BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kesempatan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Penelitian
Kesempatan berkembang suatu perusahaan bisa dicapai dengan melakukan
investasi, yang diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dalam jangka waktu
yang
cukup
panjang.
Untuk
dapat
melakukan
investasi,
agar
dapat
memaksimalkan nilai perusahaan sangat dipengaruhi oleh ketersediaan dana dan
akses perusahaan tersebut kepada sumber dana yang tersedia, baik itu sumber
dana dari luar perusahaan berupa pinjaman, maupun dari dalam berupa modal
sendiri. Jika perusahaan menggunakan modal pinjaman untuk investasinya maka
perusahaan mempunyai kewajiban untuk membayar bunga dan pinjaman
pokoknya. Dimana pinjaman tersebut digunakan untuk investasi dan dapat
menghasilkan keuntungan yang maksimal bagi perusahaan. Dengan adanya
kondisi seperti itu maka bagaimana memutuskan untuk mendapatkan dana yang
dibutuhkan, dalam rangka membiayai investasi untuk meningkatkan pendapatan
perusahaan serta bagaimana memutuskan komposisi yang optimal untuk
memaksimalkan nilai perusahaan yang tercermin dari harga sahamnya.
Pasar modal merupakan tempat berkumpulnya para investor yang
mempunyai kelebihan modal dan ingin memperoleh pendapatan dari kelebihan
modalnya,
yang
bertemu
dengan
perusahaan-perusahaan
yang
sedang
membutuhkan modal untuk membiayai kebutuhan operasi dan investasi. Oleh
karena itu Pasar Modal merupakan sarana yang baik bagi perusahaan untuk
mencari dana karena kedua belah pihak yang berkepentingan dipertemukan di
Pasar Modal.
Perkembangan kondisi pasar modal sekarang dari segi Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) relatif cukup baik. Bahkan, IHSG sempat mencapai
level 1.500. Yang menjadi persoalan adalah dari segi jumlah emiten yang ada di
pasar modal. Salah satu bentuk insentif nonfiskal ini, yaitu proses untuk go public
dimana proses ini bisa disederhanakan. Sedangkan yang lain, bentuk insentif yang
fiskal tergantung pada pajak.
Saat ini persaingan dalam industri telekomunikasi menjadi sangat ketat,
terutama untuk jasa telepon selular. Sekitar 85% pasar selular adalah pengguna
GSM, sedangkan sisanya pengguna CDMA. Pasar GSM masih dikuasai oleh tiga
besar perusahaan, yaitu Telkomsel, Indosat, dan XL. Sedangkan pasar CDMA
dikuasai oleh Telkomsel, Bakrie Telecom, dan Mobile-8. Setidaknya ada empat
hal yang menjadi penyebab dalam ketatnya persaingan industri telekomunikasi,
yaitu: 1) tren semakin rendahnya biaya jasa yang diberikan, 2) hadirnya
perusahaan-perusahaan baru, 3) semakin tingginya tuntutan inovasi produk dan
jasa, dan 4) cepat usangnya teknologi yang digunakan.
Di pasar modal, pada perdagangan 18 Februari 2010 IHSG Aksi korporasi
beberapa emiten di industri telekomunikasi membuat sektor ini kian menjanjikan,
Saat ini Indosat merupakan perusahaan terbesar kedua setelah Telkomsel, dengan
total pelanggan 33 juta dan pangsa pasar 25%. Sementara itu posisi Excelmindo di
bawah Indosat dengan total pelanggan mencapai 31,4 juta pada 2009 (lebih
rendah 2 juta dari Indosat). Saat ini Indosat diperdagangkan pada price earning
(P/E) 2010 sebesar 16,3 kali, premium dibanding Telkomsel13,6 kali. Di sisi lain,
saham PT Bakrie Telecom (BTEL) menjadi pilihan Kresna Graha Sekurindo.
Selain dinilai bisa berhemat dan kreatif dalam berbisnis, kinerja BTEL tahun lalu
diprediksi masih stabil. Apalagi BTEL dianggap memiliki pasar yang kuat di
Pulau Jawa. BTEL tahun ini juga akan menginvestasikan dana US$200juta,
sebanyak 75% digunakan untuk membiayai pelayanan jaringan dan sisanya sarana
pendukung. BTEL memiliki target pelanggan pada akhir 2010 mencapai 14 juta.
