1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, media pembelajaran menjadi sesuatu yang sangat urgen dalam proses pembelajaran. Penerapan media berbasis teknologi dalam proses pembelajaran terbukti dapat membantu memecahkan masalah kehidupan manusia dari masa ke masa secara efektif dan efisien. Peserta didik banyak dihadapkan pada aneka ragam jenis dan produk teknologi, baik yang dijumpai, dimanfaatkan, dialami, maupun yang dinikmati dalam aktifitas sehari-harinya. Menghadapi kondisi seperti itu, peserta didik perlu diarahkan dan dibekali pendidikan teknologi guna menuju masyarakat yang “melek teknologi” yaitu bercirikan mampu mengenal, mengerti, memilih, menggunakan, memelihara, memperbaiki, menilai, menghasilkan produk teknologi sederhana, dan peduli terhadap masalah yang berkaitan dengan teknologi. Hal ini menunjukan bahwa dalam kehidupan manusia tidak terlepas dari teknologi, karena keseluruhan aktifitas manusia mengarah pada ciri efisiensi. Media dalam proses pembelajaran, telah dikenal sebagai alat bantu mengajar dan seharusnya dimanfaatkan oleh pengajar. Tidak dimanfaatkannya media dalam proses pembelajaran, pada umumnya disebabkan oleh berbagai alasan, antara lain waktu persiapan mengajar terbatas, sulit mencari media yang tepat, biaya yang tidak tersedia, atau alasan lain. Hal tersebut dapat diatasi melalui peningkatan pengetahuan 2 akan ragam media, karakteristik, serta kemampuan penggunaan media oleh para pengajar. Media sebagai alat bantu mengajar, berkembang sedemikian pesatnya sesuai dengan kemajuan teknologi. Ragam dan jenis media cukup banyak sehingga dapat dimanfaatkan sesuai dengan kondisi, waktu, keuangan, maupun materi yang akan disampaikan. Pemanfaatan media pembelajaran pada umumnya mengalami banyak permasalahan terutama kemampuan guru dalam menerapkannya dan kemampuan daya serap siswa dalam proses pembelajaran berbasis media. Hal ini yang menyebabkan adanya keadaan dilematis yang mesti diupayakan solusinya. Pemanfaatan media pembelajaran memberi kontribusi positif kepada para siswa dalam proses pembelajaran. Kehadiran media memberikan nuansa baru sekaligus inovasi baru yang semestinya mampu mengantarkan seluruh komponen pendidikan pada upaya efektifitas dan efisiensi penggunaan media pembelajaran. Dalam konteks inilah, media pendidikan dapat dijadikan sarana yang paling ideal untuk menjawab berbagai kelemahan yang terjadi dalam proses pembelajaran. Namun demikian, harus diakui bahwa penggunaan media pembelajaran khususnya yang berkaitan dengan pemanfaatan media tekhnologi di lembagalembaga formal (sekolah) bukanlah merupakan perkara yang mudah. Hal ini disebabkan untuk mengadakan media tersebut membutuhkan pembiayaan yang relatif cukup mahal. Disamping itu, kesiapan sumber daya guru atau komponen pendidikan lainnya dalam menggunakan media itu dapat dikatakan masih rendah. Akan tetapi, masalah tersebut di atas idealnya tidak dijadikan sebagai hambatan yang krusial. 3 Penggunaan media sederhana boleh jadi merupakan alternatif paling mungkin untuk dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran. Semuanya tergantung pada efisiensi dan efektifitas pemanfaatan media tersebut dalam mendukung upaya pencapaian tujuan pendidikan yang sesungguhnya. Relevan dengan pandangan di atas, dalam perkembangan dunia pendidikan peran media merupakan faktor yang sangat urgen dalam menentukan berhasil tidaknya pelaksanaan kurikulum dan proses pembelajaran. Media konvensional maupun yang telah berkembang sangat membantu aktifitas seluruh elemen yang ada di sebuah lembaga sekolah khususnya bagi seorang guru karena guru tersebut bisa lebih mudah mentransfer ilmu pengetahuannya kepada peserta didik. Berangkat dari penjelasan di atas, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa pemanfaatan media pembelajaran harus benar-benar didasarkan pada prinsip-prinsip yang berorientasi kepada siswa sebagai objek dalam proses pembelajaran di sekolah. Dalam hal ini, pemanfaatan media pembelajaran harus selalu memperhatikan karakteristik dan kebutuhan siswa dalam belajar. Siswa harus mendapatkan informasi belajar dengan cepat, tepat dan bermanfaat bagi perubahan kognitif, afektif dan psikomotoriknya. Disamping itu, siswa harus mendapatkan lingkungan belajar yang kondusif, menyenangkan serta tidak membosankan. Selanjutnya, media juga harus dipandang sebagai salah satu sub sistem dalam proses pembelajaran sehingga kehadiran media pembelajaran menjadi wajib dalam kegiatan belajar mengajar. Pemanfaatan media pembelajaran seorang guru harus bisa merancang penggunaan media secara khusus dan sistematis dengan tujuan 4 mempercepat informasi belajar siswa dan memudahkan transfer ilmu dari guru kepada siswa. Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Pemanfaatan Media Visual dalam Pembelajaran PAI di SD Negeri 1 Dimba Kabupaten Konawe”. Penulis menganggap bahwa penelitian tentang pemanfaatan media visual dalam Pembelajaran PAI menarik untuk dilakukan berdasarkan anggapan bahwa dewasa ini seluruh aspek kehidupan manusia tidak lepas dari pengaruh teknologi tidak terkecuali dalam dunia pendidikan. B. Fokus Penelitian Untuk lebih fokusnya penelitian ini, maka penulis membatasi masalah penelitian sesuai dengan latar belakang yang dikemukakan di atas yakni mencoba mengamati pemanfaatan media pembelajaran khususnya media visual dalam pembelajaran PAI pada kelas IV dan V di SD Negeri 1 Dimba Kabupaten Konawe. C. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah di atas, maka masalah dalam penilitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana kondisi objektif pemanfaatan media visual di SD Negeri 1 Dimba Kabupaten Konawe? 2. Bagaimana urgensi pemanfaatan media visual dalam pembelajaran PAI di SD Negeri 1 Dimba Kabupaten Konawe? 5 3. Hambatan apa saja yang didapatkan oleh guru dalam menggunakan media visual pada pembelajaran PAI di SD Negeri 1 Dimba Kabupaten Konawe? D. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui gambaran umum pemanfaatan media visual di SD Negeri 1 Dimba Kabupaten Konawe. 2. Untuk mengetahui gambaran tentang urgensi pemanfaatan media khususnya media visual dalam pembelajaran PAI di SD Negeri 1 Dimba Kabupaten Konawe. 3. Untuk mengetahui hambatan yang didapatkan oleh guru dalam menggunakan media visual pada pembelajaran PAI di SD Negeri 1 Dimba Kabupaten Konawe. E. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang terkait dalam dunia pendidikan. Adapun manfaat yang diharapkan antara lain: 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian ini diharapkan menjadi salah satu alternatif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran PAI dengan menggunakan media pembelajaran visual dalam kegiatan belajar mengajar di lingkungan formal/sekolah. b. Penelitian ini diharapkan berguna bagi para peneliti selanjutnya, yang penelitiannya memiliki hubungan atau keterkaitan dengan hasil penelitian ini. 6 2. Manfaat Praktis a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi para pendidik di sekolah terkait dengan sejumlah faktor yang dapat menunjang teciptanya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. b. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan informasi atau komparasi bagi pihak sekolah untuk selalu menggunakan media pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar agar siswa memperoleh kemudahan-kemudahan dalam belajar. c. Bagi peneliti sendiri, dapat memperoleh pengalaman langsung terkait dengan pengumpulan data di lapangan dan kemudian disusun dalam sebuah bentuk karya tulis serta penelitian ini juga menjadi tugas akhir dari kampus untuk memperoleh gelar sarjana. F. Definisi Operasional Agar tidak terjadi kekeliruan dan kesalahan dalam memahami judul penelitian ini, maka peneliti memberikan definisi operasional judul penelitian sebagai berikut: 1. Media pembelajaran visual yang dimaksud dalam penelitian ini adalah segala sesuatu yang sifatnya dapat menyalurkan pesan atau informasi secara nyata atau konkrit serta dapat dilihat secara langsung oleh siswa, sehingga dapat mendorong terjadinya proses perubahan pada diri peserta didik. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan kognitif, afektif dan psikomotorik siswa. 7 2. Pembelajaran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah proses transfer ilmu pengetahuan dari seorang guru kepada siswa. 3. Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu mata pelajaran yang terdapat dalam kurikulum sekolah yang memuat materi tentang keislaman serta berlandaskan Al-Qur’an dan Hadits. G. Kajian Relevan Judul penelitian yang penulis angkat dalam karya ini memiliki kajian relavan dengan penelitian yang dilakukan oleh saudara Jasmuddin dengan judul skripsi Efektifitas Pemanfaatan Media Elektronik sebagai Media Pembelajaran PAI di SMP Negeri 1 Soropia. Ia berkesimpulan bahwa pemanfaatan media elektronik dalam pembelajaran PAI di SMP Negeri 1 Soropia cukup signifikan karena dengan memanfaatkan media elektronik OHP dalam pembelajaran dapat menimbulkan perhatian bagi siswa serta dapat merangsang dan melibatkan para siswa secara aktif pada saat proses berlangsung di dalam kelas. Selain itu, judul penelitian ini, juga memiliki relevansi dengan penelitian yang dilakukan oleh saudara Andi Hilda Yasin dengan judul penelitian Efektifitas Pemanfaatan Media Visual dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Negeri 08 Mandonga Kota Kendari. Ia berkesimpulan bahwa dengan menggunakan media visual dalam pembelajaran PAI maka interaksi antara guru dengan siswa menjadi lancar. Ketika guru menjelaskan pelajaran para siswa dengan sungguh-sungguh memperhatikan. Selain itu, para siswapun aktif dalam mengikuti semua kegiatan di kelas seperti; bersemangat dalam 8 menjawab pertanyaan dari guru, serta dengan menggunakan media visual, tingkat kejenuhan siswa dalam pembelajaran berkurang. Lebih lanjut, ia berkesimpulan bahwa dengan memanfaatkan media visual dan ketepatan dalam memilih media, maka akan membangkitkan semangat belajar para siswa. 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakekat Media Pembelajaran 1. Deskripsi Media Istilah media pada dasarnya berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah dimaknai sebagai perantara atau pengantar.1 Dalam bahasa Arab media adalah “perantara ( )ﻭﺴﺎﺋﻝatau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan”.2 Gerlach dan Ely mengatakan bahwa “media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap”.3 Dari pengertian ini dapat dipahami bahwa seorang guru, buku-buku yang digunakan dalam proses pembelajaran, maupun lingkungan sekolah merupakan media. Pada hakikatnya banyak batasan yang dikemukakan oleh para tokoh tentang media seperti yang diungkapkan dua tokoh berikut: Gagne menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Sementara itu, 1 Arif S. Sadiman, dkk, Media Pendidikan: Pengertian, Pemanfaatannya, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2009), h. 6 2 Pengembangan dan Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Cet. 6, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2005), h. 3 3 Ibid., 10 Briggs berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar.4 Asosiasi Pendidikan Nasional (National Education Association/NEA) memberikan pengertian yang berbeda. NEA menyatakan bahwa media adalah “bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta peralatannya. Media hendaknya dapat dimanipulasi, dapat dilihat, didengar, dan dibaca”.5 Selanjutnya, AECT (Association of Education and Communication Technology) memberi batasan tentang media yaitu “segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi”.6 Berangkat dari definisi-definisi yang telah diungkapkan di atas, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa apapun yang menjadi batasan dari para tokoh atau suatu lembaga tertentu dalam memberikan definisi tentang media, masing-masing terdapat kesamaan yaitu bahwa media merupakan segala sesuatu yang bisa digunakan untuk menyalurkan pesan dari orang yang menyampaikan pesan kepada penerima pesan sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Dengan demikian, maka tingkat motivasi, kreatifitas serta partisipasi siswa dalam proses pembelajaran dapat meningkat. 