dari penyunting - PROGRAM STUDI ETNOMUSIKOLOGI USU MEDAN

advertisement
Etnomusikologi, Nomor 10 Tahun 5 Oktober 2009
ISSN: 1858-4721
DARI PENYUNTING
Manusia adalah makhluk yang berseni. Artinya manusia itu
memerlukan keindahan dalam segenap aspek kehidupannya. Keindahan ini
amatlah fungsional. Selain itu seni dapat menyebar dari satu kelompok
manusia ke kelompok manusia lain, yang lazim disebut dengan difusi.
Penyebaran seni ini bias melalui media massa, ideologi sejenis, atau
kebutuhan hidup
Dalam terbitan nomor 10 tahun 5 kali ini, Etnomusikologi, Jurnal llmu
Pengetahun Seni, menekankan kepada aspek seni dalam kehidupan
masyarakat berdasarkan kebutuhan. Ada empat penulis yang
menyumbangkan pikiran-pikirannya dalam bentuk artikel. Keempat penulis
ini adalah para alumni dan dosen di lingkungan Departemen
Etnomusikologi, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara. Mereka memiliki
kapasitas keilmuan di bidang etnomusikologi, dengan kajian kasus-kasus
khusus.
Dimulai dari pengkajian terhadap Capoeira, sebuah seni bela diri
dari Brazil yang dewasa ini berkembang pesat ke seantero dunia, termasuk
di Unika Santo Thomas Medan. Ini dikaji oleh Marlan Manik. Dilanjutkan oleh
Nikanor Permata Itiniari Sitompul yang mendeskripsikan metode dan teknik
mengajar gitar klasik Barat di Lembaga Pendidikan Masyarakat (LPM) Farabi
Medan. Kemudian Irwansyah Harahap, seorang dosen senior di Departemen
Etnomusikologi USU, menulis masalah gondang Batak Toba di tengah isu
glokalitas. Selanjutnya Heristina Dewi mendeskripsikan keberadaan kesenian
Jawa dan termasuk persebaran jaran kepang di Sumatera Utara. Akhirnya
redaksi mengucapkan, “Selamat menikmati tulisan-tulisan tersebut dan
salam kesenian.”
Muhammad Takari
Etnomusikologi, Nomor 10 Tahun 5 Oktober 2009
ISSN: 1858-4721
DAFTAR ISI
Dari Penyunting
i
Daftar Isi
ii
Capoeira di Unika Santo Thomas Medan: Kajian
Perkembangan dan Struktural
Marlan Manik
1-76
Sistem Pendidikan Gitar Klasik di LPM Farabi Medan
Nikanor
77-124
Gondang Batak Toba di Tengah Isu Glokalitas: Makna,
Konteks, dan Diseminasi Budaya
Irwansyah Harahap
125-139
Gambaran Umum Seni Pertunjukan Masyarakat Jawa
Heristina Dewi
140-174
Etnomusikologi, Nomor 10, Tahun 5, Oktober 2009
ISSN: 1858-4721
CAPOEIRA DI UNIKA SANTO THOMAS MEDAN:
KAJIAN PERKEMBANGAN DAN STRUKTURAL
Marlan Manik
Sarjana Seni Alumni Etnomusikologi
Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara
Abstract
Throughout this paper, I will be analyze about one Brazzilian self
defence dance, called Capoeira, which exist in Rome Catholic
University, Santo (Saint) Thomas, in Medan. This study will ge focus in
its development (with historical approach) and its musical and dance
structural. Then, I will be analyze link between its dance and music.
Historically, Capoeira established in Brazil by African slave immigrants
in sixteenth century. The Capoeira functionally can be categorize as self
defence dance. Capoeira came to Santa Thomas Catholic University
Medan in 2004. This devence dance use music accompaniment which
called Zum Zum Zum Capoeira Mata Um. The structure muxic anddance
based on four meter.
Latar Belakang
Kita semua tahu bahwa Negara Indonesia adalah negara yang kaya akan
berbagai jenis kesenian dan kebudayaan yang beragam. Sampai sekarang
penelitian dan penggalian kebudayaan masih berlangsung, karena
kebudayaan merupakan ciri kepribadian pemiliknya. Melville J. Herkovits
dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa cultural determinism
berarti segala sesuatu yang terdapat di dalam masyarakat ditentukan adanya
oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu. E. B. Tylor (1871)
dalam tulisannya Primitive Culture, mencoba memberikan defenisi
mengenai kebudayaan sebagai berikut (terjemahannya): :“Kebuda-yaan
adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian,
moral, hukum, adat-istiadat, dan lain kemampuan-kemampuan serta
kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota
masyarakat.”
Kebudayaan mempunyai ciri-ciri khusus yang berbeda dengan yang
lain, karena masing-masing bangsa mempunyai latar belakang yang
berbeda. Dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa sifat universal
kebudayaan memungkinkan berwujudnya kebudayaan yang berbeda,
tergantung pada pengalaman pendukungnya yaitu masyarakat. Setiap
kebudayaan pasti mengalami perubahan atau perkembangan-perkembangan
yang kontinu. Tak ada kebudayaan yang statis; setiap kebudayaan
mempunyai dinamika. Gerak tersebut merupakan akibat dari gerak
masyarakat yang menjadi wadah kebudayaan. Akulturasi merupakan salah
satu contoh gerak kebudayaan.
Akulturasi merupakan proses dimana suatu kelompok manusia
dengan suatu kebudayaan tertentu, dihadapkan pada unsur-unsur suatu
kebudayaan asing yang berbeda sedemikian rupa, sehingga unsur-unsur
kebudayaan asing itu dengan lambat laun diterima dan diolah ke dalam
kebudayaan sendiri. Pada umumnya generasi muda dianggap sebagai
individu-individu yang cepat menerima unsur-unsur kebudayaan asing yang
masuk melalui proses akulturasi (Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi
1964:115).
Salah satu aspek kebudayaan asing tersebut yang masuk melalui proses
akulturasi dan kini makin berkembang di negara kita adalah Capoeira.
Capoeira adalah seni bela diri dari Brazil yang diciptakan oleh budak
Afrika di Brazil pada sekitar tahun 1500-an yang hidup menderita dibawah
tekanan majikan. Dengan semangat perjuangan mereka mengadakan
perlawanan, mereka berhasil menciptakan jurus bela diri baru yang disebut
Capoeira1. Gerakan dalam Capoeira menyerupai tarian dan menitikberatkan
pada tendangan. Pertarungan dalam Capoeira biasanya diiringi dengan
musik dan nyanyian-nyanyian yang khas. Pada mulanya gerakan dalam
Capoeira digunakan untuk menghindari pukulan atau tendangan para
majikan namun para budak menyamarkan seni bela diri ini dengan latihan
berkedok seni tari dan musik sehingga tidak menimbulkan kecurigaan.
Salah satu ciri kodrati dari emosi manusia, ialah adanya desakan untuk
ingin bebas. Dalam hal ini gerakan dalam Capoeira tercipta dari ungkapan
yang didominasi oleh emosi dan ekspresi rasa yang selalu ingin bebas
berkembang.
Mantle Hood dalam Music The Unknown mengatakan bahwa salah satu
tujuan studi etnomusikologi adalah “mempelajari semua musik bangsabangsa…dan meliputi musik-musik suku bangsa, musik rakyat, dan musik
populer dari dunia Barat, dan hasil cangkokan dari musik-musik tersebut”
(1963:217). Di manapun kesenian merupakan salah satu perwujudan
1
Buka www.berani.co.id artikel berita_koran berani.co.id.”Capoeira dan
Sejarahnya.”
kebudayaan. Semua kesenian dari berbagai kebudayaan, Barat maupun
Timur, klasik maupun tidak, dipandang sejajar sebagai pokok penelitian.
Cabang-cabang kesenian tumbuh dan berkembang mengikuti perkembangan
sejarah. Berbagai lingkungan etnik yang berkembang dari masa ke masa
sambil menyerap pengaruh-pengaruh hasil pergaulannya dengan dunia luar.
Mengenai sejarah Capoeira, sebenarnya tidak ada catatan yang jelas.
Ada tiga versi yang diyakini banyak orang. Pertama, Capoeira diciptakan di
benua Afrika dan dibawa dalam bentuk yang sudah jadi ke tanah Brazil,
oleh para budak. Kedua, Capoeira diciptakan oleh orang-orang Afrika dan
keturunannya yang tinggal di daerah pedalaman Brazil. Ketiga, Capoeira
diciptakan oleh orang-orang Afrika dan keturunannya yang tinggal di
daerah perkotaan Brazil.
Versi yang paling diyakini oleh para ahli sejarah adalah teori kedua.
Capoeira diciptakan oleh orang-orang Afrika dan keturun-annya yang
tinggal di daerah pedalaman Brazil. Tepatnya, mulai abad ke-16 (tahun
1500-an). Orang-orang Afrika yang tingal di sana, terdiri dari suku Yoruba,
Dahomei, Hausa, dan Bantu. Kini, wilayah mereka telah menjadi negara
Nigeria, Liberia, Angola, Kongo, dan Mozambik. Mereka yang membawa
berbagai unsur kebudayaan yang ada di wilayahnya, menggabungkan dan
mengolahnya dari sintesis tarian, pertarungan dan alat musik dari berbagai
kebudayaan Afrika yang berbeda maka terciptalah Capoeira (http://ms.
wikipedia.org/wiki/Capoeira).
Seiring perkembangan waktu, Capoeira mulai dikenal sebagai bela diri
yang agresif. Tahun 1888 banyak bekas budak miskin yang menganggur
kemudian membentuk geng Capoeira untuk berbuat kejahatan. Pada tahun
1892 Capoeira sempat dilarang oleh pemerintah Brazil karena identik
dengan kejahatan. Seiring perkembangan zaman, sekitar tahun 1930
Capoeira mulai merambah dunia akademi. Saat itu Capoeira mulai di
legalkan. Capoeira mulai booming setelah masuk di Amerika. Capoeira
mulai mendunia dan mulai booming di Indonesia sekitar awal tahun 1990an. Latar belakang hebohnya olah raga ini berawal dari film layar lebar
bertajuk Only The Strong. Film yang di bintangi Mark Dacascos ini
menceritakan seorang guru yang berlatar belakang militer, dengan teknik
bela diri dan olah raga Capoeira, berhasil membawa perubahan bagi sebuah
sekolah yang terkenal dengan kenakalan muridnya.
Dewasa ini Capoeira dipelajari hampir di seluruh dunia, dari Portugal
sampai ke Norwegia, dari Amerika Serikat sampai Australia, dari Indonesia
sampai ke Jepang. Di Indonesia, kota pertama tempat berkembangnya
Capoeira adalah Yogyakarta, dan juga terdapat beberapa kelompok di
Jakarta. Perkembangannya dimulai tahun 1998, perlahan namun pasti
Capoeira makin berkembang. Banyak pemain yang berminat mempelajari
Capoeira karena lingkungannya yang santai dan gembira, tidak sama
dengan disiplin keras yang biasanya terdapat dalam sistem bela diri dari
Timur, seperti karate, tae kwondo, pencak silat, whusu, dan lain-lain. Di
samping itu para Capoeirista (pemain Capoeira) tidak hanya mempelajari
gerakan tarian tetapi juga harus dapat memainkan alat musik serta menyanyi
karena keduanya sangat penting. Capoeira kemudian digemari oleh banyak
kalangan karena keindahan gerakannya, sisi history budayanya dan dapat
menggalang rasa persaudaraan setiap pemain.
Dilihat lebih lanjut, gerakan Capoeira mirip dengan breakdance yaitu
sama-sama membutuhkan kekuatan fisik yang menekankan kelenturan,
kekuatan, dan kelincahan. Pada dasarnya, Breakdance dan Capoeira
mempunyai persamaan dan perbedaan. Salah satu perbedaan utama adalah
gerakan breakdance biasa di iringi dengan musik hip hop. Sedangkan sejak
awal diciptakan, Capoeira wajib melibatkan tarian, musik, dan lagu.
Belajar Capoeira tidak hanya untuk berlatih gerakannya, tetapi harus
mempelajari filosofi, nyanyian, dan memainkan alat musik khas Brazil.
Tujuannya adalah agar setiap pemain Capoeira semakin menjiwai
Capoeira, di samping menciptakan suasana kekeluargaan sesama anggota.
Dari suasana kekeluargaan inilah para anggota dapat menyerap filosofi
Capoeira, yaitu “Capoeira dalam bahasa Brazil berarti rumput yang rendah.
Maksudnya seorang Capoeirista tidak boleh sombong. Mereka harus
menghormati
orang-orang
dan
menghindari
permusuhan”
(http://www.capoeirabrasil.com/).
Kelompok-kelompok penggemar Capoeira mulai bermunculan. Medan
sebagai salah satu daerah yang perkembangannya cukup pesat menjadi
tempat berkembangnya salah satu komunitas Capoeira dan dapat kita
jumpai pada UKM Seni Bela Diri Capoeira di Unika St Thomas Medan.
Unika St Thomas adalah salah satu perguruan tinggi swasta yang ada di
Medan Sumatera Utara. Unika St Thomas adalah singkatan dari Universitas
Katolik Santo Thomas yang resmi didirikan pada Tahun Akademik
1986/1987 status Unika Santo Thomas menjadi status Terdaftar, sesuai
dengan SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 0387/0/1986
tanggal 22 Mei 1986 sampai sekarang masih aktif. Kampusnya terletak di
Jalan. Setia Budi, nomor :479F Tanjung Sari Medan2.
2
Lihat, Buku Pedoman Universitas Katolik Santo Thomas (2007/2008).
Dalam tulisan ini penulis membahas perkembangan Capoeira di Unika
St Thomas Medan yang mayoritas pemainnya adalah kalangan anak muda
baik dari tingkat mahasiswa, maupun pelajar. Capoeira sebagai suatu seni
bela diri yang identik dengan gerakan-gerakan akrobatik yaitu gerakan yang
sangat unik yang memberikan secara bersamaan suatu keindahan dan
kekuatan yang juga memberikan keseimbangan mental dan fisik. Salah satu
yang membedakan Capoeira dengan bela diri lain dalam permainan
Capoeira adalah musik. Musik memiliki hubungan yang erat dalam
Capoeira, dimana musik berperan dalam mengiringi dan menentukan
karakteristik permainan, misalnya musik yang dimainkan dengan tempo
cepat maka gerakan tarian menjadi cepat. Tetapi bila musik yang dimainkan
dengan tempo lambat berarti gerakan tarian menjadi penuh trik-trik
permainan bawah (ground play). Sehingga membicarakan hubungan musik
dengan gerakan tari merupakan satu hal yang menarik, dimana
penggabungan antara musik dengan gerak tari merupakan sesuatu hal yang
saling mempengaruhi dalam Capoeira.
Capoeira dapat dikelompokkan ke dalam seni bela diri yang di
dalamnya terdapat gerak tari yang bersifat hiburan. Dalam penyajiannya
para pemain Capoeira harus benar-benar mengerti dan bisa menghayati halhal yang terkandung dalam gerakan agar pertunjukan yang disajikan dapat
membuat penonton memahami dan mengerti makna gerakan tersebut.
Menurut seorang informan Sudung Silalahi (instruktur Capoeira) kecepatan
para Capoeirista dalam melakukan gerakan ditentukan oleh musik. Tanpa
musik tidak akan ada Jogo3, karena dengan adanya iringan musik, tepukan,
dan sorakan dari Capoeirista yang lain dapat memacu semangat pemain saat
melakukan ritual permainan atau Jogo dalam Roda4.
Dalam penyajian Capoeira yaitu saat melakukan ritual yang disebut
Jogo, gerak tarian dimainkan oleh dua orang Capoeirista secara bergantian
yang diiringi suara musik Samba dari ensambel musik tradisional Brazil
yang terdiri dari instrumen musik berimbau (single string percussion
idiophone),
attabaque
(membranophone),
pandeiro
(tamborine
membranophone), agogo (percussion idiophone), serta alat musik bantu
lainnya. Seiring dengan perkembangan zaman, tidak hanya alat musik ini
saja yang digunakan tetapi juga menggunakan alat musik tambahan lainnya
seperti gitar, suling, dan lain-lain.
3
Permainan dimana dua orang pemain Capoeira melakukan gerak tari.
Tempat pemain Capoeira melakukan ritual permainan/gerak tari dan
bentuknya suatu lingkaran.
4
Sebagai salah satu fenomena budaya bangsa, penulis merasa tertarik
untuk mengangkat kesenian ini kedalam suatu tulisan ilmiah dengan melihat
lebih jauh keberadaan kesenian ini dalam perkembangannya yang sudah
mulai diminati generasi-generasi muda sekarang khususnya di Kota Medan
dilihat dari semakin banyaknya komunitas-komunitas Capoeira yang
bermunculan di Medan.
Adapun yang menjadi pokok permasalahan yang dapat penulis kaji bila
dilihat dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas adalah:
(a) bagaimana sejarah dan perkembangan Capoeira yang terdapat di Medan
khususnya di Unika St Thomas. (b) Bagaimana struktur musik pengiring
dalam ritual permainan Capoeira saat melakukan Jogo. (c) Bagaimana
hubungan musik dengan gerak tari dalam Capoeira.
Teori
Koentjaraningrat (1965;135) mengemukakan tentang salah satu
faktor yang menyebabkan perubahan kebudayaan, yaitu aculturation.
Akulturasi adalah proses dimana suatu kelompok manusia dengan suatu
kebudayaan tertentu, dihadapkan pada unsur-unsur suatu kebudayaan asing
yang berbeda sedemikian rupa, unsur-unsur kebudayaan asing itu dengan
lambat laun diterima kedalam kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan
hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri. Jadi dalam hal ini Capoeira
diterima dalam budaya kita dengan proses akulturasi yaitu unsur
kebudayaan tersebut berdiri sendiri. Untuk lebih lengkap lagi penulis
mengacu pada teori yang dikemukakan oleh Soekanto (1993;56), yaitu
difusi (persebaran kebudayaan) adalah setiap masyarakat pasti mengalami
perubahan-perubahan dalam arti luas maupun perubahan dalam arti sempit,
perubahan secara lambat atau cepat. Dalam hal ini capoeira diterima di
dunia melalui proses difusi yaitu teknologi.
Di samping itu juga penulis juga mengacu pada teori yang
dikemukakan oleh Netll (1973:3) yang mengatakan bahwa membicarakan
suatu kebudayaan merupakan suatu tradisi lisan, artinya musiknya (seperti
halnya cerita rakyat, perumpamaan, metode dalam pemahatan, dan termasuk
folklor) diwarisi dengan cara lisan dari mulut ke mulut. Nyanyian dipelajari
dengan cara mendengarkan, pembuatan instrumen (alat musik) serta
pemainnya mempelajari dengan cara memperhatikan dan mempraktekkan.
Hubungan musik dengan gerak tari adalah merupakan suatu
fenomena yang berbeda tetapi dapat juga digabungkan dengan aspek yang
mendukung. Musik merupakan rangkaian ritmis dan nada sedangkan tarian
adalah rangkaian gerak, ritmis dan ruang, dimana fenomena keduanya
merupakan suatu yang berlawanan, yang mana musik merupakan fenomena
yang terdengar tetapi tidak terlihat dan tarian merupakan fenomena yang
terlihat tapi tidak terdengar (Wimbrayadi 1989:13-14).
Merriam (1964:210) mengemukakan: “Use than, refers to the
situation in which music is employed in human action. Function concerns
the reason for it’s employent and particularly the broader purpose which it
serves.” Maksud dari pernyataan di atas bahwa penggunaan musik
menyangkut situasi kapan musik dipakai dalam kegiatan manusia. Fungsi
musik berhubungan dengan suatu alasan pemakaian dan penggunaan secara
umum ataupun khusus sehingga musik tersebut dapat melayani kebutuhan
manusiaitu sendiri. Teori ini akan penulis terapkan untuk membahas
permasalahan yang berkaitan dengan fungsi dan hubungan musik dengan
gerak tari
Selanjutnya dalam melakukan kajian dalam struktur musik, penulis
menggunakan teori yang diungkapkan Netll (1964:145) dalam menganalisis
bunyi musikal hal-hal yang terpenting dilakukan adalah melihat aspek ritem,
melodi dan bentuk musik. Kemudian Malm (1977:15) menyebutkan bahwa
beberapa bagian penting yang harus diperhatikan dalam menganalisis
melodi adalah : (1) scale (tangga nada); (2) pitch center (nada pusat); (3)
reciting tone (wilayah nada); (4) jumlah nada; (5) penggunaan interval; (6
)pola kadensa; (7)formula melodi; dan (8) kontur.
Capoeira dalam Budaya Brazil dan Perkembangannya di Medan
Republik Federal Brazil (Republica Federativa do Brazil) adalah
negara paling besar dan paling banyak penduduknya di Amerika Selatan.
Negara ini merupakan negara paling timur di Benua Amerika dan
berbatasan dengan Pegunungan Andes dan Samudera Atlantik. Nama Brazil
diambil dari nama kayu Brazil, sejenis kayu lokal. Brazil merupakan tempat
pertanian ekstensif dan hutan hujan tropis. Sebagai bekas koloni Portugal,
bahasa resmi Brazil adalah bahasa Portugis. Selain itu, Brazil juga sebagai
penghasil kopi terbesar di dunia.
Brazil meraih kemerdekaannya dari Portugis pada 7 September 1822.
negara yang terletak di bagian tengah dan timur Amerika Selatan ini
menjadi wilayah jajahan Portugis sejak 1494. Pada 1889 sistem
pemerintahan Brazil berubah dari monarki menjadi republik5.
5
Lihat www.brazil.com/politik brazil. Konstitusi 1988 memberikan kekuasaan
yang besar pada pemerintah federal. Presiden Brazil memegang kekuasaan
eksekutif yang besar seperti menunjuk kabinet, dan sebagai kepala negara dan
Brazil merupakan Negara terbesar di kawasan Amerika Selatan baik
ditinjau dari segi luas wilayah maupun jumlah penduduknya. Luas wilayah
Negara Brazil kurang lebih 8.547.404 juta km2. Adapun secara geografis,
Brazil mempunyai batas-batas sebagai berikut :
a. Batas sebelah utara: Venezuela, Guyana (Prancis), Suriname,
Kolombia, dan Samudera Atlantik.
b. Batas sebelah Selatan: Samudera Atlantik, Uruguay, Paraguay,
Peru, dan Bolivia.
c. Batas sebelah Barat: Paraguay, Peru dan Bolivia.
d. Batas sebelah Timur: Samudera Atlantik.
Di bagian Utara Brazil terdapat hutan Amazon dan semakin terbuka ke
arah Selatan dengan bukit-bukit dan gunung kecil. Daerah Selatan
merupakan pusat populasi dan agrikultur Brazil. Beberapa pegunungan
terletak di pesisir Samudera Atlantik yang mencapai 2.900 meter dengan
puncak tertinggi Pico da Neblina setinggi 2.994 meter. Sungai-sungai yang
terdapat di Brazil antara lain sungai Amazon, Prana`, dan Iguacu dimana
terdapat air terjun Iguacu.6.(baca buku Geografi SMU Kelas 3).
Seperti halnya Negara Amerika Serikat, Negara Brazil pun
merupakan kuali percampuran (melting pot) di kawasan Amerika Selatan.
Hal ini dikarenakan di Negara Brazil banyak terdapat berbagai bangsa
dengan latar belakang budaya yang beragam. Namun demikian, secara garis
besar penduduk di Negara Brazil terdiri atas orang kulit putih terutama
Portugis dan Spanyol yang merupakan penduduk mayoritas, orang-orang
Negro, Indian, dan penduduk campuran (Mestizo, Mulato, dan Zambo) yang
merupakan hasil perkawinan antara orang kulit putih, Negro dan Indian.
Kebudayaan Brazil banyak dipengaruhi oleh kebudayaan Eropa latin,
terutama Portugis dan Spanyol. Oleh karena itu, region kebudayaan di
Negara Brazil, disebut Region Amerika Latin (Latin American Region).
Kota-kota penting di Brazil antara lain, Brasilia, Sao Paulo, dan Rio De
Janeiro (baca Buku Geografi SMU Kelas 3).
pemerintahan. Presiden dan wakil presiden dipilih bersamaan dalam pemilihan
umum 4 tahun sekali. Kongres nasionalnya (Congresso Nacional) adalah sebuah
badan bikameral yang terdiri dari Senat Federal (Senado Federal) dan Camara dos
Deputados yang masing-masing terdiri dari 81 dan 513 kursi dengan masa jabatan
yang berbeda.
6
Sejarah dan kebudayaan Negara Brazil. Batas-batas Negara Brazil dan
Wilayah Geografisnya.
Bahasa resmi Brazil adalah bahasa Portugis yang dituturkan oleh
hampir seluruh penduduknya, hal ini sangat berbeda dengan negar-negara
Amerika Selatan lainnya yang menggunakan bahasa Spanyol. Bahasa
Portugis merupakan satu-satunya bahasa yang diajarkan disekolah dan
digunakan dalam pemerintahan serta media. Bahasa lain yang digunakan
adalah berbagai bahasa penduduk asli Brazil serta bahasa para imigran
seperti bahasa Inggris, Jerman, Italia, Jepang, dan Korea.
Terkecuali bahasa-bahasa yang digunakan oleh para suku Indian di
Brazil, bahasa Portugis adalah satu-satunya bahasa dalam kehidupan seharihari. Tidak ditemukan adanya dialek dari wilayah lain manapun. Brazil
adalah satu-satunya negara yang berbahasa Portugis di Amerika Selatan.
Terdapat tiga ras dasar penduduk Brazil. Penduduk asli Indian, dan
pendatang dari Eropa (terutama Portugis), dan Afrika (mayoritas dari pantai
Barat sub-Sahara). Pada abad ke 16 Brazil dihuni oleh beberapa ratus suku
asli yang secara rasial sama namun bahasa dan budaya berbeda. Rumpun
yang berbicara bahasa Tupi dan bahasa Guarani hidup sepanjang pantai dan
di daerah perbatasan pedalaman, melakukan perkawinan antar suku dengan
pemukim Portugis. Sementara banyak suku lain yang berbicara bahasa Ge,
Arwak. dan Karib, hidup dipedalaman dan membutuhkan waktu lebih lama
untuk mengadakan kontak dengan para pendatang.
Pada awal abad ke 21 suku asli Indian di Brazil berjumlah sekitar
700.000, terbagi dalam kira-kira 215 kelompok dan menggunakan sekitar
170 bahasa yang berbeda. Orang-orang Indian hidup diwilayah seluas
946.452 km persegi, sekitar 11,12% dari total luas Brazil, yang
diperuntukkan bagi mereka oleh Pemerintah Federal. Di area ini orangorang Indian bebas melestarikan gaya hidup mereka.
Diawali pada pertengahan abad ke 16, suku-suku Afrika dibawa ke
Brazil untuk dipekerjakan sebagai budak di perkebunan-perkebunan tebu,
tambang-tambang emas dan intan serta perkebunan-perkebunan kopi. Proses
integrasi yang diawali antara orang-orang Eropa dan orang-orang Indian
secara cepat menyebar, termasuk integrasi dengan budak berkulit hitam.
Peta 1: Peta Negara Brazil
sumber; www.brazil.com//peta brazil
Perbauran rasial berlangsung terus sejalan dengan peningkatan
kedatangan imigran dari seluruh penjuru dunia diakhir abad ke 19. Jumlah
imigran terbanyak berasal dari Portugal, diikuti oleh Italia, dan Lebanon.
Pada pertengahan pertama abad ke 20, sebagai akibat dari peperangan
ataupun tekanan ekonomi, sejumlah imigran berdatangan dari barat, tengah
dan timur Eropa. Pada tahun 1908, 640 imigran datang dari Jepang.
Dikarenakan adanya kecocokan lingkungan sosial jumlah imigran dari
Jepang terus menerus bertambah. Hingga tahun 1969 sebanyak 247.312
orang Jepang telah pindah ke Brazil. Saat ini orang-orang keturunan Jepang
di Brazil merupakan kelompok terbesar dibandingkan dengan kelompok
serupa di negara lain.
Kesenian Rakyat
Kebudayaan Brazil adalah hasil panjang perbauran antara suku Indian
asli, pendatang dari Eropa dan Afrika. Unsur-unsur budaya itu telah terserap
dalam perilaku dan cara hidup masyarakat Brazil saat ini. Sulit untuk
melacak kembali garis-garis batas antar unsur budaya tersebut. Jadi,
kesenian rakyat Brazil sungguh merupakan yang terkaya dan paling
beragam di muka bumi ini.
Keramik dan Patung sangat banyak ditemukan di timur laut Brazil.
Sejumlah besar seniman lokal daerah ini tidak saja dikenal di Brazil namun
juga dikalangan seniman di negara lain. Diantaranya adalah Severino,
Vitalino dan Ze Cabloco. Karya-karya yang dihasilkan banyak
mencerminkan kehidupan nyata serta karakter-karakter religius.
Tarian rakyat Brazil sangat penuh dengan ekspresi artistik dengan
kekayaan irama, kostum dan koreografi. Terdapat belasan tarian Brazil dari
dramatisasi perang-perang awal antara Portugis dan Indian (Caboclinhos
dan Caiapos yang dipertunjukkan di negara bagian Pernambuco dan
Alagoas), sampai gambaran peperangan antara kelompok Kristen dan
bangsa Moor di semenanjung Iberia (Cavalhada dari Pirenopolis di negara
bagian Goias).
Salah satu kesenian rakyat yang berasal dari masyarakat Brazil adalah
Capoeira. Capoeira adalah tarian ritual bergaya perang dengan warna
musik khas, ditemukan di kota Salvador-Bahia. Tarian ini merupakan
perpaduan tarian dan seni beladiri. Capoeira berevolusi dari gaya
perkelahian yang berasal dari Angola. Pada awal periode perbudakan sering
terjadi perkelahian antara sesama budak kulit hitam dan mereka akan
dihukum jika tertangkap oleh majikannya. Oleh karena itu para budak
menyamarkan perkelahian mereka dengan musik dan nyanyian. Selama
bertahun-tahun Capoeira berkembang menjadi olah raga. Pukulan
dilayangkan hanya menggunakan kaki, tumit dan kepala, tanpa
menggunakan tangan. Petarung bergerak cepat dengan gerakan roda
berputar serta tangan menahan tubuh di lantai. Musik yang mengiringi
Capoeira adalah berimbau,
Agama
Semenjak penemuan Brazil di tahun 1500 hingga berakhirnya masa
kerajaan di tahun 1889, agama resmi adalah Katolik. Namun dengan
diberlakukannya Konstitusi Republik di tahun 1891 Undang Undang Brazil
secara tegas memisahkan urusan agama dan negara, menjamin kebebasan
beragama secara mutlak.
Saat ini, 73,8% populasi Brazil beragama Katolik. Sedangkan 15,4%
menganut Protestan. Sekitar 2,3 juta (1,3%) penduduknya menganut
Spiritisme, terbanyak di dunia. Agama-agama lainnya adalah agama-agama
tradisional Afrika, Yahudi, dan berbagai agama Asia seperti Buddhisme dan
Shinto. Sekitar 28 ribu menganut agama Islam atau sekitar 0,01% dari
penduduk Brazil. Negara ini adalah negara dengan penganut Katolik
terbanyak di dunia dan penganut agama-agama Asia terbanyak di peradaban
Barat.
Musik
Dari komposisi klasik Villa-Lobos, suara lembut Bossa Nova hingga
ketukan kuat Samba, Brazil telah mengembangkan musik dengan
kecanggihan kualitas dan keragaman yang mengagumkan. Ketika para
missionaris pendahulu Gereja Roman Katolik pertama-tama datang ke
Brazil, orang-orang Indian telah memiliki tarian-tarian ritual disertai
instrumen tiup dan perkusi sederhana. Orang-orang Gereja Roman Katolik
menggunakan musik untuk menyampaikan berita agama bagi suku Indian,
dalam bahasa Tupi. Mereka juga memperkenalkan alat musik seruling dan
instrumen gesek.
Musik Afrika diperkenalkan selama abad pertama kolonial dan
diperkaya oleh unsur musik Iberia. Salah satu jenis musik terpenting adalah
musik yang digunakan para budak kulit hitam, yaitu yang disebut Lundu.
Musik ini sangat populer untuk kurun waktu yang lama, bahkan juga
dinyanyikan di pengadilan Portugis pada abad ke 19. Sekolah-sekolah
musik didirikan di Bahia pada awal abad ke 17 dan musik religius
dimainkan di gereja-gereja di seluruh Brazil.
Sebagaimana halnya dengan bentuk-bentuk seni lainnya, kegiatan
musik meningkat dengan datangnya keluarga Kerajaan pada tahun 1808.
Brasilio Ltibere (1848-1913) adalah komponis Brazil pertama yang
menggunakan pola populer nasional dalam musik tingkat tinggi. Komposisi
musiknya yang dibuat pada tahun 1869, A Sertaneja (The Country Maiden)
hingga kini tetap dimainkan sebagai repertoire piano.
Selama tahun 1930-an, musik populer Brazil di siarkan melalui radio
menjadi sarana kuat dalam komunikasi massa. Tiga komponis yang paling
dikenal dari periode ini adalah Noel Rosa, Lamartine Babo dan Ary Barroso
(1903-1963). Penyanyi utama Barroso, Carmen Miranda, mencapai reputasi
internasional ketika ia tampil dalam film-film seri Hollywood. Pada
pertengahan 1960-an, The Girl From Ipanema, merupakan lagu hit terbesar
internasional pertama Brazil, membawa kemashyuran bagi komponis
Antonio Carlos “Tom” Jobim (1972-1994) dan penyair penulis lirik
Vinicius de Moraes (1913-1979).
Bossa Nova muncul pertama kali di Rio de Janeiro pada akhir tahun
1950-an. Musik ini adalah paduan antara irama samba Brazil dan Jazz
Amerika. Sementara pada tahun 1968 muncul aliran Tropikalis yang
merupakan paduan musik internasional (seperti irama latin dan rock n roll)
dengan irama nasional.
Musik daerah yang populer di Brazil termasuk forro dan frevo dari
Timur Laut, chorinho dari Rio de Janeiro dan lambada. Musik populer
Brazil yang paling khas adalah samba. Tidak satupun dapat memastikan
mengenai asal usul tari samba. Beberapa orang mengatakan bahwa samba
dilahirkan di jalan-jalan kota Rio de Janeiro, dengan sentuhan tiga budaya
yang berbeda; Portugis dalam nyanyian, Afrika dalam irama dan Indian asli
dalam olah kaki yang lincah. Banyak orang juga meyakini bahwa samba
adalah tarian berasal dari Afrika, berevolusi dari batuque, musik yang
berdasarkan instrumen perkusi dan tepukan tangan7.
Dalam bagian ini akan di bahas tentang sejarah dan perkembangan
Capoeira yang makin menyebar di seluruh dunia. Apalagi setelah mendapat
wadah promosi gratis di film, videoklip, dan video games.
Sejarah Capoeira
Banyak orang berdebat tentang nenek moyang siapa yang
menciptakan Capoeira, Brazil atau Afrika? Tetapi Mestre Capoeira terbesar
yang sangat di hormati yaitu Mestre Pastinha mengatakan “…Capoeira e,
Capoeira e, Capoeira e,” maksudnya adalah Capoeira adalah Capoeira
adalah Capoeira, yaitu Capoeira adalah Capoeira bukan tarian lain,
mungkin mirip, mungkin terinspirasi dari sebuah kebudayaan, tetapi
Capoeira tetap Capoeira, jadi itu tidak perlu di permasalahkan lagi (Lihat
The Little Capoeira Book. Capoeira Nestor,1995)
Seperti halnya di Amerika Serikat, di Brazil pun ada juga
perbudakan. Para budak dipekerjakan di perkebunan dimana gula dan
tembakau adalah tanaman panenan yang utama dan permintaan untuk tenaga
kerja / budak sangat besar. Sepanjang sejarah perdagangan budak,
diperkirakan lebih dari dua juta para budak telah dibawa ke Brazil dari
7
Buka www.brazil.com. “Kebudayaan Brazil dan Sejarahnya.”
Afrika. Para budak ini datang dari berbagai daerah di Afrika dengan budaya
yang berbeda.mereka ditempatkan di tiga pelabuhan utama : Bahia, Recife,
dan Rio De Janeiro. Di Rio dan Recife, para budak adalah dari kelompok
suku berbeda dan kadang-kadang dari suku bangsa musuh juga, yang
membuat para budak ini kesulitan untuk mengorganisir suatu
pemberontakan. Kebanyakan para budak di Rio adalah orang-orang dari
Bantu, sementara di tempat lain seperti Bahia, para budak datang terutama
dari Afrika Barat.
Ketika para budak menjadi sadar bahwa kondisi mereka tidak dapat
di ubah, bahwa mereka dimaksudkan untuk menjadi pekerja paksa untuk
selamanya, mereka mulai untuk melarikan diri. Di Recife, suatu kelompok
yang terdiri dari empat puluh orang budak memberontak melawan terhadap
tuannya, membunuh semua karyawan kulit putih, dan membakar rumah
perkebunan. Mereka kemudian membebaskan diri dan memutuskan untuk
mencari suatu tempat dimana mereka bisa bersembunyi dari para pemburu
budak. Ketika seorang budak melarikan diri ia akan dikejar oleh “pemburu”
professional bersenjata yang bernama Capitaes-do-mato (kapten hutan).
Biasanya Capoeira adalah satu-satunya bela diri yang dipakai oleh budak
tersebut untuk mempertahankan diri. Pertarungan mereka biasanya terjadi di
lapangan yang ada di hutan yang dalam bahasa Tupi-guarani (salah satu
bahasa pribumi di Brazil) di sebut Caa-puera. Beberapa ahli sejarah
berpendapat bahwa inilah asal dari nama seni bela diri tersebut
(http://ms.wikipedia.org/wiki/Capoeira).
Capoeira Masa di Palmares
Mereka pun menuju pegunungan, suatu perjalanan yang memakan
waktu berbulan-bulan. Secara kebetulan mereka menemukan tempat yang
mereka anggap cukup aman disebabkan karena ditempat ini terdapat banyak
pohon palma yang kemudian mereka beri nama Palmares. Di tempat inilah
lahir komunitas orang-orang Afrika; suatu komunitas yang bertahan hampir
satu abad. Di dalam komunitas inilah bentuk Capoeira yang pertama di
kembangkan.
Dalam hal ini pengaruh Afrika sangat besar pengaruhnya terhadap
perkembangan Capoeira, tidak ada satu pun yang menjelaskan mengenai
bentuk asli Capoeira di Afrika. Semuanya ditulis berdasarkan pada
spekulasi. Catatan awal mengenai sejarah capoeira sebagai seni bela diri
berhubungan dengan perang kira-kira tahun 1770, setelah awal tahun
perbudakan.
Di tengah hutan yang mereka sebut Palmares, suku bangsa yang
sama-sama asing atau musuh di Afrika bersatu berjuang untuk satu tujuan
yang sama. Suatu masyarakat baru telah terbentuk dengan suatu campuran
budaya yang sangat kaya. Di lingkungan yang baru ini mereka saling
berbagi dan mempelajari tarian, ritual, agama dan permainan masingmasing. Salah satu hasil dari percampuran budaya ini adalah Capoeira
dalam bentuk paling awalnya. Palmares mulai mempengaruhi kehidupan di
perkebunan ketika semakin banyak para budak melarikan diri. Capoeira
menjadi senjata mereka, lambang kebebasan mereka
Kehidupan di Palmares, hampir sama dengan seperti kehidupan di
desa. Bukan hanya mantan budak yang ada di sana tetapi juga orang-orang
kulit putih yang juga tidak setuju dengan perbudakan juga ikut mengungsi.
Mereka hidup dari bercocok tanam, hampir sama dengan di penampungan
para budak, tetapi di sini mereka bisa hidup tenang, bebas dan hidup lebih
sejahtera. Di Palmares juga ada aturan yang sangat ketat, pembunuhan,
pencurian, perjinahan juga dilarang, bahkan hukuman bagi pelanggarnya
adalah kematian.
Hari minggu adalah hari dimana mereka istirahat dan itu digunakan
mereka untuk berlatih capoeira. Musik, nyanyian, tarian dan upacara ritual
ditambahkan kedalam Capoeira, untuk menyembunyikan fakta bahwa para
budak sedang mempraktekkan suatu seni bela diri yang mematikan. Hal ini
harus dilakukan karena segala bentuk bela diri dilarang oleh pemerintah
Brazil pada waktu itu.
Masa kejayaan dari Palmares adalah ketika di pimpin oleh seorang
budak dari Alagoas (salah satu wilayah di Brazil) dengan nama Zumbi yang
artinya pejuang. Zumbi Dos Palmares menjadi legenda Capoeira. Sosok
yang ditakuti oleh setiap tuan tanah. Bahkan Zumbi dianggap sebagai
seorang dewa yang tidak bisa dibunuh. Sudah berkali-kali pasukan
dikirimkan pemerintah, tetapi tidak ada yang berhasil menghancurkan
Palmares. Sampai akhirnya Ekspedisi yang kelima belas (telah gagal empat
belas kali) di tahun 1965, dengan kekuatan yang besar dan penuh
kemarahan pasukan dari pemerintah meratakan Palmares dengan tanah.
Palmares bisa bertahan selama 22 hari, dengan perjuangan yang gigih,
karena kalah jumlah dan persenjataan akhirnya Palmares jatuh. Sebagian
budak yang tertangkap dikirimkan ke berbagai perkebunan tebu di seluruh
Brazil. Sebagian yang berhasil melarikan diri, termasuk Zumbi bersembunyi
untuk mengatur pemberontakan lagi.
Tetapi terjadi kemalangan, ketika Zumbi dos palmares dikhianati
oleh salah satu rekannya dan dibunuh. Kepalanya di pajang di taman kota
Recife. Ini terjadi tanggal 20 November 1965 yang kemudian diperingati
setiap tahun oleh seluruh Capoeirista di dunia sebagai “Day Of The Black
Conciousness.”
Budak-budak yang tertangkap, mengajarkan Capoeira kepada yang
lain. Mereka berlatih setiap ada waktu istirahat dan hari minggu, yaitu hari
libur untuk mereka. Namun untuk menyamarkan gerakan Capoeira, mereka
menambahkan tarian, nyanyian, dan beberapa ritual lain. Hal ini harus
dilakukan karena segala bentuk bela diri dilarang pemerintah pada waktu
itu. Malahan Capoeira dengan bentuk yang baru ini menjadi hiburan bagi
para penjaga di sana.
Capoeira Masa Perbudakan
Perjuangan ini diteruskan secara terpisah oleh kelompok-kelompok
kecil Capoeirista. Pada tahun 1988 Putri Isabel menandatangani surat
abolisi, pelarangan perbudakan di Brazil. Propaganda pemerintah pada saat
itu mengangkat Putri Isabel sebagai pahlawan pembebasan budak. Tetapi
dibalik itu, penandatanganan surat abolisi terjadi karena berbagai hal. Salah
satunya adalah kengototan para budak untuk membebaskan diri yang justru
membuat para tuan tanah mengalami banyak kerugian. Dan faktor lain
adalah, semakin banyaknya orang yang bergabung dengan kegiatan anti
perbudakan. Juga karena desakan dari pihak Kerajaan Inggris yang memiliki
pengaruh besar terhadap perekonomian Brazil.
Masalah terhadap capoeirista tidak berhenti disana. Karena
perbudakan dilarang, para tuan tanah tidak tertarik lagi pada para budak,
mereka lebih memilih para pekerja yang ahli. Hal ini mengakibatkan angka
pengangguran yang besar, diantaranya mereka ada yang dipulangkan ke
Afrika, tapi sebagian besar dari mereka tetap tinggal di Brazil. Menurut Dr
Alo Lolowari dalam sebuah buku aosiologinya mengatakan bahwa faktor
mayoritas dan minoritas suatu etnik dalam masyarakat majemuk sangat
menentukan eksistensinya, bila kelompok minoritas semakin mayoritas
maka mereka kurang disukai, karena: (1) pemilik dan sifat khas/stereotip
yang semakin negatif, (2) tidak sebagai pasangan dalam berbagai bentuk
interaksi social, (3) sasaran sikap deskriminasi.
Banyak yang mengungsi dan hidup di kota sehingga mengakibatkan
terciptanya daerah kumuh. Karena tidak ada lowongan pekerjaan di kota,
sebagian dari mereka terkelompok pada organisasi kejahatan, dan
melakukan hal yang perlu dilakukan untuk bertahan hidup (mencopet,
mencuri, memeras, dan lain-lain). Sebagian dari mereka yang masih agak
beruntung diangkat menjadi bodyguard para konglomerat dan elit politik
untuk melakukan kegiatan-kegiatan kotor mereka.
Dalam melakukan pekerjaan mereka para eks budak ini
mengandalkan keahlian mereka yaitu Capoeira. Hal ini menyebab-kan
pemerintah antipati terhadap Capoeira. Imagi seorang Capoeirista pada saat
itu adalah penjahat dan berandalan kampung.
Pada tahun 1890 pemerintahan Brazil mengeluarkan Codigo Penal
da Republica dos Estados Unidos do Brazil (Undang-Undang Republika
Brasil Serikat) no 402. Isinya melarang segala bentuk pertunjukan
Capoeira, segala bentuk latihan dan apapun yang berkaitan dengan
Capoeira dengan hukuman 2-6 bulan penjara.
