Modul ke: PENGANTAR PEMASARAN PERIKLANAN MARKETING COMMUNICATION KULIAH 14 Aspek etika dalam perikalan Fakultas FIKOM Program Studi MARKOM www.mercubuana.ac.id BERLIANI ARDHA, SE, M.Si Definisi Etika Periklanan “Seperangkat norma dan panduan yang mesti diikuti oleh para praktisi periklanan dalam mengemas dan meyebarluaskan pesan-pesan iklan kepada khalayak ramai baik melalui media massa maupun media luar ruang” Definisi Etika Periklanan Dalam EPI (Etika Periklanan Indonesia, 2005) PPPI merumuskan Etika Periklanan adalah “Ketentuan-ketentuan normative yang menyangkut profesi dan usaha periklanan yang telah disepakati untuk dihormati, ditaati dan ditegakkan oleh semua asosiasi dan lembaga pengembannya”. Etika Periklanan VS Undang-Undang • Undangundang/Peraturan – Bersifat Mengikat – Yang mengawasi dan membina Jelas – Rambu-rambunya Jelas – Ada sanksi yang jelas Etika/Tatakrama • • • • • • Tidak Mengikat Tergantung pada niat dan hati nurani masingmasing Terbuka atas interpretasi Tidak ada sanksi yang memberatkan Sanksi tidak bisa diterapkan Pengawasan dan pembinaan tidak efektif Hirarki Aturan, berdasarkan kekuatan nilainya • • • • • • Undang-udang Peraturan Pesiden RI Peraturan Pemerintah Ri Peraturan Menteri Peraturan Direktur Jendral Tata Cara dan Tata Krama Periklanan Indonesia Perlunya Etika Periklanan • Etika diperlukan dalam mengatur perilaku individu agar lebih mengutmakan kepentingan orang banyak. Sedangkan aktifitas periklanan memberi dampak sosial budaya dan ekonomi tertentu bagi khalayaknya. Sebab itu agar dampaknya tidak negatif, maka diperlukan pengaturan. • Dengan kata lain membuat iklan itu jangan semena-mena baik kata maupun gambarnya. Harus diacu nilai moralitas yang berlaku pada kelompok masyarakatnya. Himpunan Peraturan & Etika Periklanan Indonesia • • • • • • • • • • • • • LANDASAN PPPI PENGANTAR TATA KRAMA PERIKLANAN DEFINISI IKLAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENYIARAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1996 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NO. 69 TAHUN 1999 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NO. (RANCANGAN) TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 1999 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA No.38 TAHUN 2000 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, NO. 368/MEN.KES/SK/IV/1994 Standar usaha periklanan Indonesia Visi, Tujuan dan Sasaran Visi • Terciptanya suatu lingkungan yang sehat, dinamis dan beretika tinggi bagi bisnis periklanan, karena, setiap anggota senantiasa bertolak dari I’tikad yang jujur, berkehendak dari ketaatan pada hukum, serta berkiprah dari upaya yang saling mendukung dengan anggota lainnya. Sasaran • Tercapainya penguatan posisi tawar, wibawa dan citra anggota dimata para mitra usahanya. • Memantapkan tanggung jawab PPPI sebagai pemicu dan pemacu kemajuan bagi seluruh komponen industri periklanan nasional. • Melicinkan jalan untuk penberlakuan akreditasi kepada sebagian atau seluruh anggota PPPI. Tujuan • Melindungi usaha periklanan pada khususnya, dan industri pemasaran pada umumnya, serta pada gilirannya juga kepentingan masyarakat secara keseluruhan. • Menegakkan kewibawaan dan kemaslahatan usaha periklanan, beserta asosiasi dan segenap anggotanya. • Mendorong terwujudnya fokus persaingan didalam area peningkatan kualitas sekaligus untuk memantapkan segala jenis layanan anggota kepada kliennya istilah atau kata yang berkaitan dengan periklanan yaitu : • Periklanan Adalah seluruh proses yang meliputi penyiapan ,perencanaan, pelaksanaan dan penyampaian iklan. • Iklan Dipahami sebagai segala bentuk pesan tentang sesuatu produk yang disampaikan melalui suatu media. Dibiayai oleh pemrakarsa yang dikenal serta ditujukan kepada sebagian atau seluruh mesyarakat. • Pelaku Adalah pengiklan, perusahaan periklanan atau media. • Pengiklan Adalah pemrakarsa dan pengguna jasa periklanan. • Perusahaan