4 Sadiman, Media... h. 6 5 Ibid., h. 7 6 Arsyad, Media... h. 3 11 2. Deskripsi Pembelajaran Pembelajaran berasal dari akar kata belajar yang diawali dengan imbuhan Pe dan diakhiri dengan imbuhan an. Dalam literatur, banyak dijumpai definisi belajar yang dikemukakan oleh para tokoh khususnya tokoh-tokoh pendidikan. Pada hakekatnya belajar dipandang sebagai suatu proses bagi seseorang untuk memperoleh perubahan baik dari segi kognitif, psikomotorik, maupun afektifnya. Winkel memberikan definisi tentang belajar sebagai berikut: Belajar merupakan suatu aktifitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai dan sikap. Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas.7 Sejalan dengan definisi di atas, Nana Sudjana mengemukakan bahwa: Belajar adalah perubahan tingkah laku. Dan terbentuknya tingkah laku sebagai hasil belajar tersebut memiliki ciri pokok yaitu: tingkah laku baru itu berupa kemampuan aktual maupun potensial, kemampuan itu berlaku dalam waktu yang relatif lama, dan kemampuan baru diperoleh melalui usaha.8 Dari dua pendapat tokoh di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa ada kesamaan persepsi dalam mendefinisikan belajar yakni suatu proses untuk mencapai perubahan tingkah laku. Perubahan tersebut diperoleh melalui latihan dan pengalaman dalam proses belajar mengajar. Dari pengertian belajar tersebut, dapat dipahami bahwa pembelajaran merupakan suatu upaya untuk menciptakan suasana 7 8 WS. Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: PT. Grasindo, 1996), h. 53 Nana Sudjana, Teori-Teori Belajar untuk Pengajaran, (Jakarta: Lembaga Penerbit FEKON UI, 1991), h. 5 12 belajar yang kondisif serta sistematik yakni terarah dan terencana dalam rangka mencapai hasil pembelajaran yang maksimal. Hal ini sejalan dengan pendapat Sudana Degeng yang menyatakan bahwa pembelajaran adalah “upaya untuk membelajarkan siswa”.9 Dari pengertian ini secara implisit menjelaskan bahwa dalam pembelajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan, serta mengembangkan metode untuk mencapai hasil yang pembelajaran yang efektif. Sementara itu, Hadi Miarso mengartikan pembelajaran sebagai “intervensi dengan tujuan terjadinya belajar”.10 Intervensi yang dimaksud adalah segala perlakuan yang diberikan oleh seorang guru, baik berupa materi maupun metode sebagai upaya dalam mensiasati kegiatan pembelajaran. Dalam konteks ini, dapat dipahami bahwa pembelajaran dimaknai sebagai interaksi antara siswa yang belajar dengan seorang guru yang memberikan informasi belajar. Dengan demikian, maka pengertian pembelajaran tidak hanya berhubungan dengan kegiatan siswa dalam mendapatkan pengalaman belajar, tetapi juga terdapat kegiatan guru dalam menyalurkan materi ajar serta memberi pengalaman belajar kepada para siswa. Secara rinci, mengklasifikasikan tiga Reigeluth variabel seperti penting yang dikutip yang oleh terkandung Hamzah dalam Uno definisi pembelajaran yaitu: 9 I Nyoman Sudana Degeng, Buku Pengantar Teknologi Pendidikan Pusat Antar Universitas untuk Peningkatan dan Pengembangan Aktifitas Intruksional Universitas Terbuka, (Jakarta: 1993), h. 1 10 Barbara B. Seels, Tekhnologi Pembelajaran: Definisi dan Kawasannya, Terjemahan Yusuf Hadi Miarso, (Jakarta: Unit Percetakan UNJ, 1994), h. 140 13 1. Variabel kondisi 2. Variabel metode pembelajaran 3. Variabel hasil pembelajaran.11 Variabel kondisi sangat mempengaruhi efek metode dalam meningkatkan hasil pembelajaran, variabel metode merupakan cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil pembelajaran yang berbeda di bawah kondisi berbeda. Selanjutnya, variabel hasil merupakan semua efek yang dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan metode pengajaran di bawah kondisi yang berbeda pula. 3. Deskripsi Media Pembelajaran Berangkat dari definisi-definisi media dan pembelajaran di atas maka dapat dikatakan bahwa media pembelajaran merupakan salah satu komponen pembelajaran yang mempunyai peranan penting dalam kegiatan Pembelajaran. Pemanfaatan media seharusnya merupakan bagian yang harus mendapat perhatian dari guru/fasilitator dalam setiap kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, guru/fasilitator perlu mempelajari bagaimana menetapkan media pembelajaran agar dapat mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran dalam proses belajar mengajar. Dalam sebuah literatur dijelaskan bahwa: Media pembelajaran adalah media yang digunakan dalam pembelajaran, yaitu meliputi alat bantu guru dalam mengajar serta sarana pembawa pesan dari sumber belajar ke penerima pesan belajar (siswa). Sebagai penyaji dan penyalur pesan, media belajar dalam hal-hal tertentu bisa mewakili guru menyajikan informasi belajar kepada siswa. Jika program media itu didesain dan 11 h. 24 Hamzah Uno, Perencanaan Pembelajaran: Teori dan Praktek, (Jakarta: Alawiyah Press), 14 dikembangkan secara baik, maka fungsi itu akan dapat diperankan oleh media meskipun tanpa keberadaan guru.12 Pengertian tersebut di atas, semakin mempertegas bahwa media pembelajaran sangat urgen dalam proses pembelajaran guna mencapai tujuan pembelajaran secara maksimal. Hal ini disebabkan karena media sangat membantu dalam pencapaian tujuan instruksional yang lebih efektif. Namun, pemanfaatan media pembelajaran harus dilakukan dengan kreatif dan berdasarkan pada prinsip-prinsip belajar yang berorientasi pada peserta didik. Dengan demikian, pengalamanpengalaman siswa dapat terbentuk sehingga pada diri mereka terjadi perubahanperubahan yang relatif permanen baik dari aspek pengetahuannya, keterampiannya maupun sikapnya. 4. Jenis-Jenis Media Pembelajaran Media pembelajaran mempunyai banyak ragamnya, hal ini tergantung dari segi mana seseorang melihatnya. Rudi Bretz mengklasifikasikan media kedalam 8 jenis, yaitu sebagai berikut: Media audio visual Media audio visual diam Media audio semi gerak Media visual gerak Media visual diam Media visual semi gerak Media audio, dan Media cetak.13 12 vhttp://alhafizh84.wordpress.com/2009/12/20/pengertian-dan-manfaat-mediapembelajaran, diakses tanggal 10 Juli 2011 13 H. Asnawir dan M. Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, (Cet. I, Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h. 27 15 Jika diperhatikan pandangan Rudi Bretz di atas maka secara garis besar dia mengklasifikasikan media ke dalam tiga ciri utama yaitu media yang berbasis pada audio yakni suara, visual dan gerak. Relevan dengan klasifikasi di atas, Oemar Hamalik mengelompokan media pengajaran dalam 4 jenis, yaitu: Alat-alat visual yang dapat dilihat, misalnya filmstrip transparansi, micro projection, papan tulis, buletin board, gambar-gambar, ilustrasi, chat, grafik, poster, peta, dan globe. Alat-alat yang bersifat auditif atau hanya dapat didengar misalnya; phonograph record, transkripsi electris, radio, rekaman pada tape recorder. Alat-alat yang bisa dilihat dan didengar, misalnya film dan televisi, bendabenda tiga dimensi yang biasanya dipertunjukan, misalnya; model, spicemens, bak pasir, peta electris, koleksi diorama. Dramatisasi, bermain peranan, sosiadrama, sandiwara boneka, dan sebagainya.14 Selanjutnya para ahli media membagi jenis-jenis media menjadi 6 bagian yaitu: Media asli dan tiruan Media bentuk papan Media bagan dan grafis Media proyeksi Media dengar (audio) Media cetak atau printed meterials.15 Sedangkan Gagne membuat 7 macam pengelompokan media pembelajaran, sebagai berikut: 14 Ibid., h. 29 15 Ibid., 16 Benda untuk didemonstrasikan Komunikasi lisan Gambar cetak Gambar diam Gambar gerak Film bersuara, dan Mesin belajar.16 Klasifikasi Gagne di atas kemudian dikaitkan dengan kemampuannya memenuhi fungsi menurut tingkat hirarki belajar yang dikembangkannya yaitu: “pelontar stimulus belajar, penarik minat belajar, contoh perilaku belajar, memberi kondisi-kondisi eksternal, menuntun cara berpikir, memasukkan alih ilmu, menilai prestasi, dan memberi umpan balik”.17 Pengklasifikasian media pembelajaran yang telah diuraikan di atas, memberikan ilustrasi tentang karakteristik atau ciri-ciri khusus dari masing-masing media antara satu media dengan media lainnya berbeda sesuai dengan tujuan dan maksud pengelompokkannya. Dengan demikian, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa antara klasifikasi media, karakteristik media, dan pemilihan media merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan dalam hal penentuan strategi pembelajaran. 16 Ibid., h. 31 17 Ibid., 17 B. Hakekat Media Visual 1. Deskripsi Media Visual Media visual berarti “semua alat peraga yang digunakan dalam proses belajar yang bisa dinikmati lewat panca indera mata”.18 Media visual (image atau perumpamaan) memiliki peran yang sangat signifikan dalam proses pembelajaran. Media visual dapat memperlancar pemahaman serta memperkuat ingatan peserta didik dalam memahami materi pembelajaran. Selain itu, media visual dapat pula menumbuhkan minat siswa serta dapat memberikan relevansi antara isi materi pelajaran dengan dunia nyata. Agar hal ini bisa berjalan dengan baik, maka sebaiknya visual ditempatkan pada konteks yang bermakna sehingga siswa dapat berinteraksi dengan media visual (image) tersebut guna memperlancar terjadinya proses informasi dalam pembelajaran. Dengan memperhatikan uraian tersebut di atas, maka media visual dapat diartikan sebagai alat pembelajaran yang hanya bisa dilihat untuk memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan siswa terhadap isi materi pelajaran tertentu. Pendidikan melalui media visual adalah sebuah metode atau cara untuk memperoleh pengertian yang baik dari sesuatu yang dapat dilihat dari pada sesuatu yang didengar atau dibacanya. 2. Jenis-Jenis Media Visual Media visual mempunyai jenis yang beragam, diantaranya: 18 Daryanto, Media Visual untuk Pengajaran Teknik, (Bandung: Tarsito, 1993), h. 23 18 a. Bagan Bagan adalah suatu media pengajaran yang penyajiannya secara diagramatik dengan menggunakan lambang-lambang visual, untuk mendapatkan sejumlah informasi yang menunjukkan perkembangan ide, objek, lembaga, orang, keluarga ditinjau dari sudut waktu dan ruang.19 b. Grafik Grafik merupakan gambar sederhana yang penggunaannya mengandung sejumlah ide, objek, simbol, dan keterangan-keterangan serta memiliki fungsi untuk menggambarkan data kuantitatif, sesuai dengan objek yang diamati. c. Diagram Diagram merupakan susunan garis-garis yang saling berhubungan. Media ini berfungsi untuk memperjelas hubungan yang ada antar komponen yang saling terkait. d. Poster Poster merupakan gabungan antara gambar dan tulisan tertentu untuk menarik perhatian dari pembaca/masyarakat agar berminat terhadap poster tersebut. Pesan yang disampaikan pada media ini hendaknya dibuat secara dekoratif dan kalimat yang digunakan harus menarik, singkat, dan jelas. e. Karikatur dan Kartun Bentuk dari media visual ini biasanya berupa garis yang dicoret dengan spontan yang menekankan kepada hal-hal yang dianggap penting. Perbedaan antara poster dengan karikatur adalah karikatur biasanya lebih menggigit dan kritis dibandingkan dengan poster. 