PEMELIHARAAN TANAMAN SAWIT: PENGAIRAN, PEMUPUKAN, PENGENDALIAN GULMA, PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT PENGAIRAN • Kekeringan dapat menurunkan hasil tanaman – penurunan turgor – penutupan stomata – luas daun – fotosinteis • Pertumbuhan berhenti bila Ψ = -20 bar • Hujan/pengairan setelah kekeringan dapat memecahkan dormansi • Kapan dimulai dapat dideteksi dengan kertas kobal klorid dan alat lain • Kehilangan air pada pertanaman kelapa dan kelapa sawit 28,1 – 74 l/tanaman/hari • Jumlah air yang perlukan untuk mencapai kapasitas lapangan dapat didekati dengan evaporasi panci dikurangi dengan curah hujan setelah kapasitas lapangan • Cara pengairan dengan luapan, irigasi tetes, atau sprinkler • Prakteknya pada kelapa di India dan Srilangka • Pada kelapa sawit di Malaysia • Pengairan dapat meningkatan hasil rata-rata 74% per tahun • Bila tidak memungkinkan dilakukan pengairan, usaha mempertahankan lengas dapat dilakukan dengan pemberian mulsa • Mulsa dapat berupa rumput, seresah atau bahan organik yang lainnya • Mulsa organik yang telah melapuk dapat menambah bahan organik dan hara, terutama dari familia leguminose (kacangan) • Mulsa organik yang banyak diterapkan pada pertanaman sawit muda adalah kacangan sementara pada sawit dewasa banyak digunakan Nephrolepis spp Pengairan harus memperhatikan hal-hal berikut : 1. Air yang digunakan tidak berasal dari sungai yang tercemar limbah 2. Air yang digunakan tidak berasal dari rawa karena air rawa memiliki derajad keasaman rendah dan mengandung asam organik tinggi sehingga dapat meracuni tanaman 3. Air yang digunakan harus sehat, tidak mengandung asam-asam, garam-garam, zat-zat beracun dll 4. Kualitas dan kesehatan air untuk penyiraman sebaiknya diuji laboratorium, terutama yang berasal dari sungai Pengairan Genangan Pengairan Tetes (drip) Pengairan Curah (sprinkler) Pengairan Curah (sprinkler) Kanal irigasi pada perkebunan kelapa sawit di Riau PEMUPUKAN • Pemupukan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hara tanaman guna menunjang pertumbuhan untuk mencapai produksi yang optimal, serta ketahanan terhadap hama dan penyakit • Sekitar 80% dari dana operasional, diserap oleh kegiatan pemupukan • Besarnya anggaran dana untuk kegiatan pemupukan, menyebabkan kegiatan tersebut harus dilakukan secara tepat baik tepat dosis, tepat waktu, dan tepat cara aplikasi sehingga pelaksanaan pemupukan dapat berjalan dengan efektif dan efisien • Dosis kegiatan pemupukan ditentukan berdasarkan hasil analisa daun, hasil penelitian, umur dan kondisi tanaman, tanah, iklim, keseimbangan hara, efisiensi biaya, produksi yang telah diperoleh, dan tempat produksi • Analisis daun dilakukan terhadap leaf sampling unit (LSU) • Pengambilan LSU dilakukan setiap tahun sekali • Pada kondisi normal, Pengambilan LSU dilakukan sekitar 2-3 bulan setelah pemupukan semester I dilaksanakan Daun yang diambil harus merupakan indikator yg sensitif dari keadaan hara tanaman dengan pedoman sebagai berikut (untuk kelapa sawit) : Tanaman (umur) Daun yg diambil untuk contoh < 2 tahun 2 – menghasilkan Tanaman menghasilkan (TM) Daun ke-3 Daun ke-9 Daun ke- 17 Pengambilan LSU • Penentuan dosis pemupukan juga mempertimbangkan hasil analisis tanah • Analisis tanah dilakukan terhadap soil sampling unit (SSU) • Pengambilan tanah untuk SSU dilakukan setiap 3 tahun pada blok-blok