1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori–teori Dasar/Umum 2.1.1

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Teori–teori Dasar/Umum
2.1.1 Pengertian Data
Menurut Turban (2010, p41), data adalah deskripsi dasar dari benda, peristiwa,
aktivitas dan transaksi yang direkam, dikelompokkan, dan disimpan tetapi belum
terorganisir untuk menyampaikan arti tertentu.
Menurut Hoffer et al (2009, p46), data adalah representasi dari objek-objek dan
kejadian yang disimpan yang memiliki makna dan kepentingan di dalam lingkungan
pengguna.
Menurut Connolly dan Begg (2010, p20), data adalah komponen yang paling
penting dalam DBMS, berasal dari sudut pandang end-user. Data bertindak sebagai
jembatan yang menghubungkan antara mesin dengan pengguna.
Berdasarkan teori para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa, data adalah
deskripsi dasar dari benda, peristiwa, aktivitas dan transaksi yang direkam,
dikelompokkan, dan disimpan dalam jumlah yang besar tetapi belum diolah.
2.1.2 Pengertian Informasi
Menurut Turban (2008, p5), informasi adalah data yang sudah diorganisasi
sehingga memiliki arti dan nilai untuk penerima.
Menurut O'Brien (2010, p34), informasi adalah data yang telah diubah ke
dalam suatu konteks yang memiliki arti dan berguna bagi end-user tertentu.
Menurut Stair, R.M., & Reynolds, G.W. (2010, p5) adalah sekumpulan faktafakta yang diolah dengan sedemikian caranya sehingga memiliki nilai tambah dibalik
nilai dari fakta individu itu sendiri.
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa informasi adalah data
yang telah terorganisir sehingga memiliki makna dan nilai bagi penerima informasi.
2.1.3 Database
2.1.3.1 Pengertian Database
Menurut Connolly dan Begg (2010, p65), database adalah kumpulan data yang
saling berhubungan satu sama lain yang digunakan secara bersamaan, dan
kumpulan data ini didesain untuk memenuhi kebutuhan informasi suatu perusahaan.
Menurut Jeffrey A. Hoffer (2009, p46), database adalah sebuah koleksi
7
8
data yang terorganisasi secara logikal.
Menurut O'Brien (2010, p173), database adalah kumpulan elemen data
yang terintegrasi yang berhubungan secara logikal.
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa database adalah
kumpulan data dalam bentuk file atau tabel yang saling berhubungan,
tersimpan berdasarkan skema tertentu, dan digunakan untuk memenuhi
kebutuhan informasi suatu perusahaan.
2.1.3.2 Pengertian Database Management System (DBMS)
Menurut Connolly dan Begg (2010, p66), “Database Management
System (DBMS) is a software system that enables users to define, create,
maintain, and control access to the database”. Yang dapat diartikan bahwa
DBMS adalah perangkat lunak (software) yang memungkinkan pengguna
(user) untuk mendefinisikan, membuat, memelihara dan mengontrol akses
terhadap database. Sebuah DBMS harus menyediakan fasilitas sebagai berikut
:
1. Mampu
mendifinisikan
database,
biasanya
melalui
Data
DefinitionLanguage (DDL). DDL memungkinkan pengguna (user) untuk
menentukan tipe data, struktur, dan batasan terhadap data yang akan
disimpan ke dalam database.
2. Memungkinkan pengguna (user) untuk memasukkan (insert), mengubah
(update), menghapus (delete) dan mengambil (retrieve) data dari
database, biasanya melalui Data Manipulation Language (DML). DML
memungkinkan pengguna (user) untuk melakukan query.
3. Menyediakan hak akses ke database. Sebagi contoh DBMS dapat
menyediakan :
a. Sistem keamanan yang memungkinkan untuk mencegah user yang
tidak berkepentingan untuk melakukan akses terhadap database.
b. Sistem integrasi untuk menjaga konsistensi data yang tersimpan.
c. Sistem kendali atau kontrol yang memungkinkan database dapat
diakses secara bersamaan.
d. Sistem pemulihan atau recovery yang memungkinkan untuk dapat
mengembalikan keadaan database ke kondisi konsisten seperti semula jika
terjadi kesalahan.
9
e. Sebuah katalog yang bisa diakses oleh pengguna (user) yang di dalamnya
terdapat deskripsi atau penjelasan dari data yang terdapat di dalam database.
2.1.3.2.1
Fungsi Database Management System (DBMS)
DBMS sangat bermanfaat bagi perusahaan dalam menjalankan proses
bisnisnya. Dengan adanya DBMS perusahaan diharapkan mampu bersaing
dengan perusahaan lain pada era globalisasi seperti sekarang ini.
Menurut Connolly dan Begg (2010, p99-p104), fungsi DBMS adalah
sebagai berikut :

Penyimpanan, pengambilan, dan peng-update-an data Sebuah DBMS
harus dapat menyediakan suatu kemampuan/fitur untuk menyimpan,
mengambil, dan meng-update data bagi pengguna (user) dalam sebuah
DBMS.

Katalog User-Accesible
Sebuah DBMS harus menyediakan sebuah katalog yang menyimpan
deskripsi tentang item data dan mudah diakses oleh pengguna (user).

Mendukung transaksi
Sebuah DBMS harus menyediakan mekanisme yang memastikan setiap
peng-update-an data dilakukan sesuai dengan transaksi yang diberikan.

Layanan kendali konkurensi
Sebuah DBMS harus menyediakan sebuah mekanisme untuk memastikan
bahwa basis data di-update dengan benar ketika banyak pengguna (user)
melakukan update basis data secara bersamaan.

Layanan Perbaikan
Sebuah DBMS harus menyediakan sebuah mekanisme untuk memperbaiki
basis data ketika sebuah basis data mengalami kerusakan (recovery).

Layanan Autorisasi
Sebuah DBMS harus menyediakan sebuah mekanisme untuk
memastikan bahwa pengguna (user) memiliki otoritas/hak untuk
mengakses basis data.

Mendukung komunikasi data
Sebuah DBMS harus mampu diintegrasikan dengan perangkat lunak
(software) komunikasi.

Layanan Integritas
10
Sebuah DBMS harus mampu memastikan bahwa data di dalam basis
data tersimpan dengan baik dan perubahan yang terjadi pada data
harus mengikuti aturan tertentu yang telah ditetapkan.

