ANALISIS BUSHU “MUSHI” PADA KANJI YANG TIDAK TERMASUK PADA KELOMPOK SERANGGA SILVIANA, FELICIA BUDIHARDJA Universitas Bina Nusantara, JL.Kemanggisan Ilir III no.45, Kemanggisan-Palmerah, Jakarta Barat, 11480 (+6221) 532 7630, E-mail: [email protected] ABSTRAK Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi dalam kehidupan manusia. Bahasa dapat disampaikan dengan dua cara yaitu melalui lisan dan tulisan. Bahasa Jepang memiliki tiga jenis huruf yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari. Huruf tersebut adalah huruf hiragana, katakana, dan kanji. Satu huruf kanji memiliki cara baca lebih dari satu sehingga memiliki arti yang beragam. Salah satu unsur pembentuk huruf kanji adalah bushu. Skripsi ini menganalisis bushu mushi pada kanji yang tidak termasuk pada kelompok serangga. Tujuan dan manfaat dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memahami pembentukkan kanji tersebut serta memudahkan dalam mengingat kanji bagi masyarakat awam. Kanji-kanji tersebut akan dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif analisis yaitu dengan teori pembentukkan kanji kemudian dianalisis dengan menggunakan medan makna. Hasil penelitian dari skripsi ini adalah walaupun arti sebenarnya dari kanji tersebut tidak termasuk pada kelompok serangga namun setelah dianalisis kanji tersebut masih ada hubungan dengan serangga baik secara langsung maupun tidak langsung. Simpulan dari skripsi ini adalah kanji yang memiliki bushu mushi berhubungan dengan makna mushi. Bushu mushi di sini memiliki dua makna. Kata Kunci: Kanji, Bushu Mushi, Serangga, Semantik ABSTRACT Language is a communication tool in human life. Language can be delivered in two ways: through oral and written. Japanese language has three types of letters used in everyday life. There are hiragana, katakana, and kanji. The way of reading a character in kanji have more than one so it has a variety of meanings. One of the elements forming the kanji is bushu. This thesis analyzes the bushu mushi on kanji that are not included in the group of insects. The purpose and benefits of the study is to know and understand the formation of starch as well as make it easier to remember the kanji for the general public. All kanji in this thesis will be analyzed using descriptive method of analysis, the theory of the formation of starch was analyzed by using a field of meaning. The results of this thesis is that although the true meaning of the kanji is not included in the group of insects, but when analyzed starch is still no relationship with insects either directly or indirectly. The conclusions of this thesis is the kanji that have bushu mushi related meanings to mushi. Bushu mushi here has two meanings. Keyword: Kanji, Bushu Mushi, Insect, Semantics PENDAHULUAN Dalam kehidupan manusia, komunikasi sangatlah penting. Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi dalam kehidupan manusia. Sudjianto,et al (2007, hal. 54) mengemukakan, “Bahasa dapat disampaikan dengan dua cara yaitu melalui lisan dan tulisan”. Dalam hal ini penulis akan menitikberatkan dalam media tulisan. Penulis akan membahas tulisan dalam Bahasa Jepang. Bahasa Jepang memiliki tiga jenis huruf yang dipakai dalam kehidupan mereka sehari-hari. Huruf tersebut adalah huruf hiragana, katakana, dan kanji yang jumlahnya sangat banyak. Huruf hiragana adalah huruf yang tidak memiliki arti apa pun, hanya seperti abjad dalam Bahasa Indonesia yang melambangkan suatu bunyi tertentu. Huruf hiragana biasanya digunakan untuk menulis kata-kata asli dalam Bahasa 1 Jepang. Huruf katakana sama dengan huruf hiragana namun yang membedakan adalah huruf katakana biasanya digunakan untuk menulis kata-kata yang berasal dari bahasa asing yang sudah diserap ke dalam Bahasa Jepang. Sedangkan huruf kanji menurut Firdaus (2008, hal. 7) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Onpu Kanji” mengemukakan bahwa : Kanji adalah huruf yang berasal dari Cina yang masuk ke Jepang dan menjadi huruf yang digunakan di Jepang. Pada prinsipnya, satu huruf kanji mengungkapkan satu kata atau satu cara baca tertentu. Namun, kanji Jepang mengalami perkembangan dimana satu kanji banyak yang memiliki cara baca lebih dari satu sehingga bisa memiliki arti yang beragam pula. Jumlahnya dikatakan sampai 50000 buah, namun yang digunakan hanya sekitar 5000 saja, dan yang digunakan sehari-hari di Jepang sekitar 2000-3000 buah. Berdasarkan uraian diatas, diketahui bahwa huruf kanji Jepang sangat banyak karena mengalami perkembangan dimana satu kanji memiliki cara baca lebih dari satu sehingga memiliki arti yang beragam. Untuk memudahkan dalam mempelajari kanji, salah satu caranya adalah dengan memahami kanji-kanji pembentuknya atau mengenal unsur-unsur pembentuknya. Salah satu pembentuk unsur kanji adalah bushu. Bushu