Selain itu BTEL juga akan menerbitkan obligasi global US$200juta untuk
memenuhi kebutuhan perseroan dan refinancing utang. Selain itu, kekuatan kas
internal, tingkat gearing ratio yang terjaga, serta komposisi utang berdenominasi
dolar AS yang turun signifikan menjadi katalis lain yang mampu membantu
perusahaan tetap tumbuh beberapa tahun mendatang. (www.inilah.com)
Menurut Sunariyah (2004:19) Perkembangan pasar modal Indonesia
setelah tahun 1988 menunjukkan jumlah perkembangan yang sangat signifikan.
Bahkan pernah dikatakan bahwa pasar modal Indonesia merupakan bursa
berkembang tercepat di dunia, meskipun hal tersebut belum pernah dibuktikan
secara empiris. Apabila pada tahun 1988 hanya terdapat 24 emiten yang tercatat,
pada akhir 1994 meningkat menjadi 217 emiten. Dan sampai dengan data per
bulan juli 2004 seluruhnya telah tercatat sebanyak 317 emiten.
Pasar modal merupakan wahana penyediaan alternatif investasi jangka
panjang bagi dunia usaha dan sekaligus merupakan media investasi bagi para
pemodal. Keberadaan pasar modal memungkinkan perusahaan-perusahaan yang
memerlukan modal tambahan bisa mendapatkannya di masyarakat, sedangkan
bagi masyarakat pasar modal menjadi salah satu media investasi. Jadi dapat
dikatakan bahwa pasar modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana
dari pihak yang mempunyai kelebihan dana ke pihak yang memerlukan dana.
Dengan menginvestasikan kelebihan dana yang dimiliki, maka pihak yang
kelebihan dana mengharapkan akan memperoleh imbalan dari penyerahan dana
tersebut.
Investasi adalah suatu komitmen yang dibuat atas dana dengan harapan
mendapatkan suatu tingkat pengembalian yang positif. Persoalan investasi akan
berhubungan dengan masalah sumber dana untuk investasi, umur ekonomis dari
investasi tersebut, dan yang paling penting adalah mengenai expected return dari
investasi tersebut. Setiap perusahaan tentunya tidak ingin dana atau modal yang
dimiliki terbuang percuma tanpa mendapatkan hal yang sesuai dengan yang
diharapkan. Sehingga keputusan mengenai investasi sangat berpengaruh terhadap
kinerja perusahaan. Jika salah dalam mengambil keputusan dalam investasi maka
akan
mengakibatkan
kinerja
perusahaan
menurun.
Investor
dapat
menginvestasikan dananya dengan dua macam cara yaitu, secara langsung dan
melalui pasar modal atau bursa. Pada dasarnya investor akan melakukan investasi
jika investasi tersebut memberikan imbalan yang sesuai dengan resiko yang
ditanggungnya. Imbalan tersebut dapat berupa deviden atau capital gain. Oleh
sebab itu perusahaan yang baik akan dapat menarik perhatian investor karena
memberikan harapan kepada investor untuk memperoleh hasil dari investasinya
sesuai dengan resiko yang ditanggung.
Salah satu bidang investasi yang banyak diminati oleh para investor asing
maupun dalam negeri di pasar modal adalah berbentuk saham perusahaan-
perusahaan yang go public. Bagi calon investor yang rasional keputusan investasi
dalam suatu saham harus didahului oleh suatu proses analisis terhadap variabel
yang diperkirakan akan mempengaruhi harga suatu saham. Hal ini disebabkan
oleh sifat saham yang sangat peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi,
baik perubahan kondisi pasar uang, kinerja ekonomi maupun situasi politik dalam
negeri.
Harga satu saham di lantai bursa dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik
faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal yang dimaksud adalah
faktor yang berasal dari dalam perusahaan, yaitu kinerja manajemen, kondisi
perusahaan dan prospek perusahaan sedangkan faktor eksternal meliputi berbagai
informasi diluar perusahaan, yaitu informasi ekonomi makro, politik dan kondisi
pasar.
Pasar modal dikatakan efisien jika informasi dapat diperoleh dengan
mudah dan murah oleh para pemodal, sehingga semua informasi yang relevan dan
terpercaya tercermin dalam harga-harga saham. Pengujian terhadap efisiensi pasar
modal di Indonesia pada umumnya menunjukkan bahwa pasar modal yang efisien
telah terpenuhi, yaitu efisiensi pasar modal bentuk lemah (weak form) yang
menyimpulkan bahwa pembahasan harga saham bersifat acak dan tidak memiliki
trend, memiliki implikasi bahwa analisis sekuritas didasarkan atas perubahan
harga di masa yang lalu tidaklah dapat memprediksi harga di masa yang akan
datang.
