarkan aspirasi rakyat serta mengambil keputusan penting yang berdasarkan atas aspirasi rakyat tersebut. Kepengurusan Majelis Rakyat Indonesia dipimpin oleh Dewan Pemimpin yang terdiri atas organisasi pendirinya, yaitu GAPI, MIAI, dan PVPN. Sementara yang menjadi anggota dari majelis ini adalah semua organisasi di Indonesia yang telah mendapatkan persetujuan dari rapat anggota. Dibentuknya Majelis Rakyat Indonesia ini mendapatkan sambutan baik dari berbagai pihak, seperti kaum nasionalis Indonesia dan termasuk pula dari pihak pers yang menganggap bahwa pembentukan dari majelis ini merupakan pelopor dari parlemen Indonesia. Pembentukan Majelis Rakyat Indonesia membuat pemerintah kolonial Belanda terganggu, karena desakan mengenai pembentukan parlemen tidak hanya melalui Volksraad saja, tetapi juga melalui MRI. Hal itulah yang membuat pemerintah kolonial Belanda memilih untuk bersikap diam. Sikap diam pemerintah itu justru membuat kaum nasionalis menjadi semakin jengkel, seperti yang ditunjukkan oleh Soekardjo Wirjopranoto pada tanggal 12 Agustus 1941. Soekardjo menyatakan bahwa segenap pikiran dan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 55 tenaganya perlu dicurahkan untuk program aksi “Indonesia Berparlemen”, karena menurutnya, semua warga Indonesia wajib mengikuti program aksi tersebut. Sikap Soekardjo ini mengundang amarah dari pihak pemerintah Belanda, dan yang menjadi sasaran kemarahan adalah Fraksi Nasional Indonesia di Dewan Rakyat. Adapun alasan yang disampaikan oleh pihak pemerintah Belanda pada saaat sidang Volksraad adalah, dibentuknya Fraksi Nasional Indonesia bukan semakin mempererat tali persatuan dan kesatuan, tetapi justru memecah belah karena tuntutan-tuntutan yang diusung oleh kaum nasionalis tersebut. Situasi dunia yang semakin genting menyebabkan para kaum nasionalis harus bergerak cepat dalam menjalankan aksinya. Oleh karena itu pada tanggal 16 November 1941, Dewan Pemimpin MRI dengan anggotanya yang berjumlah 15 orang mengadakan rapat, dan rapat tersebut menghasilkan keputusan agar Dewan Pemimpin segera melaksanakan pemilihan 3 orang yang nantinya akan menduduki jabatan dalam Pengurus Harian Dewan Pemimpin. Pemilihan ini dilakukan hingga menjelang Kongres Majelis Rakyat Indonesia yang diselenggarakan pada bulan Mei 1942. Tujuan dari diselenggarakannya Kongres Majelis Rakyat Indonesia adalah untuk semakin memperkuat dan mematangkan program aksi “Indonesia Berparlemen”. Dalam pemilihan tersebut akhirnya terpilihlah Mr. Sartono sebagai ketua, Soekardjo Wirjopranoto sebagai penulis, dan Atik Suardi sebagai bendahara. Ketika kaum nasionalis sedang berusaha keras melaksanakan strategi agar segera dibentuknya parlemen, pemerintah kolonial Belanda justru tidak PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 56 memfokuskan diri pada aksi tersebut, hal ini dikarenakan fokus utama pemerintah kolonial Belanda saat itu adalah situasi dunia internasional saat Perang Dunia II berlangsung. Belanda khawatir terhadap strategi yang akan dilakukan oleh Jepang, menyusul akan kegagalan perundingan antara Indonesia dengan Jepang. Melihat situasi yang sudah sedemikian genting, kemungkinan besar bisa saja Jepang menyerang Belanda dan Inggris secara tiba-tiba, sehingga mereka bisa dengan mudah menguasai wilayah jajahan milik Belanda dan Inggris. Oleh karena itu salah satu persiapan yang dilakukan untuk menangkal serangan Jepang adalah seperti yang dilakukan oleh Inggris dengan mempersiapkan kapal perang Prince of Wales dan Reapulse di pesisir Singapura. Pada tanggal 7 Desember 1941 angkatan udara perang Jepang telah berhasil menyerang pangkalan militer milik Amerika Serikat di Pearl Harbour, Hawai. Penyerangan sepihak yang dilakukan oleh Jepang tersebut menyebabkan kekuatan militer Amerika Serikat yang awalnya sudah terkonsentrasikan dalam menghadapi Perang Dunia II tiba-tiba diluluhlantahkan oleh Angkatan Udara Jepang dalam sekejap. Dua hari pasca penyerangan yang dilakukan oleh Jepang di pangkalan milter Amerika Serikat di Pearl Harbour, hal yang paling dikhawatirkan oleh Belanda akhirnya terjadi. Melalui radio Tokyo, Jepang mengklaim sudah berhasil menduduki kota Bharu di pantai Timur Malaya. Pada tanggal 11 Desember 1941, Jepang berhasil pula menenggelamkan kapal perang milik Inggris, yaitu Prince of PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 57 Wales dan Reapulse yang dilakukan oleh Kamikaze Jepang (Barisan Berani Mati), yang berhasil masuk melalui cerobong kapal. Hal-hal yang telah dilakukan oleh Jepang tersebut menyebabkan pemerintah kolonial Belanda menjadi semakin gusar. Belum lagi dengan strategi-strategi cerdik Jepang yang telah berhasil menarik hati rakyat Indonesia, seperti dengan menyatakan bahwa mereka adalah saudara tua Indonesia yang datang dari timur jauh untuk membebaskan Indonesia dari penderitaan karena lama dijajah oleh Belanda, belum lagi Jepang selalu memutar lagu Indonesia Raya di Radio Tokyo, hal inilah yang menjadikan Jepang mendapatkan banyak simpati dari rakyat Indonesia. Berbeda dengan Jepang yang memperoleh simpati dari rakyat Indonesia, Belanda justru mendapat sikap antipati dari rakyat Indonesia. Sikap demikian didasarkan atas pengalaman-pengalaman mengenai perilaku dan sikap pemerintah kolonial yang cenderung menindas rakyat Indonesia, belum lagi dengan sikap dingin pemerintah terhadap perjuangan yang dilakukan oleh rakyat Indonesia juga oleh kaum nasionalis. Meskipun dalam perjuangannya mendapatkan tentangan dari pemerintah Belanda, pada akhirnya tanggal 13 Desember 1941, GAPI dan MRI mengeluarkan manifesto mengenai kesetiaan kedua badan tersebut kepada pemerintah kolonial Belanda. Sikap demikian berbeda dengan sikap kedua badan tersebut setelah seringnya mendapat penolakan dari pihak pemerintah kolonial Belanda mengenai program aksi “Indonesia Berparlemen”. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 58 Di saat situasi semakin genting pada tanggal 25 Desember 1941 Abikoesno selaku salah satu petinggi GAPI dan MRI mengundurkan diri dari kedua badan politik tersebut. Adapun alasan yang melatarbelakangi dari keluarnya dia adalah mengenai sikap dari Mr. Sartono dan Soekardjo yang sudah bertindak tidak sesuai dengan aturan-aturan GAPI dan MRI yang dibuat sebelumnya46. Akibatnya dalam situasi yang tidak kondusif justru terjadi perpecahan di GAPI dan MRI yang seharusnya dapat memanfaatkan momentum saat pihak pemerintah kolonial Belanda dalam kondisi terjepit, akibat ancaman akan ekspansi Jepang ke Indonesia. 46 A. K. Pringgodigdo, op. cit, hlm. 151. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 59 BAB V KESIMPULAN Berdasarkan atas pembahasan yang telah dijelaskan pada Bab II, Bab III, dan Bab IV, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Gabungan Politik Indonesia lahir pada tanggal 21 Mei 1939, merupakan sebuah badan konsentrasi nasional yang dibentuk atas dasar inisiatif Parindra. Badan ini dibentuk sebagai sikap dari ditolaknya Petisi Soetardjo oleh pemerintah Belanda. Dibentuknya GAPI dipengaruhi pula oleh situasi dunia internasional yang semakin kacau dan tidak menentu sehingga dibutuhkan segera sebuah badan konsentrasi nasional untuk memperjuangkan kepentingan rakyat Indonesia akibat dari sikap pemerintah Belanda yang tidak memikirkan nasib rakyat Indonesia. GAPI dibentuk pada saat rapat resmi Panitia Persiapan Pembentukan Badan Konsentrasi Nasional. Dibentuknya GAPI ini bertujuan untuk: a. Menganjurkan kepada semua partai politik nasional Indonesia untuk bekerjasama. b. Segera diselenggarakannya kongres Indonesia. Adapun asas yang menjadi dasar dibentuknya GAPI adalah: a. Hak untuk mengatur nasib sendiri. b. Adanya persatuan bangsa Indonesia atas dasar demokrasi dalam bidang politik, sosial, dan ekonomi. 59 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 60 c. Adanya kesatuan dalam aksi. 2. Dalam perkembangannya, peranan GAPI dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia adalah dengan menggagas program aksi “Indonesia Berparlemen”. Gagasan ini disampaikan pada tanggal 4 Juli 1939 pada saat rapat umum GAPI. Digagaskannya program aksi ini adalah untuk mendesak pemerintah kolonial Belanda agar segera membentuk parlemen di Indonesia. Hal ini dikarenakan adanya harapan supaya pemerintah kolonial Belanda mendengarkan aspirasi rakyat Indonesia yang sangat menginginkan untuk segera dibentuknya pemerintahan sendiri dengan jalan dibentuknya parlemen sebagai wadah untuk menyalurkan asprasi rakyat Indonesia. Dikeluarkannya manifesto tersebut mendapat sambutan yang luar biasa baik dari rakyat Indonesia yang memang sudah sangat menginginkannya. Peranan lainnya yang dilakukan oleh GAPI adalah mengadakan Kongres Rakyat Indonesia yang berlangsung selama tiga hari, yaitu dari tanggal 23 Desember hingga tanggal 25 Desember 1939. Kongres ini mempunyai agenda khusus dalam usaha GAPI untuk merealisasikan program aksi “Indonesia Berparlemen”. Adapun keputusan-keputusan yang dihasilkan dalam kongres ini adalah: a. Dalam penyusunan program kerja diberikan kepada GAPI, Persatuan Vakbonden Pegawai Negeri, dan Persatuan Jurnalis Indonesia. b. Program aksi “Indonesia Berparlemen” akan tetap dilaksanakan, dan GAPI menjadi pelaksananya. