pola komunikasi antara guru dan murid dalam kegiatan

advertisement
POLA KOMUNIKASI ANTARA GURU DAN MURID
DALAM KEGIATAN EKSTRAKULIKULER
DI PANTI ASIHAN YATIM PIATU AL-ANDALUSIA
MAMPANG PRAPATAN JAKARTA SELATAN
Di susun oleh :
Muhammad Haris
104051001793
Dosen Pembimbing :
Drs. Masranam. MA
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2008
ABSTRAK
Komunikasi merupakan bagian central dari segala sesuatu kegiatan yang
dilakukan sehari-hari kepada masyarakat, mulai dari perkantoran, pendidikan,
pergaulan, penjualan dan lain-lain. Banyak prorblema-problema yang menyangkut
golongan akan dapat ditelusuri, dalam hal tersebut terdapat komunikasi yang buruk
karena kemacetan dan hambatan-hambatan komunikasi atau karena tidak ada
komunikasi sama sekali. Berhasil tidaknya interaksi antara manusia, adalah sebagai
akibat langsung dari kesanggupan atau tidak sanggupan kita untuk berkomunikasi.
Pola komunikasi antara guru dan murid merupakan sebuah komunikasi yang begitu
penting dalam menyampaikan pesannya kepada anak didik tersebut. Banyak sekali
fenomena-fenomena yang terjadi disuatu yayasan maupun disekolah mengenai anak
didik dalam berfikir dan bertindak lain dengan yang diajarkan oleh gurunya.
Bahwasanya tujuan pendidik dalam kegiatan belajar-mengajar adalah untuk dapat
mencerdaskan dan meningkatkan kualitas anak didik mereka. Maka hal itu
dipermasalahkan dalam proses berkomunikasi yang disampaikan kepada anak didik.
Atas hal tersebut maka timbullah beberapa masalah yang diangkat oleh
penulis. Pertama, Bagaimana pola komunikasi antara guru dan murid dalam
pelaksanaan kegiatan ekstrakulikler?. Kedua, Faktor apa saja yang mendukung pola
komunikasi dalam penyampaian materi ektrakulikuler aplikasi komputer?. Ketiga,
Hambatan-hambatan apa saja yang ditemui guru dalam pola komunikasi penyampaian materi ekstrakulikuler aplikasi komputer?.
Dalam pelaksanaannya, pola komunikasi yang diterapkan dalam kegiatan
tersebut memakai pola bintang, dan komunikasi yang diterapkan dalam proses
belajar-mengajar adalah komunikasi kelompok dan interpersonal. Dalam pelaksanaan
kegiatan tersebut terdapat beberapa faktor penghambat dan pendukung. Faktor
penghambat yang terjadi diantaranya adalah, faktor bahasa, psikologi, status,
lingkungan (ketika tedapat suara-suara bising), faktor kemampuan dasar (ketika
murid tidak mempunyai basic/skills) dan faktor pendukung diantaranya kelengkapan
unit belajar yang memadai, lingkungan (ketika tidak terjadi suara-suara bising), faktor
kemampuan dasar (ketika murid mempunyai basic/skills).
Metode yang digunakan penulis dalam mencari data yang diperlukan adalah
metode deskriptif kualitatif, yaitu dengan cara menjelaskan dan memaparkan
bagaimana penerapan pola komunikasi yang dilakukan dalam kegiatan
ekstrakulikuler aplikasi komputer di Panti Asuhan Al-Andalusia.
Pola komunikasi yang terjadi dalam kegiatan ekstrakulikuler di Panti Asuhan
Al-Andalusia sudah tercipta dengan cukup baik, hal ini terbukti dengan banyaknya
murid-murid yang aktif dalam kegiatan tersebut.
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................
i
DAFTAR ISI.........................................................................................................
ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah....................................................................
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah................................................
5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .........................................................
6
D. Metodelogi Penelitian .......................................................................
7
E. Tinjauan Pustaka ...............................................................................
8
F. Sistematika Penulisan .......................................................................
9
BAB II TINJAUAN TEORI POLA KOMUNIKASI
DALAM PENGAJARAN
A. Ruang Lingkup Komunikasi .............................................................
11
1. Pengertian Komunikasi ...............................................................
12
2. Macam-macam Bentuk dan Pola Komunikasi............................
15
3. Unsur-unsur Komunikasi ............................................................
22
B. Program Ekstrakulikuler ...................................................................
27
1. Pengertian Program Ekstrakulikuler ...........................................
27
2. Tujuan Ekstrakulikuler................................................................
29
BAB III GAMBARAN UMUM PANTI ASUHAN AL-ANDALUSIA
A. Sejarah Berdirinya.............................................................................
32
B. Visi dan Misi .....................................................................................
34
C. Tujuan Didirikan Yayasan Al-Andalusia..........................................
34
D. Program Kegiatan dan Sarana Prasarana
Yayasan Al-Andalusia ......................................................................
35
1. Program Kegiatan .......................................................................
35
2. Sarana Prasarana .........................................................................
36
3. Program Ekstrakulikuler Aplikasi Komputer..............................
36
E. Struktur Organisasi ...........................................................................
38
BAB IV POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID PADA
KEGIATAN EKSTRAKULIKULER APLIKASI KOMPUTER
A. Penerapan Pola Komunikasi antara Guru dan Murid dalam
Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakulikuler Aplikasi Komputer ..............
39
B. Faktor Pendukung dalam Pelaksanaan Ekstrakulikuler
Aplikasi Komputer ............................................................................
45
C. Faktor Penghambat dalam Pelaksanaan Ekstrakulikuler
Aplikasi Komputer ............................................................................
49
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .......................................................................................
53
B. Saran..................................................................................................
56
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komunikasi adalah hubungan kontak antar manusia baik individu maupun
kelompok. Dalam kehidupan sehari-hari disadari atau tidak, komunikasi adalah
bagian dari kehidupan itu sendiri, karena manusia melakukan komunikasi dalam
pergaulan dan kehidupannya 1 .
Dan pada umumnya komunikasi merupakan aktifitas dasar manusia,
dengan berkomunikasi melakukan sesuatu hubungan, karena manusia adalah
makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri-sendiri melainkan satu sama lain saling
membutuhkan. Hubungan individu yang satu dengan yang lainnya dapat
dilakukan dengan berkomunikasi. Dengan komunikasi, manusia mencoba
mengekspresikan keinginannya dan dengan komunikasi itu pula manusia
melaksanakan kewajibannya 2 .
Berbicara tentang komunikasi, Hafied Cangara dalam bukunya Pengantar
Ilmu Komunikasi membagi tipe-tipe komunikasi ke dalam empat macam tipe,
1
H.A.W. Widjaya, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, (Jakarta : PT : Rineka Cipta, 2000), cet. ke-2,
h.26
2
Toto Tasmora, Komunikasi Dakwah, (Jakarta : Gaga Media Pratama, 1997). Cet ke-2, h.6
pertama komunikasi intrapersonal (diri sendiri), kedua komunikasi Interpersonal
(antar pribadi), ketiga komunikasi publik atau bisa disebut juga komunikasi
kelompok dan keempat komunikasi massa.
Pada dasarnya terdapat perbedaan antara komunikasi massa dan
komunikasi antar pribadi, komunikasi massa memakai saluran-saluran media
massa, sedangkan komunikasi antar pribadi menggunakan saluran-saluran yang
bersifat pribadi 3
Dalam komunikasi interpersonal (antar pribadi) merupakan komunikasi
tatap muka antara dua atau beberapa orang, dimana pengirim dapat
menyampaikan pesan secara langsung, dan penerima pesan dapat menerima dan
menanggapi secara langsung pula.
Dalam setiap peristiwa komunikasi tidak terlepas dari unsur-unsur
komunikasi, A.W. Widjaya dalam bukunya Komunikasi dan Hubungan
Masyarakat mengatakan bahwa unsur-unsur komunikasi terdiri atas sumber
(orang, lembaga, buku, dokumen, dan lain sebagainya), komunikator (orang,
kelompok, surat kabar, radio, TV, film dan lain-lain) pesan (bisa melalui lisan,
tatap muka langsung), saluran media umum dan media massa (media umum
seperti radio, OHP, dan lain-lain, sedangkan media massa seperti pers, radio,
film, dan TV), komunikan (orang, kelompok atau negara), efek atau pengaruh
(perbedaan antara apa yang dirasakan atau apa yang dipikirkan, dan dilakukan
3
Wiryanto, Teori Komunikasi Massa, (Jakarta : PT Grasindo, 2000). Cet ke-1., h.,13
oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan) 4 . Efek atau pengaruh inilah
yang merupakan tolak ukur berhasil atau tidaknya suatu proses komunikasi.
Proses belajar mengajar belakangan ini juga tidak terlepas dari
berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah banyak membawa
murid-murid dalam mengembangkan minat dan bakatnya. Faktor komunikasi
juga memberikan respon yang sangat positif bagi perkembangan proses belajarmengajar, karena melalui pola komunikasi yang baik akan mengarah pada bentuk
komunikasi yang baik dan mendiptakan suatu komunikasiyang efektif bagi
komunikator dan komunikan.
Faktor komunikasi itu sangat mendukung dalam perkembangan proses
belajar mengajar, dengan adanya komunikasi yang baik dan efektif maka akan
menimbulkan hasil yang positif. Komunikasi yang baik antara guru dan murid
maka akan terciptnya proses belajar mengajar yang efektif, dengan demikian
diperlukan konsepsi pola komunikasi antara guru dan murid agar bisa proses
belajar mengajar yang efektif.
Pada umumnya proses belajar mengajar merupakan suatu komunikasi
tatap muka dengan kelompok yang relatif kecil, meskipun komunikasi antara
guru dan murid dalam kelas itu termasuk komunikasi kelompok, sang guru bisa
mengubahnya menjadi komunikasi interpersonal dengan menggunakan metode
komunikasi dua arah atau dialog dimana guru menjadi komunikator dan murid
4
A.W. Widjaya, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, (Jakarta : Bumi Aksara, 1997), Cet., ke-3.,
h.,13
menjadi komunikan. Terjadi komunikasi dua arah ini ialah apabila para pelajar
bersifat responsif, mengetengahkan pendapat atau mengajukan pertanyaan
diminta atau tidak diminta. Jika si murid pasif saja, atau hanya mendengarkan
tanpa adanya gairah untuk mengekpresikan suatu pernyataan atau pertanyaan,
maka meskipun komunikasi itu bersifat tatap muka, tetaplah berlangsung satu
arah dan tidak efektif 5 .
