pengaruh rasio keuangan terhadap

advertisement
9
BAB 2
TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
2.1 Tinjauan Teoretis
2.1.1 Pengertian Laporan keuangan
Laporan keuangan pada umumnya merupakan hasil dari suatu pencatatan
transaksi-transaksi yang terjadi pada perusahaan selama periode tertentu. Laporan
keuangan yang dibuat dan disusun harus sesuai dengan aturan standar yang
berlaku. Setelah seluruh data transaksi dicatat selanjutnya dianalisis sehingga
dapat menjadi suatu informasi untuk mengetahui kondisi keuangan dan posisi
perusahaan terkini. Laporan keuangan merupakan dasar untuk menentukan
langkah apa yang akan diambil oleh perusahaan untuk saat sekarang ini dan
kedepannya, dengan melihat berbagai persoalan yang timbul baik kelemahan
ataupun kelebihan yang dimiliki.
Menurut Harahap (2013:105) laporan keuangan menggambarkan kondisi
keuangan dan hasil suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu
tertentu.
Menurut Fahmi (2012:2) laporan keuangan merupakan suatu informasi yang
menggambarkan kondisi atau keadaan dari suatu perusahaan, dimana selanjutnya
informasi itu akan menjadi suatu informasi yang menggambarkan tentang kinerja
suatu perusahaan.
Menurut
Kasmir
(2013:7)
laporan
keuangan
adalah
laporan
yang
menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode
tertentu. Maksud laporan keuangan yang menunjukkan kondisi perusahaan saat ini
10
adalah merupakan kondisi terkini. Kondisi perusahaan terkini adalah keuangan
perusahaan pada tanggal tertentu (untuk neraca) dan periode tertentu (untuk
laporan laba rugi). Biasanya laporan keuangan dibuat per periode, dengan adanya
laporan keuangan, dapat diketahui posisi perusahaan terkini setelah menganalisis
laporan keuangan tersebut.
2.1.1.1 Tujuan Laporan Keuangan
Menurut Kasmir (2013:11) tujuan laporan keuangan disusun guna memenuhi
kepentingan berbagai pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. Secara
umum laporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi keuangan suatu
perusahaan, baik pada saat tertentu maupun pada periode tertentu. Berikut ini
beberapa tujuan pembuatan atau penyusunan laporan keuangan yaitu :
1. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta) yang dimiliki
perusahaan pada saat ini.
2. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan modal yang
dimiliki perusahaan pada saat ini.
3. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang diperoleh
pada suatu periode tertentu.
4. Memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya yang dikeluarkan
perusahaan dalam suatu periode tertentu.
5. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi terhadap
aktiva, pasiva dan modal perusahaan.
6. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam suatu
periode.
11
7. Memberikan informasi tentang catatan-catatan atas laporan keuangan.
8. Informasi keuangan lainnya.
Jadi, dengan memperoleh laporan keuangan suatu perusahaan, akan dapat
diketahui kondisi keuangan perusahaan secara menyeluruh.
2.1.1.2 Sifat Laporan Keuangan
Menurut Kasmir (2013:11) pencatatan yang dilakukan dalam penyusunan
laporan keuangan harus dilakukan dengan kaidah-kaidah yang berlaku, demikian
pula dalam hal penyusunan laporan keuangan didasarkan kepada sifat laporan
keuangan itu sendiri. Dalam hal ini sifat laporan keuangan yaitu :
1. Bersifat Historis
Bersifat Historis artinya bahwa laporan keuangan dibuat dan disusun dari
masa lalu atau masa yang sudah lewat dari masa sekarang. Misalnya laporan
keuangan disusun berdasarkan data satu atau dua atau beberapa tahun ke
belakang (tahun atau periode sebelumnya).
2. Bersifat Menyeluruh
Bersifat Menyeluruh artinya laporan keuangan dibuat selengkap mungkin,
laporan keuangan disusun sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Pembuatan atau penyusunan yang hanya sebagian-sebagian (tidak lengkap)
tidak akan memberikan informasi yang lengkap tentang keuangan suatu
perusahaan.
2.1.1.3 Keterbatasan Laporan Keuangan
Menurut Kasmir (2013:15) laporan keuangan yang telah disusun sedemikian
rupa agar terlihat sempurna. Di balik itu sebenarnya ada beberapa ketidaktepatan
12
terutama dalam jumlah yang telah di susun akibat berbagai faktor. Laporan
keuangan belum dapat dikatakan mencerminkan keadaan keuangan perusahaan
secara keseluruhan. Hal ini disebabkan adanya hal-hal yang belum atau tidak
tercatat dalam laporan keuangan tersebut. Oleh karena itu, setiap laporan
keuangan yang disusun pasti memiliki keterbatasan tertentu. Berikut beberapa
keterbatasan laporan keuangan yang dimiliki perusahaan :
1. Pembuatan laporan keuangan disusun berdasarkan sejarah (historis), di mana
data-data yang diambil dari data masa lalu.
2. Laporan keuangan dibuat umum, artinya untuk semua orang, bukan hanya
untuk pihak tertentu saja.
3. Proses penyusunan tidak terlepas dari taksiran-taksiran dan pertimbanganpertimbangan tertentu.
4. Laporan
keuangan
bersifat
konservatif
dalam
menghadapi
situasi
ketidakpastian, misalnya dalam suatu peristiwa yang tidak menguntungkan
selalu dihitung kerugiannya.
5. Laporan keuangan selalu berpegang teguh kepada sudut pandang ekonomi
dalam memandang peristiwa-peristiwa yang terjadi bukan kepada sifat
formalnya.
Keterbatasan laporan keuangan tidak akan mengurangi arti nilai keuangan secara
langsung karena hal ini memang harus dilakukan agar nantinya dapat
menunjukkan kejadian yang mendekati sebenarya, meskipun perubahan berbagai
kondisi dari berbagai sektor yang terjadi. Artinya selama laporan keuangan
13
disusun sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan, maka laporan keuangan
tersebut telah memenuhi syarat.
2.1.1.4 Pihak yang Memerlukan Laporan Keuangan
Menurut Kasmir (2013:18) laporan keuangan disusun berdasarkan tujuan.
Tujuan utamanya adalah untuk kepentingan pemilik dan manajemen perusahaan
dan memberikan informasi kepada berbagai pihak yang sangat berkepentingan
terhadap perusahaan. Artinya, pembuatan dan penyusunan laporan keuangan
ditujukan untuk memenuhi kepentingan berbagai pihak, baik pihak intern maupun
ekstern perusahaan. Masing-masing pihak memiliki kepentingan tersendiri dalam
menggunakan laporan keuangan tersebut. Berikut penjelasan masing-masing
pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan :
1. Pemilik
Pemilik adalah mereka yang memiliki usaha tersebut. Hal ini tercermin dari
kepemilikan saham yang dimilikinya. Kepentingan bagi para pemegang saham
yang merupakan pemilik perusahaan terhadap hasil laporan keuangan yang
telah dibuat adalah :
a. Untuk melihat kondisi dan posisi keuangan perusahaan saat ini
b. Untuk melihat perkembangan dan kemajuan perusahaan dalam suatu
periode. Kemajuan ini dilihat dari kemampuan manajemen dalam
menciptakan laba dan pengembangan aset perusahaan. Dari laporan ini
pemilik dapat menilai kedua hal tersebut apakah ada perubahan atau tidak.
Kemudian, jika memperoleh laba, pemilik akan mengetahui berapa
dividen yang diperolehnya.
14
c. Untuk menilai kinerja manajemen atas target yang telah ditetapkan artinya
penilaian diberikan untuk manajemen perusahaan ke depan, apakah perlu
pergantian manajemen atau tidak. Kemudian, disusun rencana berikutnya
untuk menentukan langkah-langkah apa saja yang perlu dilakukan, baik
penambahan maupun perbaikan.