Para Capoeirista pada saat itu mengalami banyak kesulitan untuk
berlatih. Karena disamping orang yang menyalahgunakan Capoeira, masih
banyak Capoeirista lain yang bermain Capoeira untuk menjaga warisan
leluhur. Sampai akhirnya para Capoeirista harus berlatih secara sembunyisembunyi.
Mungkin karena dendam pribadi, para penegak hukum pada masa
itu sangat bersemangat sekali dalam memburu Capoeirista. Kalau ada
Capoeirista tertangkap, bukan hanya hukuman penjara yang mereka
dapatkan, tapi justru yang paling berat adalah hukuman fisik yang diberikan
oleh polisi di masa itu. Kalau ingin selamat setelah tertangkap mereka harus
menyuap polisi yang menangkap mereka. Sehingga tercipta salah satu
toques (irama) berimbau yang fungsinya memberi tahu kalau sedang ada
penyergapan.
Salah satu faktor yang mempersulit penangkapan Capoeirista
adalah, bahwa setiap capoeirista memiliki dua nama, nama dan nickname
Capoeira mereka. Seorang Capoeirista dengan nickname-nya sehingga
polisi susah mengetahui identitasnya. Tradisi ini sampai sekarang ini masih
dilakukan,
setiap
seorang
Capoeirista
mengikuti
Batizado
(inisiasi/pembabtisan) pertama mereka, mereka diberi nickname oleh mestre
mereka, biasanya yang ada hubungan-nya dengan mereka.
Tahun 1920 Manuel Dos reis Macado, yang terkenal dengan nama
Mestre Bimba (1888-1974), salah satu mestre terbesar dan paling dihormati,
nekat mendirikan sebuah sekolah Capoeira di Bahia. Hal ini dilakukan
karena beliau prihatin melihat kondisi latihan Capoeira yang
memprihatinkan. Sebelumnya beliau termasuk salah satu buronan terbesar,
karena memperjuangkan legalitas Capoeira.
Pada tahun 1936 Mestre Bimba diundang presiden untuk
mendemonstrasikan Capoeira dihadapan pemerintah, beliau menunjukkan
nilai karakteristik Capoeira yang tinggi. Dengan tarian, nyanyian, dan nilai
kebudayaan yang tingi menggetarkan hati para pembuat Undang-Undang
dan membawa Capoeira ke fase baru dalam perjalanannya.
Capoeira tidak saja menjadi sebuah kebudayaan, tetapi juga sebuah
olah raga nasional Brazil, dan para guru dari Negara tersebut membuat
capoeira menjadi terus menerus lebih mendunia. Sebelumnya perlu
diketahui bahwa inilah yang menjadi cikal bakal dari aliran dalam
perkembangan Capoeira, antara lain sebagai berikut.
Capoeira Regional
Mestre bimba mengembangkan aliran baru dalam capoeira yaitu
Capoeira regional. Untuk mendemonstrasikan keefektifan dari
Capoeiranya, Mestre Bimba menantang berbagai perkumpulan Capoeira
dan perkumpulan bela diri lainnya untuk bertarung. Mestre Bimba
memenangkan semua pertarungannya, dan mendapatkan perhatian dari
publik sehingga sekolahnya menjadi terkenal dan menerima banyak sekali
murid.
Sekolah ini berkembang dengan pesat sehingga menjadi sekolah
pertama yang terdaftar di salah satu departemen pemerintah Brazil, yaitu
Departemen Pendidikan, Kesehatan, dan Pengabdian Masyarakat. Pada
tahun 1936 sekolah beliau terdaftar dengan nama Centro Cultura F’sica
Regional (Pusat Kebudayaan Fisik Regional) yang kemudian, alirannya
dikenal sebagai Capoeira Regional.
Karakteristik Capoeira Regional adalah, latihan ditempat tertutup
dengan pola dan kurikulum latihan yang tertata dan sistematis. Capoeira
Regional mengutamakan kekuatan dan kecepatan serta gerakan yang tak
terduga dalam aplikasinya.
Capoeira Angola
Setelah Mestre Bimba berhasil membawa Capoeira menjadi seni
yang diterima oleh masyarakat, banyak mestre-mestre besar di awal revolusi
Capoeira yang mulai mengembangkan dan memperkenal-kan Capoeira
kepada masyarakat.
Salah satunya adalah Vincente Joaquim Ferreira Pastinha, lebih
dikenal dengan Mestre Pastinha. Berdua dengan Mestre Bimba, beliau
ditempatkan sebagai mestre yang paling dihormati di Capoeira. Pada tahun
1941 beliau mendirikan sebuah sekolah yaitu Centro Esportivo de Capoeira
Angola, tempatnya di wilayah Liberdade.
Untuk bisa melegalkan sekolahnya, Mestre Pastinha melakukan
pertemuan dengan berbagai sekolah Capoeira dan berbagai pihak
kebudayaan. Setelah berjuang bertahun-tahun akhirnya Centro Esportivo de
Capoeira Angola dilegalkan tahun 1952, dan didirikan kembali di
Peulorinho Plasa.
Karakteristik Capoeira Angola adalah pada strategi, taktik, dan
ritual. Setiap gerakan lawan harus bisa kita baca, dan sebaliknya kita harus
bisa menyamarkan gerakan kita. Tempo yang yang dimainkan dalam
Capoeira Angola cenderung lebih lambat, penuh dengan kesabaran, taktik,
tipuan, dan kehati-hatian. Capoeira Angola cenderung lebih menjadi
hiburan pada saat itu, karena penekanan Capoeira Angola lebih pada
kesenangan, bercanda, saling membodohi antar jogador, serta konsep
teatrikal yang mewarnai setiap jogo.
Capoeira Atual
Para penerus Capoeira Angola maupun Regional masing-masing
mendirikan sekolah baru. Ada dari mereka yang masih mempertahankan
aliran tersebut.
Capoeira Atual adalah salah satu bentuk kemajuan dalam Capoeira
bersifat progesif, modern, up to date yang menjadikan Capoeira menjadi
satu “One Capoeira” diawali oleh seorang Mestre, yaitu Mestre No (Norival
Moreira de Olivera).
Mulainya masa kejayaan Capoeira di dunia adalah pada awal
tahun’90-an. Only The Strong adalah salah satu jalan Capoeira untuk
meraih kepopulerannya di dunia. Gerakannya yang menakjubkan yang
ditampilkan di film itu mencuri hati para penontonnya. Sejak itu Capoeira
mulai sering muncul di media, seperti film, video klip, iklan, bahkan di
video game.
Pada TEKKEN 3, Capoeira divisualkanisasikan dengan lebih
dahsyat. Bahkan sampai ada orang yang tidak percaya bahwa benar-benar
ada bela diri seperti Capoeira. Karakter Eddy Gordo dalam game itu
membuat Capoeira lebih terkenal lagi. Sekarang ini Capoeira terdapat di
mana-mana. Di luar Brazil, hampir di setiap kota terdapat sekolah-sekolah
Capoeira.
Masa Perkembangan Capoeira di Brazil
Ada beberapa masa perkembangan Capoeira yang akan disoroti
dalam diskusi pada bagian ini yang mana akan dapat dipahami dinamika
dan perkembangan Capoeira tersebut, antara lain: Capoeira adalah sebuah
tarian yang diidentikkan dengan Brazil, bersama dengan irama samba dan
bossa novanya. Capoeira sangat sulit didefenisikan. Suatu tarian? Suatu
permainan? Suatu ilmu bela diri? Capoeira adalah gabungan dari itu semua,
dan para pemain Capoeira yang disebut Capoeirista meyakini dan
menjalankannya.
Bira Almeida, seorang pendekar Capoeira yang dikenal orang dengan
sebutan Mestre Acordeon dan melatih di San Fransisco, AS, mengatakan
ada tiga teori mengenai asal bentuk kesenian yang melibatkan gerakan,
musik, dan unsur-unsur filsafat praktis itu. Ada yang mengatakan Capoeira
telah terbentuk di Afrika dan dibawa dalam bentuk yang sudah jadi oleh
budak-budak dari tanah Afrika. Teori kedua menyebutkan Capoeira
diciptakan orang-orang Afrika dan keturunannya di daerah pedalaman
Brazil, sedangkan teori ketiga menyebutkan Capoeira diciptakan orangorang Afrika di salah satu pusat perkotaan Brazil.
Walau pendukung masing-masing teori memberikan argumen yang
mendukung dan sudah didiskusikan sejak lama, teori yang paling banyak
diterima adalah teori yang kedua bahwa para budak Afrika membawa
berbagai unsur kebudayaan dari tanah asalnya, lalu mengolah dan
menggabungkannya di tanah Brazil, sehingga terciptalah apa yang disebut
Capoeira.
Waldeloir Rego seorang sosiolog Brazil dalam bukunya, Capoeira
Angola tahun 1968, berpendapat Capoeira diciptakan di Brazil dengan
serangkaian gerakan dan irama yang terus diperbaiki dan disesuaikan
dengan perkembangan sosial dan ekonomi masyarakat.
Nestor Capoeira, penulis beberapa buku panduan Capoeira,
menyebutkan apa yang diyakini oleh sebagian besar Capoeirista bahwa itu
merupakan sintesis tarian, pertarungan, dan alat musik dari berbagai
kebudayaan berbeda dari berbagai wilayah Afrika. Sintesis itu diciptakan di
tanah Brazil, kemungkinan di Salvador, ibu kota Negara bagian Bahia, pada
masa perbudakan pada abad ke-19.
Semua orang percaya bahwa budak-budak dari Afrika adalah orangorang yang berperan utama dalam sejarah awal kelahiran Capoeira di
Brazil. Budak budak itu adalah orang-orang Yoruba dan Dahomei dari
kawasan yang kini menjadi Nigeria dan Liberia, orang Hausa, serta orang
Bantu dari Angola, Kongo, dan Mozambik. Pada tahun 1814, Capoeira
yang sudah mulai terbentuk dengan bersintesisnya unsur-unsur kebudayaan
Afrika yang beragam dan bentuk-bentuk ekspresi kebudayaan Afrika
lainnya. Bahkan pada tahun 1892 Capoeira dilarang, pada hal empat tahun
sebelumnya perbudakan dinyatakan di hapus. Motif penekanan dan
kemudian pelarangan oleh penguasa tersebut adalah karena Capoeira
memberi rasa persatuan di kalangan orang-orang Afrika saat itu,
menciptakan sebuah kelompok yang kecil dan juga menciptakan orangorang dengan kepiawaian yang berbahaya. Pada masa itu Capoeira, terutama
yang di Rio de Janeiro dan Recife, adalah bentuk yang penuh dengan
kekerasan.
Baru pada masa pemerintahan Presiden Getulio Vargas tahu 1930,
penguasa mengurangi tekanan pada ekspresi kebudayaan rakyat, termasuk
Capoeira. Pendekatan pemerintah Vargas ini yang memudahkan karya
Mestre Bimba, yang bertekad memulihkan dan memperbaharui efisiensi dan
martabat Capoeira.
Dalam perkembangan sejarah Capoeira di Brazil ada dua nama
yang berpengaruh. Mereka adalah Mestre Bimba, yang nama aslinya adalah
Manuel dos Reis Machado, dan Mestre Pastinha atau Vicente Ferreira
Pastinha ( mestre adalah sebutan untuk guru Capoeira yang diperoleh
setelah puluhan tahun belajar Capoeira). Mereka masing-masing dianggap
sebagai perwujudan dari dua jenis aliran Capoeira yaitu Capoeira Regional
dan Capoeira Angola.
Mestre Bimba (1899-1974) adalah pendekar yang ternama dan
ditakuti di masanya. Menurut Nestor Capoeira dalam Capoeira, Pequeno
Manual do Jogador (Editora Record, 2002), Bimba mempunyai sebutan tres
pancadas (tiga pukulan), yang merupakan jumlah maksimum pukulan
darinya yang bisa ditahan oleh lawannya. Bimba memberikan sumbangan
yang cukup besar dalam perkembangan Capoeira. Dia mengembangkan
gaya yang disebut sebagai Capoeira Regional, memperbaiki kualitas teknik
gerakan yang diajarkan, menciptakan sekuens latihan, dan memperkaya
ilmu itu dengan sapuan dari batuque, yaitu suatu ilmu tari-pertarungan keras
yang dipelajarinya dari ayahnya, Luiz Candido Machado. Metode
pengajaran baru yang diperkenalkannya berdasarkan pada delapan sekuens
dari jurus dan tendangan yang sudah ditetapkan untuk dua pemain. Gaya
regional lebih sering bersifat akrobatik. Gerakannya dinamis dan
mempunyai karakter kecepatan yang cukup tinggi. Gaya regional lebih
sering berada di posisi upper. Posisi melayang di udara begitu kental
mewarnai gaya regional ini.
Adapun Mestre Pastinha (1889-1982) dikenal sebagai tokoh yang
berdedikasi mempertahankan dan mengajarkan Capoeira tradisional yang
disebut Capoeira Angola. Dia belajar Capoeira dari orang Afrika asal
Angola bernama Benedito, yang menurunkan ilmunya pada Pastinha.
Beberapa tahun setelah Bimba, Pastinha juga membuka sekolah Capoeira
untuk gaya yang tradisional itu di Pelourinho, kawasan historis Kota
Salvador. Pastinha dikenal sebagai filsuf Capoeira karena kegemarannya
menggunakan aforisme. Salah satu favoritnya adalah “Capoeira e para
homen, mulher e menino, so nao aprende quem nao quiser” (Capoeira
adalah untuk lelaki, perempuan dan anak-anak, yang tidak mempelajarinya
hanyalah mereka yang tidak mau), menegaskan keterbukaan ilmu itu bagi
siapa pun. Gaya Angola terkesan ortodoks. Gerakannya begitu
terkamuflase. Ritmenya pun lambat dan sering berada di posisi lower.
Tetapi, walaupun terkesan lambat, gaya jenis ini cukup mematikan.
Bagi mereka yang tinggal di Bahia, Negara bagian Brazil sebelah
timur laut, Capoeira adalah bagian keseharian mereka. Seperti kata Contramestre Duda, “Capoeira ada dalam darah kami”. Hal itu tidak lepas dari
keseharian mereka berlatih Capoeira seperti di lapangan, di pantai, serta di
academias (sekolah-sekolah), capoeira bertebaran di seluruh Kota Salvador.
Mereka tidak hanya sekedar bermain Capoeira, tetapi mereka mendapat
kesempatan mempelajari bagian kebudayaan mereka dengan suka cita
karena dedikasi para Capoeirista itu. Menyadari kekayaan budaya yang bisa
dimanfaatkan demi masyarakat itulah sekelompok Capoeirista yang
bergerak dalam bidang pendidikan jasmani, baik guru maupun mahasiswa,
di Bahia membentuk kelompok untuk mengajarkan Capoeira di sekolahsekolah. Capoeira sebagai kebudayaan, tidak hanya sebagai olah raga.
Musik menjadi bagian tak terpisahkan dalam praktek Capoeira.
Kata-kata dalam lagu Capoeira mempunyai arti khusus bagi mereka yang
mempraktekkannya, bisa cerita historis, filsafat, maupun ejekan dan canda.
Untuk menjadi Capoeirista, seseorang juga harus mempelajari bagaimana
memainkan alat musik tradisionalnya serta iramanya.
Pada tahun 1970-an, capoeira mulai merambah keluar Brazil dan
diterima di AS, Eropa, dan kemudian Australia. Menurut Bira Almeida atau
Mestre Akordion yang mengajar murid-murid di Amerika di San Fransisco,
bagi murid-muridnya, Capoeira adalah seni yang mengagumkan, yang
memberikan tantangan fisik dan enigma filosofis dari konteks sosiokultural
dan sejarah yang berbeda. Keaslian Capoeira di luar Brazil harus
dipertahankan dengan pengetahuan sejarahnya, hormat kepada tradisi dan
ritualnya, mengerti filsafatnya, serta penggunaan gerakan yang tepat.
Pada tahun 1980-an Capoeira pada masa itu sudah sangat biasa
dikalangan kelas bawah, kelas rakyat jelata mulai diterima oleh kelas
menengah perkotaan. Awalnya seni itu diterima dan di identifikasikan
sebagai sebuah olah raga, dengan penggunaan celana seragam, teknik yang
spesifik, metode pengajaran yang ilmiah. Namun semakin lama Capoeira
diterima tidak hanya sebagai suatu ekspresi khas kebudayaan Brazil,
diterima tidak hanya oleh kalangan rakyat jelata, namun juga dianggap
menjadi bagian dari kelas menengah dan kelas atas. Capoeira menjadi milik
seluruh kalangan, menjadi bagian dari ungkapan budaya mereka.
Mestre Luiz Renato melihat adanya dua gerakan dalam Capoeira di
Brazil saat ini. Yang pertama adalah yang melihat Capoeira hanya sebagai
olah raga, dan sebagai seni bela diri. Sedangkan yang lain adalah yang
menganggap Capoeira lebih dari sekedar seni ragawi, melainkan sebagai
ungkapan budaya mereka. Dalam arus yang terakhir itulah Capoeira
ditemukan oleh institusi cultural, ilmiah dan akademis.
Pada masa kini Capoeira di ajarkan, dikaji, dan dipraktekkan di
berbagai Universitas di seluruh Brazil. Setiap orang terlibat, mahasiswa,
pengajar dari Fakultas Pendidikan Jasmani, Sejarah, Arsitektur, dan Biologi.
Semua mencoba untuk menyumbang sesuatu pada pengetahuan,
memberikan pengetahuan khusus mereka pada Capoeira sehingga terjadi
semacam wadah gabungan pengetahuan yang memperkaya Capoeira.
Hal lain yang diperhatikannya adalah perkembangan Capoeira di
dunia, ketika berbagai penjuru dunia meningkat minat akan Capoeira secara
berarti adanya kecenderungan akan “McDonali-zation Capoeira” atau
“Franchising Capoeira”. Artinya adalah kecenderungan dari mestre
Capoeira tertentu untuk memberi hak kepada orang yang tanpa
pengetahuan, kemampuan maupun hubungan dengan Capoeira di Brazil
untuk mengajarkan Capoeira di negaranya masing-masing. Juga ada
kecenderungan orang Brazil yang tak punya latar belakang memadai
mengenai Capoeira kemudian mengajarkan Capoeira di Negara lain yang
di kunjunginya, serta penyebaran melalui internet. Dalam pengajaran
Capoeira, peralihan pengetahuan secara langsung sangat penting.
Masa Perkembangan Capoeira di Indonesia
Saat ini Capoeira dipelajari hampir diseluruh dunia, dari Portugal
sampai ke Norwegia, dari Amerika Serikat sampai ke Australia, dari
Indonesia sampai ke Jepang. Di Indonesia Capoeira mulai dikenal banyak
orang, disamping kelompok yang ada di Yogyakarta, juga terdapat beberapa
kelompok di Jakarta dan beberapa tempat lainnya di Indonesia. Banyak
orang yang berminat mempelajari Capoeira karena lingkungannya yang
santai dan gembira, tidak sama dengan disiplin keras yang biasanya terdapat
dalam sistem bela diri dari Timur seperti karate, taekwondo, pencak silat,
wushu, kungfu, dan lain-lain.
Capoeira diperkirakan masuk ke Indonesia pada tahun 1998,
perkembangannya sejak kedatangan Simon, mahasiswa Australia yang bisa
Capoeira ke Yogyakarta, yaitu kota pertama tempat berkembangnya
Capoeira di Indonesia. Bisa di bilang, kota ini merupakan “ibu kota”
Capoeira di Indonesia. Setelah Simon, ada juga Capoeirista yang lain
datang ke Yogyakarta dan mengajarkan Capoeira. Tujuan mereka datang ke
Indonesia disebabkan oleh beberapa hal, disamping untuk melakukan studi
tour dan juga ingin menjalin persahabatan yang erat diantara kedua negara.
Perlahan namun pasti, Capoeira makin berkembang. Kelompok-kelompok
pengemar Capoeira mulai bermunculan (http://www.kompas.com).
“Capoeira sebenarnya merupakan bela diri. Lahir dari kebudayaan, musik,
serta bahasa. Namun, tetap intinya adalah bela diri. Sebab, tujuan awal para
budak membuat gerakan ini adalah untuk melarikan diri dari penjara dan
meraih kebebasan” oleh Andrew Wilson, pendiri Capoeira di Indonesia.
Andrew yang mendalami Capoeira sejak 1933 di Negara asalnya Brazil,
merasa masih banyak yang salah menilai Capoeira. Karena seperti apa pun
gerakan yang di pelajari adalah tetap bagian dari bela diri. Artinya mereka
yang ingin mempelajari Capoeira harus memperhatikan teknik-teknik
gerakan yang ada di setiap levelnya. Sebab dengan menampilkan teknik
yang benar, orang akan mendapat manfaat yang optimal. Bukan sekedar
gaya dalam setiap pertunjukan, juga pemahaman lebih mendalam mengenai
Capoeira itu sendiri.
Menyeleraskan gerak, ritme, serta body language merupakan inti
dari Capoeira. Seni bela diri ini lahir dari hasil budaya kaum budak Afrika,
yang dikembangkan menjadi model sebuah pertunjukan seni. Karena kaum
budak tidak bisa mengembangkan ilmu bela diri secara frontal karena di cap
pemberontak dan dihukum berat. Kemudian melalui seni gerak dan musik,
gerakan-gerakan bela diri tersebut disisipkan secara perlahan-lahan. Lambat
laun gerakan ini berevolusi hingga benar-benar membentuk sebuah metode
bela diri baru yang mematikan. Namun, bungkusan dari bela diri tersebut
terlihat begitu dinamis dan fashionable. Orang pun menikmati seni bela diri
ini sebagai sebuah pertunjukan, bukan lagi tampilan gerakan dari martial art.
Saat ini, Capoeira pun marak sebagai bagian dari dunia hiburan yang
mendunia.
Banyak yang mengembangkan Capoeira sebagai sebuah seni yang
menarik untuk disaksikan seperti di beberapa tempat yang ada di Indonesia,
karena gerakan bela diri ini terlihat gemulai layaknya sebuah tarian. Namun,
bermacam aksi yang disuguhkan juga sangat atraktif, termasuk akrobatik
maupun dengan jurus-jurus bela dirinya. Sementara itu, musik yang
mengiringi muncul sebagai variasi hiburan yang unik dengan sajian tabuhan
perkusi khas Brazil. Meski terlihat menyenangkan dan penuh warna, tak
bisa dipungkiri bahwa inti dari Capoeira adalah sebuah olah raga yang
keras yang bertujuan untuk bela diri. Kemasan yang menghibur itu menjadi
daya tarik, karakteristik yang membuat bela diri ini terasa popular dan lebih
menyenangkan untuk dimainkan.
Para Capoeirista, juga mesti memahami bagaimana ritme dalam
setiap gerakannya. Dalam latihan pun mereka sedikit banyaknya harus
mempelajari bahasa serta musik Capoeira. Karena Capoeira berasal dari
kebudayaan sehingga mereka harus mempelajari bahasa serta musik yang
ada. Bila rutin melakukan latihan, kesehatan serta kebugaran tubuh bisa
diperoleh dengan baik. Selain sangat efektif untuk menggantikan latihan
fitness, latihan Capoeira juga membentuk tubuh menjadi well tone. Tubuh
bukan hanya terlihat atletis, juga memiliki ritmis dinamis yang jauh lebih
menarik.
Tidak ada batasan umur untuk mempelajari Capoeira. Hanya saja
motivasi orang bisa berbeda dalam mempelajari Capoeira. Indikasi ini bisa
dilihat dari tiga unsur tersebut yaitu kesenian, akrobatik dan beladiri. Olah
raga ini bukan hanya untuk kaum pria. Kaum hawa pun bisa mempelajari
Capoeira. Ini terbukti dari begitu banyaknya wanita mempelajari Capoeira
dalam rangka program diet dan body shaping.
Pada anak usia 4-6 tahun, mereka menggunakan Capoeira dengan
fersfektif meningkatkan kemampuan motorik anak: tangan, kaki, kepala,
penglihatan periferik. Bagi anak usia 7-11 tahun yang dianggap telah
berkembang kemampuan motoriknya, aspek sosial ditambahkan pada aspek
fisik sehingga anak belajar kolektivitas : ada yang main musik, ada yang
menyanyi, ada yang bermain, ada yang bertepuk tangan, semua terlibat
dalam roda de Capoeira.
Sekarang Capoeira terdapat dimana-mana. Di Indonesia, hampir
setiap kota terdapat komunitas-komunitas Capoeira. Capoeira kemudian
digemari oleh banyak kalangan karena keindahan geraknya, sisi historis
budayanya dan dapat menggalang persaudaraan. Setiap pemain harus
mengenal kemampuan bagian tubuhnya, sehingga ia mampu bergerak
dengan cara apa saja. Capoeira memberikan warna tersendiri dalam dunia
olah raga khususnya bela diri. Dibandingkan olah raga bela diri lainnya,
gerakan Capoeira memang lebih indah dan terkesan hidup.
Capoeira mempunyai ritualnya. Seni ini dipraktekkan dalam sebuah
roda, yaitu lingkaran orang yang terlibat, yang sering disebutkan sebagai
gambaran roda kehidupan dengan masing-masing orang memainkan
peranannya.
Masa Perkembangan Capoeira di Medan Khususnya Unika St Thomas
Kota Medan adalah ibukota provinsi Sumatera Utara, Indonesia.
Medan merupakan pintu gerbang wilayah Indonesia bagian Barat. Sumatera
Utara merupakan provinsi multietnik dengan Batak, Nias, dan Melayu
sebagai penduduk asli wilayah ini. Sejak dibukanya perkebunan tembakau
di Sumatera Timur, pemerintah kolonial Hindia Belanda banyak
mendatangkan kuli kontrak yang dipekerjakan diperkebunan. Pendatang
tersebut kebanyakan berasal dari etnik Jawa dan Tionghoa.
Penyebaran suku-suku di Sumatera Utara, adalah Suku Melayu di
Pesisir Timur, terutama di kabupaten Deli Serdang, Serdang Bedagai, dan
Langkat. Suku Karo di Kabupaten Karo. Suku Batak Toba di Tapanuli
Utara, Humbang Hasundutan, Toba Samosir. Suku Pesisir di Tapanuli
Tengah dan Kota Sibolga. Suku Mandailing dan Angkola di Kabupaten
Tapanuli Selatan, Padang Lawas, dan Mandailing Natal. Suku Simalungun
di Kabupaten Simalungun. Suku Pakpak di Kabupaten Dairi dan Pakpak
Bharat. Suku Nias: Pulau Nias. Suku Minangkabau di Kota Medan, Pesisir
Barat. Suku Aceh: Kota Medan. Suku Jawa di Pesisir Timur dan Barat.
Suku Tionghoa di Perkotaan, Pesisir di Timur dan Barat.
Agama utama yang ada di Sumatera Utara adalah; Islam: terutama
dipeluk oleh suku Melayu, suku Mandailing, suku Jawa. Kristen: (Protestan
dan Katolik): terutama dipeluk oleh suku Batak dan suku Nias. Hindu:
terutama dipeluk oleh keturunan India yang minoritas diperkotaan. Buddha:
terutama dipeluk oleh suku Tionghoa di perkotaan. Konghucu: terutama
dipeluk oleh suku Tionghoa diperkotaan. Parmalim: dipeluk oleh sebagian
suku Batak yang berpusat di huta Tinggi. Animisme masih ada dipeluk oleh
mayoritas suku Batak dan Nias, yaitu Pelebegu Parhabonaran dan
kepercayaan sejenisnya.
Di samping hal tersebut diatas, kota Medan adalah salah satu pusat
pendidikan yang ada di Sumatera. Hal ini dapat kita lihat dengan banyaknya
lembaga-lembaga atau instansi-instansi pendidikan yang berdiri di kota ini.
Salah satu dari lembaga-lembaga yang bergerak dalam bidang pendidikan
tersebut adalah Unika St Thomas Medan.
Unika St Thomas adalah salah satu perguruan tinggi swasta yang ada di
Medan Sumatera Utara. Unika St Thomas adalah singkatan dari Universitas
Katolik Santo Thomas yang resmi didirikan pada Tahun Akademik
1986/1987 status Unika Santo Thomas menjadi status Terdaftar, sesuai
dengan SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 0387/0/1986
tanggal 22 mei 1986 sampai sekarang masih aktif. Kampusnya terletak di
Jalan. Setia Budi, nomor :479F Tanjung Sari Medan8.
Capoeira diperkirakan masuk ke Medan pada tahun 2004, hal ini
diketahui dari salah satu pelatih Capoeira yang bernama Wahid
Simanjuntak (alumni Unika St Thomas). Beliau mengatakan bahwa pertama
kali mereka mengadakan pertunjukan pada tahun ini meskipun dengan
formasi dan tehnik gerakan yang masih sangat sederhana. Perlahan namun
pasti Capoeira di Medan mengalami perkembangan dengan makin
banyaknya komunitas-komunitas Capoeira yang bermunculan. Hal itu
ditandai dengan diterimanya seni bela diri ini menjadi salah satu bagian dari
UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) di Unika St Thomas dan sampai sekarang
telah berkembang dengan makin banyaknya yang ikut menjadi anggota
dalam kegiatan ini.
Capoeira Unika St Thomas adalah salah satu grup Capoeira yang
sistem belajarnya secara otodidak melalui internet dari grupo-grupo
Capoeira yang ada di luar negeri dan sebagian dari grupo yang berada di
Indonesia. Sebelum berdiri sebagai sebuah grup Capoeira, Capoeira Unika
St Thomas merupakan sekumpulan orang yang berlatih Capoeira dengan
tujuan untuk menciptakan sebuah karya seni tari, dan kebetulan
koreografernya merupakan orang yang mengerti Capoeira. Berawal dari
kegiatan tersebut, maka secara rutin latihan Capoeira mulai dilakukan oleh
beberapa orang mahasiswa Unika St Thomas yang kemudian menjadi
pendiri dari Ginga Firme Capoeira Medan.
Pada awal berdirinya, Ginga Firme Capoeira Medan merupakan
nama yang diambil untuk menamakan grup ini. Setelah Ginga Firme
Capoeira dijadikan UKM di Unika St Thomas Medan dan akhirnya
mendapat fasilitas tempat latihan dilapangan gedung perpustakaan Unika St
Thomas dan kadang didalam gedung apabila cuaca tidak mendukung untuk
melakukan latihan Capoeira di luar gedung. Atas masukan dari beberapa
anggota yang menyarankan agar nama yang digunakan mengambil dari
bahasa atau istilah dari bahasa Portugis, yaitu bahasa nasional yang
digunakan di Brazil, asal Capoeira, maka nama Capoeira Unika St Thomas
di ubah menjadi Ginga Firme Capoeira Medan. Tujuan dari pengambilan
nama yang berbahasa nasional Brazil tersebut adalah agar mencerminkan
ciri khas dari Capoeira yang memang merupakan kebudayaan asli Brazil.
Seiring berjalan dengan waktu, Ginga Firme Capoeira Medan mulai
8
Lihat, Buku Pedoman Universitas Katolik Santo Thomas (2007/ 2008).
mempelajari Capoeira secara murni dengan mencoba menjalin hubungan
dengan grupo-grupo yang ada di tanah air.
Menurut Daniel salah seorang penggiat Capoeira di Medan
mengatakan sebelum menjadi asosiasi, mereka hanyalah komunitas yang
menamakan diri Capoeira Medan Soul. Kemudian mereka berganti nama
menjadi Associacao Ginga Firme Capoeira Medan. Komunitas ini
diresmikan 20 Juli 2008 oleh pelatih Capoeira dari Jakarta, yakni Prof.
Mola dan pengurus Ginge Firme Jakarta, Magdalena 9.
Tujuan dari berdirinya Ginga Firme Capoeira Medan salah satunya
adalah untuk memasyarakatkan Capoeira itu kepada masyarakat Medan dan
sekitarnya sebagai sebuah budaya, seni tari, seni bela diri dan tentu saja
sebagai sebuah olah raga yang menyehatkan. Dengan mempelajari Capoeira
sebagai sebuah seni budaya, bukan berarti tidak mempelajari dan
melestarikan budaya sendiri, karena banyak dari anggota Ginga Firme
Capoeira Medan sendiri yang mempunyai basic dari pencak silat, karate,
taekwondo, dan lainnya dan masih berlatih hingga saat ini dan banyak juga
yang masih mempelajari tarian-tarian tradisional Indonesia serta budayabudaya asli daerah.
Penanggung jawab latihan Ginga Firme Capoeira Medan adalah
beberapa anggota dewan yang terdiri dari para pendiri grup dan beberapa
senior yang telah dianggap berkompeten untuk membantu anggota lain yang
baru bergabung untuk berbagi ilmu. Sistem latihan yang ada di grup ini
mengacu pada kurikulum yang telah disepakati bersama oleh anggota
dewan penanggung jawab latihan. Karena hingga saat ini Ginga Firme
Capoeira Medan belum mempunyai Mestre atau master yang merupakan
gelar tertinggi di Capoeira yang merupakan pembimbing utama dalam
latihan dan itu merupakan keinginan dari seluruh anggota Ginga Firme
Capoeira Medan. Grup ini terus berusaha untuk berlatih sendiri dari
beberapa referensi dan bertukar ilmu dengan grupo-grupo yang ada di
Indonesia dengan mendatangkan mestre-mestre dari Jakarta sehingga suatu
saat nanti bisa berfiliasi dengan grupo Capoeira di Brazil sehingga bisa
mempelajari Capoeira sampai pada akarnya.
Sejauh ini Ginga Firme Capoeira Medan sudah memiliki sekitar 20
lebih anggota. Motivasi para anggota menekuni Capoeira adalah pada
awalnya dari teman ke teman. Namun seiring berjalannya waktu, minat
mereka terhadap olah raga ini semakin menjadi karena rasa ketertarikan
gerakannya yang unik.
9
Wawancara tanggal 20 juli 2008
Umumnya para anggota Capoeira adalah para mahasiswa dan
siswa-siswi yang mau menekuni seni beladiri ini berasal dari suku-suku
yang ada di Sumatera Utara, seperti suku Batak (Karo, Toba, Simalungun),
Nias, dan suku Pakpak.
Adapun kegiatan yang pernah dilakukan diluar latihan adalah
pertunjukan-pertunjukan komersil dan pertunjukan non komersil.
Pertunjukan komersiql biasanya ketika ada event-event tertentu yang
mengundang Capoeira sebagai pengisi acara, seperti acara tahun baru di
hotel-hotel, launching product, atau event-event yang diadakan perusahaan
seperti perusahaan otomotif atau lainnya dengan bekerja sama dengan EOEO yang ada di Medan. Adapun pertunjukan non komersil biasanya
dilakukan untuk membantu saudara-saudara kita yang membutuhkan
bantuan seperti ketika terjadi bencana tsunami di Aceh, gempa di Nias,
banjir, acara peringatan hari kemerdekaan RI dan sebagainya.
Biasanya pertunjukan amal dilakukan dengan berkolaborasi dengan
para seniman-seniman yang ada di Medan dan sekitarnya. Bahkan sering
pula Ginga Firme Capoeira Medan diundang dalam acara pentas budaya
dan kesenian yang diselenggarakan di Medan karena Ginga Firma Capoeira
Medan dianggap sebagai komunitas seni yang ada di Medan oleh para
seniman Medan.
Saat ini Ginga Firme Capoeira mempunyai beberapa tempat latihan
di kota Medan, selain dilapangan gedung perpustakaan Unika St Thomas,
juga terdapat di Perumahan Royal Sumatera dan di Lapangan Merdeka.
Dengan adanya beberapa tempat latihan tersebut Ginga Firme Capoeira
Medan berharap akan dapat semakin giat berlatih dan mendalami Capoeira
sehingga bisa berfiliasi dengan “akar” Capoeira dan mempunyai mestre.
Menurut para penggiat Ginga Firme Capoeira Medan berharap ke
depannya Ginge Firme Capoeira Medan semakin berkembang dan dikelola
dengan profesional dan dapat menjadi wujud jalinan kerjasama yang baik
antar negara.
Gambar 1: Logo Kerjasama Capoeira Indonesia dengan Brazil
Istilah dan Pengertian Seni Bela Diri Capoeira
Capoeira adalah salah satu bentuk seni bela diri yang berasal dari
Brazil yang diciptakan oleh budak Afrika di Brazil pada zaman penjajahan.
Capoeira sering digambarkan sebagai sebuah budaya. Budaya yang di
dalamnya termasuk lagu khas, tarian yang dilakukan, yang memiliki latar
belakang sejarah dan juga memiliki tradisi yang terhubung dengannya.
Capoeira merupakan perpaduan dari tarian, permainan, dan seni bela diri,
dan para pemain Capoeira meyakininya.
Capoeira pada masyarakat Brazil, Capoeira merupakan simbol dari
sebuah olah raga nasional dan hasil dari kebudayaan mereka yang semakin
berkembang dengan diterimanya seni ini di Negara-negara lain. Hal ini
disebabkan karena adanya pengaruh dari sejarah dan latar belakang
Capoeira diciptakan sebagai ungkapan dan ekspresi dari rasa yang ingin
bebas. Sehingga tercipta sebuah gerakan bela diri yang didalamnya ada
tarian dan musik.
Seperti yang dikemukakan oleh John Martin seorang penulis dan
kritikus yang berasal dari Amerika Serikat menyatakan dalam bukunya yang
berjudul The Modern Dance mengemukakan bahwa substansi baku tari
adalah gerak. Gerak adalah pengalaman fisik yang paling elementer dalam
kehidupan manusia. Gerak tidak hanya terdapat pada denyutan-denyutan di
seluruh tubuh manusia untuk tetap dapat bertahan hidup, tetapi gerak juga
terdapat pada ekspresi dari segala pengalaman emosional manusia. Gerakgerak yang ekspresip itu disebut dengan tari.
Oleh karena itu dibawah ini adalah seperangkat pengertian tentang
tari yang dikemukakan oleh beberapa tokoh; Curt Such berpendapat bahwa :
“Tari adalah seni, meskipun substansi adalah gerak. Tetapi gerakan-gerakan
yang terdapat di dalam tari bukanlah realistis, namun gerak yang ekspresif”
Menurut Susanne K Langer dalam bukunya Problems of Art bentuk
ekspresif adalah “Suatu bentuk yang dapat mengetarkan perasaan manusia.
Adapun gerakan yang indah itu adalah gerakan yang distilir, yang
didalamnya terdapat ritme tertentu.”
Gerak jika diatur berdasarkan ritme tertentu akan menghasilkan
suatu keindahan. Tarian capoeira yang merupakan gerakan-gerakan yang
diatur berdasarkan gerak akrobatik yang dimainkan dengan ritme tertentu.
Ritme tersebut tidak lain adalah musik pengiring Capoeira. Pendapat
Danskunst tentang tarian adalah ; “gerak-gerak yang diberi bentuk dan
ritmis dari badan di dalam ruang.” Selain terdapat gerak yang ekspresif,
musik untuk mengiringi tarian, dibutuhkan juga ruang
untuk
mengungkapkan gerakan-gerakan Capoeira tersebut.
Penggunaan musik di dalam tarian didukung lagi dengan pendapat lain
yang dikemukakan oleh Pangeran Suryodiningrat, beliau berpendapat
bahwa tari adalah: “gerak-gerak dari seluruh tubuh manusia yang disusun
selaras dengan irama music, serta mempunyai maksud tertentu”.
Tari tradisional terdiri dari tiga kelompok yaitu primitip, klasik dan
rakyat. Dari ketiga jenis tersebut maka Capoeira merupakan jenis tarian
rakyat. Tetapi meskipun demikian Capoeira terus mengalami
perkembangan yang akhirnya tarian ini dapat di klasifikasikan kedalam
bentuk tari kreasi baru yang masih bersumber dari materi-materi tradisional.
(Baca buku Arifni Netrirosa berjudul Praktek Tari Minang).
Jika dilihat tari berdasarkan fungsinya maka pada mulanya
Capoeira dikelompokkan pada jenis tarian upacara yang bersifat sakral dan
megis namun pada masa sekarang ini Capoeira telah menjadi sebuah tarian
pertunjukan yang disebut dengan Consert Dance. Sebab Capoeira menjadi
jenis tarian yang dipertunjukkan sebagai hiburan.
Beberapa alasan yang dapat mendukung pengelompokan tarian
Capoeira kedalam kelompok tarian upacara adalah :
1. Gerak tari imitatif, meniru gerakan alam sekitar. Ada gerakan meniru
gerakan burung Iuna dan permainan yang ditampilkan disertai trik-trik
hiburan. Seni bela diri Capoeira merupakan imitatif dari gerakan yang
tercipta dari ekspresi seseorang yang ingin bebas dan merdeka dari
perbudakan.
2. Ungkapan gerak merupakan ekspresi kehendak jiwa penarinya. Oleh
karena itu tidak ada gerakan yang baku pada Capoeira. Para penari
memiliki kebebasan untuk mengekspresikan gerakan, seperti melompat,
salto, akrobatik dan lain-lain.
3. Penghayatan tari terbatas pada lingkungan adat dan tradisi yang
bersangkutan.
4. Iringan musik baik ritme maupun instrumennya sangat sederhana,
terdengar monoton tetapi menggugah suasana.
5. Pada beberapa jenis tarian upacara seperti halnya Capoeira tidak hanya
mempertimbangkan kostum, make up, dance group dan tata panggung
(sound system, lighting, dan dekorasi karena pada umumnya dilakukan
di lapangan terbuka dan adakalanya memang dilakukan di dalam
ruangan.
Capoeira biasanya dilakukan secara kolektif (kelompok). Oleh
karena itu ditinjau dari jenis tari menurut koreografinya maka Capoeira
adalah Group Coreography (Tari kelompok). Dan sampai sekarang tidak
pernah mengalami perubahan. Capoeira pada umumnya dimainkan oleh
dua orang Capoeirista pada saat Jogo.
Namun perlu diketahui bahwa pemain Capoeira sangat sering
mengeluarkan istilah akrobatik pada saat wawancara. Berdasarkan hasil
wawancara penulis dengan salah satu pemain Capoeira bernama Sandy
mengatakan bahwa Capoeira adalah merupakan pertunjukan tari dan bela
diri yang sangat menonjolkan unsur akrobatik, sebab gerakan Capoeira
sangat berkenaan dengan ketangkasan. Di bawah ini adalah kutipan
keterangan Sandy (waancara 6 Mei 2007) tentang Capoeira:
“Tidak ada batasan umur untuk mempelajari Capoeira. Capoeira nggak
monoton, jadi kita nggak bakalan bosan”, waktu kita bermain Capoeira,
yang perlu kita tekankan adalah kekompakan dan rasa percaya diri yang
tinggi, dan…itu loh, stamina juga harus kuat. Makanya latihannya harus
rutin, nggak boleh main-main, biar pertunjukannya bagus waktu berada
di lapangan, apalagi sekarang Capoeira terus mengalami
perkembangan.”
Bagi masyarakat yang merayakan dan memainkannya, Capoeira
bukan sekedar tarian akrobatik maupun bela diri, tapi mereka juga harus
sedikit banyaknya mempelajari bahasa serta musik dari Capoeira.
“Capoeira berasal dari kebudayaan sehingga mereka juga harus belajar
bahasa dan musik yang ada” (Andrew Wilson pendiri Capoeira
Indonesia,1993).
Deskripsi Pertunjukan Capoeira
Penulisan tentang Capoeira ini dalam bentuk deskriptif. Adapun
yang dimaksud deskriptif, menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia
(1985:34) adalah menggambarkan apa adanya. Asal kata deskriptif, dari
bahasa Inggris yaitu descriptive yang berarti bersifat menyatakan sesuatu
dengan memberikan gambaran melalui kata-kata atau tulisan. Jadi dalam
penulisan ini nantinya adalah memberikan gambaran dengan tulisan
mengenai pertunjukan Capoeira yang terdapat di Unika St Thomas Medan.
Capoeira merupakan suatu bentuk atraksi seni pertunjukan yang
dapat di analisis, dapat dilihat dari beberapa unsur-unsur terpenting yang
terkait pada pertunjukan tersebut. Adapun unsur-unsur yang dimaksud
seperti yang dikemukakan Sedyawati (1980:54) bahwa didalam
menganlisis suatu bentuk pagelaran perlu diperhatikan hal-hal seperti;
materi pertunjukan; waktu dan tempat pertunjukan; pendukung dan
perlengkapan pertunjukan yang didalamnya terdapat penyaji pertunjukan.
Dan dengan hal tersebut pertunjukan Capoeira dapat dianalisus.
Ruang dan Tempat Penyajian
Pertunjukan ini dilaksanakan di Unika St Thomas Medan tepatnya
di Gedung pertunjukan maupun di lapangan terbuka yang terdapat di
tempat tersebut. Untuk menentukan waktu dalam pertunjukan tergantung
pada sipenyaji pertunjukan, dimana waktu pertunjukan dilakukan pada pagi
hari, siang,atau malam hari dan tidak terikat pada waktu-waktu tertentu.
Akan tetapi mereka lebih memilih waktu sore hari setelah semua pemain
Capoeira telah selesai melaksanakan aktifitas pekerjaan sehari-hari
mereka. Karena diharapkan para masyarakat maupun mahasiswa setempat
juga dapat menikmati pertunjukan tersebut secara keseluruhan tanpa
memandang usia. Dengan demikian dapat mendatangkan keuntungan bagi
si penyaji pertunjukan.
