BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat IPS Hakikat IPS, adalah telaah tentang manusia dan dunianya. Manusia sebagai makhluk sosial selalu hidup bersama dengan sesamanya. Dalam kehidupannya manusia harus mengahadapi tantangan-tantangan yang berasal dari lingkungannya maupun sebagai hidup bersama. IPS memandang manusia dari berbagai sudut pandang. IPS melihat bagaimana manusia hidup bersama dengan sesamanya, dengan tetangganya dari lingkungan dekat sampai yang jauh. Bagaimana keserasian hidup dengan lingkungannya baik dengan sesama manusia maupun lingkungan alamnya. Bagaimana mereka melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan kata lain bahan kajian atau bahan belajar IPS adalah manusia dan lingkungannya. Setiap manusia sejak lahir telah berinteraksi dengan manusia lain, misalnya dengan ibu yang melahirkannya, ayahnya, dan keluarganya. Selanjutnya setelah usia Taman Kanak-kanak ia akan berinteraksi dengan teman-teman sekelasnya, dan dengan gurunya. Sesuai dengan bertambahnya umur, maka interaksi tersebut akan bertambah luas, begitu juga ia akan mendapat pengalaman dan hubungan sosial dari kehidupan masyarakat disekitarnya. Dari pengalaman tersebut anak akan mengenal bagaimana seluk beluk kehidupan. Misalnya bagaimana cara seseorang memenuhi kebutuhan hidupnya, cara menghormati orang yang lebih tua, sebagai anggota masyarakat harus mentaati aturan atau norma-norma yang berlaku, mengenal hal-hal yang baik dan buruk, maupun benar dan salah. Semua pengetahuan yang telah melekat pada diri anak tersebut dapat dikatakan sebagai “pengetahuan sosial” Dengan demikian dalam diri kita masing-masing dengan kadar yang berbeda, sebenarnya telah terbina pengetahuan sosial tersebut sejak kecil, hanya namanya belum kita kenal dan dikenal setelah secara formal memasuki bangku sekolah. 2.2 Pembelajaran IPS. Pengajaran IPS (social studies), sangat penting bagi jenjang pendidikan dasar dan menengah karena siswa yang datang ke sekolah berasal dari lingkungan yang berbeda-beda. Pengenalan mereka tentang masyarakat tempat mereka menjadi anggota diwarnai oleh lingkungan mereka tersebut. Sekolah bukanlah satu-satunya wahana atau sarana untuk mengenal masyarakat. Para siswa dapat belajar mengenal dan mempelajari masyarakat baik melalui media massa, media cetak maupun media elektronika, misalnya melalui acara televisi, siaran radio, membaca koran. Pengenalan siswa melalui wahana luar sekolah mungkin masih bersifat umum terpisah-pisah dan samar-samar. Oleh karena itu agar pengenalan tersebut dapat lebih bermakna, maka bahan atau informasi yang masih umum dan samar-samar tersebut perlu disistematisasikan. Dengan demikian sekolah mempunyai peran dan kedudukan yang penting karena apa yang telah diperoleh di luar sekolah, dikembangkan dan diintegrasikan menjadi sesuatu yang lebih bermakna di sekolah, sesuai dengan tingkat perkembangan dan kematangan siswa. Sesuai dengan tingkat perkembangannya, siswa SD belum mampu memahami keluasan dan kedalaman masalah-masalah sosial secara utuh, tetapi mereka dapat diperkenalkan kepada masalah-masalah tersebut. Melalui pengajaran IPS siswa dapat memperoleh pengetahuan, keterampilan, sikap, dan kepekaan untuk menghadapi hidup dengan tantangan-tantangannya. Selanjutnya diharapkan mereka kelak mampu bertindak secara rasional dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi. Perlu disadari bahwa dunia sekarang telah mengalami perubahan-perubahan yang sangat cepat di segala bidang. Kemajuan teknologi dan informasi telah mengenalkan kita pada realitas lain dari sekedar realitas fisik seperti yang sebelumnya kita rasakan. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi hubungan antar negara tetangga menjadi lebih luas, karena dunia seakan-akan menjadi tetangga dekat, hal ini disebabkan kemajuan transportasi dan komunikasi. Dengan demikian seolah-olah dunia “dipindahkan” ke ruang di dalam rumah sendiri. Dalam hal ini IPS berperan sebagai pendorong untuk saling pengertian dan persaudaraan antar umat manusia, selain itu juga memusatkan perhatiannya pada hubungan antar manusia dan pemahaman sosial. Dengan demikian IPS dapat membangkitkan kesadaran bahwa kita akan berhadapan dengan kehidupan yang penuh tantangan, atau dengan kata lain IPS mendorong kepekaan siswa terhadap hidup dan kehidupan sosial. Jadi rasionalisasi mempelajari IPS untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah agar siswa dapat: 1. Mensistematisasikan bahan, informasi, dan atau kemampuan yang telah dimiliki tentang manusia dan lingkungannya menjadi lebih bermakna. 2. Lebih peka dan tanggap terhadap berbagai masalah sosial secara rasional dan bertanggung jawab. 3. Mempertinggi rasa toleransi dan persaudaraan di lingkungan sendiri dan antar manusia. IPS atau disebut Pengetahuan Sosial pada kurikulum 2006, merupakan satu mata pelajaran yang diberikan sejak SD dan MI sampai SMP dan MTs. Untuk jenjang SD dan MI Pengetahuan Sosial memuat materi Pengetahuan Sosial dan Kewarganegaraan. Melalui pengajaran Pengetahuan Sosial, siswa diarahkan, dibimbing, dan dibantu untuk menjadi warga negara Indonesia dan warga dunia yang efektif. Untuk menjadi warga negara Indonesia dan warga dunia yang efektif merupaka tantangan berat, karena masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itulah Pengetahuan Sosial dirancang untuk membangun dan Merefleksikan kemampuan siswa dalam kehidupan bermasyarakat yang selalu berubah dan berkembang secara terus menerus. 1.3 Pengertian Belajar Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman sendiri dan interaksi dengan lingkungan ( Slameto 2003 ). Ngalim Purwanto ( 1995 ) berpendapat bahwa belajar merupakan perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman, dalam arti perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar, seperti perubahan-perubahan yang terjadi pada diri seorang bayi. Skinner berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku pada saat orang belajar maka responnya menjadi lebih baik dan sebaliknya bila tidak belajar responnya menjadi menurun sedangkan menurut Gagne belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapasitas baru (Dwiyati, 2002 – 10). Sedangkan menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia belajar diartikan berusaha (berlatih, dsb) supaya mendapat suatu kepandaian (Purmadaminta : 109). Untuk melengkapi tentang pengertian belajar di atas , perlu kita ketahui bahwa di dalam belajar itu ada prinsip-prinsip belajar yang penting untuk diketahui agar kita memiliki pedoman dan teknik belajar yang baik.Adapun prinsip-prinsip belajar itu diantaranya adalah : 1. Belajar memerlukan latihan dan ulangan agar apa yang telah dipelajari dapat dikuasi dengan baik. 2. Belajar memerlukan suatu bimbingan baik dari guru maupun buku pelajaran. 3. Belajar harus punya tujuan yang terarah, tujuan akan menuntutnya dalam belajar untuk mencapai harapan-harapan. 4. Belajar suatu proses aktif di mana terjadi saling berpengaruh secara dinamis antara anak dengan lingkungannya. 