IDENTIFIKASI GULMA DAN PENGENDALIAN GULMA DI

advertisement
IDENTIFIKASI GULMA DAN PENGENDALIAN GULMA DI
PEMBIBITAN MAIN NURSERY PADA TANAMAN KELAPA SAWIT
(Elaeis guineensis Jacq) DI PT. KALPATARU SAWIT PLANTATION
Oleh
YUSTA MERI AVUN
NIM. 110500071
PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN
JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
2015
IDENTIFIKASI GULMA DAN PENGENDALIAN GULMA DI
PEMBIBITAN MAIN NURSERY PADA TANAMAN KELAPA SAWIT
(Elaeis guineensis Jacq) DI PT. KALPATARU SAWIT PLANTATION
Oleh
YUSTA MERI AVUN
NIM. 110500071
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN
JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
2015
IDENTIFIKASI GULMA DAN PENGENDALIAN GULMA DI
PEMBIBITAN MAIN NURSERY PADA TANAMAN KELAPA SAWIT
(Elaeis guineensis Jacq) DIPT. KALPATARU SAWIT PLANTATION
Oleh
YUSTA MERI AVUN
NIM. 110500071
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN
JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
2015
LEMBAR PENGESAHAN
Judul
: Identifikasi Gulma Dan Pengendalian Gulma Di
Pembibitan Main Nursery Pada Tanaman Kelapa
Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Di PT. Kalpataru
Sawit Plantation
Nama
: Yusta Meri Avun
NIM
: 110500071
Program Studi
: BudidayaTanaman Perkebunan
Jurusan
: Manajemen Perkebunan
Pembimbing,
Penguji I,
Penguji II,
Riama Rita Manullang, SP, MP
NIP. 19701116 200003 2 002
F. Silvi Dwi Mentari, S, Hut, MP
NIP. 19770723 200312 2 002
Rossy Mirasari, SP, MP
NIP. 19780624 200501 2 002
Menyetujui,
Ketua Program Studi Budidaya
Tanaman Perkebunan
Mengesahkan,
Ketua Jurusan Manajemen Pertanian
Nur Hidayat, SP, M.Sc
NIP. 19721025 200112 1001
Ir. M. Masrudy, MP
NIP. 19600805 198803 1003
Lulus pada tanggal: 29 Agustus 2015
ABSTRAK
Yusta Meri Avun. Identifikasi Gulma dan Pengendalian Gulma di Pembibitan
Main Nursery Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis jacq), di PT.
Kalpataru Sawit Plantation (di bawah bimbingan RIAMA RITA MANULLANG).
Kajian ini di latar belakangi oleh kehadiran gulma di pembibitan main nursery
pada tanaman kelapa sawit dapat mengganggu pertumbuhan bibit, karena akibat
terjadi persaingan dalam pengambilan air, unsur hara, sinar matahari dan ruang
tumbuh. Keberadaan gulma di luar polybag maupun di dalam polybag dapat
menghambat pertumbuhan bibit akibat adanya gulma, menjadi inang bagi
tanaman, mengganggu tata guna air, dan meningkatkan biaya pemeliharaan.
Banyaknya gangguan tersebut ditimbulkan oleh hadirnya gulma pada pembibitan
main nursery.
Kajian ini dilakukan di PT. Kalpataru Sawit Plantation dan dilaksanakan pada
bulan Maret-April 2015. Sedangkan metode yang digunakan adalah dengan cara
melihat langsung di lapangan dan melakukan wawancara karyawan yang
berkaitan dengan masalah gulma di main nursery pada tanaman kelapa sawit.
Tujuan dari kajian ini adalah untuk mengidentifikasi jenis-jenis gulma pada
pembibitan main nursery tanaman kelapa sawit serta dapat menetapkan metode
pengendalian gulma di pembibitan tanaman kelapa sawit.
Hasil dari kajian ini adalah untuk mengenal jenis-jenis gulma pada pembibitan
main nursery dan mampu mengaplikasikan hasil-hasil pengendalian gulma pada
pembibitan main nursery dan dapat bermanfaat bagi para pembaca maupun
masyarakat yang berkecimpung di bidang pembibitan tanaman kelapa sawit.
Kata kunci : Pengendalian, Gulma, Main Nursery
RIWAYAT HIDUP
Yusta Meri Avun, lahir pada tanggal 14 Mei 1993 di
Kecamatan Long Pahangai, Kabupaten Mahakam Ulu,
Provinsi Kalimantan Timur. Merupakan putri kedua dari dua
bersaudara dari pasangan Bapak Petrus Avun dan Sisilia
Lirun.
Pendidikan dimulai pada tahun 1998 di Sekolah Dasar (SD) Negeri 001 Long
Pahangai Kecamatan Long Pahangai Kabupaten Mahakam Ulu dan lulus pada
tahun 2005, kemudian melanjutkan ke tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Negeri 24 Sendawar Long Pahangai dan lulus pada tahun 2008, melanjutkan ke
Sekolah Menengah Atas (SMA) Katolik WR. Soepratman Samarinda dan lulus
pada tahun 2011. Pendidikan tinggi di mulai pada tahun 2011 di Politeknik
Pertanian Negeri Samarinda Jurusan Manajemen Pertanian, Program Studi
Budidaya Tanaman Perkebunan.
Pada tanggal 3 Maret sampai tanggal 30 April 2015 mengikuti Praktik Kerja
Lapang (PKL) di perkebunan kelapa sawit. PT. Kalpataru Sawit Plantation,
Kecamatan Muara Badak, Kabupaten Kutai KartaNegara, Provinsi Kalimantan
Timur.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Karya
ilmiah ini disusun berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan di PT. Kalpataru
Sawit Plantation Desa Batu-Batu Kecamatan Muara Badak Provinsi Kalimantan
Timur. Laporan dan penyusunan karya ilmiah ini dilaksanakan selama 2 (dua)
bulan, yaitu dari bulan Maret – April tahun 2015, yang merupakan syarat untuk
menyelesaikan tugas akhir di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dan
mendapat sebutan Ahli Madya.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan banyakterima kasih
kepada :
1.
Ibu Riama Rita Manullang, SP, MP Selaku Pembimbing.
2.
Ibu Silvi Dwi Mentari, S. Hut. MP Selaku Penguji I.
3.
Ibu Rossy Mirasari, SP, MP Selaku Penguji II.
4.
Bapak Nur Hidayat, SP, M.Sc Ketua Program Studi Budidaya Tanaman
Perkebunan.
5.
Bapak Ir. M. Masrudy, MP Ketua Jurusan Manajemen Pertanian.
6.
Para
pengajar
staf,
administrasi
dan
teknisi
di
Program
Study
BudidayaTanaman Perkebunan.
7.
Seluruh anggota keluarga atas dukungannya serta semua pihak yang tidak
dapat disebutkan satu-persatu.
Walaupun sudah berusaha dengan sungguh-sungguh, penulis menyadari
masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan dalam penulisan ini, namun
semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.
Kampus Sei Keledang,
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... i
ABSTRAK ............................................................................................................. ii
RIWAYAT HIDUP .................................................................................................. iii
KATA PENGANTAR ............................................................................................. iv
DAFTAR ISI........................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR............................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ viii
I.
PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
II. TINJAUAN PUSTAK A
A. Tinjauan Umum Tanaman Kelapa Sawit ................................................... 4
B. Pembibitan Main Nursery Pada Tanaman Kelapa Sawit .......................... 8
C. Tinjauan Umum Gulma ............................................................................. 9
D. Tinjauan Umum Pengendalian Gulma ...................................................... 15
III. METODE KAJIAN
A. Waktu Dan Tempat .................................................................................... 22
B. Alat Dan Bahan.......................................................................................... 22
C. Prosedur Kerja .......................................................................................... 22
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil ........................................................................................................... 24
B. Pembahasan.............................................................................................. 34
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................................ 40
B. Saran ......................................................................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 41
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1. Pengelompokan jenis-jenis gulma pada pembibitan main
nursery tanaman kelapa sawit diluar dan didalam polybag.............................. 24
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1. Axonopus Compressus (Jukut pait, papaitan) .................................................. 25
2. Cynodon Dactylon (Rumput grinting)................................................................ 26
3. Cyperus Rontundus ( Rumput teki) .................................................................. 27
4. Dicranopteris Linaeris (Resam) ........................................................................ 28
5. Eleusine Indica (Rumput belulang) ................................................................... 29
6. Euphorbia Hirta (Petikan kebo) ......................................................................... 30
7. Imperata Cylindrica (Alang-alang) .................................................................... 31
8. Solanum Torvum (Terongan)............................................................................. 32
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1. Dokumentasi pengendalian gulma dalam plybag di PT. Kalpataru Sawit
Plantation......................................................................................................... 42
2. Herbisida yang digunakan di PT. Kalpataru Sawit Plantation........................ .. 43
1
I. PENDAHULUAN
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan tanaman yang
berumur panjang. Kelapa sawit yang ditanam saat ini akan dipanen hasilnya
beberapa tahun kemudian. Sebagai tanaman tahunan pada kelapa sawit dikenal
periode tanaman belum menghasilkan (TBM) yang lamanya bervariasi 2-4 tahun
tergantung faktor alam. Untuk itu perlu dikelola sebaik mungkin. Karena,
kesalahan pengelolaan bibit di pembibitan akan berdampak sampai tanaman tua.
