Document

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Kurikulum
1. Definisi Kurikulum
Sebelum membahas lebih jauh tentang kurikulum, kita ketahui dulu
mengenai definisi kurikulum. Setiap orang, kelompok, masyarakat atau
bahkan ahli pendidikan dapat mempunyai penafsiran yang berbeda mengenai
pengertian kurikulum. Kata kurikulum menurut Marvin D. Alcom,
sebagaimana dikutip oleh Zaini, muncul pertama tahun 1856 pada kamus
Webster yang digunakan dalam bidang olah raga yang berarti jarak yang harus
ditempuh.39 Istilah kurikulum berasal dari bahasa Latin yakni Curriculae,
artinya jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari.40 Namun pendapat lain
seperti pendapat Subandijah dalam Khaerudin mengatakan bahwa kurikulum
berasal dari bahasa Yunani, currere yang berarti jarak tempuh lari.41 Pendapat
lain mengatakan bahwa kurikulum berasal dari kata curir artinya pelari dan
39
Marvin D. Alcom and James M. Linely, Issus in Curriculum Development, (New York:
World Book Co., 1959), 3 dalam Muhamad Zaini, Pengembangan Kurikulum: Konsep, Implementasi,
Evaluasi, dan Inovasi, (Surabaya: eLKAF, 2006), 1.
40
Muhammad Joko Susilo, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Manajemen Pelaksanaan
dan Kesiapan Sekolah Menyongsongnya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), 77.
41
Khaeruddin dkk., Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan; Konsep dan Implementasinya di
Madrasah, (Semarang: Pilar Media, 2007), 23.
19
20
currere artinya tempat berpacu atau tempat berlomba. Sedangkan curriculum
berarti jarak yang harus ditempuh pelari.42
Kemudian pada tahun 1955 dalam kamus tersebut digunakan dalam
bidang pendidikan yang berarti sejumlah mata pelajaran di sekolah atau mata
kuliah di perguruan tinggi yang harus ditempuh untuk mencapai suatu tingkat
tertentu atau ijazah.43 Dengan kata lain kurikulum dianggap sebagai jembatan
yang sangat penting untuk mencapai titik akhir dari suatu perjalanan dan
ditandai oleh perolehan suatu ijazah tertentu.
Dalam bahasa Arab, kurikulum dikenal dengan manhaj yang berarti
jalan yang terang atau jalan yang dilalui manusia pada berbagai
kehidupannya. Sehingga kalau dikaitkan dengan pendidikan, kurikulum
berarti jalan terang yang dilalui pendidik atau guru latih dengan orang-orang
yang dididik atau dilatihnya untuk mengembangkan pengetahuan, ketrampilan
dan sikap mereka.44
Pandangan mengenai pengertian kurikulum ini dapat ditinjau dari dua
pandangan, yakni pandangan lama dan pandangan baru. Menurut pandangan
lama atau tradisional, kurikulum merupakan sejumlah mata pelajaran yang
42
Syafrudin Nurdin, Guru Profsional dan Implementasi Kurikulum, (Jakarta: Ciputat Pers,
2002), 33.
43
Muhamad Zaini, Pengembangan Kurikulum: Konsep, Implementasi……… 1.
44
Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1997), 478.
21
harus ditempuh murid untuk memperoleh ijazah.45 Menurut pandangan lama
mengenai kurikulum di atas, kurikulum dapat dipahami bahwa kurikulum
terdiri atas sejumlah mata pelajaran. Mata pelajaran merupakan pengalaman
dan kebudayaan di masa lalu yang menjadi informasi bagi siswa.