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 61 c. Ditetapkannya bendera “Merah Putih” sebagai bendera persatuan, bahasa Indonesia sebagai bahasa kesatuan, dan lagu Indonesia Raya sebagai lagu kebangsaan. Tanggapan dari pemerintah kolonial Belanda mengenai program aksi “Indonesia Berparlemen” adalah menolaknya, karena mereka beranggapan bahwa hal tersebut tidaklah perlu. Akibatnya sikap yang dikeluarkan oleh pemerintah Belanda ini menimbulkan kekecewaaan dari rakyat Indonesia. Akan tetapi, meskipun mendapatkan penolakan dari pihak pemerintah Belanda, tidak membuat GAPI gentar dan justru membuat pihaknya mengeluarkan sebuah resolusi penting yang didasarkan atas hukum tata negara dalam masa genting (Nood Staatsrecht), yang isinya meliputi: a. Mendesak pemerintah untuk membentuk parlemen segera dengan mengubah Dewan Rakyat (Volksraad) segera. b. Mendesak pemerintah kolonial Belanda untuk segera mengubah kedudukan kepala-kepala departemen agar menjadi menteri-menteri yang berkompeten dan bertanggung jawab di parlemen. 3. Kontribusi GAPI dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia adalah dengan disusunnya rancangan bentuk dan susunan parlemen negara Indonesia. Penjelasan mengenai rancangan bentuk dan susunan buatan GAPI ini dikeluarkan pada tanggal 31 Januari 1941 pada saat diadakannya pertemuan dengan Komisi Visman. Adapun bentuk parlemen menurut rancangan GAPI terdiri atas dua kamar, yaitu Kamar Pertama yang anggotanya terdiri atas perwakilan kelompok atau golongan yang dipilih melalui aturan tertentu. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 62 Pada Kamar Kedua, anggotanya berdasarkan atas hasil pemilihan yang dilakukan oleh rakyat secara langsung. Untuk anggota parlemen GAPI menghendaki antara 100 hingga 200 orang. Selain merancang bentuk dan susunan parlemen, GAPI pada tanggal 13 hingga 14 April 1941 di Yogyakarta, atas prakarsa GAPI diselenggarakanlah Kongres Rakyat Indonesia. Dalam kongres ini menghasilkan pembentukan Majelis Rakyat Indonesia yang bertujuan sebagai badan perwakilan rakyat Indonesia yang berlandaskan demokrasi. Majelis ini diharapkan mampu memperjuangkan kesejahteraan rakyat Indonesia. Adapun yang terlibat dalam pembentukan majelis ini adalah, GAPI, MIAI (Majlisul Islamil A’la Indonesia), dan PVPN (Persatuan Vakbonden Pegawai Negeri). PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 63 DAFTAR PUSTAKA Kardiyat Wiharyanto, A. 2007. Sejarah Indonesia Baru I: Pergerakan Nasional. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto. 1984. Sejarah Nasional Indonesia V. Jakarta: Balai Pustaka. Moedjanto, G. 1988. Indonesia Abad ke-20 Dari Kebangkitan Nasional sampai Linggarjati. Yogyakarta : Kanisius. Niel, Robert van. 1958. Munculnya Elit Modern Indonesia. Jakarta : PT Dunia Pustaka Jaya. Partanto, Pius dan M. Dahlan Al Barry. 1994. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya: Arkola. Pringgodigdo. 1991. Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia. Jakarta: Dian Rakyat. Rickles, M.C. 1981. Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Sartono Kartodirdjo. 1990. Pengantar Sejarah Indonesia Baru: Sejarah Pergerakan Nasional Dari Kolonialisme sampai Nasionalisme. Jakarta: PT. Gramedia. Setiadi Kartohadikusumo. 1990. Soetardjo: “Petisi Perjuangannya. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Sutardjo” dan Sitorus, L.M. Sejarah Pergerakan Kebangsaan Indonesia. Jakarta : Kebangsaan Pustaka Rakyat. 63 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 64 Slamet Muljana. 1986. Kesadaran Nasional Dari Kolonialisme Sampai Kemerdekaan. Jakarta: Inti Idayu Press. Sri Sutjianingsih. 1983. Oto Iskandar Dinata. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI LAMPIRAN 65 65 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Lampiran I SILABUS Nama Sekolah : SMA GAMA Yogyakarta Program : Ilmu Pengetahuan Sosial Mata Pelajaran : Sejarah Kelas/ Semester : XI/ II Tahun Ajaran : 2012/ 2013 Standar Kompetensi : Menganalisis perkembangan bangsa Indonesia sejak masuknya pengaruh Barat sampai masuknya Jepang. Kompetensi Dasar 2.2 Menganalisis Materi Pengalaman Pembelajaran Belajar Indikator Penilaian Teknik 1. Test Bentuk Contoh Instrumen Instrumen Sumber/ Alat/ Waktu Bahan Ajar Peranan Gabungan Dengan hubungan antara Politik Indonesia mengkaji buku, perkembangan Dalam Perjuangan diskusi, serta Mendeskripsikan melatarbelaka Poesponegoro dan paham-paham Kemerdekaan presentasi, dan peranan ngi Nugroho baru dan Indonesia Tahun tanya jawab Gabungan Politik dibentuknya Notosusanto. transformasi sosial 1939-1941. maka Indonesia dalam Gabungan 1984. Sejarah dengan kesadaran a. Faktor-faktor yang diharapkan perjuangan Politik Nasional Indonesia Indonesia V. tahun 1939! Jakarta: Balai 1. Kognitif Tertulis a. Produk dan pergerakan melatarbelakangi siswa dapat : kemerdekaan kebangsaan dibentuknya a. Menganalisis Indonesia pada Gabungan Politik faktor-faktor 1. Uraian Alokasi tahun 1939-1941. 66 2. Non test 2. Portofolio 1. Jelaskan hal- 2x45 Sumber: hal yang menit Marwati Djoened Pustaka. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI yang b.Proses 1939. melatarbelaka Mengidentifikasi Kontribusi Indonesia Abad ngi faktor-faktor apa Gabungan ke-20 Dari Politik Indonesia dibentuknya saja yang Politik Kebangkitan dalam perjuangan Gabungan melatarbelakangi Indonesia Nasional sampai kemerdekaan Politik dibentuknya dalam Linggarjati. Indonesia pada Indonesia Gabungan Politik perjuangan Yogyakarta : tahun 1939-1941. pada tahun Indonesia tahun kemerdekaan Kanisius. 1939. 1939. Indonesia b. Peranan Gabungan c. Kontribusi Gabungan Politik b. Menganalisis 2. Jelaskan Moedjanto. 1988. Indonesia tahun 3. Lembar 3. Penugasan Observasi Mengidentifikasi Pringgodigdo. pada tahun 1991. Sejarah 1939-1941! Pergerakan Indonesia dalam peranan peranan perjuangan Gabungan Gabungan Politik kemerdekaan Politik Indonesia dalam hambatan- Jakarta: Dian Indonesia pada Indonesia perjuangan hambatan Rakyat. tahun 1939-1941. dalam kemerdekaan yang dialami perjuangan Indonesia tahun kemerdekaan 1939-1941. Indonesia 3. Jelaskan 4. Kuesioner Mengidentifikasi Rakyat Indonesia. Sartono Gabungan Kartodirdjo. 1990. Politik Pengantar Sejarah Indonesia Indonesia Baru: pada tahun kontribusi dalam usaha Sejarah 1939-1941. Gabungan Politik memperjuang Pergerakan c. Menganalisis Indonesia dalam kan Nasional Dari kontribusi perjuangan Kemerdekaan Kolonialisme Gabungan kemerdekaan Indonesia sampai 67 5. Nilai PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Politik Indonesia tahun pada tahun Nasionalisme. Gabungan 1939-1941. 1939-1941! Jakarta: PT. Indonesia dalam perjuangan 4. Susunlah hasil diskusi 2. Afektif a. Karakter Gramedia Setiadi kelompok Kartohadikusumo. kemerdekaan Memiliki rasa dalam bentuk 1990. Soetardjo: Indonesia nasionalisme dan laporan “Petisi Sutardjo” pada tahun patriotisme dalam tertulis! dan 1939-1941. mempertahankan Perjuangannya. kemerdekaan Jakarta: Pustaka negara Indonesia. Sinar Harapan b.Ketrampilan sosial Slamet Muljana. 1986. Kesadaran Menghargai Nasional Dari perjuangan para Kolonialisme pahlawan telah Sampai memperjuangkan Kemerdekaan. kemerdekaan Jakarta: Inti Idayu Indonesia dari Press. tangan penjajah. Meningkatkan sikap toleransi Alat: dan kerjasama OHP, LCD, White 68 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI yang ada dalam board, modul, diri siswa. gambar-gambar, kertas soal. 3.Psikomotorik Bahan Ajar: Dengan menunjukkan gambar-gambar, Power point, transparansi,spidol, kertas. siswa dapat menyebutkan tokoh-tokoh yang berperan dalam GAPI. Yogyakarta, 23 Juli 2013 Guru Mata Pelajaran Natalia Kartika Dewi Rudiyanto 69 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Lampiran II RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Nama Sekolah : SMA GAMA YOGYAKARTA Mata Pelajaran : Sejarah Kelas/ Semester : XI/ II Program : Ilmu Pengetahuan Sosial Materi Pokok : Peranan Gabungan Politik Indonesia Dalam Perjuangan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1939-1941 