PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI EVALUASI PEMILIHAN DAN PENGGUNAAN OBAT SELESMA TANPA RESEP DI KALANGAN ORANG TUA MURID KELOMPOK BERMAIN DAN TAMAN KANAK-KANAK DI KECAMATAN UMBULHARJO SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Farmasi Oleh : Faila Sufa Sasono Putri NIM : 988114140 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2006 i PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI iii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI HALAMAN PERSEMBAHAN life without a friend is death without a witness ridhar rabbi fii ridhal waalidi wasukhthur rabbi fii sukhthil waalidi (HR Tirmidzi dan Hakim) Kupersembahkan untuk: Allah SWT dan Nabi Muhammad saw Ibu-Bapakku, ungkapan rasa hormat dan baktiku Suami dan anak-anakku, ungkapan rasa cintaku Saudara-saudaraku dan Almamaterku iv PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI v PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PRAKATA Assalamu’alaikum Wr.Wb Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT serta sholawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW karena telah dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Evaluasi Pemilihan dan Penggunaan Obat Selesma Tanpa Resep Di Kalangan Orang Tua Murid Kelompok Bermain dan Taman Kanak-Kanak di Kecamatan Umbulharjo. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan Strata Satu (S1) Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada: 1. Bapak Drs. A. Yuswanto, S.U., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan untuk menyelesaikan skripsi ini. 2. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing sekaligus penguji yang telah memberikan bimbingan, saran dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini. 3. Ibu Aris Widayati, M.Si., Apt. selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan kritik dalam penyusunan skripsi ini. 4. Ibu Phebe Hendra, M.Si., Apt. selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan kritik dalam penyusunan skripsi ini. vi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Farmasi USD atas ilmu yang telah diberikan. 6. Walikota Yogyakarta dan Ketua Bappeda DIY atas ijin yang diberikan untuk melakukan penelitian di Kecamatan Umbulharjo. 7. Dinas P dan P kota Yogyakarta atas kesempatan yang diberikan untuk melakukan penelitian di Kelompok Bermain dan Taman Kanak-Kanak di Kecamatan Umbulharjo. 8. Kepala Sekolah dan Guru Kelompok Bermain dan Taman KanakKanak di lima Kelompok Bermain dan Taman Kanak-Kanak di Kecamatan Umbulharjo atas bantuannya dalam penelitian. 9. Orang tua murid Kelompok Bermain dan Taman Kanak-Kanak di Kecamatan Umbulharjo atas partisipasinya dalam pengisian kuisioner. 10. Bapak Djoko Sasono Putranto dan Ibu Tri Irianti tercinta selaku orang tua penulis, terima kasih atas segala limpahan kasih sayang, doa dan kesabaran. 11. Bapak H.M Syadhali, BA dan Ibu Sugiarti tercinta selaku bapak dan ibu mertua penulis atas doa dan kasih sayangnya. 12. My husband tercinta Nur Machmud yang selalu menemani hari-hariku dalam suka dan duka. Terima kasih atas pengertian dan kesabaranmu. 13. Buah hatiku tercinta Arya dan Iqbal yang selalu menghiasi hari-hariku dengan tawa ceria, tangis dan kemanjaan. 14. Saudara-saudaraku tersayang Erik, Zia, Mas Feri dan Mbak Dewi atas kasih sayang dan motivasinya. vii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15. Teman-teman seperjuangan Mbak Rita, Mbak Cicil, Mbak Kiki, Ira, Sari, Rini, Kiky dan Dedi atas motivasi dan bantuannya. 16. Muly dan Hans atas abstraksnya. 17. Teman-teman Farmasi angkatan ’98, ’00 dan ’02. 18. Budhe Rin dan Pakdhe Edi atas bantuan moril dan materiil. 19. Woro dan Panjul atas pinjaman komputernya. 20. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini banyak kekurangannya namun penulis berharap skripsi ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi masyarakat dan perkembangan ilmu pengetahuan. Wassalamu’alaikum Wr.Wb Yogyakarta, Agustus 2006 Penulis viii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI INTISARI Orang tua adalah orang yang paling berperan dalam pengambilan keputusan pengobatan selesma pada anak. Tersedianya berbagai macam produk obat selesma tanpa resep untuk anak mendorong orang tua untuk melakukan swamedikasi untuk mengobati selesma anak dengan menggunakan obat selesma tanpa resep untuk anak. Metodologi penelitian ini adalah non eksperimental dengan rancangan penelitian survei epidemiologik deskriptif dan pengambilan sampel secara quota sampling. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pemilihan dan penggunaan obat selesma tanpa resep untuk anak yang rasional. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner yang disebarkan kepada sejumlah orang tua murid di lima Kelompok Bermain dan Taman Kanak-kanak di Kecamatan Umbulharjo. Analisis hasil menggunakan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden mengetahui bahwa swamedikasi dilakukan untuk mengobati penyakit ringan termasuk selesma dengan menggunakan obat selesma tanpa resep atau obat tradisional (80,23%). Sebagian besar responden mengerti bahwa selesma merupakan gejala penyakit yang dapat sembuh dengan menggunakan obat selesma tanpa resep atau obat tradisional (54,80%). Jenis terapi yang dilakukan responden untuk mengobati selesma anak adalah swamedikasi menggunakan obat tanpa resep (68,63%). Merek obat yang paling banyak digunakan adalah Anakonidin® (25,56%) dalam bentuk sediaan cair (97,74%). Apotek merupakan tempat yang paling banyak dipilih responden untuk mendapatkan produk obat selesma tanpa resep untuk anak (73,68%). Sebagian besar responden menyatakan bahwa sumber informasi tentang obat selesma tanpa resep untuk anak adalah dari iklan di televisi (44,36%). Berdasarkan data responden yang mematuhi informasi yang tertera pada kemasan obat (76,69%), dapat disimpulkan bahwa pemilihan dan penggunaan obat selesma tanpa resep yang dilakukan responden sudah rasional. Kata kunci : selesma, swamedikasi, obat tanpa resep, pemilihan dan penggunaan ix PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT Parents are decision-makers in treating common cold among paediatric patients.The availability of the various nonprescription drug promotes the self medication of common cold. The study of paediatric nonprescription drug of common cold has been done using the non experimental survey. The aim is to evaluate the rational selection and use of the drug. The data were collected with questionaire from the subjects sampled using quota sampling method among parents in 5 playgroups and kindergartens in Kecamatan Umbulharjo. Data were analyzed descriptively. Results of the study showed that most respondents (80.23%) knew that self medication is done to cure a non serious diseases including common cold using nonprescription drug and Indonesian traditional medicine. Most respondents (54.80%) knew that common cold is a disease symptom which can be cured using nonprescription drug or Indonesian traditional medicine. Therapy used by the parents to cure paediatric’s common cold is a self medication using nonprescription drug (68.63%). The mostly used drug was Anakonidin® (25.56%) in the liquid dosage form (97.74%). Pharmacy is the most favorable place to get the nonprescription drug (73.68%). Most respondents obtained drug information from the television advertisement (44.36%). Based on the respondents data of obeying drug information on the drug packaging (76.69%), it can be concluded the selection and use of the nonprescription drug of common cold by the respondents have been rationale. Keywords: common cold, self medication, nonprescription, selection and use x PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR ISI Hal HALAMAN JUDUL ………………………………………………………….. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………………….. ii HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………………… iii HALAMAN PERSEMBAHAN ………………………………………………. iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………………………………………. v PRAKATA …………………………………………………………………….. vi INTISARI ……………………………………………………………………... ix ABSTRACT……………………………………………………………………. x DAFTAR ISI …………………………………………………………………... xi DAFTAR TABEL ……………………………………………………………... xv DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………...... xvii DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………... xviii BAB I. PENGANTAR ………………………………………………………… 1 A. Latar Belakang Penelitian …………………………………………. 1 1. Permasalahan …………………………………………………… 3 2. Keaslian Penelitian………………………………………………. 4 3. Manfaat Penelitian………………………………………………. 4 B. Tujuan Penelitian……………………………………………………. 5 1. Tujuan Umum…………………………………………………… 5 2. Tujuan Khusus…………………………………………………. 5 xi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA…………………………………………. 6 A. Perilaku Sehat dan Sakit…………………………………………… 6 B. Swamedikasi ………………………………………………………. 7 C. Obat Tanpa Resep …………………………………………………. 9 D. Selesma ……………………………………………………………. 11 1. Definisi ………………………………………………………….. 11 2. Penyebab ………………………………………………………... 12 3. Patofisiologi …………………………………………………….. 13 E. Penatalaksanaan Terapi …………………………………………… 14 1. Tujuan Terapi …………………………………………………… 14 2. Sasaran Terapi …………………………………………………... 14 3. Strategi Terapi …………………………………………………... 14 F. Pengobatan Rasional ………………………………………………... 17 G. Pelayanan Informasi Obat ………………………………………….. 20 H. Keterangan Empiris ………………………………………………… 22 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN …………………………………….. 23 A. Jenis dan Rancangan Penelitian …………………………………… 23 B. Definisi Operasional ………………………………………………. 23 C. Tempat Penelitian …………………………………………………. 24 D. Subjek Penelitian ………………………………………………….. 25 E. Instrumen Penelitian ………………………………………………. 26 F. Tata Cara Penelitian ……………………………………………….. 27 1. Penyusunan Kuesioner ………………………………………….. 27 xii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2. Penyebaran dan Pengisian Kuesioner …………………………... 28 G. Analisis Hasil ………………………………………………………. 29 H.Kesulitan Dalam Penelitian …………………………………………. 29 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ……………………………………... 31 A. Karakteristik Responden …………………………………………… 31 1. Usia Responden ………………………………………………… 31 2. Status Responden Dalam Keluarga ……………………………... 32 3. Tingkat Pendidikan Responden ………………………………… 33 4. Jenis Pekerjaan Responden ……………………………………... 33 5. Jumlah Penghasilan Responden ………………………………… 34 B. Karakteristik Anak Responden ……………………………………... 35 1.Usia Anak Responden …………………………………………… 35 2.Frekuensi Anak Terserang Selesma Dalam Satu Bulan…………. 35 3.Lama Anak Terserang Selesma …………………………………. 37 C. Pengetahuan Responden Tentang Swamedikasi dan Selesma ……... 37 1.Pengetahuan Responden Tentang Swamedikasi ………………… 38 2.Obat yang Biasa Digunakan Dalam Swamedikasi ……………… 39 3.Pengertian Selesma Menurut Responden ……………………….. 40 4.Pemicu Anak Terserang Selesma ……………………………….. 41 5.Gejala Selesma Pada Anak ……………………………………... 42 D.Jenis Terapi Selesma Pada Anak …………………………………... 43 E.Sumber Informasi Tentang Obat Selesma ………………………….. 46 F. Pemilihan Obat Selesma Tanpa Resep Untuk Anak ……………….. 48 xiii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI G.Kerasionalan Pemilihan dan Penggunaan Obat Selesma …………... 56 H.Rangkuman Pembahasan…………………………………………. 63 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………... 67 A. Kesimpulan……………………………………………………….. 67 B. Saran………………………………………………………………. 68 DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………... 69 LAMPIRAN………………………………………………………………….. 71 BIOGRAFI PENULIS…………………………………………………........... xiv 85 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR TABEL Tabel I. Enam Tanda Peringatan yang Harus Dicantumkan Sesuai Dengan Penggunaannya ……………………………………….. 11 Usia Orang Tua Murid KB dan TK di Kecamatan Umbulharjo ……………………………………………………. 31 Tingkat Pendidikan Orang Tua Murid KB dan TK di Kecamatan Umbulharjo ……………………………………….. 33 Jenis Pekerjaan Orang Tua Murid KB dan TK di Kecamatan Umbulharjo ……………………………………………………. 34 Jumlah Penghasilan Orang Tua Murid KB dan TK di Kecamatan Umbulharjo ……………………………………….. 34 Tabel VI. Usia Anak-anak KB dan TK di Kecamatan Umbulharjo ……… 35 Tabel VII. Frekuensi Anak Terserang Selesma Dalam Satu Bulan ………. 36 Tabel VIII. Lama Anak Terserang Selesma ……………………………….. 37 Tabel IX. Pengetahuan Responden Tentang Swamedikasi ………………. 38 Tabel X. Pengertian Selesma Menurut Responden ……………………… 40 Tabel XI. Pemicu Anak Terserang Selesma …………………………… 41 Tabel XII. Gejala Selesma pada Anak …………………………………….. 42 Tabel XIII. Jenis Obat atau Ramuan Tradisional yang Digunakan Responden Untuk Mengobati Selesma Anak …………………. 46 Sumber Informasi Tentang Obat Selesma Tanpa Resep yang Digunakan Responden ………………………………………… 47 Merek Obat Selesma Tanpa Resep yang Sering Digunakan Responden ……………………………………………………... 48 Pengelompokan Produk Obat Selesma Tanpa Resep Berdasarkan Komposisi dan Indikasi Zat Aktif ……………….. 50 Tabel II. Tabel III. Tabel IV. Tabel V. Tabel XIV. Tabel XV. Tabel XVI. xv PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tabel XVII. Alasan Responden Memilih Obat Selesma Tanpa Resep Merek Tertentu ………………………………………………………... 52 Tabel XVIII. Alasan Responden Memilih Bentuk Sediaan Cair …………….. 53 Tabel XIX. Alat Penakar Untuk Obat dengan Bentuk Sediaan Cair ………. 54 Tabel XX. Alasan Responden Membeli Obat Selesma Tanpa Resep di Apotek …………………………………………………………. 55 Pengalaman Responden Membaca Informasi Obat pada Kemasan ……………………………………………………….. 57 Tabel XXII. Pengalaman Pesponden Memahami Informasi Obat yang Terdapat pada Kemasan ……………………………………….. 58 Tabel XXIII. Pengalaman Responden Mematuhi Informasi Obat yang Terdapat pada Kemasan ……………………………………….. 59 Tabel XXIV. Frekuensi Pemberian Obat Sampai Sembuh …………………... 60 Tabel XXV. Tindakan Responden Bila Selesma Tidak Sembuh ……………. 61 Tabel XXVI. Tindakan Responden Terhadap Obat yang Masih Sisa ………... 62 Tabel XXI. xvi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Organ Saluran Pernafasan …………………………………………. 13 Gambar 2. Status Orang Tua Murid KB dan TK di Kecamatan Umbulharjo..... 32 Gambar 3. Obat yang Biasa Digunakan Dalam Swamedikasi ………………… 39 Gambar 4. Jenis Terapi Selesma pada Anak …………………………………... 43 Gambar 5. Jenis Obat yang Digunakan Dalam Pengobatan Selesma Anak …... 45 Gambar 6. Bentuk Sediaan Obat Selesma Tanpa Resep yang Digunakan Responden …………………………………………………………. 53 Gambar 7. Tempat Responden Membeli Produk Obat Selesma Tanpa Resep… 55 Gambar 8. Pengalaman Responden Membeli Obat Utuh Dengan Kemasannya………………………………………………………... 56 Gambar 9. Keadaan Anak Responden Setelah Menggunakan Obat Selesma…. 60 xvii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR LAMPIRAN Kuesioner ………………………………………………………………... 71 Hasil Wawancara ………………………………………………………... 77 Rekapitulasi Jawaban Responden ……………………………………….. 78 Surat Ijin Penelitian dari BAPPEDA DIY ………………………………. 83 Surat Ijin Penelitian dari Dinas P dan P Kota Yogyakarta ……………… 84 xviii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Selesma merupakan salah satu penyakit ringan yang sering muncul di saat pergantian musim dari kemarau ke musim hujan. Penyakit ini sering menyerang balita dan anak-anak, terutama anak usia prasekolah karena pada usia tersebut daya tahan tubuh relatif masih lemah. Gejala yang sering muncul adalah keluarnya lendir hidung, hidung tersumbat dan bersin. Pergantian musim dan seringnya mereka berinteraksi dengan anak lain di sekolah terlebih dengan anak yang terserang selesma menyebabkan kemungkinan terserang penyakit tersebut lebih besar, apalagi selesma disebabkan oleh virus yang mudah sekali menular. