evaluasi pemilihan dan penggunaan obat selesma tanpa resep di

advertisement
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
EVALUASI PEMILIHAN DAN PENGGUNAAN OBAT SELESMA TANPA
RESEP DI KALANGAN ORANG TUA MURID KELOMPOK BERMAIN
DAN TAMAN KANAK-KANAK DI KECAMATAN UMBULHARJO
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Faila Sufa Sasono Putri
NIM : 988114140
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2006
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
life without a friend is
death without a witness
ridhar rabbi fii ridhal
waalidi wasukhthur rabbi fii
sukhthil waalidi
(HR Tirmidzi dan Hakim)
Kupersembahkan untuk:
Allah SWT dan Nabi Muhammad saw
Ibu-Bapakku,
ungkapan rasa hormat dan baktiku
Suami dan anak-anakku,
ungkapan rasa cintaku
Saudara-saudaraku dan Almamaterku
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PRAKATA
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT serta
sholawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW karena telah dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul Evaluasi Pemilihan dan Penggunaan Obat
Selesma Tanpa Resep Di Kalangan Orang Tua Murid Kelompok Bermain dan
Taman Kanak-Kanak di Kecamatan Umbulharjo. Skripsi ini disusun untuk
memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan Strata Satu (S1)
Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat dukungan dari
berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan penghargaan
dan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Bapak Drs. A. Yuswanto, S.U., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas
Sanata
Dharma
Yogyakarta
yang
telah
memberikan
kesempatan untuk menyelesaikan skripsi ini.
2. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing sekaligus penguji
yang telah memberikan bimbingan, saran dan motivasi dalam penyusunan
skripsi ini.
3. Ibu Aris Widayati, M.Si., Apt. selaku dosen penguji yang telah
memberikan masukan dan kritik dalam penyusunan skripsi ini.
4. Ibu Phebe Hendra, M.Si., Apt. selaku dosen penguji yang telah
memberikan masukan dan kritik dalam penyusunan skripsi ini.
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5.
Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Farmasi USD atas ilmu yang telah
diberikan.
6.
Walikota Yogyakarta dan Ketua Bappeda DIY atas ijin yang diberikan
untuk melakukan penelitian di Kecamatan Umbulharjo.
7.
Dinas P dan P kota Yogyakarta atas kesempatan yang diberikan untuk
melakukan penelitian di Kelompok Bermain dan Taman Kanak-Kanak
di Kecamatan Umbulharjo.
8.
Kepala Sekolah dan Guru Kelompok Bermain dan Taman KanakKanak di lima Kelompok Bermain dan Taman Kanak-Kanak di
Kecamatan Umbulharjo atas bantuannya dalam penelitian.
9.
Orang tua murid Kelompok Bermain dan Taman Kanak-Kanak di
Kecamatan Umbulharjo atas partisipasinya dalam pengisian kuisioner.
10.
Bapak Djoko Sasono Putranto dan Ibu Tri Irianti tercinta selaku orang
tua penulis, terima kasih atas segala limpahan kasih sayang, doa dan
kesabaran.
11.
Bapak H.M Syadhali, BA dan Ibu Sugiarti tercinta selaku bapak dan
ibu mertua penulis atas doa dan kasih sayangnya.
12.
My husband tercinta Nur Machmud yang selalu menemani hari-hariku
dalam suka dan duka. Terima kasih atas pengertian dan kesabaranmu.
13.
Buah hatiku tercinta Arya dan Iqbal yang selalu menghiasi hari-hariku
dengan tawa ceria, tangis dan kemanjaan.
14.
Saudara-saudaraku tersayang Erik, Zia, Mas Feri dan Mbak Dewi atas
kasih sayang dan motivasinya.
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15.
Teman-teman seperjuangan Mbak Rita, Mbak Cicil, Mbak Kiki, Ira,
Sari, Rini, Kiky dan Dedi atas motivasi dan bantuannya.
16.
Muly dan Hans atas abstraksnya.
17.
Teman-teman Farmasi angkatan ’98, ’00 dan ’02.
18.
Budhe Rin dan Pakdhe Edi atas bantuan moril dan materiil.
19.
Woro dan Panjul atas pinjaman komputernya.
20.
Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang
tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini banyak kekurangannya
namun penulis berharap skripsi ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat
bagi masyarakat dan perkembangan ilmu pengetahuan.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Yogyakarta, Agustus 2006
Penulis
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
INTISARI
Orang tua adalah orang yang paling berperan dalam pengambilan
keputusan pengobatan selesma pada anak. Tersedianya berbagai macam produk
obat selesma tanpa resep untuk anak mendorong orang tua untuk melakukan
swamedikasi untuk mengobati selesma anak dengan menggunakan obat selesma
tanpa resep untuk anak.
Metodologi penelitian ini adalah non eksperimental dengan rancangan
penelitian survei epidemiologik deskriptif dan pengambilan sampel secara quota
sampling. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pemilihan dan
penggunaan obat selesma tanpa resep untuk anak yang rasional. Instrumen
penelitian yang digunakan adalah kuesioner yang disebarkan kepada sejumlah
orang tua murid di lima Kelompok Bermain dan Taman Kanak-kanak di
Kecamatan Umbulharjo. Analisis hasil menggunakan analisis deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden mengetahui
bahwa swamedikasi dilakukan untuk mengobati penyakit ringan termasuk selesma
dengan menggunakan obat selesma tanpa resep atau obat tradisional (80,23%).
Sebagian besar responden mengerti bahwa selesma merupakan gejala penyakit
yang dapat sembuh dengan menggunakan obat selesma tanpa resep atau obat
tradisional (54,80%). Jenis terapi yang dilakukan responden untuk mengobati
selesma anak adalah swamedikasi menggunakan obat tanpa resep (68,63%).
Merek obat yang paling banyak digunakan adalah Anakonidin® (25,56%) dalam
bentuk sediaan cair (97,74%). Apotek merupakan tempat yang paling banyak
dipilih responden untuk mendapatkan produk obat selesma tanpa resep untuk anak
(73,68%). Sebagian besar responden menyatakan bahwa sumber informasi tentang
obat selesma tanpa resep untuk anak adalah dari iklan di televisi (44,36%).
Berdasarkan data responden yang mematuhi informasi yang tertera pada kemasan
obat (76,69%), dapat disimpulkan bahwa pemilihan dan penggunaan obat selesma
tanpa resep yang dilakukan responden sudah rasional.
Kata kunci : selesma, swamedikasi, obat tanpa resep, pemilihan dan penggunaan
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
Parents are decision-makers in treating common cold among paediatric
patients.The availability of the various nonprescription drug promotes the self
medication of common cold.
The study of paediatric nonprescription drug of common cold has been
done using the non experimental survey. The aim is to evaluate the rational
selection and use of the drug. The data were collected with questionaire from the
subjects sampled using quota sampling method among parents in 5 playgroups
and kindergartens in Kecamatan Umbulharjo. Data were analyzed descriptively.
Results of the study showed that most respondents (80.23%) knew that
self medication is done to cure a non serious diseases including common cold
using nonprescription drug and Indonesian traditional medicine. Most respondents
(54.80%) knew that common cold is a disease symptom which can be cured using
nonprescription drug or Indonesian traditional medicine. Therapy used by the
parents to cure paediatric’s common cold is a self medication using
nonprescription drug (68.63%). The mostly used drug was Anakonidin® (25.56%)
in the liquid dosage form (97.74%). Pharmacy is the most favorable place to get
the nonprescription drug (73.68%). Most respondents obtained drug information
from the television advertisement (44.36%). Based on the respondents data of
obeying drug information on the drug packaging (76.69%), it can be concluded
the selection and use of the nonprescription drug of common cold by the
respondents have been rationale.
Keywords: common cold, self medication, nonprescription, selection and use
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………….. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………………….. ii
HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………………… iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ………………………………………………. iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………………………………………. v
PRAKATA …………………………………………………………………….. vi
INTISARI ……………………………………………………………………... ix
ABSTRACT…………………………………………………………………….
x
DAFTAR ISI …………………………………………………………………... xi
DAFTAR TABEL ……………………………………………………………... xv
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………...... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………... xviii
BAB I. PENGANTAR ………………………………………………………… 1
A. Latar Belakang Penelitian …………………………………………. 1
1. Permasalahan …………………………………………………… 3
2. Keaslian Penelitian………………………………………………. 4
3. Manfaat Penelitian………………………………………………. 4
B. Tujuan Penelitian……………………………………………………. 5
1. Tujuan Umum…………………………………………………… 5
2. Tujuan Khusus…………………………………………………. 5
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA…………………………………………. 6
A. Perilaku Sehat dan Sakit…………………………………………… 6
B. Swamedikasi ………………………………………………………. 7
C. Obat Tanpa Resep …………………………………………………. 9
D. Selesma ……………………………………………………………. 11
1. Definisi ………………………………………………………….. 11
2. Penyebab ………………………………………………………... 12
3. Patofisiologi …………………………………………………….. 13
E. Penatalaksanaan Terapi …………………………………………… 14
1. Tujuan Terapi …………………………………………………… 14
2. Sasaran Terapi …………………………………………………... 14
3. Strategi Terapi …………………………………………………... 14
F. Pengobatan Rasional ………………………………………………... 17
G. Pelayanan Informasi Obat ………………………………………….. 20
H. Keterangan Empiris ………………………………………………… 22
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN …………………………………….. 23
A. Jenis dan Rancangan Penelitian …………………………………… 23
B. Definisi Operasional ………………………………………………. 23
C. Tempat Penelitian …………………………………………………. 24
D. Subjek Penelitian ………………………………………………….. 25
E. Instrumen Penelitian ………………………………………………. 26
F. Tata Cara Penelitian ……………………………………………….. 27
1. Penyusunan Kuesioner ………………………………………….. 27
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Penyebaran dan Pengisian Kuesioner …………………………... 28
G. Analisis Hasil ………………………………………………………. 29
H.Kesulitan Dalam Penelitian …………………………………………. 29
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ……………………………………... 31
A. Karakteristik Responden …………………………………………… 31
1. Usia Responden ………………………………………………… 31
2. Status Responden Dalam Keluarga ……………………………... 32
3. Tingkat Pendidikan Responden ………………………………… 33
4. Jenis Pekerjaan Responden ……………………………………... 33
5. Jumlah Penghasilan Responden ………………………………… 34
B. Karakteristik Anak Responden ……………………………………... 35
1.Usia Anak Responden …………………………………………… 35
2.Frekuensi Anak Terserang Selesma Dalam Satu Bulan…………. 35
3.Lama Anak Terserang Selesma …………………………………. 37
C. Pengetahuan Responden Tentang Swamedikasi dan Selesma ……... 37
1.Pengetahuan Responden Tentang Swamedikasi ………………… 38
2.Obat yang Biasa Digunakan Dalam Swamedikasi ………………
39
3.Pengertian Selesma Menurut Responden ………………………..
40
4.Pemicu Anak Terserang Selesma ………………………………..
41
5.Gejala Selesma Pada Anak ……………………………………...
42
D.Jenis Terapi Selesma Pada Anak …………………………………...
43
E.Sumber Informasi Tentang Obat Selesma …………………………..
46
F. Pemilihan Obat Selesma Tanpa Resep Untuk Anak ………………..
48
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
G.Kerasionalan Pemilihan dan Penggunaan Obat Selesma …………...
56
H.Rangkuman Pembahasan………………………………………….
63
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………...
67
A. Kesimpulan………………………………………………………..
67
B. Saran……………………………………………………………….
68
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………...
69
LAMPIRAN………………………………………………………………….. 71
BIOGRAFI PENULIS…………………………………………………...........
xiv
85
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel I.
Enam Tanda Peringatan yang Harus Dicantumkan Sesuai
Dengan Penggunaannya ………………………………………..
11
Usia Orang Tua
Murid KB dan TK di Kecamatan
Umbulharjo …………………………………………………….
31
Tingkat Pendidikan Orang Tua Murid KB dan TK di
Kecamatan Umbulharjo ………………………………………..
33
Jenis Pekerjaan Orang Tua Murid KB dan TK di Kecamatan
Umbulharjo …………………………………………………….
34
Jumlah Penghasilan Orang Tua Murid KB dan TK di
Kecamatan Umbulharjo ………………………………………..
34
Tabel VI.
Usia Anak-anak KB dan TK di Kecamatan Umbulharjo ………
35
Tabel VII.
Frekuensi Anak Terserang Selesma Dalam Satu Bulan ……….
36
Tabel VIII.
Lama Anak Terserang Selesma ………………………………..
37
Tabel IX.
Pengetahuan Responden Tentang Swamedikasi ……………….
38
Tabel X.
Pengertian Selesma Menurut Responden ………………………
40
Tabel XI.
Pemicu Anak Terserang Selesma ……………………………
41
Tabel XII.
Gejala Selesma pada Anak ……………………………………..
42
Tabel XIII.
Jenis Obat atau Ramuan Tradisional yang Digunakan
Responden Untuk Mengobati Selesma Anak ………………….
46
Sumber Informasi Tentang Obat Selesma Tanpa Resep yang
Digunakan Responden …………………………………………
47
Merek Obat Selesma Tanpa Resep yang Sering Digunakan
Responden ……………………………………………………...
48
Pengelompokan Produk Obat Selesma Tanpa Resep
Berdasarkan Komposisi dan Indikasi Zat Aktif ………………..
50
Tabel II.
Tabel III.
Tabel IV.
Tabel V.
Tabel XIV.
Tabel XV.
Tabel XVI.
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel XVII.
Alasan Responden Memilih Obat Selesma Tanpa Resep Merek
Tertentu ………………………………………………………...
52
Tabel XVIII. Alasan Responden Memilih Bentuk Sediaan Cair ……………..
53
Tabel XIX.
Alat Penakar Untuk Obat dengan Bentuk Sediaan Cair ……….
54
Tabel XX.
Alasan Responden Membeli Obat Selesma Tanpa Resep di
Apotek ………………………………………………………….
55
Pengalaman Responden Membaca Informasi Obat pada
Kemasan ………………………………………………………..
57
Tabel XXII. Pengalaman Pesponden Memahami Informasi Obat yang
Terdapat pada Kemasan ………………………………………..
58
Tabel XXIII. Pengalaman Responden Mematuhi Informasi Obat yang
Terdapat pada Kemasan ………………………………………..
59
Tabel XXIV. Frekuensi Pemberian Obat Sampai Sembuh …………………...
60
Tabel XXV. Tindakan Responden Bila Selesma Tidak Sembuh …………….
61
Tabel XXVI. Tindakan Responden Terhadap Obat yang Masih Sisa ………...
62
Tabel XXI.
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.
Organ Saluran Pernafasan …………………………………………. 13
Gambar 2.
Status Orang Tua Murid KB dan TK di Kecamatan Umbulharjo..... 32
Gambar 3.
Obat yang Biasa Digunakan Dalam Swamedikasi ………………… 39
Gambar 4.
Jenis Terapi Selesma pada Anak …………………………………... 43
Gambar 5.
Jenis Obat yang Digunakan Dalam Pengobatan Selesma Anak …... 45
Gambar 6.
Bentuk Sediaan Obat Selesma Tanpa Resep yang Digunakan
Responden …………………………………………………………. 53
Gambar 7.
Tempat Responden Membeli Produk Obat Selesma Tanpa Resep… 55
Gambar 8.
Pengalaman Responden Membeli Obat Utuh Dengan
Kemasannya………………………………………………………... 56
Gambar 9.
Keadaan Anak Responden Setelah Menggunakan Obat Selesma…. 60
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Kuesioner ………………………………………………………………...
71
Hasil Wawancara ………………………………………………………...
77
Rekapitulasi Jawaban Responden ………………………………………..
78
Surat Ijin Penelitian dari BAPPEDA DIY ……………………………….
83
Surat Ijin Penelitian dari Dinas P dan P Kota Yogyakarta ………………
84
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Selesma merupakan salah satu penyakit ringan yang sering muncul di
saat pergantian musim dari kemarau ke musim hujan. Penyakit ini sering
menyerang balita dan anak-anak, terutama anak usia prasekolah karena pada usia
tersebut daya tahan tubuh relatif masih lemah. Gejala yang sering muncul adalah
keluarnya lendir hidung, hidung tersumbat dan bersin. Pergantian musim dan
seringnya mereka berinteraksi dengan anak lain di sekolah terlebih dengan anak
yang terserang selesma menyebabkan kemungkinan terserang penyakit tersebut
lebih besar, apalagi selesma disebabkan oleh virus yang mudah sekali menular.
Oleh karena itu penelitian ini dilakukan di Kelompok Bermain dan Taman Kanakkanak yang ada di Kecamatan Umbulharjo. Alasan lain yang mendorong peneliti
melakukan penelitian di Kecamatan Umbulharjo karena jumlah Kelompok
Bermain dan Taman Kanak-kanaknya paling banyak dibandingkan kecamatan lain
di kota Yogyakarta berdasarkan data dari Dinas P dan P tahun 2004 sehingga
diharapkan dapat mewakili populasi anak yang ada di Kecamatan Umbulharjo.
Kondisi sakit pada anak ini menuntut upaya dan sikap bijaksana dari
orang tua untuk mencari pengobatan yang terbaik agar penyakit tidak bertambah
parah dan anak cepat sembuh. Sebenarnya selesma merupakan suatu gejala
penyakit yang dapat sembuh sendiri tanpa diobati (self limiting), namun bila
sampai mengganggu aktivitas anak maka harus dilakukan upaya untuk
mengurangi gejala yang timbul. Upaya yang dilakukan dapat berupa swamedikasi
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
menggunakan terapi nir obat, obat atau ramuan tradisional, obat tanpa resep
maupun dengan berobat ke tenaga kesehatan.
