BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai suatu organisasi bisnis, tujuan utama dari korporasi adalah profit atau keuntungan. Mengingat banyak pemangku kepentingan terutama pemegang saham yang merupakan pemilik korporasi, maka secara alami tujuan keuangan suatu korporasi adalah memaksimumkan nilai pasar dari investasi yang dilakukan pemegang saham pada korporasi tersebut (Brealey, et al., 2012). Korporasi yang ada dalam suatu negara diklasifikasikan dalam beberapa sektor atau industri, salah satunya adalah industri telekomunikasi. Industri telekomunikasi terdiri dari perusahaan atau korporasi yang melakukan aktivitas bisnis penyelenggaraan jasa telekomunikasi. Penyelenggaraan jasa telekomunikasi meliputi kegiatan dan atau pelayanan jasa telekomunikasi yang memungkinkan terselenggaranya telekomunikasi. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 52 Tahun 2000, telekomunikasi adalah setiap pemancaran, pengiriman, dan atau penerimaan dari setiap informasi dalam bentuk tanda-tanda, isyarat, tulisan, gambar, suara, dan bunyi melalui sistem kawat, optik, radio, atau sistem elektromagnetik lainnya. Berdasarkan informasi yang terdapat dalam laporan tahunan PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk., momentum penting terkait pertumbuhan industri telekomunikasi di Indonesia terjadi pada tahun 1999, dimana melalui UU No. 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi, pemerintah mengubah pola pengelolaan 1 sektor telekomunikasi dari monopoli menjadi kompetisi. Akibat peraturan tersebut industri telekomunikasi mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Faktor lain yang membantu akselerasi pertumbuhan industri ini adalah kemajuan teknologi komunikasi melalui penggunaan spektrum radio frekuensi yang merupakan alternatif sarana telekomunikasi yang sebelumnya hanya mengandalkan pada jaringan kabel dan satelit. Laporan Perekonomian Indonesia Tahun 2013 yang disusun oleh Bank Indonesia menunjukkan bahwa sektor Pengangkutan dan Komunikasi mencapai angka pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) tertinggi. Sektor ini pun diproyeksikan masih mengalami pertumbuhan yang stabil di angka 10-11%. Profil BUMN Sektor Informasi dan Komunikasi yang diterbitkan oleh Kementrian BUMN menunjukkan bahwa pada periode 2008-2012 pertumbuhan rata-rata per tahun pengguna seluler di Indonesia mencapai angka 16,6%, dimana operator GSM mendominasi 95% pasar seluler dan 5% lainnya merupakan pasar CDMA. Terdapat beberapa faktor yang mendukung prospek pertumbuhan tersebut, antara lain adalah kondisi demografi Indonesia, penetrasi internet yang relatif masih rendah di kawasan Asia, dan persaingan antar operator telekomunikasi yang semakin terbuka dan ketat. Terdapat enam korporasi di sektor telekomunikasi yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia. Keenam korporasi tersebut adalah PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk., PT. Indosat, Tbk., PT. XL Axiata, Tbk., PT. Smartfren Telecom, Tbk., PT. Bakrie Telecom, Tbk., dan PT. Inovisi Infracom, Tbk. Mengenai persaingan antar operator telekomunikasi khususnya operator seluler GSM, industri ini didominasi 2 oleh tiga pemain besar atau yang lazim disebut “The Big Three”. Ketiga perusahaan tersebut adalah PT. Telekomunikasi Seluler (Telkomsel) yang merupakan anak perusahaan PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk. (Telkom) sekaligus menjadi market leader, diikuti oleh PT. Indosat, Tbk. dan PT. XL Axiata, Tbk. (Profil BUMN Sektor Informasi dan Komunikasi, 2012). Fenomena menarik yang terjadi terjadi terkait dengan persaingan antar operator seluler di Indonesia yang semakin ketat adalah konsolidasi beberapa perusahaan. Berdasar pada artikel berita yang diakses dari http://www.xl.co.id/corporate/id/ruang-media/nasional/xl-akuisisi-axis, PT. XL Axiata, Tbk. melakukan akuisisi terhadap Axis pada September 2013. Aksi ini bertujuan untuk memperkokoh posisi XL Axiata dengan mengurangi jumlah pesaing sekaligus merebut pangsa pasar yang lebih besar. Kondisi inilah yang pada akhirnya membuat persaingan antar operator seluler di Indonesia semakin ketat sehingga menuntut pemainnya untuk terus melakukan inovasi produk dan teknologi. Strategi korporasi menjadi suatu acuan dan pedoman bagi sebuah korporasi dalam melakukan aktivitas operasional bisnisnya. Kondisi internal maupun eksternal korporasi juga senantiasa berubah dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, sebuah korporasi dituntut untuk senantiasa melakukan pengukuran dan evaluasi kinerja secara berkala. Pengukuran dan evaluasi kinerja korporasi ini selanjutnya ditindaklanjuti melalui penetapan strategi baru maupun program perbaikan. 