Akibatnya, produksi tidak mencapai hasil optimal Dalam menentukan bibit sawit,
maka harus melalui proses pembibitan tersebut, biasanya dianut sistem
pembibitan dua tahap, yaitu pre nursery dan main nursery. Pembibitan awal pre
nursery merupakan tempat kecambah tanaman kelapa sawit ditanam dan
dipelihara hingga berumur 3 bulan. Selanjutnya bibit tersebut akan dipindahkan
ke pembibitan utama main nursery . Pembibitan utama main nursery merupakan
penempatan bibit yang sudah lepas dari kecambah dan siap untuk ditanam.
Bibit ini harus sudah siap di tempatkan pada lokasi-lokasi yang strategis, seperti
halnya harus bebas genagan air atau banjir dan dekat dengan sumber air untuk
penyiraman. Areal pembibitan sebisa mungkin rata, letak lokasi main nursery
dekat dengan area yang akan ditanam dan harus jauh dari sumber hama dan
penyakit (Pahan, 2006).
Teknik budidaya yang mulai berkembang memicu minat investasi kelapa
sawit di Indonesia. Salah satu bagian dari budidaya yang paling penting adalah
pembibitan. Pembibitan merupakan proses menumbuhkan dan mengembangkan
biji dan benih menjadi bibit yang siap untuk di tanam (Pardamean, 2008).
Selanjutnya menurut Sunarko (2007), sasaran pembibitan ini adalah
menyediakan bibit kelapa sawit yang unggul dan siap untuk ditanam di
2
perkebunan. Selain itu kegiatan ini memastikan ketersediaan bibit dalam jumlah
yang cukup, berkualitas, dan tepat waktu dengan biaya yang ekonomis. Kondisi
bibit yang unggul, baik secara genetik mapun fenotipe merupakan modal
perusahaan perkebunan kelapa sawit untuk mendapatkan produktivitas dan mutu
minyak kelapa sawit yang tinggi. Menurut Mangoensoekarjo dan Semangun
(2005), kondisi bibit unggul dapat di peroleh dari dua tahapan pembibtan, yaitu
pembibitan awal (pre nursery) dan pembibitan utama (main nursery). Pada
sebagian jenis tanaman termasuk kelapa sawit, proses pembibitan diperlukan
karena di pandang lebih jauh menguntungkan dibandingkan dengan penanaman
benih langsung di lapangan.
Dalam tahap awal ini masalah yang paling mengganggu adalah gulma.
Gulma yang ada ditahap awal ini terdiri dari beragam jenis dan ukuran. Masalah
gulma di perkebunan kelapa sawit dianggap serius karena bisa mengakibatkan
terjadinya
persaingan
dalam
penyerapan
unsur
hara,
air,
cahaya dan ruang tempat tumbuh. Di samping itu ada beberapa jenis gulma
yang bisa mengeluarkan zat penghambat pertumbuhan sehingga pertumbuhan
tanaman terhambat dan menjelang waktu penyadapan produksinya rendah. Oleh
karena itu gulma harus diberantas. Pengendalian gulma harus di lakukan sejak
tanaman masin di pembibitan. Areal pembibitan harus di usahakan selalu bersih
dari gulma. Oleh karena itu, pengendalian gulma diulang secara teratur sehingga
tidak ada kesempatan hidup bagi gulma, selain itu pembersihan gulma juga
mencegah berkembangnya hama dan penyakit (Sastrosayono, 2006).
Menurut Pahan (2008), kehadiran gulma di perkebunan kelapa sawit dapat
menurunkan produksi akibat bersaing dalam pengambilan unsur hara, air, sinar
matahari dan ruang hidup. Gulma juga dapat menurunkan mutu produksi akibat
3
terkontaminasi oleh bagian gulma, mengganggu tanaman, menjadi inang bagi
hama, mengganggu tata guna air, dan meningkatkan biaya pemeliharaan.
Perkembang biakan gulma sangat mudah dan cepat, baik secara generatif
maupun vegetatif. Secara generatif, biji-biji gulma yang halus, ringan, dan
berjumlah sangat banyak dapat disebarkan oleh angin,air, hewan, maupun
manusia. Perkembang biakan secara vegetatif terjadi karena bagian batang yang
berada di dalam tanah akan membentuk tunas yang nantinya akan membentuk
tumbuhan baru. Demikian juga bagian akar tanaman, misalnya stolon, rhizoma,
dan umbi, akan bertunas dan membentuk tumbuhan baru jika terpotong-potong.
Tujuan dari kajian ini adalah untuk mengidentifikasi jenis-jenis gulma pada
pembibitan main nursery tanaman kelapa sawit serta dapat menetapkan metode
pengendalian gulma di pembibitan tanaman kelapa sawit.
Hasil dari kajian ini adalah untuk mengenal jenis-jenis gulma pada
pembibitan main nursery dan mampu mengaplikasikan hasil-hasil pengendalian
gulma pada pembibitan dan bermanfaat bagi para pembaca maupun masyarakat
yang berkecimpung di bidang pembibitan tanaman kelapa sawit.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tanaman Kelapa Sawit
Berdasarkan bukti-bukti yang ada, tanaman kelapa sawit diperkirakan
berasal dari Nigeria, Afrika Barat. Namun ada pula yang menyatakan bahwa
tanaman tersebut berasal dari Amerika, yakni dari Brazilia. Sedangkan
Zeven menyatakan bahwa tanaman kelapa sawit berasal dari daratan tersier,
yang merupakan daratan penghubung yang terletak di antara Afrika dan
Amerika sehingga tempat asal komoditas kelapa sawit ini tidak lagi di
permasalahkan orang. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq). Saat
ini telah berkembang pesat di Asia Tenggara, khususnya Indonesia dan
Malaysia, dan justru buka di Afrika Barat atau Amerika yang dianggap
sebagai daerah asalnya. Masuknya bibit kelapa sawit di Indonesia pada
tahun 1948 hanya sebanyak 4 batang yang berasal dari Bourbon (Maurutius)
dan Amsterdam. Ke empat batang bibit kelapa sawit tersebut di tanam di
Kebun Raya Bogor dan selanjutnya disebarkan ke Deli Sumatera Utara
(Setyamidjaja, 1984).
1.
Taksonomi Tanaman Kelapa Sawit
Taksonomi tanaman kelapa sawit (Palm Oil) termasuk tanaman
monokotil yang secara taksonomi dapat diuraikan sebagai berikut ini :
Kelas
: Angiospermae
Ordo
: Palmaes
Famili
: Palmaceaea
Genus
: Elaeis
Speciaes : Elaeis guineensis Jacq
5
2.
Morfologi Tanaman Kelapa Sawit
Seperti jenis-jenis Palma yang lain, kelapa sawit memiliki sifat-sifat
bagian vegetatif dan bagian generatif yang khas sebagai berikut :
a.
Kecambah
Kelapa sawit berkembang biak dengan biji dan akan
berkecambah untuk selanjutnya tumbuh menjadi tanaman. Susunan
buah kelapa sawit dari lapisan luar sebagai berikut : 1) Kulit buah
yang licin dan keras (epicarp). 2) daging buah (mesocarp) terdiri
atas susunan serabut (fibre) dan mengandung minyak. 3) Kulit biji
(cangkang tempurung), berwarna hitam dan keras (endocarp).
Daging biji (mesoperm), berwarna putih dan mengandung minyak.
5) Lembaga (embrio), Lembaga yang keluar dari kulit biji akan
berkembang ke dua arah : 1) arah tegak lurus ke atas (fototrophy),
disebut plumula yang selanjutnya akan menjadi batang dan daun
kelapa sawit. 2) Arah tegak lurus ke bawah (geotrophy), disebut
radikula yang selanjutnya akan menjadi akar.
Plumula akan muncul setelah radikula tumbuh sekitar 1 cm.
Akar-akar adventif pertama muncul sebuah ring di atas sambungan
radikula-Inpokotil,
kemudian
membentuk
akar-akar
sekunder
sebelum daun pertama muncul. Bibit kelapa sawit memerlukan
waktu tiga bulan untuk berubah menjadi organisme yang mampu
memfotosintesis dan mengabsorpsi makanan dari dalam tanah
secara sempurna.
6
b. Akar
Kelapa sawit merupakan tumbuhan monokotil. Artinya dari
famili Araceae ini memiliki akar serabut. Radikula pada bibit tumbuh
memanjang ke bawah selama enam bulan hingga mencapai 15 cm
dan menjadi akar primer. Akar ini akan terus berkembang. Akar
serabut primer yang tumbuh secara vertikaldan horizontal di dalam
tanah. Akar ini akan bercabang menjadi akar sekunder. Selanjutnya,
akar sekunder berkembang dan bercabang kembali menjadi akar
tersier, begitu seterusnya. Akar serabut kelapa sawit tumbuh di
seluruh pangkal batang hingga 50 cm di atas permukaan tanah.
Akar ini terdiri dari atas akar primer, sekunder, tersier, hingga quater
yang biasa di sebut akan feeder roots.
Jika di rawat dengan baik, perkembangan akar akan membantu
pertumbuhan tanaman dan meningkatkan produksi kelapa sawit.
Perakaran yang kuat lebih tahan terhadap penyakit pangkal batang
dan kekeringan. Perakaran tanaman kelapa sawit dapat mencapai
kedalaman 8 m dan 16 m secara horizontal. Pemeliharaan akar
akan meningkatkan absorpsi tanaman terhadap unsur hara oleh
tanaman melalui akar.
c.
