PROFIL KEMAMPUAN GURU-GURU IPA SMP se

advertisement
PROFIL KEMAMPUAN GURU-GURU IPA SMP se-BANDAR LAMPUNG
DALAM MELAKUKAN KEGIATAN PRAKTIKUM
Dina Maulina
Universitas Lampung, Jl. Prof.Soemantri Brojonegoo No.1 Bandar Lampung
E-mail : [email protected]
ABSTRAK
Practicum is one vehicle for learning science in the implementation of the curriculum
in 2013. Teacher as a model to be able to carry out practical activities. The purpose of
this study was to determine the ability of junior high school science teachers in Bandar
Lampung to conduct laboratory activities. The research sample were 69 junior high
school science teacher in Bandar Lampung. The analysis used is descriptive analysis.
The results showed that in general the average 51.7% of teachers have not been able
correspondent practicum activities correctly, with details of 65% has not been able to
test the activities of food substances; 29% have not been able to perform
photosynthesis activity; 62% have not been able to carry out practical activities
respiration test. Thus, it can be conluded that the ability of junior high school science
teachers in Bandar Lampung on carrying out practical activities are still low
catagorize.
Kegiatan praktikum merupakan salah satu wahana pembelajaran IPA dalam
implementasi kurikulum 2013. Guru sebagai model harus mampu dalam melakukan
kegiatan praktikum. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan
guru-guru IPA SMP se-Bandar Lampung dalam melakukan kegiatan praktikum.
Sampel penelitian ini adalah 69 orang guru IPA SMP se-Bandar Lampung. Analisa
yang digunakan menggunakan analisis deskriptif. Hasil Penelitian menunjukan bahwa
secara umum rata-rata 51,7% koresponden guru belum mampu melakukan kegiatan
praktikum dengan benar. Dengan rincian 65% belum mampu melakukan kegiatan uji
kandungan zat makanan; 29% belum mampu melakukan kegiatan fotosintesis; 62%
belum mampu melaksanakan kegiatan praktikum uji respirasi. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa kemampuan guru-guru IPA SMP se-Bandar Lampung dalam
melaksanakan kegiatan praktikum masih berkatagori rendah.
Kata kunci: guru IPA, praktikum, uji fotosintesis, uji kandungan zat makanan, uji
respirasi
Dalam satuan struktural pengembangan
Yakni
Kurikulum 2013, Ilmu Pengetahuan
berorientasi aplikatif, pengembangan
Alam (IPA) di SMP merupakan mata
kemampuan
pelajaran integrative science bukan
belajar,
rasa
ingin
tahu,
dan
sebagai
pengembangan
sikap
peduli
dan
pendidikan
disiplin
ilmu.
1
sebuah
pendidikan
berpikir,
yang
kemampuan
bertanggung
jawab
lingkungan
dan
terhadap
lanjut, guru yang bermutu mampu
(Pusat
membelajarkan murid secara efektif
alam
Kurikulum, 2013).
sesuai dengan kendala sumber daya
dan lingkungan.
Dalam
rangka
pengembangan
implementasi
kurikulum
tersebut tuntuan dalam
2013
Sementara itu, keberhasilan seorang
kegiatan
guru dalam pembelajaran ditentukan
dengan
oleh kompetensi yang dimilikinya,
pembelajaran IPA adalah
melakukan kegiatan pembelajaran yang
salah
berujung
professional. Kompetensi profesional
pada
ketercapaian
kemampuanpeserta
menggali
didik
kemampuan
science
IPA
adalah
kompetensi
untuk
adalah kemampuan penguasaan materi
intergrative
pelajaran secara luas dan mendalam.
Kegiatan
Penguasaan materi secara luas dan
tersebut.
pembelajaran
satunya
tersebut
salah
mendalam
tersebut
menyangkut
satunya dengan melakukan kegiatan
penguasaan penggunaan berbagai alat
praktikum. Kegiatan praktikum mampu
peraga
mengkonstruk
Penguasaan penggunaan berbagai alat
Diketahui
sebuah
bahwa
peristiwa.
sebuah
konstruk
peraga
IPA
dalam
tersebut
laboratorium.
sangat
menunjang
adalah jantung dari teoritikal (Dahar,
proses pembelajaran IPA. Menyangkut
1989).
kemampuan
melakukan
praktikum
IPA,
Ketercapaian
kurikulum
2013
pelaksanaan
didukung
oleh
kegiatan
salah
kemampuan guru dalam merancang
permasalahan
dan melakukan kegiatan pembelajaran
kurangnya penguasaan konsep dan
IPA
Guru
penggunaan alat-alat praktikum an
komponen
fenomena atau suatu peristiwa alam
berpraktikum
merupakan
salah
penting
dalam
tersebut.