Salah satu upaya yang dilakukan orang tua adalah dengan swamedikasi
menggunakan obat tanpa resep yang dapat diperoleh di apotek, toko obat,
supermarket maupun warung tanpa resep dokter. Swamedikasi biasanya dilakukan
untuk mengatasi gangguan kesehatan yang ringan seperti selesma. Harga obat
dengan resep dokter dan biaya pelayanan kesehatan yang makin mahal serta
peredaran produk obat tanpa resep yang makin pesat mendorong orang tua untuk
melakukan swamedikasi. Dalam swamedikasi orang tua mendiagnosis sendiri
penyakit yang diderita anaknya dan menentukan sendiri pengobatan yang
dilakukan tanpa bantuan dari tenaga kesehatan. Swamedikasi menggunakan obat
tanpa resep harus dilakukan dengan tepat dan rasional, agar tidak terjadi
pemborosan biaya pengobatan dan terhindar dari dampak negatif yang disebabkan
karena penggunasalahan obat. Dalam pemilihan obat untuk swamedikasi orang
tua harus mengetahui penyebab penyakit anaknya. Hal ini berkaitan dengan
pemilihan obat yang tepat, karena pemilihan dan penggunaan obat yang sesuai
dan tepat akan memberikan manfaat yang diharapkan serta dapat memperkecil
timbulnya efek yang tidak diinginkan.
Banyaknya produk obat tanpa resep yang beredar sekarang ini terutama
yang dikhususkan untuk balita dan anak-anak, semakin mendorong orang tua
untuk melakukan swamedikasi dalam mengatasi penyakit yang diderita anaknya
dengan pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya. Salah satu obat tanpa
resep yang banyak beredar di pasaran adalah obat untuk selesma yang telah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
didesain dan diatur pemakaiannya untuk balita dan anak-anak. Orang tua harus
teliti dan selektif dalam memilih obat, yaitu dengan memilih obat yang sesuai
dengan gejala penyakit dan disertai
informasi yang lengkap dan memadai.
Pemilihan obat jangan dilakukan hanya karena bentuk, rasa dan kemasan obat
yang menarik saja, agar pengobatan yang dilakukan rasional dan tidak ada
penggunasalahan obat.
Hal ini menarik untuk diteliti, karena pemilihan dan penggunaan obat
selesma tanpa resep yang dilakukan oleh orang tua untuk mengobati selesma anak
sangat menentukan keberhasilan pengobatan yang rasional.
1. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan
dari penelitian ini sebagai berikut :
a. seperti apakah pengetahuan responden tentang swamedikasi dan selesma pada
anak?
b. apakah jenis terapi yang dilakukan responden untuk mengobati selesma anak
dan alasan apakah yang mendasari responden memilih jenis terapi tersebut?
c. bagaimana pemilihan obat selesma tanpa resep untuk anak, meliputi: merek
obat, komposisi zat aktif obat, bentuk sediaan dan tempat memperoleh obat
selesma tanpa resep tersebut?
d. dari manakah responden mendapatkan informasi tentang obat selesma tanpa
resep?
e. apakah pemilihan dan penggunaan obat selesma tanpa resep untuk anak sudah
rasional?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
2. Keaslian Penelitian
Penelitian mengenai pengobatan sendiri dengan obat selesma tanpa
resep sudah pernah dilakukan oleh Kusumaningrum (2000) yang menguraikan
tentang pertimbangan mahasiswa Universitas Sanata Dharma dalam pemilihan
obat selesma dan Papilaya (2003) serta Sulistyowati (2004) yang menguraikan
tentang penilaian iklan obat selesma di TV di kalangan pengunjung apotek.
Perbedaan dengan penelitian ini adalah subjek penelitian, lokasi penelitian dan
penelitian ini lebih menguraikan tentang pemilihan dan penggunaan obat
selesma tanpa resep untuk anak yang dilakukan oleh orang tua.
3. Manfaat Penelitian
a. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan deskripsi yang jelas tentang
pemilihan dan penggunaan obat selesma tanpa resep untuk anak oleh orang tua di
Kecamatan Umbulharjo.
b. Manfaat praktis
Data yang diperoleh dari penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan bagi
apoteker dalam pelayanan informasi obat dan membantu menentukan
pemilihan dan penggunaan obat selesma tanpa resep untuk anak secara
rasional, serta bagi dokter dalam pemberian informasi tentang obat agar tidak
terjadi polifarmasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang pemilihan dan
penggunaan obat selesma tanpa resep untuk anak yang dilakukan oleh orang tua
di Kecamatan Umbulharjo.
2. Tujuan Khusus
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
a. pengetahuan orang tua tentang swamedikasi dan selesma pada anak.
b. jenis terapi yang dilakukan orang tua untuk mengobati selesma anak dan alasan
yang mendasari pemilihan jenis terapi tersebut.
c. pemilihan obat selesma tanpa resep, meliputi: merek obat, komposisi zat aktif
obat, bentuk sediaan dan tempat memperoleh obat selesma tanpa resep.
d. sumber informasi tentang obat selesma tanpa resep.
e. mengetahui kerasionalan pemilihan dan penggunaan obat selesma tanpa resep
untuk anak yang dilakukan orang tua.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Perilaku Sehat dan Sakit
Masyarakat awam mengartikan sehat sebagai keadaan tubuh yang enak,
nyaman, gembira dan dapat melakukan kegiatan sehari-hari, sedangkan sakit
diartikan sebagai keadaan tubuh yang mengalami gangguan yang menimbulkan
perasaan tidak enak, tidak nyaman dan sebagainya. Konsep sehat-sakit ini berlaku
sama bagi anak-anak maupun orang dewasa,
hanya
gejalanya yang berbeda
(Notoadmodjo, 2003).
Pengertian penyakit (disease) adalah suatu bentuk reaksi biologis
terhadap suatu organisme, benda asing atau luka. Hal ini merupakan suatu
fenomena yang objektif yang ditandai oleh perubahan fungsi-fungsi tubuh sebagai
organisme biologis, sedangkan sakit
(illness)
adalah penilaian seseorang
terhadap penyakit sehubungan dengan pengalaman yang langsung dialaminya. Hal
ini merupakan fenomena subjektif yang ditandai dengan perasaan tidak enak
(Notoadmodjo, 2003).
Perilaku sehat adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh orang yang
merasa sehat untuk mencegah penyakit atau mendeteksi penyakit sebelum
keluarnya gejala. Perilaku sakit adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh orang
yang merasa sakit untuk menjelaskan keadaan kesehatannya dan mendapatkan
pengobatan yang sesuai (Supardi,1999).
6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Lima konsep yang berguna untuk analisis perilaku sakit adalah:
1. shopping atau proses mencari beberapa sumber yang berbeda dari medical care
untuk satu persoalan atau yang lain.
2. fragmentation atau proses pengobatan oleh beberapa fasilitas kesehatan pada
lokasi yang sama.
3. procrastination atau proses penundaan pencarian pengobatan gejala yang
dirasakan.
4. self medication atau mengobati sendiri dengan menggunakan berbagai ramuan
atau obat-obatan yang dinilai tepat baginya.
5. discontinuity atau proses penghentian pengobatan (Notoadmodjo, 2003).
B. Swamedikasi
Dari Riset Rumah Tangga yang dilaksanakan oleh Departemen
Kesehatan RI, didapat data kuantitatif tentang perilaku masyarakat terhadap
timbulnya gejala penyakit antara lain: dibiarkan 5%, diobati dengan cara sendiri
5%, diobati dengan jamu 9%, memakai obat bebas 63% dan pergi ke dokter atau
puskesmas 18%. Dari data tersebut ternyata prosentase penderita sakit yang
melakukan swamedikasi menggunakan obat bebas adalah paling besar. Kenyataan
tersebut dapat dijadikan salah satu dasar kebijakan dalam membina kesehatan
masyarakat pada umumnya (Sartono,1993b).
Swamedikasi merupakan suatu tindakan pengobatan sendiri yang biasa
dilakukan untuk mengatasi masalah atau gangguan kesehatan yang ringan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
misalnya selesma, demam, sakit kepala, diare, sembelit, maag, gatal-gatal, infeksi
jamur kulit dan lain-lain (Anonim,2001).
Swamedikasi biasanya dilakukan untuk mengobati penyakit yang sudah
biasa dialami dengan menggunakan terapi nir obat, obat atau ramuan tradisional,
obat modern atau cara lain tanpa petunjuk dokter atau tenaga kesehatan lainnya.
Tujuan swamedikasi antara lain untuk peningkatan kesehatan, pengobatan
penyakit ringan dan pengobatan rutin penyakit kronis setelah perawatan dokter.
Peranan swamedikasi adalah untuk penanggulangan secara cepat dan efektif
keluhan yang tidak memerlukan konsultasi medis, mengurangi beban pelayanan
kesehatan pada keterbatasan sumber daya dan tenaga serta meningkatkan
keterjangkauan pelayanan kesehatan untuk masyarakat yang jauh dari puskesmas
(Supardi,1997).
Swamedikasi menggunakan obat tanpa resep pada umumnya didasarkan
atas pengalaman masa lalu maupun informasi dari keluarga atau lingkungan
sekitar. Selain itu, saat ini semakin banyak obat-obat tanpa resep yang
dipromosikan melalui iklan di media cetak, elektronik maupun billboard yang
disertai dengan informasi dan bujukan yang kadang menarik konsumen bahkan
menyesatkan. Konsumen harus benar-benar selektif dalam memilih obat sesuai
dengan kondisi tubuh dan penyakitnya.
Swamedikasi menggunakan obat tanpa resep harus memperhatikan:
1. pencantuman nomor registrasi dari Badan POM sebagai izin beredar
2. kondisi obat dan kemasan apakah dalam keadaan baik atau rusak
3. tanggal kadaluarsa obat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
4. membaca dan mengikuti keterangan atau informasi yang tercantum pada
kemasan atau brosur yang terdapat dalam kemasan obat yang
berisi
tentang indikasi, kontraindikasi, efek samping, dosis, aturan pemakaian, cara
penyimpanan, perhatian, peringatan dan informasi tentang interaksi obat
dengan obat atau obat dengan makanan (Widodo, 2004).
C. Obat Tanpa Resep
Penggolongan obat berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan
RI
No. 917/MENKES/PER/X/1993 (pasal 1 ayat 3) tentang Wajib Daftar Obat Jadi,
obat digolongkan menjadi enam yaitu obat bebas, obat bebas terbatas, obat wajib
apotek, obat keras, psikotropika dan narkotika (Anonim, 1996). Berikut hanya
dijelaskan tentang obat bebas dan obat bebas terbatas yang termasuk dalam Obat
Tanpa Resep.
Obat Tanpa Resep (OTR) dapat diartikan sebagai obat modern yang
dapat dibeli tanpa resep dokter atau obat yang telah ditegaskan akan aman dan
manjur bagi penggunanya apabila digunakan mengikuti petunjuk penggunaan dan
peringatan yang terdapat dalam kemasan obat. Dari pengertian tersebut berarti
pemakai dapat bebas mendiagnosis penyakit dan memilih obat sendiri, serta
pemakaian dan cara mendapatkan obat tidak diawasi oleh dokter atau apoteker.
Obat yang dapat diserahkan tanpa resep berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan No. 919/MENKES/PER/X/1993 (pasal 2) harus memenuhi
kriteria:
1. tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak di
bawah umur 2 tahun dan orang tua di atas 65 tahun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
2. pengobatan sendiri dengan menggunakan obat yang dimaksud tidak mampu
memberikan resiko pada kelanjutan penyakit.
3. penggunaannya tidak memerlukan cara dan atau alat khusus yang harus
dilakukan oleh tenaga kesehatan.
4. penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di
Indonesia.
5. obat yang dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat
dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri (Anonim, 1996).
Obat Tanpa Resep dapat dibedakan menjadi dua, yaitu obat bebas dan
obat bebas terbatas. Obat bebas adalah obat yang dalam penggunaannya tidak
membahayakan dan dapat dipergunakan tanpa pengawasan dokter. Berdasarkan
SK Menteri Kesehatan RI No. 2380/A/SK/1983, pada bagian wadah atau kemasan
harus diberi tanda khusus berupa lingkaran hijau dengan garis tepi hitam. Obat
bebas terbatas adalah golongan obat yang dalam penggunaannya cukup aman,
tetapi bila digunakan berlebihan dapat mengakibatkan efek samping yang kurang
menyenangkan. Penggunaannya tidak memerlukan pengawasan dokter namun
terbatas sesuai dengan aturan yang tertera dalam kemasan. Obat bebas terbatas
harus mencantumkan tanda khusus berupa lingkaran berwarna biru dengan garis
tepi hitam. Pada kemasan obat bebas terbatas juga harus mencantumkan tanda
peringatan yang ditulis dengan warna putih di dalam kotak yang berwarna
hitam (Anonim, 1996).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Tabel I. Enam tanda peringatan yang harus dicantumkan sesuai
dengan penggunaannya
P. no. 1
Awas! Obat Keras. Bacalah aturan
pemakaiannya di dalam
Contoh: Paramex
P. no. 2
Awas! Obat Keras. Hanya untuk
kumur, jangan ditelan.
Contoh:Listerine
Mouthwash
P. no. 3
Awas! Obat Keras. Hanya untuk
bagian luar tubuh.
Contoh: Betadine
Antiseptik
P. no. 4
Awas! Obat Keras. Hanya untuk
dibakar.
Contoh: Rokok Anti Asma
P. no. 5
Awas! Obat Keras. Tidak boleh
ditelan.
Contoh: Dulcolax
P. no. 6
Awas! Obat Keras. Obat wasir jangan
ditelan.
Contoh: Anusol
D. Selesma
1. Definisi
Selesma atau common cold merupakan gabungan dari berbagai gejala
yang mengganggu saluran pernafasan bagian atas, terutama selaput lendir hidung
(Tietze, 2004). Selesma sering disebut juga dengan pilek karena adanya lendir
hidung yang keluar, rhinitis akut karena terjadi dengan cepat, rhinitis virus karena
disebabkan oleh virus (Donatus, 1997).
Selesma kadang diartikan sama dengan influenza atau rhinitis alergi,
padahal ketiganya berbeda. Perbedaannya terletak pada penyebab dan intensitas
gejala. Penyebab influenza hampir mirip dengan selesma yaitu virus, namun pada
selesma
penyebabnya
adalah
virus
selesma
sedangkan
pada
influenza
penyebabnya adalah virus influenza. Gejala yang timbul pun juga hampir sama
yaitu adanya sumbatan dan cairan nasal, namun pada influenza intensitasnya lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
berat dan kadang disertai gatal pada hidung, nyeri otot dan sendi, batuk dan
demam, sedangkan rhinitis alergi disebabkan karena adanya reaksi alergi dari
antibodi pada mukosa hidung terhadap antigen yang terhisap. Penyebab rhinitis
alergi ini antara lain debu, tungau, benang sari atau alergi terhadap udara dingin.
Jika penyebab alergi dijauhi maka rhinitis alergi juga akan sembuh sendiri.
Gejalanya antara lain sumbatan dan cairan nasal, gatal hidung dan bersin-bersin
(Donatus, 1997).
2. Penyebab
Selesma disebabkan oleh salah satu jenis virus penyebab selesma,
terutama Rhinovirus. Virus lain yang menyebabkan gejala seperti pada selesma
antara lain Coronavirus, Adenovirus, Parainfluenza virus, RSV (Respiratory
Syncytial Virus), Echovirus dan Cocksackievirus (Tietze, 2004).
Gejala yang timbul setelah suatu periode inkubasi singkat antara 1-3 hari biasanya
berupa pilek karena adanya cairan nasal, bersin, sakit tenggorokan dan juga sakit
kepala. Penyakit ini dapat
diobati apabila
sembuh dengan
sendirinya
(self-limiting) tanpa
tidak ada komplikasi dan seringkali tidak disertai demam
(Tjay & Raharja, 2002).
Kejadian selesma diawali karena infeksi virus yang menyebabkan
terjadinya radang dan iritasi nasal yang ditandai dengan bersin kemudian keluar
cairan nasal yang dapat menyebabkan sumbatan nasal yang disertai sakit kepala
karena iritasi yang meluas. Jika gejala tersebut tidak segera diatasi, dapat
menyebabkan sakit tenggorokan, batuk kering yang dapat berubah menjadi batuk
basah (Tietze, 2004).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
3. Patofisiologi
Proses infeksi virus selesma meliputi tiga tahap, yang pertama virus
masuk sel semang (host) pada hidung dan mengeluarkan asam nukleat, kemudian
terjadi duplikasi genom dan sintesis protein virus dengan menggunakan fasilitas
sel semang, dilanjutkan dengan penyusunan partikel virus baru, kemudian
dilepaskan dan akan menginfeksi sel semang yang lain, selanjutnya terjadilah
peradangan (Tietze, 2004).
Beberapa kondisi yang dapat memicu timbulnya selesma antara lain
daya tahan tubuh yang lemah atau menurun, pergantian musim biasanya musim
dingin, usia balita dan anak-anak lebih mudah terserang selesma dan pada wanita
lebih mudah terserang selesma berkaitan dengan siklus menstruasi.
Gambar 1. Organ Saluran Pernafasan
E. Penatalaksanaan Terapi
GG
Gambar 1. Organ Saluran Pernafasan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
E. Penatalaksanaan Terapi
1. Tujuan Terapi
Selesma merupakan penyakit simptomatis yang dapat sembuh dengan
sendirinya. Karena itu pengobatan yang dilakukan hanya bersifat paliatif atau
meringankan gejala saja. Tetapi tidak semua gejala yang muncul harus diobati
karena satu gejala yang muncul umumnya merupakan perluasan gejala
sebelumnya. Selain itu, tidak semua gejala yang muncul dirasakan berat oleh
penderita.