Pada pola komunikasi, terkadang guru (komunikator) tidak dapat
menyampaikan pesannya dengan sukses karena siswa (komunikan) sulit
memahami apa-apa yang disampaikan oleh guru, sulitnya komunikan memahami
pesan disebabkan dari berbagai kendala yang terjadi dalam komunikasi.
Kendala tersebut dapat dihilangkan atau setidaknya dapat diminimalisasi
jika komunikator memiliki kepekaan dalam menganalisis reaksi komunikan yang
diekspresikan tidak secara lisan, tetapi terpancar melalui bahasa tubuhnya.
Yayasan Al-Andalusia merupakan salah satu lembaga yang mempunyai
peran penting dan befungsi sebagai media dalam mengembangkan bakat-bakat
anak-anak panti asuhan dalam hal ekstrakulikuler, terdapat beberapa bidang
yaitu, muhadoroh, aplikasi komputer, pancak silat, marawis dan rebana. Akan
tetapi penulis hanya terfokus pada kegiatan eksatrakulikuler aplikasi komputer,
karena pada zaman era globalisasi sistem komputasi sudah banyak diterapkan
dalam berbagai macam bidang.
5
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek (Bandung : Pt. Remaja Rosdakarya,
2005), Cet., ke-19 h.101-102
Dengan latar belakang tersebut penulis terdorong untuk menelusuri
kembali pola komunikasi antara guru dan murid dalam kegiatan ekstrakulikuler
aplikasi komputer di Panti Asuhan Yatim Piatu Al-Andalusia Mampang Prapatan
Jakarta Selatan.
Melihat fenomena diatas cukup penting sekali pola komunikasi guru
dalam suatu kegiatan belajar mengajar, karena itu menggugah penulis untuk
menggangkat permasalahan dengan judul :
“Pola Komunikasi Antara Guru dan Murid Dalam Kegiatan
Ekstrakulikuler di Panti Asuhan Yatim Piatu Al-Andalusia Mampang
Prapatan Jakarta Selatan”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Terkait dengan bagaimana pola komunikasi antara guru dan murid dalam kegiatan
ekstrakulikuler maka agar peneliti lebih fokus, peneliti membatasi permasalahan
hanya pada pola komunikasi yang terjadi dalam kegiatan ekstrakulikuler Aplikasi
Komputer.
Untuk memperjelas permasalahan dan mempermudah mencari data, maka penulis
merumuskan pada pembahasan skripsi ini, yaitu :
1. Bagaimana pola komunikasi antara guru dan murid dalam pelaksanaan
kegiatan ekstrakulikuler, Aplikasi Komputer?
2. Faktor apa saja yang mendukung Pola Komunikasi dalam penyampaian
materi ekstra kurikuler, Aplikasi Komputer?
3. Hambatan-hambatan apa saja yang ditemui guru dalam Pola Komunikasi
penyampaian materi ekstra kurikuler, Aplikasi Komputer?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan diatas, maka peneliti ini bertujuan
untuk mengetahui:
1. Pola komunikasi yang terjadi antara guru dan murid dalam pelaksanaan
kegiatan ekstrakulikuler, Aplikasi Komputer.
2. Faktor-faktor yang mendukung penerapan Pola Komunikasi dalam
penyampaian materi ekstra kurikuler, Aplikasi Komputer.
3. Hambatan-hambatan yang ditemui guru dalam penyampaian materi ekstra
kurikuler, Aplikasi Komputer yang berkaitan dengan masalah Pola
Komunikasi yang digunakannya.
Adapun penelitian ini diharapakan dapat bermanfaat:
1. Secara Akademis, dapat menambah khazanah kepustakaan tentang pola
komunikasi di Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
2. Secara Praktis, dapat dijadikan acuan oleh para instruktur yang
menyampaikan materi ekstra kurikuler Aplikasi Komputer.
D. Metodelogi Penelitian
Untuk memperoleh data sesuai dengan apa yang diperlukan maka
metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Metode Penelitian
Penelitian ini memakai metode deskriptif kualitatif, yaitu metode
penelitian yang dihasilkan dari suatu data-data yang dikumpulkan dan
berupaka kata-kata, dan merupakan suatu penelitian alamiah. Bogdan dan
Taylor mendefinisikan metodelogi kualitatif adalah prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orangorang atau perilaku yang dapat diamati 6 .
2. Subjek dan Obyek Penelitian
Yang menjadi subjek penelitian ini adalah guru atau intstruktur yang mengajar pada bidang ekstrakulikuler aplikasi
komputer di panti asuhan Al-Andalusia dengan jumlah guru sebanyak 2 orang dan jumlah murid sebanyak 58 orang.
Sedangkan yang menjadi objek penelitian dalam skripsi ini adalah pola komunikasi yang digunakan dalam kegiatan
ekstrakulikuler khususnya pada bidang aplikasi komputer.
3. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi merupakan salah satu cara penelitian pada ilmu-ilmu sosial,
cara ini bisa hemat biaya dan dapat dilakukan oleh seorang individu
dengan menggunakan mata sebagai alat melihat data serta menilai
keadaan lingkungan yang dilihat. Observasi atau pengamatan langsung,
6
Lexi. J. Maleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 1999), cet.
ke-10, h.3
mengamati dan mendengarkan dalam rangka memahami, mencari
jawaban dan mencari bukti atas bagaimana pola komunikasi yang terjadi
dalam kegiatan ekstrakulikuler Aplikasi Komputer di panti asuhan AlAndalusia.
b. Wawancara
Wawancara
adalah
percakapan
dengan
maksud
tertentu
untuk
mendapatkan data yang konkret dari hasil pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan. 7 Dalam wawancara ini dilakukan penulis untuk mengumpulkan
data-data dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara
langsung kepada guru ekstrakulikuler aplikasi komputer, tentang faktorfaktor pendukung maupun penghambat dalam pengajaran ekstra
kurikuler Aplikasi Komputer.
4. Analisis Data
Setelah data yang diperlukan terkumpul, langkah selanjutnya adalah
menyusun data secara sistematis sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan
penelitian. Dalam melakukan analisis data penulis menggunakan metode
deskriptif, yaitu teknik analisis data dimana penulis terlebih dahulu
memaparkan semua data yang diperoleh mengenai kondisi panti asuhan Al-
7
Lexi. J. Maleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2001), cet.
ke-15, h.3
Andalusia kemudian mendeskripsikan temuan-temuan yang ada dengan
berpedoman pada sumber tertulis.
E. Tinjauan Pustaka
1. Pola Komunikasi Dalam Pembinaan Keagamaan di Panti Sosial Bina Laras
04 Cipayung Jakarta Timur. Karya Asrul Muharram tahun 2007. penelitian
ini menemukan pola komunikasi yang terjalin antara pembina (pengajar)
dengan para peserta binaan di Panti Sosial Bina Laras 04 Cipayung Jakarta
Timur.
2. Pola Komunikasi Da’i dan Mad’u di Majlis Dzikir Susilo Bambang
Yudhoyono Narussalam. Karya Umar Kalake tahun 2007. Penelitian ini
menemukan pola komunikasi antara da’i dan mad’u yang dilakukan
di
Majlis Susilo Bambang Yudhoyono Narussalam.
Secara umum pembahasan pokok penelitian ini adalah sama yaitu
mengenai hal pola komunikasi. Namun yang membedakan dalam penelitian ini
adalah subjek, objek dan bagaimana cara penelitian itu dilakukan. Kelebihan
penelitian ini adalah menerangkan bagaimana pola komunikasi yang terjadi
dalam pelaksanaan tersebut secara garis koordinasi.
F. Sistematika Penulisan
Penyusunan dalam skripsi ini terdiri dalam lima Bab penyusunan sebagai
berikut :
Penyusunan dalam skripsi ini terdiri dalam lima Bab penyusunan sebagai
berikut :
BAB I
:
Pendahuluan
Berisi kerangka umum penulisan skripsi, yaitu : Latar belakang
masalah, Pembatasan dan perumusan masalah, Tujuan dan manfaat
penelitian, Metodelogi penelitian dan Sistematika penulisan
BAB II
: Tinjauan Teori Pola Komunikasi Dalam Pengajaran, mengenai
ruang lingkup komunikasi mencakup pengertian komunikasi,
macam-macam pola komunikasi, unsur-unsur komunikasi, dan
mengenai kegiatan ektrakulikuler mencakup pengertian program
ekstrakulikuler,
tujuan
ekstrakulikuler,
jenis-jenis
kegiatan
ekstrakulikuler.
BAB III : Sekilas tentang panti asuhan yatim piatu Al-Andalusia
mengenai sejarah berdirinya, visi dan misi, struktur panti asuhan
yatim piatu Al-Andalusia, program kerja panti asuhan AlAndalusia, bentuk-bentuk kegiatan dakwah
BAB IV : Pola Komunikasi Antara Guru dan Murid dalam Kegiatan
Ektrakulikuler Aplikasi Komputer, dalam bab ini membahas
tentang Penerapan Pola Komunikasi antara Guru dan Murid dalam
Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakulikuler, Aplikasi Komputer, faktorfaktor pendukung dalam pelaksanaan ekstrakulikuler aplikasi
komputer,
faktor-faktor
penghambat
ekstrakulikuler aplikasi komputer,.
dalam
pelaksanaan
BAB V
:
Penutup
Pada bab ini penulis mencoba memberikan kesimpulan dan saransaran tentang pola komunikasi yang efektif dan memberikan
masukan-masukan yang positif dalam hubungan guru dan murid di
Yayasan Al-Andalus.
BAB II
TINJAUN TEORI POLA KOMUNIKASI DALAM PENGAJARAN
A. Ruang Lingkup Komunikasi
Bahwasanya pola komunikasi merupakan serangkaian dua kata, karena
keduanya mempunyai keterkaitan makna. Sehingga mendukung dengan makna
lainnya, maka lebih jelasnya dua kata tersebut akan diuraikan tentang
penjelasannya masing-masing.
Kata pola dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 8 . Artinya bentuk atau
sistem, cara atau bentuk (struktur) yang tetap yang mana pola dapat dikatakan
contoh atau cetakan. Pada pembahasan ini, makna pola lebih tepat diartikan
sebagai bentuk, karena memiliki keterkaitan dengan kata yang dirangkulnya.
Sedangkan pola komunikasi itu sendiri merupakan gabungan dua kata
antara pola dan komunikasi, sehingga dapat dikatakan sebagai sebuah bentuk
penyampaian suatu pesan yang sistematis oleh seseorang dengan melibatkan
orang lain.
