5. Struktur Nafkah

advertisement
1
MAKALAH KOLOKIUM
Nama Pemrasaran/NIM
Departemen
Pembahas
Dosen Pembimbing/NIP
Judul Rencana Penelitian
:
:
:
:
:
Tanggal dan Waktu
:
Nurul Maghfiroh/I34100116
Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Dinasti Tri Ranti/I34100121
Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, MSc.Agr/ 196309141990031002
Hubungan Industrialisasi Pedesaan dan Strategi Nafkah
Rumahtangga (Kasus : Masyarakat Pengrajin Tas dan Jaket
Desa Bojongrangkas dan Desa Cihideung Udik, Kecamatan
Ciampea, Kabupaten Bogor)
4 Maret 2014, 12.00-13.00 WIB
1. PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Konsep industrialisasi pedesaan diaplikasikan dalam bentuk yang berbeda-beda di
berbagai negara, termasuk di Indonesia. Menurut Waluyo (2009) industrialisasi pedesaan
seringkali mempunyai dua pengertian yang secara konseptual berbeda. Pertama, industrialisasi
pedesaan yang diartikan dan diimplementasikan sebagai industri di pedesaan (industry in rural
areas). Industrialisasi pedesaan dalam pengertian pertama diartikan sebagai pembangunan
pabrik-pabrik yang mengambil lokasi di kawasan pedesaan. Pengertian dan bentuk implementasi
industrialisasi pedesaan yang kedua adalah pengembangan industri yang mengandalkan kekuatan
utama berupa sumberdaya yang ada di pedesaan (industry of rural areas), baik sumberdaya alam
maupun sumberdaya manusia. Pada pengertian industrialisasi pedesaan yang kedua, industri
merupakan kekuatan yang datang dari dalam pedesaan itu sendiri (indigineous industry).
.
Kemudian sektor industri juga mempunyai andil yang cukup besar dalam peningkatan
perekonomian Negara. Realitas menunjukkan bahwa tingkat kemakmuran rakyat negara-negara
industri memang jauh lebih tinggi dari pada negara-negara yang mengandalkan sektor pertanian
(Marijan, 2005). Selanjutnya menurut (Pangestu et al, 1996) industrialisasi merupakan proses
interaksi antara pembangunan teknologi, spesialisasi dan perdagangan yang pada akhirnya
mendorong perubahan struktur ekonomi. Karena alasan itulah kegiatan industri mempunyai peran
yang cukup besar bagi strategi nafkah atau sumber penghidupan masyarakat..
Di wilayah Jawa Barat , kota-kota industri mulai berkembang dan menghasilkan barangbarang hasil produksi yang bermutu dan bernilai jual tinggi. Kota Bogor merupakan salah satu
wilayah perkembangan kegiatan industri, khususnya kegiatan industri kecil menengah yang
banyak dilakukan oleh masyarakat khususnya dipedesaan. Sektor industri dan perdagangan
sendiri merupakan penyumbang terbesar PDRB Kabupaten Bogor dan menjadi penggerak
kegiatan ekonomi lainnya. Dengan nilai investasi mencapai 72,146 juta dan menyerap tenaga
kerja sebanyak 19,789 jiwa pada tahun 2010 diperkirakan angka tersebut akan terus meningkat
ditahun 2014 ini (BPS Kab.Bogor). Hal ini telah mampu mendorong peningkatan laju pertumbuhan
ekonomi serta menjadi penggerak berkembangan pembangunan daerah, yang juga membuka
peluang perluasan kesempatan kerja bagi masyarakat.
Kemudian salah satu produk barang jadi hasil kegiatan industri kecil dan menengah yang
bernilai ekonomi cukup tinggi adalah tas dan jaket. Pada kenyataannya tas dan jaket yang dijual
dan dipamerkan ditoko-toko besar di Kota Bogor sebagian besar bukanlah berasal dari pabrik
besar dengan omset yang tinggi tetapi melainkan berasal dari kegiatan industri rumahan berskala
kecil hingga sedang. Salah satu daerah penghasil kerajianan tas dan jaket adalah Desa
Bojongrangkas dan Desa Cihideung Udik, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Kedua desa ini
sudah banyak dikenal masyarakat sebagai sentra penghasil tas dan sepatu yang cukup besar
diwilayah Kota Bogor. Kemajuan suatu kegiatan usaha industri pada dasarnya bergantung pada
kinerja buruh pengrajin. Tanpa adanya buruh, kegiatan industri tidak akan berjalan, buruh sebagai
sumberdaya manusia memang sangat dibutuhkan dalam usaha industri terutama industri kecil
menengah yang hanya menggunakan alat-alat sederhana dalam proses produksinya. Pengaruh
2
yang ditimbulkan oleh adanya kegiatan industri terhadap mata pancaharian masyarakat pedesaan
menjadi fokus utama dalam penelitian ini. Bidang industri baik secara langsung maupun tidak
langsung mempengaruhi mata pencaharian rumahtangga khususnya rumahtangga buruh atau
pengrajin didalam kegiatan usaha kecil menengah.
Seperti yang dikemukakan oleh Sunarjan (1991) bahwa kehadiran industri menyebabkan
perubahan-perubahan didalam sosial-ekonomi misalnya perubahan pemilikan dan pemanfataan
lahan, perubahan profesi dan perubahan tingkat pendapatan penduduk. Sehingga demikian
munculah suatu konsep besar yang mampu menggambarkan kondisi tersebut yaitu konsep
startegi nafkah. Menurut Wasito (2012) strategi nafkah adalah seperangkat pilihan tindakan dari
berbagai alternatif yang ada dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya (baik sumberdaya
berupa barang atau kegiatan ekonomi maupun dengan memanfaatkan modal sosial) untuk dapat
memenuhi kebutuhan hidup guna mempertahankan keberlangsungan hidupnya.
Dalam perkembangannya, kegiatan industri yang memasuki wilayah pedesaan dapat
mempengaruhi pola pencarian nafkah masyarakatnya. Begitu pula kondisi sosial ekonomi
masyarakat dikedua desa penelitian yang hampir sama, letak geografis yang berada diwilayah
kabupaten bogor namun tidak terlalu jauh dari perkotaan membuat pengaruh industrialisasi mudah
masuk ke wilayah tersebut. Industrialisasi yang masuk tersebut memberikan banyak pengaruh
pada berbagai aspek kehidupan masyarakat termasuk dalam aktifitas pencarian nafkah. Dahulu
pola nafkah seragam di Desa Bojongrangkas dan Desa Cihideung Udik didasarkan pada potensi
sumber daya alam yang dimiliki yaitu berbasis pertanian. Hal ini sesuai dengan ciri strategi
penghidupan pedesaan yang dikemukakan oleh Dharmawan (2007) dalam Tulak dkk (2009)
bahwa “strategi penghidupan (livelihood strategies) pedesaan adalah strategi penghidupan dan
nafkah yang dibangun dan selalu menunjuk pada peran sektor pertanian”.