2. Sasaran Terapi
Sasaran terapi penyakit selesma adalah gejala yang dirasakan paling
berat oleh penderita dan merupakan awal mata rantai gejala selesma, yaitu cairan
nasal dan sumbatan nasal. Apabila kedua gejala ini dapat diringankan maka akan
membatasi tekanan nasal yang menimbulkan sakit kepala dan perluasan iritasi
yang merupakan penyebab munculnya rangkaian gejala berikutnya seperti sakit
tenggorokan dan batuk. Oleh karena itu, sasaran terapi selesma yang utama adalah
meringankan gejala cairan nasal dan sumbatan nasal. Dengan berkurangnya cairan
dan sumbatan nasal, rentetan gejala berikutnya kemungkinan besar juga akan
berkurang (Donatus, 1997).
3. Strategi Terapi
Gejala cairan dan sumbatan nasal pada selesma dapat dikurangi atau
dihilangkan dengan dua macam terapi, yaitu terapi nir obat dan terapi obat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
a. Terapi Nir Obat
Terapi nir obat dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain
istirahat yang cukup, makan makanan yang bergizi, memperbanyak asupan cairan,
minum minuman yang hangat atau menghirup uap air panas (Tietze, 2004).
Dengan cara tersebut dalam beberapa hari mekanisme pertahanan tubuh secara
alami akan kembali ke keadaan normal.
b. Terapi Obat
Terapi obat biasanya digunakan kombinasi dari beberapa obat yang
mempunyai efek terapi yang berbeda-beda namun saling melengkapi. Kombinasi
obat
selesma
biasanya
berupa
dekongestan
nasal,
analgesik-antipiretik,
antihistamin, antitusif dan ekspektoran.
Dekongestan dibagi menjadi dua, yaitu dekongestan oral dan topikal.
Dekongestan adalah obat yang mempunyai efek mengurangi hidung tersumbat,
melapangkan saluran pernafasan, mengeringkan hidung dan sinus. Dekongestan
oral yang direkomendasikan oleh FDA (Food and Drug Administration) adalah
fenilefrin dan pseudoefedrin. Efek samping dekongestan antara lain gelisah, perut
terasa tidak enak dan sukar tidur. Dekongestan dikontraindikasikan terhadap
penderita dengan riwayat hipersensitif, penderita yang mendapat terapi obat
MAO. Selain itu, beberapa dekongestan topikal dikontraindikasikan untuk anak
dibawah usia 12 tahun. Dekongestan topikal biasanya berefek lebih lama daripada
oral, dan tidak boleh menimbulkan efek sistemik maupun mengiritasi mukosa dan
silia pada saluran pernafasan. Dekongestan topikal yang beredar di pasaran antara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
lain efedrin, epinefrin, fenilefrin, nafazolin, tetrahidrazolin, oximetazolin dan
xilometazolin (Tietze, 2004).
Analgesik antipiretik efektif digunakan untuk mengurangi sakit kepala
dan demam yang kadang menyertai gejala selesma. Beberapa analgesik antipiretik
yang digunakan dalam obat selesma tanpa resep untuk anak antara lain
parasetamol dan ibuprofen (Tietze, 2004).
Antihistamin berfungsi untuk menghilangkan atau mengurangi gejala
yang diakibatkan oleh sekresi kelenjar lendir yang berlebihan yang menyebabkan
hidung tersumbat oleh cairan lendir dan mata terasa gatal. Antihistamin
menghambat efek histamin pada pembuluh darah, bronkus dan macam-macam
otot polos yang terlepas pada saat terjadi lisis sel semang. Antihistamin juga
bermanfaat untuk mengobati reaksi hipersensitif atau keadaan lain yang disertai
pelepasan
histamin
endogen
berlebihan.
Antihistamin
mempunyai
efek
mengantuk, dan dikontraindikasikan untuk bagi penderita glaukoma, asma dan
wanita yang menyusui. Antihistamin yang sering digunakan antara lain
klorfeniramin maleat, deksklorfeniramin maleat, prometazin HCl, tripolidin dan
lain-lain (Anonim, 1997).
Antitusif diindikasikan untuk mengurangi frekuensi batuk yang
berlebihan pada batuk kering. Beberapa jenis antitusif misalnya kodein,
dextromethorpan dan difenhidramin. Antitusif tidak boleh diberikan untuk batuk
berdahak. Ekspektoran berfungsi untuk mengencerkan dahak sehingga lebih
mudah dikeluarkan. Ekspektoran yang biasa digunakan adalah gliserilguaiakolat
(guaifenesin). Untuk pengobatan selesma perlu juga dipilih obat yang
mengandung antitusif atau ekpektoran tergantung dari jenis batuk yang menyertai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
F. Pengobatan Rasional
Pengobatan atau penggunaan obat yang rasional adalah pemilihan dan
penggunaan obat yang efektifitasnya terjamin aman dengan mempertimbangkan
harga dan efek samping dari obat yang digunakan.
Menurut WHO, pemakaian obat dikatakan rasional jika memenuhi
kriteria: sesuai dengan indikasi penyakit, tersedia setiap saat dengan harga yang
terjangkau, diberikan dengan dosis yang tepat, cara pemberian dengan interval
waktu yang tepat, lama pemberian yang tepat, obat yang diberikan harus efektif
dengan mutu yang terjamin dan aman (Anonim, 2000).
Untuk mencapai pengobatan yang rasional, ada beberapa persyaratan
yang harus dipenuhi antara lain: ketepatan diagnosis, ketepatan indikasi
pemakaian obat, ketepatan pemilihan obat, ketepatan dosis, cara dan lama
pemberian obat. Sedangkan aspek lain yang harus diperhatikan oleh dokter dan
apoteker adalah ketepatan penilaian terhadap kondisi pasien, ketepatan pemberian
informasi dan ketepatan dalam tindak lanjut (Anonim, 2000).
Informasi yang umum tercantum pada brosur atau kemasan obat tanpa
resep antara lain: komposisi yaitu obat atau zat aktif apa saja yang ada dalam obat
beserta jumlah masing-masing zat aktif, indikasi yaitu kegunaan obat dalam
pengobatan penyakit, efek samping yaitu efek yang tidak diinginkan yang dapat
muncul akibat penggunaan obat, kontraindikasi yaitu siapa yang tidak boleh
menggunakan obat berkaitan kondisi tubuh pengguna, aturan pemakaian yaitu
berapa kali obat digunakan dalam sehari dan selama berapa lama, peringatan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
perhatian yaitu hal-hal apa saja yang harus diperhatikan oleh pengguna, waktu
kadaluarsa yaitu waktu yang menunjukkan batas akhir obat masih memenuhi
persyaratan seperti semula sehingga sebaiknya obat digunakan sebelum batas
waktu tersebut (Widodo, 2004).
Penggunaan obat yang tidak rasional dapat dikategorikan antara lain:
1. peresepan berlebih yaitu penggunaan obat yang tidak diperlukan, dosis terlalu
tinggi atau pengobatan yang terlalu lama.
2. peresepan kurang yaitu tidak menggunakan obat yang sebetulnya diperlukan,
dosis tidak mencukupi atau pengobatan yang terlalu singkat.
3. peresepan salah yaitu obat dipilih untuk indikasi yang tidak tepat.
4. peresepan mewah yaitu pemberian obat mahal padahal ada obat yang lebih
murah.
5. polifarmasi yaitu penggunaan dua atau lebih obat padahal satu obat saja sudah
mencukupi (Donatus, 1997).
Dalam penggunaan obat bebas,
masalah yang dihadapi antara lain
adalah sebagian besar obat yang dijual bebas mengandung campuran beberapa
obat berkhasiat sehingga harga obat menjadi mahal, karena merupakan campuran
beberapa obat berkhasiat, maka satu macam obat dinyatakan dapat digunakan
untuk berbagai macam penyakit dan gejala penyakit. Karena penggunaan yang
dapat bermacam-macam maka petunjuk penggunaannya menjadi tidak jelas,
masyarakat menganggap bahwa pengobatan sendiri cukup aman sehingga pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
waktu memerlukan pertolongan dokter sudah dalam keadaan terlambat dan
masyarakat percaya bahwa pemerintah tidak akan mengijinkan penjualan obatobat yang berbahaya bagi kesehatan. Padahal obat-obat tertentu mempunyai efek
samping yang dapat merugikan bagi pengguna sehubungan dengan penyakit yang
diderita (Sartono,1993a).
Sehubungan dengan masalah yang dihadapi tersebut, maka hal-hal yang
perlu diperhatikan oleh pengguna obat-obat bebas sebelum menentukan pilihan
antara lain memperhatikan dan mengenali penyakit atau gejala penyakit yang
diderita,
memilih obat yang paling sesuai untuk penyakitnya mengacu pada
kondisi tubuh penderita, memilih obat yang mempunyai efek samping yang paling
ringan, memilih bentuk sediaan yang paling nyaman dan sesuai, memilih obat
yang harganya murah (Widodo,2004).
Setelah
mendapatkan
obat,
yang
perlu
diperhatikan
sebelum
menggunakan obat tersebut antara lain aturan pemakaian yang meliputi cara
memakai, berapa jumlahnya, berapa kali sehari, dipakai sebelum atau sesudah
makan atau sebelum tidur serta berapa lama pemakaiannya. Selain itu perlu
diperhatikan pula indikasi, kontraindikasi (pada keadaan mana obat tidak dapat
digunakan), efek samping, makanan atau minuman atau obat lain yang tidak boleh
dikonsumsi bersamaan dengan obat serta penyimpanan obat berkaitan dengan obat
disimpan dimana dan dapatkah sisa obat yang disimpan digunakan lagi
(Anonim,2001).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
G. Pelayanan Informasi Obat
Pelayanan informasi obat sangat diperlukan menuju pengobatan yang
rasional. Fungsi pelayanan apoteker di farmasi komunitas lebih ditekankan pada
konsultasi dengan pasien serta pemberian informasi yang tepat guna berkaitan
dengan khasiat, efek samping, peringatan dan cara pemakaian obat. Pemantauan
dan penilaian terhadap hasil pengobatan juga termasuk dalam fungsi pelayanan
apoteker. Hal ini perlu diterapkan pada farmasi komunitas di Indonesia (Donatus,
2000).
Salah satu sasaran tercapainya penggunaan obat yang rasional adalah
diperolehnya informasi tentang obat yang berkualitas dan memadai bagi pasien,
sehingga pasien dapat memutuskan tindakan apa yang terbaik bagi dirinya. Saat
ini pasien menyadari bahwa mereka mempunyai hak untuk mengambil keputusan
atas kesehatan dirinya sehingga diperlukan informasi yang tepat diberikan kepada
pasien dalam mengambil keputusan (Setiadji, 1996).
Pada kenyataannya, kebanyakan masyarakat mendapatkan informasi
tentang penggunaan obat bebas hanya dari keluarga, pelayan toko atau warung
maupun dari iklan. Selain itu, masyarakat biasanya cenderung melakukan
percobaan terhadap obat yang belum pernah dipakainya. Ditambah lagi banyak
pasien yang tidak menghargai atau merasa tidak perlu mendapatkan bantuan
dokter atau apoteker dalam memilih obat tanpa resep (Schwartz dan Isetts, 2000).
Hal tersebut diatas menyebabkan terjadinya penggunasalahan obat yang
berdampak negatif bagi pasien (Donatus, 1997).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Apoteker adalah profesi yang berada di garis depan dalam sistem
pelayanan kesehatan yang diwajibkan untuk membantu pasien dalam memilih
alternatif yang dibutuhkan untuk mengatasi kondisinya (Anonim, 1990). Apoteker
dapat menyarankan salah satu dari tiga alternatif pilihan berikut ini kepada pasien
untuk mengatasi penyakitnya berdasarkan kondisi pasien pada saat itu:
1. memberikan saran non-farmakoterapi pada pasien jika memang dinilai tidak
membutuhkan obat.
2. menyarankan swamedikasi kepada pasien dengan penyakit ringan yang
membutuhkan obat.
3. merujuk pasien pada profesional kesehatan lain seperti dokter atau petugas
laboratorium jika memang pasien membutuhkannya (Schwartz dan Isetts,
2000).
Institusi penting dalam pelayanan pengaturan obat kepada masyarakat
adalah apotek. Apotek merupakan tempat dilakukannya pekerjaan kefarmasian
dan penyaluran sediaan farmasi serta perbekalan kesehatan lainnya kepada
masyarakat. Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian
mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan penyaluran
obat, pelayanan atas resep dokter, pelayanan informasi obat dan pengembangan
obat (Widodo, 2004).
Apotek memberikan pelayanan khusus bagi konsumen, antara lain
kesempatan berkonsultasi dengan apoteker untuk mendapatkan informasi perlu
tidaknya seseorang memeriksakan penyakitnya ke dokter atau cukup hanya
dengan menggunakan obat tanpa resep, obat wajib apotek atau bahkan tanpa obat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Pelayanan informasi obat yang dibutuhkan oleh konsumen antara lain mengenai
indikasi, kontraindikasi, efek samping, dosis dan aturan pakai, peringatan
penggunaan obat, harga obat serta informasi mengenai pilihan obat yang tepat
bagi konsumen. Apotek juga memberikan kesempatan kepada konsumen untuk
berkonsultasi apabila ada keluhan atau efek yang timbul setelah pengggunaan obat
tertentu (Widodo, 2004).
H. Keterangan Empiris
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang jelas tentang
pemilihan dan penggunaan obat selesma tanpa resep untuk anak di kalangan orang
tua murid Kelompok Bermain dan Taman Kanak-Kanak di Kecamatan
Umbulharjo.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian non eksperimental, karena pengamatan
dilakukan terhadap sejumlah variabel subjek menurut keadaan sebenarnya tanpa
adanya manipulasi atau intervensi dari peneliti. Rancangan penelitian yang
digunakan adalah survei epidemiologik deskriptif. Rancangan ini bertujuan untuk
membuat gambaran atau deskripsi terhadap fenomena kesehatan masyarakat
dalam keadaan apa adanya tanpa mencoba menganalisis bagaimana dan mengapa
fenomena tersebut terjadi (Pratiknya, 1986).
B. Definisi Operasional
Beberapa konsep yang perlu didefinisikan secara operasional antara lain :
1. Responden adalah orangtua murid Kelompok Bermain dan Taman Kanakkanak di Kecamatan Umbulharjo yang menjadi subjek penelitian.
2. Swamedikasi adalah upaya untuk mengobati penyakit dengan menggunakan
obat tradisional, obat modern maupun cara lain tanpa petunjuk dari dokter atau
apoteker.
3. Jenis terapi adalah jenis pengobatan yang dilakukan untuk mengobati penyakit,
antara lain swamedikasi atau langsung berobat ke dokter.
4. Selesma adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh berbagai gejala yang
mengganggu saluran pernafasan bagian atas, terutama selaput lendir hidung.
23
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
5. Produk obat selesma adalah bahan obat dalam berbagai bentuk sediaan yang
digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan gejala selesma, seperti
keluarnya lendir hidung , hidung tersumbat, bersin, dan lain sebagainya.
6. Informasi obat adalah informasi yang tertera dalam kemasan obat yang terdiri
dari komposisi zat aktif dengan nama generik atau merek dagang, indikasi,
efek samping, kontraindikasi, peringatan, perhatian, waktu kadaluarsa, cara
penyimpanan, nama dan alamat industri farmasi atau distributor.
7. Pengobatan
rasional
adalah
pengobatan
yang
dilakukan
dengan
memperhatikan dan mematuhi indikasi, kontraindikasi, efek samping, aturan
pakai, dosis, waktu kadaluarsa dan informasi lain yang tertera pada kemasan
obat.
C. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kelompok Bermain dan Taman Kanakkanak yang ada di Kecamatan Umbulharjo. Jumlah KB dan TK di Kecamatan
Umbulharjo sebanyak 30 sekolah, berdasarkan data dari Dinas Pendidikan dan
Pengajaran (Dinas P dan P) Kota Yogyakarta tahun 2004. Pada penelitian ini
dipilih 5 KB dan TK yang tersebar di bagian tengah, barat, timur, selatan dan
utara Kecamatan Umbulharjo. Pemilihannya berdasarkan letak sekolah dan
jumlah siswa dengan pertimbangan mewakili masing-masing wilayah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
D. Subjek Penelitian
Populasi penelitian adalah orang tua yaitu ayah atau ibu dari anak-anak
usia prasekolah yang terdaftar sebagai murid Kelompok Bermain atau Taman
Kanak-kanak di Kecamatan Umbulharjo. Subjek penelitian adalah bagian dari
populasi yang
digunakan
sebagai
data pada penelitian ini. Menurut Gay
(cit., Sevilla, dkk, 1993 ), untuk penelitian deskriptif sampel yang diperlukan
minimal 10 % dari populasi. Berdasarkan data dari Dinas P dan P Kota
Yogyakarta tahun 2004 jumlah siswa Kelompok Bermain dan Taman Kanakkanak dari 30 sekolah yang ada sebesar 2015 anak. Subjek penelitian yang
digunakan sebanyak 205 responden untuk 5 KB dan
TK dengan jumlah
responden untuk tiap sekolah ditentukan 50% dari jumlah siswanya.
Pemilihan responden menggunakan metode non-probability sampling
yaitu quota sampling, yang didasarkan pada suatu pertimbangan bahwa orang
tua yang memiliki anak usia prasekolah kemungkinan besar pernah atau sering
menggunakan obat selesma tanpa resep untuk mengobati selesma pada anak
dengan menetapkan terlebih dahulu jumlah sampel secara quotum atau jatah yang
diperlukan (Notoadmodjo, 2002). Kriteria
responden adalah orang tua yang
pernah atau sering melakukan swamedikasi menggunakan obat selesma tanpa
resep untuk mengobati selesma anak. Dari 205 responden yang menerima
kuesioner, yang mengembalikan
dan mengisi dengan lengkap sebanyak 177
responden yang kemudian digunakan sebagai data penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner.