Layanan peningkatan keterbatasan data
Sebuah DBMS harus memasukkan sebuah fasilitas tambahan untuk
mendukung keterbatasan program dari struktur basis data yang
sebenarnya agar menjadi lebih lengkap.

Layanan Utilitas
Sebuah DBMS harus dapat menyelesaikan seperangkat layanan
utilitas yang membantu database admin mengelola basis data secara
efektif.
2.1.3.2.2
Komponen Database Management System (DBMS)
DBMS merupakan sebuah aplikasi perangkat lunak (software)
yang tentunya memiliki komponen-komponen penting di dalamnya agar
menjadi satu kesatuan di dalam sebuah sistem.
Menurut Connolly dan Begg (2010, p68-71), terdapat lima
komponen yang sangat penting, yaitu :
1. Perangkat keras (Hardware)
DBMS
dan
aplikasinya
membutuhkan
perangkat
keras
(hardware) untuk dapat mengoperasikannya. Perangkat keras
(hardware) tersebut dapat berupa PC, sebuah mainframe, dan
jaringan komputer. Sedangkan, jenis perangkat keras tertentu
tergantung pada kebutuhan organisasi dan DBMS yang digunakan.
Beberapa DBMS hanya dapat bekerja pada perangkat keras atau
sistem operasi tertentu. DBMS membutuhkan jumlah minimum dari main
memory dan disk space untuk bekerja.
2. Perangkat Lunak (Software)
Komponen perangkat lunak terdiri dari software DBMS itu sendiri dan
program aplikasi yang dibutuhkan untuk menjalankan sistem, termasuk
network software jika digunakan pada jaringan. Pada umumnya, program
aplikasi ditulis dalam bahas pemprograman 3GL, seperti C, C++, Java,
Visual Basic, Cobol, Fortran, Ada, atau Pascal, atau menggunakan 4GL,
seperti SQL yang di- embed dalam generasi ketiga.
3. Data
11
Komponen terpenting dalam DBMS, terutama dalam sudut pandang
end-user, Data berperan sebagai jembatan antara komponen mesin dan
komponen manusia. Basis data memiliki data operasional dan metadata.
4. Prosedur
Merupakan instruksi atau aturan yang mengatur desain dan penggunaan
basis data. Pengguna sistem dan staf yang mengatur basis data
membutuhkan
dokumentasi
prosedur
untuk
menjalankan
atau
mengoperasikan sistem. Instruksi-instruksi tersebut, antara lain :
o Log on pada DBMS
o Menggunakan fasilitas DBMS tertentu atau aplikasi program
o Memulai dan menghentikan DBMS
o Membuat salinan backup dari basis data
o Mengatasi kegagalan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak
(software). Termasuk prosedur untuk mengidentifikasi komponen yang
gagal, dan mengembalikan basis data ke keadaan semula.
o Mengubah struktur dari tabel, mengatur ulang basis data melalui
multiple disks, meningkatkan performa, atau menyimpan data pada
secondary storage.
5. Manusia
Merupakan komponen yang terakhir yang terlibat dalam sistem.
Terdapat lima tipe komponen manusia yang terlibat dalam sistem, yaitu
Data Administrators, Database Administrators, Database Designers,
Application Developers, dan End users.
2.1.4 Data Warehouse
2.1.4.1 Pengertian Data Warehouse
Menurut Turban (2011, p52), data warehouse adalah kumpulan data
yang dihasilkan untuk mendukung proses pengambilan keputusan, tetapi juga
dapat berfungsi sebagai tempat penyimpanan data saat ini dan historikal data
yang potensial bagi manajer dalam organisasi.
Menurut O'Brien (2010, p191), data warehouse adalah kumpulan data
yang diekstrak dari database operasional, historis, dan eksternal, yang
dibersihkan, diubah, dan dikatalogkan untuk penelusuran dan analisis untuk
pengambilan keputusan bisnis.
12
Menurut Darudiato dalam jurnalnya (2008:59), data warehouse
merupakan kumpulan informasi yang diperoleh dari basis data operasional
yang digunakan untuk membuat Business Intelligent yang mendukung
aktivitas analisis bisnis dan pekerjaan pembuatan keputusan. Jadi data
warehouse merupakan ringkasan dari data-data dari berbagai sumber data
operasional dimana data ringkasan tersebut akan ditampilkan dalam Business
Intelligent yang akan sangat berguna dalam melakukan analisis dan
pengambilan keputusan.
Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan, data warehouse adalah
adalah kumpulan dari database yang berorientasi subjek, terintegrasi, timevariant dan non-volatile, yang mendukung proses pengambilan keputusan.
2.1.4.2 Karakteristik Data Warehouse
Menurut W.H Inmon (2005, p29), karakteristik dari data warehouse
adalah sebagai berikut
a)
Subject Oriented (Berorientasi Subjek)
Data warehouse bersifat subject oriented artinya data
warehouse digunakan untuk menganalisa data berdasarkan
subjek-
subjek tertentu dalam organisasi, bukan berorientasi pada berbagai
aplikasi tertentu, yang mempermudah pengguna(user dalam melakukan
pengambilan keputusan. Beberapa perbedaan antara data primitif (data
operasional) dan data warehouse diantaranya sebagai berikut :
Tabel 2.1 Perbedaan antara Data Operasional dan Data Warehouse
Data Operasional
Data Warehouse
Berorientasi pada aplikasi
Berorientasi subyek
Dapat berubah
Tidak dapat berubah
Dapat diakses oleh sebuah unit
Dapat diakses oleh sebuah
dalam satu waktu
set unit dalam satu waktu
Jumlah data yang diproses
Jumlah data yang diproses
kecil
besar
Tidak ada redudancy data
Ada redudancy data
13
Untuk komunitas karyawan
Untuk komunitas manajer
Gambar 2.1 Karakteristik Data Warehouse : Subject Oriented
(Sumber : W.H Inmon, 2005, p30)
b)
Integrated (Terintegrasi)
Data warehouse bersifat integrated artinya data warehouse menyimpan
data dari berbagai sumber berbeda
14
yang disimpan ke dalam suatu format yang konsisten dan data tersebut
terintegrasi satu sama lain, dimana data-data tersebut merupakan suatu
kesatuan sehingga tidak dapat dipecah-pecah.
Syarat integrasi sumber data dapat dipenuhi dengan berbagai
cara seperti konsistensi dalam penamaan dan ukuran variabel, konsisten
dalam struktur pengkodean, dan konsisten dalam atribut fisik dari data.
Gambar 2.2 Karakteristik Data Warehouse : Integrated
(Sumber : W.H Inmon, 2005, p31)
c)
Non-volatile (Tidak dapat diubah)
Data warehouse bersifat non volatile, artinya data warehouse
tidak dapat diubah. Pengguna (user) tidak dapat mengubah data
warehouse yang sudah ada. Berbeda dengan database operasional yang
memiliki tiga kegiatan operasi seperti insert, update, dan delete, data
warehouse hanya memiliki dua kegiatan yaitu loading dan akses data.
15
Gambar 2.3 Karakteristik Data Warehouse : Non volatile
(Sumber : W.H Inmon, 2005, p32)
d)
Time Variant
Dalam OLTP, record yang ada merupakan record terbaru untuk
mempercepat proses karena semakin sedikit data yang disimpan maka waktu
pemrosesan data semakin cepat. Lain halnya dengan data warehouse yang
berisi record-record yang bersifat historis dan dapat tetap berada dalam sistem
untuk jangka waktu 5-10 tahun sehingga dapat digunakan sebagai bahan
analisis pengambilan keputusan. Tetapi, record yang terlalu lama juga tidak
efektif karena bisa memberikan hasil analisa yang kurang sesuai dengan trend
di masa mendatang. Oleh karena itulah, data pada data warehouse bersifat time
variant atau akurat pada periode tertentu.
Selain
itu,
data
pada
data
warehouse
dikatakan
memiliki
perbedaan/rentang waktu (time variance) karena data warehouse juga
mempunyai dimensi waktu sehingga data warehouse akurat selama periode
waktu tertentu dan dapat digunakan untuk mempelajari trend dan perubahan.
Hal ini sangat berbeda dengan datapada OLTP, dimana data hanya akurat
untuk waktu sesaat setelah diakses. Aspek yang menunjukkan karakteristik
time variant dalam data warehouse adalah sebagai berikut :

