Pertemuan 7: Mencintai dengan Tulus A. Tuhan Mencintai Manusia 1. Pemahaman Islam Cinta Tuhan kepada manusia adalah tulus adanya, maka selayaknya kita manusia mencintai Tuhan juga dengan tulus, tanpa pamrih sedikit pun. 2. Pemaham Kristen Cinta Tuhan yang begitu besar pada manusia terwujud dalam diri Yesus Kristus. Bahkan Yesus Kristus dipandang sebagai puncak perwujudan kasih Tuhan pada manusia. Seluruh hidup dan perjuangan Yesus Kristus, yang mencapai puncaknya di dalam sengsara, wafat dan kebangkitannya membuahkan keselamatan bagi manusia. 3. Pemahaman Hindu Kuasa Tuhan sebagaimana digambarkan dalam sifat Brahman (Tuhan Pencipta) adalah sifat kasih yang amat besar yang ditunjukkan Tuhan dalam setiap penciptaannya. 4. Pemahaman Buddha Hidup sesuai dengan Jalan Mulia Berunsur Delapan, yaitu: Pengertian benar, pikiran benar, ucapan benar, perbuatan benar, mata pencaharian benar, daya upaya benar, perhatian benar, dan semedi benar. B. Perintah Untuk Mencintai 1. Mencintai menurut ajaran Islam - Belumlah sempurna iman kalian sebelum kalian mampu mencintai orang lain seperti mencintai diri sendiri. - Antara orang yang beriman satu dengan orang yang beriman lain itu bagaikan sebuah bangunan, di mana suatu bagian memperkuat bagian bangunan yang lain. - Antara orang yang beriman satu dengan orang yang beriman lain bagaikan sebuah jasad/badan, jika satu bagian jasad merasakan sakit maka bagian jasad lain akan merasakan sakit juga. 2. Mencintai menurut ajaran Kristen Pesan terakhir dan penting dari Yesus sebelum ditangkap: “Aku memberi perintah baru kepadamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu, demikian pula kamu harus saling mengasihi.” Tiga hal yang paling utama dalam mencintai, yaitu iman, pengharapan dan kasih dan yang paling terbesar diantaranya adalah kasih. 3. Mencintai menurut ajaran Hindu Yoga adalah mencintai Tuhan dengan setulus hati, bukan sekedar mengatakan bahwa kita mencintai Tuhan, melainkan mencintai-Nya dalam kehidupan nyata. Kita juga mencintai halhal lain karena cinta kita kepada-Nya. Kita mencintai-Nya dan mencintai yang lain tanpa pamrih apa pun, melainkan karena cinta itu sendiri. 4. Mencintai menurut ajaran Buddha Kasih sebagai pengorbanan dalam agama Buddha menyangkut kesempurnaan yang harus dipraktekkan oleh semua calon Buddha. Hidup adalah milik dari orang yang memelihara atau menyelamatkan, bukan milik orang yang menghancurkan. Manusia harus saling melindungi. C. Wujud Cinta Kasih 1. Ajaran Islam - Dimanifestasikan dalam perilakunya kepada orang lain mau pun diri sendiri, baik secara langsung maupun tidak langsung. Bagaimana pun, seseorang itu mempunyai kewajiban azasi terhadap dirinya sendiri, berupa kewajiban memelihara dirinya sendiri, secara fisik maupun psikis. - Memelihara kebersihan, kesehatan dan keserasian diri. - Tidak berprasangka terhadap satu sama lain. - Saling memberikan pertolongan. - Saling bermusyawarah dalam memecahkan permasalahan bersama. 2. Ajaran Kristen - Sabar dan murah hati. - Tidak cemburu. - Tidak memegahkan diri dan tidak sombong. - Tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. - Tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan. - Tidak bersukacita karena ketidak-adilan, tetapi kebenaran. - Berkorban dengan tulus. 3. Ajaran Hindu - Membina dan membentuk watak pribadi maupun budi pekerti yang luhur bagi umat manusia. - Kasih sayang kepada semua makhluk. 