07 Asfiksia pada bayi File

advertisement
Dr R Soerjo Hadijono SpOG(K), DTRM&B(Ch)
Jaringan Nasional Pelatihan Klinik – Kesehatan
Reproduksi
 Asfiksia
pada bayi baru lahir (BBL) adalah
kegagalan napas secara spontan dan
teratur pada saat lahir atau beberapa
saat setelah lahir.
 Asfiksia
merupakan penyebab kematian paling
tinggi. Menurut SKRT 2001, 27% kematian
neonatal diakibatkan oleh Asfiksia dan sekitar
kematian 41.94% terjadi di RS pusat rujukan
propinsi.
 Asfiksia perinatal dapat terjadi selama
antepartum, intrapartum maupun postpartum
 Asfiksia selain dapat menyebabkan kematian
juga dapat mengakibatkan kecacatan
Setelah
menyelesaikan bab ini,
peserta akan mampu menjelaskan
tentang Asfiksia bayi baru lahir,
penyebab dan mampu melaksanakan
penanganan atau manajemennya
Setelah pelatihan ini, peserta mengetahui dan
mampu:
 Melakukan langkah – langkah resusitasi dengan
benar:







Melakukan penilaian bayi baru lahir
Melakukan Langkah awal resusitasi
Melakukan Ventilasi Tekanan Positip dengan
menggunakan balon dan sungkup
Melakukan kompresi dada
Memberikan obat-obatan yang diperlukan
Memasang pipa endotrakheal (bagi dokter)
Mengetahui kapan resusitasi harus dihentikan
Melaksanakan tata laksana pasca resusitasi
 Mengetahui dan mampu melakukan rujukan pada
kasus asfiksia

 Pemeriksaan
selama kehamilan secara
teratur yang berkualitas,
 Meningkatkan status nutrisi ibu
 Manajemen persalinan yang baik dan
benar
 Melaksanakan Pelayanan neonatal esensial
terutama dengan melakukan resusitasi
yang baik dan benar yang sesuai standar.
PATOFISIOLOGI



Pernapasan adalah tanda vital pertama yang berhenti ketika BBL
kekurangan oksigen.
Pada periode awal BBL mengalami napas cepat (rapid breathing)
yang disebut dengan gasping primer
Setelah periode awal ini akan diikuti dengan keadaan bayi tidak
bernapas (apnu) yang disebut ”apnu primer”. Frekuensi jantung
mulai menurun, namun tekanan darah masih tetap bertahan
RAPID BREATHING
APNEU PRIMER
HEART RATE 
BLOOD PRESSURE
PATOFISIOLOGI


Bila berlangsung lama dan tidak dilakukan pertolongan, maka
BBL akan melakukan usaha napas megap-megap yang disebut
”gasping sekunder” dan kemudian masuk ke dalam periode
”apnu sekunder”. Frekuensi jantung semakin menurun dan
tekanan darah semakin menurun dan bisa menyebabkan
kematian.
Setiap kasus dengan apnu, harus dianggap sebagai apnu
sekunder dan segera dilakukan resusitasi
GASPING
SECONDAIRE
APNEU
SECONDAIRE
HEART RATE

BLOOD
PRESSURE 
Faktor ibu
 Preeklampsia dan eklampsia
 Perdarahan antepartum abnormal (plasenta
previa atau solusio plasenta)
 Partus lama atau partus macet
 Demam sebelum dan selama persalinan
 Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
 Kehamilan lebih bulan (lebih 42 minggu
kehamilan)
Faktor plasenta dan talipusat
 Infark plasenta
 Hematom plasenta
 Lilitan talipusat
 Talipusat pendek
 Simpul talipusat
 Prolapsus talipusat
Faktor bayi
 Bayi kurang bulan/prematur (kurang 37 minggu
kehamilan)
 Air Ketuban bercampur mekonium
 Kelainan kongenital yang memberi dampak pada
pernapasan bayi
Anamnesis
 Gangguan atau kesulitan waktu lahir (lilitan tali pusat,
sungsang, ekstraksi vakum, forseps, dll.)
 Lahir tidak bernafas / menangis.
 Air ketuban bercampur mekonium.
Pemeriksaan fisik:
 Bayi tidak bernapas atau napas megap-megap
 Denyut jantung kurang dari 100X/menit
 Kulit sianosis, pucat.
 Tonus otot menurun.
 Untuk diagnosis asfiksia tidak perlu nilai Skor Apgar
Hangatkan bayi
 Posisikan kepala bayi sedikit ekstensi
 Isap lendir dari mulut kemudian hidung
 Keringkan bayi sambil melakukan rangsangan taktil
 Reposisi kepala bayi
 Nilai bayi: usaha napas, warna kulit dan denyut
jantung
 Bila bayi tidak bernapas lakukan ventilasi tekanan
positip (VTP) dengan memakai balon dan sungkup
selama 30 detik dengan kecepatan 40-60 kali per
menit