8
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka,
1996), h,. 778
11
1. Pengertian Komunikasi
Menurut
Onong
Uchjana
Effendy 9
secara
etimologi
istilah
komunikasi berasal dari perkataan Inggris yaitu communication yang
bersumber dari bahasa latin communicatio yang berarti pemberitahuan atau
pertukaran pikiran makna hakiki, dari communicatio ialah communis yang
berarti “sama” atau kesamaan arti. Sama halnya dengan pengertian tersebut
Astrid Susanto mengemukakan “perkataan komunikasi” berasal dari
“communicare” yang dalam bahasa latin memiliki arti berpatisipasi atau
memberitahukan, kata communis berarti memiliki bersama atau berlaku
dimana-mana 10 .
Dalam pengertian pragmatis, komunikasi mengandung tujuan tertentu
; ada yang dilakukan secara lisan, secara tatap muka, atau melalui media,
baik media massa seperti surat kabar, radio, televisi, atau film. Melalui non
media massa, misalnya seperti surat, telepon, papan pengumuman, poster,
spanduk dan sebagainya. Sehingga dikatakan bahwa komunikasi merupakan
proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk
memberi tahu atau mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung
secara lisan, maupun tidak langsung melalui media 11 .
9
Onong Uchjana Effendy, Spektrum Komunikasi, (Bandung : Mandar Maju, 1992), Cet., ke-1., h.4
Phil Astrid S. Susanto, Komunikasi Dalam Teori dan Praktek I, (Bandung : Bina Cipta, 1998), Cet.,
ke-3., h,1
11
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2000), cet ke-4,
h,.4
10
Ditinjau dari segi terminologis, para ahli komunikasi mendefinisikan
komunikasi antara lain sebagai berikut :
Menurut Onong : Komunikasi adalah proses penyampaian suatu
pernyataan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahukan atau
merubah sikap, pendapat dan perilaku, baik langsung secara lisan maupun tak
langsung memalui media 12 .
Menurut Arni Muhammad : Komunikasi adalah suatu proses dimana
individu dalam hubunganya dengan individu lainnya, dalam kelompok,
dalam organisasi, dan dalam masyarakat guna memberikan suatu informasi 13 .
Arni
Muhammad
menyimpulkan
definisi
komunikasi
yakni
komunikasi adalah suatu proses dengan menggunakan simbol verbal maupun
non verbal untuk dikirimkan, diterima, dan diberi arti.
Dari masing-masing definisi diatas, dapat dikatakan bahwa pada
hakikatnya komunikasi merupakan suatu proses akan tetapi belum ada
kesepahaman. Ada yang mengatakan proses penyampaian pesan kepada
orang lain untuk memberitahukan atau merubah sikap, ada juga yang
mengatakan proses hubungan antara individu dalam mengirimkan informasi,
dan ada juga yang mengatakan proses pengiriman pesan dengan
menggunakan simbol verbal maupun non verbal. Dari semua definisi itu,
penulis mencoba mengambil benang merah bahwa pada intinya adalah proses
12
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi (Bandung : Remaja Rosdakarya, 1992) Cet., ke-2.,
h.6
13
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta : Bumi Aksara, 2001), cet ke-4, h,. 3
pengiriman pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan.
Namun dari beberapa definisi tersebut maksud dan tujuannya sama. Yang
terpenting dalam komunikasi adalah bagaimana mempunyai kesamaan pesan
yang sistematis oleh seseorang dengan melibatkan orang lain.
Dengan
demikian,
dapat
dikatakan
bahwa
seseorang
yang
berkomunikasi berarti mengharapkan agar orang lain ikut berpatisipasi atau
bertindak sesuai dengan tujuan dan harapan dari isi pesan yang disampaikan.
Jadi diantara yang terlibat dalam kegiatan komunikasi harus memiliki
kesamaan arti dan harus sama-sama mengetahui hal yang dikomunikasikan,
jika tidak demikian maka kegiatan komunikasi tersebut tidak berlangsung
dengan baik dan tidak efektif.
Berkaitan dengan pesan yang disampaikan dalam suatu komunikasi.
Schramm merumuskan adanya kondisi yang harus dipehuh jika kita
menginginkan pesan yang disampaikan mendapat respon sesuai dengan yang
dikehendaki.
Kondisi
ini
disebut
The
Condition
of
Success
in
Communication, yang terdiri dari :
1. Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa sehingga dapat
menarik perhatian komunikasi.
2. Pesan harus menggunakan lambing-lambang yang tertuju kepada
pengalaman yang sama antara komunikator dan komunikan, sehingga
sama-sama mengerti.
3. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan dan
menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut.
4. Pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh kebutuhan tadi
yang layak bagi situasi kelompok dimana komunikan berada pada saat ia
digerakkan untuk memberikan tanggapan yang dikehendaki.
Menurut Stewart L. Tubbs dan Silvia Mass, sebagaimana dikutip oleh
Jalaludin Rakhmat, dalam bukunya ‘psikologi komunikasi’ ia menguraikan
ciri-ciri komunikasi yang baik dan efektif paling tidak dapat menimbulkan 5
hal :
1) Pengertian : komunikator dapat memahami mengenai pesan-pesan yang
disampaikan kepada komunikan.
2) Kesenangan : menjadikan hubungan yang hangat dan akrab serta
menyenangkan.
3) Mempengaruhi sikap : dapat mengubah sikap orang lain sehingga
bertindak sesuai dengan kehendak komunikator tanpa merasa terpaksa.
4) Hubungan sosial yang baik, menumbuhkan dan mempertahankan
hubungan yang memuaskan dengan orang lain dalam hal interaksi.
5) Tindakan : membuat komunikan melakukan suatu tindakan yang sesuai
dengan pesan yang diiginkan 14 .
14
Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2000), cet. Ke-15,
h.13-16
Dari lima ciri-ciri komunikasi yang efektif diatas, dapat dipahami bahwa
komunikasi menjadi penting untuk pertumbuhan hidup manusia. Melalui komunikasi
akan ditemui jatidiri, dapat mengembangkan konsep diri, dan menetapkan hubungan
dengan dunia sekitarnya.
2. Macam-macam Bentuk dan Pola Komunikasi
Pada dasarnya ada beberapa bentuk komunikasi, yakni komunikasi
intrapersonal (komunikasi dengan diri sendiri), komunikasi interpersonal (komunikasi
antar pribadi), komunikasi kelompok, dan komunikasi massa.
1) Komunikasi Intrapersonal (komunikasi dengan diri sendiri)
Sesunguhnya komunikasi intrapersonal adalah komunikasi dalam
diri sendiri. Bahwa manusia apabila dihadapi dengan suatu pesan untuk
mengambil keputusan menerima ataupun menolaknya akan mengadakan
terlebih dahulu suatu komunikasi dengan dirinya (proses berpikir).
Dalam proses berpikir ini seseorang menimbang untung rugi usul yang
diajukan oleh komunikator 15 .
Komunikasi akan berhasil apabila pikiran yang disampaikan
dengan menggunakan perasaan yang di sadari, sebaliknya komunikasi
akan gagal jika sewaktu menyampaikan pikiran, pikiran tidak terkontrol
2) Komunikasi Interpersonal (komunikasi antar pribadi)
15
Phil, Astrid Susanto, Komunikasi Dalam Teori dan Praktek, (Bandung : Mandar Maju, 1992). Cet.
ke-1, h.4
De Vito (1976) menjelaskan bahwa komunikasi antar pribadi
merupakan pengiriman pesan-pesan dari seseorang yanbg diterima oleh
orang lain dengan efek dan umpan balik langsung 16 . Secara umum
komunikasi interpersonal dapat diartikan sebagai proses pertukaran
informasi diantara komunikator dengan komunikan. Komunikasi jenis ini
dianggap paling efektif dalam hal mengubah sikap, pendapat, atau
perilaku seseorang, karena sifatnya dialogis berupa percakapan.
Komunikasi interpersonal dampaknya dapat dirasakan pada waktu itu
juga oleh pihak yang terlibat 17 .
Hubungan interpersonal adalah hubungan yang berlangsung,
keutungan dari padanya ialah bahwa reaksi atau arus balik dapat
diperoleh segera. Dalam hubungan interpersonal, proses komunikasi
semakin jelas dan dalam komunikasi interpersonal, komunikan dapat
memberi arus balik secara langsung kepada komunikator.
3) Komunikasi Kelompok
Komunikasi kelompok adalah komunikasi antara seseorang
(komunikator) dengan sejumlah orang (komunikasi) yang berkumpul
bersama-sama dalam bentuk kelompok. 18 Komunikasi kelompok ini
mempunyai beberapa karakteristik. Pertama, proses komunikasi terhadap
16
Alo Liliweri, Komunikasi Antar Pribadi, (Bandung : Citra Adytia Bakti, 1991), cet. ke-1. h.12
Sr. Maria Assumpte Rumanti OSF, Dasar-dasar Public Relation Teori dan Praktis, (Jakarta :
Grasindo, 2002), cet. ke-1, h.88
18
Onong Uchjana Effendy, Dimensi-dimensi Komunikasi, (Bandung : Alumni, 1986), cet. ke-2, h.5
17
pesan-pesan yang disampaikan oleh seorang pembicara kepada khalayak
yang lebih besar dan tatap mukan. Kedua, komunikasi berlangsung
kontinue dan bisa dibedakan mana sumber dan mana penerima. Ketiga,
pesan yang disampaikan terencana dan bukan spontanitas untuk segmen
khalayak tertentu 19 . Komunikasi kelompok dapat dibagi menjadi dua
bagian yaitu :
a) Komunikasi Kelompok Kecil
Menurut Robert F. Bales yang dikutip oleh widjaja kelompok kecil
adalah sejumlah orang yang terlibat satu sama lain dalam suatru
pertemuan yang bersifat tatap muka, dimana setiap peserta mendapat
kesan atau penglihatan antara satu dengan yang lainnya 20 . Suatu
situasi komunikasi dinilai sebagai komunikasi kelompok kecil
apabila situasi komunikasi seperti itu dapat diubah menjadi
komunikasi interpersonal dengan setiap komunikan.
Dalam komunikasi kelompok kecil, komunikator menunjukkan
pesannya kepada benak atau pikiran komunikan, contohnya, diskusi,
seminar, rapat dan lain-lain. Komunikan dapat menanggapi uraian
komunikator, bisa bertanya jika tidak mengeti.
b) Komunikasi Kelompok Besar
19
Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2005), cet 2 h.33
Onong Uchjana Effendi, Kepemimpinan dan Komunikasi, (Yogyakarta : PT. Al-Amin Press, 1996),
cet. ke-1.h.59
20
Suatu komunikasi dinilai sebagai komunikasi kelompok besar jika
antar komunikator dan komunikan sukar terjadi komunikasi
interpersonal. Pada situasi seperti itu, para komunikan menerima
pesan yang disampaikan komunikator lebih bersifat emosional.