Kuesioner adalah formulir yang berisikan daftar urutan pertanyaan yang
disusun
untuk memperoleh informasi
yang
harus diisi sendiri oleh
responden (Notoadmodjo, 2002). Kuesioner disampaikan langsung kepada
responden yang akan dimintai informasi.
Kuesioner terdiri dari empat bagian yaitu bagian pertama merupakan data
karakteristik responden yang terdiri dari 5 pertanyaan, bagian kedua merupakan
data karakteristik anak responden sebagai objek penelitian yang terdiri dari 4
pertanyaan, bagian ketiga merupakan data pengetahuan responden tentang
selesma dan pengobatan sendiri yang terdiri dari 5 pertanyaan, bagian keempat
merupakan data tindakan responden dalam pengobatan selesma anak yang terdiri
dari 29 pertanyaan.
Bentuk pertanyaan berupa pertanyaan tertutup, semi terbuka dan
kombinasi tertutup terbuka. Pada pertanyaan tertutup, kemungkinan jawabannya
sudah ditentukan terlebih dulu dan responden tidak diberi kesempatan untuk
memberikan jawaban lain. Pada pertanyaan semi terbuka, jawabannya sudah
tersusun tetapi masih ada kemungkinan jawaban tambahan dari responden sendiri,
sedangkan pada pertanyaan kombinasi tertutup terbuka, jawabannya
ditentukan
namun
kemudian
(Singarimbun dan Handayani, 1995).
disusul
dengan
pertanyaan
sudah
terbuka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Untuk mempermudah dalam pengumpulan data, pertanyaan disusun
menjadi dua nomor yaitu pertanyaan pertama berupa pertanyaan tertutup dan
pertanyaan kedua berupa pertanyaan terbuka (Singarimbun dan Handayani, 1995).
F. Tata Cara Penelitian
1. Penyusunan Kuesioner
a. Pembuatan kuesioner
Pembuatan kuesioner berdasarkan tujuan penelitian, perumusan masalah
dan definisi operasional. Kuesioner terdiri dari empat bagian dengan total
pertanyaan sebanyak 41 pertanyaan. Bentuk pertanyaan berupa pertanyaan
tertutup, semi terbuka dan kombinasi tertutup terbuka.
b. Uji coba kuesioner
Uji coba kuesioner dalam penelitian ini adalah uji pemahaman bahasa
yang dilakukan untuk menyempurnakan kuesioner. Melalui uji coba akan
diketahui berbagai hal, antara lain: apakah pertanyaan tertentu perlu dihilangkan
atau ditambahkan, apakah tiap pertanyaan dapat dimengerti dengan baik oleh
responden, apakah urutan pertanyaan perlu diubah, apakah pertanyaan yang
sensitif dapat diperlunak dengan mengubah bahasa, berapa lama waktu yang
dibutuhkan untuk mengisi kuesioner (Singarimbun dan Handayani, 1995).
Agar diperoleh distribusi nilai hasil pengukuran mendekati normal, maka
sebaiknya jumlah responden untuk uji coba paling sedikit 20 orang. Responden
untuk ujicoba adalah yang memiliki karakteristik hampir sama dengan responden
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
untuk penelitian. Ujicoba
dilaksanakan
di luar
daerah
penelitian
(Notoatmodjo, 2002).
Pada penelitian ini ujicoba dilakukan di KB dan TK di luar Kecamatan
Umbulharjo, dengan jumlah responden sebesar 25 orang tua murid KB dan TK
tersebut. Dari hasil ujicoba, ternyata ada beberapa pertanyaan yang harus
diperbaiki kalimatnya dan juga petunjuk pengisian. Perbaikan kuesioner dilakukan
antara lain dengan menghilangkan kalimat dari pertanyaan yang dianggap tidak
perlu, menambah kalimat agar pertanyaan menjadi lebih jelas, mengganti
beberapa pertanyaan dengan bahasa yang tepat dan memperbaiki kalimat petunjuk
pengisian sehingga kuesioner lebih mudah dipahami oleh responden. Setelah
dilakukan perbaikan akhirnya didapatkan kuesioner yang lengkap dan mudah
dipahami.
2. Penyebaran dan Pengisian Kuesioner
Penyebaran kuesioner dilakukan sendiri oleh peneliti dengan menemui
langsung orang tua murid di sekolah anaknya. Bagi responden yang dapat mengisi
di tempat, peneliti mendampingi tetapi memberikan keleluasaan kepada responden
untuk mengisi kuesioner dan apabila ada pertanyaan yang kurang dimengerti
dapat langsung ditanyakan kepada peneliti dan kuesioner dapat langsung
dikembalikan. Namun bagi responden yang tidak dapat mengisi di tempat, maka
kuesioner dibawa pulang dengan asumsi bahwa responden lebih leluasa dalam
mengisi dan sudah mengerti isi kuesioner sehingga diharapkan tidak ada kesulitan
dalam pengisian. Kuesioner yang dibawa pulang harus sudah diserahkan kembali
maksimal tiga hari setelah penyerahan dan dikumpulkan kepada Kepala Sekolah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Peneliti juga melakukan wawancara singkat kepada beberapa responden
dari masing-masing sekolah untuk melengkapi informasi yang diperlukan.
Pertanyaan wawancara terstruktur yang merupakan pertanyaan lanjutan dari
kuesioner atau pun pertanyaan yang tidak terdapat pada kuesioner namun
diperlukan untuk menunjang hasil penelitian. Pembagian kuesioner dan
pengumpulan data dilakukan pada bulan Mei 2005.
G. Analisis Hasil
Kuesioner yang telah terkumpul kemudian jawabannya ditabulasi secara
manual sesuai dengan kategori yang sudah ditentukan oleh peneliti. Tabulasi data
didasarkan pada kategori yang dibuat berdasarkan pertimbangan peneliti sendiri,
yang disesuaikan dengan tujuan penelitian, permasalahan dan definisi operasional
(Notoatmodjo, 2002).
Analisis hasil menggunakan metode statistik deskriptif dengan analisis
prosentase dan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Pada analisis prosentase,
data yang diperoleh dibagi dalam beberapa kelompok dan dinyatakan dalam
prosentase.
H. Kesulitan Dalam Penelitian
Meskipun telah dilakukan ujicoba dan hasilnya baik, namun saat
penelitian tetap mengalami kendala dan kesulitan. Kesulitan yang dihadapi adalah
pada saat pengisian kuesioner oleh responden yang mengisi sendiri di rumah, ada
beberapa responden yang tidak mematuhi perintah pengisian yang diberikan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
seperti misalnya untuk pertanyaan tertutup yang pada perintahnya hanya cukup
memilih satu alternatif jawaban, namun responden memilih lebih dari satu
jawaban. Selain itu, yang pada perintah dituliskan jika memilih alternatif jawaban
‘a’ maka tidak perlu melanjutkan ke pertanyaan selanjutnya atau langsung
menjawab pertanyaan nomor sekian, namun responden tidak memperhatikan
perintah tersebut dan tetap mengisi nomor-nomor berikutnya. Hal ini
menyebabkan kesulitan bagi peneliti dalam pengolahan data.
Pada penelitian ini digunakan subjek penelitian sebanyak 205 responden
(10% dari populasi), hal ini dikarenakan keterbatasan biaya. Namun yang
mengembalikan kuesioner secara lengkap hanya 177 responden. Dalam penelitian
survei menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner sebaiknya digunakan
subjek penelitian sebesar 30% dari populasi sehingga diharapkan responden yang
mengembalikan kuesioner secara lengkap yang kemudian digunakan sebagai data
dapat mencapai 10% dari populasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden
Berikut
akan
dijelaskan
karakteristik
responden,
meliputi
usia
responden, status dalam keluarga, tingkat pendidikan, pekerjaan dan penghasilan
responden.
1. Usia Responden
Usia responden pada penelitian ini bervariasi mulai dari 20 tahun sampai
lebih dari 40 tahun.
Tabel II. Usia Orangtua Murid KB dan TK di Kecamatan Umbulharjo
No.
Usia (tahun)
Jumlah
Prosentase (%)
1.
< 20
0
0
2.
20-30
57
32,20
3.
31-40
98
55,37
4.
>40
22
12,43
Total
177
100
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar usia responden adalah
antara 31 sampai 40 tahun (55,37%). Pada usia 31 sampai 40 tahun seseorang
sangat dewasa untuk mengambil suatu keputusan termasuk keputusan untuk
melakukan upaya pengatasan penyakit pada anak. Pada usia tersebut pengalaman
dalam pengobatan terutama pengobatan sendiri sudah memadai sehingga
pemilihan dan penggunaan obat dapat dilakukan dengan tepat serta permasalahan
dalam pengobatan dapat diminimalkan.
31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
2. Status Responden dalam Keluarga
Responden adalah orang tua atau orang terdekat dari anak yang
mempunyai pengaruh besar terhadap pengambilan keputusan yang menyangkut
kesehatan anak, karena anak usia balita belum dapat mengambil keputusan sendiri
terhadap kesehatannya.
Status keluarga dalam penelitian ini adalah hubungan keluarga dengan
anak, yaitu ayah dan ibu. Dalam penelitian ini responden yang mengisi kuesioner
ayah dan ibu.
18.08%
Ayah
Ibu
81.92%
Gambar 2. Status Orangtua Murid KB dan TK di Kecamatan Umbulharjo
Gambar di atas menunjukkan bahwa responden yang banyak mengisi
angket adalah ibu (81,92 %), sedangkan yang berstatus ayah lebih sedikit
(18,08 %). Hal ini menunjukkan bahwa ibu adalah orang terdekat dari anak yang
lebih banyak bersama dengan anak-anak sehingga lebih mengetahui kondisi
kesehatan anak dan lebih berperan dalam pemilihan pengobatan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
3. Tingkat Pendidikan Responden
Tingkat pendidikan responden berpengaruh terhadap pemilihan tindakan
pengobatan dan pemilihan obat yang berkualitas serta pemahaman terhadap
informasi kesehatan yang ada di masyarakat.
Tabel III. Tingkat Pendidikan Orangtua Murid KB dan TK di Kecamatan
Umbulharjo
No.
Pendidikan Terakhir
Jumlah
Prosentase (%)
1. SD
2
1,13
2. SLTP
6
3,40
3. SMU
69
38,98
4. Diploma
39
22,03
5. Perguruan Tinggi
53
29,94
6. Lain-lain: SPG TK, Pasca Sarjana
8
4,52
Total
177
100
Tabel di atas menunjukkan bahwa pendidikan terakhir sebagian besar
responden adalah SMU, SPG TK, Diploma, Perguruan Tinggi dan Pasca Sarjana
yang merupakan jenjang pendidikan yang relatif tinggi. Dari data tersebut dapat
dilihat bahwa pendidikan seseorang berpengaruh terhadap pengambilan keputusan
dalam pengobatan dan pemilihan obat yang berkualitas. Seseorang dengan
pendidikan tinggi mempunyai kemampuan untuk berfikir yang lebih tinggi dan
dapat memilih keputusan yang terbaik bagi kesehatan anaknya.
4. Jenis Pekerjaan Responden
Jenis pekerjaan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap
perilaku kesehatan di masyarakat serta pemilihan pengobatannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Tabel IV. Jenis Pekerjaan Orangtua Murid KB dan TK di Kecamatan
Umbulharjo
No.
Jenis Pekerjaan
Jumlah
Prosentase (%)
1. Pegawai Negeri
31
17,51
2. Wiraswasta
28
15,82
3. Ibu Rumah Tangga
79
44,64
4. Karyawan Swasta
35
19,77
5. Lain-lain: Guru TK
4
2,26
Total
177
100
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang
mengisi angket adalah ibu rumah tangga yang memiliki waktu lebih banyak untuk
berada di rumah sehingga lebih mengetahui perkembangan dan kondisi anak,
sedangkan ayah lebih banyak bekerja dan berada di luar rumah sehingga lebih
sedikit mengetahui kondisi anak.
5. Jumlah Penghasilan Responden
Jumlah penghasilan menentukan keadaan ekonomi seseorang yang
berpengaruh terhadap upaya seseorang dalam mewujudkan kesehatan yang lebih
baik khususnya dalam upaya pengobatan penyakit selesma dengan menggunakan
produk obat selesma tanpa resep. Jumlah penghasilan responden dalam penelitian
ini merupakan penghasilan keluarga baik yang diperoleh ayah maupun ibu.
Tabel V. Jumlah Penghasilan Orangtua Murid KB dan TK di Kecamatan
Umbulharjo
No.
Penghasilan / Bulan
Jumlah
Prosentase (%)
1.
< Rp 500 ribu
43
24,29
2.
Rp 500 ribu - 1 juta
84
47,47
3.
Rp 1 juta – 2 juta
35
19,77
4.
> Rp 2 juta
15
8,47
Total
177
100
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden
penghasilannya antara Rp 500 ribu sampai Rp 1 juta (47,47%). Berdasarkan UMR
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
kota Yogya yaitu sebesar Rp 450 ribu dan harga bahan pokok yang semakin
mahal maka penghasilan responden sebesar Rp 500 ribu sampai Rp 1 juta
berpengaruh pada pemilihan pengobatan responden. Dengan meningkatnya
kebutuhan hidup maka responden cenderung memilih pengobatan yang relatif
lebih murah.
B. Karakteristik Anak Responden
Karakteristik anak responden meliputi : usia anak, frekuensi anak
terserang selesma dalam satu bulan, lama terserang selesma.
1. Usia Anak Responden
Usia anak pada penelitian ini adalah usia prasekolah yaitu antara dua
sampai enam tahun. Pada usia ini anak-anak cenderung mudah terserang selesma.
Tabel VI. Usia Anak –anak KB dan TK di Kecamatan Umbulharjo
No.
Usia (tahun)
Jumlah
Prosentase (%)
1.
2-3
15
8,47
2.
3-4
14
7,91
3.
4-5
56
31,64
4.
>5
92
51,98
Total
177
100
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar usia anak responden
adalah lebih dari lima tahun (51,98 %), kemudian usia empat sampai lima tahun
(31,64 %), selanjutnya usia dua sampai tiga tahun (8,47 %) dan terakhir usia tiga
sampai empat tahun (7,91 %).
2. Frekuensi Anak Terserang Selesma Dalam Satu Bulan
Selesma merupakan salah satu gejala penyakit yang pernah dialami oleh
semua orang dari anak-anak hingga orang dewasa. Pada anak-anak gejala ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
sering dialami karena daya tahan tubuh mereka masih lemah sehingga mudah
terserang selesma. Setiap tahun kejadian selesma pada setiap anak berkisar antara
lima sampai duabelas kali.
No.
1.
2.
3.
4.
Tabel VII. Frekuensi Anak Terserang Selesma Dalam Satu Bulan
Frekuensi Selesma Dalam 1 Bulan
Jumlah
Prosentase (%)
< 2 kali
166
93,79
2-4 kali
10
5,65
4-6 kali
1
0,56
> 6 kali
0
0
Total
177
100
Data di atas menunjukkan bahwa sebagian besar anak responden
terserang selesma kurang dari dua kali dalam satu bulan (93,79%), kemudian 10
anak responden terserang selesma antara 2 sampai 4 kali dalam satu bulan
(5,65%) dan 1 anak responden terserang selesma antara 4 sampai enam kali
(0,56%). Perbedaan frekuensi ini kemungkinan disebabkan karena anak
mempunyai daya tahan tubuh yang lemah atau gizi yang buruk sehingga mudah
terserang selesma.
Anak-anak memang lebih rentan terserang selesma karena secara
fisiologis anak mempunyai toleransi yang lebih kecil terhadap suatu perubahan
baik dari tubuh maupun dari lingkungan sekitar dibandingkan dengan orang
dewasa. Oleh karena itu semua anak pernah mengalami selesma meskipun tingkat
keseringannya berbeda.
Hal ini tergantung oleh daya tahan tubuh serta asupan gizi dari masingmasing anak. Hal ini berhubungan pula dengan tingkat penghasilan orang tua
karena semakin tinggi penghasilan orang tua maka asupan gizi anak-anak lebih
baik serta kesehatannya lebih terjaga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
3. Lama Anak Terserang Selesma
Setiap anak yang terserang selesma mempunyai intensitas atau lama
waktu terserang selesma yang berbeda-beda tergantung daya tahan tubuh serta
gejala penyakit lain yang menyertai.
No.
1.
2.
3.
4.
Tabel VIII. Lama Anak Terserang Selesma
Lama Selesma
Jumlah
Prosentase (%)
< 3 hari
28
15,82
3-5 hari
92
51,98
5-10 hari
50
28,25
> 10 hari
7
3,95
Total
177
100
Tabel di atas menunjukkan sebagian besar responden menyatakan
anaknya terserang selesma selama 3 sampai 5 hari. Lama anak terserang selesma
tergantung dari daya tahan tubuh dan asupan gizi yang diperoleh selama sakit,
semakin baik daya tahan tubuh dan asupan gizi maka selesma akan cepat sembuh
dan sebenarnya selesma dapat sembuh dengan sendiri dalam waktu 3 sampai 5
hari apabila tidak ada komplikasi yang menyertai.
Anak-anak yang terserang selesma kurang dari lima hari dapat diobati
sendiri menggunakan obat selesma tanpa resep untuk anak, namun apabila sudah
sampai lima hari harus segera di bawa ke dokter karena dikhawatirkan penyakit
semakin parah adanya komplikasi yang menyertai.
C. Pengetahuan Responden tentang Swamedikasi dan Selesma
Berikut akan dijelaskan mengenai pengetahuan responden tentang
swamedikasi dan selesma, meliputi: pengetahuan responden tentang swamedikasi,
obat yang biasa digunakan dalam swamedikasi, pengertian selesma menurut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
responden, penyebab anak terserang selesma dan gejala selesma pada anak yang
biasa muncul.