2. Manajemen
Kepentingan pihak manajemen perusahaan terhadap laporan keuangan
perusahaan yang mereka buat juga memiliki arti tertentu. Bagi pihak
manajemen laporan keuangan yang dibuat merupakan cermin kinerja mereka
dalam suatu periode tertentu. Berikut ini nilai penting laporan keuangan bagi
manajemen :
a. Dengan laporan keuangan yang dibuat, manajemen dapat menilai dan
mengevaluasi kinerja mereka dalam suatu periode, apakah telah mencapai
target-target atau tujuan yang telah ditetapkan atau tidak.
b. Manajemen juga akan melihat kemampuan mereka mengoptimalkan
sumber daya yang dimiliki perusahaan yang ada selama ini.
c. Laporan keuangan dapat digunakan untuk melihat kekuatan dan
kelemahan yang dimiliki perusahaan saat ini sehingga dapat menjadi dasar
pengambilan keputusan di masa yang akan datang.
d. Laporan keuangan dapat digunakan untuk mengambil keputusan keuangan
ke depan berdasarkan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan,
baik dalam hal perencanaan, pengawasan, dan pengendalian ke depan
sehingga target-target yang diinginkan dapat tercapai.
15
3. Kreditor
Kreditor merupakan pihak pemberi dana seperti bank atau lembaga keuangan.
Kepentingan pihak kreditor terhadap laporan keuangan perusahaan adalah
dalam hal memberi pinjaman atau pinjaman yang telah berjalan sebelumnya.
Bagi pihak kreditor, prinsip kehati-hatian dalam menyalurkan dana (pinjaman)
kepada berbagai perusahaan sangat diperlukan. Kepentingan pihak kreditor
antara lain sebagai berikut :
a. Pihak kreditor tidak ingin usaha yang dibiayainya mengalami kegagalan
dalam hal pembayaran kembali pinjaman tersebut. Oleh karena itu pihak
kreditor sebelum memberikan dana terlebih dahulu melihat kemampuan
perusahaan untuk membayarnya. Salah satu ukuran kemampuan
perusahaan dapat dilihat dari laporan keuangan yang telah dibuat.
b. Pihak kreditor juga perlu memantau terhadap kredit yang sudah berjalan
untuk melihat perusahaan dalam membayar kewajibannya. Oleh karena
itu, kelayakan usaha yang akan dibiayai dan besarnya jumlah pinjaman
yang disetujui akan terlihat dari laporan keuangan yang telah dibuat.
c. Pihak kreditor juga tidak menginginkan kredit atau pinjaman yang
diberikan justru menjadi beban nasabah dalam pengembaliannya apabila
ternyata kemampuan perusahaan di luar dari yang diperkirakan.
4. Pemerintah
Pemerintah juga memiliki nilai penting atas laporan keuangan yang dibuat
perusahaan. Bahkan pemerintah melalui Departemen Keuangan mewajibkan
kepada setiap perusahaan untuk menyusun dan melaporkan keuangan
16
perusahaan secara periodik. Arti penting laporan keuangan bagi pihak
pemerintah adalah :
a. Untuk menilai kejujuran perusahaan dalam melaporkan seluruh keuangan
perusahaan yang sesungguhnya.
b. Untuk mengetahui kewajiban perusahaan terhadap negara dari hasil
laporan keuangan yang dilaporkan. Dari laporan ini akan terlihat jumlah
pajak yang harus dibayar kepada negara secara jujur dan adil.
5. Investor
Investor adalah pihak yang hendak menanamkan dana di suatu perusahaan.
Jika suatu perusahaan memerlukan dana untuk memperluas usaha atau
kapasitas usahanya di samping memperoleh pinjaman dari lembaga keuangan
seperti bank dapat pula diperoleh dari para investor melalui penjualan saham.
Dalam memilih sumber dana pihak perusahaan memiliki berbagai
pertimbangan tentunya seperti faktor bunga dan jumlah angsuran ke depan.
Namun, perusahaan juga ingin memberikan peluang kepemilikan kepada
masyarakat atau pihak lainnya. Bagi investor yang ingin menanamkan dana
dananya dalam suatu usaha sebelum memutuskan untuk membeli saham, perlu
mempertimbangkan banyak hal secara matang. Dasar pertimbangan investor
adalah dari laporan keuangan yang disajikan perusahaan yang akan
ditananmnya. Dalam hal ini investor akan melihat prospek usaha ini sekarang
dan masa yang akan datang. Prospek yang dimaksud adalah keuntungan yang
akan diperolehnya (dividen) serta perkembangan nilai saham ke depan.
17
Setelah itu, investor dapat mengambil keputusan untuk membeli saham suatu
perusahaan atau tidak.
2.1.1.5 Unsur Laporan Keuangan
Menurut Prastowo dan Juliaty (2005:9) laporan keuangan menggambarkan
dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang diklasifikasikan dalam
beberapa kelompok besar menurut karakteristik ekonomi, yang merupakan unsur
laporan keuangan. Unsur ini dapat diklasifikasikan menjadi unsur yang berkaitan
secara langsung dengan pengukuran posisi keuangan dan unsur yang berkaitan
secara langsung dengan pengukuran kinerja. Laporan perubahan posisi keuangan
biasanya mencerminkan berbagai unsur laporan laba rugi dan berbagai perubahan
dalam neraca. Di dalam neraca dan laporan laba rugi, penyajian berbagai unsur
tersebut memerlukan proses sub-klasifikasi.
2.1.1.6 Jenis-Jenis Laporan Keuangan
Menurut Kasmir (2013:28) Secara umum jenis-jenis laporan keuangan yaitu :
1. Neraca
Merupakan laporan keuangan yang menunjukkan posisi keuangan perusahaan
pada tanggal tertentu. Arti dari posisi keuangan yang dimaksud berupa posisi
jumlah dan jenis aktiva (harta), kewajiban (utang), dan modal perusahaan
(ekuitas) pada saat tertentu. Neraca dapat dibuat untuk mengetahui kondisi
(jumlah dan jenis) harta, utang, dan modal perusahaan. Dan juga neraca dibuat
dalam waktu tertentu setiap saat dibutuhkan, namun neraca biasanya dibuat
pada akhir tahun atau kuartal. Penyusunan komponen di dalam neraca
didasarkan pada tingkat likuiditas dan jatuh tempo. Artinya penyusunan
18
komponen yang mudah dicairkan. Komponen yang ada dalam suatu aktiva
yaitu :
a. Aktiva lancar yang terdiri dari : kas, rekening pada bank, deposito
berjangka, surat berharga, piutang, pinjaman yang diberikan, persediaan,
biaya dibayar dimuka, pendapatan yang masih harus diterima.
b. Aktiva tetap yang terdiri dari : aktiva tetap berwujud (tanah, mesin,
bangunan, peralatan, kendaraan, akumulasi penyusutan) dan aktiva tetap
tidak berwujud (Goodwill, hak cipta, lisensi, merek dagang)
c. Aktiva lainnya terdiri dari : gedung dalam proses, tanah dalam
penyelesaian, piutang jangka panjang, uang jaminan, uang muka investasi.
Komponen kewajiban yang ada dalam neraca yaitu :
a. Kewajiban Lancar (Utang Jangka Pendek) yang terdiri dari : utang dagang,
utang wesel, utang bank, utang pajak, biaya yang masih harus dibayar,
utang sewa guna usaha, utang dividen, utang gaji.
b. Utang Jangka Panjang yang terdiri dari : utang hipotek, utang obligasi,
utang bank jangka panjang.
