BAB. I STUDI KELAYAKAN PROYEK A. PENDAHULUAN Proyek .merupakan suatu rangkaian kegiatan yang direncanakan yang di dalamnya menggunakan masukan ( input ) , untuk mendapatkan manfaat ( benefit ) atau hasil ( return ) di masa yang akan datang. Sebelum melaksanakan proyek, tentunya perlu dilakukan evaluasi atau analisis. Analisis atau evaluasi adalah ini dapat digunakan sebagai alat perencanaan dalam pengambilan keputusan , apakah proyek tersebut dapat dilaksanakan atau tidak, baik untuk kepentingan pemilik proyek maupun pihak-pihak yang terkait dalam pelaksanaan proyek misalnya bank yang memberi bantuan kredit dan lain-lain. Kegiatan suatu proyek selalu ditujukan untuk mencapai sesuatu tujuan ( objective ) dan mempunyai titik tolak ( starting point ) dan titik akkhir (ending point ) , baik biaya maupun hasil yang diperoleh biasanya dapat diukur. Dengan demikian, yang dimaksud dengan proyek adalah suatu keseluruhan kegiatan bahwa proyek yang menggunakan sumber-sumber untuk memperoleh manfaat ( benefit ) ; dapat pula dikatakan suatu kegiatan dengan pengeluaran biaya dan dengan harapan untuk memperoleh hasil pada waktu yang akan datang, dan yang dapat direncanakan, dibiayai , dan dilaksanakan sebagai satu unit. B. TUJUAN ANALISIS PROYEK Tujuan Analisis proyek yang dimaksudkan untuk memperbaiki penilaian investasi. Hal ini disebabkan sumber-sumber yang tersedia terbatas, sehingga perlu diadakan pemilihan dari berbagai alternative yang ada. Kesalahan dalam pemilihan tersebut mengakibatkan kerugian. Oleh karena itu, sebelum proyek dilaksanakan perlu diperhitungkan biaya dan manfaat ( benefit ) yang dapat diharapkan dari proyek tersebut. Evaluasi proyek identik dengan Study Kelayakan atau Feasibility Study yang sudah banyak dikenal masyarakat. Istilah Studi kelayakan tersebut sering dimuat dalam berbagai media maupun pembicaraan sehari-hari bahkan dilingkungan Perguruan Tinggi, dijadikan sebagai mata kuliah . Timbul pertanyaan apa yang disebut Studi Kelayakan dan Mengapa sampai diajarkan di beberapa Perguruan Tinggi ? Studi kelayakan pada hakekatnya adalah Metode penjajagan dari suatu gagasan usaha tentang kemungkinan layak atau tidaknya gagasan usaha tersebut dilaksanakan. Seorang pengusaha atau pemilik modal yang akan mendirikan usaha tanpa melakukan Studi kelayakan akan mengalami kegagalan dengan kerugian yang sangat besar. Hal ini dikarenakan banyak hal yang komplek dalam pendirian suatu usaha yang perlu diperhitungkan sehingga perlu dilakukan penjajagan usaha. Mungkin akan timbul pertanyaan apakah pendirian suatu perusahaan yang didahului oleh suatu studi kelayakan dapat dijamin keberhasilannya ? Apabila Studi kelayakan atau evaluasi proyek dan perencanaan usaha ( analisis perencanaan bisnis ) yang digunakan sebagai landasan pendirian tersebut dapat dipertanggung jawabkan, maka kemungkinan keberhasilan dapat terjamin meskipun tidak mutlak. Akan tetapi, perusahaan tersebut dapat mengalami kegagalan karena kesalahan manajemen, perubahan peraturan pemerintah dan hal-hal lain yang tidak dapat diramalkan secara tepat. C. STUDI TEKNIS DAN STUDI KELAYAKAN ( ENGINEERING AND FEASIBILITY STUDIES ) Studi Kelayakan diadakan untuk menentukan apakah suatu proyek akan dilaksanakan atau tidak ; artinya : pengeluaran untuk Studi Kelayakan diadakan sebelum ada keputusan ( decision making ) tentang pelaksanaan proyek. Sehubungan dengan itu, maka bagi pyoyek biaya itu dianggap sebagai “ Sunk Cost “ karena yang dianggap sebagai proyek adalah biaya-biaya yang dikeluarkan sesudah pengambilan keputusan. Studi Teknis ( Engineering Studies ) meliputi hal-hal berikut : 1. Desain Pendahuluan ( plemiminary design ) Desain pendahuluan dibuat pada waktu pengadaan studi kelayakan, dan karenanya tidak dimasukkan dalam biaya investasi proyek. 2. Desain Akhir ( Final design ) Sebaliknya, desain akhir dibuat sesudah ada keputusan bahwa proyek akan dilaksanakan karenanya biaya untuk membuat desain akhir dimasukkan dalam biaya investasi proyek ( kecuali kalau desain akhir ini dibiayai dengan kredit terikat, maka berlaku peraturan tersendiri ) . Disamping biaya-biaya tersebut diatas ada biaya-biaya lain yang termasuk dalam biaya ekonomik. Diantaranya ada yang termasuk biaya finansial, ada yang tidak. Sebagai contoh, jika sebidang tanah milik Pemerintah dipakai dalam suatu proyek, maka untuk penggunaan tanah itu biasanya tidak ada biaya secara finansial, namun harus diperhitungkan suatu “ Oppurtunity Cost “ sebagai biaya ekonomik , karena dengan digunakannya tanah itu dalam proyek, perekonomian / masyarakat kehilangan kesempatan untuk menggunakan proyek lain, artinya ada manfaat yang hilang ( benefit foregone ) atau ada “ Opportunity Cost “nya Tanah : Yang dihitung sebagai biaya tanah adalah produksi yang dikorbankan ( production foregone ) karena tanah dipakai dalam proyek ; artinya , apabila tanah yang dipakai dalam proyek itu sebelumnya sudah menghasilkan, maka yang dihitung sebagai biaya tanah adalah nilai sekarang netto ( the net present value ) bagi produksi yang dikorbankan itu berdasarkan harga pasar, yang merupakan “ the opportunity cost “ bagi tanah “ The opportunity Cost “ bagi tanah dapat berupa : a. Nilai netto produksi yang hilang ( the net of production foregone ), dipakai jika tanah yang digunakan dalam proyek itu adalah tanah yang sebelumnya sudah menghasilkan. b. Nilai sewa tanah ( the rental value of the land ) Di beberapa Negara tanah jarang dijual , tetapi ada pasaran yang luas untuk penyewaan tanah. Dalam hal ini mungkin sewa tanah dapat dianggap sebagai ukuran yang baik bagi nilai netto produksi tanah, dan dengan demikian juga bagi “ the Opportunity Cost “ jika penggunaan tanah berubah. Nilai sewa ini dapat di “ Capitalized “ dengan jalan membagi sewa ( finansial ) dengan “ The Economic rate of return “ atau “ the Opportunity cost of capital “ ( OCC ). Jika “ the opportunity cost of capital “ = 15 % , dan sewa tanah yang berlaku adalah Rp. 525.000 per hektar per tahun , maka nilai ” Capital satu hektar tanah adalah : c. Rp. 525.000 / 0.15 = Rp. 350.000 ,- Estimasi langsung tentang kemampuan tanah untuk berproduksi ( the productive capability of the land ) , ada kalanya baik harga pembelian ( the purchase price ) maupun nilai sewa tidak merupakan perkiraan / estimasi yang baik. Dalam hal ini harus dibuat suatu estimasi langsung tentang kemampuan tanah untuk berproduksi ( the productive capability of the land ) . Estimasi langsung semacam itu tidak sukar jika seumpamanya ada tanah kosong akan dipakai untuk proyek pemukiman ( a settlemen proyect ). Tanpa adanya proyek tersebut tanah itu sama sekali tidak akan menghasilkan output yang mempunyai nilai ekonomik., sehingga nilai netto ( the net value of production goregone ) adalah nol ( 0 ) , produksi dan dengan demikian dalam perhitungan ekonomik tidak dimasukkan atau diperhitungkan nilai bagi tanah. Tenaga Kerja Dalam menentukan biaya tenaga kerja ini perlu dibedakan tenaga kerja yang terdidik/ terlatih ( skilled labour ) dan tenaga kerja yang tidak terdidik ( unskilled labour ) , sebab yang biasa dinilai dengan tingkat upah bayangan ( shadow wage rate ) adalah tenaga kerja yang tidak terlatih. Cara penilaian tenaga kerja yang tidak terlatih adalah persaingan bebas yang sempurna ( perfect competion ) , sebagai berikut : jika terdapat maka harga / upah buruh ditentukan oleh nilai produk marginal atau produktivitas marginal tenaga kerja, ialah nilai produk tambahan yang dihasilkan dengan bertambahnya satu orang tenaga kerja, ialah nilai produk tambahan yang dihasilkan dengan bertambahnya satu orang tenaga kerja. Cara ini dapat dipakai jika tenaga kerja termasuk faktor produksi yang langka. yang terlalu padat penduduknya adalah bahwa Persoalan dalam kebanyakan Negara pertambahan satu orang tenaga kerja sering tidak menyebabkan pertambahan produk, artinya buruh tambahan itu mempunyai nilai produk marginal sebesar nol. Karena nilai produk marginal itu juga merupakan ” the Opportunity Cost ” bagi tenaga buruh dalam keadaan equilibrium , maka dapat dikatakan bahwa jika tenaga buruh itu produk marginal = 0 dan tidak menghasilkan apa-apa disektor pertanian, artinya nilai ia