PROSES DIFUSI INOVASI PROGRAM GENERASI

advertisement
PROSES DIFUSI INOVASI PROGRAM GENERASI BERENCANA
(GENRE) DALAM RANGKA PENYIAPAN KEHIDUPAN
BERKELUARGA BAGI REMAJA
(Studi Deskriptif Kualitatif Difusi InovasiProgram Generasi Berencana
(GenRe) Yang Dilakukan oleh Bapermas PP, PA, dan KB Kecamatan
Jebres)
Oleh:
Maria Anindita Dhaneswari
D1211048
JURNAL
Diajukan untuk memenuhi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat
guna memperoleh gelar sarjana Ilmu Sosial dan Politik
Program Studi Ilmu Komunikasi
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2016
PROSES DIFUSI INOVASI PROGRAM GENERASI BERENCANA
(GENRE) DALAM RANGKA PENYIAPAN KEHIDUPAN
BERKELUARGA BAGI REMAJA
(Studi Deskriptif Kualitatif Difusi Inovasi Program Generasi Berencana
(GenRe) Yang Dilakukan oleh Bapermas PP, PA, dan KB Kecamatan
Jebres)
Maria Anindita Dhaneswari
Sutopo JK
A Eko Setyanto
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Abstract
This thesis starts from the current teen issues, lack of knowledge teenagers
in preparing family life that is associated with sexual behavior of adolescent drug
abuse and HIV AIDS. In order to achieve these targets through BAPPERMAS
BKKBN with the purpose of this study was to find out how the process of
socialization and adoption GenRe program in adolescents and the communities in
jerry region and wanted to know the teenager who received and refuse GenRe
Program.
This study used qualitative descriptive method where data were collected
through in depth interviews wiyh selected informants. The sampling by technique
used puposive sampling by taking informants in Jebres district and student of
Sebelas Maret University. For the data validity, the researchers used the data
triangulasi (source) while the technical for analysis used interactive analysis.
From the research stages of the adoptian process in Generasi Berencana
Program begin from stage 1. Awareness, 2. Interest, 3. Evaluation, 4. Trial, 5.
Adoption. At the stage of public awareness and youth gain knowledge of various
communication channels if innovators or early adopters.
Furthermore at the stage of persuation they got persuassion of closest friend or
opinion leaders. When they decided to accept they will try apply it after that they
will reconfirm the decisions that they have been taken.
The teenager that accept Generasi Berencana Program were consist of innovator,
early adopters, early majority, and late majority. While the people that did not
accept the program were called laggards. The factors that inhibit the acceptance
of Generasi Berencana program are traditional knowledge. The result of the study
is compitable with Diffusions of Innovations of Rogers. With these results, it
needed improvement in socialization in term of both communication channels,
facilities and personnel PLKB skill in Jebres distric.
Keywords: Communication, Diffussion of Innovations, Generasi Berencana
1
Pendahuluan
Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN,
2012:1)
menjelaskan berdasarkan pada sensus penduduk tahun 2010 jumlah
remaja umur 10-24 tahun sangat besar yaitu sekitar 64juta atau 27,6% dari jumlah
Penduduk Indonesia sebanyak 237,6 juta jiwa. Melihat jumlahnya yang sangat
besar, maka remaja sebagai generasi penerus bangsa perlu dipersiapkan menjadi
manusia yang sehat secara jasmani, rohani, mental, dan spiritual. Faktanya
berbagai penelitian menunjukkan bahwa remaja mempunyai permasalahan yang
sangat kompleks seiring dengan masa transisi yang dialami remaja. Berbagai survey
maupun penelitian menunjukkan data kasus kenakalan remaja terkait dengan
seksualitas, penyalahgunaan NAPZA dan HIV/AIDS cenderung meningkat.
Badan Kependudukan Dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
merupakan Badan yang melakukan dan mengembangkan program GenRe
(Generasi Berencana) untuk remaja. Program GenRe ini dikembangkan dalam
rangka penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja/mahasiswa sehingga mereka
mampu melangsungkan jenjang pendidikan secara terencana, berkarir dalam
pekerjaan secara terencana, serta menikah dengan penuh perencanaan sesuai
siklus
kesehatan
reproduksi.
Fokus
dari
kegiatan
ini
sendiri
adalah
mempromosikan penundaan usia kawin, utamakan sekolah dan berkarya, sebagai
penyedia informasi kesehatan reproduksi seluas-luasnya, dan mempromosikan
perencanaan kehidupan berkeluarga dengan sebaik-baiknya.