Dalam menilai kinerja suatu perusahaan, seorang investor biasanya
berpandu pada prospektus dan laporan keuangan perusahaan. Dalam melakukan
penilaian, diharapkan investor dapat menginvestasikan dananya pada perusahaan
yang tepat sehingga dana yang ditanamkannya tersebut dapat berkembang secara
maksimal.
Pada umumnya kinerja perusahaan dan harga saham akan selalu bergerak
searah. Karena semakin baik kinerja keuangan suatu perusahaan, maka semakin
tinggi laba yang diperoleh sehingga akan semakin banyak keuntungan yang dapat
dinikmati oleh para pemegang saham artinya semakin besar pula tingkat
pengembalian sahamnya. Jadi, perusahaan yang kinerja keuangannya baik akan
meningkatkan kekayaan para pemegang sahamnya dalam suatu perusahaan, yaitu
mendapatkan dividend dan memperoleh capital gain.
Penulis bermaksud untuk meneliti variabel earning per share (EPS),
dimana variabel EPS merupakan pos yang mendapat perhatian cukup besar dalam
laporan keuangan. Investor tertarik pada EPS karena menunjukkan besarnya
bagian keuntungan yang diperoleh untuk setiap lembar saham. Jika EPS naik
maka akan menarik minat investor untuk melakukan investasi pada perusahaan,
hal ini akan mengakibatkan harga saham naik dan return saham pun akan naik
pula.
Hasil penelitian Pradhono dan Yulius Jogi Christiawan (jurnal
Ekonomi Akuntansi Fakultas Ekonomi – Universitas Kristen Petra : 2004)
bahwa pada sektor Telekomunikasi menghasilkan bahwa ternyata earnings
memiliki pengaruh yang nyata (signifikan) terhadap Harga Saham.
Menurut Frank J. Fabozzi (1999:64) :
”Alasan utama dimana analis diminta untuk memberikan analisis
mendasar dan melakukan peramalan laba per saham (EPS) karena ada
hubungan antara peramalan EPS dan Harga Saham”.
Selain meneliti EPS (Earning Per Share) penulis juga melakukan
penelitian terhadap variabel DER (Debt to Equity Ratio). DER merupakan salah
satu rasio pengelolaan modal yang mencerminkan kemampuan perusahaan
membiayai usaha dengan pinjaman dibanding dana yang disediakan pemegang
saham. Analisis DER dalam analisis keuangan digunakan untuk mengukur tingkat
penggunaan hutang sebagai sumber pembiayaan perusahaan.
Penulis memilih variabel DER (Debt to Equity Ratio) karena utang jangka
panjang dapat digunakan untuk membiayai perluasan perusahaan (ekspansi) atau
modernisasi dari perusahaan, karena kebutuhan modal untuk keperluan tersebut
meliputi jumlah yang besar (Bambang Riyanto, 2001:238). Hal ini menunjukkan
kemungkinan penggunaan hutang untuk membelanjai perluasan perusahaan juga
akan cukup besar, maka diperlukan alat pengukur untuk mengetahui apakah
dengan hutang yang besar perusahaan mampu membayar utang-utangnya tersebut.
Dan DER merupakan salah satu rasio pengelolaan modal yang mencerminkan
kemampuan perusahaan membiayai usaha dengan pinjaman dibanding dana yang
disediakan pemagang saham.
Menurut Lukman Syamsudin (2002:54) :
“Debt Equity Ratio menunjukkan hubungan antara jumlah pinjaman
jangka panjang yang diberikan oleh para kreditur dengan jumlah modal
sendiri yang diberikan oleh pemilik perusahaan.”
Semakin rendah DER akan semakin tinggi kemampuan perusahaan
membayar seluruh kewajibannya. Untuk itu penggunaan hutang sebaiknya tidak
melebihi penggunaan modal sendiri, agar beban tetap yang ditanggung perusahaan
tidak terlalu tinggi. Seperti yang diungkapkan oleh Sutrisno (2001: 249) bahwa :
“Besarnya hutang maksimal sama dengan modal sendiri, artinya Debt to
Equity nya maksimal 100%.”
Pada umumnya investor berminat pada perusahaan dengan leverage yang
tinggi karena memungkinkan pengembalian terhadap modal sendiri yang lebih
tinggi jika perusahaan mendapatkan keuntungan. Tetapi hal ini juga berarti
bertambahnya tingkat resiko financial bagi investor. Kondisi tersebut dapat
mempengaruhi permintaan dan penawaran saham yang secara bersamaan dapat
mempengaruhi harga saham.