dipindahkan ke pekerjaan lain, dan ditempat yang baru itu ia memberikan tambahan hasil, maka untuk mempekerjakanyang baru itu tidak ada produk lain yang harus dikorbankan; artinya ” the oppurtunity cost ” bagi tenaga buruh itu adalah nol ( = pengorbanan dilihat dari sudut perekonomian sebagai keseuruhan = 0 ). Tingkat upah dibanyak Negara yang sedang membangun tidak tepat mencerminkan opportunity cost ” bagi pekerjaannya dengan proyek. pergeseran tenaga dari pekerjaan tanpa proyek ”the ke Dalam pasar yang kompetitif sempurna, harga tenaga buruh ditentukan oleh nilai produk marginalnya ( the marginal value product ) , artinya upahnya akan sama dengan nilai tambahan produk yang dihasilkan oleh satu tambahan buruh. Seorang petani akan sanggup membayar satu tambahan buruh, misalnya untuk panen, selama buruh tambah tersebut dapat menaikkan output total dengan nilai yang lebih besar dari pada upah yang harus dibayarkan kepada buruh tersebut. Dalam masyarakat dengan kelebihan tenaga kerja ada musim-musim sibuk ( peakseason ) pada musim tanam dan musim panen; pada waktu itu bagian terbesar dari buruh di pedesaan dapat memperoleh pekerjaan. Dalam musim-musim semacam upah yang berlaku di pasar bagi buruh pedesaan dianggap sebagai estimasi yang itu baik bagi ” the opportunity cost ” dan nilai marginal produk bagi tenaga kerja. Yang menjadi persoalan ialah : bahwa kecuali dalam musim-musim sibuk tersebut di banyak negara dengan penduduk yang sangat padat, penambahan satu buruh mendatangkan penambahan yang sangat sedikit pada produk total dalam keadaan ekstrim yang bahkan sama sekali tidak mendatangkan tambahan produk, artinya jika ada surplus buruh tani, maka boleh dikatakan sedikit sekali, atau sama sekali tidak ada, kesempatan untuk menyalurkan energi mereka secara produktive dalam musim- musim sepi ( off season ) . Dapat dikatakan bahwa nilai produk marginal ( the marginal value product ) buruhburuh tersebut, artinya : jumlah yang ditambahkan oleh buruh pada pendapatan nasional, mendekati nol. Setelah mengetahui definisi Studi kelayakan , maka akan timbul pertanyaan , misalnya seberapa penting Studi kelayakan ? Adapun keberadaan manfaat Studi kelayakan bagi pengusaha atau pihak-pihak yang terkait adalah sebagai berikut : 1. Pengusaha Dengan adanya Studi kelayakan pengusaha akan mengetahui apakah gagasan usahanya layak atau tidak dilaksanakan ditinjau dari sudut pandang perusahaan. 2. Kreditor Studi kelayakan dapat digunakan untuk meyakinkan pihak kreditor, khususnya perbankan untuk ikut memberikat kredit pada gagasan tersebut. 3. Penanam Modal Sama halnya dengan kreditor, penanam modal pun mempunyai kepentingan atas Studi kelayakan. Mereka akan dapat menentukan apakah menanam modalnya atau tidak pada perusahaan tersebut. Dengan kata lain, calon penanam modal ini perlu jaminan keselamatan atas modal yang akan ditanamkannya. 4. Masyarakat / Pemerintah Kepentingan masyarakat / pemerintah terhadap Studi kelayakan terkait dengan eksternal yaitu akibat sampingan baik positif maupun negatif sebagai akibat didirikannya proyek. Dengan demikian, apabila berdasarkan Studi kelayakan bahwa suatu proyek mempunyai social costs lebih kecil daripada social benefit, maka dengan sendirinya proyek-proyek tersebut akan dapat dukungan dari masyarakat / pemerintah. Dalam suatu Negara selalu dibutuhkan kegiatan seperti proyek. Proyek dalam hal ini merupakan unit operasional pembangunan yang paling kecil. Investasi dalam proyek tersebut diharapkan dapat mengurangi perbedaan ( disparitas ) pendapatan masyarakat. Investasi bisa dilihat sebagai berikut : a. Autonomuos investasi, yaitu investasi yang tidak dipengaruhi oleh tingkat pendapatan atau I = 1. Contohnya, adalah investasi pada rehabilitasi prasarana jalan, irigasi sebaginya. Investasiinvestasi tersebut dilaksanakan bertujuan untuk mempertahankan perekonomian itu sendiri. b. Induce invesment, yaitu investasi yang mempunyai kaitan dengan tingkat pendapatan atau in = f [r]. Misalnya, peningkatan pendapatan pada masyarakat di suatu perusahaan akan menyebabkan peningkatan permintaan barang, sehingga mendorong untuk melakukan investasi. c. Investasi sifatnya dipengaruhi oleh adanya tingkat bunga uang atau modal yang beredar di masyarakat atau I = f [r] . Contohnya, ialah investasi pada suatu badan usaha perusahaan dan kegiatan-kegiatan lainnya yang dapat menguntungkan, akan dilakukan bila tingkat bunga yang berlaku pada saat itu lebih rendah jika dibandingkan dengan keuntungan ( returns/benefit ) investasi. Autonomuos investasi akan lebih banyak dilakukan oleh sektor pemerintah, karena akan terkait dengan aspek sosial budaya yang ada di masyarakat. Adapun induce invesment dan investasi yang dipengaruhi oleh tingkat bunga akan lebih banyak melibatkan semua swasta, walaupun banyak juga badan usaha pemerintah yang ikut campur di dalam investasi kelompok lain. Analisis keputusan investasi yang melandasi keputusan berkaitan dengan tingkat bunga karena tingkat bunga ( I ) akan mempengaruhi pendapatan proyek yang akan diperoleh. Secara sederhana fungsi tersebut, yaitu tingkat bunga naik ( pada r ) , maka investasi akan berkurang atau menurun sebesar ( I ) yang semula adalah ( I ) . Begitu pula sebaliknya jika pada r . Sebagai pertimbangan untuk situasi tersebut adalah keuntungan dan laba proyek. Penjelasan dari hal tersebut digambarkan dalam demand investment function sebagai berikut. Gambar.1.1 Demand Invesment Function Untuk mengambil keputusan apakah investasi akan diterima atau ditolak didasarkan pada besarnya keuntungan dan biaya yang dikeluarkan. Keuntungan harus lebih besar dari pada biaya, meskipun keuntungan dan biaya harus disesuaikan dengan nilai pada saat ini ( present worth ) BAB. II ASPEK-ASPEK DALAM PERENCAAN PROYEK Perusahaan bertugas mengelolah sumber-sumber ekonomi atau sering juga disebut faktor-faktor produksi. Sumber-sumber ekonomi tersebut dapat dikelompokkan ke dalam : - Manusia ( Men ) : berperan sebagai tenaga kerja di perusahaan , namun berperan juga sebagai konsumen dari produk perusahaan. - Modal ( Money ) : sejumlah uang atau barang yang dibeli dengan uang tersebut untuk membuat produk yang lain. Barang modal di sini adalah : mesin, peralatan pabrik , alatalat transportasi dan lain-lain. - Material ( Materials ) : faktor pendukung utama dalam proses produksi. Termasuk disini adalah bahan baku, bahan pembantu, tanah untuk proses produksi serta bahan lain sebagai penunjang proses produksi. - Metode ( Method ) : suatu pelaksanaan kerja produktif , misalkan pengambilan keputusan, pembwerian ide serta inisiatif dan pemikiran yang ditujukan pada perusahaan. A. Ada beberapa aspek: dalam analisis proyek, yaitu sebagai berikut : 1. Aspek teknis 2. Aspek manajerial dan administrasi 3. Aspek organisasi 4. Aspek komersial 5. Aspek ekonomi 6. Aspek finansial 1. Aspek Teknis : meliputi analisis input dan ouput barang atau jasa yang akan diperlukan dan dihasilkan oleh proyek. Dalam hal ini perlu diperhatikan ; pentingnya Letak / Lokasi Perusahaan. Letak perusahaan sering disebut pula Tempat kediaman perusahaan, yaitu tempat dimana perusahaan melakukan kegiatan sehari-hari. Jenis letak perusahaan ada 4 ( empat ) : A. Letak perusahaan yang terikat pada alam-- sangat ditentukan sumber-sumber alam, jadi tidak dapat ditentukan oleh manusia; misalkan usaha Pertanian, Pertambangan. B.Letak perusahaan berdasarkan Sejarah --- dapat dijelaskan dengan adanya sejarah di lokasi itu; misalkan kerajinan batik di daerah Surakarta dan yogjakarta, karena seni batik dari para wanita kraton dua daerah tsb. C.Letak Perusahaan yang ditentukan pemerintah -- pemerintah yang menentukan dimana perusahaan harus dijalankan aktivitasnya; misalnya Pabrik senjata/ amunisi , peternakan babi dan pabrik obat-obatan. D.Letak perusahaan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor ekonomi --- perusahaan ini bersifat industri, misalkan @ dekat dengan bahan baku( Pabrik gula, pabrik semen ) @ dekat dengan pasar/ konsumen ( Pabrik roti/Bakery, rumah makan / Bank & assuransi ) @ dekat dengan pemasok tenaga kerja ( pabrik rokok ) @ dekat dengan penyedia sumber tenaga / energi ( pabrik peleburan biji besi, allumuniaum dan baja. ) . @ Iklim ( Pabrik teh, pemintalan kapas dan industri jamur ) @ Ongkos tranport ( pabrik mobil ) @ Besarnya suplai modal 2. Aspek Manajerial dan administrasi : menyangkut kemampuan staf proyek untuk menjalankan administrasi kegiatan dalam ukuran besar ( large scale activities ) . Keahlian manajemen hanya dapat di evaluasi secara subyektif , namun kalau hal ini tidak mendapatkan perhatian khusus, maka banyak kemungkinan terjadi pengambilan keputusan yang kurang baik dalam proyek yang akan direncanakan. Manajemen merupakan suatu proses yang khas, yang terdiri atas kegiatan-kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya yang lain. Di samping itu manajemen juga menggunakan Metode Ilmiah dan seni dalam setiap pendekatanatau penyelesaian masalah . Metode ilmiah ini pada hakekatnya meliputi kegiatan sebagai berikut : a. mengetahui adanya persoalan b. Mendifinisikan persoalan c. Mengumpulkan fakta, data dan informasi d. Menyusun alternatif penyelesaian e. Mengambil keputusan dengan memilih salah satu alternatif penyelesaian f. Melaksanakan keputusan serta tindak lanjut. 