Nilai bayi: usaha napas, warna kulit dan denyut
jantung
 Bila belum bernapas dan denyut jantung > 60 x/menit
lanjutkan VTP dengan kompresi dada secara
terkoordinasi selama 30 detik
 Nilai bayi: usaha napas, warna kulit dan denyut
jantung
 Bila denyut jantung < 60 x/menit, beri epinefrin dan
lanjutkan VTP dan kompresi dada
 Bila denyut jantung > 60 x/menit kompresi dada
dihentikan, VTP dilanjutkan

Air ketuban tanpa Mekoneum?
Bernapas / menangis ?
Tonus otot baik ?
Warna merah muda ?
Cukup bulan?
Perawatan rutin
Jaga
YAkehangatan
Bersihkan jalan
napas
Keringkan
TIDAK
Jaga tetap hangat
Posisi; bersihkan jalan napas*
(bila perlu)
Keringkan, stimulasi, reposisi
Beri O2 (bila perlu)
Evaluasi napas, frekuensi
jantung dan warna
Napas dan
DJ > 100
& merah
muda
Perawatan
suportif
Apnea atau DJJ < 100
Lakukan Ventilasi Tekanan
Positif*
* Pada beberapa langkah
dipertimbangkan untuk
intubasi endotrakheal
Lakukan Ventilasi Tekanan
Positif*
DJ < 60
Napas dan
DJ > 100
& merah
muda
Perawatan
suportif
Napas dan
DJ > 100
& merah
muda
Perawatan
suportif
DJ > 60
Lakukan Ventilasi Tekanan
Positif*
Kompresi dada
DJ < 60
Beri Epinefrin*
* Pada beberapa langkah
dipertimbangkan untuk
intubasi endotrakheal
KERINGKAN BAYI
GANTI KAIN YANG BASAH
REPOSISI KEPALA
Indikasi :
 Denyut jantug bayi <60x/m setelah paling
tidak 30 detik dilakukan ventilasi adekuat
dan kompresi dada belum ada respons.
 Asistolik.
Dosis: 0.1-0.3 ml/kg BB dalam larutan
1:10,000 (0.01-0.03 mg/kgBB) secara IV
atau endotrakeal. Dapat diulang setiap 35 menit bila perlu.
Indikasi:
 BBL yang dilakukan resusitasi mengalami hipovolemia
dan tidak ada respon dengan resusitasi.
 Hipovolemia kemungkinan akibat perdarahan atau
syok. Klinis pucat, perfusi buruk, nadi kecil/lemah dan
pada resusitasi tidak memberikan respon yang
adekuat.
Jenis cairan:
 Larutan kristaloid yang isotonis (NaCl 0.9%, Ringer
Laktat)
 Transfusi darah gol.O negatif jika diduga kehilangan
darah banyak dan bila fasilitas tersedia
Dosis: Dosis awal 10 ml/kg BB IV pelan selama 5-10
menit. Dapat diulang sampai menunjukkan respon
klinis.
Indikasi:
 Asidosis metabolik secara klinis (nafas cepat dan dalam,
sianosis)
Prasyarat: Telah dilakukan ventilasi tekanan positif secara
efektif pada bayi
Dosis: 1-2 mEq/kg BB atau 2 ml/KgBB (4.2%) atau 1 ml /kgbb
(7.4%)
Cara: Diencerkan dengan aquabides atau dekstrose 5% sama
banyak diberikan secara intravena dengan kecepatan
minimal 2 menit.
Efek samping: Pada keadaan hiperosmolaritas dan kandungan
CO2 dari bikarbonat merusak fungsi miokardium dan otak

Pemantauan pasca resusitasi





Bukan dirawat secara Rawat Gabung
Pantau tanda vital: napas, jantung, kesadaran dan urine
Jaga bayi agar senantiasa hangat
Bila tersedia fasilitas, periksa kadar gula darah
Perhatian khusus diberikan pada waktu malam hari
Dekontaminasi, cuci dan sterilisasi/Desinfeksi
Tingkat Tinggi alat
 Melengkapi catatan medik
 Konseling dengan keluarga

Rujukan paling ideal adalah rujukan antepartum
untuk ibu risiko tinggi.
 Bila tidak ada fasilitas, rujuk bila bayi tidak
memberikan respons terhadap tindakan resusitasi
selama 2-3 menit
 Bila ada fasilitas, lakukan pemasangan ET dan
pemberian obat sebelum merujuk
 Bila bayi tidak dapat dirujuk, lakukan tindakan
paling optimal di Puskesmas dan berikan dukungan
emosional pada ibu dan keluarga
 Bila sampai dengan 10 menit bayi tidak dapat
dirujuk, jelaskan kepada orang tua tentang
prognosis

 Bayi
tidak bernapas spontan dan tidak
terdengar denyut jantung setelah
dilakukan resusitasi secara efektif selama
15 menit
Lakukan kunjungan neonatal minimal sebelum
bayi berumur 7 hari
 Apakah pernah timbul kejang selama di rumah
 Apakah pernah timbul gangguan napas: sesak
napas, timbul retraksi
 Apakah bayi minum ASI dengan baik (dapat
menghisap dan menetek dengan baik)
 Apakah dijumpai tanda atau gejala gangguan
pertumbuhan dan perkembangan pada kunjungan
berikutnya

JARINGAN NASIONAL PELATIHAN KLINIK – KESEHATAN
REPRODUKSI
Download