Unit analisis yang diambil dalam penelitian ini adalah sampel perusahaan
yang bergerak dalam sektor industri telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia.
Alasan penulis memilih unit analisis tersebut karena industri telekomunikasi
adalah sektor industri yang berperan besar dalam segala aspek terutama dalam
dunia bisnis. Di Indonesia, industri telekomunikasi merupakan salah satu jenis
industri yang mempunyai pengaruh besar terhadap kelancaran kegiatan ekonomi.
Hal ini disebabkan karena komunikasi merupakan kebutuhan utama dalam dunia
bisnis. Jarak membuat mereka tidak bisa bertatap muka serta didukung dengan
letak Indonesia yang terdiri dari banyak pulau, sehingga membutuhkan sarana
yang dapat menghubungkan tanpa harus bertatap muka langsung. Indonesia
mempunyai banyak sekali perusahaan telekomunikasi, mereka bersaing untuk
tetap menjadi yang terbaik dan diminati oleh masyarakat. PT Telekomunikasi
Indonesia Tbk. dan PT Indosat Tbk. adalah pemain lama dalam sektor
telekomunikasi Indonesia, terutama PT Telekomunikasi Indonesia telah lama
mendominasi pasar telepon tetap, jauh meninggalkan PT Indosat Tbk. Semenjak
diberlakukannya UU. No. 36 Tahun 1999 tentang telekomunikasi, pemerintah
memberlakukan kebijakan pasar terbuka dengan menghentikan monopoli PT
Telekomunikasi Indonesia Tbk. dan PT Indosat Tbk. pada tahun 2003. Sehingga
sekarang banyak bermunculan perusahaan-perusahaan telekomunikasi, seperti
Excelcomindo, Bakrie telecom, Natrindo, Mobile 8, dan Infoasia Teknologi
Global. Salah satu pesaing terbesar PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. adalah PT
Indosat Tbk. dimana kedua perusahaan ini bersaing untuk menjadi yang terbaik di
mata publik dengan cara menunjukan kinerja yang baik dimata publik. Hal
tersebut bisa dicapai apabila perusahaan dapat memberikan prestasi terbaiknya
dengan memberikan Harga saham tepat pada waktunya dan bernilai lebih.
Selain meneliti EPS (Earning Per Share) dan variabel DER (Debt to
Equity Ratio) penulis juga melakukan penelitian terhadap variabel ROA (Return
On Assets ) merupakan bagian dari rasio profitabilitas dalam analisis laporan
keuangan atau pengukuran kinerja keuangan perusahaan.
Menurut Mamduh M Hanafi dan Abdul Halim (2004:83):
“ROA (Return On Assets ) merupakan rasio yang mengukur kemampuan
perusahaan
menghasilkan
laba
dengan
menggunakan
total
asset
(kekayaan) yang dipunyai perusahaan setelah disesuaikan dengan biayabiaya untuk mendanai asset tersebut.”
Variabel ROA mewakili efektifitas “earning power” perusahaan yang
mencerminkan kinerja manajemen dalam menghasilkan laba bersamaan dengan
aset yang ada. Return on asset (ROA) merupakan bagian dari rasio profitabilitas
dalam analisis laporan keuangan atau pengukuran kinerja keuangan perusahaan.
Adapun kelemahan yang dirasakan dari penggunaan rasio-rasio dalam pengukuran
kinerja keuangan yaitu angka-angka yang diperoleh dari perhitungan tidak bisa
berdiri sendiri rasio-rasio tersebut akan berarti jika ada perbandingan dengan
perusahaan sejenis yang mempunyai tingkat resiko yang hampir sama atau
dibandingkan dengan rasio industri, disamping itu juga diperlukan analisa
kecendrungan dari tiap-tiap rasio dengan tahun sebelumnya (Time Saries).
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk menganalisis “Pengaruh
Earning Per Share (EPS), Debt to Equity Ratio (DER) dan Return On Assets
(ROA)
terhadap
Harga
Saham”
studi
kasus
pada
sektor
industri
Telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia.
1.2
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis
mendapati beberapa pokok permasalahan, antara lain :
1.2.1
Bagaimana pengaruh Earning per share (EPS) , Debt To Equity Ratio
(DER) dan Return On Assets (ROA) perusahaan pada sektor industri
Telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia ?
1.2.2
Seberapa besar harga saham pada sektor industri Telekomunikasi di Bursa
Efek Indonesia ?
1.2.3
Seberapa besar pengaruh Earning Per Share (EPS) , Debt To Equity Ratio
(DER) dan Return On Assets (ROA) terhadap Harga saham pada sektor
industri Telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia ?
