BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hubungan Keakraban dapat diartikan sebagai hubungan anatar pribadi. Sebagai makhluk sosial, peserta didik senantiasa melakukan interaksi sosial dengan orang lain. Interaksi sosial menjadi faktor utama dalam hubungan interpersonal antara dua orang atau lebih yang saling mempengaruhi. Seiring dengan perkembangan lingkungan sosial seseorang, interaksi sosial meliputi lingkungan sosial yang luas, seperti sekolah dan dengan teman-teman. Dalam makalah ini akan dijelaskan bagaimana Keakraban itu mulai dari sejarah, antara hubungan persahabatan dan romantis,pembentukan hubungan,hal hal yang berkaitan dan lain lain. 1.2 Rumusan Masalah Dalam makalah ini akan membahas tentang : 1. Bagaimanakah sejarah perkembangan hubungan yang intim atau akrab ? 2. Bagaimanakah hubungan persahabatan dan hubungan romantis? 3. Bagaimanakah pembentukan hubungan yang intim atau akrab 4. Apakah hal hal lain yang berhubungan dengan hubungan keakraban ? 5. Bagaimanakah tahap tahap hubungan yang intim atau akrab? 6. Tahap perkembangan romantis? 1.3 Tujuan Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk melengkapi tugas mata kuliah Komunikasi Interpersonal dan untuk menjawab pertanyaan dari rumusan masalah yang telah dibuat sebelumnya. 1 BAB II PEMBAHASAN Kita akan mendefinisikan keintiman (kedekatan) dalam dua bentuk utama: persahabatan dan sebagai pasangan. Kemudian kita akan menyelidiki berbagai cara bagaimana orang dapat tertarik satu sama lain dari waktu ke waktu, baik dalam suatu persahabatan maupun hubungan romantis. Akhirnya, kita akan mempertimbangkan dua keterampilan komunikasi yang penting untuk menjaga suatu hubungan dekat: mengelola konflik dan tekanan. 2.1 Sejarah Perkembangan Hubungan yang Intim (Keakraban ) Sejarawan telah lama mengetahui bahwa apa yang dianggap sebagai cinta, keintiman, atau kedekatan bervariasi secara signifikan dari satu tempat dan waktu ke tempat dan waktu yang lain. Howard Gadlin mencatat perubahan makna keintiman dari Kolonial Amerika ke era modern. Ia mencatat bahwa kolonial memikirkan keintiman lebih pada hal fisik daripada kedekatan psikologis. Sedangkan di era modern, Timothy Stephen berpendapat untuk menentukan hubungan dekat (intim) adalah dengan bersama-sama menciptakan makna, yang tidak akan masuk akal untuk era sebelumnya karena nilai-nilai dasar, keyakinan, dan gaya hidup antar aki-laki dan perempuan jelas berbeda dalam suatu masyarakat. Pada masa tersebut hubungan diadik yang akan dilihat sebagai ancaman bagi stabilitas tatanan sosial, berbeda dengan masyarakat sekarang yang lebih pluralistik, yang harus memilih antara sistem nilai alternatif dan identitas diri dalam menciptakan hubungan dekat. 2.2 Antara Persahabatan dan Hubungan Romantis Dilihat dari luar tentu saja hubungan persahabatan dan hubungan yang romantis itu berbeda. Beberapa menganggap hubungan persahabatan berupa rasa ‘suka yang kuat’ sebagai teman, dapat terjalin selamanya, ketergantungan yang dialami tidak saling menuntut, namun seiring waktu yang berjalan mereka mempertanyakan tentang hubungan apa yang sebenarnya sedang mereka jalin. Sedangkan hubungan romansa lebih menekankan pada gairah cinta, terjalin dalam waktu sebentar, dan seiring waktu cenderung saling membangun kewajiban dan komitmen satu sama lain. Bahkan beberapa hubungan yang sangat setia menganggap pasangannya tak dapat tergantikan dan melakukan semuanya bersama-sama (bekerja, ngopi, hingga waktu tidur yang sama setiap harinya). Tetapi ada juga hubungan romansa yang terjalin dari pasangan yang dibesarkan dalam budaya tertentu (dengan aturan-aturan tertentu dan unik)_yang didikte untuk menemukan pasangan hidup yang dapat menguntungkan status sosial atau ekonomi_terkadang berakhir dengan obrolan-obrolan yang menurut kita bukan pembicaraan romantis untuk diperbincangkan berdua (keadaan cuaca hari itu, acara TV, dll), namun mereka menikmatinya. 