LSU • Analisis tanah pada blok-blok LSU bertujuan untuk mengetahui perkembangan kadar hara di dalam tanah secara detail pada masing-masing blok, yang akan digunakan sebagai pendukung rekomendasi pemupukan Jenis Pupuk • Berdasar pembuatan : 1. pupuk alam – pupuk kandang, pupuk hijau, kompos, dolomit, kieserit, guano; 2. pupuk buatan – dihasilkan oleh pabrik • Berdasar susunan kimia : 1. pupuk organik – pupuk kandang, pupuk hijau, kompos; 2. pupuk anorganik – pupuk buatan, kapur, kieserit • Berdasar unsur hara dikandung : 1. pupuk tunggal – urea, TSP ; 2. pupuk majemuk NPK Pupuk organik anorganik Cara Pemupukan • Pemupukan lewat tanah – diserap akar : 1. Pupuk organik ditabur, digali parit keliling sedalam 30cm, ditimbun tanah 5cm 2. Pupuk anorganik dimasukkan dalam parit keliling, ditimbun • Pemupukan lewat daun : sebagai pelengkap, reaksi lebih cepat, dapat untuk mengatasi gejala defisiensi dengan cepat. Pupuk disemprotkan terutama ke permukaan bawah daun, jangan menjelang hujan Tapak Timbun Kelapa Sawit Pemupukan Manual Teknik Aplikasi Pupuk • Pada lahan-lahan yang topografinya datar sampai landai pemupukan dilakukan secara mekanis dengan fertilizer spreader • Aplikasi pupuk dengan pesawat diterapkan pada areal berbukit dan gambut • Aplikasi pupuk secara manual terutama diterapkan pada tanaman sawit muda (umur < 6 tahun) yang ditanam pada areal yang datar ataupun berbukit Pemupukan dengan Pesawat Pemupukan dengan Fertilizer Spreader • Beberapa jenis pupuk, sering kali bersifat saling antagonis, tidak boleh diaplikasikan secara bersamaan • Pada kondisi normal, semua unsur hara makro (N,P,K,dan Mg) diaplikasikan terlebih dahulu dibandingkan unsur hara mikro (B,Cu, dan Zn) • Untuk mempercepat penyediaan hara bagi tanaman, pupuk sebaiknya diberikan pada kondisi lembab • Aplikasi pupuk pada kondisi kering tidak dianjurkan karena akan meningkatkan kehilangan hara, terutama unsur-unsur yang mudah menguap (misal N) Waktu Pemupukan • Dua kali setahun : awal musim hujan (Oktober – November), awal musim kemarau ( Maret – April) APLIKASI LIMBAH PKS SEBAGAI PENSUBTITUSI PUPUK ANORGANIK • Pemupukan menyerap dana sekitar 80% dari total dana operasional kebun • Pemupukan yang tergantung pada pupuk anorganik akan berdampak kurang baik terhadap kondisi kebun baik secara ekonomis maupun kesehatan tanah kebun • Saat ini di beberapa perkebunan kelapa sawit terdapat trend untuk memanfaatkan limbah PKS sebagai pengganti pupuk anorganik • PKS menghasilkan berbagai material organik yang merupakan hasil sampingan dari pengolahan minyak sawit • Antara lain janjangan kosong, fiber, dan limbah cair • Material tersebut dapat dimanfaatkan sebagai sumber hara karena kandungan haranya cukup tinggi • Di samping sebagai sumber hara, material organik tersebut sekaligus juga memperbaiki sifat fisika dan biologi tanah • Pemanfaatan janjangan kosong, fiber, dan limbah cair sebagai pupuk organik bisa dalam bentuk material mentah ataupun yang sudah dikomposkan Tandan Kosong di PKS Limbah Cair Aplikasi Tandan Kosong Secara Mekanis di Kebun Aplikasi Limbah Cair di Kebun Kandungan hara janjangan kosong (kadar air 60%) Hara N P2O K2O MgO CaO Rerata kandungan hara 0.9% 0.11% 2.4% 0.17% 0.27% Cl Mn B 0.44% 24.75 ppm 12.94 ppm Zn Cu Fe 37.72 ppm 53.14 ppm 275.36 ppm Kandungan hara dari kompos janjangan kosong (kadar air 60%) N Rerata kandungan