satu
menentukan
yang
pendidikan
satu
sedang
dikaji.
adalah
Dalam
keberhasilan pendidikan. Oleh karena
pembelajaran IPA, guru tidak cukup
itu, pembinaan terhadap guru mutlak
menguasai materi saja, tetapi harus
diperlukan. Hal ini sesuai dengan
mahir melakukan kegiatan praktikum
Suryadi ( dalam Anonim, 2014), yaitu
contohnya mengkaji sebuah fenomena,
ditemukan bahwa mutu guru secara
merangkai
konsisten menjadi salah satu faktor
berbagai faktor dari sebuah peristiwa,
terpenting dari mutu pendidikan. Lebih
2
alat
dan
menemukan
sehingga materi yang disampaikan
metode konvensional, seperti metode
akan lebih mudah dipahami.
ceramah (Rosyidin dkk., 2014). Dalam
metode konvensional guru sangat aktif
Pelajaran IPA ada tingkat SMP adalah
dan siswa pasif. Guru aktif sendirian
salah satu ilmu yang membahas gejala
tanpa
dan perilaku alam, sepanjang dapat
diamati
oleh
manusia.
mengungkapkannya
kualitatif
tetapi
pembelajaran,
Cara
tidak
juga
pembelajaran
saja
alam
sekolah-sekolah di Bandar Lampung
sudah mempunyai laboratorium dengan
berbagai alat peraga IPA, namun guru
tersebut, dan keempat adalah bahasa
di
yang digunakan untuk mengungkap
SMP/MTs se-Kota Bandar Lampung
Akibatnya pemahaman guru hanya
dalam melakukan kegiatan praktikum
mengetahui
mutlak diperlukan dalam menunjang
perilaku alam yang sebenarnya.
keberhasilan implementasi kurikulum
2013.
Selama ini sangat jarang melakukan
kegiatan praktikum di laboratorium dan
guru-guru
cenderung
saja
profil kemampuan guru-guru IPA di
guru memahami IPA secara utuh.
IPA
kecil
kondisi ini maka penelitian mengenai
kurang dipahami, akan menyulitkan
materi
sebagian
hanya
dalam proses pembelajaran. Melihat
dari keempat komponen tersebut diatas
mengajarkan
sekolah-sekolah
memanfaatkan
perilaku alam tersebut. Jika salah satu
peraga
IPA
dalam pembelajaran IPA. Kebanyakan
menangkap gejala dan prilaku alam
alat
harus
peraga sangat membantu para guru
media yang akan digunakan untuk
penggunaan
siswa
kehidupan nyata. Kehadiran alat-alat
bahasan, ketiga yaitu mengenal alat dan
tanpa
IPA
tetapi juga dapat menerapkan dalam
tentang objek yang menjadi fokus
hapalan
dalam
sehingga siswa bukan saja mengerti,
berlangsung, kedua adalah kejelasan
berupa
semestinya
permasalahan-permasalahan
kejelasan tentang matra atau wadah
perilaku
dalam
suatu kegiatan untuk memecahkan
memahami ilmu IPA tersebut. Pertama
dimana
siswa
dilibatkan, siswa diarahkan melakukan
kuantitatif.
Dengan demikian ada empat cara
gejala
melibatkan
Metode Penelitian
dalam
sehingga
Penelitian
menggunakan
penelitian
3
yang
dilakukan
deskriptif.
adalah
Populasi
penelitian adalah seluruh guru IPA
Persentase Uji Makanan
SMP se-Bandar Lampung, dengan
banyaknya sampel uji adalah 69 orang
guru
IPA
SMP.
.Metode
13%
tes
Sangat Baik
14%
yang
Baik Sekali
digunakan dalam penelitian ini dengan
memberikan
7%
39%
Baik
26%
pelaksanaan
Kurang Baik
Tidak Baik
praktikum. Kegiatan praktikum yang
dilakukan adalah uji makanan, uji
fotosintesis dan pengukuran respirasi
dengan
menggunakan
Pengukuran
dilakukan
guru
Hasil uji kemampuan guru dalam
menggunakan
melakukan praktikum uji makanan
modifikasi skala Ordinal (Tahir, 2011)
secara
yakni penilaian hasil tes praktikum
dikatagorikan kedalam
1. Kategori Pemahaman
Praktikum Uji makanan
respirometer.
kemampuan
dengan
Gambar
umum
menguasai
penentuan
koresponden
pelaksanaan
belum
praktikum.
Sebanyak 65% dari total koresponden
katagorial sebagai berikut : 5 = Sangat
tidak menguasai kegiatan praktikum,
Baik, 4 = Baik Sekali, 3 = Baik, 2 =
yaitu berkategori kurang baik dan tidak
kurang baik, 1 = Tidak baik. Penelitian
baik sebanyak 39% dan 26% (Gambar
ini dilakukan di SMP Negeri 2 Bandar
1).
