BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu .. Penelitian ini dilaksanakan di kolarn penelitian yang berada di Desa Cibanteng, Kecamatan Ciampea, Bogor, dan Laboratorium Pengembangbiakan dan Genetika Ikan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB. Penelitian ini berlangsung selama dua bulan, mulai bulan Juni sampai dengan Juli 2001. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggu~akanrancangan acak lengkap (RAL) dengan lima perlakuan dan lima ulangan. Perlakuan dalam penelitian ini adalah penyuntikan ekstrak kelenjar hipofisis ikan mas dalam bentuk emulsi tipe WIO. Dosis yang dicobakan pada ikan uji didasarkan pada perbandingan bobot ( k g k g ) antara ikan donor dan resipien. Perbandingan dosis donor - resipien yang dicobakan adalah : - perbandingan dosis donor :resipien = 0.0 : 1 (disuntik dengan emulsi tipe WIO tanpa ekstrak kelenjar hipofisis ikan mas) - perbandingan dosis donor : resipien = 0.5 : 1 - perbandingan dosis donor :resipien = 1.0 :1 - perbandingan dosis donor :resipien = 1.5 : 1 - perbandingan dosis donor :resipien = 2.0 :1 Model linear yang digunakan : Yij= p + z + XIj, di mana : 4 . . -Yij - = hasil pengmatan individu yang menerima perlakuan ke-i ulangan ke-j = z = pengaruh galat perlakuan ke-i ulangan ke-j pengaruh perlakuan ke-i. Prosedur Percobaan Jkan uji yang digunakan dalm penelitian adalah ikan jambal Siam (Pangusius hypophthalntus) betina (Gambar 2) ukuran 1.5 - 2.5 kg per ekor dengan panjang antam 55 - 65 em sebanyak 25 ekor. Selama penelitian dilaksanakan, ikan uji diberi pakan berupa pelet komersial dengan kandungan protein 28 - 30%. Palan diberikan dua kali sehari, yaitu pada pukul08.00 dan 15.00 sebanyak 3% dari bobot tubuhnya Wadah percobaan yang dig& adalah kolam tanah berukuran 150 m2 dengan lrcdalaman air 1 m. ~olam'fekebutdisekat dengan menggunakan bambu sehingga luas setiap unit percobaan adalah 10 m2. Gambar 2. hjmbal Siam (Pangasius hypophthalmus) betha I Ikan uji yang akan digunakan diseleksi terlebih dahulu kemudian diaklimatisasi selama satu bulan sebelum diberi perlakuan. Setelah diaklimatisasi, . ikan diukur panjangnya serta ditimbang bobot tubuhnya (Lampiran 1). Ikan tersebut kemudian disuntik secara dorsalmuskular dengan hormon yang dosisnya disesuaikan dengan perlakuan yang diberikan. Setelah itu, i k a n - i h tersebut dimasukkan ke dalam kolam yang telah disekat. Setiap unit kolam berisi lima ekor ikan yang mendapat perlakuan dosis yang sama Pada saat penyuntikan ikan dibungkus dengan kain basah untuk mengurangi stres. Pada penelitian ini kelenjar hipofisis yang digunakan berasal dari ikan mas jantan yang matang gonad dengan bobot 250-500 gram per ekor. Pengambilan kelenjar hipofisis dilakukan dengan membuka tengkorak bagian atas. Kelenjar hipofisis yang terletak di bawah otak besar di dalam lekukan tulang diambil dengan menggunakan pinset. Kelenjar hipofisis berwarna putih dan berbentuk bulat. Selanjutnya kelenjar hipofisis tersebut digerus dan dilarutkan dalanl larutan fisiologis. Larutan tersebut kemudian disentrifbsi selama 5 menit dengan kecepatan 1500 rpm. Supematan atau larutan yang jemih diambil untuk disuntikkan pada ikan resipien. Emulsi tipe WIO dibuat dengan cara mencarnpurkan FIA (produksi Wako) dan larutan fisiologis yang sudah mengandung ekstrak kelenjar hipofisis ikan mas. Perbandingan antara volume larutan fisiologis dengan FIA adalah 1 : 2. Pencampuran FIA dan ekstrak kelenjar hipofisis ikan mas dilakukan dengan menggunakan konektor. Konektor terbuat dari dua buah syringe yang dihubungkan dengan penyambung besi yang pada bagian tengahnya berlubang. Pencampuran dilakukan sampai terbentuk emulsi. Jumlah emulsi yang disuntikkan adalah 50 p1!100 g bobot badan induk. Penyuntikan emulsi dilakukan lima kali dengan interval selama seminggu. Perkembangan gonad diamati setiap seminggu sekali dengan cara mqngambil sampel telur menggunakan cam kanulasi melalui lubang genital sebanyak 200 butir per ekor. Sampel telur kemudian difiksasi dengan alkohol 70%. Diameter telur diukur dengan menggunakan mikroskop yang dilengkapi dengan mikrometer okuler. Sampel telur yang diukur dihitung rataannya dan dibuat distribusi kkuensi diameter telur. Untuk melihat perkembangan struktur telur maka dibuat preparat histologisnya (Lampiran 2). Perkembangan bobot tubuh ikan diukur setiap minggunya. Pengukuran dilakukan sebelum ikan diberi perlakuan. Pengukuran bobot tubuh selain digunakan untuk menghitung jumlah donor yang diperlukan juga digunakan untuk melihat ada tidaknya hubungan antara perkembangan bobot tubuh dengan perkembangan gonad. Beberapa parameter kualitas air yang diukur pada kolam percobaan antara lain oksigen terlarut, pH, temperatur, amonia, dan alkalinitas. Pengukuran kualitas air dilakukan pada awal, tengah dan akhir penelitian. Parameter kualitas air digunakan sebagai data penunjang. Hasil pengukuran kualitas air pada kolam percobaan selama pengamatan berada pada kisaran yang layak bagi ikan budidaya penelitian berlangsung dapat dilihat pada Tabel 1. Nilai kualitas air selama Tabel 1. Kualitas air pada kolam percobaan selama penelitian Parameter Suhu ("C) Oksigen (mgll) NH3-N (mgA) pH Alkalinitas (mgA) Kisaran Nilai 26-28 4.084.81 0.052-0.379 6.78-6.79 22.33-24.27 Dianjurkan (Sumber) 25-32 (Mulyanto 1990) > 3 (Mulyanto 1990) < 1 (Mulyanto 1990) 6.5 - 8.5 (Mulyanto 1990) 50 - 200 (Muiyanto 1990) Analisis Data Respons perkembangan diameter telur dan bobot tubuh terhadap dosis hipofisis yang diberikan disajikan dalam bentuk grafik dan dianalisis secara statistik dengan menggunakan analisis sidik ragam yang dilanjutkan dengan uji T. Histologi telur disajikan dalam bentuk gambar.