Apabila pertunjukan Capoeira merupakan pesanan dari suatu
instansi pemerintah, lembaga masyarakat, atau dipesan panitia suatu
kegiatan biasanya arena tempat pertunjukan mereka tidak membuat suatu
tempat yang tertutup bagi masyarakat misalnya di lapangan atau ditempattempat yang terbuka. Hal ini dikarenakan pertunjukan tersebut ditujukan
kepada masyarakat setempat (tontonan gratis).
Adapun acara-acara yang sering menampilkan Capoeira adalah
pada saat penerimaan mahasiswa baru di Universitas, event-event tertentu
yang mengundang capoeira sebagai pengisi acara, seperti acara pagelaran
musik, launching produk, dan even-even yang lainnya.
Dalam penyajian Capoeira dikenal suatu istilah yang disebut roda.
Roda ini berarti suatu lingkaran manusia yang melambangkan lingkaran
kehidupan manusia. Di roda inilah para Capoeirista melakukan permainan
serta ritual yang dinamakan jogo. Fungsi roda sendiri adalah sebagai tempat
Capoeirista melakukan ritual permainan atau jogo, bisa juga untuk
melakukan upacara untuk menyambut mestre baru. Dalam suatu roda, yang
menjadi pemimpin disebut batteria. Batteria tersebut memimpin para
Capoeirista tersebut untuk bernyanyi ataupun bermain jogo. Selain batteria
ada juga suatu baris yang berisi pemain instrumen/musik yang berperan
untuk memberi iringan musik saat permainan berlangsung.
Pelaku atau Pemain Capoeira
Pelaku dalam pertunjukan Capoeira terdiri dari pemusik dan
pemain atau penari. Penari atau pemain Capoeira atau Jogador yang
dibutuhkan pada saat permainan (jogo) adalah dua orang, yang kemudian
bergantian disusul oleh pemain yang lain untuk berjogo. Para Capoeirista
yang berjogo biasanya telah memiliki kemampuan-kemampuan yang
dipelajari sebelumnya, dan memiliki stamina yang baik (orang yang terlatih
bela diri biasanya memiliki stamina yang cukup baik sehingga mampu
untuk melakukan gerakan-gerakan dengan baik).
Jogador
Capoeira adalah bentuk seni yang terdiri dari gerakan, musik, dan
unsur-unsur filsafat praktis. Salah satu inti dari Capoeira adalah jogo atau
permainan fisik yang disebut Jogo de Capoeira (permainan Capoeira) atau
cukup disebut Jogo. Selama ini menjadi ritual pertarungan, dua
capoeiristas (pemain dari Capoeira) saling bergantian menyerang dan
bertahan dalam arus konstan sambil belajar dan tata cara yang benar
tentang Capoeira.
Jogo adalah permainan yang dilakukan oleh para capoeiristas untuk
melatih gerakan capoeira, jogo dilakukan di dalam roda.
Batteria ( Pemimpin Jogo)
Dalam suatu roda, yang menjadi pemimpin disebut batteria. Batteria
tersebut memimpin para capoeirista untuk bernyanyi ataupun bermain
jogo. Yang menjadi pemusik dalam pertunjukan Capoeira adalah biasanya
Mestre atau pelatih Capoeira yang lebih tinggi tingkatannya. Dalam hal ini
pemegang alat musik bisa berdiri atau duduk.
Gambar2: Dua Orang Jogador
Dokumentasi: Marlan Manik, 2009
Gambar3: Pemain Musik Capoeira oleh Seorang
Batteria yaitu Mestre
Dokumentasi: Marlan Manik, 2009.
Gambar 4: Pemain Musik Capoeira Dipimpin oleh
Seorang Batteria yaitu Mestre
Dokumentasi: Marlan Manik, 2009.
Benda-benda atau Alat
Untuk kebutuhan pertunjukan Capoeira terdapat beberapa benda
atau peralatan yang dibutuhkan. Adapun benda-benda atau alat-alat
tersebut terdiri dari; abada (kostum Capoeirista), cordao (sabuk atau
tingkatan Capoeira), kemudian tempat Capoeirista melakukan jogo yaitu
roda.
Gambar 5: Abada (Kostum Capooeirista)
Gambar 6: Cordao (sabuk Capoeira)
Gambar 7: Capoeirista melakukan Jogo di Roda
Musik Pengiring
Dalam sebuah pertunjukan Capoeira biasanya di iringi dengan
ensambel musik tradisional Brazil, dengan suara beberapa alat musik
dengan nada dan lagu khas capoeira. Sebenarnya musik tersebut mengatur
ritme, gaya dan energi saat bermain.
Pada Capoeira Angola instrumen musik tersebut terdiri dari:
1. Satu berimbau gunga
2. Satu berimbau berra-boi
3. Satu berimbau viola
4. Satu atau dua pandeiros
5. Satu atabaquê
6. Satu agogô
7. Satu reco-reco
Sedangkan pada Capoeira Regional instrumen musik tersebut
terdiri dari:
1. Satu berimbau
2. Dua pandeiros
Penggunaan Instrumen musik ini juga dipengaruhi oleh filosofi
yang dijalankan masing-masing grupo atau komunitas Capoeira yang
bersangkutan. Umumnya dimainkan pada sesi sparring (jogo) didalam roda,
pemain Capoeira akan berkumpul melingkar dan bernyanyi lagu khusus.
Kemudian, semua anggota maju berpasangan secara bergantian untuk saling
beradu. Atraksi tersebut berlanjut sambil ditimpali senyum keakraban dan
iringan musik Capoeira.
Berimbau merupakan Single String Percussion Instrument, berbentuk
busur dan terbuat dari kayu biriba dan kawat dengan cabaça (labu) kering
yang telah dikeluarkan bagian dalamnya sebagai resonator, biasanya
bunyinya "tung tung tung." Sejarah asal mula berimbau tidak terlalu jelas,
namun kemungkinan besar asalnya dari Afrika, karena orang Brazil atau
pun Eropa tidak menggunakan busur untuk alat musik.
Bentuk berimbau identik dengan alat-alat yang dimainkan di bagian
selatan Afrika.Bahan utama pembuat berimbau adalah busur kayu yang
bernama verga. Verga terbuat dari kayu biriba yang banyak tumbuh di
Brazil. Panjang verga adalah mulai dari 1,2 sampai 1,5 meter. Verga
dilengkapi juga dengan sebuah senar logam yang bernama arame yang
diregangkan dengan maksimal dari ujung verga yang satu ke ujung
lainnya. Sebagai resonatornya adalah bagian yang disebut cabaca. Sebuah
genderang kopong yang menempel di bagian bawah verga. Sejak tahun
1950 Berimbau Brazil selalu diwarnai dengan warna terang, sesuai dengan
selera masyarakat Bahia.Yang juga bagian dari berimbau namun terpisah
adalah dobrao. Batu kecil atau koin yang digunakan untuk menekan arame
untuk mengubah nada. Dobrao batu biasa juga disebut pedra. Selain itu ada
juga bvaqueta. Sebuah tongkat metal yang digunakan untuk memukul
arame agar menghasilkan bunyi. Sebagai tambahan, digunakan juga caxixi
bersama vanqueta untuk menghasilkan bunyi yang berbeda.
Gambar 8: Berimbau Capoeira
Berimbau
(sumber:http://geocities.com/capoeira/berimbau.jpg)
Capoerista membagi berimbau dalam tiga kategori. Yang pertama
yaitu serra boi atau gunga. Ini menghasilkan nada yang paling rendah.
Yang kedua adalah medio dengan nada yang menengah. Yang terakhir
adalah viola atau violinha yang memiliki nada tertinggi.
A-go-go
Gambar 9: A-go-go
sumber : http://geocities.com/capoeira.semarang/agogo.jpg
Percussion instrument ini terdiri dari iron bells yang akan beresonansi
ketika dipukul dengan pemukul yang terbuat dari besi. Instrumen ini terdiri
dari dua bel logam. Sebuah tongkat berada di antara bell tersebut dan
kemudian bell akan bergerak untuk membuat suara yang unik. A-go-go
lebih jarang ditemukan dalam roda dari pada tiga instrumen lainya, namun
itu tetap instrumen musik Capoeira.
Pandeiro
Gambar 10: Pandeiro atau Tamborin
sumber : http://geocities.com/capoeira.semarang/pendeiro.jpg
Pandeiro atau mungkin kita lebih mengenalnya sebagai tamborin,
namun ada dua hal penting yang membedakannya dengan tamborin seperti
biasanya, yaitu pertama tarikan (tension) pada kepala pandeiro bisa di
setting nada rendah atau nada tinggi. Dan kedua untuk kerincingnya lebih
kering dan kurang kencang dibanding tamborin biasa. Terdiri dari lingkaran
yang terbuat dari kayu yang di cover dengan cymbal yang kecil, dan
tengahnya terbuat dari kulit binatang.
Atabaque
Gambar 11: Atabaque atau Gendang
sumber: http://geocities.com/capoeira.semarang/atabaque.jpg
Atabaque adalah sebuah conga drum yang dimainkan dengan tangan
(gendang), biasanya tinggi, terbuat dari kayu dan pada bagian yang dipukul
terbuat dari kulit anak sapi. bagian bawahnya terbuka sehingga bisa
beresonansi.
Reco-reco
Gambar 12: Dua Reco-reco dan Stiknya
sumber: http://geocities.com/capoeira/reco-reco.jpg
Reco-reco merupakan percussion instrument yang terbuat dari bambu atau
kayu dicover oleh bubungan transversal sehingga menimbulkan bunyi
seperti garutan atau goresan.
Proses Belajar
Secara khusus tidak ada sistem pembelajaran untuk seni bela diri
Capoeira. Biasanya setiap Capoeirista akan diajari dan dibimbing oleh
mestre-mestre atau pelatih Capoeira. Selain itu para Capoeirista yang ingin
mempelajarinya bisa melalui internet-internet karena seni bela diri ini telah
mendapat wadah penyediaan situs-situs resmi yang bisa diakses bagi yang
mau mempelajarinya serta telah mendapat promosi gratis melalui film dan
video games. Setiap pemain Capoeira harus mengenal betul kemampuan
bagian tubuhnya, sehingga dia mampu bergerak dengan cara apa saja.
Karena hal terpenting untuk bisa menguasai Capoeira adalah kemampuan
bela diri dan kebiasaan yang diperoleh dengan banyak berlatih.
Gerakan dalam Capoeira
Menyelaraskan gerak, ritme serta body language merupakan inti
dari Capoeira. Gerakan dalam Capoeira di bagi dalam tiga hal yang paling
utama dalam aplikasinya, yaitu Ginga, Negativa de role serta Au’.
Ginga (Gerakan Dasar)
Ginga adalah sebuah gerakan dasar yang wajib dipelajari oleh setiap
Capoeirista atau sering dikatakan dengan “kuda-kuda”. Gerakan ini adalah
langkah kaki yang membentuk sebuah irama seperti tarian. Ginga adalah
gerakan-gerakan tubuh yang berkelanjutan dan bertujuan untuk mencari
waktu yang tepat untuk menyerang atau mempertahankan diri, yang sering
kali adalah menghindarkan diri dari serangan lawan.
Gambar 13: Pemain Capoeira Melakukan
Ginga (Gerakan Dasar)
1)
2)
3)
Ginga memiliki tiga level, yaitu:
Guarda Baixa: Ginga dengan kuda-kuda rendah. Ini adalah posisi
Ginga yang paling rendah. Tangan Capoerista sampai menyentuh
tanah. Tulang punggung dicondongkan ke depan sampai perut dan dada
menyentuh bagian depan paha. Posisi ini juga sering disebut esquiva de
frente (front esquiva). Karena posisinya rendah, gaya potensial pegas
dari tubuh capoerista juga besar. Karena itu kuda-kuda ini cocok untuk
melakukan inisiatif serangan dengan power optimal.
Guarda media: Ginga dengan kuda-kuda menengah. Posisi ini sedikit
lebih tinggi daripada guarda biaxa. Hanya beda sedikit kecondongan
tulang belakang. Posisi yang average. Maksudnya cukup mudah untuk
melakukan serangan, tapi juga cepat dalam melakukan gerakangerakan mengelak seperti cocorinha.
Guarda alta: Ginga dengan kuda-kuda tinggi. Walaupun namanya
kuda-kuda tinggi, posisi ginga ini tidak setinggi yang kita bayangkan.
Posisi kaki depan pada 90 derajat dan kaki belakang pada 45 derajat.
Posisi tinggi menambah kedinamisan gerak capoerista. Mobilitas gerak
dapat lebih maksimal. Mengelak pun dapat dilakukan lebih cepat.
Begitu juga dengan menyerang. Walaupun serangannya cepat, namun
energi potensial pegasnya tidak sebesar guarda baixa.
Negativa de Role (Gerakan Bertahan dan Menyerang)
Jurus lainnya adalah negativa, yaitu bertahan sambil menaruh
tangan di atas kepala dengan posisi mengepal untuk melindungi dari
pukulan musuh. Lihat pada gambar dua orang capoeirista melakukan
gerakan bertahan dan menyerang.
Gambar 14: Dua Orang Capoeirista Melakukan Gerakan
Negativa de Role
Esquiva adalah gerakan menghindar dengan menggerakkan bagian
atas badan sambil merunduk.
Gambar 16: Para Capoeirista Saat Melakukan Esqueiva
Masih ada gerakan lainnya, yaitu Cocorinha, gerakan bertahan
dengan posisi jongkok.
Gambar 17: Gerakan Cocorinha
Gerakan dasar menyerang Mei Luha de Frente adalah tendangan
setengah putaran ke depan. Rasteira, sapuan memakai kaki untuk
menjatuhkan musuh. Gerakan menyerang lainnya adalah Bencau, tendangan
lurus ke depan.
Au’ (Gerakan Akrobatik)
Salah satu gerakan dasar dari akrobatik dalam Capoeira adalah
gerakan me roda yang disebut Au’. Ini merupakan gerakan basis akrobatik
di Capoeira karena gerakan ini ditujukan untuk melatih otot-otot tangan,
pinggang, perut dan bagian tubuh lainnya agar lebih lentur dan tidak kaku,
selain itu Au’ juga membantu untuk melatih keseimbangan khususnya untuk
pemula (beginner). Au’ merupakan gerakan wajib yang harus bisa, ini
merupakan gerakan dasar untuk melakukan gerakan akrobatik dengan
tingkat kesulitan yang lebih tinggi. Sebenarnya Au’ sendiri dibagi kedalam
banyak jenis dan variasi. Berarti dengan mempelajari Au’ dan beberapa
variasinya kita sudah belajar sebagian kecil dari seni akrobatik dalam
Capoeira. Hal yang membedakan Au’ dengan gerakan meroda pada
umumnya adalah menjaga kontak mata dengan lawan (pandangan ke
depan). Hal ini cukup penting karena dalam Capoeira kita dituntut untuk
selalu menjaga kontak mata dengan lawan main kita (saat jogo), hal ini
ditujukan agar kita tetap konsentrasi pada setiap gerakan lawan, sebab
gerakan-gerakan dalam Capoeira tidak bisa diprediksi.
Ada juga jenis-jenis Au’ dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi
dan membutuhkan latihan yang rutin untuk menguasainya. Dalam tulisan ini
penulis akan menjelaskan tiga Au’ tersebut walaupun sebenarnya masih
banyak lagi jenis Au’ yang lain, antara lain: Au’ batido, Au’ da costa,
Au’sem mao.
Gambar 18: Salah Satu Jenis Gerakan Au’
Au’ Satido
Dasar gerakan Au’ batido adalah menghentikan gerakan pada saat
meroda (setengah meroda) kemudian memposisikan salah satu kaki sejajar
tubuh dan memiliki sudut 90 derajat seperti hurup L, gunakan kekuatan dan
kelenturan pinggang untuk menjaga keseimbangan. Agar gerakan terlihat
lebih menarik posisikan salah satu kaki sedekat mungkin dengan kepala.
Coba juga beberapa variasi seperti yang terlihat pada gambar.
Gambar 19: Capoeirista Saat Melakukan Au’ Batido
Au’ da Costa
Gerakan ini tetap berdasarkan pada Au’ biasa, hanya Au’ da costa tidak
dilakukan ke arah samping seperti Au biasa, melainkan kita berusaha
melakukan Aul kearah belakang. Cara melakukannya adalah dengan awalan
seperti akan melangkah (jalan) kemudian kita berusaha menyentuh tanah
(lantai) yang berada dibelakang kita dengan salah satu tangan (posisi agak
kayang). Setelah tangan menyentuh lantai gunakan kekuatan kaki dan
pinggang untuk mendorong tubuh kearah belakang, usahakan posisi tangan
yang lainnya sejajar dengan tangan yang menyentuh tanah lebih awal tadi.
Untuk posisi akhir usahakan seperti posisi awal (akan melangkah), karena
biasanya gerakan ini dilakukan lebih dari satu kali secara berturut-turut.
Yang membuat gerakan ini terlihat lebih menarik adalah pada saat
melakukannya beberapa kali, kita tidak berpindah posisi (tetap ditempat)
seperti terlihat pada gambar.
Au’ Sem Mao
Pada gerakan ini kita berusaha untuk melakukan gerakan Au tanpa
tangan menyentuh lantai. Gerakan ini bisa dilatih dengan melakukan
gerakan Au’ secepat mungkin dengan satu tangan, lalu coba lakukan
gerakan butterfly, kemudian latih agar posisi kaki lebih tinggi (diatas posisi
kepala). Coba juga menambahkan tenaga untuk awalan (diloncatkan).
Dengan latihan yang rutin akan diperoleh posisi tubuh yang benar-benar
vertikal (lihat gambar).
Dalam hal ini peneliti hanya melihat dan menjelaskan bagian utama
gerakan Capoeira tersebut berhubung karena masih banyak lagi gerakangerakan yang tidak bisa dijelaskan pada tulisan ini mengingat banyaknya
variasi-variasi yang ditemukan dalam Capoeira tersebut.
Hubungan Musik Dengan Gerak Tari
Hubungan musik dengan gerak tari adalah merupakan suatu
fenomena yang berbeda tetapi dapat juga digabungkan dengan aspek yang
mendukung. Musik merupakan rangkaian ritmis dan nada sedangkan tarian
adalah rangkaian gerak, ritmis dan ruang, dimana fenomena keduanya
merupakan suatu yang berlawanan, yang mana musik merupakan fenomena
yang terdengar tetapi tidak terlihat dan tarian merupakan fenomena yang
terlihat tapi tidak terdengar (Wimbrayadi 1989:13-14).
Capoeira dalam penyajiannya tidak lepas dari iringan musik saat
melakukan ritual tarian yang disebut dengan jogo. Hal ini dapat dilihat dari
jenis-jenis gerakan yang muncul pada saat ritual tarian tersebut harus sesuai
dengan atau mengikuti pola ritem dari setiap alat musik dalam hal ini ritem
berimbau lah yang menjadi patokannya. Setiap gerakan baik gaya regional
maupun gaya angola serta variasi-variasi harus dilakukan sesuai dengan
jenis ritem berimbau yang dimainkan.
Musik pengiring Capoeira pada dasarnya mengikuti karakteristik
umum musik Afrika, baik dari segi instrumen dan vocalnya. Beberapa
karakteristik umum musik Afrika tersebut adalah :
1. Hubungan antara seni-seni (tari dan musik) dalam pertunjukan
(musik, tari, seni verbal, visual art)
2. Pentingnya repetisi sebagai suatu teknik musikal, hubungan yang
sangat erat dan sulit dibedakan antara repetisi dan variasi serta
hubungan antara background dan foreground
3. Tehknik multipart (polyponi):
a. Segi vokal (Call and Response) leader and chorus
b. Hocketting
c. Struktur (Conversational atau Transactional) pembi-caraan
dan transaksi
d. Teknik interlocking dan layer atau lapisan
4. Organisasi ritmis, pola-pola musikal sangat berhubungan dengan
pola-pola gerak, metronomic sense, time line yaitu pola ritem yang
dimainkan terus menerus sepanjang komposisi, gunanya untuk
mengatur atau memberi petunjuk bagi pemain lain terhadap siklus
meternya
5. Pendekatan perkusif, pilihan bunyi-bunyian tajam
6. Timbre atau warna suara, pilihan warna suara yang “buzzy”
mendesis
7. Tehnik-tehnik vokal: yodelling, shakes, growl, ululation
Mengenai hubungan musik dengan gerak tari dapat dilihat pada
lampiran dalam tulisan ini, sehingga hubungan musik dengan gerak tari
dapat digambarkan dengan jelas.
Musik menentukan Karakteristik Gerakan Saat Jogo
Jogo menurut arti harfiahnya adalah permainan, dimana dua orang
pemain melangsungkan dialog, saling bereaksi serta melancarkan gerakangerakan untuk saling merespon satu dengan yang lainnya. Jogo dilakukan
dalam sebuah lingkaran yang disebut Roda, dan diiringi musik-musik
seperti berimbau (kordofon), atabaque (sejenis tom-tom), pandeiro
(tamborin), agogo atau cowbell.
Musik memiliki peranan yang sangat penting saat jogo. Tanpa
musik tidak ada roda karena musik menentukan jenis jogo pada saat roda
serta dapat membangkitkan semangat para Capoeirista. Bila musik yang
dimainkan dengan tempo lambat maka karakteristik gerakan saat jogo
adalah Capoeira jenis Angola yang karakteristiknya gerakan cenderung
lambat, penuh dengan kesabaran, taktik, tipuan dan kehati-hatian. Gaya
Angola terkesan ortodok. Gerakannya begitu terkamuflase. Ritmenya pun
lambat dan sering berada diposisi lower. Tapi, walaupun terkesan lambat,
gaya jenis ini cukup mematikan.
Sedangkan bila musik yang dimainkan dengan tempo cepat maka
karakteristik gerakan saat jogo adalah Capoeira jenis Regional yang
gerakannya mengutamakan kekuatan dan kecepatan serta gerakan yang tak
terduga dalam aplikasinya. Gaya tegional lebih bersifat akrobatik.
Gerakannya dinamis dan mempunyai karakter kecepatan yang cukup
tinggi. Gaya regional lebih sering berada diposisi upper. Posisi melayang
di udara mewarnai gaya Regional ini.
Struktur Musik Pengiring Capoeira
Transkripsi dan analisis dilakukan berdasarkan data dari hasil
rekaman yang didapat dari penelitian yang dilakukan dilapangan. Dimana
ini nantinya digunakan sebagai media untuk mengkomunikasikan
pengetahuan musik kepada orang lain dengan menggambarkan ke dalam
pola visual (Nettl, 1964:131).
Transkripsi merupakan proses menotasikan bunyi musikal kedalam
suatu notasi (Nettl, 1964:48). Analisis adalah rangkaian kerja lebih lanjut
dalam mengolah hasil transkripsi, yaitu suatu kerja memilih atau
menguraikan bagian-bagian dari hasil transkripsi, yang kemudian
mendeskripsikan hubungan diantara tiap-tiap bagiannya (Nettl 1964:131).
Untuk itu pada bab ini penulis akan mentranskripsikan musik sebagai
pengiring Capoeira pada saat melakukan ritual permainan atau saat jogo
yang dipertunjukkan pada Ginga Firme Capoeira Medan yang ada di Unika
St Thomas.
Untuk menganalisis gerakan Capoeira, penulis berpedoman pada
gerak-gerak atau jurus-jurus pada seni bela diri ini dimana lebih
mengutamakan pada gerakan tendangan, serta literatur lainnya yang
berhubungan dengan Capoeira.
Ada tiga macam lagu dalam Capoeira, yaitu:
1. Ladainha adalah lagu untuk mengawali roda sebagai penghormatan atau
doa bahkan cerita. Biasanya dinyanyikan oleh mestre atau Capoeirista
yang tingkatannya tertinggi dalam sebuah grupo. Ketika Ladainha
dinyanyikan hanya berimbau dan pandeiro saja yang dimainkan.
Ladainha dinyanyikan dan diikuti chulas atau luvacao. Chulas atau
luvacao adalah nyanyian balasan yang berisi tentang ucapan terima kasih
untuk Tuhan serta penghormatan untuk mestre. Ladainha sering
digunakan untuk mengawali jogo sao bento Angola.
2. Quadras adalah lagu yang terdiri dari empat bait yang dinyanyikan oleh
solois dan diulang oleh camara. Quadras biasanya dinyanyikan saat sao
bento Regional dan Benguela.
3. Corridos sama dengan Quadras tetapi hanya terdiri dari satu atau dua
bait saja dan dinyanyikan saat roda berlangsung.
Lagu-lagu Capoeira biasanya dinyanyikan dengan pola memanggil dan
dijawab (call and response) yang membentuk sebuah cerita atau keadaan
didalam roda dan diikuti oleh tepuk tangan camara. Beberapa lagu
menceritakan tentang orang-orang atau mestre-mestre yang terkenal yang
berjasa dalam mengembangkan Capoeira. Ada juga lagu yang memberi
inspirasi jogador agar bermain lebih baik saat jogo. Selain itu, ada juga lagu
tentang kehidupan sehari-hari mereka, perjuangan, harapan serta impian
mereka (http://ms.wikipedia.org/wiki/Capoeira).
Lagu-lagu pada pertunjukan Capoeira yang biasanya dinyanyikan adalah
zoom zoom capoeira mataum, parana e, luta brincadeira serta chora
capoeira. Lagu tersebut dinyanyikan saat latihan berbarengan dengan
musik.
Analisis Gerakan
Penggabungan antara musik dan gerak/tari dalam pertunjukan Capoeira
(jogo) merupakan satu hal yang sangat mempengaruhi dimana kecepatan
gerakan sejalan dengan tempo musik, semakin cepat musik semakin cepat
juga para jogador melakukan gerakan.
Berimbau berfungsi sebagai pembawa ritem juga mengawali dan
mengakhiri komposisi musik pada saat jogo (permainan Capoeira) serta
sebagai tanda memulai dan berakhirnya gerakan atau tarian. Berimbau juga
berperan untuk menentukan jenis permainan (jogo) yang dimainkan didalam
roda. Keberadaan ritem berimbau sangat penting bagi berjalannya suatu
jogo dan ritem berimbau lah yang menentukan permainan apakah yang akan
dimainkan dalam jogo itu sendiri (jenis Angola atau Regional).
Analisis Musik
Musik dalam pertunjukan Capoeira (jogo) digunakan sebagai pengiring
saja. Dengan kata lain, musik tidak menentukan gerak tari akan tetapi,
membantu untuk melakukan pergantian pola gerak dari jenis Capoeira
Angola ke jenis Capoeira Regional.
Berimbau menjadi batteria atau leader dalam roda dan berimbau
sering disinonimkan dengan Capoeira. Berimbau Capoeira dibagi menjadi
tiga kategori, yaitu berra-boi atau gunga, medio, dan viola. Ada bermacammacam permainan berimbau, seperti sao bento Angola (permainan pelan
dengan keseimbangan serta tipu daya), sao bento Regional (permainan cepat
dan akrobatik pada posisi melayang), iuna, cavalaria, idalinha (variasi),
amazonas (variasi), santa maria (variasi), banguela. Berimbau dimainkan
secara monoton dan diulang kecuali viola yang nadanya tertinggi bermain
variasi untuk mengisi jeda.
Atabaque, cara memainkannya hampir sama dengan pandeiro,
menggunakan empat ketukan dengan pola : kanan-kiri-kanan-kanan. Dalam
sebuah roda pada saat pertunjukan Capoeira, pemegang alat musik bisa
berdiri atau duduk. Tiga berimbau di tengah dengan gunga di tengah yang
biasanya dipegang oleh mestre atau capoeirista yang tingkatannya
tertinggi, dua pandeiro disamping kanan kirinya dan diikuti oleh alat musik
lainnya. Biasanya hanya menggunakan berimbau, atabaque dan pandeiro
saja.
Dalam menganalisis struktur musik pengiring Capoeira, penulis hanya
melakukan pada alat musik berimbau saja karena atabaque dan pandeiro
memiliki tempo yang sama dengan berimbau. Dalam hal ini penulis hanya
memperhatikan dari aspek ritem karena pada musik pengiring Capoeira
banyak dijumpai perulangan dari pola sebelumnya. Sedangkan untuk lagulagu yang dinyanyikan seperti zoom zoom capoeira mataum, parana e, dan
lain sebagainya penulis menggunakan teori William (1977:9).
Vokal
Lagu-lagu yang sering dinyanyikan pada penyajian Capoeira (jogo)
dan berbarengan dengan musik adalah: zoom zoom capoeira mataum.
Berikut ini akan dijabarkan teks/teks nyanyian pada Capoeira tersebut.
Zum zum zum Capoeira mata um
Olha eu vou cantar
quem quiser pode ouvir
quem quiser diga que não
olele quem quiser diga que sim
agradeco a escravidão
quem quiser achar asneira
mais se não fosse o escravo olele não existia Capoeira
Zum zum zum Capoeira mata um
Zum zum zum Capoeira mata um
Cuidado com preto velho
ele pode machucar
que no tempo da escravidão olele
só jogava o pe pro ar
zum zum zum
Zum zum zum Capoeira mata um
Zum zum zum Capoeira mata um
O filho do meu patrão
ia para escola pra estudar
mais a caneta do escravo olele
era no canavial
zum zum zum
Zum zum zum Capoeira mata um
Zum zum zum Capoeira mata um
mata um, mata dois e mata três
se eu tive um berimbau
mata todos em uma vez
zum zum zum
Zum zum zum capoeira mata um
Zum zum zum capoeira mata um
Santo Antonio Pequenino
e meu santo protetor
cabra você não me assombra
na Capoeira sou doutor
zum zum zum
Zum zum zum Capoeira mata um
(Translate to English version)
Zum zum zum Capoeira mata um
Zum zum zum Capoeira mata um Look I will sing
Who wants can listen
Who wants can say no
Who wants can say yes
I am thankful for the slavery
Who wants may think it's stupid
But without the slave Capoeira wouldn't exist
Zoom zoom zoom Capoeira kills someone
Zoom zoom zoom Capoeira kills someone
Carefull with the old negro
He can hurt
Cause in the slaverytime,
they just played with the foot in the air
zoom zoom zoom
Zoom zoom zoom Capoeira kills someone
Zoom zoom zoom Capoeira kills someone
The child of my boss
went to school to study
But the pencil of the slave
was in the sugarcane fields
zoom zoom zoom
Zoom zoom zoom Capoeira kills someone
Zoom zoom zoom Capoeira kills someone
Kills one, kills two and kills three
If I had a berimbau
I would kill all in one time
zoom zoom zoom
Zoom zoom zoom Capoeira kills someone
Zoom zoom zoom Capoeira kills someone
Saint Little Anthony
is my patron saint
Big guy you don't scare me
in Capoeira I am expert
zoom zoom zoom
Zoom zoom zoom Capoeira kills someone
Zoom zoom zoom Capoeira kills someone
Untuk memudahkan pentranskripsian melodi lagu zoom zoom
capoeira mataum, maka penulis menggunakan simbol, dimana tanda ( )
yang berada didepan paranada berlaku untuk semua not yang berada di
dalam paranada, contohnya:
1. Tangga nada dalam teori Malm (1977:8) dilihat dari nada pokok
(modal). Nada pokok maksudnya nada-nada yang terdapat pada lagu
yang ditranskripsikan itu dengan cara menuliskan nada-nada yang
dipakai. Dalam hal ini melodi yang dimainkan pada lagu capoeira zoom
zoom capoeira mataum memiliki tangga nada pentatonik, yaitu bes-c-df-g.
2. Wilayah nada. Dalam menentukan wilayah nada adalah dengan melihat
jarak antara nada terendah sampai ke nada yang tertinggi. Berdasarkan
hasil transkripsi melodi, maka wilayah nada lagu zoom zoom capoeira
mataum adalah g-f’.
3. Interval, merupakan jarak antara dua buah nada (naik atau turun).
Adapun interval-interval yang terdapat dalam melodi lagu zoom zoom
capoeira mataum adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
Interval
Prime Perfect
Sekunda Mayor
Terts Mayor
Terts Minor
Kwint Perfect
Jumlah
29
13
9
16
4
4. Kontur
Kontur merupakan garis atau alur melodi dalam sebuah lagu, hal ini
menurut Malm (1964:8) dapat dibedakan beberapa jenis, yaitu:
1. Ascending, yaitu garis melodi yang sifatnya menaik dari nada yang
rendah ke nada yang tinggi
2. Descending, yaitu garis melodi yang sifatnya menurun dari nada yang
lebih tinggi ke nada yang lebih rendah
3. Pendulous, yaitu garis melodi yang sifatnya melengkung dari nada yang
rendah ke nada yang lebih tinggi, kemudian kembali ke nada yang lebih
rendah, sebaliknya dari nada yang lebih tinggi ke nada yang lebih rendah
dan kembali ke nada yang lebih tinggi.
4. Terraced, yaitu garis melodi yang sifatnya berjenjang seperti anak
tangga nada yang lebih rendah ke nada yang tinggi, kemudian bergerak
sejajar lalu bergerak ke nada yang lebih tinggi dan seterusnya yang
akhirnya berbentuk seperti anak tangga.
5. Statis, yaitu garis melodi yang sifatnya tetap bergerak dalam ruang
lingkup yang terbatas / datar
Berdasarkan hasil transkripsi dapat dituliskan bahwa kontur dari melodi
lagu zoom zoom capoeira mataum adalah pendulous.
5. Formula melodi
Untuk memperjelas bagaiman bentuk dari melodi lagu zoom zoom
capoeira mataum maka penulis menggunakan pendapat Nettl yang
mengatakan bahwa ada beberapa karakter yang perlu diperhatikan untuk
menentukan bentuk dari suatu komposisi, yaitu dengan memperhatikan
unsur-unsur melodi yang terkandung berdasarkan pengulangan frasa,
berdasarkan tanda diam, pengulangan pola ritem, transposisi, kesatuan dari
teks yang ada dalam musik (1964:150).
Frasa merupakan bangunan musik dengan jumlah beat yang lebih pendek
dari pola ritem, yang mengandung dua atau lebih motif ritme melodi.
Melodi menurut apel dalam skripsi Heristina Dewi (1992), adalah suatu
elemen yang membentuk suatu kesatuan. Dalam menganalisa frasa,
digunakan beberapa simbol, yaitu A, B, C, dan seterusnya. Frasa yang sama
diberi simbol yang sama sedangkan frasa yang merupakan variasi
disimbolkan dengan huruf kapital yang sama tetapi ditambah dengan simbol
angka, yaitu A1, A2, dan seterusnya. Frasa yang terdapat pada lagu zoom
zoom capoeira mataum adalah :
Frasa A
Frasa B
Frasa C
Frasa D (Interlude / Instrumen Only)
Perjalanan frasa-frasa pada lagu zoom zoom zoom capoeira mata um
dapat digambarkan seperti berikut ini :
A
B
C
A
B
C
D
A
B
C
A
A
Dari hasil transkripsi dan analisis lagu zoom zoom
capoeira mata um maka dapat di simpulkan bahwa struktur musik yang
terdapat pada lagu tersebut adalah :
A
B
C
A
B
C
D
A
Keterangan :
Berimbau
Berimbau berfungsi sebagai pembawa ritem juga mengawali dan
mengakhiri komposisi musik pada saat jogo (permainan Capoeira) serta
sebagai tanda memulai dan berakhirnya gerakan tarian. Berimbau juga
berperan untuk menentukan jenis permainan (jogo) yang dimainkan di
dalam roda. Keberadaan ritem berimbau sangat penting bagi berjalannya
suatu jogo dan ritem berimbau lah yang menentukan permainan apakah
yang akan dimainkan dalam jogo itu sendiri (jenis Angola atau Regional).
Ada 12 ritem berimbau yang ada dalam Capoeira. Sebagai Capoeirista
harus dapat memainkan berimbau dan menguasai ke-12 ritem tersebut
sehingga kita dapat menjadi seorang batteria (pemimpin) pada saat roda
mulai dimainkan. Di bawah ini akan dijelaskan berbagai jenis irama/ritem
berimbau, yaitu:
Ada 12 ritem berimbau yang ada dalam Capoeira, antara lain :
1) Sao bento Regional de Bimba, atau sering disebut dengan Regional,
ada tendangan dan permainan bawah yang cepat. Sapuan kaki dan take
Angola, merupakan jenis tradisi permainan tertua. Digunakan untuk
mengiringi permainan Angola, permainan pelan dimana Capoeirista
mendemons-trasikan keindahan gerakan dan keseimbangan. Dasar
perma-inannya adalah: XXV/\... Beberapa Capoeirista biasanya
memainkan caxixi setelah nada terakhir. Dasarnya adalah : XXV-/\.S.
2) Sao bento pequeno, adalah kebalikan dari Angola (karena hanya
memindahkan nada tinggi dan nada rendah pada Angola). Dasar
permainannya adalah : XX/\V…
3) Down dan permainan ini sering diperlihatkan dalam jogo. Dasarnya
adalah : XX/\.V.V.
4) Sao bento grande de Regional, permainan cepat dengan variasi-variasi
tendangan, permainan bawah tidak diperbolehkan dalam jogo ini.
Dasarnya adalah: V.XX/\.XXV.V./\.XX
5) Iuna, irama ini diciptakan oleh Mestre Bimba untuk menggambarkan
burung Amazonian yaitu Iuna. Permainan ini sekedar show up dan
akrobatiklah yang mendominasi pada jogo ini, biasanya dimainkan
pada jarak yang berjauhan antara pemain sehingga pemain dapat
berpetualang dengan kemampuan mereka sendiri dan menunjukkan
kebolehan masing-masing. Tradisinya, permainan ini hanya dimainkan
oleh graduados (capoeirista yang sudah berpengalaman) dan banyak
akademi Capoeira yang hanya akan memainkannya jika diperintahkan
oleh
sang
Mestre.
Dasar
adalah:
X.VX.VX.VX.
VVX.VX.VVVVVV.XVX.VX.VV
6) Idalinha, yaitu permainan pelan tapi penuh kekuatan. Dasarnya
adalah: XXVV/\VV.7)
Santa Maria, yaitu permainan yang menggunakan pisau yang
dipasangkan di kaki. Biasa juga disebut “money games”, dimana
pemain mencoba untuk mengambil koin dengan mulut mereka yang
ditempatkan ditengah roda. Dasar permainannya adalah :
XXVVVVXXVVV/\XX/\/\/\/\XX/\V/\V
8)
Amazonas, yaitu permainan tanda selamat datang yang digunakan
untuk menyambut seorang Mestre atau tamu dalam Capoeira. Dasar
permainannya adalah : XXVXV/\XXVV/\
9)
Cavalaria, dahulu irama ini digunakan untuk memperingatkan
pemain bahwa polisi telah datang (banyak yang menyebut bahwa
ritem ini mirip seperti sirene polisi). Sekarang ritem ini berguna untuk
memperingatkan jika ada dua orang Capoeirista yang bermusuhan di
dalam roda. Dasar permainannya adalah : XXV.XVXXV/\V
10)
Miudinho, diciptakan oleh Mestre Suasuna. Permainannya seperti
Angola tetapi lebih cepat. Tidak ada nyanyian dan iramanya seperti
kebalikan cavalaria, disebut juga jogo de dentro. Dasarnya adalah :
/\.XX/\.XX/\.XX/\.V.
11)
Samango. Diciptakan oleh mestre Cajiquinha yaitu permainan yang
digunakan untuk “solo performance” atau pertunjukan individu,
dimana pemain dapat menunjukkan sedikit dari pengetahuan mereka
tentang Capoeira. Dasar permainannya adalah: V.XV.XV.X12)
Samba de Roda, dasar permainannya adalah: XX.VXX.
VXX.VVVV
Sebagai capoeirista seharusnya kita harus dapat memainkan
berimbau dan menguasai ke-12 ritem tersebut, tetapi karena keterbatasan
informasi dan koneksi (dari grup-grup luar yang lebih dulu bereksistensi
dalam Capoeira) kita hanya bisa berlapang dada jika kita belum mengetahui
dengan jelas jenis-jenis ritem dan permainan dalam Capoeira (http:
ms.capoeira_vadiacao_ salatigatag: blogger.com).
Keterangan:
*Legenda (catatan yang perlu diperhatikan) :
‘V’ adalah nada rendah (pukul string tanpa menekan dobrao / batu koin dan
menjauhkan cabaca / resonansi dari perut).
‘/\’ adalah nada tinggi (pukul string dengan menekan dobrao pada string dan
menempelkan cabaca pada perut).
‘X’ adalah nada ‘tch’ (buzz sound / suara buzz)
‘-‘ adalah hammer (menekan dobrao pada string tanpa memukulkan baqueta pada
string / arame).
‘.’ Adalah tanda istirahat atau jeda
‘ ‘ adalah tidak dimainkan, ini berguna untuk membantu kita menjaga irama.
S adalah bunyi caxixi
Atabaque (Gendang)
Atabaque atau gendang berfungsi sebagai pembawa ritem dalam
penyajian Capoeira. Alat musik ini termasuk ke dalam barreldrums
(gendang berbentuk silinder, dan merupakan klasifikasi membranophones,
bunyi suara berasal dengan cara memukul membrane pada permukaan alat).
Penulis menuliskan ritem dasar pada permainan atabaque sebagai
pengiring pertunjukan Capoeira. Dalam hal ini ketukan atabaque dalam
penyajian Capoeira konstan. Cara memainkan atabaque hampir sama
dengan pandeiro yaitu menggunakan 4 ketukan dengan pola: kanan-kirikanan-kanan. Dahulu pandeiro dibuat dengan menggunakan kulit ular dan
biasa digunakan untuk musik samba.
Penulis menuliskan ritem dasar pada permainan atabaque sebagai
pengiring pada pertunjukan capoeira. Pergantian gerak berada pada jatuhnya
pukulan atabaque. Dalam hal ini ketukan atabaque ataupun tamborin dalam
musik pengiring Capoeira adalah konstan. Ritem atabaque maupun
tamborin pada musik pengiring capoeira:
Penutup
Dari uraian-uraian pada bab terdahulu, penulis merangkum bentuk
tulisan ini seperti tersebut dibawah. Bahwa Capoeira lahir sebagai sebuah
seni bela diri yang muncul dari kebudayaan Brasil. Menyelaraskan gerak,
ritme, serta body language merupakan inti dari Capoeira. Gerakan dalam
Capoeira menyerupai tarian dan bertitik berat pada tendangan.
Seni bela diri ini sebenarnya muncul dari hasil budaya kaum budak
Afrika, yang dikembangkan menjadi model sebuah pertunjukan seni.
Karena kaum budak tidak bisa mengembangkan ilmu bela diri secara frontal
karena takut dicap pemberontak dan dihukum berat. Kemudian, melalui seni
gerak dan musik, gerakan-gerakan bela diri tersebut disisipkan perlahanlahan. Lambat laun gerakan tersebut berevolusi hingga benar-benar
membentuk sebuah metode bela diri baru yang mematikan. Namun,
bungkusan dari bela diri tersebut terlihat begitu dinamis dan fashionable.
Orang-orang pun menikmati seni bela diri ini sebagai sebuah pertunjukan,
bukan lagi tampilan gerakan bagian dari martial art. Dewasa ini, Capoeira
pun marak sebagai bagian dari dunia hiburan.
Banyak yang mengembangkan sebagai sebuah seni yang menarik untuk
disaksikan. Tak salah tentunya, karena gerakan bela diri ini terlihat gemulai
layaknya sebuah tarian. Namun, bermacam aksi yang disuguhkan juga
sangat atraktif, termasuk akrobatik maupun jurus-jurus bela diri. Sementara
itu, musik yang mengiringi muncul sebagai variasi hiburan yang unik
dengan sajian tabuhan perkusi khas Brazil (attabaque). Meski terlihat
menyenangkan dan penuh warna, tak bisa dipungkiri bahwa inti dari
Capoeira adalah sebuah olah raga keras yang bertujuan untuk bela diri.
Kemasan yang menghibur itu menjadi daya tarik, karakteristik yang
membuat bela diri ini terasa populer dan lebih menyenangkan untuk
dipelajari.
Capoeira merupakan bela diri yang lahir dari kebudayaan, musik serta
bahasa. Namun, tetap intinya adalah bela diri. Sebab, tujuan awal para
budak membuat gerakan ini adalah untuk melarikan diri dari penjara dan
meraih kebebasan. Karena, seperti apapun gerakan yang ada, Capoeira
tetap bagian dari bela diri. Artinya, mereka yang ingin belajar harus
memperhatikan teknik-teknik gerakan yang ada di setiap levelnya. Sebab,
dengan menampilkan teknik yang benar, orang akan mendapat manfaat
optimal. Bukan sekedar gaya dalam setiap pertunjukan, juga akan
pemahaman lebih dalam mengenai Capoeira itu sendiri.
Para Capoeirista, sebutan untuk orang yang belajar Capoeira, juga
harus memahami bagaimana ritme dalam setiap gerakannya. Dalam latihan
pun mereka juga harus sedikit banyaknya mempelajari bahasa serta musik
dari Capoeira. Karena, Capoeira berasal dari kebudayaan Brazil sehingga
mereka juga harus belajar bahasa dan musik yang ada. Gerakan demi
gerakan dalam Capoeira mengandung banyak makna. Bukan hanya
keindahan, juga untuk kebugaran serta bela diri dalam menghadapi
ancaman. Bila rutin melakukan latihan, kesehatan serta kebugaran tubuh
bisa diperoleh dengan baik.
