Formulasi strategi pemasaran Restoran Gampoeng Aceh cabang

advertisement
FORMULASI STRATEGI PEMASARAN
RESTORAN GAMPOENG ACEH
CABANG DARI BANDUNG DI BOGOR
SKRIPSI
FITRI JUNIKA SIREGAR
H34086038
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
RINGKASAN
FITRI JUNIKA SIREGAR, Formulasi Strategi Pemasaran Restoran Gampoeng
Aceh Cabang dari Bandung Di Bogor. (Di bawah bimbingan EVA YOLYNDA
AVINY)
Pada saat ini mengkonsumsi makanan bukan lagi hanya sekedar untuk
memenuhi kebutuhan, namun lebih dijadikan gaya hidup. Bila dibandingkan dengan
masa beberapa dekade yang lalu, makan sehari-hari cenderung dilakukan di rumah
dimana makanan yang disajikan adalah hasil masakan sendiri yang dilakukan di jamjam makan bersama dengan seluruh anggota keluarga. Pada masa kini, dengan
kesibukan masing-masing para anggota keluarga, acara makan sering dilakukan
sendiri-sendiri dan jarang dilakukan di rumah.
Salah satu kota yang mengalami perkembangan di bidang usaha restoran
adalah Kota Bogor yang merupakan kota dengan beragam budaya etnik dan obyek
wisata, baik obyek wisata tempat maupun obyek wisata kuliner. Ini terlihat dengan
semakin berkembangnya jumlah restoran berdasarkan jenis hidangan yang disajikan
mulai dari makanan siap saji, makanan khas Indonesia, makanan daerah dan makanan
dari luar negeri juga menjadi pilihan masyarakat untuk menikmati kuliner yang ada
di Kota Bogor.
Banyaknya jumlah restoran yang ada di Kota Bogor tersebut akan
menimbulkan persaingan diantara restoran-restoran yang ada. Salah satu restoran
yang ada di Kota Bogor adalah Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung.
Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung merupakan restoran yang
menyajikan masakan dari daerah Aceh dengan berbagai menu andalannya. Restoran
ini hadir ditengah-tengah persaingan yang ada diantara restoran di Kota Bogor.
Adanya tingkat persaingan tersebut, sehingga membuat Restoran Gampoeng Aceh
Cabang dari Bandung yang baru berdiri untuk menjalankan strategi pemasaran agar
bisa memasuki peluang pasar dengan baik dan dapat bersaing dengan restoran
lainnnya.
Salah satu keunggulan yang dimiliki oleh Restoran Gampoeng Aceh Cabang
dari Bandung adalah menawarkan berbagai makanan khas Aceh seperti roti Cane,
Mie Aceh, dan makanan khas Aceh lainnya yang disajikan dengan gaya Prasmanan
yang bisa di lihat langsung oleh konsumen. Selain itu, keramah tamahan pelayanan
yang diberikan oleh Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung menambah
kenyamanan para konsumen untuk berkunjung. Akan tetapi, berbagai fasilitas yang
telah diberikan oleh Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung tidak
memberikan dampak yang terlalu besar bagi restoran, banyaknya pengunjung yang
datang tetapi belum memenuhi target yang telah ditetapkan oleh Restoran Gampoeng
Aceh Cabang dari Bandung.
Dalam menghadapi permasalahan tersebut, maka pihak manajemen restoran
harus mengetahui apa yang menyebabkan jumlah pengunjung Restoran Gampoeng
Aceh Cabang dari Bandung ini belum sesuai dengan target. Setelah diketahui apa
yang menjadi penyebab belum tercapainya target, baru pihak manajem mencari
strategi yang tepat yang akan dipilih agar target tersebut bisa tercapai dengan baik.
Salah satu permasalahan yang dihadapi yaitu masalah pemasaran yang merupakan
salah satu masalah yang banyak dihadapi suatu industry untuk memasuki peluang
pasar.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah 1) Untuk menganalisis persepsi
konsumen terhadap atribut bauran pemasaran yang sudah dijalankan oleh Restoran
Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung, 2) Mengkaji bauran pemasaran yang telah
dijalankan oleh Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung, 3) Menganalisis
kondisi lingkungan internal dan lingkungan eksternal yang dihadapi oleh Restoran
Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung, 4) Merumuskan alternatif strategi pemasaran
yang tepat bagi Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung. Penelitian
dilakukan pada Bulan September-November 2010.
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder yang bersifat kuantitatif dan kualitatif. Metode pengolahan dan analisis data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah unsur-unsur pemasaran (segmentation,
targeting dan positioning), bauran pemasaran 7P (product, price, place, promotion,
people, process dan phisic). Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Matriks SWOT dan Matriks QSPM.
Analisis lingkungan internal dilakukan untuk mengamati kekuatan dan
kelemahan yang dimiliki perusahaan. Analisis lingkungan internal dilakukan dengan
pendekatan fungsional. Analisis ini menghasilkan faktor-faktor kunci internal yang
dapat diidentifikasi sebagai kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh Restoran
Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung. Adapun faktor-faktor kekuatan yang dimiliki
yaitu 1) Memiliki cita rasa yang khas 2) Memiliki makanan dan minuman yang
bervariasi, 3) Kebersihan dan kenyamanan restoran, 4) Laporan keuangan tersusun
dengan baik, 5) Lokasi restoran yang strategis dan 5) Memiliki sarana dan prasarana
yang mendukung. Dan faktor-faktor kelemahan yang dimiliki yaitu 1) kegiatan
promosi kurang intensif 2) kondisi parkir kurang memadai.
Pengidentifikasian lingkungan eksternal perusahaan digunakan untuk
mengetahui peluang yang dimiliki serta ancaman yang mungkin dihadapi perusahaan.
Adapun faktor-faktor peluang tersebut adalah 1) Permintaan yang cukup tinggi, 2)
Kemajuan teknologi baik teknologi produksi ataupun teknologi informasi, 3)
Kemudahan dalam memperoleh bahan baku dan 4) Cukup tersedianya angkatan kerja.
Sedangkan faktor-faktor ancamannya yaitu 1) Tingginya tingkat persaingan diantara
restoran dan 2) Kenaikan harga bahan baku 3) Banyaknya produk subtitusi.
Berdasarkan hasil analisis persepsi konsumen terhadap bauran produk yang
telah dijalankan oleh Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung di Bogor maka
yang harus mendapat perhatian utama dari manajemen restoran untuk ditingkatkan
yaitu kegiatan promosi yang lebih efektif, penyediaan bukti fisik seperti kondisi
parkir, hal ini karena persepsi konsumen terhadap bauran pemasaran tersebut belum
baik. Sedangkan atribut bauran pemasaran yang telah mendapatkan persepsi yang
baik adalah atribut cita rasa menu, keterjangkauan harga, lokasi restoran yang
strategis, penampilan pramusaji, kecepatan pelayanan, fasilitas pendukung seperti
toilet dan musholla.
Berdasarkan hasil identifikasi alternatif strategi dengan menggunakan analisis
SWOT maka alternatif-alternatif strategi tersebut dapat dikelompokkan menjadi
empat strategi. Keempat strategi tersebut adalah 1) Strategi penetrasi pasar 2) Strategi
pengembangan produk, 3) Meningkatkan promosi.
FORMULASI STRATEGI PEMASARAN
RESTORAN GAMPOENG ACEH
CABANG DARI BANDUNG DI BOGOR
FITRI JUNIKA SIREGAR
H34086038
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
Judul Skripsi
: Formulasi Strategi Pemasaran Restoran
Aceh Cabang dari Bandung Di Bogor
Nama
: Fitri Junika Siregar
NIM
: H34086038
Menyetujui,
Pembimbing
Eva Yolynda Aviny, SP. MM
NIP. 19710402 200604 2 008
Mengetahui,
Ketua Departemen Agribisnis
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Dr.Ir Nunung Kusnadi, MS
NIP. 19580908 198403 1 002
Tanggal Lulus :
Gampoeng
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya
yang berjudul
”Formulasi Strategi Pemasaran Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung Di
Bogor” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Januari 2011
Fitri Junika Siregar
H34086038
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Rantauprapat pada tanggal 08 Juni 1988. Penulis adalah
anak ke tiga dari tujuh bersaudara dari pasangan Bapak Syamsir Achmad Siregar dan
Ibunda Sa’adah Nasution.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 112141 Rantauprapat pada
tahun 1999 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2002 di Mts
Negeri Rantauprapat. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMA Negeri I Rantau
Utara diselesaikan pada tahun 2005. Pada tahun yang sama penulis diterima di
program Diploma III Program Studi Agribisnis, Politeknik Pertanian Universitas
Andalas melalui jalur PMDK. Pada tahun 2008 penulis mendapat kesempatan
melanjutkan pendidikan pada pendidikan strata satu (S1) Program Sarjana Ekstensi
Manajemen Agribisnis Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah Subhana Wa Ta’ala atas segala berkat dan
karuniaNya
sehingga
penulis
dapat
menyelesaikan
skripsi
yang
berjudul
”Formulasi Strategi Pemasaran Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung Di
Bogor” .
Penelitian ini bertujuan menganalisis persepsi konsumen terhadap bauran
pemasaran yang telah dilakukan oleh Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari
Bandung, menganalsis bauran pemasaran yang telah dijalankan oleh Restoran
Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung, menganalisis kondisi lingkungan internal dan
lingkungan eksternal yang dihadapi oleh Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari
Bandung dan merumuskan alternatif strategi yang tepat untuk Restoran Gampoeng
Aceh Cabang dari Bandung.
Penulis menyadari masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan
kendala yang dihadapi. Namun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Januari 2011
Fitri Junika Siregar
UCAPAN TERIMA KASIH
Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak.
Sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan yang Maha Kuasa, penulis ingin
menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada :
1. Eva Yolynda Aviny, SP. MM. selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan,
waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan
skripsi ini.
2. Ir. Juniar Atmakusuma, MS selaku dosen evaluator pada kolokium yang telah
memberikan banyak masukan, kritikan dan saran kepada penulis.
3. Ir. Popong Nurhayanti, MM dan Ir. Narni Farmayanti, M.Sc selaku dosen penguji
pada saat Ujian Sidang yang telah memberikan banyak masukan, kritikan dan
saran kepada penulis.
4. Ir. Dwi Rachmina, MS yang telah menjadi dosen pembimbing akademik dan
seluruh dosen serta staf Departemen Agribisnis.
5. Orangtua dan keluarga tercinta untuk setiap dukungan cinta kasih dan doa yang
diberikan. Semoga ini bisa menjadi persembahan yang terbaik.
6. Pihak Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung atas waktu, kesempatan,
informasi dan dukungan yang diberikan.
7. Teman-teman ekstensi Agribisnis angkatan ’05 atas semangat dan sharing selama
penelitian hingga penulisan skripsi, serta seluruh pihak yang tidak dapat
disebutkan satu per satu, terima kasih atas bantuannya.
Kalian semua merupakan motivasi terbesar bagi penulis dalam penyelesaian
skripsi ini, semoga silaturahmi kita selalu terjaga dan segala amal kebaikan yang telah
dilakukan menjadi ibadah dan hanya Allah Subhana Wa Ta’ala yang dapat menilai
dan membalas semuanya, Amin.
Bogor, Januari 2011
Fitri Junika Siregar
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ................................................................................
i
DAFTAR TABEL........................................................................
iii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................
v
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................
vi
I.
PENDAHULUAN ...............................................................
1.1. Latar Belakang ............................................................
1.2. Perumusan Masalah ....................................................
1.3. Tujuan Penelitian .......................................................
1.4. Manfaat penelitian.......................................................
1.5. Ruang Lingkup Penelitian ...........................................
1
1
4
7
7
7
II
TINJAUAN PUSTAKA .....................................................
8
2.1
2.2
2.3
2.4
Konsep Strategi Pemasaran ........................................
Lingkungan Perusahaan ..............................................
Persepsi Konsumen.....................................................
Alat Analisis ................................................................
8
9
10
11
KERANGKA PEMIKIRAN .............................................
13
3.1
Kerangka Pemikiran Teoritis ......................................
3.1.1 Strategi Pemasaran .............................................
3.1.2 Analisis Lingkungan Perusahaan .......................
3.1.3 Persepsi Konsumen ............................................
3.1.4 Alat Analisis .......................................................
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ...............................
13
13
14
29
31
31
IV. METODE PENELITIAN ..................................................
34
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................
4.2 Jenis dan Sumber Data ................................................
4.3 Teknik Pengumpulan Data ...........................................
4.4 Metode Analisis Data ...................................................
34
34
35
36
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ............................
39
5.1 Sejarah Berdirinya Restoran Gampoeng Aceh ............
39
III
V
5.2
5.3
5.4
5.5
Visi dan Misi Restoran .................................................
Produksi dan Operasi ...................................................
Sumber Daya Manusia .................................................
Keuangan dan Akuntansi .............................................
40
41
42
44
ANALISIS LINGKUNGAN ..............................................
6.1 Lingkungan Internal .....................................................
6.2 Lingkungan Eksternal ..................................................
6.2.1 Lingkungan Makro .............................................
6.2.2 Lingkungan Mikro .............................................
6.3 Lingkungan Industri...................................................
6.4 Identifikasi Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan
Ancaman....................................................................
6.5 Alternatif Strategi......................................................
6.6 Rekomendari Strategi Pemasaran Restoran..............
46
46
58
58
64
74
VII. KESIMPULAN ..................................................................
87
VI
7.1
7.2
76
79
82
Kesimpulan .................................................................
Saran............................................................................
87
88
DAFTAR PUSTAKA..................................................................
89
LAMPIRAN .................................................................................
91
DAFTAR TABEL
Tabel
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
Halaman
Perkembangan Jumlah Restoran dan Rumah Makan di Kota
Bogor Berdasarkan Jenis Hidangan yang Disajikan pada Tahun
2005 – 2009 ..........................................................................
1
Pertumbuhan Jumlah Penduduk Kota Bogor pada tahun 2004 –
2008 .......................................................................................
2
Data Perkembangan Kunjungan Wisatawan Ke Kota Bogor
3
Jumlah Pengunjung Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari
Bandung................................................................................
5
Hasil Matrik SWOT ...............................................................
38
Jenis Pekerjaan dan Tingkat Pendidikan Karyawan Restoran
Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung Th 2010 ..................
42
Penilaian Responden Terhadap Cita rasa, Variasi Menu dan Porsi
yang Disajikan oleh Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari
Bandung .................................................................................
49
Penilaian Responden Terhadap Strategi Harga yang Ditawarkan
oleh
Restoran
Gampoeng
Aceh
Cabang
dari
Bandung................................................................................
51
Penilaian Responden Terhadap Strategi Tempat yang
Diberikan oleh Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari
Bandung..................................................................................
52
Penilaian Responden Terhadap Strategi Promosi yang
Diberikanoleh Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari
Bandung................................................................................
53
Penilaian Responden Terhadap Strategi Orang di Restoran
Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung..............................
53
Penilaian Responden Terhadap Strategi Proses di Restoran
Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung...............................
56
Penilaian Responden Terhadap Strategi Bukti Fisik di
Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung ................
57
Tingkat Inflasi Indonesia Tahun 2009-2010 ..........................
60
Jumlah Pencari Kerja Menurut Tingkat Pendidikan yang
Ditamatkan di Kota Bogor pada Tahun 20052008......................................................................................
64
Persentase Jenis Kelamin Responden pada Restoran Gampoeng
Aceh Cabang dari Bandung........................... .......................
67
Sebaran Daerah Asal Responden.........................................
68
Sebaran Usia Responden pada Restoran Gampoeng Aceh
Cabang dari Bandung...........................................................
69
19. Sebaran Tingkat Pendidikan pada Restoran Gampoeng
Aceh Cabang dari Bandung...............................................
20. Sebaran Jenis Pekerjaan Responden pada Restoran
Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung........................... .....
21. Sebaran Responden Berdasarkan Suku Bangsa......................
22. Tingkat Pendapatan Responden pada Restoran Gampoeng
Aceh Cabang dari Bandung...........................
23. Banyaknya Kunjungan Responden pada
Restoran
Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung.............................
71
72
72
73
DAFTAR GAMBAR
Gambar
1. Model Kekuatan Porter ...........................................................
2. Kerangka Pemikiran Operasional ...........................................
3. Struktur Organisasi Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari
Bandung.................................................................................
Halaman
28
33
44
DAFTAR LAMPIRAN
Gambar
1.
2.
3.
4.
Keadaan Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung...
Kegiatan Operasional Restoran Gampoeng Aceh Cabang
dari Bandung...........................................................................
Daftar Menu Makanan Restoran Gampoeng Aceh Cabang
dari Bandung..........................................................................
Daftar Minuman Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari
Bandung.................................................................................
Halaman
91
92
93
94
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pada saat ini mengkonsumsi makanan bukan lagi hanya sekedar untuk
memenuhi kebutuhan, namun lebih dijadikan gaya hidup. Bila dibandingkan dengan
masa beberapa dekade yang lalu, makan sehari-hari cenderung dilakukan di rumah
dimana makanan yang disajikan adalah hasil masakan sendiri yang dilakukan di jamjam makan bersama dengan seluruh anggota keluarga.
Pada masa kini, dengan
kesibukan masing-masing para anggota keluarga, acara makan sering dilakukan
sendiri-sendiri dan jarang dilakukan di rumah. Makan di restoran juga dijadikan
tempat untuk berkumpul dan bersosialisasi, acara-acara rapat, pertemuan dan bahkan
sekedar berkumpul dengan kolega juga sering diadakan di restoran pada jam-jam
makan siang dan malam.
Salah satu kota yang mengalami perkembangan di bidang usaha restoran
adalah Kota Bogor yang merupakan kota dengan beragam budaya etnik dan obyek
wisata, baik obyek wisata tempat maupun obyek wisata kuliner. Ini terlihat dengan
semakin berkembangnya jumlah restoran berdasarkan jenis hidangan yang disajikan
mulai dari makanan siap saji, makanan khas Indonesia, makanan daerah dan makanan
dari luar negeri juga menjadi pilihan masyarakat untuk menikmati kuliner yang ada
di Kota Bogor. Data perkembangan jumlah restoran tersebut dapat dilihat pada Tabel
1 dibawah ini.
Tabel 1. Perkembangan Jumlah Restoran dan Rumah Makan di Kota Bogor
Berdasarkan Jenis Hidangan yang Disajikan Pada Tahun 2005 – 2009
No Jenis Restoran
1
Indonesia
2
Daerah
3
Internasional
4
Oriental
5
Continental
Total
2005
38
40
29
27
27
161
2006
48
37
38
36
43
202
Tahun
2007
45
33
45
43
24
190
2008
55
43
41
47
48
234
2009
55
43
41
47
47
233
Sumber : Buku Pariwisata Kota Bogor, Dinas Pariwisata & Kebudayaan Kota Bogor, 2005 -2009
Menurut Atmodjo (1995) dalam Firbani (2006)
yang menyatakan bahwa
usaha dibidang boga semakin berkembang karena beberapa alasan, yaitu:
1)
Potensi pasar yang besar dan selalu bertambah seiring dengan bertambahnya
jumlah penduduk.
2)
Alat-alat perhidangan makanan, system kontrol serta pertolongan fisik yang
telah
berkembang
membuat
bisnis
menjadi
mudah,
lancar
dan
menguntungkan.
3)
Meningkatnya tempat rekreasi yang mengakibatkan keadaan tertentu yang
menambah alasan untuk makan dan minum di luar rumah sehingga pasar
pelayanan makanan dan minuman semakin besar pula.
Perkembangan jumlah restoran bisa disebabkan oleh banyak faktor salah
satunya adalah peningkatan jumlah penduduk dimana peningkatan jumlah penduduk
akan mendorong peningkatan jumlah konsumsi, karena setiap manusia untuk tumbuh
membutuhkan makanan untuk kelangsungan hidupnya dalam menjalankan aktivitas
sehari-hari. Dari peningkatan jumlah penduduk tersebut maka memberikan peluang
bagi usaha restoran untuk memperoleh konsumennya. Peningkatan jumlah penduduk
dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini.
Tabel 2. Pertumbuhan Jumlah Penduduk Kota Bogor pada Tahun 2004-2008
No
Tahun
Jumlah Penduduk
Persentase
1
2004
831.571
-
2
20005
855.085
1,33
3
2006
879.138
1,29
4
2007
905.132
1,32
5
2008
942.204
1,02
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Bogor, 2009
Selain peningkatan jumlah penduduk faktor lain yang dapat mendorong
perkembangan jumlah restoran adalah kunjungan wisatawan ke Kota Bogor.
Kebijakan sektor pariwisata dibuktikan dengan dikeluarkannya Peraturan Daerah
Kota Bogor No. 2 Tahun 2004 Tentang Rencana Strategis Pemerintah Kota Bogor
2003-2008. Peraturan ini bertujuan untuk mengembangkan potensi pariwisata, seni
dan budaya dan meningkatkan kualitas serta kuantitas pelayanan kepada wisatawan
secara bertahap guna meningkatkan kunjungan wisatawan ke Kota Bogor. Peraturan
ini efektif meningkatkan kunjungan wisatawan ke Kota Bogor. Hal ini dapat dilihat
di dalam data perkembangan kunjungan wisatawan yang datang ke Kota Bogor
seperti yang terdapat pada Tabel 3 dibawah ini.
Tabel 3. Data Perkembangan Kunjungan Wisatawan Ke Kota Bogor
No
1
2
Jenis Usaha
Obyek
Wisata
Akomodasi
Jenis
Wisatawan
2005
Perkembangan Per Tahun
2006
2007
2008
2009
Nusantara
Manca
Negara
1.360.374
1.267.839
1.370.119
1.163.110
1.524.044
11.211
13.732
18.714
41.377
42.812
Jumlah
1.371.585
1.281.571
1.388.833
1.204.487
1.566.856
Nusantara
Manca
Negara
173.139
539.276
716.807
1.086.374
1.205.628
13.330
36.144
31.443
102.737
104.076
Jumlah
186.469
575.420
748.250
1.189.111
1.309.704
Sumber : Data Pariwisata kota Bogor Tahun 2009. Pemerintah Kota Bogor Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata
Usaha bisnis restoran masih memiliki peluang untuk dikembangkan karena
hal ini didukung dengan wilayah Kota Bogor yang juga memiliki banyak tempat
wisata untuk dikunjungi, sehingga dapat mendatangkan para wisatawan dari luar Kota
Bogor bahkan wisatawan dari mancanegara. Para wisatawan yang datang ke Kota
Bogor tidak hanya dapat menikmati berbagai macam tempat wisata yang ada di Kota
Bogor tetapi juga memiliki pilihan tempat wisata kuliner yang dapat menambah
kenikmatan perjalanan mereka ke Kota Bogor sehingga bisnis restoran masih terbuka
lebar buat dikembangkan di daerah Kota Bogor.
Banyaknya jumlah restoran yang ada di Kota Bogor tersebut akan
menimbulkan persaingan diantara restoran-restoran yang ada. Salah satu restoran
yang ada di Kota Bogor adalah Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung.
Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung merupakan restoran
menyajikan masakan dari daerah Aceh dengan berbagai menu andalannya. Restoran
ini hadir ditengah-tengah persaingan yang ada diantara restoran di Kota Bogor.
Adanya tingkat persaingan tersebut, sehingga membuat Restoran Gampoeng Aceh
Cabang dari Bandung yang baru berdiri untuk menjalankan strategi pemasaran agar
bisa memasuki peluang pasar dengan baik dan dapat bersaing dengan restoran
lainnnya. Strategi pemasaran merupakan alat yang sangat penting dalam mencapai
keunggulan bersaing karena mempunyai peranan untuk keberhasilan suatu usaha
(Porter, 1993).
1.2 Perumusan Masalah
Banyaknya restoran yang bermunculan di kota Bogor merupakan dampak dari
banyaknya permintaan masyarakat akan makanan yang enak, sehat dan bergizi. Hal
ini dipengaruhi oleh informasi, gaya hidup, kesadaran gizi, persepsi akan sesuatu,
pendidikan yang tinggi serta masyarakat yang tidak memiliki banyak waktu untuk
menyiapkan makanan.
Perubahan yang ada di masyarakat itulah yang menyebabkan Restoran
Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung untuk berani berdiri dengan menampilkan
suasana yang baru. Kalau di Bogor kebanyakan masakan daerah dari Jawa Barat atau
masakan Sunda dan masakan dari Padang maka Restoran Gampoeng Aceh Cabang
dari Bandung hadir menyajikan masakan dari daerah Aceh untuk memperkaya pilihan
menu makanan masyarakat di Bogor.
Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung yang ada di Kota Bogor
berdiri pada bulan April 2010 yang menjadi pemiliknya yaitu Bapak Eddy Adhar.
Restoran ini terletak di Jalan Pajajaran No. 2 Bogor.
Salah satu keunggulan yang dimiliki oleh Restoran Gampoeng Aceh Cabang
dari Bandung adalah menawarkan berbagai makanan khas Aceh seperti roti Cane,
Mie Aceh, dan makanan khas Aceh lainnya yang disajikan dengan gaya Prasmanan
yang bisa di lihat langsung oleh konsumen. Dekorasi Restoran Gampoeng Aceh
Cabang dari Bandung menciptakan suasana santai sehingga cocok untuk keluarga dan
bukan keluarga seperti para pekerja dan remaja, dengan gedung tanpa pintu sehingga
seisi ruangan dapat terlihat dengan jelas dan memperoleh suasana yang adem karena
angin dapat dengan bebas keluar masuk. Selain itu, keramah tamahan pelayanan
yang disajikan oleh Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung menambah
kenyamanan para konsumen untuk berkunjung. Akan tetapi, berbagai fasilitas yang
telah diberikan oleh Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung tidak
memberikan dampak yang terlalu besar bagi restoran, banyaknya pengunjung yang
datang tetapi belum memenuhi target yang telah ditetapkan oleh Restoran Gampoeng
Aceh Cabang dari Bandung. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4 dari data realisasi
yang diperoleh restoran dan target jumlah pengunjung yang telah di tetapkan oleh
Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung.
Dari data realisasi yang terdapat pada Tabel 4 bahwa jumlah pengunjung yang
belum mencapai target dapat berpengaruh terhadap pendapatan dari Restoran
Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung. Dalam menghadapi permasalahan tersebut,
maka pihak manajemen restoran harus mengetahui apa yang menyebabkan jumlah
pengunjung Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung ini belum sesuai dengan
target. Setelah diketahui apa yang menjadi penyebab belum tercapainya target, baru
pihak manajemen mencari strategi yang tepat yang akan dipilih agar target tersebut
bisa tercapai dengan baik.
Tabel 4. Jumlah Pengunjung Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung
Target
Jumlah Pengunjung
Rata-rata per Hari
Reguler
(Senin-Jumat)
(meja)
50
Realisasi
Jumlah Pengunjung
Jumlah
Rata-rata per Hari
Pengunjung
Weekend
Rata-rata per Hari
Reguler
(Sabtu-Minggu)
(Senin-Jumat)
(meja)
(meja)
70
35
Sumber: Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung, (2010)
Jumlah
Pengunjung
Rata-rata per Hari
Weekend
(Sabtu-Minggu)
(meja)
50
Keberadaan Restoran Gampoeng Aceh saat ini di daerah Kota Bogor yang
merupakan mayoritas masyarakat bersuku Sunda, sehingga perlu menilai sikap
konsumen terhadap produk yang ditawarkan oleh Restoran Gampoeng Aceh Cabang
dari Bandung
untuk mengetahui keinginan konsumen terhadap produk yang
ditawarkan oleh Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung. Selain itu, jumlah
restoran yang ada di Kota Bogor yang hampir selalu mengalami peningkatan setiap
tahunnya menyebabkan timbulnya persaingan yang harus dihadapi oleh Restoran
Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung.
Untuk itu dalam kasus ini, sebagai restoran yang baru berdiri, tentulah
Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung membutuhkan strategi agar dapat
memenuhi keinginan konsumen serta dapat bersaing dengan jumlah restoran yang
lain yang ada di Kota Bogor.
Salah satu strategi yang dapat dilakukan yaitu strategi pemasaran. Strategi
pemasaran merupakan alat yang sangat penting dalam mencapai keunggulan bersaing
(Porter, 1993), mempunyai peranan penting untuk keberhasilan suatu usaha.
Serangkaian kegiatan itu terdiri dari bauran pemasaran (marketing mix) yang terdiri
dari strategi produk, harga, promosi, distribusi, orang, proses, dan fisik.
Pihak
manajemen sebagai pengambil keputusan mempunyai pengaruh yang sangat besar
dalam menentukan dan menetapkan strategi pemasaran yang paling sesuai bagi
perusahaan. Menurut Kotler dan Keller (2007), tujuan pemasaran adalah memenuhi
dan memuaskan kebutuhan dan keinginan pelanggan sasaran.
Selain strategi
pemasaran dengan menggunakan bauran pemasaran, hal lain yang dapat dilakukan
yaitu melihat persepsi konsumen untuk mengetahui sikap konsumen terhadap atribut
produk yang ditawarkan oleh Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung karena
tujuan pemasaran juga adalah untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhan dan
keinginan pelanggan sasaran.
Untuk itu perumusan masalah dalam penelitian ini adalah mengapa Restoran
Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung seringkali tidak mencapai target
penjualannya, apakah yang harus dilakukan oleh Restoran Gampoeng Aceh Cabang
dari Bandung untuk memperbaiki kinerja penjualan tersebut ?
1.3 Tujuan Penelitian
Dari uraian diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1)
Untuk mengetahui persepsi konsumen terhadap atribut bauran pemasaran
yang sudah dijalankan oleh Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung.
2)
Mengkaji bauran pemasaran yang telah dijalankan oleh Restoran Gampoeng
Aceh Cabang dari Bandung .
3)
Menganalisis kondisi lingkungan yang dihadapi oleh Restoran Gampoeng
Aceh Cabang dari Bandung .
4)
Merumuskan alternatif strategi pemasaran yang dapat dijalankan oleh
Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung .
1.4 Manfaat Penelitian
Dengan dilaksanakannya penelitian ini , manfaat yang akan didapat adalah
bagi pihak manajemen Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung, hasil
penelitian ini diharapkan memberikan masukan dan pertimbangan alternatif terbaik
dalam meningkatkan kinerja perusahaan.
1.5
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini dibatasi hanya mengkaji strategi pemasaran yang
sudah dijalankan oleh Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung,
mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang menjadi kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman pada Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari
Bandung, menganalisis persepsi konsumen dan menyusun alternatif strategi
pemasaran yang dapat diterapkan Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung.
II TINJAUAN PUSTAKA
Pada penelitian ini, strategi pemasaran dirumuskan dengan melakukan analisis
lingkungan internal dan eksternal yang dimiliki perusahaan.
Adapun strategi
pemasaran yang dirumuskan berdasarkan bauran pemasaran (marketing mix) yang
terdiri dari 7P (product, price, place, promotion, people, process dan physic).
2.1. Konsep Strategi Pemasaran
Strategi pemasaran yang dilakukan oleh suatu perusahaan dapat dilakukan
melalui pendekatan dengan konsep STP (segmentation, targeting, positioning) dan
konsep bauran pemasaran (marketing mix) yang terdiri dari 7P yaitu product
(produk), price (harga), place (tempat), promotion (promosi), people (orang),
physic(fisik), dan
process (proses).
Konsep strategi bauran pemasaran 7P juga
dilakukan oleh Nugroho (2009) dalam penelitiannya yang mengkaji tentang Analisis
Prioritas Strategi Bauran Pemasaran pada Restoran Bakmi Raos Condet Jakarta,
Ridwansyah (2009) yang mengkaji tentang Strategi Pemasaran pada rumah Makan
Sate Kiloan Empuk Cibinong, Fitri (2009) yang mengkaji tentang Penilaian
Konsumen terhadap Pelaksanaan Bauran Pemasaran (7P) pada Restoran Bakmi Japos
Bogor.
Untuk merancang strategi pemasaran terbaik, perusahaan harus memutuskan
siapa yang akan dilayaninya. Perusahaan melakukan hal ini dengan membagi pasar
menjadi segmen pelanggan (segmentasi pasar) dan memilih segmen yang akan dituju
(target pemasaran).
Kemudian, perusahaan harus memutuskan bagaimana cara
perusahaan itu melayani pelanggan sasaran (perusahaan melakukan diferensiasi dan
memposisikan dirinya sendiri di pasar).
Selanjutnya, perusahaan kemudian
merancang bauran pemasaran 7P (product, price, place, promotion, people, process
dan physic) yang terintegrasi untuk menghasilkan respons yang diiinginkan dalam
pasar sasaran.
2.2 Lingkungan Perusahaan
Keunggulan yang dicapai suatu perusahaan tergantung bagaimana perusahaan
tersebut menganalisis bisnis mereka. Perusahaan menyadari bahwa lingkungan selalu
mengalami perubahan. Untuk itu, perusahaan harus mampu beradaptasi terhadap
perubahan tersebut. Lingkungan bisnis dapat dibagi menjadi dua lingkungan, yaitu
lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Menurut David (2008) yang termasuk
ke
dalam
faktor-faktor
internal
yaitu
operasi
manajemen,
pemasaran,
keuangan/akuntansi, produksi/operasi, penelitian dan pengembangan serta informasi
manajemen perusahaan hal ini terdapat dalam penelitian Ratnasari (2009). Adapun
menurut Kotler dan Keller (2007) mengidentifikasi lingkungan internal dilakukan
untuk melihat kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan.
Selain faktor internal yang perlu diidentifikasi dalam suatu perusahaan untuk
menunjang strategi pemasaran yaitu dapat dilihat dari faktor eksternal. Faktor-faktor
eksternal terdiri dari lingkungan makro dan lingkungan mikro (Kotler dan Amstrong,
2008), yang termasuk lingkungan makro adalah faktor politik dan hukum, faktor
ekonomi, faktor sosial, budaya dan demografi dan faktor teknologi, sedangkan faktor
mikro dari perusahaan terdiri dari pesaing, pemasok, pembeli (konsumen) dan faktor
kompetitif yang terdiri dari ancaman pendatang baru, tingkat persaingan antar
perusahaan sejenis, ancaman produk pengganti, kekuatan tawar menawar pemasok,
dan kekuatan tawar menawar konsumen. Teori Fred, R David (2008) ini dilakukan
dalam penelitian yang dilakukan oleh Firbani (2006) yang menggunakan lima
kekuatan Porter pada faktor eksternal perusahaan yang ditelitinya yaitu 1) adanya
persaingan diantara perusahaan sejenis, 2) kemungkinan masuknya pesaing baru, 3)
potensi pengembangan produk substitusi, 4) kekuatan tawar-menawar penjual, dan 5)
kekuatan tawar-menawar pembeli, sama halnya dengan penelitian yang dilakukan
oleh Risman (2009) mengkaji tentang strategi pemasaran produk dafa yogurt dan
Ratnasari (2009) mengkaji tentang analisis strategi pemasaran (studi kasus Ali Baba
Restaurant).
Dalam menilai sisi internal perusahaan, faktor yang harus diidentifikasi adalah
faktor-faktor yang akan menjadi kekuatan maupun kelemahan perusahaan. Kekuatan
bagi suatu perusahaan dapat diidentifikasi sebagai faktor yang dimiliki dari dalam
suatu perusahaan yang dapat mendukung dan meningkatkan performa perusahaan itu
sendiri dari sisi produktivitas, kemampuan mencetak laba, serta efisiensi dari kegiatan
produksinya. Kelemahan adalah faktor di dalam perusahaan yang keberadaannya
dapat menghambat dan menurunkan performa perusahaan dalam suatu industri.
Berdasarkan sisi eksternal, peluang dapat diidentifikasi sebagai faktor-faktor yang
berasal dari luar perusahaan dan dapat memberikan prospek yang positif bagi
kegiatan suatu perusahaan.
2.3 Persepsi Konsumen
Persepsi konsumen adalah proses dimana seseorang mengorganisir dan
mengartikan kesan dari panca indera dengan tujuan untuk memberi arti dalam
lingkungan mereka (Robbins, 1998). Dalam manajemen pemasaran, persepsi adalah
proses seseorang dalam melihat, mengorganisasikan, dan mengintrepretasikan
informasi untuk mendapatkan gambaran yang berarti mengenai stimulus berupa
bentuk fisik produk, kemasan, harga, pelayanan, kemudahan memperolehnya, serta
berbagai bauran pemasaran lainnya. Persepsi yang sudah mengendap dan melekat
didalam pikiran akan menjadi preferensi.
Persepsi konsumen dilakukan dalam penelitian Firbani (2006) yang bertujuan
untuk menganalisis persepsi konsumen terhadap bauran pemasaran (marketing mix)
yang telah diterapkan oleh Restoran Ayam Bakar Wong Solo Bogor. Adapun hasil
penelitiannya yaitu berdasarkan analisis persepsi konsumen terhadap bauran
pemasaran (marketing mix) yang telah diterapkan oleh Restoran Ayam Bakar Wong
Solo Bogor, maka yang harus mendapat perhatian utama dari manajemen restoran
untuk ditingkatkan adalah kegiatan promosi yang efektif, variasi produk,
kemenarikan penyajian makanan, kecepatan penyajian makanan, menu paket hemat,
dan citra pemilik di mata konsumen.
Persepsi konsumen ini juga dilakukan dalam penelitian Setiawati (2007) yang
bertujuan untuk menganalisis persepsi konsumen terhadap atribut bauran pemasaran
RM Ayam Bakar Sogo Sari Rasa, adapun hasil analisisnya yaitu yang harus
mendapat perhatian utama dari manajemen rumah makan untuk ditingkatkan adalah
kegiatan promosi yang efektif, variasi menu, kebersihan rumah makan, keramahan
dan kesopanan pramusaji, dekorasi ruangan, dan penyediaan sarana bukti fisik seperti
tempat makan dalam bentuk lesehan dan musik. Hal ini karena tingkat persepsi
sebagian responden terhadap atribut bauran pemasaran tersebut belum baik.
Sedangkan atribut pemasaran yang mendapatkan tingkat persepsi yang baik antara
lain atribut citarasa menu, keterjangkauan harga, lokasi rumah makan, penampilan
pramusaji, kecepatan penyajian produk, kecepatan transaksi, tempat parkir, fasilitas
toilet dan musholla.
Berdasarkan penelitian terdahulu mempelajari persepsi konsumen akan sangat
berguna bagi suatu perusahaan dalam merumuskan strategi pemasaran yang cocok
dengan karakteristik kosumennya. Tujuannya adalah memperoleh kepuasan
pelanggan, dapat mengidentifikasi apa kebutuhan dan keinginan konsumen dan
pelanggan tersebut sehingga pemasar mampu menyusun dan mengimplementasikan
strategi pemasaran yang tepat untuk karakteristik konsumen yang menjadi target
pasar.
2.4 Alat Analisis
Setelah faktor-faktor internal dan eksternal tersebut diidentifikasi maka
digunakan Matriks SWOT untuk mengolah data-data tersebut secara deskriptif dan
kuantitatif sebagai dasar dalam penyusunan alternatif strategi yang dapat dilakukan
oleh perusahaan.
Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk
merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan (Strength) dan peluang (Opputunities), namun secara
bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan Ancaman (Threats).
Analisis SWOT ini dilakukan dalam penelitian oleh Maryadi (2007) mengkaji
tentang analisis strategi pemasaran restoran California Fried Chiken, yang mana hasil
analisis SWOTnya yaitu 1) menjaga dan mempertahankan pelanggan yang sudah ada,
2) melakukan penetrasi pasar dengan meningkatkan promosi melalui media masa,
radio, internet serta memasang billboard, 3) sosialisasi mengenai keamanan
mengkonsumsi ayam kepada masyarakat, 4) mendaftarkan diri menjadi anggota
Perhimpunan Hotel Restoran Indonesia (PHRI) dan Asosiasi Frenchisee Indonesia
(AFI).
Analisis SWOT ini juga dilakukan oleh Risman (2009) adapun hasil
analisisnya adalah 1) mempertahankan kualitas produk untuk menarik pelanggan, 2)
menjalankan kerjasama dengan investor untuk perolehan modal, 3) menambah
jaringan distribusi melalui kerjasama dengan agen-agen baru, 4) melakukan riset
pemasaran, 5) mempertahankan harga jual produk yang murah, dan 6) melakukan
promosi produk yang lebih gencar dan efektif.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya, menunjukkan
bahwa dalam merencanakan strategi pemasaran perlu diketahui faktor-faktor apa saja
yang perlu dipertimbangkan perusahaan dalam menyusun strategi pemasaran. Hal ini
sangat penting untuk melihat sejauh mana faktor-faktor tersebut berperan dalam
penyusunan strategi pemasaran.
Pada penelitian ini metode yang dilakukan yaitu dengan menggunakan
analisis bauran pemasaran (marketing mix), tahap pencocokan dengan menggunakan
matriks SWOT.
III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
Pada penelitian ini, strategi pemasaran dirumuskan dengan melakukan analisis
lingkungan internal dan eksternal yang dihadapi perusahaan.
Adapun strategi
pemasaran yang dirumuskan adalah berdasarkan unsur strategi pemasaran berupa
segmentasi pasar, penetapan target pasar serta posisi pasar dan menggunakan konsep
bauran pemasaran (marketing mix) yang terdiri dari 7P (Product, Price, Place,
Promotion, People, Process dan Phisic).
3.1.1
Strategi Pemasaran
Strategi adalah suatu rencana sasaran yang ingin dicapai oleh suatu unit bisnis
untuk mencapai tujuan yang diinginkan (Kotler dan Keller, 2007).
Perumusan
strategi pemasaran adalah pengembangan rencana jangka panjang untuk manajemen
efektif dari peluang dan ancaman lingkungan, dilihat dari kekuatan dan kelemahan
perusahaan (David, 2008).
Menurut Porter (1993), strategi merupakan serangkaian kegiatan yang
ditujukan untuk menciptakan posisi yang unik dan bernilai dimata konsumen. Strategi
pemasaran merupakan alat yang penting dalam mencapai keunggulan bersaing.
Serangkaian kegiatan itu terdiri dari bauran pemasaran (marketing mix) yang terdiri
dari strategi produk, strategi harga, strategi tempat/distribusi, dan strategi promosi.
Pihak manajemen sebagai pengambil keputusan mempunyai pengaruh yang sangat
besar dalam menentukan dan menetapkan strategi pemasaran yang paling sesuai bagi
perusahaan.
Pemasaran adalah suatu system keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis
yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan
mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan, baik kepada pembeli
yang ada maupun pembeli potensial, (William J, Stanton, 1978 dalam Firdaus, 2009).
Menurut Kotler dan Keller (2007)
pemasaran adalah suatu proses sosial yang
didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan
inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan
produk yang bernilai dengan pihak lain. American Marketing Association dalam
Kotler dan Keller (2007) pemasaran adalah suatu fungsi organisasi dan seperangkat
proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan menyerahkan nilai kepada
pelanggan dan mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan
organisasi dan para pemilik sahamnya.
Strategi pemasaran merupakan implementasi dari strategi perusahaan
(corporate strategy).
Strategi pemasaran adalah strategi yang disatukan, luas,
terintegrasi, dan komprehensif yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan dari
perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan pemasaran yang tepat oleh organisasi.
Perumusan strategi pemasaran didasarkan pada analisis yang menyeluruh terhadap
pengaruh faktor-faktor lingkungan eksternal dan lingkungan internal.
Kotler dan Amstrong (2008) mengemukakan bahwa strategi pemasaran
(marketing strategy) adalah logika pemasaran dimana perusahaan berharap untuk
menciptakan nilai pelanggan dan mencapai hubungan yang menguntungkan.
Perusahaan mampu memutuskan pelanggan mana yang akan dilayaninya (segmentasi
dan penetapan target) dan bagaimana cara perusahaan melayaninya ( positioning).
Kemudian, perusahaan merancang bauran pemasaran yang terdiri dari 7P yaitu
Product, Price, Place, Promotion, People, Process dan Phisic.
3.1.2
Analisis Lingkungan Perusahaan
Lingkungan merupakan faktor-faktor di dalam dan di luar perusahaan yang
dapat mempengaruhi kegiatan dan performa suatu perusahaan. Lingkungan bersifat
dinamis atau selalu berubah, sehingga penyesuaian terhadap strategi pemasaran
dalam menghadapi perubahan lingkungan tersebut perlu dilakukan dan mendapat
perhatian dari pihak perusahaan. Perusahaan yang berhasil akan memandang bisnis
mereka dari luar ke dalam. Mereka menyadari bahwa lingkungan perusahaan selalu
menimbulkan peluang serta ancaman baru dan mereka memahami pentingnya
memantau dan beradaptasi dengan lingkungan yang terus berubah (Kotler dan Keller,
2007).
Analisis lingkungan perusahaan sangat penting dilakukan karena memberikan
kesempatan kepada para perencana strategi untuk melakukan tanggapan pilihan
terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi perusahaan. Analisis ini juga bertujuan
agar manajemen perusahaan memiliki kemampuan untuk dapat meramalkan
perubahan yang mungkin terjadi, sehingga dapat mengantisipasi perubahan tersebut.
Lingkungan perusahaan terbagi menjadi dua, yaitu lingkungan internal yang terdiri
dari variabel kekuatan dan kelemahan yang
berada dalam kontrol manajemen
perusahaan, serta lingkungan eksternal yang meliputi variabel peluang dan ancaman
yang berada di luar kontrol manajemen perusahaan.
Menurut Gluek (1992 ) dalam Firbani (2006), analisis lingkungan diperlukan
untuk:
1)
Menentukan faktor-faktor apa saja yang terdapat dalam lingkungan yang akan
menjadi kendala terhadap pelaksanaan strategi dan tujuan perusahaan
sekarang.
2)
Menentukan faktor-faktor apa saja dalam lingkungan yang akan memberikan
peluang untuk pelaksanaan tujuan yang lebih besar dengan cara menyesuaikan
dengan strategi perusahaan. Analisis lingkungan diperlukan untuk mengenali
risiko yang berhubungan dengan usaha perusahaan untuk memanfaatkan
keuntungan dari peluang-peluang yang terdapat dalam lingkungan.
1.
Lingkungan Internal
Analisis lingkungan internal dilakukan untuk mengamati kekuatan dan
kelemahan yang dimiliki perusahaan. Adapun lingkungan internal pada penelitian ini
menggunakan pendekatan fungsional. Pada pendekatan fungsional pengkategorian
analisis internal sering diarahkan pada pasar dan pemasaran.
Faktor-faktor yang diperhatikan dalam aspek pasar dan pemasaran adalah
menggunakan unsur pemasaran STP (segmentation, targeting dan positioning) dan
bauran pemasaran 7P (product, price, place, promotion, people, phisic, dan process).
Di dalam pemasaran, penentuan pasar dalam rangka penawaran produk adalah
penting. Konsepnya sering disebut dengan STP (Segmentation, Targetting,
Positioning), adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:
1) Segmentasi Pasar (Segmentation)
Pasar terdiri dari banyak tipe pelanggan, produk, dan kebutuhan. Untuk itu,
manajemen harus menentukan segmen mana yang menawarkan peluang terbaik.
Konsumen dapat dikelompokkan dan dilayani dalam berbagai cara berdasarkan faktor
geografis, demografis, psikografis, dan perilaku. Proses pembagian pasar menjadi
kelompok pembeli berbeda yang mempunyai kebutuhan, karakteristik, atau perilaku
berbeda, yang mungkin memerlukan produk atau program pemasaran terpisah disebut
segmentasi pasar (Kotler dan Amstrong, 2008).
Menurut Umar (2000), agar segmentasi dapat berguna, harus diperhatikan
beberapa karakteristik berikut:

