BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kesempatan berkembang suatu perusahaan bisa dicapai dengan melakukan investasi, yang diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dalam jangka waktu yang cukup panjang. Untuk dapat melakukan investasi, agar dapat memaksimalkan nilai perusahaan sangat dipengaruhi oleh ketersediaan dana dan akses perusahaan tersebut kepada sumber dana yang tersedia, baik itu sumber dana dari luar perusahaan berupa pinjaman, maupun dari dalam berupa modal sendiri. Jika perusahaan menggunakan modal pinjaman untuk investasinya maka perusahaan mempunyai kewajiban untuk membayar bunga dan pinjaman pokoknya. Dimana pinjaman tersebut digunakan untuk investasi dan dapat menghasilkan keuntungan yang maksimal bagi perusahaan. Dengan adanya kondisi seperti itu maka bagaimana memutuskan untuk mendapatkan dana yang dibutuhkan, dalam rangka membiayai investasi untuk meningkatkan pendapatan perusahaan serta bagaimana memutuskan komposisi yang optimal untuk memaksimalkan nilai perusahaan yang tercermin dari harga sahamnya. Pasar modal merupakan tempat berkumpulnya para investor yang mempunyai kelebihan modal dan ingin memperoleh pendapatan dari kelebihan modalnya, yang bertemu dengan perusahaan-perusahaan yang sedang membutuhkan modal untuk membiayai kebutuhan operasi dan investasi. Oleh karena itu Pasar Modal merupakan sarana yang baik bagi perusahaan untuk mencari dana karena kedua belah pihak yang berkepentingan dipertemukan di Pasar Modal. Perkembangan kondisi pasar modal sekarang dari segi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) relatif cukup baik. Bahkan, IHSG sempat mencapai level 1.500. Yang menjadi persoalan adalah dari segi jumlah emiten yang ada di pasar modal. Salah satu bentuk insentif nonfiskal ini, yaitu proses untuk go public dimana proses ini bisa disederhanakan. Sedangkan yang lain, bentuk insentif yang fiskal tergantung pada pajak. Saat ini persaingan dalam industri telekomunikasi menjadi sangat ketat, terutama untuk jasa telepon selular. Sekitar 85% pasar selular adalah pengguna GSM, sedangkan sisanya pengguna CDMA. Pasar GSM masih dikuasai oleh tiga besar perusahaan, yaitu Telkomsel, Indosat, dan XL. Sedangkan pasar CDMA dikuasai oleh Telkomsel, Bakrie Telecom, dan Mobile-8. Setidaknya ada empat hal yang menjadi penyebab dalam ketatnya persaingan industri telekomunikasi, yaitu: 1) tren semakin rendahnya biaya jasa yang diberikan, 2) hadirnya perusahaan-perusahaan baru, 3) semakin tingginya tuntutan inovasi produk dan jasa, dan 4) cepat usangnya teknologi yang digunakan. Di pasar modal, pada perdagangan 18 Februari 2010 IHSG Aksi korporasi beberapa emiten di industri telekomunikasi membuat sektor ini kian menjanjikan, Saat ini Indosat merupakan perusahaan terbesar kedua setelah Telkomsel, dengan total pelanggan 33 juta dan pangsa pasar 25%. Sementara itu posisi Excelmindo di bawah Indosat dengan total pelanggan mencapai 31,4 juta pada 2009 (lebih rendah 2 juta dari Indosat). Saat ini Indosat diperdagangkan pada price earning (P/E) 2010 sebesar 16,3 kali, premium dibanding Telkomsel13,6 kali. Di sisi lain, saham PT Bakrie Telecom (BTEL) menjadi pilihan Kresna Graha Sekurindo. Selain dinilai bisa berhemat dan kreatif dalam berbisnis, kinerja BTEL tahun lalu diprediksi masih stabil. Apalagi BTEL dianggap memiliki pasar yang kuat di Pulau Jawa. BTEL tahun ini juga akan menginvestasikan dana US$200juta, sebanyak 75% digunakan untuk membiayai pelayanan jaringan dan sisanya sarana pendukung. BTEL memiliki target pelanggan pada akhir 2010 mencapai 14 juta. Selain itu BTEL juga akan menerbitkan obligasi global US$200juta untuk memenuhi kebutuhan perseroan dan refinancing utang. Selain itu, kekuatan kas internal, tingkat gearing ratio yang terjaga, serta komposisi utang berdenominasi dolar AS yang turun signifikan menjadi katalis lain yang mampu membantu perusahaan tetap tumbuh beberapa tahun mendatang. (www.inilah.com) Menurut Sunariyah (2004:19) Perkembangan pasar modal Indonesia setelah tahun 1988 menunjukkan jumlah perkembangan