Kecepatan para Capoeirista dalam melakukan setiap gerakan
ditentukan oleh musik dan lagu-lagu yang dinyanyikan pada saat latihan.
Musik dalam pertunjukan Capoeira sangat berpengaruh sebagai terapi fisik
dalam memacu semangat para Capoeirista.
Dewasa ini Capoeira terdapat dimana-mana. Hampir disetiap kota
terdapat kelompok-kelompok Capoeira. Termasuk yang menjadi objek
penelitian penulis sendiri yakni Seni Dela Diri Capoeira di Unika St
Thomas Medan. Jadi kita harus berbangga, dari jutaan orang Indonesia yang
ingin belajar Capoeira, kita termasuk yang beruntung bisa berlatih Capoeira
di grupo Capoeira ini..
Dari hasil penelitian penulis terhadap pertunjukan seni bela diri
Capoeira di Unika St Thomas Medan dapat diambil kesimpulan yaitu
Capoeira, seni bela diri dari Brazil ini lagi diminati di Indonesia. Indah,
murah, dan penuh persaudaraan. Gerakan- gerakan akrobatiknya yang
diiringi musik dan lagu, jika dilakukan berulang-ulang dapat meningkatkan
stamina dan memicu semangat kita.
Tidak ada batasan umur untuk mempelajari Capoeira. Hanya saja
motivasi tiap orang berbeda dalam mempelajari Capoeira. Hal ini bisa
dilihat dari tiga unsur dalam Capoeira, yaitu kesenian, akrobatik dan bela
diri.
Capoeira memang memberikan warna tersendiri dalam dunia olah raga
khususnya bela diri. Dibandingkan olah raga bela diri lainnya, gerakan pada
Capoeira memang lebih indah dan terkesan hidup.
Capoeira memiliki keunikan, yaitu selain memiliki basic dan akrobatik
juga terdapat musik. Setiap Capoeirista tidak hanya mempelajari basic dan
akrobatik tetapi juga harus dapat memainkan alat musik serta menyanyi,
karena musik sama pentingnya dengan basic dan akrobatik. Musik memiliki
peranan yang sangat penting dalam menentukan cepat atau lambatnya jenis
permainan Capoeira.
Musik memiliki dua unsur, yaitu alat musik dan lagu. Nada
diumpamakan sebagai denyut nadi dan lagu adalah jiwa dalam Capoeira.
Tanpa musik Capoeira bagaikan sayur tanpa garam. Seorang Capoeirista
akan menjadi Capoeirista sejati jika sudah menguasai basic, akrobatik dan
musik.
Tulisan ini belum dapat dikatakan utuh tetapi merupakan langkah awal
untuk melihat berbagai permasalahan yang muncul di dalam kebudayaan.
Langkah selanjutnya adalah kembali kepada yang berminat untuk melihat
cabang-cabang kesenian lainnya yang ada di Indonesia.
Daftar Pustaka
a. Buku
Endraswara, Suwardi, 2005. Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan:
Ideologi, Epistemologi, dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Widyatama
Gita Viswana Berutu, 2004..Dari Ketertindasan Menuju Kemerdekaan Studi Kasus
: Kesenian Barongsai Di Kota Medan dan Sekitarnya. Medan: Skripsi Sarjana
Seni Etnomusikologi Sastra USU
Hoetomo, 2005. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Surabaya: Penerbit Mitra
Pelajar
K.D. Simamora, 1999. Pertunjukan Tatak Garo-Garo Pada Masyarakat Pakpak
Dairi Kecamatan Sidikalang Analisis Musikal dan Tari. Medan: Skripsi Sarjana
Sastra USU
Koentjaraningrat, 1990.Pengantar Antropologi Jakarta: Rineka Cipta
Malm, William P., 1977. Music Cultures of The Pacific Music The Near East And
Asia. New Jersey: Prentice Hall Inc
M Takari (ed), 1994. Analisis Struktur Musik dalam Etnomusikologi. Medan: USU
Press
Nestor Capoeira, 2002.The Little Capoeira Book/ Barkeley California: North
Atlantic Book,
Nettl, Bruno, 1964. Theory and Method in Ethnomusicology. New York : The Free
Press
Rahayu Supanggah, 1995. Etnomusikologi Yogyakarta:MSPI/
R.M. Sedarsono, 1989. Metodologi Penelitian Seni Pertunjukan Dan Seni Rupa/
Bandung: MSPI.
Soerjono Soekanto, 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali
Sedyawati, Edi, 1980. Permasalahan Sejarah Tari : dilihat pada kasus masa Jawa
kuno. Dalam majalah ilmu-ilmu sastra Indonesia jilid IX No.223
Sedyawati, Edi, 1980. “Pertumbuhan Seni Pertunjukan” dalam
Indonesia Jurnal of Cultural Studies. Jakarta : Pustaka Jaya
Sedyawati, Edi, 1980. Pengetahuan Elementer Tari dan Beberapa Masalah Tari,
dalam TIM PPKJ
Sinar Luckman, 1994.
Pengantar Etnomusikologi dan Tarian Melayu. Medan:
Perwira.
Unika Ranta Thomas, 2008. Buku Pedoman Akademik. Medan: Universitas Katolik
Santo Thomas.
b. Majalah dan Jurnal
Kompas, 2008. Seni Capoeira Meningkatkan Stamina.
Koran Berani Capoeira: Paduan Seni dan Bela Diri
Suara USU, 2008. Capoeira Mencuri Perhatian Mahasiswa
Etnomusikologim 2005. Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Seni. ISSN : 1858-4721,
Medan : USU Press
c. Internet
http://ms.wikipedia.org/wiki/capoeirabrasil
http://www.kompas.com/pengantar redaksi
http://www.berani.co.id/artikel berita
http://www.brazil.com
Daftar Informan
Wahid Simanjuntak, alamat Jl. Jamin Ginting (Komplek Perumahan Royal Sumatera),
pekerjaan: Wiraswasta, 35 Tahun.
Hasudungan Silalahi, Alamat: Jl. Flamboyan Raya, Pekerjaan: Wiraswasta, 25 th.
Francis Silalahi, alamat: Jl. Setia Budi, pekerjaan: Mahasiswa, 22 tahun
Sandy, alamat: Jl. Setia Budi, pelajar, umur: 18 tahun.
Glosari
Abada
Agogo
Amazonas
Angola
Arame
Atabaque
Atual
Au’
Au’ batido
Au’ da costa
Au’ sem mao
Batizado
Batteria
Batuque
Berra boi
Berimbau
Bencau
Bimba
Cabaca
Capoeira
Capoeirista
Cavalaria
Chulas
Cocorinha
Cordao
Corridos
Dobrao
Esquiva
kostum atau pakaian setiap pemain Capoeira
percussion instrument yang terdiri dari dua bel logam yang akan
beresonansi ketika dipukul dengan pemukul yang terbuat dari besi
permainan tanda selamat datang yang digunakan untuk menyambut
mestre atau tamu dalam capoeira
salah satu aliran dalam capoeira yang mengutamakan hiburan dan
cenderung lebih lambat, penuh dengan kesabaran, taktik, tipuan, dan
kehati-hatian
sebuah senar logam pada berimbau
sebuah conga drum (gendang) yang dimainkan dengan tangan
bentuk kemajuan Capoeira yang lebih modern
gerakan dasar dari akrobatik dalam Capoeira
gerakan memposisikan salah satu kaki sejajar tubuh dan memiliki
sudut 90 derajat seperti hurup L
gerakan ini tetap berdasarkan pada Au’ biasa tetapi gerakannya
kebelakang
gerakan Au’ tanpa tangan menyentuh lantai
Inisiasi atau kenaikan tingkat setiap Capoeirista
pemimpin Capoeirista untuk bernyanyi ataupun saat ritual permainan
musik yang berdasarkan instrumen perkusi dan tepuk tangan
nada yang paling rendah pada berimbau
merupakan single string percussion instrument, berbentuk busur dan
terbuat dari kayu biriba dan kawat dengan labu kering yang telah
dikeluarkan bagian dalamnya sebagai resonator, dan bunyinya “tung
tung tung”
tendangan lurus ke depan
salah satu mestre pendiri Capoeira (1899-1974) dan mengembangkan
gaya yang disebut Capoeira Regional
resonator pada berimbau
Caa-puera dalam bahasa Brazil berarti rumput yang rendah, dalam
bahasa Tupi-guarani (bahasa pribumi Brazil) satu-satunya bela diri
yang dipakai oleh budak untuk mempertahankan diri dan pertarungan
mereka biasanya terjadi di tengah hutan
pemain Capoeira
irama yang digunakan untuk memperingatkan jika ada dua capoeirista
yang bermusuhan dalam roda
:nyanyian balasan yang berisi tentang ucapan terima kasih untuk
Tuhan serta penghormatan untuk mestre
gerakan bertahan dengan posisi jongkok
sabuk atau tingkatan dalam Capoeira
sama dengan quadras tetapi hanya terdiri dari satu atau dua bait saja
dan dinyanyikan saat roda berlangsung
batu kecil atau koin yang digunakan untuk menekan arame untuk
mengubah nada
gerakan menghindar dengan menggerakkan bagian atas badan sambil
merunduk
Firme
Ginga
Graduados
Grupo
Guarda baixa
Guarda Media
Guarda Alta
Gunga
Idalinha
Iuna
Jogador
Jogo
Ladainha
Lundu
Luvacao
Mei Luha de
Frente
Medio
Mestre
Miudinho
Negativa
Palmares
Pandeiro
Pancadas
Pastinha
Quadras
Rasteira
Reco reco
Regional
Roda
Samango
Samba
Santa Maria
Tres Pancadas
Tupi Guarani
Verga
asosiasi atau persatuan
gerakan dasar Capoeira atau sering dikatakan dengan “kuda-kuda”
capoeirista yang sudah berpengalaman
grup atau kelompok-kelompok yang menjadi komunitas capoeira
ginga dengan kuda-kuda rendah
ginga dengan kuda-kuda menengah
ginga dengan kuda-kuda tinggi
salah satu jenis berimbau menghasilkan nada paling rendah
permainan pelan tapi penuh kekuatan
irama yang menggambarkan burung amazonian yaitu iuna
dua orang Capoeirista yang melakukan jogo
ritual permainan atau pertarungan (sparring)
lagu untuk mengawali roda, sebagai penghormatan atau doa bahkan
cerita
musik yang digunakan para budak kulit hitam
lihat chulas
tendangan setengah putaran ke depan
nada menengah berimbau
sebutan bagi pemain Capoeira yang paling tinggi tingkatannya atau
sering di sebut dengan guru / master
permainan seperti angola tetapi lebih cepat
gerakan bertahan sambil menaruh tangan di atas kepala dengan posisi
mengepal untuk melindungi dari pukulan musuh
tempat para budak saat menyelamatkan diri dan ditempat ini terdapat
banyak pohon palm
tamborin
pukulan
tokoh yang berdedikasi mempertahankan dan mengajarkan Capoeira
tradisional yang disebut Capoeira Angola (1889- 1982)
lagu yang terdiri dari empat bait yang dinyanyikan oleh solois dan
diulang oleh camara
sapuan memakai kaki untuk menjatuhkan musuh
percussion instrument yang terbuat dari bambu
aliran baru Capoeira yang mengutamakan kekuatan dan kecepatan serta
gerakan yang tak terduga dalam aplikasinya
tempat pemain Capoeira melakukan ritual permainan atau jogo dan
biasanya membentuk sebuah lingkaran
permainan yang digunakan untuk “solo performance” atau pertunjukan
individu
tarian khas Brazil
permainan yang menggunakan pisau yang dipasangkan di kaki pemain
capoeira
tiga pukulan
salah satu bahasa pribumi Brazil
bahan utama pembuat berimbau yaitu busur kayu biriba yang banyak
tumbuh di Brazil
Viola / Violinha
Zumbi
nada tertinggi berimbau
pejuang atau legenda capoeira
Tentang Penulis
Marlan Manik, adalah seorang sarjana seni, tamatan Departemen
Etnomusikologi, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara, medan, pada tahun
2009, Tulisan ini adalah cuplikan dari skripsi (tugas akhir) sarjana seni beliau, yang
telah diluluskan oleh Departemen Etnomusikologi, Gakultas Satara, USU.
Etnomusikologi, Nomor 10, Tahun 5, Oktober 2009
ISSN: 1858-4721
SISTEM PENDIDIKAN GITAR KLASIK
DI LPM FARABI MEDAN
Nikanor
Sarjana Seni Alumni Etnomusikologi
Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara
Abstract
This paper will be described educational system (method) in nonformal
school (LPM Lembaga Pendidikan oleh Masyarakat) Farabi Medan City,
especially enculturated of Western classical guitar, ftom teachers to their
student. The LPM Farabi Medan is one the branch of LPM Farabi in
Jakarta as a central this nonformal school institution, which is leading by
Dwiki Darmawan (an Indonesian popular musician). After I work in
field, I meet three system enculturated in this nonformal school: (a)
discuss, (b) demonstration, dan (c) skill examination..
Latar Belakang
Manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya selalu
merespons alam sekitar. Misalnya ketika ia lapar dan ingin makan dan
minum, maka ia berusaha menggunakan bahan-bahan makanan dan
minuman di sekitarnya. Manusia juga menginginkan ilmu pengetahuan,
maka terbentuklah lembaga pendidikan, baik yang sifatnya formal maupun
informal atau nonformal. Dalam rangka memenuhi akan rasa keindahan,
maka manusia akan menciptakan kesenian. Kesenian juga dalam proses
transmisinya dari satu generasi ke generasi lain memerlukan proses
pendidikan. Sehingga berdirilah berbagai institusi pendidikan kesenian di
seluruh dunia.
Selain itu, karena adanya hubungan secara global, maka sekelompok
manusia sudah terbiasa meminjam dan memakai kebudayaan kelompok
manusia lainnya. Misalnya, kelompok masyarakat budaya Barat meminjam
dan menggunakan ilmu-ilmu matematika dari kebudayaan masyarakat
Timur, sebaliknya masya-rakat Timur meminjam dan menggunakan
berbagai pemikiran demokrasi dari budaya Barat dan menggunakan
teknologi yang berasal dari dunia Barat. Termasuk di bidang kesenian
masyarakat di seluruh dunia menggunakan satu alat musik dari Barat yang
begitu populer yaitu gitar. Dengan kepopulerannya, maka masyarakat di
seluruh dunia, perlu belajar memainkan gitar, baik dari aliran popular,
klasik, sampai jazz. Begitu pula, teknik memainkan gitar dalam konteks
ensambel yaitu gitar melodi, gitar ritme (rhythm), maupun gitar bas. Berkat
perkembangan teknologi kini dikenal pula selain gitar akustik juga gitar
elektrik atau gitar listrik. Alat music gitar elektrik ini dapat diklasifikasikan
sebagai elektrofon, yaitu alat music yang penggetar utamanya sinyal listrik
dan kemudian diransmisikan menjadi gelombang bunyi.
Saat ini gitar termasuk ke dalam salah satu instrumen musik yang
paling populer di dunia. Gitar adalah alat musik yang paling terkenal si
seluruh dunia. Alat musik ini dimainkan menurut tipe atau jenisnya. Di
antara sekian banyak tipe gitar, jenis gitar klasik adalah salah satu alat
musik yang cukup banyak diminati.
Gitar juga sangat menarik untuk dibicarakan terutama dalam konteks
persebarannya.10 Jika kita bandingkan dengan alat musik dawai lainnya di
10
Dalam etnomusikologi, dikenal dua teori yang berkaitan dengan perubaan
dan persebaran kebudayaan. Mengenai perubahan biasanya selalu dikaji melalui
teori evolusi dan persebaran melalui teori difusi, yang diambil dari disiplin biologi,
sejarah, atau arkeologi. Bukti pentingnya ilmu arkeologi dan sejarah dalam
disiplidin etnomusikologi adalah dengan digunakan teori-teori dalam disiplin
arkeologi dan sejarah dalam etnomusikologi. Di antaranya adalah teori evolusi.
Seperti diketahui bahwa teori evolusi ini awalnya dikembangkan di dalam ilmu
biologi, terutama oleh Charles Darwin. Teori ini mengemukakan bahwa dengan
perubahan-perubahan yang lambat laun, nenek moyang manusia adalah kera.
Awalnya berbulu lebat, berjalan dengan kaki dan tangan, bentuk kepala seperti
kera, kemudian berjalan membungkuk, dan kemudian menjadi manusia modern
(homo sapiens) yang berjalan dengan kedua kaki dan tangan digunakan untuk
mengerjakan berbagai bidang pekerjaan manusia. Sementara itu di bidang
antropologi teori ini dikonsepkan sebagai perubahan unsur-unsur kebudayaan dari
yang sederhana menuju ke bentuk yang lebih kompleks. Dalam ilmu sejarah dan
arkeologi, teori ini dikonsepkan sebagai perubahan manusia dan kebudayaannya
secara lambat-laun menurut dimensi waktu dan ruang yang dilaluinya. Dalam
kedua disiplin ini selalu pula dilakukan pembabakan atau periodesai berdasarkan
kejadian-kejadian arkeologis dan sejarah yang berubah. Dalam etnomusikologi,
teori evolusi digunakan untuk mengkaji perubahan musik (alat musik, genre musik,
melodi, ritem, tangga nada, dan lainnya) dari bentuknya yang sederhana menjadi
lebih kompleks. Pembabakan dalam sejarah dan arkeologi juga digunakan dalam
etnomusikologi dan musikologi (Barat). Turunan dari teori ini adalah teori
monogenesis, yang konsepnya adalah satu alat musik lahir dari satu kebudayaan
tertentu. Lawannya teori poligenesis yang menyatakan beberapa unsur kebudayaan
atau musik memiliki bentuk dan fungsi yang sama, namun itu kebetulan sama
dunia, gitar merupakan satu-satunya alat musik dawai yang banyak diminati
oleh berbagai bangsa di dunia (Harahap:105).
Pendidikan seni tidak hanya dapat diperoleh dari pendidikan formal
saja melainkan bisa dari pendidikan nonformal, contohnya seperti les privat
ataupun lembaga kursus musik. Karena itu sekarang banyak pendidikan
seni yang menawarkan berbagai pilihan dari alat-alat musik yang
ditawarkan untuk dipelajari, seperti: vokal, piano, biola, drum, bass, gitar
elektrik, dan gitar klasik.
Lembaga kursus musik di berbagai kota di Indonesia, dalam rangka
meningkatkan daya saing sesama mereka ada yang menggunakan merek
dagang ternama seperti Yamaha Musik, atau mengikutkan nama kota
Medan menjadi Medan Musik. Namun ada pula yang mengikutkan nama
orang terkenal seperti Purwacaraka Musi Studio. Ada pula yang
menggunakan nama tokoh peradaban dunia, seperti Al-Farabi, seorang
tokoh musik Dunia Islam, yang digunakan oleh lembaga kursus musik yang
dibina oleh Dwiki Darmawan. Semua ini adalah untuk membuat spesifikasi
dan popularitas lembaga-lembaga pendidikan nonformal tersebut.
Menurut UU No. 22 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pendidikan dibagi
ke dalam 3 kategori yaitu: (1) informal adalah pendidikan di rumah tangga;
(2) formal adalah pendidikan yang berjenjang dari Sekolah Dasar sampai
perguruan tinggi; (3) nonformal adalah pendidikan luar sekolah seperti
lifeskill.
Menurut Robert V. Tarigan dalam tulisannya berjudul Peranan
Pendidikan Nonformal Memberdayakan Ekolem, disebutkan bahwa:
Pendidikan nonformal atau pendidikan luar sekolah merupakan
usaha
sadar
untuk
menyiapkan,
meningkatkan,
dan
mengembangkan sumber daya manusia agar memiliki pengetahuan,
keterampilan, sikap, dan daya saing. Dengan demikian mampu
fungsi universalnya dalam kebudayaan manusia. Misalnya dayung perahu di
seluruh dunia ini bentuk dan fungsinya adalah sama, namun tidak ada satu kawasan
sumber dari dayung perahu ini. Selain itu digunakan pula teori difusi, yaitu
persebaran kebudayaan dari satu tempat ke tempat lainnya. Teori difusi ini
berhubungan erat dengan teori monogenesis. Selain itu digunakan pula teori
floating terms, yang dapat dikonsepkan penggunaan istilah yang sama namun
bentuknya berbeda. Misalnya hasapi Batak Toba adalah alat musik lute petik
berleher pendek, sedangakan kacapi Sunda alah alat musik zither. Banyak lagi teori
lainnya yang menunjukkan adanya hubungan saintifik antara arkeologi dan sejarah
dengan etnomusikologi dan musikologi.
merebut peluang dan tumbuh berkembang serta mengoptimalkan
sumber-sumber di lingkungan masing-masing.
Beberapa alasan orang untuk kursus musik klasik adalah untuk prestisi,
karena bila seseorang belajar musik klasik adalah orang yang cukup
terpandang atau terpelajar. Namun ada juga yang sekedar hobi ataupun
untuk sekedar mengisi waktu luang saja.
Manusia juga memerlukan pendidikan yang membedakannya dengan
makhluk hewan. Berkat pendidikan ini, menusia memiliki peradaban (
sivilisasi ) dan berkembang dari masa ke masa. Selain itu, pada dasarnya
manusia memerlukan keindahan dalam kehidupannya. Keperluan terhadap
keindahan ini dipenuhi oleh unsur budaya yang disebut kesenian, seni atau
lazim disebut seni budaya. Dalam rangka kegiatan berkesenian ini, manusia
yang terlibat di dalamnya perlu sebuah sistem pengelolaan, agar prosesnya
terjadi secara teratur, terarah, terpadu, dan mencapai sasaran.
Mengingat begitu orang yang menikmati gitar klasik maka saat ini
sudah banyak kursus-kursus (Muhammad Ali, 2006) musik yang membuka
jurusan gitar klasik. Untuk Kota Medan saat ini ada banyak kursus musik
yang membuka jurusan gitar klasik antara lain: Medan Musik11, Era Musika
(Yamaha Music School), Lembaga Pendidikan Musik Farabi, Purwacaraka
Music Studio, dan masih banyak lagi.
Pengenalan akan sistem notasi akan sangat menunjang, menurut
Soewita (1993: 5) notasi musik adalah “ suatu sistem yang digunakan untuk
menulis dan mencatat musik diatas kertas agar kita dapat membaca,
menyimpannya untuk dokumen, atau disampaikan kepada orang lain. “
Kebanyakan orang yang mempelajari gitar secara otodidak12, namun
kelemahan yang dihadapi dari hal semacam ini adalah lemahnya penguasaan
teori-teori penting yang harus didapatkan dari musik itu. Pengetahuan yang
11
Saat ini Medan Musik sudah mempunyai cabang di Jalan Ahmad Yani
(Kesawan), Deli Plaza (Lantai 3 ), Jalan Orion, Jalan Setia Budi, dan Jalan Cirebon
Medan.
12
Otodidak pengertiannya adalah memperoleh secara alami tanpa melalui hal
yang bersifat formal. Dalam masyarakat tradisional, termasuk di Sumatera Utara,
transmisi kesenian awalnya adalah melalui teknik otodidak atau dalam tradisi lisan.
Para pemusik atau seniman muda yang mau menimba ilmu kepada yang lebih tua,
dengan cara melihat, menonton, dan menirukan permainan guruna, tanpa melalui
system tulisan aau notasi.
hanya sebatas mengenal akord dan teknik meminkan yang sederhana tentu
akan kurang mempunyai daya tarik yang baik. Hal ini berbeda jika kita
mempunyai pengetahuan praktik dan teori yang didapatkan lebih baik
karena ditunjang oleh pengetahuan teori musik dan praktik dasar dan format
kurikulum yang teratur dari lembaga kursus musik atau privat yang ada.
Beberapa hal juga mendukung dalam metode pengajaran gitar juga
meliputi pengajarannnya. Misalnya, bagaimana kualitas dan keahlian yang
dimiliki oleh pengajar sehingga mampu mengangkat kemampuan murid
yang belajar gitar. Hal lain juga sama pentingnya ialah sarana dan prasarana
yang ada, sehingga faktor kenyamanan siswa/murid juga diperhatikan dan
menciptakan kondisi belajar mengajar yang baik.
Timawar (2003:13) mengatakan : “Metode mengajar musik adalah cara
mengajar yang didasarkan pada pola atau contoh yang diberikan
guru/pelatih sesuai dengan taraf pendidikan siswa untuk memperoleh tujuan
yang diharapkan. “
Berdasarkan kutipan diatas jelas sekali bahwa metode pendidikan yang
meliputi pengajar, kurikulum, dan sarana prasarana seperti alat peraga
dalam hal ini alat musik dan buku yang digunakan sangatlah penting
peranannya. Karena didalam pendidikan seni musik kita tidak hanya
mementingkan teori saja, tetapi antara praktik dan teori mempunyai peranan
yang seimbang. Hal ini dikarenakan di dalam musik kita tidak hanya
berbicara saja tetapi kita butuh memainkan dan mempraktikannya.
Dalam konteks etnomusikologi, pentingnya perhatian kepada proses
pembelajaran atau enkulturasi, dikemukakan oleh Merriam (1964) seperti
yang penulis terjemahkan sebagai berikut:
Dalam etnomusikologi pendidikan (enkulturasi) budaya musik
menjadi salah satu fokus kajiannya. Pendidikan musik ini menjadi
salah satu fungsi musik yaitu untuk menjaga kontinuitas
kebudayaan. Selain itu pendidikan musik mencakup pada aspek
bagaimana kedudukan pemusik meneruskan keahliannya kepada
generasi pemusik yang lebih muda.
Lembaga Pendidikan Musik (LPM) Farabi sebagai salah satu lembaga
kursus musik yang cukup terkenal di Kota Medan juga memiliki teknik
yang berbeda dalam hal mendidik siswa atau murid dalam memberi
pengetahuan dan keterampilan bermusik. Hal ini seiring upaya dari pihak
manajemen untuk mengembangkan lembaga kursus ini menjadi yang
terdepan.
Hal ini bisa kita lihat dari guru-guru berkualitas dan berpengalaman
dalam mengajar yang dipunyai oleh LPM Farabi. Kemudian disertai sarana
dan prasarana yang baik, guna mendukung proses belajar mengajar.
Jika dilihat dari segi badan usahanya maka LPM Farabi tergolong
kepad jenis usaha Frenchise atau waralaba. Nilai positif dari jenis usaha ini
adalah adanya Control terhadap kualitas dari pusat terhadap cabangcabangnya sehingga mutu dari LPM Farabi ini tetap terjaga.
Dari beberapa hal diatas inilah yang mendorong penulis untuk meneliti
bagaimana manajemen pendidikan yang dilaksanakan di LPM Farabi
dengan judul Analisis Metode Pengajaran Gitar Klasik di Lembaga
Pendidikan Musik (LPM) Farabi Kota Medan.
Pokok Permasalahan
Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dipaparkan di atas
maka dapat diambil dua pokok permasalahan, yang menjadi topik bahasan
dalam tulisan ini diantarannya :
(1) Bagaimana metode pengajaran yang harus dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan dan keterampilan murid bermain gitar di
LPM Farabi?
(2) Bagaimana kemampuan murid yang belajar gitar klasik di LPM
Farabi?
Dua pokok permasalahan di atas bertujuan untuk melihat apa relevansi
dan hubungan antara metode pengajaran dan tingkat kemampuan siswa.
Seterusnya akan berdampak kepada popularitas lembaga pendidikn LPM
Farabi. Selain itu juga akan dikaji masalah-masalah yang dihadapi oleh
LPM Farabi.
Teori
Teori merupakan landasan cara berpikir dalam membahas
permasalahan yang timbul dalam suatu penelitian. Teori sangat dibutuhkan
dalam penelitian untuk mempermudah peneliti dalam mengumpulkan
informasi ( data ) dan membatasi masalah yang ingin diteliti.
Menurut Tirtarahardja dan Sulo ( 2005 : 23 ) “sebagai proses
transformasi budaya, pendidikan diartikan sebagai kegiatan pewarisan
budaya dari satu generasi ke generasi lain.” Hal tersebut tentu dilakukan
melalui jalan pengajaran. Jika dihubungkan dengan pernyataan maka pada
dasarnya pengajaran gitar klasik sebagai salah satu media Transfer
Knowledge sangatlah penting karena berperan sebagai transformasi budaya
dari satu generasi ke generasi berikutnya. Hal senada juga dikemukakan
oleh Muhibbin Syah (1995:33) yang mengatakan “Pengajaran adalah
memberi pengarahan agar melakukan sesuatu, mengajar agar melakukan
sesuatu, dan memberikan informasi “.
Menurut Achmadi dan Uhbiyati (2001:71) yang dimaksud dengan
pendidikan (didaktik) adalah prinsip-prinsip yang umum yang berhubungan
dengan penyajian bahan pelajaran agar murid dapat menguasai sesuatu
bahan pelajaran. Didaktik berasal dari bahasa Yunani kuno yang artinya
didaskein atau pengajaran yang berarti perbuatan atau aktivitas yang
menyebabkan timbulnya kegiatan atau kecakapan baru bagi orang lain.
Selanjutnya didaktik dapat dibagi atas dua bidang yaitu: didaktik
umum, didaktik khusus Didaktik umum memberikan prinsip-prinsip umum
yang berhubungan dengan penyajian bahan pelajaran agar anak dapat
menguasai sesuatu bahan pelajaran. Prinsip-prinsip ini berlaku bagi semua
mata pelajaran contoh misalnya: minat, peragaan, motivasi, dan
sebagainnya, yang kesemuanya itu menyangkut semua mata pelajaran. Di
sisi lain Didaktik khusus membicarakan tentang cara mengajarkan mata
pelajaran tertentu dimana prinsip didaktik umum digunakan. Seperti kita
ketahui setiap mata pelajaran mempunyai cirri khas yang berbeda satu sama
lain.
Jika kita lihat sebenarnya fungsi utama dari diadakannya tempat
pendidikan musik seperti LPM Farabi ialah sebagai tempat untuk
pembelajaran alat musik gitar klasik serta media sosialisasi penggunaan alat
musik ini sesuai dengan teori-teori yang ada. Yang dimaksud dengan
teorinya adalah kurikulum yang berlaku dalam memainkan alat musik ini
yang seperti bagaimana cara membaca not balok dan memainkannya dengan
membaca not tersebut.
Menurut Tirtarahardja dan Sulo ( 2005 : 51 ) untuk melihat suatu
bentuk pengajaran secara utuh maka kita harus menganalisa masing-masing
komponen yang terlibat di dalamnya yaitu : (1) Materi/ isi pendidikan yaitu
sistem pendidikan di LPM Farabi yang telah diramu dalam kurikulum yang
akan disajikan sebagai sarana pencapaian tujuab pengajaran (2) Murid atau
peserta didik yaitu orang yang dalam hal ini sebagai yang diajarkan atau
yang menerima pengajaran; (3) Guru/pendidik atau Instruktur yang berperan
sebagai mediator dari bahan ajar kepada yang diajar atau sebagai orang yang
menyelenggarakan pengajaran agar mengeantarkan murid mencapai tujuan
yang direncanakan serta orang yang bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik ; (4) Tempat ; (5)
Alat-alat pendukung : alat musik, alat peraga, dan alat pendukung lainnya.
.
Masyarakat Kota Medan dan Budayanya
Menurut Koentjaraningrat (1980 :146-147 ) bahwa masyarakat adalah
kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu system adat
istiadat tertentu yang bersifat kontiniu, dan terikat oleh suatu rasa identitas
bersama.
Hal senada dikemukakan oleh Roucek dan Warren (1984:12-13),
mengatakan bahwa masyarakat adalah satu kumpulan manusia yang
berhubungan secara tetap dan tersusun dalam menjalankan berbagai
kegiatannya secara kolektif, dan merasakan bahwa mereka hidup bersama.
Bukan individu yang sama saja yang menjadi anggota masyarakatnnya,
karena anggota baru akan terus menerus lahir dan ada pula yang mati.
Penduduk Kota Medan saat ini ada +/- 2.000.000 ( sensus penduduk
tahun 2000). Secara cultural saat ini suku bangsa yang dapat ditemukan di
Medan di antaranya Melayu, Tionghoa, Jawa, Batak, Karo, Dairi,
Simalungun, Minang, Aceh, Benggali, Tamil, dan lain sebagainya.
Menurut Biro Staristik, kota adalah suatu wilayah yang jumlah
penduduknya lebih dari 2500 jiwa. Selain itu, salah satu kriteria penilaian
terhadap suatu kota adalah berdasarkan tingkat kemajuan yang sudah
dicapainnya, terutama dari segi ekonomi,serta menjadi pusat pemerintahan.
Dalam hal ini, Medan merupakan pusat pemerintahan dari Provinsi
Sumatera Utara.
Dari keterangan di atas, dapat kita ambil suatu pengertian dari
masyarakat kota Medan yaitu sekumpulan orang yang jumlah penduduknya
lebih dari 2500 jiwa yang berhubungan secara tetap dan menjalankan
kegiatannya serta terikat oleh satu rasa identitas bersama yaitu masyarakat
Medan atau yang disebut “ orang Medan “Dalam tulisan ini yang menjadi
masyarakat kota Medan yang dijadikan sebagai objek penelitian bukanlah
masyarakat Medan secara keseluruhan yang mencapai jutaan orang, namun
masyarakat tertentu yang ada di wilayah kota Medan yang menjadi objek
penelitian tulisan ini yaitu pengajar/instruktur dan murid di LPM Farabi
Medan.
Mayoritas penduduk kota Medan beragama Islam, Kristen, Katolik,
Hindu, Buddha. Heterogenitas masyarakat kota Medan ini didukung oleh
berkembangnya budaya toleransi yang tinggi. Karakter masyarakat yang
demikian memungkinkan berkembangnya keharmonisan hubungan antara
kelompok etnis atau suku bangsa dan agama yang berbeda-beda.
Masyarakat Kota Medan terdiri dari berbagai latar belakang sosial
budaya yang semuanya mempunyai kebiasaan-kebiasaan serta adat-istiadat
yang berbeda-beda. Mereka membentuk satu kesatuan dan saling
berinteraksi, hingga membentuk suatu masyarakat yang disebut masyarakat
kota medan.
Roucek dan Warren dalam bukunya Pengantar Sosiologi berpendapat
sebagai berikut :
Komunitas kota sering menekankan pada kelompok sekuler yaitu
kelompok yang hanya melibatkan kekerabatan kecil, wujudnya
temporer dan menyebabkan kurangnya kontak antar pribadi, sikap
acuh merupakan cirri dari kelompok sekunder. Kontak antar anggota
di dalam kelompok sekunder seperti : tempat kerja, organisasi politik,
gereja, kelap, pertunjukan, dan lain sebagainya.
Selain itu status sosial masyarakat juga merupakan hal yang penting
untuk dibahas. Karena pada umumnya orang yang mampu untuk
mendapatkan pendidikan nonformal, seperti kursus musik, les, privat, dsb.
Tentulah orang yang harus mampu untuk membiayai semua keperluan itu.
Berdasarkan pengamatan penulis selama di lapangan dan wawancara
dengan informan Dino Irwan, memang kebanyakan yang menjadi siswa di
LPM Farabi berasal dari kelas ekonomi menengah yang tentunya mampu
untuk membiayai kebutuhan pendidikannya.
Masyarakat kota Medan memang umumnya sangat apresiasi sekali
terhadap seni ini terbukti dari munculnya kursus-kursus musik di kota
Medan yang muncul seperti cendawan di musim hujan. Animo masyarakat
terhadap seni juga terbukti dengan dibukanya jurusan Etnomusikologi,
Universitas Sumatera Utara yang selama ini sangat konsisten dalam
mengembangkan kesenian etnik daerah khususnya Sumatera Utara. Selain
itu dengan semakin banyaknya tempat-tempat kursus musik diharapkan
nanti akan menjadi media untuk mengembangkan bakat seni masyarakat.
Menurut Alan P.Merriam (1964) secara Etnomusikologi tempat kursus
musik ini dapat menjadi media transformasi dalam regenerasi budaya
masyarakat yaitu yang bersifat oral, tulisan, dan elektronik. Dalam hal ini
LPM Farabi dapat menjadi sarana untuk proses itu, karena LPM Farabi
dapat menjadi sarana untuk mengembangkan seni dan musik sehingga dapat
mangasuh bakat yang ada pada masyarakat kota Medan agar menjadi
sebuah potensi dan berguna untuk kemudian hari.
Latar Belakang LPM Farabi
Mempelajari musik sebenarnnya mudah jika kita hanya mempelajari
dasarnnya saja, tetapi untuk mendalami musik itu sulit. Oleh karena itu
dibutuhkan ketekunan dan kerja keras supaya dapat mempelajarinnya
dengan baik. Maksudnya adalah untuk menikmati musik sebenarnya kita
cukup mendengarkan saja, tetapi jika ingin mengetahui lebih banyak, maka
haruslah dipelajari bagaimana bentuk musik itu sendiri. Seperti bagaimana
dinamikanya, tempo, birama atau pesan yang disampaikan musik itu sendiri.
Hal inilah yang perlu ketekunan dan kerja keras untuk mengetahuinya lebih
dalam.
Pada zaman sekarang ini dunia musik semakin maju dan semarak,
sehingga selain menjadi hiburan, musik juga merupakan salah satu
pencaharian ( Penghasilan ) bagi sebahagian orang atau masyarakat. Atan
Hamdju dan Armillah Windawati ( 1981 : 10 ) menyatakan bahwa musik
dibagi dalam 3 bagian yaitu: (a) vokal adalah musik yang dibunyikan
dengan suara manusia (mulut), (b) Instrument artinya alat musik, dan (c)
campuran artinya vocal dengan instrumen.
Untuk memiliki keterampilan bermain gitar yang baik seseorang harus
sering belajar dan latihan sehingga memiliki Skill yang baik. Terkadang
seseorang tentunya sudah memiliki bakat keterampilan bermain gitar secara
alami. Namun, hal itu belum cukupuntuk bisa diandalkan dalam bersaing
terhadap orang lain. Seseorang harus dilatih dan dibimbing oleh seseorang
yang mengerti dan memahami tentang gitar klasik tersebut.
Dengan demikian perkembangan dalam mengolah bakat bermain gitar
itu akan terealisasi dengan baik. Keberhasilan dalam bermain gitar bukan
cukup hanya dapat dilihat jika seseorang itu sudah bisa meminkan chord
gitar dengan benar tapi dia juga mampu untuk menguasai teori yang ada
serta teknik yang ada dalam gitar klasik, sehingga orang tersebut akan
mampu meminkan gitar dengan baik dan benar.
Pertama kali LPM Farabi13 dipelopori berdirinya oleh Almarhum
Jack Lesamana pada tahun 1978. kemudian diambil alih oleh anak-anaknya
diantaranya Indra Lesamana, Gilang Ramadhan, dan Dwiki Dharmawan.
Tetapi kemudian Dwiki Dharmawan orang yang meneruskannya apada
tahun 1997 hingga sekarang.
13
Secara terminologi Farabi berasal dari bahasa Arab untuk merujuk kepada
ahli teori music Islam, yang bernama Al-Farabi, yang menulis buku Kitab AlMusiqi Al-Kabir di abad pertengahan.
Gamba 1: Dwiki Dharmawan
Sumber: www. Artis.inilah. com
Keterangan Gambar : Dwiki Dharmawan merupakan musisi Jazz dan
juga etnik yang handal di Indonesia. Mantan anggota band Krakatau ini
juga aktif dalam kegiatan seni budaya di Indonesia.
Farabi diambil dari bahasa Arab dan dari seorang ahli musik arab yang
manciptakanb tangganada maqam ( tangga nada musik Arab). Yang dalam
bahasa Arab terkadang disebut juga sebagai ahli musik.
Salah satu alasan didirikannya LPM Farabi adalah sebagai wadah untuk
menjadi media pembelajaran musik serta mengem-bangkan bakat
masyarakat. Hal ini sesuai dengan motto daripada LPM Farabi itu sendiri
yaitu karena bakat saja tidak cukup. LPM Farabi juga mempopulerkan Jazz
sebagai salah satu jurusan musik yang tersedia di LPM Farabi. Dengan
membuka kelas Jazz di setiap jurusannya bukan berarti LPM Farabi lebih
mengedepankan Jazz karena di LPM Farabi juga tersedia kelas pop dan
klasik.
LPM Farabi merupakan lembaga kursus musik yang memberikan
program pertunjukan musik kontemporer bahkan dengan disiplin musik
etnik. Menurut kurikulum ada enam level/grade yang bisa dipelajari di
lembaga kursus musik ini. Profesionalitas dan kreatifitas merupakan modal
utama untuk melatih dan menyiapkan peserta didik menuju industri musik
kontemporer yang ada di Indonesia.
Para siswa nantinya akan mendapatkan sertifikat sebagai hasil
belajar mereka sesuai dengan jurusan yang mereka pelajari yang antara lain
terdiri dari : Gitar, Bas, Drum dan Vokal. Selain musik kontemporer LPM
Farabi juga tersedia kursus musik klasik yang terdiri dari : Strings
Instruments, Woodwind Instruments, Brass Instruments, dan Vokal.
Ada beberapa kegiatan kursus yang ada di LPM Farabi :
1. Private Lessons. Untuk jurusan ini tersedia sekali seminggu dengan
pulihan jurusan alat musik yang tersedia dan diarahkan oleh instruktur
sesuai dengan standart kurikulum yang ada di Farabi. 2. Ensembles. Sebulan
sekali diadakan pertunjukan ensamble dengan memainkan repertoar yang
disediakan untuk mengembangkan kemampuan bermain siswa. 3.
Performance. Para siswa dari berbagai jurusan yang ada di LPM Farabi
dituntut untuk bisa mempunyai karakter permainan dalam penampilannya
seperti improvisasi dan interpretasi.. 4. Workshop dan klinik. LPM Farabi
juga mengadakan klinik musik dan Workshop tentang musik untuk
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi siswa.
Asal-usul Nama Al-Farabi dalam Konteks Dunia Islam
Pertama kali LPM Farabi berdiri tahun 1978 di Jakarta yang
didirikan oleh musisi Jazz Indonesia yaitu Jack Lesmana. Kemudian tahun
1997 sampai sekarang kini LPM Farabi dipimpin oleh seorang musisi etnik
dan jazz Indonesia yaitu Dwiki Dharmawan. Baik Jack Lesmana maupun
Dwiki Darmawan tampaknya terinspirasi oleh seorang ilmuwan dan tokoh
music Islam Al-Farabi dalam menamakan LPM mereka ini. Untuk itu akan
penulis kaji siapa Al-Farabi itu.
Gambar. 2:Jack Lesmana
Sumber : www. Tamanismailmarzuki.com
Keterangan Gambar: Alm. Jack Lesmana bias dikatakan sebagai bapak
Jazz Indonesia. Ia merupakan ayah dari musisi Jazz Indra Lesmana. LPM
Farabi merupakan lembaga musik yang ia pelopori.
Nama Farabi diambil dari nama seorang ilmuwan dari Persia yaitu Al
Farabi. Abū Nasir Muhammad bin al-Farakh al-Fārābi (870-950, Bahasa
Persia: ‫ ) یباراف دمحم‬atau Abū Nasir al-Fārābi (dalam beberapa sumber ia
dikenal sebagai Muhammad bin Muhammad bin Tarkhan bin Uzalagh al-
Farabi), juga dikenal di dunia barat sebagai Alpharabius, Al-Farabi, Farabi,
dan Abunasir adalah seorang filsuf Islam yang menjadi salah satu ilmuwan
dan filsuf terbaik di zamannya. Ia berasal dari Farab, Kazakhstan. Sampai
umur 50, ia tetap tinggal di Kazakhstan. Tetapi kemudian ia pergi ke
Baghdad untuk menuntut ilmu di sana selama 20 tahun. Lalu ia pergi ke
Alepo (Halib), Suriah untuk mengabdi kepada sang raja di sana.
Al-Farabi adalah seorang komentator filsafat Yunani yang sangat
ulung di dunia Islam. Meskipun kemungkinan besar ia tidak bisa berbahasa
Yunani, ia mengenal para filsuf Yunani; Plato, Aristoteles, dan Plotinus
dengan baik. Kontribusinya terletak di berbagai bidang seperti matematika,
filosofi, pengobatan, bahkan musik. Al-Farabi telah menulis berbagai buku
tentang sosiologi dan sebuah buku penting dalam bidang musik, Kitab alMusiqa. Ia dapat memainkan dan telah menciptakan bebagai alat musik.
Kehidupan sufi asketik yang dijalaninya membuatnya ia tetap berkehidupan
sederhana dengan pikiran dan waktu yang tetap tercurah untuk karir
filsafatnya. Akhirnya, pada bulan Desember 950, ia meninggal dunia di
tempat ini (Damaskus) pada usia delapan puluh tahun.
Dalam konteks Dunia Islam, tokoh filosof yang paling banyak
mengkaji tentang estetika di dalam musik adalah Al-Farabi. Nama
lengkapnya adalah Abu Nasir Muhammad Ibnu Al-Farakh Al-Farabi, lahir
di desa Wasij, dekat Farab di Turkistan tahun 259 H (870 M), wafat 950 M
dalam usia 80 tahun. Kampungnya kini masuk ke dalam bagian Republik
Uzbekistan di Asia Tengah. Ayahnya seorang jenderal militer dan memiliki
status sosial yang relatif baik. Namun sejak kecil lagi, Al-Farabi
meninggalkan kampung Farab menuju Baghdad, untuk menimba ilmu
bahasa Arab dan logika dari gurunya Abul Bashar Matta. Kemudian dia
juga belajar filsafat dari Yuhanna Ibnu Khailan di daerah Harran.
