KESESUAIAN LAHAN Kesesuaian lahan pada hakekatnya merupakan penggambaran tingkat kecocokan sebidang lahan untuk suatu penggunaan tertentu (Soemarno, 2006: 6). Dalam bidang pertanian, kesesuaian lahan dikaitkan dengan penggunaannya untuk usaha pertanian, KESESUAIAN LAHAN Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan suatu bidang lahan untuk suatu penggunaan tertentu. Kelas kesesuaian lahan suatu wilayah dapat berbeda-beda tergantung pada penggunaan lahan yang dikehendaki. Klasifikasi kesesuaian lahan menyangkut mencocokkan (matching) antara kualitas lahan dengan persyaratan tumbuh penggunaan lahan yang diinginkan. KELAS KESESUAIAN LAHAN Kelas kesesuaian lahan merupakan pembagian yang lebih lanjut dari ordo dan menggambarkan tingkat kesesuaian dari suatu ordo. Pada dasarnya terdapat lima kelas kesesuaian lahan sebagai berikut (Lutfi Rayes, 2007: 175-176): Ordo merupakan keadaan kesesuaian lahan secara umum Pada Dasarnya Terdapat Lima Kelas Kesesuaian Lahan Kelas S1 (sangat sesuai/highly suitable) Lahan tidak mempunyai pembatas yang berarti atau nyata terhadap penggunaan secara berkelanjutan, atau hanya mempunyai pembatas tidak berarti dan tidak berpengaruh nyata terhadap produksi serta tidak menyebabkan kenaikan masukan yang diberikan pada umumnya. S2 Kelas S2 (cukup sesuai/moderately suitable) Lahan pada kelas S2 ini mempunyai faktor pembatas agak berat untuk mempertahankan tingkat pengelolaan yang harus dilakukan. Pembatas akan mengurangi produktivitas dan keuntungan, serta meningkatkan masukan yang diperlukan. S3 Kelas S3 (sesuai marginal/marginally suitable) Lahan mempunyai pembatas yang sangat berat untuk mempertahankan tingkat pengelolaan yang harus dilakukan. Pembatas akan mengurangi produktivitas dan keuntungan. Perlu peningkatan masukan yang diperlukan. N1 Kelas N1 (tidak sesuai saat ini/currently not suitable) Lahan mempunyai faktor prmbatas yang lebih berat, tapi masih mungkin untuk diatasi, hanya tidak dapat diperbaiki dengan tingkat pengetahuan saat ini dengan biaya yang rasional. Faktor-faktor pembatasnya begitu berat sehinga menghalangi keberhasilan penggunaan lahan yang lestari dalam jangka panjang. N2 Kelas N2 (tidak sesuai selamanya) Lahan mempunyai pembatas yang sangat berat, sehingga tidak mungkin digunakan sebagai suatu penggunaan yang lestari. KUALITAS LAHAN Kualitas lahan adalah sifat-sifat atau atribut yang bersifat kompleks dari satu bidang lahan. Setiap kualitas lahan mempunyai keragaan (performance) yang berpengaruh terhadap kesesuaiannya bagi penggunaan tertentu. Kualitas lahan ada yang bisa diestimasi secara langsung di lapangan, tetapi pada umumnya ditetapkan dari pengertian karakteistik lahan Kualitas lahan ekologi Kualitas lahan ekologi adalah kualitas lahan yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan hewan. Misalnya ketersedian air, ketersediaan hara, ketersediaan oksigen, bahaya banjir, suhu, lama musim tanam, dan lain-lain. Kualitas lahan pengelolaan Kualitas lahan pengelolaan adalah kualitas lahan yang mempengaruhi pengelolaan usaha tani. Misalnya kemungkinan untuk mekanisasi, lokasi dalam hubungannya dengan pasar dan lain-lain. Kualitas lahan konservasi Kualitas lahan konservasi adalah kualitas lahan yang mempengaruhi degradasi lahan. Misalnya bahaya