Batang dan daun
Kelapa sawit memiliki batang yang tidak bercabang. Pada
pertumbuhan awal setelah fase muda, terjadi pembentukan batang
yang melebar tanpa terjadi persaingan pemanjangan. Titik tumbuh
terletak di pucuk batang dan terbenam di dalam tajuk daun.
Bentuknya seperti kubis dan enak di makan. Di batang terdapat
7
pangkal pelepah-pelepah daun yang melekat dan sukar terlepas,
meskipun daun telah kering dan mati. Pada tanaman tua,
pangkal-pangkal pelepah yang masih tinggal di batang akan
terkelupas, sehingga batang kelapa sawit tampak berwarna hitam
beruas.
Kelapa sawit memiliki daun yang menyerupai bulu burung atau
ayam. Di bagian pangkal pelepah daun terbentuk dua baris duri
yang sangat tajam dan keras di kedua sisinya. Anak-anak daun
tersusun berbaris dua hingga ujung daun. Di tengah-tengah setiap
anak daun terbentuk lidi sebagai tulang daun. Ujung pelepah daun
sering tumbuh menyerupai buntut benang yang mencirikan
kekurangan unsur boron. Ciri lainnya, ujung daun membentuk
seperti ujung tombak. Boron merupakan unsur hara yang ada di
dalam tanah, tetapi kadang jumlahnya tidak cukup untuk kebutuhan
tanaman sehingga perlu ditambah melalui pemupukan.
3.
Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit
Sebagai tanaman yang budidayakan, tanaman kelapa sawit
memerlukan kondisi lingkungan yang baik dan cocok, agar mampu
tumbuh subur dan dapat berproduksi secara maksimal. Faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi pertumbuhan kelapa sawit antara lain
keadaan iklim dan tanah. Selain itu, faktor yang juga dapat
mempengaruhi pertumbuhan kelapa sawit adalah faktor genetis,
perlakukan budidaya dan penerapan teknologi (Pahan, 2006)
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik di daerah tropik,
daratan rendah yang panas dan lembab. Curah hujan yang baik adalah
8
2.500-3.000 mm per tahun yang turun merata sepanjang tahun. Daerah
pertanaman yang ideal untuk bertanam kelapa sawit adalah daratan
rendah yakni antara 200-400 m dpl. Pada ketinggian tempat lebih 500 m
dpl , pertumbuhan kelapa sawit ini akan terhambat dan produksinya
akan rendah.
Lama penyinaran optimum yang diperlukan tanaman kelapa sawit
antara 5-7 jam / hari. Beberapa daerah seperti Riau, Jambi, dan
Sumatra Selatan sering terjadi penyinaran kurang dari 5 jam pada
bulan-bulan tertentu. Penyinaran yang kurang dapat menyebabkan
berkurangnya asimilasi dan gangguan penyakit.
Tanaman kelapa sawit yang di tanam lebih dari ketinggian 500 m dpl
akan terhambat berbunga satu tahun jika dibandingkan dengan yang
ditanam di daratan rendah.
B. Pembibitan Main Nursery Pada Tanaman Kelapa Sawit
Pembibitan kelapa sawit merupakan langkah permulaan yang sangat
menentukan keberhasilan penanaman di lapangan, sedangkan bibit unggul
merupakan modal dasar dari perusahaan untuk mencapai produktivitas dan
mutu minyak kelapa sawit yang tinggi. Untuk memperoleh bibit yang
benar-benar baik, sehat dan seragam harus dilakukan sortasi yang ketat. Di
antara bibit yang terdapat di pembibitan mungkin hanya 75-80% terpakai,
sedangkan sisanya 20-25% tidak dipakai. Keberhasilan penanaman kelapa
sawit yang dipelihara selama 25 tahun di lapangan tidak luput dari sifat-sifat,
bahan-bahan atau bibit yang dipakai. Ternyata dengan mengetahui cara ini
beberapa persilangan kelapa sawit pada umur 9 bulan di pembibitan, selain
interaksi antara pengaruh lingkungan, genetik, tingginya produksi berkolerasi
9
dengan lingkaran batang dan luas daun di pembibitan. Sistem pembibitan
yang banyak dipakai sekarang adalah pembibitan satu tahap (singel stage
nursery) atau dua tahap (double stage nursery). Pada sistem satu tahap
kecambah langsung di tanam di dalam kantong plastik besar. Sedangkan
pada dua tahapn kecambah ditanam atau dipelihara dulu dalam kantong
plastik kecil selama 3 bulan, yang disebut juga tahap pembibitan
pendahuluan (pre nursery), selanjutnya bibit dipindahkan pada kantong
plastik besar selama 9 bulan. Tahap ini juga disebut sebagai pembibitan
utama main nursery (Semangun, 2005).
Adapun ciri-ciri bibit yang sehat pada main nursery Menurut Pahan,
(2006) warna daun dan pelepah hijau tua, bibit normal 3-4 helai daun serta
bebas dari OPT (Organisme Pengganggu Tanaman). Untuk menghasilkan
bibit yang sehat, perlu dilakukan seleksi bibit terlebih dahulu untuk
menyingkirkan
atau
memusnahkan
bibit
yang
abnormal
dan
mempertahankan bibit yang betul-betul bermutu baik dan sehat untuk
ditanamkan di lapangan.
C. Tinjauan Umum Gulma
1.
Pengertian gulma
Gulma adalah tumbuhan pengganggu yang kehadirannya tidak
dikehendaki pada lahan pertanian karena menurunkan hasil yang bisa
dicapai oleh tanaman produksi, tumbuhan yang tumbuh tidak pada
tempatnya, tumbuhan yang mempunyai nilai negatif, tumbuhan yang
tumbuh di tempat yang tidak dikehendaki terutama di tempat manusia
bermaksud mengusahakan tumbuhan atau tanaman lain, tumbuhan
yang tumbuh sendiri di antara tanaman yang diusahakan, tumbuhan
10
yang kompetitif dan agresif, tumbuhan yang kukuh dan tahan terhadap
pengendalian atau pemberantasan (Djafaruddin, 1996).
Gulma memiliki ciri khas diantaranya adalah pertumbuhannya cepat,
mempunyai daya saing yang kuat dalam memperebutkan faktor-faktor
kebutuhan hidupnya, mempunyai toleransi yang besar terhadap kondisi
lingkungan yang ekstrem, mempunyai daya berkembang biak yang
besar, alat perkembang biakkannya mudah tersebar melalui angin, air,
maupun binatang, dan bijinya mempunyai sifat yang memungkinkannya
untuk bertahan hidup dalam kondisi yang kurang menguntungkan
(Tjitrosoedirdjo, dkk. 1984).
Moenandir (1993), gulma adalah tumbuhan yang tumbuh tidak
pada tempatnya dan memiliki pengaruh negatif sehingga kehadirannya
tidak di kehendaki oleh manusia. Oleh sebab itu tumbuhan apapun
termasuk tanaman yang biasa di budidaya bisa dikategorikan sebagai
gulma bila tumbuh di tempat dan pada waktu yang salah. Menurut
Anderson (1977), gulma sebagai tumbuhan yang tumbuh pada tempat
yang tidak diinginkan oleh manusia, dengan demikian apa saja termasuk
tanaman budidaya dapat dipandang sebagai gulma apabila tumbuh
pada tempat yang tidak diinginkan. Dan tumbuhan yang lazim sebagai
gulma biasanya cenderung mempunyai sifat-sifat atau ciri khas tertentu
yang memungkinkan untuk mudah tersebar luas dan mampu
menimbulkan kerugian dan gangguan.
2. Klasifikasi gulma
Klasifikasi gulma atau pengelompokkan gulma menurut Nasution,
(1986), berdasarkan kesamaan aspek-aspek biologi yang terkait dengan
11
adaptasi lingkungan, kemampuan bersaing terhadap tanaman pokok,
atau responnya terhadap tindakan pengendalian, maka gulma
diklasifikasikan :
a.
Berdasarkan sifat morfologi dan respon terhadap herbisida
1) grasses (kelompok rumput), yaitu jenis gulma dari suku
poaceae yang biasanya memiliki ciri-ciri berdaun pita. Contoh :
Famili Graminea, Imperata cylindrica (Alang-alang), Paspalum
konjugatum (Pahitan), cynodon dactylon (Grinting).
2) Seedges (Kelompok teki) yaitu jenis-jenis gulma dari Famili
Cyperaceae. Contoh : Cyperus rotundus (teki).
3) Broadleaf Weeds
(Kelompok gulma berdaun lebar),
yaitu
kelompok gulma selain dari famili Poaceae dan Cyperaceae.
Umumnya dicirikan berupa
tumbuhan
berkeping dua tidak
berdaun pita. Contoh : Angeratum conyzoides (Wedusan).
4) Fern (Pakisan), yaitu kelompok
gulma
yang
berasal dari
keluarga pakisan / paku-paku.
b. Berdasarkan daur hidup
1) Annual Weeds (Gulma semusim),
memiliki ciri-ciri : umur
kurang dari 1 tahun, organ perbanyakan berupa biji, umumnya
mati setelah biji masak, produksi biji melimpah untuk regenerasi
Contoh : Eleusine indica, Cyperus iria, dsb.
2) Biennial Weeds (Gulma dwi musim), memiliki ciri-ciri : umur 1-2
tahun, tahun pertama membentuk organ vegetatif dan tahun
kedua menghasilkan biji, Contoh : Typhonium trilobatum,
Cyperus difformis.