Data warehouse merepresentasikan data untuk kurun waktu 5-10 tahun,
sedangkan OLTP merepresentasikan data untuk jangka waktu yang lebih
singkat, yaitu sekitar 60-90 hari. Karena aplikasi yang digunakan pada
OLTP harus memiliki waktu respon yang singkat maka data yang
diproses harus optimal.
16

Setiap struktur data pada data warehouse mengandung elemen waktu
seperti tahun, bulan, minggu, hari, dan sebagainya.

Data pada data warehouse merupakan serangkaian snapshot, yaitu
potongan data yang dikelompokkan sesuai dengan urutan waktu.
Gambar 2.4 Karakteristik Data Warehouse : Time-variant
(Sumber : W.H Inmon, 2005, p32)
2.1.4.3 Anatomi Data Warehouse
Dalam menentukan bentuk dasar dari data warehouse yang akan
digunakan dalam perusahaan, terlebih dahulu kita harus mengetahui
kebutuhan informasi yang diperlukan oleh perusahaan. Data warehouse
terdiri atas tiga jenis dasar sistem, yaitu :
1.
Data warehouse fungsional (Functional Data Warehouse)
Data warehouse fungsional dibangun berdasarkan kebutuhan
informasi dari tiap bagian fungsi bisnis perusahaan. Data warehouse
fungsional merupakan pendekatan yang digunakan untuk membangun
suatu sistem data warehouse dengan biaya investasi yang rendah.
Keuntungan dari bentuk ini adalah sistem mudah dibangun dengan biaya
yang relatif murah sedangkan kerugiannya adalah resiko kehilangan
konsistensi data dan terbatasnya kemampuan dalam pengumpulan data
bagi pengguna (user).
17
Gambar 2.5 Data Warehouse Fungsional
(Sumber : Gustiarahman, 2006, p17)
2.
Data warehouse terpusat (Centralized Data Warehouse)
Data warehouse terpusat dibangun dari data operasional yang
dikumpulkan dalam pusat penyimpanan data yang digunakan oleh pengguna
untuk membangun data warehouse fungsional masing-masing.
Menurut W.H Inmon (2005, p193), kebanyakan organisasi membangun
dan memelihara lingkungan data warehouse terpusat yang tunggal. Pengaturan
ini masuk akal karena alasan sebagai berikut :
a.
Data di dalam data warehouse saling terintegrasi antar cabang perusahaan
dengan pusat dan gambaran integrasi
tersebut
hanya
terdapat
pada
kantor pusat.
b.
Perusahaan beroperasi pada model bisnis terpusat
c.
Volume dari data dalam data warehouse seperti tempat penyimpanan yang
bersifat tunggal dan terpusat
d.
Sekalipun data dapat terintegrasi dan diedarkan antar area lokal yang
beragam, data tersebut akan tidak praktis untuk diakses. Keuntungan dari
bentuk ini adalah data benar-benar terpadu karena konsistensinya yang
tinggi sedangkan kerugiannya adalah biaya yang mahal serta perlu waktu
yang cukup lama dalam membangun bentuk ini.
18
.
Gambar 2.6 Data Warehouse Terpusat
(Sumber : Gustiarahman, 2006, p18)
3.
Data warehouse terdistribusi (Distributed Data Warehouse)
Perusahaan yang memiliki cabang tersebar di seluruh dunia
membutuhkan informasi yang mencakup tidak hanya wilayah lokal saja
tetapi juga wilayah global. Global data warehouse membutuhkan
informasi terpadu dari data warehouse tempat infomasi dikumpulkan.
Disamping itu, ada kebutuhan yang lain untuk data warehouse yang
terpisah di setiap cabang perusahaan. Dalam kasus ini, menurut W.H
Inmon (2005, p193), data warehouse terdistribusi dibutuhkan. Tiga tipe
dari data warehouse terdistribusi :
a. Data warehouse yang terdistribusi secara geografi terdiri dari data
warehouse lokal dan data warehouse global.
b. Data warehouse yang terdistribusi dalam banyak prosesor, secara
logis ada satu data warehouse tetapi secara fisiknya ada banyak data
warehouse yang saling berhubungan.
c. Data
warehouse
yang
tumbuh
dalam
sumber
yang
tidak
terkoordinasi. Keuntungan dari bentuk ini adalah kelebihan dalam
mengakses data dari luar perusahaan yang telah mengalami
sinkronisasi terlebih dahulu dan tetap terjaga konsistensinya, namun
kerugian dari bentuk ini adalah bentuk yang paling mahal dan
kompleks untuk diterapkan, karena sistem operasinya dikelola secara
terpisah.
19
Gambar 2.7 Data Warehouse Terdistribusi
(Sumber : Gustiarahman, 2006, p19)
2.1.4.4 Arsitektur Data Warehouse
Dalam perancangan data warehouse diperlukan proses, tools, teknologi terkait
dengan data warehouse. Arsitektur data warehouse, seperti berikut:
Gambar 2.8 Gambaran Arsitektur Data Warehouse
(Sumber : Connolly & Begg, 2010, p1203)
Komponen-komponen yang terdapat di dalam arsitektur data
warehouse adalah:
1. Operational Data
Sumber-sumber data yang ada di data warehouse disediakan:
20
 Mainframe data operasional ada pada generasi pertama database
hierarki dan database jaringan.
 Data departemental disimpan di berbagai macam file, seperti: VSAM,
RMS dan relational DBMS seperti Informix dan Oracle.
 Data pribadi disimpan di dalam workstation dan private server.
 Sistem eksternal seperti internet, database komersial, atau database
yang berhubungan dengan organisasi dari supplier atau konsumen.