1.3
Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data dan
informasi yang berhubungan dengan masalah yang sedang diteliti pada sektor
industri Telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia.
Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1.3.1
Bagaimana Earning Per Share (EPS) , Debt To Equity Ratio (DER) dan
Return On Assets (ROA) pada sektor industri Telekomunikasi di Bursa
Efek Indonesia.
1.3.2
Bagaimana Harga Saham pada sektor industri Telekomunikasi di Bursa
Efek Indonesia.
1.3.3
Bagaimana pengaruh Earning Per Share (EPS) , Debt To Equity Ratio
(DER) dan Return On Assets (ROA) terhadap Harga Saham pada sektor
industri Telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia.
1.4
Kegunaan Hasil Penelitian
Manfaat atau kegunaan hasil penelitian yang dituangkan ke dalam skripsi
ini, antara lain :
1.4.1
Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat bermanfaat bagi perusahaan
sektor industri Telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia sebagai masukkan
dan pertimbangan yang berarti dalam menempatkan keputusan pendanaan
di masa yang akan datang.
1.4.2
Perguruan Tinggi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi
pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang keuangan, khususnya
mengenai pengaruh Earning Per Share (EPS) , Debt To Equity Ratio
(DER) dan Return On Assets (ROA) terhadap Harga Saham pada sektor
industri Telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia.
1.4.3
Penulis Sendiri
Penelitian ini merupakan bagian dari proses belajar yang diharapkan dapat
menambah wawasan pengetahuan dan daya nalar, sehingga dapat lebih
memahami aplikasi dan teori-teori yang selama ini dipelajari dibandingkan
dengan kondisi yang sesungguhnya terjadi di lapangan.
1.4.4
Bagi Pihak Lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan
pertimbangan bagi investor dalam menginvestasikan sahamnya pada suatu
perusahaan
ditinjau
dari
tingkat
kemampuan
perusahaan
dalam
mengembalikan hutang jangka panjangnya dan tingkat Harga saham yang
akan diterima oleh investor.
Sedangkan bagi peneliti yang membahas masalah yang berkaitan dengan
pokok bahasan peneliti ini, dapat menggunakannya sebagai bahan tambahan
informasi, perbandingan atau referensi.
1.5
Kerangka Pemikiran
Bagi negara yang sedang melakukan pembangunan ekonomi, modal atau
dana yang besar akan sangat dibutuhkan sesuai dengan pertumbuhan yang
ditargetkan. Dalam hal ini pasar modal akan memiliki peranan yang penting bagi
perekonomian suatu bangsa.
Definisi pasar modal menurut Bambang Riyanto (2001:219) sebagai
berikut :
”Pasar Modal (capital market) adalah suatu pengertian abstrak yang
mempertemukan dua kelompok yang saling berhadapan tetapi yang
kepentingannya saling mengisi, yaitu calon pemodal (investor) di satu
pihak dan emiten yang membutuhkan dana jangka menengah atau jangka
panjang di lain pihak, atau dengan kata lain adalah tempat (dalam artian
abstrak) bertemunya penawaran dan permintaan dana jangka menengah
atau jangka panjang.”
Pasar modal menjalankan fungsi ekonomi dan keuangan dalam
perekonomian suatu negara. Fungsi ekonomi berarti mengalokasikan dana secara
efisien dari pihak yang mempunyai dana ke pihak yang memerlukan dana. Fungsi
keuangan ditunjukkan dari kemungkinan memperoleh imbalan bagi pemilik dana,
sesuai dengan karakteristik investasi yang mereka pilih. Bagi dunia usaha, pasar
modal dapat dijadikan sarana untuk menawarkan berbagai macam efek sesuai
dengan kebutuhan dana yang diperlukan dengan tingkat biaya dana yang relatif
murah.”
Investasi adalah suatu kegiatan penanaman modal untuk suatu atau lebih
aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan
mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang.
Menurut Jones (2004:3) investasi didevinisikan sebagai berikut :
“Investment is the commitment of funds to one or more assets that will be
held over some future time period.”
Pihak-pihak yang melakukan investasi disebut investor. Investor pada
umumnya dibagi menjadi dua, yaitu investor individual yang terdiri dari individuindividu yang melakukan aktivitas investasi dan investor institusional yang
biasanya terdiri dari perusahaan asuransi, lembaga penyimpan dana, lembaga dana
pensiun maupun perusahaan investasi. Jadi investor membeli sejumlah saham saat
ini dengan harapan memperoleh keuntungan dari kenaikan harga saham ataupun
sejumlah deviden di masa yang akan datang, sebagai imbalan atas waktu dan
risiko yang terkait dengan investasi. Adanya ketidakpastian investasi dalam saham
mendorong investor untuk berhati-hati dalam berinvestasi.