12
3) Perennial Weeds (Gulma tahunan), memiliki ciri-ciri : umur lebih
dari 2 tahun, perbanyakan vegetatif atau generatif, organ
vegetatif bersifat dominasi apikal sehingga cenderung tumbuh
pada ujung, bila organ vegetatif terpotong-potong semua
tunasnya mampu tumbuh. Contoh : Imperata cylindrica
(Alang-alang), Chromolaena odorata, Cyperus rotundus.
c.
Berdasarkan habitat
1) Terrestrial Weeds (Gulma darat)
2) Aquatic Weeds (Gulma air)
3) Areal Weeds (Gulma penumpang pada tanaman)
d. Berdasarkan tipe cara tumbuhnya
1) Herba / tidak berkayu
2) Vines / sedikit berkayu
3) Woody Weeds / berkayu
e. Berdasarkan pengaruhnya terhadap tanaman perkebunan
1) Gulma kelas A
Gulma yang digolongkan kedalam kelas A adalah jenis-jenis
gulma yang sangat berbahaya bagi tanaman perkebunan
sehingga harus diberantas secara tuntas. Contoh Imperata
cylindrica, Mikania sp, Mimosa sp.
2) Gulma kelas B
Gulma yang digolongkan kedalam kelas B adalah jenis-jenis
gulma yang merugikan tanaman perkebunan sehingga perlu
dilakukan tindakan pengendalian. Contoh Lantana camara,
Melastoma malabathricum dll.
13
3) Gulma kelas C
Gulma yang digolongkan kedalam kelas C adalah jenis-jenis
gulma atau tumbuhan yang merugikan tanaman perkebunan
dan memerlukan tindakan pengendalian. Namun tindakan
pengendalian tersebut tergantung pada keadaan misalnya
ketersediaan
biaya
atau
pertimbangan
segi
estetika
(keberhasilan kebun) Contoh Boreria latifolia, Cynodon
dactylon, Paspalum conjugatum, Cyperus sp, dll.
4) Gulma kelas D
Gulma yang digolongkan kedalam kelas D adalah jenis-jenis
gulma yang kurang merugikan tanaman perkebunan, namun
tetap memerlukan tindakan pengendalian. Contoh Ageratum
conyzoides, Cyrtococum sp, Digitaria sp.
5) Gulma kelas E
Gulma yang dilgolongkan kedalam kelas E adalah jenis-jenis
gulma pada umumnya bermanfaat bagi tanaman perkebunan
dibiarkan tumbuh menutupi gawangan tanaman, namun tetap
memerlukan tindakan
sudah
pengendalian jika pertumbuhannya
menutupi piringan
atau
jalur tanaman.
Contoh
Centrosema pubbeacens, Pureria javanica, dll.
3.
Cara penyebaran gulma
Menurut Triharso, (2004) penyebaran gulma dari satu tempat ke
tempat yang lain dapat terjadi melalui :
a.
Aktivitas atau kekuatan sendiri
Jenis gulma dari famili Leguminoceae mampu melakukan
14
aktivitas sendiri yang menyebarkan keturunannya melalui biji. Biji
Leguminoceae yang telah masak menyebabkan polong pecah
sehingga biji terlempar keluar. Misalnya Mimosa pigra.
b. Dengan bantuan alam
1) Angin
Penyebaran dengan bantuan angin dapat mencapai jarak yang
sangat jauh. Penyebaran cara ini pada gulma yang memiliki biji
ringan dan dilengkapi alat untuk penyebaran.
2) Air
Terjadi pada gulma air, aliran air dapat membawa biji gulma
menyebar ke tempat lain.
3) Tanah alat pertanian dan pupuk kandang
Penyebaran gulma dapat dilakukan dengan bagian gulma di
atas tanah di bawah tanah, terikut pada alat-alat pertanian yang
di gunakan serta biji gulma yang keras termakan oleh binatang
ternak tidak rusak oleh pencernaan keluar kembali bersama
kotoran pada ternak yang berbeda yang berupa pupuk
kandang.
c.
Melalui bantuan makhluk hidup
1) Hewan mamalia
Biji gulma yang menempel pada bagian luar tubuh binatang
dapat menyebabkan gulma yang disebut epizooktory.
2) Burung
Burung yang makan biji yang berlendir menyebabkan terikutnya
biji.
15
3) Manusia
Manusia sengaja membawa gulma karena indahnya bunga,
sehingga digunakan sebagai tanaman hias.
D. Tinjauan Umum Pengendalian Gulma
Sasaran pengendalian gulma adalah untuk menekan pengaruh buruk
dari gulma, selain itu tujuan pengendalian gulma juga untuk menjaga
kelestarian tanaman dan mempertahankan produktivitas yang akan datang
dan mendapatkan hasil yang lebih efektif. Disisi lain, pengendalian gulma
yang baik diharapkan menciptakan kelancaran dan keamanan dalam
melaksanakan pengendalian gulma dengan biaya yang wajar rasional. Ada
beberapa cara untuk persiapan pengendalian gulma sebagai berikut :
1. Persiapan Pengendalian Gulma
Persiapan pengendalian gulma pada pembibitan utama main
nursery merupakan kegiatan yang sangat penting karena dengan
pengendalian gulma dapat membantu pertumbuhan bibit yang lebih
optimal. Kegiatannya meliputi pengendalian secara manual dan
pengendalian secara kimiawi.
Pekerja pengendalian gulma di main nursery meliputi pekerjaan
mencabut gulma yang ada dalam polybag dan merintis gulma yang ada
di sekitar polybag dengan menggunakan arit atau cangkul yang
berukuran kecil. Faktor yang menunjang keberhasilan pengendalian
gulma diantaranya penyediaan peralatan pengendalian gulma, tenaga
kerja serta persiapan waktu pelaksanaan kegiatan pengendalian gulma.
Persiapan pengendalian gulma di main nursery meliputi persiapan
sarana dan prasarana untuk pengendalian gulma serta persiapan di
16
kebun
untuk
memudahkan
pelaksanaan
pengendalian
gulma.
Pelaksanaan pengendalian gulma juga mempertimbangkan waktu
pengendalian gulma, untuk menghindari persaingan penyerapan unsur
hara dan air antara tanaman kelapa sawit dan gulma, perlu dilakukan
pengaturan
pelaksanaan
pengendalian
gulma
dan
prosedur
administrasinya, sehingga pelaksanaan pengendalian gulma dapat
efektif dalam penggunaan sumber daya dan efisien. Keberhasilan
pengendalian gulma juga ditemukan oleh kondisi kebun dan situasi
lingkungan seperti iklim, tropis, sarana dan prasarana.
Pengendalian gulma di main nursery dilakukan 20-30 hari sekali
atau tergantung pada pertumbuhan gulma. Keberhasilan pengendalian
gulma tergantung dari persiapan pengendalian gulma yang meliputi
kondisi cuaca, tenaga kerja, waktu mulai pengendalian gulma
(Nasution,1986).
2. Peralatan Pengendalian Gulma
Alat pemberantasan gulma secara mekanis adalah pemberantasan
dengan menggunakan alat dan tenaga secara lansung, yaitu mini
cangkul. Selain itu dalam aplikasi herbisida, pengenalan peralatan
semprot sangat diperlukan untuk memperoleh hasil pengendalian gulma
yang efektif. Pemberantasan gulma secara kimiawi, alat lain yang harus
disiapkan diantaranya Knapsack Sprayer, tandon, ember dan herbisida
kontak (Sidaxone) dan air bersih (Anonim, 2013).
Paling banyak digunakan di perkebunan, prinsip kerja Knapsack
Sprayer adalah larutan dikeluarkan dari tangki akibat adanya tekanan
udara melalui tenaga pompa yang dihasilkan oleh gerakan tangan
17
penyemprot. Pada waktu gagang pompa digerakkan, larutan keluar dari
tangki menuju tabung meningkat. Keadaan ini menyebabkan larutan
herbisida dipaksa keluar melalui klep selanjutnya diarahkan oleh nozzle
ke gulma sasaran (Barus, 2003).
3. Cara Pengendalian Gulma
Pengendalian di dalam polybag dilakukan dengan cara manual,
setiap 2 minggu sampai bibit berumur 10 bulan (tidak dibenarkan
pengendalian gulma dalam polybag menggunakan herbisida). Gulma di
antara polybag di bersihkan dengan menggaruk, bersih gulma di antara
polybag 2-3 minggu sekali ( 2 minggu pada akhir musim hujan, 3 minggu
pada musim kemarau) (Anonim, 2013).
Pengendalian gulma secara kimiawi ialah pengendalian gulma
dengan menggunakan bahan kimia yang dapat menekan atau bahkan
mematikan gulma. Bahan kimia itu disebut herbisida dimana herbi
berarti gulma dan sida berarti membunuh. Pengendalian gulma dengan
cara kimia membutuhkan alat penyebar herbisida serta pengetahuan
tentang herbisida itu sendiri, agar pengendalian yang dilakukan dapat
berhasil. Kebanyakan herbisida akan lebih efektif pada gulma berdaun
lebar, bila besar konsentrasi herbisida yang digunakan tepat saat
pemberian yang dibutuhkan dan sesuai dengan waktu pemberian
(Sukman, 2004).
Secara garis besar ada 2 jenis herbisida, berdasarkan cara kerjanya
yaitu Herbisida Kontak dan Herbisida Sistemik. Herbisida kontak adalah
herbisida yang langsung mematikan jaringan-jaringan atau bagian
gulma yang terkena larutan herbisida, terutama bagia gulma yang
18
berwarna hijau.. Herbisida jenis ini bereaksi sangat cepat dan efektif jika
digunakan untuk memberantas gulma yang masih muda dan berwarna
hijau, serta gulma yang memiliki sistem perakaran tidak meluas.