merupakan bagian yang terpenting dari suatu huruf kanji yang dapat menyatakan arti kanji secara umum. Bushu ini biasa disebut juga dengan karakter dasar kanji (Nandi, 2000, hal. 7). Sedangkan menurut Sudjianto dan Dahidi (2004, hal. 59), bushu merupakan istilah yang berhubungan dengan bagian-bagian yang ada pada sebuah huruf kanji yang dapat dijadikan suatu dasar untuk pengklasifikasian huruf kanji. Misalnya karakter dasar mushi hen yang merupakan lambang yang berhubungan dengan serangga. Contohnya kanji 「蟻」 yang berarti semut. Karakter dasar mushi atau serangga jika digabungkan dengan karakter lain dapat membentuk makna yang baru. Penulis memilih bushu mushi dikarenakan kebanyakan hewan yang memakai bushu mushi masuk dalam kelompok serangga tetapi ada beberapa hewan yang tidak termasuk dalam kelompok serangga namun memakai bushu mushi. Penulis menjadi sangat tertarik untuk mencari tahu apakah hewan yang tidak termasuk ke dalam kelompok serangga ada hubungannya dengan serangga atau tidak. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kajian kepustakaan dan deskriptif analisis. Metode kepustakaan menurut Susilo (2007, hal 11-12) yaitu : Kegiatan membaca buku yang relevan merupakan bagian utama dan mutlak yang diperlukan dalam kegiatan penelitian. Hal ini berkaitan dengan kajian teori dan tinjauan pustaka yang memunculkan gagasan dan melandasi dilakukannya penelitian. Kajian teori dan temuan bahan penelitian lain berguna sebagai acuan dan landasan teori ilmiah untuk menunjukkan ketepatan pilihan suatu tindakan yang akan diberikan sebagai alat untuk membantu dalam pemecahan permasalahan penelitian. Jenis bacaan bisa berupa buku, jurnal, koran, majalah, internet, dan referensi serta catatan penting lainnya. Semua itu berguna untuk mencari berbagai teori pendekatan atau faham sesuai dengan bidang kajian secara lengkap dan mencakup perkembangan-perkembangan ilmu yang relevan, terbaru, dan mutakhir. Sedangkan menurut Sugiyono (2008, hal 105), pengertian metode deskriptif analisis yaitu : Metode deskriptif analisis merupakan metode penelitian dengan cara mengumpulkan data-data sesuai dengan yang sebenarnya kemudian data-data tersebut disusun, diolah, dan dianalisis untuk dapat memberikan gambaran mengenai masalah yang ada. Selain itu beberapa teori linguistik dari berbagai sumber yang akurat untuk kemudian diteliti dan dianalisis sesuai dengan korpus data yang ada. HASIL DAN BAHASAN Pada pembahasan ini penulis pertama-tama akan menjelaskan mengenai makna denotatif dan makna konotatif dari Kanji Mushi 「虫」”Serangga”. Makna denotatif dan makna konotatif dari kanji mushi 「虫」dapat dilihat dalam tabel dibawah ini : 2 - - Makna Denotatif Cacing Serangga Serangga Cacing こんちゅう。むし。 Terjemahan : Serangga 本草学で、人類・獣類・鳥類 ・魚介以外の小動物の総称。 Terjemahan : Istilah umum untuk hewan kecil selain ikan, unggas, mamalia, dan manusia - - - - - - - - - - - - むし。昆虫の通称。 Terjemahan : Serangga 動物の総称。 Terjemahan : Nama hewan 農作物の虫の害。 Terjemahan : Serangga perusak tanaman Serangga Ulat Cacing - - Makna Konotatif Watak Ulet Teman yang tak baik ひと。 Terjemahan : Orang その鳴き声を愛して聞く昆虫。 Terjemahan : Suka mendengar suara serangga 回虫などによって起きると考え られていた腹痛など。 Terjemahan : Seperti sakit perut yang disebabkan oleh cacing gelang 潜在する意識。 Terjemahan : Kesadaran akan potensi 癇癪。 Terjemahan : Kesabaran 愛人。 Terjemahan : Kekasih あることに熱中する人。 Terjemahan : Orang-orang yang terlibat 春秋時代の地名。 Terjemahan : Nama tempat pada musim semi dan musim gugur Kutu buku Firasat Orang yang bertindak semau sendiri Orang yang menjijikan Sedang dalam keadaan tidak senang Sumber Nelson (2008, hal. 794) Henshall (1990, hal. 16) Toudou Akiyasu (1990, hal. 505) Shinmura Izuru (1991, hal. 2328) Tsuru Haruo (1992, hal. 1560) Kenji Matsuura (1994, hal. 676) - Insect John M.Echols & Terjemahan : Hassan Shadily Serangga (2007, hal. 323) - Binatang kecil yang kakinya beruasKamus Besar Bahasa ruas, bernapas dengan pembuluh Indonesia (1994, hal. napas, tubuh dan kepalanya berkulit 922) keras Tabel Makna Denotatif dan Makna Konotatif Kanji Mushi「虫」 3 Dari pengertian kanji mushi 「虫」yang didapatkan dari beberapa kamus pada tabel diatas, penulis menganalisa bahwa kanji mushi mempunyai makna serangga, cacing, dan ulat serta istilah umum untuk hewan kecil selain ikan, unggas, dan manusia. Analisis Kanji Kaeru「蛙」 Kanji kaeru「蛙」terbentuk dari gabungan dua kanji. Gabungan dua kanji tersebut masing-masing memiliki arti yang saling melengkapi, sehingga membentuk makna baru yang disebut dengan kaeru「蛙」. Kanji kaeru「蛙」terbentuk dari bushu mushi「虫」dan kanji kei「圭」. Di bawah ini merupakan arti harafiah dari masing-masing kanji yang membentuk kanji kaeru「蛙」. Arti Harafiah dari Kanji 「虫」dan Kanji「圭」 虫(チュウ、むし) 圭(ケイ) Arti Harafiah : Arti Harafiah : Menurut Nelson (2008, hal. 794), yaitu cacing, Menurut Nelson (2008, hal. 265), yaitu sudut, serangga ; watak, ulet ; teman yang tak baik. tepi ; batu permata. Menurut Shinmura (1991, hal. 2328), yaitu Menurut Shinmura (1991, hal. 781), yaitu dulu di manusia, mamalia, unggas, ikan, dan hewan kecil Cina ada sebuah benda yang diberikan dari kaisar lainnya dikatakan sebagai serangga. kepada pangeran sebagai tanda segel kuno, nama dari jumlah, penjumlahan dari sebuah segitiga sama kaki. 