yang sangat signifikan. Bahkan pernah dikatakan bahwa pasar modal Indonesia merupakan bursa berkembang tercepat di dunia, meskipun hal tersebut belum pernah dibuktikan secara empiris. Apabila pada tahun 1988 hanya terdapat 24 emiten yang tercatat, pada akhir 1994 meningkat menjadi 217 emiten. Dan sampai dengan data per bulan juli 2004 seluruhnya telah tercatat sebanyak 317 emiten. Pasar modal merupakan wahana penyediaan alternatif investasi jangka panjang bagi dunia usaha dan sekaligus merupakan media investasi bagi para pemodal. Keberadaan pasar modal memungkinkan perusahaan-perusahaan yang memerlukan modal tambahan bisa mendapatkannya di masyarakat, sedangkan bagi masyarakat pasar modal menjadi salah satu media investasi. Jadi dapat dikatakan bahwa pasar modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari pihak yang mempunyai kelebihan dana ke pihak yang memerlukan dana. Dengan menginvestasikan kelebihan dana yang dimiliki, maka pihak yang kelebihan dana mengharapkan akan memperoleh imbalan dari penyerahan dana tersebut. Investasi adalah suatu komitmen yang dibuat atas dana dengan harapan mendapatkan suatu tingkat pengembalian yang positif. Persoalan investasi akan berhubungan dengan masalah sumber dana untuk investasi, umur ekonomis dari investasi tersebut, dan yang paling penting adalah mengenai expected return dari investasi tersebut. Setiap perusahaan tentunya tidak ingin dana atau modal yang dimiliki terbuang percuma tanpa mendapatkan hal yang sesuai dengan yang diharapkan. Sehingga keputusan mengenai investasi sangat berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Jika salah dalam mengambil keputusan dalam investasi maka akan mengakibatkan kinerja perusahaan menurun. Investor dapat menginvestasikan dananya dengan dua macam cara yaitu, secara langsung dan melalui pasar modal atau bursa. Pada dasarnya investor akan melakukan investasi jika investasi tersebut memberikan imbalan yang sesuai dengan resiko yang ditanggungnya. Imbalan tersebut dapat berupa deviden atau capital gain. Oleh sebab itu perusahaan yang baik akan dapat menarik perhatian investor karena memberikan harapan kepada investor untuk memperoleh hasil dari investasinya sesuai dengan resiko yang ditanggung. Salah satu bidang investasi yang banyak diminati oleh para investor asing maupun dalam negeri di pasar modal adalah berbentuk saham perusahaan- perusahaan yang go public. Bagi calon investor yang rasional keputusan investasi dalam suatu saham harus didahului oleh suatu proses analisis terhadap variabel yang diperkirakan akan mempengaruhi harga suatu saham. Hal ini disebabkan oleh sifat saham yang sangat peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi, baik perubahan kondisi pasar uang, kinerja ekonomi maupun situasi politik dalam negeri. Harga satu saham di lantai bursa dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal yang dimaksud adalah faktor yang berasal dari dalam perusahaan, yaitu kinerja manajemen, kondisi perusahaan dan prospek perusahaan sedangkan faktor eksternal meliputi berbagai informasi diluar perusahaan, yaitu informasi ekonomi makro, politik dan kondisi pasar. Pasar modal dikatakan efisien jika informasi dapat diperoleh dengan mudah dan murah oleh para pemodal, sehingga semua informasi yang relevan dan terpercaya tercermin dalam harga-harga saham. Pengujian terhadap efisiensi pasar modal di Indonesia pada umumnya menunjukkan bahwa pasar modal yang efisien telah terpenuhi, yaitu efisiensi pasar modal bentuk lemah (weak form) yang menyimpulkan bahwa pembahasan harga saham bersifat acak dan tidak memiliki trend, memiliki implikasi bahwa analisis sekuritas didasarkan atas perubahan harga di masa yang lalu tidaklah dapat memprediksi harga di masa yang akan datang. Dalam menilai kinerja suatu perusahaan, seorang investor biasanya berpandu pada prospektus dan laporan keuangan perusahaan. Dalam melakukan penilaian, diharapkan investor dapat menginvestasikan dananya pada perusahaan yang tepat sehingga dana yang ditanamkannya tersebut dapat berkembang secara maksimal. Pada