Waktu : 2 x 45 menit I. Standar Kompetensi Menganalisis perkembangan bangsa Indonesia sejak masuknya pengaruh Barat sampai dengan pendudukan Jepang. II. Kompetensi Dasar Menganalisis hubungan antara perkembangan paham-paham baru dan tranformasi sosial dengan kesadaran dan pergerakan kebangsaan. III. Indikator 1. Kognitif a. Produk Menjelaskan peranan Gabungan Politik Indonesia dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia pada tahun 1939-1941 b. Proses a) Mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang melatarbelakangi dibentuknya Gabungan Politik Indonesia tahun 1939. b) Mengidentifikasi peranan Gabungan Politik Indonesia perjuangan kemerdekaan Indonesia tahun 1939-1941. 70 dalam PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI c) Mengidentifikasi kontribusi Gabungan Politik Indonesia dalam perjuangan kemerdkaan Indonesia tahun 1939-1941. 2. Afektif a. Karakter Memiliki rasa nasionalisme dan patriotisme dalam mepertahankan kemerdekaan negara Indonesia. b. Ketrampilan Sosial Menghargai perjuangan para pahlawan telah memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dari tangan penjajah. Meningkatkan sikap toleransi dan kerjasama yang ada dalam diri siswa. 3. Psikomotorik Siswa menunjukkan gambar-gambar dan menyebutkan tokoh-tokoh yang berperan di GAPI. IV. Tujuan Pembelajaran 1. Kognitif a. Produk Siswa dapat menjelaskan peranan Gabungan Politik Indonesia Dalam Perjuangan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1939-1941. b. Proses Siswa dapat menganalisis faktor-faktor apa saja yang melatarbelakangi dibentuknya Gabungan Politik Indonesia tahun 1939. Siswa dapat menganalisis peranan Gabungan Politik Indonesia dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia tahun 1939-1941. Siswa dapat menganalisis kontribusi Gabungan Politik Indonesia dalam perjuangan kemerdkaan Indonesia tahun 1939-1941. 71 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 2. Afektif a. Karakter Siswa memiliki rasa nasionalisme dan patriotisme dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. b. Ketrampilan Sosial Siswa dapat menghargai perjuangan para pahlawan telah memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dari tangan penjajah. Siswa dapat meningkatkan sikap toleransi dan kerjasama yang ada dalam dirinya sendiri. V. Materi Pembelajaran (Terlampir) 1. Faktor-faktor yang melatarbelakangi dibentuknya Gabungan Politik Indonesia pada tahun 1939. 2. Peranan Gabungan Politik Indonesia dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia tahun 1939-1941. 3. Kontribusi Gabungan Politik Indonesia dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia tahun 1939-1941. VI. Model dan Metode Pembelajaran 1. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) 2. Metode Diskusi, presentasi, tanya jawab. 72 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI VII. Kegiatan Pembelajaran 1. Kegiatan Tatap Muka No. Kegiatan Waktu (Menit) 1. 15’ Pendahuluan 1. Apersepsi Guru masuk ke kelas, kemudian melihat kondisi kelas terlebih dahulu. Kemudian mengucapkan salam, berdoa, dan dilanjutkan dengan absensi murid. Guru melakukan sesi tanya jawab dengan menyampaikan beberapa pertanyaan kepada siswa mengenai materi yang disampaikan di pertemuan sebelumnya. 2. Motivasi Sebelum masuk ke dalam materi inti, guru memberikan pre membangkitkan test kepada pengetahuan siswa siswa untuk mengenai materi yang akan disampaikan guru. Contoh pre test: a. Organisasi-organisasi apa sajakah yang muncul pada masa pemerintahan Hindia Belanda di Indonesia? b. Apa yang mendasari dibentuknya organisasiorganisasi tersebut? c. Bagaimana sikap pemerintah Hindia Belanda terhadap pembentukan bentukan rakyat Indonesia? 73 organisasi-organisasi PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 3. Orientasi Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, cakupan materi, dan pembelajaran penjelasan selama uraian kegiatan berlangsung dengan menggunakan silabus. 2. 60’ Kegiatan Inti 1. Eksplorasi Guru menjelaskan materi yang dibahas dengan memberikan gambaran secara umum mengenai Peranan Gabungan Politik Indonesia dalam Perjuangan Kemerdekaan Indonesia Tahun 19391941. Siswa memperhatikan penjelasan yang disampaikan oleh guru. Guru kemudian membagi siswa menjadi 5 kelompok yang terdiri dari 4-5 orang siswa. Guru memberikan bahan materi yang telah dipersiapkan untuk didiskusikan dan dipahami oleh semua siswa yang telah tergabung dalam tiap kelompok bentukan guru. Guru memberi memberikan pertanyaan/ kuis kepada seluruh siswa sesuai dengan materi yang telah didiskusikan. 