1. Pengetahuan Responden tentang Swamedikasi
Setiap orang kemungkinan pernah melakukan swamedikasi untuk
mengatasi penyakit baik dengan menggunakan obat atau ramuan tradisional, obat
tanpa resep maupun dengan tindakan lain tanpa bantuan tenaga kesehatan.
Tabel IX. Pengetahuan Responden Tentang Swamedikasi
No.
Pengertian Swamedikasi
Jumlah
Prosentase
(%)
1. Mengobati semua penyakit tanpa
24
13,56
harus ke dokter
2. Mengobati sendiri penyakit
142
80,23
ringan dengan obat tanpa resep
atau obat tradisional
3. Mengatasi sendiri penyakit ringan
7
3,95
dengan istirahat yang cukup,
makan makanan bergizi dan
mengkonsumsi vitamin C
4. Lain-lain: dengan obat yang biasa
4
2,26
diresepkan dokter namun dapat
dibeli tanpa resep di apotek
Total
177
100
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengetahui
bahwa swamedikasi merupakan upaya mengobati sendiri penyakit ringan dengan
obat tanpa resep atau obat tradisional (80,23%). Menurut Supardi (1997)
pengobatan sendiri merupakan upaya pengobatan sakit menggunakan obat tanpa
resep, obat tradisional atau cara lain tanpa petunjuk dari dokter.
Tujuan dari pengobatan sendiri adalah untuk peningkatan kesehatan,
pengobatan penyakit ringan dan pengobatan rutin penyakit kronis setelah
perawatan dokter, sedangkan peranan pengobatan sendiri adalah untuk
penanggulangan secara cepat dan efektif keluhan yang tidak memerlukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
konsultasi medis, mengurangi beban pelayanan kesehatan pada keterbatasan
sumber daya dan tenaga serta meningkatkan keterjangkauan pelayanan kesehatan
untuk masyarakat yang jauh dari pusat pelayanan kesehatan. Hal ini menunjukkan
bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang memadai mengenai
swamedikasi.
2. Obat yang Biasa Digunakan dalam Swamedikasi
Swamedikasi merupakan suatu upaya untuk mengatasi suatu penyakit
terutama penyakit-penyakit ringan seperti salah satunya yaitu selesma tanpa
bantuan tenaga kesehatan tetapi dengan pengobatan sendiri menggunakan obatobatan, baik obat tanpa resep maupun obat tradisional.
24.29%
Obat bebas/Obat
Tanpa Resep
Obat Resep Dokter
5.65%
63.28%
6.78%
Obat Tradisional
Obat Tanpa Resep dan
Obat Tradisional
Gambar 3. Obat yang Biasa Digunakan Dalam Swamedikasi
Gambar di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden memilih
obat tanpa resep dan obat tradisional untuk swamedikasi. Hal ini menunjukkan
sebagian besar responden (63,28 %) sudah mengetahui bahwa obat yang biasa
digunakan dalam swamedikasi adalah obat tanpa resep dan obat tradisional,
karena selain menggunakan obat tanpa resep yang dijual bebas di pasaran,
pengobatan penyakit ringan dapat juga menggunakan resep obat tradisional yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
dapat di ramu sendiri. Namun ada sebagian kecil responden (5,65 %) yang
memilih obat resep dokter, hal ini dikarenakan saat pertama kali anak menderita
penyakit ringan, orang tua langsung membawa ke dokter dan diberi resep obat
yang dapat juga dibeli tanpa resep dokter dan saat si anak menderita sakit yang
sama orang tua tidak lagi membawa ke dokter tetapi membeli langsung ke apotek
obat seperti yang diresepkan dokter, sehingga mereka menganggap obat yang
mereka gunakan tersebut adalah obat resep dokter.
3. Pengertian Selesma Menurut Responden
Selesma merupakan salah satu jenis penyakit ringan yang dapat sembuh
sendiri tanpa diobati, namun bila sampai mengganggu aktivitas maka gejala yang
muncul harus segera diatasi.
Tabel X. Pengertian Selesma Menurut Responden
No.
Pengertian Selesma
Jumlah Prosentase (%)
1. Gejala penyakit yang dapat sembuh tanpa
26
14,70
diobati
2. Gejala penyakit yang dapat sembuh
97
54,80
dengan menggunakan obat tanpa
resep atau obat tradisional
3. Gejala penyakit yang harus segera
46
25,99
diobati oleh dokter
4. Gejala penyakit yang dapat sembuh
8
4,51
dengan istirahat, makan makanan bergizi,
banyak minum dan konsumsi vitamin C
Total
177
100
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan
selesma merupakan gejala penyakit yang dapat sembuh dengan menggunakan
obat tanpa resep ataupun obat tradisional. Sebenarnya gejala selesma dapat diatasi
dengan memperbaiki kondisi tubuh antara lain dengan istirahat yang cukup,
makan makanan yang bergizi, memperbanyak asupan cairan baik dari air minum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
maupun jus buah serta mengkonsumsi vitamin C untuk meningkatkan daya tahan
tubuh. Bila kondisi tubuh kembali normal maka gejala selesma akan hilang
sendiri.
Dari data di atas menunjukkan bahwa sebagian besar orang tua merasa
perlu untuk memberikan pengobatan selesma pada anak dengan menggunakan
obat selesma tanpa resep maupun obat tradisional karena gejala selesma yang
muncul mengganggu anak, misalnya anak menjadi gelisah, susah tidur hingga
tidak bisa pergi ke sekolah. Namun ada beberapa orang tua yang lebih memilih
meningkatkan daya tahan tubuh anak dengan istirahat yang cukup, makan
makanan bergizi, banyak minum dan mengkonsumsi vitamin C.
4. Pemicu Anak Terserang Selesma
Selesma disebabkan oleh suatu virus yaitu Rhinovirus. Virus ini sangat
mudah menyebar dan menular pada orang lain yang berada di sekitar penderita.
Pada anak selesma sangat mudah menular karena daya tahan tubuhnya yang masih
lemah.
Tabel XI. Pemicu Anak Terserang Selesma
No.
Pemicu Selesma
Jumlah
Prosentase (%)
1. Pergantian musim
41
23,17
2. Alergi (angin, dingin, debu)
21
11,86
3. Tertular temannya yang terserang
15
8,47
selesma
4. Pergantian musim dan alergi
10
5,65
5. pergantian musim dan tertular teman
40
22,60
6. Alergi dan tertular teman
20
11,30
7. Pergantian musim, alergi dan tertular
30
16,95
teman
Total
177
100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar pemicu anak
responden terserang selesma adalah pergantian musim dan juga tertular teman lain
yang sedang selesma. Hal ini menunjukkan bahwa pada pergantian musim
terutama dari musim kemarau ke musim hujan kondisi udara berubah-ubah
kadang panas terik kemudian dengan tiba-tiba berubah mendung dan hujan.
Keadaan ini menyebabkan penyesuaian tubuh dengan udara menjadi sulit dan
daya tahan tubuh menurun. Akibatnya mudah terserang oleh virus selesma.
5. Gejala Selesma pada Anak yang Biasa Muncul
Gejala yang sering muncul pada penyakit selesma antara lain keluarnya
lendir hidung, hidung tersumbat dan bersin. Gejala selesma ini tidak mutlak
dialami oleh semua anak tiap kali terserang selesma. Tiap anak mempunyai
frekuensi dan intensitas gejala yang berbeda-beda.
Tabel XII. Gejala Selesma pada Anak
No.
Gejala Selesma
Jumlah
Prosentase (%)
1. Keluarnya lendir hidung, hidung
110
62,15
tersumbat, bersin
2. Keluarnya lendir hidung, hidung
35
19,77
tersumbat, bersin, sakit kepala
3. Keluarnya lendir hidung, hidung
32
18,08
tersumbat, bersin, batuk, sakit
kepala, demam
Total
177
100
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar gejala selesma yang
dialami anak responden adalah keluarnya lendir hidung, hidung tersumbat dan
bersin-bersin. Gejala ini merupakan gejala selesma yang paling sering muncul
yang merupakan gejala awal selesma. Untuk selesma yang parah kadang disertai
sakit kepala karena tekanan yang muncul akibat adanya sumbatan nasal yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
menyebabkan rasa nyeri di kepala, sedangkan untuk influenza gejalanya mirip
dengan selesma namun dirasakan lebih berat karena disertai demam dan batuk
serta terkadang disertai nyeri di persendian.
Dari data pengetahuan orang tua tentang swamedikasi dan selesma
menunjukkan bahwa pengetahuan sebagian besar orang tua sudah memadai, hal
ini
berhubungan
dengan
tingkat
pendidikan orang tua. Makin tinggi
pendidikannya maka pengetahuannya lebih baik dibandingkan orang tua yang
tingkat pendidikannya rendah.
D. Jenis Terapi Selesma pada Anak
Orang tua merupakan orang terdekat anak yang mempunyai pengaruh
besar dalam pemilihan tindakan yang tepat untuk mengatasi selesma anak.
Apabila pemilihan tindakannya tepat maka akan tercapai pengobatan yang
rasional tanpa efek samping, namun bila pemilihan tindakannya salah dapat
berakibat fatal pada kesehatan anak dan menyebabkan pemborosan.
1.13%
12.43%
Dibiarkan
Langsung berobat ke dokter
86.44%
Melakukan swamedikasi
dengan obat tanpa resep
atau obat tradisional
Gambar 4. Jenis Terapi Selesma pada Anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Dari 177 responden, 153 responden memilih jenis terapi swamedikasi
dengan menggunakan obat selesma tanpa resep atau obat tradisional (86,44%)
dengan alasan ada obat atau ramuan tradisional yang dapat diracik sendiri maupun
obat selesma tanpa resep yang dapat dibeli di apotek, toko obat atau warung tanpa
resep dokter. Dua puluh dua responden memilih langsung berobat ke dokter
(12,43%) dengan alasan takut penyakit bertambah parah maupun terjadi
komplikasi penyakit dan 2 responden memilih membiarkan saja penyakit selesma
tanpa diobati karena penyakit tersebut sudah biasa dialami anak dan dapat sembuh
tanpa diobati (1,13%).
Dalam penelitian ini peneliti hanya membandingkan antara swamedikasi
dengan berobat ke dokter (di RS maupun praktik) dan tidak membicarakan
tentang Puskesmas maupun balai pengobatan yang biayanya juga relatif murah
karena untuk mengetahui bagaimana pemanfaatan swamedikasi di masyarakat.
Untuk mengobati selesma dengan swamedikasi dapat digunakan obat
atau ramuan tradisional yang dapat diracik sendiri maupun dengan menggunakan
obat tanpa resep. Namun tak jarang pula seseorang menggunakan obat tanpa resep
disertai penggunaan obat atau ramuan tradisional agar pengobatan lebih
meyakinkan dan penyakit lebih cepat sembuh.
Sebagian besar orang tua memilih swamedikasi, hal ini berhubungan
pula dengan tingkat penghasilan yang sebesar 500 ribu sampai 1 juta rupiah.
Dengan penghasilan tersebut orang tua lebih memilih swamedikasi karena relatif
lebih murah dibandingkan harus berobat ke dokter.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
18.30%
13.07%
Obat/Ramuan
Tradisional
Obat Tanpa Resep
68.63%
Obat Tanpa Resep
dan Obat/Ramuan
Tradisional
Gambar 5. Jenis Obat yang Digunakan Dalam Pengobatan Selesma
Anak
Dari 153 responden yang melakukan swamedikasi
sebanyak 105
responden memilih obat tanpa resep untuk mengobati selesma anak (68,63 %)
dengan alasan sebelumnya sudah pernah memakai obat tanpa resep, selain itu
obat selesma tanpa resep lebih murah daripada berobat ke dokter dan mudah
didapat, sedangkan 28 responden memilih obat tanpa resep yang disertai
penggunaan ramuan atau obat tradisional yang dapat diramu sendiri (18,30 %)
dengan alasan sebelumnya sudah pernah memakai obat selesma tanpa resep
maupun obat atau ramuan tradisional dan kedua obat tersebut mudah didapat.
Sebanyak 20 responden memilih menggunakan obat atau ramuan tradisional saja
(13,07%) dengan alasan sudah pernah memakai dan tidak adanya efek samping.
Seseorang menggunakan obat tanpa resep dan obat atau ramuan
tradisional berdasarkan pengalaman sebelumnya, sesuai dengan pernyataan Weber
(cit. Sarwono, 1997) yang menyatakan bahwa pengalaman masa lalu merupakan
salah satu faktor yang menentukan tindakan seseorang. Jika suatu obat yang
digunakan pada masa lalu terbukti manjur maka obat dengan merek yang sama
akan digunakan lagi bila seseorang atau keluarganya terserang penyakit yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
sama dan swamedikasi memang lebih murah dibanding berobat ke dokter, serta
makin banyaknya obat tanpa resep yang beredar di pasaran sehingga orang mudah
mendapatkannya.
No.
1.
2.
3.
Tabel XIII. Jenis Obat atau Ramuan Tradisional yang Digunakan
Responden Untuk Mengobati Selesma Anak
Jenis Obat/Ramuan Tradisional
Jumlah Prosentase
(%)
Jeruk nipis dicampur kecap atau madu
5
17,86
diminumkan
Bawang merah dicampur minyak kayu putih
17
60,71
dioleskan di dahi, dada dan punggung
Lain-lain: madu+kencur, blimbing wuluh+madu
6
21,43
Total
28
100
Obat atau ramuan tradisional sudah dikenal sejak jaman dahulu. Khasiat
dan kemanjurannya hingga saat ini masih dapat dipercaya sehingga masih banyak
digunakan orang tua untuk mengobati penyakit ringan yang menyerang anak.
Sebagian besar responden menggunakan bawang merah dicampur
minyak kayu putih yang dioleskan di dahi, dada dan punggung (60,71%). Bawang
merah berkhasiat menghangatkan badan dan dapat melegakan pernafasan
sehingga dapat menimbulkan rasa nyaman dan dapat mengurangi gejala hidung
tersumbat. Jeruk nipis, kencur dan blimbing wuluh berkhasiat meredakan batuk.
Madu berkhasiat untuk menurunkan demam dan meredakan batuk.
E. Sumber Informasi Tentang Obat Selesma Tanpa Resep yang
Digunakan Responden
Sumber informasi ini berkaitan dengan peranan apoteker sebagai profesi
yang
berada di garis depan dalam sistem pelayanan kesehatan sehingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
diharapkan apoteker mampu mengatasi kesulitan yang dihadapi konsumen dalam
pemilihan obat tanpa resep.
Tabel XIV. Sumber Informasi Tentang Obat Selesma Tanpa Resep
yang Digunakan Responden
No.
Sumber Informasi
Jumlah
Prosentase (%)
1. Iklan di televisi
59
44,36
2. Brosur atau kemasan obat
2
1,50
3. Teman, tetangga atau saudara
26
19,55
4. Penjual atau pelayan toko obat
5
3,76
5. Dokter atau tenaga medis
19
14,29
6. Apoteker atau petugas apotek
22
16,54
total
133
100
Sebagian besar responden mendapatkan informasi tentang produk obat
selesma tanpa resep dari iklan di televisi (44,36%). Hal ini menunjukkan bahwa
iklan di televisi sangat berpengaruh bagi konsumen terhadap pemilihan obat
selesma tanpa resep.
Iklan obat selesma tanpa resep yang ditampilkan di televisi sangat
beragam dengan berbagai informasi yang menarik dan bahasa yang mudah
dipahami sehingga konsumen tertarik menggunakan obat yang diiklankan.
Adanya iklan sangat menguntungkan bagi konsumen dan produsen karena dengan
adanya iklan masyarakat dapat mengenal obat-obat baru yang beredar di pasaran
dan yang dapat meningkatkan pendapatan produsen dengan makin banyaknya
konsumen yang menggunakan obat tanpa resep.
Namun ada yang perlu diperhatikan bahwa iklan obat tanpa resep yang
ada di televisi terkadang kurang memberikan informasi yang lengkap mengenai
obat yang dipasarkan sehingga dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan
karena kurangnya informasi tentang obat yang digunakan. Hal ini patut mendapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
perhatian bagi produsen obat agar dapat memberikan informasi yang jelas dan
lengkap pada produk obat tanpa resep dan iklan yang ditayangkan.
Dari data di atas hanya 22 responden yang memilih apoteker sebagai
sumber informasi (16,54%). Hal ini menunjukkan bahwa peranan apoteker dalam
pemberian informasi mengenai obat tanpa resep belum maksimal sehingga harus
lebih ditingkatkan lagi agar tidak terjadi kesalahan dalam penggunaan obat tanpa
resep oleh konsumen. Apoteker sebaiknya memberikan informasi kepada
konsumen mengenai cara penggunaan obat tanpa resep yang benar karena pada
kemasan obat informasi yang tercantum kurang lengkap dan jelas (Setiadji,1996).
F. Pemilihan Obat Selesma Tanpa Resep untuk Anak
Pemilihan obat selesma tanpa resep untuk anak yang akan
dijelaskan meliputi: merek obat yang sering digunakan, komposisi zat aktif obat
yang digunakan, bentuk sediaan dan tempat membeli obat selesma tanpa resep.
Tabel XV. Merek Obat Selesma Tanpa Resep yang Sering Digunakan
Responden
No.
Merek Obat Selesma Tanpa
Jumlah
Prosentase (%)
Resep Yang Paling Sering
Digunakan Responden
1. Actifed
12
9,02
2. Anakonidin
34
25,56
3. Bodrexin Sirup
6
4,51
4. Coldrexin
5
3,76
5. Decolsin Sirup
4
3,01
6. Hufagrip
20
15,04
7. OBH Combi Batuk Flu Anak
24
18,05
8. Parasetine
8
6,02
9. Termorex Plus
13
9,77
10. Sanaflu Plus
7
5,26
Total
133
100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden memilih
obat selesma tanpa resep untuk anak dengan merek Anakonidin® (25,56%).
