PENDAHULUAN Pengertian Emosi Emosi didefinisikan sebagai

advertisement
PENDAHULUAN
A. Pengertian Emosi
Emosi didefinisikan sebagai perasaan atau afek yang terjadi ketika seseorang berada
dalam suatu kondisi atau sedang terlibat dengan interaksi yang penting baginya, khususnya
terkait kesejahteraan. Sering kali, emosi melibatkan komunikasi antara individu dan dunianya.
Meski emosi lebih dari sekedar komunikasi, komunikasi adalah aspek emosi yang mengemuka
di masa bayi (Campos dalam santrock, 2011)
Para psikolog telah mengklasifikasikan emosi melalui berbagai cara, namun hampir
semua klasifikasi itu membedakan emosi sebagai positif atau negatif (izard dalam santrock,
2011). Emosi positif dapat mencakup antusiasme, kegembiraan, dan cinta. Emosi negatif dapat
mencakup antusiasme kegembiraan, dan cinta. Emosi negatif dapat mencakup kecemasan,
kemarahan, rasa bersalah, dan kesedihan.
1.
Pengaruh biologis dan lingkungan
Emosi dipengaruhi oleh dasar bilogis maupun pengalaman seseorang. Pentingnya
peranan biologi bagi emosi juga terlihat pada perubahan kapasitas emosi seorang bayi ( kagan
dalam santrock, 2011). Daerah-raerah tertentu di otak yang berkembang di masa awal
kehidupan (seperti batang otak, hipokampus, dan amigdala) berperan sebagai munculnya
kesedihan, kegembiraan, dan kemarahan; bahkan bayi juga memperlihatkan emosi-emosi ini
(Buss & Goldsmith dalam santrock, 2007). Namun, sebagaimana akan kami diskusikan dalam
bab ini, kemampuan bayi untuk mengembangkan kemampuan meregulasi emosi berlangsung
secara bertahap, dan kemampuan ini agaknya berkaitan dengan kematangan yang bertahap dari
daerah frontal di korteks serebral (dibahas di Bab 4) yang dapat melakukan kontrol terhadap
area-area lain dari otak (Bell, Greec, & Wolfe dalam Santrock, 2011).
Meskipun demikian, faktor-faktor biologis ini, hanyalah sebagian dari seluruh kisah
mengenai emosi. Emosi memiliki fungsi yang penting dalam relasi kita (Stern dalam santrock,
2011). Emosi juga merupakan bahasa pertama dalam komunikasi orang tua dan bayi. Interaksi
emosi, seperti katika Darius menangis dan ayahnya menanggapinya dengan penuh kasih
sayang, dapat memberikan dasar bagi bayi untuk mengembangkan kelekatan dengan orang
tuanya.
1
Selanjjutnya, relasi sosial menjadi tempat bagi perkembangan berbagai emosi (Kopp
dalam santrock, 2011). Ketika seorang balita mendengan orang tuanya bertengkar, mereka
sering kali menjadi sedih dan segan bermain. Keluarga yang berfungsi dengan baik mampu
membuat anggota-anggota keluarganya tertawa dan mengmbangkan suasana hati yang ringan
yang dapat merekan konflik. Evolusi biologis telah menganugerahi manusia dengan sifat
emosional, namun kelekatan dalam relasi dengan orang lain memberikan variasi pengalaman
emosional (Thompson & Virmani dalam Santrock, 2011). Sebagai contoh, para peneliti telah
menemukan bahwa bayi-bayi Asia Timur lebih jarang menunjukkan emosi serta lebih sedikit
menunjukkan emosi positif dan negatif dibandingkan bayi-bayi Kulit pUtih non Latin (Cole &
Tan dalam santrock, 2011). Lebih lanjut, para orang tua Jepang mencoba mencegah bayi
mereka mengalami emosi negatif, sementara para orang tua Kulit Putih non-Latin berespons
setelah anak mereka mengalami kesedihan dan membantu mengatasinya (Cole & Tan dalam
Santrock, 2011).
2.
Emosi-emosi Awal
Ahli terkemuka di bidang perkembangan emosional bayi, Michael Lewis (2007,2008)
membedakan antara emosi primer dan emosi sadar-diri. Emosi primer adalah emosi yang
dimiliki oleh manusia dan binatang; emosi-emosi ini diekspresikan dalam enam bulan pertama
kehidupan bayi manusia. Emosi primer mencakup terkejut, tertarik, gembira, marah, sedih,
takut, dan jijik. Dalam klasifikasi Lewis, emosi sadar-diri (self-consious emotion) memerlukan
kewaspadaan diri yang melibatkan kesadaran dan rasa “keakuan”. Emosi sadar-diri mencakup
cemburu, empati, malu, bangga, menyesal, dan rasa bersalah, yang kebanyakan muncul
pertama kali pada paruh kedua tahun pertama hingga tahun kedua. Beberapa ahli menyebut
emosi-emosi sadar-diri seperti malu, menyesal, rasa bersalah, dan bangga sebagai emosi sadarorang lain karena melibatkan reaksi-reaksi emosional dari orang lain ketika emosi ini muncul
(Saarni & kawan kawan dalam santrock, 2011). Contohnya, persetujuan orang tua berkaitan
dengan balita yang mulai menunjukkan rasa bangga ketika berhasil menyeleseaikn tugas
tertentu.
Para peneliti seperti Joseph Campos (2005) dan Michael Lewis (2007) memperdebatkan
mengenai seberapa awalkah emosi-emosi seperti di atas muncul pertama kali dalam masa bayi
dan balita, dan bagaimanakah urutannya sebagai indikasi dari kontroversi mengenai kapan
pertama kalinya suatu emosi diperlihatkan oleh bayi, perhatikan rasa cemburu. Beberapa
peneliti berargumen bahwa rasa cemburu tidak muncul hingga sekitar usia 18 bulan (Lewis
2
dalam Santrock, 2007), sementara para peneliti lain menyatakan bahwa emosi ini diperlihatkan
lebih awal (Draghi Lorenz dalam Santrock, 2011).. Perhatikan sebuah studi riset yang meneliti
bayi berusia 6 bulan yang melihat ibunya memberikan atensi pada sebuah boneka bayi mirip
aslinya (memeluk atau membuai boneka itu, misalnya) atau sebuah buku (Hart & Carrington
dalam Santrock, 2011) Ketika pra ibu memusatkan atensi pada boneka, bayinya cenderung
memperlihatkan emosi negatif, misalnya marah atau sedih, yang mungkin mengindikasikan
rasa cemburu. Sebaliknya, ekspresi marah dan sedih mereka mungkin mencerminkan rasa
frustasi karena tidak dapat ikut bermain dengan boneka yang baru dilihatnya itu. Debat
mengenai awal munculnya suatu emosi seperti rasa cemburu ini mengilustrasikan kompleksitas
dan kesulitan dalam mengindeks emosi-emosi awal. Jadi, beberapa ahli perkembangan
sosioemosional bayi seperti Jerome Kagan (2010) menyimpulkan karena belum matangnya
otak bayi secara struktural maka emosi-emosi yang memerlukan pemikiran seperti rasa
bersalah, bangga, tak berdaya, rasa bersalah, empati, dan cemburu senderung belum dapat
muncul di tahun pertama.
.