Saham adalah salah satu surat berharga yang diperdagangkan di pasar
modal. Saham adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan
yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) atau biasa yang disebut emiten. Saham
menyatakan bahwa pemilik saham tersebut adalah pemilik sebagian dari
perusahaan itu. Dengan demikian jika seorang investor membeli saham, maka ia
pun menjadi pemilik atau pemegang saham perusahaan. Dimana saham
diperjualbelikan dipasar modal.
Keputusan investor harus didukung dengan analisa yang baik. Dalam
melakukan analisis penilaian saham, terdapat dua pendekatan yang dapat
digunakan investor, yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal. Pada
dasarnya kedua metode analisis tersebut hampir sama yaitu dalam melakukan
taksiran harga di masa yang akan datang dengan menggunakan data masa lalu.
Perbedaan kedua analisis tersebut adalah jika analisis fundamental menggunakan
data faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham, sedangkan
analisis teknikal menggunakan data harga saham masa lalu untuk memperkirakan
harga saham di masa yang akan datang.
Menurut Suad Husnan (2001:315) pengertian analisis fundamental adalah
”Analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham di masa
yang akan datang dengan mengestimasi faktor-faktor fundamental yang
mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang, dan menerapkan
hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga
saham.”
Sedangkan
pengertian
analisis
teknikal
menurut
Suad
Husnan
(2001:349) adalah :
”Analisis teknikal merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham
(kondisi Pasar) dengan mengamati perubahan saham tersebut di waktu
lalu.”
Analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
fundamental. Alasan digunakannya analisis fundamental adalah bahwa saham
mewakili nilai perusahaan, tidak hanya nilai intristik suatu saat tapi juga yang
harapan akan kemampuan perusahaan dalam meningkatkan nilai perusahaan di
kemudian hari.
Salah satu langkah dalam melakukan analisis fundamental adalah dengan
melakukan analisis perusahaan yang dilihat dalam laporan keuangan, untuk dapat
memperkirakan kemampuan perusahaan dan laba yang didapat. Informasi yang
terdapat dalam laporan keuangan merupakan faktor yang penting dalam menilai
suatu saham perusahaan.
Seperti dikatakan Sofyan Syafri Harahap ( 2002:105 ) :
”Laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha
suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu”
Dengan laporan keuangan tersebut, kita dapat melakukan beberapa analisis
rasio keuangan yang berguna untuk mengetahui kondisi suatu perusahaan di masa
yang akan datang. Analisis rasio keuangan merupakan instrumen analisis prestasi
perusahaan yang menjelaskan berbagai hubungan dan indikator keuangan yang
ditujukan untuk menunjukkan perubahan dalam kondisi keuangan atau prestasi
operasi di masa lalu kemudian menunjukkan risiko dan peluang yang melekat
pada perusahaan yang bersangkutan. Pengertian rasio keuangan sendiri
merupakan angka yang diperoleh dari perbandingan suatu pos laporan keuangan
dengan pos lainnya yang menunjukkan situasi dan operasi perusahaan. Hal ini
seperti dikatakan oleh Riduwan S. Sunjaja & Inge Barlian (2003:104) :
”Analisis rasio adalah suatu metode perhitungan dengan interprestasi rasio
keuangan untuk menilai kinerja dan status perusahaan.”
Tingkat pengembalian dari modal yang didapat dilihat dari Earning Per
Share sangat berhubungan dengan per lembar saham. Earning Per Share (EPS)
merupakan rasio antar pendapatan setelah pajak dengan jumlah saham yang
beredar. Pada umumnya manajemen perusahaan, pemegang saham biasa, dan
calon pemegang saham sangat tertarik dengan EPS yang besar, karena hal ini
merupkan salah satu indikator keberhasilan perusahaan.
Menurut Gitman (2006:68) :
“ The firm’s earnings per share (EPS) is generally of interest to present or
prospective stockholders and management. As we noted earlier, EPS
represents the number of dollars earned during the period on behalf of
each outstanding share of common stock.”
Pengertian earning yang terkait dengan EPS menunjukkan kemampuan
perusahaan dalam meraih keuntungan dalam menjalankan operasi perusahaan.