Namun, dengan hadirnya sektor industri diwilayah pedesaan seperti pada lokasi penelitian
menyebabkan pertanian bukan lagi satu-satu mata pencaharian utama masyarakat desa.
Keberagaman sumber nafkah muncul seperti yang dikemukakan Tulak dkk (2009) juga
menjelaskan bahwa strategi nafkah (livelihood strategies) dalam hal ini dibatasi sebagai
keseluruhan cara atau kegiatan ekonomi yang diambil oleh anggota rumahtangga sekedar untuk
bertahan hidup (survival) dan atau (dalam kondisi memungkinkan) untuk membuat status
kehidupan menjadi lebih baik melalui pemanfaatan berbagai ragam sumberdaya yang dimiliki.
Dengan hadirnya sektor industri bagi masyarakat Desa Bojongrangkas dan Desa Pagelaran
tampaknya memiliki andil yang cukup besar dalam kehidupan perekonomian masyarakat. Oleh
karena itu, dalam kasus ini menarik bagi penulis untuk mengetahui sejauh mana
industrialisasi pedesaan menopang ketahanan ekonomi rumahtangga masyarakat desa?
1.2. RUMUSAN MASALAH
Kemudian dalam upaya mempertahankan kehidupannya, rumahtangga melakukan
berbagai cara dan strategi. Maka dari itu, rumahtangga mengerjakan berbagai pekerjaan sebagai
bentuk upaya dalam menghasilkan pendapatan rumahtangga. Sebagaimana yang dijelaskan oleh
Sumitro, 1986 yang dimaksud dengan pola-pola pencarian nafkah dipedesaan adalah lapangan
pekerjaan dengan beragam status pekerjaan yang dilakukan secara teratur selama setahun yang
dikerjakan oleh penduduk desa dengan memperoleh pendapatan untuk memenuhi biaya
keperluan rumahtangganya. Dengan adanya industrialisasi pedesaan, memberikan peluang lebih
besar bagi rumahtangga untuk meningkatkan taraf hidup perekonominya. Oleh karena itu, dalam
kasus ini menarik bagi penulis untuk mengetahui sejauh mana industrialisasi pedesaan
menopang ketahanan ekonomi rumahtangga masyarakat desa?
Dalam kasus rumahtangga masyarakat pengrajin tas tas di Desa Bojongrangkas dan
pengrajin sepatu di Desa Cihideung Udik, pola-pola nafkah yang diterapkan banyak didominasi
oleh sektor industri rumahan yang berkembang diwilayah tepat tinggal mereka. Kegiatan industri
tas tersebut memberikan peran yang cukup besar bagi kehidupan masyarakat sekitar terutama
dalam bidang ekonomi. Maka dari itu penting bagi peneliti untuk mengidentifikasi seberapa
besar persentase sumbangan dari sektor industri terhadap struktur nafkah rumahtangga?
3
Selanjutnya sebagaimana diketahui bahwa mata pencaharian masyarakat pedesaan
khususnya dilokasi penelitian, tidak sekedar berasal dari sektor pertanian saja melainkan juga dari
sektor industri. Untuk itu hadirnya sektor non pertanian (non farm) seperti industri kecil menengah
tersebut menjadi tumpuan baru masyarakat dalam mengembangkan perekonomian rumahtangga
dan juga eningkatkan taraf hidup masyarakat. Oleh karena itu penting juga untuk penulis
menganalisis bagaimana tingkat ketergantungan rumahtangga masyarakat terhadap sektor
industri sebagai upaya meningkatkan perekonomiannya?
1.3. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian dirumuskan sebagai berikut:
1. Memaparkan sejauhmana industrialisasi pedesaan mampu menopang ketahanan ekonomi
rumahtangga.
2. Mengidentifikasi seberapa besar persentase sumbangan sektor industri terhadap struktur
pendapatan rumahtangga masyarakat lokasi penelitian.
3. Mengetahui tingkat ketergantungan rumahtangga terhadap sektor industri dalam upaya
meningkatkan perekonomiannya.
1.4. KEGUNAAN PENELITIAN
Penelitian ini memiliki kegunaan sebagai berikut:
1. Bagi kalangan akademisi
ini diharapkan dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan mengenai industrialisasi
pedesaan serta kaitannya dengan startegi dan struktur nafkah yang terjadi dikehidupan
sehari-hari dalam masyarakat.
2. Bagi masyarakat Desa Bojongrangkas dan masyarakat Desa Cihideung Udik
Diharapkan dengan penelitian ini dapat menambah wawasan dan gambaran seputar
aktifitas ekonomi masyarakat tentang strategi dan struktur nafkah yang mereka lakukan.
Dan bagaimana peran sektor industri yang berda disekitar tempat tinggal mereka baik
mampu membantu perekonomian mereka.
3. Bagi Pemerintah
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pihak aparatur terkait dalam
upaya meningkatkan potensi yang dimiliki oleh wilayah Desa Bojongrangkas dan Desa
Pagelaran agar pembangunan daerah lokal daerah lebih baik.
2. PENDEKATAN TEORITIS
2.1.
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pedesaan dan Masyarakat Desa
Konsep pedesaan berbeda dengan desa (village), pedesaan lebih sering dikenal dengan
istilah rural. Kemudian lebih lanjut Raharjo (2004) menyatakan bahwa konsep rural lebih menunjuk
pada karakteristik masyarakatnya sedangkan konsep village lebih mengacu pada suatu unit
territorial. Pernyataan lain menurut Raharjo (2004) kriteria yang umum digunakan sebagai kriteria
pedesaan adalah pertanian. Suatu daerah pedesaan adalah suatu lingkungan yang penduduknya
hidup dari atau tergantung pada pertanian. Senada dengan hal tersebut, meskipun tidak seluruh
desa bergantung pada pertanian, pengertian desa juga banyak diasosiasikan dengan pertanian,
misalnya pernyataan Bergel (1955) dalam Raharjo (2004) bahwa salah satu pengertian desa
adalah setiap pemukiman para petani, terlepas dari ukuran besar-kecilnya.
Selanjutnya masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang telah memiliki tatanan
kehidupan, norma-norma, adat istiadat yang sama-sama ditaati dalam lingkungannya. Masyarakat
menurut Soekanto (1990) diartikan sebagai manusia yang hidup bersama, mereka sadar sebagai
satu kesatuan dan mereka merupakan suatu sistem yang hidup bersama. Masyarakat adalah
4
segolongan manusia yang saling berhubungan tetap atau agak tetap, yang diorganisir untuk
aktifiitas-aktifitas bersama dan terikat padanya. Masyarakat desa mempunyai hubungan yang lebih
erat daripada masyarakat kota. Sistem kehidupan biasanya berkelompok atas dasar sistem
kekeluargaan. Dalam masyarakat desa biasanya tertuju pada keperluan kebutuhan yang bersifat
primer seperti makanan, pakaian, dan rumah. Sehingga demikian masyarakat desa merupakan
kesatuan masyarakat yang terdiri dari individu dan keluarga-keluarga yang membentuk suatu
kelompok sosial yang saling berhubungan antara satu sama lain baik diorganisir maupun tidak
untuk mencapai tujuan tertentu (kepentingan pribadi atau kelompok) dan hidup berkelompok
dimana secara normatif mereka diatur oleh norma-norma, nilai-nilai, kelembagaan yang bersifat
tradisional, sehingga dalam kehidupan sehari-harinya unsur kebersamaan, gotong royong yang
bersifat komunal dalam berbagai segi kehidupan masih banyak dikalangan mereka.