Sedangkan herbisida sistemik adalah bahan aktif herbisida sistemik
dapat diserap dan ditranslokasikan ke seluruh bagian atau jaringan
gulma, mulai dari daun sampai perakaran atau sebaliknya. Reaksi
kematian gulma terjadi sangat lambat karena proses kerja bahan aktif
herbisida sistemik tidak langsung mematikan jaringan tanaman yang
terkena, namun bekerja dengan cara mengganggu proses fisiologis
jaringan, efek kematian terjadi hampir merata keseluruh bagian gulma,
mulai dari bagian daun sampai perkaran.
Menurut Moenandir (2003), salah satu dari herbisida kontak yaitu
herbisida
Sidaxone.
Herbisida
Sidaxone
merupakan
herbisida
purnatumbuh yang bersifat kontak dan berbentuk larutan berwarna hijau
tua. Fungsi dari herbisida Sidaxone adalah :
a.
Mengendalikan gulma teki
b.
Mengendalikan gulma berdaun sempit
c.
Mengendalikan gulma berdaun lebar
Bahan aktif yang terkandung dalam herbisida Sidaxone yaitu
paraquate. Pengendalian 100 ml/ keep di lakukan pagi hari 1 jam setelah
penyiraman. Pada saat penyemprotan posisi nozzle harus lebih rendah
dari permukaan polybag atau dapat juga memakai pelindung.
Menurut
Barus
(2003),
berdasarkan
waktu
pemakaiannya,
herbisida dibedakan menjadi dua, yaitu herbisida pratumbuh dan
herbisida purnatumbuh.
19
Herbisida pratumbuh adalah herbisida yang digunakan pada saat
gulma belum tumbuh. Herbisida jenis ini dengan cara mematikan biji-biji
gulma yang akan berkecambah di dalam maupun di atas permukaan
tanah. Agar dapat merata keseluruh gulma sasaran, herbisida
pratumbuh memerlukan proses pengolahan tanah yang baik dan tekstur
tanah yang gembur dan tidak terbongkah-bongkah.
Herbisida purnatumbuh adalah herbisida yang digunakan setelah
gulma tumbuh. Herbisida jenis ini biasanya diaplikasikan secara
langsung dengan menyemprotkannya ke arah gulma sasaran, terutama
daun yang masih muda dan berwarna hijau.
4.
Teknik pengendalian gulma pada pembibitan main nursery
Pengendalian gulma merupakan subjek yang sangat dinamis dan
perlu strategis yang khas untuk setiap kasus. Beberapa hal
dipertimbangkan sebelum pengendalian gulma dilakukan yaitu : jenis
gulma dominan, tumbuhan budidaya utama, alternatif pengendalian
yang tersedia, dampak ekonomi dan ekologi bagi inang predator dan
parasitoid (Barus, 2003).
Menurut Moenandir (1993), ada beberapa metode pengendalian
gulma pada perkebunan kelapa sawit yang telah dilaksanakan yaitu :
a. Pengendalian secara mekanis
Pengendalian secara mekanis yang paling banyak dilakukan
orang dari semua cara-cara pengendalian adalah cara mekanis.
Pengendalian tradisional dengan menggunakan alat-alat yang
sederhana seperti garpu, cangkul, kored dan lain-lain. Cara ini pada
umumnya berhasil baik untuk dilakukan pada berbagai jenis gulma
20
setahun tetapi dalam kondisi tertentu juga efektif bagi gulma-gulma
menahun.
b. Pengendalian secara kimiawi
Pengendalian gulma secara kimiawi adalah pengendalian
gulma menggunakan bahan kimiawi yang dapat menekan atau
bahkan
mematikan
gulma.
Pengendalian
dengan
cara
ini
membutukan alat penyebar herbisida serta pengetahuan tentang
herbisida itu sendiri , agar pengendalian yang dilakukan dapat
berhasil.
c.
Pengendalian secara manual
Teknik pengendalian gulma secara manual dapat dilakukan
dengan cara mencabut gulma dengan tangan atau disebut
penyiangan dengan tangan. Mencabut dengan tangan ditujukan
pada gulma annual dan biennial. Untuk gulma perennial mencabut
gulma semacam ini mengakibatkan terpotong dan tinggalnya bagian
di dalam tanah yang akhirnya kecambah baru akan tumbuh.
Pencabutan bagi gulma yang terakhir ini menjadi berulang-ulang
dan pekerjaan menjadi tidak efektif.
21
III. METODE KAJIAN
A. Waktu dan Tempat
Kajian
pengendalian
gulma
pada
pembibitan
Main
Nursery,
dilaksanakan di PT. Kalpataru Sawit Plantation Kecamatan Muara Badak
Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur dan dilaksanakan selama 1
bulan dari 03 Maret s/d 30 Maret 2015.
B. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam kajian ini adalah alat tulis menulis, buku
identifikasi gulma dan kamera.
C. Prosedur Kajian
1.
Mengamati dan mengidentifikasi jenis gulma yang ada di pembibitan
Main Nursery kelapa sawit.
2.
Wawancara
Wawancara ini dilakukan kepada Asisten, Mandor, dan Karyawan
mengenai gulma yang ada di dalam polybag dan di luar polybag, serta
teknik-teknik pengendalian gulma, rotasi
pengendalian,
frekuensi
pengendalian dan lain-lain mengenai gulma.
3.
Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan untuk setiap jenis gulma yang ada di areal
pembibitan Main Nursery, lokasi dan teknik pengendalian gulma.
4.
Pengolahan data dan pembahasan
Pengumpulan data pada kajian ini di peroleh dari hasil identifikasi
gulma pada pembibitan Main Nursery kemudian dideskripsikan
berdasarkan literatur-literatur yang ada.
Sedangkan untuk pengendalian gulma semua data diminta atau di
22
peroleh dari perusahaan mengenai teknik pengendalian, prosedur
kerja, dan lain-lain.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1.
Jenis-jenis gulma pada pembibitan Main Nursery tanaman kelapa sawit.
Berdasarkan hasil pengamatan di dalam dan di luar polybag pada
pembibitan Main Nursery tanaman kelapa sawit di PT. Kalpataru Sawit
Plantation terdapat 8 jenis gulma yaitu Axonopus compressus, Cynodon
dactylon, Cyperus rotundus, Dicranopteris linaeris, Eleusine indica,
Euphorbia hirta, Imperata cylindrica dan Solanum torvum.
Jenis-jenis gulma di atas dapat diklasifikasikan berdasarkan
morfologinya , daur hidupnya, dan pengaruhnya terhadap tanaman
perkebunan. Pengelompokkan gulma tersebut dapat dilihat pada tabel 1
berikut ini.
Tabel 1. Pengelompokkan jenis-jenis gulma pada pembibitan Main Nursery
tanaman kelapa sawit di luar dan di dalam polybag.
No
Nama guma
morfologi
1
Axonopus compressus
Berdaun sempit
2
Cynodon dactylon
Berdaun sempit
3
Cyperus rotundus
Teki -teki
4
Dicranopteris linaeris
Berdaun lebar
5
Eleusine indica
Berdaun sempit
6
Euphorbia hirta
Berdaun lebar
7
Imperata cylindrica
Berdaun sempit
8
Solanum torvum
Berdaun lebar
Klasifikasi gulma berdasarkan
Pengaruhnya
Daur hidup
terhadap tanaman
perkebunan
Gulma tahunan
C (Merugikan)
(Perennial Weeds)
Gulma tahunan
B (Merugikan)
(Perennial Weeds)
Gulma tahunan
B (Merugikan)
(Perennial Weeds)
Gulma tahunan
A (Sangat ganas)
(Perennial Weeds)
Gulma semusim
B (Merugikan)
(Annual Weeds)
Gulma tahunan
D (tidak berbahaya)
(Perennial Weeds)
Gulma tahunan
A (Sangat ganas)
(Perennial Weeds)
Gulma tahunan
B (Merugikan)
(Perennial Weeds)
Keberadaan gulma
Di dalam
polybag
Di luar polybag
Di dalam
-
-
Di luar
-
Di luar
-
Di luar
Di dalam
-
-
Di luar
-
Di luar
Di dalam
-
Adapun ciri-ciri gulma dan sifat gulma di atas dapat di lihat sebagai berikut :
Gambar 1. Axonopus compressus
a. Axonopus compressus (Jukut Pait, Papaitan) termasuk Divisi :
Magnoliophyta, Class : Liliopsida, Ordo : Poales, Famili : Poaceae,
Genus : Axonopus compressus. Species : Axonopus compressus
Axonopus compressus
merupakan rumput tumbuh menjalar dan
menanjak, hingga 50 cm. Gulma ini merupakan gulma tahunan jarang
sekali semusim. Daun berbentuk garis atau lanset, pada bagian pangkal
meluas dan lengkung, ujungnya agak tumpul, permukaan sebelah atas
ditumbuhi bulu-bulu halus yang tersebar, permukaan bawah gundul, lidah
daun pendek berbulu pendek, ukuran panjangnya 2,5-37,5 cm dan
ukuran lebar 6-16 mm. Bunga terdiri dari dua sampai tiga tangkai yang
ramping semuanya tergabung, biasanya dua tangkai yang ramping
muncul dari upih daun paling atas, berkembang secara berturut-turut,
tangkai perbungaan tidak berbulu, pada bagian ujung terbentuk dan
cabang bunga atau bulir yang berhadapan berbentuk V. Buliran tersusun
dalam dua baris yang berselang-seling pada kedua sisi sumbu yang rata,
tidak saling tumpang tindih kesumbu, panjang sumbu 3-4 cm. Biji
berbentuk sangat kecil berada di dalam buahnya, bijinya tidak memiliki
rambut-rambut halus atau bulu-bulu halus diseluruh permukaan dan
memiliki biji berwarna putih atau putih kehijau-hijauan. Gulma ini
termasuk gulma yang merugikan tanaman perkebunan dan memerlukan
tindakan pengendalian.
cea
Gambar 2 : Cynodon dactylon
b. Cynodon dactylon (rumput grinting) termasuk Divisi : Magnoliophyta,
Class : Liliopsida, Ordo : Poales, Famili : Poaceae, Genus : Cynodon,
Spesies : Cynodon dactylon (L).