Dapat diukur, maksudnya besar pasar dan daya beli di segmen ini
dapat diukur walaupun ada beberapa komponen variabel yang sulit
diukur.

Dapat dijangkau, maksudnya sejauh mana segmen ini dapat secara
efektif dicapai dan dilayani, walau bisa saja ada kelompok yang sulit
dijangkau.

Besar segmen yang diharapkan, maksudnya berapa besar segmen harus
dijangkau agar dapat menguntungkan.

Dapat dilaksanakan, maksudnya sejauh mana program yang efektif itu
dapat dilaksanakan untuk mengelola segmen ini.
2) Menetapkan Target Pasar (Targeting)
Setelah perusahaan mendefinisikan segmen pasar, perusahaan dapat
memasuki satu atau beberapa segmen tersebut. Menetapkan target pasar (market
targeting) melibatkan evaluasi setiap daya tarik segmen pasar dan memilih satu atau
lebih segmen yang akan dimasuki. Perusahaan harus menargetkan daya tarik segmen
di
mana
perusahaan
dapat
menghasilkan
nilai
pelanggan
terbesar
dan
mempertahankannya sepanjang waktu. Perusahaan dapat mengevaluasinya dengan
menelaah tiga faktor, yaitu ukuran dan pertumbuhan segmen, kemenarikan struktural
segmen serta sasaran dan sumber daya yang dimiliki perusahaan (Umar, 2000).

Ukuran dan Pertumbuhan Segmen, perusahaan harus mengumpulkan
dan menganalisis data tentang penjualan terakhir, proyeksi laju
pertumbuhan penjualan dan margin laba yang diharapkan untuk
berbagai segmen, lalu pilih segmen yang diharapkan paling sesuai.

Kemenarikan Struktural Segmen, suatu segmen mungkin mempunyai
ukuran dan pertumbuhan yang sesuai dengan yang diharapkan, akan
tetapi belum tentu menarik dari sisi profitabilitasnya, jadi perusahaan
tetap harus mempelajari faktor-faktor struktural yang utama yang
mempengaruhi daya tarik segmen dalam jangka panjang.

Sasaran dan Sumber daya, perusahaan harus mempertimbangkan
sasaran dan sumber dayanya dalam kaitan dengan segmen pasar.
Walau ada segmen yang bagus, akan tetapi dapat ditolak jika tidak
prospektif dalam jangka panjang. Selanjutnya, walau segmen itu bagus
dan prospektif dalam jangka panjang, tetap harus dipertimbangkan
kemampuan perusahaan dalam menyediakan sumber dayanya,
misalnya keterampilan tenaga pelaksananya untuk masuk ke pasar itu
bahkan keterampilan yang lebih baik dari pesaingnya.
3) Menentukan Posisi Pasar (Positioning)
Setelah perusahaan memutuskan segmen pasar mana yang dimasuki,
perusahaan harus memutuskan bagaimana mendiferensiasikan penawaran pasarnya
untuk setiap segmen sasaran dan posisi apa yang ingin ditempatinya dalam segmen
tersebut.
Posisi produk adalah tempat yang diduduki produk relatif terhadap
pesaingnya dalam pikiran konsumen. Pemasar ingin mengembangkan posisi pasar
unik bagi produk mereka. Jika sebuah produk dianggap sama persis dengan produk
lainnya di pasar, konsumen tidak mempunyai alasan untuk membelinya.
Positioning adalah pengaturan suatu produk untuk menduduki tempat yang
jelas, berbeda, dan diinginkan, relatif terhadap produk pesaing dalam pikiran
konsumen sasaran (Kotler dan Amstrong, 2008).
Menurut Umar (2000), untuk menentukan posisi pasar, terdapat tiga langkah
yaitu sebagai berikut:
1)
Mengidentifikasi Keunggulan Kompetitif. Jika perusahaan dapat menentukan
posisinya sendiri sebagai yang memberikan nilai superior kepada sasaran
terpilih, maka ia memperoleh keunggulan komparatif, misalnya dengan
menawarkan suatu produk yang bermutu, maka ia harus menyerahkan produk
yang bemutu pula.
Jadi posisi berawal dengan mengadakan pembedaan
(diferensiasi) atas tawaran pemasaran perusahaan sehingga ia akan
memberikan nilai lebih besar dari pada tawaran pesaing. Sebuah perusahaan
dapat mendiferensiasikan tawarannya sehingga berbeda dari tawaran pesaing,
misalnya dibedakan menurut produk, layanan, personel, dan citra (image).
2)
Memilih Keunggulan Kompetitif.
Jika perusahaan telah menemukan
beberapa keunggulan kompetitif yang potensial, selanjutnya harus memilih
satu keunggulan kompetitif sebagai dasar bagi kebijaksanaan penentuan
posisinya.
Ia harus menetapkan berapa banyak perbedaan yang dimiliki
kemudian perbedaan keunggulan mana yang harus dipromosikan.
3)
Mewujudkan dan Mengkomunikasikan Posisi.
Setelah penentuan posisi
dipilih, perusahaan harus mengambil langkah-langkah untuk mewujudkan dan
mengkomunikasikan posisi yang diinginkan itu kepada konsumen sasaran.
Jika perusahaan memutuskan untuk membangun posisi atas dasar mutu dan
layanan yang lebih baik, maka ia harus mewujudkan posisi itu. Posisi itu
dapat terus berkembang secara berangsur-angsur disesuaikan dengan
lingkungan pemasaran yang selalu berubah.
Menurut Kotler dan Keller (2007) bauran pemasaran adalah perangkat alat
pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mengejar tujuan pemasarannya.
Strategi pemasaran pada jasa terkenal dengan Manajemen Jasa Terpadu yaitu
perencanaan dan pelaksanaan terkoordinasi kegiatan-kegiatan Pemasaran, Operasi,
Sumber Daya Manusia (SDM) dan yang penting bagi keberhasilan perusahaan jasa,
lebih dikenal dengan komponen 7P yang terdiri dari:
1)
Product
Produk adalah sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan
perhatian, untuk dibeli, digunakan atau dikonsumsi yang dapat memenuhi suatu
keinginan atau kebutuhan. Menurut Zeithaml, et. al dalam Umar (2000) produk
berupa jasa memiliki lima dimensi dalam menentukan kualitas jasa, yaitu:

Reliability, yaitu kemampuan untuk memberikan pelayanan yang
sesuai dengan janji yang ditawarkan.

Responsiveness, yaitu respon atau kesigapan karyawan dalam
membantu pelanggan dan memberikan pelayanan yang cepat dan
tanggap, yang meliputi: kesigapan karyawan dalam melayani
pelanggan, kecepatan karyawan dalam menangani transaksi, dan
penanganan keluhan pelanggan/pasien.

Assurance, meliputi kemampuan karyawan atas: pengetahuan terhadap
produk secara tepat, kualitas keramahtamahan, perhatian dan
kesopanan dalam memberikan pelayanan, keterampilan dalam
memberikan informasi, kemampuan dalam memberikan keamanan di
dalam memanfaatkan jasa yang ditawarkan, dan kemampuan dalam
menanamkan kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan.

Emphaty, yaitu perhatian secara individual yang diberikan perusahaan
kepada pelanggan seperti kemudahan untuk menghubungi perusahaan,
kemampuan karyawan untuk berkomunikasi dengan pelanggan, dan
perusahaan untuk memahami keinginan dan kebutuhan pelanggannya.

Tangibles, meliputi penampilan fasilitas fisik seperti gedung dan
ruangan front office, tersedianya tempat parkir, kebersihan, kerapihan
dan kenyamanan ruangan, kelengkapan peralatan komunikasi dan
penampilan karyawan.
Kotler dan Keller (2007) berpendapat bahwa strategi produk suatu perusahaan
dapat dijabarkan lebih lanjut melalui bauran produk. Produk merupakan alat bauran
pemasaran yang paling mendasar, tanpa ada produk yang dipasarkan maka tidak akan
ada harga, promosi, dan tempat. Untuk itu, produk harus memiliki daya saing yang
tinggi dibandingkan produk jasa lainnya. Elemen penting yang diperhatikan dalam
bauran produk ini yaitu keragaman produk, kualitas, desain, ciri, nama merek,
kemasan, ukuran, pelayanan, imbalan, serta garansi.
2)
Price
Price (harga) adalah sejumlah nilai yang ditukarkan konsumen dengan
manfaat dari memiliki atau menggunakan produk atau jasa yang nilainya ditetapkan
oleh pembeli dan penjual melalui tawar-menawar, atau ditetapkan oleh penjual untuk
satu harga yang sama terhadap setiap pembeli (Umar, 2000).
Harga merupakan satu-satunya elemen bauran pemasaran yang menghasilkan
pendapatan, sedangkan elemen lainnya justru menimbulkan biaya.
Harga juga
merupakan salah satu elemen bauran pemasaran yang paling fleksibel, karena harga
dapat diubah dengan cepat. Menurut Kotler dan Keller (2007) elemen penting yang
perlu diperhatikan dalam bauran harga adalah daftar harga, rabat/diskon, potongan
harga khusus, periode pembayaran, dan syarat kredit.
Bagi konsumen, harga
mempengaruhi dalam keputusan barang apa yang akan dibeli dan seberapa banyak
barang tersebut akan dibeli.
Manajemen harus berhati-hati dalam memutuskan penentuan harga yang akan
dijual di pasar. Penentuan harga yang tidak tepat akan merugikan bagi perusahaan,
karena harga yang ditentukan harus mampu menutupi semua biaya yang dikeluarkan
oleh perusahaan atau bahkan melebihi agar keuntungan/laba yang diperoleh menjadi
semakin besar. Namun, penetapan harga yang terlalu tinggi juga akan menyebabkan
produk menjadi kurang kompetitif dari pada pesaingnya di pasar, pada akhirnya
kondisi tersebut akan merugikan perusahaan. Penetapan harga yang lebih tinggi dari
para pesaing dapat dilakukan apabila produk memiliki diferensiasi yang kuat dan nilai
yang unik dibandingkan para pesaingnya.
Menurut Reich (1997) dalam Firbani (2006) menyatakan bahwa ada beberapa
metode penentuan harga dalam usaha restoran, yaitu:

Ala Carte, yaitu penentuan harga yang berbeda bagi setiap jenis
makanan yang tersedia

Prix Fixe, yaitu pengenaan satu harga tertentu terhadap beberapa
pilihan paket makanan yang jumlah dan jenisnya telah ditentukan oleh
pihak restoran.

Table d’hote, biasanya jenis penentuan harga ini dapat ditemui pada
restoran eksklusif yang pangsa pasarnya untuk kalangan ke atas,
karena harga tertentu yang mahal untuk satu meja hidangan dengan
pilihan makanan yang telah disusun oleh pihak restoran.
3)
Place (Tempat/Distribusi)
Tjiptono (1997) mengartikan distribusi sebagai kegiatan pemasaran yang
berusaha memperlancar dan mempermudah penyampaian barang dan jasa dari
produsen kepada konsumen, sehingga penggunaannya sesuai dengan yang diperlukan
(jenis, jumlah, harga, tempat, dan saat dibutuhkan).
Dengan kata lain, proses
distribusi merupakan aktivitas pemasaran yang mampu:

Menciptakan nilai tambah produk melalui fungsi-fungsi pemasaran
yang dapat merealisasikan kegunaan atau utilitas bentuk, tempat,
waktu dan kepemilikan.

Memperlancar arus saluran pemasaran (marketing channel flow) secara
fisik dan non fisik. Arus pemasaran adalah aliran kegiatan yang terjadi
diantara lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat di dalam proses
pemasaran. Arus pemasaran tersebut meliputi arus barang fisik, arus
kepemilikan, arus informasi, arus promosi, arus negosiasi, arus
pembayaran, arus pendanaan, arus penanggungan risiko, dan arus
pemesanan (Tjiptono, 1997)
Tempat atau distribusi berarti kegiatan perusahaan yang membuat produk
tersedia bagi konsumen sasaran (Kotler dan Amstrong, 1997). Agar produk tersedia
bagi konsumen, maka perusahaan membuat suatu keputusan mengenai saluran
pemasaran yang akan digunakan. Saluran pemasaran adalah sekumpulan organisasi
independen yang mempermudah perpindahan kepemilikan dari produsen ke
konsumen (Lamb et al., 1994 dalam Firbani 2006). Saluran pemasaran dapat
dibandingkan sebagai suatu pipa yang mengalirkan air sumber ke tujuan akhir.
Saluran pemasaran memungkinkan aliran barang dari produsen ke konsumen melalui
perantara ke konsumen (Berkowitz et al.,1992 dalam Firbani 2006)
4)
Promotion (Promosi)
Promosi adalah kegiatan mengkomunikasikan jasa dan produk yang
menganjurkan pelanggan sasaran membelinya (Kotler dan Amstrong, 1997).
Sedangkan menurut Tjiptono (1997), promosi adalah suatu bentuk komunikai
pemasaran.
Maksud dari komunikasi pemasaran itu sendiri adalah aktifitas
pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi atau membujuk,
dan mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia
menerima, membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang
bersangkutan.
Bagi industri restoran yang iklim persaingannya ketat, metode promosi yang
harus dilakukan sebuah restoran adalah promosi yang bersifat kontinyu atau terusmenerus dengan tujuan agar restoran mereka menjadi top of mind dalam benak
konsumen dan metode promosi ini juga untuk meyakinkan konsumen bahwa restoran
tersebut menawarkan kualitas yang terbaik (Reich, 1997 dalam Firbani 2006).
Salah satu bentuk promosi yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan
iklan. Iklan merupakan media untuk memaksimalkan pesan yang ingin disampaikan.
Iklan yang baik adalah iklan yang mampu menyampaikan positioning yang tepat di
benak konsumen (Kertajaya, 2005). Begitu pula bagi restoran, iklan sangat penting
dalam membangun imej dan citra merek di mata konsumen sasaran.
Restoran
Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung sebagai restoran yang menghadapi persaingan
dengan restoran lainnya, harus mampu mengkomunikasikan mereknya di benak
konsumen dengan promosi yang baik.
Kotler dan Keller (2007) mendefinisikan bauran promosi ke dalam lima
elemen, yaitu:
1)
Personal Selling
Personal Selling adalah komunikasi langsung (tatap muka) antara penjual dan
calon pelanggan untuk memperkenalkan suatu produk sehingga mereka kemudian
akan mencoba dan membelinya.
2)
Mass Selling
Mass Selling terdiri dari periklanan dan publisitas. Mass selling merupakan
pendekatan yang menggunakan media komunikasi untuk menyampaikan informasi
kepada khalayak ramai dalam satu waktu. Metode ini tidak sefleksibel personal
selling, namun merupakan alternatif yang lebih murah untuk menyampaikan
informasi ke khalayak (pasar sasaran) yang jumlahnya sangat banyak dan tersebar
luas.
3)
Promosi Penjualan
Promosi penjualan adalah berbentuk persuasi langsung melalui penggunaan
berbagai insentif yang dapat diatur untuk merangsang pembelian produk dengan
segera dan meningkatkan jumlah barang yang dibeli pelanggan. Melalui promosi
penjualan, perusahaan dapat menarik pelanggan baru, mempengaruhi pelanggannya
untuk mencoba produk baru, mendorong pelanggan membeli lebih banyak,
menyerang aktivitas promosi pesaing, meningkatkan impulse buying (pembelian
tanpa rencana sebelumnya), atau mengupayakan kerjasama yang lebih erat dengan
pengecer. Promosi penjualan yang dilakukan oleh penjual dapat dikelompokkan
sebagai berikut:

Customer promotion, yaitu promosi penjualan yang bertujuan untuk
merangsang pelanggan untuk membeli.

Trade promotion yaitu promosi penjualan yang bertujuan untuk
merangsang pedagang grosir, pengecer, eksportir, dan importir untuk
memperdagangkan barang atau jasa dari sponsor.

Sales-force promotion, yaitu promosi penjualan yang bertujuan untuk
memotivasi armada penjualan.