3. Aspek Organisasi : terutama ditujukan pada hubungan antara administrasi proyek dan bagian administrasi pemerintah lainnya untuk melihat apakah hubungan antara masing-masing wewenang ( outhority ) dan tanggung jawab ( responbility ) dapat diketahui dengan jelas. Berikut ini kita gambarkan hubungan antar komponen organisasi di mana tujuan merupakan titik tolak untuk melaksanakan fungsi-fungsi organisasi dan antar tujuan, fungsi, tanggung jawab, wewenang dan pertanggung jawaban mempunyai hubungan yang sangat erat. Pada hakekatnya antara organisasi dengan Manajemen tidak dapat dipisahkan. Organisasi merupakan alat manajemen untuk mencapai tujuan. Organisasi adalah bentuk setiap perserikatan orang untuk mencapai suatu tujuan bersama. Jadi dalam organisasi terdapat 3 ( tiga ) faktor : a. adanya sekelompok orang b. adanya hubungan dan pembagian kerja di antara orang-orang itu c. adanya tujuan yang ingin dicapai Bentuk- bentuk organisasi : 1. Organisasi garis ( Line organization ) : Kekuasan dan tanggung jawab dari atas sampai bawah satu pimpinan. 2. Organisasi Garis dan Staf ( Line – Staff Organization ) : Atasan memiliki bawahan tertentu dan bawahan hanya menerima perintah dari seorang atasan saja dan kepada atasan tersebut bawahan harus bertanggung jawab atas pelaksanaan pekerjaannya. 3. Organisasi Fungsional : Bentu organisasi yang susunannya berdasarkan atas fungsi-fungsi yang ada dalam organisasi tersebut, misalkan fungsi produksi, keuangan, administrasi dan lain-lain. 4. ` Aspek komersial : menganalisis penawaran input ( barang atau jasa ) yang diperlukan proyek , baik pada waktu membangun proyek maupun pada waktu proyek sudah berproduksi, dan menganalisis pasaran output yang akan dihasilkan proyek. Untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya , untuk berkembang dan memperoleh keuntungan, perusahaan harus melakukan salah satu fungsi pokoknya yaitu : Pemasaran Pemasaran dalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan, baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial. Kegiatan pemasaran di dalam suatu perusahaan harus diorganisasikan dan dikelola dengan baik, artinya pimpinan harus merencanakan pemasaran secara menyeluruh. Di sini diperlukan suatu pelaksanaan manajemen pemasaran, yang secara hakekatnya merupakan tindakan dari Konsep Pemasaran. @ Konsep pemasaran ( The Marketing concept ) : Kepuasan konsumen akan dapat menimbulkan loyalitas dan kesan baik dari pembeli. @ Konsep Penjualan ( The Selling concept ) : Perusahaan harus mencapai volume penjualan setinggi-tingginya. 5. Aspek ekonomi : menyelidiki apakah proyek itu akan memberi sumbangan atau mempunyai peranan yang cukup besar dalam pembangunan ekonomi seluruhnya dan apakah peranan cukup besar untuk membenarkan ( to justify ) penggunaan sumbersumber yang langka. Agar dana dalam perusahaan dapat dipenuhi secara cukup, maka sisi lain dituntut adanya pengelolaan dan penentuan secara tepat terhadap sumber-sumber dana. 6.Aspek finansial : menyelidiki terutama perbandingan antara pengeluaran dan ” revenue earnings ” proyek, apakah proyek itu akan menjamin dana yang diperlukan, apakah proyek akan mampu membayar kembali dana tersebut, apakah proyek akan berkembang sedemikian rupa sehingga secara finansial dapat berdiri sendiri. Disamping aspek-aspek tadi ada aspek tambahan yang tidak pernah ditinjau , yaitu : 1. Aspek sosial 2. Aspek lingkungan Yang mana kedua aspek penting untuk diperhatikan . B. Analisis Finansial dan Analisis Ekonomi Dalam evaluasi proyek biasanya diadakan 2 ( dua ) macam analisis, ialah analisis finansial dan analisis ekonomi. 1. Analisis Finansial Dalam analisis finansial , proyek dilihat dari sudut orang yang menanamkan modal dalam proyek atau yang berkepentingan langsung dalam proyek. Dalam analisis ini yang diperhatikan adalah hasil untuk moda saham ( equity capital ) yang ditanam dalam proyek. Hasil finansial sering disebut ” private returns ” . Analisis finansial ini penting artinya dalam memperhitungkan rangsangan ( incentive ) bagi mereka yang turut dalam mensukseskan pelaksanaan proyek. Sebab tidak ada gunanya melaksanakan proyek yang menguntungkan dilihat dari sudut perekonomian sebagai keseluruhan, jika mereka yang menjalankan kegiatan produksi tidak bertambah baik keadaannya. Hal yang perlu diperhatikan dalam analisis finansial adalah waktu didapatkannya hasil ( returns ). Negara dapat mengadakan investasi dalam suatu proyek yang menguntungkan jika dilihat dalam jangka waktu dua puluh tahun, tetapi dalam waktu lima tahun yang pertama belum memberikan hasil sama sekali. Akan tetapi, dari seorang pengusaha swasta tidak dapat diharapkan untuk mengadakan investasi dalam proyekproyek semacam itu, karena dalam jangka waktu lima tahun pertama ia sudah akan kehabisan modal. 2. Analisis Ekonomi Dalam analisis ekonomi, proyek dilihat dari sudut perekonomian sebagai suatu keseluruhan. Dalam analisis ini yang diperhatikan adalah hasil total atau produktivitas atau keuntungan yang diperoleh dari semua sumber yang dipakai dalam proyek untuk masyarakat atau perekonomian, tanpa melihat siapa yang menyediakan sumber-sumber tersebut dan siapa yang menerima hasilnya. Hasil ini disebut ” the social return ” atau ” the economic return ” bagi proyek. Bagi orang-orang yang menentukan kebijakan ( policy makers ), yang terpenting adalah mengarahkan penggunaan sumber-sumber yang langka kepada proyek-proyek yang dapat memberikan hasil yang paling banyak bagi perekonomian sebagai keseluruhan; artinya, menghasilkan “ Social returns “ atau “Economic returns “ yang paling tinggi. 1. Siklus proyek Siklus suatu proyek dimulai dengan adanya suatu gagasan pengusulan yang umum bersumber dari hal-hal berikut : 1. Para pemimpin masyarakat setempat 2. Para tenaga teknis 3. Para perintis pembangunan, seperti Bank Pembangunan 4. Usulan program-program yang ada Motivasi gagasan pengusulan suatu proyek biasanya terdiri atas dua kelompok, yaitu (a) untuk mendapatkan keuntungan dan investasi dan (b ) untuk memberi manfaat bagi masyarakat banyak seperti tersedianya lapangan kerja, perbaikan kesehatan dan peningkatan kecerdasan. Ada 6 ( enam ) tahapan atau siklus proyek, sebagaimana dapat dilihat pada gambar 2.1. 1. Tahap Identifikasi 2. Tahap Formulasi 3. Tahap Analisis 4. Tahap Implementasi 5. Tahap Operasi 6. Tahap Evaluasi 1. Tahap Identifikasi : Tahap pertama yang harus dilakukan adalah mengidentifikasi, yaitu menentukan calon-calon proyek yang perlu dipertimbangkan untuk dilaksanakan. Pertimbangan yang dilakukan mengacu pada beberapa pertanyaan berikut ini. Apakah proyek tersebut merupakan sektor yang diprioritaskan ? Apakah proyek secara garis besar akan menguntungkan ? Adakah bantuan dari pemerintah bagi jenis proyek tersebut ? 