PERSPEKTIF TEORI STUKTURAL-FUNGSIONAL Robert H. Lauer, Bab IV; Kamanto Sunarto, Bab XV; Ritzer, Bab VII; Durkheim, The Division of Labor; Giddens, Kapitalisme, Bab II & III Perspektif Teori Struktural-Fungsional Asumsi Teori Struktural-Fungsional Teoritisi Struktural Fungsional: Talcott Parsons Robert K. Merton Neil Smelser Asumsi Teori Struktural-Fungsional 1. 2. Van den Berge (dalam Lauer, 2003: 105-106) menyebutkan tujuh ciri umum perspektif Teori Struktural Fungsional tentang Perubahan Sosial: Masyarakat harus dianalisis selaku keseluruhan, selaku “sistem yang terdiri dari bagian-bagian yang saling berhubungan” Hubungan sebab dan akibat bersifat “jamak dan timbal balik” Asumsi . . . 3. Sistem sosial senantiasa berada dalam keadaan “keseimbangan dinamis”, penyesuaian terhadap kekuatan yang menimpa sistem menimbulkan perubahan, minimal dalam sistem itu. 4. Integrasi sempurna tidak akan pernah terwujud, setiap sistem mengalami ketegangan dan penyimpangan namun cenderung dinetralisir melalui institusionalisasi Asumsi . . . 5. Perubahan pada dasarnya berlangsung secara lambat, lebih merupakan proses penyesuaian ketimbang perubahan revolusioner. 6. Perubahan adalah hasil penyesuaian atas perubahan di luar sistem, pertumbuhan melalui diferensiasi, dan melalui penemuan internal. 7. Masyarakat terintegrasi melalui nilainilai bersama. Talcott Parsons Talcott Parsons, dilahirkan di Colorado, pada tahun 1902. Berasal dari kalangan agamis dan intelektual. Menyelesaikan sarjananya di London School pada 1924. Tahun berikutnya, ia pindah ke Heidelberg, Jerman. Walaupun Parsons tidak pernah bertemu langsung dengan Max Weber, namun di Heidelberg, pemikiran Weber banyak berpengaruh pada Parsons (Ritzer, 1999: 240-241). Konstruk Teori Parsons Konstruk teori Talcott Parsons dikenal juga dengan Teori Sistem (dalam Lauer, 2003: 106). Fungsi, adalah “a complex of activities towards meeting a need or needs of system” (dalam Ritzer, 1999: 240) Konstruk . . . 1. Struktur dan Fungsi dalam pandangan Parsons, dikenal melalui berbagi fungsi yang diistilahkan AGIL, yakni: Adaptation; Goal Attainment; Integration; & Latency (ukuran pemeliharaan). Agar bisa survive, sistem harus mencerminkan empat fungsi: Adaptation (adaptasi). Suatu sistem harus dapat mengatasi suasana eksternal, lingkungan internal serta lingkungan kebutuhannya Konstruk . . . 2. Goal attainment (pencapaian tujuan). Sistem harus didefinisikan dan mencapai tujuan utama. 3. Integration. Sistem harus mengatur inter-relasi antar berbagai bagian. Juga harus mengatur hubungan antar berbagai fungsi imperatif (A.G.L). 4. Latency (ukuran pemeliharaan). Sebuah sistem harus saling melengkapi, dipelihara, dan memperbarui motivasi individual dan pola budaya. Konstruk . . . Parsons juga menemukan empat sistem tindakan. Dihubungkan dengan empat fungsi terdahulu, empat sistem tindakan dapat digambarkan sebagai: L A Cultural System Social System Behavioral System Personality System Gambar 1: Struktur dan Sistem Tindakan Umum (Parsons, dalam Ritzer, 1999: 342) I G Konstruk . . . 1. 2. 3. 