2. Operational Data Store
Sebuah operational data store (ODS) adalah sebuah data
warehouse dari data operasional dan saling terintegrasi yang digunakan
untuk analisis. ODS biasanya melakukan penstrukturan dan penyediaan
data seperti halnya sebuah data warehouse, tetapi sebenarnya bertindak
secara sederhana sebagai suatu tempat penampungan sementara sebelum
data akan dipindahkan ke warehouse.
Membangun sebuah operational data store dapat membantu
dalam pembangunan sebuah data warehouse, karena ODS menyediakan
data yang sudah di ekstrak dari sumber dan sudah di bersihkan. Ini dapat
diartikan bahwa pekerjaan yang tersisa untuk mengintegrasikan dan
merestrukturisasi data warehouse disederhanakan.
3. Load Manager
Load manager atau biasa disebut komponen fronted, melakukan
sebuah operasi terkait dengan ekstraksi dan pemuatan data ke dalam
warehouse. Data mungkin diekstrak secara langsung dari sumber data atau
dari operational data store.
Operasi dilakukan oleh manajer, dapat mencakup sebuah
transformasi sederhana dari sebuah data, yang bertujuan untuk
mempersiapkan data untuk masuk ke dalam warehouse.
Ukuran dan kompleksitas komponen ini akan bervariasi antara data
warehouse dan dapat dibangun dengan menggunakan kombinasi vendor data
loading tools dan custom built program.
4. Warehouse Manager
Warehouse manager melakukan semua operasi yang berhubungan
dengan pengelolaan data di dalam warehouse. Komponen ini dikonstruksikan
dengan menggunakan vendor data management dan custom built program.
21
Operasi–operasi yang dilakukan dengan menggunakan warehouse manager
adalah :
 Analisis data untuk memastikan konsistensi.
 Transformasi dan penggabungan dari sumber data, dari
tempat penyimpanan sementara ke dalam tabel di dalam data warehouse.
 Membuat indeks-indeks dan view berdasarkan tabel.
 Melakukan denormalisasi (jika diperlukan).
 Melakukan aggregation (jika diperlukan).
 Backup dan archive data.
5. Query Manager
Query Manager yang juga disebut komponen back end, melakukan
semua operasi yang berhubungan dengan pengelolaan user queries. Komponen
ini dibangun dengan menggunakan vendor user-end data acces tools, data
warehouse monitoring, fasilitas database, dan custom built program.
Kompleksitas dari query manager ini ditentukan oleh fasilitas yang disediakan
oleh end user access tools
dan database. Operasi yang dilakukan oleh
komponen ini termasuk mengarahkan query ke tabel yang tepat dan
penjadwalan eksekusi query.
Dalam beberapa kasus, manager query juga menghasilkan profil
permintaan untuk memungkinkan manajer warehouse untuk menentukan indeks
dan agregasi yang sesuai.
6. Detailed Data
Area dari data warehouse ini menyimpan semua detail data di dalam
skema database. Kebanyakan kasus yang ada, detail data tidak di simpan secara
online, tetapi dibuat melalui agregasi data pada tingkatan detail berikutnya.
7. Lightly dan Highly Summarized Data
Area ini menyimpan semua lightly dan highly summarized data
yang dihasilkan oleh warehouse manager. Area dari data warehouse ini
adalah sebuah tempat untuk menampung sementara sebelum dilakukannya
perubahan secara berkelanjutan untuk merespon perubahan profil query.
Tujuannya adalah untuk mempercepat pencapaian query. Biaya operasi ini
akan meningkat berhubungan dengan proses peringkasan data. Ini dapat
diseimbangkan dengan menghapus keperluan secara terus-menerus untuk
melakukan operasi ringkasan dalam menjawab query user. Ringkasan data
22
akan terus di-update ketika terdapat data baru yang terisi ke dalam
warehouse.
8. Archive / Backup Data
Area dari data warehouse ini menyimpan semua detail dan
ringkasan data yang bertujuan untuk melakukan archiving dan backup.
Meskipun data ringkasan di generate dari detail data, itu memungkinkan
untuk backup ringkasan data secara online, jika data ini disimpan melebihi
waktu/periode penyimpanan untuk detail data. Data dipindahkan ke
penyimpanan archive seperti magnetic tape atau optical drive.
9. Metadata
Area dari warehouse ini menyimpan sebuah definisi metadata
(data dari data), yang digunakan oleh semua proses didalam warehouse.
Tujuan digunakannya metadata adalah untuk:
 Ekstraksi dan proses loading metadata digunakan untuk memetakan
sumber data ke dalam tampilan yang umum dari data dalam warehouse.
 Proses
pengelolaan
warehouse,
metadata
digunakan
untuk
mengotomatisasikan pembuatan tabel ringkasan.
 Proses pengelolaan query, metadata digunakan untuk mengarahkan
suatu query dengan sumber data yang tepat.
10. End-User Access Tools
Tujuan dari data warehousing adalah untuk menghasilkan
sebuah informasi untuk bisnis user dalam strategi pembuatan keputusan.
Para user ini berhubungan dengan data warehouse menggunakan end-user
access tools. Ada lima kategori utama dari end-user access tools:

