Calvin Doctrine of the Lord Supper Pdt. Hendra G. Mulia Ada persepsi yang keliru mengenai pengajaran-pengajaran Calvin. Kebanyakan yang belajar teologi Reformed cenderung terpaku hanya pada TULIP saja. Malah ada yang hanya memandangnya dari predestinasi saja. Padahal sikap demikian justru mempersempit doktrin dari Calvin. [Faktanya, teologi Calvin merupakan teologi kemuliaan dan kedaulatan Allah, sesuatu yang amat sangat luas.] Ada tiga pandangan mengenai Perjamuan Kudus. Transubstansiasi (Transubstantiation) Pandangan ini dianut oleh Gereja Katolik Roma. Dalam pandangan ini, saat Perjamuan Kudus, saat roti dan anggur didoakan, substansinya berubah (trans) menjadi tubuh dan darah Yesus. Jadi, saat memakan dan meminumnya, kita benar-benar memakan daging dan meminum darah Yesus. [Sifat-sifat (accidentia, harfiahnya: hal-hal yang jatuh padanya) roti dan anggur tetap ada, tetapi substantia (zat atau lebih tepat inti) roti dan anggur telah digantikan dengan substantia tubuh dan darah Kristus. Lebih lengkap lagi dijelaskan dalam bagian Perjamuan Kudus pada Apa Itu Calvinisme tulisan Christiaan de Jonge.] Konsubstansiasi (Consubstantiation) Pandangan ini dicetuskan oleh Martin Luther yang menolak pandangan Gereja Katolik Roma. Dalam pandangannya ini, Luther menyebutkan bahwa roti dan anggur dalam Perjamuan Kudus itu sama sekali tidak berubah menjadi tubuh dan darah Yesus. Bersama-sama (kon) dengan roti dan anggur yang telah didoakan, sesungguhnya Kristus benar-benar hadir bahkan secara jasmani dalam Perjamuan Kudus tersebut. Anamnesis Pandangan ini dicetuskan oleh Zwingli. Menurutnya, Perjamuan Kudus lebih sebagai semacam peringatan akan Kristus saat menderita dan mati. [Zwingli memahami kata-kata Yesus, ”inilah tubuh-Ku” dan ”inilah darah-Ku” sebagai ungkapan-ungkapan yang tidak harus dimengerti secara harfiah. ”Tubuh” dan ”darah” adalah lambang untuk keselamatan yang diperoleh Kristus dengan tubuh dan darah-Nya pada kayu salib. Zwingli tidak dapat menerima bahwa keselamatan, yang terutama menyangkut jiwa, dikaitkan dengan hal-hal duniawi, seperti roti dan anggur. Dan untuk menerima apa yang diperoleh Kristus pada kayu salib, seseorang tak perlu dipersatuka secara jasmani karena penebusan yang dilambangkan dalam Perjamuan Kudus diterima dengan iman. Dalam hal ini, Zwingli tidak menyangkal kehadiran Yesus saat perayaan Perjamuan Kudus. Hanya saja, kehadiran ini bukan kehadiran jasmani, melainkan kehadiran dalam Roh Kudus dan tidak terikat pada roti dan anggur.] Pandangan Calvin Sebagai angkatan Reformasi yang kedua, Calvin dimentori oleh Martin Bucer di Strasburg pada 1539. Pandangan Calvin tidak begitu populer. Bahkan pandangannya tidak selalu diterima oleh teolog-teolog Reformed yang kemudian. Beberapa pandangan terhadap pemahaman Calvin soal Perjamuan Kudus, misalnya: - Hodge, menyebutnya sebagai peculiar, alias aneh, ganjil. - Dabney, menyebutnya aneh, tidak komprehensif, dan tidak mungkin (impossible). - William Cunningham, menyebutnya penemuan yang tidak dapat dimengerti. Posisi Calvin mengenai Perjamuan Kudus ini bisa dikatakan dekat dengan pemahaman Luther, namun tidak berseberangan pula dengan Zwingli. Calvin setuju dengan Zwingli dalam beberapa hal. Pertama, doktrin kenaikan Kristus harus menjadi inti pemahaman Perjamuan Kudus. Dalam hal ini, Calvin berseberangan dengan pandangan Luther mengenai ubiquity dan communicatio idiomatum. Calvin tidak setuju dengan pandangan bahwa tubuh Kristus harus ada di beberapa tempat secara bersamaan. Zwingli juga menekankan perihal kenaikan Kristus ini: bahwa Kristus bangkit, naik ke surga, dan duduk di sebelah kanan Bapa. Itu sebabnya, paham transubstansiasi ia tolak. Kedua, Calvin