2. Elaborasi Siswa bergabung dalam kelompok yang telah ditentukan oleh guru, kemudian mendiskusikan dan memahami bahan materi yang telah diberikan oleh guru. Siswa menjawab pertanyaan yang disampaikan oleh guru dengan mempresentasikan jawaban ke 74 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI depan kelas tanpa dibantu oleh siswa lainnya. 3. Konfirmasi Guru mengklarifikasi jawaban-jawaban dari para siswa yang dinilai kurang tepat dan memberi penguatan dari jawaban siswa yang sudah tepat. 3. 15’ Penutup Guru memberikan siswa kesempatan untuk mencatat kesimpulan dari hasil diskusi yang telah dilakukan bersama kelompok. Guru dan siswa melakukan refleksi dan menarik nilai-nilai apa saja yang diperoleh setelah mempelajari materi yang telah didiskusikan bersama kelompok. Sebagai bentuk tidak lanjut dari materi pembelajaran, Guru memberikan siswa tugas, baik tugas terstruktur maupun tugas mandiri dan rencana pembelajaran berikutnya. 2. Tugas Terstruktur Siswa yang telah bergabung dalam kelompok kecil mendiskusikan tentang: a. Jelaskan hal-hal apa saja yang melatarbelakangi dibentuknya Gabungan Politik Indonesia pada tahun 1939! b. Jelaskan peranan dan kontribusi Gabungan Politik Indonesia dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia tahun 1939-1941! c. Jelaskan hambatan-hambatan yang dialami Gabungan Politik Indonesia dalam usaha memperjuangkan Kemerdekaan Indonesia pada tahun 19391941! d. Susunlah hasil diskusi kelompok dalam bentuk laporan tertulis! 3. Tugas Mandiri Tidak Terstruktur Siswa mencari artikel mengenai Gabungan Politik Indonesia dari sumbersumber seperti internet, buku di perpustakaan dan dibuat laporan tertulis. 75 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI VIII. Sumber / Alat / Bahan Belajar 1. Sumber Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto. 1984. Sejarah Nasional Indonesia V. Jakarta: Balai Pustaka. Moedjanto. 1988. Indonesia Abad ke-20 Dari Kebangkitan Nasional sampai Linggarjati. Yogyakarta : Kanisius. Pringgodigdo. 1991. Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia. Jakarta: Dian Rakyat. Sartono Kartodirdjo. 1990. Pengantar Sejarah Indonesia Baru: Sejarah Pergerakan Nasional Dari Kolonialisme sampai Nasionalisme. Jakarta: PT. Gramedia. Setiadi Kartohadikusumo. 1990. Soetardjo: “Petisi Sutardjo” dan Perjuangannya. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Slamet Muljana. 1986. Kesadaran Nasional Dari Kolonialisme Sampai Kemerdekaan. Jakarta: Inti Idayu Press. 2. Alat OHP, LCD, White board, modul, gambar-gambar, kertas soal. 3. Bahan Belajar Power point, transparansi, spidol, kertas. IX. Penilaian 1. Aspek Kognitif (Terlampir) 2. Aspek Afektif (Terlampir) 3. Aspek Psikomotorik (Terlampir) 4. Nilai Akhir = NA = 70% Kognitif + 20% Afektif + 10% Psikomotorik 5. Tindak lanjut Siswa dinyatakan berhasil apabila memperoleh tingkat pencapaian KKM 75. Siswa mengikuti program remidi apabila memperoleh tingkat pencapaian kurang dari 75. 76 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Siswa mengikuti program pengayaan apabila memperoleh tingkat pencapaian lebih dari 75. Yogyakarta, 23 Juli 2013 Guru Mata Pelajaran Natalia Kartika Dewi Rudiyanto 77 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI LAMPIRAN MATERI PEMBELAJARAN PERANAN GABUNGAN POLITIK INDONESIA DALAM PERJUANGAN KEMERDEKAAN INDONESIA TAHUN 1939-1941 A. Lahirnya Gabungan Politik Indonesia Gabungan Politik Indonesia lahir pada tanggal 21 Mei 1939, merupakan sebuah badan konsentrasi nasional yang dibentuk atas dasar inisiatif Parindra. Badan ini dibentuk sebagai sikap dari ditolaknya Petisi Soetardjo oleh pemerintah Belanda. Adapun isi dari dicetuskannya Petisi Soetardjo ini adalah, memohon kepada Volksraad agar mendesak pemerintah tertinggi Kerajaan Belanda untuk segera mengadakan konferensi yang membahas mengenai persiapan kemerdekaan Indonesia dalam jangka 10 tahun atau sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Gagalnya Petisi Soetardjo tidak membuat semangat kaum nasionalis Indonesia menjadi goyah, justru