Komponen Modal yaitu :
a. Modal Saham
b. Agio Saham
c. Laba Ditahan
d. Cadangan Laba
e. Modal Sumbangan
19
Informasi yang disajikan dalam neraca meliputi :
a. Jenis-jenis aktiva atau harta yang dimiliki (Asset)
b. Jumlah rupiah masing-masing jenis aktiva
c. Jenis-jenis kewajiban atau utang (Liability)
d. Jumlah rupiah masing-masing jenis kewajiban
e. Jenis-jenis modal (Equity)
f. Jumlah rupiah masing-masing jenis modal
2. Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi merupakan laporan keuangan yang menggambarkan hasil
usaha perusahaan dalam suatu periode tertentu. Dalam laporan laba rugi
tergambar jumlah pendapatan dan sumber-sumber pendapatan yang diperoleh,
dan juga tergambar jumlah biaya dan jenis biaya yang dikeluarkan oleh
perusahaan selama periode tertentu. Dari jumlah pendapatan dan jumlah biaya
ini terdapat selisih yang disebut laba atau rugi. Laporan laba rugi dibuat dalam
siklus operasi atau periode tertentu guna mengetahui jumlah perolehan
pendapatan dan biaya yang telah dikeluarkan sehingga dapat diketahui apakah
perusahaan dalam keadaan untung atau rugi.
Komponen pendapatan yang dilaporkan dalam laporan laba rugi terdiri dari :
a. Pendapatan atau penghasilan yang diperoleh dari usaha pokok (usaha
utama) perusahaan.
b. Pendapatan atau penghasilan yang diperoleh dari luar usaha pokok (usaha
sampingan) perusahaan.
20
Untuk komponen pengeluaran atau biaya-biaya terdiri dari :
a. Pengeluaran atau biaya yang dibebankan dari usaha pokok (usaha utama)
perusahaan
b. Pengeluaran atau biaya yang dibebankan dari luar usaha pokok (usaha
sampingan) perusahaan
Untuk lebih jelasnya berikut ini komponen-komponen yang ada dalam suatu
laporan laba rugi :
a. Penjualan (Pendapatan)
b. Harga Pokok Penjualan (HPP)
c. Laba Kotor
d. Biaya Operasi (biaya umum, biaya penjualan, biaya sewa, biaya
administrasi)
e. Laba Kotor Operasional
f. Penyusutan (Depresiasi)
g. Pendapatan Bersih Operasi
h. Pendapatan Lainnya
i. Laba Sebelum Bunga dan Pajak atau EBIT (Earning Before Interest and
Tax)
j. Biaya Bunga (bunga wesel, bunga bank, bunga hipotek, bunga obligasi)
k. Laba Sebelum Pajak atau EBT (Earning Before Tax)
l. Pajak
m. Laba Setelah Bunga dan Pajak atau EAIT (Earning After Interest and Tax)
n. Laba per Lembar Saham (Earning Per Share)
21
Informasi yang disajikan dalam laporan laba rugi meliputi :
a. Jenis-jenis pendapatan yang diperoleh dalam suatu periode
b. Jumlah rupiah dari masing-masing jenis pendapatan
c. Jumlah keseluruhan pendapatan
d. Jenis-jenis biaya atau beban dalam suatu periode
e. Jumlah rupiah masing-masing biaya atau beban yang dikeluarkan
f. Jumlah keseluruhan biaya yang dikeluarkan
g. Hasil usaha yang diperoleh dengan mengurangi jumlah pendapatan dan
biaya. Selisih ini disebut laba atau rugi.
3. Laporan Perubahan Modal
Merupakan laporan yang berisi jumlah dan jenis modal yang dimiliki pada
saat ini. Laporan ini juga menjelaskan perubahan modal dan sebab-sebab
terjadinya perubahan modal di perusahaan. Laporan perubahan modal jarang
dibuat bila tidak terjadi perubahan modal artinya laporan ini baru dibuat bila
memang ada perubahan modal di perusahaan. Informasi yang diberikan dalam
laporan laba rugi meliputi :
a. Jenis-jenis dan jumlah modal yang ada pada saat ini
b. Jumlah rupiah tiap jenis modal
c. Jumlah rupiah modal yang berubah
d. Sebab-sebab berubahnya modal
e. Jumlah rupiah modal sesudah perubahan
4. Laporan Arus Kas
Merupakan laporan keuangan yang menunjukkan semua aspek yang berkaitan
22
dengan kegiatan perusahaan, baik yang berpengaruh langsung ataupun tidak
langsung terhadap kas. Laporan arus kas harus disusun berdasarkan konsep
kas selama periode laporan. Laporan arus kas terdiri dari arus kas masuk dan
arus kas keluar selama periode tertentu. Kas masuk terdiri uang yang masuk
ke perusahaan, misalnya hasil dari penjualan atau penerimaan lainnya,
sedangkan kas keluar merupakan sejumlah pengeluaran dan jenis-jenis
pengeluaran seperti pembayaran biaya operasional perusahaan.
5. Laporan Catatan atas Laporan Keuangan
Laporan catatan atas laporan keuangan merupakan laporan yang memberikan
informasi apabila ada laporan keuangan yang memerlukan penjelasan tertentu.
Artinya terkadang ada komponen atau nilai dalam laporan keuangan yang
perlu diberi penjelasan terlebih dulu sehingga jelas. Hal ini perlu dilakukan
agar pihak-pihak yang berkepentingan tidak salah menafsirkannya.
2.1.2 Analisis laporan Keuangan
2.1.2.1 Pengertian Analisis Laporan keuangan
Menurut Kasmir (2013:66) agar laporan keuangan menjadi lebih berarti
sehingga dapat dipahami dan dimengerti oleh berbagai pihak, perlu dilakukan
analisis laporan keuangan. Bagi pihak pemilik dan manajemen tujuan utama
analisis laporan keuangan adalah agar dapat mengetahui posisi keuangan
perusahaan saat ini. Dengan mengetahui posisi keuangan, setelah dilakukan
analisis laporan keuangan secara mendalam, akan terlihat apakah perusahaan
dapat mencapai target yang telah direncanakan sebelumnya atau tidak. Hasil
analisis laporan keuangan juga akan memberikan informasi tentang kelemahan
23
dan kekuatan yang dimiliki perusahaan. Dengan mengetahui kelemahan, pihak
manajemen akan dapat memperbaiki atau menutupi kelemahan tersebut. Begitu
juga dengan kekuatan yang dimiliki perusahaan pihak manajemen harus mampu
mempertahankan atau bahkan ditingkatkan.
2.1.2.2 Tujuan dan Manfaat Analisis Laporan keuangan
Menurut Kasmir (2013:67) tujuan dan manfaat analisis laporan keuangan adalah :
1. Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode tertentu,
baik harta, kewajiban, modal, maupun hasil usaha yang telah dicapai untuk
beberapa periode.
2. Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan apa saja yang menjadi kekurangan
perusahaan.
3. Untuk mengetahui kekuatan-kekuatan yang dimiliki.
4. Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu dilakukan
ke depan yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan saat ini.
5. Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen ke depan apakah perlu
penyegaran atau tidak karena sudah dianggap berhasil atau gagal.
6. Dapat juga digunakan sebagai pembanding dengan perusahaan sejenis tentang
hasil yang mereka capai.
Sedangkan menurut Hanafi dan Halim (2009:30) tujuan laporan keuangan yaitu :
1. Informasi yang Bermanfaat untuk Pengambilan Keputusan
Tujuan yang paling umum adalah pelaporan keuangan harus memberikan
informasi yang bermanfaat untuk investor, kreditor, dan pemakai lainnya, saat
24
ini maupun potensial (masa mendatang), untuk pembuatan keputusan
investasi, kredit, dan investasi semacam lainnya.
2. Informasi yang Bermanfaat untuk Memperkirakan Aliran Kas Pemakai
Eksternal. Laporan keuangan harus memberikan informasi yang bermanfaat
untuk pemakai eksternal untuk memperkirakan jumlah, waktu dan
ketidakpastian (yang berarti resiko) penerimaan kas yang berkaitan. Tujuan ini
penting, karena investor atau pemakai eksternal mengeluarkan kas untuk
memperoleh aliran kas masuk. Pemakai eksternal harus yakin bahwa ia akan
memperoleh aliran kas masuk yang lebih dari aliran kas keluar. Pemakai
eksternal harus memperoleh aliran kas masuk bukan hanya yang bisa
mengembalikan aliran kas keluar (Return On Investment), tetapi juga aliran
kas masuk yang bisa mengembalikan return yang sesuai dengan resiko yang
ditanggungnya. Laporan keuangan diperlukan untuk membantu menganalisis
jumlah dan saat atau pada waktu penerimaan kas (yaitu dari dividen atau
bunga dan dari penjualan, pelunasan surat-surat berharga atau utang
pinjaman), dan juga memperkirakan resiko yang berkaitan.