Anakonidin® merupakan salah satu obat selesma tanpa resep untuk anak
dengan komposisi zat aktif antara lain fenilefrin sebagai dekongestan nasal,
dekstromethorpan sebagai antitusif, gliseril guaiakolat sebagai ekspektoran dan
klorfeniramin maleat sebagai antihistamin. Anakonidin® mempunyai indikasi
mengurangi gejala hidung tersumbat, bersin-bersin dan batuk yang menyertai flu.
Berdasarkan kriteria yang dibuat oleh FDA (Badan Pengawas Obat dan
Makanan Amerika) sebenarnya Anakonidin® termasuk yang tidak memenuhi
kriteria karena batas komponen penyusunnya lebih dari tiga komponen obat dan
terjadi efek yang berlawanan antar komponen penyusun yaitu antara antitusif dan
ekspektoran serta adanya penambahan komponen penyusun yang tidak terlalu
penting yaitu antihistamin. Dalam hal ini peran apoteker sangat diperlukan agar
tidak terjadi kesalahan dalam pemilihan dan penggunaan obat tanpa resep.
Produk obat selesma kombinasi secara umum merupakan perpaduan
antara obat-obat yang mempunyai indikasi analgesik antipiretik, dekongestan
nasal, antitusif, ekspektoran dan antihistamin. Produk obat selesma kombinasi ini
sebaiknya digunakan apabila semua gejala selesma dapat diobati dengan obat
tersebut. Suatu produk obat kombinasi harus memenuhi kriteria yang dibuat oleh
FDA. Salah satu kriteria yang dijadikan acuan adalah harus sesuai dari aspek
farmakologis antara lain: kelompok farmakologis masing-masing hanya boleh
diwakili oleh satu jenis komponen, batas komponen penyusun hanya boleh paling
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
banyak tiga jenis komponen obat, kombinasi rasional artinya tujuan terapi masingmasing komponen tidak saling berlawanan.
Tabel XVI. Pengelompokan Produk Obat Selesma Tanpa Resep
Berdasarkan Komposisi dan Indikasi Zat Aktif
Produk Obat
Selesma
Tanpa Resep
Actifed
Sanaflu Plus
Anakonidin
Coldrexin
Hufagrip
Parasetine
Termorex Plus
Bodrexin
Sirup
OBH Combi
Batuk Flu
Anak
Decolsin Sirup
Komposisi
Indikasi
Aturan Pakai
Tripolidina HCl 1,25 mg
Pseudoefedrin HCl 30 mg
Dekstomethorpan HBr 10 mg
Parasetamol 120 mg
Dekstromethorpan HBr 7,5 mg
Fenilpropanolamin HCl 3,5 mg
Dekstromethorpan HBr 5 mg
Gliseril guaiakolat 25 mg
Fenilefrin HCl 7,5 mg
CTM 0,5 mg
Asetaminofen125 mg
Fenilefrin 5 mg
CTM 1 mg
Kalium sulfoguaiakolat 25 mg
Parasetamol 120 mg
Efedrina HCl 5 mg
Clorfeniramin 2 mg
Gliseril guaiakolat 50 mg
Parasetamol 120 mg
Gliseril guaiakolat 30 mg
Efedrin HCl 3 mg
CTM 0,5 mg
Parasetamol 120 mg
Pseudoefedrin HCl 7,5 mg
Gliseril guaiakolat 25 mg
CTM 0,5 mg
Asetaminofen 80 mg
CTM 1 mg
Fenilpropanolamin HCl 3 mg
Guafenesin 25 mg
Na-sitrat 60 mg
Parasetamol 65 mg
Succus liquiritae 100 mg
Ammonium klorida 50 mg
Efedrin HCl 5 mg
CTM 1 mg
Asetaminofen 150 mg
Fenilpropanolamin HCl 6,25 mg
Levo-N-etilefedrina 6,25 mg
Dekstromethorpan HBr 5 mg
Gliseril guaiakolat 50 mg
CTM 0,75 mg
Antihistamin
Dekongestan
Antitusif
Analgesik antipiretik
Antitusif
Dekongestan
Antitusif
Ekspektoran
Dekongestan
Antihistamin
Analgesik antipiretik
Dekongestan
Antihistamin
Ekspektoran
Analgesik antipiretik
Dekongestan
Antihistamin
Ekspektoran
Analgesik antipiretik
Ekspektoran
Dekongestan
Antihistamin
Analgesik antipiretik
Dekongestan
Ekspektoran
Antihistamin
Analgesik antipiretik
Antihistamin
Dekongestan
Ekspektoran
Ekspektoran
Analgesik antipiretik
Ekspektoran
Ekspektoran
Dekongestan
Antihistamin
Analgesik antipiretik
Dekongestan
Dekongestan
Antitusif
Ekspektoran
Antihistamin
2-5 th: 3xsehari
½ sdu
Keterangan: sdu: sendok ukur
2-5 th: 3xsehari
1 sdu
2-6 th: 3xsehari
5-10 ml
1-5 th: 3xsehari
½-1 sdu
2-6 th: 3xsehari
1 sdu
2-6 th: 34xsehari 1 sdu
2-5 th: 3xsehari
1 sdu
2-6 th: 3xsehari
1 sdu
2-6 th: 3xsehari
1 sdu
2-6 th: 34xsehari 1 sdu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Penambahan analgesik pada selesma sebenarnya tidak mutlak harus ada
karena tidak semua penderita selesma merasakan gejala sakit kepala dan sakit
kepala yang timbul disebabkan oleh adanya sumbatan nasal. Apabila sumbatan
nasal sudah dapat dihilangkan dengan dekongestan nasal maka penambahan
analgesik tidak diperlukan lagi.
Manfaat klinis penambahan antihistamin pada produk obat selesma
sampai saat ini masih kontroversial. Penambahan antihistamin diperlukan sebagai
sarana melawan histamin yang terlepas pada saat terjadi lisis sel semang dan
antihistamin mampu memperpanjang masa kerja dekongestan nasal dari satu
sampai enam jam. Namun demikian perlu diperhatikan bahwa terlepasnya
histamin disebabkan oleh reaksi alergi seperti pada rhinitis alergi, sehingga
sebenarnya tidak diperlukan untuk pengobatan selesma karena sumbatan nasal
pada selesma dapat diatasi dengan pemberian dekongestan nasal saja.
Selesma tidak selalu disertai batuk. Namun apabila tidak segera diatasi
maka dapat menimbulkan batuk. Sebagian besar produk obat selesma tanpa resep
kombinasi yang beredar di pasaran mengandung antitusif maupun ekspektoran
yang terkadang digunakan bersamaan dalam satu sediaan. Antitusif dan
ekspektoran memiliki kerja yang saling berlawanan, dimana antitusif bekerja
dengan menekan refleks batuk baik sentral maupun perifer, sedangkan mekanisme
kerja ekspektoran adalah mempermudah pembuangan sekret dari bronkus dan
trakea dengan meningkatkan jumlah cairan sehingga lendir menjadi encer dan
merangsang pengeluaran lendir dari saluran pernafasan, dengan demikian lendir
akan mudah dikeluarkan. Apabila antitusif digunakan bersama dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
ekspektoran, maka sekret yang terbentuk akan relatif sulit untuk dikeluarkan
karena saraf batuk ditekan, padahal salah satu cara untuk mengeluarkan sekret
yang dihasilkan adalah dengan mekanisme batuk. Dengan demikian harus
diperhatikan apakah batuk yang menyertai selesma tergolong batuk produktif atau
nirproduktif sehingga bisa ditentukan dengan tepat jenis obat yang akan
digunakan.
Tabel XVII. Alasan Responden Memilih Obat Selesma Tanpa Resep Merek
Tertentu
No. Alasan Responden Memilih Obat
Jumlah
Prosentase
Selesma Tanpa Resep Merek
(%)
Tertentu
1. Sebelumnya
sudah
pernah
53
39,85
memakai
2. Harganya murah
17
12,78
3. Harganya murah dan mudah didapat
26
19,55
4. Mudah didapat
22
16,54
5. Tertarik
dengan
iklan
atau
15
11,28
promosinya
total
133
100
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden memilih
obat selesma merek tertentu dengan alasan sebelumnya sudah pernah memakai.
Hal ini berarti bahwa pengalaman menggunakan suatu produk obat merek tertentu
mendorong seseorang untuk menggunakan produk obat yang sama bila terserang
penyakit yang sama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
2.26%
Cair
Padat
97.74%
Gambar 6. Bentuk Sediaan Obat Selesma Tanpa Resep yang
Digunakan Responden
Dari 133 responden yang menggunakan produk obat selesma tanpa resep
sebagian besar responden memilih bentuk sediaan cair (97,74%)
Tabel XVIII. Alasan Responden Memilih Bentuk Sediaan Cair
No
Alasan Memilih Bentuk Sediaan Tersebut
Jumlah Prosentase (%)
1. Warna dan rasa disukai anak
15
11,54
2. Aturan dan cara penggunaan mudah (ada
36
27,69
sendok takar) serta warna dan rasa disukai
anak
3. Aturan dan cara penggunaan mudah (ada
14
10,77
sendok takar) serta mudah disimpan
4. Aturan dan cara penggunaan mudah (ada
11
8,46
sendok takar), warna dan rasa disukai anak serta
paling cepat mengatasi gejala yang paling
mengganggu (hidung tersumbat)
5. Warna dan rasa disukai anak, mudah disimpan
1
0,77
serta tidak mudah tumpah saat digunakan
6. Aturan dan cara penggunaan mudah (ada
22
16,92
sendok takar), warna dan rasa disukai anak,
mudah disimpan dan paling cepat mengatasi
gejala yang paling mengganggu
7. Warna dan rasa disukai anak, mudah disimpan
12
9,23
dan paling cepat mengatasi gejala yang paling
mengganggu (hidung tersumbat)
8. Aturan dan cara penggunaan mudah (ada
16
12,31
sendok takar) serta paling cepat mengatasi
gejala yang paling mengganggu (hidung
tersumbat)
9. Lain-lain: cocok untuk pertolongan pertama
3
2,31
Total
130
100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Sebagian besar responden yang memilih bentuk sediaan cair dengan
alasan aturan dan cara penggunaan mudah karena ada sendok takar serta warna
dan rasa disukai anak (27,69%). Obat selesma tanpa resep untuk anak yang
beredar di pasaran baik dalam bentuk sediaan cair maupun padat kebanyakan
diformulasikan dengan tambahan rasa buah-buahan, hal ini dimaksudkan untuk
mengurangi rasa pahit dari obat sehingga disukai anak-anak. Bentuk sediaan cair
sangat cocok untuk anak-anak karena mereka masih sulit menelan obat bentuk
tablet sehingga lebih memudahkan dalam mengkonsumsinya, sedangkan
responden yang memilih bentuk sediaan padat kemungkinan anaknya sudah dapat
menelan obat bentuk tablet.
Tabel XIX. Alat Penakar Untuk Obat dengan Bentuk Sediaan Cair
No.
Alat Penakar
Jumlah
Prosentase (%)
1. Sendok makan
0
0
2. Sendok takar yang disertakan dalam
122
93,85
kemasan
3. Sendok teh
5
3,84
4. Sendok takar dari obat terdahulu
3
2,31
Total
130
100
Dari 130 responden yang memilih obat selesma dengan bentuk sediaan
cair sebagian besar menggunakan sendok takar yang disertakan dalam kemasan
untuk menakar obat (93,85%). Obat dengan bentuk sediaan cair sebaiknya
menggunakan sendok takar yang disertakan dalam kemasan. Pada sendok tersebut
tertera ukuran 2,5 ml dan 5 ml. Namun dari beberapa wawancara pada responden
ada yang menggunakan sendok teh karena tidak ada sendok takar. Ukuran sendok
teh yang biasanya ada di rumah ukurannya sangat beragam dari 4 ml sampai 9 ml,
padahal jika setiap kali diberikan ukurannya kurang dari 5 ml hasilnya kurang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
efektif karena dosisnya kurang ataupun sebaliknya bila lebih dari 5 ml dapat
berbahaya karena dosisnya berlebih (Anonim, 2000).
11.28%
6.77%
Warung
8.27%
Toko atau supermarket
Toko obat
Apotek
73.68%
Gambar 7. Tempat Responden Membeli Produk Obat Selesma Tanpa Resep
Dari 133 responden yang memilih obat selesma tanpa resep, sebanyak
98 responden membeli obat selesma tanpa resep di apotek (73,68%).
Tabel XX. Alasan Responden Membeli Obat Selesma Tanpa Resep
di Apotek
No.
Alasan
Jumlah Prosentase (%)
1. Dekat rumah
8
8,16
2. Dekat rumah, jenis obat beragam, pelayanan
11
11,22
cepat dan harga murah
3. Dekat rumah, jenis obat beragam, kualitas
14
14,29
obat dapat dipertanggungjawabkan dan
disertai pemberian informasi
4. Jenis obat beragam, kualitas obat dapat
35
35,72
dipertanggungjawabkan,
dapat
menanyakan jenis obat yang cocok dan
disertai pemberian informasi
5. Kualitas obat dapat dipertanggungjawabkan
9
9,19
6. Dekat rumah, pelayanannya cepat kualitas
5
5,10
obat dapat dipertanggungjawabkan dan
harganya murah
7. Dekat rumah, pelayanannya cepat harganya
6
6,12
murah dan dapat menanyakan jenis obat yang
cocok
8. Kualitas obat dapat dipertanggungjawabkan,
10
10,20
dapat menanyakan jenis obat yang cocok dan
disertai pemberian informasi
Total
98
100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden membeli
obat di apotek dengan alasan jenis obat beragam, kualitas obat dapat
dipertanggungjawabkan, dapat menanyakan jenis obat yang cocok dan disertai
pemberian informasi (32,33%).
Hal ini menunjukkan bahwa apotek merupakan tempat yang tepat bagi
konsumen untuk memperoleh obat tanpa resep karena obat yang dijual terjamin
kualitasnya dan dapat menanyakan semua informasi yang terdapat dalam kemasan
maupun yang tidak ada dalam kemasan kepada apoteker atau asisten apoteker.
Obat-obat yang dijual di apotek relatif lebih terjamin karena dengan pengawasan
teratur dari Badan POM (Pengawas Obat dan Makanan) sehingga obat-obat yang
dijual di apotek terjamin kualitasnya.
G. Kerasionalan Pemilihan dan Penggunaan Obat Selesma Tanpa
Resep untuk Anak
Pengobatan atau penggunaan obat yang rasional adalah pemilihan dan
pengggunaan obat yang efektifitasnya terjamin aman dengan mempertimbangkan
harga dan efek samping obat yang digunakan.
14.29%
1.50%
Ya
Kadang-kadang
Tidak
84.21%
Gambar 8. Pengalaman Responden Membeli Obat Utuh dengan Kemasan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Dari 133 responden yang memilih obat selesma tanpa resep sebanyak
112 responden membeli obat utuh dengan kemasannya (84,21%). Hal ini perlu
mendapat perhatian dari produsen obat agar setiap produk obat yang diproduksi
disertai dengan informasi yang memadai dan dapat dimengerti oleh konsumen
yang dicantumkan pada kemasan atau brosur.
Tabel XXI. Pengalaman Responden Membaca Informasi Obat pada
Kemasan
No.
Membaca Informasi Obat pada
Jumlah
Prosentase (%)
Kemasan
1.
Ya
109
97,32
2.
Kadang-kadang
3
2,68
Total
112
100
Dari 112 responden yang membeli obat utuh dengan kemasannya
(84,21%) ternyata 109 responden (97,32%) selalu membaca informasi yang tertera
pada kemasan tersebut dan 3 responden (2,68%) hanya kadang-kadang saja
membaca informasi yang tertera. Hal ini membuktikan bahwa responden pada
umumnya menyadari bahwa informasi yang tertera pada kemasan sangat penting
untuk menunjang keberhasilan pengobatan.
Dari 112 responden yang membaca informasi yang tertera pada
kemasan, seluruhnya menyatakan bahwa informasi yang tertera pada kemasan
atau brosur obat sudah cukup lengkap karena memuat informasi-informasi yang
penting antara lain komposisi, indikasi, efek samping, kontraindikasi, aturan
pemakaian, peringatan perhatian dan waktu kadaluarsa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Tabel XXII. Pengalaman Responden Memahami Informasi Obat yang
Terdapat pada Kemasan
No.
Memahami Informasi Obat pada
Jumlah
Prosentase (%)
Kemasan
1.
Ya
100
89,29
2.
Tidak
12
10,71
Total
112
100
Dari 112 responden yang membaca informasi yang tertera pada kemasan
100 responden menyatakan memahami informasi yang ada (89,29%) dan 12
responden (10,71%) yang umumnya masyarakat awam menyatakan tidak
memahami semua informasi yang ada terutama informasi tentang efek samping
dan kontraindikasi yang menggunakan bahasa yang kurang bisa dimengerti karena
menggunakan istilah-istilah kedokteran yang hanya bisa dipahami oleh kalangan
tertentu. Hal ini perlu mendapat perhatian oleh produsen obat yang memproduksi
obat tanpa resep terutama obat selesma agar mencantumkan informasi yang jelas
dan mudah dimengerti oleh masyarakat umum.
Dari 12 responden yang menyatakan tidak paham terhadap informasi
yang tertera pada kemasan obat selesma, seluruhnya menyatakan bahwa apoteker
adalah orang yang tepat untuk menanyakan informasi yang tidak jelas karena
apoteker lebih tahu dan paham seluk beluk obat sehingga dapat memberikan
informasi yang benar dan dapat dimengerti masyarakat. Hal ini perlu diperhatikan
oleh para apoteker terutama yang akan berkecimpung pada farmasi sosial agar
membekali diri dengan pengetahuan yang memadai serta kemampuan
berkomunikasi sehingga dapat melayani masyarakat dengan lebih baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
No.