2 Dua hal yang dapat mempengaruhi kedekatan: Keluarga Pola interaksi kita dengan keluarga berpengaruh besar dalam menentukan ‘hubungan ideal’ menurut diri kita masing-masing. Budaya Pada 1950 hingga awal 1960 Virginia Kidd mendeskripsikan hubungan interpersonal sebagai pandangan standar seseorang tentang pengorbanan diri dan usaha menghindari konflik (Vision I), dengan kata lain, apapun yang membuat pasangan kita happy. Pada 1960an Vision I berubah menjadi pemenuhan diri dan pandangan norma akan mengekspresikan perasaan baik itu perasaan bersahabat maupun bermusuhan (Vision II). Pada 1970an terbentuk Vision III yang ditemukan oleh Diane Prusank, Robert Duran, dan Dena DeLillo pada 1993. Pada masa ini hubungan interpersonal lebih ditekankan pada hubungan itu sendiri, di mana kita bebas untuk mengekspresikan perasaan pada pasangan setelah masing-masing menyetujui kapan dan di mana boleh melakukan hal tertentu, atau dilarang melakukannya. 2.3 Pembentukan Hubungan yang Intim atau Akrab Beberapa peneliti percaya bahwa hubungan ‘dekat’ berkembang seperti pencarian sepasang sepatu ketika kita sedang berbelanja, terus-menerus mencoba sepatu-sepatu yang dipajang hingga menemukan sepasang yang cocok, sesuai ukuran kita. Beberapa peneliti yang lain menunjukkan bahwa hubungan dekat tidak dapat diprediksi dengan baik bagaimana ke depannya, ada yang berkembang dengan lambat, cepat, bahkan tak bisa diprediksi sama sekali. Pada awalnya interaksi yang terjalin dapat disebut sebagai ‘audisi pertemanan’, di mana masing-masing individu saling memikirkan “Apakah anda tipe ideal saya?” atau “Dapatkah anda mencapai standar saya?”. Seperti semester pertama perkuliahan, kita bertemu banyak sekali orang-orang baru yang nantinya hanya sedikit dari mereka yang akan menjadi dekat dengan kita. Berkencan adalah salah satu contoh situasi yang kita sadari sangat berpotensi untuk suatu hubungan intim yang lebih lanjut. Kesimpulannya, terkadang ada beberapa yang terlihat seperti ‘peluang’ saat kita sadar hubungan yang sedang terjalin berpotensi ke arah yang lebih intim. Bisa saja kita merencanakan pertemuan-pertemuan selanjutnya agar hubungan yang terjalin dapat berjalan menuju hubungan yang lebih dekat sesuai keinginan kita. Perkembangan sebuah hubungan adalah bagian dari proses komunikasi. Banyak peneliti menunjukkan bahwa ada beberapa faktor untuk membuat kita menyadari potensi kedekatan yang lebih dari sebuah hubungan interpersonal. 3 Kedekatan fisik adalah salah satunya. Semakin sering kita melakukan kegiatan bersama dengan seseorang, maka semakin besar kemungkinan kita untuk bergantung pada orang tersebut (behavioral interdependence). Harriet Braiker dan Harold Kelley menyebutkan bahwa secara normal pola hubungan dekat bergerak dari perilaku saling ketergantungan (behavioral interdependence) ke pembuatan kesepakatan untuk dilakukan dan kemudian menuju ketergantungan dalam sikap pribadi maupun karakter (interdependence in personal attitudes and characteristic). Mark Knapp juga menyebutkan kesiapan kita menuju kedekatan itu sendiri (state of intimacy readiness) menjadi faktor perkembangan kedekatan. Hal ini menyangkut waktu, tempat, dan tanggal. Hari valentine, tahun-tahun akhir di SMA, dapat menjadi pendukung berkembangnya hubungan menjadi ‘lebih dekat’. Perasaan romantis (romantic feelings) adalah faktor situasional yang lain yang sangat berpengaruh dalam tingkat kedekatan suatu hubungan. Warren Shibles dan Charles Zastrow mengidentifikasikan tiga poin utama dalam romantic feelings: (1) suatu peristiwa yang membawa 2 orang bersama, seperti sebuah date; (2) positive self-talk, dialog dengan diri sendiri bahwa seseorang itu menarik; dan (3) respon emosional atau perasaan bergairah (detak jantung lebih cepat, kesenangan yang mendebarkan, dll). Hal menarik yang dapat dilihat di sini adalah saat ketiadaan satu komponen dari ketiganya dapat mengubah perasaan secara alami. Gairah dan ketertarikan tanpa suaru peristiwa menimbulkan fantasi romantis, peristiwa dengan gairah namun tanpa ketertarikan menimbulkan suatu penghindaran, peristiwa dan ketertarikan tapi tak ada gairah memunculkan sebuah persahabatan (bukan cinta), dan sebagainya. Namun tidak semuanya berasal dari sebuah rasa ketertarikan, terkadang hubungan intim dimulai tanpa sebuah ketertarikan, tetapi memang mereka yang menganggap satu sama lain menarik akan berkomunikasi lebih sering dan memberi kesempatan pada hubungan mereka untuk menjadi lebih personal. 