Business promotion, yaitu promosi penjualan yang bertujuan untuk
memperoleh pelanggan baru, mempertahankan kontak hubungan
dengan pelanggan, memperkenalkan produk baru, menjual lebih
banyak kepada pelanggan lama dan membidik pelanggan baru.
4)
Public relation
Public relation merupakan upaya menyeluruh dari suatu perusahaan untuk
mempengaruhi persepsi, opini, keyakinan, dan sikap berbagai kelompok terhadap
perusahaan tersebut.
Kelompok-kelompok tersebut adalah mereka yang terlibat,
mempunyai kepentingan dan dapat mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam
mencapai tujuannya, misalnya karyawan dan keluarganya, pemegang saham,
pelanggan, masyarakat di sekitar lingkungan organisasi, pemasok, perantara,
pemerintah, serta media massa.
Di dalam sebuah departemen public relation
biasanya dibentuk seksi khusus yang disebut Marketing Public Relations yang
bertujuan agar departemen pemasaran dan departemen public relation dapat berjalan
bersama.
5)
Direct Marketing
Direct Marketing adalah sistem pemasaran yang bersifat interaktif, yang
memanfaatkan satu atau beberapa media iklan untuk menimbulkan respon yang
terukur dan transaksi di sembarang lokasi. Dalam direct marketing, komunikasi
promosi ditujukan langsung kepada konsumen individual, baik melalui telepon, pos
atau dengan mendatangi langsung ke tempat pemasar. Melaui direct marketing,
konsumen memperoleh manfaat berupa penghematan waktu dalam berbelanja, serta
dapat berbelanja secara rahasia karena konsumen langsung membeli di produsen
tanpa diketahui pesaingnya.
5)
Process
Metode pengoperasian atau serangkaian tindakan tertentu, yang umumnya
berupa langkah-langkah yang diperlukan dalam suatu urutan yang telah ditetapkan.
Proses yang didesainnya buruk akan mengganggu pelanggan karena keterlambatan,
birokrasi dan penyampaian jasa yang efektif.
6)
People
Orang diartikan sebagai karyawan dan kadang-kadang pelanggan lain yang
terlibat dalam proses produksi. Banyak jasa bergantung pada interaksi langsung dan
pribadi antara pelanggan dan karyawan perusahaan. Pelanggan sering menilai kualitas
jasa yang mereka terima berdasarkan penilaian terhadap orang-orang yang
menyediakan jasa tersebut.
7)
Physic
Bukti fisik adalah petunjuk visual atau berwujud lainnya yang memberi bukti
atas kualitas jasa.
Beberapa contoh dari bukti fisik antara lain gedung, tanah,
kendaraan, perabotan interior, perlengkapan, angggota staf, tanda-tanda, barang
cetakan dan petunjuk yang terlihat lainnya.
2.
Lingkungan Eksternal
Tujuan audit eksternal (external audit) adalah untuk mengembangkan daftar
yang terbatas tentang peluang yang dapat memberi manfaat dan ancaman yang harus
dihindari. Proses menjalankan audit eksternal harus melibatkan sebanyak mungkin
manajer dan karyawan, keterlibatan mereka dalam proses manajemen strategi akan
menghasilkan pemahaman dan komitmen dari anggota organisasi. Perusahaan harus
mendapatkan informasi tentang pesaing dan informasi tentang tren ekonomi, sosial
budaya, demografi, lingkungan, politik, pemerintah, hukum dan teknologi. Adapun
yang termasuk ke dalam lingkungan eksternal yaitu:
1) Lingkungan Makro
Lingkungan Makro merupakan kekuatan-kekuatan yang mempengaruhi
perusahaan secara tidak langsung dan pada umumnya memiliki cakupan yang luas.
Akan tetapi, perubahan-perubahan yang terjadi di dalamnya sangat menentukan
keputusan pemasaran. Lingkungan Makro terdiri dari:
a.
Kekuatan Ekonomi
Kondisi ekonomi suatu daerah atau Negara dapat mempengaruhi iklim
berbisnis suatu perusahaan. Semakin buruk kondisi ekonomi semakin buruk pula
iklim bisnis. Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam menganalisis ekonomi
adalah siklus bisnis, inflasi, suku bunga, investasi, harga, produktivitas dan tenaga
kerja.
Aspek perekonomian memiliki pengaruh penting pada aktivitas pemasaran.
Dalam lingkungan ekonomi selain orang, pasar mensyaratkan adanya daya beli.
Daya beli tersebut bergantung pada pendapatan, harga, tabungan, utang dan
ketersediaan kredit saat ini.
Sebagai contoh, jika seorang pelanggan memiliki
pendapatan yang rendah, maka sudah dapat dipastikan hanya akan membeli produk
sesuai dengan pendapatannya. Oleh karena itu, seorang pemasar perlu menyiasati
berbagai peluang pemasaran, bahkan pada saat perekonomian sedang mengalami
penurunan.
b.
Kekuatan Sosial, Budaya, Demografi dan Lingkungan
Perubahan sosial, budaya, demografi, dan lingkungan memiliki pengaruh
besar terhadap hampir semua produk, jasa, pasar, dan pelanggan.
Hendaknya
perubahan sosial yang mempengaruhi perusahaan dapat diantisipasi oleh perusahaan.
c.
Kekuatan Politik, Pemerintah, dan Hukum
Untuk perusahaan dan industri baru yang bergantung pada kontrak pemerintah
atau subsidi, ramalan politik dapat menjadi bagian yang paling penting dalam audit
eksternal. Meningkatnya keterkaitan global antara ekonomi pasar, pemerintah, dan
organisasi mengharuskan perusahaan untuk memikirkan pengaruh variable politik
terhadap formulasi dan implementasi strategi yang kompetitif.
d.
Kekuatan Teknologi
Perubahan teknologi yang revolusioner dan penemuan memiliki pengaruh
yang dramatis terhadap organisasi. Dewasa ini perkembangan teknologi mengalami
kemajuan yang pesat, baik dibidang bisnis maupun di bidang yang mendukung
kegiatan bisnis.
2)
Lingkungan Mikro
Terdiri dari komponen-komponen yang relatif lebih memberikan pengaruh
secara langsung pada perusahaan, terdiri dari:
a)
Konsumen
Menunjukkan karakteristik dan perilaku dari mereka yang membeli barang
atau jasa. Atau dapat didefinisikan sebagai tindakan yang langsung terlibat untuk
mendapatkan, mengkonsumsi, serta menghabiskan barang dan jasa, termasuk proses
keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan ini (Engel et al. 1994). Ada lima
tahapan dalam pengambilan keputusan pembelian konsumen, antara lain : adanya
pengenalan kebutuhan, melakukan pencarian informasi mengenai produk yang
dibutuhkan atau diinginkan, mencari evaluasi alternatif, melakukan pembelian dan
yang terakhir adalah mengetahui hasilnya atau mendapatkan kepuasan dari produk
yang dibeli.
b)
Pesaing
Pesaing adalah perusahaan-perusahaan yang dapat memuaskan kebutuhan
pelanggan yang sama. Maka dari itu, perusahaan harus dapat mengembangkan
produknya, mencari terus apa yang dapat ditawarkan, membuat cara-cara baru dalam
melayani pelanggan, menemukan pasar-pasar baru.
3) Lingkungan Industri (Kompetitif)
Mengumpulkan dan mengevaluasi informasi tentang pesaing merupakan hal
yang penting untuk keberhasilan formulasi strategi. Identifikasi pesaing utama tidak
selalu mudah karena banyak perusahaan memiliki divisi yang berkompetisi dalam
industri yang berbeda.
Menurut Porter dalam David (2008), hakikat persaingan suatu industri dapat
dilihat sebagai kombinasi atas lima kekuatan yaitu persaingan antar perusahaan
sejenis, kemungkinan masuknya pendatang baru, potensi pengembangan produk
substitusi, kekuatan tawar menawar penjual/pemasok dan kekuatan tawar-menawar
pembeli/konsumen.
Potensi pengembangan produk substitusi
Kekuatan tawarmenawar
penjual/pemasok
Persaingan
antarperusahaan
sejenis
Kekuatan tawarmenawar
pembeli/konsumen
Kemungkinan masuknya pesaing baru
Gambar 1. Model Kekuatan Porter (David, 2008)
a.
Persaingan di Antara Perusahaan Sejenis
Persaingan antar perusahaan sejenis biasanya merupakan kekuatan terbesar
dalam lima kekuatan kompetitif. Strategi yang dijalankan oleh suatu perusahaan
dapat berhasil hanya jika mereka memberikan keunggulan kompetitif dibanding
strategi yang dijalankan perusahaan pesaing.
Intensitas persaingan diantara perusahaan sejenis yang bersaing cenderung
meningkat karena jumlah pesaing semakin bertambah, karena pesaing semakin
seragam dalam hal ukuran dan kemampuan, karena permintaan untuk produk industri
menurun dan karena pemotongan harga menjadi semakin umum.
b.
Kemungkinan Masuknya Pesaing Baru
Ketika perusahaan baru dapat dengan mudah masuk ke dalam industri
tertentu, intensitas persaingan antar perusahaan meningkat. Tetapi, hambatan untuk
masuk, dapat mencakup kebutuhan untuk mencapai skala ekonomi dengan cepat,
kebutuhan untuk mendapatkan teknologi dan pengetahuan khusus, kurangnya
pengalaman, tingginya kesetiaan pelanggan, kuatnya preferensi merek, besarnya
kebutuhan akan modal, kurangnya jalur distribusi yang memadai, peraturan
pemerintah, tarif, kurangnya akses terhadap bahan mentah, kepemilikan paten, lokasi
yang kurang menguntungkan, serangan balasan dari perusahaan yang sudah mapan,
dan potensi kejenuhan pasar.
Disamping berbagai hambatan masuk, perusahaan baru kadang-kadang
memasuki suatu bisnis dengan produk berkualitas lebih tinggi, harga lebih rendah,
dan sumber daya pemasaran yang besar.
c.
Potensi Pengembangan Produk Substitusi
Tekanan kompetisi yang berasal dari produk substitusi meningkat sejalan
dengan menurunnya harga relatif dari produk substitusi dan sejalan dengan biaya
konsumen beralih ke produk lain menurun. Cara terbaik untuk mengukur kekuatan
kompetitif produk substitusi adalah dengan memantau pangsa pasar yang didapat oleh
produk-produk tersebut, juga dengan memantau rencana perusahaan untuk
meningkatkan kapasitas dan penetrasi pasar.
d.
Kekuatan Tawar-menawar Penjual/Pemasok
Kekuatan
tawar-menawar
pemasok
(bargaining
power
of
supplier)
mempengaruhi intensitas persaingan dalam suatu industri, khususnya ketika ada
sejumlah besar pemasok, ketika hanya ada sedikit barang substitusi yang cukup
bagus, atau ketika biaya untuk mengganti bahan baku sangat mahal. Perusahaan
dapat menjalankan strategi integrasi ke belakang (backward integration) untuk
mendapatkan kendali atau kepemilikan dari pemasok.
e.
Kekuatan Tawar-menawar Pembeli/Konsumen
Kekuatan tawar-menawar konsumen lebih tinggi ketika yang dibeli adalah
produk standar atau tidak terdiferensiasi. Kondisi yang seperti ini, konsumen sering
kali dapat bernegosiasi tentang harga jual, cakupan garansi, dan paket aksesori hingga
ke tingkat yang lebih tinggi.
3.1.3 Persepsi Konsumen
Bagaimana seseorang bertindak dipengaruhi oleh persepsinya terhadap suatu
objek. Persepsi adalah suatu proses dimana seseorang memilih, mengorganisasikan
dan mengintrepretasikan informasi menjadi suatu gambaran yang berarti mengenai
suatu objek (Kotler dan Armstrong, 2008). Persepsi menurut Robbins (1998) adalah
proses dimana seseorang mengorganisir dan mengartikan kesan dari panca indera
dengan tujuan untuk memberi arti dalam lingkungan mereka.
Persepsi didefinisikan sebagai proses yang dilakukan individu untuk memilih,
mengatur, dan menafsirkan stimuli ke dalam gambar yang berarti dan masuk akal
mengenai dunia, yaitu proses “bagaimana kita melihat dunia di sekeliling kita”.
Stimuli ini diterima oleh alat pancaindra manusia. Stimuli mana yang akan diproses
tergantung
dari
apakah
stimuli
dapat
masuk
ke
dalam
proses
untuk
mengintrepretasikannya. Untuk dapat masuk ke dalam proses interpretasi suatu
stimuli harus mampu mengekspos manusia (mendapat perhatian) melalui indra
penerimaan, artinya harus diperhatikan ambang penerimaan stimuli manusia. Setelah
stimuli diterima maka proses interpretasi dapat dilakukan yang terkait dengan faktor
individu.
Persepsi akan sesuatu berasal dari interaksi antara dua jenis faktor (Schiffman
dan Kanuk, 2007):
1) Stimulus Faktor
Karakteristik obyek secara fisik seperti ukuran, warna, berat atau bentuk.
Tampilan suatu produk baik kemasan maupun karakteristiknya akan mampu
menciptakan suatu rangsangan pada indera manusia, sehingga
mampu
menciptakan suatu persepsi mengenai produk yang dilihatnya.
2) Individual Faktor
Karakteristik invidu yang termasuk didalamnya tidak hanya proses panca indera
tetapi juga pengalaman yang serupa dan dorongan utama serta harapan dari
individu itu sendiri.
Dalam manajemen pemasaran, persepsi adalah proses seseorang dalam
melihat, mengorganisasikan, dan mengintrepretasikan informasi untuk mendapatkan
gambaran yang berarti mengenai stimulus berupa bentuk fisik produk, kemasan,
harga, pelayanan, kemudahan memperolehnya, serta berbagai bauran pemasaran
lainnya. Mempelajari persepsi konsumen akan sangat berguna bagi suatu perusahaan
dalam
merumuskan
strategi
pemasaran
yang
cocok
dengan
karakteristik
konsumennya.
3.1.4
Alat Analisis
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini untuk menyusun strategi
pemasaran adalah dengan menggunakan Matriks SWOT. Analisis SWOT adalah
identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan.
Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strength)
dan peluang (Opputunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan
kelemahan (Weaknesses) dan Ancaman (Threats). Menurut David (2008) analisis
SWOT adalah alat untuk mencocokkan yang penting yang membantu perusahaan
untuk mengembangkan empat tipe strategi yaitu sebagai berikut :
a.
Strategi
SO
(Strength-Oppurtunities),
yaitu
strategi
yang
menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk memanfaatkan
peluang eksternal.
b.
Strategi WO (Weaknesses-Oppurtunities), yaitu strategi yang bertujuan
untuk memperbaiki atau memperkecil kelemahan internal dengan
memanfaatkan peluang eksternal.
c.
Strategi ST (Strengths-Threats), yaitu strategi yang menggunakan
kekuatan perusahaan untuk menghindari atau mengurangi pengaruh
dari ancaman eksternal.
d.
Strategi WT (Weaknesses-Threats), yaitu strategi ini merupakan taktik
defensif yang diarahkan pada pengurangan kelemahan internal dan
menghindari ancaman eksternal.
3.2
Kerangka Pemikiran Operasional
Perkembangan yang pesat pada bisnis restoran menimbulkan tingkat
persaingan yang tinggi.
Sehingga bagi Restoran Gampoeng Aceh cabang dari
Banung di Bogor yang baru berdiri perlu mengkaji strategi pemasaran untuk
mengetahui strategi apa yang harus dijalankan
agar mampu bersaing dengan
restoran lain dan dapat memperoleh pelanggan yang banyak
Kerangka pemikiran didasarkan pada kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh
perusahaan dan permasalahan yang dihadapi. Merencanakan konsep bauran
pemasaran perlu diketahui faktor-faktor apa saja yang paling dominan agar
perusahaan mengetahui sejauh mana faktor tersebut berperan dalam penyusunan
strategi pemasaran.
Kemudian menganalisis persepsi konsumen terhadap atribut
bauran pemasaran yang telah dijalankan oleh Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari
Bandung. Dalam merumuskan strategi pemasaran harus terlebih dahulu mengetahui
keadaan internal dan eksternal perusahaan. Dengan mengidentifikasi lingkungan
internal maka akan diketahui kekuatan dan kelemahan yang dimiliki Restoran
Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung sedangkan lingkungan eksternal untuk
mengidentifikasi peluang dan ancaman perusahaan.
Analisis dengan matriks SWOT dilakukan untuk memperoleh berbagai
alternatif strategi dengan menyesuaikan peluang dan ancaman yang dihadapi
perusahaan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan.
kerangka kegiatan operasional dapat dilihat pada Gambar 2.
Alur
Restoran Gampoeng Aceh
Cabang dari Bandung
Permasalahan yang dihadapi yaitu
penjualan yang tidak mencapai
target dan menghadapi persaingan
diantara restoran
Menganalisis
Persepsi Konsumen
Analisis Lingkungan
Internal:
Pemasaran
 STP
(segmentation,
targeting,
positioning)
 Bauran
pemasaran 7P
Kekuatan dan
Kelemahan
Eksternal:
 Lingkungan
Makro
 Lingkungan
Miko
 Lingkungan
Industri
Peluang dan
Ancaman
Analisis Matris SWOT
Hasil Strategi Matriks SWOT
Rekomendasi strategi
pemasaran yang tepat untuk
dijalankan Restoran
Gampoeng Aceh
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional
IV METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Restoran Gampoeng Aceh Restaurant Cabang dari
Bandung yang berlokasi di Jalan Pajajaran No. 2
Kota Bogor. Pemilihan lokasi
penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa
Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung merupakan salah satu restoran khas
dari Aceh di kota Bogor yang baru didirikan dan menghadapi tingkat persaingan yang
cukup tinggi diantara restoran. Kegiatan penelitian dilakukan mulai dari bulan
September – November 2010.
4.2 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder, baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Data primer diperoleh
dari:
1) Pengamatan langsung
Data yang dikumpulkan berdasarkan pengamatan langsung.
Pengamatan
langsung dilakukan untuk strategi pemasaran yang telah dan akan dilakukan oleh
usaha Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung .
2) Wawancara
Identifikasi permasalahan dilakukan dengan mengumpulkan data melalui
wawancara kepada pihak pemilik usaha dan manajer pengelola melalui acuan
kuisioner untuk menghasilkan strategi terbaik. Pihak-pihak tersebut adalah orangorang yang paling mengetahui keadaan restoran sehingga akan bertindak sebagai
pengambil keputusan dalam strategi yang akan dijalanakan oleh perusahaan. Selain
itu juga memberikan kuisioner kepada konsumen sebanyak 30 orang untuk
menganalisis sikap konsumen terhadap bauran pemasaran yang telah dilakukan oleh
Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung.
Metode yang dipakai dalam
mencari responden adalah Metode Sampel Convenience yakni teknik penentuan
sampel berdasarkan kebetulan saja, anggota populasi yang ditemui peneliti dan
bersedia menjadi responden.
Sampel yang diambil dengan jumlah 30 orang
responden yang mewakili gambaran keseluruhan populasi atau konsumen Restoran
Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung.
Data sekunder diperoleh dari:
1) Dokumen atau Arsip Perusahaan
Dokumen Perusahaan yang diperlukan meliputi data gambaran umum usaha
(sejarah, visi, misi, struktur organisasi, ketenagakerjaan, dan jenis produk usaha),
serta data produksi dan penjualan.
2) Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh rujukan teoritis
yang berkaitan dengan penelitian. Sumber tersebut diperoleh dari Badan Pusat
Statistik Kota Bogor, Dinas Informasi dan Pariwisata Kebudayaan Kota Bogor,
Perpustakaan IPB dan Fakultas, serta internet dan buku-buku yang terkait dengan
topik pemasaran.
4.3 Teknik Pengumpulan Data
Dalam pelaksanaan penelitian ini, teknik pengumpulan data yang dilakukan
adalah :
1. Studi Pendahuluan : mendatangi Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung
untuk melakukan pengamatan dan wawancara langsung dengan pihak Restoran
Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung
sebelum memulai penelitian dan
menyusun skripsi. Hal ini dilakukan pertama sekali untuk meminta izin
persetujuan mengadakan penelitian dan melihat lokasi yang akan diteliti.
2. Teknik Wawancara : melakukan wawancara dengan Manajer Restoran Gampoeng
Aceh Cabang dari Bandung serta pegawai restoran lainnya untuk mendapatkan
informasi yang lengkap. Wawancara dilakukan secara bertahap. Pertama untuk
mengetahui gambaran umum restoran dan kegiatan operasional dilakukan
wawancara dengan manajer restoran kemudian untuk tambahan informasi
dilakukan wawancara kepada karyawan yang bekerja dibidangnya. Wawancara
kedua dilakukan untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan yang dimiliki
restoran.
3. Teknik Observasi : melakukan pengamatan langsung terhadap kegiatan yang
dilakukan oleh restoran baik kagiatan operasional, kegiatan produksi dan kegiatan
promosi yang dilakukan oleh pihak Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari
Bandung.
4. Teknik Pengisian Kuesioner : pengisian kuesioner dilakukan responden yang telah
ditentukan yaitu pengunjung Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung
yang dilakukan pada hari senin sampai minggu pada waktu siang, sore dan malam
hari.
5. Teknik Kepustakaan : membaca buku-buku yang terkait dengan judul penelitian
dan literatur-literatur lainnya yang menunjang pelaksanaan penelitian.
4.4 Metode Analisis Data
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Analisis Matriks
SWOT. Analisis Matriks Strengths-Weaknesses-Opportunities-Threats (SWOT)
adalah matriks SWOT
yang ditujukan untuk merumuskan sejumlah alternative
strategi yang dapatditerapkan oleh perusahaan. Menurut David (2008) ada delapan
langkah yang terlibat dalam membuat Matiks SWOT:
a. Menuliskan peluang eksternal kunci perusahaan, adapun yang menjadi peluang
dari Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung yaitu :
 Permintaan yang cukup tinggi
 Kemajuan teknologi baik teknologi produksi ataupun teknologi informasi
 Kemudahan dalam memperoleh bahan baku
 Cukup tersedianya angkatan kerja
b. Menuliskan ancaman eksternal kunci perusahaan, adapun ancaman yang dihadapi
oleh Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung yaitu:
 Tingginya tingkat persaingan diantara restoran
 Kenaikan harga bahan baku
 Banyaknya produk alternatif
c. Menuliskan kekuatan internal perusahaan, adapun kekuatan yang dimiliki oleh
Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung yaitu:
 Memiliki cita rasa yang khas
 Memiliki makanan dan minuman yang bervariasi
 Kebersihan dan kenyamanan restoran
 Laporan keuangan tersusun dengan baik
 Lokasi restoran yang strategis
 Memiliki sarana dan prasarana yang mendukung
d. Menuliskan kelemahan internal perusahaan, adapun kelemahan yang dimiliki oleh
Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung
 Kegiatan promosi kurang intensif
 Kondisi Parkir kurang memadai
e. Mencocokkan kekuatan internal dengan peluang eksternal, dan catat hasil Strategi
SO dalam sel yang ditentukan, adapun hasil Strategi So yaitu Melakukan strategi
penetrasi pasar
f. Mencocokkan kelemahan internal dan peluang eksternal, dan catat hasil Strategi
WO dalam sel yang ditentukan, adapun hasil strategi WO yaitu Meningkatkan
promosi
g. Mencocokkan kekuatan internal dengan ancaman eksternal, dan catat hasil
Strategi ST dalam sel yang ditentukan, adapun hasil strategi ST yaitu melakukan
strategi pengembangan produk
h. Mencocokkan kelemahan internal dengan ancaman eksternal, dan catat hasil
Strategi WT dalam sel yang ditentukan, adapun hasil Strategi WT yaitu
melakukan promosi.
Tabel 5. Hasil Matriks Matriks SWOT
Faktor Internal
Faktor Eksternal
Peluang
(Opportunities-O)
1. Permintaan yang
cukup tinggi
2. Kemajuan teknologi
baik teknologi
produksi ataupun
teknologi informasi
3. Kemudahan dalam
memperoleh bahan
baku
4. Cukup tersedianya
angkatan kerja
Ancaman
(Threats-T)
1. Tingginya tingkat
persaingan diantara
restoran
2. Kenaikan harga
bahan baku
3. Banyaknya produk
alternatif
Kekuatan
(Strengths-S)
Kelemahan
(Weaknesses-W)
1. Memiliki cita rasa
yang khas
2. Memiliki makanan dan
minuman yang
bervariasi
3. Kebersihan dan
kenyamanan restoran
4. Laporan keuangan
tersusun dengan baik
5. Lokasi restoran yang
strategis
6. Memiliki sarana dan
prasarana yang
mendukung
Strategi S-O
1. Kegiatan promosi
kurang intensif
2. Kondisi Parkir
kurang memadai
Melakukan strategi
penetrasi pasar
(S1, S2, S4, O1, O2 dan
O4)
Strategi S-T
Melakukan strategi
pengembangan produk
(S1, S2, S6, T1, dan T3)
Strategi WO
Meningkatkan promosi
(W1 dan O1, O2)
Strategi W-T
Meningkatkan promosi
(W1, dan T1,)
V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
5.1 Sejarah Berdirinya Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung
Aceh adalah salah satu wilayah di Indonesia yang kaya akan ragam hidangan
khasnya. Tidak hanya kaya ragam, masakan Aceh juga terkenal enak dan rasanya
pun memiliki ciri khas yang kuat. Salah satu restoran yang menyajikan masakan khas
dari Aceh yaitu Gampoeng Aceh.
Gampoeng Aceh pertama kali berdiri pada Bulan Juli 2005 di Bandung.
Visinya adalah untuk memperkenalkan kultur Aceh kepada masyarakat luas, terutama
melalui makanan. Terkait dengan visi tersebut, status restoran juga sedikit banyak
dipengaruhi oleh situasi politik yang tengah terjadi di Aceh
Salah satunya dapat dilihat dari awal mula penggunaan nama Gampoeng
Aceh. Pada awal berdirinya, restoran ini belum menggunakan nama apapun. Hanya
berupa warung biasa, yang menyajikan masakan-masakan khas dari Aceh. Nama
Gampoeng Aceh baru digunakan setelah terjadi perdamaian di Aceh, atau tepatnya di
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
Restoran Gampoeng Aceh didirikan pertama kali di daerah Bandung oleh
Bapak Edy Adhar. Di Bandung Restoran Gampoeng Aceh sudah akrab di telinga
masyarakatnya sehingga mengalami perkembangan yang signifikan bahkan yang
mengkonsumsinya tidak hanya masyarakat yang berasal dari suku Aceh melainkan
diluar dari suku Aceh itu sendiri.
Kemudian pada tanggal 24 April 2010 cabang
Restoran Gampoeng Aceh di buka di daerah Bogor tepatnya di Jalan Pajajaran No. 2
Lampu Merah Bangbarung yang dipimpin oleh Ibu Icha sebagai Manajernya yang
sekarang menggantikan Bapak Herry . Salah satu alasan dibukanya cabang Restoran
Gampoeng Aceh di Bogor menurut bapak Herry adalah karena belum ada restoran
yang khusus menghidangkan secara lengkap masakan Aceh, selain itu Kota Bogor
juga merupakan salah satu Kota Wisata yang mengalami perkembangan yang pesat
sehingga menjadi peluang banyaknya kunjungan dari wisatawan baik lokal maupun
interlokal.
Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung yang ada di Kota Bogor
berdiri diatas lahan seluas ±1000 m2.
Warna khas dari bangunannya adalah
didominasi dengan warna merah yang artinya berani.
Orang Aceh sendiri telah
dikenal sebagai bangsa yang berani. Dapat dilihat dari tokoh-tokoh pahlawan seperti
Cut Nyak Dien, Panglima Polim, dan sebagainya, yang dengan gagah berani
memimpin perlawanan terhadap penguasa kolonial yang lalim dan sewenang-wenang.
Dengan dasar pemikiran seperti itulah, maka warna merah dipilih sebagai
warna yang dominan pada interior di Gampoeng Aceh. Dengan menonjolkan warna
merah, Gampoeng Aceh ingin mengungkapkan semangat yang mendasari
kebudayaan Aceh, yaitu keberanian.
Mulai dari papan nama restoran, dinding
ruangan, hingga lampu-lampu yang menyala di malam hari, semuanya menampilkan
nuansa merah.
Lokasinya yang berada di daerah Pajajaran Kota Bogor, memberikan nilai
plus tersendiri bagi restoran ini karena tempatnya yang strategis di pinggir jalan
protokol sehingga mudah ditemukan oleh pengunjung.
Masakan Aceh pada
umumnya didominasi dengan citarasa pedas. Untuk bumbu rempah-rempah termasuk
jenis bumbu yang paling sering digunakan. Namun, di Gampoeng Aceh ini, nilai
pedasnya cenderung lebih dikurangi, karena untuk menyesuaikan dengan selera
pengunjungnya, sedangkan penggunaan rempah-rempah lebih ditingkatkan.
Ada
sekitar 90-an menu masakan Aceh yang terdapat di Gampoeng Aceh, termasuk
makanan dan minuman. Juru masaknya sendiri sembilan puluh persen orang Aceh,
dan selebihnya berasal dari Bogor.
5.2.
Visi dan Misi Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung
Adapun yang menjadi visi dari Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari
Bandung adalah untuk mengenalkan budaya dari Daerah Aceh Melalui makanan agar
dikenal oleh masyarakat luas. Dan Misi yang dimiliki oleh Restoran Gampoeng Aceh
Cabang dari Bandung adalah memberikan dan menciptakan suatu produk yang
berkualitas yang dapat diterima oleh semua kalangan masyarakat.
5.3 Produksi dan Operasi
Aktivitas operasi di Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung terdiri
dari proses pengubahan bahan baku menjadi produk akhir yang siap disajikan dan
dinikmati oleh konsumen.
Bahan baku yang telah dibeli kemudian diolah oleh
pegawai dapur yang terdiri dari:
 Tukang masak tiga orang
 Tukang buat mie satu orang
 Peracik minuman teh dan kopi satu orang
 Pembuat minuman juice 1 orang
Pembagian tugas ini dimaksudkan agar proses pemasakan dapat lebih efisien dari segi
waktu.
Pengolahan bahan baku menjadi makanan jadi menggunakan bumbu rempah
yang khas yang diracik oleh orang Aceh asli. Untuk menu makanan berat seperti
kari, sayuran, tumis ikan, sup, rendang, bistik dan lain sebagainya dimasak terlebih
dahulu dan disajikan dengan sistem prasmanan sehingga konsumen bisa melihat
langsung hasil masakan kemudian langsung memesan makanan dan langsung diantar
oleh pramusaji. Sedangkan menu makanan seperti mie aceh dan roti cane akan dibuat
jika dipesan oleh konsumen.
Pengolahan dan pesanan yang dilakukan oleh konsumen menggunakan sistem
first order first served yaitu konsumen yang memesan lebih dahulu akan mendapat
pelayanan terlebih dahulu.
Setelah konsumen melakukan pesanan pada
waiter/waitress, pesanan akan diteruskan pada TO (take order) dibagian dapur untuk
kemudian diteruskan pada juru masak atau koki. Setelah selesai dibuat, TO (take
order) kembali akan melakukan pemeriksaan akhir untuk memastikan masakan yang
dipesan sudah sesuai dengan apa yang dimasak. Setelah TO melakukan pemeriksaan,
waiter/waitress akan mengantarkan pesanan tadi ke konsumen.
Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung berusaha untuk menyediakan
pelayanan yang maksimal bagi para konsumennya.
Saat konsumen sampai di
Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung, pelayan akan langsung menyambut
dengan ramah. Konsumen dapat mengunjungi restoran dari pukul 10.00 WIB sampai
dengan pukul 23.00 WIB. Jika restoran dalam keadaan sepi atau normal, maka menu
akan disiapkan dalam waktu 10 hingga 20 menit. Namun, bila restoran dalam
keadaan penuh terutama pada waktu jam makan siang dan pada waktu akhir pekan,
maka minuman akan diantar sekitar 15 sampai 30 menit setelah dilakukan pesanan.
Hal ini disebabkan oleh jumlah pegawai dapur dan pelayan yang terbatas serta
penggunaan peralatan dapur yang sangat sederhana.
Pemasok mempunyai peranan yang sangat penting dalam kesuksesan
pemasaran. Karena pada dasarnya kelangsungan hidup bagian pemasaran tergantung
juga kepada pemasok Dalam hal berhubungan dengan pemasok maka Restoran
Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung sudah memiliki pemasok bahan baku yang
tetap, yaitu pemasok sayur-mayur, pemasok ayam dan bebek, pemasok daging sapi
dan kambing, pemasok hewan laut, pemasok bumbu dan pemasok buah-buahan.
Semua pemasok-pemasok tersebut berada di Pasar Anyar Bogor.
Semua
bahan- bahan yang dibutuhkan dibeli setiap harinya sehingga tidak ada penyimpanan
bahan baku karena bahan yang dibeli seluruhnya digunakan untuk dimasak.
5.4 Sumberdaya Manusia
Jumlah keseluruhan tenaga kerja yang ada di Restoran Gampoeng Aceh
Cabang dari Bandung adalah 18 orang dengan proposisi laki-laki sebanyak 13 orang
dan perempuan 5 orang. Adapun karakteristik karyawan di Restoran Gampoeng
Aceh Cabang dari Bandung dapat dilihat pada Tabel 6 .
Tabel 6. Jenis Pekerjaan dan Tingkat Pendidikan Karyawan Restoran
Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung Tahun 2010
No
1
2
3
4
5
6
7
Jenis Pekerjaan
Manajer
Kasir
Bagian Pelayanan
Koki
Parkir
Cuci Piring
Jaga Malam
Tingkat Pendidikan
Perguruan Tinggi
Perguruan Tinggi
SMP,SMA
SMA
SMA
SMP
SMA
Sumber: Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung di Bogor
Jumlah (Orang)
1
2
9
3
1
1
1
Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa latar belakang pendidikan karyawan sangat
beragam, mulai dari tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) sampai dengan
tingkat Strata 1 (Sarjana). Manajer Restoran Gampoeng Aceh adalah Mba Icha yang
memiliki latar belakang pendidikan Diploma jurusan bahasa Inggris. Sedangkan
karyawan lainnya merupakan warga yang berada disekitar Bogor akan tetapi khusus
untuk Koki, pekerjanya berasal dari daerah Nanggroe Aceh Darussalam. Hubungan
antara manajer dengan karyawan sangat erat. Selain itu, setiap karyawan juga bebas
dalam menyatakan pendapatnya. Hal ini karena manajer ingin memupuk prinsip
kerja sama, demokrasi, dan kekeluargaan, sehingga dapat meningkatkan motivasi
karyawan dalam bekerja.
Jam kerja para karyawan yaitu dari pukul 09.00 WIB sampai dengan pukul
23.30 WIB. Sedangkan jam buka Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung
adalah mulai pukul 11.00 WIB sampai dengan 23.00 WIB, dengan jam sibuk pukul
11.30-13.00 WIB dan pukul 18.30-20.00 WIB. Kesempatan libur para karyawan
diberikan pada saat hari raya Idul Fitri. Selain itu karyawan juga diberikan kebebasan
untuk menentukan waktu libur atau cuti. Adapun gaji yang diterima oleh karyawan
berkisar antara Rp 550.000 – Rp 1.000.000 tergantung posisi karyawan dan lamanya
waktu dia bekerja di Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung.
Manajemen yang digunakan dalam mengelola Restoran Gampoeng Aceh
Cabang dari Bandung adalah manajemen yang masih bersifat sederhana. Manajer
Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung merupakan pimpinan unit usaha
yang bertanggung jawab langsung kepada pemilik rumah makan mengenai segala
aktivitas di rumah makan.
Tugas utama manajer adalah menyusun perencanaan
pengembangan dan perluasan usaha, merancang sistem pemasaran, dan melakukan
tugas-tugas yang dipercayai oleh pemilik. Selain itu, manajer juga bertugas dalam
melakukan quality control terhadap bahan-bahan makanan, racikan bumbu, dan alat
masakan agar kualitas cita rasa hidangan tetap terjaga. Struktur organisasi Restoran
Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung selengkapnya dapat ditunjukkan pada
Gambar 3.
Administrasi
Gampoeng Aceh di
Bandung
Manajer
Koki
Minuman
Waiter/
Waittress
Gambar 3.
Kasir
Tukang
Parkir
Koki
Masakan
Jaga
malam
Tukang
Cuci piring
Struktur Organisasi Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung
Sumber: Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung (2010)
Seperti yang terlihat pada Gambar 3, dalam pelaksanaan tugas sehari-hari,
manajer dibantu oleh beberapa karyawannya.
Kasir bertugas dalam mengelola