juga menyetujui pandangan Zwingli bahwa tempat utama mesti diberikan kepada iman yang menerima berkat dari Perjamuan Kudus ini. Calvin juga sejalan dengan Luther dalam memandang Perjamuan Kudus terutama sebagai anugerah Allah kepada orang-orang percaya. Perjamuan Kudus bukanlah sesuatu yang dikerjakan manusia, melainkan sesuatu yang Allah kerjakan bagi manusia. Calvin menyadari bahwa doktrin mengenai pembenaran orang berdosa dan kesatuan dengan Kristus merupakan misteri yang tak terselesaikan. Misteri ini diperlihatkan melalui sakramen yang disesuaikan dengan keterbatasan diri kita. Menurut Calvin, saat kita berbagian dalam Perjamuan Kudus, peran Roh Kudus mesti ada. Roh Kudus ini pulalah yang ”membawa” kita kepada Kristus. Saat itu, secara rohani roti dan anggur benar-benar menjadi tubuh dan darah Kristus. [Dalam Perjamuan Kudus, Kristus benar-benar hadir untuk menjadi satu dengan orang-orang percaya dan memperkuat iman mereka. Dialah yang membuat makanan jasmani menjadi makanan rohani sehingga orang-orang yang ikut dalam Perjamuan Kudus menerima apa yang Kristus peroleh pada kayu salib. Hal ini menunjukkan bahwa bagi Calvin, Perjamuan Kudus tidak sekadar peringatan kematian Kristus. Adapun persatuan dengan Kristu di sini merupakan kesatuan yang riil dalam arti manusia tidak hanya merasa hubungan iman yang erat dengan Kristus, tetapi betul-betul menjadi satu dengan tubuh dan darah-Nya. Kesatuan yang real ini terwujud melalui peran Roh Kudus. Dan di sinilah perbedaan pandangan Calvin dengan Luther dan Zwingli.] Jadi, Perjamuan Kudus memiliki arti yang lebih daripada sekadar memperingati. Dengan memperlakukan Perjamuan Kudus hanya sebagai peringatan, kita malah menjadikan Perjamuan Kudus sebagai semacam permainan mental. Dan karena hanya sekadar mengingat, Perjamuan Kudus di gereja-gereja Protestan menjadi kehilangan maknanya. Dalam gereja yang hanya memperlakukannya sebagai peringatan belaka, perayaan Perjamuan Kudus bisa dilakukan dua atau tiga bulan sekali. Padahal Calvin mengatakan yang sebaliknya. Karena Perjamuan Kudus menjadi makanan dan minuman rohani, perayaannya semestinya bisa lebih sering. Kesimpulan 1. Gereja Katolik Roma: kehadiran Kristus dengan modus transubstansiasi. 2. Lutheran: kehadiran Kristus dengan modus konsubstansiasi. 3. Calvin: kehadiran Kristus yang mewujudkan kesatuan dengan-Nya. 4. Zwingli: peringatan akan Kristus. Implikasi Doktrin Perjamuan Kudus Bila Perjamuan Kudus dilihat sebagai kehadiran Kristus bersatu dengan kita, kenapa Perjamuan Kudus tidak berpengaruh apa-apa dalam kehidupan kita sebagai orang Kristen? Calvin mengatakan bahwa roti dan anggur itu menjadi makanan dan minuman rohani. Namun, kenapa kita tidak merasakan apa-apa? Tidak merasa lapar atau haus, juga tidak merasa kenyang atau dahaga? Ini berarti kita salah dalam melakukannya. (Hal ini jadi sama seperti halnya doa: kita tidak mendapat apa-apa karena kita salah berdoa.) Kalau kita mengikuti Perjamuan Kudus dan tidak menginmaninya, Perjamuan Kudus itu menjadi tidak ada apa-apanya bagi kita. Malahan itu menjadi semacam hukuman bagi kita. [Ternyata Luther juga memiliki sedikit persamaan dengan pemahaman ini. Bagi Luther, Perjamuan Kudus itu bisa diikuti bahkan oleh orang-orang tidak percaya sekalipun. Dan karena dalam Perjamuan Kudus itu Kristus juga hadir, kehadiran-Nya bagi orang tidak percaya bukan untuk keselamatan, melainkan untuk hukuman.] Pertanyaannya, adakah keinginan dan kerinduan dalam diri kita untuk ikut Perjamuan Kudus karena ingin bertemu Kristus di situ? Usulan Aplikatif Lakukan Perjamuan Kudus dengan iman yang memandang pada Kristus sehingga terjadi perjumpaan dan kesatuan mistis dengan Kristus.