2.4 Hal-Hal Lain yang Berkaitan Dengan Hubungan Intim atau Akrab Daya Tarik Interpersonal: Membukakan Pintu Dalam beberapa kasus hal ini mungkin berupa keinginan dari jarak jauh (tanpa ada interaksi untuk dibicarakan), dalam kasus lain kita dapat terus berinteraksi dengan seseorang pada tingkat budaya atau sosiologis, Richard Sennet memiliki menyebutkan tipe ini interaksi sebagai kesopanan, atau “suatu kegiatan yang melindungi orang dari satu sama lain dan belum memungkinkan mereka untuk menikmati setiap perusahaan lain”. Teori Filtering Ducks Steven Duck menjelaskan kapan dan bagaimana kita menggunakan petunjuk verbal dan nonverbal orang lain untuk menentukan daya tarik mereka sebagai calon pasangan kita (partner), berupa: 4 1. Sosiologis atau Isyarat Insidental → Kriteria pertama daya tarik adalah bahwa orang harus memiliki kesempatan untuk mengamati satu sama lain, sehingga ketertarikan dapat membangun awal suatu hubungan. 2. Pra-Interaksi Isyarat → Isyarat fisik seperti tinggi, berat badan, kecantikan, pakaian, dan seni lainnya sebagai dasar untuk menarik satu sama lain. 3. Interaksi Isyarat → Lebih banyak lagi informasi menjadi tersedia bagi kita begitu interaksi ‘sesungguhnya’ dimulai. 4. Isyarat kognitif → Objek lebih cenderung didasarkan pada penilaian karakteristik kognitif dari pada keanggotaan kelompok, pakaian, atau perilaku tertentu. Daya Tarik Antarpribadi Orang sering kali tertarik terhadap satu sama lainnya karena beberapa alasan: Kecantikan fisik Kecantikan fisik adalah dasar yang paling penting untuk atraksi awalnya, walaupun beberapa penelitian mendukung pandangan yang sedikit berbeda, yang disebut hipotesis pencocokan. Kesamaan Brant Burleson dan rekan-rekannya telah menemukan bahwa kesamaan dalam kompleksitas kognitif (lihat Bab 6) yang sangat terkait dengan daya tarik. Dalam satu penelitian, pasangan yang sudah menikah jauh lebih mirip dalam tingkat kompleksitas yang kognitif dibandingkan pasang secara acak yang dihasilkan laki-laki dan perempuan. Burleson percaya hasil mengindikasikan bahwa tingkat yang sama dari kemampuan kognitif dan komunikatif mengarah pada interaksi menyenangkan. Bagi individu yang sangat kompleks dan terampil, terlibat dalam komunikasi yang akurat dan sensitif dan merasa memahami dapat menjadi tes yang baik dari kemampuan relasional yang bernilai. Bagi individu yang kurang terampil, kekhawatiran tentang perasaan terdalam dan suasana makna yang dapat dilihat sebagai hasil yang sama juga mendasarkan dalam penelitian teman dan mitra kencan, di mana kesamaan dalam nilai yang melekat pada bentuk-bentuk komunikasi emosional (“obsesif, membosankan, dan memisahkan rambut.” dukungan ego, menghibur dan manajemen konflik) memperkirakan daya tarik pasangan dan kepuasan dengan hubungan. Perasaan timbal balik Kita sering tertarik dengan orang dikarenakan ia telah merespon perasaan suka kita dengan hal yang sama. 5 Benjamin Broome, dalam penelitiannya, menemukan bahwa mahasiswa local menjadi lebih tertarik kepada mahasiswa asing (mayoritas kebangsaan Amerika) karena pembawaan mereka yang mudah bergaul, tanggap informasi, dan menyenangkan untuk diajak bicara. Dalam hal ini pernyataan “suka” adalah untuk orang Amerika pada umumnya. Premis dasar dari hipotesis perasaan timbal balik ini adalah kita ingin setiap orang merasakan apa yang kita rasakan