Gambar 1: Ekspresi Berbagai Emosi Pada Bayi
3
B. Fungsi emosi pada bayi
Hal pertama yang menjadi fungsi emosi pada masa bayi adalah merangsang
perkembangan system syarafnya. Menurut para ahli, jika proses kematangan system syaraf
diotak berlangsung baik maka keadaan ini sebaliknya membuat emosi anak menjadi lebih
stabil, demikian pula kemampuan anak untuk meregulasi, mengendalikan emosi – emosinya
juga akan lebih wajar. Pemenuhan kebutuhan emosi oleh ibu atau pengasuh yang akan
memberikan rasa aman dan nyaman yang dialami sejak bayi akan menjadi landasan yang kokoh
untuk bisa mengembangkan kapasitas – kapasitas daya nalar.
Dan yang kedua emosi merupakan bahasa pertama yang terjalin antara ibu dan bayinya
sebelum bayi mampu berbicara. Secara neurobiologis, tindakan pengasuh akan mempengaruhi
regulasi emosi bayi (Thompson, Meyers & Jochem,2008) dengan menenangkan bayi, ibu atau
pengasuh yang responsive dapat membantu bayi mengatur emosi dan mengurangi tingkat
hormon stres (de Haan & Gunnar,2000). Sebagai contoh, Bayi bereaksi pada saat memandang
ekspresi wajah dan nada suara orang tuanya. Sebagai jawaban ibu atau pengasuh berusaha
memahami dengan tepat apakah “keluhan” atau “kegembiraan” bayinya. Setelah melihat
“jawaban” ibu atau pengasuh yang responsive itu, bayi akan menunjukkan “reaksi - reaksi”
jawaban yang selanjutnya yang akan membuat “percakapan ekspresi emosi” ini menjadi
semakin menarik. Dengan cara yang menyenangkan kedua belah pihak antara ibu atau
pengasuh yang responsive membantu bayinya mengembangkan rasa aman dan nyamannya.
Menurut para peneliti psikologi, rasa aman yang terbentuk akibat relasi emosi yang
menyenangkan antara bayi dan ibu atau pengasuhnya, kelak akan membuat individu merasa
bahwa dirinya memang berharga, yang nantinya akan membuat individu tersebut
mengembangkan rasa percaya dirinya.
C. Ekspresi Menangis Pada Bayi
Menangis adalah mekanisme yang paling penting yang dikembangkan oleh bayi yang
baru lahir untuk berkomunikasi dengan dunianya. Hal ini benar karena tangisan pertama bayi
membuktikan adanya udara dalam paru-paru bayi. Tangisan juga dapat membantu dokter atau
peneliti untuk meneliti sesuatu tentang system syaraf pusat. Selama masa neonatal dan bulan4
bulan petama masa bayi, tangisan merupakan bentuk suara yang menonjol. Menangis pada
waktu lahir merupakan gerak refleks yang terjadi ketika udara masuk kedalam tali suara yang
meyebabkan tali suara bergetar, yang berguna memompa paru-paru sehingga memungkinkan
pernapasab dan memberikan oksigen yang cukup untuk darah. Ostwald dan Peltzman
menguraikan nilai social dari tangisan bayi, dengan mengatakan bahwa tangisan bayi
merupakan pertama yang mempunyai nilai social, yang menandakan ketergantungan total pada
satu makhluk yaitu ibu hamil pada kemungkinan berkomunikasi dengan sekelompok manusia
didalam lingkungan. Menangis dapat terjadi setiap saat, tetapi yang paling sering dan paling
kuat terjadi adalah dari pukul enam sore sampai tengah malam.

MENANGIS WAKTU LAHIR merupakan gerak refleks murni yang terjadi ketika udara
masuk ke dalam tali suara yang menyebabkan tali suara bergetar TANGIS.

TUJUAN MENANGIS adalah memompa paru- BAYI paru sehingga meujngkinkan
pernafasan dan memberikan oksigen ke dalam darahARTI TANGIS BAYI.

IMANUEL KANT : sebagai proses rohani manusia terhadap belenggu kepancaideraan
yang akan dideritanya

SIGMUND FREUD : sebagai ekspresi keinginan untuk kembali kedalam kandungan
yang tenang, aman, lembut dan hangat.

SIS HEYTER : sebagai pertanda bahwa dia mempunyai kesadaran sebagai satu reaksi
spontan yang disebabkan oleh dorongan dari dalam diri.
Tangisan bayi ada 3 macam yaitu:
1. Tangisan dasar (basic cry) ialah suatu pola berirama yang biasanya terdiri dari satu
tangisan, yang diikuti oleh diam sesaat, diteruskan dengan satu siulan kecil pendek dengan
nada agak lebih tinggi dibandingkan dengan tangisan utama, lalu diakhiri dengan istirahat
singkat sebelum tangisan berikutnya, biasanya tangisan seperti ini adalah pada saat bayi
lapar.
2. Tangisan kemarahan (angry cry) ialah suatu variasi dari tangisan dasar. Akan tetapi, di
dalam tangisan kemarahan lebih banyak udara dikeluarkan melalui tali suara.
3. Tangisan kesakitan (pain cry) yang dirangsang oleh rangsangan yang intensitasnya tinggi,
berbeda dari tipe tangisan lain dalam arti ada suatu kemunculan tangisan keras yang tibatiba tanpa rintihan atau erangan pendahuluan, dan suatu tangisan awal yang panjang diikuti
oleh suatu upaya menarik nafas cukup lama.
5
D. Ekspresi Senyuman Pada Bayi
a) Senyuman pada bayi di bagi menjadi 2 macam, yaitu :
1) Senyuman Refleksif (0 – 6 minggu)
2) Senyuman Responsif (6 – 8 minggu)
3) Senyuman Sosial (2 – 3 bulan)
4) Senyuman kepada siapa saja (6 bulan)
5) Senyuman Selektif (9 bulan)
6) Senyuman Rasa Humor (12 bulan)
1) Senyuman Refleksif (0-6minggu)
Senyum refleksif dipengaruhi oleh gerak refleks, yang memang masih mendominasi
gerak bayi baru. Refleks adalah gerakan otomatis dan spesifik yang timbul karena adanya
rangsangan dari luar. Gerak refleks inilah yang menjadi bekal untuk membantu bayi menjalani
kehidupan barunya, sebelum ia mempunyai keterampilan untuk mengatur gerakan-gerakan
tubuhnya. Artinya, senyum manis itu tersungging untuk menarik perhatian orang di sekitarnya
agar bayi tetap merasa aman.
2) Senyuman Responsif (6-8 minggu)
Di saat bayi Anda tumbuh, dia akan mulai tersenyum terhadap sesuatu yang disukainya,
seperti buaian, suara, dan wajah. Tapi jangan terlalu berharap banyak pada usia ini.
Senyumannya merupakan reaksi dari pengalaman panca indera, bukan respons sosial. “Anda
mungkin berpikir si kecil tersenyum karena mengenali bahwa Anda ibu terbaik di dunia,” kata
Charlotte Cowan, M.D seorang dokter anak di Boston. Tentu saja Anda ibu yang terbaik
baginya, tapi senyumannya itu bukan bukti ia mengenali Anda. “Bayi Anda belum mengenal
secara jelas siapa Anda.”