Perilaku remaja dan narkoba menurut data BNN 2008, menunjukkan
bahwa 1,5% dari jumlah pendudukan Indonesia (sekitar 3,2 juta jiwa) adalah
pengguna narkoba. Dari jumlah tersebut 78% diantaranya adalah remaja usia 2029 tahun. Diketahui dari data tersebut bahwa diantara remaja madat narkoba
adalah pelajar dan mahasiswa menggunakan jarum suntik. Sebesar 60% dari
pengguna jarum suntik tersebut sudah terjangkit HIV/AIDS. Dalam setahun
terakhir diantara 100 mahasiswa rata rata 8 mahasiswa pernah mengkonsumsi
narkoba. Penyalahgunaan narkoba lebih tinggi 3-6 kali di kampus swasta di
banding negeri. Sekitar 19% remaja /mahasiswa di Akademi/Perguruan Tinggi
pernah ditawari narkoba oleh temannya. Kampus dan rumah teman disebut
sebagai tempat menawarkan narkoba. (BKKBN, 2013:19)
2
Adanya program-program Generasi Berencana ini merupakan inovasi baru
dengan sasarannya adalah remaja dan mahasiswa, supaya para remaja siap
menghadapi kehidupan berkeluarga. Keberhasilan Program Generasi Berencana
dalam rangka Penyiapan Kehidupan Berkeluarga Bagi Remaja ini merupakan
wujud dari keberhasilan difusi inovasi dan adopsi pada sosialisasinya kepada
remaja. Setelah program Generasi Berencana didifusikan, maka para remajalah
yang berhak memilih untuk menerima (mengadopsi) atau menolaknya.
Dalam hal ini peneliti ingin meneliti proses difusi inovasi Program
Generasi Berencana yang dilakukan Bapermas, PP, PA, DAN KB Kecamatan
Jebres. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penulis memilih penelitian
deskriptif kualitatif yaitu dengan memberikan penggambaran yang jelas tentang
seberapa besar sosialisasi yang dilakukan oleh Bappermas, PP, PA, dan KB
mengenai program GenRe di Kecamatan Jebres. Selanjutnya peneliti akan lebih
fokus meneliti bagaimana proses difusi dan adopsi inovasi atau ide-ide baru
disosialisakan kepada remaja dan mahasiswa di kecamatan Jebres. Penulis akan
menganalisis bagaimana proses difusi dan inovasi digunakan dalam sosialisasi
GenRe. Untuk itu, penulis memilih judul PROSES DIFUSI INOVASI
PROGRAM
GENERASI
BERENCANA
(GENRE)
DALAM
RANGKA
PENYIAPAN KEHIDUPAN BERKELUARGA BAGI REMAJA.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses difusi inovasi Program Generasi Berencana (GenRe) dalam
rangka Penyiapan Kehidupan Berkeluarga Bagi Remaja di kalangan remaja
Kecamatan Jebres, Surakarta?
2. Apakah faktor yang mendukung keberhasilan dan hambatan proses difusi
inovasi program Generasi Berencana (GenRe) dalam rangka Penyiapan
Kehidupan Berkeluarga Bagi Remaja di kalangan remaja Kecamatan Jebres,
Surakarta?
Telaah Pustaka
1. Komunikasi
Definisi komunikasi menurut Miller (1951) komunikasi berarti bahwa
suatu proses informasi yang disampaikan dari satu tempat ke tempat yang lain.
3
Definisi lain dikemukakan oleh Clevenger (1959) yang menyatakan bahwa
komunikasi merupakan suatu terminology yang merujuk pada suatu proses
pertukaran informasi yang dinamis (Notoatmodjo, 2010: 145). Seperti yang
diungkapkan oleh Everett M. Rogers dalam Deddy Mulyana (2007: 68) bahwa
komunikasi adalah proses di mana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu
penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.
Tindakan atau proses pengalihan dari sumber kepada penerima itulah yang biasa
disebut sebagai komunikasi.
Dalam buku yang sama Harold Lasswell mengungkapkan bahwa cara yang
baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaanpertanyaan berikut : Who Says What In Which Channel To Whom With What
Effect? Atau Siapa Mengatakan Apa Dengan Saluran Apa Kepada Siapa Dengan
Pengaruh Bagaimana? Berdasarkan definisi Lasswell dapat diturunkan menjadi
lima unsur komunikasi yang saling bergantungan yakni Sumber (source) sering
disebut juga pengirim, Pesan yang dikomunikasikan, Saluran atau media
penyampaian pesan, Penerima (receiver) sasaran atau tujuan komunikasi, Efek
yang terjadi pada penerima setelah penyampaian pesan.