Perusahaan yang menghasilkan earning yang tinggi tentu saja akan disukai oleh
investor karena hal itu menunjukkan besarnya bagian keuntungan yang akan
diterima oleh pemegang saham.
Salah satu cara yang dapat ditempuh untuk memenuhi kebutuhan
opersional perusahaan adalah dengan melakukan pinjaman selain dengan adanya
modal sendiri. Modal pinjaman dapat berupa hutang jangka pendek maupun
hutang jangka pangjang. Rasio antara jumlah hutang dengan modal sendiri (debt
to equity) merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi investasi. Hal ini
mencerminkan seberapa besar modal yang diperlukan untuk menutup hutang.
Bagi perusahaan, besar hutang sebaiknya tidak melebihi modal sendiri agar beban
tetapnya tidak terlalu tinggi. Semakin besar rasio ini semakin besar risiko yang
dihadapi investor, sehingga banayak investor yang menghindari perusahaan yang
memiliki rasio hutang terhadap modal yang tinggi. Untuk mencari Debt to Equity
Ratio (DER).
Menurut Lukman Syamsudin (2002:54) :
“Debt Equity Ratio menunjukkan hubungan antara jumlah pinjaman
jangka panjang yang diberikan oleh para kreditur dengan jumlah modal
sendiri yang diberikan oleh pemilik perusahaan.”
Penggunaan DER untuk menilai kinerja keuangan perusahaan merupakan
metode yang telah banyak digunakan atau diterapkan dalam dunia usaha. DER
adalah rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa jauh perusahaan
menggunakan hutang sebagai sumber pembiayaan perusahaan. Semakin rendah
DER akan
semakin tinggi
kemampuan perusahaan membayar seluruh
kewajibannya. Semakin besar proporsi hutang yang digunakan untuk struktur
modal suatu perusahaan, maka akan semakin besar pula jumlah kewajibannya.
Peningkatan hutang pada gilirannya akan mempengaruhi besar kecilnya laba
bersih yang tersedia bagi pemegang saham termasuk dividen yang akan diterima,
karena kewajiban tersebut lebih diprioritaskan daripada pembagian dividen. Jika
beban hutang semakin tinggi, maka kemampuan perusahaan untuk membagi
dividen akan semakin rendah.
Apabila perusahaan menetapkan bahwa pelunasan hutangnya akan
diambilkan dari laba ditahan, berarti perusahaan harus menahan sebagian besar
dari pendapatannya untuk keperluan tersebut. Sehingga hanya sebagian kecil saja
dari pendapatan yang dibayarkan.
Faktor lain yang juga mendapat perhatian investor adalah Return on asset
(ROA) merupakan bagian dari rasio profitabilitas dalam analisis laporan keuangan
atau pengukuran kinerja keuangan perusahaan. ROA adalah salah satu faktor
untuk menentukan suatu keuntungan (return) yang diharapkan pada suatu
perusahaan dengan resiko yang melekat pada saham tersebut. Nilai inilah yang
diestimasi oleh para pemodal atau analis, dan hasil dari estimasi ini dibandingkan
dengan nilai saham sekarang (current market price) sehingga dapat diketahui
saham-saham yang overprice maupun yang underprice. Harga saham di masa
yang akan datang diprediksikan dengan mengestimasi nilai dari ROA yang
berpengaruh terhadap harga saham dan menerapkan hubungan ROA dan harga
saham tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham tersebut sehingga
diperoleh taksiran harga saham.
Menurut Mamduh M Hanafi dan Abdul Halim (2004:83):
“ROA (Return On Assets ) merupakan rasio yang mengukur kemampuan
perusahaan
menghasilkan
laba
dengan
menggunakan
total
asset
(kekayaan) yang dipunyai perusahaan setelah disesuaikan dengan biayabiaya untuk mendanai asset tersebut.”
Pusat perhatian para investor di pasar modal adalah harga saham. Harga
saham dalam penelitian ini merupakan harga pasar dalam pengertian harga saham
pasar sekunder. Harga saham pada pasar sekunder adalah pasar untuk
memperdagangkan saham yang telah beredar. Harga saham pada pasar sekunder
ditentukan oleh para investor melalui permintaan dan penawaran. Harga saham
memiliki nilai yang berbeda-beda setiap waktu.