Lebih-lebih jika komunikan heterogen, beragam dalam usia,
pekerjaan, tingkat pendidikan, agama, pengalaman dan sebagainya 21 .
4) Komunikasi Massa
Komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan pada masa
atau komunikasi yang menggunakan media massa, misalnya : pers, radio,
film dan televisi 22 .
Komunikasi massa merupakan komunikasi yang efesien, karena
dapat menjangkau daerah yang luas dan audiensi yang praktis tidak
terbatas. Komunikasi massa mempunyai ciri-ciri khususnya yang
disebabkan oleh sifat-sifat komponennya. Ciri-cirinya yaitu : komunikasi
massa berlangusung satu arah, komunikator pada komunikasi massa
melembaga, pesan pada komunikasi massa bersifat umum, media
komunikasi massa menimbulkan keserempakan, komunikan komunikasi
massa bersifat heterogen.
21
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2000), h.9
H.A.W. Widjaja, Ilmu Komunikasi Penghantar Studi, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2002), cet. ke-2.
h.35
22
Menurut
T.
Hani
Handoko,
dalam
bukunya
Manajemen
mengemukakan bahwa ada 4 (empat) pola komunikasi (atau yang disebut
dengan jaringan komunikasi), yakni :
1)
Pola Lingkaran
A
B
E
C
D
Dimana B hanya dapat berkomunikasi dengan A dan C. untuk berkomunikasi
dengan E, maka B harus melalui A atau melalui C dan seterusnya. Pola lingkaran
adalah bentuk komunikasi yang tidak terpusat atau desentralistik.
2)
Pola Rantai
C
B
D
A
E
Pada pola ini menunjukan dua bawahan A dan E yang melapor kepada atasan mereka B dan D, yang selanjutnya oleh B dan
D dilaporkan ke C. Garis koordinasi secara struktural yang melibatkan komunikasi antara bawahan dengan atasan.
3)
Pola Bintang
B
A
C
D
E
Di mana C dapat berkomunikasi langsung dengan A, B, D, dan E. Garis koordinasi
ini melibatkan semua komponen yang dapat berkomunikasi, dimana C sebagai
centralnya komunikasi dengan yang lainnya, begitu juga sebaliknya.
4)
Pola Y
A
B
C
D
E
Dimana E berkomunikasi dengan D, kemudian dari D ke C, dan di sampaikan
kepada A dan B. garis koordinasi yang terpusat pada satu titik C, kemudian dari C
langsung sampai ke A dan B.
Sama halnya dengan pendapat H.A.W Widjaja, dalam bukunya Ilmu
Komunikasi Pengantar Studi, mengemukakan bahwa ada 4 (empat) pola
komunikasi yakni :
1)
Pola Roda
B
E
A
D
C
Di mana seorang A berkomunikasi dengan banyak orang, yaitu B, C, D dan E.
Komunikasi ini lebih cenderung bersifat satu arah tanpa adanya reaksi timbal
balik. Pola roda adalah bentuk pertukaran informasi yang terpusat pada seseorang
atau sentralistik.
2)
Pola Rantai
A
B
C
D
E
Di mana seseorang A berkomunikasi kepada seseorang yang lain B, dan
seterusnya. Jalur komunikasi ini hampir sama dengan pola roda, hanya bersifat 1
arah.
3)
Pola Bintang
A
B
E
C
D
Semua anggota berkomunikasi dengan anggota. Komunikasi ini memiliki reaksi
timbal balik dari semua lawan bicara.
4)
Pola Lingkaran
A
E
B
Pola ini hampir sama dengan pola rantai, namun orang terakhir E berkomunikasi
dengan orang pertama. Pola ini bersifat satu arah 23 .
3. Unsur-unsur Komunikasi
Untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat ditransformasikan
secara efektif, maka komunikasi mempunyai lima unsur: sumber atau komunikator
(source), pesan (massage), saluran atau media (chanel), penerima atau komunikan
(receiver), serta efek (effect). Menurut Harold D. Lasswell guna memahami kita harus
mengerti unsur-unsur itu yang diformulasikan olehnya dalam bentuk pertanyaan, who
say what in which channel to whom and with what effect (siapa, mengatakan apa,
medianya apa, kepada siapa, dan apa efeknya)
1) Komunikator (Source)
23
H.A.W. Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, (Jakarta : Rineka Cipta, 2000), cet. ke-2, h.102103
Komunikator
yaitu
orang
yang
menyampaikan
pesan.
Komunikator memiliki fungsi sebagai encoding, yakni orang yang
memformulasikan
pesan
atau
informasi
yang
kemudian
akan
disampaikan kepada orang lain komunikator sebagai bagian yang paling
menentukan
dalam
berkomunikasi
dan
untuk
menjadi
seorang
komunikator itu harus mempunyai persyaratan dalam memberikan
komunikasi untuk mencapai tujuannya. Sehingga dari persyaratan
tersebut
mempunyai
daya
tarik
tersendiri
komunikan
terhadap
komunikator.
Komunikator sebagai unsur yang sangat menentukan proses
komunikasi harus mempunyai persyaratan dan menguasai bentuk, model,
dan strategi komunikasi untuk mencapai tujuannya. Faktor-faktor
tersebut akan dapat menimbulkan kepercayaan dan daya tarik komunikan
kepada komunikator. Komunikator berfungsi sebagai encoder, yakni
orang yang memformulasikan pesan yang kemudian menyampaikan
kepada orang lain. Orang yang menerima pesan ini adalah komunikan
yang berfungsi sebagai decoder, yakni menerjemahkan lambanglambang pesan kedalam konteks pengertian sediri 24 .
Syarat yang diperlukan komunikator, diantaranya :
a) Memiliki kredibilitas yang tinggi bagi komunikannya
24
Onong Uchjana Effendy, Kepemimpinan dan Komunikasi, (Yogyakarta : Al-Amin Press, 1996), cet.
ke-1, h.59
b) Kemampuan berkomunikasi
c) Mempuyai pengetahuan yang luas
d) Sikap
e) Memiliki daya tarik, dalam arti memiliki kemampuan untuk
melakukan perubahan sikap atau perubahan pengetahuan pada diri
komunikan 25 .
Dari beberapa syarat dan pengertian komunikator diatas, tentunya
seorang komunikator harus dapat memposisikan dirinya sesuai dengan
karakter yang dimilikinya. Dalam menghadapi komunikan, seorang
komunikator harus bersikap empatik, artinya ketika ia sedang
berkomunikasi dengan komunikan yang sedang sibuk, bingung, marah,
sedih, dan lain sebagainya, maka ia harus menunjukkan sikap
empatiknya tersebut.
2) Pesan (Massage)
Pesan adalah keseluruhan dari pada apa yang disampaikan oleh
komunikator. Pesan harus mempunyai inti pesan sebagai pengarah di
dalam usaha mencoba mengubah sikap dan tingkah laku komunikan.
Pesan yaitu pernyataan yang disampaikan oleh komunikator yang
didukung oleh lambang. Pada dasarnya pesan yang disampaikan oleh
komunikator itu mengarah pada usaha mencoba mempengaruhi atau
25
Onong Uchjana Effendy, Kepemimpinan dan Komunikasi, (Yogyakarta : Al-Amin Press, 1996), cet.
ke-1, h.59
mengubah sikap dan tingkah laku komunikannya. Penyampaian pesan
dapat dilakukan secara lisan atau melalui media.
3) Penerima Pesan/Komunikan (Receiver)
Komunikan adalah seseorang yang menerima pesan dari
komunikator kemudian komunikan menganalisis dan menginterpretasikan isi pesan yang diterimanya 26 . Dalam hal ii perlu diperhatikan karena
penerima pesan ini berbeda dalam banyak hal misalnya, pengalamannya,
kebudayaannya, pengetahuannya dam usianya. Akan hal itu komunikator
tidak bisa menggunakan cara yang sama dalam berkomunikasi kepada
anak-anak dan berkomunikasi dengan orang dewasa. Jadi, dalam
berkomunikasi siapa pendengarnya perlu dipertimbangkan. Dalam proses
komunikasi, utamanya dalam tataran antar pribadi, peran komunikator
dan komunikan bersifat dinamis, saling berganti dan menimbulkan
komunikasi dua arah.
4) Saluran Komunikasi (Media Komunikasi)
Media yaitu sarana atau saluran yang digunakan oleh
komunikator untuk menyampaikan pesan atau informasi kepada
komunikan. Atau sarana yang digunakan untuk memberikan feedback
dari komunikan kepada komunikator. Media sendiri merupakan bentuk
jamak dari medium, yang artinya perantara, penyampai dan penyalur.
26
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta : Bumi Aksara, 2005), cet. ke-7 h.18
Media yang dimaksud di sini adalah alat komunikasi, seperti
berbicara, gerak badan, kontak mata, sentuhan, radio, televisi, surat
kabar, buku dan gambar. media komunikasi ini sengaja dipilih
komunikator untuk menghantarkan pesannya agar sampai ke komunikan.
Yang perlu diperhatikan dalam hal ini adalah tidak semua media cocok
untuk maksud tertentu. Kadang-kadang suatu media lebih efesien
digunakan untuk maksud tertentu tetapi untuk maksud yang lain tidak.
Jadi, unsur utama dari media komunikasi adalah pemilihan dan
penggunaan alat perantara yang dilakukan komunikator dengan sengaja.
Artinya, hal ini mengacu kepada pemilihan dan penggunaan teknologi
media komunikasi.
5) Efek Komunikasi
Efek yaitu dampak atau hasil sebagai pengaruh dari pesan.
Komunikasi bisa dilakukan berhasil apabila sikap dan tingkahlaku
komunikan sesuai dengan apa yang diharapkan.
Pertanyaan mengenai efek komunikasi ini dapat menanyakan 2
hal yaitu apa yang ingin dicapai dengan hasil komunikasi tersebut dan
kedua, apa yang dilakukan orang sebagai hasil dari komunikasi. Akan
tetapi perlu diingat, bahwa kadang-kadang tingkah laku seseorang tidak
hanya disebabkan oleh faktor hasil komunikasi tetapi juga dipengaruhi
oleh faktor lain.
Hal yang terpenting dalam komunikasi ialah bagaimana caranya
agar suatu pesan yang disampaikan komunikator itu menimbulkan efek
atau dampak tertentu pada komunikan. Dampak yang ditimbulkan dapat
diklasifikasikan menurut kadarnya, yaitu :
a) Dampak kognitif, adalah yang timbul pada komunikan yang
menyebabkan dia menjadi tahu atau meningkat intelektualitasnya
b) Dampak afektif, lebih tinggi kadarnya dari pada dampak kognitif.