2. Komunikasi kesehatan
Komunikasi kesehatan merupakan bagian dari komunikasi antarmanusia
(human communications) yang berfokus pada bagaimana seorang individu dalam
suatu kelompok atau masyarkat menghadapi isu-isu yang berhubungan dengan
kesehatan serta berupaya untuk memelihara kesehatannya (Northouse and
Northouse, 1985 dalam Notoatmodjo, 2010: 147). Fokus dalam komunikasi
kesehatan adalah transaksi spesifik pada isu-isu ayng berhubungan dengan
kesehatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi transaksi tersebut. Transaksi
yang berlangsung antar ahli kesehatan dan antara ahli kesehatan dengan klien
merupakan perhatian utama dalam komunikasi kesehatan. Transaksi tersebut
berlangsung baik verbal maupun non verbal, lisan atau tulisan, personal atau
impersonal. Dengan demikian berarti dapat dikatakan bahwa komunikasi
kesehatan merupakan aplikasi dari konsep teori komunikasi dalam transaksi yang
berlangsung antar individu.
4
3. Proses Difusi Inovasi
Difusi merupakan suatu proses komunikasi yang menetapkan pada titiktitik tertentu dalam penyebaran informasi melalui ruang dan waktu dari satu agen
ke agen yang lainnya (Savege 1981 dalam Ruslan, 2010: 119). Proses difusi
penyebarluasan informasi atau material baru dari satu sumber kepada para
penerima yang ada dalam suatu sistem sosial, dalam konsep sosiologi-antropologi,
disebut dengan difusi inovasi (Liliweri, 2009: 310). Ciri inovasi yang dirasakan
para anggota suatu sistem sosial menentukan tingkat adopsi. Mulyana (2007: 53)
mengemukakan ada 5 ciri inovasi, yaitu: relative advantage (keuntungan relatif),
compatibility atau kompatibilitas (keserasian), complexity atau kompleksitas
(kerumitan), triability atau triabilitas (dapat diuji coba) dan observability (dapat
diobservasi):
1) Relative Advantage (keuntungan relatif) adalah tingkat kelebihan suatu
inovasi, apakah lebih baik dari inovasi yang ada sebelumnya atau dari hal-hal
yang biasa dilakukan. Biasanya diukur dari segi ekonomi, prestasi sosial,
kenyamanan dan kepuasan. Semakin besar keuntungan relatif yang dirasakan
oleh adopter, maka semakin cepat inovasi tersebut diadopsi.
2) Compatibility atau kompatibilitas (keserasian) adalah tingkat keserasian dari
suatu inovasi, apakah dianggap konsisten atau sesuai dengan nilai-nilai,
pengalaman dan kebutuhan yang ada. Jika inovasi berlawanan atau tidak
sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang dianut oleh adopter maka inovasi
baru tersebut tidak dapat diadopsi dengan mudah oleh adopter.
3) Complexity atau kompleksitas (kerumitan) adalah tingkat kerumitan dari
suatu inovasi untuk diadopsi, seberapa sulit memahami dan menggunakan
inovasi. Semakin mudah suatu inovasidimengerti dan dipahami oleh adopter,
maka semakin cepat inovasi diadopsi.
4) Triability atau triabilitas (dapat diuji coba) merupakan tingkat apakah suatu
inovasi
dapat
dicoba
terlebih
dahulu
atau
harus
terikat
untuk
menggunakannya. Suatu inovasi dapat diuji cobakan pada keadaan
sesungguhnya, inovasi pada umumnya lebih cepat diadopsi. Untuk lebih
mempercepat proses adopsi, maka suatu inovasi harus mampu menunjukkan
keunggulannya.
5
5) Observability (dapat diobservasi) adalah tingkat bagaimana hasil penggunaan
suatu inovasi dapat dilihat oleh orang lain. Semakin mudah seseorang melihat
hasil suatu inovasi, semakin besar kemungkinan inovasi diadopsi oleh orang
atau sekelompok orang.
Menurut Rogers yang dikutip oleh Nasution (2004:64) dalam proses difusi
inovasi terdapat 4 (empat) elemen pokok, yaitu: suatu inovasi, dikomunikasikan
melalui saluran komunikasi tertentu, dalam jangka waktu dan terjadi diantara
anggota-anggota suatu sistem sosial.
4. Proses Adopsi
Menurut pengembangan proses adopsi yang dikemukakan oleh Fill (2002:
44), berikut tahapan-tahapan dari proses adopsi dengan penjelasannya:
1. Knowledge (Pengetahuan). Suatu proses inovasi yang diketahui oleh apra
konsumen, tetapi mereka memiliki pengetahuan rendah dan perilaku kurang
mendukung tentang inovasi.
2. Persuasion (bujukan). Pihak konsumen menjadi sadar tentang informasi
inovasi produk untuk suatu pengetahuan terhadap pemecahan atau dapat
mengatasi persoalan tertentu dan permasalahan yang potensial.
3. Decision (keputusan). Perilaku konsumen dapat dikembangkan dengan respon
atau sikap yang menyenangkan atau tidak menyenangkan, tetapi hasil
keputusannya yang dicapai tersebut apakan konsumen ingin mencoba atau
menolak sama sekali penawaran produk inovasi itu.