1.
2.
3.
Tabel XXIII. Pengalaman Responden Mematuhi Informasi yang
Terdapat pada Kemasan
Mematuhi Informasi pada Kemasan
Jumlah
Prosentase (%)
Ya
102
91,07
Kadang-kadang
8
7,14
Tidak
2
1,79
Total
112
100
Dari 112 responden yang membaca informasi yang tertera pada kemasan
sebanyak 102 responden mematuhi informasi tersebut (91,07%), sedangkan 2
responden tidak mematuhi (1,79%). Hal ini menunjukkan bahwa tidak semua
orang tua yang menggunakan obat selesma tanpa resep untuk anak mematuhi
aturan-aturan penggunaan obat yang benar. Ketidakpatuhan yang biasanya
dilakukan oleh orang tua dalam penggunaan obat selesma anak antara lain
menggunakan obat lebih atau kurang dari dosis yang dianjurkan untuk sekali
pakai. Selain itu menggunakan obat tidak mengikuti aturan waktu yang telah
ditetapkan atau salah waktu penggunaan obat juga merupakan salah satu
ketidakpatuhan.
Akibat ketidakpatuhan dalam menggunakan obat dapat mengakibatkan
kegagalan pengobatan dimana obat menjadi sama sekali atau kurang berarti bagi
penanganan penyakit, resiko terhadap keracunan obat terutama bila takaran obat
berlebih dan meningkatnya biaya perawatan yang disebabkan karena efek
samping yang dapat menyebabkan penyakit bertambah parah.
Selanjutnya gambar 9 menjelaskan tentang keadaan anak responden
setelah menggunakan obat selesma tanpa resep.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
40.60%
Sembuh
Berkurang
59.40%
Gambar 9. Keadaan Anak Responden Setelah Menggunakan Obat Selesma
Sebagian besar responden menyatakan bahwa setelah menggunakan obat
selesma tanpa resep keadaan anaknya sembuh kembali (59,40%) dan sebagian
responden yang lain menyatakan bahwa selesma anaknya berkurang setelah
menggunakan obat selesma tanpa resep (40,60%). Hal ini menunjukkan bahwa
obat selesma tanpa resep untuk anak yang beredar di pasaran relatif aman untuk
dikonsumsi dan memberikan efek menyembuhkan.
Namun demikian dalam
penggunaannya orang tua harus selalu memperhatikan serta mematuhi informasi
yang tertera pada kemasan agar pegobatan yang dilakukan efektif dan tidak terjadi
kesalahan penggunaan obat.
No.
1.
2.
3.
Tabel XXIV. Frekuensi Pemberian Obat Sampai Sembuh
Frekuensi Pemberian Obat Sampai
Jumlah
Prosentase (%)
Sembuh
3 kali sehari selama 2-3 hari
22
16,54
3 kali sehari selama 3-5 hari
76
57,14
3 kali sehari selama lebih dari 5 hari
35
26,32
Total
133
100
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa frekuensi pemberian obat selesma
untuk menyembuhkan selesma pada anak bervariasi. Sebanyak 76 responden
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
(57,14%) menyatakan bahwa selesma anak sembuh setelah pemberian obat
selesma tanpa resep 3 kali sehari selama 3 sampai 5 hari, selanjutnya 3 kali sehari
selama lebih dari 5 hari (26,32%) dan terakhir 3 kali sehari selama 2-3 hari
(16,54%). Dari hasil tersebut ternyata sebagian besar responden masih belum
mengetahui bahwa obat selesma tanpa resep sebaiknya digunakan paling lama tiga
hari dan tidak digunakan dalam jangka waktu yang lama karena dikhawatirkan
akan terjadi komplikasi penyakit yang lebih berat. Apabila setelah tiga hari gejala
selesma tidak berkurang atau bertambah parah maka harus segera menghubungi
dokter atau unit pelayanan kesehatan (Anonim, 1997). Dalam hal pemberian
informasi ini peran apoteker sangat diperlukan agar pengobatan sendiri lebih
efektif.
Tabel XXV. Tindakan Responden Bila Selesma Tidak Sembuh
No.
Tindakan Responden
Jumlah
Prosentase (%)
10
7,52
1. Menghentikan penggunaan obat tersebut
dan mengganti dengan obat yang lain
17
12,78
2. Tetap melanjutkan dengan obat yang
sama
karena
merupakan
proses
penyembuhan
3. Menghentikan pengobatan sendiri dan
106
79,70
membawanya ke doker
Total
133
100
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden
menghentikan pengobatan sendiri dan membawanya ke dokter apabila anak
responden tidak sembuh setelah penggunaan obat selesma tanpa resep karena obat
tanpa resep hanya boleh digunakan dalam jangka pendek dan bila obat tetap
dikonsumsi beban hati dan ginjal akan bertambah. Sehingga bila lebih dari tiga
hari selesma tidak sembuh setelah penggunaan obat maka harus segera di bawa ke
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
dokter agar dapat segera diatasi apabila ada penyakit yang lebih berat daripada
sekedar selesma.
Selanjutnya tabel XXVI menunjukkan tindakan responden terhadap obat
selesma tanpa resep yang masih tersisa setelah digunakan.
Tabel XXVI. Tindakan Responden Terhadap Obat yang Masih Sisa
No.
1.
2.
3.
Tindakan Responden
Dihabiskan
Disimpan dan digunakan lagi bila perlu
Dibuang
Total
Jumlah
20
82
31
133
Prosentase (%)
15,04
61,65
23,31
100
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden
menyimpan obat yang masih tersisa dan menggunakannya lagi apabila diperlukan
(61,65%) dan dari hasil wawancara dengan para responden tersebut seluruhnya
menyatakan menggunakan lagi obat yang tersisa bila diperlukan tetapi tidak
sampai melewati waktu kadaluarsa.
Suhu yang baik untuk penyimpanan obat adalah suhu yang dingin atau
pada suhu kamar dan terhindar dari sinar matahari langsung karena mencegah
pertumbuhan jamur dan penguapan. Obat sebaiknya disimpan di tempat khusus
untuk menympan obat yang jauh dari jangkauan anak. Selain itu walaupun batas
waktu kadaluarsa masih lama, namun jika obat sudah mengalami perubahan
bentuk dan warna maka sebaiknya jangan dikonsumsi lagi dan harus dibuang
dengan cara memusnahkan atau menimbunnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
H. Rangkuman Pembahasan
Karakteristik sebagian besar responden dalam penelitian ini antara lain:
1. responden berusia antara 31 sampai 40 tahun (55,37%).
2. responden berstatus sebagai ibu (81,92%).
3. tingkat pendidikan responden antara SMU hingga Perguruan Tinggi (96,57%).
4. jenis pekerjaan responden adalah ibu rumah tangga (44,64%).
5. jumlah penghasilan responden antara Rp 500.000,- sampai Rp 1.000.000,(47,47%)
Karakteristik sebagian besar anak responden dalam penelitian ini adalah:
1. usia anak responden antara empat sampai enam tahun (83,62%).
2. sebagian besar anak responden terserang selesma kurang dari dua kali dalam
satu bulan (93,79%).
3. lama anak responden terserang selesma antara tiga sampai lima hari (51,98%).
Pengetahuan orang tua tentang swamedikasi sangat bervariasi. Sebagian
besar orang tua mengetahui bahwa swamedikasi merupakan tindakan mengobati
sendiri penyakit ringan dengan obat tanpa resep atau obat tradisional (80,23%)
dan beberapa orang tua menyatakan bahwa swamedikasi merupakan tindakan
mengatasi sendiri penyakit ringan dengan istirahat yang cukup, makan makanan
bergizi dan mengkonsumsi vitamin C (3,95%). Namun tidak sedikit pula orang
tua yang menyatakan bahwa swamedikasi dilakukan untuk mengatasi semua
penyakit tanpa harus ke dokter (13,56%). Semua penyakit disini artinya tidak
hanya penyakit ringan tetapi juga penyakit yang berat yang sebenarnya
membutuhkan penanganan dari dokter. Dari hasil diatas menunjukkan bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
masih ada orang tua yang belum mengetahui bahwa swamedikasi hanya dilakukan
untuk mengatasi penyakit ringan. Menurut Supardi (1997) swamedikasi
merupakan upaya pengobatan penyakit ringan menggunakan obat tanpa resep
maupun obat tradisional dan upaya pengobatan rutin penyakit kronis setelah
perawatan dokter.
Pengetahuan orang tua tentang selesma pada anak bermacam-macam.
Sebagian besar orang tua mengetahui bahwa selesma merupakan gejala penyakit
yang dapat sembuh dengan diobati menggunakan obat selesma tanpa resep atau
obat tradisional (54,80%) dan suatu gejala penyakit yang harus segera diobati oleh
dokter (25,99%). Sebagian orang tua yang lain mengetahui bahwa selesma
merupakan gejala penyakit yang dapat sembuh tanpa diobati (14,70%) dan dapat
sembuh dengan istirahat, makan makanan bergizi, banyak minum dan
mengkonsumsi vitamin C (4,51%). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar
responden merasa perlu memberikan pengobatan apabila anaknya terserang
selesma ditinjau dari pengetahuan mereka tentang selesma. Menurut Donatus
(1997) selesma merupakan suatu penyakit simptomatis yang dapat sembuh dengan
sendirinya. Oleh karena itu pengobatan yang dilakukan hanya bersifat
meringankan gejala yang dirasa paling berat oleh penderita.
Seluruh orang tua menyatakan bahwa anaknya pernah terserang selesma
dengan berbagai penyebab dan gejala. Sebagian besar orang tua menyatakan
bahwa pemicu anaknya terserang selesma adalah pergantian musim dan tertular
temannya yang terserang selesma. Pergantian musim menyebabkan daya tahan
tubuh menurun sehingga mudah tertular anak lain yang terserang selesma. Gejala
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
yang paling banyak muncul adalah keluarnya lendir hidung, hidung tersumbat dan
bersin (62,15%). Menurut Tjay dan Raharja (2002), gejala yang muncul pada
selesma antara lain adanya cairan nasal, bersin, sakit tenggorokan dan sakit
kepala.
Jenis terapi yang paling banyak dipilih orang tua apabila anaknya
terserang selesma adalah swamedikasi menggunakan obat tanpa resep (68,63%)
dengan alasan sebelumnya sudah pernah memakai dan obat selesma tanpa resep
mudah didapat dengan
membeli di apotek, toko obat maupun warung serta
harganya lebih murah. Hal ini menunjukkan bahwa peranan swamedikasi
menggunakan obat tanpa resep bagi orang tua untuk mengobati selesma anak
sangat besar, sehingga membutuhkan perhatian dari produsen obat agar
menyertakan informasi yang memadai dan mudah dipahami pada kemasan obat
serta peran apoteker dalam pemberian informasi tentang obat agar tercapai
pengobatan yang rasional.
Obat selesma yang paling banyak dipilih dan digunakan oleh orang tua
untuk mengobati selesma anak adalah Anakonidin® (25,56%). Alasan responden
menggunakan produk obat tertentu adalah karena sebelumnya sudah pernah
memakai (39,85%) dan harganya murah dan mudah didapat (19,55%).
Sumber informasi yang paling berperan dalam pemilihan obat selesma
tanpa resep adalah iklan di televisi (44,36%) dan informasi dari teman, tetangga
atau saudara (19,55%). Hanya beberapa responden yang memilih apoteker sebagai
sumber informasi (16,54%). Hal ini menunjukkan bahwa peran apoteker dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
pemberian informasi obat tanpa resep kurang dirasakan oleh konsumen obat tanpa
resep.
Sebagian besar responden memilih obat selesma dengan bentuk sediaan
cair (97,74%). Hal ini berkaitan dengan kemampuan anak untuk menelan karena
obat cair lebih mudah ditelan daripada bentuk padat. Penggunaan sendok takar
juga menunjang keberhasilan pengobatan (93,85%). Sebagian besar responden
membaca informasi yang tertera pada kemasan (97,32%) dan secara umum
memahami informasi yang tertera. Sebagian besar responden mematuhi informasi
yang tertera pada kemasan (91,07%). Hal ini menunjukkan bahwa pemilihan dan
penggunaan obat selesma tanpa resep sudah rasional.
Sebagian besar responden menyatakan bahwa selesma anak sembuh
setelah pemberian obat tiga kali sehari selama tiga sampai lima hari (57,14%).
Selanjutnya apabila selesma anak tidak sembuh maka sebagian besar responden
memilih untuk menghentikan pengobatan sendiri dan membawanya ke dokter
(79,70%). Hal ini sesuai dengan aturan penggunaan obat tanpa resep yang hanya
boleh digunakan paling lama tiga hari dan apabila gejala penyakit tidak berkurang
atau bertambah parah maka harus segera dibawa ke dokter.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Pengetahuan responden tentang swamedikasi dan selesma adalah:
a. Sebagian besar responden mengetahui bahwa swamedikasi merupakan
tindakan mengobati sendiri penyakit ringan dengan obat tanpa resep atau
obat tradisional (80,23%).
b. Sebagian besar responden mengetahui bahwa selesma merupakan gejala
penyakit yang dapat sembuh dengan menggunakan obat tanpa resep atau
obat tradisional (54,80%).
2. Jenis terapi yang dilakukan responden bila anak terserang selesma adalah:
a. Sebagian besar responden melakukan swamedikasi menggunakan obat
tanpa resep atau obat tradisional (86,44%) dengan alasan ada obat tanpa
resep yang dapat dibeli di apotek, toko obat maupun warung dengan harga
murah dan ada obat atau ramuan tradisional yang dapat diracik sendiri.
b. Jenis obat yang paling banyak digunakan responden adalah obat tanpa
resep (68,63%).
3. Pemilihan obat selesma tanpa resep untuk anak meliputi:
a. Merek obat selesma tanpa resep yang paling sering digunakan adalah
Anakonidin® (25,56%).
67
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
b. Bentuk sediaan obat selesma tanpa resep yang digunakan adalah bentuk
sediaan cair (97,74%).
c. Tempat memperoleh obat selesma tanpa resep adalah di apotek (73,68%).
4. Sumber informasi tentang obat selesma tanpa resep untuk anak adalah dari
iklan di televisi (44,36%). Apoteker hanya dipilih oleh 22 responden sebagai
sumber informasi (16,54%).
5. Pemilihan dan penggunaan obat selesma tanpa resep untuk anak sudah rasional
yaitu dengan:
a. membaca informasi yang tertera pada kemasan obat (97,32%).
b. memahami informasi yang tertera pada kemasan obat (89,29%).
c. mematuhi informasi yang tertera pada kemasan obat (91,07%).
B. Saran
1.
Perlu dilakukan penelitian mengenai peranan apoteker dalam pemberian
informasi pemilihan dan penggunaan obat selesma tanpa resep untuk anak.
2.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai produk obat selesma tanpa
resep untuk anak yang rasional.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Anief, M, 1995, Prinsip Umum dan Dasar Farmakologi, 115-129, UGM Press,
Yogyakarta.
Anonim, 1990, The Role of The Pharmacist in The Health Care System, 1, WHO,
Geneva.
Anonim, 1996, Kumpulan Peraturan Perundang-undangan Bidang Obat, 2, 18,
203, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Anonim, 1997, Kompendia Obat Bebas, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Anonim, 2000, Obat Rasional, http://www. kompas. com / kompas-cetak / 0011 /
22 / iptek / obat 39. htm, diakses pada 8 April 2005.
Anonim, 2001, POM, Swamedikasi, http://www.pom.go.id.html, diakses pada 2
Oktober 2004.
Donatus, I.A.,1997, Farmakoterapi Rasional Obat Bebas dan Obat Bebas
Terbatas, Kajian Tentang Kerasionalan Produk Obat Selesma yang
Beredar di Pasaran, Simposium Nasional Obat Bebas dan Obat Bebas
Terbatas, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Donatus, I.A., 2000, Globalisasi dan Orientasi Baru Pelayanan Farmasi
Komunitas; Upaya Peningkatan Peran Apoteker, Seminar Sehari Dampak
Globalisasi Ekonomi dan Farmasi terhadap Hak-Kewajiban Farmasis dan
Konsumen, 3-4, Lembaga Kajian Farmasi Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta.
Kusumaningrum, L.V., 2000, Pertimbangan Mahasiswa Universitas Sanata
Dharma Dalam Pemilihan Obat Selesma, Skripsi, Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Notoatmodjo, 2002, Metode Penelitian Kesehatan, 88-129, PT Rineka Cipta,
Jakarta.
Notoatmodjo, 2003, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, 179-190, PT Rineka
Cipta, Jakarta.
Papilaya, Y., 2003, Penilaian Iklan Obat Selesma di Televisi dan Peranannya
Dalam Pemilihan Obat Selesma di Kalangan Pengunjung Apotek di Pusat
Kota Magelang, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta.
Pratiknya, A.W., 1986, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan
Kesehatan, 10-14, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
69
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Sartono,1993a, Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas, 4-18, Gramedia, Jakarta.
Sartono,1993b, Obat Wajib Apotek, 1-2, Gramedia, Jakarta.
Sarwono, S., 1997, Sosiologi Kesehatan, UGM Press, Yogyakarta.
Schwartz, W.K., Isetts, B.J., 2000, Patient Assessment and Consultation,
Handbook of Nonprescription Drugs, 12nd Edition, 15-16, American
Pharmaceutical Asociation, Washington DC.
Setiadji, 1996, Pemberian Informasi kepada Pasien Menuju Penggunaan Obat
Rasional, Medika, 384-386, Edisi 22, Nomor 5 tahun XXII.
Sevilla, C. G., Ochave, J. A., Punsalon, T. E., Regala, B. P., and Uriarte, G. G.,
1993, Pengantar Metode Penelitian, Diterjemahkan oleh Tuwu, A., Edisi
I, 160-163, UI Press, Jakarta.