umumnya kinerja perusahaan dan harga saham akan selalu bergerak searah. Karena semakin baik kinerja keuangan suatu perusahaan, maka semakin tinggi laba yang diperoleh sehingga akan semakin banyak keuntungan yang dapat dinikmati oleh para pemegang saham artinya semakin besar pula tingkat pengembalian sahamnya. Jadi, perusahaan yang kinerja keuangannya baik akan meningkatkan kekayaan para pemegang sahamnya dalam suatu perusahaan, yaitu mendapatkan dividend dan memperoleh capital gain. Penulis bermaksud untuk meneliti variabel earning per share (EPS), dimana variabel EPS merupakan pos yang mendapat perhatian cukup besar dalam laporan keuangan. Investor tertarik pada EPS karena menunjukkan besarnya bagian keuntungan yang diperoleh untuk setiap lembar saham. Jika EPS naik maka akan menarik minat investor untuk melakukan investasi pada perusahaan, hal ini akan mengakibatkan harga saham naik dan return saham pun akan naik pula. Hasil penelitian Pradhono dan Yulius Jogi Christiawan (jurnal Ekonomi Akuntansi Fakultas Ekonomi – Universitas Kristen Petra : 2004) bahwa pada sektor Telekomunikasi menghasilkan bahwa ternyata earnings memiliki pengaruh yang nyata (signifikan) terhadap Harga Saham. Menurut Frank J. Fabozzi (1999:64) : ”Alasan utama dimana analis diminta untuk memberikan analisis mendasar dan melakukan peramalan laba per saham (EPS) karena ada hubungan antara peramalan EPS dan Harga Saham”. Selain meneliti EPS (Earning Per Share) penulis juga melakukan penelitian terhadap variabel DER (Debt to Equity Ratio). DER merupakan salah satu rasio pengelolaan modal yang mencerminkan kemampuan perusahaan membiayai usaha dengan pinjaman dibanding dana yang disediakan pemegang saham. Analisis DER dalam analisis keuangan digunakan untuk mengukur tingkat penggunaan hutang sebagai sumber pembiayaan perusahaan. Penulis memilih variabel DER (Debt to Equity Ratio) karena utang jangka panjang dapat digunakan untuk membiayai perluasan perusahaan (ekspansi) atau modernisasi dari perusahaan, karena kebutuhan modal untuk keperluan tersebut meliputi jumlah yang besar (Bambang Riyanto, 2001:238). Hal ini menunjukkan kemungkinan penggunaan hutang untuk membelanjai perluasan perusahaan juga akan cukup besar, maka diperlukan alat pengukur untuk mengetahui apakah dengan hutang yang besar perusahaan mampu membayar utang-utangnya tersebut. Dan DER merupakan salah satu rasio pengelolaan modal yang mencerminkan kemampuan perusahaan membiayai usaha dengan pinjaman dibanding dana yang disediakan pemagang saham. Menurut Lukman Syamsudin (2002:54) : “Debt Equity Ratio menunjukkan hubungan antara jumlah pinjaman jangka panjang yang diberikan oleh para kreditur dengan jumlah modal sendiri yang diberikan oleh pemilik perusahaan.” Semakin rendah DER akan semakin tinggi kemampuan perusahaan membayar seluruh kewajibannya. Untuk itu penggunaan hutang sebaiknya tidak melebihi penggunaan modal sendiri, agar beban tetap yang ditanggung perusahaan tidak terlalu tinggi. Seperti yang diungkapkan oleh Sutrisno (2001: 249) bahwa : “Besarnya hutang maksimal sama dengan modal sendiri, artinya Debt to Equity nya maksimal 100%.” Pada umumnya investor berminat pada perusahaan dengan leverage yang tinggi karena memungkinkan pengembalian terhadap modal sendiri yang lebih tinggi jika perusahaan mendapatkan keuntungan. Tetapi hal ini juga berarti bertambahnya tingkat resiko financial bagi investor. Kondisi tersebut dapat mempengaruhi permintaan dan penawaran saham yang secara bersamaan dapat mempengaruhi harga saham. Unit analisis yang diambil dalam penelitian ini adalah sampel perusahaan yang bergerak dalam sektor industri telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia. Alasan penulis memilih unit analisis tersebut karena industri telekomunikasi adalah sektor industri yang berperan besar dalam segala aspek terutama dalam dunia bisnis. Di Indonesia, industri telekomunikasi merupakan salah satu jenis industri yang mempunyai pengaruh besar terhadap kelancaran kegiatan ekonomi. Hal ini disebabkan karena komunikasi merupakan kebutuhan