Reporting and query tools
Reporting tools meliputi production reporting tools dan writers. Production
reporting tools digunakan untuk menghasilkan laporan operasional regular
atau mendukung high-volume batch job, seperti pesanan pelanggan/faktur
dan pembayaran staf.
Report writer adalah dekstop tools yang dirancang untuk end-user. Query
tools data warehouse dirancang untuk menerima SQL dalam proses query
data yang tersimpan didalam data warehouse.

Application development tools
23
Aplikasi yang sesuai dengan kebutuhan user, yang dirancang secara ramah
untuk sisi client server. Beberapa aplikasi terintegrasi dengan OLAP tools
dan dapat mengakses semua sistem basis data utama, seperti Oracle,
Sybase, Infomix.

Executive information system (EIS) tools.
EIS, yang sering disebut sebagai everybody’s information system, yang
sebenarnya dibangun untuk mendukung high-level pembuatan keputusan
yang stategis. Namun akhirnya meluas dan mendukung semua tingkat
manajemen. EIS yang terisolasi dengan mainframe memungkinkan user
untuk membuat aplikasi pendukung pengambilan keputusan untuk
menyediakan data organisasi dan mengakses ke sumber data eksternal.

Online analytical processing (OLAP) tools
OLAP berbasis pada konsep database multidimensi dan memperbolehkan
user untuk menganalisis data dengan menggunakan sebuah view yang
kompleks
dan
multidimensional.
Tools
ini
juga
didukung
oleh
multidimensional database (MDDB), atau oleh database relasional yang
dirancang untuk mendapatkan multidimensional queries.