Kemudian ia juga mendalami ilmu-ilmu Aristoteles melalui Yuhanna. Ia
paling gemar mengkaji pikiran Aristoteles yang tertuang dalam buku Anima
dan Physica.
Kemudian ia mengembara ke Syiria, terus ke Mesir, dan akhirnya
sampai ke Damaskus. Dalam pengembaraan ini, secara ekonomis ia begitu
miskin, akhirnya ia dibantu secara finansial oleh Pangeran Saif Al-Dawlah
dari Damaskus. Ia belajar, mengarang, mensyarah, mengkritik, dan
bergulat di dunia sastra. Ia terkenal sampai ke Eropa bukan hanya
filsafatnya tetapi juga logika dan metafisikanya. Di bidang musik, dengan
dijiwai oleh ajaran Islam ia mengolah kembali model dan logika berpikir
Yunani dalam musik, disertai dengan praktik musik kontemporer saat itu.
Ia juga mencipta dan mengolah sistem-sistem musik yang berasal dari
Timur Tengah. Bagaimanapun, Al-Farabi secara tegas membedakan
manusia di dunia ini menurut Al-Quran, yaitu manusia yang bertakwa dan
manusia yang tidak bertakwa.
Al-Farabi menghasilkan sebuah buku teori musik yang secara historis
sangat fenomenal dalam dunia Islam dan global, yang bertajuk Kitabul
Musiqil Kabir (Kitab Besar tentang Musik). Buku ini terdiri dari tiga
bagian. Bagian pertama memusatkan perhatian pada musik, bagian kedua
pada alat-alat musik, dan pada bagian ketiga mengenai komposisi musik.
Ada dua tempat dalam buku itu yang membicarakan gerakan melodi dalam
musik: satu tempat di bagian pertama dan satu lagi di tempat ketiga. Dalam
buku itu ia menceritakan bagaimana proses melakukan komposisi musik.
Tujuan utama Al-Farabi mengkaji dan menjelaskan komposisi musik adalah
untuk membantu dan memberi arah kepada para komposer dalam
menciptakan melodi. Ia menjelaskan bahwa setelah komposer memilih
unsur-unsur melodi, selanjutnya dapat berkonsultasi dengan tabel-tabel
konsonan dan gerak melodi yang dibuatnya, begitu juga dengan wilayah
nada atau suara penyanyi. Kemudian disesuaikan dengan modus-modus
ritmik yang telah disusun secara logis.
Dalam membentuk gerak melodi ini ia menawarkan konsep-konsep
interval satu nada ke nada berikutnya dengan memakai konsonan dan
disonan dalam sistem modal. Saat transisi melodi seharusnya menggunakan
interval konsonan. Al-Farabi mengguna-kan interval konsonan ke dalam
tiga jenis: (a) konsonan besar, seperti oktaf dan balikannya, disajikan
bersama atau melodis, (b) konsonan medium, yaitu kuint, kuart, antara oktaf
dan kuint, serta antara oktaf dan kuart, disajikan secara bersama atau
melodis, dan (c) konsonan kecil yang terdiri dari sekunde mayor (dengan
rasio 9/8) atau interval lain yang lebih kecil dari kuart.
Menurut Al-Farabi, melodi dapat didefinisikan sebagai sejumlah nada
tertentu, yang semuanya atau sebagian besar berjalin berdasarkan interval
konsonan, yang dirancang dalam kelompok tertentu, dan dipergunakan
dalam sebuah genus (tetrakord) tertentu, interval-intervalnya berada dalam
tonalitas tertentu; yang bergerak melalui sebuah modus ritmik yang pasti
pula. Satu rangkaian melodi menggunakan satu tetrakord ditambah satu
langkah penuh. Jika seorang komposer menggunakan interval kuint, ia
harus mengimbanginya dengan interval yang lebih kecil. Sebuah melodi
nyanyian disebutnya tidak lengkap, apabila ambitusnya tidak mencapai satu
oktaf. Jika sampai satu oktaf disebut melodi yang lengkap, dan jika
mencapai dua oktaf disebut sangat lengkap. Dalam menyusun melodi
sebaiknya menggunakan interval-interval yang berbeda.
Al-Farabi menyebut gerak melodi dengan istilah al-intiqal, yang
secara harfiah artinya bergerak dari satu titik ke titik lainnya. Al-intiqal ini
menurutnya adalah transisi yang dapat terjadi antara satu nada dengan nada
lain, dari interval yang satu ke interval lain, dari satu genus ke genus lain,
jika kelompok nada itu terdiri dari tetrakord, kelompok nada, dan tonalitas
yang berbeda. Namun tetap terdapat satu nada nukleus. Selanjutnya, AlFarabi membuat kategori-kategori gerak melodi dalam bahasa Arab, yaitu:
(1) al-nuqlah ‘ala istiqamah, artinya adalah gerak langsung atau rektilinier,
yaitu gerakan yang tidak kembali ke nada awalnya; (2) al-nuqlah ‘ala
in’itaf, artinya gerak berlipat, bertukar, melengkung, dan berkeliling.
Artinya dalam melodi adalah kembali ke nada awal; (3) al-nuqlah ‘ala
istidarah, artinya gerakan sirkular, berputar. Dalam melodi artinya kembali
ke nada awal dan gerakannya terus diulang; (4) al-nuqlah ‘ala in’iraj,
artinya adalah gerakan pembiasan atau deviasi—dalam melodi maksudnya
adalah kembali ke nada awal, tetapi tidak sejauh gerak-gerak pertamanya;
(5) al-nuqlah bi-in gerak melodi yang memperluas gerak sebelumnya, baik
ke arah atas maupun ke bawah dengan nada awal yang berubah-ubah pula.
Menurut Al-Farabi, gerak-gerak melodi di atas boleh saja saling dipadukan
dengan menjaga rasa musik (Lihat Takari 2003)
Dalam membahas teori, selain sistem modal dengan menggunakan
tetrakord dalam tangga nada heptatonik, Al-Farabi juga menganalisis
sistem-sistem maqam yang ada di dunia Islam, seperti maqam: rast, bayati,
husaini, jiharkah, hijaz, sikkah, dukah, sikahirah, dan lainnya yang menjadi
dasar komposisi musik dunia Islam. Ia juga mengkaji modus-modus ritmik
seperti: ramal maia, wahdah wa nifs (maksum), cahar mezarb, zarbi, iqa’at,
durub, usul, dan mazim. Dalam membahas alat-alat musik, ia memfokuskan
kajian secara detil tentang alat musik ‘ud (lute petik) sebagai asas dari
penciptaan maqam dan melodi. Alat seperti ini yang diuraikannya dapat
menurunkan tangga-tangga nada seperti yang dilakukan oleh Phytagoras
dari Yunani dengan membagi proporsi matematis senarnya. Sistem ini
kemudian dalam etnomusikologi dikategorikan sebagai sistem devisif
(pembagian). Dalam buku ini, memang unsur logika memang begitu
menonjol dituangkannya, namun ia juga berharap bahwa jangan melupakan
unsur perasaan dan spiritualitas dalam mengembangkan seni musik.
Bagaimanapun, musik itu adalah bagian dari totalitas ajaran Islam dalam
rangka tauhid kepada Allah. Demikian menurut pandangan Al-Farabi
Gambar 3. Al Farabi
Sumber: www.wikipidea.com
Keterangan Gambar : Abū Nasir Muhammad bin al-Farakh al-Fārābi
(870-950)
Jika ditinjau dari fungsi dan tugasnya maka secara umum fungsi dari
adanya Lembaga Pendidikan Musik Farabi ini adalah untuk mengelola,
membantu dan melestarikan kesenian masyarakat Indonesia. Sedangkan
tugasnya yakni, melaksanakan kegiatan pembinaan dan pelatihan seni,
pertunjukan seni, serta informasi seni dan musik.
Jika ditinjau dari fungsi keberadaan LPM Farabi itu sendiri,maka
penulis mengacu kepada teori Alan P. Merriam yaitu :
use then refers to the situation in which is employed in human action:
fungtion concern the reason for its employment and particularly the
broader purpose which it serves … ( Merriam 1964 :210 )
Dari kalimat-kalimat di atas dapat diartikan bahwa use (penggunaan)
menitikberatkan pada alas an penggunaan atau menyangkut tujuan
pemakaian musik, terutama maksud yang lebih luas, sampai sejauh mana
musik itu mampu memenuhi kebutuhan manusia itu sendiri.
Sesuai dengan yang sudah dikemukakan sebelumnya, bahwa memang
LPM Farabi didirikan oleh dasar keinginan yang kuat untuk membina bakatbakat atau talenta masyarakat Indonesia di bidang seni. LPM Farabi merasa
saat ini hanya dengan modal bakat alam tentu tidaklah cukup untuk bersaing
di dunia seni hiburan atau seni pertunjukan, untuk itu maka siswa LPM
Farabi nantinya dituntut untuk memiliki Skill dan pengetahuan yang
maksimal mengenai bakat yang dimilikinya.
Ditinjau dari segi etnisitas maka sepanjang penelitian, penulis
melihat bahwa para instruktur gitar klasik yang ada di LPM Farabi
kebanyakan adalah orang Batak toba ( dari ke-4 Instruktur semuanya
merupakan suku Batak Toba ). Sedangkan murid yang belajar gitar klasik di
LPM Farabi kota Medan kebanyakan didominasi oleh etnis Tionghoa.
Bahkan jika di kumulatifkan mayoritas dari segi etnik yang belajar musik di
LPM Farabi adalah orang dari etnis Tionghoa, sedangkan para
guru/Instrukturnya merupakan etnis pribumi ( Mayoritas Batak Toba ).
Untuk pimpinan LPM Farabi Kota Medan yaitu Bpk Dino Irwan adalah dari
dari etnis Tionghoa.
Para instruktur LPM Farabi kota medan yaitu : Wonter Purba,
Darwin Manalu, Ronald Pasaribu, dan Michael Panggabean merupakan satu
alumni yaitu dari Universitas HKPB Nommenssen. Sehingga dalam bekerja
mereka sudah saling mengenal dikarenakan satu almamater. Dan untuk
pengalaman dan keahlian mereka memang sudah cukup ahli dan terampil
bermain gitar dengan sertifikasi yang sesuai dengan standart LPM Farabi.
Perkembangan Sekolah
LPM Farabi merupakan salah satu tempat pendidikan non formal yang
ada di kota Medan yang didirikan pada 1 Maret 2007. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia ( KBBI 2003:365) “Gitar adalah alat musik dengan
bahan kayu seperti biola, berleher panjang, berdawai 6 atau lebih,
dimainkan dengan memetik dawai atau dengan jari “. Menurut Banoe Panoe
( 2003 : 175 ) “ Gitar adalah alat musik dawai berpapan nada ( frets ) dalam
berbagai bentuk dan modifikasi “.
Pengertian klasik dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ( 2003 : 574 )
yakni “bersifat seperti seni klasik, sederhana, serasi, dan tidak berlebihan “.
Sedangkan menurut Banoe Panoe ( 2003:87 ) “ Klasik adalah keadaan atau
kondisi yang mutunnya patut dicontoh dan terikat pada tradisi, “
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
gitar klasik adalah alat musik berdawai 6 atau lebih yang memiliki bentuk
telah disempurnakan dan memiliki keharmonisan nada.
Untuk cabang LPM Farabi saat ini memiliki total 9 cabang ( 7
diantaranya ada di pulau Jawa ) yang tersebar di Indonesia dengan pusatnya
yang terletak di Jakarta tepatnya di Jalan Dharmawangsa XI/5, Kebayoran
Baru, Jakarta. Sedangkan untuk di Medan LPM Farabi sendiri baru
mempunyai satu cabang yaitu di Jalan Burjamhal No : 28-29 B.
Berikut adalah cabang cabang Farabi yang ada tersebar di Indonesia : 1.
Farabi Bintaro Jaya Branch 2. Farabi Hang Lekir Branch 3. Farabi Bogor
Branch 4. Farabi ITC Cempaka Mas Branch 5. Farabi Kelapa Gading
Branch 6. Farabi Cibubur Branch 7. Farabi Medan Branch, North Sumatra
8. Farabi Denpasar Branch, Bali 9. Farabi Depok Branch, West Java.
Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan dengan Bpk. Dino
Irwan selaku pimpinan LPM Farabi cabang Medan ( 14 Mei 2009 ), ia
mengatakan bahwa untuk membuka cabang LPM Farabi tidaklah mudah
karena butuh modal yang besar untuk membuka sebuah cabang LPM
Farabi. Selain dari segi Finance yang lebih penting juga adalah dalam
peneriamaan guru yang sangat professional sekali. LPM Farabi tidak
sembarangan di dalam hal penerimaan Instruktur atau Pengajar. Karena itu
setiap diadakan audisi penerimaan guru, LPM Farabi mendatangkan
langsung penguji dari Jakarta dengan tujuan untuk menjaga dan
menyesuaikan kredibilitas para intruktur di LPM Farabi.
Gambar.4 LPM Farabi Medan
(Sumber: Dokumentasi Nikanor, 2009 )
Keterangan Gambar : Gambar ini merupakan tampilan halaman luar
gedung LPM Farabi Kota Medan yang terletak di jalan Burjamhal No :
29 A/B
Pandangan dan Sikap Masyarakat Kota Medan Terhadap LPM Farabi
Secara umum, masyarakat mengatakan bahwa musik sebagai suatu
yang penting dalam kehidupanya. Karena masih merupakan hiburan mereka
dalam kehidupan sehari-hari. Selain berfungsi sebagai penghibur, dapat juga
berfungsi sebagai pengiring pelaksanaan kegiatan ( acara ) dalam
masyarakat.
Selain itu persepsi masyarakat terhadap musik klasik yang menurut
penelitian para ahli dapat meningkatkan kecerdasan intelektual anak
menjadi salah satu alasannya untuk memberi anaknya kursus musik.
Menurut pengamatan penulis di lapangan banyak masyarakat yang
masih menilai untuk kursus musik itu merupakan kebutuhan tersier yang
bukan prioritas disbanding dengan kursus-kursus lainyya seperti les bahasa,
computer, maupun les mata pelajaran sekolah. Namun harus diketahui
bahwa kursus musik juga merupakan Lifeskill yang merupakan keahlian
bagi seseorang yang dapat menjadi bekal dia kelak dan dapat menjadi
sumber pencahariannya apabila ia memang serius dalam mempelajarinya.
Mengenai tanggapan murid dan orang tua murid tentang pengajaran
gitar klasik di LPM Farabi dapat disimpulkan berbagaio persepsi seperti (1)
Guru atau instruktur sangat dekat dengan murid sehingga dengan
pendekatan yang baik maka murid akan merasa senang dan betah belajar di
LPM Farabi selain itu akan menambah citra positif karena instruktur atau
pengajarnya dapat berinteraksi secara baik dengan murid-muridnya. (2)
Selain itu akselerasi tingkat kemahiran murid juga cukup terasa hal ini
membuat adanya persepsi dari si murid maupun orang tuanya bahwa mereka
dating belajar ke tempat ini dengan tidak sia-sia hal ini terbukti dengan
kemampuan si murid yang maju cukup signifikan sejak belajar di LPM
Farabi Medan. (3) Yang tidak kalah pentingnya adalah factor sarana dab
parasarana yang baik yang membuat si murid semakin betah dalam ruangan.
Berbagai fasilitas disediakan oleh LPM Farabi untuk menunjang kebutuhan
proses belajar mengajar. Hal ini bisa dilihat dari tempat mengajar yang
nyaman jauh dari kebisingan hal ini mutlak harus dimilik oleh setiap kursus
musik guna kenyamanan proses belajar mengajar.
Masyarakat juga berpendapat bahwa dengan adanya lembaga kursus
musik yang ada di kota Medan akan dapat menumbuhkan rangsangan untuk
menjadikan masyarakat kota Medan menjadi lebih kreatif. Terutama untuk
mendapatkan pendidikan musik secara formal sehingga tujuannya mereka
tidak hanya bias memainkan alat musik tetapi juga mengerti apa yang
mereka mainkan.
Metode Pengajaran Gitar Klasik Di LPM Farabi
LPM Farabi mempunyai metode-metode tersendiri dalam
pengjarannya, bertujuan untuk memudahkan siswa memahami bahan
pengajaran yang diberikan oleh pengajar. Di samping metode mengajar,
media/alat peraga dan buku tidak kalah pentingnya dalam proses belajar
mengajar. Alat peraga, buku dan media yang relevan dengan materi yang
akan disajikan mempunyai peranan yang penting sebagai alat Bantu untuk
menciptakan proses belajar mengajar yang efektif dan efisien.
Di dalam proses belajar mengajar, guru memiliki strategi agar siswa
dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang
diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu adalah harus
menguasai teknik-teknik pengajaran, atau biasanya disebut metode
mengajar.
Peranan metode dalam pengajaran adalah menumbuhkan gairah
peserta dalam menerima pelajaran atau materi yang disajikan. Oleh karena
itu, metode mengajar yang baik adalah metode yang dapat menumbuhkan
kegiatan belajar para peserta.
Adapun metode-metode mengajar yang mungkin dapat dilakukan
oleh guru dalam proses belajar mengajar di LPM Farabi Medan adalah
sebagai berikut: (1) ceramah, (2) demonstrasi, dan (3) pemberian tugas.
Ada beberapa metode mengajar gitar klasik yang dilakukan oleh
pengajar dalam mengajarkan gitar klasik di LPM Farabi, yakni dengan
metode ceramah, metode demonstrasi dan metode pemberian tugas.
Penjelasannya sebagai berikut :
Metode Ceramah
Metode ceramah merupakan metode awal yang digunakan pengajar
dalam mengajar, metode ini bertujuan untuk mengetahui hambatanhambatan apa saja yang dihadapi oleh siswa sehingga pengajar akan
membatasinya.
Metode ini juga bertujuan untuk mengatasi kejenuhan yang dialami
siswa pada saat sedang belajar gitar klasik, yakni dengan mengajak siswa
bercerita, sehingga siswa akan sedikit lebih santai atau rileks.
Gambar5. Pengajar menggunakan metode ceramah
(Sumber: Dokumentasi Nikanor, 2009 )
Selain itu di dalam metode ini pula diterangkan tentang teori-teori gitar
klasik dan juga bagaimana cara memainkan gitar klasik dengan baik dan
benar. Seperti teknik umum bermain gitar klasik, posisi tubuh ketika
memainkan gitar serta notasi yang digunakan.
Teknik Umum Bermain Gitar Klasik
Dalam bermain gitar klasik, setiap jari-jari tangan baik kiri ataupun
kanan sudah memiliki aturan atau nama-nama yang ditentukan. Berikut ini
beberapa hal yang sangat penting untuk diketahui dalam bermain gitar
klasik.
Posisi Jari dan Tangan
Pengenalan nama-nama jari tangan kiri dan kanan :
-Jari kiri diberi tanda dengan urutan angka 1- 4, urutannya yakni
-Jari telunjuk diberi tanda dengan nomor 1
-Jari tengah diberi tanda dengan nomor 2
-Jari manis diberi tanda denga nomor 3
-Jari kelingking diberi tanda dengan nomor 4
Untuk lebih jelas lihat gambar berikut ini :
Gambar 6: Urutan jari kiri
( Sumber : Yamaha Classic Guitar Fundamental )
Pemberian nama-nama jari tangan kanan, ditandai secara tradisional,
dan diberi huruf-huruf yang berasal dari bahasa Spanyol yaitu :
-p untuk pulgar ( ibu jari )
-i untuk indicio ( Jari telunjuk )
-m untuk medio ( Jari tengah )
-a untuk anular ( Jari manis )
-Ch untuk chico ( Jari kelingking )
Sedangkan untuk jari kelingking tidak digunakan untuk petikan. Untuk
lebih jelas lihat gambar :
Gambar 7: Urutan jari kanan
( Sumber : Yamaha Classic Guitar Fundamental )
Pengunaan tangan kiri dalam bermain gitar klasik ialah sebagai berikut
penjelasannya :
1) Semua kuku tanga kiri harus dipotong pendek, sehingga tidak
menggangu waktu menekan senar.
2) Jempol kiri bertugas sebagai penopang dan jari-jari kiri.
3) Jari-jari kiri bertugas menekan senar dengan tegak lurus pada papan
jari.
4) Dalam hal ini ibu jari harus selalu serasi dengan jari tengah dan
tidak boleh kelihatan saat memainkan gitar.
Gambar 8. Posisi tangan kiri
(Sumber: Dokumentasi Nikanor, 2009 )
Skema penggunaan tangan kanan dalam bermain gitar klasik adalah
sebagai berikut :
1) Jari tangan kanan berdiri tegak lurus di atas senar ( petikan melodi ).
2) Kuku jari tangan dipotong melengkung, mencapai panjang kurang
lebih 2 mm.
3) Jari kanan memetik senar bas ke-4 samapi ke-6. sedang senar 3 di
petik oleh jari ( I, m,dan a )
4) Dalam memetik gitar hendaknya pada posisi normal yaitu berada di
depan soundhole atau lubang suara, karena suara gitar terbagi tiga
yaitu harmonic, normal, dan hard
Gambar9: Posisi Tangan Kanan
(Sumber: Dokumentasi Nikanor, 2009 )
Letak Atau Posisi Gitar Saat Dimainkan
Dalam memilih sikap bermain gitar, kita harus memperhitungkan
bahwa baik lagu yang sederhana maupun yang sulit perlu kita bawakan
dengan baik. Oleh karena itu tangan kiri dan kanan kita harus mampu
bergerak dengan bebas. Untuk merealisasikan sikap ini dengan baik ada
beberapa hal penting yang harus dilakukan yaitu (1) Posisi duduk di bangku
(Kursi tanpa sandaran ), dengan keadaan badan tegak lurus dan rileks. (2)
Pandangan mata berada dalam posisi melihat naskah lagu (partitur), dan
sesekali melihat pada senar gitar yang ditekan, (3) Posisi jari pada tangan
kiri pada leher gitar, untuk menekan senar, dan jari kanan untuk memetik
senar, (4) Posisi kaki kiri berada di atas pijakan agar bias menopang gitar.
Pengenalan Notasi dan Nada Dasar
Jika ingin belajar gitar klasik dengan benar dan bisa
mengembangkan sendiri kemampuan musik siswa secara mandiri, mau
tidak mau siswa harus memahami notasi, baik notasi angka , balok, dan
nada dasar.
Notasi angka adalah symbol nada dalam bentuk angka 1 sampai 7
yang digunakan dalam menulis nada – nada yang telah kita kenal dalam
bentuk bunyi 1( do), 2 ( re ), 3 ( mi ), 4 ( fa ), 5 ( sol ), 6 ( la ), 7 ( si ), 1’ (
do’ ) yang tersusun dalam bentuk 1-1-1/2-1-1-1-1/2.
Gambar 10: Posisi yang Baik dan Benar
(Sumber: Dokumentasi Nikanor, 2009)
Notasi balok adalah symbol nada dalam bentuk huruf C sampai G
yang digunakan dalam menulis nada-nada yang telah kita kenal dalam
bentuk bunyi C ( do ), D ( re ), E ( mi ), F ( fa ), G ( sol ), A ( la ), B ( si ),
C’ ( do’ ) yang tersusun dalam bentuk 1-1-1/2-1-1-1-1/2.
Gambar 11: Notasi Balok
( Sumber: Yamaha Classic Guitar Fundamental )
Garis Paranada dan Spasi
Garis paranada adalah tempat untuk meletakan not yang terdiri dari 5
(lima) buah garis sejajar yang setiap garisnya memiliki jarak yang sama.
Kelima garis sejajar itu menghasilkan 4 ( empat ) ruangan yang disebut
spasi.
Gambar 12: Garis paranada dan spasi
(Sumber : Yamaha Classic Guitar Fundamental )
Bentuk Tanda Istirahat/Diam, Bentuk Not,Tanda Mula, dan Birama.
Tanda istirahat menunjukan nilainya masing-masing. Sebagai
langkah awal dalam memahami jumlah ketukan dalam setiap istirahat, siswa
harus mempelajari dan menghapal semua bentuk tanda istirahat berikut nilai
yang telah ditentukan.
Gambar 13: Bentuk tanda istirahat
Bentuk Tanda Diam
Nilai Tanda Diam
Penuh
Setengah
Seperempat
Seperdelapan
Seperenambelas
Bentuk not dalam notasi balok bermacam-macam. Setiap not
menunjukan nilai not tersebut. Perhatikan gambar untuk lebih jelas :
Gambar. 14 Bentuk dan Nilai Not
Bentuk Nada
Nama Nada
Nilai Nada
Nada Penuh
4 Ketuk
Nada Setengah
2 Ketuk
Nada Seperempat
1 Ketuk
Nada Seperdelapan
½ Ketuk
Nada Seperenambelas
¼ Ketuk
Tanda mula adalah angka berbentuk bilangan pecahan yang selalu
ditulis sesudah tanda kunci pada garis pertama suatu lagu ( komposisi musik
). Bilangan pertama letaknya disebelah atas ( Pembilang ) dan bilangan
kedua letaknya dibawah dan disebut (Penyebut ). Tanda mula yang biasa
dipakai misalnnya, 4/4, 3/3, 2/4, 6/8, 3/8, dan 2/2. tanda mula4/4 dan 2/4
biasanya juga ditulis C dengan tegak lurus memotong ditengahnya.
Birama adalah garis tegak lurus yang membagi setiap baris garis
paranada menjadi beberapa ruas yang mengandung jumlah ketukan not dan
tanda istirahat yang sama banyaknya.
Gambar: 15 Birama
RUANG BIRAMA
GARIS BIRAMA
Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi bertujuan untuk memperagakan bahan pelajaran
yang akan dipelajari oleh siswa ataupun bahan yang telah dipelajari, yakni
dengan cara pengajar memperagakan menggunakan gitar klasik, kemudian
siswa mempraktekannya. Pengajar mendemonstrasikan teknik dasar
penjarian dengan tangga nada sebagai pemanasan jari, kemudian siswa
menirukan.
Pengajar memainkan lagu beberapa bagian ( bar ) atau seluruh lagu dari
awal sampai akhir untuk ditirukan oleh siswa, hal ini dilakukan apabila
siswa sudah merasa bingung dengan bahan pelajarannya.
Setelah siswa berhasil memainkan bahan pelajaran yang telah diberikan
kemudian pengajar menambahkan dengan materi yang lain dengan catatan
pelajaran yang lama tetap akan diulang.
Selain metode demonstrasi di dalam kelas tentunya harus juga
dilakukan di luar kelas hal ini bertujuan untuk melatih serta mengasah
mental murid begitu ia menampilkan permainannya selama belajar gitar di
LPM Farabi di depan umum.
Jenis Pertunjukan Gitar Klasik yang Diikuti oleh LPM Farabi
Selain melalui metode pengajaran ceramah ataupun demonstrasi di
dalam kelas LPM Farabi juga lebih menekankan metode performance atau
penampilan murid dengan mengadakan Home Concert atau mengutus murid
di LPM Farabi untuk mengikuti kejuaraan-kejuaraan sesuai dengan bidang
jurusan si murid. Kegunaannya ialah untuk mengasah mental si murid agar
dapat menampilkan hasil belajarnya selama di LPM Farabi kepada umum
dan di satu sisi lain tentu juga dapat mengangkat Prestise LPM Farabi itu
sendiri di mata masyarakat bila si murid itu dapat meraih gelar.
Bentuk pertunjukan tersebut bisa berupa kejuaraan / festival atau
bisa juga melalui mini concert yang dilakukan oleh lembaga-lembaga
kursus. Salah satu kejuaraan yang pernah ada yaitu kejuaraan gitar klasik seIndonesia yang diselenggarakan oleh kedutaan Spanyol tahun 2001. atau
kejuaraan gitar klasik yang disponsori oleh Yamaha, untuk event ini
biasanya juara untuk satu negara akan diadu dengan negara lainnya dan
negara-negara yang bersaing di sini adalah dari Asia.
Untuk kota Medan sendiri salah satu event yang ada antara lain
yaitu Nommensen Classic Guitar Festifal yang diadakan tahun 2007 lalu.
Pada ajang kali ini penulis menjadi juara pertama untuk kategori senior. Ada
juga Nommensen Classical Guitar Ensamble oleh Universitas HKPB
Nommensen (UHN) yang sering mengadakan concert gitar klasik dengan
mengundang penonton umum dan menurut pengamatan penulis yang hadir
pada saat itu penonton terlihat cukup antusias dalam mengikuti acara ini.
Diharapkan dengan banyaknya kompetisi ini maka akan
merangsang masyarakat untuk semakin tertarik mempelajari gitar klasik.
Karena diharapkan gitar klasik tidak kalah dari instrument lainnya seperti
piano, gitar elektrik, keyboard dan sebagainya yang intensitas kompetisinya
cukup sering sehingga banyak peminatnya.
Metode Pemberian Tugas
Setelah selesai jam pelajaran pengajar memberikan bahan tambahan
yang akan dipelajari siswa di rumah selain bahan yang sedang ia pelajari,
yang bertujuan untuk melihat perkembangan siswa apakah siswa tersebut
benar-benar memahami apa-apa saja yang sudah disampaikan oleh pengajar
dan bila ada yang tidak dimengerti maka akan di bahas pada pertemuan
berikutnya.
Mengingat praktek pengajaran gitar klasik membutuhkan latihanlatihan yang continue untuk mencapai prestasi yang baik, peranan
pemberian tugas pada murid mutlak dilakukan setiap materi atau bahan
yang disampaikan. Umumnya tugas yang diberikan kepada murid adalah
meliputi materi yang lalu tetapi belum terlalu baik dimainkan pada saat
praktik dan tugas baru adalah mempelajari lagu yang akan di
demonstrasikan pada pertemuan berikutnya.
Gambar.16 Pertunjukan Gitar Klasik di kota Medan
(Sumber : Dokumentasi Nikanor, 2001 )
Umumnya guru di LPM Farabi setiap selesai menyampaikan materi
murid diberi tugas untuk dipelajari dan itu akan di demonstrasikan murid
pada pertemuan berikutnya dalam setiap pengajaran.
Komponen Pendukung Pengajaran Di LPM Farabi
Komponen atau unsure-unsur pengajaran menurut Gulo ( 2002: 8-9)
dikelompokan dalam 3 kategori yaitu (a) guru, (b) isi atau materi pelajaran,
(c) murid. Interaksi antara ke tiga komponen utama tersebut melibatkan
saran dan prasarana seperti metode, media, dan penata lingkungan tempat
belajar sehingga tercapai situasi belajar mengajar yang memungkinkan
tercapainya tujuan yang telah direncanakan sebelumnya.
Dalam proses belajar mengajar guru sebagai pengajar perlu melakukan
persiapan mengajar karena dalam persiapan mengajar pelaksanaan
pengajaran akan berjalan dengan baik dan efisien. Guru juga dituntut untuk
memiliki ketrampilan yang berkaitan dengan bagaimana menyelenggarakan
pengajaran yang dapat mengantarkan murid mencapai tujuan yang
direncanakan.
Dalam hal ini penulis membagi komponen pendukung di LPM Farabi
sebagai Kurikulum atau Materi pengajaran, Murid atau peserta didik, dan
Instruktur atau pengajar, serta sarana dan prasarana yang mendukung proses
pengajaran tersebut.
Kurikulum
Kurikulum yang digunakan di LPM Farabi adalah kurikulum yang
disusun sendiri oleh pengajar di LPM Farabi, buku yang digunakan juga
untuk kalangan sendiri yaitu milik Farabi. Tetapi dalam hal ini pengajar
tetap boleh menggunakan acuan lain seperti lagu bebas atau pop jika murid
menginginkan hal itu, yang terpenting adalah murid tetap mampu mengikuti
pelajaran dan dapat ujian dengan tepat waktu.
Buku yang digunakan di LPM Farabi Medan untuk menyajikan
materi pelajarannya ialah semuannya menggunakan not balok. Dalam hal ini
buku dibagi berdasarkan grade atau tingkatan untuk gitar klasik memiliki
grade sampai enam. Selain dari grade 1 – 6 ada yang namanya grade Pre L
dan L sebagai dasar. Sedangkan untuk Pre L biasanya diberikan kepada
kelas junior ( anak-anak dibawah 10 tahun ), umumnya materi yang
diajarkan hanya sebatas pengenalan gitar, notasi, dan pengenalan dasar
dalam musik lainnya. Sedangkan untuk L merupakan kelas fundamental
atau dasar (Pre- Grade) sebelum masuk grade 1.
Dalam hal ini pengajar memiliki target waktu bagi siswa untuk
melewati buku dasar, target waktu sekitar 5-6 bulan. Tetapi kalau ternyata
siswa bisa melewatinya lebih cepat maka itu akan menjadi nilai plus bagi
siswa tersebut, karena ia lebih cepat untuk bisa mengikuti ujian kenaikan
grade.
Sebagai bahan tambahan pengajar memberikan bahan latihan seperti
teknik-teknik penjarian yang bertujuan untuk pemanasan jari juga untuk
mempermudah siswa dalam bermain nantinya, seperti teknik etude ( latihan
) dari M. Carcassi atai F.Sor. sehingga siswa akan semakin bertambah
wawasannya baik dari penjarian, atau tentang lagu-lagu yang menggunakan
notasi balok.
Murid
Dalam hal ini yang menjadi pelaksana adalah murid-murid yang
belajar di LPM Farabi. Harus disadari sebuah lembaga kursus tidak akan
mungkin dapat beroperasi jika tidak ada siswanya. Maka dari itu siswa di
LPM Farabi berperan sebagai yang melaksanakan jalannya kegiatan belajar
mengajar di LPM Farabi.
Pada dasarnya pengajaran membimbing siswa dalam kegiatan
belajar mengajar atau mengandung pengertian bahwa pengajaran merupakan
suatu usaha menorganisasi lingkungan belajar dalam hubungannya dengabn
anak didik dan bahan pengajar yang menimbulkan terjadinya proses belajar
mengajar.
Pengajar
Tidak akan mungkin sebuah perusahaan dapat berjalan jika tidak
ada pegawai yang mengoperasikannya, demikian juga dengan sekolah atau
tempat kursus lainnya juga membutuhkan tenaga kerja dalam hal ini tenaga
pengajar. Para pengajar atau instruktur di LPM Farabi berperan untuk
menjalankan sistem belajar mengajar.
Merupakan suatu kewajiban bagi seorang guru/Instruktur untuk
dapat melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya, agar kita dapat
mengajar dengan sukses. Sukses atau tidaknya mengajar itu dapat diketahui
dari adanya perubahan pada tingkah laku anak menuju kesempurnaan.
Dalam proses belajar mengajar guru sebagai pengajar perlu
melakukan persiapan mengajar karena dalam persiapan mengajar
pelaksanaan akan berjalan dengan baik dan efisien. Guru juga dituntut
memiliki
keterampilan
yang
berkaitan
dengan
bagaimana
menyelenggarakan pengajaran yang dapat mengantarkan murid mencapai
tujuan yang direncanakan.
Menurut Taylor dalam Hamalik (2002 :43) mennyatakan bahwa “
peranan guru dapat ditinjau dalam arti luas dan arti sempit. Dalam arti luas,
guru mengemban peranan-peranan sebagai ukuran kognitif, sebagai agen
moral, sebagai inovator dan kooperatif ”. Dari pendapat tersebut diatas
dapat disimpulkan bahwa peranan-peranan guru ini akan membantu siswa
dalam pencapaian belajar tersebut, guru harus memahami segala sesuatu
tentang siswa yang ada di bawah tanggung jawabnya, agar proses belajar
mengajar membuahkan hasil sebagaimana diharapkan.
Selain itu pada dasarnya hendaknya mengajar adalah suatu
hubungan antar manusia. Pengajar yang baik juga dapat menyesuaikan
metode mengajar dengan bahan pelajaran yang diberikan.
Sarana Dan Prasarana Pendukung
Sarana dan prasarana adalah salah satu faktor yang paling
mendukung terciptanya proses belajar mengajar yang baik. Menurut penulis
sarana dan prasarana yang ada di LPM Farabi sudah cukup memadai untuk
siswa yang belajar, sarana dan prasarana tersebut antara lain :
Sarana Mengajar
Sarana mengajar yang digunakan menurut penulis cukup nyaman
untuk keberlangsungan proses belajar mengajar. Kelengkapan sarana yang
ada di LPM Farabi bias dilihat sebagai berikut :
1) 3 buah gitar Yamaha C 330 A.
2) 3 buah Stand Book.
3) 3 buah Foot Stool.
4) 3 buah bangku belajar.
5) Kaca yang dalam hal ini bisa berfungsi sebagai papan tulis dan juga
sebagai alat untuk melihat diri siswa dalam bermain gitar.
Prasarana Mengajar
Prasarana juga merupakan suatu hal yang harus diperhatikan, karena
dengan prasarana yang memadai maka proses belajar mengajar akan lebih
baik lagi. Prasarana yang ada di LPM Farabi antara lain :
1) Luas ruangan 3 x 3 m.
2) Kamar mandi / toilet.
3) Penyejuk ruangan / AC.
4) Tempat parkir yang luas dan aman.
5) Lokasi yang cukup strategis.
Gambar17: Sarana dan prasarana mengajar di
LPM Farabi Medan
( Sumber : Dokumentasi Nikanor, 2009 )
Penyaji
Penyaji dalam hal ini adalah LPM Farabi yang merupakan penyedia
tempat untuk belajar. LPM Farabi juga bertindak sebagai penyedia jasa bagi
murid-murid yang ingin belajar berbagai jurusan musik yang tersedia di
LPM Farabi.
Pada dasarnya tujuan darpada LPM Farabi menjadi penyaji dalam
komponen ini adalah untuk (a) Mengembangkan kemampuan murid, dengan
memperkaya keterampilan dengan dasar-dasar teori musik sehingga
kemampuan murid menjadi semakin baik lagi. (b) Agar si murid lebih dapat
terampil membaca not balok, hal ini dikarenakan system pembelajaran
dengan menggunakan media partitur. (c) Murid dapat mengetahui jenisjenis lagu klasik baik itu dari jaman barok hingga renaissance.
Tujuan akhir ialah murid mendapatkan sertifikat sebagai wujud nyata
hasil kemampuan selama belajar di LPM Farabi dan dapat digunakan kelak
baik ketika ia ingin menjadi guru musik atau melanjutkan di tempat kursus
yang lain.
Bentuk Pengajaran
Bentuk pengajaran adalah cara bagaimana guru dan murid
dimassukan ke dalam peristiwa pengajaran.
Beberapa bentuk pengajaran adalah sebagai berikut:
(1) Memberitahukan ialah apabila guru dalam mengajar bersifat
memberitahu saja. Bentuk ini dapat dibedakan atas: (a) Monologis atau
Stractis apabila guru yang aktif, sedang murid hanya mendengarkan saja. (b)
Deiktis, apabila guru banyak memberikan contoh menunjukan, atau
memperlihatkan sedangkan murid hanya mengamati saja.
(2) Membangkitkan ialah apabila guru dalam mengajar dapat
membangkitkan keaktifan murid. Bentuk ini dilaksanakan pada (a) Dialogis
atau socratis apabila guru berusaha mengaktifkan murid baik dengan cara
bertanya ataupun diskusi. (c) Kreatif apabila murid sendiri untuk
mengetahui kelanjutannya dengan atau tidak dengan bimbingan guru.
Langkah Pengajaran
Langkah pengajaran adalah sesuatu susunan dari beberapa bagian dari
suatu bahan pelajaran yang merupakan suatu kesatuan yang berhubunghubungan. Beberapa langkah pengajaran yang ada di LPM Farabi adalah :
Langkah langkah yang digunakan pengajar dalam menyajikan
materi yakni: (1) Pembagian hari belajar dan jadwal belajar. Hari belajar di
LPM Farabi yaitu hari senin sampai sabtu. Sedangkan jadwal belajarnya
bisa bebas dipilih siswa asal masih dalam jam kerja yaitu dari jam 9 pagi
sampai jam 7 malam.. (2) Pemberian materi pelajaran dan penerapan
metode. Dalam menyampaikan materi pelajaran, metode sangatlah
membantu karena dapat mengatasi hal-hal yang dianggap susah, sehingga
dianggap sebagai salah satu alat komunikasi dengan siswa.
Pada siswa tingkat pemula, maka materi yang diajarkan ialah
pengenalan tentang gitar. Itu meliputi seperti dimana terdapat pegs atau
kupingan untuk mengatur nada pada senar, freet, lubang suara, jembatan
atau bridge, saddle dan lain sebagainya. Kemudian pengenalan terhadap jari
kanan dan kiri. Kemudian setelah itu siswa diajarkan bagaimana posisi yang
baik dan benar dalam bermain gitar klasik.
Setelah siswa dianggap mengerti kemudian pengajar memberitahukan
bagaimana cara memetik gitar seperti dengan cara apoyando (bersandar)
atau tirando (bebas). Siswa kemudian diajarkan teori dasar musik dengan
pengenalan notasi dengan nilai notnnya dan tanda diam dengan nilainya.
Setelah bahan yang dirasa cukup bagi siswa maka pengajar sudah bisa
memberikan bahan pelajaran dasar untuk siswa dari buku Farabi yang
meliputi teknik-teknik dasar dalam bermain gitar klasik.
Untuk tingkat menengah metode bertujuan untuk menjelaskan dan
mempraktekan kepada siswa bahan pelajaran yang akan dipelajari ataupun
bahan yang sudah ia lewati sebelumnnya. Siswa juga dituntut untuk cepat
membaca notasi ataupun memeainkannya.
Untuk tingkat mahir maka system pengajarannya bertujuan untuk
membahas bahan yang tentunnya merupakan bahan yang lebih sulit lagi dari
bahan-bahan sebelumnnya dan menggunakan buku dari Farabi.
Gaya Mengajar
Gaya mengajar adalah cara atau metode yang dilakukan si pengajar
dalam menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didiknya. Gaya
mengajar meliputi: (1) Suara, suara sangat mempengaruhi proses
pengajaran. Suara diatur supaya berirama yang menarik dan tidak
membosankan serta dapat didengar di seluruh peserta didik. (2) Pandangan
Mata, yaitui pandangan pengajar hendaknya merata ke seluruh kelas
sehingga dapat mengetahui keseluruhan kegiatan dari murid-muridnya. (3)
Sikap badan, pengajar sebaiknya memperhatikan posisi pada saat di kelas
agar tetap memperhatikan aktifitas seluruh muridnya. (4) Cara menulis,
menulis di papan tulis musli dari atas sebelah kiri, jelas dan terbaca oleh
seluruh murid di kelas. (5) Mimik, raut wajah pengajar hendaknya ramah
tetapi memberi kesan tegas dan berwibawa.
Alat Pelajaran
Alat pelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan untuk
memperlancar jalanyya pelajaran. Ditinjau dari jumlah pemakaiannya
dibedakan atas (a) alat pelajaran perseorangan : dalam hal ini seperti gitar,
buku musik, footstool dll. (b) Alat pelajaran klasikal : papan tulis, spidol,
penghapus dll. Ditinjau menurut jenisnya dibedakan atas : (a) Alat
pelajaran dua dimensi : gambar, (b) Alat pelajaran tiga dimensi : bendabenda, (c) Alat pelajaran proyeksikan : slight, (d) Alat pelajaran audiovisual
: tape, laptop, infokus dll. Ditinjau dari cara pelaksanaanya dapat dikatakan
sebagai alat peraga yaitu alat Bantu yang menunjang keberhasilan dari
proses pengajaran tersebut.
Analisis Materi Pengajaran
Materi pengajaran gitar klasik di LPM Farabi Medan baik kelas Pre L,
Elementer, maupun L 1-6 bersumber dari bahan yang sama yaitu buku dari
LPM Farabi sendiri. Perbedaannya hanya pada penggunaan durasi atau
alokasi waktu untuk masing-masing siswa, dengan perbandingan sebagai
berikut: (a) Grup Pre L ( Usia 12 tahun kebawah ) = 30 Menit. (b) Grup
Elementry sampai L 6 = 45 Menit.
Dalam konteks kelas Pre L, menurut Dino Irwan (Wawancara tanggal
22 Juni 2009 ), materi pelajaran Pre L hanya sebatas pengenalan dasar gitar
seperti pengenalan senar, bagian-bagian gitar, penjarian, dan pengenalan not
serta komposisi sederhana.
Sedangkan untuk tingkat elementer dan level one sampai six pokok
bahasan terdiri dari : (a) teknik, (b) etude, (c) tangganada, (d) pieces. Tujuan
program gitar klasik di LPM Farabi adalah menghasilkan pemain gitar yang
edukatif dan berwawasan seni Untuk teknik dibagi menjadi teknik 1-6
(berdasarkan grade/level) demikian juga dengan etude, tanggnada, dan
pieces. Untuk keterangan lebih lanjut dapat dilihat berikut ini: (1) Level
Elementer ayau level 1: pengenalan dasar gitar;.posisi tangan, duduk, dan
petikan, arpeggio, open string (membaca notasi), tangganada mayor dan
minor dengan arpeggio. Tujuannya dapat memahami dan mampu
memainkan beberapa teknik awal permainan gitar klasik. Memainkan pieces
ringan dalam posisi dasar. Silabus: tahap pertama dalam membaca notasi,
senar bass terbuka, memainkan lagu dengan menggunakan semua senar ke
enam senar terbuka,.notasi pada senar pertama,2,3,4,5, dan 6, posisi duduk ,
petikan tirando dan open string, posisi tangan, arpeggio.