5. Belajar dianggap sudah berhasil apabila telah sanggup menerapkan kedalam bidang praktek sehari-hari Belajar dalam pengertian ini diartikan segala usaha yang diberikan oleh guru agar mendapat dan mampu menguasai apa yang telah diterimanya dalam hal ini adalah pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). 2.4 Prestasi Belajar Prestasi belajar mempunyai dua peranan penting bagi siswa dan guru, yaitu sebagai cerminan keberhasilan mengajar bagi seorang guru dan merupakan penceminan kemampuan siswa dalam penguasan materi baik pengetahuan, sikap, maupun keterampilan. Peran itulah yang mendasri penulis memlih prestasi belajar sebagai variabel terikat pada penelitian ini. Prestasi menurut kamus bahasa Indonnesia adalah: penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkna dengan nilai tes atau angka nilai yang dibeikan guru. kajian prestasi belajar yang lain mengadopsi dari Slameto (2002) Sukmadinata (2005) dan Benjamin S Bloom (2003) mengklasifikasi prestasi belajar menjadi tiga ranah, yaitu: 1) Ranah kognitif yang berkaitan dengan hasil belajar intektual, 2) Ranah psikomotorik yang berkaitan dengan sikap, dan 3) Ranah psikomotorik yang berkenaan dengan keterampilan dan kemampuan bertindak. Pada penelitian ini prestasi belajar yang akan diukur adalah prestasi belajar kognitif. Tiga asperk kognitif yang akan diukur adalah: 1) ingatan dan pemahaman, 2) aplikasi, dan 3) analisis. Mata pelajaran yang akan diujikan adalah mata pelajaran IPS. Desain pengukuran prestasi belajar dirancang berdasarkan beberapa teori pada sub bab 2.1.3 dibawah ini. 2.5 Pengukuran Prestasi Belajar Menurut Arikunto (2002) tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan. Agar dapat dijadikan alat ukur prestasi siswa, terdapat 5 syarat atau ciri dalam tes yang baik yaitu: 1)Valid/ tepat, 2) Reliabel/ tetap (ajeg), 3) Objektif, 4) Praktis, dan 5) Ekonomis. Pada penelitian ini tes yang dilakukan adalah tes harian yaitu pemberian PR 3kali disertai tes tengah semester II tahun 2009/2010. 2.6 Pekerjaan Rumah ( PR ) Menurut Devine (1987) pekerjaan rumah atau home work adalah: Kegiatan belajar yang dilakukan siswa ketika mereka sedang berada pengawasan langsung dari guru mereka. Pekerjaan rumah dapat dilakukan di rumah, perpustakaan, atau ruang belajar. Berikut ini adalah pekerjaanpekerjaan yang tidak termasuk pekerjaan rumah: 1) Pelajaran tambahan atau bimbingan di luar jam sekolah, 2) Pembelajaran rumah yang dikirimkan melalui surat, televise, rekaman audio dan video, dan 3) kegiatan ektrakurikuler seperti olahraga. Dari definisi di atas arti dari pekerjaan rumah yaitu kegiatan belajar siswa diluar jam sekolah yang tidak melibatkan keikutsertaan guru secara langsung. Tujuan dari pemberian tugas pekerjaan rumah adalah memberikan latihan bagi siswa sehingga siswa mampu mengembangkan kreativitas, inisiatif, dan tanggungjawabnya sehingga tugas ini dapat diberikan sevara individu maupun kelompok. Bagi siswa yang pintar dan berbakat pemberian tugas rumah dapat menjadi tantangan untuk mengembangkan kemampuan yang dimilikinya, dalam hal ini guru dapat memberikan tugas khusus kepada siswa yang berbakat untuk menjadi tutor sebaya bagi teman yang lain baik secara individual maupun secara kelompok Menurut Winkel (2004) terdapat beberapa kelemahan dalam pemberian pekerjaan rumah, antar lain: 1)siswa dapat mencontek pekerjaan temannya, 2) pekerjaan rumah tersebut dikerjakan oleh orang lain, dan 3) jika semua guru