2. Tahap Formulasi : Formulasi yaitu penyusunan atau persiapan dengan melakukan prastudi kelayakan dengan meneliti sejauh mana calon-calon proyek tersebut dapat dilaksanakan menurut aspek-aspek teknis, administratif atau manajerial, Organisasi, komersial, finansial dan ekonomi. Setelah mempertimbangkan aspek-aspek tersebut, barulah disusun studi kelayakan proyek. Studi kelayakan proyek yang ideal akan berisi : a. Ringkasan proyek b. Studi teknis c. Studi pemasaran d. Studi manajerial/organisasi e. Studi finansial f. Studi sosial ekonomi 3. Tahap Analisis : Tahap ketiga adalah analisis, yaitu mengadakan penilaian atau evaluasi (approisal) terhadap laporan studi kelayakan yang ada. Studi kelayakan proyek tersebut dianalisis untuk memilih yang terbaik di anatara berbagai alternatif, proyek yang ada, berdasarkan ukuran tertentu. 4. Tahap Implementasi : Tahap selanjutnya adalah Implementasi artinya tahap pelaksanaan proyek. Dalam tahap ini tanggung jawab utama dari para perencana serta penilai proyek adalah mengadakan pengawasan terhadap pelaksanaan pembangunan fisik proyek agar sesuai dengan final designya ( sketsa akhir ). 5. Tahap Operasi : Tahap kelima adalah operasi proyek. Dalam tahap ini dipertimbangkan penggunaan metode-metode pembuatan laporan atas pelaksanaan operasinya. Laporan tersebut diperlukan untuk tahap selanjutnya. 6. Tahap Evaluasi hasil : Tahap keenam adalah evaluasi hasil-hasil pelaksanaan proyek berdasarkan laporan- laporan yang masuk pada tahap-tahap sebelumnya. Dalam tahap ini membandingkan antara yang direncanakan dengan hasil yang dicapai. Hasil penilaian ini selanjutnya digunakan untuk perbaikan bagi proyek-proyek berikutnya dan mengembangkan gagasan baru dalam memilih proyek-proyek baru. D. Unsur-Unsur Kritis dalam Formulasi Proyek Berbagai aspek yang dianalisis antara lain aspek teknis, aspek manajerial, aspek sosial, aspek finansial serta aspek ekonomis. Dalam pembahasan ini yang akan ditinjau adalah aspek ekonomis. 1. Aspek teknis meliputi analisis tentang input dan ouput yang diperlukan dan dihasilkan oleh proyek 2. Aspek manajerial dan Administratif meliputi kemampuan staf untuk menjalankan administrasi kegiatan dalam ukuran besar. Keahlian manajemen bertugas untuk membuat keputusan, tetapi tugas ini merupakan aspek kritis dari tugas manajerial yang menurut kemampuan pengelolaan untuk mengintegrasikan dan mengembangkan berbagai elemen yang relevan kedalam situasi total. Dalam menjalankan tugasnya menyangkut waktu yang panjang, menghadapi resiko yang besar dan kemungkinan membahayakan perusahaan ( proyek ) dan keputusan tersebut mampu dikomunikasikan pada manajemen pelaksana. 3. Aspek Organisasi dikhususkan pada hubungan antara administrasi proyek dengan administrasi di luar proyek ( misalnya : Pemerintah ). Hal ini untuk memperjelas hubungan antara wewenang ( authority ) dan tanggung jawab ( responsibility ). 4. Aspek komersial menganalisis penawaran input ( barang dan jasa ) yang dibutuhkan proyek, baik awal membangun proyek , maupun proyek sedang berproduksi, dan menganalisis hasil ( output ) dari proyek tersebut. 5. Aspek Finansial: menghitung rasio antara pengeluaran dan penerimaan proyek ( cost dan revenue earnings ). Dalam hal ini akan diketahui apakah proyek tersebut nantinya mampu berkembang dan berdiri sendiri. 6. Aspek Ekonomi: menilai apakah proyek tersebut memberi sumbangan atau mempunyai peranan yang cukup besar dalam pembangunan ekonomi seluruhnya dan bagaimana peranannya untuk membenarkan penggunaan sumber – sumber yang langka. E. Manfaat Proyek Pelaksanaan proyek bertujuan untuk memperoleh manfaat atau hasil. Manfaat proyek dapat dibedakan menjadi : 1. Manfaat langsung 2. Manfaat tidak langsung, dan 3. Manfaat yang tidak dapat dinyatakan dengan jelas 1. Manfaat Langsung adalah adanya kenaikan dalam nilai keluaran fisik dari kegiatan yang ditangani proyek. Kenaikan nilai dari keluaran (output ) dikarenakan adanya perbaikan kualitas, penurunan biaya yang disebabkan adanya mekanisasi, penurunan biaya pengangkutan, dan lain sebagainya. Manfaat langsung dapat berupa : a. Kenaikan dalam nilai hasil/output dapat disebabkan oleh hal-hal berikut ini. i. Kenaikan dalam produk fisik : dalam hal ini diadakan asumsi bahwa permintaan adalah elastis , artinya dengan turunnya harga hasil produksi, jumlah yang diminta naik sedemikian rupa, sehingga hasil penerimaan total naik. Kalau proyek tidak terlalu besar untuk dapat mempengaruhi harga pasar, maka harga produk akan tetap, tetapi kalau proyek relatif besar dibandingkan dengan pasar yang dihadapi, atau jumlah produk yang ditawarkan itu bertambah dengan pesat, maka ada kemungkinan harga produk akan turun. Dalam menghitung manfaat tidak boleh dilupakan produk yang dikonsumsi sendiri ( home consumed product ), terutama pada produk bahan makanan. ii. Perbaikan mutu produk ( quality improvement ) : Dalam hal ini jumlah produk dapat tetap, tetapi kualitasnya lebih bagus, sehingga nilainya ( harga rata-rata ) naik, dan dengan demikian jumlah penerimaan total juga naik. iii. Perubahan dalam lokasi dan waktu penjualan : Proyek pemasaran atau pengangkutan ( marketing or transport projects ) dapat mengadakan perbaikan pemasaran hasil produksi dengan jalan mengubah lokasi dan waktu penjualan produk. iv. Perubahan dalam bentuk ( granding and processing ) : Proyek-proyek seperti penggilingan padi, pengalengan sayur-sayuran dan buah-buahan, penggergajian kayu, dapat mengubah bentuk produk dan dengan demikian menaikkan nilai produk dan mempermudah pengangkutan dan penyimpanan. b. Penurunan biaya dapat berupa : i. Keuntungan dari mekanisme : seperti penggunaan pompa listrik untuk mengairi sawah sebagai pengganti sumur timba; penggilingan padi untuk mengganti proses penumbukan padi dengan tangan; penggunaan traktor untuk mengganti tenaga kerbau, semuanya dapat menyebabkan turunyabiaya unit produk. ii. Penurunan biaya pengangkutan : Karena adanya alat pengangkutan yang lebih baik untuk mengangkut produk dari daerah produksi ke daerah pasar. iii. Penurunan atau penghindaran kerugian : Seperti proyek pengawetan tanah untuk menghndari erosi tanah; proyek penyimpanan / pergudangan ( storage project ) untuk menghindari kerusakan barang. 2. Manfaat tak langsung adalah manfaat yang secara tak langsung ditimbulkan dengan adanya proyek tersebut yang dirasakan oleh orang di luar proyek, antara lain adanya effect multiple dari skala ekonomi yang lebih besar dan manfaat yang ditimbulkan dari pengaruh sekunder seperti perubahan produktivitas tenaga kerja. Manfaat tak langsung sulit dinilai dengan uang tetapi secara tak langsung dapat dinikmati oleh masyarakat. Ada tiga macam manfaat tidak langsung /sekunder, ialah sebagai berikut : a. Manfaat yang disebabkan ( induced) : ” efek oleh adanya proyek yang biasanya disebut multipler ”dari proyek. b. Manfaat yang disebabkan oleh adanya keunggulan skala besar ( economies of scale ) c. Manfaat yang ditimbulkan oleh adanya pengaruh sekunder dinamik ( dynamic secondary effects ), misalnya berupa perubahan dalam produktivitas tenaga kerja yang disebabkan oleh perbaikan kesehatan ,dan pendidikan ( health and education ) 3. Manfaat yang tidak dapat dinyatakan dengan jelas ( intangible benefits ) atau manfaat yang sulit dinilai dengan uang. Contohnya : a. Perbaikan lingkungan hidup b. Perbaikan pemandangan c. Perbaikan distribusi pendapatan d. Integrasi nasional e.Pertahanan nasional dan lain sebagainya. F. Biaya Proyek dan Benefit Biaya yang dihitung atau dikeluarkan sebagai biaya proyek adalah biaya-biaya yang dikeluarkan pada masa yang akan datang untuk memperoleh penghasilan-penghasilan yang akan datang. Yang dimaksud dengan biaya proyek antara lain : biaya angsuran hutang dan bunga depresi, biaya konstruksi dan peralatan, biaya tanah, biaya modal kerja , biaya bunga masa konstruksi, biaya operasi dan pemeliharaan dan berbagai biaya lainnya. Biaya proyek meliputi hal-hal berikut ini. a. Biaya Angsuran Hutang dan Bunga Biaya proyek atau biaya investasi dapat dihitung pada waktu : - investasi dikeluarkan : artinya cara perhitungan yang akan timbul pada proyek-proyek menguntungkan masyarakat. - Pinjaman untuk investasi dilunasi beserta bunganya : artinya cara perhitungan yang akan timbul jika suatu proyek dibiayai dengan pinjaman atau kredit tersebut diberikan jika proyek tersebut dilaksanakan. Didalam hal ini social cost yang diperhitungkan tetapi bukan jumlah investasi. Jumlah angsuran mulai dilakukan dan bunga mulai dibayar. b. Depresiasi ( penyusutan ) Penyusutan merupakan pengalokasian biaya investasi suatu proyek pada setiap tahun sepanjang umur ekonomis proyek tersebut dan untuk menjamin agar angka biaya operasi yang dimaksudkan dalam neraca rugi laba tahunan dapat mencerminkan adanya biaya modal yang dipergunakan. Biaya penyusutan dapat di hitung dengan 4 ( empat ) metode yaitu ( 1.) Straight line, (2) Double declining balance , (3) soyd , (4) kombinasi straight line ( SL ), dan double declining balance ( DDB ) Penyusutan straight line yang akan dibicarakan disini Straight line. Metode perhitungan penyusutan yang paling sederhana yaitu dengan memperhitungkan harga awal pembelian barang dan penentuan harga akhir di bagi dengan umur ekonomis dari barang tersebut : Penyusutan / thn = X - X n Contoh : Harga mesin pencampuran pakan pada awal investasi sebesar Rp. 50 juta . Diperkirakan umur ekonomis 10 tahun dan harga ( nilai ) akhir di anggap nol maka : Penyusutan = 50 juta - 0 = Rp. 5 juta / tahun. 