Singarimbun, M., Handayani, T., 1995, Metode Survei, 175-187, LP3ES, Jakarta.
Sulistiyawati, Ch., 2004, Hubungan Antara Penilaian Iklan Obat Selesma di
Televisi Dengan Pemilihan Obat Selesma di Kalangan Pengunjung 11
Apotek di Kota Yogyakarta Periode Maret-April Tahun 2004, Skripsi,
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Supardi, S., 1996, Sakit dan Perilaku Sakit, Cermin Dunia Kedokteran, Jakarta.
Supardi, S., 1997, Pengobatan Sendiri di Masyarakat dan Masalahnya, Cermin
Dunia Kedokteran, 48-49, Jakarta.
Supardi, S., 1999, Manfaat Peran Sakit di Masyarakat, Cermin Dunia Kedokteran,
43-44, Jakarta.
Suparmoko, M., 1999, Metode Penelitian Praktis,
Yogyakarta.
Edisi 4, 87-90, BPFE,
Tietze, K.J., 2004, Disorders Related to Cold and Allergy, Handbook of
Nonprescription Drug, 14th Edition, 239-247, American Pharmaceutical
Asociation, Washington DC.
Tjay dan Raharja, 2002, Obat-Obat Penting, Elex Media Komputindo, Jakarta.
Widodo, R., 2004, Panduan Keluarga Memilih dan Menggunakan Obat, 27-32,
Kreasi Wacana, Yogyakarta.
WHO, 2002, Penanganan ISPA Pada Anak di Rumah Sakit Kecil Negara
Berkembang, EGC, Jakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Evaluasi Pemilihan dan Penggunaan Obat Selesma Tanpa Resep Di
Kalangan Orang Tua Murid Kelompok Bermain dan Taman Kanak-Kanak
di Kecamatan Umbulharjo
Petunjuk : Berilah tanda lingkaran pada jawaban yang sesuai
I. Data Karakteristik Orang tua
1. Umur :
a. kurang dari 20 th
b. 21-30 th
c. 31-40 th
d. lebih dari 40 th
2. Status dalam keluarga :
a. ayah
b. ibu
3. Pendidikan terakhir :
a. SD
c. SMU
e. sarjana
b. SLTP
d. diploma/ahlimadya
f. lainnya (sebutkan)………
4. Pekerjaan : a. pegawai Negeri
b. wiraswasta
c. ibu rumah tangga
d. karyawan Swasta
e. lainnya (sebutkan)………………
5. Penghasilan rata-rata tiap bulan : a. kurang dari 500 ribu
c. 1 – 2 juta
juta
b. 500-1 juta
d. lebih dari 2
II. Data Karakteristik Anak
1. Umur :
a. 2-3 th
b. 3-4 th
c. 4-5 th
d. lebih dari 5 th
2. Apakah anak Anda pernah terserang selesma atau yang biasa disebut flu/ pilek?
a. sering
b. kadang-kadang
c. jarang
d. tidak pernah
3. Dalam satu bulan anak Anda terserang selesma atau flu/pilek :
a. kurang dari 2 kali
b. 2 – 4 kali
c. 4 – 6 kali
d. lebih dari 6 kali
4. Anak Anda sakit dalam sekali terserang selesma atau flu/pilek terjadi selama :
a.kurang dari 3 hari
b. 3 – 5 hari
c. 5 – 10 hari
d. lebih dari 10 hari
III. Data Pengetahuan Orang Tua
1. Yang Anda ketahui tentang pengobatan sendiri adalah :
a. mengobati semua penyakit tanpa harus ke dokter
b. mengobati sendiri penyakit ringan dengan obat tradisional atau obat bebas
c. mengatasi sendiri penyakit ringan dengan istirahat yang cukup, makan
makanan bergizi dan mengkonsumsi vitamin C
d. lainnya (sebutkan)……………………………………………………….
71
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
2. Obat yang bisa digunakan dalam pengobatan sendiri antara lain :
a. obat bebas/ obat tanpa resep
b. obat dengan resep dokter
c. obat tradisional
d. jawaban a dan c
3. Menurut Anda selesma atau flu/ pilek adalah :
a. suatu gejala penyakit yang dapat sembuh sendiri tanpa diobati
b. suatu gejala penyakit yang dapat disembuhkan dengan obat bebas atau obat
tradisional
c. suatu gejala penyakit yang harus segera diobati oleh dokter
d. gejala penyakit yang dapat sembuh dengan istirahat, makan makanan bergizi,
banya minum dan konsumsi vitamin C
4. Yang biasanya menyebabkan anak Anda terserang selesma atau flu/pilek
adalah:
a. pergantian dari musim panas ke musim hujan
b. alergi (angin, dingin, debu)
c. tertular temannya yang terserang selesma
5. Selesma atau flu/pilek yang sering diderita anak Anda mempunyai gejala :
a. meler, hidung tersumbat, bersin
b. meler, hidung tersumbat, bersin, sakit kepala
c. meler, hidung tersumbat, batuk, bersin, sakit kepala, demam
IV. Data Tindakan Orang Tua dalam Mengatasi Selesma Anak
6. Yang biasa Anda lakukan bila anak Anda terserang selesma atau flu/pilek
adalah :
a. dibiarkan saja
b. langsung berobat ke dokter
c. diobati sendiri dengan obat bebas atau obat tradisional
Untuk pertanyaan nomor 6 :
Jika jawaban Anda 'a', lanjutkan ke no. 7 saja
Jika jawaban Anda 'b' lanjutkan ke no. 8 saja
Jika jawaban Anda 'c' lanjutkan ke no. 9 dan seterusnya
7. Alasan Anda membiarkan penyakit tersebut karena :
a. penyakit tersebut tidak berbahaya
b. penyakit tersebut sudah biasa dialami dan dapat sembuh tanpa diberi obat
c. tidak tahu merek dan jenis obat yang dapat digunakan
d. jauh dari RS atau praktik dokter
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
8. Alasan Anda langsung berobat ke dokter karena :
a. tidak tahu jenis obat yang harus digunakan
b. takut terjadi sesuatu yang tidak diinginkan
c. takut terjadi komplikasi penyakit
d. takut penyakit bertambah parah
9. Alasan Anda memilih mengobati sendiri selesma anak Anda dengan obat bebas
atau obat tradisional : (boleh lebih dari 1 jawaban)
a. penyakit sudah biasa diobati dengan obat bebas atau obat tradisional
b. ada obat yang dapat diracik sendiri atau di beli di apotek/toko
obat/toko/warung tanpa resep dokter
c. dapat memilih jenis obat sesuai yang dikehendaki
d. menghemat waktu dan biaya
e. tidak perlu bantuan dokter
f. lainnya (sebutkan)…………………………………………………………
10. Jenis obat yang Anda gunakan dalam pengobatan selesma anak Anda adalah :
a. obat/ramuan tradisional
b. obat bebas/ obat modern
Untuk pertanyaan nomor 10 :
Jika jawaban Anda 'a', lanjutkan ke no. 11-12
Jika jawaban Anda 'b', lanjutkan ke no. 13-34
11. Alasan Anda menggunakan obat tradisional untuk mengobati selesma anak
Anda adalah :
a. sebelumnya sudah pernah memakai
b. obat tradisional tidak ada efek samping
c. mudah di dapat
d. lebih murah dibanding obat bebas
12. Jenis obat tradisional yang Anda gunakan adalah :
a. jeruk nipis dicampur dengan kecap
b. bawang merah dan minyak kayu putih dioleskan ke dahi, dada dan
punggung
c. lainnya(sebutkan)…………………………………………………
13. Alasan Anda memilih obat bebas antara lain : (boleh lebih dari 1 jawaban )
a. sebelumnya sudah pernah memakai
b. anjuran dokter/ apoteker
c. lebih murah dibanding berobat ke dokter
d. anjuran teman/ saudara
e. mudah didapat
f. lainnya (sebutkan)……..
14. Sumber informasi tentang obat selesma Anda dapatkan dari :
a. iklan di TV
b. penjual / pelayan toko obat
c. brosur / kemasan obat
d. dokter / tenaga medis
e. teman, tetangga atau saudara f. apoteker / petugas apotek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
15. Anda mendapatkan atau membeli obat selesma untuk anak Anda di :
a. warung
b. toko/supermarket
c. toko obat d. apotek
16. Alasan Anda memilih tempat tersebut : (boleh lebih dari 1 jawaban)
a. dekat rumah
b. jenis obat beragam
c. pelayanannya cepat
d.kualitas
obat
dipertanggungjawabkan
e. harganya murah
f. dapat menanyakan jenis obat yang cocok
g. disertai pemberian informasi
dapat
17. Bentuk sediaan yang Anda pilih adalah :
a. padat (tablet, kapsul)
b. tetes hidung
c. cair (sirup)
18. Alasan Anda memilih bentuk sediaan tersebut antara lain :
(boleh lebih dari 1 jawaban)
a. aturan dan cara penggunaan mudah (ada sendok takar)
b. warna dan rasa disukai anak
c. mudah disimpan
d. tidak mudah tumpah saat digunakan
e. paling cepat mengatasi gejala yang paling mengganggu (hidung tersumbat)
f. lainnya (sebutkan)…………………………………
19. Jika Anda memilih bentuk sediaan cair, alat yang Anda gunakan untuk
menakar obat adalah :
a. Sendok makan
b. Sendok takar yang disertakan dalam kemasan obat
c. Sendok teh
d. Sendok takar dari obat yang terdahulu
20. Obat selesma yang Anda pilih adalah :
a. Obat untuk dewasa dengan dosis disesuaikan dengan aturan pakai
b. Obat khusus untuk anak
21. Merek obat selesma yang pernah Anda pilih dan gunakan untuk mengobati
selesma anak Anda adalah : (boleh lebih dari satu jawaban)
a. Coldrexin
e. Actifed
i.OBH Combi Batuk Flu Anak
b. Termorex Plus
f. Decolsin
j. Sanaflu Plus
c. Hufagrip
g. Parasetine
k. lainnya (sebutkan)……
d. Anakonidin
h. Bodrexin Sirup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
22. Merek obat selesma yang paling sering Anda pilih dan gunakan untuk
mengobati selesma anak Anda adalah :
a. Coldrexin
e. Actifed
i.OBH Combi Batuk Flu
Anak
b. Termorex Plus
f. Decolsin
j. Sanaflu Plus
c. Hufagrip
g. Parasetine
d. Anakonidin
h. Bodrexin Sirup
23. Alasan Anda memilih merek tersebut adalah : (boleh lebih dari 1 jawaban)
a. sebelumnya sudah pernah memakai dan cocok
b. harganya lebih murah
c. tertarik dengan iklan atau promosinya
d. anjuran saudara atau teman
e. mudah didapat
24. Apakah Anda membeli obat selesma beserta kemasan atau brosur ?
a. ya
b. kadang-kadang
c. tidak
25. Apakah Anda membaca informasi yang terdapat pada kemasan atau brosur ?
a. ya
b. kadang-kadang
26. Menurut Anda informasi yang terdapat dalam kemasan atau brosur terdiri dari:
( boleh lebih dari 1 jawaban )
a. komposisi obat
d. efek samping
b. indikasi
e. aturan pakai
c. kontraindikasi
f. tanggal kadaluarsa
27. Apakah Anda memahami informasi yang terdapat dalam kemasan atau
brosur?
a. ya
b. tidak
28. Bila Anda tidak paham, Anda akan bertanya pada :
a. apoteker
b. penjual di toko tempat Anda membeli obat
c. teman atau saudara
29. Alasan Anda memilih jawaban tersebut diatas adalah :
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
30. Apakah Anda mematuhi informasinya tersebut ?
a. tidak
b. kadang-kadang
c. ya
31. Keadaan anak Anda setelah menggunakan obat :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
a. sembuh
c. timbul efek samping
e. bertambah parah
b. berkurang
d. tidak sembuh
32. Selesma anak Anda sembuh setelah penggunaan obat :
a. 3 kali sehari 2-3 hari
b. 3 kali sehari selama 3-5 hari
c. 3 kali sehari selama lebih dari 5 hari
33. Yang Anda lakukan jika tidak sembuh atau ada efek samping adalah :
a. menghentikan penggunaan obat tersebut dan mengganti dengan obat lain
b. tetap melanjutkan dengan obat yang sama karena merupakan proses
penyembuhan
c. menghentikan pengobatan sendiri dan membawanya ke dokter
34. Yang Anda lakukan jika obat yang sudah digunakan masih tersisa adalah :
a. dihabiskan
b. disimpan dan digunakan lagi bila perlu
c. dibuang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
HASIL WAWANCARA
Wawancara 1. Penggunaan Sendok Takar
Tanya
: Permisi Ibu, maaf saya ingin sedikit bertanya pada Ibu boleh kan?
Jawab
: Oh ya, silakan mbak!!
Tanya
: Ibu biasanya kalau memberi minum obat pada anak ibu pakai sendok
apa?
Jawab
: Ya pakai sendok yang ada di kemasan mbak, tapi kadang saya beli
obat merek lain tidak ada sendoknya jadi saya pakai sendok teh yang
biasa dipakai dirumah.
Tanya
: Kalau ibu pakai sendok teh apa ukurannya sudah sesuai dengan
aturan yang ada di kemasan obat?
Jawab
: Lha di kemasan tertulis satu sendok teh ya saya ikutin saja mbak.
Tanya
: Baiklah Ibu, terima kasih banyak.
Jawab
: Sama-sama mbak.
Wawancara 2. Penggunaan Obat yang Masih Sisa
Tanya
: Pagi Ibu, bisa saya bertanya sebentar sama Ibu?
Jawab
: Silakan!!
Tanya
: Kalau obat yang digunakan untuk mengobati selesma anak ibu masih
tersisa biasanya diapakan?
Jawab
: Biasanya saya simpan di kotak obat mbak.
Tanya
: Lalu kalau anak ibu terserang selesma lagi apakah obat tersebut
digunakan lagi atau membeli obat yang baru?
Jawab
: Ya tergantung waktu kadaluarsanya. Kalau masih lama dan si anak
pilek lagi seminggu setelah sembuh ya saya kasih obat itu, tapi
biasanya kalau lebih dari tiga bulan saya buang dan saya beli yang baru
lagi.
Tanya
: Baik, terima kasih bu!!
Jawab
: Sama-sama mbak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
REKAPITULASI JAWABAN RESPONDEN
No.
Pertanyaan
I. 1.
2.
3.
4.
5.
II. 1.
2.
3.
4.
Jawaban
a
b
c
d
a
b
a
b
c
d
e
f
a
b
c
d
e
a
b
c
d
Jumlah
Responden
0
57
98
22
32
145
2
6
69
39
53
8
31
28
79
35
4
43
84
35
15
a
b
c
d
a
b
c
d
a
b
c
d
a
b
c
d
15
14
56
92
23
105
49
0
166
10
1
0
28
92
50
7
Keterangan
Lain-lain: Guru TK
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
III. 1.
2.
3.
4.
5.
IV. 6.
7.
8.
9.
a
b
c
d
24
142
7
4
a
b
c
d
a
b
c
d
a
b
c
ab
ac
bc
abc
a
b
c
43
10
12
112
26
97
46
8
41
21
15
10
40
20
30
110
35
32
a
b
c
a, c, d
b
a
b
c
d
bc
cd
bd
a
b
c
d
ab
ac
ad
ae
2
22
153
0
2
0
4
4
4
3
3
4
26
37
5
6
23
2
8
1
Lain-lain: dengan obat yang biasa
diresepkan dokter namun dapat
dibeli tanpa resep di apotek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
bc
bd
abd
abc
abcd
a
b
ab
a
b
bd
a
b
c
4
8
13
13
7
20
105
28
2
17
1
5
17
6
a
b
d
ac
ce
ae
ace
a
b
c
d
e
f
a
b
c
d
a
d
abdg
abce
bdfg
acde
acef
dfg
a
b
b
ab
21
6
4
11
13
16
34
59
5
2
19
26
22
15
9
11
98
8
9
14
11
35
5
6
10
130
3
15
36
Madu, madu+kencur,
wuluh+gula batu
blimbing
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
19.
20.
21.
22.
23.
ac
abe
bcd
abce
bce
ae
f
14
11
1
22
12
16
3
a
b
c
d
a
b
a
0
122
5
3
0
133
7
b
c
d
e
f
g
h
i
j
k
17
21
35
14
6
10
7
25
11
25
a
b
c
d
e
f
g
h
i
j
a
b
c
e
be
5
13
20
34
12
4
8
6
24
7
53
17
15
22
26
Cocok
dan
efektif
untuk
pertolongan pertama sebelum ke
dokter
Beberapa responden memilih lebih
dari 1 jawaban
Bodrexin tablet, Proris, Bisolvon
Kids, Baby Cough, Benadril Child,
Lapifed, Nipe, Vicks Formula 44
untuk anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
24.
25.
26.
27.
28.
30.
31.
32.
33.
34.
a
b
c
a
b
a,b,c,d,e,f
a
b
a
b
c
a
b
c
a
b
c
d
e
a
b
c
a
b
c
a
b
c
112
9
2
109
3
112
100
12
12
0
0
2
8
102
79
54
0
0
0
22
76
35
10
17
106
20
82
31
Jawaban no. 29: apoteker lebih tahu dan paham seluk beluk obat (12 responden)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BIOGRAFI PENULIS
Penulis bernama Faila Sufa Sasono Putri yang lahir di
Cepu pada tanggal 24 Mei 1980. Tahun 1986
menempuh pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri
Balun III Cepu. Tahun 1992 melanjutkan pendidikan di
SMP Negeri III Cepu. Kemudian pada tahun 1995
melanjutkan pendidikan di SMU Negeri I Cepu. Pada
tahun 1998 menempuh pendidikan Strata-1 di Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
85
Download