2. Industrialisasi Pedesaan
Industrialisasi dalam arti sempit menggambarkan penggunaan secara luas sumber-sumber
tenaga non-hayati, dalam rangka produksi barang atau jasa. Meskipun definisi ini terasa sangat
membatasi industrialisasi tidak hanya terdapat pada pabrik atau manufaktur, tapi juga bisa meliputi
pertanian karena pertanian tidak bisa lepas dari mekanisasi (pemakaian sumber tenaga nonhayati) demikian pula halnya dengan transportasi dan komunikasi. Sedangkan menurut
Sastrosoenarto (2006) mengartikan industrialisasi sebagai “proses membangun masyarakat
industri yang luas. Industrialisasi di Indonesia harus mengandung makna transformasi masyarakat
menuju masyarakat sejahtera yang maju secara struktural maupun kultur”.
Kemudian industrialisasi pedesaan
pada mulanya ditawarkan oleh Sayogyo dan
Tambunan (1990) sebagai upaya industrialisasi untuk melakukan transformasi masyarakat
pertanian pedesaan ke arah masyarakat industrial. Lebih lanjut, ia menyatakan bahwa
industrialisasi pedesaan memiliki peranan penting dalam pembentukan organisasi sosial yang
bersifat industrial. Pendapat lain yaitu menurut Waluyo (2009) industrialisasi pedesaan seringkali
mempunyai dua pengertian yang secara konseptual berbeda. Pertama, industrialisasi pedesaan
yang diartikan dan diimplementasikan sebagai industri di pedesaan (industry in rural areas).
Industrialisasi pedesaan dalam pengertian pertama diartikan sebagai pembangunan pabrik-pabrik
yang mengambil lokasi di kawasan pedesaan. Pengertian dan bentuk implementasi industrialisasi
pedesaan yang kedua adalah pengembangan industri yang mengandalkan kekuatan utama
berupa sumberdaya yang ada di pedesaan (industry of rural areas), baik sumberdaya alam
maupun sumberdaya manusia. Pada pengertian industrialisasi pedesaan yang kedua, industri
merupakan kekuatan yang datang dari dalam pedesaan itu sendiri (indigineous industry).
3. Industri dan Klasifikasinya
Kebijakan pembangunan yang berbasis peningkatan perekonoian mengakibatkan sektor
pertanian cenderung diabaikan dan lebih menitik beratkan pada sektor industri. Menurut UU No. 5
Tahun 1984 tentang Perindustrian, industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan
mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai
yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan
industri. Dari definisi tersebut, istilah industri sering disebut sebagai kegiatan manufaktur
(manufacturing). Padahal pengertian industri sangatlah luas, yaitu menyangkut semua kegiatan
manusia dalam bidang ekonomi yang sifatnya produktif dan komersial, karena industri merupakan
kegiatan ekonomi yang luas maka jumlah dan macam industri berbeda-beda untuk tiap negara
atau daerah. Kegiatan industri juga dapat dijadikan sebagai sumber nafkah lain diluar sektor
pertanian, dimana diketahui sebagian besar mata pancaharian masyarakat indonesia adalah
dalam sektor pertanian.
Dalam penerapannya kegiatan industri sangatlah beragam, diantaranya adalah kegiatan
industri kecil menengah yang sekarang ini banyak dilakukan oleh masyarakat. Perkembangan
industri kecil menengah yang mandiri dapat membantu mendukung perkembangan industri besar
dalam satu kerangka kerjasama yang saling menguntungkan. Menurut Tambunan (1999), industri
kecil adalah usaha produktif di luar usaha pertanian, baik itu merupakan mata pencaharian utama
ataupun sampingan. Industri kecil menengah juga dapat dikatakan suatu kegiatan industri dengan
5
modal dan jumlah tenaga yang relatif kecil serta penggunan alat-alat yang sederhana.
Oleh karena Industri Kecil dan Menengah tergolong batasan Usaha Kecil dan Menengah
menurut Undang-undang No. 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, maka
batasan Industri Kecil dan Menengah didefinisikan sebagai berikut:
a. Industri Kecil adalah kegiatan ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan
oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau
bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung
maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memiliki kekayaan
bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha; atau memiliki hasil
penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus
juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta
rupiah).
b. Industri Menengah adalah kegiatan ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Kecil atau Usaha Besar yang
memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai
dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah
dan bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari
Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah)
4. Nafkah dan Strategi Nafkah
Nafkah dapat dimaknai sebagai strategi penghidupan untuk mempertahankan
keberlangsungan penghidupannya (sustainable livelihood). Nafkah dijelaskan oleh (Ellis, 2000;
Scoones, 1998) bahwa livelihood meliputi aset (modal alam, modal fisik, modal
sumberdayamanusia, modal finansial, dan modal sosial), aktifitas dan akses terhadap aset-aset
tersebut yang dikombinasikan untuk menentukan kehidupan bagi individu maupun rumahtangga.
Lima tipe modal atau yang biasa disebut sebagai (livelihood Asset), yakni:
1. Modal manusia yang meliputi jumlah (populasi manusia), tingkat pendidikan dan
keahlian yang dimiliki dan kesehatannya.
2. Modal alam yang meliputi segala sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan
manusia untuk keberlangsungan hidupnya, seperti air, tanah. udara, hutan, dan
sebaganya.
3. Modal sosial yaitu berupa jaringan sosial dan lembaga dimana seseorang
berpartisipasi dan memperoleh dukungan untuk kelangsungan hidupnya.
4. Modal finansial yaitu berupa kredit dan persediaan uang tunai yang bisa diakses
untuk keperluan produksi dan konsumsi.
5. Modal fisik yaitu modal yang berbentuk infrastruktur dasar seperti gedung, jalan dan
sebagainya.
Bentuk-bentuk strategi nafkah sangat beragam dan tentunya berbeda-beda satu antara
rumahtangga dengan rumah tangga lainnya sesuai dengan kemampuan itu sendiri. Purnomo et al.