Jadi harga saham di pasar modal akan tergantung pada permintaan dan
penawaran para investor terhadap suatu saham. Permintaan dan penawaran para
investor yang bentuknya saham dapat terjadi karena para investor sepakat
terhadap harga suatu saham dalam kesepakatan investor tentunya telah didasarkan
pada analisa masing-masing investor. Dalam hal ini, analisa fundamental adalah
salah satu analisa yang digunakan para investor. Melalui analisa fundamental,
investor mempelajari pengaruh kondisi perusahaan terhadap harga saham suatu
perusahaan. Kondisi suatu perusahaan dapat dicerminkan oleh EPS, DER dan
ROA yang dimiliki perusahaan tersebut. Dengan demikian EPS, DER dan ROA
dapat mempengaruhi harga saham.
Penelitian ini dilakukan pada Sektor Industri Telekomunikasi di Bursa
Efek Indonesia menghasilkan bahwa pengaruh Earning Per Share (EPS), Debt to
Equity Ratio (DER) dan Return on asset (ROA) berpengaruh secara signifikan
terhadap Harga saham.
Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka dari penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut :
Gambar 1.1
Skema Kerangka Pemikiran
Investor
Analisis Sekuritas
Analisis Fundamental
Laporan Keuangan
Perusahaan
Penilaian Saham
melalui Ratio :
- EPS
- DER
- ROA
Permintaan & Penawaran
Harga Saham
1.6
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan dari kerangka pemikiran yang telah diuraikan dan tujuan dari
penelitian, maka penulis mengambil suatu hipotesis yang akan diuji kebenaranya
sebagai berikut :
1.6.1
Earning Per Share (EPS), Debt to Equity Ratio (DER) dan Return On
Assets (ROA) secara simultan berpengaruh terhadap Harga Saham
Perusahaan pada Industri Telekomunikasi yang Go Public di Bursa Efek
Indonesia Periode 2006-2009.
1.6.2
Earning Per Share (EPS), Debt to Equity Ratio (DER) dan Return On
Assets (ROA) secara parsial berpengaruh terhadap Harga Saham
Perusahaan pada Industri Telekomunikasi yang Go Public di Bursa Efek
Indonesia Periode 2006-2009.
1.7
Metode Penelitian
Metode penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam melakukan
penelitian ini adalah metode analisis deskriptif dan analisis verifikatif dengan
pendekatan survey. Menurut Moh. Nazir (2003:54) metode deskriptif adalah
suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set
kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu peristiwa pada masa sekarang.
Dimana tujuannya adalah untuk membuat gambaran atau lukisan secara sistematis
faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan, menguatkan
hipotesis, membuat prediksi serta mendapatkan makna dari suatu masalah yang
ingin dipecahkan. Sedangkan metode analisis verifikatif adalah suatu metode yang
memperlihatkan pengaruh antar beberapa variabel yang digunakan untuk menguji
hipotesis dengan menggunakan perhitungan dari data statistik, pengaruh variabel
X dan Y.
Dalam penelitian ini data diperoleh dari laporan keuangan kemudian
diolah sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti, selanjutnya dilakukan
analisis. Penelitian ini menggunakan dua variabel independen dan satu variabel
dependen. Variabel dependen adalah variabel yang menjadi perhatian utama
peneliti, yang dipengaruhi oleh variabel lain, sedangkan variabel independen
adalah variabel yang mempengaruhi variabel dependen, baik secara positif
maupun negatif. Oleh karena itu digunakan analisis regresi dan korelasi ganda.
Menurut Sugiyono (2004:204), analisis regresi dapat digunakan untuk
memutuskan apakah naik dan menurunnya variabel dependen dapat dilakukan
melalui menaikkan atau menurunkan keadaan variabel independent. Dengan kata
lain, analisis regresi digunakan untuk mengetahui sejauh mana adanya hubungan
variabel bebas terhadap variabel terikat. Sedangkan analisis korelasi digunakan
untuk menerangkan kekuatan dan arah hubungan antara variabel X dan variabel
Y. Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini, yaitu untuk menguji pengaruh
besarnya Earning per share, Debt to equity ratio dan Return On Assets terhadap
Harga saham secara simultan, penulis menggunakan alat statistik dengan uji F.
1.8
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian
ini
mengambil
sampel
pada
perusahaan
Industri
Telekomunikasi yang telah Go Public di Bursa Efek Indonesia. Pengambilan
sumber data diperoleh dari internet melalui situs www.idx.co.id, Indonesian
Capital Market Directory (ICMD), Pojok BEI ITB dan Pojok Bursa Efek
Indonesia Universitas Sangga Buana (dahulu STIE YPKP) yang berlokasi di jalan
PHH. Mustafa Nomor 68 Bandung. Adapun waktu penelitian dilakukan mulai
bulan Maret 2010 sampai dengan selesai.
Download