19 Asnawir, Media... h. 33 19 Selain lima jenis media visual yang disebutkan di atas, masih terdapat media visual lain yaitu media visual dua dimensi. Media ini menyajikan ransanganransangan visual dan penggunaannya memerlukan aliran listrik. Adapun jenis dari media visual dua dimensi, diantaranya: a. Overhead Proyektor (OHP) Media ini merupakan alat untuk memproyeksikan objek tertentu dengan menggunakan bahan yang transparan. Dalam pemanfaatan alat ini, seorang pengguna harus merancangnya dengan baik sehingga dalam memproyeksikan suatu objek bisa berlangsung secara maksimal. Untuk membangkitkan motifasi siswa dalam belajar, maka tulisan atau gambar yang ditampilkan dalam media ini harus menggunakan variasi warna yang mencolok sehingga proses pembelajaran lebih mengesankan. b. Bingkai Film Bingkai film merupakan sebuah media komunikasi dengan menggunakan satu seri gambar diam dalam film positif yang disajikan dengan memproyeksikan satu persatu secara berurutan dengan pesan-pesan audio melalui rekaman melalui pita suara atau kaset.20 Media visual dua dimensi selain yang telah disebutkan di atas, masih terdapat jenis lainnya seperti bingkai film rangkai, proyektor opaque, atchitoscope, microprojection, dan microfilm. Penggunaan alat bantu visual dalam proses 20 Arsyad, Media... h. 49 20 pembelajaran akan memperkenalkan, memperkaya, membentuk serta memperjelas makna-makna yang tidak dipahami siswa serta mendorong minat atau kegiatan belajar siswa. 3. Fungsi Media Visual Tidak dapat dinafikan lagi bahwa penggunaan media dalam proses pembelajaran memiliki banyak fungsi. Livie dan Lentz mengemukakan 4 (empat) fungsi media pembelajaran khususnya yang terdapat pada media visual yaitu “fungsi atensi, fungsi afektif, fungsi kognitif, dan fungsi kompensatoris”.21 Untuk mengetahui secara detail keempat fungsi media visual di atas, maka penulis uraikan sebagai berikut: a. Fungsi atensi mengandung arti bahwa media visual merupakan inti, menarik serta dapat mengarahkan perhatian pembelajar untuk tetap berkonsentrasi pada isi mata pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran. b. Fungsi afektif mengandung maksud bahwa media visual dapat terlihat dari tingkatan kenikmatan peserta didik ketika belajar membaca teks bergambar. Gambar atau lambang visual tersebut dapat menggugah emosi dan sikap pembelajar. c. Fungsi kognitif mengandung makna bahwa media visual dapat mengungkapkan lambang visual yang dapat memperlancar pencapaian tujuan 21 Arsyad, Media... h. 17 21 untuk memahami dan mendengar informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar. d. Fungsi kompensatoris artinya bahwa media visual memberikan konteks untuk memahami teks, membantu yang lemah dalam membaca untuk menyusun informasi dalam teks dan mengingatkannya kembali.22 4. Penggunaan Media Visual Dalam proses pembelajaran peserta didik cenderung menggunakan panca indera penglihatan untuk mendapatkan informasi, isyarat, tanda atau sesuatu yang menarik perhatiannya. Oleh karena itu, kemampuan penglihatan harus dijadikan sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam mengembangkan proses pembelajaran khususnya yang dilaksanakan secara formal. Penampilan visual tidak boleh mengganggu, gambar dan tulisan yang diproyeksikan harus dapat dibaca dengan jelas oleh peserta didik. Penggunaan media visual tidak boleh meragukan, artinya objek-objek yang masih asing atau belum dikenal hendaklah ditampilkan sedini mungkin. Untuk mendapatkan gambaran tentang ukuran dan bentuknya, harus terlihat perbandingan dengan obyek lain yang sudah dikenal. Media visual tidak boleh terlalu ramai dan kacau supaya informasi yang ditampilkan dapat tertangkap jelas oleh peserta didik. 22 Ibid., 22 Dalam penggunaan media visual terdapat beberapa prinsip umum yang harus diketahui oleh setiap yang pendidik sehingga penggunaan media visual tersebut lebih efektif diantaranya:23 a. Usahakan media visual itu sesederhana mungkin dengan menggunakan gambar garis, karton, bagan, dan diagram. Gambar realistis harus digunakan secara hati-hati karena gambar yang amat rinci seringkali mengganggu perhatian peserta didik untuk memperhatikan tampilan pada media visual. b. Visual digunakan untuk menekankan informasi sasaran (yang terdapat teks) sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengna efektif. c. Menggunakan grafik untuk menggambar ikhtisar keseluruhan materi sebelum menyajikan unit demi unit pelajaran untuk digunakan oleh peserta didik dalam mengorganisasikan informasi. d. Mengulangi sajian visual dengan melibatkan siswa untuk meningkatkan daya ingat mereka. e. Menggunakan gambar untuk melukiskan perbedaan konsep-konsep. f. Menghindari visual yang tak berimbang. g. Menekankan kejelasan dan ketepatan dalam semua visual. h. Visual yang diproyeksikan harus dapat terbaca dengan baik. i. Visual, khususnya diagram sangat membantu dalam mempelajari materi yang agak kompleks. 23 Arsyad, Media... h. 92-93 23 j. Visual yang dimaksudkan untuk mengkomunikasikan gagasan tertentu akan lebih efektif apabila jumlah objek daam visual yang akan ditafsirkan dijaga dengan baik dan semua objek dalam aksi yang dimaksudkan digambarkan secara realistik sehingga tidak terjadi penafsiran ganda. k. Unsur-unsur pesan dalam visual harus ditonjolkan dan dengan mudah dibedakan dari unsur-unsur latar belakang untuk mempermudah pengolahan informasi. l. Caption (keterangan gambar) harus disiapkan terutama untuk menambah informasi yang sulit dilukiskan secara visual. m. Warna yang digunakan dalam menggunakan media visual harus realistik. n. Warna dalam pemberian bayangan digunakan untuk mengarahkan perhatian dan membedakan komponen-komponen tertentu. C. Urgensi Pemanfaatan Media Pembelajaran dalam Kegiatan Belajar Mengajar Pada dasarnya proses pembelajaran merupakan suatu proses komunikasi antara seorang guru dengan peserta didiknya. Dalam proses komunikasi tersebut terjadi interaksi dan tukar pikiran untuk mengembangkan ide dan pengetahuan baik bagi guru terlebih lagi bagi peserta didik itu sendiri. Tidak bisa dinafikan bahwa dalam sebuah komunikasi terkadang terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan berupa penyimpangan-penyimpangan sehingga komunikasi yang dibangun tidak berjalan dengan efektif dan efisien. Misalnya disebabkan oleh ketidaksiapan dari seorang guru ataupun siswa, kurangnya minat belajar dari peserta didik atau faktor lainnya. 24 Mengatasi hal tersebut di atas, maka media pembelajaran sangatlah dibutuhkan untuk meminimalisir kejunuhan atau kebosanan siswa dalam belajar, karena salah satu fungsi media adalah memberikan stimulus dan dorongan kepada siswa untuk belajar. Disamping itu, media juga sangat berperan dalam meningkatkan keserasian dalam penerimaan informasi. Secara rinci Asnawir dalam bukunya yang berjudul Media Pembelajaran menjelaskan 8 nilai-nilai praktis dari media, yaitu sebagai berikut: Media dapat mengatasi berbagai keterbatasan pengalaman yang dimiliki siswa atau mahasiswa Media dapat mengatasi ruang kelas. Media memungkinkan adanya interaksi langsung antara siswa dengan lingkungan Media menghasilkan keseragaman pengamatan Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan realistis Media dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru Media dapat membangkitkan motivasi dan merangsang siswa untuk belajar Media dapat memberikan pengalaman yang integral dari suatu yang konkrit sampai kepada yang abstrak.24 Rahardjo, lebih lanjut menyatakan bahwa media memiliki nilai-nilai praktis berupa kemampuan untuk: a. Membuat konsep yang abstrak menjadi konkrit, misalnya untuk menjelaskan sistem peredaran darah. b. Membawa objek yang berbahaya dan sulit untuk dibawa ke dalam kelas, seperti binatang buas, bola bumi, dan sebagainya. c. Menampilkan objek yang terlalu besar, seperti candi borobudur. d. Menampilkan objek yang tidak dapat diamati dengan mata telanjang, seperti micro-organisme. e. Mengamati gerakan yang terlalu cepat, misalnya dengan slow motion. f. Memungkinkan siswa berinteraksi langsung dengan lingkungannya. 24 H. Asnawir, Media... h. 14-15 25 g. Memungkinkan keseragaman pengamatan dan persepsi bagi pengalaman belajar. h. Membangkitkan motivasi belajar. i. Memberi kesan perhatian individual untuk seluruh anggota kelompok belajar. j. Menyajikan informasi belajar secara konsisten dan dapat diulang maupun disimpan menurut kebutuhan. k. Menyajikan pesan atau informasi belajar secara serempak, mengatasi batasan waktu dan ruang. l. Mengontrol arah maupun kecepatan belajar siswa.25 Sejalan dengan pendapat di atas, Ely dalam Danim, menyebutkan manfaat media dalam pengajaran sebagai berikut: a. Meningkatkan mutu pendidikan dengan cara meningkatkan kecepatan belajar (rate of learning), membantu guru untuk menggunakan waktu belajar siswa secara baik, mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi dan membuat aktivitas guru lebih terarah untuk meningkatkan semangat belajar. b. Memberi kemungkinan pendidikan yang sifatnya lebih individual dengan jalan memperkecil atau mengurangi kontrol guru yang tradisional dan kaku, memberi kesempatan luas kepada anak untuk berkembang menurut kemampuannya serta memungkinkan mereka belajar menurut cara yang dikehendakinya. c. Memberi dasar pengajaran yang lebih ilmiah dengan jalan menyajikan/merencanakan program pengajaran yang logis dan sistematis, mengembangkan kegiatan pengajaran melalui penelitian, baik sebagai pelengkap maupun sebagai terapan. d. Pengajaran dapat dilakukan secara mantap karena meningkatnya kemampuan manusia untuk memanfaatkan media komunikasi, informasi dan data secara lebih konkrit dan rasional. e. Meningkatkan terwujudnya kedekatan belajar (immediacy learning) karena media pengajaran dapat menghilangkan atau mengurangi jurang pemisah antara kenyataan di luar kelas dan di dalam kelas serta memberikan pengetahuan langsung. f. Memberikan penyajian pendidikan lebih luas, terutama melalui media massa, dengan jalan memanfaatkan secara bersama dan lebih luas peristiwa- 25 2011 http://mfadil.blog.unej.ac.id/pemanfaatan-media-pembelajaran/, diakses tanggal 10 Juli 26 peristiwa langka dan menyajikan informasi yang tidak terlalu menekankan batas ruang dan waktu.26 Berdasarkan paparan di atas, maka semakin jelas bahwa media pengajaran merupakan kebutuhan yang tidak dapat dielakkan dalam rangka menyukseskan program belajar siswa agar dapat tercapai perubahan tingkah laku yang diharapkan. Konsekuensinya, guru hendaknya memiliki peran yang tidak terbatas dalam menciptakan, menggunakan maupun mengembangkan media pengajaran. Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa kehadiran media dalam proses pembelajaran sangat penting untuk mengatasi keadaan belajar siswa yang kurang termotivasi. Oleh karena itu, penggunaan media dalam proses pembelajaran di kelas merupakan sebuah kebutuhan yang tidak dapat diabaikan. Hal ini dapat dipahami mengingat proses belajar yang dialami siswa tertumpu pada berbagai kegiatan menambah ilmu dan wawasan untuk bekal hidup di masa sekarang dan masa akan datang. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih media sehingga media tersebut dapat berfungsi dan berdaya guna secara maksimal, yaitu sebagai berikut: 1. Media yang dipilih hendaknya selaras dan menunjang tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. 