administrasi keuangan rumah makan dan mengurus transaksi pembayaran. Koki yang
membuat menu terdiri dari koki minuman yang membuat sajian berbagai minuman
dan koki masakan yang membuat berbagai sajian jenis masakan. Bagian pelayanan
adalah pramusaji atau waittress bertugas dalam melayani konsumen, bertanggung
jawab atas cara penyajian hidangan, dan bertanggung jawab atas kebersihan restoran
termasuk kebersihan westafel dan toilet. Tukang parkir bertanggung jawab mengatur
kendaraan yang masuk ke dalam area restoran. Tukang cuci piring bertugas untuk
mencuci dan membersihkan semua peralatan yang dipakai kemudian petugas jaga
malam yang menjaga restoran pada malam hari.
5.5 Keuangan dan Akuntansi
Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung dalam membuka usahanya
memproleh modal dari modal sendiri. Pengelolaan keuangan Restoran Gampoeng
Aceh Cabang dari Bandung telah dilakukan dengan baik. Semua laporan keuangan
telah tersimpan di dalam software komputer.
VI ANALISIS LINGKUNGAN
Analisis lingkungan usaha dapat dibagi atas dua lingkungan yaitu lingkungan
internal dan eksternal.
Lingkungan Internal dilakukan dengan menggunakan
pendekatan fungsional.
Lingkungan eksternal dibagi menjadi lingkungan Mikro,
lingkungan Makro dan lingkungan Industri.
6.1. Lingkungan Internal
Analisis lingkungan internal dilakukan untuk mengamati kekuatan dan
kelemahan yang dimiliki perusahaan.
Analisis lingkungan dilakukan dengan
pendekatan funsional. Adapun pendekatan fungsional tersebut adalah menggunakan
konsep strategi pemasaran.
Dalam memasarkan produknya, Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari
Bandung
telah menyusun suatu strategi pemasaran yang diharapkan dapat
meningkatkan omzet penjualan, mempertahankan kelangsungan usaha restoran, dan
meningkatkan citra restoran.
Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung
menggunakan bauran pemasaran yang terdiri dari kombinasi produk, harga, tempat,
promosi, personel, proses dan bukti fisik. Berikut ini merupakan strategi pemasaran
yang diterapkan oleh Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung dilihat dari
unsur pemasaran (segmentation, targeting dan positioning) dan bauran pemasaran 7P.
Unsur-unsur pemasaran dapat diklasifikasikan mejadi tiga unsur yaitu:
segmentation, targeting dan positioning. Adapun penjelasannya sebagai berikut:
1)
Segmentation
Setiap perusahaan membagi pasar yang besar dan heterogen menjadi segmen
yang lebih kecil dan homogen yang dapat dicapai secara lebih efisien dan efektif.
Menentukan segmentasi pasar merupakan langkah awal yang harus dilakukan suatu
unit usaha dalam memasuki pasar. Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung
dalam memasarkan produknya sangat perlu menentukan dan menetapkan segmen
pasar mana yang akan dituju. Membentuk segmen dapat dilakukan dengan cara
mengamati ciri-ciri konsumen seperti ciri geografis, demografis dan psikografis.
a) Segmentasi Geografik
Segmentasi geografik pasar diklasifikasikan berdasarkan suatu wilayah atau
ukuran kota sehingga dapat diambil keputusan wilayah yang akan dijadikan target
pemasaran produk dari Restoran Gampoeng Aceh Cabang Bandung. Jumlah
penduduk dan tingkat konsumsi masyarakat Kota Bogor yang terus meningkat
menyebabkan segmen wilayah yang dipilih Restoran Gampoeng Aceh adalah
masyarakat yang ada di Kota Bogor dan Kabupaten Bogor.
b) Segmentasi Demografik
Segmentasi
demografik
yaitu
pembagian
pasar
menjadi
kelompok
berdasarkan variabel seperti usia, jenis kelamin, status dalam keluarga, dan
pendapatan. Berdasarkan segmen pasar yang dipilih dapat dilihat dari variabel usia
yaitu konsumen yang berusia 15-50 tahun. Produk yang disajikan oleh Restoran
Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung sangat beragam mulai dari nasi goreng, mie
goreng, roti cane dan sebagainya selain itu juga menyajikan berbagai aneka minuman
seperti juice buah, kopi dan teh. Semua produk yang disajikan merupakan produk
yang dapat memenuhi semua segmen yang akan dituju yaitu remaja, para pekerja dan
keluarga.
c) Segmentasi Psikografik
Segmentasi psikografik yaitu faktor gaya hidup konsumen yang berbeda-beda
dan lebih mengutamakan kepraktisan. Pada saat sekarang ini makan diluar rumah
telah menjadi gaya hidup masyarakat. Banyak faktor yang melatarbelakanginya
diantaranya kesibukan bekerja sehingga tidak memiliki waktu untuk menyiapkan
makanan di rumah. Dengan kondisi seperti ini konsumen memutuskan untuk
melakukan kegiatan makan di luar rumah seperti restoran. Restoran Gampoeng Aceh
Cabang dari Bandung memilih segmen gaya hidup masyarakat yang suka makan
diluar rumah dengan menyediakan makanan yang bervariasi dan tempat yang nyaman
dan santai sehingga dapat memberikan kepuasan bagi konsumen.
2)
Targeting
Targeting atau penetapan target pasar merupakan proses evaluasi dari
berbagai segmen dengan memutuskan jenis segmen mana yang akan dilayani atau
yang digunakan oleh perusahaan agar proses pemasaran dapat terkonsentrasi pada
segmen
sasaran
tersebut.
Setelah
mengidentifikasi
dan
mengklasifikasikan
segmentasi pasar, langkah selanjutnya yang harus dilakukan oleh Restoran
Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung adalah menetapkan atau menentukan target
pasar. Target pasar Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung yaitu gabungan
dari dua variabel segmentasi yaitu: segmentasi demografik dan psikografik. Target
pasar berdasarkan segmentasi demografik dan psikografik yaitu konsumen pria dan
wanita yang berusia 15-50 tahun. Pemilihan target pasar pada segmen ini dikarenakan
segmen tersebut merupakan segmen yang potensial karena jumlah penduduk yang
banyak, sehingga peluang restoran dalam memasarkan produk tersebut sangat besar.
3)
Positioning
Tahap akhir yang harus dilakukan perusahaan adalah positioning atau
penentuan posisi produk. Positioning adalah memposisikan produk di dalam pikiran
konsumen (persepsi, kesan dan perasaan kompleks) sesuai dengan yang diharapkan
oleh perusahaan. Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung ingin
memposisikan produknya sebagai salah satu restoran yang menyajikan masakan khas
Aceh terlengkap dan memberikan suasana tempat yang santai. Untuk mencapai posisi
tersebut Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung melakukan beberapa
langkah yaitu selalu menyediakan produk di pasar, meningkatkan mutu dan kualitas
produk dan menjalin hubungan baik dengan konsumen dan seluruh pihak-pihak
terkait.
Bauran pemasaran terdiri dari bauran produk, bauran harga, bauran tempat,
bauran promosi, bauran bukti fisik, bauran proses dan bauran orang. Adapun
penjelasannya adalah sebagai berikut:
1)
Bauran Produk
Produk merupakan sesuatu yang ditawarkan kepada konsumen yang dapat
berupa barang maupun jasa dan diharapkan dapat memenuhi dan memuaskan
keinginan konsumen. Strategi produk merupakan strategi yang paling penting untuk
dikembangkan, karena produk inilah yang dinikmati atau dimanfaatkan secara
langsung oleh konsumen. Strategi produk yang dilakukan oleh Restoran Gampoeng
Aceh Cabang dari Bandung adalah dinilai berdasarkan citarasa, menu dan porsi untuk
lebih rinci akan dijelaskan sebagai berikut.
Menu adalah susunan hidangan dalam suatu acara makan. Restoran
Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung mempunyai menu yang bervariasi yang
diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Menu yang paling
digemari yaitu mie goreng, roti cane dan teh tarik. Selain itu masih banyak menu lain
yang disajikan oleh Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung dan berbagai
minuman jus murni serta sup buah.
Strategi produk dalam menu ini telah dilakukan penilaian terhadap 30 orang
responden. Adapun hasil penilaian responden terhadap variasi menu yang disajikan
Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Penilaian Responden Terhadap Variasi Menu, Cita rasa, dan Porsi
yang Disajikan oleh Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung
Atribut
Variasi
Menu
Cita rasa
Porsi
Sangat
setuju
Jml
%
5
4
1
16,67
13,33
3,333
setuju
Cukup
Jml
%
Jml
%
17
18
20
56,7
60
66,7
8
7
6
23,33
23,33
20
Tidak
Setuju
Jml
%
1
3
3,33
10
Sangat
Tidak Setuju
Jml
%
-
-
Berdasarkan 30 responden yang merupakan konsumen Restoran Gampoeng
Aceh Cabang dari Bandung menilai bahwa menu yang disediakan telah bervariasi
dengan menggunakan skala dari sangat setuju sampai sangat tidak setuju. Hal ini
dinilai oleh sebanyak 56,7 persen responden yang menyatakan setuju. Walaupun
demikian responden masih berharap bahwa menu-menu yang disajikan oleh Restoran
Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung bisa lebih bervariasi lagi dibandingkan
dengan restoran lainnya.
Cita rasa yang dihasilkan dari masakan Restoran Gampoeng Aceh Cabang
dari Bandung sangat khas dan berbeda dari pesaingnya.
Hal ini dikarenakan setiap
masakan telah mempunyai standar bumbu yang telah dibuat oleh koki khusus
sehingga cita rasa yang dihasilkan sangat sesuai dengan lidah konsumen.
Standar bumbu yang dihasilkan dari masakan Restoran Gampoeng Aceh
Cabang dari Bandung berbeda-beda karena setiap konsumen mempunyai selera tidak
sama. Maka Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung membuat berbagai
jenis rasa dan masakan yang mempunyai bumbu dasar yang tidak terlalu pedas, pedas
manis atau pedas asin. Berdasarkan Tabel 7, mengenai penilaian responden terhadap
cita rasa makanan yang disajikan di Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung
menyatakan bahwa 60 persen dari responden merasakan bahwa cita rasa masakan
yang ada di Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung telah baik.
Porsi yang dihidangkan di Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung
lebih banyak jika dibandingkan dengan pesaingnya. Porsi makanan ini disesuaikan
dengan keinginan konsumen. Seperti yang terlihat pada Tabel 7 penilaian responden
terhadap porsi masakan dan minuman yang dihidangkan oleh Restoran Gampoeng
Aceh Cabang dari Bandung adalah 66,7 persen menyatakan telah baik.
Berdasarkan penilaian dari 30 responden menyatakan bahwa strategi produk
yang dilakukan oleh Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung telah baik.
Akan tetapi untuk dapat bersaing dengan resotan lain dan mendapatkan konsumen
yang lebih banyak maka Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung dapat
menghasilkan produk yang lebih bervariasi lagi dengan cita rasa yang sesuai dengan
keinginan konsumen.
2)
Bauran Harga
Dalam memasarkan produk, setiap perusahaan harus menetapkan harga secara
tepat. Harga merupakan satu-satunya unsur bauran pemasaran yang memberikan
pemasukan atau pendapatan bagi perusahaan. Harga juga bersifat fleksibel, artinya
dapat berubah dengan cepat.
Konsumen yang ingin dijangkau oleh Restoran
Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung adalah semua kalangan yaitu para pekerja,
keluarga, kaula muda dan para wisatawan baik lokal maupun interlokal.
Daftar harga yang dibuat oleh Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari
Bandung dinilai telah baik karena dapat mengimformasikan harga produk. Penetapan
harga produk disesuaikan dengan biaya operasional yang dikeluarkan oleh restoran.
Walaupun harga yang diberikan oleh Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari
Bandung sedikit lebih mahal dibandingkan pesaing tetapi itu sesuai dengan apa yang
akan didapat oleh konsumen sehingga konsumen tidak merasa harga yang ditawarkan
oleh Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung merupakan harga yang mahal.
Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung menggunakan bahan baku
yang terbaik, maka tidak memberikan potongan harga dalam pembelian jumlah kecil
maupun jumlah besar. Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung berusaha
untuk tidak menaikkan harga jual, meskipun beberapa harga bahan baku sering tidak
stabil. Hal ini untuk memberikan pelayanan yang terbaik untuk konsumennya.
Adapun penilaian konsumen terhadap harga yang diberikan oleh Restoran Gampoeng
Aceh Cabang dari Bandung dapat dilihat pada Tabel 8 di bawah ini.
Tabel 8. Penilaian Responden Terhadap Strategi Harga yang Ditawarkan oleh
Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung
Atribut
Daftar
Harga
Penawaran
Diskon
Sangat
Setuju
Setuju
Cukup
Tidak
Setuju
Sangat
Tidak
Setuju
Jml
%
Jml
%
Jml
%
Jml
%
Jml
%
5
16,67
15
50
9
30
1
3,33
-
-
-
-
8
26,67
22
66,67
-
-
Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat bahwa sebanyak 50 persen responden
menyatakan setuju terhadap daftar harga yang ditawarkan oleh Restoran Gampoeng
Aceh Cabang dari Bandung. Sedangkan untuk penawaran diskon yang diberikan oleh
restoran dinilai tidak baik oleh responden karena Restoran Gampoeng Aceh Cabang
dari Bandung belum pernah melakukan penwaran diskon terhadap produknya kepada
konsumen.
3)
Bauran Tempat
Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung terletak di Jalan Pajajaran
No 2 Lampu Merah Bangbarung. Lokasinya mudah dijangkau karena dekat jalan lalu
lintas di pinggir jalan protokol juga dekat dengan pemukiman penduduk selain itu
terletak dipusat Kota Bogor dan mempunyai akses transportasi umum 24 jam.
Konsumen diberikan kemudahan untuk dapat memilih makan ditempat atau di
bawa pulang. Jika makan ditempat, Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung
menyediakan tempat yang nyaman dan ruangan makan yang luas.
Berdasarkan Tabel 9, sebanyak 53,3% responden meyatakan bahwa lokasi
Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung setuju bahwa lokasi restoran mudah
dijangkau karena letaknya strategis, baik dari kantor maupun tempat tinggal. Begitu
juga dengan suasana di Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung 50 persen
responden menyatakan bahwa suasana restoran adalah baik.
Tabel 9. Penilaian Responden Terhadap Strategi Tempat yang Diberikan oleh
Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung
Atribut
Lokasi Strategis
Suasana
Restoran
4)
Sangat
Baik
(setuju)
Jml
10
%
33,33
8
26,67
Baik
(setuju)
Cukup
Jml % Jml
16 53,3 4
15
50
7
Tidak
Baik
(setuju)
%
-
Jml
-
%
-
-
-
-
Sangat
Tidak
Baik
(setuju)
Jml %
-
-
Bauran Promosi
Promosi merupakan salah satu penentu faktor keberhasilan suatu pemasaran.
Promosi dilakukan untuk memberikan informasi, mempengaruhi dan membujuk serta
mengingatkan konsumen atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima,
membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan.
Pada awal berdiri, Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung
melakukan promosi dengan sangat gencar. Promosi yang dilakukan yaitu melakukan
Road Travelling mengelilingi Kota Bogor bersama Anggota Club Mobil dan Sepeda
Motor, memberikan makan gratis kepada sebanyak 1500 pengunjung kemudian
mengundang Pejabat Tinggi Daerah dan Artis Ibu Kota Bogor. Selain itu, Restoran
Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung juga memasang papan nama (billboard) di
depan pintu masuk. Papan nama ini diharapkan agar setiap orang yang lewat di Jalan
Pajajaran Bogor mengetahui keberadaan dan mengenal Restoran Gampoeng Aceh
Cabang dari Bandung.
Sehingga diharapkan adanya konsumen baru untuk
meningkatkan penjualan.
Pada saat sekarang ini kegiatan promosi yang masih
dilakukan yaitu membuat iklan pada salah satu majalah bulanan. Pada Tabel 10 akan
dilihat penilaian konsumen terhadap promosi yang telah dilakukan oleh Restoran
Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung.
Tabel 10. Penilaian Responden Terhadap Strategi Promosi yang Diberikan oleh
Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung
Atribut
Papan nama
(billboard)
Penggunaan
Iklan
Sangat
Baik
Baik
Cukup
Jml
%
Jml
%
Jml
%
6
20
15
50
8
26,67
-
-
1
3,33
8
26.67
Tidak Baik
Jml
20
%
66,67
Sangat
Tidak
Baik
Jml %
1
3,33
1
3,33
Papan nama yang dipasang di depan pintu masuk dinyatakan baik oleh 50
persen responden ini berarti penempatan papan nama (billboard) yang telah di
lakukan oleh Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung dinilai mampu
menyatakan keberadaan Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung. Sedangkan
penggunaan iklan dinilai tidak baik oleh responden, karena Restoran Gampoeng Aceh
Cabang dari Bandung dinilai responden tidak memanfaatkan penggunaan iklan yang
ada. Iklan bisa di lakukan di internet dan media cetak,walaupun Restoran Gampoeng
Aceh Cabang dari Bandung telah melakukan iklan di sebuah majalah bulanan tentang
sajian makanan akan tetapi tidak terlalu memberikan pengaruh terhadap responden.
Tujuan dari kegiatan promosi dilakukan oleh suatu perusahaan adalah untuk
memperkenalkan produk yang dihasilkannya kepada konsumen. Dengan kegiatan
promosi diharapkan produk tersebut mendapat tempat dibenak konsumen sehingga
keberadaan produk tersebut semakin kuat dalam pasar.
Pemilihan media promosi yang tepat untuk memperkenalkan produk kepada
konsumen adalah agar tujuan perusahaan dalam mengimformasikan produk kepada
konsumen dapat diterima dengan baik oleh konsumen. Sehingga tujuan perusahaan
untuk membentuk persepsi konsumen dapat terwujud, hingga akhirnya calon
konsumen melakukan pembelian produk dan konsumen lama dapat dipertahankan.
Dalam hal ini Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung dapat
meningkatkan kegiatan promosi yang lebih gencar lagi untuk menarik minat
konsumen. Banyak kegiatan promosi yang dapat dilakukan seperti membuat iklan di
media elektronik seperti radio dan internet.
5)
Bauran Orang (Personel)
Orang (personel) atau karyawan merupakan unsur bauran pemasaran yang
memiliki peran penting, karena terlibat langsung dalam kegiatan penyampaian produk
ketangan konsumen. Image suatu perusahaan dapat diukur dari orang-orang yang
memberikan pelayanan pada pelanggan.
Karyawan harus dibekali dengan ilmu
pengetahuan yang cukup mengenai keadaan restoran,mulai dari produk sampai
fasilitas yang disediakan oleh Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung. Hal
ini dimaksudkan jika terjadi keluhan dari konsumen, maka dapat diatasi dengan
memberikan jawaban yang memuaskan. Untuk itu, komunikasi antara karyawan
dengan karyawan serta antara karyawan dengan konsumen sangat penting dalam
menjalin hubungan baik.
Kinerja karyawan atau pramusaji yang berhubungan langsung dengan
konsumen, antara lain keramahan dan kesopanan pramusaji, pengetahuan atas produk
yang dijual, penampilan pramusaji dan kecepatan pramusaji merespon keluhan
konsumen.
Pada Tabel 11 akan dilihat penilaian konsumen terhadap kinerja
pramusaji.
Berdasarkan Tabel 11, sebanyak 46,7 persen responden setuju bahwa para
pelayan yang ada di Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung ramah dan
sopan, 56,7 persen responden menilai bahwa pelayan telah mempunyai pengetahuan
yang baik mengenai restoran, mulai dari keadaan restoran sampai menu yang
disajikan. Sebanyak 60 persen responden menilai setuju bahwa pelayan di Restoran
Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung telah memiliki penampilan yang baik. Akan
tetapi, untuk pengembangan restoran kedepannya maka strategi orang yang dapat
dilakukan yaitu memberikan pelatihan kepada karyawan agar pengetahuan karyawan
tentang melayani konsumen dengan baik dapat dipahami lebih jauh sehingga
konsumen menjadi loyal terhadap restoran dan meningkatkan kepuasan yang ingin
diperoleh oleh konsumen dari produk yang ditawarkan oleh Restoran Gampoeng
Aceh Cabang dari Bandung.
Tabel 11.
Atribut
Keramahan
dan
kesopanan
Pelayan
Pengetahuan
Pelayan
Penampilan
pelayan
6)
Penilaian Responden Terhadap Strategi Orang di Restoran
Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung
Sangat
Baik
(setuju)
Baik
(setuju)
Cukup
Tidak Baik
(setuju)
Sangat
Tidak
Baik
(setuju)
Jml %
Jml
%
Jml
%
Jml
%
Jml
%
8
26,6
14
46,7
6
20
2
6,6
-
-
8
26,6
17
56,7
5
16,6
-
-
-
-
6
20
18
60
3
10
3
10
-
-
Bauran Proses
Restoran merupakan sebuah usaha yang tidak hanya menjual produk, tetapi
juga menjual jasa berupa pelayanan kepada konsumen. Proses merupakan semua
kegiatan yang dapat dikordinasikan dengan baik untuk menciptakan kualitas serta
pelayanan yang diberikan kepada konsumen.
Strategi proses yang telah diterapkan oleh Restoran Gampoeng Aceh Cabang
dari Bandung yaitu kecepatan pelayanan seperti kecepatan dalam penyajian hidangan,
kecepatan dalam merespon keluhan konsumen dan kemudahan dalam transaksi
pembayaran.
Kecepatan dalam pelayanan dinilai baik oleh 63,3 persen responden karena
konsumen tidak menunggu lama untuk hidangan yang dipesan, dalam melayani
konsumennya, seluruh karyawan operasional hingga bagian produksi menerapkan
sistem first in first served dimana konsumen yang memesan lebih dulu yang akan
dilayani. Kecepatan pelayan untuk merespon konsumen dinilai responden telah baik
sebanyak 66,7 responden ini berarti konsumen yang mengalami komplain atau
masalah dilayani dengan baik oleh pelayan sehingga dapat mengatasi masalah yang
dihadapi oleh konsumen. Sebanyak 80 persen responden menilai bahwa transaksi
pembayaran di Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung telah baik seperti
yang terdapat pada pada Tabel 12.
Tabel 12.
Penilaian Responden Terhadap Strategi Proses di Restoran
Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung
Atribut
Kecepatan
pelayanan
Kemudahan
transaksi
Kecepatan
pelayan merespon
konsumen
Sangat
Baik
Baik
Cukup
Tidak
Baik
Sangat
Tidak
Baik
Jml %
Jml
%
Jml
%
Jml
%
Jml
%
7
23,3
19
63,3
3
10
1
3,3
-
-
5
16,6
24
80
1
3,3
-
-
-
-
3
10
20
66,7
7
23,3
-
-
-
-
Pelayanan yang baik akan meningkatkan loyalitas konsumen dan kepercayaan
konsumen terhadap restoran.
Hal ini diharapkan dapat meningkatkan penjualan
produk oleh karena itu Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung harus dapat
mengimbangi dengan memberikan pelayanan yang dapat memuaskan konsumen.
Maka diharapkan dengan adanya keluhan dari konsumen dapat menjadi masukan
yang penting untuk Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung.
7)
Bauran Bukti Fisik
Bukti fisik berhubungan dengan fasilitas apa saja yang diberikan oleh Restoran
Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung seperti adanya sarana pendukung, dekorasi
ruangan, warna bangunan dan kebersihan restoran. Sarana pendukung yang diberikan
meliputi area parkir yang dapat digunakan untuk kendaraan beroda dua dan empat,
adanya musholla yang disediakan untuk konsumen serta adanya toilet dan tempat cuci
tangan.
Tabel 13 merupakan penilaian konsumen terhadap strategi bukti fisik.
Berdasarkan Tabel 13, 46,7 persen responden menyatakan setuju bahwa restoran
telah bersih. Sebanyak 53,3 persen responden menyatakan sarana pendukung yang
diberikan oleh Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung telah baik. Karena
tidak semua restoran menyediakan ruangan untuk sholat bagi yang muslim dan
menyediakan toilet serta cuci tangan.
Dekorasi ruangan dinilai baik oleh sebanyak 43,3 responden begitu juga
dengan pemberian warna.
Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung
menggunakan dominasi warna merah pada bangunannya yang mencirikan bahwa
rakyat Aceh yang dikenal pemberani. Selain itu, kursi yang digunakan berasal dari
design minimalis sehinga terasa nyaman untuk diduduki.
Tabel 13.
Penilaian Responden Terhadap Strategi Bukti Fisik di Restoran
Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung
Atribut
Kebersihan
restoran
Sarana
pendukung
Dekorasi
ruangan
Warna
ruangan
Kenyamanan
area parkir
Sangat
Baik
(setuju)
Baik
(setuju)
Cukup
Tidak Baik
(setuju)
Sangat
Tidak
Baik
(setuju)
Jml %
Jml
%
Jml
%
Jml
%
Jml
%
8
26,6
14
46,7
5
16,6
3
10
-
-
2
6,6
16
53,3
10
33,3
1
3,3
1
3,3
7
23,3
13
43,3
6
20
4
13,3
-
-
6
20
13
43,3
11
36,6
-
-
-
-
-
-
3
10
13
43,3
12
40
2
6,6
Untuk area parkir, responden menilai cukup terhadap area parkir yang
disediakan Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung saat ini.
Untuk itu,
diharapkan ada perbaikan dalam lokasi area parkir untuk kenyamanan konsumen
yang menggunakan kendaraan.
6.2 Lingkungan Eksternal
Lingkungan eksternal mengidentifikasi dan mengevaluasi faktor-faktor yang
mempengaruhi diluar unit usaha sehingga memberikan faktor peluang dan ancaman
yang akan dihadapi oleh suatu usaha. Lingkungan Eksternal dibagi kedalam
Lingkungan Makro, Lingkungan Mikro dan Lingkungan Industri.
6.2.1 Lingkungan Makro
1.
Hukum dan Politik
Pada saat sekarang ini keadaan politik Indonesia dirasakan tidak stabil, hal ini
terlihat masih adanya aksi
kekerasan dan teroris serta bencana alam terjadi di
beberapa daerah di Indonesia. Akan tetapi, ketegasan dari aparat hukum dan adanya
jaminan keamanan untuk setiap warga negara baik pribumi maupun asing.
Semua kegiatan usaha selalu mendapatkan pengawasan dari pemerintah, tidak
terkecuali industri boga yaitu restoran. Restoran sendiri memproduksi barang dan
jasa, maka terdapat peraturan-peraturan yang dibuat oleh pemerintah bersama rekan
kerja dan harus ditaati oleh semua pelaku usaha restoran agar tercipta kedisiplinan
dalam menjalankan usahanya, antara lain:
1) Dinas Pariwisata
Menurut Ketetapan MPRS No. I-II tahun 1960, kepariwisataan didefinisikan
adalah suatu cara untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam memberi hiburan
rohani dan jasmani setelah beberapa waktu bekerja, serta mempunyai modal untuk
melihat-lihat daerah lain (pariwisata dalam negeri) atau negara lain (pariwisata luar
negeri).
Pariwisata merupakan suatu aset yang sangat penting, terutama dalam
penyediaan lapangan usaha. Dengan demikian, dalam industri pariwisata dibutuhkan
suatu badan pemerintah yang mengatur mengenai tata cara dalam pelaksanaanya dan
disebut dengan Dinas Pariwisata.
Tata cara yang diatur oleh Dinas Pariwisata menyangkut perizinan suatu hotel
dan restoran, yaitu Izin Prinsip dan Izin Usaha Tetap. Selain itu mengatur mengenai
pajak, laporan, ketertiban umum, hukum, peraturan, pendidikan serta kelengkapan
dan sebagainya.
Restoran merupakan salah satu aset dalam industri pariwisata,
karena salah satu dari tujuh komponen utama. Semua komponen tersebut merupakan
suatu kesatuan yang diperlukan dalam suatu peket perjalanan wisata, baik yang
berada didalam maupun luar negeri.
2) Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia
Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia atau disingkat PHRI merupakan
organisasi yang berorientasi kepada pembangunan dan peningkatan kepariwisataan,
dalam rangka ikut serta melaksanakan pembangunan nasional serta merupakan wadah
pemersatu dalam memperjuangkan dan menciptakan iklim usaha yang menyangkut
harkat dan martabat pengusaha yang bergerak dalam bidang jasa pariwisata.
PHRI merupakan kelanjutan organisasi ITHA (Indonesia Tourist Hotel
Association) yang didirikan pada tanggal 9 Februari 1969. PHRI bertujuan
menempatkan diri sebagai satu-satunya wadah hotel dan restoran serta mitra
pemerintah dalam pembangunan juga ikut dalam melaksanakan pembangunan
nasional pada umumnya dan pembangunan pariwisata pada khususnya, sehingga
mampu berperan serta, baik skala nasional maupun internasional.
Usaha yang dilakukan PHRI dalam mencapai tujuannya adalah dengan
membina dan mengembangkan badan-badan usaha yang bergerak dibidang
perhotelan, restoran dan rumah makan, jasa boga serta jasa pangan. Selain itu PHRI
juga turut serta mengembangkan potensi kepariwisataan nasional secara serasi,
selaras dan seimbang antara pemerintah dan masyarakat, memberikan perlindungan
kepada anggota, menerima masukan serta memberikan bimbingan, konsultasi,
pendidikan, serta pelatihan untuk meningkatkan mutu anggota.
Pada saat sekarang ini, Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung sudah
bergabung dengan PHRI. Walaupun masih tergolong kedalam anggota baru di PHRI
akan tetapi Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung berharap akan banyak
mendapat manfaat yang positif dengan menjadi anggota di PHRI.
Manfaat yang akan diperoleh Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung
dengan bergabung menjadi anggota PHRI adalah PHRI akan membanti jika suatu
kelak nanti Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung mengalami masalah
dalam hal perizinan pendirian restoran, perlindungan keberadaan restoran, membatu
kesulitan yang dihadapi dalam operasional maka pihak PHRI akan berusaha untuk
mencari jalan keluarnya serta pihak PHRI akan membantu mempromosikan
keberadaan Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung pada saat acara-acara
yang diadakan oleh PHRI itu sendiri.
3)
Majelis Ulama Indonesia (MUI)
MUI atau Majelis Ulama Indonesia adalah lembaga yang mewadahi ulama,
zu’ama, dan cendikiawan Islam di Indonesia untuk membimbing, membina kaum
muslimin di seluruh Indonesia. Majelis Ulama Indonesia berdiri pada tanggal, 7
Rajab 1395 Hijriah, bertepatan dengan tanggal 26 Juli 1975 di Jakarta, sebagai hasil
dari pertemuan atau musyawarah para ulama, cendikiawan dan zu’ama yang datang
dari berbagai penjuru tanah air.
MUI dalam perjalanannya selama hampir dua puluh lima tahun berusaha
untuk memberikan bimbingan dan tuntunan kepada Umat Islam dalam mewujudkan
kehidupan beragama dan bermasyarakat yang diridhoi Allah Subhanahu wa Ta’ala,
memberikan nasihat dan fatwa mengenai masalah keagamaan dan kemasyarakatan
kepada Pemerintah dan masyarakat, meningkatkan kegiatan bagi terwujudnya
ukhuwah Islamiyah dan kerukunan antarumat beragama dalam memantapkan
persatuan dan kesatuan bangsa serta menjadi penghubung antara ulama dan umaro
(pemerintah) dan penterjemah timbal balik antara umat dan pemerintah guna
mensukseskan pembangunan nasional, meningkatkan hubungan serta kerjasama antar
organisasi, lembaga Islam, dan cendikiawan muslim dalam memberikan bimbingan
dan tuntunan kepada masyarakat khususnya umat Islam dengan mengadakan
konsultasi dan informasi secara timbal balik.
Pemerintah menerapkan bahwa restoran harus mempunyai sertifikasi halal
dari Majelis Ulama Indonesia (MUI), hal ini dikarenakan Indonesia merupakan salah
satu negara yang mempunyai mayoritas agama Islam terbesar di dunia saat ini. Selain
itu, pemerintah membuat Undang-Undang No. 8 Tahun 1998 mengenai perlindungan
konsumen. Dengan demikian konsumen dapat dengan aman mengkonsumsi produkproduk olahan yang berasal dari industri manapun.
MUI dibutuhkan dalam penentuan sertifikasi halal pada suatu makanan dan
minuman yang disajikan oleh pemilik usaha karena mayoritas masyarakat Indonesia
beragama Islam.
Akan tetapi pada saat sekarang ini Restoran Gampoeng Aceh
Cabang dari Bandung belum membuat sertifikasi halal dari MUI terhadap makanan
dan minuman yang disajikannya karena makanan yang disajikan adalah khas dari
Aceh yang juga merupakan daerah yang bermayoritas muslim dimana sudah pasti
makanan-makanan maupun minuman yang disajikan pasti halal. Walaupun demikian,
Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung akan tetap mendaftarkan
restorannya kepada Majelis Ulama Indoesia untuk mendapatkan sertifikasi halal yang
pada saat sekarang ini masih dalam proses.
2.
Ekonomi
Kondisi perekonomian suatu negara akan berdampak besar bagi kegiatan
bisnis perusahaan dalam menjalankan usahanya. Perekonomian yang dialami
Indonesia tidak selalu stabil berpengaruh terhadap Restoran Gampoeng Aceh Cabang
dari Bandung, salah satu penyebabnya adalah karena inflasi. Inflasi berasal dari
dalam negeri dan luar negeri. Apabila berasal dari dalam negeri, diakibatkan karena
terjadi defisit anggaran. Inflasi yang berasal dari luar negeri diakibatkan karena
tingginya biaya produksi barang dari luar negeri atau meningkatnya tarif impor.
Inflasi menyebabkan harga dari suatu barang mengalami peningkatan dan
kondisi seperti ini menyebabkan perusahaan tidak memberikan keuntungan. Inflasi
yang cukup tinggi mempengaruhi harga jual dari bahan baku yang digunakan dalam
proses produksi. Tingkat inflasi yang rendah merupakan keuntungan bagi perusahaan
karena anggaran untuk membeli bahan baku lokal dapat diefisienkan. Tingkat inflasi
di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 14.
Tingkat Inflasi akan mempengaruhi Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari
Bandung dalam kenaikan harga bahan baku seperti harga cabai seperti yang terjadi
pada Desember 2010, harga beras, telur dan lain-lain, walaupun kenaikan harga
bahan baku tersebut dapat meningkatkan biaya yang harus dikeluarkan oleh Restoran
Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung akan tetapi Restoran Gampoeng Aceh Cabang
dari Bandung tidak langsung menaikkan harga produk yang dijual akan tetapi jika hal
ini terus-menerus terjadi dan bertahan dalam waktu yang lama maka akan sangat
mempengaruhi dalam hal biaya yang akan dikeluarkan oleh Restoran Gampoeng
Aceh Cabang dari Bandung.
Tabel 14. Tingkat Inflasi Di Indonesia 2009-2010
Bulan Tahun
Tingkat Inflasi (%)
Bulan Tahun
Tingkat Inflasi (%)
Oktober 2009
2,57
April 2010
3,91
November
2009
2,41
Mei 2010
4,16
Desember 2009
2,78
Juni 2010
5,05
Januari 2010
3,72
Juli 2010
6,22
Februari 2010
3,81
Agustus 2010
6,44
Maret 2010
3,43
September 2010
5,80
Sumber: Bank Indonesia, 2010
3.
Sosial dan Budaya
Budaya (culture) adalah penyebab keinginan dan perilaku seseorang yang
paling dasar. Setiap kelompok atau masyarakat mempunyai budaya, dan pengaruh
budaya pada perilaku pembelian bisa sangat bervariasi dari satu daerah dengan daerah
lainnya. Indonesia sendiri memiliki jumlah penduduk ±250 juta, dan mempunyai
beraneka ragam kebudayaan dan adat istiadat karena tersusun atas 300 suku yang
tersebar diseluruh daerah dan mempunyai 200 bahasa daerah, dan sebagian besar