Cynodon dactylon merupakan gulma tahunan. Mempunyai rimpang dan
stolon yang tumbuh kesegala arah, tinggi 0,4-0,4 m, batang langsing,
sedikit pipih dan berongga kecil. Daun kerap kali 2 baris, lidah sangat
pendek, helaian daun bentuk garis, tepi kasar, hijau kebiruan. Bulir 3-9
mengumpul. Poros bulir berlunas, anak bulir berdiri sendiri, berseling kiri
kanan, berwarna keunguan. Sistem perakaran serabut, batang berwarna
hijau, tinggi 18-30 cm, ruas 1 cm, permukaan licin. Sekam 1-2, benang
sari 3, tangkai putik 2, kepala putik berwarna ungu, muncul
ditengah-tengah anak bulir. Perbanyakan diri atau perkembang
biakannya dengan stek dan bijinya. Bulirnya mudah menempel pada
bulu-bulu burung dan diterbangkan kemana-mana. Gulma ini termasuk
gulma yang merugikan tanaman perkebunan dan memerlukan tindakan
pengendalian, namun tindakan pengendalian tersebut tergantung pada
keadaan.
Gambar 3 : cyperus rotundus
c. Cyperus rotundus (rumput teki) termasuk Divisi : Magnoliophyta,
Class : Liliopsida, Ordo : Cyperales, Famili : Cyperaceae, Genus :
Cyperus, Spesies : Cyperus rotundus.
Cyperus rotundus termsuk teki yang tumbuh pada ketinggian sampai
1000 m dpl. Tumbuhan ini merupakan gulma tahunan yang cukup
berbahaya di perkebunan kelapa sawit, terutama di pembibitan dan
tanaman muda. Gulma ini mempunyai umbi dan akar ramping. Batang
berbentuk segitiga, dengan tinggi 15-17 cm, helai daun kaku berbentuk
garis, licin, tidak berambut, warna permukaan atas hijau tua sedangkan
permukaan bawah hijau muda, mempunyai parit yang membujur di
bagian tengah dan ujungnya agak meruncing, lebin pendek dari batang
yang membawa bunga. Daun saling tumpang tindih menangkup pangkal
batang dan bagian pangkal berwarna ungu. Pembungaan bulir longgar,
mempunyai cabang utama 3-9 yang menyebar, satu bulir berbunga 10-40
buliran yang tersusun berselang seling sedikit tumpang tindih dan
merapat ke sumbu , buliran berbentuk bulat telur dan lepes, berwarna
coklat kemerahan, benang sari dan putik tersembul keluar. Buah
berbentuk bulat telur bersisi tiga warnanya coklat kehitam-hitaman.
Penyebarannya melalui biji, gulma ini hampir selalu ada di sekitar segala
tanaman budidaya, karena mempunyai kemampuan tinggi untuk
beradaptasi pada jenis tanah yang beragam. Gulma ini termasuk gulma
yang merugikan tanaman sehingga perlu lebih lanjut tindakan
pengendalian.
Gambar 4 : Dicranopteris linaeris
d. Dicranopteris linaeris (Resam) termasuk Divisi : Pteriodophyta,
Class : Filicopsida, Ordo : Polypodiales, Famili : Gleicheniaceae,
Genus : Dicranopteris, Spesies : Dicranopteris linaeris.
Dicranopteris linaeris merupakan salah satu suku anggota tumbuhan
paku (Pteridophyta). Suku ini mencakup enam marga dengan sekitar
125 jenis. Di Indonesia, Dicranoperis linaeris (resam) mudah dijumpai
karena menutupi tebing-tebing tepi jalan di dataran dan tinggi.
Tumbuhan ini memiliki daun kecil-kecil dan batang yang bisa menjalar
sepanjang 7 meter ini sangat mudah sekali tumbuh, terutama di tempat
yang teduh dan lembab. Resam adalah tanaman pengganggu yang
mudah tumbuh sebagai rumput liar di sela - sela tanaman utama seperti
tanaman karet, kelapa sawit, atau juga tumbuhan di semak belukar.
Dikatakan sebagai tumbuhan pengganggu karena kehadirannya di
beberapa tempat sering mendominasi permukaan tanah sehingga
tanaman lain yang berada di sekitar menjadi terhambat dalam
pertumbuhannya. Sehingga sebagian besar masyarakat yang terganggu
akan kehadirannya kemudian memusnahkannya melalui obat herbisida
atau dibakar. Gulma ini termasuk gulma yang sangat berbahaya bagi
tanaman perkebunan sehingga harus diberantas secara tuntas.
Gambar 5 : Eleusine indica
e. Eleusine indica (Rumput belulang) temasuk Divisi : Magnoliophyta,
Class : Liliopsida, Ordo : Poales, Famili : Poaceae, Genus : Eleusine,
Spesies : Eleusine indica. Eleusine indica merupakan gulma yang
berumur pendek, kerap kali berumpun kuat, kadang-kadang pada buku
yang bawah keluar akar. Batang sering kali berbentuk cekungan yang
terbentang, tinggi 0,1-1,9 m. Batang menempel pipih sekali, bergaris,
kerap bercabang. Daun dalam dua baris. Pelepah daun menempel kuat
berlunas. Lidah seperti selaput, dan pendek. Helaian bentuk garis
dengan tepi kasar pada ujungnya, pada pangkalnya ada rambut panjang,
12-40 kali 0,41-1 cm. Bulir terkumpul 2-12, satu sisi. Poros bulir
bersayap dan berlunas, panjang 2,5-17 cm. Anak bulir berdiri sendiri ,
berseling kiri kanan lunas, duduk, rapat menutup secara genting,
menempel rapat, panjang 4-7 mm. Sekam terekan rapat belunas, dua
yang terbawah tetap tinggal lama. Benang sari 3, kepala sari pendek.
Tangkai putik 2, kepala putik sempit bewarna ungu. gulma belulang ini
akan cepat tumbuh dan berkembang bila memperoleh cahaya cukup
banyak dan air pengairan yang berlimpah. Gulma ini sangat peka pada
keadaan lingkungannya. Dengan demikian kondisi yang sedikit saja tak
menguntungkan akan membuat gulma ini akan cepat mati, misalnya
menderita penaungan. Demikian pula pertumbuhannya vegetatif sangat
teredusir pada musim kemarau atau bila kelembaban tanah sangat
rendah. Gulma ini termasuk gulma yang merugikan tanaman sehingga
perlu tindakan pengendalian.
Gambar 6 : Euphorbia hirta
f.
Euphorbia hirta (Patikan kebo) termasuk : Divisi : Spermatophyta,
Class : Dicotyledoneae, Ordo : Euphorbiales, Famili : Euphorbiaceae,
Genus : Euphobia, Spesies : Euphorbia hirta. Euphorbia hirta
merupakan gulma yang memiliki sistem perakaran tunggang. Akar
patikan kebo memiliki banyak cabang-cabang akar. Akar patikan kebo
memiliki banyak rambut-rambut atau bulu-bulu halus, memiliki ruas
batang berbentuk bulat silinder, batangnya berwarna merah sedikit
keunguan dan batang patikan kebo tumbuh ke atas, daunnya berukuran
kecil menempel di buku-buku batangnya. Daunnya termasuk dalam
golongan daun tunggal dan duduk saling berseberangan satu daun
dengan daun lainnya. Panjang daun berkisar 0,5-5 cm. Patikan kebo
berkembang biak melalui biji dan memiliki biji berwarna merah. Gulma
ini termasuk gulma yang kurang merugikan tanaman perkebunan,
namun tetap memerlukan tindakan pengendalian.
Gambar 7 : Imperata cylindrica
g. Imperata cylindrica (Alang-alang) termasuk : Divisi : Magnoliophyts,
Class : Liliopsida, Ordo : Poales, Famili : Poaceae, Genus : Imperata.
Imperata cylindrica merupakan tumbuhan yang tegak berumpun rapat
yang hidup sampai ketinggian 2.500 m dpl, mempunyai dua buah
benang sari dalam 1 bunga malai 6-28, dapat tumbuh pada tanah kurus
yang terbuka, tanah terlantar dan dihutan sekunder. Bagian basal
tunas-tunas batang terdiri dari beberapa ruas pendek sedangkan yang
membawa bunga beruas panjang terdiri dar 1-3 ruas, tumbuh vertical,
terbungkus di dalam upih dan daun-daun basal jagur dengan upih daun
membungkus ketat bertumpang tinggi. Helai daun tertinggi 20-150 cm
adakala mencapai 230 cm, bagian batang di atas tanah berwarna ungu,
membentuk rimpang yang panjang dan tinggi dalam tanah berimpang.
Di bawah buku batang muda terdapat karangan rambut panjang yang
halus.