3 Kinerja keuangan dapat diukur dengan beberapa pendekatan atau alat ukur seperti: 1. Kinerja akuntansi, yang diwakili rasio profitabilitas return on equity atau ROE (Brealey, et al., 2012). 2. Kombinasi kinerja akuntansi dan pasar, yang diwakili economic value added atau EVA (Brealey, et al., 2012). 3. Kinerja pasar, yang diwakili rasio Tobin’s Q dan price to book value atau PBV (Rieck, et al., 2009). Dari masing-masing pendekatan atau alat ukur tersebut dapat diidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhinya. ROE akan dipengaruhi oleh pendapatan bersih (net income) dan total ekuitas yang digunakan perusahaan. Semakin tinggi net income akan membuat ROE juga semakin tinggi apabila faktor-faktor lain dianggap konstan. ROE juga akan meningkat apabila komposisi hutang (financial leverage) semakin tinggi dan basic earning power (BEP) lebih besar dari suku bunga pinjaman. Besaran net income akan dipengaruhi oleh keputusan operasional atau investasi yang dilakukan perusahaan. Sementara besaran ekuitas ditentukan oleh keputusan pendanaan. Selanjutnya, dengan menggunakan Analisis Du Pont dapat diidentifikasi bahwa ROE dipengaruhi oleh beberapa rasio yaitu leverage ratio, asset turnover ratio, operating profit margin, dan debt burden. Pemilahan tersebut ditujukan untuk melihat faktor yang mendominasi dan menjadi penyebab tinggi rendahnya ROE. 4 EVA merupakan indikator yang menilai efektivitas manajerial dalam menghasilkan tambahan nilai bagi pemilik perusahaan untuk suatu tahun tertentu. EVA dipengaruhi oleh net operating after tax (NOPAT), weighted average cost of capital (WACC), dan total operating capital yang digunakan perusahaan. Brealey, et al. (2012) menyatakan bahwa penghitungan WACC untuk keperluan EVA menggunakan bobot nilai buku untuk komponen-komponen yang membentuk total operating capital. Akan tetapi, pengukuran EVA yang dinyatakan dalam rupiah akan terpengaruh oleh ukuran perusahaan. Semakin besar perusahaan, semakin besar pula total operating capital yang digunakan, sehingga EVA yang dihasilkan akan semakin besar. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka dapat digunakan perbandingan antara return on invested capital (ROIC) dengan WACC. Brealey, et al. (2012) menyatakan bahwa ROIC adalah salah satu ukuran yang menunjukkan nilai buku dari tingkat pengembalian yang ditunjukkan dalam satuan persentase (%). ROIC akan berkaitan erat dengan keputusan investasi perusahaan. Apabila ROIC lebih besar dari WACC, maka perusahaan tersebut akan menghasilkan EVA yang bernilai positif. Suatu perusahaan dimungkinkan memiliki EVA lebih besar dibanding perusahaan lain akan tetapi memiliki ROIC yang lebih kecil. Oleh karena itu, maka diperlukan identifikasi mendalam mengenai ROIC (yang dipengaruhi oleh NOPAT dan TOC) dan WACC (yang dipengaruhi oleh biaya hutang dan biaya ekuitas). Selain itu, penghitungan EVA relatif terhadap ekuitas juga dapat digunakan untuk membandingkan EVA dari dua atau lebih perusahaan. 