(b) Level 2: mengenal teknik slur, posisi IV, V, VI, VII, memainkan
beberapa etude dari zaman klasik, tangganada mayor dan minor 4 krois dan
4 mol hingga 2 oktaf, memainkan pieces Tujuannya dapat memahami dan
mampu memainkan beberapa etude periode zaman klasik. Dapat memahami
dan mampu memainkan pieces dengan berbagai posisi. Silabus: - M.
Giulliani, M. Carcassi, F.Sor, mengenal slur (Pukul dan tarik) beberapa
ornamen, posisi pada gitar.
(c) Level 3: mempelajari teknik legato dan barre. memainkan etude
periode zaman klasik, tangganada hingga 6 krois dan 6 mol dengan
arpeggio, pieces dari zaman romantic hingga klasik. Tujuannya dapat
memahami dan mampu memainkan beberapa etude periode zaman klasik.
Mampu memainkan pieces dari zaman renaissance hingga zaman romantic..
Silabus: M.Giulliani, M. Carcassi, F.Sor, legato dengan beberapa teknik
tangan kiri, bare penuh dan setengah.
(d) Level 4: teknik tremolo, pengembangan legato dan slur, etude zaman
klasik dan pengenalan etude modern, memainkan tangganada terts, sekt,
oktaf, rrinada dalam beberapa tangganada, memainkan pieces dari zaman
renaissance hingga modern Tujuan: dapat memahami dan memainkan etude
periode zaman klasik dan pengenalan etude periode modern. Dapat
memainkan piecesdari zaman renaissance sampai zaman modern Silabus:M.
Carcassi, M. Giulliani, F.Sor, N. Coste, Hook dan Walker, Tremolo playing,
Legato lanjutan, Slur
(e) Level 5: teknik Advance lanjutan , legato slur, teknik pizzicato,
memainkan etude klasik, romantic, dan modern, tangganada mayor dan
minor dengan berbagai variasi Tujuan: dapat Memahami dan mampu
memainkan etude periode klasik, romantic, dan modern. Dapat memahami
dan mampu memainkan pieces dari zaman renaissance sampai akhir zaman
modern. Silabus: H.V Lobbos, F. Tarrega, F. Sor, N. Coste, Special teknik
lanjutan kedua tangan kanan dan kiri, Legato slur, Barre, Barre dengan
triller, Flageolert, Pizzicato, Harmonic
(f) Level 6:memahami teknik-teknik lanjutan pada gitar klasik,
memahami etude lanjutan periode klasik hingga modern, memainkan pieces
dari zaman barok hingga modern. Tujuan dDapat memahami dan mampu
memainkan etude-etude lanjutan priode zaman klasik dan modern. Dapat
memahami dan mampu memainkan pieces dari zaman barok sampai dengan
modern. Silabus: H.V Lobbos, F. Sor, Hook dan Walker, special teknikteknik lanjutan pada gitar.
Analisis Keberhasilan Pengajaran
Menurut Dino Irwan (wawancara, tanggal 22 Juni 2009). Sistem
ujian dalam pengajaran gitar klasik di LPM Farabi menggunakan standart
dan aturan dari LPM Farabi pusat. Persyaratan bagi penguji haruslah tim
penguji yang didatangkan dari pusat yang diturunkan di masing-masing
wilayah di Indonesia. Tim penguji dari daerah (guru/instruktur di setiap
cabang), berperan sebagai penguji pendamping.
Materi ujian terdiri dari beberapa bagian yaitu: (1) Trangganda
(Scale) atau beberapa etude (2) Lagu wajib,. (3) Lagu pilihan, (4) Sight
playing ( baca cepat ) Dalam hal ini ketiga persyaratan tersebut umumnya
dipilihkan oleh instruktur siswa yang bersangkutan. Umumnya bahan
tersebut dapat berasal dari buku pegangan murid/siswa, kemudian bahan
yang sudah dipilih oleh instruktur dikirim ke Jakarta untuk kemudian
diseleksi apakah sudah sesuai dengan standart kurikulum.
Sostem penilaian atau bobot nilai untuk keseluruhan aspek
penilaian tersebut, ditentukan dengan penjumlahan dari 3 penilaian penguji (
dalam hal ini 3 orang satu dari pusat dan 2 daerah ). Kemudian ke 4 kriteria
penilaian itu dibagi dengan total hasil penilain penguji.
Syarat bagi seorang siswa untuk dapat dinyatakan lulus dan layak
untuk naik ke grade/level selanjutnya ialah tidak mempunyai nilai total
dibawah 60.
Hasil Ujian Murid
Menurut data-data yang tersedia di bagian administrasi LPM Farabi
Medan, saat ini yang mengikuti ujian kenaikan grade/level pada 30 Mei
2009 adalah sebanyak 13 orang sedangkan total keseluruhan murid gitar
klasik berjumlah +/-30 orang sementara kalau dari keseluruhan jumlah
murid LPM Farabi cabang Medan mencapai +/- 200-an orang. Dengan
klasifikasi level yaitu terdiri dari 9 orang level pre L, 3 orang level
elementary, dan 1 orang level 1.
Berdasarkan system penilaian dan tata cara ujian menurut LPM
Farabi Medan, dari ke-13 siswa ( sample penelitian ) ditemukan hasil ujian
atau keberhasilan pengajaran sebagai berikut :
Tabel 1. Daftar kumpulan nilai ujian gitar klasik 30 Mei 2009
NO
1
2
3
NAMA
Evangelina
Bonifesius Triyoga
Julius Iswara
LEVEL
Pre L A
Pre L A
Pre L A
NILAI
73,33
77,66
73,33
HASIL
Naik
Naik
Naik
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Melvin Anggelo Widjaya
Jason Jingga
Miranda Marpaung
Julius Tantono
Anggelyn
Clarisah Marbun
Gabriel
Daniel
Willy Setiawan
Ray Anderson
Pre L A 1
Pre L A 2
Pre L C
Pre L C
Pre L C
Pre L C
Elementer
Elementer
Elementer
Level 1
81,88
83,33
75
76,66
76,66
77,50
73,66
76,66
78,66
81,66
Naik
Naik
Naik
Naik
Naik
Naik
Naik
Naik
Naik
Naik
Berdasarkan hasil ujian di atas maka yang medapatkan nilai
tertinggi di ujian kali ini adalah Jason Jingga dengan nilai 83,33 dan nilai
terendah pada 2 orang siswa yang masing-masing mendapatkan nilai 73,33
ialah Evangelina dan Julius Iswara.
Dari keseluruhan analisis data yang penulis dapatkan, dapat
dikatakan bahwa system pengajaran gitar klasik di LPM Farabi yang
mengacu pada kurikulum LPM Farabi telah mampu mencapai tingkat
keberhasilan yang baik.
Kesimpulan
Berbicara mengenai bentuk pertunjukan, ada banyak bentuknya
yaitu seni pertunjukan tari, drama, dan musik. Dalam hal ini gitar klasik
digolongkan kepada bentuk seni pertunjukan musik.
Pada saat ini pendidikan non formal sangat perlu guna
meningkatkan kualitas mustu sumber daya manusia. Banyak hal yang bisa
didapatkan melalui hal ini, seperti keterampilan khusus yang nantinya dapat
berguna bahkan untuk menjadi sumber nafkah sekalipun.
Saat ini di kota Medan banyak bermunculan kursus-kursus musik
yang seperti cendawan di musim hujan, untuk itu kita harus selektif dalam
memilih tempat kursus yang memang berkredibilitas dalam menawarkan
pendidikan musik. Hal inilah yang saat ini sudah dilakukan oleh LPM
Farabi dengan memberikan fasilitas yang memuaskan bagi siswa yang ingin
mendapatkan pengetahuan tentang musik. LPM Farabi mempunyai
kurikulum yang dirancang oleh para pakar di bidangnya yang bersifat
kalangan sendiri serta didukung oleh para pengajar yang berkredibilitas di
bidangnya di kota Medan, serta didukung oleh sarana dan prasarana yang
representative.
Secara umum faktor kemampuan mambaca notasi adalah salah satu
tujuan daripada sebuah lembaga kursus musik diadakan. Hal inilah yang
membedakan seorang yang mendapatkan pengetahuan formal musik dengan
yang hanya mendapatkannya secara alamiah atau otodidak. Selain itu
dengan belajar di institusi formal musik siswa juga bisa mengevaluasi hasil
belajarnya melalui ujian yang diadakan dan pada akhirnya akan
mendapatkan sebuah sertifikat yang merupakan sebuah hasil yang akan
diperoleh setelah menempuh pendidikan di institusi formal musik. Dengan
ini juga nantinnya dapat digunakan jika ingin menjadi pengajar kelak.
Berdasarkan analisa dan pengolahan data yang dilakukan selama
penelitian, penulis menarik kesimpulan dan memberikan beberapa hal yang
dianggap penting sebagai bahan masukan dalam peningkatan metode
pengajaran gitar klasik di LPM Farabi kota Medan.
Adapun kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut sebagai
berikut : Kemampuan murid di LPM Farabi dalam memainkan alat musik
gitar klasik cukup baik. Ini bisa dilihat dari hasil ujian siswa yang
mendapatkan hasil yang memuaskan, LPM Farabi telah berhasil
melakasanakan metodenya dalam pelaksanaan pengajaran gitar klasik hal
ini dilihat dari hasil penelitian yang menunjukan bahwa hasil ujian murid
mendapatkan hasil yang baik dan memuaskan.
Metode pengajaran di LPM Farabi yang menurut analisis penulis sangat
membantu siswa dalam mengikuti pelajaran yang diberikan oleh pengajar.
Metode yang digunakan antara lain adalah : Metode demonstrasi yaitu
metode pengajar dengan pengajar memberikan contoh kepada murid agar
murid bisa melihat cara memainkan yang baik dan bisa memainkannya ;
Metode ceramah yaitu metode ceramah ini bertujuan agar murid dituntut
agar selalu memperhatikan guru pada saat proses belajar mengajar
berlangsung ; Metode pemberian tugas yaitu metode ini dilakukan agar
murid tetap berlatih di rumah dengan tugas yang diberikan yaitu beberapa
lagu yang dipilih instruktur untuk dilatih di rumah dan di demonstrasikan
pada pertemuan selanjutnya.
Sistem pengajaran di LPM Farabi dengan menggunakan sistem metode
ceramah, metode demonstrasi dan pemberian tugas, ternyata mampu
memberikan motifasi yang sangat tinggi pada siswa untuk mempelajari
bahan pelajaran yang diberikan pengajar.
Keberhasilan LPM Farabi dalam pelaksanaan metode pengajaran gitar
klasiknya sangat didukung oleh kemampuan pengajar yang memiliki latar
belakang pendidikan dalam bidang pengajaran gitar klasik. Keberhasilan
LPM Farabi juga dapat dilihat dari berhasilnya mereka menciptakan murid
yang berkualitas dan terampil serta kreatif. Berdasarkan wawancara dengan
Bpk Dino Irwan (22 Juni 2009) dari hasil ujian kenaikan grade maka
kesimpulan yang dapat dianalisis adalah sebagai berikut : Murid mampu
memainkan lagu dengan baik dan benar seperti yang diajarkan ; Mayoritas
peserta ujian kenaikan grade gitar klasik cukup baik dari segi hasil dengan
nilai yang cukup baik ( dapat dilihat dari table) dan dinyatakan lulus semua ;
Di saat ujian rata-rata murid tidak terlalu canggung dalam memainkan lagu
dan meski yang menguji bukanlah dari LPM Farabi Medan tetapi penguji
langsung dari LPM Farabi pusat ; Bahwa LPM Farabi menciptakan sebuah
ikon yaitu tokoh musik islam Al Farabi yang agak berbeda dengan
kelompok LPM lain yang memuat nama berdasarkan nama kota, nama
tokoh yang bersangkutan, merek alat musik, dsb. Hal ini merupakan
terobosan besar dari jack Lesmana dan Dwiki Darmawan.
Daftar Pustaka
Ahmadi, Abu dan Uhbiyati, Nur. 2005. Ilmu Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta
Ali, Muhammad. 2006. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka
Amani.
Banoe, Panoe. 1984. Pengantar Pengetahuan Alat Musik. Jakarta: C.V. Baru
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. 1995.
Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Hamalik, Oemar. 2002. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.
Jakarta: Bumi Aksara.
Hamdju Atan dan Windawati Armilla. 1981. Pengetahuan Seni Musik, Jakarta:
Mutiara.
Harahap,Irwansyah. 2004. Alat Musik Dawai. Medan: Lembaga Pendidikan
Seni Nusantara.
Gulo, W. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Gramedia Widiasarana
Indonesia
Iryanto, Tata Soeharto. 1989. Kamus Bahasa Indonesia Terbaru. Surabaya:
Indah.
Ikip Surabaya (Team). 1989. Pengantar Didaktik Metodik Kurikulum
PBM. Jakarta: C.V. Rajawali.
Koentjaningrat (Ed.) . 1977. Metode - Metode Penelitian Pada Masyarakat.
Jakarta : Gramedia.
Kodijat, Latifah. 1983. Istilah-istilah Musik. Jakarta : Penerbit Djambatan.
Koizumi. T. 1982. Guitar Course Fundamental. Jakarta : Yamaha Music
Foundation.
Kristanto,Jubing.2005. Gitarpedia Buku Pintar Gitar. Jakarta. Gramedia
Merton,R.K.,P.L.Kendall.194F6. The Focusd Interview American Journal Of
Sociology. LI:Hlm.541-557
Merriam, Alan P. 1964. Anthropology Of Music. Bloomington, Indiana :
University Press.
Nettl, Bruno. 1964. Theory And Method In Ethnomusicology. New York :
The Free Press-4 Division od Me Willau Pulishing Co.,Inc.
Roucek & Waren. 1984. Pengantar Sosiologi Terj Drs. Sahat Simamora. Jakarta :
Bina Marga
Sagala, Syaiful, H. 2006. Konsep Dan Makna Pengajaran. Bandung : Alfabeta.
Silitonga, Timawar, 2003. Metode Pengajaran Ensamble Musik Anak
Sekolah Minggu HKBP Di Sanggar Anugrah jalan Barowati
No.4 Medan. Skripsi : Unimed
Syah, Muhibin. 1995. Psikologi Pendiidkan Dengan Pendekatan Baru. Bandung :
P.T Remaja Rodaskarya.
Takari, Muhammad. 2008 . Manajemen Seni. Medan : Studia Kultura.
Takari, Muhammad, 1993. “Estetika dalam Kesenian Melayu,” dalam Studia
Kultura, Jurnal Ilmih Ilmu-ilmu Budaya. Medan: Studia Kultura.
Tarigan, Robert V. 2008. Peranan Pendidikan Non Formal Memberdaya-kan
Ekolem. Dalam, Analisa, 20 desember 2008. Medan.
Tirtarahardja, Umar dan Sulo, L.S. 2005 . Pengantar Pendidikan. Jakarta : Raneka
Cipta.
www . wikipedia. com
www. Partiture. org
www. Gitaris.com
www. Artis.inilah.com
www.tamanismailmarzuki.com
Daftar Informan
Dino Irwan, 37 Tahun, alamat: Jl. Lemon No. 88 A Komp. Cemara Asri Medan,
pekerjaan: pimpinan LPM Farabi Medan
Darwin Manalu, S.Sn., 28 tahun Alamat: Jl. Sei Kapuas No. 91, pekerjaan:
instruktur gitar klasik
Philip Sitompul, 57 tahun alamat: Jl Pelangi No. 8, pekerjaan seniman, instruktur
gitar klasik.
Ronald Pasaribu, S.Sn., 25 tahun, alamat
Jl. Sei Kapuas No. 91,
pekerjaan:instruktur gitar.
Wonter Purba, S.Sn, 28 tahun, alamat Medan, pekerjaan: instruktur gitar
Harry Dikana Situmeang, S.Sn., 41 tahun, alamat Jalan Danau Marsabut No. 43,
pekerjaan: dosen Universitas HKPB Nommensen
Drs. Muhammad Takari, M.A, Ph.D., 45 tahun, alamat Dusun 1 Tanjung Morawa,
Dosen Etnomusikologi, USU
Tentang Penulis
Nikanor Permata Itiniari Sitompul, adalah seorang sarjana seni, tamatan
Departemen Etnomusikologi, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara,
medan, pada tahun 2009, Tulisan ini adalah cuplikan dari skripsi (tugas
akhir) sarjana seni beliau, yang telah diluluskan oleh Departemen
Etnomusikologi, Gakultas Satara, USU.
Etnomusikologi, Nomor 10, Tahun 5, Oktober 2009
ISSN: 1858-4721
GONDANG BATAK TOBA
DI TENGAH ISU GLOKALITAS:
MAKNA, KONTEKS, DAN
DISEMINASI BUDAYA14
Irwansyah Harahap
Dosen Etnomusikologi
Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara
Abstract
This paper will discuss three major subjects of gondang music of the
Toba Batak of North Sumatra in the context of glocality culture issues.
First is about gondang music within the Toba Batak philosophical
meaning and cultural context; second is about gondang music related to
issue of continuity and change; and third is about dessimination of
gondang music toward outside cultures. Historical development of uninguningan opera Batak music and musik tiup as well will also be discussed
in relation to its stylistic approaches and performances.
Pengantar
Tulisan ini berisi tiga subyek pembahasan yakni: (1) gondang dalam
perspektif makna dan konteks lokal-kultural masyarakat Batak Toba; (2)
makna dan konteks gondang dalam kaitannya dengan isu kontinuitas dan
perubahan budaya; dan (3) gondang Batak Toba dalam konteks desiminasi
(persebaran) budaya; dalam hal ini terkait dengan dunia ilmu pengetahuan
dan warisan budaya ekspresif musik dunia. Dalam tulisan yang singkat ini,
tentu saja, pembaca tidak akan memperoleh ulasan yang komprehensif
tentang fenomena yang akan didiskusikan, akan tetapi setidaknya dapat
memberi gambaran tentang bagaimana gondang—tidak hanya sebagai
kekayaan khasanah peradaban musik masyarakat Batak Toba, akan tetapi
14
Tulisan ini merupakan satu kertas kerja yang telah dipresentasikan pada acara
“Seminar Sehari Pelestarian Seni dan Budaya Batak Toba,” yang dilaksanakan oleh Dinas
Pariwisata Seni dan Budaya Kabupaten Toba Samosir; Balige pada tanggal 6 Agustus 2008.
juga sebagai unikum warisan peradaban musik dunia—agar dapat difahami,
dipelihara, dan diaktualisasikan dalam berbagai konteks kebutuhan
kehidupan pada saat ini dan di masa datang.
Gondang
Dalam masyarakat tradisional Batak Toba, musik (gondang) memiliki
peranan yang penting dalam aktivitas kehidupan mereka, tidak hanya dalam
memenuhi berbagai kebutuhan sosialnya, tetapi juga meliputi berbagai hal
terkait dengan hal yang bersifat spiritual. Gondang utamanya dimainkan
dalam kaitannya dengan berbagai ritual dan upacara keagamaan lokaltradisional. Disamping gondang juga dapat dipertunjukkan di dalam konteks
aktifitas seremonial adat. Pentingnya peranan musik ini dapat dilihat dari
salah satu filosofi dasar spiritual masyarakat Batak Toba tradisional yang
menganggap bahwa, gondang merupakan alat/media utama untuk mencapai
dan membangun hubungan antara manusia dan Sang Pencipta (Mulajadi Na
Bolon).
Pentingnya peranan musik pada masyarakat Batak Toba juga dapat
dilihat dari bagaimana cara mereka menempatkan para pemusik, khususnya
pemain sarune dan pemain taganing, terutama dalam berbagai kegiatan
upacara yang ada. Para pemusik dianggap sebagai figur manusia yang
“sejajar” dengan dewa, dengan sebutan Bataraguru Manguntar untuk
pemain sarunei bolon dan bataraguru humundul untuk pemain taganing.
Falsafah ini tergambar seperti yang terdapat dalam ungkapan berikut:
Amang panggual pargonsi nami, Bataraguru Humundul, Bataraguru
Manguntar, na sinungkun botari, na nialapan arian, parindahan na suk-suk,
parlompan na tabo, parlualuhon na tingkos, partarias na malo, ndang dope
hu dok nunga ibotoho. Bahen hamu ma gondang …
Artinya:
Bapak para pemusik yang terhormat, Bataraguru Humundul,
Bataraguru Manguntar, yang ditanya di waktu sore, yang dijemput di waktu
siang, orang yang menikmati makanan yang lezat, orang yang menikmati
lauk-pauk yang nikmat, penyampai pesan yang jujur, pemikir yang cerdas,
tak perlu kusebutkan engkau telah mengetahui [maksudnya gondang apa
yang akan dimainkan]. Mainkanlah gondang …)
Kedua sebutan ini menunjukkan satu penghormatan yang tinggi
terhadap status sosial-spiritual khususnya untuk pemusik sarune bolon dan
taganing. Sebagai konsekuensi dari status sosial-spiritual yang demikian
tinggi diberikan pada seorang pemusik, di masyarakat Batak Toba seorang
pemusik gondang tidak hanya dituntut kemampuan individunya dalam
menguasai kemampuan bermusik secara praktis, lebih dari itu ia juga harus
mampu menguasai berbagai pengetahuan yang terkait dengan berbagai
bentuk hubungan sosial/adat serta berbagai hal yang terkait dengan dunia
spiritual dari masyarakatnya. (Lihat Harahap 1991 dan 1994).
Masyarakat Batak Toba juga menempatkan alat musik sarune pada
kedudukan yang tertinggi di antara keseluruhan alat musik Batak Toba.
Seperti sebuah filosofi Batak Toba yang mengatakan bahwa,”sarune
marhata-hata,” yang secara harafiahnya berarti ”sarune berkata-kata.”
Filosofi ini memiliki makna bahwa sarune membawa semacam pesan yang
harus diperhatikan, yakni sebagai “berkat yang Kuasa;” suara sarune
dianggap sebagai manifestasi “nafas kehidupan” (Harahap 1990:24;
1994:14; dan Simbolon 1994: 5).15
Di berbagai upacara tradisional yang ada, ke dua jenis ensambel musik
gondang biasanya dimainkan seiring dengan aktifitas tortor, yaitu bentuk
tarian yang tergolong tarian ritual/sosial kolektif. Sebelum ensambel musik
gondang dan tor-tor dimulai, biasanya salah seorang dari penari (panortor)
akan bertindak terlebih dahulu sebagai paminta gondang. Paminta gondang
adalah orang yang berperan memimpin kelompok para penari untuk
meminta gondang (lagu) apa yang akan dimainkan. Masing-masing
kelompok panortor yang umumnya akan mendapat giliran secara bergantian
memiliki paminta gondangnya sendiri. Prasyarat bagi seorang paminta
gondang adalah ia harus memiliki pengetahuan tentang gondang yang akan
diminta, hal ini berkaitan dengan kepentingan dan tujuan dari ritual ataupun
upacara yang dimaksudkan.
15
Aktivitas musik di luar kegiatan yang bersifat seremonial-komunal juga dapat
dijumpai di masyarakat Batak Toba, termasuk di dalamnya bentuk-bentuk nyanyian (ende)
maupun musik instrumental yang cenderung dimainkan secara solo (uning-uningan). Bentukbentuk nyanyian tradisional Batak Toba yang ada diantaranya adalah andung (nyanyian
kematian/lament); turi-turian (nyanyian bercerita/naratif); ende mandideng (nyanyian
menidurkan anak/lullaby); ende tumba (bentuk nyanyian dan tari muda-mudi); dan ende
sibaran (nyanyian ungkapan penderitaan). Jenis alat musik yang penggunaannya tergolong
pada jenis instrumen solo diantaranya adalah sulim (sejenis suling bambu), saga-saga
(sejenis genggong terbuat bambu), sidideng (sejenis rebab dua dawai), tanggetang (sejenis
idiokord bambu), talatoit/tulila (jenis suling bambu dengan satu lubang hembusan dengan
sisi kanan dan kiri terbuka), dan juga hasapi (sejenis alat petik duan senar). Beberapa
diantara alat musik yang ada kadangkala dipakai sebagai pengiring nyanyian. Pengunaan
maupun pertun-jukan permainan alat-alat musik solo seperti saga-saga, talatoi/tulilat,
tanggetang, maupun sidideng sudah sangat jarang dapat dijumpai lagi pada saat ini di
masyarakat Batak Toba.
Tradisi Gondang Batak Toba: Keberlanjutan dan Perubahan
Perubahan mendasar yang terjadi dalam dinamika keberlangsungan
kehidupan tradisi gondang pada masyarakat Batak Toba dapat ditandai
dengan masuknya agama Kristen ke tanah Batak. Misionarisasi Kristen di
tanah Batak telah dimulai sejak tahun 1860-an. Sejak saat itu, berbagai
pertunjukan tradisi gondang secara praktis mulai dibatasi dan dalam
beberapa kasus dilarang sama sekali. Pembatasan dan larangan ini
khususnya dikenakan pada masyarakat Batak Toba yang telah beralih ke
agama Kristen.
Pembatasan oleh pihak gereja pada awalnya dilakukan dengan adanya
sejumlah kompromi seperti, musik gondang hanya boleh dimainkan pada
acara-acara tertentu yang “hanya” berkaitan dengan aktivitas sosial, seperti
dalam upacara adat, perkawinan; dan itupun harus mendapat izin dari pihak
gereja. Sedangkan hal yang sama sekali dilarang oleh pihak gereja adalah
berbagai elemen ritual atau upacara yang dianggap terkait dengan
kepercayaan lama masyarakat Batak Toba. Dengan adanya pelarangan
terhadap aktifitas musik gondang, para misionaris Kristen pada waktu itu
sebaliknya memperkenalkan jenis ensambel musik tiup Barat (brass music)
kepada masyarakat Batak Toba16.
Akibat lainnya yang muncul dari pergulatan sosial yang terjadi di
masyarakat Batak Toba disebabkan pengaruh perubahan yang terjadi adalah
munculnya gagasan-gagasan kreatif di dalam arah perkembangan genre
musik maupun ensambel musik yang ada. Uning-uningan opera Batak dan
musik tiup adalah dua contoh genre musik yang muncul di tanah Batak
yang mana ke dua genre musik ini memiliki arti yang penting dalam
perjalanan kebudayaan musik Batak Toba hingga kini. Hal yang menarik
adalah ke dua genre musik ini masih memiliki keterkaitan yang cukup erat
dengan tradisi musik gondang, tradisi nyanyian maupun alat-alat musik
yang berasal dari aktifitas budaya lainnya yang terdapat di masyarakat
16
Berbagai perubahan dan penyesuaian yang terjadi akibat pengaruh Kristenisasi pada
masyarakat Batak Toba dapat ditandai seperti misalnya: 1) Pengetahuan akan repertoarrepertoar gondang khususnya yang berkaitan dengan ritual kepercayaan lama semakin
hilang; 2) Sebutan atau julukan untuk pemain musik (sarune dan taganing) dengan panggilan
Batara Guru, sebutan yang disejajarkan dengan dewa sudah jarang digunakan. Panggilan
yang lebih umum untuk menyebutkan pemusik yaitu “pargonsi.” 3) Pengetahuan masyarakat
Batak Toba, khususnya para pemusiknya terhadap gondang semakin berkurang; dan 4)
Terjadinya pergeseran fungsi dan penggunaan gondang Batak Toba menjadi lebih sekular
seperti misalnya pada konteks perayaan-perayaan pesta pembangunan gereja.
Batak Toba. Di samping itu, prilaku maupun estetika musik yang terdapat
pada genre musik uning-uningan opera Batak maupun musik tiup juga
masih memiliki kedekatan yang cukup erat dengan karakteristik musik yang
terdapat pada tradisi gondang.
Ensambel uning-uningan opera Batak17, pada awalnya merupakan
penggabungan dari beberapa alat musik yang terdapat pada ensembel
gondang sabangunan, gondang hasapi, dan uning-uningan, ditambah
dengan tradisi musik vokal yang ada pada masyarakat Batak Toba.
Sementara untuk bentuk-bentuk tarian yang ditampilkan diangkat dari
tradisi tor-tor (“tarian adat/sosial”) maupun tradisi tumba (jenis tarian
hiburan muda-mudi) yang terdapat di masyarakat Batak Toba. Pada masamasa selanjutnya ensambel musik opera Batak juga telah mengadopsi alatalat musik lainnya di luar budaya alat musik Batak Toba, seperti alat musik
gambang besi dari Jawa.
Munculnya fenomena musik tiup pada awalnya sedikit berbeda dengan
yang terjadi pada sejarah munculnya opera Batak. Sejak adanya pelaranganpelarangan terhadap upacara ritual tradisi--termasuk gondang dan
penggunaan setiap elemen dari musik tradisi--masyarakat Batak Toba mulai
beralih ke penggunaan elemen Barat yang diperkenalkan dan diajarkan oleh
para misionaris Kristen. Satu metode yang dipakai oleh para misionaris
Kristen adalah dengan mengajarkan musik Barat, seperti harmoni Barat,
khususnya dalam konteks kegiatan gereja. Musik yang digunakan dalam
kegiatan-kegiatan gereja diambil dari berbagai himne (seperti karya Bach
dan Handel) yang diterjemahkan ke dalam bahasa Batak Toba. Untuk
kegiatan prosesi keagamaan, ensambel musik yang digunakan adalah musik
tiup (brass music).
Sejak tahun 1970-an ensambel musik tiup, yang pada mulanya lebih
sering digunakan di dalam aktifitas musik liturgi gereja, telah pula mulai
dipakai untuk upacara ritual Batak Toba menggantikan peran ensambel
gondang. Fenomena ini awalnya muncul di tengah-tengah komunitas
masyarakat Batak Toba Kristen yang berdiam di wilayah perkotaan. Format
ensambel musik tiup yang pada awalnya hanya terdiri dari perangkat alat
tiup saksofon, trumpet, trombon, basson, dan drum-set, pada masa ini telah
17
Masyarakat Batak Toba sendiri menganggap dan menyadari bahwa jenis musik
maupun ensambel ensambel musik opera Batak tidak sama dengan musik atau ensambel
gondang. Pandangan ini kelihatannya cukup beralasan karena pertunjukan opera Batak
sendiri dianggap sama sekali tidak berhubungan dengan aktifitas sosial adat ataupun ritual
sebagaimana peranan yang terdapat pada ensambel gondang, kecuali dianggap sebagai
hiburan semata.
ditambah dengan alat musik keyboard elektrik, bas elektrik, serta alat-alat
musik Batak Toba seperti sulim, hasapi, garantung, dan taganing. Pada
masa ini, hampir di setiap upacara perkawinan ataupun upacara kematian
(khususnya dalam upacara saur matua) di masyarakat Batak Toba, musik
tiup digunakan sebagai ensambel musik yang mengiringi kegiatan upacara.
Ensambel Musik Gondang
Di masyarakat Batak Toba terdapat dua jenis ensambel musik, yakni
gondang hasapi dan gondang sabangunan. Ensambel gondang hasapi
merupakan salah satu bentuk ensambel musik yang terdapat di masyarakat
Batak Toba. Ensambel musik ini terdiri dari alat-alat musik, yakni sarune
etek/hetek (sejenis alat tiup berlidah tunggal); dua buah hasapi (sejenis lut
petik dua senar), yakni hasapi ende atau kadangkala disebut juga dengan
hasapi taganing dan hasapi doal; garantung (sejenis ksilofon dengan lima
bilah-nada); dan hesek (sejenis perkusi terbuat dari plat besi atau botol
kaca). Di masyarakat Batak Toba, ensambel gondang hasapi dianggap
sebagai bentuk ensambel musik yang “lebih kecil,” dimana penggunaannya
umumnya terbatas pada ruang yang lebih kecil dan tertutup (indoor
ensamble).
Ensambel gondang sabangungan terdiri alat-alat musik, yaitu: sarune
bolon (jenis alat tiup berlidah ganda); taganing (lima buah gendang rak
bernada dengan muka satu sisi); gordang bolon (gendang-bas dengan muka
satu sisi); ogung (empat buah gong berpencu terdiri dari oloan, ihutan, doal
dan panggora); dan hesek (plat besi atau botol kaca). Sebuah alat musik
lainnya, cukup jarang pada saat ini dijumpai dalam pertunjukkannya, adalah
odap (jenis gendang kecil dengan muka dua sisi)18.
18
Menurut beberapa sumber musisi tradisional Batak Toba mengatakan bahwa
penggunaan alat musik ini sangat terbatas dan hanya diperuntukkan dalam upacara-upacara
ritual tertentu saja. Odap dianggap alat musik yang tergolong “sakral.” Penggunaan alat
musik ini, sebagai contoh, bisa ditemukan dalam ritual yang dilakukan oleh komunitas
masyarakat Parmalim Batak Toba pada upacara Sipaha Lima.
Foto 1. Gondang Hasapi
(foto dokumentasi penulis)
Foto 2. Gondang Sabangunan
(foto dokumentasi penulis)
Uning-Uningan Opera Batak
Uning-uningan Opera Batak
merupakan satu genre musik
hiburan yang terdapat pada pertunjukan teater Opera Batak. Opera Batak
merupakan satu bentuk pertunjukan teater keliling yang muncul di tengah
orang Batak Toba di sekitar tahun 1928an. Munculnya bentuk kesenian ini
diprakarsai oleh Tihang Gultom dan beberapa seniman Batak Toba lainnya.
Dari sisi format ensambel musiknya, uning-uningan opera Batak pada
awalnya merupakan sebuah penggabungan bebagai alat-alat musik, baik
yang terdapat pada kedua jenis ensambel tradisi gondang sabangunan dan
gondang hasapi, maupun jenis-jenis alat musik tunggal yang ada.
Fungsi dari permainan ensambel musik pada pertunjukan opera Batak
biasanya dapat berupa ilustrasi musikal dari cerita yang dibawakan; atau
transisi dalam mengantar tiap babakan cerita; atau juga sebagai pertunjukan
yang berdiri sendiri sebagai awal, jeda, atau penutup dari sebuah cerita.
Pada pertunjukan Opera Batak, alat-alat musik yang terdapat pada ensambel
uning-uningan opera Batak umumnya dimainkan secara bersama-sama,
baik dalam bentuk musik instrumental ataupun mengiringi nyanyian.
Namun, beberapa dari alat-alat musik yang ada, seperti sulim, tulila,
ataupun hasapi, dapat juga dimainkan sebagai alat musik solo19.
Pada masa-masa perkembangan selanjutnya, formasi ensambel
musik yang terdapat pada musik opera Batak juga menggunakan alat-alat
musik berasal dari luar budaya musik Batak, misalnya alat musik gambang
(sejenis metalofon) yang berasal dari Jawa, biola, atau juga perangkat gitar
elektrik, bas elektrik dan drumset. Demikian pula dengan repertoarrepertoar lagu yang dibawakan, tidak hanya berupa nyanyian maupun gaya
musik yang cenderung bercirikan budaya musik Batak Toba, akan tetapi
juga nyanyian-nyanyian yang berasal dari luarnya.
Musik Tiup
Musik tiup adalah sebuah genre musik lainnya yang cukup penting
terdapat di tengah masyarakat Batak Toba pada saat ini. Sebagaimana yang
telah dijelaskan sebelumnya pada pembahasan mengenai kehidupan musik
di dalam masyarakat Batak Toba, musik tiup pada awalnya hanya
digunakan terbatas pada aktifitas terkait dengan musik liturgi gereja. Di
tahun-tahun 70-80an, pertunjukan musik tiup—dengan formasi alat-alat
musik brass terdiri dari trumpet, saksofon, trombon dan tuba dan sebuah
gendang tambur—mulai ditampilkan dalam acara-acara perkawinan ataupun
acara kematian. Salah satu kelompok yang terkenal pada waktu itu adalah
kelompok „Tambunan Musik“ yang berasal dari wilayah Laguboti di
kabupaten Tapanuli Utara (sekarang menjadi kabupaten Toba-Samosir),
kemudian pindah dan menetap di kota Pematang Siantar. Konteks lagu-lagu
yang dimainkan kebanyakan diambil dari lagu-lagu gereja dan beberapa
diantara juga diambil dari lagu-lagu rakyat yang berasal dari Batak Toba.
19
Menurut Marsius Sitohang--salah seorang pemusik Opera Batak anak kandung dari
Mangumbang Sitohang (seorang pemusik Opera Batak yang hidup dan bermain di dalam
kelompoknya Tilhang Gultom pada masa awal terbentuknya Opera Batak)— pada lakonlakon cerita tertentu di dalam pertunjukan opera Batak, misalnya cerita tentang “Raja
Sisingamanga Raja,” format ensambel gondang sabangunan ditampilkan sebagaimana yang
terdapat dalam tradisi Batak Toba.
Perkembangan dari genre musik tiup Batak Toba selanjutnya adalah
munculnya „tren“ penggabungan dari alat-alat tradisional musik Batak Toba
(uning-uningan) ke dalam ensambel musik tiup. Pada awalnya, alat-alat
musik uning-uningan yang diperkenalkan adalah sulim dan hasapi. Gerakan
penggabungan alat-alat musik tradisional Batak Toba ke dalam ensambel
musik tiup diprakarsai oleh dua orang bersaudara Marsius Sitohang dan
Sarikawan Sitohang di sekitar awal tahun 1990an20. Disamping lagu-lagu
yang dibawakan berupa lagu-lagu himne gereja dan lagu-lagu rakyat Batak
Toba sebagaimana yang dimainkan pada formasi ensambel musik tiup yang
awal, beberapa dari lagu-lagu opera Batak juga mulai diperkenalkan lewat
ensambel musik ini gabungan ini21. Di dalam perkembangan selanjutnya,
formasi alat-alat musik yang terdapat pada ensambel musik tiup dilengkapi
lagi dengan unsur alat-alat musik tradisional Batak Toba lainnya, seperti
garantung, taganing, dan ogung, serta tambahan alat-alat musik elektrik
lainnya seperti keyboard elektrik, bas elektrik, dan drum set.
Di samping bentuk pertunjukan ensambel musik tiup dengan formasi
gabungan, pada saat ini pertunjukan musik tiup juga telah sering disertai
dengan pertunjukan ensambel musik gondang sabangunan. Meskipun para
pemusiknya pada umumnya sama, namun ke dua jenis ensambel dimainkan
secara terpisah. Kebutuhan atas penggunaan ke dua jenis ensambel ini pada
upacara-upacara tertentu di masyarakat Batak Toba pada saat ini umumnya
lebih pada alasan sosiologis. Seperti yang dikatakan Marsius Sitohang,
„kadangkala sebagian orang yang ada di dalam upacara menginginkan
diiringi dengan musik [maksudnya: musik tiup], sebagian yang lain
20
Di era tahun 1985an, Marsius Sitohang dan Sarikawan Sitohang cukup dikenal di
tengah masyarakat Batak Toba. Marsius Sitohang dan Sarikawan Sitihang dikenal lewat
permainan musik-musik instrumental sulim dan hasapi pada album-album musik komersil di
bawah label industri “musik pop daerah. ”Rekaman dilakukan di studio musik Top Record
yang ada di kota Medan. Lagu-lagu yang dibawakan pada umumnya adalah lagu-lagu yang
terdapat pada musik opera Batak, dimana lagu-lagu tersebut diiringi dengan ensambel band
elektrik. Dari album-album yang dihasilkan Marsius Sitohang dan Sarikawan selanjutnya
dikenal dengan sebutan “Si Raja Seruling [sulim] dan Kecapi [hasapi]”. Gaya musik mereka
dapat dikatakan menjadi “ikon virtuositas” untuk permainan alat musik sulim dan hasapi bagi
para pemusik Batak Toba lainnya. Pada masa-masa itu, Marsius Sitohang dan Sarikawan
Sitohang cukup sering diundang oleh industri rekaman untuk mengisi album-album rekaman
baik di Medan maupun di Jakarta.
21
Tidak terdapat istilah yang khusus untuk menyebut bentuk ensambel gabungan antara
formasi musik tiup yang awal dengan alat musik uning-uningan yang ada. Namun dalam
praktik pertunjukannya, kadangkala dipakai istilah “musik tiup campur” untuk menyebutkan
jenis ensambel tersebut
menginginkan gondang sabangunan. Kami, para
menyesuaikan dengan permintaan yang punya acara.“22
pemusik
hanya
Foto 3. Musik Tiup
(foto dokumentasi penulis)
Lagu-lagu yang dibawakan di dalam ensambel musik tiup pada saat
ini juga sangat beragam, mulai dari himne-himne gereja, lagu-lagu rakyat
Batak Toba, lagu-lagu opera Batak, hingga lagu-lagu populer yang
berkembang berasal dari luar Batak Toba. Kesemua lagu-lagu yang
dibawakan pada umumnya berkaitan dengan upacara-upacara adat Batak
Toba, baik pada perayaan perkawinan ataupun pada ritual kematian.
Gaya Musik Uning-Uningan Opera Batak dan Musik Tiup
Permainan lagu-lagu maupun musik pada opera Batak pada dasarnya
sangat dekat dengan tradisi musik gondang, baik dari sisi tekstural,
penggarapan musik, maupun berbagai idiom lainnya. Persamaan ini dapat
dilihat terutama pada karya-karya musik yang awal di dalam opera Batak.
Akan tetapi, salah satu perbedaan yang cukup menonjol dalam permainan
uning-uningan opera Batak adalah penggunaan tangganadanya. Jika pada
tradisi musik gondang karakteristik tangganada cenderung tergolong pada
pentatonik, di dalam uning-uningan opera Batak tangganada yang
digunakan tidak hanya dalam bentuk pentatonik saja, akan tetapi juga
menggunakan wilayah nada yang lebih luas lagi. Salah satu bentuk tangga
22
Wawancara dengan Marsius Sitohang tanggal 15 November 2004.
nada yang cukup umum digunakan adalah tangga nada yang hampir mirip
dengan diatonis Barat.
Ciri garapan musik uning-uningan opera Batak juga dapat ditandai
dengan bentuk permainan yang lebih performatif, dimana setiap pemusik
lebih menenkankan pada “keahlian” dari masing-masing alat musik yang
dikuasai. Dengan sendirinya, gaya musik yang terbentuk terkesan lebih
individual dan bervariasi, dimana kecenderungan yang terjadi pada gaya
permainan gondang terkesan lebih komunal dengan sedikit kemungkinan
variasi individual. Gaya permainan musik dalam ensambel musik tiup juga
memiliki cukup kedekatan dengan tradisi gondang, terutama pada jenis
lagu-lagu yang disadur dan dikembangkan dari repertoar lagu gondang
ataupun uning-uningan opera Batak.
Gondang Batak Toba dan Diseminasi Budaya
Dalam diskursus keilmuan, gondang Batak Toba mulai diteliti dan
diulas oleh Artur Simon (1984), Ben M. Pasaribu (1986) dan Irwansyah
Harahap (1991, 1994, 2008). Dari ketiga pengalaman peneliti tersebut
musik gondang baru mulai dapat diketahui dan difahami, tidak hanya pada
hal-hal yang bersifat filosofis, akan tetapi juga secara teknis-musikologis.
Pendalaman terhadap kajian mengenenai gondang semakin terbuka
setelah didirikannya Departemen Etnomusikologi di Fakultas Sastra USU
Medan di tahun 1979. Pada tahun 1985an Departemen Etnomusikologi
USU merekrut seorang pemusik tradisi Batak Toba, Marsius Sitohang,
untuk mengajarkan tradisi musik Batak Toba untuk mahasisiwa/i yang
belajar di sana. Beberapa tulisan mengenai gondang serta konteks upacara
di masyarakat Batak Toba relatif banyak dikerjakan, meski baru terhenti
pada sebuah tulisan skripsi sarjana.
Eksibisi pertama pertunjukan musik tradisi Batak Toba (gondang,
uning-uningan opera Batak, dan tarian tor-tor) ke manca negara salah
satunya adalah pada event Tongtong Fair di Den Haag, Belanda pada tahun
1997 lewat Lembaga Kesenian Sumatera Utara. Di tahun 1999, grup yang
sama melanglang Eropa (Belanda, Belgia, dan German. Sejak itu
pertunjukan musik gondang semakin sering ditampilkan pada publik dunia,
salah satu yang monumental adalah dipilihnya rombongan musik Batak
Toba sebagai proyek promosi wisata kebudayaan KIAS (Kebudayaan
Indonesia di Amerika Serikat) di tahun 1991, dimana musik gondang
ditampilkan di beberapa kota besar di Amerika Serikat.
Dalam konteks budaya musik dunia, musik gondang Batak Toba telah
memberi sumbangan yang unik terutama dalam keunikan jenis-jenis
instrumentasi yang dimiliki. Taganing, dalam istilah musik dikenal dengan
istilah gendang rak bernada (drumchimes), hanya dapat ditemukan di tiga
wilayah dunia, yakni di Burma (hsaing waing), dan di Ganda, Uganda
Afrika (entenga). Hasapi merupakan salah satu prototip alat petik dua senar
yang pada saat ini sangat jarang ditemukan di benua lain. Begitu pula jenis
alat tiup kecil lidah tunggal seperti sarune etek, merupakan nenek moyang
dari perkembangan jenis alat tiup berlidah tunggal (klarinet, saksofon,
dll.nya) yang ada sekarang ini.