3. Informasi yang Bermanfaat untuk Memperkirakan Aliran Kas Perusahaan
Penerimaan kas pihak eksternal akan ditentukan oleh aliran kas masuk
perusahaan. Perusahaan yang kesulitan kas akan mengalami kesulitan untuk
memberi kas ke pihak eksternal dan dengan demikian penerimaan kas pihak
eksternal akan terpengaruh.
25
2.1.2.3 Bentuk dan Teknik Analisis Laporan Keuangan
Menurut Kasmir (2013:68) terdapat dua macam metode analisis laporan
keuangan yang biasa dipakai yaitu sebagai berikut :
1. Analisis Vertikal (Statis)
Merupakan analisis yang dilakukan terhadap hanya satu periode laporan
keuangan saja. Analisis dilakukan antara pos-pos yang ada dalam satu periode.
Informasi yang diperoleh hanya untuk satu periode saja dan tidak diketahui
perkembangan dari periode ke periode tidak diketahui.
2. Analisis Horizontal (Dinamis)
Merupakan analisis yang dilakukan dengan membandingkan laporan keuangan
untuk beberapa periode. Dari hasil analisis ini akan terlihat perkembangan
perusahaan dari periode yang satu ke periode yang lain.
Menurut Kasmir (2013:70) jenis-jenis teknik analisis laporan keuangan antara
lain, sebagai berikut :
1. Analisis perbandingan antara laporan keuangan merupakan analisis yang
dilakukan dengan membandingkan laporan keuangan lebih dari satu periode,
artinya minimal dua periode atau lebih. Dari analisis ini akan dapat diketahui
perubahan-perubahan yang terjadi. Perubahan yang terjadi dapat berupa
kenaikan atau penurunan dari masing-masing komponen analisis. Dari
perubahan ini terlihat masing-masing kemajuan atau kegagalan dalam
mencapai target yang telah ditetapkan sebelumnya. Secara umum analisis ini
akan terlihat antara lain :
a. Angka-angka dalam rupiah
26
b. Angka-angka dalam persentase
c. Kenaikan atau penurunan jumlah rupiah
d. Kenaikan atau penurunan baik dalam rupiah maupun dalam persentase
2. Analisis trend atau tendensi merupakan analisis laporan keuangan yang
biasanya dinyatakan dalam persentase tertentu. Analisis ini dilakukan dari
periode ke periode sehingga akan terlihat apakah perusahaan mengalami
perubahan yaitu naik, turun, atau tetap, serta seberapa besar perubahan
tersebut yang dihitung dalam persentase.
3. Analisis Persentase per komponen merupakan analisis yang dilakukan untuk
membandingkan antara komponen yang ada dalam suatu laporan keuangan,
baik yang ada di neraca maupun laporan laba rugi. Analisis ini dilakukan
untuk mengetahui :
a. Persentase investasi terhadap masing-masing aktiva atau terhadap total
aktiva
b. Struktur permodalan
c. Komposisi biaya terhadap penjualan
4. Analisis sumber dan penggunaan dana merupakan analisis yang dilakukan
untuk mengetahui sumber-sumber dana perusahaan dan penggunaan dalam
dana dalam suatu periode. Analisis ini juga untuk mengetahui jumlah modal
kerja dan sebab-sebab berubahnya modal kerja perusahaan dalam suatu
periode.
5. Analisis sumber dana dan penggunaan kas merupakan analisis yang digunakan
untuk mengetahui sumber-sumber kas perusahaan dan penggunaan uang kas
27
dalam suatu periode. Selain itu, juga mengetahui sebab-sebab berubahnya
jumlah uang kas dalam periode tertentu.
6. Analisis rasio merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui
hubungan pos-pos yang ada dalam satu laporan keuangan atau pos-pos antara
laporan keuangan neraca dan laporan laba rugi.
7. Analisis kredit merupakan analisis yang digunakan untuk menilai layak
tidaknya suatu kredit dikucurkan oleh lembaga keuangan seperti bank. Dalam
analisis ini digunakan beberapa cara alat yang digunakan.
8. Analisis laba kotor merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui
jumlah laba kotor dari periode ke satu periode, kemudian juga untuk
mengetahui sebab-sebab berubahnya laba kotor tersebut antara periode.
9. Analisis titik pulang pokok disebut juga analisis titik impas atau break event
point. Tujuan analisis ini adalah untuk mengetahui pada kondisi berapa
penjualan produk dilakukan dan perusahaan tidak mengalami kerugian.
Keuntungan analisis ini adalah untuk menentukan jumlah keuntungan pada
berbagai tingkat penjualan.
2.1.3 Rasio Keuangan
2.1.3.1 Pengertian Rasio Keuangan
Bagi investor pada umumnya lebih banyak tertarik kepada investasi jangka
pendek dan jangka menengah. Para investor juga melihat kemampuan perusahaan
untuk membayar dividen yang memadai. Informasi tentang kondisi keuangan
perusahaan dapat diketahui dengan cara menghitung rasio-rasio keuangan sesuai
dengan kebutuhan.
28
Menurut Harahap (2013:297) rasio keuangan adalah angka yang diperoleh
dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang
mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti).
Menurut Kasmir (2013:104) rasio keuangan merupakan kegiatan yang
membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara
membagi satu angka dengan angka lainnya. Perbandingan dapat dilakukan antara
satu komponen dengan komponen dalam satu laporan keuangan atau antar
komponen yang ada di antara laporan keuangan, kemudian angka yang
diperbandingkan dapat berupa angka-angka dalam satu periode maupun beberapa
periode.
2.1.3.2 Jenis-Jenis Rasio Keuangan
Untuk mengukur kondisi atau kinerja keuangan perusahaan dapat
menggunakan analisis perhitungan rasio-rasio keuangan. Analisis rasio yang dapat
digunakan dalam penilaian kinerja keuangan perusahaan meliputi : (Kasmir,
2013:110)
1. Rasio Likuiditas
Menurut Kasmir (2013:110) rasio likuiditas adalah untuk menunjukkan atau
mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang jatuh
tempo, baik kewajiban kepada pihak luar perusahaan maupun di dalam
perusahaan. Atau dengan kata lain rasio likuiditas menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk membayar utang-utang (kewajiban) jangka pendeknya yang
jatuh tempo atau rasio yang digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan
dalam membiayai dan memenuhi kewajiban (utang) pada saat ditagih. Jenis-jenis
29
rasio likuiditas yang sering digunakan perusahaan untuk mengukur kemampuan
yaitu :
a.
Current Ratio (Rasio Lancar)
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh
tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Dengan kata lain, seberapa
banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek
yang segera jatuh tempo. Rasio lancar dapat pula dikatakan sebagai bentuk
untuk mengukur tingkat keamanan suatu perusahaan. Untuk menghitung
Current Ratio menggunakan rumus :
Current Ratio =
Aktiva Lancar
Utang Lancar
b. Quick Ratio (Rasio Cepat)
Merupakan rasio yang menunujukkan kemampuan perusahaan dalam
memenuhi atau membayar utang lancar dengan aktiva lancar tanpa
memperhitungkan nilai sediaan. Untuk menghitung Quick Ratio menggunakan
rumus :
Quick Ratio =
Aktiva Lancar - Persediaan
Utang Lancar
c. Cash Ratio (Rasio Kas)
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar uang kas
yang tersedia untuk membayar utang. Ketersediaan uang kas dapat
ditunjukkan dari tersediannya dana kas yang setara dengan kas seperti
rekening giro atau tabungan di bank. Dapat dikatakan rasio ini menunjukkan
30
kemampuan sesungguhnya bagi perusahaan untuk membayar utang-utang
jangka pendeknya. Untuk menghitung Cash Ratio menggunakan rumus :
Cash Ratio =
Kas + Bank
Utang Lancar
2. Leverage Ratio (Rasio Solvabilitas)
Menurut Kasmir (2013:151) rasio solvabilitas merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang.