2. Aspek materi menjadi pertimbangan yang dianggap penting dalam memilih media. 3. Kondisi audien (siswa) dari segi subjek belajar menjadi perhatian yang serius bagi guru yang memilih media yang sesuai dengan kondisi anak. 26 Ibid., 27 4. Ketersediaan media di sekolah atau memungkinkan bagi guru mendesain sendiri media yang akan digunakan merupakan hal yang perlu menjadi pertimbangan seorang guru. 5. Media yang dipillih seharusnya dapat menjelaskan apa yang akan disampaikan kepada audien (siswa) secara tepat dan berhasil guna, dengan kata lain tujuan yang ditetapkan dapat dicapai secara optimal. 6. Biaya yang akan dikeluarkan dalam pemanfaatan media harus seimbang dengan hasil yang akan dicapai.27 Kriteria atau pertimbangan dalam memilih media pembelajaran sebagaimana yang disebutkan di atas, merupakan upaya untuk mengoptimalkan fungsi dan manfaat media pembelajaran sebagai suatu bagian yang integral dalam pembelajaran. Pertimbangan-pertimbangan tersebut dilakukan karena media pembelajaran memiliki karakteristik dan jenis-jenis yang berbeda satu sama lainnya. Atas dasar tersebut, dalam memilih media perlu kecermatan dan ketepatan sehingga dalam pemanfaatannya bisa berfungsi secara maksimal dan tepat guna. D. Hakekat Pendidikan Agama Islam 1. Deskripsi Pendidikan Agama Islam Pendidikan agama Islam dilakukan untuk memberi persiapan kepada peserta didik agar dapat meyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupannya sehari-hari. Pendidikan tersebut dilaksanakan melalui kegiatan bimbingan, pembelajaran atau pelatihan yang telah ditentukan guna mencapai tujuan. Zakiah Daradjat memberikan definisi tentang pendidikan agama Islam sebagai berikut: 27 H. Asnawir, Media... h. 15-16 28 Pendidilan agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami Islam secara majemuk lalu menghayati tujuan yang pada akhirnya dapat mengamalkan dan menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.28 Dalam referensi lain ditemukan definisi pendidikan agama Islam sebagai berikut: Pendidikan agama Islam adalah pendidikan melalui ajaran-ajaran Islam yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan dia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaranajaran agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai pandangan hidupnya (way of life) demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun dikhirat.29 Dari pengertian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan agama Islam adalah usaha yang dilakukan secara sadar dan sistematis dari seorang pendidik dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, mengimani, bertaqwa serta berakhlak mulia sehingga dapat mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-harinya. Hasil belajar pendidikan agama Islam dapat juga dilihat dari perubahan kognitif peserta didik. Perubahan yang dimaksud adalah terjadinya pengembangan dan peningkatan ke arah yang lebih baik dibandingkan dengan keadaan sebelumnya, seperti dari tidak tahu menjadi tahu, sikap amoral menjadi bermoral dan sebagainya. Akan tetapi dalam pendidikan agama Islam tidak hanya ditekankan pada perubahan kognitif saja, melainkan perubahan afektif dan psikomotorik juga sangat diharapkan. 28 Abdul Majid, dkk., Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Remaja Rosda Karya, 2004), h. 130 29 86 Zakiah Daradjat, dkk., Ilmu Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h. 29 Hal ini sejalan dengan salah satu pendapat yang mengatakan bahwa “perubahan tidak hanya ditekankan kepada pengetahuan atau kognitif peserta didik, tetapi lebih kepada perbuatan dan perubahan tingkah laku dari yang tercela kepada perbuatan yang terpuji”.30 2. Tujuan Pendidikan Agama Islam Berangkat dari uraian sebelumnya, maka dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa secara umum pendidikan agama Islam bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam sehingga bisa menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta dapat menunjukan akhlak yang mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa maupun bernegara. Secara garis besar tujuan pendidikan agama Islam sebagai berikut:31 a. Agar anak didik dapat memahami ajaran Islam secara elementer (sederhana) dan bersifat menyeluruh sehingga pemahaman tersebut dapat digunakan sebagai pedoman hidup dan amalan perbuatannya, baik hubungan antara dirinya dengan Allah SWT, hubungan dirinya dengan manusia lain maupun hubungan dirinya dengan alam sekitarnya. b. Membentuk pribadi yang berakhlak mulia. 30 http://definisi-pengertian.blogspot.com/2010/10/pengertian-hasil-belajar, diakses tanggal 23 November 2011 31 Ibid., 30 Dengan memperhatikan dua tujuan pendidikan agama Islam di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pendidikan agama Islam khususnya pendidikan agama Islam bagi siswa sekolah dasar (SD) adalah agar anak didik dapat memahami ajaran agama Islam secara sederhana dalam rangka menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pembinaan dan pemupukan berbagai ilmu pengetahuan, sehingga dapat berkembang keimanannya terhadap Allah SWT serta dapat menunjukan perilaku-perilaku mulia dalam kepribadiannya. 3. Fungsi Pendidikan Agama Islam Dalam sebuah literatur ditemukan tujuh fungsi pendidikan agama Islam yang dikemukakan oleh Abdul Majid, sebagai berikut: a. Pengembangan yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. b. Penanaman nilai sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. c. Penyesuaian mental yaitu untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungan baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam. d. Perbaikan yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangankekurangan, dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan pemahaman dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari. e. Pencegahan yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya. f. Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum (alam nyata), sistem dan fungsionalnya. g. Penyaluran yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bajat khusus di bidang agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain.32 32 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi: Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), h. 134 31 Dari tujuh fungsi pendidikan agama Islam di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya pendidikan agama Islam berfungsi untuk menyalurkan bakat-bakat peserta didik yang telah dimilikinya sehingga bakat tersebut dapat berkembang secara baik yang pada akhirnya dapat diwujudkan dalam perilaku peserta didik itu sendiri. Dengan demikian, peserta didik dapat memperkuat imannya kepada Allah SWT serta memiliki akhlakul karimah dalam kesehariannya. 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan analisis deskriptif yaitu mendeskripsikan tentang masalah yang akan diteliti. Penulisan kualitatif tidak bertujuan untuk mengkaji atau membuktikan kebenaran suatu teori akan tetapi teori yang sudah ada dikembangkan dengan menggunakan data yang dikumpulkan. B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di SD Negeri 1 Dimba Kabupaten Konawe. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja atas dasar bahwa SD Negeri 1 Dimba Kabupaten Konawe sebagai lembaga yang menyelenggarakan pendidikan secara formal telah menunjukkan perubahan yang cukup signifikan baik dilihat dari sarana dan prasarana yang tersedia di sekolah tersebut maupun dari segi kedisiplinan siswa dan guru-gurunya. Sehingga, menurut hemat penulis, sangat tepat bila SD Negeri 1 Dimba Kabupaten Konawe dijadikan sebagai salah satu tempat penelitian. 33 2. Waktu Penelitian Penelitian ini diperkirakan berlangsung selama 4 (empat) bulan, dimulai pada bulan Januari hingga April 2012 atau setelah proposal penelitian ini disetujui/diterima untuk melakukan penelitian di lapangan. Tahapan-tahapan penelitian meliputi perencanaan, pengumpulan data, pengolahan data dan perampungan hasil skripsi. C. Sumber Data Penelitian kualitatif berbeda dengan penelitian kuantitatif yang telah menetapkan populasi dan sampel. Mengacu pada hal tersebut maka peneliti dalam menetapkan objek informan menggunakan sistem snowball sampling, artinya sumber informasi yang diperlukan berkembang terus hingga jawaban yang diberikan menemui titik jenuh. Atau dengan kata lain, jawaban yang didapatkan dari sumber informasi itu memuaskan dan telah menjawab masalah penelitian. Lexy J. Moleang mengatakan bahwa: Responden dalam penelitian kualitatif berkembang terus (snowball) secara pereposite (bertujuan) sampai data yang dikumpukan dianggap memuaskan, alat pengumpul data atau instrumen penelitian dalam penelitian kualitatif adalah peneliti sendiri atau peneliti merupakan key instrumen.33 Objek informasi yang akan dijadikan sebagai sumber untuk mendapatkan informasi dalam penelitian ini adalah: 33 Husaini Usman dan Purnomo Detiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h. 81 34 1. Data primer atau data utama yang diperoleh dari hasil wawancara dengan para informan. Informan yang dimaksud adalah kepala SD Negeri 1 Dimba Kabupaten Konawe, para guru dan siswa di SD Negeri 1 Dimba Kabupaten Konawe. Dijadikannya mereka sebagai objek informan sebab peneliti menilai bahwa mereka yang dimaksud di atas berkompoten memberikan keterangan berupa data yang memiliki relevansi dengan masalah yang diangkat dalam penelitian ini. 2. Data sekunder atau data yang diperoleh dari hasil observasi lapangan, bahan dokumen sekolah dan bahan-bahan atau referensi yang relevan dengan judul penelitian. D. Tekhnik Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan tekhnik sebagai berikut: 1. Observasi, yaitu penulis mengamati langsung pada obyek penelitian kemudian mengambil kesimpulan. 2. Interview (wawancara), yaitu penulis mengadakan tanya jawab seputar masalah penelitian untuk mendapatkan keterangan dari informan yang dapat memberikan informasi yang dibutuhkan. 3. Dokumentasi, yaitu penulis mengambil data-data dari dokumen yang ada di sekolah sebagai data pendukung yang berupa foto, arsip sekolah serta bentuk dokumen lain, utamanya yang berkaitan dengan pemanfaatan media visual di SD Negeri 1 Dimba Kabupaten Konawe. 35 E. Tekhnik Analisis Data Data yang diperoleh dari penelitian selanjutnya dianalisis agar memperoleh data yang valid untuk disajikan sesuai dengan permasalahan yang dikemukakan dalam penelitian ini. Dalam menganalisis data peneliti menggunakan tiga tahap, yaitu: 1. Reduksi data, yaitu semua data yang diperoleh di lapangan dianalisis sekaligus dirangkum, dipilih serta difokuskan pada hal-hal yang penting. 2. Display data, yaitu tekhnik yang digunakan peneliti agar data yang diperoleh yang jumlahnya masih banyak dapat dikuasai dan dipilih secara fisik selanjutnya dibuat dalam bagan. Membuat display merupakan analisis pengambilan keputusan. 3. Verifikasi data, yaitu tekhnik analisis data yang dilakukan oleh peneliti dalam rangka mencari makna data dan mencoba untuk mengumpulkannya. F. Pengecekan Keabsahan Data Ada tiga cara pengecekan keabsahan data, yakni “perpanjangan pengamatan, ketekunan dan triangulasi sumber data dan teknik”.34 Dalam penelitian ini penulis menulis melakukan pengecekan keabsahan data melalui: 1. Perpanjangan pengamatan Perpanjangan pengamatan adalah penelitian kembali ke lapangan melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui 34 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2007), h. 122 36 maupun yang baru. Dengan perpanjangan pengamatan ini peneliti dapat mengetahui tingkat validitas dan kredibilitas data yang pernah diperoleh. 