Foto 4. Pertunjukan Gondang Batak di kota Wellington,
New Zealand 2007 (foto dokumentasi penulis)
Hal yang justru pada saat ini terjadi, sebagai sebuah persoalan yang
harus direnungkan, adalah kehidupan musik gondang nyaris terabaikan dan
kurang mendapat perhatian di kalangan masyarakat Batak Toba sendiri. Apa
yang bisa kita perbuat untuk itu?
Referensi
Artur Simon 1984. „Gondang Toba: Instrumental Music of the Toba Batak.“
Record notes. Musikethnologische Abteilung Museum fur Volkerkunde
Berlin Staatlische Museen Freubisher Kulturbesitz ISBN 3 88609 512 6.
Ben M. Pasaribu 1986. „Taganing Batak Toba: Suatu Kajian dalam Konteks
Gondang Sabangunan. Skripsi S1. Universitas Sumatera Utara.
Irwansyah Harahap 1990. „Analisis Komparatif Bentuk (Penggarapan) dan Teknik
Permainan dari sebuah Gondang yang Disajikan oleh Tujuh Partaganing.
Skripsi S1. Universitas Sumatera Utara.
____ 1994. Taganing, Toba Batak Drumchimes of North Sumatra: Aspect of
Musical Analysis. (Master paper) University of Washington.
____ 2000. Rasionalisasi Religius dalam Diskursus Keagamaan di Indonesia:
Kasus Parmalim Batak Toba. Jurnal Antropologi Indonesia tahun XXIV,
No.61 Jan-Apr 2000.
Rithaony Hutajulu dan Irwansyah Harahap 2005. Gondang Batak Toba. P4ST UPI
Bandung.
Hutajulu, Rithaony, 1994. Stylistic History of Opera Batak Music: Presenting Toba
Batak Musical Identity. University of Washington, Seattle USA. (Makalah
tidak dipublikasi untuk Program Master)
Okazaki, Yoshiko 1994. Music, Identity, and Religious Change among The Toba
Batak of North Sumatera. disertasi Ph .D. University of California, Los
Angeles.
Pasaribu, Ben M 1986. “Taganing Batak Toba: Suatu Kajian Dalam Konteks
Gondang Sabangunan.” Fakultas Sastra USU Medan. (Skripsi Sarjana S1.
tidak diterbitkan)
Tentang Penulis
Irwansyah Harahap, studi S1 di bidang Etnomusikologi di Fajultas Sastra USU
Medan pada tahun 1991. Melanjutkan studi S2 pada bidang yang sama di
University of Washington, Seattle USA (1991-1994) dengan bantuan beasiswa dari
the Ford Foundation. Beberapa karya tulis pernah diterbitkan di beberapa jurnal
ilmu sosial maupun media cetak populer di Indonesia. Disamping menjadi staf
pengajar di Jurusan Etnomusikologi Fakultas Sastra USU, Irwansyah Harahap juga
seorang komposer, beberapa karya musiknya telah diterbitkan oleh Radio Fance
Internationale (1998), Smithsonian Folkways (2000) dan Dragcity Chicago, USA.
Menghadiri berbagai konferensi dalam bidang Etnomusikologi dan Musik
Kontemporer diantaranya di UCLA, Los Angeles USA; Victoria University,
Wellington New Zealand; University of the Philliphines, Manila Philipina dan
beberapa tempat di Indonesia.
Etnomusikologi, Nomor 10, Tahun 5, Oktober 2009
ISSN: 1858-4721
GAMBARAN UMUM SENI PERTUNJUKAN
MASYARAKAT JAWA
Heristina Dewi
Dosen Etnomusikologi
Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara
Abstract
This paper will be describe Javanese ethnic and their performing art, in
Central and East Java—plus kuda kepang genre in Nioryh Sumatran
Javanese. In Javanese culture there are some performing arts genre:
wayang kulit (puppet theater), Ponoroho reyog, ludruk, wayang wong,
ketoptak, tari gambyong, tari bedhaya ketawang, and jaran kepang
which very popular in North Sumatran sosciety.
Pengantar
Bangsa Indonesia menyadari bahwa suku Jawa adalah suku yang
mayoritas jumlahnya di Indonesia, walau asal mereka adalah dari pulau
Jawa yang relatif lebih kecil dibanding pulau-pulau besar lainnya. Selain
itu, dalam sejarah di Nusantara, orang-orang Jawa ini pernah menjadi
penguasa Nusantara terutama di era Majapahit. Mereka menguasai kawasankawasan di seluruh Indonesia sampai ke Dataran Asia Tenggara. Saat itu
yang terjadi memang adalah ambisi perluasan teritorial demi sebuah
kerajaan besar.
Selepas Indonesia merdeka pun kekuasaan politik tetap dipegang
oleh orang-orang Jawa. Presiden Republik Indonesia pun sebagian besar
dipegang oleh etnik Jawa sejak kita merdeka. Namun wakil presidennya
telah diisi oleh berbagai kelompok etnik yang ada di Indonesia. Orangorang Jawa juga terkenal dengan pola adaptasinya yang lentur dengan
berbagai kelompok etnik di Indonesia. Karena mereka memiliki jumlah
yang besar dan pulau Jawa tak lagi mampu menampung kehidupan mereka,
sebahagian orang-orang Jawa ini merantau atau bermigrasi ke berbagai
tempat di Nusantara, seperti ke Kalimantan, Sumatera (terutama Sumatera
Utara), bahkan sampai ke Semenanjung Malaya, dan yang jauh sampai ke
Afrika Selatan, Suriname, dan berbagai tempat lainnya di dunia. Mereka
juga membawa kesenian dan sistem budanyanya di tempat perantauan dan
juga beradaptasi dengan budaya setempat. Mari kita lihat etnik dan
kesenian suku Jawa ini.
Suku Jawa
Daerah kebudayaan Jawa dapat dikatakan sangat luas, yang meliputi
bagian tengah dan timur Pulau Jawa. Walaupun demikian ada daerah-daerah
yang secara kolektif sering disebut daerah Kejawen. Sebelum ada perubahan
status wilayah seperti sekarang ini daerah itu meliputi Banyumas Kedu,
Yogyakarta, Surakarta, Madiun, Malang, dan Kediri. Daerah di tuar tersebut
dinamakan daerah pesisir dan ujung timur.
Kebudayaan Jawa semula berpusat di Surakarta, tetapi dengan
terjadinya perjanjian Giyanti 1755 pusat kebudayaan Jawa juga terdapat di
Yogyakarta. Di berbagai daerah tempat kediaman orang Jawa terdapat
variasi dan perbedaan-perbedaan yang bersifat lokal dalam beberapa unsur
kebudayaan, seperti perbedaan mengenai berbagai istilah teknis, dialek,
bahasa, dan lain sebagainya. Namun kalau diteliti lebih jauh hal-hal itu
masih merupakan suatu pola atau satu sistem dalam satu kebudayaan Jawa.
Agama yang dianut mayoritas, penduduknya adalah agama Islam,
kemudian agama Kristen Katolik, Protestan, Hindu, dan Budha. Orang
santri adalah mereka yang secara patuh dan teratur menjalankan ajaranajaran Islam. Sedangkan orang Islam Kejawen biasanya tidak menjalankan
shalat, puasa, dan tidak bercita-cita naik haji, tetapi mereka mengakui ajarnajaran agama Islam pada umumnya. Orang Jawa mempunyai kepercayaan
adanya suatu kekuatan yang melebihi segala kekuatan di mana saja yang
pernah mereka kenal, yakni kesakten, kemudian arwah atau roh le1uhur dan
mahluk-mahluk halus seperti memedi, lelembut, tuyul, demit, jin, dan lain
sebagainya. Mahluk-mahluk tersebut bertempat tinggal di sekitar kediaman
mereka. Menurut kepercayaan masing-masing mahluk-mahluk tersebut
dapat mendatangkan kebahagiaan, ketentraman, dan keselamatan--tetapi
juga dapat menimbulkan gangguan pemikiran, kesehatan bahkan dapat
menyebabkan kematian. Bila seseorang ingin hidup tanpa menderita
ganguan, ia harus berbuat sesuatu untuk mernpengaruhi alarn sernesta
dengan berprihatin, berpuasa, berpantang melakukan perbuatan serta
makan-makanan tertentu, berselarnatan, dan bersaji. Kedua cara terakhir ini
kerap kali dijalankan oleh masyarakat Jawa di desa-desa pada waktu
tertentu dalam peristiwa kehidupan sehari-hari.
Orang Jawa meskipun pada umumnya diketahui sebagai penghuni
daerah agraris, merek sejak zaman dahulu melakukan perpindahan dalam
berbagai bentuk seperti perdagangan, pendu-dukan kerajaan-kerajaan
Jawa, migrasi secara
spontan, dan sebagainya. Sebagai pedagang,
umpamanya, mereka terkenal bergerak antar pulau-pulau di Nusantara,
terutama membawa beras dan tekstil (Sartono Kartodirdjo 1988:10).
Kerajaan-kerajaan yang muncul di pulau Sumatera di antaranya banyak
yang silsilah raja-raja atau golongan bangsawannya merupakan keturunan
orang-orang Jawa atau yang menjalin hubungan perkawinan dengan
pihak Kerajaan Jawa. Begitu juga Kerajaan Malaka. Kampung Jawa di
sana-sisni dibangun sejak zaman dahulu, seperti di Daerah Deli terdapat
pemukiman orang Jawa kira-kira 500 orang yang disebut Kota Jawa
(Luckman Sinar 1985:6), dan daerah Asahan sekitar Pasir Putih dikatakan
sebagai pemukiman orang Jawa beberapa abad sebelum kunjungan John
Anderson (Anderson 1971:136).
Di Semenanjung Malaya juga terdapat sejumlah migran orang Jawa
yang kini sudah turun-temurun dan menetap di situ.
Di samping itu,
perpindahan orang Jawa secara besar-besaran dan mencolok dalam
sejarah Indonesia adalah yang didatangkan oleh pihak perkebunan sebagai
tenaga kerja di Sumatera Timur. Sejak tahun 1880, dengan menggantikan
kuli orang Tionghoa mereka mulai dibawa ke Sumatera Timur dan
setelah tahun 1910 kedatangan mereka bertambah banyak. Mereka
awalnya terikat dengan sebuah kontrak dengan disertai peraturan-peraturan
tentang hukuman atas mereka yang disebut Penale Sanctie.
Namun
demikian, sejak tahun 1911 dengan tiba-tiba kontrak kerja tersebut
didasarkan pada kontrak yang merugikan para buruh (Reid 1987:82-83).
Pada masa kini, perpindahan orang Jawa dilaksanakan dalam rangka
kebijakan transmigrasi yang disponsori oleh pemerintah. Trasmigrasi ini
dilakukan karena alasan pemerataan penduduk dan padatnya penduduk
di pulau Jawa, kekurangan lahan pertanian, dan kemiskinan di pedesaan
Jawa pada umumnya. Orang Jawa pada hakekatnya mempunyai watak yang
senantiasa berusaha menyesuaikan diri dengan orang di lingkungannya, dan
mementingkan keharmonisan. Meskipun orang-orang Jawa yang lahir di
Sumatera sering disebut Pujakesuma, watak dan kebiasaan yang
berdasarkan budaya mereka sendiri tetap disampaikan daripada orang
tuanya. Mereka mengatasi ego dan nafsu demi ketenangan hidup dan
kebijaksanaan, dan sukarela bekerja untuk umum dengan cara gotongroyong. Para migran orang Jawa yang umumnya terdiri dari petani kecil
hidup sederhana, dan menerima kesengsaraan dengan menganggap
hidupnya memang begitu. Namun tak lupa mempertahankan nama dan
harga dirinya (Sadarmo dan R. Suyono 1985:2).
Orang-orang Jawa memiliki sistem
kekerabatan,
yang disebut
bebrayat. Menurut informasi Bapak Subanindyo Hadiluwih, seorang
tokoh masyarakat Jawa di Sumatera Utara, bebrayat berasal dari kata
brayat yang berarti keluarga--mendapat suku kata awalan (prefik) be.
Dalam budaya Jawa brayat berarti sistem bekeluarga dalam arti luas,
yaitu keluarga inti, batih, atau keluarga budaya. Sistem kekerabatan ini
dilandasi oleh sikap bergotong-royong, dengan konsep sepi ing pamrih,
rame ing gawe, artinya tidak mengharapkan balasan pamrih, dan
mengutamakan kerja bersama-sama. Dengan menggunakan sistem ini,
mereka meyakini bahawa semua manusia adalah keluarga, namun dalam
penjabaran tanggung jawab selalu dikonsepkan dengan paseduluran: (1)
sedulur tunggal kringkel merupakan saudara lahir daripada ibu dan ayah
yang sama; (2) sedulur kuwalon yaitu saudara lain ayah tetapi ibunya
sama, atau sebaliknya saudara lain ibu namun ayahnya sama, dan saudara
tiri; (3) sedulur misanan merupakan saudara satu nenek atau satu kakek,
yang mencakup kandung atau tiri; (4) sedulur mindoan adalah saudara
satu buyut (orang atau kakek atau nenek) berlaku baik untuk saudara
kandung atau tiri, (5) sedulur mentelu yaitu saudara satu canggah
(buyutnya ayah dan ibu) baik saudara kandung atau tiri; (6) bala yaitu yang
menurut anggapan mereka mash saudara, namun dari silsilah sudah tidak
terlacak kedudukannya, dan disebabkan oleh interaksi mereka, karena
kebutuhan yang erat, misalnya jenis pekerjaan sama, sering berkomunikasi,
dan sejenisnya; (7) tangga yang konsepnya tidak terbatas pada letak
rumah yang berdekatan saja, tetapi dalam kepentingan tertentu mereka
saling membutuhkan. 23
23
Orang-orang Jawa yang ada di Sumatera Timur (Sumatera Utara sekarang),
secara umum mengalami transformasi-transformasi budaya. Di satu sisi mereka ingin
mempertahankan budaya leluhurnya yang berasal daripada pulau Jawa, di sisi lain
mereka juga harus berinteraksi dengan berbagai etnik setempat dan pendatang lainnya di
Sumatera Timur yang pesat perkem-bangan ekonominya. Orang-orang Jawa ini mata
pencaharian utamanya secara umum adalah petani dengan menggarap lahan untuk
perkebunan kelapa sawit, geta, koko atau juga kelapa. Di antara tokoh-tokoh masyarakat
Jawa yang terkenal di Sumatera Utara di antaranya adalah Drs. Kasim Siyo, M.Si., sebagai
presiden Pujakesuma Sumatera Utara, kemudian Wagirin Arman seorang tokoh politik dan
ali parlemen di Kabupaten Deli Serang, Djati Oetomo, manejer radio Pasopati Medan yang
menyiarkan khas budaya Jawa, Dr. Subanindyo Hadiluwih, S.H., seniman, dosen, dan
penulis terkemuka mengenai kebudayaan Jawa di Sumatera Utara, dan banyak lagi yang
lainnya. Di bidang kesenian, umumnya kebudayaan Melayu di kawasan ini paling banyak
didukung oleh seniman beretnik Jawa ini, di samping seniman Melayu itu sendiri. Di antara
seniman-seniman seni Melayu yang berasal daripaa etnik Jawa adalah: Sirtoyono yang
bergabung dengan kumpulan kesenian Patria, ia seniman serba boleh, pemusik, penari,
koreografer, pelakon, dan penulis drama sekali gus. Seterusnya adalah Sumardi, sebagai
pemain akordion Melayu yang handal. Di sisi lain ada pula Retno Ayumi, seorang penulis
tari dan penari Melayu terkemuka di Sumatera Utara.
Selamatan adalah suatu upacara makan bersama yang telah dibagikan
doa sebelum dibagi-bagikan. Selamatan itu tidak terpisah dari pandangan
alam pikiran partisipasi tersebut di atas, dan erat hubungannya dengan
kepercayaan kepada unsur-unsur kekuatan sakti maupun makhluk-makhluk
halus tadi. Hampir semua selamatan ditujukan untuk memperoleh
keselamatan hidup dengan tidak ada gangguan-gangguan apapun. Hal itu
juga terlihat pada nama upacara sendiri, yakni kata selarnat. Upacara ini
biasa dipimpin oleh modin, yakni salah seorang pegawai masjid yang antara
lain berkewapban mengumandangkan adzan. la dipanggil karena dianggap
malur membaca doa keselarnatan yang intinya berasal dari ayat-ayat Al
Qur'an.
Upacara selamatan dapat digolongkan kedalam enam macam sesuai
dengan peristiwa atau kejadian dalarn kehidupan manusia, sehari-hari yaitu:
(1) Selamatan dalam. rangka lingkaran hidup seorang, seperti hamil tujuh
bulan (mitoni), kelahiran, upacara potong rambut pertama, upacara
menyentuh tanah untuk pertama kali (tedak siten), upacara menusuk telinga
(tindik), sunat (khinatan), kernatian, serta saat-saat setelah kernatian. (2)
Selamatan yang bertalian dengan bersih desa, penggarapan tanah pertanian,
dan setelah panen padi. (3) Selarnatan yang berhubungan dengan hari-hari
serta bulan-bulan besar Islam. (4) Selamatan pada saat-saat yang tidak
tertentu berkenaan dengan kejadian-kejadian, seperti membuat peijalanan
jauh, menempati rumah kediaman baru, menolak bahaya (ngruwat), janji
kalau sembuh dari sakit (kaul), dan lain-lain. Di antara keempat macarn
golongan upacara selamatan tadi, maka upacara selamatan dalam rangka
lingkaran hidup seseorang, khususnya yang berhubungan dengan kematian
serta sesudahnya, adalah suatu adat kebiasaan yang arnat diperhatikan dan
kerap kali dilakukan di salah satu tempat dalam lingkungan istana
(ratawijaya), secara terbuka. Oleh kalangan masyarakat orang Jawa,
terutama yang datang dari kalangan pedesaan, air bekas siraman tersebut
dapat membawa berkah. Sedangkan tokoh raksasa Batara Kala adalah
raksasa yang mempunyai yang dapat mendatangkan bencana pada
benda-benda ataupun manusia. Misalnya seorang anak tunggal (bocah
ontang-anting) dianggap hidupnya senantiasa diancam oleh raksasa ini.
Maka untuk menghidari bahaya tersebut, orang tua dari si anak mengadakan
ruwatan, biasanya disertai dengan pertunjukan wayang kulit sehari
semalam, dengan mengambil cerita sekitar tokoh raksasa Batara Kala.
Sistern kekerabatan masyarakat Jawa berdasarkan prinsip keturunan
bilateral. Semua kakak laki-laki serta kakak perempuan ayah dan ibu,
beserta istri dan suami mereka masing-masing diklasifikasikan menjadi
satu, yaitu dengan istilah siwa atau uwa. Sedangkan adik-adik dari ayah dan
ibu diklasifikasikan kst dalarn dua golongan yang berbeda menurut jenis
kelamin, yaitu paman bagi adik laki-laki dan bibi bagi adik perempuan.
Pada masyarakat berlaku adat-adat yang menentukan bahwa dua orang
tidak boleh saling menikah apabila: (a) saudara kandung, (2) pancer
lanang, yaitu anak dari dua orang saudara sekandung laki-laki, 3. Pihak
laki-laki lebih muda menurut ibunya dari pada pihak perempuan. Adapun
perkawinan yang diperbolehkan adalalah perkawinan antara dua orang dua
orang yang tidak terikat karena hubungan-hubungan kekerabatan seprti
tersebut diatas. Dalam perkawinan masyarakat Jawa dikenal beberapa istilah
sebagai berikut: (a) ngarang wulu, yaitu perkawinan seorang duda dengan
seorang wanita salah satu adik dari almarhum istrinya, (b) wayuh, yaitu
perkawinan lebih dari seorang istri (poligami), (c) kumpul kebo, yaitu
laki-laki dan perempuan yang tinggal dalam satu rumah, sudah atau belum
mempunyai anak dalam kurun waktu tertentu akan tetapi belum menikah.
Hal ini merupakan suatu bentuk perkawinan yang menyimpang dari tradisi
dan ajaran agama, (d) pisah kebo, yaitu berpisahnya suami-istri tetapi tidak
diikuti oleh perceraian secara resmi.
Sebelum dilangsungkan upacara perkawinan, biasanya terdapat
beberapa pendahuluan, di antaranya: (1) Nakokake, yaitu ketika seorang pria
ingin meminang kekasihnya harus menanyakan dahulu kepada orang tua
(wali) si gadis apakah masih legan (belum ada yang meminang). (2)
Paningsetan, yaitu apabila sudah mendapat jawaban bahwa si gadis masih
legan clan belum ada yang melainar, dan kehendaknya mempersunting tadi
diterima, maka akan segera ditetapkan kapan diselenggarakan paningsetan,
yaitu upacara pemberian harta benda kepada calon istri berupa sepotong
kain dan kebaya, yang semua itu disebut pakaian sakpengadek.
Kadang-kadang disertai cincin kawin, inilah yang sekarang sering disebut
pertunangan, yang berarti si gadis telah terikat untuk melangsungkan
pemikahan atau wis dipacangke. (3) Asok tukon, yaitu suatu tanda
penyerahan harta kekayaan dari pihak laki-laki kepada pihak perempuan
secara simbolis. Hal ini biasanya dilakukan dua atau tiga hari sebelum
upacara pemikahan dilangsungkan. Harta itu berupa sejumlah uang, bahan
pangan, perkakas rumah tangga, ternak, dan sebagainya. Asok tukon juga
disebut srakah atau sasrahan yang sebenarnya tidak lain berupa mas kawin.
Sehari menjelang saat upacara pemikahan, pada pagi hari pihak anggota
keluarga berkunjung ke makam para leluhumya untuk meminta doa restu.
Sedangkan pada sore hari diadakan upacara selamatan berkahan yang
dilanjutkan dengan leklekan (berjaga malam). Dalarn hal ini para kerabat
pengantin perempuan serta tetangga dekat dan kenal-kanalannya berada di
rumahnya hingga larut malam bahkan sampai pagi hari. Malam ini disebut
malam tirakatan atau malam midadareni. Karena pada malam itu bidadari
turun dari kayangan memberi restu pada perkawinan tersebut. Setelah tiba
hari perkawinan, pengantin laki-laki dengan diiringkan oleh orang tua atau
walinya serta handai taulannya dan juga para tetangga atau sedukuh atau
sedesa, pergi ke kelurahan desa untuk melaporkan kepada kaum, yaitu salah
seorang perangkat desa yang bertugas mengurus pernikahan, talak, dan
rujuk. Sesudah selesai menuju kantor urusan agama di kecamatan
menghadap penghulu, yaitu salah seorang yang bertugas untuk
melangsungkan ijab kabul atau akad nikah. Upacara disaksikan oteh wali
kedua belah pihak.
Setelah pengantin laki-laki menyerahkan sejurnlah uang sebagai tanda
mas kawin hukum perkawinan Islam. Ijab kabul atau akad nikah dapat
dilakukan di rumah pengantin wanita, yaitu dengan memanggil penghulu.
Setelah upacara ini berakhir lalu dilakukan upacara pertemuan (temon)
antara kedua mempelai yang akhimya dipersandingkan di atas pelaminan.
Apabila mempelai laki-laki berkehendak membawa istrinya, hal ini dapat
dilaksanakan sesudah sepasar atau lima hari sesudah upacara perkawinan.
Pemboyongan yang disertai pesta upacara lagi ditempat kediaman mempelai
laki-laki ini disebut ngunduh temanten. Demikian sekilas struktrur
masyarakat dan budaya Jawa, termasuk dalam bidang pengantin.
Wayang Kulit
Masyarakat Jawa mempunyai kekayaan hasil budaa, antara lain sebagai
berikut. (a) Pertunjukan wayang dengan kemahiran sang dalang, dapat
menyajikan berbagai macam pengetahuan, filsafat hidup berupa nilai-nilai
budaya dan berbagai unsur budaya seni yang terpadu dalam seni
pendalangan. Pertunjukan wayang yang didalamnya terdapat perpaduan
antara sesuara, seni musik (gamelan) dan seni rupa, merupakan bentuk
kesenian sangat disukai masyarakat Jawa. Menurut penelitian para ahli,
wayang (wayang kulit) diciptakan oleh Sunan Kalijaga (salah seorang dari
wali songo) pada abad 15 dan 16 di daerah Pesisir Utara Jawa dipakai untuk
menyebarkan agama Islam.
Cerita pewayangan ini bersumber pada epos Ramayana
dan
Mahabrata yang diadopsi dari India. Kemudian cerita pertunjukan wayang
dalam perkembangan selanjutnya juga menampilkan cerita-cerita di luar
patokan yang ada, sehingga merupakan bentuk variasi untuk menghilangkan
kebosanan para penontonnya. Cerita-cerita tersebut pada akhimya juga
kembali lagi pada inti atau sumber cerita. Semula pertunjukan kesenian
wayang hanya wayang kulit, kemudian berkembang menjkadi pertunjukan
wayang golek, wayang beber, wayang orang dan sebagainya.
Reyog Ponorogo
Kapan pastinya reyog Ponorogo dilahirkan, sampai sekarang orang
masih meraba-raba. Sudah semestinya kalau orangbelum tahu juga
bagaimana bentuk kesenian reyog tersebut ketika ia menampakkan
diripertama kali. Menurut Prasasti Diyono tahun 682 Saka atau 760 Masehi
Prabu Gajayana raja Kanyuruhan (daerah Malang) adalah raja yang elah
mengupas kebenaran sejarah adanya reyog Ponorogo. Jika berpegang pada
prasasti tersebut, maka ada tanda-tanda bahwa reyog memang sudah tua
betul usianya. Namun jika mendasarkan pada legenda, yang bersumber dari
zaman Kediri atau Jenggala (tahun 1045-1222), maka kelahiran reyog
Ponorogo tergolong masih muda.
Reyog dilahirkan dan menjadi besar di Kota Ponorogo, namu
akhirnya berkembang di berbagai wilayah di Nusantara, termasuk Johor
Malaysia. Reyog biasanya disajikan dalam bentuk sendratari, yang terdiri
dari empat babak, yang menggambarkan perjalanan prajurit berkuda dari
Ponorogo menuju Kerajaan Kediri ketika beberapa pembesar Ponorogo
mempersunting putra-putri raja Kediri. Dalam prosesi ini pertunjukan reyog
terdiri dari pemeran: kelompok pengawal, kelompok pendamping,
kelompok pemain (penari), kelompok pemusik, dan kelompok pengiring.
Ada satu ciri khusus pada kesenian reyog yang sekarang sudah mengalami
degradasi yaitu ilmu mistik. Mereka menganggap bila reyog tidak didukung
oleh ilmu mstik, maka maka tidak lengkap. Reyog juga memiliki lagu-lagu
khusus dari daerah Ponorogo seperti: Ijo-ijo, Patrojayan, Sampak, Iringiring, dan lainnya. Alat-alat musik pengiring reyog adalah gong, terompet,
kendhang, ketipung, angklung. Alat-alat untuk penari atau pemain adalah:
barongan dan dhadhak merak, topeng, dan kuda kepang.
Teater Ludruk
Ludruk sebagai sebuah genre kesenian Jawa dapat dicari makna
etimologisnya yang diperoleh dari berbagai informasi yang relevan.
Informasi ini diperoleh dari tokoh seniman dan budayawan ludruk secara
etimologis berasal dari kata molo-molo dan gedrak-gedruk. Molo-molo
berarti mulutnya penuh dengan tembakau sugi (dan kata-kata koma yang
pada saat keluar tembakau sugi) tersebut hendak dimuntahkan dan
dikeluarkan kata-kata dalam bentuk kidung dan dialog. Manakala gedrak-
gedruk berarti kakinya menghentak-hentak pada saat menari. Pendapat
lainnya menyatakan bahwa istilah ludruk berasal dari kata gela-gelo dan
gedrak-gedruk. Gelo-gelo berarti menggeleng-gelengkan kepala pada saat
menari, dan gedrak-gedruk berarti menghentakkan kaki dipentas saat
menari.
Jadi ludruk adalah pertunjukan dalam bentuk dialog,
menggelengkan, kepala, dan menghentakkan kaki di pentas.
Era perkembangan ludurk dapat diklasifikasikan melelui beberapa
tahapan genre. Secara historis perkembangan kesenian ini bermula dari
ludruk bandan yaitu di abad 12 sampai 15. Abad 16 sampai 17 muncullah
kesenian lerok yang dipelopori oleh Pak Sentik dari Jombang. Tahun 1915
pementasan sudah dimulai mengambil pemain besutan. Tahun 1931 bentuk
besutan berubah menjadi ludruk yang berbentuk sandiwara dengan tokoh
yang semakin bertambah jumlahnya. Tahun 1937 muncul tokoh baru dari
Surabaya yaitu Cak Durasim, dan ludruk mulai menggunakan cerita
legenda. Ludruk sebagai seni pertunjukan telah tercatat sejak 1822 yang
menampilkan dua pelaku laki-laki yang seorang menjadi pelawak yang
membawakan cerita dan seorang lagi sebagai penari yang berdandan wanita.
Tahun 1942 tentara pendudukan Jepang menggunakan ludruk sebagai
sarana propaganda politik. Berdasarkan pertumbuhannya ludruk merupakan
fusi dari tiga genre, yaitu ngremo (tari kepahlawanan), dagelan (lawakan),
dan cerita.
Adapun fungsi ludruk adalah: (a) sebagai sarana pendidikan
masyarakat, (b) sebagai pemupuk rasa solidaritas kolektif, (c) sebagai alat
hiburan yang memperkaya jiwa dan nilai estetika, dan (d) sebagai sarana
alternatif cara berpikir dan mengendalikan kehidupan budaya. Jenis-jenis
cerita ludruk adalah: mitologi, epos kerakyatan, sejarah, kehidupan seharihari, dan humor kerakyatan. Adapun temanya adalah tentang keadilan,
pandangan hidup, dan keyakinan.
Teater Ketoprak
Membicarakan seni pertunjukan tradisional khususnya kethoprak tidak
dapat dilepaskan dari pembicaraan tata hidup dan kehidupan masyarakat
lingkungannya. Teater rakyat ini mempunyai keistimewaan dapat
berkomunikasi langsung dengan rakyat untuk ikut memecahkan masalahmasalah pembangunan, dengan pengungkapan sederhana dan mudah
diterima pikiran rakyat (A. Kasim 1980-1981). Pada umumnya kelahiran
teater rakyat didorong kebutuhan masyarakat terhadap hiburan, lalu
meningkat untuk kepentingan lain, seperti kebutuhan akan mengisi
upacara-upacara. Teater rakyat kethoprak disangga oleh masyarakat Jawa,
terutama Daersh Istimewa Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Menurut Umar Kayam (1981), kebudayaan adalah suatu usaha yang
dilakukan oleh masyarakat untuk melakukan respons terhadap
lingkungannya dan merupakan bentuk proses yang dinamis. Tradisi dalam
kethoprak terutama tradisi Jawa mencakup bahass, akting, bloking, busana,
rias, lagu, setting, properti, dan lain-lainnya (Handung Kus Sudyarsana
1989:25). Sampai sekarang kethoprak terus ditopang masyarakatnya dalam
menegakkan budaya bangsa, khususnya budaya seni pertunjukan berwarna
lokal Jawa. .Kethoprak merupakan teater rakyat, sebagaimana dikemukakan
A. Kasim Achmad, kethoprak merupakan teater tradisional Jawa. Seni
pertunjukan kethoprak biasanya dilaksanakan pada malarn hari selama 3
sampai 4 jam.
R.M.A. Harymawan (1993:231) mengernukakan bahwa ciri-ciri
kethoprak itu sangat khas yakni: a. Kethoprak menggunakan bahasa Jawa
sebagai bahasa pengantar dalam dialog, b. Cerita tidak terikat pada salah
satu pakem, tetapi ada tiga kategori pembagian jenis, yaitu: (1) Cerita-cerita
tradisional seperti Timun Mas, Ande-ande Lumut, Buto Ijo, dan Roro
Mendut Pronocitro; (2) Cerita-cerita babad, baik cerita lama maupun
setelah Belanda masuk ke Indonesia; (3) Cerita-cerita masa kini seperti
Gagak Sale, Ngulandara. c. Musik pengiringnya adalah gamelan Jawa, baik
pelog maupun slendro. (4) Seluruh cerita dibagi-bagi dalam babak besar dan
kecil, perkembangannya sangat urut, tidak mengenal flash back seperti
dalam film. (5) Dalam cerita kethoprak selalu ada peranan dagelan yang
mengikuti tokoh-tokoh protagonis maupun antagonis.
Bahasa Jawa dalam seni pertunjukan kethoprak meliputi 4 ragam yaitu:
(1) ragam krama inggil ( halus dan tinggi); (2) ragam krama madya (halus
sedang ); (3) ragam krama desa (halus desa), dan 4) ngoko (kasar). Adanya
ragam berbahasa dalam kethoprak ini menunjukkan etika menyatu, sehingga
disana termuat: (a) keindahan bahasa, (b) sifat peran, (c) tingkat darah dan
kedudukan, (d) tingkat umur, dan (e) suasana dramatik.
Dalam tulisan ini perihal periodisasi kethoprak mengikuti pola
pembabakan waktu seperti tercermin dalam uraian Lokakarya Kethoprak
Tahap I di Yogyakarta pada tahun 1974.
Handung Kus Sudyarsana
(1989:15) menuliskan periodisasi kethoprak sebagai berikut: (1) Tahun
1887- 1925, periodisasi kethoprak lesung, dengan ciri -ciri: a. tetabuhan
lesung; b. tari; c. nyanyian atau tembang; d. cerita; dan e. pakaian. (2)
Tahun 1925-1927, periodisasi kehoprak peralihan dengan ciri-ciri: a.
tetabuhan campur (lesung, rebana, alat musik Barat ); b. tari; c. nyanyian
atau tembang; d. cerita; e. pakaian; dan e. rias. (3) Tahun 1927 sampai
sekarang, periodisasi kethoprak gamelan, dengan ciri-ciri : a. tetabuhan
gamelan; b. cerita; c. nyanyian atau tembang; d. pakaian; dan e. rias. Hal
yang penting selain periodisasi dalarn seni pertunjukan kethoprak adalah
aspek-aspek seni (Handung Kus Sudyarsana 1989:24-25 ) yang meliputi :1.
lakon, adalah susunan peran dengan pola perwatakan dan permainannya,
pembabakan dan pengadeganan serta aspek-aspek lain yang bersangkutan
dengan kebutuhan lakon, baik tertulis rinci maupun tidak berdasarkan cerita
kadang-kadang dialog dalarn susunan lakon kethoprak ditulis secara full
play, atau hanya garis besarnya; 2. Pemain, adalah orang-orang yang
membawakan peran-peran dalarn lakon; 3. Dialog, adalah percakapan
antar pemain sebagai salah atu bentuk permainannya; 4. Akting, adalah
bentuk-bentuk dan sikap-sikap pernain ketika membawakan peran dalarn
lakon; 5. Bloking adalah posisi pernain ketika bermain; 6. Busana, adalah
pakaian yang clikenakan para pernain; 7. Rias, adalah coretan -coretan, baik
pada muka pernain maupun pada anggota badan mereka, termasuk rambut.
8. Bunyi - bunyien, adalah suara- suara instrumen musik dan vokal, baik
sebagai pengiring maupun ilustrasi babak, adegan, maupun tekanan-tekanan
gerak tertentu para pemain 9. Tradisi, adalah ketentuan-ketentuan yang
sudah menjadi kebiasaan. Tradisi dalarn kethoprak terutama tradisi Jawa,
yang mencakup bahasa, akting, bloking, busana, rias, lagu, setting, properti ,
dan lain lainnya.
Kethoprak tak pemah berhenti sebagai seni pertunjukan, baik dari segi
artistik, pengelolaan organisasi terus mengalami inovasi yang digerakkan
seniman dan ditopang masyarakat penyangganya. Kethoprak dalam
perkembangan budaya tetap berpijak pada tradisi Jawa, secara khusus
tampak. pada bahasa, lakon, perneranan, dhalang atau sutradara, sehingge
tradisi Jawa merupakan aspek penting yang menggerakkannya. Sisi lain
hadimya modemisasi dalam bidang tehnologi seperti radio dan televisi
dimanfaatkan oleh Seniman kethoprak guna mendukung eksistensi seni
pertunjukan kethoprak dalam kebudayaan masyarakat Jawa
Tari Gambyong
Pura atau istana Mangkunegaran di Surakarta merupakan istana yang
sangat produktif dalam melahirkan karya-karya pertunjukan. Langendriyan,
sebuah opera tari dari Jawa yang ditarikan oleh penari wanita semuanya
tercipta di Istana Mangkunegaran pada tengah kedua abad ke-19. Teknik tari
yang banyak meminjam teknik tan Jawa gaya Yogyakarta, dilakukan pula
oleh pura Mangkunegaran. Tari Gambyong yang merupakan penghalusan
dari yang aslinya dilakukan oleh penari ledhek dilahirkan oleh para
Mangkunegaran. Bahkan ketika Mangkunegaran mengirim misi kesenian ke
negari Belanda pada masa pemerintahan Mangku Negara V (1881-1896).
Tari Gambyong untuk pertarna kahnya ditampilkan pada forum yang sangat
bergengsi. Temyata perhatian para paka-r budaya dari negeri Belanda
terhadap tari yang diangkat.dari tari rakyat ini cukup besar. Maka sejak
pengiriman misi kesenian ke negeri Belanda itu Tari Gambyong selalu
ditampilkan dalam. menyambut tamu-tamu istana (Sri Rohana W. 1994).
Pertunjukan yang fungsi utamanya sebagai ritual kesuburan pemikahan
dan pertanian ini pada menjelang tengah malarn berubah menjadi
pertunjukan yang berfungsi sebagai hiburan pribadi bagi kaum pria.
Penampilan tayub sebagai hiburan pribadi ini hanya bisa terlaksana dengan
hadimya ledhek yaitu penari wanita yang bertugas sebagai penghibur para
pria yang ngibing atau manari bersamanya. Yang menjadi sumber
penggarapan Gambyong di istana Mangkunegaran bukanlah ledhek yang
sedang menari bersama penari pria, akan tetapi penampilannya ketika ia
sedang menari sendiri sambil berusha menarik para pria yang berduit yang
ingin ngibing bersamanya. Sudah barang tentu oleh karena tujuan
penciptaan tari Gambyong sangat berbeda dengan penampilan penari ledhek
pada waktu menari sendiri sambil menarik perhatian pria yang berada di
sekitarnya, tembang atau nyanyian Jawa yang dilantunkan ditiadakan.
Selain itu apabila penari ledhek dalam menari ia lebih banyak melakukan
gerak-gerak improvisasi, Gambyong memiliki patokan-patokan yang telah
ditentukan oleh istana.
Dalam perkembangannya yang lebih kemudian, Gambyong menjadi
sebuah reportoar tari tunggal yang bisa pula ditampilkan dalam bentuk
koreografl kelompok, bahkan juga massal. Walaupun telah diperhalus,
namun Gambyong yang berasal dari rakyat ini, pada tata busananya masih
tetap ditampilkan dalam busana yang cukup sederhana. Penari Gambyong
hanya mengenakan kain pembalut tubuh bagian bawah dengan diberi
lipatan-lipatan (wiru) di bagian depan, serta pembalut torso yang disebut
dengan angkin yang masih memperlihatkan sedikit bagian atas dari
dadanya. la sama sekali tidak menggunakan sabuk, sedangkan selendang
atau sampurnya hanya disampirkan di pundak kanan. Kepala yang digelung
hanya diberi hiasan sekedarnya, yaitu sisir serta bunga. Penampilannya di
atas pentas juga masih memperlihatkan bahwa asalnya dari tari yang
menghibur para pria, yaitu dengan sedikit senyuman yang menawan. Para
koreografer masih memiliki peluang untuk mencipta Gambyong dengan
gaya pribadi, yang biasanya diberi nama sesuai dengan gendhing atau lagu
gamelan yang mengiringi, seperti misalnya Gambyong Pangkur, Gambyong
Sumyar, dan Gambyong Ayun-ayun. Ada sebuah tari Gambyong yang lain
daripada yang lain yaitu Gambyong Pareanom. Nama Gambyong ini
mengacu pada warna bendera Mangkunegaran yang memiliki warna hijau
dan kuning. Untuk menandai Gambyong ini, mekak yaitu busana bagian atas
sejenis strapless berwarna hijau dan sampur selendangnya berwarna kuning.
Tari Bedhoyo Ketawang
Menurut penulis kitab Wedhapradangga, pencipta tai Bedhoyo
Ketawang adalah Sultan Agung (1613-1645), raja pertama terbesar dari
Kerajaan Mataram bersama Kanjeng Ratu Kencanasari, penguasa laut
selatan yang juga disebut Kanjeng Ratu. Kidul. Sebelum tari ini diciptakan,
terlebih dahulu Sultan Agung memerintahkan. parapakar gamelan untuk
menciptakan sebuah gendhing yang bernama Ketawang. Konon pencipta
gendhing pun menjadi sempurna. setelah Sunan Kalijaga ikut menyusunnya.
Tarian Bedhoyo Ketawang tidak hanya, dipertunjukan pada saat penobatan
raja yang baru, tetapi juga dipertunjukkan setiap tahun sekali bertepatan
dengan hari penobatan raja atau Tingalan Dalem Jumenengan.
Bedhoyo Ketawang tetap dipertunjukkan pada masa pemerintahan Sri
Susuhunan Paku Buwana ke-XII (sekarang), hanya saja sudah terjadi
pergeseran nilai filosofinya. Pertunjukan Bedhoyo Ketawang sekarang telah
mengalami perubahan pada berbagai aspek, walapun bentuk tatanan
pertunjukannya, masih mengacu pada tradisi ritual masa lampau. Namun
nilainya telah bergeser menjadi sebuah warisan budaya yang nilai seninya
dianggap patut untuk dilestarikan. Busana Tari Bedhoyo Kelawang
menggunakan dodot ageng dengan motif Banguntulak alas-alasan yang
menjadikan penarinya terasa.anggun.
Gamelan yang mengiringinya pun sangat khusus yaitu gamelan Kyai
Kaduk Manis dan Kyai Manis Renggo. Instrumen gamelan yang dimainkm
hanya beberapa, yakni kemanak, kethuk, kenong, kendhang ageng,
kendhang ketipung, dan gong ageng. Istrumen-istrumen tersebut selain
dianggap khusus juga ada yang mempunyai nama keramat. Dua buah
kendang ageng bernama Kanjeng Kyai Denok dan Kanjeng Kyai Iskandar,
dua buah rebab bemaina Kanjeng Kyai Grantang dan Kanjeng Kyai Lipur
serta sehuah gong ageng bemama Kanjeng Nyai Kemitir. Pertunjukan
Bedhoyo Ketawang pada masa Sri Susuhunan Paku Buwana XII kini
diselenggarakan pada hari kedua bulan Ruwah atau Sya’ban dalam kalender
Jawa. Bedhaya Ketawang dapat diklasifikasikan pada tarian yang
mengandung unsur dan makna serta sifat yang erat hubungannya dengan:
(1) adat upacara (seremoni); (2) sakral; (3) religius; (4) tarian percintaan
atau tari perkawinan.
1. Adat upacara. Bedhaya Ketawang jelas bukan suatu tarian yang
untuk tontonan semata-mata, karena hanya ditarikan untuk sesuatu yang
khusus dan dalam suasana yang resmi sekali. Seluruh suasana menjadi
sangat khusus, sebab tarian ini hanya dipergelarkan berhubungan dengan
peringatan ulang tahun tahta kerajaan saja. Jadi tarian ini hanya sekali
setahun dipergelarkannya Selama tarian berlangsung tiada hidangan keluar,
juga tidak dibenarkan orang merokok. Makanan, minuman, atau pun rokok
dianggap hanya akan mengurangi kekhidmatan jalwmya upacara adat yang
suci ini. Sakral Bedhaya Ketawang ini dipandang sebagai suatu tarian
ciptaan Ratunya seluruh mahluk halus. Bahkan dipercaya bahwa setiap kali
Bedhaya Ketawang ditarikan, sang penciptanya selalu hadir bahkan ikut
menari. Tidak setiap orang dapat melihatnya, kecuali mereka yang peka
indrawinya saja, sang pencipta mampu dilihat. Konon dalam latihan-latihan
yang dilakukan, serig pula sang pencipta ini terlihat membetul-betulkan
kesalahan yang dibuat oleh para penari. Bila mata orang awam tidak
melihatnya, maka terkadang penari yang bersangkutan saja yang merasakan
kehadirannya. Ada dugaan, bahwa semula Bedhaya Ketawang itu adalah
suatu tarian di candi-candi.
2.Religius Segi religius dapat diketahui dari kata-kata yang
dinyanyikan oleh suarawatinya. Antara lain ada, yang berbunyi : ... tanu
astra kadya agni urube, kantar-kantar yen mati ngendi surupe, kyai?" (
kalau mati kemana tujuannya, kyai?). 3.Tari Percintaan atau Tarian
Perkawinan. Tari Bedhaya Ketawang melambangkan curahan cinta asmara
Kangjeng Ratu kepada Sinuhun Sultan Agung. Semuanya itu terlukis dalam
gerak-gerik tangan serta seluruh bagian tubuh, cara memegang sondher dan
lain sebagainya. Namun demikian cetusan segala lambang tersebut telah
dibuat demikian halusnya, hingga mata awam kadangkadang sukar akan
dapat memahaminya. Satu-satunya yang jelas dan memudahkan dugaan
tentang adanya hubungan dengan suatu perkawman ialah, bahwa semua
penarinya dirias sebagai lazimnya temanten/mempelai yang akan
dipertemukan. Tentang hal kata-kata yang tercantum dalam nyanyian yang
mengiringi tarian, menunjukkan gambaran curahan asmara Kangjeng Ratu,
merayu dan mencumbu. Bila ditelaah serta dirasakan, pemirsa yang
mengerti kata-katanya, dianggap akan mudah membangkitkan rasa birahi.