Artinya besarnya jumlah utang yang digunakan perusahaan untuk membiayai
kegiatan usahanya jika dibandingkan dengan menggunakan modal sendiri.
Dengan kata lain, berapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan
dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio
solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar
seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila
perusahaan dilikuidasi (dibubarkan). Jenis-jenis rasio solvabilitas yang sering
digunakan perusahaan untuk mengukur kemampuan yaitu :
a. Debt to Asset Ratio (Rasio Hutang Terhadap Total Aktiva)
Merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara
total utang dengan total aktiva. Dengan kata lain, seberapa besar aktiva
perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan
berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva. Dari hasil pengukuran, apabila
rasionya tinggi artinya pendanaan dengan utang semakin banyak. Maka
semakin sulit bagi perusahaan untuk memperoleh tambahan pinjaman karena
dikhawatirkan perusahaan tidak mampu menutupi utang-utangnya dengan
aktiva yang dimilikinya. Demikian pula apabila rasionya rendah, semakin
31
kecil perusahaan dibiayai dengan utang. Standar pengukuran untuk menilai
baik tidaknya rasio perusahaan, digunakan rata-rata industri yang sejenis.
Untuk menghitung Debt to Asset Ratio menggunakan rumus :
Debt to Asset Ratio =
Total Utang
Total Aktiva
b. Debt to Equity Ratio (Rasio Hutang Terhadap Ekuitas)
Merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio
ini dicari dengan cara membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang
lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah
dana yang disediakan peminjam dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain,
rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap modal sendiri yang dijadikan
untuk jaminan utang. Bagi bank, semakin besar rasio ini, akan semakin tidak
menguntungkan karena akan semakin besar resiko yang ditanggung atas
kegagalan yang mungkin terjadi di perusahaan. Namun, bagi perusahaan justru
semakin besar rasio akan semakin baik. Sebaliknya, rasio yang rendah,
semakin tinggi tingkat pendanaan yang disediakan pemilik dan semakin besar
batas pengamanan bagi peminjam jika terjadi kerugian atau penyusutan
terhadap nilai aktiva. Untuk menghitung Debt to Equity Ratio menggunakan
rumus :
Debt to Equity Ratio =
Total Utang
Ekuitas
c. Times Interest Earned (Rasio Berapa kali Bunga yang Dihasilkan)
Merupakan rasio untuk mengukur sejauh mana pendapatan dapat menurun
tanpa membuat perusahaan merasa malu karena tidak mampu membayar biaya
32
bunga tahunannya. Secara umum semakin tinggi rasio, semakin besar
kemungkinan perusahaan dapat membayar bunga pinjaman dan dapat menjadi
ukuran untuk memperoleh tambahan pinjaman baru dari kreditor. Demikian
pula sebaliknya, apabila rasionya rendah, semakin rendah pula kemampuan
perusahaan untuk membayar bunga dan biaya lainnya. Untuk menghitung
Time Interest Earned menggunakan rumus :
Times Interest Earned =
Earning Before Interest and Tax (EBIT)
Biaya Bunga
d. Fixed Charge Coverage (Rasio Lingkup Biaya Tetap)
Merupakan rasio yang menyerupai Times Interest Earned Ratio. Hanya saja
perbedaannya adalah rasio ini dilakukan apabila perusahaan memperoleh
utang jangka panjang atau menyewa aktiva berdasarkan kontrak sewa. Biaya
tetap merupakan biaya bunga ditambah kewajiban sewa tahunan atau jangka
panjang. Untuk menghitung Fixed Charge Coverage menggunakan rumus :
Fixed Charge Coverage =
EBT + Biaya Bunga + Kewajiban Sewa
Biaya Bunga + Kewajiban Sewa
3. Activity Ratio (Rasio Aktivitas)
Menurut Kasmir (2013:172) rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang
dimilikinya. Atau dapat pula dikatakan rasio ini digunakan untuk mengukur
tingkat efisiensi pemanfaatan sumber daya perusahaan (penjualan, sediaan,
penagihan piutang, dan lainnya). Rasio aktivitas juga digunakan untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari. Dari hasil
pengukuran rasio aktivitas akan terlihat apakah perusahaan lebih efisien dan
33
efektif dalam mengelola aset yang dimilikinya atau mungkin justru sebaliknya.
Jenis-jenis rasio aktivitas yang umum digunakan oleh perusahaan yaitu :
a. Inventory Turn Over (Rasio Perputaran Persediaan)
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang
ditanam dalam sediaan ini berputar dalam satu periode. Rasio ini dapat
diartikan pula bahwa perputaran sediaan merupakan rasio yang menunjukkan
berapa kali jumlah barang sediaan diganti dalam satu tahun. Semakin kecil
rasio ini, maka semakin jelek demikian pula sebaliknya semakin besar rasio
ini, maka akan semakin baik. Untuk menghitung Inventory Turn Over
menggunakan rumus :
Inventory Turn Over =
Harga Pokok Penjualan
Rata - Rata Persediaan
b. Receivable Turn Over (Rasio Perputaran Piutang)
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa lama penagihan
piutang selama satu tahun periode atau berapa kali dana yang ditanam dalam
piutang ini berputar dalam satu periode. Semakin tinggi rasio menunjukkan
bahwa modal kerja yang ditanamkan dalam piutang semakin rendah
(bandingkan dengan rasio tahun sebelumnya), dan tentunya kondisi ini bagi
perusahaan semakin baik, sebaliknya jika rasio semakin rendah ada Over
Investment dalam piutang. Untuk menghitung Receivable Turn Over
menggunakan rumus :
Receivable Turn Over =
Penjualan Kredit
Rata - Rata Piutang
34
c. Total Asset Turn Over (Rasio Perputaran Total Aset)
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perputaran semua aktiva
yang dimiliki perusahaan dan mengukur berapa jumlah penjualan yang
diperoleh dari tiap rupiah aktiva. Untuk menghitung Total Assets Turn Over
menggunakan rumus :
Total Asset Turn Over =
Penjualan
Total Aktiva
d. Fixed Asset Turn Over
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang
ditanamkan dalam aktiva tetap berputar dalam satu periode. Atau dengan kata
lain, untuk mengukur apakah perusahaan sudah menggunakan kapasitas aktiva
tetap sepenuhnya atau belum. Untuk menghitung Fixed Asset Turn Over
menggunakan rumus :
Fixed Asset Turn Over =
Penjualan
Total Aktiva Tetap
e. Working Capital Turn Over (Perputaran Modal Kerja)
Merupakan salah satu rasio untuk mengukur atau menilai keefektifan modal
kerja perusahaan selama periode tertentu. Artinya, seberapa banyak modal
kerja berputar selama suatu periode atau dalam suatu periode. Untuk
menghitung Working Capital Turn Over menggunakan rumus :
Working Capital Turn Over =
Penjualan Bersih
Modal Kerja Rata - Rata
35
4. Rasio Profitabilitas
Menurut kasmir (2013:196) rasio profitabilitas merupakan rasio untuk
menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga
memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. hal ini
ditujukan oleh laba yang dihasilkan dari pejualan dan pendapatan investasi.
Intinya adalah penggunaan rasio ini menunjukkan efisiensi perusahaan.
Penggunaan
rasio
profitabilitas
dapat
dilakukan
dengan
menggunakan
perbandingan antara berbagai komponen yang ada di laporan keuangan, terutama
laporan keuangan neraca dan laporan laba rugi.
Pengkuran dapat dilakukan untuk beberapa periode operasi. Tujuannya adalah
agar terlihat perkembangan perusahaan dalam rentang waktu tertentu, baik
penurunan atau kenaikan, sekaligus mencari penyebab perubahan tersebut.