Hal ini berbeda dengan yang diungkapkan dalam pandangan baru atau
modern yang banyak dikemukakan oleh berbagai tokoh pendidikan. Menurut
J. Loyd Trump dan Delmas F. Miller dalam S. Nasution mengungkapkan
bahwa:
kurikulum termasuk metode pembelajaran, cara mengevaluasi siswa
dan program pembelajaran, perubahan tenaga pengajar, bimbingan
penyuluhan, supervisi dan administrasi, alokasi waktu jumlah ruang
dan kemungkinan memilih mata pelajaran.46
Sedangkan menurut Alice Miel dalam Nasution menambahkan lebih
dari itu mengenai definisi kurikulum. Ia menyebutkan bahwa kurikulum
meliputi keadaan gedung, suasana sekolah, keinginan, keyakinan pengetahuan
dan sikap semua komponen sekolah seperti anak didik, kepala sekolah, guru,
pegawai administrasi dan masyarakat.47 Sedangkan pendapat Hilda Taba, ia
mendefinisikan bahwa curriculum is after all, a way of preparing young
people to participate as productive members our culture.48 Menurut pendapat
Hilda Taba ini, ia cenderung mendefinisikan kurikulum lebih pada meodologi,
45
Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2007), 3.
46
S. Nasution, Azas-azas Kurikulum, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), 6.
Ibid.,
48
Hilda Taba, Curricukum Development; Theory and Practice, San Fransisco College, 10.
47
22
yaitu cara mempersiapkan manusia untuk berpartisipasi sebagai anggota yang
produktif dari suatu budaya.49 Pendapat mengenai kurikulum juga diajukan
oleh Beauchamp dalam Susilo yang menekankan bahwa kurikulum adalah
suatu rencana pendidikan atau pengajaran. Pelaksanaan rencana sudah masuk
pada pengajaran.50
Menurut pandangan modern, pengertian kurikulum seperti yang
dikemukakan oleh Romine dalam Oemar Hamalik, curriculum is interpreted
to mean all of the organized courses, activities and experiences which pupils
have under direction of the school, whether in the classroom or not.51
Pengertian ini menunjukkan bahwa kegiatan-kegiatan kurikulum tidak
terbatas dalam ruang-ruang kelas saja melainkan juga kegiatan di luar kelas.
Sehingga tidak ada penisahan antara intra kurikulum dan ekstra kurikulum.
Semua kegiatan yang memberikan pengalaman belajar/pendidikan bagi siswa
pada hakikatnya adalah kurikulum.52 Hal ini sesuai dengan pendapat Hamalik
bahwa kurikulum menyangkut tiga hal, yakni kurikulum memuat isi dan
materi pelajaran, kurikulum sebagai rencana pembelajaran dan kurikulum
sebagai pengalaman belajar.53
Dari pengertian di atas menunjukan bahwa pengertian kurikulum sangat
luas dan berkembang sesuai dengan situasi dan kondisi. Kurikulum tidak bisa
Khaeruddin dkk., Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan; Konsep dan ……, 25.
Muhammad Joko Susilo, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan……, 82.
51
. Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum……, 4.
52
Muhammad Joko Susilo, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan……, 79.
53
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), 25.
49
50
23
diungkapkan dalam bahasa yang baku karena semua pendapat memiliki alasan
masing-masing yang rasional.54 Namun demikian kita sebagai warga negara
RI juga harus memperhatikan pengertian kurikulum sesuai dengan Undangundang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 pada Bab I pasal 1,
pengertian kurikulum adalah:
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.55
Dari sini dapat dilihat bahwa kurikulum sebagai kombinasi bahan
untuk membentuk kerangka isi materi yang diajarkan oleh guru kepada
peserta didik, kurikulum juga berupaya menggabungkan ruang lingkup,
rangkaian, interpretasi, keseimbangan bahan pelajaran, teknik mengajar dan
hal lain yang dapat direncanakan sebelumnya. Di samping itu kurikulum
dipandang sebagai sebuah pengalaman kurikulum (sekolah) senantiasa
menyampaikan gagasan-gagasan pengetahuan dan nilai-nilai penting dari
generasi ke generasi berikutnya menuju generasi yang sukses.
2. Azas-azas Kurikulum
Kurikulum sebagai komponen sekolah yang harus dikembangkan
mempunyai kedudukan sentral dalam seluruh proses pendidikan. Kurikulum
mengarahkan segala bentuk aktivitas pendidikan demi tercapainya tujuantujuan pendidikan. Dengan kata lain bahwa kurikulum sebagai alat untuk
54
55
Muhamad Zaini, Pengembangan Kurikulum: Konsep, Implementasi……, 6.
Depdiknas, Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003.