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan di Kelompok Bermain dan Taman Kanakkanak yang ada di Kecamatan Umbulharjo. Alasan lain yang mendorong peneliti melakukan penelitian di Kecamatan Umbulharjo karena jumlah Kelompok Bermain dan Taman Kanak-kanaknya paling banyak dibandingkan kecamatan lain di kota Yogyakarta berdasarkan data dari Dinas P dan P tahun 2004 sehingga diharapkan dapat mewakili populasi anak yang ada di Kecamatan Umbulharjo. Kondisi sakit pada anak ini menuntut upaya dan sikap bijaksana dari orang tua untuk mencari pengobatan yang terbaik agar penyakit tidak bertambah parah dan anak cepat sembuh. Sebenarnya selesma merupakan suatu gejala penyakit yang dapat sembuh sendiri tanpa diobati (self limiting), namun bila sampai mengganggu aktivitas anak maka harus dilakukan upaya untuk mengurangi gejala yang timbul. Upaya yang dilakukan dapat berupa swamedikasi 1 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2 menggunakan terapi nir obat, obat atau ramuan tradisional, obat tanpa resep maupun dengan berobat ke tenaga kesehatan. Salah satu upaya yang dilakukan orang tua adalah dengan swamedikasi menggunakan obat tanpa resep yang dapat diperoleh di apotek, toko obat, supermarket maupun warung tanpa resep dokter. Swamedikasi biasanya dilakukan untuk mengatasi gangguan kesehatan yang ringan seperti selesma. Harga obat dengan resep dokter dan biaya pelayanan kesehatan yang makin mahal serta peredaran produk obat tanpa resep yang makin pesat mendorong orang tua untuk melakukan swamedikasi. Dalam swamedikasi orang tua mendiagnosis sendiri penyakit yang diderita anaknya dan menentukan sendiri pengobatan yang dilakukan tanpa bantuan dari tenaga kesehatan. Swamedikasi menggunakan obat tanpa resep harus dilakukan dengan tepat dan rasional, agar tidak terjadi pemborosan biaya pengobatan dan terhindar dari dampak negatif yang disebabkan karena penggunasalahan obat. Dalam pemilihan obat untuk swamedikasi orang tua harus mengetahui penyebab penyakit anaknya. Hal ini berkaitan dengan pemilihan obat yang tepat, karena pemilihan dan penggunaan obat yang sesuai dan tepat akan memberikan manfaat yang diharapkan serta dapat memperkecil timbulnya efek yang tidak diinginkan. Banyaknya produk obat tanpa resep yang beredar sekarang ini terutama yang dikhususkan untuk balita dan anak-anak, semakin mendorong orang tua untuk melakukan swamedikasi dalam mengatasi penyakit yang diderita anaknya dengan pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya. Salah satu obat tanpa resep yang banyak beredar di pasaran adalah obat untuk selesma yang telah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3 didesain dan diatur pemakaiannya untuk balita dan anak-anak. Orang tua harus teliti dan selektif dalam memilih obat, yaitu dengan memilih obat yang sesuai dengan gejala penyakit dan disertai informasi yang lengkap dan memadai. Pemilihan obat jangan dilakukan hanya karena bentuk, rasa dan kemasan obat yang menarik saja, agar pengobatan yang dilakukan rasional dan tidak ada penggunasalahan obat. Hal ini menarik untuk diteliti, karena pemilihan dan penggunaan obat selesma tanpa resep yang dilakukan oleh orang tua untuk mengobati selesma anak sangat menentukan keberhasilan pengobatan yang rasional. 1. Permasalahan Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dari penelitian ini sebagai berikut : a. seperti apakah pengetahuan responden tentang swamedikasi dan selesma pada anak? b. apakah jenis terapi yang dilakukan responden untuk mengobati selesma anak dan alasan apakah yang mendasari responden memilih jenis terapi tersebut? c. bagaimana pemilihan obat selesma tanpa resep untuk anak, meliputi: merek obat, komposisi zat aktif obat, bentuk sediaan dan tempat memperoleh obat selesma tanpa resep tersebut? d. dari manakah responden mendapatkan informasi tentang obat selesma tanpa resep? e. apakah pemilihan dan penggunaan obat selesma tanpa resep untuk anak sudah rasional? PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4 2. Keaslian Penelitian Penelitian mengenai pengobatan sendiri dengan obat selesma tanpa resep sudah pernah dilakukan oleh Kusumaningrum (2000) yang menguraikan tentang pertimbangan mahasiswa Universitas Sanata Dharma dalam pemilihan obat selesma dan Papilaya (2003) serta Sulistyowati (2004) yang menguraikan tentang penilaian iklan obat selesma di TV di kalangan pengunjung apotek. Perbedaan dengan penelitian ini adalah subjek penelitian, lokasi penelitian dan penelitian ini lebih menguraikan tentang pemilihan dan penggunaan obat selesma tanpa resep untuk anak yang dilakukan oleh orang tua. 3. Manfaat Penelitian a. Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan deskripsi yang jelas tentang pemilihan dan penggunaan obat selesma tanpa resep untuk anak oleh orang tua di Kecamatan Umbulharjo. b. Manfaat praktis Data yang diperoleh dari penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan bagi apoteker dalam pelayanan informasi obat dan membantu menentukan pemilihan dan penggunaan obat selesma tanpa resep untuk anak secara rasional, serta bagi dokter dalam pemberian informasi tentang obat agar tidak terjadi polifarmasi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5 B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang pemilihan dan penggunaan obat selesma tanpa resep untuk anak yang dilakukan oleh orang tua di Kecamatan Umbulharjo. 2. Tujuan Khusus Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: a. pengetahuan orang tua tentang swamedikasi dan selesma pada anak. b. jenis terapi yang dilakukan orang tua untuk mengobati selesma anak dan alasan yang mendasari pemilihan jenis terapi tersebut. c. pemilihan obat selesma tanpa resep, meliputi: merek obat, komposisi zat aktif obat, bentuk sediaan dan tempat memperoleh obat selesma tanpa resep. d. sumber informasi tentang obat selesma tanpa resep. e. mengetahui kerasionalan pemilihan dan penggunaan obat selesma tanpa resep untuk anak yang dilakukan orang tua. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Perilaku Sehat dan Sakit Masyarakat awam mengartikan sehat sebagai keadaan tubuh yang enak, nyaman, gembira dan dapat melakukan kegiatan sehari-hari, sedangkan sakit diartikan sebagai keadaan tubuh yang mengalami gangguan yang menimbulkan perasaan tidak enak, tidak nyaman dan sebagainya. Konsep sehat-sakit ini berlaku sama bagi anak-anak maupun orang dewasa, hanya gejalanya yang berbeda (Notoadmodjo, 2003). Pengertian penyakit (disease) adalah suatu bentuk reaksi biologis terhadap suatu organisme, benda asing atau luka. Hal ini merupakan suatu fenomena yang objektif yang ditandai oleh perubahan fungsi-fungsi tubuh sebagai organisme biologis, sedangkan sakit (illness) adalah penilaian seseorang terhadap penyakit sehubungan dengan pengalaman yang langsung dialaminya. Hal ini merupakan fenomena subjektif yang ditandai dengan perasaan tidak enak (Notoadmodjo, 2003). Perilaku sehat adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh orang yang merasa sehat untuk mencegah penyakit atau mendeteksi penyakit sebelum keluarnya gejala. Perilaku sakit adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh orang yang merasa sakit untuk menjelaskan keadaan kesehatannya dan mendapatkan pengobatan yang sesuai (Supardi,1999). 6 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7 Lima konsep yang berguna untuk analisis perilaku sakit adalah: 1. shopping atau proses mencari beberapa sumber yang berbeda dari medical care untuk satu persoalan atau yang lain. 2. fragmentation atau proses pengobatan oleh beberapa fasilitas kesehatan pada lokasi yang sama. 3. procrastination atau proses penundaan pencarian pengobatan gejala yang dirasakan. 4. self medication atau mengobati sendiri dengan menggunakan berbagai ramuan atau obat-obatan yang dinilai tepat baginya. 5. discontinuity atau proses penghentian pengobatan (Notoadmodjo, 2003). B. Swamedikasi Dari Riset Rumah Tangga yang dilaksanakan oleh Departemen Kesehatan RI, didapat data kuantitatif tentang perilaku masyarakat terhadap timbulnya gejala penyakit antara lain: dibiarkan 5%, diobati dengan cara sendiri 5%, diobati dengan jamu 9%, memakai obat bebas 63% dan pergi ke dokter atau puskesmas 18%. Dari data tersebut ternyata prosentase penderita sakit yang melakukan swamedikasi menggunakan obat bebas adalah paling besar. Kenyataan tersebut dapat dijadikan salah satu dasar kebijakan dalam membina kesehatan masyarakat pada umumnya (Sartono,1993b). Swamedikasi merupakan suatu tindakan pengobatan sendiri yang biasa dilakukan untuk mengatasi masalah atau gangguan kesehatan yang ringan, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8 misalnya selesma, demam, sakit kepala, diare, sembelit, maag, gatal-gatal, infeksi jamur kulit dan lain-lain (Anonim,2001). Swamedikasi biasanya dilakukan untuk mengobati penyakit yang sudah biasa dialami dengan menggunakan terapi nir obat, obat atau ramuan tradisional, obat modern atau cara lain tanpa petunjuk dokter atau tenaga kesehatan lainnya. Tujuan swamedikasi antara lain untuk peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit ringan dan pengobatan rutin penyakit kronis setelah perawatan dokter. Peranan swamedikasi adalah untuk penanggulangan secara cepat dan efektif keluhan yang tidak memerlukan konsultasi medis, mengurangi beban pelayanan kesehatan pada keterbatasan sumber daya dan tenaga serta meningkatkan keterjangkauan pelayanan kesehatan untuk masyarakat yang jauh dari puskesmas (Supardi,1997). Swamedikasi menggunakan obat tanpa resep pada umumnya didasarkan atas pengalaman masa lalu maupun informasi dari keluarga atau lingkungan sekitar. Selain itu, saat ini semakin banyak obat-obat tanpa resep yang dipromosikan melalui iklan di media cetak, elektronik maupun billboard yang disertai dengan informasi dan bujukan yang kadang menarik konsumen bahkan menyesatkan. Konsumen harus benar-benar selektif dalam memilih obat sesuai dengan kondisi tubuh dan penyakitnya. Swamedikasi menggunakan obat tanpa resep harus memperhatikan: 1. pencantuman nomor registrasi dari Badan POM sebagai izin beredar 2. kondisi obat dan kemasan apakah dalam keadaan baik atau rusak 3. tanggal kadaluarsa obat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9 4. membaca dan mengikuti keterangan atau informasi yang tercantum pada kemasan atau brosur yang terdapat dalam kemasan obat yang berisi tentang indikasi, kontraindikasi, efek samping, dosis, aturan pemakaian, cara penyimpanan, perhatian, peringatan dan informasi tentang interaksi obat dengan obat atau obat dengan makanan (Widodo, 2004). C. Obat Tanpa Resep Penggolongan obat berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 917/MENKES/PER/X/1993 (pasal 1 ayat 3) tentang Wajib Daftar Obat Jadi, obat digolongkan menjadi enam yaitu obat bebas, obat bebas terbatas, obat wajib apotek, obat keras, psikotropika dan narkotika (Anonim, 1996). Berikut hanya dijelaskan tentang obat bebas dan obat bebas terbatas yang termasuk dalam Obat Tanpa Resep. Obat Tanpa Resep (OTR) dapat diartikan sebagai obat modern yang dapat dibeli tanpa resep dokter atau obat yang telah ditegaskan akan aman dan manjur bagi penggunanya apabila digunakan mengikuti petunjuk penggunaan dan peringatan yang terdapat dalam kemasan obat. Dari pengertian tersebut berarti pemakai dapat bebas mendiagnosis penyakit dan memilih obat sendiri, serta pemakaian dan cara mendapatkan obat tidak diawasi oleh dokter atau apoteker. Obat yang dapat diserahkan tanpa resep berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 919/MENKES/PER/X/1993 (pasal 2) harus memenuhi kriteria: 1. tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak di bawah umur 2 tahun dan orang tua di atas 65 tahun. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10 2. pengobatan sendiri dengan menggunakan obat yang dimaksud tidak mampu memberikan resiko pada kelanjutan penyakit. 3. penggunaannya tidak memerlukan cara dan atau alat khusus yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan. 4. penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia. 5. obat yang dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri (Anonim, 1996). Obat Tanpa Resep dapat dibedakan menjadi dua, yaitu obat bebas dan obat bebas terbatas. Obat bebas adalah obat yang dalam penggunaannya tidak membahayakan dan dapat dipergunakan tanpa pengawasan dokter. Berdasarkan SK Menteri Kesehatan RI No. 2380/A/SK/1983, pada bagian wadah atau kemasan harus diberi tanda khusus berupa lingkaran hijau dengan garis tepi hitam. Obat bebas terbatas adalah golongan obat yang dalam penggunaannya cukup aman, tetapi bila digunakan berlebihan dapat mengakibatkan efek samping yang kurang menyenangkan. Penggunaannya tidak memerlukan pengawasan dokter namun terbatas sesuai dengan aturan yang tertera dalam kemasan. Obat bebas terbatas harus mencantumkan tanda khusus berupa lingkaran berwarna biru dengan garis tepi hitam. Pada kemasan obat bebas terbatas juga harus mencantumkan tanda peringatan yang ditulis dengan warna putih di dalam kotak yang berwarna hitam (Anonim, 1996). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11 Tabel I. Enam tanda peringatan yang harus dicantumkan sesuai dengan penggunaannya P. no. 1 Awas! Obat Keras. Bacalah aturan pemakaiannya di dalam Contoh: Paramex P. no. 2 Awas! Obat Keras. Hanya untuk kumur, jangan ditelan. Contoh:Listerine Mouthwash P. no. 3 Awas! Obat Keras. Hanya untuk bagian luar tubuh. Contoh: Betadine Antiseptik P. no. 4 Awas! Obat Keras. Hanya untuk dibakar. Contoh: Rokok Anti Asma P. no. 5 Awas! Obat Keras. Tidak boleh ditelan. Contoh: Dulcolax P. no. 6 Awas! Obat Keras. Obat wasir jangan ditelan. Contoh: Anusol D. Selesma 1. Definisi Selesma atau common cold merupakan gabungan dari berbagai gejala yang mengganggu saluran pernafasan bagian atas, terutama selaput lendir hidung (Tietze, 2004). Selesma sering disebut juga dengan pilek karena adanya lendir hidung yang keluar, rhinitis akut karena terjadi dengan cepat, rhinitis virus karena disebabkan oleh virus (Donatus, 1997). Selesma kadang diartikan sama dengan influenza atau rhinitis alergi, padahal ketiganya berbeda. Perbedaannya terletak pada penyebab dan intensitas gejala. Penyebab influenza hampir mirip dengan selesma yaitu virus, namun pada selesma penyebabnya adalah virus selesma sedangkan pada influenza penyebabnya adalah virus influenza. Gejala yang timbul pun juga hampir sama yaitu adanya sumbatan dan cairan nasal, namun pada influenza intensitasnya lebih PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12 berat dan kadang disertai gatal pada hidung, nyeri otot dan sendi, batuk dan demam, sedangkan rhinitis alergi disebabkan karena adanya reaksi alergi dari antibodi pada mukosa hidung terhadap antigen yang terhisap. Penyebab rhinitis alergi ini antara lain debu, tungau, benang sari atau alergi terhadap udara dingin. Jika penyebab alergi dijauhi maka rhinitis alergi juga akan sembuh sendiri. Gejalanya antara lain sumbatan dan cairan nasal, gatal hidung dan bersin-bersin (Donatus, 1997). 2. Penyebab Selesma disebabkan oleh salah satu jenis virus penyebab selesma, terutama Rhinovirus. Virus lain yang menyebabkan gejala seperti pada selesma antara lain Coronavirus, Adenovirus, Parainfluenza virus, RSV (Respiratory Syncytial Virus), Echovirus dan Cocksackievirus (Tietze, 2004). Gejala yang timbul setelah suatu periode inkubasi singkat antara 1-3 hari biasanya berupa pilek karena adanya cairan nasal, bersin, sakit tenggorokan dan juga sakit kepala. Penyakit ini dapat diobati apabila sembuh dengan sendirinya (self-limiting) tanpa tidak ada komplikasi dan seringkali tidak disertai demam (Tjay & Raharja, 2002). Kejadian selesma diawali karena infeksi virus yang menyebabkan terjadinya radang dan iritasi nasal yang ditandai dengan bersin kemudian keluar cairan nasal yang dapat menyebabkan sumbatan nasal yang disertai sakit kepala karena iritasi yang meluas. Jika gejala tersebut tidak segera diatasi, dapat menyebabkan sakit tenggorokan, batuk kering yang dapat berubah menjadi batuk basah (Tietze, 2004). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13 3. Patofisiologi Proses infeksi virus selesma meliputi tiga tahap, yang pertama virus masuk sel semang (host) pada hidung dan mengeluarkan asam nukleat, kemudian terjadi duplikasi genom dan sintesis protein virus dengan menggunakan fasilitas sel semang, dilanjutkan dengan penyusunan partikel virus baru, kemudian dilepaskan dan akan menginfeksi sel semang yang lain, selanjutnya terjadilah peradangan (Tietze, 2004). Beberapa kondisi yang dapat memicu timbulnya selesma antara lain daya tahan tubuh yang lemah atau menurun, pergantian musim biasanya musim dingin, usia balita dan anak-anak lebih mudah terserang selesma dan pada wanita lebih mudah terserang selesma berkaitan dengan siklus menstruasi. Gambar 1. Organ Saluran Pernafasan E. Penatalaksanaan Terapi GG Gambar 1. Organ Saluran Pernafasan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14 E. Penatalaksanaan Terapi 1. Tujuan Terapi Selesma merupakan penyakit simptomatis yang dapat sembuh dengan sendirinya. Karena itu pengobatan yang dilakukan hanya bersifat paliatif atau meringankan gejala saja. Tetapi tidak semua gejala yang muncul harus diobati karena satu gejala yang muncul umumnya merupakan perluasan gejala sebelumnya. Selain itu, tidak semua gejala yang muncul dirasakan berat oleh penderita. 2. Sasaran Terapi Sasaran terapi penyakit selesma adalah gejala yang dirasakan paling berat oleh penderita dan merupakan awal mata rantai gejala selesma, yaitu cairan nasal dan sumbatan nasal. Apabila kedua gejala ini dapat diringankan maka akan membatasi tekanan nasal yang menimbulkan sakit kepala dan perluasan iritasi yang merupakan penyebab munculnya rangkaian gejala berikutnya seperti sakit tenggorokan dan batuk. Oleh karena itu, sasaran terapi selesma yang utama adalah meringankan gejala cairan nasal dan sumbatan nasal. Dengan berkurangnya cairan dan sumbatan nasal, rentetan gejala berikutnya kemungkinan besar juga akan berkurang (Donatus, 1997). 3. Strategi Terapi Gejala cairan dan sumbatan nasal pada selesma dapat dikurangi atau dihilangkan dengan dua macam terapi, yaitu terapi nir obat dan terapi obat. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15 a. Terapi Nir Obat Terapi nir obat dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain istirahat yang cukup, makan makanan yang bergizi, memperbanyak asupan cairan, minum minuman yang hangat atau menghirup uap air panas (Tietze, 2004). Dengan cara tersebut dalam beberapa hari mekanisme pertahanan tubuh secara alami akan kembali ke keadaan normal. b. Terapi Obat Terapi obat biasanya digunakan kombinasi dari beberapa obat yang mempunyai efek terapi yang berbeda-beda namun saling melengkapi. Kombinasi obat selesma biasanya berupa dekongestan nasal, analgesik-antipiretik, antihistamin, antitusif dan ekspektoran. Dekongestan dibagi menjadi dua, yaitu dekongestan oral dan topikal. Dekongestan adalah obat yang mempunyai efek mengurangi hidung tersumbat, melapangkan saluran pernafasan, mengeringkan hidung dan sinus. Dekongestan oral yang direkomendasikan oleh FDA (Food and Drug Administration) adalah fenilefrin dan pseudoefedrin. Efek samping dekongestan antara lain gelisah, perut terasa tidak enak dan sukar tidur. Dekongestan dikontraindikasikan terhadap penderita dengan riwayat hipersensitif, penderita yang mendapat terapi obat MAO. Selain itu, beberapa dekongestan topikal dikontraindikasikan untuk anak dibawah usia 12 tahun. Dekongestan topikal biasanya berefek lebih lama daripada oral, dan tidak boleh menimbulkan efek sistemik maupun mengiritasi mukosa dan silia pada saluran pernafasan. Dekongestan topikal yang beredar di pasaran antara PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16 lain efedrin, epinefrin, fenilefrin, nafazolin, tetrahidrazolin, oximetazolin dan xilometazolin (Tietze, 2004). Analgesik antipiretik efektif digunakan untuk mengurangi sakit kepala dan demam yang kadang menyertai gejala selesma. Beberapa analgesik antipiretik yang digunakan dalam obat selesma tanpa resep untuk anak antara lain parasetamol dan ibuprofen (Tietze, 2004). Antihistamin berfungsi untuk menghilangkan atau mengurangi gejala yang diakibatkan oleh sekresi kelenjar lendir yang berlebihan yang menyebabkan hidung tersumbat oleh cairan lendir dan mata terasa gatal. Antihistamin menghambat efek histamin pada pembuluh darah, bronkus dan macam-macam otot polos yang terlepas pada saat terjadi lisis sel semang. Antihistamin juga bermanfaat untuk mengobati reaksi hipersensitif atau keadaan lain yang disertai pelepasan histamin endogen berlebihan. Antihistamin mempunyai efek mengantuk, dan dikontraindikasikan untuk bagi penderita glaukoma, asma dan wanita yang menyusui. Antihistamin yang sering digunakan antara lain klorfeniramin maleat, deksklorfeniramin maleat, prometazin HCl, tripolidin dan lain-lain (Anonim, 1997). Antitusif diindikasikan untuk mengurangi frekuensi batuk yang berlebihan pada batuk kering. Beberapa jenis antitusif misalnya kodein, dextromethorpan dan difenhidramin. Antitusif tidak boleh diberikan untuk batuk berdahak. Ekspektoran berfungsi untuk mengencerkan dahak sehingga lebih mudah dikeluarkan. Ekspektoran yang biasa digunakan adalah gliserilguaiakolat (guaifenesin). Untuk pengobatan selesma perlu juga dipilih obat yang mengandung antitusif atau ekpektoran tergantung dari jenis batuk yang menyertai. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17 F. Pengobatan Rasional Pengobatan atau penggunaan obat yang rasional adalah pemilihan dan penggunaan obat yang efektifitasnya terjamin aman dengan mempertimbangkan harga dan efek samping dari obat yang digunakan. Menurut WHO, pemakaian obat dikatakan rasional jika memenuhi kriteria: sesuai dengan indikasi penyakit, tersedia setiap saat dengan harga yang terjangkau, diberikan dengan dosis yang tepat, cara pemberian dengan interval waktu yang tepat, lama pemberian yang tepat, obat yang diberikan harus efektif dengan mutu yang terjamin dan aman (Anonim, 2000). Untuk mencapai pengobatan yang rasional, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi antara lain: ketepatan diagnosis, ketepatan indikasi pemakaian obat, ketepatan pemilihan obat, ketepatan dosis, cara dan lama pemberian obat. Sedangkan aspek lain yang harus diperhatikan oleh dokter dan apoteker adalah ketepatan penilaian terhadap kondisi pasien, ketepatan pemberian informasi dan ketepatan dalam tindak lanjut (Anonim, 2000). Informasi yang umum tercantum pada brosur atau kemasan obat tanpa resep antara lain: komposisi yaitu obat atau zat aktif apa saja yang ada dalam obat beserta jumlah masing-masing zat aktif, indikasi yaitu kegunaan obat dalam pengobatan penyakit, efek samping yaitu efek yang tidak diinginkan yang dapat muncul akibat penggunaan obat, kontraindikasi yaitu siapa yang tidak boleh menggunakan obat berkaitan kondisi tubuh pengguna, aturan pemakaian yaitu berapa kali obat digunakan dalam sehari dan selama berapa lama, peringatan dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18 perhatian yaitu hal-hal apa saja yang harus diperhatikan oleh pengguna, waktu kadaluarsa yaitu waktu yang menunjukkan batas akhir obat masih memenuhi persyaratan seperti semula sehingga sebaiknya obat digunakan sebelum batas waktu tersebut (Widodo, 2004). Penggunaan obat yang tidak rasional dapat dikategorikan antara lain: 1. peresepan berlebih yaitu penggunaan obat yang tidak diperlukan, dosis terlalu tinggi atau pengobatan yang terlalu lama. 2. peresepan kurang yaitu tidak menggunakan obat yang sebetulnya diperlukan, dosis tidak mencukupi atau pengobatan yang terlalu singkat. 3. peresepan salah yaitu obat dipilih untuk indikasi yang tidak tepat. 4. peresepan mewah yaitu pemberian obat mahal padahal ada obat yang lebih murah. 5. polifarmasi yaitu penggunaan dua atau lebih obat padahal satu obat saja sudah mencukupi (Donatus, 1997). Dalam penggunaan obat bebas, masalah yang dihadapi antara lain adalah sebagian besar obat yang dijual bebas mengandung campuran beberapa obat berkhasiat sehingga harga obat menjadi mahal, karena merupakan campuran beberapa obat berkhasiat, maka satu macam obat dinyatakan dapat digunakan untuk berbagai macam penyakit dan gejala penyakit. Karena penggunaan yang dapat bermacam-macam maka petunjuk penggunaannya menjadi tidak jelas, masyarakat menganggap bahwa pengobatan sendiri cukup aman sehingga pada PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19 waktu memerlukan pertolongan dokter sudah dalam keadaan terlambat dan masyarakat percaya bahwa pemerintah tidak akan mengijinkan penjualan obatobat yang berbahaya bagi kesehatan. Padahal obat-obat tertentu mempunyai efek samping yang dapat merugikan bagi pengguna sehubungan dengan penyakit yang diderita (Sartono,1993a). Sehubungan dengan masalah yang dihadapi tersebut, maka hal-hal yang perlu diperhatikan oleh pengguna obat-obat bebas sebelum menentukan pilihan antara lain memperhatikan dan mengenali penyakit atau gejala penyakit yang diderita, memilih obat yang paling sesuai untuk penyakitnya mengacu pada kondisi tubuh penderita, memilih obat yang mempunyai efek samping yang paling ringan, memilih bentuk sediaan yang paling nyaman dan sesuai, memilih obat yang harganya murah (Widodo,2004). Setelah mendapatkan obat, yang perlu diperhatikan sebelum menggunakan obat tersebut antara lain aturan pemakaian yang meliputi cara memakai, berapa jumlahnya, berapa kali sehari, dipakai sebelum atau sesudah makan atau sebelum tidur serta berapa lama pemakaiannya. Selain itu perlu diperhatikan pula indikasi, kontraindikasi (pada keadaan mana obat tidak dapat digunakan), efek samping, makanan atau minuman atau obat lain yang tidak boleh dikonsumsi bersamaan dengan obat serta penyimpanan obat berkaitan dengan obat disimpan dimana dan dapatkah sisa obat yang disimpan digunakan lagi (Anonim,2001). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20 G. Pelayanan Informasi Obat Pelayanan informasi obat sangat diperlukan menuju pengobatan yang rasional. Fungsi pelayanan apoteker di farmasi komunitas lebih ditekankan pada konsultasi dengan pasien serta pemberian informasi yang tepat guna berkaitan dengan khasiat, efek samping, peringatan dan cara pemakaian obat. Pemantauan dan penilaian terhadap hasil pengobatan juga termasuk dalam fungsi pelayanan apoteker. Hal ini perlu diterapkan pada farmasi komunitas di Indonesia (Donatus, 2000). Salah satu sasaran tercapainya penggunaan obat yang rasional adalah diperolehnya informasi tentang obat yang berkualitas dan memadai bagi pasien, sehingga pasien dapat memutuskan tindakan apa yang terbaik bagi dirinya. Saat ini pasien menyadari bahwa mereka mempunyai hak untuk mengambil keputusan atas kesehatan dirinya sehingga diperlukan informasi yang tepat diberikan kepada pasien dalam mengambil keputusan (Setiadji, 1996). Pada kenyataannya, kebanyakan masyarakat mendapatkan informasi tentang penggunaan obat bebas hanya dari keluarga, pelayan toko atau warung maupun dari iklan. Selain itu, masyarakat biasanya cenderung melakukan percobaan terhadap obat yang belum pernah dipakainya. Ditambah lagi banyak pasien yang tidak menghargai atau merasa tidak perlu mendapatkan bantuan dokter atau apoteker dalam memilih obat tanpa resep (Schwartz dan Isetts, 2000). Hal tersebut diatas menyebabkan terjadinya penggunasalahan obat yang berdampak negatif bagi pasien (Donatus, 1997). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21 Apoteker adalah profesi yang berada di garis depan dalam sistem pelayanan kesehatan yang diwajibkan untuk membantu pasien dalam memilih alternatif yang dibutuhkan untuk mengatasi kondisinya (Anonim, 1990). Apoteker dapat menyarankan salah satu dari tiga alternatif pilihan berikut ini kepada pasien untuk mengatasi penyakitnya berdasarkan kondisi pasien pada saat itu: 1. memberikan saran non-farmakoterapi pada pasien jika memang dinilai tidak membutuhkan obat. 2. menyarankan swamedikasi kepada pasien dengan penyakit ringan yang membutuhkan obat. 3. merujuk pasien pada profesional kesehatan lain seperti dokter atau petugas laboratorium jika memang pasien membutuhkannya (Schwartz dan Isetts, 2000). Institusi penting dalam pelayanan pengaturan obat kepada masyarakat adalah apotek. Apotek merupakan tempat dilakukannya pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi serta perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan penyaluran obat, pelayanan atas resep dokter, pelayanan informasi obat dan pengembangan obat (Widodo, 2004). Apotek memberikan pelayanan khusus bagi konsumen, antara lain kesempatan berkonsultasi dengan apoteker untuk mendapatkan informasi perlu tidaknya seseorang memeriksakan penyakitnya ke dokter atau cukup hanya dengan menggunakan obat tanpa resep, obat wajib apotek atau bahkan tanpa obat. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22 Pelayanan informasi obat yang dibutuhkan oleh konsumen antara lain mengenai indikasi, kontraindikasi, efek samping, dosis dan aturan pakai, peringatan penggunaan obat, harga obat serta informasi mengenai pilihan obat yang tepat bagi konsumen. Apotek juga memberikan kesempatan kepada konsumen untuk berkonsultasi apabila ada keluhan atau efek yang timbul setelah pengggunaan obat tertentu (Widodo, 2004). H. Keterangan Empiris Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang jelas tentang pemilihan dan penggunaan obat selesma tanpa resep untuk anak di kalangan orang tua murid Kelompok Bermain dan Taman Kanak-Kanak di Kecamatan Umbulharjo. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian non eksperimental, karena pengamatan dilakukan terhadap sejumlah variabel subjek menurut keadaan sebenarnya tanpa adanya manipulasi atau intervensi dari peneliti. Rancangan penelitian yang digunakan adalah survei epidemiologik deskriptif. Rancangan ini bertujuan untuk membuat gambaran atau deskripsi terhadap fenomena kesehatan masyarakat dalam keadaan apa adanya tanpa mencoba menganalisis bagaimana dan mengapa fenomena tersebut terjadi (Pratiknya, 1986). B. Definisi Operasional Beberapa konsep yang perlu didefinisikan secara operasional antara lain : 1. Responden adalah orangtua murid Kelompok Bermain dan Taman Kanakkanak di Kecamatan Umbulharjo yang menjadi subjek penelitian. 2. Swamedikasi adalah upaya untuk mengobati penyakit dengan menggunakan obat tradisional, obat modern maupun cara lain tanpa petunjuk dari dokter atau apoteker. 3. Jenis terapi adalah jenis pengobatan yang dilakukan untuk mengobati penyakit, antara lain swamedikasi atau langsung berobat ke dokter. 4. Selesma adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh berbagai gejala yang mengganggu saluran pernafasan bagian atas, terutama selaput lendir hidung. 23 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24 5. Produk obat selesma adalah bahan obat dalam berbagai bentuk sediaan yang digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan gejala selesma, seperti keluarnya lendir hidung , hidung tersumbat, bersin, dan lain sebagainya. 6. Informasi obat adalah informasi yang tertera dalam kemasan obat yang terdiri dari komposisi zat aktif dengan nama generik atau merek dagang, indikasi, efek samping, kontraindikasi, peringatan, perhatian, waktu kadaluarsa, cara penyimpanan, nama dan alamat industri farmasi atau distributor. 7. Pengobatan rasional adalah pengobatan yang dilakukan dengan memperhatikan dan mematuhi indikasi, kontraindikasi, efek samping, aturan pakai, dosis, waktu kadaluarsa dan informasi lain yang tertera pada kemasan obat. C. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kelompok Bermain dan Taman Kanakkanak yang ada di Kecamatan Umbulharjo. Jumlah KB dan TK di Kecamatan Umbulharjo sebanyak 30 sekolah, berdasarkan data dari Dinas Pendidikan dan Pengajaran (Dinas P dan P) Kota Yogyakarta tahun 2004. Pada penelitian ini dipilih 5 KB dan TK yang tersebar di bagian tengah, barat, timur, selatan dan utara Kecamatan Umbulharjo. Pemilihannya berdasarkan letak sekolah dan jumlah siswa dengan pertimbangan mewakili masing-masing wilayah. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25 D. Subjek Penelitian Populasi penelitian adalah orang tua yaitu ayah atau ibu dari anak-anak usia prasekolah yang terdaftar sebagai murid Kelompok Bermain atau Taman Kanak-kanak di Kecamatan Umbulharjo. Subjek penelitian adalah bagian dari populasi yang digunakan sebagai data pada penelitian ini. Menurut Gay (cit., Sevilla, dkk, 1993 ), untuk penelitian deskriptif sampel yang diperlukan minimal 10 % dari populasi. Berdasarkan data dari Dinas P dan P Kota Yogyakarta tahun 2004 jumlah siswa Kelompok Bermain dan Taman Kanakkanak dari 30 sekolah yang ada sebesar 2015 anak. Subjek penelitian yang digunakan sebanyak 205 responden untuk 5 KB dan TK dengan jumlah responden untuk tiap sekolah ditentukan 50% dari jumlah siswanya. Pemilihan responden menggunakan metode non-probability sampling yaitu quota sampling, yang didasarkan pada suatu pertimbangan bahwa orang tua yang memiliki anak usia prasekolah kemungkinan besar pernah atau sering menggunakan obat selesma tanpa resep untuk mengobati selesma pada anak dengan menetapkan terlebih dahulu jumlah sampel secara quotum atau jatah yang diperlukan (Notoadmodjo, 2002). Kriteria responden adalah orang tua yang pernah atau sering melakukan swamedikasi menggunakan obat selesma tanpa resep untuk mengobati selesma anak. Dari 205 responden yang menerima kuesioner, yang mengembalikan dan mengisi dengan lengkap sebanyak 177 responden yang kemudian digunakan sebagai data penelitian. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26 E. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner adalah formulir yang berisikan daftar urutan pertanyaan yang disusun untuk memperoleh informasi yang harus diisi sendiri oleh responden (Notoadmodjo, 2002). Kuesioner disampaikan langsung kepada responden yang akan dimintai informasi. Kuesioner terdiri dari empat bagian yaitu bagian pertama merupakan data karakteristik responden yang terdiri dari 5 pertanyaan, bagian kedua merupakan data karakteristik anak responden sebagai objek penelitian yang terdiri dari 4 pertanyaan, bagian ketiga merupakan data pengetahuan responden tentang selesma dan pengobatan sendiri yang terdiri dari 5 pertanyaan, bagian keempat merupakan data tindakan responden dalam pengobatan selesma anak yang terdiri dari 29 pertanyaan. Bentuk pertanyaan berupa pertanyaan tertutup, semi terbuka dan kombinasi tertutup terbuka. Pada pertanyaan tertutup, kemungkinan jawabannya sudah ditentukan terlebih dulu dan responden tidak diberi kesempatan untuk memberikan jawaban lain. Pada pertanyaan semi terbuka, jawabannya sudah tersusun tetapi masih ada kemungkinan jawaban tambahan dari responden sendiri, sedangkan pada pertanyaan kombinasi tertutup terbuka, jawabannya ditentukan namun kemudian (Singarimbun dan Handayani, 1995). disusul dengan pertanyaan sudah terbuka PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27 Untuk mempermudah dalam pengumpulan data, pertanyaan disusun menjadi dua nomor yaitu pertanyaan pertama berupa pertanyaan tertutup dan pertanyaan kedua berupa pertanyaan terbuka (Singarimbun dan Handayani, 1995). F. Tata Cara Penelitian 1. Penyusunan Kuesioner a. Pembuatan kuesioner Pembuatan kuesioner berdasarkan tujuan penelitian, perumusan masalah dan definisi operasional. Kuesioner terdiri dari empat bagian dengan total pertanyaan sebanyak 41 pertanyaan. Bentuk pertanyaan berupa pertanyaan tertutup, semi terbuka dan kombinasi tertutup terbuka. b. Uji coba kuesioner Uji coba kuesioner dalam penelitian ini adalah uji pemahaman bahasa yang dilakukan untuk menyempurnakan kuesioner. Melalui uji coba akan diketahui berbagai hal, antara lain: apakah pertanyaan tertentu perlu dihilangkan atau ditambahkan, apakah tiap pertanyaan dapat dimengerti dengan baik oleh responden, apakah urutan pertanyaan perlu diubah, apakah pertanyaan yang sensitif dapat diperlunak dengan mengubah bahasa, berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengisi kuesioner (Singarimbun dan Handayani, 1995). Agar diperoleh distribusi nilai hasil pengukuran mendekati normal, maka sebaiknya jumlah responden untuk uji coba paling sedikit 20 orang. Responden untuk ujicoba adalah yang memiliki karakteristik hampir sama dengan responden PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28 untuk penelitian. Ujicoba dilaksanakan di luar daerah penelitian (Notoatmodjo, 2002). Pada penelitian ini ujicoba dilakukan di KB dan TK di luar Kecamatan Umbulharjo, dengan jumlah responden sebesar 25 orang tua murid KB dan TK tersebut. Dari hasil ujicoba, ternyata ada beberapa pertanyaan yang harus diperbaiki kalimatnya dan juga petunjuk pengisian. Perbaikan kuesioner dilakukan antara lain dengan menghilangkan kalimat dari pertanyaan yang dianggap tidak perlu, menambah kalimat agar pertanyaan menjadi lebih jelas, mengganti beberapa pertanyaan dengan bahasa yang tepat dan memperbaiki kalimat petunjuk pengisian sehingga kuesioner lebih mudah dipahami oleh responden. Setelah dilakukan perbaikan akhirnya didapatkan kuesioner yang lengkap dan mudah dipahami. 2. Penyebaran dan Pengisian Kuesioner Penyebaran kuesioner dilakukan sendiri oleh peneliti dengan menemui langsung orang tua murid di sekolah anaknya. Bagi responden yang dapat mengisi di tempat, peneliti mendampingi tetapi memberikan keleluasaan kepada responden untuk mengisi kuesioner dan apabila ada pertanyaan yang kurang dimengerti dapat langsung ditanyakan kepada peneliti dan kuesioner dapat langsung dikembalikan. Namun bagi responden yang tidak dapat mengisi di tempat, maka kuesioner dibawa pulang dengan asumsi bahwa responden lebih leluasa dalam mengisi dan sudah mengerti isi kuesioner sehingga diharapkan tidak ada kesulitan dalam pengisian. Kuesioner yang dibawa pulang harus sudah diserahkan kembali maksimal tiga hari setelah penyerahan dan dikumpulkan kepada Kepala Sekolah. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29 Peneliti juga melakukan wawancara singkat kepada beberapa responden dari masing-masing sekolah untuk melengkapi informasi yang diperlukan. Pertanyaan wawancara terstruktur yang merupakan pertanyaan lanjutan dari kuesioner atau pun pertanyaan yang tidak terdapat pada kuesioner namun diperlukan untuk menunjang hasil penelitian. Pembagian kuesioner dan pengumpulan data dilakukan pada bulan Mei 2005. G. Analisis Hasil Kuesioner yang telah terkumpul kemudian jawabannya ditabulasi secara manual sesuai dengan kategori yang sudah ditentukan oleh peneliti. Tabulasi data didasarkan pada kategori yang dibuat berdasarkan pertimbangan peneliti sendiri, yang disesuaikan dengan tujuan penelitian, permasalahan dan definisi operasional (Notoatmodjo, 2002). Analisis hasil menggunakan metode statistik deskriptif dengan analisis prosentase dan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Pada analisis prosentase, data yang diperoleh dibagi dalam beberapa kelompok dan dinyatakan dalam prosentase. H. Kesulitan Dalam Penelitian Meskipun telah dilakukan ujicoba dan hasilnya baik, namun saat penelitian tetap mengalami kendala dan kesulitan. Kesulitan yang dihadapi adalah pada saat pengisian kuesioner oleh responden yang mengisi sendiri di rumah, ada beberapa responden yang tidak mematuhi perintah pengisian yang diberikan, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30 seperti misalnya untuk pertanyaan tertutup yang pada perintahnya hanya cukup memilih satu alternatif jawaban, namun responden memilih lebih dari satu jawaban. Selain itu, yang pada perintah dituliskan jika memilih alternatif jawaban ‘a’ maka tidak perlu melanjutkan ke pertanyaan selanjutnya atau langsung menjawab pertanyaan nomor sekian, namun responden tidak memperhatikan perintah tersebut dan tetap mengisi nomor-nomor berikutnya. Hal ini menyebabkan kesulitan bagi peneliti dalam pengolahan data. Pada penelitian ini digunakan subjek penelitian sebanyak 205 responden (10% dari populasi), hal ini dikarenakan keterbatasan biaya. Namun yang mengembalikan kuesioner secara lengkap hanya 177 responden. Dalam penelitian survei menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner sebaiknya digunakan subjek penelitian sebesar 30% dari populasi sehingga diharapkan responden yang mengembalikan kuesioner secara lengkap yang kemudian digunakan sebagai data dapat mencapai 10% dari populasi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Berikut akan dijelaskan karakteristik responden, meliputi usia responden, status dalam keluarga, tingkat pendidikan, pekerjaan dan penghasilan responden. 1. Usia Responden Usia responden pada penelitian ini bervariasi mulai dari 20 tahun sampai lebih dari 40 tahun. Tabel II. Usia Orangtua Murid KB dan TK di Kecamatan Umbulharjo No. Usia (tahun) Jumlah Prosentase (%) 1. < 20 0 0 2. 20-30 57 32,20 3. 31-40 98 55,37 4. >40 22 12,43 Total 177 100 Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar usia responden adalah antara 31 sampai 40 tahun (55,37%). Pada usia 31 sampai 40 tahun seseorang sangat dewasa untuk mengambil suatu keputusan termasuk keputusan untuk melakukan upaya pengatasan penyakit pada anak. Pada usia tersebut pengalaman dalam pengobatan terutama pengobatan sendiri sudah memadai sehingga pemilihan dan penggunaan obat dapat dilakukan dengan tepat serta permasalahan dalam pengobatan dapat diminimalkan. 31 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32 2. Status Responden dalam Keluarga Responden adalah orang tua atau orang terdekat dari anak yang mempunyai pengaruh besar terhadap pengambilan keputusan yang menyangkut kesehatan anak, karena anak usia balita belum dapat mengambil keputusan sendiri terhadap kesehatannya. Status keluarga dalam penelitian ini adalah hubungan keluarga dengan anak, yaitu ayah dan ibu. Dalam penelitian ini responden yang mengisi kuesioner ayah dan ibu. 18.08% Ayah Ibu 81.92% Gambar 2. Status Orangtua Murid KB dan TK di Kecamatan Umbulharjo Gambar di atas menunjukkan bahwa responden yang banyak mengisi angket adalah ibu (81,92 %), sedangkan yang berstatus ayah lebih sedikit (18,08 %). Hal ini menunjukkan bahwa ibu adalah orang terdekat dari anak yang lebih banyak bersama dengan anak-anak sehingga lebih mengetahui kondisi kesehatan anak dan lebih berperan dalam pemilihan pengobatan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33 3. Tingkat Pendidikan Responden Tingkat pendidikan responden berpengaruh terhadap pemilihan tindakan pengobatan dan pemilihan obat yang berkualitas serta pemahaman terhadap informasi kesehatan yang ada di masyarakat. Tabel III. Tingkat Pendidikan Orangtua Murid KB dan TK di Kecamatan Umbulharjo No. Pendidikan Terakhir Jumlah Prosentase (%) 1. SD 2 1,13 2. SLTP 6 3,40 3. SMU 69 38,98 4. Diploma 39 22,03 5. Perguruan Tinggi 53 29,94 6. Lain-lain: SPG TK, Pasca Sarjana 8 4,52 Total 177 100 Tabel di atas menunjukkan bahwa pendidikan terakhir sebagian besar responden adalah SMU, SPG TK, Diploma, Perguruan Tinggi dan Pasca Sarjana yang merupakan jenjang pendidikan yang relatif tinggi. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa pendidikan seseorang berpengaruh terhadap pengambilan keputusan dalam pengobatan dan pemilihan obat yang berkualitas. Seseorang dengan pendidikan tinggi mempunyai kemampuan untuk berfikir yang lebih tinggi dan dapat memilih keputusan yang terbaik bagi kesehatan anaknya. 4. Jenis Pekerjaan Responden Jenis pekerjaan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap perilaku kesehatan di masyarakat serta pemilihan pengobatannya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34 Tabel IV. Jenis Pekerjaan Orangtua Murid KB dan TK di Kecamatan Umbulharjo No. Jenis Pekerjaan Jumlah Prosentase (%) 1. Pegawai Negeri 31 17,51 2. Wiraswasta 28 15,82 3. Ibu Rumah Tangga 79 44,64 4. Karyawan Swasta 35 19,77 5. Lain-lain: Guru TK 4 2,26 Total 177 100 Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang mengisi angket adalah ibu rumah tangga yang memiliki waktu lebih banyak untuk berada di rumah sehingga lebih mengetahui perkembangan dan kondisi anak, sedangkan ayah lebih banyak bekerja dan berada di luar rumah sehingga lebih sedikit mengetahui kondisi anak. 5. Jumlah Penghasilan Responden Jumlah penghasilan menentukan keadaan ekonomi seseorang yang berpengaruh terhadap upaya seseorang dalam mewujudkan kesehatan yang lebih baik khususnya dalam upaya pengobatan penyakit selesma dengan menggunakan produk obat selesma tanpa resep. Jumlah penghasilan responden dalam penelitian ini merupakan penghasilan keluarga baik yang diperoleh ayah maupun ibu. Tabel V. Jumlah Penghasilan Orangtua Murid KB dan TK di Kecamatan Umbulharjo No. Penghasilan / Bulan Jumlah Prosentase (%) 1. < Rp 500 ribu 43 24,29 2. Rp 500 ribu - 1 juta 84 47,47 3. Rp 1 juta – 2 juta 35 19,77 4. > Rp 2 juta 15 8,47 Total 177 100 Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden penghasilannya antara Rp 500 ribu sampai Rp 1 juta (47,47%). Berdasarkan UMR PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35 kota Yogya yaitu sebesar Rp 450 ribu dan harga bahan pokok yang semakin mahal maka penghasilan responden sebesar Rp 500 ribu sampai Rp 1 juta berpengaruh pada pemilihan pengobatan responden. Dengan meningkatnya kebutuhan hidup maka responden cenderung memilih pengobatan yang relatif lebih murah. B. Karakteristik Anak Responden Karakteristik anak responden meliputi : usia anak, frekuensi anak terserang selesma dalam satu bulan, lama terserang selesma. 1. Usia Anak Responden Usia anak pada penelitian ini adalah usia prasekolah yaitu antara dua sampai enam tahun. Pada usia ini anak-anak cenderung mudah terserang selesma. Tabel VI. Usia Anak –anak KB dan TK di Kecamatan Umbulharjo No. Usia (tahun) Jumlah Prosentase (%) 1. 2-3 15 8,47 2. 3-4 14 7,91 3. 4-5 56 31,64 4. >5 92 51,98 Total 177 100 Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar usia anak responden adalah lebih dari lima tahun (51,98 %), kemudian usia empat sampai lima tahun (31,64 %), selanjutnya usia dua sampai tiga tahun (8,47 %) dan terakhir usia tiga sampai empat tahun (7,91 %). 2. Frekuensi Anak Terserang Selesma Dalam Satu Bulan Selesma merupakan salah satu gejala penyakit yang pernah dialami oleh semua orang dari anak-anak hingga orang dewasa. Pada anak-anak gejala ini PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36 sering dialami karena daya tahan tubuh mereka masih lemah sehingga mudah terserang selesma. Setiap tahun kejadian selesma pada setiap anak berkisar antara lima sampai duabelas kali. No. 1. 2. 3. 4. Tabel VII. Frekuensi Anak Terserang Selesma Dalam Satu Bulan Frekuensi Selesma Dalam 1 Bulan Jumlah Prosentase (%) < 2 kali 166 93,79 2-4 kali 10 5,65 4-6 kali 1 0,56 > 6 kali 0 0 Total 177 100 Data di atas menunjukkan bahwa sebagian besar anak responden terserang selesma kurang dari dua kali dalam satu bulan (93,79%), kemudian 10 anak responden terserang selesma antara 2 sampai 4 kali dalam satu bulan (5,65%) dan 1 anak responden terserang selesma antara 4 sampai enam kali (0,56%). Perbedaan frekuensi ini kemungkinan disebabkan karena anak mempunyai daya tahan tubuh yang lemah atau gizi yang buruk sehingga mudah terserang selesma. Anak-anak memang lebih rentan terserang selesma karena secara fisiologis anak mempunyai toleransi yang lebih kecil terhadap suatu perubahan baik dari tubuh maupun dari lingkungan sekitar dibandingkan dengan orang dewasa. Oleh karena itu semua anak pernah mengalami selesma meskipun tingkat keseringannya berbeda. Hal ini tergantung oleh daya tahan tubuh serta asupan gizi dari masingmasing anak. Hal ini berhubungan pula dengan tingkat penghasilan orang tua karena semakin tinggi penghasilan orang tua maka asupan gizi anak-anak lebih baik serta kesehatannya lebih terjaga. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37 3. Lama Anak Terserang Selesma Setiap anak yang terserang selesma mempunyai intensitas atau lama waktu terserang selesma yang berbeda-beda tergantung daya tahan tubuh serta gejala penyakit lain yang menyertai. No. 1. 2. 3. 4. Tabel VIII. Lama Anak Terserang Selesma Lama Selesma Jumlah Prosentase (%) < 3 hari 28 15,82 3-5 hari 92 51,98 5-10 hari 50 28,25 > 10 hari 7 3,95 Total 177 100 Tabel di atas menunjukkan sebagian besar responden menyatakan anaknya terserang selesma selama 3 sampai 5 hari. Lama anak terserang selesma tergantung dari daya tahan tubuh dan asupan gizi yang diperoleh selama sakit, semakin baik daya tahan tubuh dan asupan gizi maka selesma akan cepat sembuh dan sebenarnya selesma dapat sembuh dengan sendiri dalam waktu 3 sampai 5 hari apabila tidak ada komplikasi yang menyertai. Anak-anak yang terserang selesma kurang dari lima hari dapat diobati sendiri menggunakan obat selesma tanpa resep untuk anak, namun apabila sudah sampai lima hari harus segera di bawa ke dokter karena dikhawatirkan penyakit semakin parah adanya komplikasi yang menyertai. C. Pengetahuan Responden tentang Swamedikasi dan Selesma Berikut akan dijelaskan mengenai pengetahuan responden tentang swamedikasi dan selesma, meliputi: pengetahuan responden tentang swamedikasi, obat yang biasa digunakan dalam swamedikasi, pengertian selesma menurut PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38 responden, penyebab anak terserang selesma dan gejala selesma pada anak yang biasa muncul. 1. Pengetahuan Responden tentang Swamedikasi Setiap orang kemungkinan pernah melakukan swamedikasi untuk mengatasi penyakit baik dengan menggunakan obat atau ramuan tradisional, obat tanpa resep maupun dengan tindakan lain tanpa bantuan tenaga kesehatan. Tabel IX. Pengetahuan Responden Tentang Swamedikasi No. Pengertian Swamedikasi Jumlah Prosentase (%) 1. Mengobati semua penyakit tanpa 24 13,56 harus ke dokter 2. Mengobati sendiri penyakit 142 80,23 ringan dengan obat tanpa resep atau obat tradisional 3. Mengatasi sendiri penyakit ringan 7 3,95 dengan istirahat yang cukup, makan makanan bergizi dan mengkonsumsi vitamin C 4. Lain-lain: dengan obat yang biasa 4 2,26 diresepkan dokter namun dapat dibeli tanpa resep di apotek Total 177 100 Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengetahui bahwa swamedikasi merupakan upaya mengobati sendiri penyakit ringan dengan obat tanpa resep atau obat tradisional (80,23%). Menurut Supardi (1997) pengobatan sendiri merupakan upaya pengobatan sakit menggunakan obat tanpa resep, obat tradisional atau cara lain tanpa petunjuk dari dokter. Tujuan dari pengobatan sendiri adalah untuk peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit ringan dan pengobatan rutin penyakit kronis setelah perawatan dokter, sedangkan peranan pengobatan sendiri adalah untuk penanggulangan secara cepat dan efektif keluhan yang tidak memerlukan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39 konsultasi medis, mengurangi beban pelayanan kesehatan pada keterbatasan sumber daya dan tenaga serta meningkatkan keterjangkauan pelayanan kesehatan untuk masyarakat yang jauh dari pusat pelayanan kesehatan. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang memadai mengenai swamedikasi. 2. Obat yang Biasa Digunakan dalam Swamedikasi Swamedikasi merupakan suatu upaya untuk mengatasi suatu penyakit terutama penyakit-penyakit ringan seperti salah satunya yaitu selesma tanpa bantuan tenaga kesehatan tetapi dengan pengobatan sendiri menggunakan obatobatan, baik obat tanpa resep maupun obat tradisional. 24.29% Obat bebas/Obat Tanpa Resep Obat Resep Dokter 5.65% 63.28% 6.78% Obat Tradisional Obat Tanpa Resep dan Obat Tradisional Gambar 3. Obat yang Biasa Digunakan Dalam Swamedikasi Gambar di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden memilih obat tanpa resep dan obat tradisional untuk swamedikasi. Hal ini menunjukkan sebagian besar responden (63,28 %) sudah mengetahui bahwa obat yang biasa digunakan dalam swamedikasi adalah obat tanpa resep dan obat tradisional, karena selain menggunakan obat tanpa resep yang dijual bebas di pasaran, pengobatan penyakit ringan dapat juga menggunakan resep obat tradisional yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40 dapat di ramu sendiri. Namun ada sebagian kecil responden (5,65 %) yang memilih obat resep dokter, hal ini dikarenakan saat pertama kali anak menderita penyakit ringan, orang tua langsung membawa ke dokter dan diberi resep obat yang dapat juga dibeli tanpa resep dokter dan saat si anak menderita sakit yang sama orang tua tidak lagi membawa ke dokter tetapi membeli langsung ke apotek obat seperti yang diresepkan dokter, sehingga mereka menganggap obat yang mereka gunakan tersebut adalah obat resep dokter. 3. Pengertian Selesma Menurut Responden Selesma merupakan salah satu jenis penyakit ringan yang dapat sembuh sendiri tanpa diobati, namun bila sampai mengganggu aktivitas maka gejala yang muncul harus segera diatasi. Tabel X. Pengertian Selesma Menurut Responden No. Pengertian Selesma Jumlah Prosentase (%) 1. Gejala penyakit yang dapat sembuh tanpa 26 14,70 diobati 2. Gejala penyakit yang dapat sembuh 97 54,80 dengan menggunakan obat tanpa resep atau obat tradisional 3. Gejala penyakit yang harus segera 46 25,99 diobati oleh dokter 4. Gejala penyakit yang dapat sembuh 8 4,51 dengan istirahat, makan makanan bergizi, banyak minum dan konsumsi vitamin C Total 177 100 Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan selesma merupakan gejala penyakit yang dapat sembuh dengan menggunakan obat tanpa resep ataupun obat tradisional. Sebenarnya gejala selesma dapat diatasi dengan memperbaiki kondisi tubuh antara lain dengan istirahat yang cukup, makan makanan yang bergizi, memperbanyak asupan cairan baik dari air minum PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41 maupun jus buah serta mengkonsumsi vitamin C untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Bila kondisi tubuh kembali normal maka gejala selesma akan hilang sendiri. Dari data di atas menunjukkan bahwa sebagian besar orang tua merasa perlu untuk memberikan pengobatan selesma pada anak dengan menggunakan obat selesma tanpa resep maupun obat tradisional karena gejala selesma yang muncul mengganggu anak, misalnya anak menjadi gelisah, susah tidur hingga tidak bisa pergi ke sekolah. Namun ada beberapa orang tua yang lebih memilih meningkatkan daya tahan tubuh anak dengan istirahat yang cukup, makan makanan bergizi, banyak minum dan mengkonsumsi vitamin C. 4. Pemicu Anak Terserang Selesma Selesma disebabkan oleh suatu virus yaitu Rhinovirus. Virus ini sangat mudah menyebar dan menular pada orang lain yang berada di sekitar penderita. Pada anak selesma sangat mudah menular karena daya tahan tubuhnya yang masih lemah. Tabel XI. Pemicu Anak Terserang Selesma No. Pemicu Selesma Jumlah Prosentase (%) 1. Pergantian musim 41 23,17 2. Alergi (angin, dingin, debu) 21 11,86 3. Tertular temannya yang terserang 15 8,47 selesma 4. Pergantian musim dan alergi 10 5,65 5. pergantian musim dan tertular teman 40 22,60 6. Alergi dan tertular teman 20 11,30 7. Pergantian musim, alergi dan tertular 30 16,95 teman Total 177 100 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42 Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar pemicu anak responden terserang selesma adalah pergantian musim dan juga tertular teman lain yang sedang selesma. Hal ini menunjukkan bahwa pada pergantian musim terutama dari musim kemarau ke musim hujan kondisi udara berubah-ubah kadang panas terik kemudian dengan tiba-tiba berubah mendung dan hujan. Keadaan ini menyebabkan penyesuaian tubuh dengan udara menjadi sulit dan daya tahan tubuh menurun. Akibatnya mudah terserang oleh virus selesma. 5. Gejala Selesma pada Anak yang Biasa Muncul Gejala yang sering muncul pada penyakit selesma antara lain keluarnya lendir hidung, hidung tersumbat dan bersin. Gejala selesma ini tidak mutlak dialami oleh semua anak tiap kali terserang selesma. Tiap anak mempunyai frekuensi dan intensitas gejala yang berbeda-beda. Tabel XII. Gejala Selesma pada Anak No. Gejala Selesma Jumlah Prosentase (%) 1. Keluarnya lendir hidung, hidung 110 62,15 tersumbat, bersin 2. Keluarnya lendir hidung, hidung 35 19,77 tersumbat, bersin, sakit kepala 3. Keluarnya lendir hidung, hidung 32 18,08 tersumbat, bersin, batuk, sakit kepala, demam Total 177 100 Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar gejala selesma yang dialami anak responden adalah keluarnya lendir hidung, hidung tersumbat dan bersin-bersin. Gejala ini merupakan gejala selesma yang paling sering muncul yang merupakan gejala awal selesma. Untuk selesma yang parah kadang disertai sakit kepala karena tekanan yang muncul akibat adanya sumbatan nasal yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43 menyebabkan rasa nyeri di kepala, sedangkan untuk influenza gejalanya mirip dengan selesma namun dirasakan lebih berat karena disertai demam dan batuk serta terkadang disertai nyeri di persendian. Dari data pengetahuan orang tua tentang swamedikasi dan selesma menunjukkan bahwa pengetahuan sebagian besar orang tua sudah memadai, hal ini berhubungan dengan tingkat pendidikan orang tua. Makin tinggi pendidikannya maka pengetahuannya lebih baik dibandingkan orang tua yang tingkat pendidikannya rendah. D. Jenis Terapi Selesma pada Anak Orang tua merupakan orang terdekat anak yang mempunyai pengaruh besar dalam pemilihan tindakan yang tepat untuk mengatasi selesma anak. Apabila pemilihan tindakannya tepat maka akan tercapai pengobatan yang rasional tanpa efek samping, namun bila pemilihan tindakannya salah dapat berakibat fatal pada kesehatan anak dan menyebabkan pemborosan. 1.13% 12.43% Dibiarkan Langsung berobat ke dokter 86.44% Melakukan swamedikasi dengan obat tanpa resep atau obat tradisional Gambar 4. Jenis Terapi Selesma pada Anak PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44 Dari 177 responden, 153 responden memilih jenis terapi swamedikasi dengan menggunakan obat selesma tanpa resep atau obat tradisional (86,44%) dengan alasan ada obat atau ramuan tradisional yang dapat diracik sendiri maupun obat selesma tanpa resep yang dapat dibeli di apotek, toko obat atau warung tanpa resep dokter. Dua puluh dua responden memilih langsung berobat ke dokter (12,43%) dengan alasan takut penyakit bertambah parah maupun terjadi komplikasi penyakit dan 2 responden memilih membiarkan saja penyakit selesma tanpa diobati karena penyakit tersebut sudah biasa dialami anak dan dapat sembuh tanpa diobati (1,13%). Dalam penelitian ini peneliti hanya membandingkan antara swamedikasi dengan berobat ke dokter (di RS maupun praktik) dan tidak membicarakan tentang Puskesmas maupun balai pengobatan yang biayanya juga relatif murah karena untuk mengetahui bagaimana pemanfaatan swamedikasi di masyarakat. Untuk mengobati selesma dengan swamedikasi dapat digunakan obat atau ramuan tradisional yang dapat diracik sendiri maupun dengan menggunakan obat tanpa resep. Namun tak jarang pula seseorang menggunakan obat tanpa resep disertai penggunaan obat atau ramuan tradisional agar pengobatan lebih meyakinkan dan penyakit lebih cepat sembuh. Sebagian besar orang tua memilih swamedikasi, hal ini berhubungan pula dengan tingkat penghasilan yang sebesar 500 ribu sampai 1 juta rupiah. Dengan penghasilan tersebut orang tua lebih memilih swamedikasi karena relatif lebih murah dibandingkan harus berobat ke dokter. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45 18.30% 13.07% Obat/Ramuan Tradisional Obat Tanpa Resep 68.63% Obat Tanpa Resep dan Obat/Ramuan Tradisional Gambar 5. Jenis Obat yang Digunakan Dalam Pengobatan Selesma Anak Dari 153 responden yang melakukan swamedikasi sebanyak 105 responden memilih obat tanpa resep untuk mengobati selesma anak (68,63 %) dengan alasan sebelumnya sudah pernah memakai obat tanpa resep, selain itu obat selesma tanpa resep lebih murah daripada berobat ke dokter dan mudah didapat, sedangkan 28 responden memilih obat tanpa resep yang disertai penggunaan ramuan atau obat tradisional yang dapat diramu sendiri (18,30 %) dengan alasan sebelumnya sudah pernah memakai obat selesma tanpa resep maupun obat atau ramuan tradisional dan kedua obat tersebut mudah didapat. Sebanyak 20 responden memilih menggunakan obat atau ramuan tradisional saja (13,07%) dengan alasan sudah pernah memakai dan tidak adanya efek samping. Seseorang menggunakan obat tanpa resep dan obat atau ramuan tradisional berdasarkan pengalaman sebelumnya, sesuai dengan pernyataan Weber (cit. Sarwono, 1997) yang menyatakan bahwa pengalaman masa lalu merupakan salah satu faktor yang menentukan tindakan seseorang. Jika suatu obat yang digunakan pada masa lalu terbukti manjur maka obat dengan merek yang sama akan digunakan lagi bila seseorang atau keluarganya terserang penyakit yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46 sama dan swamedikasi memang lebih murah dibanding berobat ke dokter, serta makin banyaknya obat tanpa resep yang beredar di pasaran sehingga orang mudah mendapatkannya. No. 1. 2. 