Walau begitu Anda dapat mendorongnya untuk tersenyum. “Anda akan belajar suara
dan ekspresi apa yang membuatnya merespons Anda,” kata Julie Segal, MD, dokter anak di
Atlanta’s Northside Hospital. Berikan bayi Anda banyak kesempatan untuk mempelajari wajah
Anda di saat Anda berbicara dengan lembut kepadanya. Tiru eskpresinya, dan dia mungkin
mulai meniru Anda.
6
3) 2 – 3 bulan: Senyum Sosial
Senyum bayi dikaitkan dengan reaksi internal terhadap sesuatu yang menarik
perhatiannya. Sekarang tidak sekadar itu. Pada usia ini, dia ingin menjalin hubungan. Bayi
Anda akan tersenyum ketika melihat Anda dan akan bereaksi bila Anda mengeluarkan suarasuara lucu. Bayi juga akan belajar bahwa dia akan bereaksi dengan Anda melalui senyuman –
tidak hanya menangis. Degukan, dengkuran, dan dengungan aneh merupakan cara bayi untuk
mengekspresikan dirinya. Tidak diragukan lagi, Anda adalah favoritnya. “Dia akan menjerit
dan tertawa ketika bermain dengan Anda,” kata Mary Ellen Renna, MD, dokter anak di
Woodbury, New York. Dia juga akan merespons Anda dengan menggerakkan seluruh
badannya –menggerakkan tangan dan kakinya menunjukkan perhatian.
Ingat, bayi tidak selalu tersenyum ketika Anda menginginkannya. Sebaliknya dia juga akan
mengekspresikan emosi dalam bentuk lain. Tapi jika bayi sama sekali tidak tersenyum selama
12 minggu, hubungi dokter anak untuk memeriksa keterlambatan tumbuh kembangnya.
4) 6 Bulan: Senyum kepada siapa saja
Beberapa bayi lebih banyak tersenyum daripada yang lainnya. Pada umur 6 bulan hingga
1 tahun dia akan tampak sebagai ahli senyum. “Pada umur 6 bulan bayi akan tertawa pada
Anda, tidak peduli apapun yang Anda lakukan,” kata Dr. Cowan.
Bayi Anda juga mulai tersenyum kepada semua orang di sekitarnya ketika melihat dan
mendapat respons. Pada saat yang sama, senyumnya menjadi semakin bermakna. Dia mungkin
tersenyum karena belajar sesuatu yang baru, atau karena dia senang bertemu dengan
Anda. “Bayi Anda sedang mengembangkan ingatannya maka kesenangannya menjadi
bertambah besar ketika melihat Anda karena dia sadar Anda tadi pergi,” kata Dr. Renna.
5) 9 Bulan: Senyum Selektif
Ini merupakan saat bayi Anda mulai mengetahui Anda sebagai orang yang spesial dan
berbeda dengan orang lain. Tapi di sisi lain, kegelisahan terhadap orang asing mulai muncul.
Bayi Anda yang tadinya ramah tiba-tiba berhenti tersenyum dengan orang yang masih asing
baginya. Ini mungkin mengecewakan karena bayi Anda tidak “bertingkah” sebagaimana yang
diharapkan. Asal Anda tahu, perubahan raut muka sebenarnya sebuah tanda bahwa
perkembangan kesehatan bayi berjalan dengan baik.
Catatan penting: Karena daya tangkap indera bayi semakin kuat –dia bisa mengetahui bahwa
sesuatu itu ada walau tidak melihatnya. Anda bisa mendorongnya tersenyum dengan main
cilukba. “Sekarang Anda melihatnya, sekarang tidak” merupakan puncak tawa si kecil yang
muncul pada usia 9 bulan.
6) 12 Bulan: Rasa Humor
7
Bayi Anda mulai mengembangkan kemampuan berbahasa, dan rasa humornya juga
mulai muncul. “Bayi pada umur ini selalu tertawa di saat mendengar Anda mengeluarkan suara
lucu,” kata Dr. Cowan. Ketika bayi Anda berpikir sesuatu itu lucu, dia juga menginginkan
Anda memberikan reaksi, maka tertawalah bersamanya. Jatuhkan sesuatu ke lantai, atau
perlihatkan raut muka lucu, maka dia akan histeris. “Kejutan adalah elemen penting yang
membuat bayi tertawa pada usia 12 bulan,” kata Dr. Garcy. “Letakkan bayi di atas lutut Anda,
kemudian bernyanyilah, dan dengan pelan-pelan dia menggelosor sedikit.” Ambillah manfaat
dari momen lucu ini: Tidak setiap hari Anda bertemu dengan seseorang yang menganggap
Anda orang paling menyenangkan di muka bumi.
E. Teori keterikatakan/attachment menurut Freud, Harry Harlow dan Zimmerman
1.
Teori Freud
Berdasarkan teori psikoanalisa Freud (Durkin 1995, Hetherington dan Parke,1999),
manusia berkembang melewati beberapa fase yang dikenal dengan fase-fase psikoseksual.
Salah satu fasenya adalah fase oral, pada fase ini sumber pengalaman anak dipusatkan pada
pengalaman oral yang juga berfungsi sebagai sumber kenikmatan. Secara natural bayi
mendapatkan kenikmatan tersebut dari ibu disaat bayi menghisap susu dari payudara atau
mendapatkan stimulasi oral dari ibu. Proses ini menjadi sarana penyimpanan energi libido bayi
dan ibu selanjutnya menjadi objek cinta pertama seorang bayi. Kelekatan bayi dimulai dengan
kelekatan pada payudara ibu dan dilanjutkannya dengan kelekatan pada ibu. Penekanannya
disini ditujukan pada kebutuhan dan perasaan yang difokuskan pada interaksi ibu dan anak.
8
2.
Teori Harry Harlow dan Zimmerman
Gambar 2. Harlow sedang melakukan eksperiment terhadap bayi monyet
Pada tahun 1960-an seorang psychologist bernama Harry Harlow melakukan
eksperimen terkait dengan attachment. Saat itu Harlow memisahkan bayi monyet dari
induknya, dan menaruhnya si bayi monyet malang ini di sebuah kandang.
Di dalam kandang, Harlow meletakkan dua buah benda yg digunakan sebagai
pengganti ibu monyet. Ibu 1 disebut dengan Wired Mother, terbuat dari kawat dan dilengkapi
dengan sedotan yang memberikan supply makanan ke bayi monyet. Ibu ke 2, Cloth Mother,
dilapisi dengan handuk yg lembut dan di bagian atasnya dibentuk menyerupai kepala monyet.
Di bawah ini gambarnya
9
Gambar.3 Sebelah kanan, wired mother, yang memberikan makanan. Sebelah kiri cloth
mother, halus tapi sebenernya tidak berguna
Ketika bayi monyet lapar, ia akan datang ke wired mother, menyusu dari sana. Namun
saat tidur dan waktu lainnya, bayi monyet kebanyakan menempel di cloth mother. Bahkan,
ketika Harlow meletakkan robot-robotan seram di luar kandang untuk menakut-nakuti, bayi
monyet akan lari berlindung dan memeluk cloth mother.
Apa kesimpulan yang bisa diambil dari exercise tersebut? Comfort is more
important than food for nurturing attachment. Hal ini terlihat dari bayi monyet yang lebih
terikat pada cloth mother yang tidak berguna, daripada dengan wired mother yang memberikan
dia makanan sehari-hari.
F. Teori keterikatakan/attachment menurut Korand Lorenz dan Erikson
1.