4. Implementation (pelaksanaan). Keberhasilan proses adopsi ini dalam
kelangkaan informasi bidang sales promotion, maka pihak pembeli sebagai
konsumen harus dapat mengetahui di mana dan bagaimana cara menggunakan
produk baru yang ditawarkan secara terbatas.
5. Confirmation (konfirmasi). Dalam tahapan ini, suatu inovasi (produk dengan
gagasan baru) dapat diterima atau ditolak yang berdasarkan dari hasil
penmgalaman pada masa percobaan.
Metodologi Penelitian
Penelitian Program Generasi Berencana (GenRe) dalam rangka penyiapan
kehidupan berkeluarga bagi remaja ini menggunakan jenis penelitian deskriptif
6
kualitatif. Menurut Pawito (Penelitian Komunikasi Kualitatif, 2007:37), penelitian
kualitatif itu lebih mendasarkan diri pada yang bersifat diskursif, seperti transkip
dokumen, catatan lapangan, hasil-hasil wawancara, dokumen-dokumen tertulis,
dan data nondiskursif. Dapat dijelaskan bahwa penelitian ini menggunakan desain
deskriptif kualitatif karena penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan suatu
kondisi yang dilatarbekalangi suatu masalah dan kemudian dijabarkan secara jelas
dan detail berbagai fakta temuan berdasarkan penelitian yang dilakukan mengenai
difusi inovasi dan adopsi Program Generasi Berencana oleh BKKBN terlebih pada
Unit Pelaksanaan Teknis Badan Pemberdayaan Masyarakat, Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Kecamatan Jebres Surakarta.
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana difusi
inovasi dan adopsi dalam sosialisasi mengenai penundaan usia perkawinan
sebagai salah satu program Generasi Berencana dan untuk mengetahui faktor apa
saja yang mempengaruhi adopsi program Generasi Berencana. Dalam penelitian
ini, penentuan subjek penelitian ditentukan denga teknik purposive. Narasumber
dan informan yang mengetahui dan ikut turun tangan dalam program Generasi
Berencana, yang dimaksud adalah Kepala promosi program Generasi Berencana
Kecamatan Jebres Surakarta, Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB)
Kecamatan Jebres Surakarta, Masyarakat dan remaja wilayah Jebres, mahasiswa
Universitas Sebelas Maret Surakarta. Teknik pengumpulan data dalam penelitian
ini menggunakan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi dari arsip yang
dimiliki oleh Bapermas PP, PA, dan KB Kecamatan Jebres Surakarta.
Sajian dan Analisis Data
A. Sosialisasi Program Generasi Berencana
Dalam penelitian Program Generasi Berencana merupakan program
yang terbilang baru di masyarakat. Program Generasi Berencana merupakan
salah satu program kesehatan dari BKKBN yang disalurkan melalui Badan
Pemberdayaan Masyarakat, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana
(BAPPERMAS) sebagai instansi pemangku utama dalam bidang kesehatan
salah satunya yang bertanggung jawab atas cakupan kesehatan masyarakat di
wilayah Surakarta.
7
Dalam menyebarkan Program Generasi Berencana ini BAPPERMAS
melakukan beberapa tahapan proses sosialisasi sebelum akhirnya remaja di
Surakarta bersedia untuk menerima program Generasi Berencana tersebut.
Yang pertama dilakukan oleh pihak BAPPERMAS adalah mengenalkan
program Generasi Berencana pada Petugas Lapangan Keluarga Berencana
(PLKB) wilayah Jebres yang terkait masalah Penyiapan Kehidupan
Berkeluarga Bagi Remaja.
Pengenalan program Generasi Berencana oleh Bappermas kepada
masyarakat terutama remaja dilakukan oleh PLKB dimana peran utama mereka
adalah mempromosikan dan mensosialisasi program program kesehatan. Dalam
melakukan promosi tidak hanya menggunakan cetak tetapi juga menggunakan
media elektronik dan media sosial. Media ini dipilih karena dapat memberikan
informasi lebih cepat kepada masyarakat dan remaja.
Dari pemaparan di atas, maka dapat dikatakan bahwa sosialisasi
merupakan salah satu jenis difusi yaitu proses dimana sebuah inovasi tersebar
kepada anggota suatu sistem sosial di masyarakat.
Seperti yang dikatakan
Rogers (dalam Effendy 2003:284 ), pengkajian difusi (penyebaran) adalah
tentang pesan-pesan yang berupa gagasan-gagasan baru. Pemusatan perhatian
kepada ide ide baru inilah yang membawa pemikiran peneliti pada pengertian
yang lebih menyeluruh tentang proses komunikasi.