10 Tahun Penyusutan Akumulasi Penyusutan Akhir Tahun 1 5 juta 5 juta 2 5 juta 10 juta 3 5 juta 15 juta 4 5 juta 20 juta 5 5 juta 25 juta Penyusutan atau depresiasi sesungguhnya hanya merupakan pengalokasian biaya investasi setiap tahun sepanjang umur ekonomik proyek untuk menjamin bahwa biaya modal itu diperhitungkan dalam laporan/neraca rugi-laba tahunan ( profit and loss statement ). Akan tetapi, sesungguhnya penyusutan itu tidak merupakan pengeluaran biaya riil, sebab yang betul-betul merupakan pengeluaran biaya adalah investasi semula, atau kalau investasi proyek itu dibiayai dengan pinjaman terikat, maka yang dianggap sebagai biaya adalah arus pelunasan kredit ( angsuran ) beserta bunganya pada waktu kedua arus itu betul-betul dilaksanakan. C. Biaya Konstruksi dan Peralatan Dalam hal ini dihindari Double Accounting artinya jika biaya telah dibebankan pada saat di keluarkan investasi, maka waktu pelunasannya nanti tidak boleh dimasukkan sebagai biaya lagi. Dalam hal ini yang dimaksudkan adalah sebagai berikut : Peralatan termasuk peralatan yang dipergunakan dalam mengerjakan proyek. Jika barang atau nilai peralatan terdapat barang yang harus di impor, maka perlu diperhatikan untuk menerapkan atau tidak menerapkannya Shadow price daripada devisa. Bahan-bahan adalah segala bahan yang diperlukan di dalam kegiatan proyek harga yang digunakan adalah harga yang berlaku dalam mencari bahan tersebut. Akan tetapi, untuk barang-barang yang sifatnya tradable, maka penilaian bahan-bahan tersebut yang dianggap relevant adalah memakai ” order price ” Untuk bahan-bahan impor di pakai harga C.I.F ( Cost Insurance and Freight ). , sedangkan untuk harga export di pakai F.O.B ( Free On Board ). D. Biaya Tanah / Lahan Biaya tanah yang dihitung adalah tanah yang memberikan hasil seperti tanah sawah, perkebunan, tambak, dan lain sebagainya. Perhitungannya meliputi pengorbanan produksi pada nilai sekarang bersih ( net present value ) . Sedangkan output nya dinilai dengan harga pasar. Terutama dibidang pertanian, perkebunan, budi daya perikanan, tanah merupakan bagian terpenting dari biaya proyek. Misalnya suatu proyek P, mempunyai umur ekonomi n tahun menggunakan sebidang tanah yang luasnya A hektor, selama dipergunakan untuk menanam padi. Dalam waktu n tahun, nilai bersih ( netto ) , padi hasil dari tanah termaksud adalah penjualan padi dikurangi biaya-biaya lainnya, diumpamakan Y rupiah. Maka oppurtunity cost tanah yang digunakan. Dalam proyek P adalah Y rupiah per hektar per tahun jika kita membeli atau menyewa tanah, maka harga pembelian dianggap pertahun sebagai biaya sewa per tahun untuk dikeluarkan. E. Biaya Modal Kerja Modal kerja adalah modal yang dipergunakan dan terikat dalam suatu proyek. Didalam perhitungannya modal ini dimasukkan biaya tahunan awal ( pertama ) proyek tersebut berjalan. F. Biaya Bunga Masa Konstruksi Pembayaran bunga yang harus dibayar selama masa konstruksi harus memperhatikan 2 ( dua ) hal dibawah ini . 4. Jika terdapat social opportunity cost dari pada investasi pada saat investasi di keluarkan maka bunga tidak diperhitungkan dalam biaya ekonomi. 5. Akan tetapi , jika social opportunity cost daripada investasi dianggap terdiri dari arus pelunasan hutang beserta bunganya untuk waktu yang akan datang, maka pembayaran bunga selama masa konstruksi perlu diperhitungkan dalam biaya ekonomi. Dengan demikian sama halnya dengan pada umumnya, maka kalau biaya investasi dibebankan pada waktu diadakan investasi, bunga selama masa konstruksi tidak dihitung sebagai biaya ekonomik ( bunga modal itu termasuk dalam ” discount rate ” yang dipakai untuk men ” discount ” semua biaya dan manfaat sehingga menjadi nilai sekarang = the present value ) . Akan tetapi, kalau biaya investasi diperhitungkan pada waktu pelunasan pinjaman dan bunganya, maka pembayaran bunga selama konstruksi perlu diperhitungkan dalam biaya ekonomik. G. Biaya Operasi dan Pemeliharaan Biaya ini merupakan biaya yang harus dikeluarkan secara rutin dalam setiap tahunnya selama proyek mempunyai umur ekonomi. Contohnya : raw material ( peternakan dan perikanan ), bahan bakar, air minum, listrik, gaji/upah, jasa konsultasi dan lain-lain. H. Biaya Pembaharuan atau Pengganti Biaya ini merupakan tambahan biaya berjalan. Misalnya, dalam waktu 30 tahun pada setiap 10 tahun sekali perlu pembaharuan terhadap peralatan tertentu. Banyak proyek memerlukan investasi dengan panjang umur yang berbeda-beda. Misalnya , investasi pertama ( initial invesment ) yang besar diperkirakan akan tahan sampai 40 tahun, tetapi ada bagian-bagian yang perlu diganti ( replaced ) tiap sepuluh tahun sekali. Misalnya investasi semula memerlukan waktu dua tahun sebesar Rp. 400 juta dan Rp.600 juta berturutturut, dan sesudah itu tiap sepuluh tahun sekali harus diadakan penggantian (replacement ) sebesar Rp. 150 juta . Biaya operasi dan pemeliharaan adalah sebesar Rp.100 juta setahun, dan pada tahun terakhir umur ekonomik proyek itu mendatangkan hasil/pendapatan sebesar Rp. 50 juta. Kalau proyek itu mendatangkan hasil/pendapatan total ( total revenue ) sebesar Rp. 350 juta per tahun, dan umur ekonomik proyek mulai berproduksi adalah 40 tahun , maka perhitungannya adalah sebagai berikut : Tahun Biaya (1) Rp/juta Investasi (2 ) Biaya O & P Rp/juta (3 ) Hasil Total Rp/juta (4 ) 1 400 - - 2 600 - - 3-11 - 100 350 12 150 100 350 - 100 350 150 100 350 - 100 350 150 100 350 - 100 350 - 100 350 13 – 21 22 23 – 31 32 33 – 41 42 Umur Proyek Terdapat beberapa pedoman untuk menentukan panjangnya umur proyek antara lain : sebagai ukuran umum adalah suatu periode yang kira-kira sama dengan umur ekonomi dari pada proyek. Untuk proyek yang mempunyai modal investasi yang besar lebih mudah menggunakan umur teknis dari unsur-unsur pokok investasi. F. Analisis Finansial ( Privat ) dan Analisis Ekonomi atau Sosial Perhitungan benefits dan biaya pada dasarnya dapat dilakukan melalui dua pendekatan, tergantung pada pihak yang berkepentingan langsung dalam proyek. Dalam analisis proyek dilihat dari sudut badan atau orang yang menanam modalnya dalam proyek atau suatu perhitungan dikatakan privat atau finansial, bila yang berkepentingan langsung dalam ” benefits returns ” . Analisis finansial ini penting artinya dalam memperhitungkan rangsangan ( incentive ) bagi mereka ang turut serta dalam menyukseskan pelaksanaan proyek. Sebaliknya suatu perhitungan dikatakan perhitungan ekonomi, bila yang berkepentingan langsung dalam benefits dan biaya proyek adalah pemerintah atau masyarakat secara keseluruhan. Dalam hal ini, yang dihitung adalah seluruh benefit yang terjadi dalam masyarakat sebagai hasil dari proyek dan semua biaya yang terpakai terlepas dari siapa saja yang menikmati benefit dan siapa yang mengorbankan sumber-sumber tersebut. Hasil ini disebut ” Social returns ” atau ” economic returns” 1. Perbedaan penekanan dalam analisis Perbedaan penekanan dalam analisis terlihat pada hal-hal berikut ini : a. Apabila investasi proyek tersebut dibiayai dari dana Pemerintah dalam rangka peningkatan taraf hdup masyarakat, maka titik berat analisis/evaluasi adalah pada aspek sosial