形声文字(けいせいもじ) 「虫=(虫)」と「圭=(音)」 Tsuru (1992, hal. 1566) 蛙 Katak Nelson (2008, hal. 796) Tabel Arti Harafiah dari Kanji Kaeru「蛙」 Menurut Nelson (2008, hal. 796), kanji ini memiliki arti katak. Kanji「蛙」’katak’ merupakan gabungan dari kanji「虫」yang berarti serangga dan kanji「圭」yang berarti sudut, tepi ; batu permata. Kanji「圭」juga dapat dihubungkan secara fonetik yang dapat mewakili sebuah suara (Tsuru, 1922, hal. 1566). Sesuai dengan teori yang diungkapkan Shimura (1990, hal. 34), yaitu teori rikusho, kanji ini menggunakan teori pembentukkan keisei moji, yaitu huruf kanji yang dibuat dengan cara menggabungkan kanji dengan kanji atau menggabungkan bagian yang menunjukkan arti dengan bagian yang menunjukkan bunyi ucapan. Menurut analisis penulis, sesuai dengan teori rikusho yaitu keisei moji pada kanji「蛙」’katak’ tersebut tidak ada hubungannya dengan serangga. Walaupun secara harafiah, jika kanji tersebut dipisahkan tidak dapat menunjukkan bahwa kanji tersebut mengacu pada ‘katak’, namun setelah dilakukan penggabungan menjadi berubah arti yang sangat berbeda dari kanji sebelumnya. Kanji「圭」yang memiliki arti sudut, tepi ; batu permata, bila dihubungkan dengan arti secara fonetik けい diartikan sebagai perubahan sebuah suara. Tsuru (1992, hal. 1566) mengatakan 音符の圭 →ワ(かえるの鳴き声)とから成る yang artinya bunyi ‘kei’ pada kanji「圭」berubah menjadi bunyi ‘wa’ yang diartikan sebagai suara dari katak. Jadi kanji「圭」pada kanji「蛙」memiliki makna suara katak, bukan arti harafiah yaitu sudut, tepi ; batu permata. Kanji「虫」disini, menurut analisis penulis, merupakan bushu mushi. Makna bushu mushi disini adalah serangga sehingga penggunaan bushu mushi disini untuk membuktikan bahwa katak masih ada hubungannya dengan serangga. Walaupun pada arti harafiah dari kanji「蛙」tidak ada hubungannya 4 dengan serangga. Sesuai dengan penggambaran diatas, katak merupakan hewan pemakan serangga yang hidup di air tawar atau di daratan. Pernyataan ini diperkuat oleh William E. Duellman, PhD (2003, hal. 6) yang mengatakan : Although amphibians are generally restricted to moist environments, such as humid forest, marshes, ponds, and streams, many species venture far from free-standing water and inhabit trees, rocky cliffs, and soil under the surface of the ground. In such diverse habitats, amphibians feed on a great variety of smaller organisms, principally invertebrates, of which insects are the most common in the diets of anurans and salamanders. However, their diets also include earth worms (especially in cacilians), small snail, spiders, and other small invertebrates. Terjemahan : Meskipun amfibi umumnya terbatas pada lingkungan yang lembab, seperti hutan yang lembab, rawa, kolam, dan sungai, banyak spesies pergi jauh dari genangan air dan tinggal di pepohonan, tebing berbatu, dan tinggal di bawah permukaan tanah. Di habitat yang beragam, amfibi memakan berbagai macam organisme yang lebih kecil, terutama invertebrata, dimana serangga adalah yang paling umum. Termasuk di dalamnya cacing tanah (terutama cacing), siput kecil, laba-laba, dan invertebrata kecil lainnya. Maka penggunaan bushu mushi disini merupakan penekanan bahwa kanji「蛙」masih ada hubungannya dengan serangga, walaupun secara harafiah tidak ada hubungannya dengan serangga dan penggunaan bushu mushi ini tidak dapat digantikan dengan bushu yang lain karena akan mengubah makna yang terkandung pada kanji「蛙」itu sendiri. Analisis Kanji Tako「蛸」 Kanji tako「蛸」terbentuk dari gabungan dua kanji. Gabungan dua kanji tersebut masing-masing memiliki arti yang saling melengkapi, sehingga membentuk makna baru yang disebut dengan tako「蛸」. Kanji tako「蛸」terbentuk dari bushu mushi「虫」dan kanji ayakaru「肖」. Di bawah ini merupakan arti harafiah dari masing-masing kanji yang membentuk kanji tako「蛸」. Arti Harafiah dari Kanji「虫」dan Kanji「肖」 虫(チュウ、むし) 肖(ショウ、あやかる) Arti Harafiah : Arti Harafiah : Menurut Nelson (2008, hal. 794), yaitu cacing, Menurut Nelson (2008, hal. 338), yaitu serangga ; watak, ulet ; teman yang tak baik. menyerupai. Menurut Shinmura (1991, hal. 2328), yaitu Menurut Shinmura (1991, hal. 1251), yaitu manusia, hewan mamalia, unggas, ikan, dan menyerupai, mirip ; meniru, memalsukan ; hewan kecil lainnya dikatakan sebagai serangga. melambangkan. 