memberikan pekerjaan rumah secara bersamaan maka dapat menimbulkan tekanan pada siswa sehingga siswa akan kehilangan waktu untuk bermain dan kehilangan kesempatan untuk melakukan aktivitas yang lain Sesuai dengan Permen no 22 tahun 2005 tentang Standar isi, pemberian tuas terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur bagi peserta didik pada SD/MI sebanyak-banyaknya adalah 50% dari jam tatap muka mata pelajaran yang bersangkutan. Dengan demikian guru diharapkan tidak memberikan tugas pekerjaan rumah yang porsinya mmelebihi jam belajar yang seharusnya, sekaligus harus memperhitungkan pula waktu untuk bermain dan melakukan sktivitas yang lain bagi siswa 2.7 Jenis PR Menurut Berden (1999) terdapat empat macam tugas pekerjaan rumah, yaitu : 1)latihan, bertujuan menolong siswa mengusai keterampilan tertentu dan menguatkan materi yang telah disampaikan dikelas, 2) persiapan, bertujuan menyiapkan siswa menghadapi pelajaran yang akan dibahas, 3) pendalaman, bertujuan melampaui informasi yang didapat dikelas dan untuk menstransfer keterampilan serta ide baru pada stuasi yang baru, dan 4) kreativitas, brtujuan memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir secara kritis dan terlibat dalam aktivitas memecahkan masalah. Dalam kata lain, bahwa PR secara mutlak harus melibatkan siswa untuk mengalami pengalaman yang mempunyai arti daripada hanya sekedar melakukan repetisi. 2.8 Pekerjaan Rumah Mandiri Pekerjaan Rumah secara mandiri berkaitan erat dengan proses belajar secara mandiri yang dilakukan oleh peserta didik. Belajar mandiri merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh peserta didik. Definisi belajar mandiri bukan berarti belajar sendiri, Belajar mandiri lebih kepada bagaimana dapat memperoleh pengetahuan atas inisiatif sendiri. Kata kunci dari belajar mandiri adalah “inisiatif sendiri”. Pada saat sekarang ini sumber pengetahuan sudah sangat beragam seperti dari buku, jurnal, internet, makalah, bertanya kepada orang lain atau dosen, juga termasuk hasil melakukan eksperimen dan berpartisipasi pada seminar. Dengan inisiatif sendiri kita menggunakan semua sumber pengetahuan untuk membangun pengetahuan kita baik dalam dunia. pendidikan formal maupun karena tujuan pribadi. Belajar mandiri ini dikenal sebagai selfdirected learning (pembelajaran mandiri). Belajar mandiri dalam institusi formal selalu melibatkan institusi, guru, dan unit-unit pendukung lainnya. Orang yang sudah mampu belajar mandiri akan mengambil inisiatif sendiri, tanpa harus dipaksa, untuk memanfaatkan semua sumber belajar yang dapat diaksesnya. Belajar mandiri memberikan kesempatan kepada pebelajar untuk menentukan tujuan belajar, merencanakan proses belajar, menggunakan sumber-sumber belajar yang siswa pilih, membuat keputusan-keputusan akademis, dan melakukan kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan belajar. Ciri utama dari belajar mandiri adalah pengembangan dan peningkatan keterampilan serta kemampuan peserta didik untuk melakukan proses belajar secara mandiri, Peran utama guru dalam belajar mandiri adalah sebagai konsultan dan fasilitator, bukan sebagai otoritas dan satu-satunya sumber ilmu. 2.9 Penugasan PR dengan Secara Kelompok Dengan pendekatan kelompok yang diwujudkan dengan diskusi diharapkan akan tumbuh sikap menghargai pendapat orang lain, terbina sikap kesetiakawanan sehingga memudahkan siswa dalam mengatasi kesulitan belajar yang muncul dieklas maupaun ketika mengerjakan tugas pekerjaan rumah. Dalam