Hasil pengukuran tersebut dapat dijadikan alat evaluasi kinerja manajemen selama
ini, apakah mereka telah bekerja secara efektif atau tidak. Jenis-jenis rasio
profitabilitas yang umum digunakan oleh perusahaan yaitu :
a. Profit Margin Ratio (Profit Margin On Sales)
Ratio Profit Margin atau margin laba atas penjualan merupakan salah satu
rasio yang digunakan untuk mengukur margin laba atas penjualan. Cara
pengukuran rasio ini adalah dengan membandingkan laba bersih setelah pajak
dengan
penjualan
bersih.
Untuk
menghitung
Profit
menggunakan rumus :
Profit Margin =
Penjualan Bersih - Harga Pokok Penjualan
Penjualan
Margin
Ratio
36
b. Net Profit Margin Ratio (Margin Laba Bersih)
Merupakan ukuran keuntungan dengan membandingkan antara laba setelah
bunga dan pajak dibandingkan dengan penjualan. Rasio ini menunjukkan
pendapatan bersih perusahaan. Untuk menghitung Net Profit Margin Ratio
menggunakan rumus :
Net Profit Margin =
Eraning After Interest and Tax (EAT)
Penjualan
c. Return On Invesment (Pengembalian Atas Investasi)
Merupakan rasio yang menunjukkan hasil (Return) atas jumlah aktiva yang
digunakan dalam perusahaan. ROI juga merupakan suatu ukuran tentang
efektifitas manajemen dalam mengelola investasinya. Di samping itu, hasil
pengembalian investasi menunjukkan produktivitas dari seluruh dana
perusahaan, baik modal pinjaman maupun modal sendiri. Semakin kecil rasio
ini semakin kurang baik, demikian pula sebaliknya semakin besar rasio ini
akan semakin baik. Artinya rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas
dari keseluruhan operasi perusahaan. Untuk menghitung Return On Invesment
menggunakan rumus :
Return On Investment =
Earning After Interest and Tax (EAT)
Total Asset
d. Return On Invesment (Pengembalian atas Investasi) dengan Pendekatan Du
Pont. Berikut ini cara mencari hasil pengembalian invetasi dengan pendekatan
du pont :
Return On Invesment = Margin Laba Bersih x Perputaran Total Aktiva
37
e. Return On Equity (Pengembalian atas Ekuitas)
Return On Equity atau rentabilitas modal sendiri merupakan rasio untuk
mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini
menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini
semakin baik. Artinya, perusahaan semakin kuat, demikian pula sebaliknya
semakin rendah rasio ini semakin jelek, artinya perusahaan semakin menurun.
Untuk menghitung Return On Equity menggunakan rumus :
Return On Equity =
Earning After Interest and Tax (EAT)
Ekuitas
5. Rasio Pertumbuhan
Menurut Kasmir (2013:114) rasio pertumbuhan merupakan rasio yang
menggambarkan
kemampuan
perusahaan
dalam
mempertahankan
posisi
ekonominya di tengah pertumbuhan perekonomian dan sektor usahanya. Dalam
rasio pertumbuhan yang dianalisis adalah pertumbuhan penjualan, laba bersih,
pendapatan per saham dan dividen per saham.
6. Rasio Nilai Pasar
Menurut Fahmi (2012:70) rasio nilai pasar yaitu rasio yang menggambarkan
kondisi yang terjadi di pasar. Rasio ini juga sering dipakai untuk melihat
bagaimana kondisi perolehan keuntungan yang potensial dari suatu perusahaan,
jika keputusan menempatkan dana di perusahaan tersebut terutama untuk masa
yang akan datang.
Menurut Kasmir (2013:115) rasio penilaian yaitu rasio yang memberikan
ukuran kemampuan manajemen menciptakan nilai pasar usahanya diatas biaya
investasi.
38
Menurut Fahmi (2012:138) jenis-jenis rasio nilai pasar yang umum digunakan
oleh perusahaan yaitu :
a. Earning Per Share (Pendapatan per Saham)
Earning Per Share atau Pendapatan per Saham adalah bentuk pemberian
keuntungan yang diberikan kepada para pemegang saham dari setiap lembar
saham yang dimiliki. Rumus untuk menghitung EPS suatu perusahaan adalah
sebagai berikut :
Earning Per Share =
Earning After Interest and Tax (EAT)
Jumlah Saham Beredar
b. Price Earning Ratio (Rasio Harga Laba)
Bagi para investor semakin tinggi Price Earning Ratio maka pertumbuhan
laba yang diharapkan juga akan mengalami kenaikan. Dengan begitu Price
Earning Ratio (rasio harga terhadap laba) adalah perbandingan antara Market
Price Per Share (harga pasar per lembar saham) dengan Earning Per Share
(laba per lembar saham). Rumus untuk menghitung PER adalah sebagai
berikut :
Price Earning Ratio =
Harga Pasar Per Saham
Earning Per Share (EPS)
2.1.4 Pengertian Pasar Modal
Menurut Sjahrial (2012:13) pasar modal dalam arti sempit yaitu merupakan
kegiatan yang mempertemukan penjual dan pembeli dana jangka panjang.
Sedangkan, dalam arti luas pasar modal adalah keseluruhan sistem keuangan yang
terorganisasi termasuk bank-bank komersial dan semua perantara di bidang
keuangan serta surat-surat berharga jangka panjang dan pendek.
39
Menurut Tandelilin (2010:26) pasar modal adalah pertemuan antara pihak
yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara
memperjualbelikan sekuritas. Dengan demikian, pasar modal juga bisa diartikan
sebagai pasar untuk memperjualbelikan sekuritas yang umumnya memiliki umur
lebih dari satu tahun, seperti saham dan obligasi. Sedangkan tempat di mana
terjadinya jual beli sekuritas disebut dengan Bursa Efek.
2.1.4.1 Keuntungan Berinvestasi di Pasar Modal
Menurut Sjahrial (2012:13) keuntungan yang dimiliki pemodal dengan
berinvestasi di pasar modal yaitu :
1. Memperoleh dividen yaitu bagian keuntungan perusahaan yang dibagikan
kepada pemegang saham.
2. Memperoleh capital gain yaitu keuntungan yang diperoleh dari hasil jual beli
saham, berupa selisih antara nilai jual yang lebih tinggi daripada nilai beli
saham.
3. Nilai atau harga saham meningkat sejalan dengan waktu dan sejalan dengan
perkembangan atau kinerja perusahaan.
4. Saham dapat dijadikan jaminan atau agunan ke bank untuk memperoleh
kredit, baik agunan pokok atau agunan tambahan.
2.1.5 Pengertian Saham
Menurut Sjahrial (2012:19) saham adalah surat berharga yang dikeluarkan
oleh sebuah perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas atau yang biasa disebut
emiten. Saham menyatakan bahwa pemilik saham tersebut juga pemilik sebagian
dari perusahaan itu, dengan demikian kalau seorang investor membeli saham,
40
maka dia juga menjadi pemilik ataupun juga sebagai pemegang saham
perusahaan. Saham ada dua macam yaitu saham atas nama dan saham atas tunjuk.
Pada saat ini saham-saham yang diperdagangkan di bursa efek adalah saham atas
nama, yaitu saham yang nama pemilik saham tertera di atas saham tersebut.
2.1.5.1 Jenis-Jenis Saham
Jenis saham yang diperdagangkan di pasar modal adalah sebagai berikut :
a. Saham Preferen (Preferred Stock)
Menurut Tandelillin (2010:32) saham preferen merupakan satu jenis sekuritas
ekuitas yang berbeda dalam beberapa hal dengan saham biasa. Dividen pada
saham preferen biasanya dibayarkan dalam jumlah tetap dan tidak pernah berubah
dari waktu ke waktu. Seperti yang disebut Preffered (dilebihkan), pembagian
deviden kepada pemegang saham preferen lebih didahulukan sebelum diberikan
kepada pemegang saham biasa.