5 Sebagai alternatif, Brigham dan Houston (2007) menyatakan bahwa EVA juga dapat dihitung dengan mengalikan total ekuitas dengan selisih antara ROE dan cost of equity (rs). Dengan demikian, EVA juga akan bergantung pada total ekuitas, rs, dan ROE. Cost of equity yang lebih besar dari ROE akan menghasilkan EVA yang bernilai negatif. Instrumen lain yang juga dapat digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan sekaligus dapat mencerminkan nilai ke depan adalah rasio Tobin’s Q. Rasio Tobin’s Q adalah teknik yang dapat menunjukkan kinerja dari seluruh aspek dan menyediakan dasar yang komprehensif untuk mengevaluasi dampak dari keputusan yang ditetapkan oleh manajemen. Alat ukur kinerja keuangan yang dapat mencerminkan nilai ke depan dan berbasis pada pasar lebih tepat digunakan untuk pengukuran kinerja perusahaan di industri telekomunikasi (Rieck, et al., 2009). Rasio Tobin’s Q dipengaruhi oleh nilai pasar ekuitas (market value of equity), jumlah hutang (debt), dan total aset. Semakin tinggi Tobin’s Q maka semakin baik nilai perusahaan. Rasio Tobin’s Q di atas satu menunjukkan bahwa investasi dalam aktiva menghasilkan laba yang memberikan nilai lebih tinggi dari pengeluaran investasi yang akan merangsang investasi baru (Novianto, 2010). Sebagai alternatif dari rasio ini, maka digunakan juga rasio price to book value (PBV), yaitu rasio yang mengukur nilai perusahaan dengan cara membandingkan nilai intrinsik dengan nilai pasar saham perusahaan. Rasio Tobin’s Q dan PBV sangat bergantung pada besaran market value of equity, maka perlu melakukan identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi 6 market value of equity tersebut. Brealey, et al. (2012) menyatakan bahwa pada umumnya, market value of equity dipengaruhi oleh profit, pertumbuhan perusahaan (sustainable growth rate), dan rs. Semakin tinggi profit dan pertumbuhannya serta semakin rendah biaya ekuitas akan menciptakan market value of equity yang semakin tinggi. Dari ketiga korporasi yang masuk dalam kelompok “The Big Three”, kepemilikan PT. Indosat, Tbk. dan PT. XL Axiata, Tbk. didominasi oleh pihak asing. Kedua perusahaan juga memiliki beberapa kemiripan karakteristik lainnya seperti total aset, total penjualan, dan jumlah pelanggan. Kemiripan tersebut pada akhirnya juga mempengaruhi persaingan yang sangat ketat diantara keduanya. Akan tetapi, kinerja kedua perusahaan khususnya kinerja keuangan nampak sedikit berbeda terlihat sepintas dari laporan keuangan yang tersedia seperti pada tahun 2013 dan 2014 dimana PT. Indosat, Tbk. mengalami kerugian pada tahun berjalan. Hal ini menjadi menarik untuk dilihat dan ditelisik lebih dalam terkait komparasi kinerja kedua perusahaan. Berdasarkan uraian dan kondisi tersebut, penulis bermaksud melakukan penelitian untuk dapat mengukur dan membandingkan kinerja dari kedua perusahaan yakni PT. Indosat, Tbk. dan PT. XL Axiata, Tbk. Pengukuran kinerja dilakukan dengan menggunakan alat ukur yang telah diuraikan. Analisis pengukuran dan perbandingan kinerja ini kemudian dilanjutkan dengan analisis terhadap perbedaan kinerja yang mungkin terjadi. Selanjutnya, dilakukan identifikasi terhadap penyebab dan faktor yang berpengaruh terhadap munculnya 7 perbedaan tersebut. Terakhir, analisis secara komprehensif akan dilakukan untuk melihat penyebab keunggulan salah satu perusahaan melalui strategi dan aksi yang dilakukan. 1.2. Rumusan Masalah Kemiripan karakteristik yang dimiliki PT. Indosat, Tbk. dan PT. XL Axiata, Tbk. memungkinkan terciptanya persamaan hasil kinerja keuangan. Akan tetapi, yang menarik adalah ketika perbedaan kinerja keuangan antara kedua perusahaan tersebut berbeda secara signifikan. Sekilas, dari laporan keuangan dapat diketahui bahwa pada tahun 2013 dan 2014 PT. Indosat, Tbk. mengalami kerugian, sementara PT. XL Axiata, Tbk. mampu meraih keuntungan pada tahun tersebut. Kondisi inilah yang menjadi menarik untuk diteliti. Perbedaan tersebut pada dasarnya dapat terjadi karena strategi perusahaan yang berbeda. Selain itu masih banyak hal lain yang dapat ditelisik lebih dalam terkait penyebab kinerja suatu perusahaan dapat lebih baik dibandingkan dengan perusahaan lain meskipun dengan kemiripan karakteristik yang dimiliki kedua perusahaan. 1.3. Pertanyaan Penelitian Berdasar pada uraian rumusan masalah, maka pertanyaan dalam penelitian ini, adalah: 1. Bagaimana kinerja keuangan PT. Indosat, Tbk. dan PT. XL Axiata, Tbk. selama 2005-2014? 8 2. Apa saja poin yang membedakan kinerja keuangan antara PT. Indosat, Tbk. dan PT. XL Axiata, Tbk. selama 2005-2014? 3. Apa saja faktor yang mempengaruhi hasil kinerja keuangan dari PT. Indosat, Tbk. dan PT. XL Axiata, Tbk. selama 2005-2014? 