menempati Pulau Jawa. Kegagalan menyesuaikan diri dengan perbedaan ini dapat
menghasilkan pemasaran yang tidak efektif.
Budaya masyarakat Indonesia khususnya Kota Bogor dalam hal menikmati
makanan adalah tidak buru-buru dalam artian masyarakat bersedia menunggu dalam
penyajian waktu makanan. Untuk itu dalam hal ini, Restoran Gampoeng Aceh
Cabang dari Bandung memahami keadaan ini sehingga Restoran Gampoeng Aceh
Cabang dari Bandung menyediakan Televisi dengan layar datar dan LCD agar ketika
pengunjung yang datang memesan makanan dapat menunggu sambil menonton
televisi agar tidak jenuh dalam menunggu. Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari
Bandung juga menyediakan tempat yang adem dan santai sehingga diharapkan
pengunjung tidak merasa bosan ketika masuk kedalam restoran.
4.
Teknologi
Teknologi merupakan faktor penting untuk kemajuan suatu usaha.
Perkembangan teknologi dan informasi yang semakin maju mendorong restoran
untuk menjadi lebih baik dengan pemanfaatan semua sumber daya yang ada.
Pemanfaatan teknologi dan informasi seharusnya sudah diterapkan oleh semua
perusahaan, akan tetapi pada Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung belum
sepenuhnya dilakukan karena belum didukung dengan manajemen yang baik.
Perkembangan teknologi dan informasi dapat dimanfaatkan di semua bagian
operasional restoran. Seperti pada bagian keuangan, pelayanan dan pemprosesan.
Adanya sistem komputerisasi dibagian keuangan akan lebih memudahkan dalam
memanajemen pengalokasian dana. Selain itu, dalam bertransaksi dengan pemasok
akan lebih efektif dan efisien jika dapat memanfaatkan semua teknologi.
Kemudahan dalam transaksi pembayaran akan lebih memuaskan pelanggan,
karena tidak semua pelanggan selalu membawa uang tunai. Mesin pembayaran non
tunai menjadi suatu hal yang penting untuk Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari
Bandung dan saat ini penagihan pembayaran kartu kredit telah menjadi mudah,
karena adanya sistem one day payment atau pengurusan transaksi dalam satu hari.
5.
Demografi
Kekuatan ekonomi makro pertama yang dipantau oleh pemasar adalah
populasi, karena orang atau konsumen merupakan pembentuk pasar.
Konsumen
mempunyai sikap dan selera yang berbeda-beda terhadap suatu produk (barang
maupun jasa).
Pada tahun 2008, penduduk di Kota Bogor sebesar 905.132 jiwa, akan tetapi
pada tahun 2009 populasi di Kota bogor mengalami peningkatan mencapai 942.204
jiwa (Sumber, Badan Pusat Statistik Kota Bogor, 2009).
Adanya peningkatan
populasi akan meningkatkan kebutuhan akan sumber daya seperti pangan, mineral
dan bahan bakar.Peningkatan pangan yang diakibatkan dengan peningkatan populasi
merupakan suatu peluang untuk industri boga seperti restoran.
Peningkatan populasi juga menyebabkan tersedianya angkatan kerja yang
banyak seperti yang terlihat pada Tabel 15 . Jumlah angkatan kerja tersebut juga
memberikan peluang bagi Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung karena
jika ingin mengembangkan usahanya dan membutuhkan tenaga kerja yang terampil
akan tidak menjadi sulit dalam mencari tenaga kerja.
Tabel 15. Jumlah Pencari Kerja Menurut Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan di
Kota Bogor pada Tahun 2005-2008
Tahun
SD
SMP SMU SMK DI/DII
Sarjana
SI
S2
Jumlah
Muda
2005
180
439
3097
2054
252
1008
2613
23
9666
2006
83
268
2644
1546
157
1193
2364
0
8255
2007
229
370
2282
1861
243
785
2211
0
7981
2008
48
370
2282
1861
243
785
2211
0
8.019
Sumber: Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Bogor (Kota Bogor Dalam
Angka 2009)
6.2.2 Lingkungan Mikro
Lingkungan Mikro terdiri dari pelaku yang dekat dengan restoran dan
mempengaruhi restoran untuk melayani pelanggannya, pemasoknya, dan pesaingnya.
Berikut adalah penjelasan tentang lingkungan mikro restoran.
1. Pesaing
Setiap usaha yang dijalankan pasti memiliki pesaing, begitu juga dengan
usaha restoran. Lokasi yang strategis menyebabkan banyak pelaku usaha restoran
yang tertarik untuk membuka restorannya. Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari
Bandung yang terletak di Jalan Pajajaran Kota Bogor memiliki beberapa pesaing
yang menjual dengan menu yang relatif sama.
Pondok Bangladesh Rajanya Mie Aceh berada di jalan Paledang Kota Bogor.
Rumah makan ini menjual berbagai menu masakan mie dan nasi goreng serta aneka
kue khas dari Aceh juga menyediakan aneka minuman. Strategi yang diutamakan
adalah cita rasa yang khas, menu bervariasi serta kecepatan pelayanan. Harga yang
diberikan kepada pembeli adalah harga yang berada di bawah rata-rata industri.
Misalnya menu mie goreng Aceh biasa diberikan harga Rp 10.000/porsi sedangkan di
Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung mie goreng Aceh biasa dihargakan
Rp 12.000/porsi. Hal ini disebabkan keadaan Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari
Bandung lebih nyaman jika dibandingkan dengan Pondok Bangladesh Rajanya Mie
Aceh serta pelayanan yang diberikan juga lebih baik seperti adanya sarana toilet dan
mushola, temapt parkir, kursi yang nyaman dan westafel tempat mencuci tangan
sedangkan di Pondok Bangladesh Rajanya Mie Aceh tidak meyediakan hal tersebut.
Dengan pelayanan yang diberikan Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung
kepada konsumen sehingga konsumen tidak merasakan bahwa harga yang diberikan
Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung adalah suatu harga yang mahal
bahkan dapat dijangkau oleh konsumen karena manfaat yang didapatkan konsumen
lebih baik.
Sehingga hal ini menjadi kelebihan bagi Restoran Gampoeng Aceh
Cabang dari Bandung
karena telah memberikan fasilitas yang berlebih kepada
konsumen.
Mie Aceh Ulee-Lheue bertempat dijalan KH. Abdullah Bin Nuh No. 188 Ring
Road Yasmin Bogor. Rumah makan ini juga menyediakan makanan khas dari Aceh
akan tetapi makanan yang disediakan tidak bervariasi hanya mencakup mie Aceh
berbagai aneka rasa dan nasi goreng. Tempat yang disediakan oleh Rumah Makan
Mie Aceh Ulee-Lheue tidak terlalu luas, areal parkir juga sangat kecil. Akan tetapi
Rumah makan ini telah menyediakan layanan delivery order bagi konsumen yang
ingin memesan dapat langsung menghubungi nomor telepon yang diberikan
kemudian makanan yang dipesan akan siap diantarkan.
Rumah Makan Mie Aceh Ulee-Lheue mempunyai strategi harga yang sama
dengan Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung untuk menu tertentu seperti
mie Aceh biasa harga yang diberikan yaitu sama-sama Rp 12.000/porsi. Sedangkan
menu Mie Rebus Kepiting di Rumah Makan Mie Aceh Ulee-Lheue diberikan harga
Rp 25.000/porsi sedangakan di Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung
memberikan harga Rp 52.000/porsi karena dari jumlah porsi yang diberikan Restoran
Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung lebih banyak dibandingkan dengan Rumah
Makan Mie Aceh Ulee-Lheue.
Rumah Makan”Aceh” yang berada di Jalan Raya Talang menyediakan menu
makanan khas Aceh seperti mie goreng, kari kambing, kari bebek, sayur plie ku dan
lain sebagainya. Rumah makan ini juga menyediakan layanan delivery order. Akan
tetapi tempat yang diberikan oleh Rumah Makan ini tidak luas sehingga hanya terdiri
dari 6 meja dimana satu meja terdiri dari 4 bangku. Areal tempat parkirnya juga
kecil, serta tidak meyediakan fasilitas toilet, musholla, dan westafel. Strategi harga
yang diberikan untuk menu-menu tertentu sama dengan harga yang diberikan oleh
Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung .
Rumah Makan Mie Aceh Pondok Bangladesh Cabang ke 10 yang berada di
jalan Raya Cibuluh, depan POLSEK Sukaraja Bogor.
Rumah makan ini juga
meyediakan berbagai masakan khas dari Aceh menu yang ditawarkan cukup
bervariasi. Strategi harga yang diberikanolr rumah makan ini dibawah harga yang
ditawarkan oleh Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung karena fasilitas
yang diberikan tidak seperti yang ada di Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari
Bandung .
2. Pembeli atau Konsumen
Pembeli atau konsumen sangat menentukan keberlangsungan jalannya suatu
usaha. Setiap konsumen mempunyai karakteristik dan perilaku yang berbeda dalam
setiap pembelian produk.
Karakteristik pembeli yang diukur dalam penelitian ini meliputi: jenis kelamin,
daerah asal, tingkat pendidikan, pekerjaan, tingkat pendapatan, usia, suku bangsa dan
tingkat kunjungan. Berdasarkan data yang diperoleh melalui pengisian kuisioner
terhadap 30 konsumen Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung , didapatkan
karakteristik konsumen antara lain:
a. Jenis Kelamin
Proses keputusan pembelian dalam diri konsumen dipengaruhi oleh faktor
eksternal dan faktor internal. Faktor pribadi atau faktor internal dalam diri seseorang
adalah faktor penting bagi proses keputusan pembelian dalam diri konsumen. Suatu
stimulasi, misalnya program pemasaran suatu perusahaan, akan mempunyai dampak
yang berbeda bagi seorang konsumen dibandingkan konsumen lainnya. Pemahaman
atas faktor pribadi ini penting untuk meningkatkan efisiensi suatu program
pemasaran. Faktor pribadi misalnya, usia, pekerjaan, gender, pendidikan, gaya hidup,
dan kepribadian
Konsumen Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung yang menjadi
responden dalam penelitian ini terdiri dari 56,67 persen adalah wanita atau sebanyak
17 orang, sedangkan laki-lakinya hanya 43,3 persen atau sebanyak 13 orang. Hal ini
dapat dilihat pada Tabel 16 mengenai persentase jenis kelamin. Banyaknya jumlah
responden wanita yang merupakan konsumen dari Restoran Gampoeng Aceh Cabang
dari Bandung
disebabkan karena kebanyakan wanita memiliki selera terhadap
makanan yang memiliki rasa pedas yang banyak disajikan oleh Restoran Gampoeng
Aceh Cabang dari Bandung
Tabel 16.
Persentase Jenis Kelamin Responden pada Restoran Gampoeng Aceh
Cabang dari Bandung
Jenis kelamin
Perempuan
Laki-laki
Total
Jumlah (orang)
17
13
30
Persentase (%)
56,67
43,33
100
b. Daerah Asal
Daerah asal atau merupakan lokasi tempat tinggal responden. Daerah asal
akan menunjukkan dari daerah mana saja konsumen restoran berasal sehingga dapat
dilihat siapa saja yang berminat datang ke Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari
Bandung. Konsumen Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung tidak saja
berasal dari Kota Bogor tetapi juga diluar Kota Bogor seperti Bekasi, Bandung dan
Medan. Adapun persentasenya yaitu konsumen yeng berasal dari Kota Bogor
sebanyak 76,67 persen, konsumen yang berasal dari Bekasi 3,3 persen, konsumen
yang berasal dari Jakarta sebanyak 13,3 persen dan konsumen yang berasal dari
Bandung sebanyak 3,3 persen. Konsumen Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari
Bandung rata-rata merupakan para pekerja yang ada di sekitar Restoran Gampoeng
Aceh Cabang dari Bandung kalau pada siang hari atau jam makan siang, akan tetapi
jika pada waktu sore dan malam hari biasanya orang yang datang lebih beragam. Hal
ini dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17. Sebaran Daerah Asal Responden
Derah Asal
Bogor
Bekasi
Jakarta
Bandung
Total
Jumlah (orang)
23
1
4
2
30
Persentase (%)
76,67
3,33
13,33
6,67
100
c. Usia
Faktor usia merupakan salah satu karakteristik konsumen berdasarkan faktor
pribadi yang mempengaruhi terhadap proses pengambilan kputusan pembelian.
Seseorang bisa mengubah barang dan jasa yang mereka beli sepanjang hidup mereka.
Seperti selera makanan, pakaian, dan rekreasi sring berhubungan dengan usia.
Berdasarkan pengisian kuisioner terhadap konsumen Restoran Gampoeng
Aceh Cabang dari Bandung , diperoleh bahwa karakteristik usia dari konsumen yang
datang berkisar antara 15 tahun hingga 50 tahun. Persentase terbesar ada pada usia
berkisar antara 21-25 tahun yaitu 26,67 persen. Persentase terbesar kedua berkisar
antara 15- 20 tahun dan 26-30 tahun yaitu 20 persen Hal ini dapat diartikan bahwa
Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung menyajikan makanan yang diminati
oleh anak muda. Usia tersebut merupakan usia kerja produktif, dimana memasuki
tahap mulai dewasa yang melewati berbagai pengalaman pertamanya misalnya baru
menerima kelulusan, mendapat gaji pertama sehingga tidak tergantung kepada orang
tua lagi, sehingga pada saat usia ini pertimbangan untuk berbelanja lebih sedikit akan
tetapi kebebasan untuk melakukan apa yang diinginkan tinggi sehingga dalam
melakukan keputusan pembelian tidak memiliki banyak pertimbangan.
Persentase terbesar ketiga berkisar usia lebih dari 40 tahun, yaitu 16.67
persen. Pada kisaran ini, konsumen mulai mantap pada pekerjaannyadan memperoleh
pendapatan pada puncak mereka. Ketika mereka berada dalam tahap pengambilan
keputusan pembelian maka melibatkan karier dan keluarga, sehingga ada
pertimbangan yang harus diikutsertakan dalam pengambilan keputusan.
Kisaran usia berikutnya adalah 36-40 tahun sebanyak 10 persen dan rentang
usia 31-35 sebanyak 6,67 persen. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 18 mengenai
kisaran usia konsumen.
Tabel 18.
Sebaran Usia Responden pada Restoran Gampoeng Aceh Cabang
dari Bandung
Usia (tahun)
15-20
21-25
26-30
31-35
36-40
>40
Total
Jumlah (orang)
6
8
6
2
3
5
30
Persentase (%)
20
26,67
20
6,67
10
16,67
100
Dari Tabel 18 dapat disimpulkan bahwa usia berkisar antara 15-25 tahun
berada pada posisi terbanyak yang mendatangi Restoran Gampoeng Aceh Cabang
dari Bandung hal ini menunjukkan bahwa mayoritas konsumennya adalah para kaula
muda sesuai dengan target pasar yang ingin dituju akan tetapi untuk meningkatkan
pangsa pasar maka Restoran Gampoeng Aceh harus mampu menjangkau semua
kalangan baik kaula muda maupun keluarga agar meningkatkan jumlah konsumen.
d. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan responden yang datang ke Restoran Gampoeng Aceh
Cabang dari Bandung mempunyai pendidikan minimal SLTA. Seperti yang terlihat
dalam Tabel 19 menunjukkan bahwa persentase terbesar yaitu
46,67 persen
menunjukkan responden memiliki pendidikan terakhir yaitu Sarjana. Dan persentase
terbesar berikutnya yaitu 20 persen pada tingkat pendidikan D1/D3. Kemudian
responden yang memiliki pendidikan terakhirnya SLTA sebanyak 16,67 persen sama
halnya dengan respondenyang memiliki pendidikan terkahirnya S2 yaitu 16, 67
persen.
Pemilihan jenis makanan pada restoran didasarkan pada keinginan dan
kebutuhan konsumen. Sedangkan pendidikan menyebabkan konsumen untuk
mempermudah dalam menilai dan menerima sesuatu yang baru. Dari hasil responden
konsumen terbanyak memiliki latar belakang pendidikan yang cukup tinggi dapat
diartikan bahwa pemilihan tempat makan di Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari
Bandung merupakan pilihan yang baik dengan berbagai pertimbangan.
Tabel 19. Sebaran Tingkat Pendidikan pada Restoran Gampoeng Aceh Cabang
dari Bandung
Pendidikan Terakhir
SLTA
D1/D3
S1
S2
Total
Jumlah (orang)
5
6
14
5
30
Persentase (%)
16,67
20
46,67
16,67
100
e. Pekerjaan
Pekerjaan seseorang mempengaruhi barang dan jasa yang mereka beli.
Analisis konsumen mempertimbangkan pekerjaan sebagai indikator tunggal terbaik
mengenai kelas sosial. Pekerjaan yang dilakukan oleh konsumen sangat
mempengaruhi gaya hidup mereka dan merupakan satu-satunya basis terpenting
untuk menyampaikan prestise, kehormatan, dan respek. Responden kuisioner yang
merupakan konsumen Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung mempunyai
pekerjaan yang bervariasi. Akan tetapi ada beberapa profesi yang memiliki persentase
yang sama yaitu Pegawai Negeri Sipil (PNS), Pelajar/Mahasiswa dan Pekerjaan di
luar PNS dan Pegawai Swasta sebesar 26,67 persen atau rata-rata 8 orang. Kemudian
persentase selanjutnya pada pegawai swasta sebanyak 20 persen. Hal ini dapat dilihat
pada Tabel 20.
Tabel 20. Sebaran Jenis Pekerjaan Responden pada Restoran Gampoeng Aceh
Cabang dari Bandung
Pekerjaan
Jumlah (orang)
8
6
8
8
30
PNS
Pegawai Swasta
Pelajar/Mahasiswa
Lainnya
Total
Persentase (%)
26,67
20
26,67
26,67
100
f. Suku Bangsa
Penilaian konsumen berdasarkan suku bangsa adalah untuk melihat bahwa
apakah konsumen yang datang ke Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung
merupakan konsumen yang bersuku bangsa dari Aceh. Karena Restoran Gampoeng
Aceh Cabang dari Bandung merupakan restoran yang menyajikan masakan khas dari
Aceh yang berlokasi di Kota Bogor.
Berdasarkan hasil penilaian kuisioner kepada 30 responden menyatakan
bahwa tidak ada yang bersuku dari Aceh. Adapun persentase terbesar ada pada
responden yang memiliki suku sunda sebesar 43,33 persen, kemudian persentase
terbesar kedua pada suku jawa sebesar 26,67 persen. Selanjutnya suku batak dan suku
melayu masing-masing sebesar 10 persen. Kemudian persentase terkecil pada suku
minang sebanyak 6,67 persen dan suku bugis sebanyak 3,33 persen. Hal ini dapat
dilihat pada Tabel 21. Hasil responden tersebut disebabkan pada saat penyebaran
kuisioner dilakukan kebanyakan konsumen yang datang berasal dari Kota Bogor itu
sendiri. Hal ini berarti bahwa produk yang ditawarkan oleh Restoran Gampoeng Aceh
Cabang dari Bandung dapat diterima oleh masyarakat diluar suku Aceh.
Tabel 21. Sebaran Responden Berdasarkan Suku Bangsa
Suku
Sunda
Jumlah (orang)
13
Persentase (%)
43,33
Melayu
Batak
Minang
Jawa
Bugis
Total
3
3
2
8
1
30
10
10
6,67
26,67
3,33
100
g. Pendapatan
Tingkat pendapatan bukanlah indikator yang baik untuk keseluruhan kelas
sosial, pendapatan dapat berfungsi sebagai ukuran prestasi pribadi di dalam suatu
pekerjaan. Dalam hal ini, tingkat pendapatan responden dikategorikan menjadi
beberapa tingkat pendapatan perbulan. Yaitu pendapatan kurang dari Rp 1.000.000,
sampai lebih dari Rp 4.000.000. berdasarkan Tabel 22, diketahui bahwa responden
mempunyai pendapatan berkisar Rp 2.001.000-Rp 3.000.000 memperoleh persentase
terbesar sebanyak 30 persen, kemudian persentese terbesar kedua ada pada Rp
1.001.000-Rp 2.000.000 sebanyak 23,33 persen. Kemudian persentese selanjutnya
ada pada pendapatan berkisar antara Rp 3.001.000-Rp 4.000.000 dan Lebih dari Rp
4.001.000 masing-masing sebanyak 20 persen. Persentese terkecil ada pada
pendapatan berkisar kurang dari Rp 1.000.000 sebanyak 6,67 persen hal ini
merupakan pendapatan pelajar/mahasiswa seperti yang terlihat pada Tabel 22.
Tabel 22.
Tingkat Pendapatan Responden pada Restoran Gampoeng Aceh
Cabang dari Bandung
Pendapatan (Rp)
≤1.000.000
1.001.000-2.000.000
2.001.000-3.000.000
3.001.000-4.000.000
≥ 4.001.000
Total
Jumlah (orang)
2
7
9
6
6
30
Persentase (%)
6,67
23,33
30
20
20
100
Dalam hal ini, dapat disimpulkan bahwa responden yang datang ke Restoran
Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung merupakan kalangan yang beragam dengan
tingkat pendapatan yang bervariasi sehingga dapat dikatakan bahwa pengunjung yang
datang adalah dari kalangan bawah dan atas.
h. Banyaknya Kunjungan
Jumlah kunjungan konsumen Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung
dapat dilihat pada Tabel 23 mengenai banyaknya kunjungan
responden pada
Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung. Pada periode bulanan, konsumen
yang datang sebanyak satu atau dua kali dalam satu bulan mencapai 86,67 persen.
Dari hasil responden tersebut dapat diartikan bahwa konsumen yang datang ke
Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung kurang loyal sehingga restoran perlu
mengkaji ulang apa yang menyebabkan konsumen kurang loyal terhadap restoran.
Tabel 23. Banyaknya Kunjungan Responden pada Restoran Gampoeng Aceh
Cabang dari Bandung
Banyaknya Kunjungan (dalam 1 Bln)
Satu Kali
Dua kali
Tiga Kali
Empat kali
Lima kali
lebih dari lima kali
Total
Jumlah (orang)
24
2
4
30
Persentase (%)
80
6,67
13,33
100
Loyalitas konsumen secara umum dapat diartikan kesetiaan seseorang atas
suatu produk, baik barang maupun jasa tertentu. Loyalitas konsumen merupakan
manifestasi dan kelanjutan dari kepuasan konsumen dalam menggunakan fasilitas
maupun jasa pelayanan yang diberikan oleh pihak perusahaan, serta untuk tetap
menjadi konsumen dari perusahaan tersebut. Loyalitas adalah bukti konsumen yang
selalu menjadi pelanggan, yang memiliki kekuatan dan sikap positif atas perusahaan
itu. Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa masing-masing pelanggan
mempunyai dasar loyalitas yang berbeda, hal ini tergantung dari obyektivitas mereka
masing-masing.
6.3
Lingkungan Industri
Kondisi perekonomian Indonesia dari tahun ke tahun semakin membaik dan
menyebabkan adanya peningkatan usaha di berbagai bidang, tidak terkecuali restoran,
khususnya di Kota Bogor. Ancaman pendatang baru yang menyajikan produk sejenis
tidak hanya berasal dari daerah sekitar, melainkan banyak yang berasal dari luar
Kota Bogor yang ingin mencoba kemampuan di bidang kuliner.
Kemampuan pendatang baru baik dari segi keuangan maupun teknologi
banyak yang lebih baik. Hal ini menimbulkan persepsi konsumen mengenai mutu
produk pendatang baru sangat baik. Dengan demikian pihak manajemen restoran
sadar akan ancaman pendatang baru yang sangat besar dalam hal tersebut untuk
nantinya akan sangat mempengaruhi keberlangsungan hidup restoran.
Adanya inovasi, diferensiasi dan diversifikasi produk serta didukung dengan
kualitas dan kuantitas produk yang baik, sangat diperlukan untuk membedakan
Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung dengan restoran lainnya.
Dalam konteks restoran yang menjadi alternatif Hidangan masakan khas Aceh
yang disajikan Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung dapat digantikan
dengan alternatif berbagai jenis masakan lainnya yang ada di Kota Bogor seperti
masakan khas Sunda dan Masakan Khas Minang. Untuk itu, agar tetap mejaga
loyalitas konsumen Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung harus mampu
memberikan produk sesuai dengan keinginan konsumen dengan meningkatkan
pelayanan dan menciptakan produk yang lebih bervariasi.
Persaingan dalam usaha restoran sangat tinggi, sampai saat ini jumlah restoran
yang ada di Kota Bogor mencapai 233 restoran dan rumah makan (Sumber : Buku
Pariwisata Kota Bogor, Dinas Pariwisata & Kebudayaan Kota Bogor, 2009). Oleh
karena itu, setiap restoran harus memiliki strategi yang jitu untuk menghadapi hal
tersebut agar mampu memperoleh peluang pasar. Setiap restoran harus mempunyai
keunggulan yang ditawarkan kepada konsumen.
Strategi produk dan harga yang dibuat oleh pihak restoran memiliki pengaruh
yang besar dalam persaingan antara industri sejenis. Pada dasarnya konsumen ingin
mendapatkan produk yang berkualitas tetapi dengan harga yang terjangkau. Pihak
restoran dalam mengatasi permasalahan ini, dapat melakukan pengembangan produk
untuk mencegah kejenuhan konsumen yang ada dan juga untuk meraih pangsa pasar
yang baru.
Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung memiliki beberapa pemasok
untuk bahan baku seperti terigu, pemasok bahan baku ayam, daging sapi, bebek,
pemasok ikan bahan baku ikan, pemasok bahan baku hewan laut, sedangkan bahan
baku lainnya dibeli di pasar tradisional.
Kekuatan pemasok bahan baku yang berasal dari laut sangat kuat, karena jika
tidak ada pasokan maka Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung tidak dapat
menyajikan hidangan laut. Akan tetapi, untuk bahan baku lainnya seperti ayam,
bebek, daging, ikan dan terigu masih dianggap lemah. Hal ini dikarenakan restoran
dapat mencari pemasok lainnya jika kualitas bahan baku yang diberikan pemasok
menurun atau memberikan harga yang tinggi. Hubungan antara pemasok dengan
Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung terjalin dengan baik, dalam hal ini
pihak restoran yang menjemput bahan baku ke tempat pemasok yang berada di Pasar
Anyar.
6.4 Identifikasi Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman
Berdasarkan analisis terhadap lingkungan internal dan lingkungan eksternal
Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung, maka dapat diidentifikasi beberapa
faktor yang dapat menjadi faktor kekuatan (strengts), faktor kelemahan (weaknesses),
faktor peluang (opportunities), dan faktor ancaman (threats) yang dimiliki Restoran
Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung.
6.4.1 Kekuatan (Strengts)
Kekuatan yang dapat diidentifikasi dari Restoran Gampoeng Aceh Cabang
dari Bandung semuanya berasal dari lingkungan internal. Kekuatan tersebut adalah:
1) Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung memiliki cita rasa yang khas.
Karena produk yang disajikan adalah makanan daerah khas Aceh yang memiliki
bumbu-bumbu rempah yang mendukung cita rasanya sehingga produk yang
disajikan oleh restoran memilki cita rasa tersendiri yang berbeda dengan yang
sudah ada. Penilaian cita rasa ini juga terdapat dala penelitian Firbani (2006)
dimana cita rasa yang khas juga dimasukkan kedalam faktor kekuatan internal
yaitu kelezatan dan cita rasa khas produk Restoran Ayam Bakar Wong Solo
merupakan alasan utama para pelanggan Restoran Ayam Bakar Wong Solo
Cabang Bogor untuk berkunjung ke restoran ini. Cita rasa memang layak dijadikan
faktor kekuatan internal dari suatu restoran karena produk yang disajikan adalah
makanan, sudah barang tentu makanan yang ditawarkan memiliki cita rasa yang
khas agar dapat memberikan jenis makanan yang berbeda dengan pesaing
2) Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung menyajikan makanan dan
minuman yang bervariasi dan merupakan salah satu restotan khas makanan Aceh
terlengkap yang ada di Kota Bogor. Hal ini seperti yang terlihat pada Lampiran
daftar menu makanan dan minuman yang ditawarkan oleh Restoran Gampoeng
Aceh Cabang dari Bandung sebanyak hampir 100 menu.
3) Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung memiliki kenyamanan dan
kebersihan tempat sehingga konsumen dapat menikmati santapannya dengan
santai dan nyaman. Desain warna merah yang mencolok dan tata ruang yang pas
ditambah bentuk bangunan tanpa pintu sehingga angin dapat masuk dan keluar
dengan bebas menyebabkan ruangannya menjadi sejuk dan bebas memandang
keluar serta kedalam.
4) Pelaporan keuangan di Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung telah
tersusun dengan baik. Diproses dengan menggunakan komputer sehingga
memudahkan dalam penyimpanan dan pengolahan data. Kemudian data yang telah
dimasukkan ke komputer langsung dikirimkan ke Restoran Gampoeng Aceh Pusat
di Bandung, kegiatan ini dilakukan setiap harinya.
5) Pada saat sekarang ini kemudahan memperoleh lokasi Restoran Gampoeng Aceh
Cabang dari Bandung yang berada di pinggir jalan protokol Pajajaran Kota Bogor
membuat
lokasinya
mejadi
stategis
karena
konsumen
dengan
mudah
mendapatkannya. Selain itu lokasinya juga dekat dengan perolehan bahan baku
sehingga tidak saja strategis dalam memperoleh konsumen tetapi juga stratgeis
dalam memperoleh bahan baku.
6) Memiliki sarana dan prasarana yang mendukung. Prasarana adalah hal-hal
kemudahan bersifat fisik maupun non fisik yang mendukung pengoperasian
sarana-sarana atau alat-alat. Sedangkan sarana adalah alat-alat untuk melakukan
kegiatan-kegiatan tertentu. Dalam usaha rumah makan/restoran, maka yang
termasuk prasarana adalah tempat yang strategis, tenaga ahli (juru masak), modal
usaha, dan izin usaha, sedangkan meja kursi, peralatan makan, peralatan masak,
dan sebagainya adalah sarana
6.4.2
Kelemahan (Weakness)
Kelemahan yang dapat diidentifikasi dari Restoran Gampoeng Aceh Cabang
dari Bandung semuanya berasal dari lingkungan internal. Kelemahan tersebut adalah:
1) Kegiatan promosi yang kurang gencar. Promosi sangat penting bagi usaha restoran
untuk mengenalkan produknya kepada konsumen agar konsumen mengetahui produk
yang ditawarkan oleh restoran. Dalam hal ini, Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari
Bandung kurang melakukan promosi aktif untuk menarikminat konsumen berkunjung
ke restorannya, banyak sarana untuk melakukan promosi tidak dimanfaatkan oleh
Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung sehingga kegiatan promosi menjadi
suatu kelemahan bagi Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung.
2) Pada saat ini Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung memiliki kondisi
parkir yang kurang memadai, apalagi kalau pada waktu akhir pekan areal parkir yang
disediakan oleh Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung kurang memenuhi
kendaraan konsumen.
6.4.3
Peluang (Opportunities)
1) Adapun yang menjadi peluang dari usaha bisnis restoran yaitu permintaan yang
cukup tinggi dapat dilihat dari beberapa faktor seperti:
 peningkatan jumlah penduduk di Kota Bogor yang mengalami peningkatan
setiap tahunnya seperti yang terlihat pada Tabel 2.
 peningkatan jumlah wisatawan yang datang ke Kota Bogor seperti yang terlihat
pada Tabel 3
2) Kemajuan teknologi baik teknologi produksi ataupun teknologi informasi.
Teknologi informasi seperti kemudahan mengakses internet seperti bisa di lakukan
di handphone sehingga perlu melakukan pembuatan website agar konsumen yang
berada di luar Kota Bogor dapat mengetahui keberadaan Restoran Gampoeng
Aceh selain dapat juga melakukan promosi via iklan di internet.
3) Kemudahan dalam memperoleh bahan baku yang dibutuhkan hal ini dapat dilihat
dengan keberadaan pemasok yang mudah dijangkau dimana lokasi Restoran
Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung dekat dengan Pasar tradisional
4) Cukup tersedianya angkatan kerja di daerah Kota Bogor karena banyak jumlah
pencari kerja di Kota Bogor pada tahun 2008 tercatat sebanyak 8.019 orang
(Sumber. Kota Bogor Dalam Angka 2009, BPS).
6.4.4
Ancaman (Threats)
1) Tingginya tingkat persaingan diantara restoran dilihat dari semakin banyaknya
jumlah restoran yang ada di Kota Bogor yang terus mengalami peningkatan
setiap tahunnya seperti yang terlihat pada Tabel 1.
2) Kenaikan harga bahan baku yang sering terjadi disebabkan oleh banyak faktor
misalnya gagal panen atau tingginya harga pupuk sehingga menyebabkan
kelangkaan produk-produk pertanian.
3) Banyaknya produk substitusi. Adanya produk subtitusi disebabkan oleh
beragamya harga dan aneka produk yang ditawarkan oleh pesaing sehingga
memberikan alternatif pilihan bagi konsumen untuk melakukan keputusan
pembelian.
6.5 Alternatif Strategi
Berdasarkan dari hasil identifikasi kekuatan dan kelemahan serta peluang dan
ancaman perusahaan, maka dapat disusun matriks SWOT.
Pendekatan matriks
SWOT memberikan berbagai alternatif strategi, yaitu Strategi S-O, Strategi S-T,
Strategi W-T, dan Strategi W-O. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 1.
Berikut strategi-strategi alternatif tersebut:
1) Strategi S-O
Strategi S-O adalah strategi yang memanfaatkan kekuatan perusahaan untuk
meraih peluang yangada pada lingkungan luar guna memperoleh keuntungan bagi
perusahaan. Adapun kekuatan yang dimiliki Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari
Bandung yaitu memilikicita rasa yang khas, memiliki makanan dan minuman yang
bervariasi, kebersihan dan kenyamanan restoran, lokasi yang strategis dihubungkan
dengan peluang yang bisa diraih oleh Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari
Bandung yaitu permintaan yang cukup tinggi, kemajuan teknologi, tersedianya
angkatan kerja maka dapat dirumuskan suatu strategi yaitu Strategi penetrasi pasar.
Strategi penetrasi pasar berusaha meningkatkan pangsa pasar untuk produk
atau jasa saat ini melalui upaya pemasaran yang lebih besar. Penetrasi pasar
mencakup meningkatkan jumlah tenaga penjual, meningkatkan jumlah belanja iklan,
menawarkan promosi yang penjualan yang ekstensif, atau meningkatkan usaha
publisitas.
Dalam hal ini strategi penetrasi pasar yang dapat dilakukan oleh Restoran
Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung adalah mengembangkan pola kemitraan dan
melakukan penyegaran terhadap brand image. Dalam mengembangkan pola
kemitraan dapat dilakukan kepada konsumen dengan mempertahankan pasar yang
ada saat ini. Memperhatikan apa yang diinginkan konsumen dengan membuat kotak
saran atau layanan call back sehingga pihak restoran mengetahui apa yang dirasakan
konsumen saat ini dan apa yang menjadi masukan untuk dilakukan pada saat
kedepannya. Sedangkan untuk penyegaran terhadap brand image restoran diharapkan
fokus terhadap target pasar yang ingin di raih dan menciptakan positioning yang tepat
di benak konsumen. Saat ini Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung ingin
memposisikan dirinya sebagai restoran yang menyajikan masakan daaerah Aceh
terlengkap yang ada di Kota Bogor dengan memberikan suasana yang santai.
2) Strategi S-T
Strategi yang mengandalkan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk
menghindari ancaman yang dihadapi.
Adapun kekuatan yang dimiliki Restoran
Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung yaitu memiliki cita rasa yang khas, memiliki
makanan dan minuman yang bervariasi, kebersihan dan kenyamanan restoran, lokasi
yang strategis dihubungkan dengan ancaman yang dihadapi oleh Restoran Gampoeng
Aceh Cabang dari Bandung yaitu tingginya tingkat persaingan diantara restoran
dengan semakin banyak jumlah restoran yang bermunculan dan banyaknya produk
subtitusi maka dapat merumuskan suatu strategi yaitu Strategi pengembangan produk
yang merupakan strategi mencari peningkatan penjualan dengan memperbaiki atau
memodifikasi produk/jasa saat ini. Produk disini tidak hanya berupa barang yang
tampak akan tetapi dalam bentuk pelayanan yang dapat diterima oleh konsumen
untuk meningkatkan kepuasan konsumen. Dalam pengembangan produk berupa
makanan yang dapat dilakukan oleh Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung
yaitu