profitabilitas ( social profitability ) yang menekankan sampai seberapa jauh manfaat proyek tersebut kepada perekonomian secara keseluruhan. Ini berarti, seandainya suatu rencana investasi pemerintah, ditinjau dari segi finansialnya menunjukkan hasil analisis didasarkan pada perbandingan benefit dan cost nya adalah lebih kecil dari satu ( B/C< 1 ) , tetapi ditinjau dari manfaat sosialnya akan memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat maupun kehidupan perekonomian secara keseluruhan , proyek tersebut akan dilaksanakan . Misalnya dengan adanya proyek tersebut berarti akan tersedianya lapangan kerja baru bagi masyarakat setempat, menambah pendapatan masyarakat setempat, dapat menghidupkan kegiatan ekonomi daerah, masuknya teknologi baru di daerah tersebut dan sebagainya. Oleh karena itu , dengan pertimbangan – pertimbangan inilah walaupun hasil analisis menunjukkan B/C<1, pemerintah akan memutuskan untuk melaksanakan investasi proyek tersebut. Jadi titik berat terletak pada hasil analisis ekonomisnya. b. Bagi proyek-proyek yang dibiayai oleh dana swasta ( private investor ) , maka analisis / evaluasinya dititik beratkan pada hasil analisis. Disini rencana investasi dilihat/ ditinjau dari segi cash-flow; yaitu perbandingan antara hasil penjualan kotor ( gross-sales ) dengan jumlah biaya-biaya ( total cost ); bila menunjukkan net benefit positif ( profit ) , maka rencana investasi tersebut dilanjutkan , atau dinyatakan ” go ” . Bila sebaliknya, yaitu menunjukkan benefit yang negatif ( rugi ), maka rencana investasi tersebut dibatalkan. 2. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam kedua analisis tersebut, sebagai berikut : Sehubungan dengan adanya perbedaan penekanan pada analisis ekonomis dan analisis finansial sebagaimana tersebut di atas, maka ada faktor/ unsur-unsur yang harus diperhatikan dalam kedua analisis tersebut, sebagai berikut : Keterangan Analisis Finansial 1. Hasil usaha / Analisis Ekonomis Revenues : Semua hasil/income: Gross- sales, hasil sewa/ salvage-value dsb. 2. Invesment Cost: Operating-Costs; pembelian 1. al: bahan mentah/bahan baku 1. Harga Apabila kita berpegang pada teori Keynes , bahwa harga terjadi pada keseimbangan antara permintaan dan penawaran di pasar. Kenyataannya adalah bahwa tidak ada pasar yang sempurna dan situasi perekonomian yang tidak bias tetap berada dalam keseimbangan, jadi harga pasar yang sebenarnya tidak mencerminkan nilai-nilai yang sempurna. Walaupun adanya kenyataan ini, pada umumnya cara terbaik untuk mencari “ nilai sebenarnya “ (true value ) dari pada barang dan jasa adalah harga pasarnya ( market prices ). Dalam istilah yang praktis, harga pasar untuk suatu barang merupakan harga terbaik untuk digunakan menilai biaya ataupun manfaat. Didalam analisis financial di mana penekanan analisis adalah pada “ private returns “ , maka selalu dipakai harga pasar untuk mencari “ nilai sebenarnya “ dari barang dan jasa. Sedangkan dalam analisis ekonomis, penekanan adalah pada “ the social returns “ atau “ the economic returns “ di mana dilihat sampai berapa jauh sumbangan proyek terhadap perkembangan ekonomi secara keseluruhan ( the project’s social profitability ). Sehubungan dengan penekanan-penekanan ini, maka di dalam analisis ekonomis, tidak dipakai harga pasar, tetapi selalu dipakai “ harga bayangan “ ( shadow prices ) atau disebut pula sebagai “ harga akutansi “ ( Accounting prices ) . 2. Bunga ( Interest ) . Didalam analisis financial, bunga merupakan biaya proyek ( project cost ), oleh karena itu harus dihitung. Demikian pula angsuran hutang bila mendapat pinjaman/kredit dari bank ataupun pinjaman perorangan. Di dalam analisis ekonomi, bunga tidak diperhitungkan sebagai biaya ( project cost ) karena bunga yang diterima pemerintah, akan dimanfaatkan kembali untuk membiayai kegiatan-kegiatan lain dalam masyarakat. Demikian pula bila proyek mendapat pembiayaan dari kredit luar negeri dalam rangka kerja sama ekonomi antara Pemerintah republik Indonesia dengan luar negeri, maka di dalam analisis ekonomis, bunga serta pembayaran angsuran hutang tidak diperhitungkan, karena bantuan luar negeri apapun sifatnya ( loan maupun grant ) merupakan bagian dari penerimaan negara (penerimaan pembangunan dalam APBN ), kecuali bila ada ketentuan lain di dalam hal pembayaran bunga serta angsuran hutang pokok. 3. Pajak ( Tax ) Di dalam analisis finansial, pajak merupakan biaya proyek ( project cost ), jadi harus dihitung. Di dalam analisis ekonomis, pajak tidak dihitung, karena pajak merupakan bagian dari pendapatan negara ( goverment revenue ) dan pajak yang diterima dari masyarakat , akan dikeluarkan kembali/dimanfaatkan untuk membiayai kegiatan-kegiatan lain dalam masyarakat, merupakan ” transfer of payment ” . Oleh karena itu, tidak diperhitungkan dalam analisis ekonomis. 4. Subsidi Di dalam analisis finansial, subsidi (dapat merupakan pengurangan pajak, pembebasan pajak impor terhadap bahan baku, dapat pula terbentuk sarana-sarana lainnya yang dapat dimanfaatkan proyek yang bersangkutan ) akan mengurangi biaya proyek, berarti akan menambah keuntungan ( profit ). Oleh karena itu harus dihitung dalam analisis finansial. Di dalam nalisis ekonomis, subsidi tidak dihitung sebagai salah satu penyebab bertambahnya keuntungan sebagaimana halnya dalam analisis finansial. Oleh karena itu tidak dihitung. Selain faktor-faktor tersebut, terdapat pula faktor/unsur-unsur lain yang di dalam analisis ekonomis maupun analisis finansial , tidak diperhitungkan sebagai faktor biaya, sebagai lazimnya diperhitungkan di dalam neraca rugi/laba. 1. Sunk Cost A. Adalah biaya –biaya yang telah dikeluarkan jauh sebelum rencana investasi tersebut diputuskan. Yang diperhitungan didalam analisis proyek adalah, hanya pengeluaranpengeluaran yang akan datang dan pendaptan yang akan datang saja. 2. Depresiasi / penyusutan Karena depresiasi ini bukan pengeluaran secara riil. Pengeluaran secara riil atau dianggap sebagi biaya suatu proyek adalah investasi semula atau dalam syarat-syarat tertentu pelunasan hutang/pinjaman beserta bunganya. Demikian unsur/faktor-faktor yang harus diperhatikan di dalam analisis ekonomis dan analisis finansial. 1. Harga : Dalam analisis finansial, biasanya digunakan harga pasar baik untuk unsurunsur biaya maupun hasil. Harga pasar adalah harga yang berlaku dan tidak memperhatikan penyimpangan-penyimpangan atau perubahan-perubahan yang cepat dalam perekonomian, digunakan Shadow prices atau accounting prices yaitu social opportunity costs yang merupakan nilai tertinggi suatu produk atau faktor produksi dalam penggunaan alternatif yang terbaik. Dengan kata lain, dalam analisis ekonomi selalu dipakai harga bayangan ( shadow prices atau accounting prices ) , ialah harga yang menggambarkan nilai sosial atau nilai ekonomi yang sesungguhnya bagi unsur-unsur biaya maupun hasil, sedang dalam analisis finansial selalu dipakai harga pasar. ASPEK- ASPEK STUDI KELAYAKAN PROYEK INDUSTRI A. Aspek Pasar B. Aspek teknis C. Aspek Finansial D. Aspek Sosial Ekonomi E. Aspek manajemen dan Organisasi F. Penandaan Proyek G. AMDAL dan Dampak Lingkungan Proyek Industri A. Aspek pasar : berfungsi menghubungkan manajemen suatu organisasi dengan pasar B. bersangkutan melalui Informasi. C. Informasi digunakan untuk mengidentifikasi kesempatan serta permasalahan yang D. berkaitan dengan pasar dan pemasaran. Pengkajian dalam aspek pasar , seperti : penilaian E. situasi, penyusunan strategi, pengumpulan data & informasi serta analisis serta peramalan. F. Sistematik Pengkajian Aspek Pasar : 1. Menilai Situasi : Identifikasi hambatan G. Memahami enviroment pasar H. Identifikasi peluang I. J. 2. Program Pengkajian : Menentukan lingkup usaha K. Merencanakan pangsa pasar L. Posisi menghadapi persaingan M. N. 3. Mengumpulkan data & Informasi : Data Primer O. Data sekunder Sumber Internal Survei Pasar 4. Analisis & Peramalan : Metode Analisis & Peramalan Proyeksi kecenderungan B. Aspek teknis : Untuk memberikan batasan atas garis besar parameter-parameter teknis yang berkaitan dengan perwujudan fisik proyek. Kaitan tersebut dengan aspek finansial , aspek ekonomi dan aspek pasar. . Tujuan