形声文字(けいせいもじ) 「虫=(虫)」と「肖=(音)」 Tsuru (1992, hal. 1568) 蛸 Oktopus, ikan setan, ikan gurita Nelson (2008, hal. 796) Tabel Arti Harafiah dari Kanji Tako「蛸」 Menurut Nelson (2008, hal. 796), kanji ini memiliki arti oktopus, ikan setan, ikan gurita. Kanji「蛸」’oktopus, ikan setan, ikan gurita’ merupakan gabungan dari kanji「虫」yang berarti serangga dan kanji「肖」yang berarti menyerupai. Sesuai dengan teori yang diungkapkan Shimura (1990, hal. 34), yaitu teori rikusho, kanji ini menggunakan teori pembentukkan keisei moji, yaitu huruf kanji yang dibuat dengan cara menggabungkan kanji dengan kanji atau menggabungkan bagian yang menunjukkan arti dengan bagian yang menunjukkan bunyi ucapan. 5 Menurut analisis penulis, sesuai dengan teori rikusho yaitu keisei moji pada kanji「蛸」’oktopus, ikan setan, ikan gurita’ tersebut tidak ada hubungannya dengan serangga. Walaupun secara harafiah, jika kanji tersebut dipisahkan tidak dapat menunjukkan bahwa kanji tersebut mengacu pada ‘oktopus, ikan setan, ikan gurita’, namun setelah dilakukan penggabungan menjadi berubah arti yang sangat berbeda dari kanji sebelumnya. Kanji「肖」yang memiliki arti menyerupai, bila dihubungkan dengan arti secara fonetik diartikan サウ そう sebagai perubahan sebuah suara. Tsuru (1992, hal. 1568) mengatakan 音符の肖 (やせて細長い意= 瘦 |しょう)とから成るyang artinya bunyi ‘sau’ pada kanji「肖」berubah menjadi bunyi ‘sou’ atau ‘shou’. Jadi kanji「肖」 pada kanji「蛸」memiliki makna perubahan sebuah suara dari bunyi ‘sau’ menjadi bunyi ‘sou’ atau ‘shou’. Kanji「虫」disini, menurut analisis penulis, merupakan bushu mushi. Makna bushu mushi disini adalah serangga sehingga penggunaan bushu mushi disini untuk membuktikan bahwa ‘oktopus, ikan setan ,ikan gurita’ masih ada hubungannya dengan serangga. Walaupun pada arti harafiah dari kanji「蛸」tidak ada hubungannya dengan serangga. Oktopus, ikan setan, ikan gurita berkembang biak dengan cara bertelur sama halnya dengan serangga yang berkembang biak dengan cara bertelur. Hal ini dinyatakan oleh Toudou ( 1991, hal. 1081) yang mengatakan たまごからかえったばかりの小さく細い虫 yang artinya dari telur akan menetas serangga kecil. Menurut analisis penulis, kanji「蛸」menggunakan bushu mushi dikarenakan ‘oktopus, ikan setan, ikan gurita’ memiliki lengan yang panjang seperti laba-laba. Hal ini diperkuat oleh Tsuru (1992, hal. 1568) しょうしょう yang mengatakan「 蠨 蛸 」 は、 あしたかぐも。 足の細長い蜘蛛。 細長い足をしている虫、 あしたかぐもの意 yang artinya salah satu jenis laba-laba. Laba-laba memiliki kaki yang panjang. Serangga yang memiliki kaki yang panjang adalah laba-laba. Maka penggunaan bushu mushi di sini merupakan penekanan bahwa kanji「蛸」masih ada hubungannya dengan serangga, walaupun secara harafiah tidak ada hubungannya dengan serangga dan penggunaan bushu mushi ini tidak dapat digantikan dengan bushu yang lain karena akan mengubah makna yang terkandung pada kanji「蛸」itu sendiri. Analisis Kanji Kani「蠏」 Kanji kani「蠏」terbentuk dari gabungan dua kanji. Gabungan dua kanji tersebut masing-masing memiliki arti yang saling melengkapi, sehingga membentuk makna baru yang disebut dengan kani「蠏」. Kanji kani「蠏」terbentuk dari bushu mushi「虫」dan kanji kai「解」. Di bawah ini merupakan arti harafiah dari masing-masing kanji yang membentuk kanji kani「蠏」. Arti Harafiah dari Kanji「虫」dan Kanji「解」 虫(チュウ、むし) 解(ゲ、かい) Arti Harafiah : Arti Harafiah : Menurut Nelson (2008, hal. 794), yaitu cacing, Menurut Nelson (2008, hal. 820), yaitu serangga ; watak, ulet ; teman yang tak baik. penjelasan, catatan ; kunci ; alasan ; pemahaman. Menurut Shinmura (1991, hal. 2328), yaitu Menurut Shinmura (1991, hal. 409), yaitu manusia, hewan mamalia, unggas, ikan, dan memecahkan, membagi ; melonggarkan, hewan kecil lainnya dikatakan sebagai serangga. melepaskan, untuk menghilangkan lelah setelah bekerja ; menjelaskan. 形声文字(けいせいもじ) 「虫=(虫)」と「解=(音)」 Tsuru (1992, hal. 1578) 蠏 Kepiting, ketam Nelson (2008, hal. 799) 6 Tabel Arti Harafiah dari Kanji Kani「蠏」 Menurut Nelson (2008, hal. 799), kanji ini memiliki arti kepiting, ketam. Kanji「蠏」’kepiting, ketam’ merupakan gabungan dari kanji「虫」yang berarti serangga dan kanji「解」yang berarti penjelasan, catatan ; kunci ; alasan ; pemahaman. Kanji「解」juga dapat dihubungkan secara fonetik yang dapat mewakili sebuah suara (Tsuru, 1992, hal. 1578). Sesuai dengan teori yang diungkapkan Shimura (1990, hal. 34), yaitu teori rikusho, kanji ini menggunakan teori pembentukkan keisei moji, yaitu huruf kanji yang dibuat dengan cara menggabungkan kanji dengan kanji atau menggabungkan bagian yang menunjukkan arti dengan bagian yang menunjukkan bunyi ucapan. Menurut analisis penulis, sesuai dengan teori rikusho yaitu keisei moji pada kanji「蠏」’kepiting, ketam’ tersebut tidak ada hubungannya dengan serangga. Walaupun secara harafiah, jika kanji tersebut dipisahkan tidak dapat menunjukkan bahwa kanji tersebut mengacu pada ‘kepiting, ketam’, namun setelah dilakukan penggabungan menjadi berubah arti yang sangat berbeda dari kanji sebelumnya. Kanji「解」yang memiliki arti penjelasan, catatan ; kunci ; alasan ; pemahaman, bila dihubungkan かい dengan arti secara fonetik diartikan sebagai sebuah suara. Tsuru (1992, hal. 1578) mengatakan音符の 解 シャ シャ キ (ななめの意=邪 ・ 斜 。