Aslinya pergelaran ini berlangsung selama dua setengah jam. Tetapi sejak
zaman Sinuhun Paku Buwana X diadakan pengurangan, hingga akhimya
menjadi hanya satu setengah jam saja. Bagi mereka yang secara langsung
atau tidak langsung terlibat dalam kegiatan yang khusus ini berlaku suatu
kewajiban khusus. Sehari sebelum tarian ditarikan para anggota kerabat
Sinuhun menyucikan diri, lahir dan batin. Peraturan ini di masa-masa
dahulu masih ditaati benar. Walaupun terasa sangat memberatkan dan
meyusahkan, namun berkat kesadaran dan ketaatan serta pengabdian pada
keagungan Bedhaya Ketawang yang khusus itu, segala peraturan tersebut
dilaksanakan juga dengan penuh rasa tulus dan ikhlas. Yang penting ialah,
bahwa bagi mereka ini Bedhaya Ketawang merupakan suatu karya pusaka
yang suci. Untuk inilah mereka semua mematuhi setiap peraturan tatacara
yang berlaku.
Bagi para penari ada peraturan yang lebih ketat lagi, sebab menurut
adat yang dipercaya, mereka ini akan langsung berhubungan dengan Sang
Ratu Kidul. Karena itu mereka juga selalu harus dalain keadaan suci, baik
pada masa-masa latihan maupun pada waktu pergelarannya. Sebagai telah
dikemukakan di depan, Kangjeng Ratu Kidul hanya dapat dirasakan
kehadirannya oleh mereka yang langsung disentuh atau dipegang, bila cara
menarinya masih kurang betul. Oleh karena itu, pada setiap latihan yang
diadakan pada hari-hari Anggarakasih (Selasa Kliwon), setiap penari dan
semua pemain gamelan beserta suarawatinya harus selalu dalam keadaan
suci. Persiapan-persiapan untuk suatu pergelaran Bedhaya Ketawang harus
dilakukan sebaik-baiknya, dengan sangat teliti. Bila ada yang merasa
menghadapi halangan bulanan, lebih baik tidak mendaftarkan diri dahulu.
Di samping sejumlah penari yang tersedia diperlukan penari-penari
cadangan. Karena itu dipandang lebih bijaksana untuk memilih
penari-penari yang sudah cukup dewasa jiwanya, sehingga kekhusukan dan
ketekunan menarinya, akan lebih dapat terjamin.
Siapakah pencipta Bedhoyo Ketawang? Pertanyaan ini timbul, karena
orang mulai berpikir, mengapa. Bedhaya Ketawang itu dipandang demikian
sucinya. Menurut tradisi, Bedhaya Ketawang dianggap sebagai karya
Kangjeng Ratu Kidul Kencanasari, yang adalah Ratu mahluk halus seluruh
pulau Jawa. Istananya di dasar Samudera. Pusat daerahnya adalah
Mancingan, Parangtritis, di wilayah Yogyakarta. Tetapi menurut R.T.
Warsadftiingrat (abdidalem nryaga Kraton Solo), sebenarnya Kangjeng
Ratu Kidul hanya menambahkan dua orang penari lagi, sehingga, sembilan
orang, kemudian penari tersebut dipersembahkan kepada Raja Mataram.
Menurutnya penciptanya awal justru adalah Bathara Guru, pada tahun 167.
Semula disusunlah satu rombongan yang terdiri dari tujuh bidadari, untuk
menarikan tarian yang disebut Lenggotbawa. Iringan gamelan awalnya
hanya lima macam; berlaras pelog, pathet lima, dan terdiri atas: 1.
gending-kemanak, laras jangga kecil/manis penunggul; 2. kala –kendhang
3. sangka-gong, 4. pamucuk-kethuk, dan 5. sauran-kenong.
Jika demikian, maka Bedhaya Ketawang itu sifatnya Siwaistis dan umr
Bedhaya Ketawang sudah tua sekali, lebih tua daripada Kangjeng Ratu
Kidul. Bahkan menurut G.P.H. Kusumadiningrat, pencipta Lenggotbawa
adalah Bathara Wisnu, tatkala duduk di Balekambang. Tujuh buah permata
yang indah-indah telah diciptanya dan diubah wujudnya menjadi tujuh
bidadari yang cantik jelita yang kemudian menari-nari mengitari Bathara
Wisnu dengan arah memutar ke kanan . Melihat hal ini sang Bathara sangat
senang hatinya, karena dewa dianggap tidak pantas menoleh ke kanan dan
ke kiri, maka diciptanyalah mata yang banyak sekali jumlahnya, letaknya
tersebar di seluruh tubuhnya.
Menurut Sinuhun Paku Buwana X, Bedhaya Ketawang
menggambarkan lambang cinta Kangjeng Ratu Kidul pada Panembahan
Senapati. Segala geraknya melukiskan bujuk rayu dan cumbu birahi,
walaupun selalu dapat dielakkan oleh Sunuhun, bahkan Ratu Kidul lalu
memohon, agar Sinuhun ikut bersamanya menetap di samudera dan
bersinggasana di Sakadhomas Bale Kencana ( Singgasana yang dititipkan
oleh Prabu Rwnawijaya di dasar lautan.). Namun Sinuhun tidak mau
menuruti kehendak Kangjeng Ratu Kidul, karena masih ingin mencapai
sangkan paran. Selanjutnya begitu beliau mau mempensunting Kangjeng
Ratu Kidul, konsekuensinya secara turun temurun. Keturunannya yang
bertahta di pulau Jawa akan terikat janji dengan Kangjeng Ratu Kidul pada
saat peresmian kenaikan tahtanya. Kangjeng Ratu Kidul sendirilah yang
diminta datang di daratan untuk mengajarkan tarian Bedhaya Ketawang
pada penari-penari kesayangan Sinuhun. Pelajaran tarian ini diberikan setiap
hari Anggarakasih, dan untuk keperluan ini Kangj eng Ratu Kidul
diperkirakan akan hadir.
Gendhmg yang dipakai untuk mengiringi Bedhaya Ketawang disebut
juga Ketawang Gedhe. Gendhing ini tidak dapat dijadikan gendhing untuk
klenengan, karena resminya memang bukan gendhing, melainkan termasuk
tembang geron.g Garnelan iringannya, sebagai telah diterangkan di depan,
terdiri dan lima macam jenis: kethuk, kenong, kendhang, gong, dan
kemanak. Dalam hal ini yang jelas sekali terdengar ialah suara kemanaknya.
Tarian yang diiringi dibagi menjadi tiga adegan (babak). Anehnya, di
tengah-tengah seluruh bagian tarian larasnya berganti ke slendro sebentar
(sampai dua kali), kemudian kembali lagi ke laras pelog, hingga akhimya.
Pada bagian (babak) pertana diiringi sindhen Durma, selanjutnya berganti
ke Retnamulya. Pada saat mengiringi jalannya penari ke luar dan masuk lagi
ke Dalem Ageng Prabasuyasa alat garnelannya ditambah dengan rebab,
gender garnbang, dan suling. Ini semuanya dilakukan untuk menambah
keselarasan suasana. Selama tarian dilakukan sama sekali tidak digunakan
keprak. Keluarnya penari dari Dalem Ageng Prabasuyasa menuju ke
Pendapa Ageng Sasanasewaka, dengan bedalan berurutan satu demi satu.
Mereka mengitari Sinuhun yang duduk di singgasana (dhampar). Demikian
juga jalannya kembali ke dalam. Yang berbeda dengan kelaziman tarian
lain-lainnya, para penari Bedhaya Ketawang selalu mengitari Sinuhun,
sedang beliau duduk di sebelah kanan mereka. Pada tarian bedhaya atau
serimpi biasa, penari-penari keluar-masuk dari sebelah kanan Sinuhun, dan
kembalt melalut jalan yang sama.
Wayang Wong
Wayang Wong adalah nama sebuah drama tari yang terdapat di
beberapa daerah di Indonesia. Di Bali, wayang wong merupakan drama tari
bertopeng yang menggunakan dialog bahasa Kawi yang selalu menampilkan
wiracarita Ramayana. Di Jawa Tengah isitilah ini dipergunakan untuk
menyebut pertunjukan drama tari berdialog Jawa prosa yang biasanya
membawakan lakon-lakon dan cerita Mahabharata dan Ramayana, yang
diciptakan oleh Adipati Mangku Negara I pada akhir tahun 1750-an. Pada
akhir abad ke-19, pertunjukan istana ini berhasil dikeluarkan dari tembok
istana oleh pengusaba China kaya bernama Gan Kam dan dikemas sebagai
pertunjukan profesional dan komersial. Oleh karena itu, jangkauan
penontonnya sangat luas. Istilah wayang wong sering disebut pula wayang
orang. Bahkan oleh karena pertunjukannya ditampikan di atas panggung
dan bukan pendapa lagi, drama tari Jawa yang pernah mengalami masa jaya
pada tahun 1950-an dan awal tahun 1960-an ini, untuk membedakan dengan
pertunjukan wayang wong yang lain disebut wayang orang purwa. Di
daerah Istimewa Yogyakarta pernah berkembang pula dengan baik sebuah
drama tari berdialog bahasa Jawa prosa yang j uga bernama wayang wong.
Berbeda dengan wayang wong yang diciptakan oleh Adipati Mangku 1,
wayang wong dari istana Yogyakarta merupakan drama tari ritual
kenegaraan, yang diciptakan oleh Hamengku Buwana I pada akhir tahun
1756. Di Jawa Barat, pernah berkembang pula sebuah tontonan berbentuk
drama tari berdialog bahasa Sunda prosa yang disebut wayang wong. Dari
aspek kesejarahannya, jelas bahwa wayang wong Priangan ini mendapat
pengaruh yang sangat besar dari wayang wong Jawa Tengah. Yang akan
dibahas dalam bagian ini adalah wayang wong gaya Yogyakarta yang
sampai pada tahun 1929 merupakan pertunjukan ritual kenegaraan yang
sangat megah.
Apabila dilacak sejarahnya, sebenarnya pertunjukan drama tari yang
bernama wayang wong itu sudah sangat tua. Sebuah prasasti Jawa Kuna
yaitu prasasti Wimalasmara yang berangka tahun 930 M., telah menyebut
pertimjukan ini dengan istilah Jawa Kuna, wayang wwang. Namun
demikian kita tidak bisa membayangkan pertunjukan itu seperti apa. Sebuah
karya sastra kakawin Sumanasantaka dari Jawa Timur dari abad ke-12 juga
menyebutkan pertunjukan wayang wwang ini. Walaupun tidak jelas
gambaran cerita-cerita yang berasal dan wiracerita yang dibawakan pasti
berkisar pada Ramayana atau Mahabharata. Ketika pusat kebudayaan Jawa
berpindah dari Jawa Tengah ke Jawa Timur sejak abad ke-10, para
sastrawan Jawa, mulai menampilkan. ceritera yang benar-benar berpijak
pada. sumber-sumber Jawa, yaitu Panji. Bisa diperkirakan bahwa seniman
Jawa, pada masa Jawa Timur juga berupaya, untuk menghadirkan sebuah
drama tari yang tidak menampilkan wiracerita Ramayana dan Mahabarata,
melainkan menampilkan cerita Panji. Drama tari itu disebut raket. Kakawin
Negarakertagama yang ditulis Mpu Prapanca, pada tahun 1365 telah
membicarakan panjang lebar pertunjukan raket ini. Walaupun kita tidak
bisa. mendapatkan gambaran bentuk tontonan istana ini dengan jelas,
namun setidak-tidaknya ada petunjuk bahwa raket merupakan pertunjukan
ritual untuk kesuburan dan kemakmuran negara. Sang raja sendiri, Hayarn
Wuruk serta ayah sang raja Kertawardhana sering tampil pula dalam
pertunjukan ini (Theodore G.Th. Pigeaud 1960-1963).
Robson dalam disertasinya yang berjuudul Wangbang Widey: A
Javanese Panji Romance (1971), mengutarakan. bahwa raket (juga disebut
raket lalangkaran) merupakan bentuk lain atau nama lain dari gambuh.
Diduga keras bahwa di samping lahirnya drama tari yang disebut raket,
drama. tari wayang wwang yang membawakan wiraceritera, Ramayana dan
Mahabharata, masih tetap berkembang. Asumsi ini diperkuat dengan
adanya kenyataan bahwa di Bali yang merupakan pelestari budaya Jawa.
Timur, baik gambuh maupun wayang wwang atau wayang wong sampai
kini masih hidup. Hanya saja drama tari yang sudah sangat tua, yang
diperkirakan. masuk ke Bali dari Jawa Timur pada akhir abad ke-14 atau
awal abad ke-15, terdesak oleh genre-genre drama tari yang lebih baru.
Dengan cara membandingkan pertunjukan wayang wong Bali dengan relif
candi Panataran yang menampilkan wiracerita Ramayana, bisa diperkirakan
penampilan wayang wwang pada zaman Jawa Timur itu seperti pada
penampilan yang tergores pada relif candi Panataran. Adapun teknik tarinya
kemungkinan besar seperti wayang wong Bali yang selalu menampilkan
ceritera Ramayana.
Di Bali pertunjukan wayang wong selalu membawakan wiraceritera
Ramayana, dan semua penarinya mengenakan topeng penuh. Apabila drama
tari yang membawakan lakon dan wiracerita Mahabharata dinamakan
parwa; kemungkinan besar nama,lengkap dari kedua drama tan itu adalah
wayang wong Ramayana dan wayang wong Parwa. Mengenai kedua drama
tan Beryl de Zoete dan Walter Spies (1973) yang pernah tinggal lama di
Bali pada, tahun l930-an sering menyaksikan kedua bentuk seni
pertunjukan. itu sebenarnya merupakan genre yang sama. Bedanya, wayang
wong dipertunjukkan pada sore han, sedangkan parwa pada malam hari
menyusul pertunjukan wayang wong. Wayang wong yang merupakan drama
tari bertopeng dengan menampilkan Rama sebagat sang pahlawan pada sore
hari, parwa merupakan drama tari tak bertopeng yang menampilkan Muna
sebagai pahlawan pada malam. hari.
Dengan cara. membandingkan antara relif candi Panataran yang
menggambarkan wiracenta Ramayana serta relief candi-candi di Jawa.
Timur yang menampilkan. wiracenta Mahabharata seperti candi Jago,
Tigawangi, Surawana, dan Kedaton dengan pertunjukan wayang wong dan
parwa dan Bali, dapat diperkirakan bahwa pertunjukan wayang wwang pada
zaman Jawa Timur mirip dengan pertunjukan wayang wong dan parwa Bali
sekarang ini. Dugaan ini bisa diperkuat lagi apabila busana yang terekarn
pada relif candi Panataran dan candi-candi lain di Jawa Timur dibandingkan
dengan busana yangg tersungging pada wayang kulit Bali yang
menampilkan. lakon-lakon dari wiracerita Ramayana dan Mahabharata.
Pertunjukan. wayang kulit Bali yang membawakan ceritera Ramayana.
biasa disebut sebagai Wayang Ramayana, sedangkan yang menampilkan
lakon-lakon dari wiracerita Mahabharata, disebut Wayang Parwa.
Apabila dilacak sejarahnya, sebenarnya, penciptaan wayang wong di
istana Yogyakarta merupakan upaya, untuk menghidupkan. kembali
pertunjukan wayang wwang dari masa Majapahit. Kiblat Sultan Hamengku
Buwana I ke Majapahit sangat beralasan, oleh karena sebagai raja yang baru
dan kerajaan yang merupakan bagian dari kerajaan Mataram Surakarta, ia
ingin menampilkan sebagai raja yang sah yang mewarisi takhta dari garis
keturunan Majapahit. Dalam tradisi Jawa, seorang yang ingin menjadi raja
bukan saja karena ia terbukti masih merupakan keturunan dan raja terdahulu
akan tetapi ia harus memiliki wahyu, berbagai benda pusaka, serta bisa
menjaga keseimbangan dunia dengan melakukan. hubungan spiritual
dengan berbagat kekuatan alarn (Heine Geldern 1956). Ada tiga wahyu
penting yarig harus dimillki oleh raja, yaitu wahyu nubuwah, whiyu
hukumah, dan waliyu wilayah. Wahvu nubuwah mengesahkan raja sebagal
wakil Tuhan; wahyu huumah mengesahkan raja adalah sumber hukum; dan
wahyu wilayah mengesahkan raja sebagai penguasa dunia (SeloSoemardjan
1962; juga Darsiti Soeratman 1989).
Ketika terjadi penandatangan Perjanjian Giyanti pada tahun 1775 yang
mengesahkan pembagian kerajaan Mataram Surakarta menjadi dua, yaitu
yang tetap menjadi wewenang Sunan Paku Buwana III yang merupakan
setengah dari kerajaan Mataram Surakarta, dan setengahnya yang menjadi
hak Sultan Hamengku Buwana I yang menggunakan nama kerajaan
barunya, Kasultanan Ngayogyakarta Adiningrat. Ada beberapa pusaka yang
diserahkan oleh Paku Buwana III kepada pamannya, Sultan Hamengku
Buwana . Pusaka-pusaka itu yang merupakan warisan dari raja-raja
terdahulu ada yang berupa senjata tajam seperti tombak Kanjeng Kyai
Plered, Kanjeng Kyai Baru, Kanjeng Kyai Megatruh, Kanjeng Kyai
Gadatapan, Kanjeng Kyai Gadawedana, yang berupa keris yaitu Kanjeng
Kyai Kopek, Kanjeng Kyai Bethok, Kanjeng Kyai Sengkelat, dan Kanjeng
Kyai Jakapiturun; yang berupa bendera yaitu Kanjeng Kyai
Tunggulwulung, Kanjeng Kyai Pare Anom, Kanjeng Kyai Puja, dan
Kanjeng Kyai Puji; yang berupa gong perang yaitu Kanjeng Kyat Tundung
Mungsuh; Kanjeng Kyai Sima, Kanjeng Kyai Udanurum, dan Kanjeng Kyai
Bijak; tiga tempat menanak nasi yaitu Kanjeng Kyai Blawong, Kanjeng
Kyai Kendhil Siyem, Kanjeng Kyai Berkat; juga sebuah gendang bernama
Kanjeng Kyai Meyek, serta. sebuah baju Kanjeng Kyai Antakusuma atau
Kanjeng Kyai Gundhil. Adapula sekitar 20 wayang kulit yang dianggap
sebahai pusaka lain Kanjeng Kyai Jayaningrum (Arjuna), Kanjeng Kyai
Bayukusuma (Bima), dan sebagainya. Sebuah kitab ada yang dikeramatkan
yang juga dianggap sebagai pusaka yaitu Kanjeng Kyai Surjaraja. Dua
buah kereta berkuda kebesaran yang juga dianggap sebagaipPusaka adalah
Kanjeng Kyai Jimat (Sultan Hamengku Buwana III, 1814-1822) dan
Kanjeng Kyai Garudha Yeksa (Sultan Hamengku Buwana VI, 1855-1877).
Kedua kereta itu oleh kalangan umum disebut sebagai kereta kencana. Salah
satu seni pertunjukan yang dianggap sebagai seni pusaka adalah wayang
wong, yang diciptakan kembali oleh Sultan Hamengku Buwana 1.
Sudah barang tentu timbul pertanyaan, mengapa wayang wong
diangggap sebagai pusaka Soedarsono dalain disertasinya yang berjudul
Wayang Wong: The State Dance Drama in the Court of Yoyakarta (1983)
telah membuktikan bahwa pertunjukan wayang wong di keratOn
Yogyakarta bukanlah sekedar pertunjukan akbar sebagai kebanggan istana
akan tetapi memiliki makna yang lebih dalam yaitu sebagai pertunjukan
guna menambah legitimasi kehadiran raja di atas tahta. Tema-tema yang
ditampilkan dalam lakon-lakon wayang wong selalu melambangkan
kesuburan yang digambarkan lewat perkawinan atau perang antara dua
keluarga yaitu Pandawa dan Kurawa. Pertunjukan-pertunjukan akbar yang
berlangsung dalam dua sampai empat hari empat malam itu selalu
memperingati peristiwa-peristiwa penting dalam kehidupan istana, yaitu
ulang tahun bedirinya, Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, ulang tahun
penting yang dalam tradisi Jawa disebut tumbuk yang teejadi delapan tahun
sekali, serta pernikahan putra-putri Sultan.
Cirl-ciri ritual dari pergelaran wayang wong ialah : (1) tempat
pertunjukan di Tratag Bangsal Kencana, dan Sultan sendiri duduk di
tengah-tengah Bangsal Kencana mengahadap ke timur; (2) pemilihan waktu
pergelaran yang dimulai sejak jam enam pagi selalu mengikuti perhitungan
kalender Jawa; (3) para penarinya adalah pernari terpilih, bahkan laki-laki
semua; (4) selain disediakan seperangkat sesaji juga terdapat doa-doa yang
isinya mengharapkan kemakuran negara dan raja. Bangsal Kencana adalah
bangsal tanpa dinding yang merupakan pusat dari bangunan keraton.
Tempat ini biasanya dipergunakan sebagai tempat penghadapan pejabat
tinggi negara untuk membuktikan kesetiaan mereka terhadap Sultan. Tepat
di tengah-tengah Bangsal Kencana Sultan ketika menyaksikan pertunjukan
wayang wong duduk sendirian di atas kursi kebesaran menghadap ke timur.
Pertunjukan yang dimulai tepat jain 06.00 pagi memiliki makna, bahwa
pertunjukan itu dipersembahkan juga kepada Dewa Matahari yang dalam
pantheon Jawa adalah Dewa Surya. Dalam tradisi Jawa Hindu, Dewa ini
identik dengan Dewa Wisnu, yang dalam pantheon Hindu merupakan Dewa
Pemelihara Dunia. Gelar Sultan Hamengku Buwana memiliki makna
"Pemelihara Dunia." Hal ini berarti bahwa ketika Sultan menyaksikan
wayang wong, Sultan juga melakukan penghormatan kepada Dewa Surya
atau Wisnu, yang sebenarnya adalah dirinya sendin. Mungkin pada, saat
itulah Sultan melakukan meditasi untuk menyatu dengan Dewa Surya atau
Wisnu, sesuai dengan konsep, kerajaan klasik Jawa yang mengacu kepada,
konsep devaraja dari India, akan tetapi dalam tata, kehidupan politik di
Jawa, dijabarkan menjadi ratu gung binathara yang berarti raja besar yang
didewakan. Pencandraan Sultan Hamengk Buwana I sebagai Dewa Wisnu
banyak dijumpat dalam kitab-kitab babad Babad Mangkubumi misalnya
mengibaratkan pangeran Mangkubumi (nama Hamengku Buwana I sebelum
naik tahta), Lir Pendah Wisnu Bhatara' yang berarti setampan Batara
Wisnu (M.C. Ricklefs 1974). Adapun Babad Mentawis mencandra Sultan
Lir upama ywang Wisnu lagya arseng tumameng marcapada yang berarti
"Seperti Ywang Wisnu yang sedang akan turun ke marcapada."
Penggunaan perari laki-laki semua dalam pergelaran wayang wong
kemungkinan besar untuk menjaga jangan sampai pertunjukan yang
berlangsung selama dua sampai empat hari empat malam itu tercemar,
seandainya ada penari perempuan sekoyong-koyong dalam keadaan haid.
Bahkan tari Bedhaya Semang yang pernah beberapa kali tampil di keraton
Yogyakarta, ditarikan oleh sembilan penan pria, walaupun bedhaya adalah
tari putri. Doa-doa, keselamatan, serta kemakmuran bisa dijumpai pada
akhir teks dan pertunjukan yang disebut Serat Kandha sebagai bukti bahwa
pergelaran wayang wong di Yogyakarta merupakan sebuah ritual
kenegaraan, semua kawula dalem atau rakyat Yogyakarta diizinkan oleh
Sultan untuk menyaksikan. Groneman dalarn sebuah ulasannya tentang
sebuah pertunjukan wayang wong yang pernah ia saksikan pada akbir abad
ke-19 yang dituangkan dalam bukunya, berjudul De Wayang Orang
Pregiwa in den Kraton te Yogyakarta (1899) mengatakan bahwa setiap
harinya pertunjukan akbar itu dikunjungi oleh tidak lebih dari 30.000 orang.
Penonton yang berjumlah ribuan itu sebenamya tidak bisa menikmati
pergelaran dengan baik oleh karena semuanya duduk di atas halaman
berpasir di bawah pohon sawo yang ridang. Namun demikian penduduk
Yogyakarta itu tetap setia duduk dengan tenangnya tanpa ada yang berisik.
Walaupun mereka tidak bisa menyaksikan serta menikmati pertunjukan
yang langka itu, namum mereka sudah puas apabila sudah bisa duduk di
pelataran istana yang sejuk itu mereka percaya bahwa kehadiran mereka di
dalam keraton sudah mendapatkan berkah keselamatan dari Sultan.
Jaran Kepang (Kasus Sumatera Utara)
Jaran kepang adalah salah satu jenis tradisi seni pertunjukan yang
dimiliki masyarakat Jawa di Sumatera Utara. Seni pertunjukan tersebut
berkaitan dengan musik, tari, upacara, hiburan dan possession (kesurupan).
Isilah jaran kepang tersebur berasal dari bahasa Jawa yaitu kata ‘jaran’ yang
berari kuda, dan ‘kepang’ berarti anyaman berbentuk kuda—yang terbuat
dari bilahan bambu. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia yang ditulis
oleh oleh Poerwadarmina (1983:485, 612) mengartikan jaran kepang
sebagai: (1) alat peraga berbenuk kuda yang terbuat dari bilahan bambu
yang dianyam; (2) nama jenis pertunjukan yang memakai model kuda
(sebagai perlengkapan penari).
Pada awalnya jaran kepang hidup pada masyarakat Jawa yang berada di
Pulau Jawa. Selanjutnya jaran kepang berkembang hingga keluar daerah
budaya asalnya. Salah satunya sampai ke Provinsi Sumatera Utara, yang
dibawa oleh orang-orang Jawa yang merantau atau bertransmigrasi.
Di Sumatera Utara jaran kepang ditemui di daerah-daerah yang
dimukimi orang Jawa, baik di kota maupun pinggiran kota. Masyarakat
Jawa yang mendukung kesenian tersebut adalah masyarakat keturunan Jawa
yang lahir di pulau Jawa dan yang lahir dan dibesarkan di Sumatera Utara.
Mereka dijuluki dengan “Jawa Deli” atau “Pujakesuma” (Putra Jawa
Kelahiran Sumatera/Putra Jawa yang ke Sumatera).
Di Sumatera Utara, tradisi pertunjukan jaran kepang ini hidup dalam
lingkungan masyarakat Jawa yang berdampingan dengan suku-suku lainnya,
seperti Melayu, Batak Toba, Batak Karo, Minang, dan sebagainya.
Pertunjukan ini tetap hidup dan berkembang, menurut pendukung kesenian
jaran kepang disebabkan Masyarakat Jawa sebagai pendukung utamanya
sangat “mencintai” kesenian daerahnya. Akibatnya mereka selalu ingin
menampilkan, mempertahankan, dan memajukannya. Di samping iu,
didukung juga oleh keadaan masyarakat Jawa yang masih banyak
mempercayai bahwa dengan pertunjukan jaran kepang mereka dapat
terhindar dari gangguan makhluk halus. Melalui kesenian itu, mereka juga
menunjukkan identitas etnis mereka, dan menjadikannya sebagai salah satu
cara pengintegrasian suku Jawa dengan suku lainnya di Sumatera Utara.
Bagi masyarakat pendukung—selain suku Jawa—menganggap pertunjukan
jaran kepang hanya sebagai hiburan.
Tradisi pertunjukan jaran kepang di Sumatera Utara telah dikenal
masyarakat luas. Hal ini disebabkan adanya kelompok-kelompok jaran
kepang mengadakan pertunjukan ke berbagai tempat atau daerah. Melalui
pertunjukan seperti itu mereka dapat dikenal masyarakat luas. Kegiatan
seperti itu mereka gunakan untuk latihan maupun menunjukkan keahlian
mereka di depan umum.
Biasanya, jaran kepang di tengah masyarakat di antaranya digunakan
untuk memeriahkan perayaan hari besar Negara, seperti hari kemerdekaan
pada tanggal 17 Agustus. Sepengetahuan penulis, pada saat itu di berbagai
tempat kelompok kesenian jaran kepang mengadakan pertunjukan, dengan
tujuan membuat keramaian dan sebagai hiburan bagi masyarakat. Selain itu,
pertunjukan dilakukan untuk memenuhi hajat sebuah keluarga, seperti acara
sunatan, perkawinan, panen dan hari libur lainnya.
Umumnya anggota pendukung pertunjukan jaran kepang terdiri dari
empat kelompok yaitu (1) tujuh sampai sembilan orang penari, (2) empat
orang pemain musik, (3) satu orang pawang (pengendali makhluk halus),
(4) penonton. Selain itu, ada pendukung lain yang dipercaya dan sangat
penting bagi anggota jaran kepang, tetapi idak terlihat dengan mata, yaitu
endang (roh halus) yang dipercaya berasal dari tempat-tempat yang
dianggap “keramat,” sumur tua, gunung dan lain-lain. Endang pun masingmasing mempunyai nama seperti Jamprong, Mendung, Mega, Melai, Singo
Barong, dan Penthong.
Pendukung pertunjukan jaran kepang seperti pawang, biasanya adalah
orang yang mempunyai “ilmu” perdukunan yang dapat menguasai makhlukmakhluk halus, dan pawang ini yang memimpin pertunjukan. Sedangkan
penari, selain dilatih dalam keterampilan menari, pribadinya (batinnya)
perlu dipersiapkan oleh pawang. Sebab penari inilah yang nantinya
mengalami kesurupan (kemasukan roh halus)—sehingga hilang
kesadarannya. Untuk mempersiapkan bainnya, kadang mereka harus
perpuasa, dimandikan air kembang wangi (bunga) dan dijampi dengan
bacaan-bacaan tertentu agar tubuh penari dapat dimasuki endang dalam
pertunjukan. Pawang menilai keberadaan seorang calon penari, apakah telah
memenuhi syarat, dan memiliki kemampuan dan kemauan, berdasarkan
ilmu yang ada padanya. Apabila hal itu terpenuhi, maka sempurnalah ia
menjadi penari jaran kepang. Sedangkan bagi pemusik yang diperlukan
adalah keterampilan memainkan musik. Mengenai para penonton
pertunjukan, tidak hanya terdiri dari suku Jawa, tetapi terdiri dari berbagai
suku bangsa (yang berdampingan dengan mereka) dan segala tingkat usia.
Perlengkapan yang dipergunakan dalam peunjukan jaran kepang terdiri
dari jaran kepang, topeng, alat-alar musik, sajen, cambuk (pecut), dan
pakaian khusus untuk penari. Alat-alat musik yang dipakai yaitu kebdhang
(membranofon berbentuk barel) dua sisi, demung (idiofon-metalofon)
dengan tujuh bilahan—memakai kotak resonator, saron (xilofon logam)
ukurannya lebih kecil dari demung dengan sembilan bilahan, dan dua buah
gong kemodong (idiofon)—terbuat dari plat besi bentuknya segi empat—
memakai koak resonator. Alat peraga yang digunakan penari, tiga buah
topeng yang masing-masing bernama barongan, cepet, dan penhul. Ketiga
jenis topeng ini dipergunakan untuk melakonkan karakter-karakter tertenu
seperi lucu dan seram.
Sajen digunakan dalam pertunjukan merupakan sesaji atau pemberian
unuk ending. Biasanya terdiri dari bunga, makanan, minuman, kemenyan,
minyak wangi, yang semuanya itu disediakan untuk endang agar mau dating
dan menerima sebagai makanannya.Sebagai contoh (1) Wedang yang
teridiri dari tiga gelas minuman sebagai berikut: dua gelas minuman yang
isinya kopi, labu jipang yang diparut, santan, dan air panas, Sau gelas terdiri
dari the dan air panas. (2) Kembang wangi (kembang talon) yang terdiri dari
bunga kantil, bunga mawar merah, putih,dan bunga melati. (3) Kemenyan
putih yang dibakar selama pertunjukan di dupa kecil. (4) Minyak wangi cap
“Duyung.” (5) Makanan tambahan yang terdiri dari kelapa, batang pisang,
keladi, padi, nasi, kaca, dan air yang bercampur bunga. Sajian dimakan
penari apabila telah kesurupan, dan mereka masing-masing diberikan sajen
oleh pawang.
Kemenyan yang dibakar oleh pawang selama berlangsung pertunjukan
berguna agar lapangan disekitar pertunjukan menjadi wangi, sehingga
ending yang dipanggil mengenali tempat tersebut dan dapat daang dengan
mudah. Kemenyan tersebu juga merupakan benda perantara yang membantu
komunikasi antara pawang dengan ending. Sedangkan minyak wangi
berguna sebagai minuman dan unuk menyadarkan penari yang kesurupan
serta memudahkan ending pulang ke empat asalnya.
Pakaian penari, memakai celana hiam setengah lutut, pakai sampur,
kain panjang yang melili pinggang, jampang sumping, amkuta dan baju.
Ringkasan hubungan pemakaian perlengkapan tersebut dengan anggota
pendukung jaran kepang seperti table berikut.
Perleng
kapan
Anggota
Penari
(7-9)
Pemain
Musik
Pawang
Kepang
X
Topeng:
Barongan
Cepet
Penthul
Alat
Musik
Kendang
Pecut
Sajen
Demung
Saron
Gong
Paka
ian
Khusus
X
X
X
X
X
X
X
Jaran kepang biasanya dimainkan di lapangan terbuka atau halaman
rumah yang agak luas. Tempat itu dianggap ideal, karena penari
memerlukan kebebasan bergerak dan adanya interaksi penonon dengan
pertunjukan. Pertunjukan bebas unuk dionon siapa saja. Jaran kepang akan
dimainkan di lapangan terbuka pada acara-acara yang bersifa umum, salah
saunya seperti Hari kemerdakaan Indonesia. Sedangkan perunjukan yang
berkaitan dengan hajat sebuah keluarga seperi sunat dan perkawinan
menggunakan halaman rumah.
Mengenai waktu pertunjukan, setiap kelompok jaran kepang
mempunyai kebiasaan masing-masing. Umumnya pertunjukan dilaksanakan
di sore hari. Tetapi pertunjukan bias juga disesuaikan dengan kebuuhan
pemesan dan keinginan pemain. Bisa pada pagi, siang, sore dan malam hari.
Bermain pada malam hari perlu penerangan yang cukup .
Pertunjukan jaran kepang ditampilkan dengan tiga tahapan yaitu: (1)
Tahap persiapan. Pada tahap ini, semua alat-alat yang akan dipergunakan
disusun di lapangan. Kemudian pawang membakar kemenyan. Lalu pawang
membacakan mantera yang diujukan kepada endang. Setelah mantera
dibacakan berarti endang telah dikumpul disekitar lapangan ataupun di
dalam kendang dan siap untuk dilibatkan dalam perunjukan; (2) Tahap
babakan kosong (persembahan). Pengertian babakan kosong berkaitan
dengan kondisi tubuh penari yang belum dimasuki endang (masih kosong).
Pengertian lain dari istilah ini, adalah bagian perunjukan tanpa kesurupan.
Tahap ini dianggap sebagai pembukaan pertunjukan jaran kepang. Di dalam
tahap ini gendhing yang dimainkan bernama Eling-eling (berarti ingat).
Dimainkan unukmengiringi tarian seperti persembahan. Selama babakan
kosong penari harus dalam keadaan sadar atau ingat. (3) Tahap permainan,
pada tahap inilah perisiwa kesurupan ditampilkan. Di dalam eahap ini
gendhing yang dimainkan diantaranya bernama Baladewaan, Jahilan, dan
Ricik-ricik.
Dilihat dari perunjukan jaran kepang, salah satu yang menjadi daya
tarik pertunjukan adalah terjadinya kesurupan para penari yang
menghilangkan kesadaran mereka. Untuk menghadirkan atau menciptakan
perisiwa kesurupan ini, diperlukan kerjasama antara pawang, penari, dan
pemusik. Selain iu, kehadiran, harapan, dan dorongan penonton
memperbesar minat para penari unuk menjadi cepat kesurupan. Kerjasama
itu diwujudkan melalui ilmu pawang yang dipergunakan untuk
menghadirkan atau melepaskan endang di arena pertunjukan dan
memasukkannya ke tubuh penari; penari yang akan dimasuki endang harus
mempunyai kemauan dan kemampuan untuk menerimanya masuk ke dalam
tubuhnya; pemusik mengatur irama permainan sesuai dengan kebutuhan
pertunjukan, contohnya: jika akan menciptakan peristiwa kesurupan, musik
yang sedang dimainkan dipercepat temponya. Setelah kerjasama itu tercipta,
akan terlihat proses masuk endang ke ubuh penari. Perjalanannya dapa
digambarkan sebagai berikut:
Bunyi musik---penari siap---endang dilepas pawang—tempo ritem bertambah cepat—
endang masuk ketubuh penari.
Saat endang masuk ke tubuh penari diantaranya ditandai dengan jatuhnya
penari ke tanah atau tubuhnya kejang. Kedua tangannya terentang dan jarijarinya mengepal, kedua kaki menegang, dan matanya memandang melotot
ke satu arah dan dadanya lebih membusung ke depan. Proses ini
berlangsung kira-kira lima belas detik. Setelah endang memasuki tubuh
penari, dianggap penari tersebut bergerak atas kemauan endang. Pawanglah
yang bertugas mengendalikan penari tersebut. Pada saat ini tugas pawang
dan pemusik adalah mempertahankan kesurupan ini lebih lama lagi.
Gendhing yang dimainkan bergani-ganti sesuai dengan permintaan penari
yang sedang kesurupan. Cara penari meminta ganti gendhing dengan berdiri
menghadap kedepan pemain saron atau dengan menunjuk-nunjuk dengan
kaki mereka. Bersamaan dengan ini, para penari diberi makan sajian oleh
pawang.
Dari pertunjukan terlihat dan terdengar, meskipun gending-gending
yang mengiringi perunjukan jaran kepang relaif “sederhana,” tetapi cukup
dapat mengiringi sebuah pertunjukan tari dan proses kesurupan.
Kesederhanaan gendhing-gendhing yang dimainkan membuat orang yang
pernah menonton jaran kepang dengan mudah dapat mengingat aau
mengenal cirri-ciri musik jaran kepang.
Dari pertunjukan ini terlihat bahwa di dalam sebuah pertunjukan
setiap unsur mempunyai keterkaian antara sau dengan lainnya. Pertunjukan
jaran kepang masih berhubungan dengan kepercayaan terhadap makhluk
halus dan mempergunakan ilmu gaib (terutama pawang). Tentang hubungan
antara musik dan kesurupan, proses masuk dan keluar dari kesurupan
dibantu musik yang temponya semakin cepat, sehingga tempo yang semakin
cepat dapat dikaikan dengan proses transformasi tahap kesadaran.
Musik atau Karawitan
Di Jawa, gamelan adalah sebuah istilah umum untuk ensambel
musik. Gamelan terdiri dari beberapa alat musik dengan berbagai ukuran,
yang jumlahnya bisa mencapi 75 buah. Variasi seperti ini dijumpai tidak
hanya dari satu pulau ke pulau lainnya di seluruh Indonesia, tetapi misalnya
di pulau Jawa sendiri gamelan memiliki berbagai variasi. Penelitian secara
etnomusikologis sejauh ini banyak dilakukan terhadap berbagai tradisi
musik yang dijumpai di Jawa dan Bali. Meskipun orang-orang Barat selalu
berpikiran bahwa musik gamelan hanyalah instrumentalia, tetapi banyak
juga nyanyian yang merupakan musik yang tak kalah pentingnya pada
komposisi musik di Jawa Tengah dan Timur. Seorang penyanyi wanita solo
(pesindhen), seorang penyanyi lelaki membawa suara unisono (gerong) atau
laki-laki pembawa suara campuran (gerong bedayan) sering dipergunakan
dan tepukan tangan yang lembut membawa ketukan dasar dapat disaksikan
dalam pertunjukan musik Jawa. Suara yang lembut, yang merupakan
ornamentasi musik paduan suara dapat dikatakan berhubungan dengan
melodi yang dihasilkan rebab yang bersenar dua, sebuah lute gesek.
Penyanyi wanita solo menyajikan melodi bersama suling, end-blown flute.
Pada beebrapa komposisi gamelan digunakan alat musik zither bersenar
yang disebut celempung, juga sebuah alat musik zither yang disebut siter,
senarnya 26 dilaras ganda menghasilkan 13 nada.
Alat musik yang paling banyak digunakan dalam gamelan adalah
metalofon tembaga. Terdiri dari saron, satu set bilahan di atas kotak
resonator. Dimainkan dengan tabuh. Memiliki tiga ukuran, yang paling
kecil saron panerus atau peking, yang pertengahan adalah saron barung,
dan yang paling besar adalah saron demung. Alat musik lainnya adalah
xilofon kayu yang disebut gambang kayu. Selain itu ada pula alat musik
pembawa melodi lainnya yang disebut gendher, bilahan-bilahan kecil dari
tembaga diletakkan di atas tabung resonator. Seperti saron, gendher
memiliki tiga ukuran, yang kecil gendher panerus, yang pertengahan
gendher barung, dan yang terbesar gendher panembung atau slentem.
Keluarga gong berpencu yang diletakkan di atas rak disebut dengan bonang,
gunanya membawa waktu dalam musik. Dipergunakan onomatopeik ketuk,
kenong, kempul, dan gong untuk alat-alat musik pembawa siklus waktu.
Alat musik pembawa ritmik yang paling utama dalam ensambel gamelan
adalah kendhang, berbentuk barel dua sisi. Di Jawa juga ditemukan alat
musik angklung yang terbuat dari bambu fungsinya membawa melodi.
Istilah yang paling umum untuk komposisi musik adalah gendhing. Unit
yangutama dalam karawitan Jawa adalah siklus gongan. Sistem musik
Jawa biasanya ditulis dalam notasi Kepatihan, ada juga santiswara, dan
notasi taman siswa.
Unsur tangga nada dalam musik Jawa terdiri dari dua laras, yaitu
slendro dan pelog. Setiap tanga nada ini terdiri atas tiga pathet (modus).
Tangga nada slendro terdiri dari pathet manyura, sanga, dan nem.
Sementara tangga nada pelog terdiri atas pathet lima, nem, dan barang.
Nama-nama nada untuktanga nada slendro adalah nem, siji atau barang,
loro atau gulu, telu atau dada, dan lima. Untuk tangga nada pelog, nadanada yang digunakan adalah: nem, pitu atau barang, siji atau penunggul
atau bem, loro, telu, papat atau pelog, dan lima. Demikian sekilas
keberadaan karawitan atau musik tradisional Jawa.
Daftar Pustaka
Becker, Judith, 1976. Traditional Music in Modern Java. Honolulu: University of
Hawaii Press.
Depdikbud, 1997. Perkembangan Ludruk di Jawa Timur. Jakarta: Pusat Pembinaan
dan Pengembangan Bahasa Depdikbud.
Hartono, 1980. Reyog Ponorogo. Jakarta; Depdikbud.
Hood, Mantle, 1954. Patet in Javanese Music. Groningen: Wolters.
Hood, Mantle, 1971. The Ethnomusicologist. New York: McGraw-Hill Book
Company.
Kunst, Jaap, 1949. Music in Java. The Hague: Martinus Nijhoff.
R.M. Soedarsono, 1983. Wayang Wong: The State Dance Drama in the Court of
Yogyakarta. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Soedarso, Sp. (ed.), 1991. Beberapa Catatan tentang Perkembangan Kesenian Kita.
Yogyakarta: B.P. ISI Yogyakarta.
Wardiman Jayakusuma, 1992. Seni Tari Jawa. Surabaya: Penerbit Sinar Ilmu.
Achmad A., 1997. Kesenian Nusantara. Surabaya: Rineka Cipta.
Tentang Penuls
Heristina Dewi, dengan gelar akademik Dra. dan M.Pd., adalah Dosen
Fakultas Sastra USU, di Departemen Etnomusikologi lahir pada tahun 1966 di
Medan. Menamatkan Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, dan Sekolah
Menengah Atas di Medan. Tahun 1992 menamatkan studi sarjana seninya di
Jurusan Etnomusikologi Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara, menulis
skripsi dengan tema kuda kepang di Sumatera Utara. Selanjutnya tahun 2007
menamatkan studi magister pendidikan pada Jurusan Antropologi dan Sosiologi,
Universitas Negeri Padang (UNP), dengan tema jaran kepang di Sumatera Utara
degan pendekatan antropologis. Aktif sebagai dosen, peneliti, dan penulis. Kini
menjabat sebagai Sekretaris Departemen Etnomusikologi, Fakultas Sastra,
Universitas Sumatera Utara, Medan. Kantor: Jalan Universitas No. 19 Medan,
20155, telefon/fax.: (061)8215956.
Download