4. Parsons juga merumuskan empat jenis proses, yakni: Proses keseimbangan, meliputi proses dalam sistem sosial; Perubahan struktural, mencakup perubahan fundamental dalam sistem; Diferensiasi struktural, perubahan satu sub-sistem tetapi tidak menyebabkan perubahan pada sistem secara keseluruhan; Evolusi, proses perkembangan masyarakat dari waktu ke waktu (dalam Lauer, 2003: 111-112). Robert K. Merton Tiga dasar postulat Struktural-Fungsional yang dikritik Merton: Pertama, postulat tentang kesatuan sosial. Postulat ini berlaku standar untuk kepercayaan dan budaya bagi seluruh masyarakat termasuk individu. Bagi Merton, beberapa standar sosial tertentu tidak mewakili konteks ini, misalnya kelompok minoritas & masyarakat primitif Konstruk Teori Merton Kedua, fungsionalisme universal. Bahwa standar atas bentuk sosial dan kultural memiliki fungsi positif. Ketiga, sesuatu yang sangat diperlukan. Dalil ini mendorong ke arah gagasan dimana semua struktur dan fungsi penting bagi masyarakat. Konstruk . . . Merton mengidentifikasi lima tipe cara adaptasi individu terhadap situasi tertentu Tipologi Cara-cara Adaptasi Individu Cara Adaptasi Tujuan Budaya Cara yang Diinstitusionalisasikan I. Conformity II Innovation III Ritualism IV Retreatism V Rebellion + + + + + + Merton, dalam Sunarto, 2000: 186-187 Konstruk . . . Conformity (konformitas) adalah perilaku mengikuti tujuan yang ditentukan masyarakat Innovation (inovasi) merupakan cara ketika perilaku mengikuti tujuan yang ditentukan masyarakat, tetapi memakai cara yang dilarang masyarakat. Ritualism (ritualisme) adalah perilaku seseorang yang telah meninggalkan tujuan budaya namun masih tetap berpegang pada cara yang digariskan masyarakat. Konstruk . . . Retreatism merupakan bentuk adaptasi perilaku yang tidak mengikuti tujuan budaya dan juga tidak mengikuti cara untuk meraih tujuan budaya. Rebellion (pemberontakan) adalah pola adaptasi ketika orang tidak lagi mengikuti struktur sosial yang ada dan berusaha menciptakan struktur sosial baru Neil Smelser Smelser dikenal sebagai orang yang banyak menerapkan teori Parsons bagi studi perubahan sosial. Menurut Smelser, dua variabel yang terdapat dalam perubahan sosial, yakni variabel dependen, dan variabel independen (dalam Lauer, 2003: 118126). Smelser . . . 1. 2. 3. 4. Pola perubahan sosial, dijelaskan oleh Smelser mencakup: Berkaitan dengan jumlah populasi dari satu unit sosial, seperti perubahan proporsi dalam golongan penduduk; Tingkat perilaku penduduk dalam jangka waktu tertentu, seperti perubahan dalam angka kriminal Struktur sosial atau pola-pola interaksi antar individu; Pola-pola kebudayaan, seperti perubahan nilai. Smelser . . . 1. 2. 3. 4. Sementara, variabel independen perubahan sosial menurut Smelser adalah: Keadaan struktural untuk berubah; Dorongan untuk berubah; Mobilisasi untuk berubah; dan Pelaksanaan kontrol sosial Smelser . . . 1. 2. 3. 4. Smelser merumuskan 7 rentetan perubahan sosial: Ketidakpuasan yang berasal dari kegagalan mencapai tujuan; Kekacauan psikis dalam bentuk berbagai reaksi emosional dan aspirasi yang tidak tepat; Penggunaan energi yang dikeluarkan pada langkah ke-2 semakin rasional; Tingkat perumusan gagasan; Smelser . . . 5. Upaya menetapkan ide-ide dan pola isntitusionalisasi khusus; 6. Pelaksanaan perubahan oleh individu atau kelompok; 7. Rutinisasi perubahan yang dapat diterima. Soal-soal: 1. 2. 3. Robert Merton merupakan salah satu tokoh Teoritisi Struktural Fungsional. Jelaskan tiga kritik Merton terhadap postulat Struktur-Fungsi! Sebutkan dan jelaskan lima cara adaptasi individu! Jelaskan empat pola perubahan sosial menurut Smelser!