Pengkajian Aspek teknis : a. Pada tahap awal bertujuan merumuskan gagasan yang timbul kedalam batasan yang konkret dari segi teknis. b. Selanjutnya, hasil pengkajian aspek teknis ( yang makin mendalam) dipakai sebagai masukan dalam pengkajian aspek-aspek lainnya , seperti aspek finansial , ekonomi, AMDAL , perkiraan biaya, dan jadwal. c. Akhirnya lingkup aspek teknis sampai pada kegiatan desain-engineering terinci, yaitu menghasilkan cetak biru ( blue print ) proyek yang akan dibangun. Pengkajian Aspek-aspek teknis mencakup hal-hal sebagai berikut : a. Menentukan letak geografis lokasi ( identifikasi daerah : bahan baku, tenaga kerja, pemasaran, iklim ) b. Mencari dan memilih teknologi produksi : Proses Continue ( menghasilkan output yang besar ) , Proses Batch ( menangani bermacam-macam proses yang berbeda ). c. Menentukan kapasitas produksi ( batas atas beban produksi / mementukan besarnya kapasitas ). d. Menyusun denah atau letak instalansi ( Penampung dan penyimpan produk, ruang peralatan untuk proses produksi, ruang untuk penanganan material ). e. Membuat bangunan instalansi ( plant building ). (Bangunan lantai satu / bertingkat, penerangan, Gedung Administrasi, dan kebisingan ). c. Aspek Finansial : tujuannya yaitu meningkatkan kekayaan perusahaan yang diukur dengan naiknya nilai saham. ASPEK EKONOMI : mengkaji manfaat & biaya bagi masyarakat secara menyeluruh , baik untuk negara / publik. Kajian Aspek Finansial adalah : menganalisis perkiraan arus kas keluar dan masuk selama umur proyek / investasi ( menguji dengan memakai kriteria seleksi Arus Kas : Biaya awal, Modal kerja, Biaya operasi, Biaya produksi & pendapatan ). SISTEMATIKA INVESTASI DARI ASPEK FINANSIAL: 1. Menentukan parameter dasar sebagai landasan membuat perkiraan biaya investasi 2. Memperkirakan biaya investasi ( biaya pertama, modal kerja, & biaya produksi ) 3. Proyeksi pendapatan unit usaha hasil proyek 4. Menentukan arus kas selama umur proyek / investasi sebagai modal analisis. 5. Menyusun kriteria penilaian ( FIGURE OF MERIT ) 6. Melakukan penilaian , accept, reject, & rangking 7. Analisis resiko 8. Keterkaitan keputusan investasi dengan keputusan pendanaan. D. Aspek Sosial – Ekonomi : Melihat biaya dan manfaat proyek dari sudut kepentingan sosial dan masyarakat secara menyeluruh. Dimana tujuannya adalah : kepentingan sosial atau masyarakat yang dapat diassosiasikan dengan kepentingan nasional suatu Negara. ASE digunakan untuk mengkaji kelayakan proyek-proyek publik ( public project ) yang umumnya disponsori Pemerintah ( seperti : pembuatan bendungan, saluran irigasi, jembatan, pelabuhan, perbaikan lingkungan hidup dll ). ASE : Menyusun arus kas dalam rangka mengkaji kelayakan proyek, meliputi : BENEFIT , DISBENEFIT , DAN BIAYA / COST BENEFIT : adalah segala bentuk keuntungan atau manfaat yang diterima oleh masyarakat.( jembatan yang bisa menghubungkan dua desa ). DISBENEFIT : adalah kerugian yang ditanggung oleh masyarakat akibat adanya suatu proyek. ( pencemaran udara akibat asap yang dikeluarkan oleh instalansi proyek industri tsb ). BIAYA : adalah pengeluaran untuk pelaksaan proyek, operasi , serta pemeliharaan instalasi hasil proyek. ( Biaya untuk pengoperasian dan pemeliharaan ). BAB. III KRITERIA INVESTASI Keputusan GO / NO – GO Dan Pengurutan Proyek Pada hakekatnya, melalui penilaian proyek, kita dapat menarik dua jenis kesimpulan. Pertama , melalui evaluasi proyek kita dapat mengetahui benefit netto suatu peluang investasi marjinal. Jika suatu proyek menghasilkan benefit netto yang lebih besar daripada benefit netto mrjinal, pelaksanaannya dapat disetujui sebaliknya jika lebih kecil, pelaksanaannya seharusnya ditolak. Jenis kesimpulan ini mendasari keputusan go / no-go. Kedua, melalui evaluasi proyek kita dapat menentukan urutan berbagai proyek dalam serangkaian peluang investasi yang lebih baik daripada proyek marginalsedemikian rupa sehingga proyek yang akan menghasilkan benefit yang lebih besar terletak pada urutan paling atasam susunan proyek. Selanjutnya, kelompok proyek yang termasuk dalam jenis kedua ini dapat dibagi menjadi 2 ( dua ) golongan, yaitu sebagai berikut : 1. Proyek-proyek yang mutually exclusive alternatives 2. Proyek-proyek yang bukan mutually exclusive alternatives Dua atau lebih proyek merupakan mutually exclusive alternatives, apabila pelaksanaan salah satu di antaranya meniadakan kemunngkinan pelaksaan proyek lainnya. Adanya mutually exclusive alternatives disebabkan : 1. Dana yang tersedia tidak cukup untuk membiayai lebih dari satu peluang investasi yang bersangkutan. 2. Proyek-proyek tersebut pada hakikatnta merupakan proyek-proyek yang menghasilkan jenis-jenis barang atau mencapai sasaran tertentu yang sama. Misalnya tempat-tempat alternative untuk sebuah pabrik, bendungan, jalan dan lain sebagainya. Penggunaan alternative untuk sebidang tanah persawahan, perkebunan, dan lain-lain. Pendekatanpendekatan alternatif berhubungan dengan penyelenggaraan jasa-jasa kesehatan di pedesaan, dan lain sebagainya. Proyek-proyek dikatakan bukan mutually exclusive alternatives apabila suatu proyek tidak merupakan alternatif terhadap proyek yang lain, baik dalam hal penggunaan sumbersumber maupun pencapaian sasaran yang diharapkan. Proyek-proyek ini dapat mempunyai sasaran yang jenisnya berbeda seperti proyek pabrik semen, pabrik pupuk, proyek transmigrasi, dan proyek perluasan Sekolah dasar. Proyek-proyek yang bukan mutually exclusive alternatives dapat juga merupakan proyek-proyek yang saling melengkapi, misalnya proyek pabrik pupuk, proyek ekstensifikasi penanaman padi, dan proyek pergudangan beras. ( Dalam hal ini sumber-sumber yang tersedia begitu terbatas, semua proyek dalam contoh diatas bersifat mutually exclusive alternatives ) Secara ideal tidak mungkin terdapat proyek yang secara strategis lebih bermanfaat bagi masyarakat daripada proyek marginal tetapi tidal dapat dilaksanakan karena kekurangan dana. Sebab proyek marginal adalah proyek yang paling menguntungkan namun, dikecualikan ( atau paling tidak di tunda ) pelaksanaannya karena terbentur pada masalah pembiayaan . Akan tetapi, dalam praktek, sebagaian besar negara berkembang mempunyai daftar proyek yang menunggu pembiayaan, yang diramalkan akan memberikan rate of return lebih tinggi daripada discount rate sosial yang akan ditentukan oleh rentabilitas proyek marginal. Jadi, pihak yang berwenang di bidang penyusunan anggaran selalu dihadapkan pada perlunya mengurutkan berbagai proyek demi memilih yang paling menguntungkan dari sudut pandang masyarakat. Usaha evaluasi proyek mendasari 2 ( dua ) jenis keputusan di bidang kebijaksanaan investasi sektor Pemerintah; baik tidaknya suatu proyek dibandingkan dengan suatu patokan umum ( ” go / no-go ” ) , serta pengurutan serangkaian proyek atau alternatif suatu proyek tertentu menurut tingkat keuntungan nettonya masing-masing. Terdapat berbagai macam kriteria investasi berupa indeks keuntungan proyek yang mendasari keputusan-keputusan tersebut. Tiga kriteria yang penggunaannya lebih umum dan dapat dipertanggung jawabkan adalah sebagai berikut . 1. Net present value ( NPV ) yang merupakan selisih present value dari arus benefit dan biaya dihitung berdasarkan discount rate sosial. 