kelompok diskusi diharapkan akan muncul sikap solidaritas yang akan nampak dalam interaksi antara siswa yang meras bisa akan dengan rela membantu teman yang mengalami kesulitan demikian pula mereka yang mengalami kesulitan akan dengan suka hati belajar dari teman sendiri. Dalam kelompok siswa akan belajar mengendalikan diri dari rasa egois yang ada dalam diri mereka dan memanfaatkan kerja kelompok (diskusi) sebagai ajang untuk bertanya jawab debgan teman yang lain, sehinng ketika mereka mengerjakan tugas pekerjaan rumah mereka sendiri tidak akan mengalami kesulitan. Kelompok diskusi papa penelitian ini terdiri dari emapat sampai lima orang siswa yang deberi tugas pekerjaan rumah oleh guru dengan terlebih dahulu mendiskusikan ugas yang dimaksud bersama teman satu kelompok dengantujuan mereka akan memperoleh pemahaman atas tugas tersebut dan dapat mengerjakannya dirumah dengan lebih jelas. Pengelompokan dapat disusun dengan dasar-dasar : 1) adanya perbedaan individual dalam kemempuan belajar, 2) perbedaan minat belajar, 3) wilayah tempattinggal siswa, 4) random/ acak, dan 5) jenis kelamin. Dari segi proses ada dua macam kerja kelompok, yaitu: 1) kelompok jangka pendek, yaitu kelompok yang bersifat insidental, hanya bekerja pada saat tertentu/ saat dibutuhkan, dan 2) kelompok jangka panyjang yaitu kelompok yang bersikap terus menerus untuk jangka waktu / periode tertentu sampai pekerjaan selesai. Adapun kerja kelompok yang dimaksuk pada penelitian ini adalah kelompok temporer yaitu yang hanya bekerja pada saat itu saja yaitu pada saat 15 menit sebelum jam pelajarn berakhir. Pengelompokan siswa dilakukan dengantujuan siswa dapat melakukan diskusi kelompok kecil untuk melakukan klarifikasi dan elaborasi terhadap projekt atau tugas yang diberikan dalam mata pelajaran IPS. 2.10 Kerangka Pikir Pemberian tugas PR dangan cara kelompok diharapkan dapat memberikan pengalaman belajar yang dibutuhkan siswa dalam mengaktualisasikan diri terhadap kelompok belajarnya. Brunner (1966) dalam Silberman (2004) menjelaskan bahwa manusia pada dasarnya memiliki kebutuhan akan resiprositas (hubungan timbalbalik). Selanjutnya disebutkan bahwa resiprositas merupakan sumber motifasi yang dapat dimanfaat kan guru untuk menstimulasi kegiatan belajar. Menempatkan siswa dalam kelompok dan memberi tugas yang menuntut mereka untuk tergantung satu sama lain untuk mengerjakan merupakan cara yang bagus untuk memanfaatkan kebutuhan sosial siswa. Dengan memberikan tugas-tugas dirumah yang terlebih dahulu dibahas dalam diskusi kelas sehingga siswa memperoleh gamaran nyata atas apa yang akan dikerjakan dirumah maka pekerjaan rumah akan menjadi kegiatan yang menarik bagi siswa sehingga siswa akan denga suka rela mengerjakan dan hal ini akan berdampak positif terhadap prestasi belajar. Pemberian tugas pekerjaan rumah / PR akan merupakan suatu rangsangan (stimulus) yang diberikan guru kepada siswa sehingga siswa akan meresa tertantang untuk mengerjakan dan jika siswa telah secara sadar mau mengerjakan pekerjaan rumah dengan tanggungjawabnya sendiri maka sedikit-demi sedikit kinerjannya akan mengalami perubahan. 2.11 Hipotesis Penelitian Berdasrkan landasan / kajian teori seperti yang telah dikemukakan maka dapat diajukan hipotesis dalam penelitian ini, yaitu: ada perbedaan prestasi belajar yang signifikan antara siswa yang diberi pekerjaan rumah secara kelompok dengan siswa yang diberi pekerjaan rumah secara individual para siswa kelas V SD Negeri Gugus Simbar Jaya