4. Ajaran Buddha - Metta: memancarkan cinta kasih yang tidak terbatas. - Karuna: belas kasihan terhadap semua makhluk yang sedang menderita, mendapat kesukaran maupun kemalangan. - Mudita: kegembiraan yang simpatik terhadap sukses, kejayaan dan kebahagiaan orang lain. - Upekha: keseimbangan batin dalam menghadapi goncangan-goncangan hidup. - Ahisma: tanpa kekerasan. D. Menghayati Cinta Tulus Dalam Hidup Sehari-hari 1. Peka terhadap penderitaan sesama - Miskin dan penganggur. - Cacat fisik, mental dan social. - Tertimpa bencana alam. - Tertimpa penganiayaan. - Sedang menderita penyakit. 2. Tidak menyebabkan orang lain menderita 3. Mengantisipasi masa depan. Artikel Pertemuan 7: ”Kekayaan, Kesuksesan dan Cinta”; “Membedakan Siang dan Malam”; “Kemurahan Hati Yang Sejati”. Pertemuan 8: Menahan dan Mengendalikan Diri A. Daya Tarik Duniawi 1. Daya tarik kekuasaan Dengan kekuasaan maka seseorang memiliki peluang untuk bisa memaksakan kehendaknya, mudah memperoleh penghormatan dan sikap tunduk dari orang yang dikuasainya. Contoh penyalahgunaan kekuasaan: - menguasai materi. - memaksakan kehendak. - menghancurkan lawan. - memperalat orang lain sebagai pemuas nafsu - dan sebagainya… 2. Daya tarik material Kita ingin memiliki sesuatu, ingin memiliki apa yang kita lihat dimiliki oleh orang lain, oleh tetangga dan sebagainya. Keinginan kita melebihi dari sekedar keperluan. Ini bagaikan kehausan yang tak pernah terpuaskan secara tuntas. Jiwa konsumeritis, keinginan untuk membelanjakan uang, membeli barang, merupakan masalah serius zaman kita ini. 3. Daya tarik seksual Hedone = kesenangan atau kenikmatan. Hedonisme = menyamakan kebaikan dan kesenangan. Banyaknya pelecehan seksual, perselingkuhan, yang sering kita dengar di media-media. Manusia sesungguhnya bisa menempatkan masalah seksualitasnya pada pengungkapan dan penghayatan yang tepat. B. Menghadapi Berbagai Godaan 1. Memegang Kendali - Islam: suatu perbuatan yang dilakukan oleh seseorang itu adalah tanggungjawabnya sendiri. Barang siapa berbuat kebaikan, dia akan mendapat imbalan dan sebaliknya. - Kristen: umat diajak bersikap kritis dalam menjalankan hidupnya di tengah-tengah dunia ini. Penguasaan diri harus menjadi pembawaan dan sikap yang selalu tampak dalam diri setiap orang beriman. Dengan sikap ini, maka orang tetap sebagai pengendali hidupnya sendiri, sekaligus bertanggung jawab atas pilihan tindakannya. - Hindu: Moksa yaitu sebuah tanda jika seseorang sukses dalam hidup, karema dia sudah tidak lagi dikendalikan oleh harta dan dunia. - Buddha: Perbuatan yang baik akan mengakibatkan karma yang baik dan sebaliknya. Pengendalian diri yaitu memilih melakukan perbuatan-perbuatan baik. 2. Mengedepankan rasio Keputusan penting yang kita ambil haruslah terutama dikendalikan oleh pemikiran kita yang rasional. 3. Melawan dengan iman Hadapi berbagai godaan dengan iman yang kita miliki. C. Saling Menjaga Satu Sama Lain 1. Tidak menyebabkan jatuhnya orang lain. 2. Saling membantu mengatasi godaan. D. Dari Pengendalian Diri Menuju Cinta - Makna Minimal (Negatif): menahan dan mengendalikan diri untuk tidak terjerumus dalam godaan dan tidak menggoda orang lain dan kita berhenti sampai di situ. - Makna Maksimal (Positif): keberhasilan kita menahan dan mengendalikan diri yang membuat kita semakin berani dan mampu untuk mencintai. 