2. Meningkatkan ketekunan Meningkatkan ketekunan yaitu peneliti mengadakan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan untuk mengetahui validitas data yang diperoleh sebelumnya. 3. Triangulasi Triangulasi pengecekan data dari berbagai sumber dengan cara-cara dan waktu tertentu. Ada tiga bentuk Triangulasi yaitu: a. Triangulasi sumber yaitu menguji kredibilitas data dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. b. Triangulasi tekhnik yaitu menguji kredibilitas data dengan cara yang berbeda yaitu, dengan melakukan wawancara, studi dokumen dan pengamatan. c. Triangulasi waktu, waktu juga terkadang mempengaruhi kredibilitas data yang dikumpulkan oleh seorang peneliti. Informasi yang diberikan informan kepada peneliti pada waktu pagi terkadang berbeda dengan informasi yang diberikan di waktu siang atau sore. Untuk itu dalam rangka pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi, atau tekhnik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. 37 4. Member chek Member chek adalah proses pengecekan data dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan sebelumnya. 38 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A. Profil SD Negeri 1 Dimba 1. Sejarah Berdirinya SD Negeri 1 Dimba merupakan salah satu lembaga pendidikan yang beralamat di desa dimba Kecamatan Wawonii Timur Laut Kabupaten Konawe. SD ini didirikan pada tahun 1954 dengan nama SD Filial. Pada tahun 1964 SD Filial berubah nama menjadi SD Negeri 1 Dimba dengan status kepemilikan negeri atau milik pemerintah di bawah naungan dinas pendidikan nasional (Diknas). SD Negeri 1 Dimba sejak didirikan sampai sekarang sudah mengalami 11 kali pergantian kepala sekolah, sebagaimana dijelaskan informan sebagai berikut: Sejak berdirinya SD Negeri 1 Dimba yakni dari tahun 1954 sampai sekarang telah mengalami dua belas kali pergantian kepala sekolah, kepala sekolah pertama yakni masih bernama SD Filial adalah Bapak Jamula, kemudian digantikan oleh Bapak Badu, selanjutnya SD ini dikepalai oleh Bapak Yasin, kemudian diganti lagi dengan Bapak Hambali, selanjutnya diganti dengan Bapak Jamil, kemudian Bapak Mustari, Bapak Mahalik, Bapak Mudlin, Bapak Suleman, Bapak La Ode Yusuf, Ibu Hj. Yoni, Ibu Hj. St. Syachrin T, dan yang terakhir adalah Bapak Burhan, A. Ma. Pd.35 SD Negeri 1 Dimba menempati areal seluas 60 x 80 m2. Tanah ini merupakan hibah dari masyarakat setempat yang memang sudah sejak lama menginginkan berdirinya sekolah dasar di sekitar pemukiman mereka untuk memudahkan anak-anak mereka menuntut ilmu khususnya di jenjang pedidikan dasar. 35 Bastian, Guru Senior di SDN 1 Dimba, Wawancara, Dimba 10 April 2012 39 2. Keadaan Sarana dan Prasarana Salah satu penentu keberhasilan pembelajaran pada suatu institusi pendidikan adalah tersedianya sarana dan prasarana yang memadai. Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud atau tujuan tertentu. Prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses, dalam hal ini proses pendidikan. Sarana dan prasarana berfungsi sebagai alat (bentuk material) betujuan untuk mendukung kegiatan pendidikan. Dengan demikian, setiap kegiatan pendidikan dibutuhkan tersedianya sarana dan prasarana pendidikan. Perubahan tuntutan masyarakat akan kebutuhan terhadap pendidikan yang semakin hari semakin meningkat berdampak pada keharusan agar sekolah selalu meningkatkan pelayanan pendidikannya secara optimal serta mampu bersaing dengan sekolah-sekolah lain secara sehat agar bisa menjadi sekolah yang berkualitas. Upaya tersebut dapat dicapai jika sarana dan prasarana pendidikan yang ada di sebuah lembaga sekolah memadai. Berkaitan dengan hal tersebut, SD Negeri 1 Dimba sebagai sebuah lembaga pendidikan yang menyelenggarakan kegiatan pendidikan dan pengajaran di tingkatan sekolah dasar, dalam proses penyelengaraan pendidikan, kepala sekolah dan para guru sebagai pengelola sekolah secara maksimal telah berusaha menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan guna memperlancar tugas dan tangung jawab pendidikan dan pengajaran berupa gedung sekolah, fasilitas penunjang berupa meja, 40 kursi, lemari dan alat-alat olahraga serta alat-alat kesenian. Data sarana dan prasarana tersebut dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 1 Keadaan sarana dan prasarana SD Negeri 1 Dimba Tahun 2012 No Nama/Jenis sarana Jumlah 1 Tanah 4000 m2 2 Gedung Sekolah 6 unit 3 Ruang Kelas Belajar 6 ruang 4 Perpustakaan 1 unit 5 Laboratorium IPA 1 unit 6 Laboratorium Matematika 1 unit 7 Ruang Kepala Sekolah 1 ruang 8 Ruang Guru 1 ruang 9 Tata Usaha 1 ruang 10 Ruang serba guna 1 unit 11 Gudang 1 ruang 12 Tempat Piket 1 ruang 13 Perumahan Kasek dan Guru 15 Kamar Mandi (WC) 2 unit 16 Dapur 1 ruang Sumber Data: Kantor SD Negeri 1 Dimba, 10 April 2012 Keterangan Tersertifikat Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Dengan memperhatikan keterangan tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa SD Negeri 1 Dimba memiliki area 4000 m2 yang tersertifikat dengan 6 (enam) unit gedung sekolah permanen, 6 (enam) ruangan belajar, satu ruangan kepala sekolah, satu ruangan guru, satu ruangan tata usaha dan 2 (dua) unit kamar mandi. Penggunaan sarana dan prasarana yang dimiliki lembaga pendidikan ini secara maksimal diharapkan dapat bernilai positif bagi pengembangan potensi yang dimiliki para murid secara maksimal. 41 Selain dari sarana dan prasarana yang telah disebutkan di atas, SD Negeri 1 Dimba juga memiliki perlengkapan lain, sebagai fasilitas atau alat pendukung pembelajaran. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2 Keadaan Peralatan Pembelajaran pada SD Negeri 1 Dimba Tahun 2012 No Nama/Jenis Sarana Jumlah Keterangan 1 Meja dan kursi guru 10 Pasang Baik 2 Meja dan kursi siswa 150 Pasang Baik 3 Papan tulis 6 buah Baik 4 Lemari 4 buah Baik 5 Mesin ketik 3 buah Baik 6 Komputer 1 buah Baik 7 Labtop 3 buah Baik 8 Printer 1 buah Baik 9 Foto copy 1 buah Baik 10 Alat kasidah rebana 1 set Baik 11 Papan statistik 1 buah Baik 12 Alat peraga 1 set Baik Sumber Data : Kantor SD Negeri 1 Dimba, 11 April 2012 Dari tabel 2 di atas, dapat dilihat bahwa sarana dan prasarana pendidikan yang dimiliki oleh SD Negeri 1 Dimba belum memenuhi standar, sehingga masih perlu pembenahan-pembenahan dalam hal ini perlu disediakan lagi sarana dan prasarana yang memadai pada masa-masa mendatang. Diungkapkan oleh informan bahwa: 42 Jika dilihat dari sarana dan prasarana yang tersedia, maka sekolah kami masih berada di bawah standar minimal apalagi jika dibandingkan dengan sekolahsekolah yang berada di wilayah perkotaan. Di sekolah kami ini masih sangat ketinggalan, tetapi bukan berarti proses pembelajaran yang kami lakukan tertinggal, karena kami selalu berusaha untuk memanfaatkan kondisi yang ada saat ini dengan sebaik-baiknya.36 Dari keterangan informan di atas, dapat dijelaskan bahwa walaupun keadaan sarana dan prasarana di SD Negeri 1 Dimba masih berada di bawah standar minimal tetapi hal ini tidak mengendorkan semangat para guru-guru dalam memberikan pembelajaran kepada para siswanya. Sarana dan prasarana memang merupakan faktor terpenting dalam menunjang terselenggaranya pendidikan yang berkualitas. Oleh sebab itu, upaya pengadaan kelengkapan sarana dan prasarana harus dilakukan oleh setiap sekolah guna memajukan lembaga tersebut. 3. Keadaan Guru dan Tata Usaha Sekolah Dalam proses pembelajaran, guru memiliki fungsi dan tugas untuk mendorong, membimbing dan menfasilitasi siswa dalam kegiatan pembelajaran, baik di kelas maupun di luar kelas. Guru mempunyai tanggung jawab dalam menciptakan kondisi belajar yang baik dan menyenangkan, sehingga siswa dapat belajar secara maksimal sesuai dengan tujuan pembelajaran. Tentu saja tugas guru tersebut akan berjalan secara optimal apabila didukung oleh kinerja tata usaha sekolah yang baik. Sebagai salah satu sumber daya pendidikan, tata usaha memiliki peran yang strategis dalam pengelolaan dan pelayanan administrasi sekolah. Karena itu, kerja sama dan koordinasi yang baik 36 Burhan, A. Ma. Pd, Kepala SDN 1 Dimba, Wawancara, Dimba 11 April 2012 43 antara guru dan tata usaha sekolah sangat menentukan dalam keberhasilan penyelenggaraan pembelajaran. Jumlah guru dan tata usaha di SD Negeri 1 Dimba masih sangat terbatas yakni 9 (sembilan) orang, yang terdiri dari 5 (lima) orang guru yang berstatus Pegawai Negeri Sipil dan 3 (tiga) guru yang berstatus sebagai guru tidak tetap atau guru honor dan 1 (satu) orang tata usaha yang juga masih berstatus sebagai tenaga honorer. Mengacu pada beberapa sekolah dasar yang ada, pada dasarnya jumlah guru dan tata usaha di SD negeri 1 Dimba tersebut masih sangat kurang dan belum memadai apalagi bila dibandingkan dengan jumlah siswa. Untuk selengkapnya, data tentang guru SD Negeri 1 Dimba dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 3 Data Guru dan Tata Usaha SD Negeri 1 Dimba Tahun 2012 No Nama Guru Jenis Kelamin L Gol. Pendidikan Ket. IV a D II Kasek 1 Burhan, A. Ma. Pd 2 Bastian L IV a SPG Guru 3 Mursaniya P III c SPG Guru 4 Rahmat Harudin, S.Pd L III a S-1 Guru 5 Alwi L II b SMU Guru 6 Angkadir L - PGA Guru 7 Juhaena P - PGA Guru 8 Hatma P - PGA Guru 9 Nurlaila P - SMU Tata Usaha Sumber Data: Kantor SD Negeri 1 Dimba, 12 April 2012 44 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa personil guru dan tata usaha di SD Negeri 1 Dimba berjumlah 9 (sembilan) orang. Delapan orang berstatus sebagai guru dan 1 (satu) orang sebagai tata usaha. Dari 8 (delapan) orang guru tersebut kemudian terbagi atas kepala sekolah 1 (satu) orang, dan 7 (tujuh) orang sebagai guru bidang studi serta guru kelas. Selanjutnya tata usaha berjumlah 1 (satu) orang yang masih berstatus sebagai tenaga honorer. Ditinjau dari segi kualitasnya guru-guru yang ada di SD negeri 1 Dimba masih didominasi oleh tamatan PGA 3 (tiga), disusul tamatan SPG dan tamatan SMU 2 (dua) orang serta Diploma II dan Strata Satu (S-1) masing-masing 1 (satu) orang. Hal ini menunjukan bahwa jenjang pendidikan khususnya untuk para guru di SD negeri 1 Dimba masih berada dibawah standar. Jika dilihat dari segi kuantitas atau jumlah guru yang ada di SD Negeri 1 Dimba Kabupaten Konawe dibandingkan dengan jumlah siswa masih relatif kurang atau belum memadai, apalagi bila dilihat dari jumlah guru tetap atau PNS yang hanya berjumlah 5 (lima) orang selebihnya memanfaatkan tenaga tidak tetap atau guru honor. Guru honor ini direkrut sesuai dengan tingkat kebutuhan sekolah dengan sistem honor yang dialokasikan melalui dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah), sehingga tugas-tugas mengajar dirasakan berjalan dengan baik. Selain dari dana BOS honor untuk guru tidak tetap juga dialokasikan melalui dana BOP (Bantuan Operasional Sekolah). Hal ini diungkapkan langsung oleh Kepala SD Negeri 1 Dimba sebagai berikut: 45 Sebagai kepala sekolah kita harus pandai-pandai memberi motivasi kepada para guru khususnya untuk guru-guru yang masih berstatus honorer di sekolah ini, salah satu motivasi yang saya lakukan adalah dengan memberikan alokasi khusus yang diambil dari dana Bantuan Operasional Pendidikan (BOP). Hal ini dilakukan untuk tetap memberikan pelayanan pembelajaran kepada siswa dengan baik dengan harapan kualitas lulusan di SD Negeri 1 Dimba semakin lama semakin tinggi dari sebelumnya.37 Dengan dukungan guru dan tata usaha SD Negeri 1 Dimba terus berusaha memaksimalkan perannya mencerdaskan kehidupan bangsa, walaupun disadari bahwa masih banyak keterbatasan-keterbatasan yang ada, tetapi keterbatasan tersebut diupayakan untuk diatasi dalam rangka perbaikan kualitas pendidikan secara umum dan kualitas pembelajaran secara khusus. 