hara (%) 3.3 P 0.31 K 2.36 Mg 0.7 Hara Kandungan hara abu janjangan kosong (kadar air 11%) Hara K2O total Rerata kandungan hara (%) 42.67 K2O larut dalam air 26.99 MgO total 3.48 MgO larut dalam air 0.03 CaO total 5.57 CaO larut dalam air 0.02 Cl 5.8 Kandungan hara limbah cair dari PKS Karakteristik PH BOD COD Oil Total solid N P K Mg Ca Rerata kandungan hara 6.55 2.599 ppm 14.345 ppm 0.11 % 1.64 ppm 454 ppm 170 ppm 1641 ppm 334 ppm 249 ppm PENGENDALIAN GULMA Gulma : tumbuhan yang tumbuh di tempat yang tidak dikehendaki Klasifikasi gulma : 1. Berdasar umur : gulma semusim/setahun, gulma tahunan 2. Berdasar morfologi : rumput, teki, gulma beradaun lebar Kerugian akibat gulma : menghambat pertumbuhan, menurunkan hasil dan kualitas hasil, menyulitkan pekerjaan, seringkali menjadi inang dan mendorong perkembangan hama/penyakit Gulma di Kebun Kelapa Sawit • Gulma di Kebun Kelapa Sawit bervariasi • Terdapat beberapa kelompok gulma penting yaitu gulma berdaun pita (grasses), gulma berdaun lebar (broad leaves), gulma berkayu (brush weeds), gulma pakisan (ferns), gulma tekian (sedges), gulma pisang liar dan keladikeladian, gulma bambuan, dan gulma air • Beberapa jenis gulma yang berbahaya antara lain: lalang (berdaun pita), Mikania micranta (berdaun lebar), Chromolaena odorata (gulma berkayu), Pteridium spp (gulma pakisan), Cyperus spp (gulma tekian), Musa spp (gulma pisang liar). Alang-alang Cara Pengendalian • Mekanis : membabat, mencabut, mendangir, dengan traktor • Kultur teknis : mulsa, tanaman penutup tanah, pohon peneduh, tanaman sela • Biologis : serangga, jamur • Kimia : menggunakan herbisida pratumbuh pasca tumbuh • Terpadu Pengendalian Gulma dengan Herbisida • Tumbuhan liar yang terdapat di kebun kelapa sawit tidak semuanya bertindak sebagai gulma • Ada beberapa jenis tumbuhan yang berguna sebagai inang pengendali hayati • Beberapa jenis tumbuhan yang memiliki fungsi tersebut antara lain Turnera subulata, Antigonon leptopos, Casia tora, Nephrolepis spp, dan Diplazium asperum • Keberadaan tumbuhan tersebut di kebun sawit cukup penting karena merupakan inang bagi agensia pengendali hayati ulat api (UPDKS) • Selain sebagai inang pengendali hayati, ada pula beberapa jenis tumbuhan yang berfungsi sebagai sumber hara tanaman kelapa sawit antara lain tanaman kacangan (LCC) • LCC selain berfungsi sebagai sumber hara juga dapat dimanfaatkan sebagai pengendali gulma khususnya pada pertanaman belum menghasilkan • Nephrolepis spp pada kebun sawit berfungsi sebagai penjaga kandungan lengas tanah, menstimulasi pembentukan dan perkembangan akar rambut yang sangat penting dalam mekanisme penyerapan air maupun hara Tumbuhan Bermanfaat PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT Kaidah Umum Pengendalian Hama dan Penyakit • Perlindungan musuh alami : predator, parasitoid, mikroorganisme entomopatogen • Pengendalian secara mekanis : pembuangan bagian yang terkena serangan, pengutipan hama • Pengendalian secara kimiawi : pestisida (insektisida, fungisida, bakterisida) PENGENDALIAN HAMA UPDKS (Ulat Penggerek Daun Kelapa Sawit) • Hama utama pada pertanaman kelapa sawit adalah ulat pemakan daun kelapa sawit (UPDKS) • Jenis UPDKS yang paling banyak ditemukan adalah ulat api • Ulat api ada beberapa jenis yaitu Setothosea asigna, Birthosea bisura, Thosea vetusta, Setora nitens, Ploneta diducta, dan Darna trima