Tujuan komunikator bukan hanya sekedar supaya komunikan tahu,
tetapi bergerak hatinya, menimbulkan pesan tertentu, misalnya
perasaan iba, terharuh, sedih, gembira, marah dan sebagainya
c) Dampak behavioral, yang paling tinggi kadarnya, yakni dampak
yang timbul pada komunikan dalam bentuk perilaku tindakan atau
kegiatan 27 .
B. Program Ekstrakulikuler
a. Pengertian Program Ekstrakulikuler
Yang dimaksud dengan program ialah sederetan kegiatan yang akan
dilaksanakan untuk mencapai suatu tujuan tertentu28 . Farida Yusuf
27
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung Remaja Rosdakarya, 2000), cet. ke-4,
h.7
mendeskripsikan program sebagai kegiatan yang direncanakan untuk
dilaksanakan dalam rangka pencapaian tujuan 29 .
Pengertian ekstrakulikuler menurut Hadori Nawawi adalah suatu
kegiatan yang dilaksanakan diluar pelajaran (kegiatan kurikulum) sifat
kegiatannya pendidikan non formal digunakan untuk membantu siswa
mengisi waktu senggang secara terarah disamping memberikan berbagai
pengetahuan dan keterampilan melalui pengalaman langsung yang bersifat
praktis 30 .
Menurut B. Suryo Subroto, kegiatan ektrakulikuler adalah kegiatan
yang dilaksanakan untuk mengembangkan salah satu bidang pelajaran yang
diminati oleh sekelompok siswa misalnya, olahraga, kesenian, keterampilan,
dan lain-lain yang diselenggarakan diluar jam pelajaran biasa 31 .
Sedangkan pengertian ekstrakulikuler menurut kurikulum sekolah
adalah ; kegiatan diluar jam pelajaran biasanya (termasuk pada waktu libur),
yang dilakukan disekolah ataupun diluar sekolah dengan tujuan memperluas
pengetahuan siswa, mengenal hubungan antara berbagai mata pelajaran,
menyalurkan bakat dan minat, serta melengkapi upaya pembinaan manusia
seutuhnya 32 .
28
Suharsini Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa (Jakarta : CV. Rajawali, 1998)
Farida Yusuf, Penelitian Program Pendidikan, (Jakarta : Depdikbud, 1980), h. 123
30
H. Hadori Nawawi, Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas, (Jakarta : PT. Gunung Agung,
1982), h. 150
31
B. Suryo Subroto, Proses Belajar Mengejar disekolah, (Jakarta : Rineka Cipta, 1997), h. 270
32
Kurikulum 1984, Sekolah Menengah Umum Tingkat Atas, (Jakarta : Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan RI, 1984), h.11
29
Berdasarkan definisi-definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
kegiatan ekstrakulikuler merupakan kegiatan tambahan yang dilaksanakan
diluar jam pelajaran dengan maksud mengisi waktu senggang yang bertujuan
untuk memperkaya dan memperluas wawasan pengetahuan siswa serta
mengembangkan kemampuan dan keterampilan yang ada pada diri melalui
jenis-jenis kegiatan yang sesuai dengan minat dan bakatnya.
b. Tujuan Ekstrakulikuler
Seperti yang telah disebutkan dalam pengertian ekstrakulikuler diatas
bahwa dilaksanakannya kegiatan ekstrakulikuler sebagai wadah pembinaan
dan pelatihan bagi siswa untuk dapat mengembangkan bakat dan minat yang
terdapat dalam diri siswa sebagai penambahan pengetahuan dan pengalaman
mereka
Atas hal tersebut secara umum dapat dikemukakan bahwa tujuan
ekstrakulikuler adalah untuk membina dan melatih siswa dengan berbagai
macam pengetahuan dan keterampilan sebagai sarana mengisi waktu
senggang sehingga mereka dapat mengembangkan potensi-potensi yang ada
pada diri mereka sendiri 33 .
Sementara itu Muhammad Uzer Usman mengatakan bahwa tujuan
kegiatan ekstrakulikuler adalah :
1. Meningkatkan pengetahuan siswa dalam aspek kognitif maupun efektif
33
B. Suryo Subroto, Tatalaksana Kurikulum, (Jakarta : Rineka Cipta, 1991), cet. ke-1, h.45
2. Mengembangkan bakat serta minat siswa dalam upaya pembinaan
pribadi menuju manusia seutuhnya
3. Mengetahui, mengenal, serta membedakan hubungan antara satu mata
pelajaran dengan lainnya 34 .
Lebih rinci disebutkan dalam buku informasi tentang kegiatan ekstrakulikuler
bahwa tujuan dari ekstrakulikuler adalah :
1. Siswa dapat memperdalam dan memperluas pengetahuan, mengenal
hubungan antara berbagai pelajaran, menyalurkan bakat dan minat serta
melengkapi upaya pembinaan manusia seutuhnya dalam arti :
a) Beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa;
b) Berbudi pekerti luhur;
c) Memiliki pengetahuan dan keterampilan;
d) Sehat jasmani dan rohani;
e) Berkepribadian yang mantap dan mandiri;
f) Memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan;
2. Untuk lebih memantapkan pendidikan kepribadian dan untuk lebih
mengaitkan antara pengetahuan yang diperoleh dalam program
kurikulum dengan keadaan dan kebutuhan lingkungan 35 .
34
M. Uzer Usman & Lilis Setyawati, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar, (Bandung : PT.
Rosdakarya, 1993), cet. ke-1, h.22
35
Depdikbud, Informasi Tentang Kegiatan Ekstrakulikuler Sebagai Salah Satu Jalur Pembinaan
Siswa, (Jakarta : Ditjen Dikdasmen, Direktorat Pembinaan Kesiswaan, 1994), h.2
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan kegiatan
ekstrakulikuler adalah : meningkatkan dan memantapkan pengetahuan siswa,
mengembangkan bakat, minat kemampuan dan keterampilan dalam rangka
mengisi waktu senggang mereka serta dalam upaya pembentukan pribadi
dalam mengenal hubungan antara berbagai pengembang / pencapaian.
Lebih lengkapnya Oteng Sutisna menerangkan bahwa prinsip yang
harus diperhatikan kepada siswa, guru, dan kepala sekolah adalah :
1. Siswa, murid, guru dan personil administrasi hendaknya ikut serta dalam
usaha meningkatkan program yang akan dilaksanakan
2. Pembatasan-pembatasan untuk partisipasi hendaknya dihindarkan sejauh
mungkin
3. Kegiatan murid hendaknya menyediakan sumber motivasi yang kaya
bagi pengajar kelas, dan sebaliknya pengajar kelas hendaknya juga
menyediakan sumber motivasi yang kaya bagi murid
4. Kegiatan murid hendaknya dipandang sebagai bagian internal dari
keseluruhan program pendidikan di sekolah tidak sebagai tambahan atau
kegiatan yang berdiri sendiri
5. Pimpinan sekolah harus memperhatikan dukungan terhadap program
kegiatan murid
6. Kegiatan-kegiatan itu hendaknya dirancang untuk dilakukan di sekolah
7. Supervisi kegiatan murid harus termasuk dalam tanggung jawab
pengajuan para guru dan guru juga harus paham bahwa ia adalah seorang
penasehat dan penyuluh
8. Dukungan finansial yang mencakupi harus diusahakan dan dukungan
dari masyarakat hendaknya di galakkan
9. Kepala sekolah bertanggung jawab penuh tentang program kegiatan
murid 36 .
36
Oteng Sutisna, Administrasi Pendidikan Dasar Teoritis Untuk Praktek, (Bandung : Angkasa, 1983),
cet. ke-3, h.58-59
BAB III
GAMBARAN UMUM PANTI ASUHAN AL- ANDALUSIA
G. Sejarah Berdirinya
Yayasan Islam Al Andalusia didirikan pada tahun 1985 dengan Akte Notaris
Sri Rahayu Jakarta No. 8 Tahun 1985. Sebelum Yayasan ini didirikan, H. Shodruddin
Hidayatullah (Ketua Yayasan sekarang) telah menerima amanah dari Yayasan Nurul
Huda untuk mengelola penyelenggaraan pendidikan Madrasah Ibtidaiyah Nurul
Huda. Waktu itu masih berada dalam satu payung dengan Yayasan Nurul Huda.
Madrasah Ibtidaiyah itu sendiri telah berdiri sejak tahun 1962. Sedangkan Yayasan
Nurul Huda sendiri melanjutkan pengelolaan penyelenggaraan pendidikan tingkat
menengah, yaitu SMP “Palapa” yang didirikan pada tahun 1982 37 .
Melihat perkembangan siswa Mardrasah pada tahun-tahun berikutnya, muncul
ide dari H. Shodruddin Hidayatullah untuk mendirikan jenjang pendidikan tingkat
menengah (SMP). Atas izin dan restu Pimpinan Yayasan Nurul Huda dan para
sesepuh lainnya, maka didirikanlah Yayasan Islam Al Andalusia pada tahun 1985,
dan bersamaan dengan itu juga didirikan SMP Islam Andalus. Dengan demikian,
maka terjadi pemisahan pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan :
1. Yayasan Nurul Huda mengelola SMP “Palapa”.
37
Shodruddin Hidayatullah, Ketua Yayasan Al-Andalusia, Wawancara Langsung, 28 Maret 2008
32
2. Yayasan Islam Al Andalusia mengelola Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda dan
SMP Islam Andalus.
Sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman, khususnya dunia pendidikan
kejuruan, maka muncul gagasan ingin mendirikan sekolah menengah kejuruan. Maka
didirikanlah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Islam Andalus pada tahun 1988.
Sekolah-sekolah yang baru didirikan ini masih menempati gedung Madrasah dengan
jam belajar siang-sore hari.
Pada tahun 1999, Madrasah Ibtidaiyah yang berada di bawah naungan
Yayasan Islam Al Andalusia dikembalikan lagi pengelolaannya kepada Yayasan
Nurul Huda untuk dijadikan feeder bagi SMP Palapa yang dari tahun ke tahun
perkembangan siswanya makin berkurang. Sehingga Yayasan Islam Al Andalusia
sampai tahun tersebut hanya mengelola pendidikan : SMP Islam dan SMK Islam
Andalus. Pada tahun 2000 dan seterusnya Yayasan terus menambah penyelenggaraan
unit-unit pendidikan.