1. Membebaskan diri dari hambatan 2. Memusatkan perhatian pada sesama Artikel Pertemuan 8: - Raja yang rakus harta - Iman yang menyelamatkan - Beristri empat Pertemuan 9: Rendah Hati dan Mau Mengampuni A. Tuhan Maha Pengampun 1. Tuhan mengampuni umat-Nya - Islam: bagaimana mungkin Tuhan memaafkan orang yang menjadikan tuhan lain menjadi sesembahannya. - Kristen: gambaran tentang kemurahan Allah untuk mengampuni umat-Nya, dilukiskan dalam cerita “Anak yang hilang”. - Hindu: dosa yang dibuat oleh manusia nantinya akan menjadi lebur dengan sendirinya oleh perbuatan baik itu sendiri. - Buddha: Jalan Mulia Berunsur Delapan, yaitu: Pengertian benar, pikiran benar, ucapan benar, perbuatan benar, mata pencaharian benar, daya upaya benar, perhatian benar, dan semedi benar. 2. Perlu pertobatan “Metanoia” (meta = perubahan, nous = mentalitas) merupakan maksud dari pertobatan yang artinya sendiri yaitu perubahan radikal dalam diri manusia, yaitu dalam cara berpikir, bersikap dan bertindak. - Islam: kesalahan kecil = minta maaf dan kesalahan besar = pertobatan. - Kristen: pertobatan harus ada untuk memperoleh pengampunan. - Hindu: pertobatan harus melaksanakan dasa yama brata (ksamavrata dan pritivrata) dan melaksanakan upacara penebusan dosa. - Buddha: karma buruk yang dilakukan seseorang akan berakibat pada kekesalan seseorang atau kekecewaan bagi yang menerima karma buruk itu. Manusia hendaknya selalu berbuat baik. 3. Perintah untuk mengampuni B. Harus Dengan Kerendahan Hati 1. Berat namun tetap merupakan kewajiban Contoh hidup dalam kisah Nelson Mandela yang berhasil mewujudkan keinginannya yang didorong oleh iman karena ia membangun perdamaian di antara manusia. 2. Dasar bagi kerendahan hati 3. Menghayati dan mengembangkan kerendahan hati C. Wujud Pemberian Maaf dan Ampun 1. Memulainya dari hati 2. Menunjukkan sikap dan perilaku kebaikan 3. Menyatakan dengan kata-kata D. Makna Pemberian Maaf dan Ampun 1. Terciptanya kedamaian 2. Sebuah tanda kemenangan 3. Memperlihatkan kebesaran jiwa 4. Mengungkapkan kematangan pribadi 5. Memperlihatkan kedewasaan iman Pertemuan 10: Setia Pada Kebenaran A. Kebenaran Tuhan yaitu tindakan merendahkan kebenaran Tuhan yang tak terhinggak luas dan dalamnya. Kebenaran Tuhan adalah kebenaran utama dan kebenaran lain hanya ambil bagian dari kebenaran itu. Akal Budi yaitu kemampuan manusia untuk memikirkan dan mengetahui yang baik dan yang buruk, yang benar dan yang salah. 1. Kebenaran wahyu Tuhan - Kitab keagamaan sebagai pernyataan kebenaran - Hati manusia sebagai tempat pewahyuan Tuhan 2. Kitab-kitab suci keagamaan - Islam: Al - Qur’an - Kristen: Alkitab - Hindu: Weda, terdiri dari Reg Weda, Sama Weda dan Yajur Weda. - Buddha: Tripitaka, terdiri dari Vinaya Pitaka (peraturan bagi para Biksu dan Biksuni), Sutta Pitaka (khotbah-khotbah) dan Abhidhamma Pitaka (uraian-uraian filsafat agama Buddha). B. Manusia Mampu Mengetahui Kebenaran 1. Kekuatan akal budi Dengan akal budi, manusia mampu memajukan dirinya, memajukan budaya dan peradabannya, serta mampu membuat sejarah, mampu belajar dari pengalaman, yang membuatnya semakin tahu banyak hal. 2. Kemampuan menentukan diri sendiri (kebebasan) Dengan kemampuan ini, manusia mampu menentukan dirinya sendiri dan apa yang mau diperbuatnya. Ini adalah kebebasan eksistensial yang ada pada manusia, dengannya manusia mampu memilih dari berbagai kemungkinan yang terbuka baginya. 3. Keterikatan pada tanggung jawab Tanggung jawab adalah suatu konsekuensi dari adanya akal budi dan kehendak bebas. C. Hidup Benar di Hadapan Tuhan 1. Hidup sesuai perintah Tuhan Ini bukti nyata bahwa kita adalah orang beriman. 