semangat mereka menjadi semakin berkobar dalam usaha untuk mewujudkan kemerdekaan Indonesia, salah satu usaha mereka adalah dengan membentuk suatu badan konsentrasi nasional yang mereka beri nama Gabungan Politik Indonesia. Dibentuknya GAPI ini dipengaruhi juga oleh situasi dunia internasional yang semakin kacau dan tidak menentu sehingga dibutuhkan segera sebuah badan konsentrasi nasional yang memperjuangkan kepentingan rakyat Indonesia akibat dari sikap pemerintah Belanda yang tidak memikirkan nasib rakyat Indonesia. GAPI dibentuk pada saat berlangsungnya rapat resmi Panitia Persiapan Pembentukan Badan Konsentrasi Nasional. Dibentuknya GAPI ini bertujuan untuk: a. Menganjurkan kepada semua partai politik nasional Indonesia untuk bekerjasama. b. Segera diselenggarakannya kongres Indonesia. Asas yang menjadi dasar dibentuknya GAPI adalah: a. Hak untuk mengatur nasib sendiri. 78 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI b. Adanya persatuan bangsa Indonesia atas dasar demokrasi dalam bidang politik, sosial, dan ekonomi. c. Adanya kesatuan dalam aksi. B. Peranan Gabungan Politik Indonesia Dalam Perjuangan Kemerdekaan Indonesia Pada Tahun 1939-1941 Peranan GAPI dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia adalah dengan menggagas program aksi “Indonesia Berparlemen” pada tanggal 4 Juli 1939 pada saat berlangsungnya rapat umum GAPI. Program aksi ini digagas untuk mendesak pemerintah kolonial Belanda agar segera membentuk parlemen di Indonesia. Ini diharapkan agar pemerintah kolonial Belanda mau mendengarkan aspirasi rakyat Indonesia yang sangat menginginkan segera dibentuknya pemerintahan sendiri dengan dibentuknya parlemen sebagai wadah untuk menyalurkan asprasi rakyat Indonesia. Gagasan GAPI ini mendapatkan sambutan yang luar biasa baik dari rakyat Indonesia yang memang sudah sangat menginginkan segera dibentuknya pemerintahan sendiri di Indonesia. Peranan lain GAPI dalam usaha memperjuangkan kemerdekaan Indonesia adalah mengadakan Kongres Rakyat Indonesia yang berlangsung dari tanggal 23 Desember hingga tanggal 25 Desember 1939. Kongres ini diselenggarakan oleh GAPI dalam usahanya untuk merealisasikan program aksi “Indonesia Berparlemen”. Keputusan-keputusan yang dihasilkan dalam kongres ini adalah: a. Penyusunan program kerja diberikan kepada GAPI, Persatuan Vakbonden Pegawai Negeri, dan Persatuan Jurnalis Indonesia. b. Program aksi “Indonesia Berparlemen” akan tetap dilaksanakan, dan GAPI menjadi pelaksananya. c. Ditetapkannya bendera “Merah Putih” sebagai bendera persatuan, bahasa Indonesia sebagai bahasa kesatuan, dan lagu Indonesia Raya sebagai lagu kebangsaan. 79 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Dalam menjalankan program aksi “Indonesia Berparlemen” ini, GAPI mendapatkan penolakan dari pemerintah Belanda, akibatnya timbul kekecewaaan dari rakyat Indonesia dengan sikap pemerintah yang demikian. Mendapatkan penolakan tersebut, tidak membuat GAPI gentar dan patah semangat. GAPI justru membuat mengeluarkan sebuah resolusi yang didasarkan atas hukum tata negara (Nood Staatsrecht), yaitu: a. Mendesak pemerintah untuk membentuk parlemen segera dengan mengubah Dewan Rakyat (Volksraad) segera, dengan melakukan pemilihan anggota-anggotanya yang aturan dalam pemilihan tersebut adalah dengan dipilih langsung oleh rakyat. b. Mendesak pemerintah kolonial Belanda untuk segera mengubah kedudukan para kepala-kepala departemen, menjadi menteri-menteri yang bertanggungjawab. C. Kontribusi Gabungan Politik Indonesia Dalam Perjuangan Kemerdekaan Indonesia Pada Tahun 1939-1941 Kontribusi GAPI dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia pada tahun 1939-1941 adalah disusunnya rancangan bentuk dan susunan parlemen negara Indonesia. Rancangan bentuk dan susunan parlemen buatan GAPI ini dijelaskan pada tanggal 31 Januari 1941 saat melakukan pertemuan dengan Komisi Visman. Bentuk parlemen menurut rancangan GAPI ini terdiri atas dua kamar yang terdiri dari: a. Kamar Pertama yang anggotanya terdiri atas perwakilan kelompok atau golongan yang dipilih melalui aturan tertentu. b. Kamar Kedua, anggotanya berdasarkan atas hasil pemilihan yang dilakukan oleh rakyat secara langsung. Jumlah anggota parlemen dikehendaki antara 100 hingga 200 orang. Disamping merancang bentuk dan susunan parlemen, Kontribusi GAPI lainnya dalam usaha memperjuangkan kemerdekaan Indonesia adalah, pada tanggal 13 hingga 14 April 1941 di Yogyakarta, diselenggarakanlah Kongres Rakyat Indonesia. Dalam kongres ini GAPI, MIAI (Majlisul Islamil A’la 80 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Indonesia), dan PVPN (Persatuan Vakbonden Pegawai Negeri) membentuk Majelis Rakyat Indonesia (MRI) sebagai badan perwakilan rakyat Indonesia yang berlandaskan atas demokrasi. Majelis ini juga diharapkan nantinya mampu memperjuangkan kesejahteraan rakyat Indonesia. 