Visi dan Misi
Visi
“Menciptakan kader lokomotif pembangunan bangsa dan negara” 38
Misi
Menggali potensi anak-anak yatim secara maksimal
Menggerakan dan mengembangkan potensi mereka melalui bakat dan
keterampilan masing-masing
Mengarahkan cita-cita mereka melalui bimbingan karir
Membekali mereka dengan iman dan taqwa
Membentuk mereka menjadi pribadi yang berakhlak dan memiliki
kecerdasan sosial yang tinggi
Tujuan Didirikannya Yayasan Al-Andalusia
Tujuan didirikan Yayasan Al-Andalusia melainkan dapat mengangkat
harkat dan martabat anak-anak yatim, agar mereka tidak terkucilkan di
tengah-tengah pergaulan dengan masyarakat 39 .
Di dalam pesantren ini anak-anak yatim memperdalam ilmu-ilmu
keagamaan di samping dilatih tentang kehidupan dalam bermasyarakat. Di
samping itu, berbagai keterampilan seni, budaya dan olah raga juga
diselenggarakan secara terprogram, terstruktur dan terjadwal di panti ini.
Sedangkan ilmu-ilmu umum mereka dapatkan dari belajar formal di sekolah
38
39
Shodruddin Hidayatullah, Ketua Yayasan Al-Andalusia, Wawancara Langsung, Op. Cit
Shodruddin Hidayatullah, Ketua Yayasan Al-Andalusia, Wawancara Langsung, Op. Cit
mereka masing-masing, SD, SMP, dan SMK/SMA. Dengan demikian dasardasar kehidupan baik yang bersifat duniawi maupun ukhrawi mereka dapatkan
semuanya. Dengan cara ini diharapkan kelak mereka dapat hidup mandiri,
terampil, dan berkemampuan untuk mengeksplorasi potensi dirinya sehingga
berguna bagi masyarakat, nusa, bangsa dan agama, yang dilandasi dengan
iman dan takwa kepada Allah SWT.
Adapun kurikulum yang diberlakukan dan dikembangkan dalam
pendidikan pesantren ini adalah mengcu pada pola pendidikan sesuai dengan
Standar Nasional Pendidikan, di bawah pembinaan Departemen Agama RI.
Program Kegiatan dan Sarana Prasarana Panti Asuhan Al-Andalus
Program Kegiatan
Bidang Pendidikan
Dalam bidang pendidikan Yayasan Al-Andalusia memberi materi pelajaran mulai
dari materi pelajaran-pelajaran umum, Al-Qur’an, kitab kuning, latihan pidato
bahasa arab bahasa inggris, dan aplikasi komputer
Bidang Budaya
Dalam bidang budaya yayasan Al-Andalusia melaksanakan kegiatan
marawis, rebana, shalawat, qasidah 40 .
40
Dokumenter Yayasan Al-Andalusia,
Sarana Prasarana
1 unit gedung berlantai 2
Asrama yatim piatu putra dan putri
Sarana ibadah (mushallah)
Laboratorium komputer
Halaman parkir dan tempat bermain
Sarana olahraga serta alat-alat praktek, seperti marawis, rebana pidato dan
lain-lain
Koperasi, kantin, dan wartel
3. Program Ekstrakulikuler Aplikasi Komputer
a. Bentuk Program
1) Pengenalan Komputer
Pada tahap ini meliputi, pengenalan hardware (alat pemroses, alat
keluaran atau alat output, alat penyimpan data)
2) Pengenalan Microsoft Word, Excel, PowerPoint Profesional Release
Tahap ini meliputi, memulai wordstar, membuka sebuah file baru,
mengetik teks, menyimpan file, pengoprasian file.
3) Membuat Email dan mengakses data dengan Internet
Tahap ini meliputi, langkah-langkah pembuatan email, membuka
data dan mendownloud data melalui internet
4) Pengoprasian Windows
Tahap ini meliputi, cara menginstal windows (Windows 98 dan Xp
Profesional), menginstal aplikasi komputer dll.
b. Pelaksanaan Program
Dalam pelaksanaan program kegiatan ekstrakulikuler aplikasi komputer
dengan jumlah murid sebanyak 58 orang maka pelaksanaannya dibagi
menjadi 3 kelas. Pada kegiatan tersebut dilaksanakan pada hari sabtu dan
minggu, pukul 13.00 s/d 14.30 (Sabtu) dan pukul 10.00 s/d 11.30, 13.00
s/d 14.30 (Minggu)
c. Sarana Prasana
Luas bangunan yang dipakai untuk melakukan kegiatan ekstrakulikuler
aplikasi komputer seluas 5 x 8 meter. Sarana yang di ada meliputi Ac 1
buah, unit komputer meliputi internet sebanyak 15 buah, meja komputer
sebanyak 15 buah, bangku sebanyak 30 buah, white board sebanyak 1
buah dan spidol dan penghapus sebanyak 1buah.
d. Sumber Daya Manusia (SDM)
Tenaga pengajar dalam kegiatan ekstrakukuler Aplikasi Komputer di
Panti Asuhan Al-Andalusia sebanyak 2 orang, masing-masing dari guru
tersebut mempunyai latar belakang pendidikan yang berbeda, yaitu
lulusan dari Universitas Teknik Azahra dan Universitas Komunikasi
Padjajaran.
1. Struktur Organisasi
Penasehat
: H. Shodruddin Hidayatullah
H. Murshahid M. Nuh
Ketua
: H. Shodruddin Hidayatullah
Sekretaris
: Drs. H. Isa Anshori. MA
Bendahara
: Hj. Rohaniah
Humas Dalam Negeri
: Syaifurrahman
Humas Luar Negeri
: H. Abdul Rauf Syafi’i
Tenaga Pengajar
: Ust. Zaenal Abidin
Ust. Abdul Basith
Ust. Muhsin Alatas
Ust. Suyatma
Ust. Mulyadi
Ust. Rosyidin
Ust. Basyir
Ust. Agus
Ust. Zarkasih
Anggota
: Zainal Muttaqien
Latifah
Nur Iqiyah
Zarkasih
Nasruddin
BAB IV
H. POLA KOMUNIKASI GURU DAN MURID PADA KEGIATAN
EKSTRAKULIKULER APLIKASI KOMPUTER
A. Penerapan Pola Komunikasi antara Guru dan Murid dalam Pelaksanaan
Kegiatan Ekstrakulikuler Aplikasi Komputer
Kegiatan ektrakulikuler Aplikasi Komputer di Panti Asuhan Al-Andalusia
merupakan suatu kegiatan untuk mendorong dan mengembangkan minat dan
bakat seorang siswa dalam bidang teknologi. Kegiatan ekstrakulikuler Aplikasi
Komputer yang berlangsung di Panti Asuhan Al-Andalusia ini dijalankan
menurut kurikulum yang berlaku yang ada pada disekolah umumnya. Bila dilihat
dari tempat dan sarana yang ada untuk proses belajar-mengajar yang dilakukan di
Panti Asuhan Al-Andalusia, kegiatan tersebut sudah mencukupi standar kualitas
dalam proses belajar mengajar, dengan demikian pada kegiatan tersebut bisa
berjalan dengan efektif.
Informasi dalam bentuk pesan dan simbol yang diberikan dalam kegiatan
ekstrakulikuler Aplikasi Komputer disusun dalam bentuk materi mulai dasardasar pengenalan hardware dan software sampai pengoperasian windows dalam
hal menginstalasi komputer. Dari pemberian materi tersebut diharapkan akan
muncul respon atau tanggapan dari peserta dalam bentuk pengertian dan
pemahaman terhadap materi yang diberikan.
Adapun proses belajar-mengajar yang diterapkan oleh masing-masing
guru dalam menyampaikan sebuah materi atau pesannya, sudah bisa dikatakan
cukup baik. Disebabkan materi yang akan disampaikan sudah terencana
(dirancang sedemikian rupa) dan bukan spontanitas sehingga dapat menarik
perhatian komunikan. Selanjutnya jika melihat pola komunikasi yang
berlangsung dalam kegiatan ekstrakulikuler tersebut, antara guru dan murid
sudah melakukan pola komunikasi yang efektif dan efesien untuk melangsungkan
kegiatan tersebut, walaupun terdapat beberapa hambatan-hambatan yang sering
terjadi pada diri murid, seperti hambatan non tekis (gangguan lingkungan,
psikologi dan status dan faktor kemampuan dasar) dan hambatan semantis
(hambatan bahasa).
Di katakan pola komunikasi tersebut berjalan dengan efektif, indikasi ini
dilihat pada proses penyampaian (teori) hal tersebut terjadi ketika seorang guru
menyampaikan sebuah materi. Sebelum menyampaikan materi, guru terlebih
dahulu merencanakan pesan yang akan disampaikan kepada siswa, dengan pesanpesan yang terancana maka menimbulkan suatu komunikasi yang baik dan
mudah dimengerti oleh seorang siswa. Pada hal lain, dikatakan komunikasi yang
baik jika seorang guru dan murid mengadakan kesamaan makna atau arti.
Di katakan efesien indikasi ini terjadi pada proses pembelajaran/praktek,
ketika terdapat beberapa siswa yang belum mengerti, disebabkan siswa tersebut
kurang memahami dasar-dasar atau besic pada suatu materi yang berlangsung.
Oleh sebab itu, seorang guru memerintahkan kepada siswa yang sudah mengerti
untuk memberitahu atau menerangkan kepada siswa yang tidak paham. Dengan
begitu proses kegiatan belajar-mengajar menjadi efesien.
Suatu proses komunikasi akan berhasil jika terjadi perubahan pada diri
komunikan. Dalam hal ini peneliti menemukan suatu perubahan pada diri
komunikan, baik dari dampak kognitif, afektif dan behavioral.
Dampak kognitif yang timbul pada diri komunikan, menyebabkan
komunikan menjadi tahu kegunaan dan fungsi komputer. Dampak afektif yang
timbul pada diri komunikan menjadikan komunikan menjadi ingin lebih tahu dan
menimbulkan rasa penasaran yang tinggi dalam mempelajari komputer. Dan
dampak behafioral yang timbul pada diri komunikan membuat komunikan
memanfaatkan ilmu baik untuk kepentingan diri mereka, ataupun kepada temantemannya ketika dalam pada proses belajar-mengajar contoh, murid yang
mengerti dan menguasai materi Aplikasi Komputer memberikan arahan kepada
teman-temannya yang tidak mengerti akan materi tersebut.
Pada penelitian ini, penulis menemukan suatu pola yang terjadi di Panti
Asuhan Al-Andalusia adalah pola bintang (Teori T. Hani Handoko).
Pola Bintang
B
A
C
D
E
Pada pola ini C (komunikator) dapat berkomunikasi langsung dengan
A, B, D, dan E. (komunikan) Garis koordinasi ini melibatkan semua
komponen yang dapat berkomunikasi, dimana C sebagai centralnya
komunikasi dengan yang lainnya, begitu juga sebaliknya. Maka pada pola
tersebu menimbulkan komunikasi dua arah.