(2007) bahwa strategi nafkah mempresentasikan serangkaian pilihan penggunaan sumberdaya
nafkah dan aktivitas nafkah yang dilakukan rumahtangga untuk mencapai tujuan kesejahteraan
sosial dan ekonomi rumahtangga. Tulak et al. (2009) juga menyebutkan hal yang serupa, bahwa
setiap rumahtangga dapat meningkatkan derajat kesejahteraannya dengan menerapkan berbagai
strategi nafkah bertumpu pada sumberdaya yang dimiliki. Untuk kasus Desa Bojongrangkas dan
Desa Cihideung Udik dimana pengaruh sektor industri sangat kuat membuat pola nafkah
masyrakatnya mengalami perubahan. Peralihan sumber matapancaharian dari sektor pertanian ke
nonpertanian mulai banyak dilakukan oleh masyarakat sebagai upaya mempertahankan hidup
dikondisi ekonomi yang serba naik ini. Peralihan dari sektor pertanian ke sektor nonpertanian
menyababkan terjadinya siklus perputaran modal dan asset, seperti dalam tabel 2.
6
Sektor pertanian
Sektor nonpertanian
Modal & sdm
modal & sdm
Strategi nafkah ekstentifikasi,
intensifikasi, buruh tani, share
cropping, pekerja anak, dan
wanita di pertanian
Strategi
Nafkah Ganda
dan Migrasi
Strategi nafkah sektor informal,
pedagang kecil-menengah,
industri pedesaan, industri hasil
pertanian, pengrajin, buruh.
Sumber: Dharmawan (2007: 179)
Gambar 1. Mobilisasi modal dan sumberdaya manusia (SDM) pedesaan di dua basis
nafkah pada mahzab Bogor
Konsep pola nafkah pedesaan (rural livelihood) menurut Chamber dan Conway (1992),
bahwa suatu pola nafkah ditandai oleh suatu aliran penghasilan dari bekerja berburuh, bekerja
sendiri, penghasilan dari kiriman (asal nafkah luar desa), umumnya bagi orang desa suatu
kombinasi beragam aliran itu yang bervariasi antar musim dan tahun. Pola nafkah disebut sudah
“mencukupi” jika keluarga terhindar dari “kemiskinan” lebih baik lagi jika pola nafkah ini mampu
meningkatkan kesejahteraan pencari nafkah beserta orang-orang yang menjadi tanggungannya.
Dengan demikian ketahanan nafkah diperoleh dari penguasaan sejumlah akses terhadap sumber
daya serta cadangan dari aset sehingga dapat mengatasi resiko (kedaruratan) dan tahan terhadap
kejutan (shock).
5. Struktur Nafkah
Terkait dengan strategi nafkah, Dharmawan (2001) mengungkapkan konsep struktur
nafkah. Struktur nafkah merupakan suatu konsep yang sangat berhubungan dengan strategi
nafkah. Struktur nafkah diperoleh setelah masyarakat melakukan serangkaian strategi nafkah
guna mencapai taraf hidup yang diinginkannya. Penelitian Dharmawan (2001) mengkaji struktur
nafkah melalui proporsi atau komposisi tingkat pendapatan yang diperoleh setiap anggota
rumahtangga dalam suatu rumahtangga setelah melakukan strategi nafkah dalam kurun waktu
satu tahun guna mencapai taraf hidup yang diinginkannya. Komposisi pendapatan tersebut
ditunjukkan melalui persentase tingkat pendapatan baik berupa in cash (uang) maupun in kind
(barang). Tingkat pendapatan tersebut diperoleh dari masing-masing aktivitas nafkah (farm dan
non farm) yang dilakukan suatu rumahtangga dalam kurun waktu satu tahun dengan satuan
rupiah per tahun.
Lebih jelas sumber nafkah bagi rumahtangga pedesaan, menurut Ellis (2000) dapat
diklaskifikasikan menjadi tiga, yaitu:
a. On-farm ; sumber nafkah ini didasarkan dari sumber hasil pertanian budidaya dalam arti
luas (sawah, perkebunan, kehutanan, peternakan, dan perikanan).
b. Off-farm ; sumber nafkah ini didasarkan dari hasil aktivitas di luar aktivitas pertanian
budidaya tetapi masih berkaitan dengan pertanian budidaya, misalnya dari aktivitas yang
berhubungan dengan penyediaan sarana pertanian budidaya dan pengolahan hasil
pertanian budidaya.
c. Non farm : sumber nafkah ini berupa sumber pendapatan yang berasal dari luar
kegiatan pertanian yang dibagi menjadi lima, yaitu: (1) upah tenaga kerja pedesaan bukan
dari pertanian, (2) usaha sendiri di luar kegiatan pertanian, (3) pendapatan dari hak milik
7
(misalnya: sewa), (4) kiriman dari buruh migran yang pergi ke kota, dan (5) kiriman dari
buruh migran yang pergi ke luar negeri.
2.1 KERANGKA PEMIKIRAN
Pengaruh yang ditimbulkan oleh industrialisasi pedesaan ditengah-tengah masyarakat
Desa Bojongrangkas dan Desa Pagelaran menyebabkan banyak perubahan diberbagai aspek
kehidupan terutama aspek ekonomi. Implementasi industrialisasi pedesaan bertujuan untuk
menciptakan diversifikasi ekonomi bagi masyarakat pedesaan, yang diharapkan dapat
meningkatkan taraf hidup masyarakat. Aktifitas ekonomi masyarakat desa yang cenderung
bermata pancaharian utamanya berasal dari sektor pertanian, dewasa ini juga mulai terjadi
pergeseran. Berbagai strategi mata pancaharian diluar sektor pertanian dilakukan oleh
rumahtangga masyarakat desa Bojongrangkas dan Desa Pagelaran dalam upaya meningkatkan
penghasilan demi memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Termasuk dengan hadirnya sektor
industri kecil menengah yang dianggap mampu memberikan penghasilan yang lebih besar
dibanding dengan sektor pertanian itu sendiri.
Terkait dengan hal tersebut, penelitian ini akan mengidentifikasi keberagaman strategi
pencarian nafkah yang dilakukan oleh rumahtangga masyarakat dikedua desa. Uraian mengenai
strategi nafkah juga dapat dilengkapi dengan uraian mengenai struktur nafkah yang merupakan
hasil dari aktivitas nafkah dalam strategi nafkah rumahtangga tersebut. Struktur nafkah dikaji
melalui proporsi atau komposisi tingkat pendapatan yang diperoleh setiap anggota rumahtangga
dalam suatu rumahtangga setelah melakukan strategi nafkah dalam kurun waktu satu tahun guna
mencapai taraf hidup yang diinginkannya. Melalui struktur nafkah rumahtangga dapat dilihat
tingkat kontribusi sektor yang menjadi basis strategi nafkah rumahtangga terhadap struktur nafkah
rumahtangga. Dengan demikian maka bagaimana suatu rumahtangga masyarakat Desa
Bojongrangkas dan Desa Cihideung Udik dalam melakukan strategi dan struktur nafkah
rumahtangganya dalam kaitan dengan industrialisasi pedesaan, tersaji dalam kerangka berikut:
INDUSTRIALISASI
PEDESAAN
Sumber Nafkah :
Pertanian/farm: (Padi sawah,
perkebunan, peternakan, dll)
Pemanfaatan livelihood asset :
a. Modal manusia b. Modal alam c.
Modal fisik d. Modal finansial e.