4. Keadaan Siswa SD Negeri 1 Dimba Peserta didik atau siswa adalah komponen yang posisinya penting dalam pengelolaan pembelajaran di sekolah atau lembaga pendidikan, sebab siswa adalah objek pendidikan, dimana kompetensinya akan menjadi indikator keberhasilan kegiatan pembelajaran pada lembaga pendidikan tersebut. Fasilitas apapun yang tersedia dalam suatu sekolah tidak berarti apa-apa jika kualitas siswa yang dihasilkan tidak menunjukan peningkatan yang baik. Siswa di SD Negeri 1 Dimba saat ini berjumlah 128 orang terdiri dari 70 (tujuh puluh) orang siswa perempuan dan 58 (lima puluh delapan) orang siswa lakilaki. Secara rinci kondisi kesiswaan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut: 37 Burhan, A. Ma. Pd, Kepala SD Negeri 1 Dimba, Wawancara, Dimba 14 April 2012 46 Tabel 4 Data Siswa SD Negeri 1 Dimba Tahun 2012 No Kelas Laki-Laki Perempuan Jumlah 1 1 12 orang 14 orang 26 2 2 8 orang 12 orang 20 3 3 9 orang 10 orang 19 4 4 10 orang 13 orang 23 5 5 11 orang 11 orang 22 6 6 8 orang 10 orang 18 Jml 6 58 70 128 Sumber Data: Kantor SD Negeri 1 Dimba, 16 April 2011 Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa jumlah siswa SD Negeri 1 Dimba Tahun Ajaran 2011/2012 adalah 128 orang, terdiri atas 58 orang laki-laki dan 70 orang perempuan. Siswa yang berjumlah 128 orang ini tersebar di 6 (enam) kelas yakni kelas I berjumlah 26 orang (12 orang laki-laki dan 14 orang perempuan), kelas II berjumlah 20 orang (8 orang laki-laki dan 12 orang perempuan), kelas III berjumlah 19 orang (9 orang laki-laki dan 10 orang perempuan), kelas IV berjumlah 23 orang (10 orang laki-laki dan 13 orang perempuan), kelas V berjumlah 22 orang (11 orang laki-laki dan 11 orang perempuan), dan kelas VI berjumlah 18 orang (8 orang laki-laki dan 10 orang perempuan). Data ini menunjukkan bahwa jumlah siswa yang ada di SD Negeri 1 Dimba sudah cukup memadai. Jumlah ini hendaknya 47 menjadi perhatian bagi pihak yang berwenang dalam hal ini Dinas Pendidikan Kabupaten Konawe agar dapat di sesuaikan dengan jumlah guru yang ada. B. Pemanfaatan Media Visual di SD Negeri 1 Dimba Pemanfaatan media visual dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SD Negeri 1 Dimba dapat diukur dari keaktifan siswa dan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran. Berdasarkan observasi dan hasil wawancara penulis dengan kepala sekolah, para guru serta para siswa di SD Negeri 1 Dimba dijelaskan bahwa media visual yang sering digunakan dalam proses pembelajaran untuk mata pelajaran PAI yaitu: 1. Buku pelajaran Pendidikan Agama Islam, LKS (lembar kerja siswa), dan referensi lainnya yang berhubungan dengan materi 2. Papan tulis dan media gambar/poster Media-media yang tersebut di atas, sepenuhnya dimanfaatkan oleh guru, khususnya guru Pendidikan Agama Islam dalam menyampaikan materi ajar kepada para siswa. Dijelaskan oleh informan bahwa: Media pembelajaran yang digunakan di sekolah ini adalah kebanyakan mediamedia tradisional, seperti papan tulis, buku pelajaran, dan gambar-gambar. Tidak sama dengan media yang digunakan di sekolah-sekolah maju khususnya di wilayah perkotaan yang sudah mulai menggunakan komputer atau labtop dalam menyampaikan materi. Hal ini kami lakukan disebabkan minimnya media yang ada di sekolah kami ini.38 Pada prinsipnya media pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran tidak harus media yang berbasis teknologi seperti komputer atau labtop, 38 Angkadir, Guru PAI, Wawancara, Dimba, 17 April 2012 48 sebab media pada hakekatnya merupakan segala sesuatu yang digunakan untuk membantu siswa dalam memahami materi yang disampaikan. Dengan kata lain, bahwa apapun yang digunakan dalam proses pembelajaran dan itu bisa memberikan rangsangan kepada siswa untuk belajar, maka itulah hakekat media sebenarnya. Dalam proses pembelajaran guru dituntut harus bisa menetapkan metode yang tepat, memanfaatkan media pembelajaran dengan baik, bisa melakukan penilaian dengan obyektif dan komprehensif terhadap kemampuan-kemampuan siswa. Berkaitan dengan penggunaan media seorang siswa menjelaskan bahwa: Dalam setiap proses pembelajaran di ruangan, kami sangat menginginkan setiap guru yang masuk bisa menggunakan media pembelajaran khususnya media yang dapat dilihat secara langsung oleh kami, sehingga materi-materi yang disampaikan oleh guru dapat kami pahami dengan baik.39 Berdasarkan data yang berhasil penulis peroleh di lapangan dapat dikatakan bahwa media-media visual yang digunakan di SD Negeri 1 Dimba masih terbatas dan kebanyakan media yang digunakan oleh guru adalah media-media tradisional. Media visual yang digunakan tersebut seperti; buku-buku, papan tulis, dan gambar-gambar. Diungkapkan oleh seorang siswa bahwa: Guru-guru kami biasanya menggunakan media pada saat proses pembelajaran. Media yang digunakan itu seperti; buku-buku paket yang berkaitan dengan materi yang kami sedang pelajari, kemudian khusus pelajaran agama kadang kala guru kami menggunakan gambar-gambar seperti gambar orang berwudhu atau gambar orang yang shalat, dan lain-lain.40 39 Ardi, Siswa Kelas 5, Wawancara, Dimba, 18 April 2012 40 Santy, Siswa Kelas 4, Wawancara, Dimba, 20 April 2012 49 Keterangan informan di atas, memberikan gambaran bahwa jenis media yang digunakan di SD Negeri 1 Dimba adalah jenis media pembelajaran visual yaitu media yang dapat secara langsung dilihat oleh siswa. Media yang digunakan tersebut memang masih tergolong sederhana tetapi yang terpenting adalah peran guru dalam memanfaatkan media tersebut, sehingga penggunaan media dapat memberikan dampak positif serta semangat ataupun motivasi kepada para siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran di sekolah. Media-media visual yang digunakan di SD Negeri 1 Dimba khususnya kelas 4 dan kelas 5, secara rinci dapat penulis jelaskan sebagai berikut: 1. Buku-Buku Pelajaran dan LKS (Lembar Kerja Siswa) Buku merupakan salah satu media yang dapat dilihat langsung oleh setiap siswa. Pemanfaatan buku pelajaran dalam proses pembelajaran sangat efektif apalagi buku-buku tersebut ada di perpustakaan sekolah. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara penulis dengan guru pendidikan agama Islam bahwa: Penggunaan media berupa buku-buku pelajaran, kami nilai lebih mudah untuk diterapkan kepada para siswa karena tersedia di perpustakaan sekolah. Selain itu, hal inipun kita lakukan karena biasanya siswa senang kalau kita perintahkan membaca di buku cetak, sehingga materi yang kami ajarkan dapat dengan mudah dipahami oleh siswa.41 Lebih lanjut dijelaskan oleh kepala SD Negeri 1 Dimba bahwa: Tersedianya media-media pembelajaran di sekolah ini, saya harapkan dapat digunakan dengan baik oleh para guru, khususnya guru PAI dalam proses pembelajaran di sekolah. Namun setiap media yang digunakan harus disesuaikan dengan materi yang diajarkan, waktu yang tersedia, persiapan yang 41 Angkadir, Guru PAI, Wawancara, Dimba, 23 April 2012 50 bagus, apalagi jika dalam penggunaan media tersebut diperlukan keterampilan khusus, dalam hal ini penggunaan alat peraga seperti komputer.42 Berangkat dari hasil wawancara di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa guru pendidikan agama Islam dalam memberikan materi ajarnya sudah memanfaatkan alat peraga berupa buku-buku pelajaran yang berkaitan dengan pelajaran agama. Dengan adanya siswa yang memiliki buku paket maka secara langsung mereka dapat menyimak materi-materi yang diajarkan oleh guru. Tugas guru berikutnya adalah menanamkan kepada setiap siswa untuk membudayakan membaca. Dijelaskan oleh seorang informan bahwa: Kami juga biasanya mendidik siswa untuk membiasakan diri mencintai buku dan rajin belajar membaca buku, karena dengan membaca akan tertanam motivasi dalam diri siswa untuk selalu belajar disebabkan salah satu sumber ilmu adalah dengan rajin membaca.43 Adapun buku LKS (lembar kerja siswa) merupakan media yang berisi tentang ringkasan materi-materi ajar dan berbagai jenis soal yang bisa membantu siswa. Sehingga guru dapat memanfaatkan buku LKS ini untuk alat evaluasi latihan setelah selesai proses pembelajaran yang berlangsung di kelas. Para siswa dapat belajar sendiri dengan membawa pulang LKS di rumahnya masing-masing untuk mengerjakan soal-soal latihan yang ada di dalamnya. 2. Media Papan Tulis Papan tulis merupakan media yang terbuat dari kayu yang biasanya digantung di depan kelas, yang digunakan sebagai alat untuk menulis dan 42 Burhan, A. Ma. Pd, Kepala SDN 1 Dimba, Wawancara, Dimba, 21 April 2012 43 Mursaniya, Guru Kelas, Wawancara, Dimba, 25 April 2012 51 menjelaskan berbagai materi ajar. Tidak bisa dinafikan bahwa papan tulis merupan media yang sangat diperlukan di setiap sekolah khususnya pada saat proses pembelajaran berlangsung di dalam kelas. Bahkan dapat dikatakan bahwa papan tulis merupakan fasilitas yang mutlak diperlukan seperti halnya meja dan kursi. Dengan papan tulis, seorang guru dapat menulis dan memperjelas materi pelajaran secara efektif dan efisien kepada siswa sehingga pembelajar dapat menerima pelajaran dengan baik. Dijelaskan oleh informan bahwa: Manfaat lain dari penggunaan papan tulis dalam proses pembelajaran adalah hemat biaya, kekeliruan yang terjadi dapat langsung diperbaiki saat itu juga serta papan tulis merupakan alat peraga atau media yang lazim digunakan untuk menjelaskan materi ajar dan tugas-tugas tertentu yang telah disiapkan oleh seorang guru.44 Keterangan di atas, menunjukan bahwa media papan tulis sangat membantu siswa dalam proses pembelajaran di kelas, karena siswa dengan mudah dapat menyalin atau mencatat ulang semua materi yang diajarkan oleh guru. Disamping itu, jika terdapat kesalahan atau kekeliruan dalam menulis dapat dilihat dan langsung segera diperbaiki oleh guru. 3. Media Gambar/Poster Media gambar merupakan media yang sering digunakan oleh guru PAI di SD Negeri 1 Dimba karena media ini mudah digunakan serta mudah didapatkan. Seorang guru dapat membuat sendiri media gambar ini dengan pertimbangan mudah dan bisa dijangkau pembiayaannya. Dijelaskan oleh seorang informan bahwa: 44 Juhaena, Guru Kelas, Wawancara, Dimba, 28 April 2012 52 Media yang saya gunakan dalam kegiatan belajar mengajar khususnya pada materi wudhu dan tayamum adalah berupa gambar-gambar. Saya menggunakan media ini karena tersedia di sekolah dan bisa kami buat sendiri dengan menggunakan kertas karton. Media gambar ini tergolong mudah untuk diperoleh dan mudah untuk kami gunakan serta harganya terjangkau.45 Penyampaian materi pelajaran dengan menggunakan gambar tentu merupakan daya tarik tersendiri bagi seorang siswa. Oleh karena itu, seorang guru dalam menggunakan media gambar ini harus memperhatikan berbagai faktor diantaranya: media yang digunakan harus sesuai dengan materi pelajaran serta tujuan yang diinginkan. Selain itu, dalam menggunakan media pembelajaran seorang guru harus mempertimbangkan kemudahan dalam menggunakannya sehingga penggunaannya bisa efektif dan efisien. Adapun media gambar yang sering dipakai oleh guru PAI dalam proses pembelajaran di SD Negeri 1 Dimba, diantaranya: a. Gambar praktek berwudhu Gambar praktek berwudhu merupakan media yang digunakan oleh guru agama di SD Negeri 1 Dimba tatkala menyampaikan materi tentang wudhu. Materi tersebut mempunyai indikator agar siswa mampu mengerjakan wudhu dengan sempurna sesuai dengan aturan yang ada dalam ajaran Islam. Dengan