Teori Erikson
Menurut Erikson,lingkungan di mana anak hidup sangat penting untuk memberikan
pertumbuhan, penyesuaian, sumber kesadaran diri dan identitas. Erik Erikson percaya bahwa
setiap manusia berjalan melalui sejumlah tahap untuk mencapai pembangunan penuhnya,
berteori delapan tahap, bahwa manusia melewati dari lahir sampai mati.
Erikson berpendapat bahwa kepribadian manusia tidaklah didorong oleh energi dari
dalam, melainkan untuk merespon rangsangan yang berbeda-beda, misalnya indvidu dalam
kehidupannya perlu menyesuaikan diri dengan lingkungan. Menurut Erikson egolah yang
10
mengembangkan segala sesuatunya. Misalnya kemampuan individu, keadaan dirinya,
hubungan sosialnya dan penyaluran minatnya. Seorang individu haruslah memiliki ego yang
sehat dan kuat guna merespon kondisi lingkungan sebagai salah satu proses beradaptasi.
Erikson menguraikan tahap genital Freud menjadi remaja dan menambahkan tiga tahap
dewasa. Janda Joan Serson Erikson menguraikan pada model sebelum kematiannya,
menambahkan tahap kesembilan (umur tua) itu, dengan mempertimbangkan harapan hidup
meningkat di budaya Barat. Erikson adalah Neo-Freudian, digambarkan sebagai seorang
psikolog ego mempelajari tahap pembangunan yang mencakup seluruh siklus hidup. Setiap
tahap Erikson pengembangan psikososial ditandai oleh konflik, untuk yang resolusi sukses
akan menghasilkan hasil yang menguntungkan, misalnya, kepercayaan vs ketidakpercayaan
dan oleh sebuah peristiwa penting, konflik ini terselesaikan sendiri.
a.
Proses Perkembangan Kepribadian
Proses perkembangan kepribadian menurut Erik Erikson adalah sebuah proses yang
berlangsung sejak masa bayi hingga usia lanjut. Proses perkembangan kepribadian tidak hanya
dipengaruhi oleh faktor-faktor internal (dorongan dari dalam diri) tetapi juga sangat
dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial yang ada dilingkungan dimana individu tumbuh dan
berkembang.
Menurut Erikson, dalam alih bahasa Fransiska dkk. 2008, kepribadian (terutama focus
Erikson pada identitas) berkembang melalui 8 tahap yang saling berurutan sepanjang hidup.
Tahapan-tahapan yang dikemukakan oleh Erikson ini menggunakan tahapan
perkembangan psikoseksual Freud sebagai dasar teorinya, hal ini terlihat dari lima tahapan
pertama yang Erikson ajukan memperlihatkan krisis ego yang sama dengan tahapan
psikoanalitik Freud.
Dalam setiap tahapan, Erikson percaya setiap orang akan mengalami konflik/krisis yang
merupakan titik balik dalam perkembangan. Erikson berpendapat, konflik-konflik ini berpusat
pada perkembangan kualitas psikologi atau kegagalan untuk mengembangkan kualitas itu.
Selama masa ini, potensi pertumbuhan pribadi meningkat. Begitu juga dengan potensi
kegagalan
Berikut ini adalah tahap perkembangan kepribadian oleh Erikson:
11
a)
Tahap 1. Trust vs Mistrust (percaya vs tidak percaya)
1) Terjadi pada usia 0 s/d 18 bulan
2) Tingkat pertama teori perkembangan psikososial Erikson terjadi antara kelahiran
sampai usia satu tahun dan merupakan tingkatan paling dasar dalam hidup.
3) Oleh karena bayi sangat bergantung, perkembangan kepercayaan didasarkan pada
ketergantungan dan kualitas dari pengasuh kepada anak.
4) Jika anak berhasil membangun kepercayaan, dia akan merasa selamat dan aman dalam
dunia. Pengasuh yang tidak konsisten, tidak tersedia secara emosional, atau menolak,
dapat mendorong perasaan tidak percaya diri pada anak yang di asuh. Kegagalan dalam
mengembangkan kepercayaan akan menghasilkan ketakutan dan kepercayaan bahwa
dunia tidak konsisten dan tidak dapat di tebak.
b) Tahap 2. Otonomi (Autonomy) VS malu dan ragu-ragu (shame and doubt)
Terjadi pada usia 18 bulan s/d 3 tahun
1) Tingkat ke dua dari teori perkembangan psikososial Erikson ini terjadi selama masa
awal kanak-kanak dan berfokus pada perkembangan besar dari pengendalian diri.
2) Seperti Freud, Erikson percaya bahwa latihan penggunaan toilet adalah bagian yang
penting sekali dalam proses ini. Tetapi, alasan Erikson cukup berbeda dari Freud.
Erikson percaya bahwa belajar untuk mengontrol fungsi tubuh seseorang akan
membawa kepada perasaan mengendalikan dan kemandirian.
3) Kejadian-kejadian penting lain meliputi pemerolehan pengendalian lebih yakni atas
pemilihan makanan, mainan yang disukai, dan juga pemilihan pakaian.
4) Anak yang berhasil melewati tingkat ini akan merasa aman dan percaya diri, sementara
yang tidak berhasil akan merasa tidak cukup dan ragu-ragu terhadap diri sendiri.
Dapat disimpulkan bahwa kepercayaan dasar dan otonomi menumbuhkan pengasuhan
hangat dan peka serta harapan wajar bagi pengendalian terhadap dorongan yang mulai muncul
di tahun kedua.
12
2.
Teori Lorenz
Salah satu beentuk dari interaksi antara faktor bawaan dan faktor belajar menurut Konrad
Lorenz, adalah imprinting. Menurut konsep Lorenz, imprinting adalah suatu proses sosialisasi
organisme muda membentuk pengikatan dengan orang tuanya. Imprinting sebagaimana yang
disebut dengan insting sementara (transitory instinct) oleh William James, adalah insting yang
hanya terjadi dalam periode tertentu dalam rentang kehidupan organisme. Impriting merupakan
proses sosialisasi dari organisme muda dalam bentuk kelekatan (attachement) terhadap
organisme tua. Sebagai contoh, anak bebek yang baru ditetaskan berusaha untuk mengikuti
kemana saja arah gerakan objek yang pertama kali dilihatnya setelah penetasan. Biasanya anak
bebek mengikuti induknya tetapi apabila yang dilihat eprtama kali bukan induknya, misalnya
orang, ia akan mengikuti orang tadi dan apabila yang dilihat pertama kali adalah boneka atau
bola karet yang bergerak, maka objek yang akan diikutinya adalah boneka atau bola karet tadi.
Kelekatan anak-anak bebek terhadap objek yang pertama kali dilihatnya tadi merupakan hasil
dari proses belajar, sedangkan proses yang mengarah pada kelekatan bersifat bawaan.
Bagaimana imprinting pada manusia? Imprinting ini terjadi juga pada manusia, yang
tentunya tidak seprimitif dengan apa yang terjadi pada binatang. Perilaku yang berkaitan
dengan imprinting ini dapat dilihat dari perilaku bayi pada babysitter nya. Ia akan lebih lekat
pada baby sitter nya dibandingkan dengan ibunya sendiri sekalipun yang pertama kali
dilihatnya adalah ibunya dan ia juga mendapatkan ASI dari ibunya. Ini terjadi karena sebagian
besar waktunya digunakan untuk berinteraksi dengan baby sitter tadi. Apalagi ia tidak
mendapatkan ASI dari ibunya dan ibunya tidak cukup waktu untuk berinteraksi dengan bayi
tadi.