Indikasi ini terjadi ketika seorang guru menyampaikan sebuah materi
kepada murid dan murid mendengarkan dengan seksama pesan yang
disampaikan guru. Dan dalam hal tersebut timbulah feed back atau umpan
balik dari murid, apakah dia mengerti atau tidak. Ketika murid tidak mengerti
pesan yang disampaikan guru maka si murid bertanya langsung kepada guru.
Jika melihat teori pola komunikasi yang penulis paparkan pada bab
sebelumnya, penulis melihat satu kesamaan antara pendapat T. Hani Handoko
(pola bintang) dan H.A.W. Widjaja (pola roda), karena pada pola tersebut
memiliki pengertian yang sama, yaitu adanya interaksi langsung antara guru dan
murid dalam proses belajar-mengajar, walaupun secara garis besar mempunyai
pengertian yang sama tetapi terdapat perbedaan yang signifikan yaitu pada pola
bintang mempunyai arus timbal balik antara komunikator dan komunikan
sedangkan pada pola roda tidak terjadi arus timbal balik dan cenderung satu arah.
Menurut hemat penulis komunikasi yang efektif dalam pelaksanaan
kegiatan ekstrakulikuler Aplikasi Komputer adalah memakai pola bintang karena
pada pola tersebut komunikator dan komunikan dapat berkomunikasi secara
langsung dan melakukan suatu proses timbal balik antara komunikator dan
komunikan. Dengan adanya proses timbal balik tersebut maka komunikator dapat
mengetahui seberapa jauh komunikan mampu memahami pesan yang
disampaikan oleh komunikator, sehingga proses belajar mengajar berjalan dengan
efektif.
Pada pola roda yang lebih cenderung bersifat satu arah menyebabkan
komunikasi antara komunikator dan komunikan lebih di dominasi oleh
komunikator sehingga komunikan hanya berfungsi sebagai pendengar tanpa
adanya proses timbal balik, hal ini menyebabkan komunikator tidak dapat
mengetahui apakah pesan yang disampaikannya itu sudah diterima dengan baik
atau tidak oleh komunikan.
Proses belajar-mengajar yang terjadi di Panti Asuhan Al-Andalusia
merupakan suatu komunikasi tatap muka (face to face), komunikasi di Panti
Asuhan Al-Andalusia mempunyai ciri-ciri komunikasi kelompok, jika dilihat dari
segi sasaran dan situasi. Ciri-ciri tersebut adalah :
1. Proses komunikasi hal mana pesan-pesan yang disampaikan oleh seorang
pembicara pada khalayak dalam jumlah yang lebih besar pada tatap muka.
Hal tersebut menunjukkan adanya seorang pembicara, dalam hal ini adalah
seorang guru yang menjelaskan pada khalayak atau murid-murid dengan
jumlah yang besar.
2. Komunikasi berlangsung secara continue. Hal ini sesuai dengan program
suatu kurikulum dalam sekolah yang mempunyai jadwal yang pasti dan
berlangsung secara terus-menerus.
3. Pesan yang disampaikan terencana (dipersiapkan) dan bukan spontanitas
untuk segmen khalayak tertentu. Maksud dari ciri ini adalah seorang
komunikator atau pembicara (dalam hal ini seorang guru) harus mempunyai
program yang terencana atau sudah disiapkan sebelumnya. Bukan suatu
spontanitas, karena hal tersebut harus dipertanggung jawabkan oleh
komunikator terhadap kurikulum yang dibebankan.
Proses komunikasi yang terjadi dalam kegiatan ekstrakulikuler merupakan
salah satu bentuk kegiatan komunikasi kelompok kecil indikasi ini terlihat ketika
komunikator meyampaikan pesannya kepada komunikan yang berjumlah lebih
dari tiga orang atau lebih kemudian komunikator menunjukan pesannya berupa
bentuk pikiran bukan perasaan komunikan. Dalam hal ini setelah komunikator
menyampaikan pesannya kepada komunikan maka timbulah beberapa pertanyaan
yang diajukan oleh komunikan ketika mereka tidak paham mengenai hal-hal
yang disampaikan komunikator dan ketika itu komunikator bisa merubah bentuk
komunikasi tersebut dengan komunikasi interpersonal.
Meskipun komunikasi antara guru dan murid dalam kelas itu termasuk
komunikasi kelompok kecil, sang guru bisa mengubahnya menjadi komunikasi
interpersonal (antarpribadi) dengan menggunakan metode komunikasi dua arah
atau dialog, yakni guru menjadi komunikator dan murid menjadi komunikan.
Terjadi komunikasi dua arah ini ialah apabila para pelajar bersifat responsif,
mengetengahkan pendapat atau mengajukan pertanyaan diminta atau tidak
diminta. Jika si murid pasif saja, atau hanya mendengarkan tanpa adanya gairah
atau tanggapan untuk mengekpresikan suatu pernyataan atau pertanyaan,
komunikasi itu tetap bersifat tatap muka, dan komunikasi itu berlangsung satu
arah serta tidak efektif dalam proses belajar mengajar.
Dalam proses belajar-mengajar pada kegiatan ekstrakulikuler Aplikasi
Komputer di Al-Andalusia sudah memenuhi unsur-unsur komunikasi, yakni unsurunsur tersebut adalah :
1. Komunikator (guru) sebagai pengirim pesan atau sumber informasi;
2. Pesan (massage) merupakan alat komunikasi dalam bentuk verbal berupa
suara, lambang, bahasa tulisan dan bahasa lisan;
3. Penerima pesan (komunikan) merupakan orang yang dituju oleh komunikator
untuk menyampaikan pesannya agar orang yang dituju tersebut mengerti atau
paham maksud dari isi pesan yang disampaikan oleh komunikator;
4. Saluran komunikasi (media) merupakan saluran penyampai pesan kepada
komunikan. Komunikator menyampaikan pesannya melalui sebuah alat atau
media berupa komputer, papan tulis, spidol, penghapus dan lain sebagainya;
5. Efek komunikasi, merupakan pengaruh yang ditimbulkan pesan komunikator
kepada komunikan. Efek yang diharapkan komunikator kepada komunikan
yaitu efek konatif, dimana komunikator harus mampu merubah komunikan
untuk sebuah tingkah laku yang membuat seseorang bertindak melakukan
sesuatu.
B. Faktor-faktor Pendukung dalam Pelaksanaan Ekstrakulikuler Aplikasi
Komputer
1. Sarana
Sarana merupakan faktor pendukung yang sangat penting dalam melaksanakan
kegiatan ekstrakulikuler komputer, karena sarana merupakan alat atau media
dalam melakukan komunikasi, sarana-sarana yang terdapat di Panti Asuhan AlAndalusia cukup memadai dan telah memenuhi standar sebagai salah satu alat
pendukung dalam berkomunikasi. Hal ini dapat dilihat dari tabel dibawah ini :
Tabel. 1
Sarana Pembelajaran Ekstrakulikuler Aplikasi Komputer
No
Sarana
Jumlah
Dibutuhkan
Jumlah
Tersedia
Keterangan
1
Komputer
20
23
Mendukung
2
Fasilitas Internet
23
23
Mendukung
3
Meja
23
23
Mendukung
4
Kursi
23
23
Mendukung
5
White Board
1
1
Mendukung
6
Penghapus
1
1
Mendukung
7
Spidol
1
1
Mendukung
Tabel di atas menjelaskan bahwa sarana yang tersedia dapat mendukung jalannya
proses belajar-mengajar dalam program kegiatan ekstrakulikuler di Panti Asuhan
Al-Andalusia
2. Faktor Lingkungan
Yang dimaksud dengan faktor lingkungan disini adalah faktor situasi
yang tidak bising dari suara-suara yang dapat menganggu ketenangan dalam
proses belajar mengajar sehingga dapat menciptakan suasana yang kondusif,
maka hal itu dapat mendukung terjadinya kegiatan proses belajar-mengajar
pada kegiatan ekstrakulikuler. Selain itu faktor teman dan kemauan belajar
pada diri sendiri dapat mempengaruhi jalannya proses penyampaian materi
karena situasi yang kondusif dapat terbentuk dari faktor tersebut, jika situasi
kondusif sudah terbentuk maka proses belajar-mengajar akan berjalan dengan
efektif. 41
3. Faktor Kemampuan Dasar
Faktor ini dapat menjadi pendukung terlaksananya komunikasi yang
baik, faktor ini terdapat pada murid yang mempunyai basic/skills mengenai
41
Agus, Guru Aplikasi Komputer Al-Andalusia, (Hasil Wawancara), 5 April 2008
komputer, sehingga komunikator (guru) lebih mudah dalam menyampaikan
pesan atau materi yang akan di sampaikan kepada komunikan (murid) 42 .
Selanjutnya, jika melihat dari teori yang diungkapkan oleh Stewart L. Tubbs dan Silvia Mass mengenai ciri-ciri komunikasi
yang baik dan efektif terdapat kesesuaian antara komunikator dan teori tersebut. langkah-langkah yang diambil oleh
komunikator agar terciptanya keefektifan komunikasi dalam proses belajar-mengajar pada bidang ekstrakulikuler Aplikasi
Komputer adalah sebagai berikut :
1. Pengertian : Komunikator mengerti akan pesan-pesan yang akan disampaikan
kepada komunikan. Akan hal ini pada proses belajar-mengajar kegiatan
ekstrakulikuler Aplikasi Komputer, komunikator sudah menguasai dan
mengerti terhadap materi yang akan disampaiakan sehingga komunikator
tidak canggung dalam menjelaskan atau menyampaikan materi yang akan
diberi kepada komunikan.
2. Kesenangan : menjadikan hubungan yang hangat dan akrab serta
menyenangkan, dalam hal ini komunikator cukup mampu bisa memberikan
suatu hubungan yang harmonis terhadap komunikan sehingga komunikan
tidak takut untuk bertanya kepada komunikator.
3. Mempengaruhi sikap : dapat mengubah sikap orang lain sehingga bertindak
sesuai dengan kehendak komunikator tanpa merasa terpaksa, dalam hal ini
komunikator mampu mengetahui latar belakang komunikan tersebut dengan
demikian komunikator tahu bagaimana cara untuk mempengaruhi komunikan
agar komunikan mau mengikuti apa-apa yang disampaikan oleh komunikator
tanpa adanya paksaan.