また、折れている足の意=跪 )とから成る。斜めにはう、折れ曲がった足を持つ虫、「かに」の意 yang artinya bunyi ‘kai’ berubah menjadi bunyi ‘sha・sha’ atau bunyi ‘ki’. Kepiting diartikan binatang yang berjalan miring/menyamping atau serangga yang kakinya ditekuk. Jadi kanji「解」pada kanji「蠏」memiliki makna perubahan suara dari bunyi ‘kai’ menjadi bunyi ‘sha・sha’ atau ‘ki’, bukan arti harafiahnya yaitu penjelasan, catatan ; kunci ; alasan ; pemahaman. Kanji「虫」disini, menurut analisis penulis, merupakan bushu mushi. Makna bushu mushi disini adalah serangga sehingga penggunaan bushu mushi disini untuk membuktikan bahwa ‘kepiting, ketam’ masih ada hubungannya dengan serangga. Walaupun pada arti harafiah dari kanji「蠏」tidak ada hubungannya dengan serangga. Menurut analisis penulis, kanji「蠏」menggunakan bushu mushi dikarenakan beberapa jenis kepiting yang tinggal di tepi sungai memangsa serangga sebagai makanannya. Hal ini diperkuat oleh Dennis Thoney, PhD dan Sean F.Craig, PhD (2003, hal. 206) yang mengatakan : Chinese mitten crab HABITAT Freshwater rivers and streams; estuaries. FEEDING ECOLOGY AND DIET Omnivorous; feeds primarily on aquatic plants, but also on insects and other aquatic invertebrates. Terjemahan : Kepiting sungai Cina Habitat Sungai air tawar dan muara sungai Ekologi dan Makanan Omnivora : makanan utama adalah tanaman air tetapi serangga dan invertebrata air lainnya juga termasuk. Maka penggunaan bushu mushi disini merupakan penekanan bahwa kanji「蠏」masih ada hubungannya dengan serangga, walaupun secara harafiah tidak ada hubungannya dengan serangga dan penggunaan bushu mushi ini tidak dapat digantikan dengan bushu lain karena akan mengubah makna yang terkandung pada kanji「蠏」itu sendiri. Analisis Kanji Hebi「蛇」 Kanji hebi「蛇」terbentuk dari gabungan dua kanji. Gabungan dua kanji tersebut masing-masing memiliki arti yang saling melengkapi, sehingga membentuk makna baru yang disebut dengan hebi「蛇」. Kanji hebi「蛇」terbentuk dari bushu mushi「虫」dan kanji ta「它」. Di bawah ini merupakan arti harafiah dari masing-masing kanji yang membentuk kanji hebi「蛇」. 7 Arti Harafiah dari Kanji「虫」dan Kanji「它」 虫(チュウ、むし) 它(タ、へび) Arti Harafiah : Arti Harafiah : Menurut Nelson (2008, hal. 794), yaitu cacing, Menurut Toudou (2001, hal. 816), yaitu kepala serangga ; watak, ulet ; teman yang tak baik. ular yang besar. Menurut Shinmura (1991, hal. 2328), yaitu Menurut Kindaichi (1995, hal. 1155), yaitu ular ; manusia, hewan mamalia, unggas, ikan, dan kadal termasuk ke dalam sub ordo ular ; selain. hewan kecil lainnya dikatakan sebagai serangga. 会意文字(かいいもじ) Tsuru (1992, hal. 1565) 蛇 Ular ; Peminum Berat Nelson (2008, hal. 795) Tabel Arti Harafiah dari Kanji「蛇」 Menurut Nelson (2008, hal. 795), kanji ini memiliki arti ular ; peminum berat. Kanji「蛇」’ular ; peminum berat’ merupakan gabungan dari kanji「虫」yang berarti serangga dan kanji「它」yang berarti kepala ular yang besar. Sesuai dengan teori yang diungkapkan Shimura (1990, hal. 34), yaitu teori rikusho, kanji ini menggunakan teori pembentukkan kai’i moji, yaitu huruf kanji yang dibuat dengan menggabungkan dua atau lebih kanji atau dengan menunjukkan bagian dari makna yang baru dengan bunyi ucapan. Menurut analisis penulis, sesuai dengan teori rikusho yaitu kai’i moji pada kanji「蛇」’ular ; peminum berat’ tersebut tidak ada hubungannya dengan serangga. Walaupun secara harafiah, jika kanji tersebut dipisahkan tidak dapat menunjukkan bahwa kanji tersebut mengacu pada ‘ular ; peminum berat’, namun setelah dilakukan penggabungan menjadi berubah arti yang sangat berbeda dari kanji sebelumnya. Kanji「它」disini memiliki arti kepala ular yang besar yang pembentukkannya dilihat dari bentuk kepala ular. Dalam hal ini Toudou (1991, hal. 1078) mengatakan它は頭の大きいへびを描いた象形文字 yang artinya kanji ‘ta’ merupakan kepala dari seekor ular yang besar yang pembentukkannya menggunakan teori shoukei moji. Jadi kanji「它」pada kanji「蛇」memiliki makna kepala dari ular yang besar sehingga sudah dapat mewakili kanji「蛇」itu sendiri. Kanji「虫」disini, menurut analisis penulis merupakan bushu mushi. Makna bushu mushi disini adalah serangga sehingga penggunaan bushu mushi disini untuk membuktikan bahwa ‘ular ; peminum berat’ masih ada hubungannya dengan serangga. Karena pada zaman dahulu ular dianggap sebagai serangga. Tomono (1991, hal. 39) mengatakan むかしは、まむしなどのへびも虫とよんどいた yang artinya pada zaman dahulu, berbagai macam ular berbisa dan juga ular dipanggil dengan sebutan serangga. Hal ini pun didukung oleh Henshall (1990, hal. 16) yang mengatakan pada zaman dulu ular dan serangga diperlakukan sama. Maka penggunaan bushu mushi disini merupakan penekanan bahwa kanji「蛇」masih ada hubungannya dengan serangga, walaupun secara harafiah tidak ada hubungannya dengan serangga dan penggunaan bushu mushi ini tidak dapat digantikan dengan bushu lain karena akan mengubah makna yang terkandung pada kanji「蛇」itu sendiri. Analisis Kanji Harinezumi「蝟」 Kanji harinezumi「蝟」terbentuk dari gabungan dua kanji. Gabungan dua kanji tersebut masing-masing memiliki arti yang saling melengkapi, sehingga membentuk makna baru yang disebut dengan harinezumi「蝟」. Kanji harinezumi「蝟」terbentuk dari bushu mushi「虫」dan kanji i「胃」. Di bawah ini merupakan arti harafiah dari masing-masing kanji yang membentuk kanji harinezumi「蝟」. 