menampilkan gambar tata cara berwudhu secara urut disertai dengan penjelasan dari guru, yaitu dengan menunjukan tata cara berwudhu yang benar dengan diikuti gerakan dari guru dalam hal ini memberikan contoh serta menunjukan 45 Angkadir, Guru PAI, Wawancara, Dimba, 5 Mei 2012 53 gambar praktek orang yang berwudhu maka materi tersebut akan mudah tertanam dalam ingatan siswa. b. Gambar praktek tayamum Gambar praktek tayamum merupakan media yang digunakan untuk materi tayamum. Hal ini sesuai dengan penjelasan seorang informan bahwa: Media gambar praktek tayamum saya gunakan untuk menyampaikan materi tentang tayamum, saya menjelaskan materi secara verbal yang diikuti dengan menunjukan gambar yang telah saya sediakan tersebut. Penjelasan melalui gambar tersebut sangat diperhatikan dan mudah dipahami oleh siswa serta diakhir materi mereka dapat mempraktekannya dengan baik.46 Penjelasan informan di atas memberikan gambaran bahwa begitu efektifnya media gambar jika digunakan dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam, khususnya materi yang berkaitan dengam wudhu dan tayamum. Dengan memperlihatkan gambar dan disertai penjelasan yang baik dari guru maka dapat dipastikan bahwa setiap siswa yang serius dalam pembelajaran akan mudah memahami materi yang disampaikan oleh guru yang pada akhirnya mereka dapat menerapkan wudhu dan tayamum dengan baik dalam kehidupan sehari-harinya. c. Gambar praktek shalat Sebagaimana media gambar tentang tata cara berwudhu dan tata cara tayamum, media ini juga memuat secara rinci tentang tata cara orang yang mengerjakan shalat mulai dari gerakan takbiratul ihram sampai gerakan salam. Melalui media ini guru akan terbantu dalam menyampaikan materi tentang shalat. Hal 46 Angkadir, Guru PAI, Wawancara, Dimba, 5 Mei 2012 54 ini juga akan memudahkan setiap siswa dalam memahami materi shalat tersebut. Diungkapkan oleh seorang siswa bahwa: Biasanya guru agama kami membawa gambar orang shalat secara lengkap dalam mengajarkan materi tentang shalat. Dengan gambar tersebut kami merasa terbantu dalam memahami materi. Kami juga disuruh oleh guru agama untuk maju ke depan guna mempraktekan shalat sambil melihat gambar yang ditempel di papan tulis.47 Dari penjelasan informan di atas, semakin mempertegas bahwa media gambar sangat efektif dan efisien jika digunakan dalam proses pembelajaran khususnya yang berkaitan dengan materi tentang shalat. Dengan media gambar tersebut para siswa bersama guru mata pelajaran dapat secara langsung mempraktekan shalat di depan kelas. C. Urgensi Pemanfaatan Media Visual dalam Pembelajaran PAI di SD Negeri 1 Dimba Media pembelajaran pada umumnya digunakan untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran khususnya di dalam kelas. Ada beberapa hal yang memberi dorongan sekaligus yang menjadi alasan penggunaan media khususnya media visual dalam pembelajaran PAI, yaitu siswa merasa tertarik dengan penggunaan media gambar di kelas. Selain masalah ketertarikan siswa terhadap media, keterwakilan pesan yang disampaikan guru juga menjadi jelas. Hal ini sesuai dengan penjelasan seorang informan bahwa: 47 Yani, Siswa Kelas 5, Wawancara, Dimba, 7 Mei 2012 55 Ketika menggunakan media visual dalam menyampaikan pesan, saya merasa tidak terlalu susah seperti cara-cara tradisional dalam proses pembelajaran. Hal ini karena media dapat memberikan gambaran yang konkrit dan jelas tentang sesuatu benda yang masih sukar untuk dipahami oleh siswa. Selain itu, media juga bisa memberikan rangsangan kepada siswa serta bisa menghubungkan komunikasi antara guru dan siswa yang membuat suasana belajar semakin efektif.48 Penjelasan informan di atas, memberikan gambaran tentang urgensi pemanfaatan media visual dalam pembelajaran. Setidaknya ada tiga fungsi yang bergerak bersama dalam keberadaan media. Pertama¸ fungsi stimulasi yang menimbulkan ketertarikan untuk mempelajari dan mengetahui lebih lanjut segala hal yang ada pada media. Kedua, fungsi mediasi yang merupakan perantara antara guru dan siswa. Dalam hal ini, media menjembatani komunikasi antara guru dan siswa. Ketiga, fungsi informasi yang menampilkan penjelasan yang ingin disampaikan guru. Dengan keberadaan media, siswa dapat menangkap keterangan atau penjelasan yang dibutuhkannya atau yang ingin disampaikan oleh guru. Hal ini memberi gambaran nyata bahwa media pembelajaran khususnya media visual mempunyai nilai praktis berupa kemampuan memberikan keseragaman persepsi, membangkitkan semangat belajar, serta penyajian materi belajar yang baik. Selanjutnya, pemanfaatan media pembelajaran memiliki urgensi dalam hal memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran. Dijelaskan oleh informan bahwa: Terdapat perbedaan dalam memahami pelajaran antara guru yang menggunakan media dengan guru yang tidak menggunakan media dalam proses pembelajaran. Jika tidak menggunakan media biasanya kami susah memahami materi yang 48 Angkadir, Guru PAI, Wawancara, Dimba 05 Mei 2012 56 diajarkan oleh guru, apalagi materi itu berkaitan dengan hal-hal yang belum pernah kami lihat hanya sekedar kami dengar, itu susah sekali kami tangkap.49 Pemahaman yang baik terhadap materi pelajaran akan berdampak pada peningkatan kualitas atau hasil belajar siswa. Hal ini sejalan dengan penjelasan seorang guru bahwa: “jika siswa mampu memahami pelajaran dengan baik, biasanya siswa itupun bisa menjawab soal-soal pada saat diadakan eveluasi di sekolah dengan baik pula”.50 Dari kedua penjelasan informan diatas, penulis menarik sebuah kesimpulan bahwa salah satu urgensi penggunaan media khususnya media visual dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam adalah memudahkan para siswa dalam memahami pelajaran yang disampaikan oleh guru, apalagi materi yang disampaikan itu masih bersifat abstrak dan tidak pernah dilihat oleh siswa sebelumnya, maka kehadiran media sangat dibutuhkan agar masalah tersebut dapat teratasi. Sisi lain dari urgensi pemanfaatan media pembelajaran adalah mampu meningkatkan motivasi belajar siswa. Siswa akan termotivasi jika menyaksikan sesuatu yang dapat melibatkan seluruh indera yang dimilikinya. Dengan media prose belajar siswa akan selalu bersemangat dan tidak mengalami kejenuhan dalam belajar. Dijelaskan oleh seorang informan bahwa: Kalau guru saya menggunakan media dalam proses pembelajaran maka saya dan teman-teman saya bersemangat mengikuti kegiatan belajar mengajar 49 Ridwan, Siswa Kelas 5, Wawancara, Dimba, 30 April 2012 50 Rahmat Harudin, S. Pd, Guru, Wawancara, Dimba, 03 Mei 2012 57 sampai tuntas tanpa ada perasaan jenuh karena kadang kala kami sudah tidak ingat waktu belajar selesai.51 Hal senada diungkapkan oleh seorang informan bahwa: Kalau guru kami hanya menggunakan metode ceramah dalam kegiatan belajar mengajar, maka kami tidak terlalu bersemangat dan biasanya ada siswa yang duduk di bangku belakang main-main dan bahkan tidur saat pelajaran berlangsung. Berbeda jika guru kami menggunakan media visual seperti gambar atau yang lainnya karena kami dapat melihatnya langsung apa yang disampaikan oleh guru kami itu.52 Informasi di atas menunjukan bahwa media pembelajaran sangat penting untuk digunakan dalam proses pembelajaran khususnya pembelajaran PAI karena disamping mampu memotivasi siswa untuk selalu belajar, kehadiran media juga mampu mengoptimalkan seluruh indera siswa yang pada akhirnya proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien. D. Hambatan Pemanfaatan Media Visual pada Pembelajaran PAI di SD Negeri 1 Dimba Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan di SD Negeri 1 Dimba, diperoleh informasi bahwa hambatan-hambatan yang dialami oleh guru dalam menggunakan media visual dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di SD Negeri 1 Dimba meliputi; pertama, kurangnya daya inovasi guru, kedua, ketidakperdulian guru terhadap kemajuan IPTEK, dan ketiga, kurangnya sarana dan prasarana pendukung. Untuk lebih jelasnya penulis akan uraikan sebagai berikut: 51 Amelisa, Siswa Kelas 4, Wawancara, Dimba, 08 Mei 2012 52 Joni, Siswa Kelas 5, Wawancara, Dimba, 08 Mei 2012 58 1. Kurangnya daya inovasi guru Peningkatan mutu sumber daya manusia harus dijadikan sebagai sesuatu hal yang utama yang mesti diperhatikan guna menjamin kelangsungan anak-anak bangsa yang berkualitas. Upaya penting dalam mengantisipasi kemajuan zaman seperti sekarang ini adalah dengan mengembangkan teknologi pendidikan dan pembelajaran. Teknologi pendidikan sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran. Hal ini disebabkan karena ia dapat membawa pengaruh besar terhadap output pembelajaran. Oleh karena itu, setiap elemen harus memanfaatkan teknologi pendidikan di dalam proses pembelajaran karena teknologi pendidikan dapat menyebarkan informasi secara luas, merata, cepat, seragam, dan terintegrasi sehingga pesan dapat disampaikan sesuai dengan isi yang dimaksud. Proses pembelajaran di ruang kelas merupakan sebuah kegiatan komunikatif antara pebelajar dengan pembelajar yaitu antara guru dengan siswa. Siswa dilibatkan menjadi subjek dalam proses penyampaian materi melalui media pembelajaran atau alat peraga. Suasana belajar yang komunikatif antara guru dan siswa sangat diharapkan agar materi yang diajarkan oleh guru dapat disampaikan dengan mudah dan dapat dipahami dengan baik oleh siswa. Dijelaskan oleh seorang informan bahwa: Inovasi dalam proses pembelajaran sangat diharapkan terutama dalam pembelajaran pendidikan agama Islam. Dalam hal ini guru mata pelajaran agama diharapkan dapat kreatif dan inovatif dalam penyampaian materi ajar kepada para siswa baik melalui media pembelajaran yang sudah ada di sekolah 59 maupun media-media lain yang merupakan karya dan hasil kreatifitas guru sendiri berdasarkan pengalaman mengajar yang dimiliki guru tersebut.53 Hal senada diungkapkan oleh informan bahwa: “seorang guru harus bisa berkreasi dan menciptakan media pembelajaran walaupun sederhana, tapi media itu dapat menarik motivasi belajar bagi siswa itu sendiri”.54 Keterangan di atas memberikan penjelasan bahwa tugas mengajar adalah tugas yang berat bagi seorang guru, sebab dalam mengajar guru harus berhadapan dengan sekelompok siswa yang memiliki karakter dan latar belakang yang berbedabeda. Peserta didik memerlukan bimbingan dan arahan dari guru untuk menuju kedewasaan. Mengingat tugas guru yang sangat berat ini, maka seorang guru harus bisa mengajar dengan baik di depan kelas. Disamping itu, guru juga dituntut harus bisa menguasai dan terampil dalam melaksanakan tugas mengajar tersebut, khususnya tugas guru dalam memilih media pembelajaran visual sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Penggunaan media visual dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam oleh guru agama di SD Negeri 1 Dimba dirasakan sangat berat, khususnya penggunaan media visual seperti komputer, hal ini disebabkan oleh kurangnya kreatifitas dan inovasi dari guru untuk meningkatkan kemampuan dirinya khususnya penguasaan terhadap dasar-dasar ilmu tentang komputer. Hal ini berdasarkan hasil wawancara penulis dengan kepala SD Negeri 1 Dimba, ia menjelaskan bahwa: 53 Burhan, A. Ma. Pd, Kepala SDN 1 Dimba, Wawancara, Dimba 28 April 2012 54 Rahmat Harudin, S. Pd, Guru, Wawancara, Dimba, 05 Mei 2012 60 Kurangnya tingkat kretifitas dan daya inovasi guru dalam menggunakan alat peraga pada saat proses pembelajaran pendidikan agama Islam berlangsung berdampak pada adanya kesan monoton dalam proses belajar PAI, karena guru biasanya hanya memberikan buku pelajaran sebagai dasar