Melakukan modifikasi produk dengan memberikan variasi rasa yang lain dari
yang sudah ada saat ini.

Menambah produk cemilan kue-kue khas Aceh sebagaimana visi dari
Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung adalah untuk mengenalkan
kultur Aceh melalui makanan, maka dengan menambah produk yang akan
ditawarkan memberikan pengetahuan juga terhadap konsumen yang datang
terhadap makanan khas Aceh yang beraneka ragam.
Untuk meningkatkan kepuasan konsumen beberapa hal yang dapat dilakukan
oleh Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung, diantaranya yaitu:
 Meningkatkan pelayanan seperti Pramusaji lebih ramah dan sopan kepada
konsumen, melayani dengan sepenuh hati untuk diadakan pelatihan kepada
karyawan atau pramusaji agar lebih mengetahui banyak tentang konsumen
sehingga dalam melayani konsumen dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya.
 Dalam menyajikan makanan penampilan menu yang akan diberikan kepada
konsumen lebih kreatif sehingga konsumen memiliki kesan tersendiri terhadap
tampilan menu.
 Mempertahankan dan meningkatkan cita rasa makanan yang enak dan sesuai
dengan lidah konsumen agar konsumen tetap loyal terhadap restoran.
 Meningkatkan fasilitas pendukung seperti meningkatkan kenyamanan tempat
parkir, toilet dan mushollah.
 Menambah pelayanan pelayanan dengan melakukan layanan delivery order
sehingga dapat memperluas pangsa pasar dengan menjangkau konsumen yang
lebih luas. Kalau selama ini yang menjadi konsumen Restoran Gampoeng
Aceh Cabang dari Bandung adalah hanya orang yang datang langsung ke
restoran akan tetapi dengan adanya layanan khusus delivery order maka
konsumen yang tidak bisa datang langsung dengan berbagai alasan misalnya
karena sibuk bekerja atau tidak ada waktu untuk datang langsung ke restoran
dapat melakukan pemesanan melalui telepon untuk delivery order. Hal ini
akan menambah target pasar yang ingin diraih oleh Restoran Gampoeng Aceh
Cabang dari Bandung dimana target pasar saat ini yang dicapai adalah orangorang yang datang langsung ke restoran akan tetapi dengan adanya layanan
khusus delivery order maka orang yang tidak bisa datang langsung ke restoran
dapat juga menjadi target pasar yang akan dicapai.
3) Strategi W-O
Strategi W-O adalah strategi yang menggunakan peluang yang ada di
lingkungan eksternal untuk mengatasi kelemahan yang dimiliki perusahaan. Strategi
ini dapat juga berarti meminimalisasi kelemahan untuk menangkap peluang yang ada
di lingkungan eksternal perusahaan. Adapun kelemahan yang dapat diidentifikasi dari
Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung yaitu kegiatan promosi yang kuran
gencar dengan peluang yang dapat diraih oleh Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari
Bandung yaitu permintaan yang cukup tinggi dan kemajuan di bidang teknologi baik
teknologi produksi maupun teknologi informasi maka dapat dirumuskan suatu
strategi yang dapat dilakukan perusahaan yaitu Strategi Meningkatkan Promosi.
Melakukan promosi merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam
strategi pemasaran agar konsumen mengetahui produk yang akan kita pasarkan
sehingga penjualan kita meningkat dan memicu meningkatkan pendapatan seperti
yang diharapkan pleh pemilik restoran. Promosi yang dapat dilakukan yaitu:

Mempromosikan restoran di radio-radio dan internet.
Iklan juga bisa dilakukan di media elektronik seperti melakukan promosi di
radio-radio, dan internet. Iklan di internet bisa dilakukan dengan mempromosikan
berbagai produk yang ditawarkan dan memasukkan kesan-kesan konsumen yang
pernah mengunjungi Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung sehingga dapat
menimbulkan rasa penasaran di benak orang yang membacanya dan akan
mendorongnya untuk mencoba produk yang ditawarkan oleh Restoran Gampoeng
Aceh Cabang dari Bandung. Karena yang menjadi target pasar dari Restoran
Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung adalah para wisatawan yang datang ke Kota
Bogor baik lokal maupun interlokal sehingga promosi melalui media eletronik dapat
memberitahukan kebradaan dari Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung.
 Promosi mouth to mouth
Melakukan promosi mouth to mouth juga bisa diandalkan untuk itu restoran
harus benar-benar memberikan pelayanan yang baik kepada konsumen dan memiliki
cita rasa makanan dan minuman yang enak sehingga konsumen yang satu dapat
memberikan informasi kepada konsumen yang lainnya. Kadang kala informasi yang
diberikan seseorang kepada orang lain lebih dipercaya oleh orang tersebut karena
mendapatkan informasi berdasarkan pengalaman langsung si konsumen yang pernah
mencobanya.
Bagi industri restoran yang iklim persaingannya ketat, metode promosi yang
harus dilakukan sebuah restoran adalah promosi yang bersifat kontinyu atau terusmenerus dengan tujuan agar restoran mereka menjadi top of mind dalam benak
konsumen dan metode promosi ini juga untuk meyakinkan konsumen bahwa restoran
tersebut menawarkan kualitas yang terbaik.