Modal sosial
Sumber Nafkah :
Non Pertanian/non farm: (Industri
Kecil Menengah, dll)
PENERAPAN STRATEGI DAN STRUKTUR NAFKAH
dengan basis aktifitas nafkah disektor :
a. Pertanian/farm (on farm dan/atau off farm)
b. Non pertanian (Non farm)
c. Nafkah ganda = Pertanian (On farm, dan/atau off farm) +
Non pertanian
TINGKAT
KETERGANTUNGAN
RUMAHTANGGA
8
Gambar 1. Kerangka analisis penelitian hubungan industrialisasi pedesaan dan strategi
nafkah rumahtangga
: Indikator pengukuran
: Indikator pengaruh
2.2 HIPOTESIS PENELITIAN
1.Diduga terdapat hubungan antara industrialisasi pedesaan dengan strategi nafkah
rumahtangga masyarakat lokasi penelitian.
2.Diduga sektor industri memberikan sumbangan yang cukup besar terhadap
struktur nafkah rumahtangga.
3.Semakin tinggi sumbangan sektor industri terhadap struktur nafkah
rumahtangga maka semakin tinggi pula tingkat ketergantungan rumahtangga
terhadap sektor tersebut.
2.3 DEFINISI KONSEPTUAL
1. Industrialisasi Pedesaan : diartikan dan diimplementasikan sebagai industri di pedesaan
(industry in rural areas). Industrialisasi pedesaan dalam pengertian pertama diartikan
sebagai pembangunan pabrik-pabrik yang mengambil lokasi di kawasan pedesaan.
Pengertian dan bentuk implementasi industrialisasi pedesaan yang kedua adalah
pengembangan industri yang mengandalkan kekuatan utama berupa sumberdaya yang
ada di pedesaan (industry of rural areas), baik sumberdaya alam maupun sumberdaya
manusia. Pada pengertian industrialisasi pedesaan yang kedua, industri merupakan
kekuatan yang datang dari dalam pedesaan itu sendiri (indigineous industry).
2. Strategi Nafkah : seperangkat pilihan tindakan dari berbagai alternatif yang ada dengan
memanfaatkan berbagai sumberdaya (baik sumberdaya berupa barang atau kegiatan
ekonomi maupun dengan memanfaatkan modal sosial) untuk dapat memenuhi kebutuhan
hidup guna mempertahankan keberlangsungan hidup.
3. Struktur Nafkah : suatu konsep yang sangat berhubungan dengan strategi nafkah. Struktur
nafkah diperoleh setelah masyarakat melakukan serangkaian strategi nafkah guna
mencapai taraf hidup yang diinginkannya.
2.4 DEFINISI OPERASIONAL
Definisi operasional dimaksudkan untuk member batasan-batasan yang jelas, sehingga akan
memudahkan dalam melakukan pengukuran. Berikut definisi operasional dalam peubah yang akan
digunakan dalam penelitian ini :
1. Masyarakat pedesaan : merupakan kumpulan individu yang masih memiliki unsur
kebersamaan, gotong royong yang bersifat komunal dalam berbagai segi kehidupan.
Berikut adalah karakteristik masyarakat lokasi penelitian, inforasi yang akan diamil meliputi:
a. Nama
b. Jenis kelamin
c. Umur
d. Daerah Asal
e. Pekerjaan
f. Pendidikan
g. dan lain-lain.
2. Implementasi industrialisasi pedesaan dalam kegiatan industri yang dilakukan oleh
masyarakat lokasi penelitian, akan diukur berdasarkan karakteristik kegiatan industri yang
diikuti yaitu meliputi :
a. Proses marteking
b. Proses Produksi
c. Bahan baku
d. Tenaga kerja
9
3. Kegiatan mata pancaharian (strategi nafkah ) merupakan bentuk-bentuk pekerjaan baik satu
maupun lebih yang dilakukan oleh rumahtangga dalam uapaya mempertahankan
kehidupannya. Macam-macam bentuk mata pancaharian sebagai berikut:
- Bekerja disektor pertanian
- Bekerja diluar sektor pertanian
- Bekerja dikegua sektor, baik pertanian maupun non pertanian.
4. Lima sumberdaya modal (livelihood asset) yang dimiliki oleh rumahtangga dalam penerapan
dan pemanfaatan strategi nafkah nya adalah sebagai berikut :
- Modal manusia yang meliputi jumlah (populasi manusia), tingkat pendidikan dan
keahlian yang dimiliki dan kesehatannya
- Modal alam yang meliputi segala sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan
manusia untuk keberlangsungan hidupnya, seperti air, tanah. udara, hutan, dan
sebaganya.
- Modal sosial yaitu berupa jaringan sosial dan lembaga dimana seseorang
berpartisipasi dan memperoleh dukungan untuk kelangsungan hidupnya.
- Modal finansial yaitu berupa kredit dan persediaan uang tunai yang bisa diakses
untuk keperluan produksi dan konsumsi.
- Modal fisikyaitu modal yang berbentuk infrastruktur dasar seperti gedung, jalan dan
sebagainya.
5. Struktur nafkah Struktur nafkah merupakan suatu konsep yang sangat berhubungan dengan
strategi nafkah. Struktur nafkah diperoleh setelah masyarakat melakukan serangkaian strategi
nafkah guna mencapai taraf hidup yang diinginkannya. Untuk mengukur struktur nafkah
rumahtangga dapat dilihat dari struktur pendapatan dan pengeluaran rumahtangga itu sendiri.
Dengan uraian sebagai berikut :
- Tingkat pendapatan sektor pertanian (farm) total uang yang diterima oleh rumah tangga
dari bekerja di sektor pertanian seperti bertani, berternak, berkebun dll. Dengan
proporsi sebagai berikut:
Pendapatan rendah jika < x - ½ sd
Pendapatan sedang jika x – ½ sd < x < x + ½ sd
Pendapatan tinggi jika > x + ½ sd
- Tingkat pendapatan sektor non pertanian (non farm) adalah total uang yang diterima
oleh rumah tangga dari bekerja di non sektor pertanian seperti menjadi buruh pengrajin,
berdagang, menjadi kuli angkut dan sebagainya. Proporsi sebagai berikut :
Pendapatan rendah jika < x - ½ sd
Pendapatan sedang jika x – ½ sd < x < x + ½ sd
Pendapatan tinggi jika > x + ½ sd
- Tingkat pengeluaran yaitu jumlah uang yang dikeluarkan untuk segala keperluan
rumahtangga meliputi sebagai berikut :
*Pengeluaran Konsumsi
*Pengeluaran Non Konsumsi
Beras
Pakaian
Sayur
Pendidikan
Ikan
Kesehatan
Daging
Transportasi
Susu
Pemeliharaan rumah
Dan lainnya
Dan lainnya
3
PENDEKATAN LAPANGAN
3.1 METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini akan digunakan metode pendekatan kuantitatif dan kualitatif.
Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan survey yang menggunakan kuesioner sebagai alat
pengumpulan data yang utama . Untuk mengetahui secara terinci indikator yang dibutuhkan
dalam mengidentifikasi pengaruh industrialisasi pedesaan, serta bentuk strategi dan struktur
nafkah rumahtangga . Sedangkan pendekatan kualitatif dilakukan dengan menggunakan
10
metode wawancara mendalam (in-depth interview) terhadap informan yang dipilih. Hal ini
dilakukan untuk mendapat informasi yang suit didapat dengan menggunakan metode
kuesioner.
3.2 LOKASI DAN WAKTU
Lokasi penelitian yang dipilih adalah di dua desa berbeda dikabupaten Bogor yaitu Desa
Bojongrangkas dan Desa Pagelaran. Desa tersebut dipilih karena kondisi masyarakatnya sudah
banyak mengalami perubahan baik pada aspek sosial maupun ekonomi. Sektor pertanian tidak
lagi menjadi mata pencaharian utama sumber pendapatan masyarakat. Hal tersebut dikarenakan
di kedua desa lokasi penelitian terdapat banyak kegiatan industri kecil menengah yang
berkembang ditengah-tengah kehidupan ekonomi masyarakat. Berdasarkan alasan itulah maka
lokasi ini dipiih untuk penelitian. Kemudian dua desa yang berbeda dipilih dengan alasan untuk
membandingkan antara keduanya apakah pengaruh industrialisasi pedesaan terhadap strategi
nafkah masyarakat sama dirasakan atau tidak oleh kedua masyarakat.
Kegiatan penelitian ini berlangsung mulai dari bulan Januari hingga bulan Mei 2014.
Rangkaian kegiatan penelitian ini meliputi penyusunan studi pustaka, proposal penelitian,
kolokium, pengambilan data lapangan, pengolahan data dan analisis data, penyusunan draft
skripsi, sidang skripsi, dan perbaikan laporan penelitian seperti yang tercantum dalam tabel
berikut:
Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tahun 2014
Kegiatan
Penyusunan
proposal
penelitian
Kolokium
Perbaikan
proposal
penelitian
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Pengambilan
data lapangan
Pengolahan dan
analisis data
Penyusunan
draft skripsi
Sidang skripsi
Perbaikan
skripsi
3.3 TEKNIK PENENTUAN RESPONDEN
Unit analisis yang diambil oleh peneliti adalah rumahtangga masyarakat desa
Bojongrangkas dan Desa Pagelaran , dimana rumahtangga tersebut harus memiliki pekerjaan
disektor pertanian dan industri sekaligus, baik sekecil apapun pekerjaan sektor pertanian yang
dikerjakan. Untuk itulah alasan mengapa rumahtangga masyarakat Desa Bojongrangkas dan
Desa Pagelaran diteliti untuk mengetahui bagaimana hubungan antara sektor industri dengan
srategi dan struktur nafkah tumahtangga. Selanjutnya , informasi dan data penelitian diperoleh
melalui responden dan informan. Responden adalah pihak yang memberikan keterangan
mengenai dirinya dan keluarganya, responden merupakan suami dan atau istri dari suatu
rumahtangga yang berada dilokasi penelitian.
11
Sedangkan informan adalah pihak yang memberikan keterangan dan informasi mengenai
situasi-situasi yang terjadi di sekitarnya. Beserta pihak-pihak yang mengetahui tentang kondisi
dan situasi yang diperlukan untuk pencarian data penelitian seperti tokoh masyarakat, aparat
pemerintah setempat dan juga masyarakat desa itu sendiri. Sebelum pengambilan data,
responden dipilih berdasarkan metode sampel acak sederhana (simple random sampling) untuk
menentukan rumahtangga mana saja yang akan dimintai informasi.
3.4 TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Teknik yang digunakan dalam menggali fakta dan infomasi dilokasi penelitian adalah
dengan metode pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan kuantitatif yang digunakan
adalah penelitian survei yaitu penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan
menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang utama (Singarimbun dan Efendi
2008). Penggambilan data kuantitatif meliputi data primer dan data sekunder, data primer
merupakan data yang diperoleh dari hasil kuesioner responden sedangkan data sekunder
merupakan data dan informasi yang berasal dari dokumen-dokumen pemerintah setempat
mengenai situasi dan kondisi wilayah lokasi penelitian. Sedangkan pendekatan kualitatif
berdasarkan dari hasil wawancara mendalam dengan responden yang dipilih untuk pengumpulan
informasi. Responden yang akan dipilih sekitar 30 rumahtangga dari tiap desa yang dianggap
cukup untuk memenuhi reabilitas dan validitas hasil penelitian. Lebih lengkap teknik pengumpulan
data dalam penelitian ini ialah sebagai berikut :
Tabel 2. Metode Pengumpulan Data
Teknik
Pengumpulan
Data
Kuantitatif
Data yang dikumpulkan




Kualitatif
(Wawancara
Mendalam)




Observasi Lapang

Analisis Dokumen

Karakteristik responden (Nama, Jenis kelamin,
umur, pekerjaan, dll)
Pemanfaatan Livelihood Assets
Tingkat pendapatan
Tingkat pengeluaran
Bagaimana proses industrialisasi pedesaan yang
dirasakan diwilayah penelitian
Bagaimana rumahtangga responden membentuk
strategi dalam bertahan hidup
Bagaimana strategi nafkah yang dilakukan
Bagaimana struktur nafkah dalam kaitannya dengan
strategi nafkah yang dilakukan
Aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat dilokasi
penelitian baik dalam keadaan sosial sehari-hari
maupun aktifitas ekonomi yang dikerjakan.
Gambaran umum desa melalui data monografi dan
data dari BPS dan data sekunder jumlah
masyarakat serta karakteristik lain yang berasal dari
kantor pemerintahan setempat
12
3.5 TEKNIK PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA
Data kuantitatif akan diolah menggunakan tabel frekuensi serta tabulasi silang. Kemudian
akan dideskripsikan kembali sehingga data yang dihasilkan dapat dibaca secara jelas. Selanjutnya
data kualitatif berupa wawancara mendalam dan observasi lapang akan diolah secara deskriptif
untuk mendukung data hasil pendekata kuantitatif dengan melalui tiga tahap analisis data kualitatif,
yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Reduksi data dilakukan dengan
tujuan untuk menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, mengeliminasi data-data yang tidak
diperlukan sehingga dapat langsung menjawab perumusan masalah. Pada akhirnya data yang
telah diolah tersebut akan digabungkan baik kualitatif maupun kuantitatif dan disajikan dala bentuk
gambar, tabel, grafik, matriks dan teks naratif. Sehingga diharapkan dapat ditarik kesimpulan yang
ingin dicapai dalam penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
[BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor
Conway, G dan R. Chambers. 1992. Sustainable Rural Livelihood: Practical Concepts for 21st
Century, IDS Discussion Paper 296 : IDS. Institute for
Development Studies. Brighton.