Ulat Api Pengendalian UPDKS • Deteksi, yaitu kegiatan untuk mengetahui keberadaan secara dini suatu hama khususnya UPDKS setiap 2 bulan sekali (dititipkan kepada pekerja yang rutin ke lapangan/petugas panen) • Sensus, yaitu kegiatan untuk mengetahui jumlah populasi hama (UPDKS) per satuan pelepah setiap bulan sekali • Pengendalian hayati, yaitu kegiatan yang dilakukan untuk mengurangi populasi hama (UPDKS) melalui pemanfaatan musuh alami UPDKS • Pengendalian mekanis, yaitu kegiatan yang dilakukan untuk mengurangi populasi hama (UPDKS) melalui kegiatan-kegiatan mekanik, antara lain hand picking dan light trap • Musuh alami bisa berupa predator (pemangsa) maupun patogen (bakteri, jamur, dan virus). • Contoh predator UPDKS yaitu Sycanus sp • Hand picking merupakan kegiatan pengutipan hama (UPDKS) pada saat hama tersebut dalam stadia larva dan pupa • Sedangkan light trap merupakan kegiatan pemerangkapan hama dengan menggunakan cahaya lampu petromak pada saat hama tersebut dalam stadia imago Hama Tikus • Hama lain yang cukup penting adalah tikus • Tikus pada umumnya merusak bunga jantan, bunga betina, tandan buah segar, dan brondolan, berakibat kepada menurunnya produksi TBS • Kegiatan yang dilakukan untuk mengendalikan tikus adalah sensus dan pengendalian hama tikus • Kegiatan pengendalian hama tikus yang diterapkan di kebun sawit pada umumnya adalah pemanfaatan musuh alami yaitu Tyto alba dan ular kobra. Pengendalian Tikus dengan Tyto alba • • • • • • Hama Rayap Hama rayap menimbulkan kerugian yang cukup besar karena mampu mengurangi kepadatan populasi popok kelapa sawit Pokok kelapa sawit yang terserang oleh rayap dapat mengalami kematian karena jaringgannya dirusak dan ada juga pokok yang tumbang karena perakarannya terputus Terdapat dua tipe rayap yang sering merugikan yaitu Coptotermes curvignathus dan Macrotermes gilvus Coptotermes curvignathus merupakan jenis rayap yang berbahaya karena mampu menyerang jaringan hidup dan jaringan mati, jenis rayap ini bisa merusak pokok sawit yang masih produktif Macrotermes gilvus merupakan jenis rayap yang tidak terlalu membahayakan pokok kelapa sawit karena jenis tersebut hanya menyerang dan memakan jaringan mati, tetapi dapat menyebabkan kelapa sawit tumbang apabila membuat sarang di dekat pangkal pokok kelapa sawit Pengendalian rayap dilakukan secara kimiawi dengan menggunakan Termisida Pokok Sawit Tumbang akibat Rayap PENGENDALIAN PENYAKIT • Penyakit utama di perkebunan kelapa sawit adalah busuk pangkal batang dan batang atas • Penyebab: jamur Ganoderma boninense • Gejala awal: beberapa pelepah daun berwarna pucat seperti klorosis • Gejala lanjut: pengeringan daun (dari daun tua sampai muda), jumlah daun pucuk yang tidak membuka sangat banyak, pelepah daun patah dan menggantung Ganoderma boninense • Tanaman yang terserang sulit dikenali terutama pada stadia awal infeksi • Serangan baru terlihat setelah memasuki stadium lanjut, ditandai dengan munculnya badan buah jamur Ganoderma boninense di bagian luar batang tanaman yang terinfeksi ---pengendaliannya sangat sulit ---- meskipun memakai fungisida sistemik ---- pokok sawit akan mati • Pengendalian: mekanis --- surgeri (menghilangkan bagian batang yang terinfeksi kemudian ditimbun tanah ---- diterapkan apabila serangannya di bagian pangkal batang), kimiawi (fungisida sistemik) Pengendalian dengan Fungisida