Sosialisasi tentang Generasi berencana di Surakarta tidak begitu saja
dapat diterima oleh masyarakat tetapi membutuhkan waktu proses yang
panjang. Dalam pelaksanaannya dari pihak
BAPPERMAS tidak hanya
melewati pihak internal tetapi juga melibatkan pihak eksternal untuk
membantu melakukan penyebaran nya. Dengan demikian proses sosialisasi
yang terjadi disini mengalir dari atas ke bawah. Mengalir dari atas kebawah ini
maksudnya adalah berawal dari BAPERMASyang mempunyai kedudukan
paling tinggi terkait cakupan masalah kesehatan terlebih Keluarga Berencana.
Kemudian mengalir kepada PLKB yang berada di masing masing wilayahnya
karena PLKB ini menjadi tangan kanan yang dipercaya oleh BAPERMAS
untuk kemudian menyebarkan kepada masyarakat dan remaja kota Surakarta
sebagai penerima inovasi.
8
Dalam penyebaran atau sosialisasi, tentang Program Genre ini terdapat
empat unsur didalamnya yaitu, inovasi, saluran komunikasi, jangka waktu dan
anggota sistem sosial.
1.
Inovasi
Dalam penelitian ini inovasi yang dimaksud adalah Program Generasi
Berencana (GenRe). Program ini dikatakan sebagai inovasi program yang
baru karena termasuk dalam program yang sudah ditetapkan dan disahkan
dalam peraturan pemerintahan. Dari hasil wawancara, Prasetyo Utomo
dapat dikatakan bahwa Program Generasi Berencana adalah suatu program
dimana remaja di didik untuk berpengetahuan, bersikap dan berperilaku
yang penuh perencanaan matang dalam menapaki masa depan. program
Generasi Berencana merupakan program untuk memfasilitasi terwujudnya
Tegar Remaja yaitu remaja yang berperilaku sehat, terhindar dari risiko
Triad KRR, menunda usia pernikahan, mempunyai perencanaan kehidupan
berkeluarga untuk mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera. Dalam
proses sosialisasi program Generasi Berencana untuk wilayah Surakarta
tentunya dilakukan oleh PLKB dimana mereka ditunjuk untuk
menindaklanjuti
dan
melaksanakan
program
tersebut.
yang
melatarbelakangi ditetapkannya program Generasi Berencana, yang
pertama yaitu dengan banyak nya permasalahan remaja seperti remaj yang
terkait seksualitas, penyalahgunaan napza dan HIV Aids. Maraknya remaja
yang menikah di usia muda juga menjadi alasan mengapa adanya program
Generasi Berencana itu diadakan. Maka didapatkan hasil bahwa sasaran
dari program Generasi Berencana adalah remaja (dengan usia 10-24 tahun)
dan belum menikah, mahasiswa/ mahasiswi belum menikah, keluarga yang
mempunyai anak remaja, dan masyarakat yang peduli remaja
2.
Saluran Komunikasi
Menurut Rogers yang dikutip oleh Nasution (2004:64) saluran komunikasi
merupakan alat untuk menyampaikan pesan-pesan inovasi kepada sumber
penerima.
Beberapa
saluran
komunikasi
yang
penyebaran inovasi Program Generasi Berencana yaitu:
9
digunakan
dalam
a.
Saluran Antarpribadi
Dalam program ini komunikasi interpersonal terjadi yakni ketika petugas
dari PLKB berkunjung kesalah satu Kelurahan dan PIK Remaja yang
belum menerima dan melaksanakan program Generasi Berencana. Untuk
saluran antar pribadi, sosialisasi yang dilakukan seperti penyuluhan –
penyuluhan ke sekolah-sekolah. Dalam penyuluhan-penyuluhan, PLKB
akan menjelaskan tentang pentingnya manfaat dari program Generasi
Berencana baik bagi remaja maupun orang tua remaja. Dengan
memberikan pengertian tersebut diharapkan mereka yang belum mengerti
akan pentingnya kesehatan reproduksi, perencanaan yang matang untuk
mempersiapkan perkawinan, menjauhkan diri dari NAPZA maka untuk
kemudian hari bisa menjalankannya.
b.
Komunikasi Kelompok
Komunikasi kelompok yang dilakukan dalam sosialisasi Program Genre
yaitu dengan membuat PIK Remaja dan PIK Mahasiswa. Salah satunya
adalah PIK Mahasiswa di UNS yaitu APRETóN DE MANOS. Gede, ketua
dari kelompok PIK Mahasiswa mengatakan bahwa dengan adanya
komunikasi kelompok ini sangat efektif dilakukan. Komunikasi kelompok
dikatakan menjadi komunikasi yang efektif digunakan, dengan membentuk
kelompok dan mengadakan kegiatan yang disisipi materi, hal itu yang
membuat remaja lebih tertarik untuk lebih mempelajari tentang Genre.