G. Teori keterikatan (attachment) menurut Bowlby.
1.
Teori Attachment
Mengamati tingkah laku dengan mengamati “lingkungan yang diadaptasinya”
(lingkungan dasar tempatnya berkembang).
Sikap keterikatan :
1. Tangisan bayi
2. Senyuman bayi
3. Berceloteh
13
4. Menggengam
5. Menghisap
6. Mengikuti kemanapun orang tua melangkah
Proses berkembangnya keterikatan bayi :
1.
Respon sosial bayi tidak terpilah-pilah.
2.
Hanya kepada orang yang dikenalnya.
3.
Mengembangkan kesukaan yang mendalam pada seseorang yang khusus dan mulai tidak
nyaman dengan keberadaan orang yang tidak dikenal.
4.
Menjadi lebih banyak bergerak, berguling-guling, dan mengambil peran lebih aktif untuk
mempertahankan keterikatan figur terdekat yang utama.
5.
Memonitor gerak-gerik orang tuanya, dan tanda apapun yang tiba-tiba bisa memicu
respon mereka.
Bowlby membicarakan tingkah laku keterikatan sebagai tindakan yang instingtif, namun
dia menggunakan istilah insting. Dalam artian tidak dalam keadaan sadar, bersifat bawaan.
Fase-fase keterikatan :
1.
Dari lahir sampai 3 bulan : Respon tidak terpilah kepada manusia.
a) Sejak lahir : bayi menyukai suara manusia dan menatap wajahnya.
b) Selama 3 minggu bayi mulai tersenyum kepada suara manusia (ini memang senyum
sosial, masih saja cepat menghilang).
c) Usia 5 atau 6 minggu : senyum sosial yang paling serius dimulai. Bayi mulai
tersenyum bahagia dan bisa melihat wajah manusia secara utuh.
d) Usia 3 bulan atau lebih : senyuman bayi tidak ditunjukan kepada siapapun. Tetapi
semua benda. Syaratnya hal yang dihadirkan dihadapannya dalam keadaan penuh.
Senyuman mendorong keterikatan karena dapat mempertahankan kedekatan bayi
dengan pengasuhnya. Celotehan bayi, seperti senyuman, adalah pemicu sosial yang berfungsi
mempertahankan figur-ibu dalam kedekatannya dengan bayi, dengan mengajukan interaksi
diantara mereka. Bayi menangis jika merasa sakit, lapar, dingin, dan rasa tidak nyaman lainnya.
Tiap orang boleh membelai-belainya untuk menghentikan tangisan dan memenuhi
kebutuhannya. Kedekatan juga dipertahankan lewat genggaman bayi.
Dua macam respon genggaman :
14
1) Menggengam secara refleks (menyentuh telapak tangan bayi yang terbuka)
2) Genggaman refleks moro (bayi tertawa kecil karena suara berisik atau ketika dia
kehilangan dukungan)
Adanya refleks rooting dan menghisap (Bowlby, keduanya sebagai pola keterikatan
karena membawa bayi dalam interaksi dengan sang ibu)
2.
3 sampai 6 bulan : fokus kepada orang-orang yang dikenal.
a)
Usia 3 bulan : tingkah laku bayi mulai berubah.
1) Banyak refleks –termasuk refleks moro, memeluk, dan rooting akan menghilang
secara perlahan.
2) Respon sosial bayi mulai lebih selektif.
b) Antara 3 sampai 6 bulan :
1) Bayi secara bertahap membatasi senyum hanya kepada orang-orang yang
dikenalnya. Jika tidak dikenal, ia hanya diam menatapnya saja.
2) Bayi lebih selektif dalam celotehan mereka.
c)
Usia 4 atau 5 bulan:
1) Mereka akan mendekat, mendeguk, dan berceloteh hanya kapada orang-orang
yang dikenalnya saja.
2) Tangisan mereka hanya bisa didiamkan oleh figur-figur yang dikenal saja.
d) Usia 5 bulan :
1) Bayi mulai menjangkau dan memeluk bagian-bagian tubuh kita yang lain,
khususnya rambut, namun hanya kepada orang yang dikenal saja.
2) Bayi mempersempit respon mereka kepada orang-orang yang dikenalnya saja.
3) Bayi mengembangkan keterikatan kepada orang yang sigap dengan signal
mereka, dan yang terlibat dengan interaksi yang paling menyenangkan mereka.
3.
6 bulan – 3 tahun : Kelekatan yang intens dan pencarian-pencarian yang aktif.
a)
Usia 6 bulan :
1) Keterikatan bayi kepada orang tertentu menjadi semakin intens dan eksklusif.
b) Usia 7 atau 8 bulan : bayi menunjukan ketakutan terhadap orang asing.
15
1) Segera menatap dengan waspada sampai menagis keras-keras ketika
melihat
orang asing.
2) Reaksi terkuat biasanya muncul ketika bayi merasa sakit atau berada di tempat
yang tidak dikenalnya.
c)
Usia 8 bulan
1) Bayi mulai merayap dan mulai bisa mengikuti orang tua yang berjalan
meninggalkannya.
2) Bayi akan membuat upaya paling maksimal untuk memperoleh kembali kontak
dengan orang tua yang tiba-tiba pergi.
3) Sistem penepatan –tujuan (Goal-Corrected System) : Bayi memonitor dimana
posisi orang tuanya.
4) Bayi-bayi memanggil orang tuanya dengan kualitas penepatan –tujuan.
d) Akhir tahun pertama :
1) Variabel yang terpenting adalah model kerja umum bayi mengenai figur –
keterikatan.
Menurut Bowlby dari pengalaman mereka dalam fase tersebut di atas, anak-anak
menciptakan ikatan afeksi kekal dengan pengaruh yang dapat mereka gunakan sebagai basis
rasa aman di tengah ketidakhadiran orang tua.
H. Teori keterikatakan/attachment menurut Mary Ainsworth
1.
DEFINISI ATTACHMENT
a)
Keterikatan (attachment) merupakan suatu ikatan emosional yang kuat antara bayi dan
pengasuhnya atau orang-orang yang istimewa dalam kehidupan mereka.
b)
Perilaku attachment pada bayi mel
iputi kedekatan dengan ibu seperti mengikuti
ibu,
c)
menangis serta memanggil ibu jika ibu tiada di pandangan matanya.
d)
- Menurut Ainsworth (dlm Belsky, 1988) hubungan kelekatan berkembang melalui
pengalaman bayi dengan pengasuh di tahun-tahun awal kehidupannya.
e)
- Attachment juga dikatakan sebagai suatu hubungan emosional atau hubungan yang
bersifat afektif antara satu individu dengan individu yang lain.