Promosi penjualan
Melaui promosi penjualan, perusahaan dapat menarik pelanggan baru,
mempengaruhi pelanggannya untuk mencoba produk baru, mendorong pelanggan
dengan membeli lebih banyak hal yang dapat dilakukan oleh Restoran Gampoeng
Aceh Cabang dari Bandung adalah dengan memberikan diskon kepada konsumen
yang melakukan pembelian dalam jumlah banyak atau yang melakukan pembelian
yang sering.
4) Strategi W-T
Strategi W-T adalah strategi yang bersifat bertahan dan berusaha untuk
meminimalisasi kelemahan dan menghindari ancaman. Adapun kelemahan yang
dimiliki Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung yaitu kegiatan promosi
yang kurang gencar dan dihubungkan dengan ancaman yang dihadapi yaitu tingginya
tingkat persaingan diantara restoran dan banyaknya produk subtitusi sehingga
merumuskan suatu strategi yang dapat dilakukan oleh perusahaan yaitu meningkatkan
promosi.
Karena untuk menghadapi pesaing banyak cara yang dapat dilakukan agar
usaha yang kita rintis bisa menang dengan pesaing. Salah satu caranya yaitu
meningkatkan promosi dengan mengenalkan produk yang kita tawarkan dan tetap
menjaga kualitas produk untuk menjaga kepuasan konsumen.
6.6 Rekomendasi Strategi Pemasran Restoran Gampooeng Aceh Cabang dari
Bandung
Prioritas utama didasarkan pada strategi diversifikasi produk, maka
rekomendasi strategi pemasaran bagi Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari
Bandung adalah untuk mencoba mengembangkan produk untuk meningkatkan
jumlah konsumen dan loyalitas konsumen serta menambah pangsa pasar. Strategi
menggunakan strategi bauran pemasaran. Bauran pemasaran tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Produk
Saat ini Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung telah memberikan
produk yang bervariasi. Hal ini dibuktikan dengan terdapat hampir 90 lebih jenis
makanan dan minuman yang ditawarkan oleh Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari
Bandung. Dalam hal ini rekomendasi yang diberikan kepada Restoran Gampoeng
Aceh Cabang dari Bandung adalah melakukan diversikasi produk seperti menjual
aneka kue-kue khas Aceh, Kopi Aceh dan Souvenir khas Aceh.
b. Harga
Harga merupakan satu-satunya elemen bauran pemasaran yang menghasilkan
pendapatan, sedangkan elemen lainnya justru menimbulkan biaya.
Harga juga
merupakan salah satu elemen bauran pemasaran yang paling fleksibel, karena harga
dapat diubah dengan cepat. Harga yang ditawarkan oleh Restoran Gampoeng Aceh
Cabang dari Bandung pada beberapa menu dengan jenis dan porsi yang sama
memiliki kesamaan dengan pesaing akan tetapi pada beberapa menu Restoran
Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung memberikan harga yang lebih mahal. Daftar
harga yang dibuat oleh Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung dinilai telah
baik karena dapat mengimformasikan harga produk.
Penetapan harga produk
disesuaikan dengan biaya operasional yang dikeluarkan oleh restoran. Walaupun
harga yang diberikan oleh Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung sedikit
lebih mahal dibandingkan pesaing tetapi itu sesuai dengan apa yang akan didapat oleh
konsumen sehingga konsumen tidak merasa harga yang ditawarkan oleh Restoran
Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung merupakan harga yang mahal
c. Tempat
Pada saat ini lokasi Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung telah
berada pada lokasi yang strategis. Hal ini dilihat dari lokasinya yang dekat dengan
jalan lalu lintas dan mudah dijangkau oleh konsumen kemudian juga mudah dalam
memperoleh bahan baku karena dekat dengan pasar tradisional. Oleh karena itu,
tidak ada rekomendasi strategi tempat yang diberikan kepada Restoran Gampoeng
Aceh Cabang dari Bandung.
d. Promosi
Bagi industri restoran yang iklim persaingannya ketat, metode promosi yang
harus dilakukan sebuah restoran adalah promosi yang bersifat kontinyu atau terusmenerus dengan tujuan agar restoran mereka menjadi top of mind dalam benak
konsumen dan metode promosi ini juga untuk meyakinkan konsumen bahwa restoran
tersebut menawarkan kualitas yang terbaik. Promosi yang dapat dilakukan yaitu
membuat iklan dengan menggunakan media elekronik seperti radio dan internet dan
iklan melalui media cetak. Promosi dengan mouth to mouth juga bisa diandalkan
karena biasanya orang lebih percaya kepada seseorang yang telah mencoba atau
melalui pengalaman yang telah dilakukan. Selain itu, promosi penjualan seperti
memberikan diskon kepada pengunjung pada hari-hari tertentu bisa dilakukan untuk
menarik minat pembeli.
e. Proses
Restoran merupakan sebuah usaha yang tidak hanya menjual produk, tetapi
juga menjual jasa berupa pelayanan kepada konsumen. Proses merupakan semua
kegiatan yang dapat dikordinasikan dengan baik untuk menciptakan kualitas serta
pelayanan yang diberikan kepada konsumen.
Strategi proses yang telah diterapkan oleh Restoran Gampoeng Aceh Cabang
dari Bandung yaitu kecepatan pelayanan seperti kecepatan dalam penyajian hidangan,
kecepatan dalam merespon keluhan konsumen dan kemudahan dalam transaksi
pembayaran. Sampai saat ini, pelayanan yang diberikan kepada konsumen masih bisa
ditangani dengan baik akan tetapi pada waktu-waktu tertentu seperti pada saat jam
makan siang dimana pengunjung yang datang lumayan banyak dan konsumen
membutuhkan waktu yang cepat dalam penyediaan makanan yang dipesan kadang
menimbulkan kesulitan bagi karyawan karena koki yang tersedia di dapur hanya 3
orang. Untuk itu, dalam mengatasinya karyawan yang bagian kerjanya tidak terlalu
sibuk dapat membantu karyawan bagian lain yang menerima orderan banyak. Dalam
kemudahan transaksi saat ini Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung belum
menggunakan mesin auto debit untuk memudahkan transaksi sebaiknya Restoran
Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung dapat menyediakan mesin auto debit untuk
memudahkan bagi konsumen yang tidak membawa uang tunai.
f. Orang
Orang (personel) atau karyawan merupakan unsur bauran pemasaran yang
memiliki peran penting, karena terlibat langsung dalam kegiatan penyampaian produk
ketangan konsumen. Image suatu perusahaan dapat diukur dari orang-orang yang
memberikan pelayanan pada pelanggan.
Karyawan harus dibekali dengan ilmu
pengetahuan yang cukup mengenai pelayanan yang baik terhadap konsumen, mulai
dari berkomunikasi dengan konsumen tentang keadaan restoran, mulai dari produk
sampai fasilitas yang disediakan oleh Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari
Bandung. Hal ini dimaksudkan jika terjadi keluhan dari konsumen, maka dapat
diatasi dengan memberikan jawaban yang memuaskan.
g. Bukti Fisik
Bukti fisik berhubungan dengan fasilitas apa saja yang diberikan oleh
Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung seperti adanya sarana pendukung,
dekorasi ruangan, warna bangunan dan kebersihan restoran. Sarana pendukung yang
diberikan meliputi area parkir yang dapat digunakan untuk kendaraan beroda dua dan
empat, adanya musholla yang disediakan untuk konsumen serta adanya toilet dan
tempat cuci tangan. Oleh karena itu, rekomendasi strategi bukti fisik yang dapat
dilakukan yaitu memperbaiki area parkir agar lebih memudahkan konsumen yang
datang menggunakan kendaraan, memperbaiki sarana pendukung seperti Musholla
yang selama ini terlihat kurang nyaman agar lebih dibersihkan dan terlihat lebih rapi.
VII KESIMPULAN
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang analisis strategi pemasaran Restoran
Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung, maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan
yaitu:
a.
Berdasarkan hasil analisis persepsi konsumen terhadap bauran produk yang
telah dijalankan oleh Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung di
Bogor maka yang harus mendapat perhatian utama dari manajemen restoran
untuk ditingkatkan yaitu kegiatan promosi yang lebih efektif, penyediaan
bukti fisik seperti kondisi parkir, hal ini karena persepsi konsumen terhadap
bauran pemasaran tersebut belum baik. Sedangkan atribut bauran pemasaran
yang telah mendapatkan persepsi yang baik adalah atribut cita rasa menu,
keterjangkauan harga, lokasi restoran yang strategis, penampilan pramusaji,
kecepatan pelayanan, fasilitas pendukung seperti toilet dan musholla.
b.
Faktor-faktor internal yang menjadi kekuatan bagi Restoran Gampoeng Aceh
Cabang dari Bandung, yaitu memiliki cita rasa menu yang khas, memiliki
makanan dan minuman yang bervariasi, kebersihan dan kenyamanan restoran,
laporan keuangan tersusun dengan baik, lokasi restoran yang strategis dan
memiliki sarana dan prasarana yang mendukkung. Adapun yang menjadi
kelemahan faktor internal yaitu kegiatan promosi yang kurang gencar serta
kondisi parkir kurang memadai.
c.
Faktor-faktor eksternal yang menjadi peluang bagi Restoran Gampoeng Aceh
Cabang dari Bandung adalah permintaan yang cukup tinggi, kemajuan
teknologi
produksi
ataupun
teknologi
informasi,
kemudahan
dalam
memperoleh bahan baku dan cukup tersedianya angkatan kerja. Sedangkan
faktor-faktor eksternal yang menjadi ancaman bagi restoran adalah tingginya
tingkat persaingan diantara restoran dan kenaikan harga bahan baku.
d.
Berdasarkan hasil Matriks SWOT strategi yang dapat dilakukan yaitu Strategi
penetrasi pasar , strategi pengembangan produk, dan meningkatkan promosi
yang lebih gencar.
7.2 Saran
Berdasarkan dari pembahasan hasil penelitian mengenai Restoran Gampoeng
Aceh Cabang dari Bandung,berikut ini adalah saran yang dapat menjadi masukan
bagi restoran yaitu Meningkatkan kegiatan promosi adapun kegiatan promosi yang
dapat dilakukan yaitu melakukan iklan di radio-radio dan media cetak serta internet,
melakukan promosi dengan penjualan secara langsung atau mouth to mouth karena
biasanya orang lebih percaya dengan orang sudah mencobanya hal ini dilakukan
dapat membatu Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari Bandung untuk meningkatkan
penjualan dalam mencapai targetnya.
Restoran Gampoeng Aceh Cabang juga
diharapkan dapat memperbaiki area parkir untuk menambah kenyamanan konsumen
yang datang ke restoran dengan menggunakan kendaraan
DAFTAR PUSTAKA
Bogor[BPS] Badan Pusat Statistik Kota Bogor. 2008. Kota Bogor dalam Angka
Bogor. BPS Kota
[BPS] Badan Pusat Statistik Kota Bogor. 2009. Kota Bogor dalam Angka Bogor.
BPS Kota Bogor
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bogor. 2009. Pariwisata Kota Bogor. Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bogor
David F. R. 2008. Manajemen Strategi. Salemba Empat. Jakarta
Engel, dkk. 1994. Perilaku Konsumen. Binarupa Aksara. Jakarta
Firbani R. 2006. Analisis Strategi Pemasaran Restoran Waralaba Lokal (Studi Kasus
Restoran Ayam Bakar Wong Solo Cabang Bogor). Program Studi
Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor
Fitri A. 2009. Penilaian Konsumen Terhadap Pelaksanaan Bauran pemasaran (7P)
pada Restoran Bakmi Japos Bogor. Program Sarjana Ekstensi Manajemen
Agribisnis Fakultas Pertanian. IPB. Bogor
Kertajaya. 2005. Rethingking Marketing. Meninjau Ulang Pemasaran. Indeks. Jakarta
Kotler P, Keller LK. 2007. Manajemen Pemasaran. PT. Indeks. Jakarta
Kotler P, Armstrong G. 2008. Prinsip-prinsip Pemasaran. Erlangga. Jakarta
Maryadi. 2007. Analisis Strategi Pemasaran pada Restoran California Fried Chiken .
Skripsi. Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan Fakultas Perternakan.
IPB. Bogor
Nugroho AA. 2009. Analisis Bauran Pemasaran pada Bakmi Raos Condet, Jakarta
Timur. Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. IPB.
Bogor
Porter, M. E. 1993. Strategi Bersaing Teknik Menganalisis Industri dan Pesaing.
Terjemahan. Erlangga. Jakarta.
Ratnasari DR. 2009. Analisis Strategi Pemasaran (Studi Kasus Ali Baba Restaurant,
Bogor). Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. IPB.
Bogor
Ridwansyah F. 2009. Strategi Pemasaran pada Rumah Makan Sate Kiloan Empuk
Cibinong. Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. IPB.
Bogor
Risman. 2009. Strategi Pemasaran Produk Dafa Yogurt. Departemen Agribisnis.
Fakultas Ekonomi dan Manajemen. IPB. Bogor
Robbin, S.P. 1996. Perilaku Organisasi Konsep Kontroversi Aplikasi. Prenhalindo.
Jakarta
Schiffman dan Kanuk. 2007. Consumer Behaviour. Person Education. Jakarta
Setiawati, E. 2007. Analisis Strategi Pemasaran Rumah Makan Ayam Bakar Sogo
Sari Rasa. Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen.
IPB. Bogor
Tjiptono. 1997. Strategi Pemasaran. Andi. Yogyakarta
Umar H. 2000. Riset pemasaran dan Perilaku Konsumen. PT. Sun. Jakarta
Lampiran 1. Keadaan Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari bandung Di Bogor
Restoran Gampoeng Aceh
Tempat pelayanan konsumen di dalam
Tempat meracik Teh/Kopi
Tempat pelayanan konsumen tampak luar
Tampilan menu makanan prasmanan
Kasir
Lampiran 2. Keadaan Operasional Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari bandung Di
Bogor
Westafel
Toilet
Parkir Mobil
Dapur
Mushollah
Parkir Motor
Lampiran 3. Daftar Menu Makanan Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari bandung Di
Bogor
Lampiran 4. Daftar Minuman Restoran Gampoeng Aceh Cabang dari bandung Di Bogor
Download