Helai
daun
tumbuh
tegak,
berbentuk
garis
lanset
berangsur-angsur menyempit ke bagian pangkalnya, bagian ujung
meruncing, panjang daun 12-80 cm dan lebar 5-18 mm, berambut
panjang di bagian pangkal sedangkan bagian lain tidak berambut, tepi
daun bergerigi halus dan terasa kasar bila diraba. Upih daun
membungkus batang dan tumpang tindih, pada pertautan helai daun
terdapat banyak rambut panjang, pada permukaannya di bagian tepi
terdapat rambut-rambut halus yang bening, warna hijau bercorak ungu.
Lidah daun pendek berbentuk bulat merupakan malai, terbentuk di ujung
batang, sangat lebat bercabang ke segala sisi tangkai dengan
rambut-rambut yang lembut berwarna putih seperti kapas, sangat ringan
sehingga mudah terbawa oleh angin untuk penyebarannya. Gulma ini
termasuk gulma yang sangat berbahaya bagi tanaman perkebunan
sehingga harus diberantas secara tuntas.
Gambar 8 : Solanum Torvum
h. Solanum torvum (Terongan) termasuk : Divisi : Magnoliophyta, Class :
Magnoliopsida, Ordo : Solanales, Famili : - , Genus : Solanum, Spesies :
Solanum torvum. Solanum torvum memiliki sistem perakaran tunggang,
hal ini dapat dilihat dengan jelas dimana bagian-bagian batang akar,
cabang akar, dan rambut-rambut akar. Terongan dikatakan akar
tunggang karena pada terongan akar primernya tumbuh menjadi akar
pokok, pada akar ini kemudian tumbuh cabang-cabang dan serabut akar.
Kulit batang berwarna abu-abu dan hampir halus, kulit bagian dalam
memiliki lapisan hijau. Ranting berwarna abu-abu kehijauan dan ditutupi
dengan rambut-rambut. Bunga berwarna putih berbentuk tabung. Buah
tumbuh dalam kelompok bola kecil berwarna hijau dan bila sudah tua
berwarna kuning. Di dalam buah terdapat biji berwarna coklat. Gulma ini
dapat tumbuh dengan baik apabila terkena langsung sinar matahari
penuh dan tidak baik di tempat yang teduh tetapi tidak dapat bertahan
hidup di bawah kanopi hutan tertutup. Gulma ini termasuk gulma yang
merugikan
tanaman
namun
tetap
perlu
dilakukan
tindakan
pengendalian.
2.
Pengendalian gulma pada pembibitan main nursery tanaman
kelapa sawit.
Pengendalian gulma pada pembibitan main nursey tanaman kelapa
sawit dilakukan dengan cara manual dan kimia, untuk gulma di dalam
polybag dengan cara manual sedangkan gulma di luar yang ada di luar
polybag dapat dikendalikan secara kimia
a.
Pengendalian secara manual
Pengendalian
gulma
yang
dilakukan
secara
manual
dapat
dilaksanakan seperti mencabut gulma setelah itu mengumpulkan gulma
dalam kantong plastik dan membuang gulma keluar dari areal pembibitan.
Rotasi 2 kali sebulan tergantung kondisi lahan di perkebunan kelapa
sawit.
b. Pengendalian secara kimia
Pengendalian secara kimia adalah pengendalian gulma dengan
menggunakan bahan-bahan kimia yang bersifat racun. Bahan kimia
tersebut biasanya disebut dengan istilah herbisida. Jenis gulma yang
harus di kendalikan di antaranya Imperata cylindrica (rumput), Axonopus
compressus (rumput) Cynodon dactylon (rumput), Eleusine indica
(rumput) dan Solanum torvum (daun lebar). Herbisida yang digunakan di
PT. Kalpataru Sawit Plantation adalah herbisida Sidaxone yang
mengandung bahan aktif paraquate. Herbisida ini biasanya berwarna
hijau tua dengan dosis 100 ml pertangki dengan campuran air 15 liter
setelah itu di goncang hingga merata. Rotasi 2 kali sebulan tergantung
kondisi lahan di perkebunan kelapa sawit.
B. Pembahasan
1. Jenis-jenis gulma pada pembibitan main nursey tanaman kelapa sawit
yaitu Axonopus compressus, Cynodon dactylon, Cyperus rotundus,
dicranopteris linaeris, Eleusine indica, Euphobia hirta, Imperata
cylindrica dan Solanum torvum.
Berdasarkan jenis-jenis gulma di peroleh di pembibitan main nursery
gulma
Dicranopteris
(Alang-alang)
linaeris
dan
Imperata
cylindrica
merupakan gulma yang sangat ganas terhadap
tanaman perkebunan. Hal ini
Dicranopteris
(Resam)
sesuai dengan pendapat Barus, 2003.
linaeris
(Resam)
di
kenal sebagai tumbuhan invasif di beberapa tempat karena mendominasi
permukaan tanah menyebabkan tanaman kelapa sawit di pembibitan
main nursery terhambat pertumbuhannya. Sudah menjadi kebiasaan
resam tumbuh di sela-sela tanaman dan pertumbuhannya dari sisi c ahaya,
maka dari itu resam di masukkan golongan gulma yang merugikan dan
membahayakan karena sifatnya yang mendominasi dan terdapat
stomata atau bintil-bintil pada permukaan bawah daunnya yang
berfungsi sebagai alat pernapasan. Sedangkan Imperata cylindrica
(Alang-alang) merupakan gulma yang penting di pembibitan main
nursery tanaman kelapa sawit. Apabila tidak di kendalikan, alang-alang
dapat menghambat pertumbuhan
bibit
kelapa
sawit
secara
tidak
langsung melalui perebutan unsur hara dan air, terutama di pembibitan
main nursery tanaman belum menghasilkan (TBM). Alang-alang
menghasilkan senyawa allelopati berupa senyawa fenol asam
juga
valinik
dan karbolik yang di duga menghambat pertumbuhan di pembibitan
main nursery tanaman kelapa sawit. Alang-alang harus di berantas hingga
tuntas karena memiliki banyak biji dan tunas. Sepanjang akar sulur
(Ryzoma) yang membuatnya mampu berkembang biak secara cepat.
Vegetasi alang-alang yang luas dan padat beresiko mengakibatkan
tanaman di pembibitan main nursery mengalami defisiensi.
Sedangkan hasil penelitian Wahyuni, (2014),
jenis-jenis gulma di
pembibitan tanaman kelapa sawit di PT. Perkebunan Nusantara XIII
terdapat 10 jenis gulma yaitu : Asytasia intrusa, Axonopus compressus,
Brahiaria miliformis, Cyperus iria, Eleusine indica, Lantana camara,
Mikania miranta, Ottohcloa nodosa, Panicum sarmentosum, dan Setania
plicata. Sedangkan menurut Moenadir (1993) terdapat beberapa jenis
gulma yang paling ganas pada pembibitan main nursery tanaman kelapa
sawit adalah sebagai berikut : Amaranthus hybridus, Amaranthus
spinosus, Chenopodium album, Cyperus esculentus, Cyperus rotundus,
Cynodon
dactylon,
Convolvulus
arvensis,
Digitaria
sanguinalis,
Echinohloa crussgalli, Echinochloa colona, Eleusine indica, Eichornia
crasipes, Imperata cylindrica, Portulaca oleracea, Paspalum conjuggatum
dan Rohboelka. Sedangkan jenis-jenis gulma yang agak ganas adalah :
Ageratum cnyzoides, Agroppyron repens, Anagalis arvensis, Argemone
mexicana, Axonopus compressus, Bidens pilosa, Brachiaria mutica,
Capsella bursa-pastoris, Cenchus echinatus, Ceratopphyllum demersum,
Chromolaena odorata, Cirsium arvense, Commelina benghalensis,
Cyperus
difforscalarum,
Eclyptica
prostata,
Equisetum
arvense,
Euphorbia hirta, Fimbristylis miliacea, Galinsoga parviflora, Galium
aparine, Helio tropium, Iscahaeum ragosum, Lantana camara, Leersia
hexandra, Leptochloa panicea, Lolium temulentum, Mikania cordata,
Mimosa invisa, Mimosa pudica, Monocharia vaginalis, Oxalis carmiculata,
Panicum maximum, Panicum repens, Paspalum dilalatum, Pennisetum
clandestinum, Pennisetum pupureum, Phragmites australis, Pistia
stratictes, Plantago major, Polygonum convolvulus, Rumex crispus,
Salvinia auriculata, Setaria verticulata, Sida acuta, Solanum nigrum,
Sonchus oleraceus, Spergula arvensis, Spenochlea zeylanica, Stellaria
media, Striga lutea, Tribulus terrotis, Xanthium spinosum, dan Xanthium
strumarium.
2. Pengendalian gulma pada pembibitan main nursery tanaman kelapa
sawit.
a. Pengendalian gulma secara manual
Setelah mengamati di lapangan terdapat beberapa jenis gulma di
dalam polybag, jenis gulma tersebut di antaranya Axonopus
compressus (rumput) Eleusine indica (rumput), Solanum torvum
(daun lebar). Identifikasi gulma pada pembibitan main nursery
tanaman kelapa sawit bertujuan untuk mengetahui tindakan
selanjutnya dan melakukan pengendalian gulma. Apabila dilihat pada
kriteria areal yang harus bebas ataupun boleh terdapat gulma, di
dalam polybag merupakan salah satu areal yang harus bebas dari
gulma. Namun pada areal tersebut beberapa gulma baik jenis rumput
ataupun daun lebar. Oleh karena itu pengendalian terhadap gulma
harus dilakukan agar penurunan produksi kelapa sawit pada saat TM
nantinya tidak besar.