Data mining tools
Data mining adalah sebuah proses menemukan korelasi, pola dan arah baru
yang mempunyai arti dengan mining sejumlah besar data dengan
menggunakan teknik statistik, matematika dan artificial intelligence.
Data mining memiliki potensi untuk menggantikan kemampuan OLAP
tools.
24
2.1.4.5 Struktur Data Warehouse
Menurut Inmon (2005:34), struktur data warehouse dapat digambarkan
sebagai berikut :
Gambar 2.9 Struktur pada Data Warehouse
(Sumber : Inmon, 2005, p34)
Dimana Inmon (2005:34) menyatakan bahwa terdapat beberapa level
detail dalam data warehouse. Level detail dalam data warehouse terdiri dari
tingkat older level of detail, current level of detail, level of lightly summarized
data, dan level of highly summarized data. Alur data ke dalam data
warehouse dimulai dari data operasional. Dimana ketika usia data di data
warehouse sudah tua atau lama maka data akan di transfer dari current detail
ke older detail. Kemudian data diringkas dan ditransfer dari current detail
menuju lightly summarized data, kemudian dari lightly summarized data menuju
highly summarized data.
2.1.4.6 Data Warehousing Tools and Technique
2.1.4.6.1 Extraction, Transformation, Loading (ETL)
25
Menurut Miranda dalam jurnalnya (2011:1-12), membuat data
warehouse tidak sekedar memindahkan data operasional ke dalam data
warehouse, memindahkan data dari beberapa sumber berpotensi menimbulkan
masalah besar terutama terkait dengan isu tidak konsistennya data. Data
warehouse tidak hanya digunakan dalam melakukan loading, integrasi, dan
menyimpan data dalam jumlah besar, namun juga berpotensi untuk
mendapatkan sudut pandang baru dari sebaran data, dan memungkinkan untuk
memberikan pelaporan dan jawaban dari pertanyaan pengguna yang bersifat ad
hoc secara cepat dan lebih baik.
2.1.4.6.1.1 Extraction
Tahapan pertama dalam proses ETL adalah extraction. Menurut
Thomas Connolly (2010, p1208), extraction adalah sebuah tahapan dimana
mengambil data dari sumber data bagi Environment Data Warehouse
(EDP), sumber ini biasanya terdiri dari database OLTP dan juga bisa
terdapat beberapa sumber lainnya seperti database pribadi, data ERP dan
data penggunaan dari web. Selain itu, menurut Fahad Sultan (2010, p411),
data extraction merupakan proses ekstraksi data yang bersumber dari data
operasional organisasi dan juga sumber eksternal lain, seperti file, html,
dokumen, dan lainnya untuk data pada data warehouse.
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa extraction
merupakan kegiatan ekstraksi data yang bersumber dari data operasional
dan data eksternal untuk dimasukkan ke- dalam lingkungan data warehouse.
2.1.4.6.1.2 Transformation
Tahapan kedua dalam proses ETL adalah transformation. Menurut
Connolly dan Begg (2010, p1208), transformation merupakan tahapan yang
menggunakan beberapa peraturan atau fungsi dari data yang sudah diambil
dan mengukur bagaimana data tersebut dapat digunakan untuk analisis
dan dapat meliputi transformasi seperti penjumlahan data, encoding
data, penggabungan data, pemisahan data, penghitungan data dan
pembuatan surrogate keys.
Menurut Fahad Sultan (2010, p411), transformation merupakan
teknik transformasi data yang telah diterapkan pada data untuk
26
membuat data yang ada menjadi lebih seragam, Setelah proses
transformasi, data yang dihasilkan akan menjadi lebih homogen
(sama), serta menjadi lebih konsisten dan meminimalkan error atau
kesalahan. Tindakan ini dapat meningkatkan kinerja data warehouse.
Berdasarkan
definisi
diatas
dapat
disimpulkan
bahwa,
transformation merupakan proses penggabungan dan pengubahan data
agar data yang ada menjadi seragam sehingga data tersebut bias
dimuat ke dalam satu tabel baru yang disebut tabel fakta / tabel
dimensi, dimana tabel tersebut berisikan surrogate key yang digunakan
untuk menghubungkan antara tabel dimensi dan tabel fakta dalam data
warehouse.
2.1.4.6.1.3 Loading
Tahapan ketiga dalam proses ETL adalah loading. Menurut
Thomas Connolly (2010, p1209), loading adalah tahapan untuk
memasukkan data yang sudah mengalami proses transformasi ke
dalam data warehouse. Menurut Fahad Sultan, loading merupakan
proses peletakan data yang telah dibersihkan dan ditransformasi ke
dalam data warehouse.
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa, loading
merupakan proses memasukkan data yang telah dibersihkan dan
ditransformasikan ke dalam data warehouse.
2.1.4.6.1.4 ETL Tools
Tahapan keempat dalam proses ETL adalah proses ETL (ETL
tools). Menurut Connolly dan Begg (2010, p1209), proses ETL dapat
dibuat dengan membuat sebuah program sendiri atau dengan membeli
sebuah program ETL yang berada di pasaran.
2.1.4.6.1.5 Data Profilling and Data Quality Control
Tahapan kelima dalam proses ETL adalah data profiling and data
quality control. Menurut Connolly dan Begg (2010, p1209), data profilling
and data quality control menyediakan informasi penting tentang jumlah dan
kualitas data yang bersumber dari sistem. Misalnya data profilling dapat
27
mengindikasikan berapa banyak baris yang telah hilang, salah dan
pemasukkan atau input data yang kurang lengkap.
2.1.4.6.1.6 Metadata Management
Tahapan terakhir dalam proses ETL adalah metadata management.
Menurut Thomas Connolly (2010, p1209), metadata management adalah
sebuah penyimpanan yang diatur oleh peralatan ETL yang akan menjelaskan
tentang rincian sumber sistem, rincian pengubahan data dan rincian dari
pengubahan atau pemisahan data.
2.1.5 Dimensionality Modelling (Permodelan Dimensional)
Menurut Connolly and Begg (2010, p1227), dimensionality modelling
(permodelan dimensional) merupakan suatu teknik desain logikal yang bertujuan untuk
merepresentasikan data dalam bentuk dasar atau standar serta desain ini memungkinkan
untuk melakukan pengaksesan data dengan performa yang tinggi. Setiap model
dimensional yang terbentukdan terbuat dari gabungan beberapa primary key yang
disebut tabel fakta (fact table) dan sekumpulan tabel yang lebih kecil didalamnya yang
disebut tabel dimensi (dimensional table). Setiap tabel dimensi memiliki sebuah primary
key yang berhubungan secara langsung dengan sebuah key lain yang berada dalam tabel
fakta.
Keuntungan menggunakan pemodelan dimensional antara lain :
1. Pengaksesan data dapat dilakukan dengan lebih efisien;
2. Model dimensi dapat diperluas lagi jika dibutuhkan;
3. Kemampuan untuk menggambarkan keadaan bisnis secara umum;
4. Kemampuan untuk menangani perubahan akan kebutuhan.
2.1.5.1 Fact Table (Tabel Fakta)
Menurut Connolly dan Begg (2010), tabel fakta adalah tabel yang
berisikan composite primary key yang terdapat pada dimensional model.
Primary key dari tabel fakta dibuat dari 2 atau lebih foreign key. Tabel fakta
mengandung sesuatu yang dapat diukur seperti harga, jumlah barang dan lainlain.
28
Gambar 2.10 Contoh Tabel Fakta
(Sumber : Thomas Connolly, C. B. (2010). Database Systems :
A Practical Approach To Design, Implementationand Management Fifth Edition)
2.1.5.2 Dimensional Table (Tabel Dimensi)
Menurut Connolly dan Begg (2010), tabel dimensi adalah kumpulan
dari tabel yang lebih kecil dibandingkan tabel fakta pada dimensional model.
Setiap tabel dimensi mempunyai simple (noncomposite) primary key yang
berhubungan dengan salah satu komponen composite key pada tabel fakta.
Gambar 2.11 Contoh Tabel Dimensi
(Sumber : Thomas Connolly, C. B. (2010). Database Systems : A Practical
Approach To Design, Implementation, and Management Fifth Edition)
2.1.5.3 Skema Bintang (Star Schema)
Menurut Connolly dan Begg (2010, p1227), skema bintang merupakan struktur
logikal yang terdapat tabel fakta yang berisi data faktual, serta dikelilingi oleh tabel
dimensi yang berisikan data referensi (dimana dapat didenormalisasikan).
29
Gambar 2.12 Contoh Star Schema
(Sumber : Thomas Connolly, C. B. (2010). Database Systems : A
Practical Approach To Design, Implementation, and
Management Fifth Edition)
2.1.5.3.1
Keuntungan Menggunakan Skema Bintang
Menurut Connolly dan Begg (2010, p1230), keuntungan menggunakan
skema bintang antara lain :

Efisiensi, dalam arti struktur database yang konsisten menjadikan akses
data lebih efisien dengan menggunakan alat untuk menampilkan data
termasuk laporan tertulis dan query.

Kemampuan untuk mengatasi perubahan kebutuhan, skema bintang dapat
beradaptasi terhadap perubahan kebutuhan yang terjadi, karena sebuah
tabel diemensi memiliki kesamaan dalam hal menyediakan akses ke tabel
fakta.

Extensibility, dalam arti model dimensional ini dapat dikembangkan
lebih lanjut. Contohnya, dengan menambah tabel fakta selama data
30
tersebut masih konsisten, menambah tabel dimensi selama masih
terdapat
nilai
tunggal
pada
tabel
dimensi
tersebut
yang
mendefinisikan setiap record yang terdapat dalam tabel fakta.