Dharmawan AH. 2001. Farm household livelihood strategies and socio-economic changes in rural
Indonesia. [disertasi]. Gottingen [DE]: The George-August University of Gottingen.
.2007. Sistem Penghidupan dan Nafkah Pedesaan: Pandangan Sosiologi Nafkah (Livelihood
Sociology) Mazhab Barat dan Mazhab Bogor. Sodality Vol. 01, No. 02, Agustus 2007
hal.169-192.
Ellis F. 2000. Rural Livelihoods and Diversity in Developing Countries. New York [US]: Oxford
University.
Marijan, Kacung. 2005. Mengembangkan Industri Kecil Menengah Melalui
Pendekatan
Kluster.Artikel [internet]. [Diunduh pada : 28 November 2013]
Diunduh:
http://disperindagkop.tanahbumbukab.go.id/index.php?option=com_content&view
=article&id=119:industri-kecil-menengah
Pangestu
M, Raymond A, Julius M, 1996. Transformasi industri indonesia dalam era
perdagangan bebas. Centre for strategis and international studies: Jakarta [ID]
Purnomo AM. 2006. Strategi Nafkah Rumah Tangga Desa Sekitar Hutan.
[ID]: Institut Pertanian Bogor. 202 hal.
[tesis]. Bogor
Raharjo. 2004. Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian. Yogyakarta [ID].
Gadjah Mada. 238 hal
Universitas
Sastrosoenarto. 2006. Industrialisasi Serta Pembangunan Sektor Pertanian Dan Jasa Menuju Visi
Indonesia 2030. Jakarta [ID]. Gramedia Pustaka Utama. 375 hal.
Sayogya, Tambunan M, editor. 1990. Industrialisasi Pedesaan. Dilengkapi dengan
memorandum bersama tentang industrialisasi pedesaan. Prosiding Simposium
Industrialisasi Pedesaan; 18-19 Desember 1989. Jakarta[ID]: Sekindo Eka Jaya. 503 hal
Scoones, Ian. 1998. Sustainable Rural Livelihoods a Framework for Analysis. IDS
Paper 72. Brighton: IDS.
Singarimbun M, Effendi S. 1987. Metode penelitian survai. Jakarta; LP3ES
Working
13
Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Rajawali Pers. UU
Sumitro, B. 1986. Pola- Pola Pencaharian Nafkah di Pedesaan Stud Kasus Perubahan Pola
Pencaharian Nafkah pada Suatu Desa di Jawa Barat. [disertasi]. Bogor [ID]:
Institut
Pertanian Bogor. 225 hal. [internet].[Diunduh pada tanggal 20 November 2013]; Dapat
diunduh dari http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/1286
Sunarjan YYFR. 1991. Industri dan perbahan kehidupan sosial ekonomi pedesaan (studi
kasus masuknya industri rokok kretek di desa gunung lor, kabupaten kudus, jawa tengah).
[tesis]. Bogor [ID]: IPB
Tambunan, Tulus, 1999, Perkembangan Industri Skala Kecil di Indonesia, PT
Mutiara Sumber Widya, Jakarta.
Tulak P. 2009. Analisis Tingkat Kesejahteraan dan Strategi Nafkah Rumahtangga Petani
Transmigran ( Studi Sosio-Ekonomi Perbandingan di Tiga Kampung di Distrik Masni
Kabupaten Manokwari Provinsi Papua Barat) [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor
[UU] Undang-undang No. 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian
[UU] Undang-undang No. 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
Waluyo. 2009. Kajian Lokasi Kawasan Industri besar dan Penyebarannya dikota Salatiga.
[skripsi]. [internet ]. [Diunduh 23 febuari 2014]. Surakarta[ID]:
Universitas Muhaadiyah
Surakarta. Dapat diunduh dari :
http://etdeprints.umsac.id/5326/2/e100050077.PDF.
Wasito. 2012. Strategi Coping dan Nafkah serta Dampaknya Terhadap Keberfungsian dan
Ketahanan Fisik Keluarga Petani Miskin di Kabupaten Blora. [disertasi]. Bogor [ID]:
Institut Pertanian Bogor. 247 hal.
Widodo S. 2011. Strategi Nafkah Berkelanjutan Bagi Rumah Tangga Miskin di daerah
Pesisir. Makara. 15(1): 10-20. [diakses pada 12 November 2013]. diunduh
http://journal.ui.ac.id/index.php/humanities/article/viewFile/890/849
14
Lampiran 1.
Peta Lokasi Penelitian
15
Lampiran 2.
KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN INDUSTRIALISASI PEDESAAN DAN STRATEGI NAFKAH
RUMAHTANGGA
(kasus : Masyarakat pengrajin tas dan sepatu di Desa Bojongrangkas dan Desa Pagelaran,
Kabupaten Bogor)
No. responden (diisi oleh peneliti)
: ……………………………………….......................
Nama responden
: .............................................................................
Alamat
: .............................................................................
Lokasi wawancara
: .............................................................................
Hari/tanggal wawancara
: .............................................................................
a. Karateristik Rumahtangga
Anggota
keluarga
Jenis
kelamin
*
Usia
(tahun)
Status
Perkawinan
**
Pendidikan
terakhir ***
Jenis pekerjaan ****
Utama
Kepala
keluarga
Istri/suami
Anak ke :
1.
2.
3.
4.
5.
Keterangan : *
**
1 = laki-laki
2 = perempuan
1 = Tidak kawin
3 = Cerai
2 = Kawin
4 = Duda/Janda (Mati)
***
1 = tidak sekolah
3 = SMP
5 = Perguruan Tinggi
2 = SD
4 = SMA
6 = Lainnya, sebutkan.
**** 1 = Petani
3 = PNS
5 = Pedagang
(2) = Buruh industri 4 = Ojek
6 = Lainnya, sebutkan.
Khusus untuk no (2) wajib mengisi tabel dibawah ini:
Bentuk kegiatan industri yang diikuti :
Jenis Industri
Lama bekerja
Omset perusahaan
(perbulan)
Sampingan
16
b. Karakteristik kegiatan industri yang diikuti :
Marketing
Produksi
Bahan Baku
Bagaimana proses pemasaran
?
Dimana ke mana ?
Tenaga kerja anggota
keluarga diupah/ tidak
diupah?
Tenaga kerj luar anggota
keluarga diupah/tidak
diupah?
Dari mana bahan baku
berasal?
Apakah responden mampu
mengadakan bahan baku
tersebut?
Jumlah Tenaga kerja?
Asal tenaga kerja?
Tenaga Kerja
Bagaimana upah didapat?
Hubungan apa yang terjalin?
c. Kepemilikan sumber nafkah
Modal Manusia
1.
Pendidikan terakhir yang
ditempuh oleh Bapak/Ibu
Tidak Sekolah
Tamat SD
Tamat SMP
Tamat SMA
Kuliah / lain sebagainya
2.
Keahlian/keterampilan yang
dimiliki
Membuat kerajinan
Menjahit
Lainnya sebutkan…..