2. Mentaati hati nurani Hati nurani adalah hati yang diterangi yang membuat kita sadar akan kewajiban kita atau apa yang harus kita lakukan, kini dan di sini. 3. Menggunakan akal yang baik D. Wujud Konkrit Kesetiaan Pada Kebenaran 1. Setia pada janji 2. Patuh pada hukum 3. Berlaku jujur dan adil Artikel Pertemuan 10: “Kebenaran dan Ibarat”; “Tukang Roti dan Petani”. Pertemuan 12: Mengembangkan Dialog Antar Agama A. Pengertian Dialog Dialog: pembicaraan secara langsung antara orang-orang yang mempunyai pandangan berbeda tentang sesuatu hal, untuk saling tukar informasi, sehingga memperoleh saling pengertian. 1. Bukan mencari siapa benar dan siapa salah Dialog yang konstruktif akan membawa kita untuk mencapai bukan hanya sikap tidak bermusuhan, melainkan lebih dari itu, sama-sama menyadari tugas dan tanggung jawab besar yang kita pikul bersama sebagai umat beragama, yakni mewujudkan kebaikan bagi semua orang dalam hidup ini. 2. Menghargai agama dan kepercayaan orang lain Sikap ini hanya bisa tumbuh dan berkembang di hati apabila kita menghapuskan dari kita pandangan atau klain bahwa hanya agama kita yang benar sedangkan agama lain salah. 3. Dari eksklusif ke inklusif Untuk bisa mewujudkan makna agama sebagai berkah bagi manusia, maka harus ada peralihan sikap, dari eksklusif ke inklusif. Kita harus keluar dari ketertutupan dan sekat pemisah yang membuat kita tidak peduli terhadap satu sama lain. Untuk membangun dialog yang konstruktif dan terbuka ada 2 hal, yaitu: - Melakukan pemikiran kembali terhadap konsep-konsep lama tentang agama dan masyarakat untuk menuju era pemikiran baru berdasarkan solidaritas historis dan integrasi sosial. - Melakukan reformasi pemikiran dari pemikiran teologis yang eksklusif menuju yang inklusif, terbuka dan pluralis serta bersedia menerima umat beragama lain sebagai teman dialog untuk memperluas wawasan dan pengalaman keagamaan. B. Pentingnya Dialog Antar Agama 1. Tujuan yang ingin dicapai Tujuan: menekankan kesinambungan kedalaman hubungan yang dapat ditemukan di antara agama-agama dan komunitas, mencegah kesalah-pahaman dan permusuhan, mendukung keberadaan agama masing-masing dan dapat memperkaya pemahaman dan penghayatan iman dari masing-masing umat beragama. 2. Berlaku di antara yang seagama C. Model Dialog Antar Umat Beragama 1. Membuat pengelompokkan - Pusatkan pembicaraan tentang ada banyak jalan menuju ke satu sumber ilahi sebagai titik awal pembicaraan - Berbagai kategori yang sama dipakai untuk mengelompokkan mereka menurut eklesiosentris (terpusat pada Gereja) atau kristosentris (terpusat pada Allah) sebagai titik awal pembicaraan. - mempergunakan criteria penjabaran tentang pemahaman Eksklusivisme, Inklusivisme dan Pluralisme. 2. Melakukan dialog bertingkat - Dialog kehidupan sehari-hari - Dialog melakukan pekerjaan sosial - Dialog pengalaman keagamaan - Dialog pandagan teologis 3. Menghargai perbedaan interpretasi teks suci - Mengakui dan menghargai perbedaan pemahaman terhadap kitab suci orang lain. - Berdebat secara cerdas dan bukan berdebat kusir. Diskusi dengan baik. 4. Mengikuti Kuliah Character Building D. Dialog Inter Agama 1. Latar belakang timbulnya perbedaan pandangan - Karena perbedaan penafsiran - Perbedaan latar belakang pendidikan - Perbedaan visi politik 2. Model dialog yang dapat dilakukan - Mengadakan pertemuan berkesinambungan - Lebih mengutamakan kesamaan - Saling menjelaskan dan mendengarkan - Mengutamakan pesan kedamaian, kebenaran dan keselamatan Artikel Pertemuan 12: - Pameran Agama-Agama - Pencarian - Darimana Asal Anda - Banyak Jalan