81 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI LAMPIRAN PENILAIAN 1. Aspek Kognitif a. Produk Teknik : Tes tertulis Bentuk : Uraian Soal : Bagaimana kondisi perpolitikan Indonesia setelah dibentuknya Gabungan Politik Indonesia tahun 1939-1941? Kriteria penilaian akhir (NA) No Skor Nilai 1 86 – 100 Baik Sekali 2 71 – 85 Baik 3 56 – 70 Cukup 4 < 55 Kurang b. Proses Soal Diskusi : 1. Jelaskan apa yang melatarbelakangi dibentuknya Gabungan Politik Indonesia pada tahun 1939? 2. Bagaimana peranan dan kontribusi Gabungan Politik Indonesia dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia pada tahun 1939-1941? 3. Jelaskan hambatan-hambatan yang menghalangi Gabungan Politik Indonesia dalam usaha perjuangan kemerdekaan Indonesia! 82 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI No Kriteria Penilaian Proses: Menghargai Mengambil Mengajukan Mempresentasikan Menjawab teman giliran pertanyaan hasil pertanyaan Nama 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 Jumlah 1 2 3 4 5 Kriteria penilaian menggunakan skala sikap 1-5, dengan kriteria : Skor 1 : Pasif, tidak kooperatif dan tidak menghargai teman. Skor 2 : Pasif, tidak kooperatif, tetapi dapat menghargai teman. Skor 3 : Pasif, kooperatif dan dapat menghargai teman. Skor 4 : Aktif, kooperatif dan dapat menghargai teman. Skor 5 : Aktif, sangat kooperatif dan dapat menghargai teman. N SkorTotal x 100 25 NA Nilai proses Nilai produk 2 2. Aspek Afektif Teknik : Non tes Bentuk : Instrumen Observasi Skala Sikap Instrumen Observasi Kinerja untuk Penilaian Sikap No Nama Aspek yang dinilai Siswa Semangat Tanggung Tenggang Bekerjasama Jawab Rasa 1 2 3 83 Jumlah Rata- Nilai rata PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Keterangan : Kriteria Penilaian : Aspek Semangat Kerja Nilai 3 : Baik Mau bekerjasama dengan semua teman. Nilai 2 : Sedang Dalam bekerjasama kurang begitu baik. Nilai 1 : Kurang Tidak mau bekerjasama dengan teman. Aspek Tanggung Jawab Nilai 3 : Baik Rasa tanggung jawab tinggi. Nilai 2 : Sedang Kurang ada rasa tanggung jawab. Nilai 1 : Kurang Kurang ada tanggung jawab / seenaknya sendiri. Aspek Tenggang Rasa Nilai 3 : Baik Menghargai guru dan teman lain. Nilai 2 : Sedang Kurang menghargai guru dan teman lain. Nilai 1 : Kurang Sikapnya cuek atau tidak dapat menghargai guru dan teman lain. N = Skor Total X 100 9 NA=70% Kognitif + 20% Afektif + 10% Psikomotorik 84 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 3. Aspek Psikomotorik Teknik : Non test Bentuk : Instrumen Observasi Kerja Rambu-rambu skoring No. Kriteria Skor 1 Skor 2 Skor 3 Penilaian 1. 2. 3. Langkah yang disampaikan urut, sudah menjelaskan materi tanpa melihat buku, tetapi masih membutuhkan bantuan teman untuk menjelaskan. Mempertahankan Argumentasi Tidak Seberapa mempertahankan pendapat, tetapi baik alasan pendapat dan menolak kritik yang tidak memiliki dari kelompok diberikan pendirian tetap. lain. peserta didik terkait dengan permasalahan yang dibicarakan? Tidak serius dan Jawaban yang Responsif Seberapa hanya menjawab diberikan besar secara singkat membingungkan kesesuaian serta tidak jelas. dan belum jawaban yang menjawab diberikan pertanyaan yang peserta didik diberikan. terkait dengan permasalahan yang dibicarakan? Pemahaman Seberapa baik tingkat pemahaman peserta didik terhadap hakikat dan ruang lingkup masalah yang disajikan? Langkah yang disampaikan urut, tetapi belum memahami materi dan masih menjelaskan dengan bantuan teman dan membuka buku. 85 Langkah yang disampaikan urut dan lengkap, serta dapat menjelaskan tanpa melihat buku maupun bertanya pada teman. Mempertahankan pendapat kelompok dan mau mendengarkan kritik dari kelompok lain. Jawaban yang diberikan dapat menjawab pertanyaan, meskipun belum tentu benar.