16
f)
- Hubungan juga akan bertahan lama dan memberikan rasa aman walaupun figur lekat
tidak nampak dalam pandangan anak.
g)
Ainsworth meyakini bahawa kelekatan dapat diklasifikasikan menjadi secure
(selamat), avoidant (menghindari), dan resistent (menolak).
h)
Emosi merupakan bahasa pertama yang memungkinkan orang tua dan bayi
berkomunikasi sebelum mereka menguasai bahasa.
i)
Bermacam emosi muncul usia yang berbeza-beza.spt senyum (4-7minggu), terkejut
(3-4 bln), malu (6-8bln)
j)
Keterikatan yg terjadi secara langsung antara ibu bapa dan bayi lebih dikenali sebagai
“Bounding Attachment”
k)
Bounding adalah suatu langkah untuk mengungkapkan perasaan kasih sayang oleh ibu
kepada bayinya setelah lahir.
l)
Ainsworth dan rakan-rakannya (dalam Lefrancois, 2001) telah mengemukakan satu
prosedur iaitu The Strange Situation Procedure untuk menilai perapatan bayi (infant
attachment) dengan penjaga berdasarkan tahap tekanan dan kerisauan yang dialami
oleh bayi dalam episod perpisahan dan pertemuan dengan penjaga atau ibu.
Mary Ainsworth menciptakan "Situasi Asing" (strange situation), yakni suatu metode
observasi untuk mengukur kelekatan bayi berupa serangkaian perkenalan, perpisahan, dan
reuni dengan pengasuh dan orang dewasa asing dalam urutan tertentu.
a) Bayi dengan kelekatan aman (secure attached babies) memanfaatkan pengasuh sebagai
basis aman untuk mengeksplorasi lingkungannya. Ketika pengasuhnya hadir, bayi
dengan kelekatan aman akan mengeksplorasi ruangan penelitian dan mereriksa mainan
yang diletakkan dalam ruangan itu. Ketika pengasuhnya meninggalkannya, bayi
dengan kelekatan aman mungkin akan protes sedikit. Ketika pengasuh hadir kembali
maka bayi akan menjalin interaksi yang positif lagi dengannya, mungkin dengan
tersenyum atau memanjat ke pangkuan pengasuhnya. Selanjutnya, mereka sering kali
melanjutkan bermain dengan mainan di ruangan itu.
b) Bayi dengan kelekatan tidak aman dan menghindar (insecure avoidant babies)
memperlihatkan kelekatan tidak aman melalui tindakan menghindar dari pengasuh.
Dalam Situasi Asing, bayi tidak banyak berinteraksi dengan pengasuh, tidak merasa
tertekan ketika pengasuh meninggalkan ruangan, biasanya tidak menjalin kontak
17
kembali ketika pengasuh hadir kembali di hadapannya, dan bahkan mungkin
membelakangi pengasuhnya.
c) Bayi dengan kelekatan tidak aman dan menolak (insecure resistant babies) sering kali
melekat pada pengasuhnya kemudian menolaknya, mungkin dengan cara menendang
atau mendorong pergi pengasuhnya. Dalam Situasi Asing, bayi-bayi ini sering kali
bersandar dengan cemas ke pengasuhnya dan tidak mngeksplorasi ruangan. Ketika
pengasuh pergi, mereka sering kali menangis dengan keras. Ketika pengasuhnya
kembali untuk menenangkannya, bayi itu justru mendorong pergi pengasuhnya dan
menunjukkan sikap penolakan.
d) Bayi dengan kelekatan tidak aman dan tidak teratur (insecure disorganized babies)
memiliki karakteristik tidak teratur dan disorganisasi. Dalam Situasi Asing, bayi-bayi
ini mungkin terlihat linglung, bingung, dan takut. Untuk dapat diklasifikasikan sebagai
bayi tidak teratur harus memiliki pola menghindar dan menolak yang kuat atau
memperlihatkan perilaku spesifik tertentu, seperti merasa sangat takut ketika berada di
dekat pengasuhnya.
Ainsworth yakin bahwa kelekatan yang aman dalam satu tahun pertama kehidupan
memberikan basis yang penting bagi perkembangan psikologis di kehidupan selanjutnya. Bayi
dengan kelekatan aman dapat menjauh secara bebas dari ibunya namun tetap secara rutin
memeriksa keberadaan ibunya. Bayi dengan kelekatan aman berespons positif ketika
digendong oleh orang lain, dan ketika diletakkan kembali ia dapat menjauh secara bebas untuk
kembali bermain. Sebaliknya, seorang bayi dengan kelekatan tidak aman akan menghindar atau
bersifat ambivalen terhadap ibunya, takut terhadap orang asing, dan bingung pada perpisahan
kecil.
Apabila kelekatan di masa awal dengan pengasuh merupakan hal yang penting,
tentunya hal tersebut berkaitan dengan perilaku sosial anak di kemudian hari. Bagi beberapa
anak, kelekatan di masa awal agaknya memberi gambaran bagaimana ia berfungsi di kemudian
hari. Dalam studi longitudinal berskala luas yang dilakukan oleh Alan Aroufe dan rekanrekannya, kelekatan aman di masa awal (diukur dengan Situasi Asing pada usia 12 dan 18
bulan) berkaitan dengan kesehatan emosional, tingginya harga-diri, dan keyakinan-diri, serta
kompetensi dalam interaksi sosial dengan kawan, guru, konselor kampus, dan kekasih pada
masa remaja. Atudi lainnya mengungkapkan bahwa klasifikasi sebagai anak tidak aman dan
menolak di masa bayi menjadi prediktor negatif terhadap perkembangan kognitif di masa
sekolah dasar. Studi lainnya juga menemukan bahwa kelekatan aman di usia 24 bhingga 36
18
bulan berkaitan dengan kemajuan keterampilan penyelesaian masalah sang anak di usia 54
bulan. Kemudian, metaanalisi baru-baru ini menemukan bahwa kelekatan tak teratur lebih kuat
kaitannya dengan ekternalisasi masalah (misalnya agresi, kekerasan, masalah oposisi)
dibandingkan kelekatan menghindar dan kelekatan menolak.
Meskipun demikian, beberapa anak tidak memperlihatkan adanya kesinambungan
seperti di atas. Tidak semua penelitian menemukan bahwa kelekatan di masa bayi dapat
mempresiksi rangkaian perkembangan selanjutnya. Dalam sebuah studi longitudinal,
klasifikasi kelekatan di masa bayi tidak memprediksi klasifikasi kelekatan di usia 18 tahun.
Dalam studi ini, prediktor terbaik dari klasifikasi yang tidak aman di usia 18 tahun adalah
terjadi perceraian orang tua. Pengasuhan postitif yang diberikan secara konsisten selama
perjalanan hidup seseorang merupakan faktor penting yang mneghubungkan kelekatan di masa
awal dengan bagaimana anak tersebut berfungsi di masa perkembangan selanjutnya. Memang,
para peneliti telah menemukan bahwa kelekata yang aman di masa awal dan serangkaian
pengalaman selanjutnya khususnya pengasuhan ibu dan tekanan hidup, berkaitan dengan
perilaku dan penyesuaian anak di kemudian hati.
Sejumlah ahli perkembangan berpendapat bahwa selama ini kita terlalu menekankan
pentingnya kelekatan di masa bayi. Sebagai contoh, Jerome Kagan berpendapat bahwa bayi
memiliki sifat yang sangat ulet dan adaptif; Beliau menyatakan bahwa secara evolusioner bayi
diberi kelengkapan untuk bertahan dalam suatu rangkaian perkembangan yang positif, bahkan
ketika menghadapi berbagai variasi pengasuhan. Kagan dan rekan-rekan menyatakan bahwa
karakteristik genetis dan temperamen memainkan peranan penting terhadap kompetensi sosial
seorang anak dibandingkan yang dikemukakan oleh para teoritis mengenai kelekatan, seperti
Bowlby dan Ainsworth.