8 Arti Harafiah dari Kanji「虫」dan Kanji「胃」 虫(チュウ、むし) 胃(イ) Arti Harafiah : Arti Harafiah : Menurut Nelson (2008, hal. 794), yaitu cacing, Menurut Nelson (2008, hal. 622), yaitu lambung, serangga ; watak, ulet ; teman yang tak baik. perut ; perut gendut, tembolok, empedal. Menurut Shinmura (1991, hal. 2328), yaitu Menurut Shinmura (1991, hal. 105), yaitu organ manusia, hewan mamalia, unggas, ikan, dan bagian dalam. hewan kecil lainnya dikatakan sebagai serangga. 形声文字(けいせいもじ) 「虫=(小生物)」と「胃=(音)」 Tsuru (1992, hal. 1572) 蝟 Landak Nelson (2008, hal. 797) Tabel Arti Harafiah dari Kanji「蝟」 Menurut Nelson (2008, hal. 797), kanji ini memiliki arti landak. Kanji「蝟」’landak’ merupakan gabungan dari kanji「虫」yang berarti istilah untuk hewan kecil dan kanji「胃」yang berarti lambung, perut ; perut gendut ; tembolok, empedal. Kanji「胃」juga dapat dihubungkan secara fonetik yang dapat mewakili sebuah suara (Tsuru, 1922, hal. 1572). Sesuai dengan teori yang diungkapkan Shimura (1990, hal. 34), yaitu teori rikusho, kanji ini menggunakan teori pembentukkan keisei moji, yaitu huruf kanji yang dibuat dengan cara menggabungkan kanji dengan kanji atau menggabungkan bagian yang menunjukkan arti dengan bagian yang menunjukkan bunyi ucapan. Menurut analisis penulis, sesuai dengan teori rikusho yaitu keisei moji pada kanji「蝟」’landak’ tersebut tidak ada hubungannya dengan serangga. Walaupun secara harafiah, jika kanji tersebut dipisahkan tidak dapat menunjukkan bahwa kanji tersebut mengacu pada ‘landak’, namun setelah dilakukan penggabungan menjadi berubah arti yang sangat berbeda dari kanji sebelumnya. Kanji「胃」yang memiliki arti lambung, perut ; perut gendut ; tembolok, empedal, bila dihubungkan dengan arti secara fonetik diartikan sebagai perubahan sebuah suara. Tsuru (1992, hal. 1572) mengatakan 音符の胃(あつまる意=彙)とから成る。全身に針のような毛が集まり生えているねずみ、「 はりねずみ」の意 yang artinya bunyi ‘i’ pada kanji「胃」yang mempunyai arti lambung, perut ; perut gendut ; tembolok, empedal berubah menjadi bunyi ‘i’ yang mempunyai arti mengumpulkan. Landak artinya tikus yang seluruh tubuhnya ditutupi oleh rambut yang berkumpul menyerupai jarum yang tajam. Jadi kanji「胃」pada kanji「蝟」memiliki makna mengumpulkan, bukan arti harafiah yaitu lambung, perut ; perut gendut ; tembolok, empedal. Kanji「虫」disini, menurut analisis penulis, merupakan bushu mushi. Makna bushu mushi disini adalah istilah untuk hewan yang berukuran kecil. Hal ini didukung oleh Shinmura (1991, hal. 2328) yang mengatakan「虫」本草学で、人類・獣類・鳥類・魚介以外の小動物の総称 yang artinya ‘serangga’ adalah istilah untuk hewan kecil selain selain ikan, unggas, mamalia dan manusia. Bushu mushi disini juga menjelaskan bahwa landak masih ada hubungannya dengan serangga. Walaupun pada arti harafiah dari kanji「蝟」tidak ada hubungannya dengan serangga. Seperti yang diketahui landak merupakan hewan mamalia pemakan serangga. Pernyataan ini didukung oleh Valerius Geist, PhD dan Devra G.Kleiman, PhD (2003, hal. 206) yang mengatakan : All hedgehogs and gymnures feed primarily on insects and other invertebrates including worms, spiders, and terrestrial mollusks. Being larger than most other members of the order Insectivora, some are also able to take some larger prey, including reptiles, amphibians, and in some cases small mammals. Hedgehogs are also rather notoriously fond of birds’ eggs. The introduction of the European hedgehog to 9 islands including New Zealand has proved disastrous for populations of ground nesting birds. Most species will also consume nonanimal matter such as fruit, seeds, and fungi. Several species of hedgehog sometimes eat venomous animals such as vipers, scorpions, and bees, as well as toxic beetles and spiders, with no apparent ill effects. Their resistance to adder venom can be up to 40 times that of laboratory mice, and they can consume the beetle toxin cantharidin in quantities equivalent to 3,000 times the dose toxic to humans. Terjemahan : Semua landak dan gymnures makanan utamanya adalah serangga dan beberapa hewan invertebrata lainnya termasuk cacing, laba-laba, dan moluska yang hidup di darat. Sebagian besar dari kebanyakan anggota lain dari ordo Insectivora, beberapa juga dapat memakan mangsa yang lebih besar termasuk reptil, amfibi, dan