Komunikasi kelompok dengan cara seperti ini diharapkan mampu
mencakup audiens yang banyak dan mampu membuat remaja semakin
tertarik untuk mempelajari dan memahami tentang Genre.
c.
Media Massa
Media massa pada dasarnya dibagi menjadi dua kategori, yaitu media
massa cetak dan media elektronik. Media yang digunakan pada sosialisasi
Genre ini adalah leaflet, poster dan melalui media online seperti Facebook,
Twitter, dan radio.
3.
Jangka Waktu
Jangka waktu dalam proses penyebaran sosialisasi membutuhkan waktu
yang bisa dibilang cukup lama sebab dalam penyebarannya membutuhkan
10
beberapa tahapan proses, yaitu dari seseorang mulai mengetahui sampai
menerima dan melaksanakan inovasi. Dari hasil wawancara, dapat
dikatakan bahwa waktu yang dibutuhkan untuk menerapkan Generasi
Berencana sekitar 2 tahun, yakni sejak ia mengetahui sampai ia
menerapkan Generasi Berencana. Hal tersebut dapat diukur dari jangka 1
tahun ia mengetahui Program Generasi Berencana sampai 1 tahun ia
menerapkan perencanaan berkeluarga sehingga didapatkan hasil 2 tahun.
4.
Anggota Sistem Sosial
Remaja Jebres merupakan anggota dari sistem sosial yang dapat
digolongkan dalam kelompok kelompok penerima (adopter) program
Genre sesuai dengan kecepatan penerimaannya. Sebagai sumber dari
penelitian ini peneliti memilih sebanyak 13 orang sebagai narasumber atau
informan yang dianggap memiliki informasi dan dapat mewakili remaja
Surakarta sebagai suatu sistem sosial. Ke 13 informan yang dipilih oleh
peneliti yang sesuai dengan kriteria dan dapat memberikan informasi
terkait Program Generasi Berencana. Adopter (penerima Informasi)
merupakan bagian dari sistem sosial yakni meliputi Innovator, Early
Adopter, Early Majority, Late Majority, Laggards.
B. Proses Adopsi Program Generasi Berencana
Adopsi dalam penelitian ini mempunyai pengertian yaitu penerimaan
masyarakat di wilayah Surakarta terhadap program Generasi Berencana. Dari
hasil penelitian di lapangan ternyata proses adopsi program Genre tidak
berhenti segera setelah mereka memutuskan untuk menerima atau menolak
program tersebut. Kondisi ini akan berubah lagi sebagai akibat adanya
pengaruh lingkungan penerima adopsi. Tahapan tahapan adopsi program
Generasi Berencana adalah sebagai berikut:
1. Awareness (kesadaran)
Dari wawancara di dapat remaja menyadari betul bahwa Genre
memiliki banyak manfaat. Genre membantu mereka untuk lebih mengenal
dan mengetahui permasalahan yang ada di remaja seperti kenakalan remaja
dan perilaku menyimpang
11
2. Interest (ketertarikan)
Tumbuhnya minat yang sering kali ditandai oleh keinginan untuk
bertanya atau untuk mengetahui lebihjauh tentang segala sesuatu yang
berkaitan dengan inovasi yang ditawarkan oleh innovator (Mardikanto,
2010:138). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ketertarikan remaja
yang mendapatkan sosialisasi Genre cukup tinggi, hanya saja membutuhkan
cara yang kreatif sehingga remaja tidak bosan.
3. Evaluation (penilaian)
Pada penilaian ini, adopter memberikan penilaian baik dan buruk.
Penerima manfaat hanya melakukan penialian terhadap aspek teknis, tetapi
juga menilai dari asapek ekonomi, sosial budaya, bahkan seringkali juga
ditinjau dari aspek politis atau kesesuaian dengan kebijakan pembangunan
nasional dan regional (Mardikanto, 2010:138). Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa, pada tahap evaluasi, remaja sudah dapat menilai bahwa
Genre ini merupakan program yang baik bagi remaja. Remaja juga
mengatahui tentang manfaat Genre dan sekaligus untuk menghindarkan
dirinya dari perilaku menyimpang.
4. Trial (mencoba)
Trial atau mencoba dalam skala kecil untuk lebih meyakinkan
penilaiannya, sebelum menerapkan untuk skala yang lebih luas lagi
(Mardikanto, 2010:138).
Setelah sadar dan dapat menilai baik dan buruknya suatu inovasi, maka
masyarakat akan mengambil keputusan untuk menerima atau menolak
inovasi Program Genre. Dalam hal ini langkah yang selanjutnya dilakukan
adalah menguji coba dalam skala kecil.