pada mereka. Namun, jika seseorang memiliki citra diri negatif, ia mungkin memiliki waktu yang sulit untuk meyakinkan dirinya bahwa orang lain benar-benar menyukainya, bukan menganggap rasa suka sebagai formalitas kesopanan, biasa disebut groucho marx syndrome (saya tidak akan bergabung dengan klub yang pasti selama saya menjadi anggota). Kebutuhan saling melengkapi Menurut William Schultz, masing-masing dari kita memiliki tingkat kebutuhan antarpribadi yang berbeda. Dalam hubungan yang berkembang, sejauh mana kita saling membutuhkan atau melengkapi satu sama lain. Schultz membandingkan seorang undersocial dan oversocial_yang terlihat terus-menerus membutuhkan orang-orang di sekitarnya. Kebutuhan ini terbagi atas dua bentuk: (1) kebutuhan untuk menyertakan orang lain dalam aktivitas kita sendiri; (2) kebutuhan untuk membuat kita disertakan dalam aktivitas orang lain. Dua kebutuhan ini bersifat melengkapi dan dalam kadar yang sama. Kebutuhan antarpribadi yang lain yaitu kebutuhan untuk mengontrol, mengacu pada keinginan khas manusia untuk mengendalikan perilaku orang lain. Orang yang ingin mengendalikan orang lain disebut otokrat; sedang orang yang lebih suka membiarkan orang lain mengontrol dirinya disebut abdicrat. Kebutuhan kasih sayang mengacu pada tingkat di mana kita merasa harus mengungkapkan kasih sayang atau kedekatan dengan lainnya atau adakah orang lain mengekspresikan kasih sayang untuk kita sendiri. Harga dan penghargaan Berdasarkan teori pertukaran, komunikasi sebagai antarpribadi berlangsung, rasio harga untuk memberikan penghargaan yang diperoleh tiap orang adalah prediksi yang baik tentang bagaimana menarik setiap orang adalah untuk hubungan. Selain yang disebutkan di atas, daya tarik mungkin didasarkan pada kualitas penting dari percakapan itu sendiri (atas dan melampaui apa yang menunjukkan tentang persamaan mendasar, kebutuhan pelengkap, dan sebagainya). Semakin dekat kita dalam suatu hubungan, akan semakin mudah mengungkapkan tentang pribadi kita. Meskipun seseorang memenuhi semua kriteria menarik untuk 6 menjadi “kenalan” atau “lawan bicara”, tetap saja ada sedikit bukti bahwa ia akan menjadi seorang “teman baik” ataukah “pasangan romantis “. 2.5 Tahap-Tahap Perkembangan Hubungan yang Intim Studi tentang hubungan persahabatan terabaikan oleh para ilmuwan yang lebih senang meneliti tentang hubungan romantis, namun minat untuk mempelajarinya tetap ada. Salah satu model yang tetap digunakan hingga sekarang dalam membangun sebuah persahabatan, terdiri dari 6 tahap: 1. Interaksi Terbatas → interaksi awal ditandai oleh adopsi peran sosial dan aturan dari masing-masing individu, dimulai dari saling mengenal satu sama lain dan membicarakan topik-topik umum yang sedang trend saat itu. Namun ada kalanya dalam satu pertemuan satu sama lain langsung menuju topik privat (pengecualian). 2. Hubungan yang Ramah → perilaku ramah cenderung akan lebih terbuka untuk suatu persahabatan. 3. Menuju Persahabatan → menurut Rawlins salah satu unsur dasar dari persahabatan adalah sifat sukarela, saling terbuka satu sama lain akan membuka peluang suatu hubungan menuju sebuah persahabatan. Pembicaraan yang awalnya hanya sekitar tentang kesamaan hobi atau prinsip akan bertahap menuju eksplorasi perbedaan pendapat. 4. Awal Persahabatan → satu sama lain mulai menganggap ‘teman’ dan perubahan signifikan dalam komunikasi berlangsung. 5. Tahap Stabil 6. Putusnya Persahabatan 2.6 Tahap Perkembangan Hubungan Romantis Hubungan romantis sebenarnya tidak jauh beda dengan hubungan persahabatan biasa, diperlukan kepercayaan, kejujuran, dan mampu bekerjasama dalam kemandiriannya masing-masing. Setelah apa yang telah kita bahas sebelumnya, saat ini kami mencoba untuk memaparkan perbedaan yang signifikan antara hubungan persahabatan dan pasangan romantis. Disini kami akan memakai salah satu teori pengembangan hubungan romantis yang dipaparkan oleh Mark Knapp. Lima langkah yang dapat menggambarkan proses penetapan komitmen : 1. Memulai, 2. Bereksperimen, 3. Mengintensifkan, 4. Penggabungan, dan 5. Mengikat komitmen. 