Menurut Samsul (2006:45) saham preferen adalah jenis saham yang memiliki
hak terlebih dahulu untuk menerima laba dan memiliki hak laba kumulatif. Hak
kumulatif adalah hak untuk mendapatkan laba yang tidak dibagikan pada suatu
tahun yang mengalami kerugian, tetapi akan dibayar pada tahun yang mengalami
keuntungan, sehingga saham preferen akan menerima laba dua kali. Hak istimewa
ini diberikan kepada pemegang saham preferen karena merekalah yang memasok
dana ke perusahaan sewaktu mengalami kesulitan keuntungan.
b. Saham Biasa (Common Stock)
Menurut Tandelilin (2010:32) saham biasa menyatakan kepemilikan suatu
perusahaan. Saham biasa adalah sertifikat yang menunjukkan bukti kepemilikan
41
suatu perusahaan. Sebagai pemilik, pemegang saham biasa suatu perusahaan
mempunyai hak suara proposional pada berbagai keputusan penting perusahaan
antara lain pada persetujuan keputusan dalam rapat umum pemegang saham
(RUPS).
Menurut Samsul (2006:45) saham biasa adalah jenis saham yang akan
menerima laba setelah laba bagian saham preferen dibayarkan. Apabila
perusahaan bangkrut, maka pemegang saham biasa yang menderita terlebih
dahulu. Perhitungan indeks harga saham didasarkan pada harga saham biasa.
Hanya pemegang saham biasa yang mempunyai suara RUPS.
2.1.5.2 Harga Saham
Menurut Sunariyah (2011:166) keputusan membeli saham terjadi bila
perkiraan suatu saham di bawah harga pasar. Untuk menentukan harga saham,
pemodal harus melakukan analisis terlebih dahulu terhadap saham-saham. Tujuan
analisis saham untuk menilai apakah penetapan harga saham suatu perusahaan
ditawarkan secara wajar atau tidak.
2.1.5.3 Sertifikat Saham
Menurut Sunariyah (2011:126) sertifikat saham memperoleh sertifikat
sebagai tanda pemilikan pada perusahaan. Pada setiap sertifikat saham tercantum
nama, alamat, dan hak suara para pemegang saham. Nilai sertifikat dapat dibagi
menjadi :
1. Nilai Nominal (Par Value) adalah harga saham pertama yang tercantum pada
sertifikat badan usaha. Harga saham tersebut merupakan harga yang sudah
42
diotorisasi oleh rapat umum pemegang saham (Shareholders). Harga ini tidak
berubah-ubah dari yang telah ditetapkan oleh rapat umum pemegang saham.
2. Nilai Buku (Book Value) adalah nilai saham akan bermacam-macam dari
waktu ke waktu perusahaan didirikan, nilai saham tersebut berubah karena
adanya kenaikan atau penurunan harga saham dan adanya laba ditahan,
3. Nilai Dasar (Base Price), nilai dasar suatu saham sangat berkaitan dengan
harga pasar saham yang bersangkutan setelah dilakukan penyesuaian karena
aksi emiten. Nilai dasar ini merupakan harga perdana saham tersebut.
4. Nilai Pasar (Market Price), nilai pasar saham adalah harga suatu saham pada
pasar yang sedang berlangsung di Bursa Efek. Apabila Bursa Efek telah tutup
maka harga pasar adalah harga penutupannya (Clossing Price). Untuk
mendapatkan jumlah nilai pasar suatu saham yaitu dengan mengalikan harga
pasar dengan jumlah saham yang dikeluarkan.
2.1.5.4 Indeks LQ-45
Menurut Tandelilin (2010:87) intensitas transaksi setiap sekuritas berbedabeda, sebagian sekuritas memiliki frekuensi yang sangat tinggi dan aktif
diperdagangkan di pasar modal, namun sebagian sekuritas lainnya relatif sedikit
frekuensi transaksi dan cenderung bersifat pasif. Indeks LQ-45 terdiri dari 45
saham di Bursa Efek Indonesia dengan likuiditas yang tinggi dan kapitalisasi
pasar yang besar serta lolos seleksi menurut beberapa kriteria pemilihan. Kriteria
yang digunakan untuk memilih sebagai berikut :
1. Masuk dalam urutan 60 terbesar dari total transaksi saham di pasar reguler.
2. Urutan berdasarkan kapitalisasi pasar.
43
3. Telah tercatat di Bursa Efek Indonesia paling sedikit 3 bulan.
4. Kondisi keuangan dan prospek pertumbuhan perusahaan, frekuensi, dan
jumlah hari transaksi di pasar reguler.
2.1.6 Hubungan Current Ratio (CR) Terhadap Perubahan Harga Saham
Menurut Kasmir (2013:135) dari hasil pengukuran apabila Current Ratio
rendah, dapat dikatakan bahwa perusahaan kurang modal untuk membayar utang.
Namun, apabila hasil pengukuran rasio tinggi, belum tentu kondisi perusahaan
sedang baik. Hal ini dapat saja terjadi karena kas tidak digunakan sebaik mungkin.
Untuk mengatakan suatu kondisi baik atau tidaknya, ada suatu standar rasio yang
digunakan, misalnya rata-rata industri untuk usaha yang sejenis.
Semakin besar Current Ratio maka akan mempengaruhi investor dalam
membeli saham dan hal ini akan meningkatkan harga saham.
2.1.7 Hubungan Debt to Equity Ratio (DER) Terhadap Perubahan Harga
Saham
Menurut Kasmir (2013:157) rasio ini dicari dengan cara membandingkan
antara seluruh utang, termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini
berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam dengan
pemilik perusahaan. dengan kata lain, rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap
modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang. Semakin besar rasio ini, akan
semakin tidak menguntungkan karena akan semakin besar resiko yang ditanggung
atas kegagalan yang mungkin terjadi di perusahaan. Namun, bagi perusahaan
justru semakin besar rasio akan semakin baik. Sebaliknya, apabila rasio yang
rendah, maka semakin tinggi tingkat pendanaan yang disediakan pemilik dan
44
semakin besar batas pengamanan bagi peminjam jika terjadi kerugian atau
penyusutan terhadap nilai aktiva. Rasio ini juga memberikan petunjuk umum
tentang kelayakan dan resiko keuangan perusahaan. Perusahaan dengan arus kas
yang stabil biasanya memiliki rasio yang lebih tinggi dari rasio kas yang kurang
stabil.
2.1.8 Hubungan Debt to Asset Ratio (DAR) Terhadap Perubahan Harga
Saham
Menurut Kasmir (2013:156) dari hasil pengukuran Debt to Asset Ratio
apabila rasionya tinggi artinya pendanaan dengan utang semakin banyak. Maka
semakin sulit bagi perusahaan untuk memperoleh tambahan pinjaman karena
dikhawatirkan perusahaan tidak mampu menutupi utang-utangnya dengan aktiva
yang dimilikinya. Demikian pula apabila rasionya rendah, semakin kecil
perusahaan dibiayai dengan utang. Standar pengukuran untuk menilai baik
tidaknya rasio perusahaan, digunakan rata-rata industri yang sejenis.
2.1.9 Hubungan Return on Equity (ROE) Terhadap Perubahan Harga Saham
Menurut Kasmir (2013:204) rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan
modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini semakin baik. Artinya, perusahaan
semakin kuat, demikian pula sebaliknya semakin rendah rasio ini semakin jelek,
artinya perusahaan semakin menurun.
Menurut Hanafi dan Halim (2012:82) rasio ini mengukur kemampuan
perusahaan menghasilkan laba berdasarkan modal saham tertentu. Rasio ini
merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham. Meskipun
45
rasio ini mengukur laba dari sudut pandang pemegang saham, rasio ini tidak
memperhitungkan dividen maupun Capital Gain untuk pemegang saham.