utama dalam dunia bisnis. Jarak membuat mereka tidak bisa bertatap muka serta didukung dengan letak Indonesia yang terdiri dari banyak pulau, sehingga membutuhkan sarana yang dapat menghubungkan tanpa harus bertatap muka langsung. Indonesia mempunyai banyak sekali perusahaan telekomunikasi, mereka bersaing untuk tetap menjadi yang terbaik dan diminati oleh masyarakat. PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. dan PT Indosat Tbk. adalah pemain lama dalam sektor telekomunikasi Indonesia, terutama PT Telekomunikasi Indonesia telah lama mendominasi pasar telepon tetap, jauh meninggalkan PT Indosat Tbk. Semenjak diberlakukannya UU. No. 36 Tahun 1999 tentang telekomunikasi, pemerintah memberlakukan kebijakan pasar terbuka dengan menghentikan monopoli PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. dan PT Indosat Tbk. pada tahun 2003. Sehingga sekarang banyak bermunculan perusahaan-perusahaan telekomunikasi, seperti Excelcomindo, Bakrie telecom, Natrindo, Mobile 8, dan Infoasia Teknologi Global. Salah satu pesaing terbesar PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. adalah PT Indosat Tbk. dimana kedua perusahaan ini bersaing untuk menjadi yang terbaik di mata publik dengan cara menunjukan kinerja yang baik dimata publik. Hal tersebut bisa dicapai apabila perusahaan dapat memberikan prestasi terbaiknya dengan memberikan Harga saham tepat pada waktunya dan bernilai lebih. Selain meneliti EPS (Earning Per Share) dan variabel DER (Debt to Equity Ratio) penulis juga melakukan penelitian terhadap variabel ROA (Return On Assets ) merupakan bagian dari rasio profitabilitas dalam analisis laporan keuangan atau pengukuran kinerja keuangan perusahaan. Menurut Mamduh M Hanafi dan Abdul Halim (2004:83): “ROA (Return On Assets ) merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan menggunakan total asset (kekayaan) yang dipunyai perusahaan setelah disesuaikan dengan biayabiaya untuk mendanai asset tersebut.” Variabel ROA mewakili efektifitas “earning power” perusahaan yang mencerminkan kinerja manajemen dalam menghasilkan laba bersamaan dengan aset yang ada. Return on asset (ROA) merupakan bagian dari rasio profitabilitas dalam analisis laporan keuangan atau pengukuran kinerja keuangan perusahaan. Adapun kelemahan yang dirasakan dari penggunaan rasio-rasio dalam pengukuran kinerja keuangan yaitu angka-angka yang diperoleh dari perhitungan tidak bisa berdiri sendiri rasio-rasio tersebut akan berarti jika ada perbandingan dengan perusahaan sejenis yang mempunyai tingkat resiko yang hampir sama atau dibandingkan dengan rasio industri, disamping itu juga diperlukan analisa kecendrungan dari tiap-tiap rasio dengan tahun sebelumnya (Time Saries). Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk menganalisis “Pengaruh Earning Per Share (EPS), Debt to Equity Ratio (DER) dan Return On Assets (ROA) terhadap Harga Saham” studi kasus pada sektor industri Telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis mendapati beberapa pokok permasalahan, antara lain : 1.2.1 Bagaimana pengaruh Earning per share (EPS) , Debt To Equity Ratio (DER) dan Return On Assets (ROA) perusahaan pada sektor industri Telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia ? 1.2.2 Seberapa besar harga saham pada sektor industri Telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia ? 1.2.3 Seberapa besar pengaruh Earning Per Share (EPS) , Debt To Equity Ratio (DER) dan Return On Assets (ROA) terhadap Harga saham pada sektor industri Telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia ? 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data dan informasi yang berhubungan dengan masalah yang sedang diteliti pada sektor industri Telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia. Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1.3.1 Bagaimana Earning Per Share (EPS) , Debt To Equity Ratio (DER) dan Return On Assets (ROA) pada sektor industri Telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia. 1.3.2 Bagaimana Harga Saham pada sektor industri Telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia. 1.3.3 Bagaimana pengaruh Earning Per Share (EPS) , Debt To Equity Ratio (DER) dan Return On Assets (ROA) terhadap Harga Saham pada sektor industri Telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia. 1.4 Kegunaan Hasil Penelitian Manfaat atau kegunaan hasil penelitian yang dituangkan ke dalam skripsi ini, antara lain : 1.4.1 Perusahaan Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat bermanfaat bagi perusahaan sektor industri Telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia sebagai masukkan dan pertimbangan yang berarti dalam menempatkan keputusan pendanaan di masa yang akan datang. 1.4.2 Perguruan Tinggi Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang keuangan, khususnya mengenai pengaruh Earning Per Share (EPS) , Debt To Equity Ratio (DER) dan Return On Assets (ROA) terhadap Harga Saham pada sektor industri Telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia. 1.4.3 Penulis Sendiri Penelitian ini merupakan bagian dari proses belajar yang diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan dan daya nalar, sehingga dapat lebih memahami aplikasi dan teori-teori yang selama ini dipelajari dibandingkan dengan kondisi yang sesungguhnya terjadi di lapangan. 1.4.4 Bagi Pihak Lain Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan pertimbangan bagi investor dalam menginvestasikan sahamnya pada suatu perusahaan ditinjau dari tingkat kemampuan perusahaan dalam mengembalikan hutang jangka panjangnya dan tingkat Harga saham yang akan diterima oleh investor. Sedangkan bagi peneliti yang membahas masalah yang berkaitan dengan pokok bahasan peneliti ini, dapat menggunakannya sebagai bahan tambahan informasi, perbandingan atau referensi. 1.5 Kerangka Pemikiran Bagi negara yang sedang melakukan pembangunan ekonomi, modal atau dana yang besar akan sangat dibutuhkan sesuai dengan pertumbuhan yang ditargetkan. Dalam hal ini pasar modal akan memiliki peranan yang penting bagi perekonomian suatu bangsa. Definisi pasar modal menurut Bambang Riyanto (2001:219) sebagai berikut : ”Pasar Modal (capital market) adalah suatu pengertian abstrak yang mempertemukan dua kelompok yang saling berhadapan tetapi yang kepentingannya saling mengisi, yaitu calon pemodal (investor) di satu pihak dan emiten yang membutuhkan dana jangka menengah atau jangka panjang di lain pihak, atau dengan kata lain adalah tempat (dalam artian abstrak) bertemunya penawaran dan permintaan dana jangka menengah atau jangka panjang.” Pasar modal menjalankan fungsi ekonomi dan keuangan dalam perekonomian suatu negara. Fungsi ekonomi berarti mengalokasikan dana secara efisien dari pihak yang mempunyai dana ke pihak yang memerlukan dana. Fungsi keuangan ditunjukkan dari kemungkinan memperoleh imbalan bagi pemilik dana, sesuai dengan karakteristik investasi yang mereka pilih. Bagi dunia usaha, pasar modal dapat dijadikan sarana untuk menawarkan berbagai macam efek sesuai dengan kebutuhan dana yang diperlukan dengan tingkat biaya dana yang relatif murah.” Investasi adalah suatu kegiatan penanaman modal untuk suatu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang. Menurut Jones (2004:3) investasi didevinisikan sebagai berikut : “Investment is the commitment of funds to one or more assets that will be held over some future time period.” Pihak-pihak yang melakukan investasi disebut investor. Investor pada umumnya dibagi menjadi dua, yaitu investor individual yang terdiri dari individuindividu yang melakukan aktivitas investasi dan investor institusional yang biasanya terdiri dari perusahaan asuransi, lembaga penyimpan dana, lembaga dana pensiun maupun perusahaan investasi. Jadi investor membeli sejumlah saham saat ini dengan harapan memperoleh keuntungan dari kenaikan harga saham ataupun sejumlah deviden di masa yang akan datang, sebagai imbalan atas waktu dan risiko yang terkait dengan investasi. Adanya ketidakpastian investasi dalam saham mendorong investor untuk berhati-hati dalam berinvestasi. Saham adalah salah satu surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal. Saham adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) atau biasa yang disebut emiten. Saham menyatakan bahwa pemilik saham tersebut adalah pemilik sebagian dari perusahaan itu. Dengan demikian jika seorang investor membeli saham, maka ia pun menjadi pemilik atau pemegang saham perusahaan. Dimana saham diperjualbelikan dipasar modal. Keputusan investor harus didukung dengan analisa yang baik. Dalam melakukan analisis penilaian saham, terdapat dua pendekatan yang dapat digunakan investor, yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal. Pada dasarnya kedua metode analisis tersebut hampir sama yaitu dalam melakukan taksiran harga di masa yang akan datang dengan menggunakan data masa lalu. Perbedaan kedua analisis tersebut adalah jika analisis fundamental menggunakan data faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham, sedangkan analisis teknikal menggunakan data harga saham masa lalu untuk memperkirakan harga saham di masa yang akan datang. Menurut Suad Husnan (2001:315) pengertian analisis fundamental adalah ”Analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan mengestimasi faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang, dan menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham.” Sedangkan pengertian analisis teknikal menurut Suad Husnan (2001:349) adalah : ”Analisis teknikal merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham (kondisi Pasar) dengan mengamati perubahan saham tersebut di waktu lalu.” Analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah analisis fundamental. Alasan digunakannya analisis fundamental adalah bahwa saham mewakili nilai perusahaan, tidak hanya nilai intristik suatu saat tapi juga yang harapan akan kemampuan perusahaan dalam meningkatkan nilai perusahaan di kemudian hari. Salah satu langkah dalam melakukan analisis fundamental adalah dengan melakukan analisis perusahaan yang dilihat dalam laporan keuangan, untuk dapat memperkirakan kemampuan perusahaan dan laba yang didapat. Informasi yang terdapat dalam laporan keuangan merupakan faktor yang penting dalam menilai suatu saham perusahaan. Seperti dikatakan Sofyan Syafri Harahap ( 2002:105 ) : ”Laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu” Dengan laporan keuangan tersebut, kita dapat melakukan beberapa analisis rasio keuangan yang berguna untuk mengetahui kondisi suatu perusahaan di masa yang akan datang. Analisis rasio keuangan merupakan instrumen analisis prestasi perusahaan yang menjelaskan berbagai hubungan dan indikator keuangan yang ditujukan untuk menunjukkan perubahan dalam kondisi keuangan atau prestasi operasi di masa lalu kemudian menunjukkan risiko dan peluang yang melekat pada perusahaan yang bersangkutan. Pengertian rasio keuangan sendiri merupakan angka yang diperoleh dari perbandingan suatu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang menunjukkan situasi dan operasi perusahaan. Hal ini seperti dikatakan oleh Riduwan S. Sunjaja & Inge Barlian (2003:104) : ”Analisis rasio adalah suatu metode perhitungan dengan interprestasi rasio keuangan untuk menilai kinerja dan status perusahaan.” Tingkat pengembalian dari modal yang didapat dilihat dari Earning Per Share sangat berhubungan dengan per lembar saham. Earning Per Share (EPS) merupakan rasio antar pendapatan setelah pajak dengan jumlah saham yang beredar. Pada umumnya manajemen perusahaan, pemegang saham biasa, dan calon pemegang saham sangat tertarik dengan EPS yang besar, karena hal ini merupkan salah satu indikator keberhasilan perusahaan. Menurut Gitman (2006:68) : “ The firm’s earnings per share (EPS) is generally of interest to present or prospective stockholders and management. As we noted earlier, EPS represents the number of dollars earned during the period on behalf of each outstanding share of common stock.” Pengertian earning yang terkait dengan EPS menunjukkan kemampuan perusahaan dalam meraih keuntungan dalam menjalankan operasi perusahaan. Perusahaan yang menghasilkan earning yang tinggi tentu saja akan disukai oleh