erosi, salinitas, alkalinisasi, pemadatan tanah, dan lain-lain. Kualitas lahan perbaikan Kualitas lahan perbaikan adalah kemungkinan untuk merubah kondisi. Misalnya dapat diairi, tanggapan terhadap pemupukan dan lain-lain. Kualitas lahan kemungkinan berperan positif atau negatif terhadap penggunaan lahan tergantung dari sifat-sifatnya. Kualitas lahan yang bersifat positif adalah yang sifatnya menguntungkan bagi suatu penggunaan lahan. Sebaliknya kualitas lahan yang bersifat negatif karena keberadaannya akan merugikan (menjadi kendala) dalam penggunaan tertentu, sehingga merupakan faktor pembatas atau penghambat. Tipe Melon Untuk memudahkan sistem penamaan dan pengelompokan melon, para ahli klasifikasi membagi melon dalam dua tipe, yaitu tipe netted-melon dan tipe winter-melon. Adapun ciri dari masingmasing tipe adalah (Nur Tjahjadi, 2006: 12-13): Tipe netted-melon Kulit buah keras, kasar, berurat, dan bergambar seperti jala (nett) Aroma relatif lebih harum dibanding winter melon Lebih cepat masak (75-90 hari) Awet, dan tahan disimpan lama Jenis yang terkenal adalah cucumis melo var reticulatus dan cucumis melo var cantelupensis Tipe winter-melon Kulit buah halus mengkilat, dan aroma buah tidak harum Pemasakan lambat (90-120 hari) Mudah rusak, dan tidak tahan disimpan lama Sering digunakan sebagai tanaman hias Jenis yang terkenal adalah cucumis melo var inodorous, cucumis melo var flexuosus, cucumis melo var dudain, dan cucumis melo var chito. Syarat tumbuh tanaman melon Setiap tanaman memiliki persyaratan khusus untuk tumbuh degan baik, begitu pula halnya dengan tanaman melon juga memiliki persyaratan khusus untuk dapat tumbuh dengan baik (Tim Bina Karya Tani, 2009: 19). Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman melon berdasar kriteria kesesuaian lahan menurut FAO adalah: Temperatur (tc) Temperatur (suhu) yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman melon dengan baik adalah berkisar antara 22-30ºC. tanaman melon tidak dapat tumbuh dengan baik pada temperatur kurang dari 18ºC. namun rata-rata temperatur yang ada di Indonesia sesuai untuk syarat tumbuh tanaman melon (Tim Bina Karya Tani, 2009: 22). Ketersediaan air (wa) Tanaman melon pada dasarnya membutuhkan cukup banyak air, namun sebaiknya berasal dari air irigasi bukan berupa air hujan. Air yang menggenang akan menyebabkan pembusukan pada akar tanaman dan akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan melon sendiri. Sebagian besar air yang dihisap oleh tanaman digunakan untuk metabolisme tanaman. Tanaman tumbuh baik pada curah hujan 400-700 mm Ketersediaan oksigen (oa) Ketersediaan oksigen berkaitan dengan kondisi drainase tanah yang bersangkutan. Untuk tanaman melon dalam pertumbuhannya memerlukan kondisi drainase yang baik-agak terhambat, yaitu tanah dengan peredaran udara yang baik. Dicirikan dengan tanah yang berwarna terang dan seragam, tidak terdapat bercakbercak kuning, coklat atau keabu-abuan (Tim Bina Karya Tani, 2009: 22 dan Suripin, 2004: 176). Media perakaran (rc) Media perakaran berkaitan dengan drainase, tekstur tanah, dan kedalaman efektif tanah. Kondisi drainase yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman melon adalah tanah dengan drainase yang baik-agak terhambat, yaitu tanah dengan peredaran