Hindu dan Buddha Agus Setiawan, M.Sn Kata Hindu berkaitan dengan kata Hindustan, nama lain bagi tanah India. Filsuf Hindu berpikir utk mencari jalan lepas dari ikatan suniawi dan masuk ke dalam kebebasan yang baginya merupakan kesempurnaan Filsafat Hindu menyelediki alam, dicari intisarinya, diselami hakikatnya, dicari sebab-sebab yang sedalam-dalamnya, tujuan lebih lanjut: kebebasan. Wahyu kosmik (wahyu yang diperoleh manusia dari hasil kontemplasi menghayati alam semesta 1. Rig veda berisi pujian 2. Sama veda berisi nyanyian-nyanyian yang dinyanyikan utgatar (penyanyi) 3. Yajur veda berisi mantra dalam bentuk prosa 4. Atharwa veda beridi uraian dan doa-soa yang harus dikenal para brahmana Binatang ternak, padi, mentega, minuman Wakil dari kekuatan alam Dewa Vishnu, Agni, Surya, Vayu Mencakup hukum dan aturan yang tisak boleh diabaikan atau dilanggar. Meliputi segala-galanya, baik dewa maupun isinya. 1. Brahmana 2. Ksatria (bangsawan, raja dan keturunannya) 3. Waisya (pedagang) 4. Sudra (pekerja) Merujuk pada pengertian Yang Maha Kuasa Pusat alam semesta Untuk membedakan dengan Dewa Brahma Konsep satu Tuhan Tiga aspek yang berbeda Trimurti: Brahma, Wishnu, dan Siwa Dewa matahari, bulan Bentuk manusia atau spiritual = Wishnu dengan empat bentuk Tidak mengambil satu bentuk khusus tertentu Avatar, Dewa, Dewi Memahami keberagaman “penampakan” Yang Maha Kuasa” sebagai cara manusia memahami kemahakuasaan dan keterbatasan Brahman Tokoh awal Budhisme adalah Sidharta Gautama, seorang pangeran dari keluarga istana di Nepal. Ialah yang disebut dengan Buddha (yang sudah dicerahi). Ada reinkarnasi menurut kepercayaan Hindu yang sebagian besar diterima oleh agama Buddha, roda kehidupan dan kematian yang selalu berputar. Ada hukum sebab-akibat yaitu karma. Jadi persoalan penderitaan tanpa batas. Terang besar turun ke atas Sidharta di bawah pohon Bo. Ia menjadi Buddha atau yang tercerahkan. 1. 2. 3. 4. Kebenaran mulia tentang penderitaan Kebenaran mulia tentang sebab penderitaan Kebenaran mulia tentang melenyapkan penderitaan Kebenaran mulia tentang jalan menuju pelenyapan penderitaan Kelahiran, umur tua, sakit, mati, dipisahkan dari orang yang dikasihi, tidak lulus, tidak bisa kuliah, semua yang melekat di dunia Pikiran Perasaan tindakan 1. 2. 3. 1. 2. 3. Kebijaksanaan Kelurusan semadi 4. 5. 6. 7. 8. Penglihatan yang benar Keinginan yang benar Perkataan yang benar perbuatan yang benar hidup yang benar usaha yang benar Pikiran yang benar Semadi yang benar 1. Segala sesuatu bersifat fana 2. Segala sesuatu mengandung penderitaan 3. Segala sesuatu adalah tanpa ego Setiap benda berubah-ubah, tak ada yang tetap. “segala sesuatu mengalir”. Menurut Buddha perubahan benda inilah yang menyebabkan penderitaan. Benda-benda yang kita tangkap dengan panca indra memiliki potensi menimbulkan penderitaan. Menyadari diri tanpa ego akan membantu manusia untuk menyadari bahwa keinginannya pun bukan keinginan nyata karena muncul dari ego yang tak nyata. - Rupabheda, artinya pembedaan bentuk. Maksudnya, bentukbentuk yang digambarkan harus dapat segera dikenal oleh audience yng melihat. Bunga harus segera dapat dikenali sebagai bunga, pohon sebagai pohon. Pokoknya dalam hal ini ketrampilan seniman menyatakan bentuk harus jelas dan tak meragukan. - Sadrsya, kesamaan dalam penglihatan. Maksudnya, bentukbentuk yang digambarkan harus sesuai dengan ide yang terkandung didalamnya. Misalnya sebuah pohon dengan bungabunga dan buah-buah yang dimaksudkan sebagai lambang kesuburan, haruslah digambarkan dengan memberikan sugesti yang cukup mengenai kesuburan ini. Misalnya dengan menggambarkan batang-batangnya yang serba membulat segar, bunganya yang merekah dengan kelopak tebal seolah-olah dialiri air yang pada dasarnya esensi dari kesuburan - Pramana, sesuai dengan ukuran yang tepat. Sebagai konsekuensi dari prinsip ini. Maka tradisi menentukan patokan mengenai ukuran-ukuran dari tokoh-tokoh mitologis yang pada dasarnya adalah perwujudan dari ide-ide tertentu. Ide-ide yang tetap ini harus diteguhkan dengan ukuran-ukuran yang tetap pula. Disini proporsi menjadi sangat penting. Warnikabhangga, yaitu penguraian dan pembikinan warna. Seperti dalam seni lukis, warna mempunyai porsi sangat penting. Syarat ini adalah meliputi : pembuatan warna-warna dasar dan penyediaan alatalat lukis, percampuran warna dan pemakaian warna secara tepat. - Bhawa, bisa diartikan sebagai suasana dan sekaligus pancaran roso. Disini perasaan audience akan menjadi tolak ukur dari sebuah karya. - Lawanya, keindahan, daya pesona. Dalam hal ini sebuah karya dinilai secara kualitas, suatu hasil seni akan menimbulkan kesan yang dalam bagi penikmat seni bahkan bisa mempengaruhi batinnya. Seperti misalnya melihat sebuah patung Budha dari sarnath (zaman Gupta) yang dengan kesederhanaan komposisi tapi didampingi dengan keluwesan garis-garis dan pembidangannya, memancarkan keagungan, ketentraman dan kekhidmatan.