5. Adoption (menerapkan)
Mengadopsi atau menerima dengan penuh keyakinan berdasarkan
penilaian dan uji coba yang telah dilakukan atau diamatinya sendiri.
(Mardikanto, 2010:138).
Dari hasil penelitian yang dilakukan, setelah memutuskan untuk
mengadopsi program Genre ternyata ada beberapa manfaat yang dirasakan
oleh remaja diantaranya adalah:
12
a.
Mendewasakan usia perkawinan dapat meningkatkan pengertian dan
kesadaran kepada remaja dalam merencanakan keluarga, mereka dapat
mempertimbangkan dari beberapa aspek berkaitan dengan kehidupan
berkeluarga, kesiapan fisik, mental, emosional, pendidikan, sosial, dan
ekonomi.
b.
Kesehatan reproduksi menjadi lebih ideal,resiko pada proses kemilan
dan persalinan rendah, seperti keguguran, panemia, infeksi, kanker
rahim,kelahiran prematur dan cacat.
c.
Menjauhkan remaja dari kenakalan remaja, seperti free sex, NAPZA,
tertular penyakit HIV.
C. Akibat tersebarnya Program Generasi Berencana
Suatu inovasi bila disebarkan pasti akan menimbulkan dampak.
Dampak yang dirasakan dalam penyebaran program Genre adalah adanya
dukungan dari masyarakat untuk ikut melaksanakan program Genre dan
mengentaskan Triad KRR. Menurut Drs. Prasetyo Utomo selaku innovator
dalam program Genre, dengan adanya program Genre ada perkembangan yang
terjadi diantaranya terbentuknya PIK Remaja dan Mahasiswa, Penundaan Usia
Perkawinan meningkat. Disebutkan pula bahwa standar umur ideal laki laki
dan perempuan yang menikah adalah 25 dan 21 tahun. Di wilayah kecamatan
Jebres sendiri rata-rata usia menikah perempuan adalah 23 tahun dan untuk
laki-laki 27 tahun. Hal ini menjadi suatu perbaikan kondisi di mana usia
perkawinan dini bisa di antisipasi dengan adanya sosialisasi program Generasi
Berencana.
Penyebarluasan inovasi menyebabkan masyarakat menjadi berubah,
dan perubahan sosial menimbulkan merangsang seseorang untuk menemukan
dan menyebarluaskan hal hal baru. Berlangsungnya suatu perubahan sosial,
diantaranya karena dimasukkannya hal- hal, gagasan-gagasan/ ide-ide baru
atau yang lebih sering dikenal sebagai inovasi. Dengan demikian, difusi inovasi
sebagai suatu gejala di masyarakat berlangsung bersamaan dengan perubahan
sosial yang terjadi, kedua hal tersebut saling terkait satu sama lain.
Putu Gede sebagai Duta Genre mengatakan bahwa program ini
sangatlah penting untuk remaja dan ia sendiri juga menerapkan program Genre
13
sehingga Putu Gede bisa menjadi Duta Genre Surakarta tahun 2013 yang lalu.
Sedangkan menurut Fauzi Jadmiko sebagai PIK M yang juga mengajar
pegajian dan TPA di lingkungan tempat tinggalnya, merasa senang karena
dapat menyalurkan pengetahuan mengenai program Genre ini kepada remaja
dilingkungannya.
Dari hasil penelitian berdasarkan pada hasil wawancara, dalam waktu
sekitar 2 tahun ada dampak atau akibat yang timbul dari adanya inovasi ini
pertama remaja dan Mahasiswa kecamatan Jebres dapat menerapkan
pendewasaan usia perkawinan, mengerti pentingnya kesehatan reproduksi
remaja dan cara merawatnya, memiliki ketrampilan hidup, dan terhindar dari
NAPZA dan perilaku tidak sehat lainnya. Kedua adalah terbentuknya PIK M
“Apreton De Manos” di Universitas Sebelas Maret Surakartadi bawah
pengawasan UPT BAPPERMAS PP, PA, dan KB. Ketiga terpilihnya Putu
Gede Oka sebagai Duta Genre Surakarta yang mampu mewakili Surakarta di
tingkat Provinsi dan menjadi juara II.