terkadang mamalia kecil. Landak juga diketahui sering memangsa telur burung. Penyebaran landak Eropa keseluruh pulau termasuk Selandia Baru membuktikan kerusakan terhadap habitat burung. Kebanyakan spesies juga mengkonsumsi makanan yang bukan binatang seperti buah, bijibijian, dan jamur. Beberapa spesies landak juga memangsa hewan beracun seperti ular berbisa, kalajengking, dan lebah, termasuk diantaranya lebah dan laba-laba beracun, tanpa mengalami efek keracunan. Ketahanan mereka terhadap racun 40 kali lipat dibandingkan tikus laboratorium, dan mereka dapat bertahan terhadap racun lebah dalam jumlah yang setara dengan 3000 kali dosis racun untuk manusia. Maka penggunaan bushu mushi disini merupakan penekanan bahwa kanji「蝟」masih ada hubungannya dengan serangga, walaupun secara harafiah tidak ada hubungannya dengan serangga dan penggunaan bushu mushi ini tidak dapat digantikan dengan bushu lain karena akan mengubah makna yang terkandung pada kanji「蝟」itu sendiri. Analisis Kanji Shijimi「蜆」 Kanji shijimi「蜆」terbentuk dari gabungan dua kanji. Gabungan dua kanji tersebut masing-masing memiliki arti yang saling melengkapi, sehingga membentuk makna baru yang disebut dengan shijimi「蜆」. Kanji shijimi「蜆」terbentuk dari bushu mushi「虫」dan kanji ken「見」. Di bawah ini merupakan arti harafiah dari masing-masing kanji yang membentuk kanji shijimi「蜆」. Arti Harafiah dari Kanji「虫」dan Kanji「見」 虫(チュウ、むし) 見(ケン、ゲン、みる) Arti Harafiah : Arti Harafiah : Menurut Nelson (2008, hal. 794), yaitu cacing, Menurut Nelson (2008, hal. 813), yaitu harapan, serangga ; watak, ulet ; teman yang tak baik. kesempatan ; ide, pendapat ; melihat, menyaksikan, mengamati. Menurut Shinmura (1991, hal. 2328), yaitu Menurut Shinmura (1991, hal. 849),yaitu melihat manusia, hewan mamalia, unggas, ikan, dan dengan mata ; menggunakan mata untuk melihat, hewan kecil lainnya dikatakan sebagai serangga. berpikir. 形声文字(けいせいもじ) 「虫=(かい)」と「見=(音) Tsuru (1992, hal. 1568) 蜆 Remis/Kijing/Kerang Air Tawar Nelson (2008, hal. 796) Tabel Arti Harafiah dari Kanji「蜆」 Menurut Nelson (2008, hal. 796), kanji ini memiliki arti remis/kijing/kerang air tawar. Kanji「蜆」’remis/kijing/kerang air tawar’ merupakan gabungan dari kanji「虫」yang berarti istilah untuk hewan kecil dalam hal ini kerang dan kanji「見」yang berarti harapan, kesempatan ; ide, pendapat ; melihat, menyaksikan, mengamati. Kanji「見」juga dapat dihubungkan secara fonetik yang dapat mewakili sebuah suara (Tsuru, 1922, hal. 1568). Sesuai dengan teori yang diungkapkan Shimura (1990, hal. 34), yaitu teori rikusho, kanji ini menggunakan teori pembentukkan keisei moji, yaitu huruf kanji 10 yang dibuat dengan cara menggabungkan kanji dengan kanji atau menggabungkan bagian yang menunjukkan arti dengan bagian yang menunjukkan bunyi ucapan. Menurut analisis penulis, sesuai dengan teori rikusho yaitu keisei moji pada kanji「蜆」’remis/kijing/kerang air tawar’ tersebut tidak ada hubungannya dengan serangga. Walaupun secara harafiah, jika kanji tersebut dipisahkan tidak dapat menunjukkan bahwa kanji tersebut mengacu pada ‘remis/kijing/kerang air tawar’, namun setelah dilakukan penggabungan menjadi berubah arti yang sangat berbeda dari kanji sebelumnya. Kanji「見」yang memiliki arti ‘harapan, kesempatan ; ide, pendapat ; melihat, menyaksikan, mengamati’, bila dihubungkan dengan arti secara fonetik diartikan sebagai perubahan sebuah suara. Tsuru (1992, hal. 1572) mengatakan 音符の見 (小さい意=俔・峴) とから成る。 小さい貝、 「しじみ」の意 yang artinya bunyi ‘ken’ pada kanji「見」yang mempunyai arti harapan, kesempatan ; ide, pendapat ; melihat, menyaksikan, mengamati berubah menjadi bunyi ‘ken’ yang mempunyai arti kecil. Arti dari remis/kijing/kerang air tawar adalah kerang yang berukuran kecil. Jadi kanji「見」pada kanji「蜆」memiliki makna kecil, bukan arti harafiah yaitu harapan, kesempatan ; ide, pendapat ; melihat, menyaksikan, mengamati. Kanji「虫」disini, menurut analisis penulis, merupakan bushu mushi. Makna bushu mushi disini adalah istilah untuk hewan yang berukuran kecil, dalam hal ini adalah kerang. Hal ini didukung oleh Shinmura (1991, hal. 2328) yang mengatakan「虫」本草学で、人類・獣類・鳥類・魚介以外の小動物の総称 yang artinya ‘serangga’ adalah istilah untuk hewan kecil selain selain ikan, unggas, mamalia dan manusia. Walaupun pada arti harafiah dari kanji「蜆」tidak ada hubungannya dengan serangga. Maka penggunaan bushu mushi disini merupakan penekanan bahwa kanji「蜆」masih ada hubungannya dengan serangga, walaupun secara harafiah tidak ada hubungannya dengan serangga dan penggunaan bushu mushi ini tidak dapat digantikan dengan bushu lain karena akan mengubah makna yang terkandung pada kanji「蜆」itu sendiri. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis pada Bab III dari enam kanji yang dianalisis, maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa kanji yang memiliki bushu mushi berhubungan dengan makna mushi. Makna mushi disini bermakna serangga serta istilah untuk hewan kecil selain ikan, unggas, mamalia, dan manusia. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini : No Makna mushi yang memiliki arti serangga 1 2 3 4 5 6 蛙 蛸 蠏 蛇 蝟 Makna mushi yang memiliki arti istilah untuk hewan kecil selain ikan, unggas, mamalia, dan manusia 蝟 蜆 Tabel Pengklasifikasian Kanji Sesuai dengan tabel diatas, dapat diketahui bahwa kanji ‘katak’「蛙」, ‘oktopus, ikan setan, ikan gurita’「蛸」, ‘kepiting, ketam’「蠏」, ‘ular’「蛇」menggunakan bushu mushi yang bermakna serangga. Sedangkan kanji ‘landak’「蝟」menggunakan bushu mushi yang mempunyai makna keduanya yaitu bermakna serangga dan bermakna istilah untuk hewan kecil selain ikan, unggas, mamalia, dan manusia. Untuk kanji ‘remis/kijing/kerang air tawar’「蜆」hanya menggunakan bushu mushi yang mempunyai makna istilah untuk hewan kecil selain ikan, unggas, mamalia, dan manusia. Jadi walaupun ada beberapa kanji yang arti harafiahnya tidak termasuk dalam kelompok serangga namun setelah dilakukan penelitian ternyata hewan tersebut masih ada kaitannya dengan serangga baik secara langsung maupun tidak langsung. 11 Dari enam kanji yang dianalisis terdapat lima kanji yang filosofi pembentukannya menggunakan teori keisei moji sedangkan satu kanji lagi menggunakan filosofi pembentukkan kai’i moji. Lima kanji yang menggunakan teori pembentukkan keisei moji adalah kanji ‘katak’「蛙」、’oktopus, ikan setan, ikan gurita’「蛸」、’kepiting, ketam’「蠏」、’landak’「蝟」、dan kanji ‘remis/kijing/kerang air tawar’「蜆」. Sedangkan kanji ‘ular’「蛇」menggunakan teori pembentukkan kai’i moji. Penulis berharap, bagi para pembaca skripsi ini yang tertarik dan berminat dengan pembahasan mengenai huruf kanji dapat meneliti lebih dalam lagi. Pada penelitian kali ini, penulis hanya membatasi pada analisis pembentukkan bushu mushi pada kanji yang tidak termasuk pada kelompok serangga. Sedangkan masih banyak lagi hal-hal yang menarik tentang huruf kanji yang dapat diambil untuk diteliti lebih dalam lagi. REFERENSI Aika, Tetsuo. (1992). Gendai Kango Reikai Jiten. Tokyo: Shogakkan Christomy, Tommy dan Yuwono, Untung. (2004). Semiotika Budaya. Depok: Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya UI Dennis, Thoney dan Sean, F. Craig. (2003). Grzimek’s Animal Life Encyclopedia: Volume 2 Protostomes. Farmington Hils,MI : Gale Group Firdaus, Arief Muhammad. (2008). Analisis Onpu Kanji. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia Hajime, Tomono. (1991). 新・一年生の漢字.Tokyo: Saera Hajime, Tomono. (1991). 新・四年生の漢字.Tokyo: Saera Halpern, Jack. (1995). New Japanese - English Character Dictionary. Saitama: Pusat Penelitian. Co. Ltd Henshall, Kenneth G. (1998). A Guide To Remembering Japanese Characters. Tokyo: Tuttle Hiejima, Ichiro. (1991). Hajimete De Au Imiron no Sekai: kotoba no imi. Tokyo: Gyosei Ikegami, Yoshihiko. (1991). Imiron. Tokyo: Taishukan Shoten Keraf, Gorys Dr. (2007). Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Kindaichi, Haruhiko. (1990). Nihongo Daijiten. Tokyo: Kodansha Matsuura, Kenji. (1994). Kamus Bahasa Jepang – Indonesia. Kyoto: Kyoto Sangyo University Press Mitamura, Joyce Yumi dan Mitamura, Yasuko Kosaka. (1997). Let’s Learn Kanji. Tokyo: Kodansha International. Ltd Moriyama, Tae. (2001). Petunjuk Praktis Memahami Tanda Berhuruf Kanji : Bagian 1. Jakarta: Kesaint Blanc Nelson, Andrew N. (2008). Kamus Kanji Modern Jepang Indonesia. Jakarta: Kesaint Blanc Parera, J. D. (2004).Teori Semantik. Jakarta: Erlangga Sakata, Yukiko. (1995). Information Japanese Dictionary. Tokyo: Shinshusya Satake, Kuniko. (2005). Nihongo wa Shiru Migaku Kotoba no Hyouki no Kyoukaso. Tokyo: Surie Towakku Shimura, Ueno. (1990). Kanji. Tokyo: Meiji Shouin 12 Shinmura, Izuru. (1992). Koujien. Tokyo: Iwanami Shoten Situmorang, Hamzon. (2009). Ilmu Kejepangan 1: Edisi Revisi. Medan: USU Press Sudjianto & Dahidi, Ahmad. (2004). Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Jakarta: Kesaint Blanc Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : CV.Alfabeta Takebe,Yoshiaki. (1993). Kanji ha Muzukashikunai. Tokyo: PT. Aruku Toudou, Akiyasu. (1990). Kanji Naritachi Jiten. Tokyo : Kyoikusha Toudou, Akiyasu. (1991). Kanji Gen. Tokyo: Gakushukenkyuusha Toudou, Akiyasu. (2004). Reikai Gakkushuu Kanji Jiten. Tokyo: Shogakkan Tsuru, Haruo. (1992). Kadokawa Daijigen. Tokyo: Kadokawa Shoten Valerius, Geist dan Devra, G. Kleiman. (2003). Grzimek’s Animal Life Encyclopedia: Volume 13 Mammals. Farmington Hils,MI : Gale Group William, E. Duellman. (2003). Grzimek’s Animal Life Encyclopedia: Volume 6 Amphibians. Farmington Hils,MI : Gale Group RIWAYAT PENULIS Silviana lahir di Jakarta 26 April 1991. Penulis menyelesaikan program pendidikan S1 jurusan Sastra Jepang di Universitas Bina Nusantara pada tahun 2012. 13