investor karena hal itu menunjukkan besarnya bagian keuntungan yang akan diterima oleh pemegang saham. Salah satu cara yang dapat ditempuh untuk memenuhi kebutuhan opersional perusahaan adalah dengan melakukan pinjaman selain dengan adanya modal sendiri. Modal pinjaman dapat berupa hutang jangka pendek maupun hutang jangka pangjang. Rasio antara jumlah hutang dengan modal sendiri (debt to equity) merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi investasi. Hal ini mencerminkan seberapa besar modal yang diperlukan untuk menutup hutang. Bagi perusahaan, besar hutang sebaiknya tidak melebihi modal sendiri agar beban tetapnya tidak terlalu tinggi. Semakin besar rasio ini semakin besar risiko yang dihadapi investor, sehingga banayak investor yang menghindari perusahaan yang memiliki rasio hutang terhadap modal yang tinggi. Untuk mencari Debt to Equity Ratio (DER). Menurut Lukman Syamsudin (2002:54) : “Debt Equity Ratio menunjukkan hubungan antara jumlah pinjaman jangka panjang yang diberikan oleh para kreditur dengan jumlah modal sendiri yang diberikan oleh pemilik perusahaan.” Penggunaan DER untuk menilai kinerja keuangan perusahaan merupakan metode yang telah banyak digunakan atau diterapkan dalam dunia usaha. DER adalah rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa jauh perusahaan menggunakan hutang sebagai sumber pembiayaan perusahaan. Semakin rendah DER akan semakin tinggi kemampuan perusahaan membayar seluruh kewajibannya. Semakin besar proporsi hutang yang digunakan untuk struktur modal suatu perusahaan, maka akan semakin besar pula jumlah kewajibannya. Peningkatan hutang pada gilirannya akan mempengaruhi besar kecilnya laba bersih yang tersedia bagi pemegang saham termasuk dividen yang akan diterima, karena kewajiban tersebut lebih diprioritaskan daripada pembagian dividen. Jika beban hutang semakin tinggi, maka kemampuan perusahaan untuk membagi dividen akan semakin rendah. Apabila perusahaan menetapkan bahwa pelunasan hutangnya akan diambilkan dari laba ditahan, berarti perusahaan harus menahan sebagian besar dari pendapatannya untuk keperluan tersebut. Sehingga hanya sebagian kecil saja dari pendapatan yang dibayarkan. Faktor lain yang juga mendapat perhatian investor adalah Return on asset (ROA) merupakan bagian dari rasio profitabilitas dalam analisis laporan keuangan atau pengukuran kinerja keuangan perusahaan. ROA adalah salah satu faktor untuk menentukan suatu keuntungan (return) yang diharapkan pada suatu perusahaan dengan resiko yang melekat pada saham tersebut. Nilai inilah yang diestimasi oleh para pemodal atau analis, dan hasil dari estimasi ini dibandingkan dengan nilai saham sekarang (current market price) sehingga dapat diketahui saham-saham yang overprice maupun yang underprice. Harga saham di masa yang akan datang diprediksikan dengan mengestimasi nilai dari ROA yang berpengaruh terhadap harga saham dan menerapkan hubungan ROA dan harga saham tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham. Menurut Mamduh M Hanafi dan Abdul Halim (2004:83): “ROA (Return On Assets ) merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan menggunakan total asset (kekayaan) yang dipunyai perusahaan setelah disesuaikan dengan biayabiaya untuk mendanai asset tersebut.” Pusat perhatian para investor di pasar modal adalah harga saham. Harga saham dalam penelitian ini merupakan harga pasar dalam pengertian harga saham pasar sekunder. Harga saham pada pasar sekunder adalah pasar untuk memperdagangkan saham yang telah beredar. Harga saham pada pasar sekunder ditentukan oleh para investor melalui permintaan dan penawaran. Harga saham memiliki nilai yang berbeda-beda setiap waktu. Jadi harga saham di pasar modal akan tergantung pada permintaan dan penawaran para investor terhadap suatu saham. Permintaan dan penawaran para investor yang bentuknya saham dapat terjadi karena para investor sepakat terhadap harga suatu saham dalam kesepakatan investor tentunya telah didasarkan pada analisa masing-masing investor. Dalam hal ini, analisa fundamental adalah salah satu analisa yang digunakan para investor. Melalui analisa fundamental, investor mempelajari pengaruh kondisi perusahaan terhadap harga saham suatu perusahaan. Kondisi suatu perusahaan dapat dicerminkan oleh EPS, DER dan ROA yang dimiliki perusahaan tersebut. Dengan demikian EPS, DER dan ROA dapat mempengaruhi harga saham. Penelitian ini dilakukan pada Sektor Industri Telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia menghasilkan bahwa pengaruh Earning Per Share (EPS), Debt to Equity Ratio (DER) dan Return on asset (ROA) berpengaruh secara signifikan terhadap Harga saham. Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka dari penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : Gambar 1.1 Skema Kerangka Pemikiran Investor Analisis Sekuritas Analisis Fundamental Laporan Keuangan Perusahaan Penilaian Saham melalui Ratio : - EPS - DER - ROA Permintaan & Penawaran Harga Saham 1.6 Hipotesis Penelitian Berdasarkan dari kerangka pemikiran yang telah diuraikan dan tujuan dari penelitian, maka penulis mengambil suatu hipotesis yang akan diuji kebenaranya sebagai berikut : 1.6.1 Earning Per Share (EPS), Debt to Equity Ratio (DER) dan Return On Assets (ROA) secara simultan berpengaruh terhadap Harga Saham Perusahaan pada Industri Telekomunikasi yang Go Public di Bursa Efek Indonesia Periode 2006-2009. 1.6.2 Earning Per Share (EPS), Debt to Equity Ratio (DER) dan Return On Assets (ROA) secara parsial berpengaruh terhadap Harga Saham Perusahaan pada Industri Telekomunikasi yang Go Public di Bursa Efek Indonesia Periode 2006-2009. 1.7 Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam melakukan penelitian ini adalah metode analisis deskriptif dan analisis verifikatif dengan pendekatan survey. Menurut Moh. Nazir (2003:54) metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu peristiwa pada masa sekarang. Dimana tujuannya adalah untuk membuat gambaran atau lukisan secara sistematis faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan, menguatkan hipotesis, membuat prediksi serta mendapatkan makna dari suatu masalah yang ingin dipecahkan. Sedangkan metode analisis verifikatif adalah suatu metode yang memperlihatkan pengaruh antar beberapa variabel yang digunakan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan perhitungan dari data statistik, pengaruh variabel X dan Y. Dalam penelitian ini data diperoleh dari laporan keuangan kemudian diolah sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti, selanjutnya dilakukan analisis. Penelitian ini menggunakan dua variabel independen dan satu variabel dependen. Variabel dependen adalah variabel yang menjadi perhatian utama peneliti, yang dipengaruhi oleh variabel lain, sedangkan variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel dependen, baik secara positif maupun negatif. Oleh karena itu digunakan analisis regresi dan korelasi ganda. Menurut Sugiyono (2004:204), analisis regresi dapat digunakan untuk memutuskan apakah naik dan menurunnya variabel dependen dapat dilakukan melalui menaikkan atau menurunkan keadaan variabel independent. Dengan kata lain, analisis regresi digunakan untuk mengetahui sejauh mana adanya hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat. Sedangkan analisis korelasi digunakan untuk menerangkan kekuatan dan arah hubungan antara variabel X dan variabel Y. Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini, yaitu untuk menguji pengaruh besarnya Earning per share, Debt to equity ratio dan Return On Assets terhadap Harga saham secara simultan, penulis menggunakan alat statistik dengan uji F. 1.8 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil sampel pada perusahaan Industri Telekomunikasi yang telah Go Public di Bursa Efek Indonesia. Pengambilan sumber data diperoleh dari internet melalui situs www.idx.co.id, Indonesian Capital Market Directory (ICMD), Pojok BEI ITB dan Pojok Bursa Efek Indonesia Universitas Sangga Buana (dahulu STIE YPKP) yang berlokasi di jalan PHH. Mustafa Nomor 68 Bandung. Adapun waktu penelitian dilakukan mulai bulan Maret 2010 sampai dengan selesai.