Kesimpulan
Dari data yang diperoleh dilapangan melalui wawancara dengan informan
maupun dari hasil pengamatan selama penelitian maka peneliti dapat menarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Proses difusi inovasi dalam sosialisasi program Genre di Kecamatan Jebres
sudah berjalan dengan baik. Dalam hal ini program Genre yang di
sosialisasikan oleh BAPERMAS PP, PA, dan KB Kecamatan Jebres
mempunyai tujuan untuk meningkatkan kualitas remaja dengan pemberian
akses informasi, pendidikan, dan konseling dalam mempersiapkan kehidupan
berkeluarga di masa akan datang. Proses adopsi dalam penelitian ini melalui
lima tahap. Tahapan tersebut meliputi tahap kesadaran yaitu remaja dan
mahasiswa kecamatan Jebres sadar akan manfaat yang ditawarkan dan GenRe,
ketertarikan yaitu bagaimana remaja merasa tertarik untuk mengetahui GenRe
lebih jauh, evaluasi yaitu memberikan penilaian mengenai program GenRe, uji
coba yaitu remaja melakukan adopsi tetapi juga mempertimbangkan manfaat
yang diperoleh, dan adopsi yaitu menerima dengan penuh keyakinan karena
14
dapat mendewasakan usia perkawinan dan meningkatkan pengertian tentang
kesehatan reproduksi, menjauhkan dari free sex dan Napza dari kehidupan
sehari hari. Tetapi masih ada juga remaja atau mahasiswa yang masih belum
mau untuk menjalankan program Genre ini dikarenakan faktor-fakor tertentu.
Dari proses difusi tersebut dapat dikategorikan adopter sebagai berikut,
innovator yaitu staff Bapermas PP, PA, dan KB UPT Kecamatan Jebres, early
adopter yaitu PLKB Kecamatan Jebres, early majority yaitu mahasiswa
UNSdan remaja PIK Mahasiswa UNS, late majority yaitu mahasiswa
kecamatan Jebres, dan laggards yaitu remaja kecamatan Jebres.
2. Faktor faktor yang mendukung program Genre ini adalah rasa keingintahuan
remaja dan mahasiswa terhadap program Genre ini untuk lebih mengetahui
bagaimana mempersiapkan kehidupan berkeluarga mereka supaya bisa
menjaga diri, dan juga menghindari Triad KRR (Narkoba, HIV AIDS, dan
seks bebas), dukungan instansi, pemerintah dan keluarga juga menjadi faktor
pendukung penerimaaan program Genre. Sedangkan faktor penghambat dari
proses adopsi program Genre ini adalah kurangnya kesadaran akan penting
mempersiapkan masa depan, anggaran, pendidikan dan faktor pendidikan
yang rendah dari remaja yang lain.
Saran
1. Dalam penyebaran program Genre pihak UPT BAPPERMAS PP PA dan KB
Jebres dalam melakukan sosialisasi sebaiknya lebih ditingkatkan. Karena
sebenarnya banyak remaja yang tertarik pada program Genre ini. Mungkin
dapat digalakkan lagi adanya PIK Remaja di seluruh perguruan tinggi di kota
Surakarta.
2. Untuk pelaksanaan kegiatannya lebih ditingkatkan dalam penyebaran melalui
media seperti radio, televisi, dan sosial media lainnya, karena remaja jaman
sekarang sudah sangat lekat dengan teknologi gadget.
3. Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya penelitian di fokuskan pada strategi
komunikasi nya karena bisa dilihat bagaimana BAPPERMAS dalam
merancang strategi strategi dalam melakukan promosi Program Genre.
15
4. Diharapkan adanya penelitian lanjutan khususnya pada saluran komunikasi
yang digunakan dalam mendifusikan inovasi program GenRe dari inovator ke
daerah daerah dimana inovasi itu akan di difusikan. Hal ini dikarenakan
karena peneliti masih melihat adanya kelemahan pada saluran komunikasi
yang digunakan seperti: minimnya fasilitas dan metode sosialisasi yang belum
optimal seperti talkshow di radio dan sosialisasi di sekolah-sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Ardianto, Elvinaro., Komala, Lukiati., dan Karlinah, Siti. (2009). Komunikasi
Massa: Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). (2012).
Pedoman Pusat Informasi dan Konseling Remaja dan Mahasiswa.
Effendi, Onong Uchjana. (2006). Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Fajar, Marhaeni. (2009). Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktik. Yogyakarta :
Graha Ilmu.
Liliweri, Alo. (2009). Dasar-dasar Komunikasi Kesehatan. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Muhammad, Arni. (2001). Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara.
Dilla, Sumadi. (2007). Komunikasi Pembangunan: Pendekatan Terpadu.
Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Nasution, Zulkarimen. (2004). Komunikasi Pembangunan Pengenalan Teori dan
Penerapannya Edisi Revisi. Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Promosi Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Pawito. (2007). Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: Bumi Aksara.
Riswandi. (2009). Ilmu Komunikasi. Yogyakarta: LKIS.
Ruslan, Rosady. (2010). Metodologi Penelitian Public Relations dan Komunikasi.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Silalahi, Ulber. (2006). Metode Penelitian Sosial. Bandung: Unpar Press.
Sutopo, HB. (2002). Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press
Totok, Mardikanto. (2010). Komunikasi Pembangunan. Surakarta: UNS Press.
Wiryawan, Hari.(2007). Dasar Dasar Hukum Media. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
16
Download