pemakai alat orthodonsi cekat Universitas Hasanuddin, diperoleh 15 dari 30 mahasiswa berada level risiko karies sedang ( 50 % ), 12 mahasiswa berada pada level tinggi ( 40 % ) dan sisanya 3 mahasiswa ( 10 % ) berada pada level risiko karies rendah. Rata – rata dari 30 sampel berada pada level sedang dengan volume rerata aliran saliva 0,79 ml / menit. Tingkat risiko karies terbagi atas 3 yaitu : a. Risiko Karies Rendah Pasien tipe ini biasanya hanya memiliki sedikit atau bahkan tidak ada riwayat karies, pencabutan gigi, ataupun restorasi. Hal ini mungkin disebabkan karena kebiasaan menjaga kebersihan mulut, penggunaan flouride, ataupun komposisi atau aliran saliva dari pasien itu sendiri. Keadaan inilah yang dapat melindungi rongga mulut dalam jangka waktu yang lama. Namun ini tidak menjamin, karena faktor pelindung ini sewaktu – akan berubah apabila mendapat pengaruh dari faktor luar. Contohnya apabila pasien mengkomsumsi obat – obatan maka akan menyebabkan terjadinya mulut kering sehingga pasien yang mulanya berada pada level rendah dapat berubah menjadi level risiko karies sedang atau bahkan ekstrim ( tinggi ). Walaupun berada pada level risiko karies rendah, pasien tipe ini tetap membuthkan suatu kunjungan secara profesionan dan teratur mengenai kondisi rongga mulutnya seperti jaringan periodontalnya ataupun kondisi lainnya. Dan dianjurkan untuk melakukan foto rontgen bitewing setiap 24 – 36 bulan. 34 b. Risiko Karies Sedang Pasien tipe ini umumnya lebih berbahaya daripada level rendah ataupun tinggi. Hal ini disebabkan karena mereka memiliki faktor risiko karies yang telah teridentifikasi dan karies tersebut bersifat aktif. Untuk kasus ini, diperlukan suatu evaluasi terhadap risiko karies tersebut untuk mencegah dampak yang lebih lanjut. Evaluasi dapat dilakukan dengan melakukan foto rontgen bitewing setiap 18 – 24 bulan. Intervensi faktor risiko seperti konseling diet, instruksi OH, dan penggunaan fluor sangat diperlukan dan perlu dilakukan evaluasi berkelanjutan. Penggunaan fissure sealant sebagai langkah pencegahan yang direkomendasikan pada kategori risiko ini. c. Risiko Karies Tinggi Pasien tipe ini biasanya diartikan pada orang yang memiliki riwayat karies gigi dengan lesi kavitas. Timbulnya karies gigi ini biasanya disebabkan karena faktor penyakit yang merupakan suatu indikator kuat yang menyebabkan timbulnya kavitas yang dalam, kecuali telah dilakukan intervensi dengan terapi kimia untuk mengurangi bakteri dan meningkatkan terjadinya remineralisasi. Tipe ini juga mungkin terjadi pada orang yang yang tidak memiliki kavitas karies, tetapi memiliki 2 atau lebih faktor risiko karies tinggi sehingga dikelompokkan dalam grup ini. Pasien ini harus dilakukan managemen secara agresif untuk mengurangi kemungkinan terbentuk lesi karies baru ataupun yang sudah parah. Tes bakteri, perawatan antimikroba, penggunaan 1,1 % NaF pada pasta gigi, 5% pada fluroide varnish dan xylitol merupakan standar perawatan pada golongan risiko 35 karies tinggi. Evaluasi rongga mulut dengan teknik rontgen foto bitewing dapat dilakukan setiap 6 – 12 bulan.17 Tujuan utama perawatan ortodonsi adalah mendapat penampilan dentofacial yang menyenangkan secara estetika dengan fungsi yang baik dan dengan gigi – gigi dalam posisi dan keadaan yang stabil, terhindar dari penyakit mulut seperti karies dan penyakit jaringan periodontal.2,3 Pemakaian alat ortodonsi cekat membutuhkan kerja sama yang harmonis antara dokter dan pasien. Hal ini disebabkan karena pemakaian alat ortodonsi cekat yang tergolong rumit dan menghabiskan waktu yang relatif lama.1 Kerjasama yang harmonis ini bertujuan untuk meminimalisir dampak negatif dari pemakaian alat ortodonsi cekat yaitu peningkatan akumulasi plak dan resiko karies.4 Menurut Petti et al. (1997), bahwa pasien ortodontik cekat akan memiliki kondisi gigi dan jaringan pendukung yang baik jika disertai pemberian motivasi dan penyuluhan cara menjaga kebersihan mulut dengan baik oleh dokter giginya.18 Seperti kita ketahui bahwa salah satu tanggung jawab ahli ortodonsia adalah meminimalkan risiko pasien mengalami dekalsifikasi atau karies sebagai konsekuensi perawatan ortodontik. Mereka harus menyempatkan waktu untuk menjelaskan kepada pasien tentang pentingnya menjaga kebersihan mulut yang baik selama perawatan ortodontik.19 Untuk mencegah risiko atau semakin parahnya suatu kelainan dalam rongga mulut akibat alat ortodonsi cekat maka diperlukan suatu identifikasi bakteri – bakteri yang berada di sekitar bands / tube. Dengan begitu dokter gigi dapat dengan mudah menentukan perawatan atau tindakan yang akan dilakukan. Anna mario dkk ( 2008 36 ) telah mendeteksi bakteri yang berada disekeliling alat ortodonsi cekat, ditemukan bakteri streptococcus dan lactobacilus yang paling menonjol atau dominan, dan kedua spesies bakteri ini adalah penyebab terjadinya karies gigi.18 Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kumar Aravind ( 2011 ) yang menemukan bahwa bakteri streptococcus mutans, streptococcus salivarius, Streptococcus mitis, Streptococcus sanguis and lactobacillus acidophilus merupakan penyebab terjadinya karies di daerah sekitar alat ortodontik.10 Pemberian DHE pada pasien ortodonsi cekat sangat bermanfaat untuk memberikan ilmu dan wawasan kepada pasien, contohnya dengan instruksi Pembersihan OH dengan menggunakan dental floss dan sikat gigi khusus orthodontik, yang diharapkan dapat mengurangi plak dan bakteri S. Mutans dan lactobacillus spp.6 ) Namun kenyataan di lapangan ditemukan bahwa masih sedikit dokter gigi ahli ortodontik yang memberikan DHE pada setiap pasien. Mereka terkadang memberikan apabila OH pasien telah memburuk. Dan masih sedikit yang menganjurkan untuk menggunakan sikat gigi khusus orthodontik kepada pasien mereka.15 Selain pemberian DHE, Pencegahan dekalsifikasi email juga dapat dilakukan dengan memoles permukaan email pasca perawatan ortodontik, aplikasi fluoride selama perawatan ortodontik, dan penggunaan dental floss serta alat tambahan berupa piranti waterjet.19 37