2.1.10 Hubungan Earning Per Share (EPS) Terhadap Perubahan Harga
Saham
Menurut Kasmir (2013:207) rasio yang rendah berarti manajemen belum
berhasil untuk memuaskan pemegang saham, sebaliknya dengan rasio yang tinggi,
kesejahteraan pemegang saham meningkat. Dengan pengertian lain, pengembalian
akan tinggi.
Semakin tinggi nilai EPS maka hal ini mengidentifikasikan bahwa perusahaan
telah mampu mensejahterahkan para pemegang sahamnya dan apabila rasio ini
rendah maka perusahaan belum bisa memberikan keuntungan yang maksimal.
2.1.11 Penelitian Terdahulu
Beberapa dari penelitian terdahulu dengan permasalahan yang sama telah
dilakukan oleh peneliti sebelumnya.
1. Penelitian lain dilakukan oleh Lisa Diah Adhita pada tahun 2013, dari Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia Surabaya, melakukan penelitian mengenai
Pengaruh Current Ratio (CR), Return On Asset (ROA), Earning Per Share
(EPS), Debt to Equity Ratio (DER), Inflasi, Suku Bunga, dan Perubahan
Earning After Tax tehadap perubahan harga saham pada perusahaan yang
terdaftar di LQ45 Bursa Efek Indonesia. Dari hasil penelitian tersebut
disimpulkan bahwa pengaruh variabel bebas yaitu Current Ratio (CR), Return
On Asset (ROA), Earning Per Share (EPS), Debt to Equity Ratio (DER),
Inflasi, dan Δ EAT secara bersama-sama terhadap perubahan harga saham
46
adalah signifikan. Pada uji parsial variabel bebas Current Ratio (CR), Return
On Asset (ROA), Earning Per Share (EPS), Debt to Equity Ratio (DER),
Inflasi, dan Δ EAT menunjukkan mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap perubahan harga saham adalah Return On Asset (ROA) dan Inflasi.
Melihat dari hasil koefisien determinasi parsial dapat disimpulkan bahwa
variabel yang mempunyai pengaruh dominan adalah Inflasi.
2. Pada tahun 2006 Wimba Respatia dari Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
Indonesia Surabaya, melakukan penelitian mengenai pengaruh analisis Return
On Equity (ROE), Economic Value Added (EVA), Net Working Capital Ratio
tehadap harga saham industri Manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Dari hasil
penelitian tersebut nilai koefisien determinasi majemuk yang berarti
perubahan harga saham mampu dijelaskan oleh variabel bebas dimasukkan
dalam model secara simultan, sisanya dijelaskan oleh variabel bebas lain yang
tidak dimasukkan dalam model. Dan pengujian hipotesis variabel Return On
Equity (ROE), Economic Value Added (EVA), Net Working Capital Ratio
secara parsial berpengaruh terhadap harga saham kelompok industri
Manufaktur
di
BEJ
2001-2003,
ternyata
tidak
sepenuhnya
teruji
kebenarannya, hal tersebut ditunjukkan oleh adanya satu variabel yang tidak
memiliki pengaruh terhadap harga saham pada kelompok Manufaktur, yaitu
Return On Equity (ROE). Dua variabel bebas lain, yaitu Economic Value
Added (EVA), Net Working Capital Ratio memiliki pengaruh terhadap harga
saham pada kelompok industri Manufaktur di BEJ.
47
3. Penelitian lain dilakukan oleh Yesa Cahyaning Ramadhani pada tahun 2012,
dari Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia Surabaya, melakukan penelitian
mengenai Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER), Return On Asset (ROA) dan
Earning Per Share (EPS) Terhadap Harga Saham Pada Industri Perbankan
Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Dari hasil penelitian tersebut
disimpulkan bahwa variabel bebas yaitu Debt to Equity Ratio (DER), Return
On Asset (ROA) dan Earning Per Share (EPS) secara simultan berpengaruh
terhadap harga saham pada industri Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia, dan secara parsial yaitu Debt to Equity Ratio (DER), Return On
Asset (ROA) dan Earning Per Share (EPS) berpengaruh terhadap harga saham
pada industri Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Pada variabel
Earning Per Share (EPS) adalah rasio yang mempunyai pengaruh dominan
terhadap naik turunnya harga saham.
4. Penelitian lain dilakukan oleh Weisty Roro P.S pada tahun 2013, dari
Universitas Negeri Surabaya, melakukan penelitian mengenai Pengaruh Rasio
Keuangan Debt to Equity Ratio (DER), Current Ratio (CR), Return On Asset
(ROA) dan Earning Per Share (EPS) Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan
Semen Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Dari hasil penelitian tersebut
disimpulkan bahwa variabel bebas yaitu Debt to Equity Ratio (DER), Current
Ratio (CR), Return On Asset (ROA) dan Earning Per Share (EPS) secara
simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan
Semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dan secara parsial yaitu Debt
to Equity Ratio (DER), Return On Asset (ROA) berpengaruh negatif terhadap
48
harga saham pada perusahaan Semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Secara parsial terbukti variabel Earning Per Share (EPS) adalah variabel yang
mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap harga saham.
5. Penelitian lain dilakukan oleh Ivan Andrianto Gejali pada tahun 2013, dari
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia Surabaya, melakukan penelitian
mengenai Pengaruh Current Ratio (CR), Return On Equity (ROE), dan
Earning Per Share (EPS) Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Otomotif
Di Bursa Efek Indonesia. Dari hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa
ketiga variabel bebas yaitu Debt to Equity Ratio Current Ratio (CR), Return
On Equity (ROE), dan Earning Per Share (EPS) secara simultan berpengaruh
terhadap return saham pada perusahaan Otomotif yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Dan secara parsial yaitu Return On Equity (ROE), dan Earning Per
Share (EPS) berpengaruh terhadap return saham pada perusahaan Otomotif
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2.2 Rerangka Pemikiran
Rerangka pemikiran menjadi pijakan peneliti dalam menetapkan solusi
terbaik dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu dan tinjauan
teoretis serta permasalahan yang telah dikemukakan, sebagai dasar untuk
merumuskan hipotesis, berikut gambar rerangka pemikiran dalam penelitian ini :
49
Pengaruh Rasio Keuangan Tehadap Perubahan Harga Saham
Pada Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Laporan Keuangan
Laporan Neraca
Laporan Laba/Rugi
Rasio Keuangan
1. Rasio Likuiditas : Current Ratio, Quick Ratio, Cash Ratio
2. Rasio Solvabilitas : Debt to Asset Ratio, Debt to Equity Ratio, Times
Interest Earned, Fixed Charge Coverage
3. Rasio Aktivitas : Inventory Turn Over, Receivable Turn Over, Total
Asset Turn Over, Fixed Asset Turn Over, Working
Capital Turn Over
4. Rasio Profitabilitas : Profit Margin Ratio, Net Profit Margin Ratio, Return
On Invesment, Return On Equity
5. Rasio Pertumbuhan
6. Rasio Nilai Pasar : Earning Per Share, Price Earning Ratio
Current
Ratio
Debt to
Equity
Debt to
Asset Ratio
Perubahan Harga
Saham
Sumber : Kasmir (2013)
Gambar 1
Rerangka Pemikiran
Return On
Equity
Earning
Per Share
50
2.3 Perumusan Hipotesis
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian dan tinjauan
teoretis yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai
berikut :
1. Apakah terdapat pengaruh secara simultan pada variabel Current Ratio (CR),
Debt to Equity Ratio (DER), Debt to Asset Ratio (DAR), Return On Equity
(ROE), dan Earning Per Share (EPS) terhadap perubahan harga saham pada
perusahaan Otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Apakah terdapat pengaruh secara parsial pada variabel Current Ratio (CR),
Debt to Equity Ratio (DER), Debt to Asset Ratio (DAR), Return On Equity
(ROE), dan Earning Per Share (EPS) terhadap perubahan harga saham pada
perusahaan Otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
3. Variabel Debt to Asset Ratio (DAR) berpengaruh dominan terhadap perubahan
harga saham pada perusahaan Otomotif yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
Download