Proses query yang dapat diprediksi, aplikasi data warehouse yang
mencari data dari level bawah akan lebih mudah dengan
menambahkan jumlah atribut pada tabel dimensi sebuah skema
bintang.
2.1.5.3.2
Jenis Skema Bintang
Skema bintang merupakan suatu rancangan database yang
terdapat dalam data warehouse yang menggambarkan secara jelas
hubungan antara struktur tabel fakta dan tabel dimensi. Skema bintang
terdiri dari beberapa jenis, yaitu sebagai berikut :
1. Skema bintang sederhana
Dalam skema bintang sederhana, setiap tabel harus mempunyai
primary key yang terdiri dari satu atau lebih foreign key dan primary
key
tersebut
harus
bersifat
unique.
Gambar
berikut
ini
menggambarkan hubungan antara tabel fakta dan dimensi.
Gambar 2.13 Skema Bintang Sederhana
( Sumber : W.H Inmon, 2005, p129)
2. Skema bintang dengan banyak tabel fakta
Skema bintang juga dapat memiliki lebih dari satu tabel fakta. Hal
tersebut terjadi dikarenakan skema ini berisi lebih banyak tabel fakta
pembelian dan tabel fakta persediaan. Walaupun terdapat banyak tabel
fakta, skema ini menggunakan tabel dimensi secara bersamaan.
2.1.5.4 Snowflake Schema
31
Selain skema bintang (star schema), juga terdapat snowflake schema. Menurut
Thomas Connolly (2010, p.1229), snowflake schema adalah sebuah model data
dimensional yang terdiri dari tabel fakta yang diletakkan di tengah-tengah dan
dikelilingi oleh tabel dimensi yang sudah mengalami proses normalisasi.
Gambar 2.14 Snowflake Schema
(Sumber : Thomas Connolly, C. B. (2010). Database Systems :
A Practical Approach To Design, Implementation, and
Management Fifth Edition)
2.1.5.5 Starflake Schema
Selain star schema dan snowflake schema masih terdapat star flake schema.
Menurut Thomas Connolly (2010, p.1230), starflake schema adalah sebuah model
data dimensional yang terdiri dari tabel fakta yang diletakkan di tengah - tengah dan
dikelilingi oleh tabel dimensi yang sudah mengalami proses normalisasi maupun
denormalisasi.
2.1.5.6 Surrogate Key
Surrogate Key adalah Key yang digunakan dalam tabel dimensi adalah
surrogate key dan menurut Thomas Connolly (2010, p.1079), surrogate key
adalah salah satu fitur penting dalam tabel dimensi yang dibuat berdasarkan
32
bilangan bulat, yang berfungsi untuk menggabungkan antara tabel dimensi
dengan tabel fakta.
2.1.6 Online Transaction Processing (OLTP)
Menurut Thomas Connolly (2010, p1198), OLTP adalah sebuah sistem yang
dirancang untuk memaksimalkan kapasitas pemrosesan transaksi. Dapat diartikan
bahwa OLTP adalah sebuah sistem yang dirancang untuk memasukkan data yang
sesuai ke dalam database dan dirancang untuk memaksimalkan kapasitas
pemrosesan transaksi.
2.1.7 Online Analytical Processing (OLAP)
Menurut Connolly dan Begg (2010, p1250), Online Analytical Processing
(OLAP) merupakan sintesis dinamis, analisis dan konsolidasi volume terbesar dari
multidimensional data. Teknologi OLAP memungkinkan data warehouse
digunakan secara efektif untuk proses online analysis, memberikan respon yang
cepat terhadap analytical queries yang kompleks. Berikut ini beberapa keuntungan
yang diperoleh dengan menerapkan OLAP, yaitu :
1. Meningkatkan produktivitas dari end-users bisnis dan pengembang teknologi
informasi.
2. Meningkatkan penghasilan dan keuntungan potensial dengan memungkinkan
perusahaan untuk merespon permintaan pasar lebih cepat.
3. Mengurangi back-log dari pengembangan aplikasi untuk staf teknologi
informasi dengan membuat end-user bebas untuk membuat perubahan skema
dan memungkinkan organisasi untuk merespon permintaan pasar lebih cepat.
4. Mengurangi lalu lintas jaringan dalam sistem OLTP atau dalam data
warehouse
2.1.8 Data Mart
Menurut Paulraj & Sivaprakasam (2012, p279) Sebuah data mart adalah
struktur sederhana dari data warehouse yang terdapat pada subjek yang berbeda (atau
fungsional area), seperti bagian keuangan, penjualan, pemasaran.
Data Mart sering dibangun oleh divisi tertentu dalam sebuah organisasi.
Ditentukan berdasarkan subjek tunggal, data mart biasanya menggambarkan data dari
sumber yang kecil. Sumbernya bisa berasal dari dalam sistem, pusat data warehouse
33
ataupun data eksternal. Data mart arsitektur dapat ditunjukkan pada gambar 2.15.
Langkah-langkah utama dalam menerapkan data mart yaitu :
- To Design the Schema
- Construct the physical storage
- Populate the data mart with data from source systems,
- Access it to make informed decisions, and
- Manage it over time
Gambar 2.15 : Overview of Data Mart
2.2. Teori – teori Khusus
2.2.1 Pembelian
Pembelian merupakan proses bisnis yang dilakukan antar dua pihak yaitu
pihak supplier dan pihak perusahaan untuk mendapatkan bahan-bahan produk yang
akan dijual oleh perusahaan.
Menurut Render (2011, p414), pembelian adalah perolehan barang dan jasa.
Secara umum definisi pembelian adalah suatu usaha pengadaan barang atau jasa
dengan tujuan yang akan digunakan sendiri, untuk kepentingan proses produksi
maupun untuk dijual kembali.
Menurut
Stevenson
(2009,
p518),
pembelian
adalah
proses
mendapatkan material, bagian - bagian, persediaan, dan layanan yang diperlukan
untuk memproduksi sebuah produk atau menyediakan sebuah layanan.
Menurut Mulyadi (2008, p316), Pembelian adalah suatu usaha yang
digunakan dalam perusahaan untuk pengadaan barang yang diperlukan oleh
perusahaan.
2.2.2 Persediaan
34
Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk
digunakan atau dijual pada masa atau periode yang akan datang. Persediaan
terdiri dari persediaan bahan baku, persediaan bahan setengah jadi, dan
persediaan barang jadi. Persediaan bahan baku dan bahan setengah jadi disimpan
sebelum digunakan atau dimasukan kedalam proses produksi, sedangkan