Kritik lain yang ditujukan terhadap teori kelekatan adalah bahwa teori ini mengabaikan
variasi dari agen-agen dan konteks sosial yang terdapat dalam dunia bayi. Suatu sistem nilai
budaya yang mempengaruhi sifat dasar dari kelekatan. Di antara para Hausa (etnis yang tinggal
di Nigeria), baik nenek maupun saudara kandung memberikan perawatan yang cukup
signifikan kepada bayi. Bai-bayi yang hidup di masyarakat dengan budaya agraris cenderung
membentuk kelekatan dengan saudara yang lebih tua yang diberi tanggung jawab untuk
merawat adiknya. Para peneliti mengetahui pentingnya kompetensi pengasuh dalam merawat
perkembangan bayi. Meskipun demikian, ada tidaknya kelekatan yang aman merupakan hal
penting yang menjadi perhatian, khususnya bagi pengasuh tunggal.
Terlepas dari kritik-kritik semacam di atas, terdapat cukup bukti bahwa rasa aman dari
kelekatan merupakan hal yang penting bagi perkembangan. Kelekatan aman pada masa bayi
19
merupakan hal yang penting karena mencerminkan relasi orang tua-bayi yang positif dan
memberikan landasan untuk perkembangan sosioemosional yang sehat di tahun-tahun
selanjutnya.
I. Rangkuman Perkembangan Sosioemosi Pada Masa Bayi
Sejak lahir, bayi di bungkus dalam suatu dunia sosioemosional dengan pengasuh
mereka. Bayi dan pengasuhnya berkomunikasi dengan satu sama lain melalui emosi, perasaan,
dan kata-kata mereka. Melalui interaksi dengan pengasuh mereka, bayi belajar menyesuaikan
diri dengan dunia mereka.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa perkembangan sosial anak adalah suatu proses dalam
kehidupan anak untuk berperilaku sesuai dengan norma atau aturan dalam lingkungan
kehidupan anak. Lebih lanjut dikatakan bahwa perkembangan sosioemosional meliputi
perkembangan dalam hal emosi, kepribadian, dan hubungan interpersonal (Papalia, 2004).
Pada tahap awal masa kanak-kanak, perkembangan sosial
Karakteristik perkembangan sosial anak pada masa bayi.
a)
1-2 bln: Belum mampu membedakan objek dan benda
b) 3 bulan:
1) otot mata sudah kuat dan mampu melihat pada orang atau objek yang diikuti
2) mampu membedakan suara
3) senyum sosial bila kedatangan orang yang dikenalnya
c)
4 bulan:
- mampu memperlihatkan tingkah laku
1) memperhatikan orang bicara
2) tertawa dengan orang di sekitarnya
d) 5-6 bulan: - tersenyum dengan bayi lain
1) Bereaksi berbeda terhadap suara yang ramah dan tidak
e)
7 bulan:
1) Kadang-kadang menjambak, agresif, mencakar
f)
8 bulan:
1) Memegang, melihat, merebut benda
g) 9 bulan:
1) Mengikuti suara-suara dan tingkah laku yang sederhana
20
h) 10-13 bulan:
1) bermain dengan permainan
2) mengenal larangan
i)
14-18 bulan:
-
1) tertarik terhadap bayi lain
2) ingin dekat dan berkomunikasi dengan orang dewasa
j)
19- 24 bulan:
-
1) mampu melakukan aktivitas sederhana
2) menggunakan alat permainan sebagai alat untuk hubungan sosial bermain bersama
tanpa interaksi
Para psikolog telah mengklasifikasikan emosi melalui berbagai cara, namun hampir
semua klasifikasi itu membedakan emosi menjadi emosi positif dan emosi negatif. Emosi
positif dapat mencakup antusiasme, kegembiraan, dan cinta. Emosi negatif dapat mencakup
kecemasan, kemarahan, rasa bersalah, dan sedih.
Emosi dipengaruhi oleh faktor biologis dan pengalaman seseorang. Kemampuan bayi
untuk mengembangkan kemampuannya meregulasi emosi berlangsung secara bertahap, hal ini
berkaitan dengan kematangan secara bertahap dari daerah frontal di korteks serebral.
Emosi memiliki fungsi penting dalam relasi manusia, karena emosi adalah bahasa
pertama dalam komunikasi orang tua dan bayi. Relasi sosial menjadi tempat untuk
perkembangan berbagai emosi. Evolusi biologis telah menganugerai manusia dengan sifat
emosional, namun kelekatan dalam relasi dengan orang lain memberikan variasi pengalaman
emosional.
Ahli terkemuka di bidang perkembangan emosional bayi, Michael Lewis, membedakan
emosi menjadi emosi primer dan emosi sadar-diri. Emosi primer adalah emosi yang dimiliki
baik oleh manusia maupun binatang; emosi-emosi ini diekspresikan dalam enam bulan pertama
kehidupan bayi manusia. Emosi primer mencakup terkejut, tertarik, gembira, marah, sedih, dan
jijik. Dalam klasifikasi Lewis, emosi sadar-diri (self-conscious emotion) memerlukan
kewaspadaan diri yang melibatkan kesadaran dan rasa "keakuan." Emosi sadar-diri mencakup
cemburu, empati, malu, bangga, menyesal, dan rasa bersalah, yang kebanyakan muncul
pertama kali pada paruh kedua tahun pertama hingga tahun kedua. Beberapa ahli menyebut
21
emosi sadar-diri seperti malu menyesal, rasa bersalah, dan bangga sebagai emosi sadar-orang
lain karena melibatkan reaksi-reaksi emosional dari orang lain ketika emosi ini muncul.
Ekspresi emosi memiliki peran dalam relasi bayi yang pertama. Kemampuan bayi untuk
mengkomunikasikan emosi memungkinkan interaksi yang terkoordinasi dengan pengasuhnya
dan merupakan awal suatu ikatan emosional di antara mereka. Bukan hanya orang tua yang
mengubah ekspresi emosi mereka sebagai respons terhadap ekspresi emosi bayi, namun bayi
juga memodifikasi ekspresi emosinya terhadap ekspresi emosi orang tua. Dengan kata lain,
interaksi-interaksi ini bersifat timbal-balik. Karena adanya koordinasi seperti itu, interaksi ini
dinyatakan bersifat resiprokal atau sinkron, ketika semuanya berlangsung baik. Orang tua yang
peka dan responsif akan membantu bayi mereka menumbuhkan emosinya, ketika berespons
melalui cara yang sedih atau pun gembira,
Tangisan dan senyuman adalah dua ekspresi emosi yang diperlihatkan bayi ketika
berinteraksi dengan orang tua. Inilah bentuk-bentuk pertama dari komunikasi emosi bayi.
Menangis adalah mekanisme paling penting yang dikembangkan oleh bayi baru lahir
untuk berkomunikasi dengan dunianya. Tangisan pertama bayi membuktikan adanya udara
dalam paru-paru bayi. Tangisan juga dapat memberikan informasi mengenai kesehatan sistem
saraf sentral dari bayi yang baru lahir. Bayi baru lahir cenderung berespons dengan cara
menangis dan memperlihatkan ekspresi wajah yang negatif ketika mendengar bayi lain
menangis.