Lampung, yang dilaksanakan pada
Dari hasil analisis diketahui bahwa
bulan Mei 2014.
sebagian
Hasil dan Pembahasan
besar
guru
tidak
melaksanakan kegiatan uji kandungan
gizi
Hasil tes kemampuan guru IPA dalam
dan
zat
makanan
pada
pembelajaran IPA. Pada pelaksanaan
melakukan kegiatan praktikum adalah
tes terlihat bahwa sebagian besar guru
sebagai berikut :
tidak
memahami
prosedural
pelaksanaan praktikum dan guru tidak
mengenal zat-zat yang digunakan untuk
menguji
suatu
makanan.
Hal
ini
dibuktikan pula pada hasil analitik
koresponden
4
dalam
mengambil
kesimpulan hasil praktikum sangat
bahwa sebayak 62% guru belum
rendah.
memahami konsep dan cara melakukan
kegiatan praktikum uji respirasi.
Berbeda dengan uji kandungan zat
makanan
sebelumnya,
Uji Respirasi
kemampuan
guru-guru dalam melakukan kegiatan
praktikum
fotosintesis
50%
40%
30%
20%
10%
0%
berkategori
berhasil adalah 71% (Gambar 2).
Uji Respirasi
Uji Fotosintesis
40%
30%
20%
10%
0%
Sangat Baik
Baik Sekali
Baik
Kurang Baik
Tidak Baik
Gambar
Gambar
3. Katagori Pemahaman
Praktikum Uji Respirasi
Uji
Fotosintesis
Sebagian besar guru tidak mengenal
alat ukur respirasi yang disebut dengan
respirometer.
2. Katagori Pemahaman
Praktikum Uji Fotosintesis
memahami
Guru
juga
fungsional
tidak
dari
alat
tersebut. Kegiatan merangkai alat dan
Secara umum guru-guru telah mampu
zat untuk mengukur respirasi dari
merangkai alat perobaan fotosintesis
makhluk hidup pun belum dipahami
dengan benar. Guru telah mengenal alat
oleh guru.
dan melakukan prosedur praktikum
dengan benar. Hasil wawancara dengan
Dari ketiga hasil uji kegiatan praktikum
koresponden menyatakan bahwa, 67%
diatas
diperoleh
bahwa
koresponden
kegiatan
51,7%
guru-guru
IPA
kegiatan
lampung belum mampu melakukan
praktikum
melakukan
ini
dalam
pembelajaran. Hal ini didukung dengan
kegiatan
ketersediaan
Rendahnya
alat
yang
ada
di
laboratorium sekolah masing-masing.
Hasil
uji
pelaksanaan
praktikum
praktikum
sebanyak
di
dengan
kemampuan
Bandar
benar.
melakukan
dilatarbelakangi
oleh
rendahnya pengetahuan peserta dalam
praktikum
implementasi pelaksanaan praktikum
selanjutnya adalah pelaksanaan uji
yang sesuai dengan pembelajaran IPA
respirasi (Gambar 3). Data menunjukan
pada jenjang SMP.
5
Rosyidin, U., Maulina, D dan Suane
W.
Pelatihan
Pengelolaan
Laboratorium Bagi Guru-Guru.
Bandar lampung : Universitas
Lampung.
Kesimpulan dan Saran
Dilihat dari kemampuan professional
guru IPA SMP di Bandar lampung
dapat diseimpulkan sebagai berikut :
1. Pengetahuan
guru
Tahir, M. 2011. Pengantar Metodologi
Penelitian
Pendidikan.
Makassar
:
Universitas
Muhammadiyah Makassar.
dalam
melakukan kegiatan praktikum
masih rendah.
2. Ketercapaian
pemahaman
dan
daya analitik dalam melakukan
kegiatan praktikum berkategori
rendah
Berkaitan
dengan
rendahnya
hasil
kemampuan praktikum maka sebaiknya
guru-guru
SMP
lebih
menggali
pengetahuan menyertakan
kegiatan
praktikum
kegiatan
dalam
pembelajaran. Hal ini ditujukan agar
implementasi kurikulum 2013 dapat
terlaksana dengan baik.
Daftar Rujukan
Anonim. 2014. Pelatihan Guru.
(online).(http://yantisitorus.wor
dpress.com/tag/kompetensi/,
Diakses 10 Juli 2014)
Dahar, R.W. 1989. Teori-Teori Belajar.
Bandung : PT. Gelora Aksara
Pratama.
Pusat Kurikulum. 2013. Kurikulum
2013
Kompetensi
Dasar
SMP/MTs.
Jakarta
:
Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
6
Download