1. Memulai Tahapan ini mirip dengan peran interaksi terbatas dalam sebuah persahabatan. Komunikasi pada tahap ini biasanya berupa sapaan-sapaan atau salam yang sesuai dengan keadaan pada saat tertentu. Komunikasi dapat digunakan dalam pertemuan pertama untuk saling mengetahui satu sama lain (seperti memberi persepsi awal). 7 2. Bereksperimen Jika tahap pertama telah dilakukan dengan sempurna, maka hal selanjutnya yang perlu dilakukan adalah terlibat dalam sebuah dialog ringan. Dialog-dialog ringan seperti ini perlu dilakukan untuk memberikan gambaran yang baik tentang diri kita, memberikan kesan satu sama lain, dan mengisolasi kesamaan-kesamaan yang ada untuk tindakan selanjutnya. Biasanya, pada tahap ini kaum lelakilah yang seharusnya lebih agresif dalam mengajak sang pasangan untuk kencan pertama. Karena, biasanya wanita menunggu untuk kencan pertama, namun dalam kencan-kencan selanjutnya hal ini mungkin saja sudah tidak berlaku. Merayu bisa menjadi salah satu strategi yang cukup efektif dalam sebuah hubungan romantis. Walaupun, kebiasaan merayu ini tidak jarang disalahartikan. Seperti, biasanya seorang pria mengisyaratkan bahasa-bahasa nonverbal yang dapat dicirikan sebagai “ramah”, “merayu”, “menggoda”, atau “netral.” Namun, fakta lain mengatakan bahwa jika seorang perempuan memulai percakapan lebih dulu, itu bisa anggap “agak menggoda.” 3. .Mengintensifkan Proses selanjutnya adalah proses memperkuat hubungan dengan pasangan. Proses ini adalah proses yang ditentukan oleh sinyal intensitas baru untuk menjalani sebuah hubungan. Namun proses ini tidak dapat terjadi secara singkat. Membutuhkan waktu dan kesabaran dalam melewati rintangan-rintangan. James Tolhuizen mengatakan bahwa ada saatnya dimana pasangan mengubah cara kencan yang biasa-biasa saja menjadi kencan yang lebih spesial dan eksklusif. Dalam tahap ini pasangan lebih cenderung untuk membicarakan keseriusan habungan mereka, sentuhan-sentuhan ringan, ungkapan kasih sayang, dan meningkatkan keintiman seksual. 4. Penggabungan Dalam tahap ini, pasangan romantis mulai untuk mengatur kehidupan mereka bersama. Ketergantungan antara mereka makin terasa. Sesungguhnya, sebuah hubungan juga harus didukung oleh komunikasi antar pasangan, dan saat jarak menjadi halangan, social network adalah salah satu solusi untuk mengatasi keterbatasan komunikasi tersebut. Beberapa orang membuat sebuah pembelian untuk bersama. Beberapa orang mengubah kebiasaan masing-masing agar dapat menghabiskan waktu bersama. Misal, seorang wanita single parent mengundang kekasihnya untuk makan malam bersama anaknya. Namun, integrasi juga dapat dilakukan secara simbolis. Leslie Baxter mengemukakan 5 tipe integrasi simbolis yaitu : 8 1. Behavioral action symbols, seperti nama panggilan, candaan, permainanpermainan menarik yang dapat dilakukan bersama. 2. Events/ times, seperti peringatan kencan pertama, ciuman pertama yang dapat menghangatkan sebuah hubungan. 3. Physical object, seperti pemberian hadiah. 4. Symbolic places, seperti pergi ke tempat-tempat yang memiliki memorimemori khusus. 5. Symbolic cultural artifact, seperti lagu, buku, atau film. Simbol-simbol tersebut biasanya digunakan untuk menunjukkan seberapa dekat individu-individu dalam sebuah hubungan. 9 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Hubungan Keakraban adalah dimana ketika kita berkomunikasi, kita bukan sekedar menyampaikan isi pesan, tetapi juga menentukan kadar hubungan interpersonalnya.Dari segi psikologi komunikasi, kita dapat menyatakan bahwa makin baik hubungan interpersonal, makin terbuka orang untuk mengungkapkan dirinya; makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya; sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung diantara komunikan. 10