3. Tabel XIII. Jenis Obat atau Ramuan Tradisional yang Digunakan Responden Untuk Mengobati Selesma Anak Jenis Obat/Ramuan Tradisional Jumlah Prosentase (%) Jeruk nipis dicampur kecap atau madu 5 17,86 diminumkan Bawang merah dicampur minyak kayu putih 17 60,71 dioleskan di dahi, dada dan punggung Lain-lain: madu+kencur, blimbing wuluh+madu 6 21,43 Total 28 100 Obat atau ramuan tradisional sudah dikenal sejak jaman dahulu. Khasiat dan kemanjurannya hingga saat ini masih dapat dipercaya sehingga masih banyak digunakan orang tua untuk mengobati penyakit ringan yang menyerang anak. Sebagian besar responden menggunakan bawang merah dicampur minyak kayu putih yang dioleskan di dahi, dada dan punggung (60,71%). Bawang merah berkhasiat menghangatkan badan dan dapat melegakan pernafasan sehingga dapat menimbulkan rasa nyaman dan dapat mengurangi gejala hidung tersumbat. Jeruk nipis, kencur dan blimbing wuluh berkhasiat meredakan batuk. Madu berkhasiat untuk menurunkan demam dan meredakan batuk. E. Sumber Informasi Tentang Obat Selesma Tanpa Resep yang Digunakan Responden Sumber informasi ini berkaitan dengan peranan apoteker sebagai profesi yang berada di garis depan dalam sistem pelayanan kesehatan sehingga PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47 diharapkan apoteker mampu mengatasi kesulitan yang dihadapi konsumen dalam pemilihan obat tanpa resep. Tabel XIV. Sumber Informasi Tentang Obat Selesma Tanpa Resep yang Digunakan Responden No. Sumber Informasi Jumlah Prosentase (%) 1. Iklan di televisi 59 44,36 2. Brosur atau kemasan obat 2 1,50 3. Teman, tetangga atau saudara 26 19,55 4. Penjual atau pelayan toko obat 5 3,76 5. Dokter atau tenaga medis 19 14,29 6. Apoteker atau petugas apotek 22 16,54 total 133 100 Sebagian besar responden mendapatkan informasi tentang produk obat selesma tanpa resep dari iklan di televisi (44,36%). Hal ini menunjukkan bahwa iklan di televisi sangat berpengaruh bagi konsumen terhadap pemilihan obat selesma tanpa resep. Iklan obat selesma tanpa resep yang ditampilkan di televisi sangat beragam dengan berbagai informasi yang menarik dan bahasa yang mudah dipahami sehingga konsumen tertarik menggunakan obat yang diiklankan. Adanya iklan sangat menguntungkan bagi konsumen dan produsen karena dengan adanya iklan masyarakat dapat mengenal obat-obat baru yang beredar di pasaran dan yang dapat meningkatkan pendapatan produsen dengan makin banyaknya konsumen yang menggunakan obat tanpa resep. Namun ada yang perlu diperhatikan bahwa iklan obat tanpa resep yang ada di televisi terkadang kurang memberikan informasi yang lengkap mengenai obat yang dipasarkan sehingga dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan karena kurangnya informasi tentang obat yang digunakan. Hal ini patut mendapat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 48 perhatian bagi produsen obat agar dapat memberikan informasi yang jelas dan lengkap pada produk obat tanpa resep dan iklan yang ditayangkan. Dari data di atas hanya 22 responden yang memilih apoteker sebagai sumber informasi (16,54%). Hal ini menunjukkan bahwa peranan apoteker dalam pemberian informasi mengenai obat tanpa resep belum maksimal sehingga harus lebih ditingkatkan lagi agar tidak terjadi kesalahan dalam penggunaan obat tanpa resep oleh konsumen. Apoteker sebaiknya memberikan informasi kepada konsumen mengenai cara penggunaan obat tanpa resep yang benar karena pada kemasan obat informasi yang tercantum kurang lengkap dan jelas (Setiadji,1996). F. Pemilihan Obat Selesma Tanpa Resep untuk Anak Pemilihan obat selesma tanpa resep untuk anak yang akan dijelaskan meliputi: merek obat yang sering digunakan, komposisi zat aktif obat yang digunakan, bentuk sediaan dan tempat membeli obat selesma tanpa resep. Tabel XV. Merek Obat Selesma Tanpa Resep yang Sering Digunakan Responden No. Merek Obat Selesma Tanpa Jumlah Prosentase (%) Resep Yang Paling Sering Digunakan Responden 1. Actifed 12 9,02 2. Anakonidin 34 25,56 3. Bodrexin Sirup 6 4,51 4. Coldrexin 5 3,76 5. Decolsin Sirup 4 3,01 6. Hufagrip 20 15,04 7. OBH Combi Batuk Flu Anak 24 18,05 8. Parasetine 8 6,02 9. Termorex Plus 13 9,77 10. Sanaflu Plus 7 5,26 Total 133 100 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 49 Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden memilih obat selesma tanpa resep untuk anak dengan merek Anakonidin® (25,56%). Anakonidin® merupakan salah satu obat selesma tanpa resep untuk anak dengan komposisi zat aktif antara lain fenilefrin sebagai dekongestan nasal, dekstromethorpan sebagai antitusif, gliseril guaiakolat sebagai ekspektoran dan klorfeniramin maleat sebagai antihistamin. Anakonidin® mempunyai indikasi mengurangi gejala hidung tersumbat, bersin-bersin dan batuk yang menyertai flu. Berdasarkan kriteria yang dibuat oleh FDA (Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika) sebenarnya Anakonidin® termasuk yang tidak memenuhi kriteria karena batas komponen penyusunnya lebih dari tiga komponen obat dan terjadi efek yang berlawanan antar komponen penyusun yaitu antara antitusif dan ekspektoran serta adanya penambahan komponen penyusun yang tidak terlalu penting yaitu antihistamin. Dalam hal ini peran apoteker sangat diperlukan agar tidak terjadi kesalahan dalam pemilihan dan penggunaan obat tanpa resep. Produk obat selesma kombinasi secara umum merupakan perpaduan antara obat-obat yang mempunyai indikasi analgesik antipiretik, dekongestan nasal, antitusif, ekspektoran dan antihistamin. Produk obat selesma kombinasi ini sebaiknya digunakan apabila semua gejala selesma dapat diobati dengan obat tersebut. Suatu produk obat kombinasi harus memenuhi kriteria yang dibuat oleh FDA. Salah satu kriteria yang dijadikan acuan adalah harus sesuai dari aspek farmakologis antara lain: kelompok farmakologis masing-masing hanya boleh diwakili oleh satu jenis komponen, batas komponen penyusun hanya boleh paling PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 50 banyak tiga jenis komponen obat, kombinasi rasional artinya tujuan terapi masingmasing komponen tidak saling berlawanan. Tabel XVI. Pengelompokan Produk Obat Selesma Tanpa Resep Berdasarkan Komposisi dan Indikasi Zat Aktif Produk Obat Selesma Tanpa Resep Actifed Sanaflu Plus Anakonidin Coldrexin Hufagrip Parasetine Termorex Plus Bodrexin Sirup OBH Combi Batuk Flu Anak Decolsin Sirup Komposisi Indikasi Aturan Pakai Tripolidina HCl 1,25 mg Pseudoefedrin HCl 30 mg Dekstomethorpan HBr 10 mg Parasetamol 120 mg Dekstromethorpan HBr 7,5 mg Fenilpropanolamin HCl 3,5 mg Dekstromethorpan HBr 5 mg Gliseril guaiakolat 25 mg Fenilefrin HCl 7,5 mg CTM 0,5 mg Asetaminofen125 mg Fenilefrin 5 mg CTM 1 mg Kalium sulfoguaiakolat 25 mg Parasetamol 120 mg Efedrina HCl 5 mg Clorfeniramin 2 mg Gliseril guaiakolat 50 mg Parasetamol 120 mg Gliseril guaiakolat 30 mg Efedrin HCl 3 mg CTM 0,5 mg Parasetamol 120 mg Pseudoefedrin HCl 7,5 mg Gliseril guaiakolat 25 mg CTM 0,5 mg Asetaminofen 80 mg CTM 1 mg Fenilpropanolamin HCl 3 mg Guafenesin 25 mg Na-sitrat 60 mg Parasetamol 65 mg Succus liquiritae 100 mg Ammonium klorida 50 mg Efedrin HCl 5 mg CTM 1 mg Asetaminofen 150 mg Fenilpropanolamin HCl 6,25 mg Levo-N-etilefedrina 6,25 mg Dekstromethorpan HBr 5 mg Gliseril guaiakolat 50 mg CTM 0,75 mg Antihistamin Dekongestan Antitusif Analgesik antipiretik Antitusif Dekongestan Antitusif Ekspektoran Dekongestan Antihistamin Analgesik antipiretik Dekongestan Antihistamin Ekspektoran Analgesik antipiretik Dekongestan Antihistamin Ekspektoran Analgesik antipiretik Ekspektoran Dekongestan Antihistamin Analgesik antipiretik Dekongestan Ekspektoran Antihistamin Analgesik antipiretik Antihistamin Dekongestan Ekspektoran Ekspektoran Analgesik antipiretik Ekspektoran Ekspektoran Dekongestan Antihistamin Analgesik antipiretik Dekongestan Dekongestan Antitusif Ekspektoran Antihistamin 2-5 th: 3xsehari ½ sdu Keterangan: sdu: sendok ukur 2-5 th: 3xsehari 1 sdu 2-6 th: 3xsehari 5-10 ml 1-5 th: 3xsehari ½-1 sdu 2-6 th: 3xsehari 1 sdu 2-6 th: 34xsehari 1 sdu 2-5 th: 3xsehari 1 sdu 2-6 th: 3xsehari 1 sdu 2-6 th: 3xsehari 1 sdu 2-6 th: 34xsehari 1 sdu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 51 Penambahan analgesik pada selesma sebenarnya tidak mutlak harus ada karena tidak semua penderita selesma merasakan gejala sakit kepala dan sakit kepala yang timbul disebabkan oleh adanya sumbatan nasal. Apabila sumbatan nasal sudah dapat dihilangkan dengan dekongestan nasal maka penambahan analgesik tidak diperlukan lagi. Manfaat klinis penambahan antihistamin pada produk obat selesma sampai saat ini masih kontroversial. Penambahan antihistamin diperlukan sebagai sarana melawan histamin yang terlepas pada saat terjadi lisis sel semang dan antihistamin mampu memperpanjang masa kerja dekongestan nasal dari satu sampai enam jam. Namun demikian perlu diperhatikan bahwa terlepasnya histamin disebabkan oleh reaksi alergi seperti pada rhinitis alergi, sehingga sebenarnya tidak diperlukan untuk pengobatan selesma karena sumbatan nasal pada selesma dapat diatasi dengan pemberian dekongestan nasal saja. Selesma tidak selalu disertai batuk. Namun apabila tidak segera diatasi maka dapat menimbulkan batuk. Sebagian besar produk obat selesma tanpa resep kombinasi yang beredar di pasaran mengandung antitusif maupun ekspektoran yang terkadang digunakan bersamaan dalam satu sediaan. Antitusif dan ekspektoran memiliki kerja yang saling berlawanan, dimana antitusif bekerja dengan menekan refleks batuk baik sentral maupun perifer, sedangkan mekanisme kerja ekspektoran adalah mempermudah pembuangan sekret dari bronkus dan trakea dengan meningkatkan jumlah cairan sehingga lendir menjadi encer dan merangsang pengeluaran lendir dari saluran pernafasan, dengan demikian lendir akan mudah dikeluarkan. Apabila antitusif digunakan bersama dengan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 52 ekspektoran, maka sekret yang terbentuk akan relatif sulit untuk dikeluarkan karena saraf batuk ditekan, padahal salah satu cara untuk mengeluarkan sekret yang dihasilkan adalah dengan mekanisme batuk. Dengan demikian harus diperhatikan apakah batuk yang menyertai selesma tergolong batuk produktif atau nirproduktif sehingga bisa ditentukan dengan tepat jenis obat yang akan digunakan. Tabel XVII. Alasan Responden Memilih Obat Selesma Tanpa Resep Merek Tertentu No. Alasan Responden Memilih Obat Jumlah Prosentase Selesma Tanpa Resep Merek (%) Tertentu 1. Sebelumnya sudah pernah 53 39,85 memakai 2. Harganya murah 17 12,78 3. Harganya murah dan mudah didapat 26 19,55 4. Mudah didapat 22 16,54 5. Tertarik dengan iklan atau 15 11,28 promosinya total 133 100 Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden memilih obat selesma merek tertentu dengan alasan sebelumnya sudah pernah memakai. Hal ini berarti bahwa pengalaman menggunakan suatu produk obat merek tertentu mendorong seseorang untuk menggunakan produk obat yang sama bila terserang penyakit yang sama. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 53 2.26% Cair Padat 97.74% Gambar 6. Bentuk Sediaan Obat Selesma Tanpa Resep yang Digunakan Responden Dari 133 responden yang menggunakan produk obat selesma tanpa resep sebagian besar responden memilih bentuk sediaan cair (97,74%) Tabel XVIII. Alasan Responden Memilih Bentuk Sediaan Cair No Alasan Memilih Bentuk Sediaan Tersebut Jumlah Prosentase (%) 1. Warna dan rasa disukai anak 15 11,54 2. Aturan dan cara penggunaan mudah (ada 36 27,69 sendok takar) serta warna dan rasa disukai anak 3. Aturan dan cara penggunaan mudah (ada 14 10,77 sendok takar) serta mudah disimpan 4. Aturan dan cara penggunaan mudah (ada 11 8,46 sendok takar), warna dan rasa disukai anak serta paling cepat mengatasi gejala yang paling mengganggu (hidung tersumbat) 5. Warna dan rasa disukai anak, mudah disimpan 1 0,77 serta tidak mudah tumpah saat digunakan 6. Aturan dan cara penggunaan mudah (ada 22 16,92 sendok takar), warna dan rasa disukai anak, mudah disimpan dan paling cepat mengatasi gejala yang paling mengganggu 7. Warna dan rasa disukai anak, mudah disimpan 12 9,23 dan paling cepat mengatasi gejala yang paling mengganggu (hidung tersumbat) 8. Aturan dan cara penggunaan mudah (ada 16 12,31 sendok takar) serta paling cepat mengatasi gejala yang paling mengganggu (hidung tersumbat) 9. Lain-lain: cocok untuk pertolongan pertama 3 2,31 Total 130 100 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 54 Sebagian besar responden yang memilih bentuk sediaan cair dengan alasan aturan dan cara penggunaan mudah karena ada sendok takar serta warna dan rasa disukai anak (27,69%). Obat selesma tanpa resep untuk anak yang beredar di pasaran baik dalam bentuk sediaan cair maupun padat kebanyakan diformulasikan dengan tambahan rasa buah-buahan, hal ini dimaksudkan untuk mengurangi rasa pahit dari obat sehingga disukai anak-anak. Bentuk sediaan cair sangat cocok untuk anak-anak karena mereka masih sulit menelan obat bentuk tablet sehingga lebih memudahkan dalam mengkonsumsinya, sedangkan responden yang memilih bentuk sediaan padat kemungkinan anaknya sudah dapat menelan obat bentuk tablet. Tabel XIX. Alat Penakar Untuk Obat dengan Bentuk Sediaan Cair No. Alat Penakar Jumlah Prosentase (%) 1. Sendok makan 0 0 2. Sendok takar yang disertakan dalam 122 93,85 kemasan 3. Sendok teh 5 3,84 4. Sendok takar dari obat terdahulu 3 2,31 Total 130 100 Dari 130 responden yang memilih obat selesma dengan bentuk sediaan cair sebagian besar menggunakan sendok takar yang disertakan dalam kemasan untuk menakar obat (93,85%). Obat dengan bentuk sediaan cair sebaiknya menggunakan sendok takar yang disertakan dalam kemasan. Pada sendok tersebut tertera ukuran 2,5 ml dan 5 ml. Namun dari beberapa wawancara pada responden ada yang menggunakan sendok teh karena tidak ada sendok takar. Ukuran sendok teh yang biasanya ada di rumah ukurannya sangat beragam dari 4 ml sampai 9 ml, padahal jika setiap kali diberikan ukurannya kurang dari 5 ml hasilnya kurang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 55 efektif karena dosisnya kurang ataupun sebaliknya bila lebih dari 5 ml dapat berbahaya karena dosisnya berlebih (Anonim, 2000). 11.28% 6.77% Warung 8.27% Toko atau supermarket Toko obat Apotek 73.68% Gambar 7. Tempat Responden Membeli Produk Obat Selesma Tanpa Resep Dari 133 responden yang memilih obat selesma tanpa resep, sebanyak 98 responden membeli obat selesma tanpa resep di apotek (73,68%). Tabel XX. Alasan Responden Membeli Obat Selesma Tanpa Resep di Apotek No. Alasan Jumlah Prosentase (%) 1. Dekat rumah 8 8,16 2. Dekat rumah, jenis obat beragam, pelayanan 11 11,22 cepat dan harga murah 3. Dekat rumah, jenis obat beragam, kualitas 14 14,29 obat dapat dipertanggungjawabkan dan disertai pemberian informasi 4. Jenis obat beragam, kualitas obat dapat 35 35,72 dipertanggungjawabkan, dapat menanyakan jenis obat yang cocok dan disertai pemberian informasi 5. Kualitas obat dapat dipertanggungjawabkan 9 9,19 6. Dekat rumah, pelayanannya cepat kualitas 5 5,10 obat dapat dipertanggungjawabkan dan harganya murah 7. Dekat rumah, pelayanannya cepat harganya 6 6,12 murah dan dapat menanyakan jenis obat yang cocok 8. Kualitas obat dapat dipertanggungjawabkan, 10 10,20 dapat menanyakan jenis obat yang cocok dan disertai pemberian informasi Total 98 100 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 56 Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden membeli obat di apotek dengan alasan jenis obat beragam, kualitas obat dapat dipertanggungjawabkan, dapat menanyakan jenis obat yang cocok dan disertai pemberian informasi (32,33%). Hal ini menunjukkan bahwa apotek merupakan tempat yang tepat bagi konsumen untuk memperoleh obat tanpa resep karena obat yang dijual terjamin kualitasnya dan dapat menanyakan semua informasi yang terdapat dalam kemasan maupun yang tidak ada dalam kemasan kepada apoteker atau asisten apoteker. Obat-obat yang dijual di apotek relatif lebih terjamin karena dengan pengawasan teratur dari Badan POM (Pengawas Obat dan Makanan) sehingga obat-obat yang dijual di apotek terjamin kualitasnya. G. Kerasionalan Pemilihan dan Penggunaan Obat Selesma Tanpa Resep untuk Anak Pengobatan atau penggunaan obat yang rasional adalah pemilihan dan pengggunaan obat yang efektifitasnya terjamin aman dengan mempertimbangkan harga dan efek samping obat yang digunakan. 14.29% 1.50% Ya Kadang-kadang Tidak 84.21% Gambar 8. Pengalaman Responden Membeli Obat Utuh dengan Kemasan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 57 Dari 133 responden yang memilih obat selesma tanpa resep sebanyak 112 responden membeli obat utuh dengan kemasannya (84,21%). Hal ini perlu mendapat perhatian dari produsen obat agar setiap produk obat yang diproduksi disertai dengan informasi yang memadai dan dapat dimengerti oleh konsumen yang dicantumkan pada kemasan atau brosur. Tabel XXI. Pengalaman Responden Membaca Informasi Obat pada Kemasan No. Membaca Informasi Obat pada Jumlah Prosentase (%) Kemasan 1. Ya 109 97,32 2. Kadang-kadang 3 2,68 Total 112 100 Dari 112 responden yang membeli obat utuh dengan kemasannya (84,21%) ternyata 109 responden (97,32%) selalu membaca informasi yang tertera pada kemasan tersebut dan 3 responden (2,68%) hanya kadang-kadang saja membaca informasi yang tertera. Hal ini membuktikan bahwa responden pada umumnya menyadari bahwa informasi yang tertera pada kemasan sangat penting untuk menunjang keberhasilan pengobatan. Dari 112 responden yang membaca informasi yang tertera pada kemasan, seluruhnya menyatakan bahwa informasi yang tertera pada kemasan atau brosur obat sudah cukup lengkap karena memuat informasi-informasi yang penting antara lain komposisi, indikasi, efek samping, kontraindikasi, aturan pemakaian, peringatan perhatian dan waktu kadaluarsa. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 58 Tabel XXII. Pengalaman Responden Memahami Informasi Obat yang Terdapat pada Kemasan No. Memahami Informasi Obat pada Jumlah Prosentase (%) Kemasan 1. Ya 100 89,29 2. Tidak 12 10,71 Total 112 100 Dari 112 responden yang membaca informasi yang tertera pada kemasan 100 responden menyatakan memahami informasi yang ada (89,29%) dan 12 responden (10,71%) yang umumnya masyarakat awam menyatakan tidak memahami semua informasi yang ada terutama informasi tentang efek samping dan kontraindikasi yang menggunakan bahasa yang kurang bisa dimengerti karena menggunakan istilah-istilah kedokteran yang hanya bisa dipahami oleh kalangan tertentu. Hal ini perlu mendapat perhatian oleh produsen obat yang memproduksi obat tanpa resep terutama obat selesma agar mencantumkan informasi yang jelas dan mudah dimengerti oleh masyarakat umum. Dari 12 responden yang menyatakan tidak paham terhadap informasi yang tertera pada kemasan obat selesma, seluruhnya menyatakan bahwa apoteker adalah orang yang tepat untuk menanyakan informasi yang tidak jelas karena apoteker lebih tahu dan paham seluk beluk obat sehingga dapat memberikan informasi yang benar dan dapat dimengerti masyarakat. Hal ini perlu diperhatikan oleh para apoteker terutama yang akan berkecimpung pada farmasi sosial agar membekali diri dengan pengetahuan yang memadai serta kemampuan berkomunikasi sehingga dapat melayani masyarakat dengan lebih baik. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 59 No. 1. 2. 3. Tabel XXIII. Pengalaman Responden Mematuhi Informasi yang Terdapat pada Kemasan Mematuhi Informasi pada Kemasan Jumlah Prosentase (%) Ya 102 91,07 Kadang-kadang 8 7,14 Tidak 2 1,79 Total 112 100 Dari 112 responden yang membaca informasi yang tertera pada kemasan sebanyak 102 responden mematuhi informasi tersebut (91,07%), sedangkan 2 responden tidak mematuhi (1,79%). Hal ini menunjukkan bahwa tidak semua orang tua yang menggunakan obat selesma tanpa resep untuk anak mematuhi aturan-aturan penggunaan obat yang benar. Ketidakpatuhan yang biasanya dilakukan oleh orang tua dalam penggunaan obat selesma anak antara lain menggunakan obat lebih atau kurang dari dosis yang dianjurkan untuk sekali pakai. Selain itu menggunakan obat tidak mengikuti aturan waktu yang telah ditetapkan atau salah waktu penggunaan obat juga merupakan salah satu ketidakpatuhan. Akibat ketidakpatuhan dalam menggunakan obat dapat mengakibatkan kegagalan pengobatan dimana obat menjadi sama sekali atau kurang berarti bagi penanganan penyakit, resiko terhadap keracunan obat terutama bila takaran obat berlebih dan meningkatnya biaya perawatan yang disebabkan karena efek samping yang dapat menyebabkan penyakit bertambah parah. Selanjutnya gambar 9 menjelaskan tentang keadaan anak responden setelah menggunakan obat selesma tanpa resep. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 60 40.60% Sembuh Berkurang 59.40% Gambar 9. Keadaan Anak Responden Setelah Menggunakan Obat Selesma Sebagian besar responden menyatakan bahwa setelah menggunakan obat selesma tanpa resep keadaan anaknya sembuh kembali (59,40%) dan sebagian responden yang lain menyatakan bahwa selesma anaknya berkurang setelah menggunakan obat selesma tanpa resep (40,60%). Hal ini menunjukkan bahwa obat selesma tanpa resep untuk anak yang beredar di pasaran relatif aman untuk dikonsumsi dan memberikan efek menyembuhkan. Namun demikian dalam penggunaannya orang tua harus selalu memperhatikan serta mematuhi informasi yang tertera pada kemasan agar pegobatan yang dilakukan efektif dan tidak terjadi kesalahan penggunaan obat. No. 1. 2. 3. Tabel XXIV. Frekuensi Pemberian Obat Sampai Sembuh Frekuensi Pemberian Obat Sampai Jumlah Prosentase (%) Sembuh 3 kali sehari selama 2-3 hari 22 16,54 3 kali sehari selama 3-5 hari 76 57,14 3 kali sehari selama lebih dari 5 hari 35 26,32 Total 133 100 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa frekuensi pemberian obat selesma untuk menyembuhkan selesma pada anak bervariasi. Sebanyak 76 responden PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 61 (57,14%) menyatakan bahwa selesma anak sembuh setelah pemberian obat selesma tanpa resep 3 kali sehari selama 3 sampai 5 hari, selanjutnya 3 kali sehari selama lebih dari 5 hari (26,32%) dan terakhir 3 kali sehari selama 2-3 hari (16,54%). Dari hasil tersebut ternyata sebagian besar responden masih belum mengetahui bahwa obat selesma tanpa resep sebaiknya digunakan paling lama tiga hari dan tidak digunakan dalam jangka waktu yang lama karena dikhawatirkan akan terjadi komplikasi penyakit yang lebih berat. Apabila setelah tiga hari gejala selesma tidak berkurang atau bertambah parah maka harus segera menghubungi dokter atau unit pelayanan kesehatan (Anonim, 1997). Dalam hal pemberian informasi ini peran apoteker sangat diperlukan agar pengobatan sendiri lebih efektif. Tabel XXV. Tindakan Responden Bila Selesma Tidak Sembuh No. Tindakan Responden Jumlah Prosentase (%) 10 7,52 1. Menghentikan penggunaan obat tersebut dan mengganti dengan obat yang lain 17 12,78 2. Tetap melanjutkan dengan obat yang sama karena merupakan proses penyembuhan 3. Menghentikan pengobatan sendiri dan 106 79,70 membawanya ke doker Total 133 100 Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden menghentikan pengobatan sendiri dan membawanya ke dokter apabila anak responden tidak sembuh setelah penggunaan obat selesma tanpa resep karena obat tanpa resep hanya boleh digunakan dalam jangka pendek dan bila obat tetap dikonsumsi beban hati dan ginjal akan bertambah. Sehingga bila lebih dari tiga hari selesma tidak sembuh setelah penggunaan obat maka harus segera di bawa ke PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 62 dokter agar dapat segera diatasi apabila ada penyakit yang lebih berat daripada sekedar selesma. Selanjutnya tabel XXVI menunjukkan tindakan responden terhadap obat selesma tanpa resep yang masih tersisa setelah digunakan. Tabel XXVI. Tindakan Responden Terhadap Obat yang Masih Sisa No. 1. 2. 3. Tindakan Responden Dihabiskan Disimpan dan digunakan lagi bila perlu Dibuang Total Jumlah 20 82 31 133 Prosentase (%) 15,04 61,65 23,31 100 Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyimpan obat yang masih tersisa dan menggunakannya lagi apabila diperlukan (61,65%) dan dari hasil wawancara dengan para responden tersebut seluruhnya menyatakan menggunakan lagi obat yang tersisa bila diperlukan tetapi tidak sampai melewati waktu kadaluarsa. Suhu yang baik untuk penyimpanan obat adalah suhu yang dingin atau pada suhu kamar dan terhindar dari sinar matahari langsung karena mencegah pertumbuhan jamur dan penguapan. Obat sebaiknya disimpan di tempat khusus untuk menympan obat yang jauh dari jangkauan anak. Selain itu walaupun batas waktu kadaluarsa masih lama, namun jika obat sudah mengalami perubahan bentuk dan warna maka sebaiknya jangan dikonsumsi lagi dan harus dibuang dengan cara memusnahkan atau menimbunnya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 63 H. Rangkuman Pembahasan Karakteristik sebagian besar responden dalam penelitian ini antara lain: 1. responden berusia antara 31 sampai 40 tahun (55,37%). 2. responden berstatus sebagai ibu (81,92%). 3. tingkat pendidikan responden antara SMU hingga Perguruan Tinggi (96,57%). 4. jenis pekerjaan responden adalah ibu rumah tangga (44,64%). 5. jumlah penghasilan responden antara Rp 500.000,- sampai Rp 1.000.000,(47,47%) Karakteristik sebagian besar anak responden dalam penelitian ini adalah: 1. usia anak responden antara empat sampai enam tahun (83,62%). 2. sebagian besar anak responden terserang selesma kurang dari dua kali dalam satu bulan (93,79%). 3. lama anak responden terserang selesma antara tiga sampai lima hari (51,98%). Pengetahuan orang tua tentang swamedikasi sangat bervariasi. Sebagian besar orang tua mengetahui bahwa swamedikasi merupakan tindakan mengobati sendiri penyakit ringan dengan obat tanpa resep atau obat tradisional (80,23%) dan beberapa orang tua menyatakan bahwa swamedikasi merupakan tindakan mengatasi sendiri penyakit ringan dengan istirahat yang cukup, makan makanan bergizi dan mengkonsumsi vitamin C (3,95%). Namun tidak sedikit pula orang tua yang menyatakan bahwa swamedikasi dilakukan untuk mengatasi semua penyakit tanpa harus ke dokter (13,56%). Semua penyakit disini artinya tidak hanya penyakit ringan tetapi juga penyakit yang berat yang sebenarnya membutuhkan penanganan dari dokter. Dari hasil diatas menunjukkan bahwa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 64 masih ada orang tua yang belum mengetahui bahwa swamedikasi hanya dilakukan untuk mengatasi penyakit ringan. Menurut Supardi (1997) swamedikasi merupakan upaya pengobatan penyakit ringan menggunakan obat tanpa resep maupun obat tradisional dan upaya pengobatan rutin penyakit kronis setelah perawatan dokter. Pengetahuan orang tua tentang selesma pada anak bermacam-macam. Sebagian besar orang tua mengetahui bahwa selesma merupakan gejala penyakit yang dapat sembuh dengan diobati menggunakan obat selesma tanpa resep atau obat tradisional (54,80%) dan suatu gejala penyakit yang harus segera diobati oleh dokter (25,99%). Sebagian orang tua yang lain mengetahui bahwa selesma merupakan gejala penyakit yang dapat sembuh tanpa diobati (14,70%) dan dapat sembuh dengan istirahat, makan makanan bergizi, banyak minum dan mengkonsumsi vitamin C (4,51%). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden merasa perlu memberikan pengobatan apabila anaknya terserang selesma ditinjau dari pengetahuan mereka tentang selesma. Menurut Donatus (1997) selesma merupakan suatu penyakit simptomatis yang dapat sembuh dengan sendirinya. Oleh karena itu pengobatan yang dilakukan hanya bersifat meringankan gejala yang dirasa paling berat oleh penderita. Seluruh orang tua menyatakan bahwa anaknya pernah terserang selesma dengan berbagai penyebab dan gejala. Sebagian besar orang tua menyatakan bahwa pemicu anaknya terserang selesma adalah pergantian musim dan tertular temannya yang terserang selesma. Pergantian musim menyebabkan daya tahan tubuh menurun sehingga mudah tertular anak lain yang terserang selesma. Gejala PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 65 yang paling banyak muncul adalah keluarnya lendir hidung, hidung tersumbat dan bersin (62,15%). Menurut Tjay dan Raharja (2002), gejala yang muncul pada selesma antara lain adanya cairan nasal, bersin, sakit tenggorokan dan sakit kepala. Jenis terapi yang paling banyak dipilih orang tua apabila anaknya terserang selesma adalah swamedikasi menggunakan obat tanpa resep (68,63%) dengan alasan sebelumnya sudah pernah memakai dan obat selesma tanpa resep mudah didapat dengan membeli di apotek, toko obat maupun warung serta harganya lebih murah. Hal ini menunjukkan bahwa peranan swamedikasi menggunakan obat tanpa resep bagi orang tua untuk mengobati selesma anak sangat besar, sehingga membutuhkan perhatian dari produsen obat agar menyertakan informasi yang memadai dan mudah dipahami pada kemasan obat serta peran apoteker dalam pemberian informasi tentang obat agar tercapai pengobatan yang rasional. Obat selesma yang paling banyak dipilih dan digunakan oleh orang tua untuk mengobati selesma anak adalah Anakonidin® (25,56%). Alasan responden menggunakan produk obat tertentu adalah karena sebelumnya sudah pernah memakai (39,85%) dan harganya murah dan mudah didapat (19,55%). Sumber informasi yang paling berperan dalam pemilihan obat selesma tanpa resep adalah iklan di televisi (44,36%) dan informasi dari teman, tetangga atau saudara (19,55%). Hanya beberapa responden yang memilih apoteker sebagai sumber informasi (16,54%). Hal ini menunjukkan bahwa peran apoteker dalam PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 66 pemberian informasi obat tanpa resep kurang dirasakan oleh konsumen obat tanpa resep. Sebagian besar responden memilih obat selesma dengan bentuk sediaan cair (97,74%). Hal ini berkaitan dengan kemampuan anak untuk menelan karena obat cair lebih mudah ditelan daripada bentuk padat. Penggunaan sendok takar juga menunjang keberhasilan pengobatan (93,85%). Sebagian besar responden membaca informasi yang tertera pada kemasan (97,32%) dan secara umum memahami informasi yang tertera. Sebagian besar responden mematuhi informasi yang tertera pada kemasan (91,07%). Hal ini menunjukkan bahwa pemilihan dan penggunaan obat selesma tanpa resep sudah rasional. Sebagian besar responden menyatakan bahwa selesma anak sembuh setelah pemberian obat tiga kali sehari selama tiga sampai lima hari (57,14%). Selanjutnya apabila selesma anak tidak sembuh maka sebagian besar responden memilih untuk menghentikan pengobatan sendiri dan membawanya ke dokter (79,70%). Hal ini sesuai dengan aturan penggunaan obat tanpa resep yang hanya boleh digunakan paling lama tiga hari dan apabila gejala penyakit tidak berkurang atau bertambah parah maka harus segera dibawa ke dokter. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Pengetahuan responden tentang swamedikasi dan selesma adalah: a. Sebagian besar responden mengetahui bahwa swamedikasi merupakan tindakan mengobati sendiri penyakit ringan dengan obat tanpa resep atau obat tradisional (80,23%). b. Sebagian besar responden mengetahui bahwa selesma merupakan gejala penyakit yang dapat sembuh dengan menggunakan obat tanpa resep atau obat tradisional (54,80%). 2. Jenis terapi yang dilakukan responden bila anak terserang selesma adalah: a. Sebagian besar responden melakukan swamedikasi menggunakan obat tanpa resep atau obat tradisional (86,44%) dengan alasan ada obat tanpa resep yang dapat dibeli di apotek, toko obat maupun warung dengan harga murah dan ada obat atau ramuan tradisional yang dapat diracik sendiri. b. Jenis obat yang paling banyak digunakan responden adalah obat tanpa resep (68,63%). 3. Pemilihan obat selesma tanpa resep untuk anak meliputi: a. Merek obat selesma tanpa resep yang paling sering digunakan adalah Anakonidin® (25,56%). 67 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 68 b. Bentuk sediaan obat selesma tanpa resep yang digunakan adalah bentuk sediaan cair (97,74%). c. Tempat memperoleh obat selesma tanpa resep adalah di apotek (73,68%). 4. Sumber informasi tentang obat selesma tanpa resep untuk anak adalah dari iklan di televisi (44,36%). Apoteker hanya dipilih oleh 22 responden sebagai sumber informasi (16,54%). 5. Pemilihan dan penggunaan obat selesma tanpa resep untuk anak sudah rasional yaitu dengan: a. membaca informasi yang tertera pada kemasan obat (97,32%). b. memahami informasi yang tertera pada kemasan obat (89,29%). c. mematuhi informasi yang tertera pada kemasan obat (91,07%). B. Saran 1. Perlu dilakukan penelitian mengenai peranan apoteker dalam pemberian informasi pemilihan dan penggunaan obat selesma tanpa resep untuk anak. 2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai produk obat selesma tanpa resep untuk anak yang rasional. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR PUSTAKA Anief, M, 1995, Prinsip Umum dan Dasar Farmakologi, 115-129, UGM Press, Yogyakarta. Anonim, 1990, The Role of The Pharmacist in The Health Care System, 1, WHO, Geneva. Anonim, 1996, Kumpulan Peraturan Perundang-undangan Bidang Obat, 2, 18, 203, Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Anonim, 1997, Kompendia Obat Bebas, Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Anonim, 2000, Obat Rasional, http://www. kompas. com / kompas-cetak / 0011 / 22 / iptek / obat 39. htm, diakses pada 8 April 2005. Anonim, 2001, POM, Swamedikasi, http://www.pom.go.id.html, diakses pada 2 Oktober 2004. Donatus, I.A.,1997, Farmakoterapi Rasional Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas, Kajian Tentang Kerasionalan Produk Obat Selesma yang Beredar di Pasaran, Simposium Nasional Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Donatus, I.A., 2000, Globalisasi dan Orientasi Baru Pelayanan Farmasi Komunitas; Upaya Peningkatan Peran Apoteker, Seminar Sehari Dampak Globalisasi Ekonomi dan Farmasi terhadap Hak-Kewajiban Farmasis dan Konsumen, 3-4, Lembaga Kajian Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Kusumaningrum, L.V., 2000, Pertimbangan Mahasiswa Universitas Sanata Dharma Dalam Pemilihan Obat Selesma, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Notoatmodjo, 2002, Metode Penelitian Kesehatan, 88-129, PT Rineka Cipta, Jakarta. Notoatmodjo, 2003, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, 179-190, PT Rineka Cipta, Jakarta. Papilaya, Y., 2003, Penilaian Iklan Obat Selesma di Televisi dan Peranannya Dalam Pemilihan Obat Selesma di Kalangan Pengunjung Apotek di Pusat Kota Magelang, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Pratiknya, A.W., 1986, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan, 10-14, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. 