17
Modal Fisik
Status
Kepemilikan
Sawah
Tanah
Kebun
Rumah
Kolam/Tambak
Hewan
Ternak
Milik sendiri
Sewa
Pinjam
pakai
Bagi hasil
Gadai
Lainnya
Modal Alam
1.
Apa saja sumberdaya alam yang dapat
dimanfaatkan untuk penghidupan
rumahtangga
Sawah
Hutan
Kebun
Tambak/kolam
Sungai
2.
Bagaimana tingkat kepentingan dari masingmasing sumberdaya alam tersebut
Rendah
Sedang
Tinggi
Modal Sosial
1.
2.
3.
Apakah
Bapak/Ibu
meminta
bantuan
oranglain untuk kegiatan
ekonomi?
Apakah
Bapak/Ibu
menjadi anggota suatu
lembaga/organisasi?
Apakah dengan menjadi
anggota
lembaga/organisasi
tersebut
membantu
Bapak/Ibu
saat
YA/Tidak
Jika Ya, berupa …
YA/Tidak
Jika Ya, berupa …
YA/Tidak
Jika Ya, berupa …
18
4.
mengalami kesulitan?
Apakah
Bapak/Ibu
mempunyai
jaringan
dalam mengembangkan
usaha ?
Jika Ya, berupa …
YA/Tidak
Modal Finansial
1.
2.
3.
Apakah
Bapak/Ibu
memiliki tabungan
Apakah
Bapak/Ibu
mempunyai investasi
Apakah
Bapak/Ibu
mempunyai
pinjaman
pada
lembaga
atau
perorangan ?
YA/Tidak
Jumlah Rp…..
YA/Tidak
Jumlah Rp…...
YA/Tidak
Jumlah Rp…..
d. Tingkat pendapatan
1.
Pendapatan sektor pertanian
Sumber
Periode
Harga
Penerima
Pendapatan
Panen Per
Satuan
an
Tahun
(kg/kw/ton)
I
Padi
Palawija
Buah-buahan
Pertenakan
Perikanan
Kayu-kayuan
Lainnya
II III
Biaya Pengeluaran
an bersih
(Kg/kw/to (Periode x
n)
harga)
(Rp)
(Rp)
Pendapat
(Rp)
Harga
Sapro Total
sewa
tan
19
Sumber
Sehari (Rp.)
pendapatan
Kerajinan
Tas
Kerajinan
Jaket
Lainnya,
sebutkan
Pendapatan dari sektor Industri
Seminggu (Rp.)
Sebulan (Rp.)
Setahun (Rp.)
e. Struktur pengeluaran rumahtangga
Konsumsi dan Nonkonsumsi
Jenis Pengeluaran
Beras
Air
Daging
Sayur
Buah
Ikan
Susu
Kopi
Telur
Pakaian
kesehatan
pendidikan
transportasi
Pulsa
lainnya, sebutkan
Sehari (Rp.)
Seminggu (Rp.)
Sebulan(Rp.)
Setahun (Rp.)
20
Lampiran 3
WAWANCARA MENDALAM
1. Menurut anda bgaimana kondisi sosial ekonomi desa anda sekarang
dibandingkan dengan 10 sampai 20 tahun yang lalu?
2. Apakah banyak terjadi perubahan ? jika ya, apa saja perubahan tersebut?
3. Apakah menurut anda sektor pertanian sekarang ini masih mampu untuk
dijadikan pekerjaan utama rumahtangga?
4. Apa pekerjaan yang sekarang sedang anda tekuni?
5. Apakah anda mempunyai pekerjaan lain selain pekerjaan yang sekarang anda
tekuni? Jika ya, mengapa demikian?
6. Jika Ya, bagaimana Anda mengatur alokasi waktu untuk menjalankan usahausaha tersebut ?
7. Apa alasan anda memilih pekerjaan tersebut ?
8. Bagaimana perbandingan antara usaha pertanian dan nonpertanian yang Anda
lakukan, menurut Anda mana yang lebih menguntungkan?
9. Apakah anggota keluarga ikut berperan dalam mengembangkan usaha ?
10. Dalam pengembangkan usaha, Anda meminta bantuan oranglain atau ada
lembaga tertentu yang Anda ikuti untuk membantu kelancaraan usaha Anda?
11. Apakah terdapat kesulitan yang dialami dalam pengembangan usaha anda?
12. Jika Ya, sebutkan faktor-faktor apa saja yang menghambat usaha Anda ?
13. Apa yang menjadi alasan Anda tetap bertahan pada usaha ini?
14. Apakah taraf hidup rumahtangga anda meningkat dengan usaha yang anda
kerjakan sekarang?
15. Jika belum apakah Anda memiliki rencana usaha lain sebagai salah satu cara
meningkatkan taraf ekonomi keluarga?
16. Jika Ya, sebutkan apa yang menjadi rencana Anda kedepan ?
21
Lampiran 4.
RANCANGAN SKRIPSI
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Masalah Penelitian
1.3. Tujuan Penelitian
1.4. Kegunaan Penelitian
2. PENDEKATAN TEORITIS
2.1. Tinjauan Pustaka
2.1.1. Konsep Masyarakat Desa
2.1.2. Konsep Industrialisasi Pedesaan
2.1.3. Konsep Startegi nafkah
2.1.4. Konsep Struktur nafkah
2.2. Kerangka Pemikiran
2.3. Hipotesis Penelitian
2.4. Definisi Konseptual
2.5. Definisi Operasional
3. PENDEKATAN LAPANGAN
3.1. Metode Penelitian
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.3. Penentuan Responden dan Informan Penelitian
3.4. Teknik Pengumpulan Data
3.5. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
4. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Desa Bojongrangkas dan Desa Pagelaran
4.2. Kondisi Sosial
5. INDUSTRIALISASI PEDESAAN
5.1. Gambaran dan Kondisi Bentuk Industri yang ada
5.2. Keuntungan Kerugian Kegiatan Usaha Tersebut
5.3. Dampak Terhadap Kelangsungan Hidup Masyarakatnya
6. STRATEGI NAFKAH RUMAHTANGGA MASYARAKAT
6.1. Karateristik Responden
6.2. Sumber Pendapatan Rumahtangga Masyarakat
6.3. Pengaruh yang Ditimbulkan dari sektor Indstri terhadap Strategi Nafkah Masyarakat
7. STRUKTUR NAFKAH RUMAHTANGGA
7.1 Keterkaitan Strategi nafkah dan struktur nafakh yang dilakukan rumahtangga
7.2 Perbandingan struktur nafkah dari sektor pertanian dan non pertanian (Industri)
8. ANALISIS HUBUNGAN ANTARA INDUSTRIALISASI PEDESAAN DENGAN STRATEGI
NAFKAH
8.1. Analisis Hubungan antara Industrialisasi yang diukur oleh Kegiatan industri kecil
menengah yang dilakukan dengan strategi nafkah
9. ANALISIS STRATEGI NAFKAH YANG DILAKUKAN DENGAN STRUKTUK NAFKAH
10. PENUTUP
Download