42
Mulyadi, Guru Aplikasi Komputer Al-Andalusia, (Hasil Wawancara), 13 April 2008
4. Hubungan sosial yang baik, menumbuhkan dan mempertahanan hubungan
yang memuaskan dengan orang lain dalam berinteraksi, dalam hal ini
komunikator mampu dan aktif dalam berinteraksi, karena dengan interaksi
yang harmonis bagi komunikator dan komunikan akan menimbulkan
hubungan sosial yang baik dan lebih mudah akrab.
5. Tindakan : membuat komunikan melakukan suatu tindakan yang sesuai
dengan isi pesan yang akan disampaikan.
C. Faktor-faktor Penghambat dalam Pelaksanaan Ekstrakulikuler Aplikasi
Komputer
Hambatan bisa juga dikatakan gangguan yang terjadi pada komunikasi tetapi
tidak menyebabkan komunikasi berhenti, begitupun dalam proses pelaksanaan
kegiatan ekstrakulikuler komputer, untuk mencapai suatu keberhasilan pasti akan
mengalami suatu hambatan yang harus di atasi, agar proses tersebut berjalan sesuai
dengan harapan. Adapun hambatan-hambatan yang terjadi dalam kegiatan
ekstrakulikuler komputer di Panti Asuhan Al-Andalusia adalah sebagai berikut :
1. Hambatan Non Teknis
Yang dimaksud dengan hambatan-hambatan non teknis disini adalah
faktor penghambat eksternal dan internal. Faktor eksternal ketika terjadinya
bunyi suara yang ribut atau kebising dari lingkungan sekitar sekolah. Ketika
kebisingan datang hal itu dapat mengganggu terjadinya kegiatan proses
belajar-mengajar pada kegiatan ekstrakulikuler. jika situasi kondusif sudah
terbentuk maka proses belajar-mengajar akan berjalan dengan efektif. 43
Sedangkan faktor penghambat non teknis secara internal seperti gangguan
psikologis, gangguan status dan murid yang tidak mempunyai kemampuan
dasar mengenai komputer. Yang dimaksud dengan gagguan psikologis ini
adalah ketidak mampuan konsentrasi komunikan ketika komunikator sedang
menyampaikan pesan seperti komunikan atau pendengar memikirkan sesuatu
yang lain seperti halnya komunikan sedang sedih, bingung, kecewa dan lain
43
Agus, Guru Aplikasi Komputer Al-Andalusia, (Hasil Wawancara), 5 April 2008
sebagainya sehingga membuatnya sangat sukar memusatkan perhatian dan
pikiran terhadap apa yang sedang dikatakan pembicara.
Sedangkan yang dimaksud dengan gangguan status disini adalah
gangguan yang disebabkan karena jarak sosial di antara komunikator dan
komunikan dalam hal ini status antara guru dan murid. Perbedaan seperti ini
biasanya menuntut perilaku dalam proses berkomunikasi, karena pendengar
mungkin merasa takut terhadap si pembicara untuk melakukan
suatupertanyaan atau pernyataan. dan banyak lagi faktor-faktor psikologis
lainnya yang dapat menjadi hambatan bagi suatu pesan. 44
Sedangkan faktor kemampuan dasar bisa dapat menjadi penghambat
terlaksananya komunikasi yang baik, faktor ini terdapat pada murid yang
tidak mempunyai basic/skills mengenai komputer, sehingga murid sering
salah mentafsirkan / menyalah artikan penyampaian guru.
2. Hambatan Semantik (Bahasa)
Hambatan semantik ialah gangguan komunikasi yang disebabkan
karena kesalahan pada bahasa yang digunakan. Bahasa merupakan faktor
yang terpenting dalam menjalankan komunikasi, karena dengan bahasa yang
mudah dan efektif maka komunikasi akan berjalan dengan efektif dan sesuai
dengan harapan.
Dalam hal ini komunikasi yang efektif dalam proses belajar mengajar
sangat penting karena komunikasi dapat mempengaruhi dan merubah
pemikiran orang yang dituju. Hambatan ini sering terjadi karena pesan yang
disampaikan oleh komunikator (guru) secara verbal tidak dapat diterima dan
dicerna dengan baik oleh komunikan (murid), baik disebabkan oleh
ketidakmampuan komunikator dalam menyampaikan pesan atau materi
dengan baik atau ketidakmampuan komunikan menerima pesan yang
disampaikan oleh komunikator.
Sering kali salah tanggap disebabkan si komunikator berbicara terlalu
cepat sehingga menimbulkan salah pengertian bagi komunikan, misalnya
seorang guru menyuruh muridnya untuk men-save as namun tanggapan
murid men-save. Pada hal tersebut dapat menjadikan kesalahan dalam
pembelajaran.
Dalam hal lain sering terjadi dalam proses belajar-mengajar pada
kegiatan ekstrakulikuler disebabkan karena komunikator sering sekali
menggunakan bahasa asing sehingga sulit dimengerti oleh komunikan.
44
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi (PT : Raja Grafindo Persada : 2006) h. 131
Berkenaan dengan faktor-faktor penghambat pola komunikasi yang
bersifat non teknis dan semantik, yang menjadi permasalahan ialah
bagaimana cara upaya untuk mengatasinya.
Dalam hal ini, menurut hemat penulis cara mengatasinya ialah untuk
segi non teknis seperti gangguan psikologis dan gangguan status, baiknya
bagi seorang komunikator mempunyai kemampuan untuk ber-empaty kepada
komunikan dengan kata lain ialah kemampuan menghayati perasaan orang
lain atau merasakan apa yang dirasakan orang lain.
Adapun menurut hemat penulis dalam mengatasi hambatan semantik
(hambatan bahasa) ialah sebaiknya komunikator dalam segi bahasa
menggunakan kata-kata yang mudah di mengerti dan dapat diterima secara
umum oleh komunikan. Jadi untuk menghilangkan hambatan semantis
dalam berkomunikasi, seorang komunikator harus mengucapkan pernyataan
dengan jelas dan tegas, memilih kata-kata yang tidak menimbulkan persepsi
yang salah, dan disusun dalam kalimat-kalimat yang logis.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari uraian tentang pola komunikasi antara guru dan murid dalam kegiatan
ekstrakulikuler Apalikasi Komputer di yayasan Al-Andalusia, dapat diambil
kesimpulan.
1. Pola komunikasi yang terjadi dalam kegiatan ekstrakulikuler di Panti Asuhan
Al-Andalusia, telah terjadi berbagai macam bentuk komunikasi
Pola Bintang
B
A
C
D
E
Pada pola ini menurut teori T. Hani Handoko dikatakan C dapat
berkomunikasi langsung dengan A, B, D, dan E. Garis koordinasi ini
melibatkan semua komponen yang dapat berkomunikasi, dimana C
sebagai centralnya dapat berkomunikasidengan yang lainnya, begitu juga
sebaliknya.
Komunikasi Kelompok, komunikasi antara seseorang (komunikator) dengan
sejumlah orang (komunikan) yang berkumpul bersama-sama dalam
bentuk
kelompok.
Komunikasi
kelompok
mempunyai
beberapa
karakteristik. Pertama, proses komunikasi terhadap pesan-pesan yang
disampaikan oleh seorang pembicara kepada khalayak yang lebih besar
53
dan tatap mukan. Kedua, komunikasi berlangsung kontinue dan bisa
dibedakan mana sumber dan mana penerima. Ketiga, pesan yang
disampaikan terencana dan bukan spontanitas untuk segmen khalayak
tertentu. Indikasinya ketika komunikator (guru) akan menyampaikan
materi kepada murid (komunikan) ketika awal pelajaran.
Komunikasi Interpersonal (Antar Pribadi) adalah komunikasi yang
berlangsung antara dua orang, dimana terjadi kontak langsung dalam
bentuk percakapan. Komunikasi jenis ini dianggap paling efektif dalam
hal mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang, karena sifatnya
dialogis berupa percakapan maka menimbulkan komunikasi dua arah.
Inidikasinya ketika seorang komunikan (murid) bertanya kepada
komunikator (guru) tentang materi yang telah disampaikan oleh
komunikator.
Faktor Penghambat
Hambatan Non Teknis
Faktor penghambat eksternal dan internal.
Eksternal seperti bunyi atau suara yang ribut atau bising yang dapat
mengganggu penyampaian atau penerimaan pesan.
Internal seperti gangguan psikologis dan gangguan status.
Hambatan Semantik
Hambatan komunikasi yang disebabkan karena kesalahan pada bahasa yang digunakan. Komunikan sering
kali salah tanggap disebabkan komunikator berbicara terlalu cepat sehingga menimbulkan salah pengertian
bagi komunikan. Dalam hal lain komunikator sering sekali menggunakan bahasa-bahasa asing yang jarang di
dengar sehingga sulit dimengerti oleh komunikan.
Faktor Pendukung
Sarana yang Mencukupi
Mulai dari komputer, internet, white board, penghapus papan tulis, bangku dan
meja yang mencukupi sehingga menimbulkan keefektifan dalam proses belajar
mengajar.
Faktor Lingkungan
faktor situasi yang tidak bising dari suara-suara yang dapat menganggu
ketenangan dalam proses belajar mengajar sehingga dapat menciptakan
suasana yang kondusif
Faktor Kemampuan Dasar
Faktor ini dapat menjadi pendukung terlaksananya komunikasi yang baik dalam proses belajar mengajar,
disebabkan komunikan sudah mempunyai kemampuan dasar (basic skills) sebelumnya, sehingga komunikator
(guru) lebih mudah dalam menyampaikan materi kepada komunikan (murid).
B.
SARAN
1.
Hendaklah para guru lebih memperhatikan lagi dalam menyampaikan materi, terutama dalam bahasa penyampaian
agar murid mudah memahami materi yang disampaikan.
2.
Hendaknya para guru untuk meningkatkan rasa empaty kepada murid dengan kata lain ialah kemampuan
menghayati perasaan murid atau merasakan apa yang dirasakan murid dan bisa memberikan suasana yang akrab
kepada murid sehingga murid merasa nyaman dalam mendengarkan penyampaian dan bertanya kepada guru.
3.
Di harapkan Panti Asuhan Al-Andalusia bisa menambahkan beberapa unit komputer, dikarenakan ada beberapa
komputer yang sudah tidak layak pakai dalam proses belajar mengajar.
4.
Di harapkan Panti Asuhan Al-Andalusia dapat meningkatkan lagi kualitas guru dalam merawat unit-unit komputer,
sehingga pada proses belajar-mengajar tidak terjadi kerusakan (hank)
5.
Demi terciptanya suasana yang kondusif hendaknya bagi murid-murid untuk meningkatkan daya konsentrasi pada
penyampaian materi dan tidak bersendagurau ketika guru menyampaikan pesannya
Download