69 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 70 Sartono,1993a, Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas, 4-18, Gramedia, Jakarta. Sartono,1993b, Obat Wajib Apotek, 1-2, Gramedia, Jakarta. Sarwono, S., 1997, Sosiologi Kesehatan, UGM Press, Yogyakarta. Schwartz, W.K., Isetts, B.J., 2000, Patient Assessment and Consultation, Handbook of Nonprescription Drugs, 12nd Edition, 15-16, American Pharmaceutical Asociation, Washington DC. Setiadji, 1996, Pemberian Informasi kepada Pasien Menuju Penggunaan Obat Rasional, Medika, 384-386, Edisi 22, Nomor 5 tahun XXII. Sevilla, C. G., Ochave, J. A., Punsalon, T. E., Regala, B. P., and Uriarte, G. G., 1993, Pengantar Metode Penelitian, Diterjemahkan oleh Tuwu, A., Edisi I, 160-163, UI Press, Jakarta. Singarimbun, M., Handayani, T., 1995, Metode Survei, 175-187, LP3ES, Jakarta. Sulistiyawati, Ch., 2004, Hubungan Antara Penilaian Iklan Obat Selesma di Televisi Dengan Pemilihan Obat Selesma di Kalangan Pengunjung 11 Apotek di Kota Yogyakarta Periode Maret-April Tahun 2004, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Supardi, S., 1996, Sakit dan Perilaku Sakit, Cermin Dunia Kedokteran, Jakarta. Supardi, S., 1997, Pengobatan Sendiri di Masyarakat dan Masalahnya, Cermin Dunia Kedokteran, 48-49, Jakarta. Supardi, S., 1999, Manfaat Peran Sakit di Masyarakat, Cermin Dunia Kedokteran, 43-44, Jakarta. Suparmoko, M., 1999, Metode Penelitian Praktis, Yogyakarta. Edisi 4, 87-90, BPFE, Tietze, K.J., 2004, Disorders Related to Cold and Allergy, Handbook of Nonprescription Drug, 14th Edition, 239-247, American Pharmaceutical Asociation, Washington DC. Tjay dan Raharja, 2002, Obat-Obat Penting, Elex Media Komputindo, Jakarta. Widodo, R., 2004, Panduan Keluarga Memilih dan Menggunakan Obat, 27-32, Kreasi Wacana, Yogyakarta. WHO, 2002, Penanganan ISPA Pada Anak di Rumah Sakit Kecil Negara Berkembang, EGC, Jakarta. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Evaluasi Pemilihan dan Penggunaan Obat Selesma Tanpa Resep Di Kalangan Orang Tua Murid Kelompok Bermain dan Taman Kanak-Kanak di Kecamatan Umbulharjo Petunjuk : Berilah tanda lingkaran pada jawaban yang sesuai I. Data Karakteristik Orang tua 1. Umur : a. kurang dari 20 th b. 21-30 th c. 31-40 th d. lebih dari 40 th 2. Status dalam keluarga : a. ayah b. ibu 3. Pendidikan terakhir : a. SD c. SMU e. sarjana b. SLTP d. diploma/ahlimadya f. lainnya (sebutkan)……… 4. Pekerjaan : a. pegawai Negeri b. wiraswasta c. ibu rumah tangga d. karyawan Swasta e. lainnya (sebutkan)……………… 5. Penghasilan rata-rata tiap bulan : a. kurang dari 500 ribu c. 1 – 2 juta juta b. 500-1 juta d. lebih dari 2 II. Data Karakteristik Anak 1. Umur : a. 2-3 th b. 3-4 th c. 4-5 th d. lebih dari 5 th 2. Apakah anak Anda pernah terserang selesma atau yang biasa disebut flu/ pilek? a. sering b. kadang-kadang c. jarang d. tidak pernah 3. Dalam satu bulan anak Anda terserang selesma atau flu/pilek : a. kurang dari 2 kali b. 2 – 4 kali c. 4 – 6 kali d. lebih dari 6 kali 4. Anak Anda sakit dalam sekali terserang selesma atau flu/pilek terjadi selama : a.kurang dari 3 hari b. 3 – 5 hari c. 5 – 10 hari d. lebih dari 10 hari III. Data Pengetahuan Orang Tua 1. Yang Anda ketahui tentang pengobatan sendiri adalah : a. mengobati semua penyakit tanpa harus ke dokter b. mengobati sendiri penyakit ringan dengan obat tradisional atau obat bebas c. mengatasi sendiri penyakit ringan dengan istirahat yang cukup, makan makanan bergizi dan mengkonsumsi vitamin C d. lainnya (sebutkan)………………………………………………………. 71 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 72 2. Obat yang bisa digunakan dalam pengobatan sendiri antara lain : a. obat bebas/ obat tanpa resep b. obat dengan resep dokter c. obat tradisional d. jawaban a dan c 3. Menurut Anda selesma atau flu/ pilek adalah : a. suatu gejala penyakit yang dapat sembuh sendiri tanpa diobati b. suatu gejala penyakit yang dapat disembuhkan dengan obat bebas atau obat tradisional c. suatu gejala penyakit yang harus segera diobati oleh dokter d. gejala penyakit yang dapat sembuh dengan istirahat, makan makanan bergizi, banya minum dan konsumsi vitamin C 4. Yang biasanya menyebabkan anak Anda terserang selesma atau flu/pilek adalah: a. pergantian dari musim panas ke musim hujan b. alergi (angin, dingin, debu) c. tertular temannya yang terserang selesma 5. Selesma atau flu/pilek yang sering diderita anak Anda mempunyai gejala : a. meler, hidung tersumbat, bersin b. meler, hidung tersumbat, bersin, sakit kepala c. meler, hidung tersumbat, batuk, bersin, sakit kepala, demam IV. Data Tindakan Orang Tua dalam Mengatasi Selesma Anak 6. Yang biasa Anda lakukan bila anak Anda terserang selesma atau flu/pilek adalah : a. dibiarkan saja b. langsung berobat ke dokter c. diobati sendiri dengan obat bebas atau obat tradisional Untuk pertanyaan nomor 6 : Jika jawaban Anda 'a', lanjutkan ke no. 7 saja Jika jawaban Anda 'b' lanjutkan ke no. 8 saja Jika jawaban Anda 'c' lanjutkan ke no. 9 dan seterusnya 7. Alasan Anda membiarkan penyakit tersebut karena : a. penyakit tersebut tidak berbahaya b. penyakit tersebut sudah biasa dialami dan dapat sembuh tanpa diberi obat c. tidak tahu merek dan jenis obat yang dapat digunakan d. jauh dari RS atau praktik dokter PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 73 8. Alasan Anda langsung berobat ke dokter karena : a. tidak tahu jenis obat yang harus digunakan b. takut terjadi sesuatu yang tidak diinginkan c. takut terjadi komplikasi penyakit d. takut penyakit bertambah parah 9. Alasan Anda memilih mengobati sendiri selesma anak Anda dengan obat bebas atau obat tradisional : (boleh lebih dari 1 jawaban) a. penyakit sudah biasa diobati dengan obat bebas atau obat tradisional b. ada obat yang dapat diracik sendiri atau di beli di apotek/toko obat/toko/warung tanpa resep dokter c. dapat memilih jenis obat sesuai yang dikehendaki d. menghemat waktu dan biaya e. tidak perlu bantuan dokter f. lainnya (sebutkan)………………………………………………………… 10. Jenis obat yang Anda gunakan dalam pengobatan selesma anak Anda adalah : a. obat/ramuan tradisional b. obat bebas/ obat modern Untuk pertanyaan nomor 10 : Jika jawaban Anda 'a', lanjutkan ke no. 11-12 Jika jawaban Anda 'b', lanjutkan ke no. 13-34 11. Alasan Anda menggunakan obat tradisional untuk mengobati selesma anak Anda adalah : a. sebelumnya sudah pernah memakai b. obat tradisional tidak ada efek samping c. mudah di dapat d. lebih murah dibanding obat bebas 12. Jenis obat tradisional yang Anda gunakan adalah : a. jeruk nipis dicampur dengan kecap b. bawang merah dan minyak kayu putih dioleskan ke dahi, dada dan punggung c. lainnya(sebutkan)………………………………………………… 13. Alasan Anda memilih obat bebas antara lain : (boleh lebih dari 1 jawaban ) a. sebelumnya sudah pernah memakai b. anjuran dokter/ apoteker c. lebih murah dibanding berobat ke dokter d. anjuran teman/ saudara e. mudah didapat f. lainnya (sebutkan)…….. 14. Sumber informasi tentang obat selesma Anda dapatkan dari : a. iklan di TV b. penjual / pelayan toko obat c. brosur / kemasan obat d. dokter / tenaga medis e. teman, tetangga atau saudara f. apoteker / petugas apotek PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 74 15. Anda mendapatkan atau membeli obat selesma untuk anak Anda di : a. warung b. toko/supermarket c. toko obat d. apotek 16. Alasan Anda memilih tempat tersebut : (boleh lebih dari 1 jawaban) a. dekat rumah b. jenis obat beragam c. pelayanannya cepat d.kualitas obat dipertanggungjawabkan e. harganya murah f. dapat menanyakan jenis obat yang cocok g. disertai pemberian informasi dapat 17. Bentuk sediaan yang Anda pilih adalah : a. padat (tablet, kapsul) b. tetes hidung c. cair (sirup) 18. Alasan Anda memilih bentuk sediaan tersebut antara lain : (boleh lebih dari 1 jawaban) a. aturan dan cara penggunaan mudah (ada sendok takar) b. warna dan rasa disukai anak c. mudah disimpan d. tidak mudah tumpah saat digunakan e. paling cepat mengatasi gejala yang paling mengganggu (hidung tersumbat) f. lainnya (sebutkan)………………………………… 19. Jika Anda memilih bentuk sediaan cair, alat yang Anda gunakan untuk menakar obat adalah : a. Sendok makan b. Sendok takar yang disertakan dalam kemasan obat c. Sendok teh d. Sendok takar dari obat yang terdahulu 20. Obat selesma yang Anda pilih adalah : a. Obat untuk dewasa dengan dosis disesuaikan dengan aturan pakai b. Obat khusus untuk anak 21. Merek obat selesma yang pernah Anda pilih dan gunakan untuk mengobati selesma anak Anda adalah : (boleh lebih dari satu jawaban) a. Coldrexin e. Actifed i.OBH Combi Batuk Flu Anak b. Termorex Plus f. Decolsin j. Sanaflu Plus c. Hufagrip g. Parasetine k. lainnya (sebutkan)…… d. Anakonidin h. Bodrexin Sirup PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 75 22. Merek obat selesma yang paling sering Anda pilih dan gunakan untuk mengobati selesma anak Anda adalah : a. Coldrexin e. Actifed i.OBH Combi Batuk Flu Anak b. Termorex Plus f. Decolsin j. Sanaflu Plus c. Hufagrip g. Parasetine d. Anakonidin h. Bodrexin Sirup 23. Alasan Anda memilih merek tersebut adalah : (boleh lebih dari 1 jawaban) a. sebelumnya sudah pernah memakai dan cocok b. harganya lebih murah c. tertarik dengan iklan atau promosinya d. anjuran saudara atau teman e. mudah didapat 24. Apakah Anda membeli obat selesma beserta kemasan atau brosur ? a. ya b. kadang-kadang c. tidak 25. Apakah Anda membaca informasi yang terdapat pada kemasan atau brosur ? a. ya b. kadang-kadang 26. Menurut Anda informasi yang terdapat dalam kemasan atau brosur terdiri dari: ( boleh lebih dari 1 jawaban ) a. komposisi obat d. efek samping b. indikasi e. aturan pakai c. kontraindikasi f. tanggal kadaluarsa 27. Apakah Anda memahami informasi yang terdapat dalam kemasan atau brosur? a. ya b. tidak 28. Bila Anda tidak paham, Anda akan bertanya pada : a. apoteker b. penjual di toko tempat Anda membeli obat c. teman atau saudara 29. Alasan Anda memilih jawaban tersebut diatas adalah : …………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………… 30. Apakah Anda mematuhi informasinya tersebut ? a. tidak b. kadang-kadang c. ya 31. Keadaan anak Anda setelah menggunakan obat : PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 76 a. sembuh c. timbul efek samping e. bertambah parah b. berkurang d. tidak sembuh 32. Selesma anak Anda sembuh setelah penggunaan obat : a. 3 kali sehari 2-3 hari b. 3 kali sehari selama 3-5 hari c. 3 kali sehari selama lebih dari 5 hari 33. Yang Anda lakukan jika tidak sembuh atau ada efek samping adalah : a. menghentikan penggunaan obat tersebut dan mengganti dengan obat lain b. tetap melanjutkan dengan obat yang sama karena merupakan proses penyembuhan c. menghentikan pengobatan sendiri dan membawanya ke dokter 34. Yang Anda lakukan jika obat yang sudah digunakan masih tersisa adalah : a. dihabiskan b. disimpan dan digunakan lagi bila perlu c. dibuang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 77 HASIL WAWANCARA Wawancara 1. Penggunaan Sendok Takar Tanya : Permisi Ibu, maaf saya ingin sedikit bertanya pada Ibu boleh kan? Jawab : Oh ya, silakan mbak!! Tanya : Ibu biasanya kalau memberi minum obat pada anak ibu pakai sendok apa? Jawab : Ya pakai sendok yang ada di kemasan mbak, tapi kadang saya beli obat merek lain tidak ada sendoknya jadi saya pakai sendok teh yang biasa dipakai dirumah. Tanya : Kalau ibu pakai sendok teh apa ukurannya sudah sesuai dengan aturan yang ada di kemasan obat? Jawab : Lha di kemasan tertulis satu sendok teh ya saya ikutin saja mbak. Tanya : Baiklah Ibu, terima kasih banyak. Jawab : Sama-sama mbak. Wawancara 2. Penggunaan Obat yang Masih Sisa Tanya : Pagi Ibu, bisa saya bertanya sebentar sama Ibu? Jawab : Silakan!! Tanya : Kalau obat yang digunakan untuk mengobati selesma anak ibu masih tersisa biasanya diapakan? Jawab : Biasanya saya simpan di kotak obat mbak. Tanya : Lalu kalau anak ibu terserang selesma lagi apakah obat tersebut digunakan lagi atau membeli obat yang baru? Jawab : Ya tergantung waktu kadaluarsanya. Kalau masih lama dan si anak pilek lagi seminggu setelah sembuh ya saya kasih obat itu, tapi biasanya kalau lebih dari tiga bulan saya buang dan saya beli yang baru lagi. Tanya : Baik, terima kasih bu!! Jawab : Sama-sama mbak. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 78 REKAPITULASI JAWABAN RESPONDEN No. Pertanyaan I. 1. 2. 3. 4. 5. II. 1. 2. 3. 4. Jawaban a b c d a b a b c d e f a b c d e a b c d Jumlah Responden 0 57 98 22 32 145 2 6 69 39 53 8 31 28 79 35 4 43 84 35 15 a b c d a b c d a b c d a b c d 15 14 56 92 23 105 49 0 166 10 1 0 28 92 50 7 Keterangan Lain-lain: Guru TK PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 79 III. 1. 2. 3. 4. 5. IV. 6. 7. 8. 9. a b c d 24 142 7 4 a b c d a b c d a b c ab ac bc abc a b c 43 10 12 112 26 97 46 8 41 21 15 10 40 20 30 110 35 32 a b c a, c, d b a b c d bc cd bd a b c d ab ac ad ae 2 22 153 0 2 0 4 4 4 3 3 4 26 37 5 6 23 2 8 1 Lain-lain: dengan obat yang biasa diresepkan dokter namun dapat dibeli tanpa resep di apotek PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 80 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. bc bd abd abc abcd a b ab a b bd a b c 4 8 13 13 7 20 105 28 2 17 1 5 17 6 a b d ac ce ae ace a b c d e f a b c d a d abdg abce bdfg acde acef dfg a b b ab 21 6 4 11 13 16 34 59 5 2 19 26 22 15 9 11 98 8 9 14 11 35 5 6 10 130 3 15 36 Madu, madu+kencur, wuluh+gula batu blimbing PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 81 19. 20. 21. 22. 23. ac abe bcd abce bce ae f 14 11 1 22 12 16 3 a b c d a b a 0 122 5 3 0 133 7 b c d e f g h i j k 17 21 35 14 6 10 7 25 11 25 a b c d e f g h i j a b c e be 5 13 20 34 12 4 8 6 24 7 53 17 15 22 26 Cocok dan efektif untuk pertolongan pertama sebelum ke dokter Beberapa responden memilih lebih dari 1 jawaban Bodrexin tablet, Proris, Bisolvon Kids, Baby Cough, Benadril Child, Lapifed, Nipe, Vicks Formula 44 untuk anak PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 82 24. 25. 26. 27. 28. 30. 31. 32. 33. 34. a b c a b a,b,c,d,e,f a b a b c a b c a b c d e a b c a b c a b c 112 9 2 109 3 112 100 12 12 0 0 2 8 102 79 54 0 0 0 22 76 35 10 17 106 20 82 31 Jawaban no. 29: apoteker lebih tahu dan paham seluk beluk obat (12 responden) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 83 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 84 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BIOGRAFI PENULIS Penulis bernama Faila Sufa Sasono Putri yang lahir di Cepu pada tanggal 24 Mei 1980. Tahun 1986 menempuh pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri Balun III Cepu. Tahun 1992 melanjutkan pendidikan di SMP Negeri III Cepu. Kemudian pada tahun 1995 melanjutkan pendidikan di SMU Negeri I Cepu. Pada tahun 1998 menempuh pendidikan Strata-1 di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 85