persediaan barang jadi atau barang dagangan disimpan sebelum dujual atau
dipasarkan. Dengan demikian setipa perusahaan yang melakukan kegiatan usaha
umumnya memiliki persediaan.
Inventory atau persediaan adalah suatu teknik untuk manajemen
material yang berkaitan dengan persediaan. Manajemen material dalan inventory
dilakukan dengan beberapa input yang digunakan yaitu: permintaan yang terjadi
(demand) dan biaya-biaya yang terkait dengan penyimpanan, setra biaya apabila
terjadi kekurangan persediaan (short-age).
Pengendalian
pengadaan
persediaan
perlu
diperhatikan
karena
berkaitan langsung dengan biaya yang harus ditanggung perusahaan sebagai
akibat adanya persediaan. Oleh sebab itu, persediaan yang ada harus seimbang
dengan kebutuhan, karena persediaan yang terlalu banyak akan mengakibatkan
perusahaan menanggung risiko kerusakan dan biaya penyimpanan yang tinggi
disamping biaya investasi yang besar. Tetapi jika terjadi kekurangan persediaan
10 akan berakibat terganggunya kelancaran dalam proses produksinya. Oleh
karenanya diharapkan terjadi keseimbangan dalam pengadaan persediaan
sehingga biaya dapat ditekan seminimal mungkin dan dapat memperlancar
jalannya proses produksi.
Pengertian persediaan menurut Agus Ristono (2009:1) menyatakan
bahwa: Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk
digunakan atau dijual pada masa atau periode yang akan datang. Persediaan
terdiri dari persediaan bahan baku, persediaan barang setengah jadi, dan
persediaan barang jadi.
Dari pengertian diatas dapat diketahui bahwa persediaan terdiri dari
persediaan bahan baku, persediaan barang setengah jadi, dan persediaan barang
jadi. Persediaan bahan baku dan barang setengah jadi di simpan sebelum di
gunakan atau dimasukkan ke dalam proses.
Persediaan menurut Moh. Benny Alexandri (2009:135) menyatakan :
Persediaan adalah suatu aktiva yang melipiti barang-barang milik perusahaan
dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu atau persediaan
35
barang-barang yang masih dalam pengerjaan atau proses produksi ataupun
persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses
produksi.
2.2.2.1
Tujuan Pengeloloaan Persediaan
Suatu pengendalian persediaan yang dijalankan oleh suatu perusahaan
sudah tentu memiliki tujuan-tujuan tertentu. Pengendalian persediaan yang
dijalankan adalah untuk menjaga tingkat persediaan pada tingkat yang optimal
sehingga diperoleh penghematan-penghematan untuk persediaan tersebut. Hal
inilah yang dianggap penting untuk dilakukan perhitugan persediaan sehingga
dapat menunjukan tingkat persediaan yang sesuai dengan kebutuhan dan dapat
menjaga kontinuitas produksi dengan pengorbanan atau pengeluaran biaya yang
ekonomis.
Tujuan pengelolaan persediaan menurut Agus Ristono (2009:4) adalah :
1) Untuk dapat memenuhi kebutuhan atau permintaan konsumen dengan cepat
(memuaskan konsumen).
2) Untuk menjaga kontinuitas produksi atau menjaga agar perusahaan tidak
mengalami kehabisan persediaan yang mengakibatkan terhentinya proses
produksi, hal ini dikarenakan :
a.
Kemungkinan barang (bahan baku dan penolong) menjadi langka
sehingga sulit diperoleh,
b.
Kemungkinan supplier terlambat mengirimkan barang yang dipesan.
3) Untuk mempertahankan dan bila mungkin meningkatkan penjualan dan
laba perusahaan.
4) Menjaga agar pembelian secara kecil-kecilan dapat dihindari, karena
dapat mengakibatkan ongkos pesan menjadi besar.
5) Menjaga supaya penyimpanan dalam emplacement tidak besar-besaran
karena akan mengakibatkan biaya menjadi besar.
2.2.2.2
Faktor-faktor Yang Menentukan Persediaan
Yang menjadi masalah bagi perusahaan adalah bagaimana
menentukan persediaan yang optimal, oleh karena itu perlu diketahui
faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya persediaan.
36
Menurut Agus Ristono (2009:6) faktor-faktor yang menentukan
persediaan adalah sebagai berikut :
a. volume atau jumlah yang dibutuhkan, yaitu yang dimaksudkan untuk
menjaga kelangsungan (kontinuitas) proses produksi. semakin banyak
jumlah bahan baku yang dibutuhkan, maka akan semakin besar tingkat
persediaan bahan baku.
b. kontinuitas produksi tidak terhenti, diperlukan tingkat persediaan bahan
baku yang tinggi dan sebaliknya.
c. sifat bahan baku/penolong, apakah cepat rusak (durable good) atau
tahan lama (undurable good).
2.2.2.3
Jenis dan Macam Persediaan
Pembagian
jenis
persediaan
dapat
berdasarkan
proses
manufaktur yang dijalani dan berdasarkan tujuan. maka persediaan dibagi
dalam tiga kategori yang sederhana dijelaskan oleh Agus Ristono (2009:7)
yaitu:
1) Persediaan bahan baku dan penolong
2) Persediaan bahan setengah jadi
3) Persediaan bahan jadi
Pembagian jenis persediaan berdasarkan tujuan terdiri dari :
1. Persediaan pengamanan (safety stock)
Persediaan pengamanan atau sering pula disebut sebagai safety stock
adalah persediaan yang dilakukan untuk mengantisipasi unsur
ketidakpastian permintaan dan persediaan. Apabila persediaan pengamanan
tidak mampu mengantisipasi tersebut, maka akan terjadi kekurangan
persediaan (stockout).
Faktor-faktor yang menentukan besarnya safety stock
a. Pengunaan bahan baku rata-rata
b. Faktor lama atau lead time (procurement time)
2. Persediaan antisipasi
Persediaan antisipasi disebut sebagai stabilization stock merupakan
persediaan yang dilakukan untuk menghadapi fluktuasi permintaan yang
sudah dapat diperlukan sebelumnya.
3. Persediaan dalam pengiriman (transit stock)
Persediaan dalam pengiriman disebut work-in process stock adalah
persediaan yang masih dalam pengiriman, yaitu :
37
a. Eksternal transit stock adalah persediaan yang masih berada dalam
transportasi.
b. Internal transit stock adalah persediaan yang masihmenunggu untuk
proses atau menunggu sebelum dipindahkan.
Download