Pengendalian gulma di dalam polybag dilakukan dengan
membersih gulma yang dilakukan secara manual seperti mencabut
gulma . Untuk tanaman yang berumur kurang dari 3 tahun,
pengendalian di dalam polybag sebaiknya dilakukan secara manual.
Hal ini di maksudkan untuk menghindari kerusakan daun, karena
penggunaan herbisida sangat berisiko merusak daun-daun muda
tanaman.
Gulma mengakibatkan kerugian-kerugian yang antara lain di
sebabkan oleh persaingan antara tanaman utama sehingga
mengurangi unsur-unsur hara dari tanah, cahaya, dan ruang lingkup.
Pengotoran kualitas produksi pertanian misalnya pengotoran benih
oleh biji-biji gulma. Allelopathy yaitu pengeluaran senyawa kimiawi
oleh gulma yang bersifat racun bagi tanaman yang lainnya merusak
pertumbuhannya.
b. Pengendalian secara kimia
Pengendalian gulma di luar polybag secara kimia sering
dilakukan di PT. Kalpataru Sawit Plantation tersebut diakibatkan
sasaran pengendalian gulma tersebut adalah gulma berdaun sempit
seperti Axonopus compressus, Cynodon dactylon, Cyperus rotundus
dan Imperata cylindrica. Di luar polybag harus bersih dari gulma agar
di pembibitan main nursey dapat tumbuh dengan baik dan bebas dari
serangan hama dan penyakit. Pengendalian gulma di luar polybag
harus menggunakan herbisida agar semua gulma bisa mati.
Berdasarkan pengaruhnya terhadap tanaman di perkebunan
kelapa
sawit,
gulma
Imperata
cylindrica
(alang-alang)
dan
Dicranopteris linaeris (resam) termasuk dalam golongan gulma kelas
A. Menurut Barus (2003), gulma yang digolongkan ke dalam kelas A
merupakan jenis gulma yang sangat berbahaya bagi tanaman
sehingga harus diberantas secara tuntas.
Gulma Cyperus rotundus, Eleusine indica dan Solanum torvum,
termasuk dalam golongan kelas B. Menurut Barus (2003), gulma
yang digolongkan sebagai gulma kelas B adalah jenis gulma yang
merugikan tanaman perkebunan sehingga di lakukan tindakan
pemberantasan atau pengendalian.
Gulma Axonopus compressus dan Cynodon dactylon termasuk
dalam golongan kelas C. Menurut Barus (2003), gulma digolongkan
sebagai gulma gulma kelas B adalah jenis gulma yang merugikan
tanaman perkebunan dan memerlukan tindakan pengendalian,
namun
tindakan
pengendalian
tersebut
tergantung
keadaan,
misalnya ketersedian biaya, atau mempertimbangkan segi estetika
(keberhasilan kebun).
Gulma Euphorbia hirta termasuk dalam golongan kelas D.
Menurut Barus
(2003), gulma yang digolongkan sebagai gulma
kelas D adalah gulma yang
kurang
merugikan
tanaman
perkebunan, namun tetap memerlukan tindakan pengendalian.
Cara pengendalian yang terdapat di luar polybag adalah dengan
cara kimiawi dengan menggunakan herbisida kontak (Sidaxone)
karena herbisida kontak adalah herbisida yang langsung mematikan
jaringan-jaringan atau bagian gulma yang terkena larutan herbisida,
terutama bagian gulma yang berwarna hijau. Herbisida jenis ini
bereaksi sangat cepat dan efektif jika di gunakan memberantas
gulma yang masih muda dan berwarna hijau, serta gulma yang
memiliki perakaran yang tidak meluas (Barus, 2003).
Herbisida ini dapat berpengaruh terhadap gulma. Penyerapan
herbisida oleh jaringan tumbuhan tergantung jumlah kultikula yang
ada pada permukaan daun (Syawal, 2005).
Menurut barus (2003), pengendalian dan pemberantasan gulma
Imperata
cylindrica
(alang-alang)
sebenarnya
dianjurkan
menggunakan herbisida sistemik agar perakaran (rimpang) juga ikut
terberantas. Namun di lokasi main nursery PT. Kalpataru Sawit
Plantation, pengendalian gulma ini hanya di lakukan dengan
menggunakan herbisida kontak. Pengendalian gulma secara kimia
dapat bereaksi terhadap gulma apabila terjadi perubahan iklim dan
tanggapan gulma terhadap perlakuan zat kimia terhadap herbisida
yang digunakan (Moenandir, 2003).
Peranan lingkungan dan cara aplikasi dapat menunjang
keberhasilan tingkat kematian gulma. Perana lingkungan (cahaya,
suhu, air, tanah dan angin) dapat mempengaruhi herbisida.
Contohnya, letak herbisida berubah terhadap gulma, maka herbisida
akan berubah sifatnya. Cara aplikasi yang mengurangi kontak
dengan tanaman budidaya dan memperbanyak kontak dengan gulma
(Sukman, 2004).
Frekuensi pengendalian gulma di pembibitan main nursery
biasanya di lakukan 2 kali sebulan dilaksanakan pada jam
08:30-10:30. Waktu aplikasi herbisida yang paling tepat adalah pada
saat gulma masih muda dan belum memasuki fase pertumbuhan
generatif (berbunga). Pada fase ini penyerapan bahan aktif herbisida
yang diaplikasikan dapat berlangsung lebih efektif (Barus,2003).
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil kajian dan pembahasan dapat di tarik beberapa kesimpulan
sebagai berikut :
1.
Jenis-jenis gulma yang ada pada pembibitan main nursery tanaman
kelapa sawit terdapat 8 jenis gulma adalah
Axonopus compressus,
Cynodon dactylon, Cyperus rotundus, Dicranopteris linaeris, Eleusine
indica, Euphobia hirta, Imperata cylindrica, Solanum torvum.
2.
Imperata cylindrica (alang-alang) adalah gulma yang sangat berbahaya,
perlu perhatian khusus dalam pengendalian gulma tersebut.
3.
Metode pengendalian gulma pada pembibitan main nursery tanaman
kelapa sawit di PT. Kalpataru Sawit Plantation dilakukan dengan cara
manual untuk di dalam polybag dan secara kimia untuk di luar polybag.
B. Saran
Pengendalian gulma pada pembibitan main nursery tanaman kelapa sawit
sebaiknya dilaksanakan dengan baik dan benar agar di peroleh bibit yang
sehat.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2013. Standar Operation Procedure PT. Kalpataru Sawit Plantation.
Anderson, W. P. 1977. Weed Scince. West Publishing, Los Angeles.
Barus, E. 2003. Pengendalian Gulma di Perkebunan. Kanisius, Yogyakarta.
Djafaruddin, 1996. Dasar-dasar Perlidungan Tanaman. Edisi 1. Penerbit Bumi
Aksara, Jakarta.
Moenandir, 2003. Pengantar Ilmu dan Pengendalian Gulma. Rajawali. Pers.
Jakarta.
Moenandir, J. 1993. Ilmu Gulma Dalam Sistem Pertanian. PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Nasution, 1986. Gulma dan Pengendaliannya di Perkebunan Karet Sumatera
Utara dan Aceh. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan.
Tanjung Rawa (P4TM).
Pahan, I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya, Jakarta.
Pahan, I. 2008. Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari hulu Hilir. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Pardamean, M. 2008. Panduan Lengkap Pengolahan Kebun dan Pabrik Kelapa
Sawit. Jakarta. PT Agromedia Pustaka.
Sastrosasyono, 2006. Budidaya Kelapa Sawit. Agromedia. Purwakwerto.
Semangun, H.,Mangoensoekarjo S, 2005. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit.
Gadjah Mada Universty Press. Yogyakarta.
Setyamidjaja, 2003. Budidaya Tanaman Kelapa Sawit. Penebar Agromedia
Pustaka. Jakarta.
Sukman Y. 2004. Gulma dan teknik pengendalian. Penerbit CV. Rajawali.
Jakarta.
Sunarko, 2008. Budidaya Kelapa Sawit dan Pengelolaan Kelapa Sawit. Penebar
Agromedia Pustaka. Jakarta.
Syawal. 2005. Pengaruh herbisida terhadap perkembangan gulma. Penerbit CV.
Rajawali. Jakarta.
Triharso, 2004. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman. Edisi 3. Penerbit Gadja
Mada University Press. Yogyakarta
42
Tjitrosoedirdjo. S,. I. H. Utomo, J. Wiroatmodjo, 1984. Tinjauan Umum Gulma
di Perkebunan. PT Gramedia. Jakarta
Wahyuni S. 2014. Identifikasi Jenis-Jenis Gulma Pada Pembibitan Awal Kelapa
Sawit (Elaeis guineensis Jacq) Di PT. Nusantara XIII Kecamatan Long Ikis
Kabupaten Paser Kalimantan Timur.
LAMPIRAN
42
Lampiran 1. Dokumentasi kegiatan kajian pengendalian gulma di
pembibitan main nursery tanaman kelapa sawit
Gambar 1. Pengendalian gulma secara manual
Gambar 2: Pengendalian gulma secara kimia
43
Lampiran 2. Herbisida yang digunakan di PT. Kalpataru Sawit Plantation
Gambar 3: Herbisida Sidaxone dengan bahan aktif paraquate
Download