Bayi setidaknya memiliki tiga jenis tangisan, yakni:
a) Tangisan dasar (basic cry). Suatu pola berirama yang biasanya terdiri dari satu tangisan,
diikuti diam sesaat, diteruskan dengan siulan kecil pendek dengan nada lebih tinggi
dibanding tangisan utama, lalu diakhiri dengan diam singkat lagi sebelum tangisan
berikutnya.
b) Tangisan kemarahan (anger cry). Variasi dari tangisan dasar dengan lebih banyak udara
dikeluarkan melalui tali suara.
c) Tangisan kesakitan (pain cry). Tangisan spontan yang panjang dan tiba-tiba, diikuti
menahan nafas cukup lama; tanpa rintihan atau erangan pendahuluan.
Kebanyakan orang dewasa dapat menentukan apakah tangisan bayi menandakan
kemarahan atau kesakitan.
22
Senyum berperan kritis sebagai alat mengembangkan keterampilan sosial baru dan
merupakan sinyal sosial yang penting. Kekuatan senyuman bayi secara tepat dijelaskan oleh
seorang ahli teori dari Inggris, John Bowlby: "Mungkinkah kita eragukan bahwa semakin
banyak dan indah bayi tersenyum, semakin ia disayangi dan diasuh? Beruntunglah bayi karena
demi kelangsungan hidupnya mereka dirancang sedemikian rupa oleh alam untuk mengambil
hati dan mengikat ibunya."
Ada dua jenis senyuman yang diketahui pada bayi, yaitu:
a) Senyuman refleksif. Suatu senyuman yang tidak terjadi sebagai respons terhadap stimuli
eksternal dan muncul selama satu bulan pertama setelah kelahiran, biasanya selama bayi
tidur.
b) Senyuman sosial. Suatu senyuman yang terjadi sebagai respons terhadap stimulus eksternal,
biasanya terhadap wajah yang dilihat oleh bayi. Senyuman sosial sudah terjadi ketika bayi
berusia dua bulan.
Kelekatan (Attachment)
Kelekatan (attachment) adalah ikatan emosional yang kuat antara dua orang. Cukup
banyak teori mengenai kelekatan bayi. Tiga ahli yang didiskusikan di sini adalah Freud,
Erikson, dan Bowlby, mengajukan pandangan-pandangan teoritis yang berpengaruh di
bidangnya.
Menurut Freud, bayi menjadi semakin dekat dengan orang atau benda yang memberikan
kepuasan oral. Kenyamanan fisik juga memainkan peranan penting dalam pandangan Erik
Erikson mengenai perkembangan bayi. Menurut Erikson, satu tahun pertama kehidupan
merupakan tahap munculnya kepercayaan versus ketidakpercayaan (trust vs mistrust).
Kenyamanan fisik dan perawatan yang peka merupakan hal yang esensial untuk mencapai
kepercayaan dasar pada bayi. Selanjutnya kepercayaan pada masa bayi merupakan basis bagi
kelekatan dan harapan seumur hidup bahwa dunia akan menjadi tempat yang baik dan
menyenangkan untuk dihuni.
Perspektif etologi dari psikiater Inggris John Bowlby juga menekankan pentingnya
kelekatan pada tahun pertama kehidupan dan responsivitas dari pengasuh. Bowlby yakin
bahwa bayi dan ibunya secara naluriah membentuk suatu kelekatan. Ia menyatakan bahwa bayi
yang baru lahir secara biologis diberi perlengkapan untuk membangkitkan perilaku kelekatan
dengan ibunya.
23
Kelekatan tidak timbul secara tiba-tiba namun berkembang melalui serangkaian tahapan,
diawali dengan preferensi umum bayi terhadap manusia hingga kebersamaan dengan pengasuh
utama.
Bowlby berargumen bahwa bayi mengembangkan modek kerja internal mengenai
kelekatan, suatu model mental sederhana mengenai pengasuh, hubungan bayi dengan
pengasuhnya, dan diri yang memiliki hak terhadap perawatan gizi. Model kerja internal
kelekatan bayi dan pengasuhnya memengaruhi respons-respons bayi, dan selanjutnya anak
terhadap orang lain. Model internal kelekatan juga berperan penting dalam menemukan
hubungan antara kelekatan dan pemahaman emosional lanjutan, perkembangan kesadaran, dan
konsep-diri.
Mary Ainsworth menciptakan "Situasi Asing" (strange situation), yakni suatu metode
observasi untuk mengukur kelekatan bayi berupa serangkaian perkenalan, perpisahan, dan
reuni dengan pengasuh dan orang dewasa asing dalam urutan tertentu.
a) Bayi dengan kelekatan aman (secure attached babies) memanfaatkan pengasuh sebagai
basis aman untuk mengeksplorasi lingkungannya. Ketika pengasuhnya hadir, bayi dengan
kelekatan aman akan mengeksplorasi ruangan penelitian dan mereriksa mainan yang
diletakkan dalam ruangan itu. Ketika pengasuhnya meninggalkannya, bayi dengan
kelekatan aman mungkin akan protes sedikit. Ketika pengasuh hadir kembali maka bayi
akan menjalin interaksi yang positif lagi dengannya, mungkin dengan tersenyum atau
memanjat ke pangkuan pengasuhnya. Selanjutnya, mereka sering kali melanjutkan
bermain dengan mainan di ruangan itu.
b) Bayi dengan kelekatan tidak aman dan menghindar (insecure avoidant babies)
memperlihatkan kelekatan tidak aman melalui tindakan menghindar dari pengasuh. Dalam
Situasi Asing, bayi tidak banyak berinteraksi dengan pengasuh, tidak merasa tertekan
ketika pengasuh meninggalkan ruangan, biasanya tidak menjalin kontak kembali ketika
pengasuh hadir kembali di hadapannya, dan bahkan mungkin membelakangi
pengasuhnya.
c) Bayi dengan kelekatan tidak aman dan menolak (insecure resistant babies) sering kali
melekat pada pengasuhnya kemudian menolaknya, mungkin dengan cara menendang atau
mendorong pergi pengasuhnya. Dalam Situasi Asing, bayi-bayi ini sering kali bersandar
dengan cemas ke pengasuhnya dan tidak mngeksplorasi ruangan. Ketika pengasuh pergi,
mereka sering kali menangis dengan keras. Ketika pengasuhnya kembali untuk
24
menenangkannya, bayi itu justru mendorong pergi pengasuhnya dan menunjukkan sikap
penolakan.
d) Bayi dengan kelekatan tidak aman dan tidak teratur (insecure disorganized babies)
memiliki karakteristik tidak teratur dan disorganisasi. Dalam Situasi Asing, bayi-bayi ini
mungkin terlihat linglung, bingung, dan takut. Untuk dapat diklasifikasikan sebagai bayi
tidak teratur harus memiliki pola menghindar dan menolak yang kuat atau memperlihatkan
perilaku spesifik tertentu, seperti merasa sangat takut ketika berada di dekat pengasuhnya.
25
DAFTAR PUSTAKA
Berk E. L,. 2010. Develepment Throught The Lifespan : Dari Prenatal Sampai Remaja
(Transisi Menjelang Dewasa). Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Brooks J,. 2011. The Process Of Parenting. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Hurlock B. E,. 1992. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendeketan Sepanjang Rentang
Kehidupan. Penerbit Airlangga. Jakarta.
Konrad L. 1971. Studies In Animal and Human Behaviour. Havard University Press. New
York.
Santrock J. W,. 2011. Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup Jilid 1. Penerbit
Airlangga. Jakarta.
26
Download