utama sebelum ia melakukan metode ceramah atau menjelaskan materi kepada para siswa. Padahal di sekolah ini sudah ada labtop atau komputer yang siap dipakai.55 Berdasarkan informasi di atas, menunjukan bahwa guru pendidikan agama Islam di SD Negeri 1 Dimba belum memiliki kreatiftas dan daya inovasi yang baik, karena guru PAI hanya memanfaatkan media visual berupa papan tulis, gambargambar dan buku pelajaran semata dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam. Penggunaan ketiga alat peraga tersebut disesuaikan dengan materi pembelajaran yang diberikan disetiap minggunya. Terkadang hanya memanfaatkan buku paket PAI yang tersedia di perpustakaan sekolah dan papan tulis pada saat proses pembelajaran sehingga kegiatan belajar mengajarpun terkesan monoton. Kurangnya daya kreatifitas dan inovasi dari guru tersebut disebabkan oleh alokasi waktu yang tersedia, ditambah dengan kemampuan serta keterampilan guru yang masih sangat kurang mengakibatkan pemanfaatan media visual yang berbasis teknologi seperti komputer atau yang lainnya tidak dimanfaatakn dengan baik. 2. Ketidakperdulian guru terhadap kemajuan IPTEK Kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi sekarang ini banyak membawa pengaruh yang sangat signifikan dalam dunia pendidikan. Akan tetapi tidak sedikit guru yang kurang atau bahkan tidak menggunakan media visual atau alat peraga lainnya dalam proses pembelajaran, khususnya dalam pembelajaran pendidikan 55 Burhan, A. Ma. Pd, Kepala SDN 1 Dimba, Wawancara, Dimba 30 April 2012 61 agama Islam. Saat ini banyak guru yang tidak mau perduli atau belajar tentang kemajuan IPTEK yang terjadi di lingkungannya. Seorang informan menjelaskan bahwa: “banyak guru yang tidak bisa mengopersikan komputer atau labtop itu karena disebabkan dari diri mereka sendiri. Mereka tidak mau atau merasa malu jika mau belajar lagi sehingga tidak bisa menggunakan media yang berbasis teknologi”.56 Berdasarkan hasil wawancara penulis di lapangan menunjukan bahwa kurangnya kepedulian guru-guru khususnya guru pendidikan agama Islam terhadap kemajuan IPTEK saat ini menyebabkan kurangnya pengetahuan mereka yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang saat ini sedang berkembang pesat, seperti penggunaan infokus pada saat pembelajaran serta alat-alat teknologi lainnya, dimana kehadiran alat-alat tersebut sebenarnya diharapkan untuk mampu meningkatkan kemampuan dan motivasi belajar siswa. Kepedulian guru terhadap berbagai perkembangan teknoogi erat kaitannya dengan penerapan dan penggunaan berbagai teknologi pembelajaran yang berfungsi sebagai bahan acuan bagi guru untuk melaksanakan proses pembelajaran di kelas agar dapat berjalan lebih efektif dan efisien. Seorang informan menjelaskan bahwa: “pemanfaatan media modern saat pada saat proses pembelajaran masih kurang, hal ini disebabkan kemampuan saya yang masih minim sekali dalam membaca dan mencermati berbagai kemajuan teknologi pembelajaran saat ini”.57 56 Burhan, A. Ma. Pd, Kepala SDN 1 Dimba, Wawancara, Dimba 30 April 2012 57 Angkadir, Guru PAI, Wawancara, Dimba 08 Mei 2012 62 Kurangnya perhatian guru terhadap perkembangan teknologi pembelajaran juga banyak disebabkan karena kurangnya dukungan sarana dan prasarana yang ada di SD Negeri 1 Dimba, sehingga gurupun cenderung lebih banyak memanfaatkan alat peraga atau media visual yang ada di sekolah dan media lain yang bisa mereka buat dalam bentuk yang sederhana serta harganya terjangkau. 3. Kurangnya sarana dan prasarana pendukung Sarana pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud atau tujuan pembelajaran. Sarana ini meliputi: bukubuku pelajaran atau buku bacaan lainnya, alat dan fasilitas sekolah serta berbagai media lainnya. Sedangkan prasarana merupakan segala sesuatu yang menjadi penunjang utama terselenggaranya proses pendidikan. Prasarana pembelajaran meliputi: gedung sekolah, lapangan olahraga, ruang belajar, laboratoriun, ruang kesenian, ruang ibadah dan lain-lain. Ketersediaan sarana dan prasarana pembelajaran di sebuah lembaga pendidikan merupakan indikator kondisi pembelajaran yang baik. Artinya bahwa, jika sarana dan prasarana yang ada di sebuah sekolah itu memadai maka pelaksanaan proses pembelajaranpun bisa berjalan secara efektif. Dalam melaksanakan tugas pengajaran yang efektif, faktor sarana seperti alat peraga/media, buku, OHP atau yang lainnya dan prasarana dalam hal ini laboratorium dan perpustakaan yang digunakan oleh seorang guru sangat menunjang dalam peningkatan kualitas guru itu sendiri. Hasil penelitian penulis di lapangan memberikan gambaran bahwa hambatan-hambatan guru di SD Negeri 1 Dimba dalam hal ketersediaan sarana dan prasarana menyebabkan para guru tidak bisa menerapkan 63 atau menggunakan alat peraga dalam hal ini media visual yang lebih modern lagi pada saat proses pembelajaran di dalam kelas. Seorang informan menjelaskan bahwa: Penggunaan media yang berbasis teknologi seperti sekarang ini merupakan sesuatu hal yang tidak mudah. Dalam menggunakan media-media tersebut (komputer/labtob), diperlukan keahlian khusus agar media yang dipakai itu dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya serta tidak keluar dari tujuan media itu sendiri.58 Keterangan di atas, dipertegas kembali oleh kepala SD Negeri 1 Dimba bahwa: Selain kurangnya kreatifitas dan inovasi guru dalam menciptakan media visual, kurangnya fasilitas berupa media-media yang berbasis teknologi di sekolah ini merupakan salah satu penghambat bagi guru dalam melakukan pembelajaran dengan menggunakan media visual di dalam ruangan belajar.59 Selain fasilitas yang modern seperti labtop atau komputer yang telah disebutkan di atas, sarana lain berupa buku-buku pelajaran pada umumnya, dan buku pelajaran pendidikan agama Islam pada khususnya yang tersedia di SD Negeri 1 Dimba masih terbatas jumlahnya. Sebagaimana ungkapan informan yang mengatakan bahwa: Ketidaklengkapan buku-buku pelajaran khususnya buku pelajaran pendidikan agama Islam di sekolah ini membuat kami harus banyak mencari bahan di luar, namun pihak sekolah tetap berusaha untuk mengadakan buku-buku dan peralatan lainnya meskipun waktunya belum bisa dipastikan dan akan dilaksanakan secara bertahap.60 Berangkat dari beberapa hasil wawancara di atas, penulis berkesimpulan bahwa sasaran pembelajaran berupa kelengkapan buku-buku bacaan pendidikan 58 Angkadir, Guru PAI, Wawancara, Dimba, 12 Mei 2012 59 Burhan, A. Ma. Pd, Kepala SDN 1 Dimba, Wawancara, Dimba 02 Mei 2012 60 Bastian, Guru Senior, Wawancara, Dimba, 12 Mei 2012 64 agama Islam dan peralatan multi media lainnya belum sepenuhnya dilengkapi. Kondisi ini membuat guru-guru khususnya guru agama di SD Negeri 1 Dimba mengajar sesuai dengan kondisi sekolah, meskipun terkadang mencoba memperkenalkan beberapa media pembelajaran dalam bentuk sederhana lainnya dengan harapan siswa mampu termotivasi dalam belajar serta tidak merasa jenuh pada saat pembelajaran berlangsung. E. Pembahasan Penelitian 1. Pemahaman Tentang Pemanfaatan Media Visual Pemanfaatan media visual dalam pembelajaran PAI merupakan suatu bentuk penggunaan alat bantu atau alat peraga yang dapat dilihat secara langsung oleh setiap siswa dalam proses pembelajaran yang berhubungan dengan materi pendidikan agama Islam yang diajarkan di sekolah. Pemanfaatan media pembelajaran khususnya media visual dalam kegiatan belajar mengajar merupakan suatu sikap efektif disebabkan dengan hadirnya media maka seluruh objek pembelajaran dalam hal ini siswa dapat secara aktif mengikuti semua kegiatan di kelas selama proses pembelajaran berlangsung. 2. Urgensi Pemanfaatan Media Visual dalam Pembelajaran PAI Ditinjau dari segi urgensi atau pentingnya pemanfaatan media visual dalam proses pembelajaran PAI, maka hadirnya media visual dapat memberikan hal-hal sebagai berikut: 65 a. Media visual dapat memberikan kemudahan kepada guru PAI dalam menyampaikan materi ajarnya kepada para siswa. b. Media dapat meningkatkan partisipasi belajar siswa dalam proses pembelajaran PAI di sekolah. c. Media visual dapat meningkatkan kemauan serta memberikan motivasi kepada siswa dalam pembelajaran PAI. d. Media visual dapat meminimalisir tingkat kejenuhan para siswa dalam menerima materi pendidikan agama Islam. e. Media dapat membantu guru dan siswa dalam pencapaian tujuan pembelajaran. 3. Hambatan dalam Memanfaatkan Media Visual Dalam pemanfaatan media visual terkadang juga terdapat hambatan yang cukup signifikan. Diantara hambatan tersebut adalah kurangnya inovasi serta keterampilan dari guru dalam memanfaatkan media khususnya media yang berbasis teknologi seperti komputer/labtop. Oleh karena itu, seorang pengajar dianjurkan melakukan upaya-upaya tertentu agar penggunaan media dapat berjalan secara efektif dan efisien. Upaya-upaya tersebut misalnya: a. Selalu aktif dalam mengikuti kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pemanfaatan media baik yang bersifat internal maupun eksternal. b. Belajar melalui apa saja sebagai upaya pelaksanaan penggunaan media dalam pembelajaran, baik belajar dari buku, media, rekan kerja, atau yang lainnya. c. Aktif mengikuti work shop tentang pemanfaatan media dalam proses pembelajaran. 66 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil temuan penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Penggunaan alat peraga dalam hal ini media visual dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam di SD Negeri 1 Dimba masih memanfaatkan mediamedia tradisional seperti buku-buku pelajaran dan LKS (Lembar Kerja Siswa), papan tulis serta gambar-gambar/poster. Hal ini disebabkan kurangnya sarana dan prasarana yang ada di sekolah serta minimnya kreatifitas dan daya inovasi guru dalam membuat media visual. 2. Media pembelajaran khususnya visual memiliki urgensi yang sangat signifikan dalam kegiatan belajar mengajar. Diantara pentingnya media visual dalam proses pembelajaran adalah penyampaian dan penjelasan materi ajar kepada peserta didik akan mudah dipahami disebabkan siswa akan mengetahui dengan konkrit hal-hal yang masih bersifat abstrak dengan bantuan media visual. Media pembelajaran ini juga digunakan untuk membangkitkan motivasi belajar yang tinggi terhadap siswa dalam menerima setiap pelajaran yang disampaikan kepada mereka. 3. Hambatan-hambatan guru dalam memanfaatkan media visual dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam, diantaranya: 67 a. Kurangnya daya inovasi guru, b. Adanya ketidakperdulian terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan c. Kurangnya sarana dan prasarana pendukung yang ada di SD Negeri 1 Dimba. B. Saran-Saran Mengacu pada kesimpulan di atas, maka penulis merekomendasikan beberapa hal dalam bentuk saran sebagai berikut: 1. Diharapkan kepada pihak sekolah hendaknya memperhatikan segala fasilitas khususnya yang berkaitan dengan media pembelajaran yang dibutuhkan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien serta terjadi interaksi yang baik antara guru dengan peserta didik. 2. Sebaiknya pihak sekolah bersama Dinas Pendidikan Nasional untuk menjalin kerjasama memberikan pelatihan-pelatihan khusus yang berkaitan dengan penggunaan media pembelajaran, guna meningkatkan kualitas mengajar guruguru pada umumnya dan guru pendidikan agama Islam pada khususnya. 3. Diharapkan kepada pihak sekolah untuk mengarahkan guru-gurunya supaya lebih kreatif dan inovatif dalam membuat dan menciptakan media pembelajaran walaupun dalam bentuk yang sederhana, tetapi menarik perhatian serta bisa membangkitkan motivasi belajar siswa.