2. Internet rate of return ( IRR ) yang merupakan tingkat discount rate yang menjadikan NPV suatu proyek sama dengan nol. 3. Net benefit-cost ratio ( net B/C ) yang merupakan angka perbandingan present value dari arus benefit netto yang positif terhadap present value dari arus benefit netto yang negarif ( sama dengan biaya netto ) Dua kriteria lain, gross benefit-cost ratio ( Gross B/C ) dan profitability ratio ( PV/K ) didasarkan atas salah pengertian tentang inti ekonomis benefit dan biaya sehingga tidak dianjurkan untuk dipergunakan di Indonesia. Pengukuran benefit dan biaya berdasarkan nilai nominal, nilai riil, atau harga konstan dapat mempengaruhi perhitungan criteria investasi sedemikian rupa sehingga dapat membawa kesalahan dalam pemilihan proyek. Demikian juga, perlu diingat supaya arus penyusutan ( depresiasi ) tidak dimasukkan sebagai unsure biaya dalam perhitungan kriteria. Konsep Ekivalensi Konsep ekivalensi nilai uang terhadap waktu pada dasarnya menunjukkan suatu logika yang dapat digunakan untuk menyatakan tingkat suku bunga tertentu atau suatu nilai serial ( uniform ) tertentu. Berangkat dari konsep ini diturunkan beberapa metode perbandingan yang digunakan untuk mengevaluasi beberapa investasi yang kemudian membandingkan nilai daya tarik ( attractivines ) relative dari masing-masing rencana investasi tersebut, sehingga dapat dipilih rencana investasi yang selanjutnya dapat dipilih rencana investasi terbaik diantara alternative yang tersedia. Metode-metode perbandingan tersebut adalah sebagai berikut : 1 .Analisis nilai saat ini ( present worth analysis ) 2. Analisis aliran dana tahunan ( annual cash flow analysis ) 3. Analisis laju pengembalian ( rate of return analysis ) 4. Analisis rasio manfaat-biaya ( benefit – cash ratio analysis ) 5.Analisis periode pengembalian ( payback period analysis ) 6.Analisis index profitabilitas ( profitability index analysis ) Perlu dicatat di sini, bahwa meskipun metode periode pengembalian ( payback periode ) tidak didasarkan kepada konsep ekivalensi, tetapi sering digunakan karena mudah dihitung dan dimengerti, terutama oleh pihak yang tidak akrab dengan konsep ekivalensi. Berikut ini adalah uraian rinci mengenai kelima metode perbandingan tersebut : A. Analisis nilai saat ini ( present worth analysis ) Analisis ini digunakan untuk menemukan nilai ekivalensi pada saat ini dari aliran dana Cashflow pendapatan dan pengeluaran di masa datang dari suatu rencana investasi atau asset tertentu. Oleh karena itu, apabila cashflow di masa akan datang dapat diperkirakan dengan pasti dengan tingkat suku bunga yang dipilih dan dapat dihitung nilai saat ini dari rencana investasi tersebut. Untuk suatu aktivitas ( asset ) tertentu apabila cashflow nya diketahui pula, maka dapat dihitung harga aktiva tersebut ingin dijual pada saat ini. Berkenaan dengan periode penelaahan ini, dapat dikemukakan bahwa terdapat tiga kemungkinan situasi yang berbeda ; 1. Masing-masing rencana investasi yang akan diperbandingkan memiliki periode penelaah yang sama. 2. Masing-masing rencana investasi yang akan diperbandingkan memiliki periode penelaah yang berbeda. 3. Rencana investasi memiliki periode penelaah yang terbatas ( n = 8 ) B. Analisis aliran Dana tahunan ( annual cash flow analysis ) Secara umum dapat dikatakan bahwa permasalahan analisis ekonomis dari suatu rencana investasi dapat dipecahkan baik oleh metode analisis saat ini, maupun oleh metode yang lain. Permasalahannya ada;lah pada penentuan criteria pemilih alternative, yaitu harus menggunakan criteria yang konsisten. Pada analisis nilai saat ini, sebuah rencana investasi dapat diterima apabila rencana investasi tersebut mempunyai nilai sekarang bersih ( NSB ) yang positif, NSB > 0. Apabila evaluasi investasi dilakukan terhadap beberapa alternative yang bersifat saling terpisah ( mutually exclusive ) maka criteria pemilihannya adalah maksimum NSB dari rencana investasi yang diperbandingkan. NSB ini merupakan selisih antara nilai sekarang penerimaan dengan nilai sekarang ongkos atau : NSB NSB= =NS NSpenerimaan penerimaan– NS - NSongkos ongkos Periode Pemakaian sama Contoh 1. : Sebuah perusahaan pembibitan ( breeding ) harus memutuskan memilih satu di antara dua alternatif , mesin Hatching X dan Y, kedua alternatif tersebut mempunyai karakteristik sebagai berikut ( satuan uang adalah dalam ribuan rupiah ) Hatchery Harga Penghematan pertahun Umur berguna(tahun) Nilai sisa Mesin X 2000 450 6 100 Mesin Y 3000 600 6 700 Apabila tingkat suku bunga adalah 8 % per tahun, maka alternatif mana yang harus dipilih ? Penyelesaian : Mesin X NSB = 450 ( P/A, 8%, 6 ) + 100 ( P/F , 8%, 6 ) – 2000 = 450 x 4,623 + 100 x 0,6302 – 2000 = 143 Mesin Y NSB = 600 (P/A, 8%, 6 ) + 700 (P/F, 8 %, 6 ) – 3000 = 450 x 4,623 + 700 x 0,6302 – 3000 = 215 Periode Pemakaian berbeda Pada uraian di atas telah dikemukakan bahwa masalah periode penelaah pada analisis nilai saat ini perlu diperhatikan karena berpengaruh pada hasil analisis. Pada contoh pertama diatas , umur pakai dari masing-masing alternatif adalah sama. Pada praktik mungkin umur analisis dari alternatif yang dievaluasi berbeda. Apabila terjadi perbedaan dalam umur pakai, maka saat ini harus dilaksanakan pada kondisi periode analisis yang sama. Oleh karena itu, analisis nilai saat ini perlu didahului oleh langkah penyamaan periode analisisnya. Contoh 2 : Andai kata umur alternatif dari mesin X pada contoh sebelum ini adalah 8 tahun bukan 6 tahun, maka alternatif mana yang harus dipilih. Penyelesaian : Untuk memecahkan persoalan ini, maka langkah awal adalah menyamakan periode penelaahnya. Pada kondisi seperti ini, maka analisis dilakukan periode 24 tahun , yaitu sebagai kelipatan terkecil dari periode penalaahnya. Pada setiap akhir umur pakai diasumsikan, mesin yang bersangkutan dibeli lagi dan karakteristiknya sama dengan semula. Dengan demikian kondisi masalah ini menjadi. Mesin X : NSB = 450 (P/A, 8 %, 24 ) + 100 (P/F, 8 %, 8 ) + 100(P/F, 8%,16)+100(P/F, 8%, 24 ) – 2000 – 2000 ( P/F , 8%, 16 ) = 172 Mesin Y NSB = 600 (P/A, 8%, 24 )+ 700( P/F, 8%, 6 ) + 700 (P/F, 8%,12 ) + 700(P/F,8%,18 ) + 700 (P/F, 8%, 24 ) -3000-3000 (P/F, 8%, 6 ) – 3000 (P/F, 8%, 12 ) – 3000(P/F,8%,18) = 489 Dengan demikian, apabila umur pakai mesin X adalah 8 tahun, sedangkan mesin Y tetap seperti semuula yaitu 6 tahun, dan karakteristik lainya tidak berubah, maka mesin X lebih menguntungkan dibandingkan dengan mesin Y. Oleh karena itu dipilih mesin X. Contoh 3 : Seorang investor membayar Rp. 8 juta kepada konsultan untuk menganalisis pemanfaatan sebidang tanah yang dibelinya dengan harga Rp. 30 juta. Konsultan mengajukan beberapa alternative berikut ini ( satuan uang dalam ribuan ruoiah ) periode analisis andalan 20 tahun. Alternatif A Alternatif B Alternatif C Alternatif D Total Investasi 0 50.000 95.000 150.000 Penerimaan 0 5.100 10.5 00 15.000 Tahunan 0 30.000 30.000 40.000 Apabila diasumsikan bahwa tingkat suku bunga i = 10 % , maka alternative mana yang sebaliknya dipilih ? Penyelesaian : Alternatif A : NSB = 0 Alternatif B : NSB = - 50.000 + 5.100 (P/A, 10 %, 20 + 30.000 ( P/F, 10 %, 20 ) = - 50.000 + 5.100 x 8,514 + 30.000 x 0, 1486 = - 2.120 Aternatif C : NSB = - 95.000 + 10.500 ( P/A, 10%, 20 ) + 30.000 ( P/F, 10 %, 20 ) = - 95.000 + 10.500 x 8,514 + 30.000 x 0,1486 = - 1.140 Alternatif D : NSB = - 150.000 + 15.000 ( P/A, 10 %, 20 ) + 40.000 ( P/F, 10 %, 20 ) = - 150.000 + 15.000 x 8,514 + 40.000 x 0,1486 = - 16.350 C. Analisis laju pengembalian ( rate of return Analysis ) Tingkat pengembalian atau internal rate of return ( IRR ) , dari suatu investasi atau suatu penggunaan dan dapat didefinisikan sebagai tingkat bunga yang akan menyebabkan nilai ekivalen biaya / investasi sama dengan nilai ekivalen penerimaan. Dengan demikian, maka nilai perumusan nilai sekarang ( present value ) merupakan dasar bagi perhitungan IRR. Menghitung IRR pada dasarnya berikut berlaku : NSB = 0 NS penerimaan – NS ongkos = 0 adalah menentukan sedemikian sehingga persamaan NS penerimaan ____________ = 1 NS Biaya NTB = 0 NT penerimaan - NT ongkos = 0 NT penerimaan ____________ = 1 NT biaya Contoh 4 : Sebuah proyek dengan investasi sebesar Rp. 8.200.000 - akan memberikan penerimaan sebesar Rp.2.000.000 ,- per tahun selama 5 tahun. Berapa IRR dari proyek tersebut ? Penyelesaian : NS penerimaan _____________ = 1 NS biaya 2.000.000 ( P/A, i %,5 ) ____________ _______ =1 ________________ ( P/A, i %, 5 ) = 4100 8.200.000 Dari Tabel I P/A, i %, 5 6% 4.212 7% 4.100 8% 3.993 Dari tabel diatas diperoleh bahwa investasi tersebut mempunyai IRR = 7 % D. Analisis Rasio Manfaat – Biaya ( RMB ) RMB merupakan perbandingan antara ekivalen manfaat dengan ekivalen biaya atau dirumuskan sebagai berikut : NS Manfaat RMB = _ __________ NS Biaya NT Manfaat atau RMB = ____________ N T Biaya Kriteria untuk penerimaan atau penolakan sebuah alternatif adalah, diterima jika RMB > 1 dan ditolak jika RMB < 1. Jika alternatif yang dievaluasi lebih dari sebuah, maka dilakukan analisis kenaikan dari RMB, seperti halnya pada analisis kenaikan IRR, dengan kriteria :