Periklanan Adalah suatu perusahan jasa perencanaan, pembuatan dan atau pengaturan serta pengawasan penyampaian iklan untuk kepentingan pengiklan. Dengan menerima imbalan untuk jasa yang diberikannya tersebut. • Media (periklanan) Adalah sarana komunikasi untuk menyampaikan pesanpesan iklan kepada kalayak, seperti surat kabar, majalah, televisi, radio, papan iklan, pos langsung, petunjuk penjualan, selebaran, pengantar penawaran, halaman kunung, alat peraga dan lain sebagainya. Iklan-iklan yang berpotensi tuna etika o o o o o o o o o o o Iklan testimonial Iklan perbandingan langsung Iklan plagiat’ Iklan yang mencantumkan hasil riset lembaga tanpa izin Iklan makanan pengganti yang diklankan sebagai obat Iklan rokok Iklan kosmetika pemutih Iklan sliming program Iklan menggunakan anak-anak Iklan pelayanan syahwat Dan sebagainya Mengapa iklan digolongkan tuna etika (1) ? • Dalam iklan testimonial tidak ada jaminan bahwa pemeran iklan beralamat lengkap dan telah menggunakan produk yang sama minimal 1 tahun serta iklan tersebut juga tidak mempunyai bukti klinis atau • Dalam perbandingan langsung juga tidak mencantumkan buktimklinis • Ada beberapa iklan plagiat meniru produk sejenis mulai dari animasi sampai gugus unggulannya hanya beda kode senyawanya saja • Ada beberapa iklan yang mencantumkan hasil riset sebuah lembaga publik tanpa ijin. • Banyak iklan makanan Mengapa iklan digolongkan Tuna etika (2) ? • Banyak iklan rokok yang masih ditanyangkan pada jam diluar yang telah diatur dan menayangkan bentuk rokok atau orang yang merokok • Banyak iklan kosmetik pemutih yang tidak mencantumkan kontra indikasi • Ada beberapa iklan slamming program seolah-olah untuk sehat manusia tidak perlu makan regular tetapi cukup makan produk tersebut • Ada beberapa iklan produk anak yang mengunggulkan zat yang diperuntukkan orang lanjut usia • Banyak iklan layanan syahwat yang ditayangkan lekat dengan seksualitas dan disajikan sore hari . Hambatan Menerbitkan Iklan Tuna Etika • Persaingan antar pembuat produk, antar biro iklan dan antar media yang memberitakan atau menayangkan membuat mereka sering saling lempar tanggung jawab • Aparat penegak hukum kurang memahami tenis lapangan dunia periklanan dan media sehingga jika ada yang terbukti melanggar aturan, sulit untuk dapat diharapkan hasilnya positif bagi publik Hambatan Menerbitkan Iklan Tuna Etika • Seringnya perancang iklan berlindung dibalik ide kreatif jika iklannya melanggar hukum atau TKTCPI • Kurang lembaga kontrol sosial di masyarakat yang mampu dan “powerful” dalam penerbitan iklan tuna etika • Lemahnya pelaksanaan hukum yang berlaku Upaya Lembaga Kontrol Menegakkan Etika • Melakukan tegoran lisan melalui telepon ke media yang menayangkan atau menampilakn iklan yang bermasalah • Melakukan tegoran resmi tertulis ke pemasang iklan, biro iklan dan media • Melakukan somasi ke para pihak yang bertanggung jawab terhadap iklan bermasalah • Melakukan tuntutan hukum terhadap para pihak yang bertanggung jawab terhadap iklan bermasalah • Melakukan pelatihan kepada para aparat hukum tentang seluk beluk periklanan dan etika Kesimpulan • Lembaga kontrol sosial harus terus secara berkelanjutan melakukan advokasi kepada para pihak yang berkecimpung di dunia iklan • Lembaga kontrol sosial harus mampu memberdayakan masyarakat untuk mau melakukan pemboikutan produk jika iklan mereka menjerumuskan atau melanggar etika dan peraturan yang berlaku • Para pelaku periklanan harus mampu menunjukkan pada publik bahwa mereka taat etika dan aturan yang berlaku • Perlu lembaga penegak hukum internal P31 agar anggota yang melanggar bisa secara internal di hukum (sosial dan atau ekonomi) • Perlu penegakan hukum yang tegas Daftar Pustaka • Etika Periklanan Indonesia (Tata Krama dan Tata Cara Periklanan Indonesia) • Membangun Sistem Penyiaran Yang Demokratis Di Indonesia • David A. Aaker , Advertising Management Terima Kasih Berliani Ardha SE, M.Si