1.4. Tujuan Penelitian Berdasarkan pertanyaan penelitian yang dirumuskan, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengukur, memahami, menginterpretasikan, dan mengevaluasi kinerja keuangan PT. Indosat, Tbk. dan PT. XL Axiata, Tbk. selama tahun 20052014, untuk selanjutnya dapat mengetahui tren yang terjadi dan perusahaan mana yang memiliki hasil kinerja keuangan yang lebih baik. 2. Mengidentifikasi, memahami, dan menganalisis poin perbedaan kinerja keuangan antara PT. Indosat, Tbk. dan PT. XL Axiata, Tbk. selama tahun 2005-2014. 3. Mengidentifikasi kondisi dan faktor yang mempengaruhi hasil kinerja keuangan PT. Indosat, Tbk. dan PT. XL Axiata, Tbk. selama tahun 20052014. 1.5. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini dapat dibagi ke dalam dua bagian yakni: 1.5.1. Kegunaan Akademis 1. Memberikan tambahan wawasan ilmu ekonomi dan bisnis, khususnya terkait dengan bidang keuangan dan strategi korporasi. 2. Sebagai acuan atau referensi bagi penelitian selanjutnya. 9 1.5.2. Kegunaan Praktis Menjadi pedoman bagi PT. Indosat, Tbk. dan PT. XL Axiata, Tbk. untuk menilai, memahami, dan melakukan evaluasi kinerja perusahaan dan selanjutnya dapat mengambil tindakan dan strategi korporasi yang lebih baik. 1.6. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian Berdasarkan uraian masalah serta pertanyaan dan tujuan penelitian, maka dapat disimpulkan ruang lingkup dan keterbatasan dalam penelitian sebagai berikut: 1.6.1. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian dilakukan dengan metode kuantitatif dengan pengumpulan data sekunder melalui observasi non-behavioral berupa laporan keuangan dan laporan tahunan PT. Indosat, Tbk. dan PT. XL Axiata, Tbk tahun 2005-2014. 1.6.2. Batasan Penelitian Batasan dari penelitian ini adalah terkait dengan sektor yang menjadi objek penelitian. Objek penelitian hanya terbatas pada industri telekomunikasi dengan dua perusahaan sebagai objek penelitian, yakni PT. Indosat, Tbk. dan PT. XL Axiata, Tbk. Hasil dari penelitian ini tidak dapat digeneralisir untuk keseluruhan perusahaan di dalam industri telekomunikasi. 1.7. Sistematika Penulisan Penulisan laporan dalam penelitian ini terbagi ke dalam lima bab, yaitu: 10 BAB I. PENDAHULUAN Terdapat enam sub-bab dalam bagian pendahuluan. Keenam sub-bab tersebut adalah latar belakang, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup dan batasan penelitian, dan sistematika penulisan. Latar belakang berisi tentang landasan konseptual dan kaitannya dengan landasan kontekstual, serta pengamatan atas fenomena yang terjadi dan menarik perhatian hingga mendasari dilakukannya penelitian. Rumusan masalah yang berangkat dari latar belakang diuraikan, untuk kemudian dirumuskan dalam pertanyaan penelitian. Selanjutnya jawaban dari pertanyaan penelitian tersebut menjadi tujuan penelitian. Kontribusi hasil penelitian dirumuskan dalam manfaat penelitian. Ruang lingkup dan batasan penelitian memberikan penjelasan mengenai wilayah dan batasan dari objek yang akan diteliti. Sistematika penulisan berisi urutan penulisan dalam laporan penelitian. BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Bagian ini memuat uraian sistematis terkait hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu yang memiliki hubungan dengan penelitian yang akan dilakukan. Selain itu, tinjauan pustaka juga memuat konsep dan teori yang mendasari penelitian. BAB III. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian menguraikan rancangan penelitian, definisi operasional, objek penelitian, sumber dan metode pengumpulan data, serta metode yang digunakan untuk menganalisis data. 11 BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bagian ini berisi deskripsi dari data-data yang diperoleh, analisis data, dan pembahasan secara menyeluruh. Pembahasan ini juga berisi jawaban dari pertanyaan penelitian. BAB V. SIMPULAN DAN SARAN Bagian ini merupakan bagian akhir dari penulisan laporan penelitian yang berisi simpulan dari pembahasan. Selain itu juga akan diungkap keterbatasan penelitian, implikasi, dan saran-saran untuk objek yang diteliti maupun untuk pihak-pihak lain yang terkait. 12