udara yang baik. Dicirikan dengan tanah yang berwarna terang dan seragam, tidak terdapat bercak-bercak kuning, coklat atau keabu-abuan (Tim Bina Karya Tani, 2009: 22 dan Suripin, 2004: 176). Retensi hara (nr) Retensi hara berkaitan dengan nilai KTK (Kapasitas Tukar Kation), pH tanah, dan C-organik (kandungan bahan organik). Dalam pertumbuhannya tanaman melon tidak terlalu dipengaruhi oleh kandungan bahan organik dan KTK, karena hal tersebut mudah diatasi maka bukan dianggap sebagai penghambat yang berarti. Toksisitas (xc) Toksisitas adalah kandungan racun dalam tanah. Hal ini berkaitan erat dengan kandungan aluminium dan salinitas tanah. Dalam pertumbuhan tanaman melon, kedua hal ini dirasa tidak terlalu berpengaruh. Kandungan aluminium dan garam dalam tanah bisa ditafsirkan ketika kita telah mengetahui pH tanah. Tanah yang asam tentu memiliki kandungan aluminium (Al) yang tinggi. Begitu pula dengan kandungan garam (salinitas), tanah yang asam biasanya memiliki kadar garam rendah Sodisitas (xn) Kandungan sodisitas yang sangat berpengaruh adalah kandungan alkali. Dalam pertumbuhan tanaman melon kondisi alkalinitas tidak terlalu diperhatikan. Tanaman melon pada dasarnya dapat tumbuh dengan baik pada berbagai jenis tanah, terutama tanah andosol, latosol, regosol, dan grumosol asalkan kekurangan unsur hara dari sifat-sifat tanah tersebut dapat disiasati dengan pengapuran, penambahan bahan organik, maupun pemupukan (Tim Bina Karya Tani, 2009: 36). Bahaya sulfidik (xs) Kemasaman sulfat potensial ditunjukkan oleh penurunan pH tanah sebanyak minimum dua satuan dan mencapai pH akhir kurang dari 2,5 setelah dioksidasikan oleh H2O2 30%. Dalam pertumbuhan tanaman melon, faktor ini tidak terlalu diperhatikan. Tanaman melon pada dasarnya dapat tumbuh dengan baik pada berbagai jenis tanah, terutama tanah andosol, latosol, regosol, dan grumosol asalkan kekurangan unsur hara dari sifat-sifat tanah tersebut dapat disiasati dengan pengapuran, penambahan bahan organik, maupun pemupukan Bahaya erosi (eh) Bahaya erosi berkaitan dengan kemiringan lereng. Tanaman melon tumbuh dengan baik pada daerah yang bertopografi datar. Untuk lahan yang bertopografi miring sebaiknya dibuat teras-teras dan tanggultanggul untuk mencegah terjadinya erosi. Hal ini dilakukan agar bahan organik yang ada di lapisan tanah atas tidak hanyut terbawa air atau longsor (Tim Bina Karya Tani, 2009: 24). Bahaya banjir (fh) Tanaman melon pada dasarnya membutuhkan cukup banyak air, namun sebaiknya air tersebut berasal dari irigasi, bukan air hujan. Tanaman melon akan membusuk bila mengalami penggenangan, oleh karena itu kondisi lahan yang ditanami harus bebas dari bahaya banjir (tidak pernah banjir), atau minimal adalah lahan yang jarang banjir (Tim Bina Karya Tani, 2009: 23). Penyiapan lahan (lp) Kondisi penyiapan lahan berkaitan dengan kondisi batuan di permukaan dan kondisi singkapan batuan pada lahan yang ditanami melon. Kondisi yang paling baik untuk pertumbuhan tanaman melon adalah daerah yang tidak memiliki batuan di permukaan dan pada daerah yang tidak memiliki singkapan batuan pula. Dikarenakan adanya batuan di permukaan dan singkapan batuan dapat mengganggu pengolahan tanah dan pertumbuhan tanaman Coba cari di perpustakaan untuk jenis tanaman yang lain