24
mencapai tujuan pendidikan yaitu pembentukan manusia sesuai falsafah hidup
bangsa memegang peranan penting dalam suatu sistem pendidikan. Maka
kurikulum harus mampu mengantarkan anak didik menjadi manusia yang
bertaqwa, cerdas, terampil, berbudi luhur, berilmu, dan bermoral. Kurikulum
tidak hanya diberikan kepada peserta didik semata-mata tetapi juga sebagai
aktivitas pendidikan yang direncanakan untuk dialami, diterima dan
dilakukan.
Kurikulum sebagai instrumen strategis untuk pengembangan kualitas
sumber daya manusia baik jangka pendek maupun jangka panjang, kurikulum
juga memiliki koherensi yang amat dekat dengan upaya pencapaian tujuan
sekolah dan atau tujuan pendidikan. Oleh karena itu perubahan dan
pembaharuan kurikulum harus mengikuti perkembangan, menyesuaikan
kebutuhan masyarakat dan tantangan yang akan datang serta menghadapi
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Mengingat urgensi kurikulum tersebut, penembangan kurikulum
senantiasa memperhatikan azas-azas sebagai berikut:
a.
Azas Filosofis
Dalam pengembangan kurikulum, pandangan yang menyeluruh dan
sistematis terhadap segala sesuatu akan mendukung adanya saling
keterkaitan dari semua unsur hingga akan ditemukan adanya unsur
kebajikan. Bagi pengembang kurikulum tidak hanya menonjolkan filsafat
pribadinya tetapi juga harus memperhatikan falsafah yang lain, antara lain
25
falsafah negara/bangsa, falsafah lembaga pendidikan, dan falsafah
pendidik.56
Berdasarkan azas ini, kurikulum pendidikan yang ditanamkan pada
peserta didik tidak hanya sebatas pada alam fisik dan isinya hanya pada
pengalaman sehari-hari melainkan juga sesuatu yang tidak terbatas pada
realitas fisik seperti alam rohaniah dan spiritual yang mengantarkan
manusia pada keabadian.57 Perwujudan kurikulum yang valid harus
berdasarkan pendekatan metode ilmiah yang sifatnya mengajak berpikir
menyeluruh, reflektif, dan kritis. Selain itu kurikulum juga dirancang agar
memberikan kepuasan diri peserta didik agar memiliki nilai-nilai ideal58
supaya hidup dengan baik sekaligus menghindari nilai yang tidak
diinginkan.
Pancasila sebagai falsafah bangsa Indonesia, tentunya sudah
diterima sebagai falsafah pendidikan nasional, sebagaimana dalam tujuan
pendidikan nasional yang termuat dalam UU Sisdiknas No. 20 tahun
2003. Sehingga dalam pengembangannya senantiasa memperhatikan
falsafah bangsa karena pendidikan merupakan usaha untuk membentuk
karakter suatu bangsa. Sedangkan falsafah lembaga pendidikan menjadi
acuan dalam pengembangan kurikulum yang sesuai dengan visi dan misi
56
Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, (Yogyakarta: Ar-Ruzz, 2007), 69.
Muhammad Noor Syam, Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila
(Surabaya: Usaha Nasional, 1989), 32.
58
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2006), 129.
57
26
lembaga pendidikan tersebut. Keberadaan falsafah pendidik sangat
berpengaruh dalam pengembangan kurikulum khususnya terkait proses
belajar
mengajar.
Pendidik
berperan
dalam
perencanaan,
pengorganisasian dan penyampaian serta evaluasi dalam menentukan
tercapainya tujuan kurikulum dari sekolah yang bersangkutan.59
b.
Azas Sosiologis
Azas sosiologi mempunyai peran penting dalam mengembangkan
kurikulum pendidikan pada masyarakat dan bangsa di muka bumi ini.
Sebagai komponen pendidikan, kurikulum dituntut mampu menjawab
kebutuhan masyarakat dan tantangan zaman. Suatu kurikulum yang pada
dasarnya mencerminkan cita-cita sudah sewajarnya kalau pendidikan
memperhatikan aspirasi masyarakat dan pendidikan agar mampu
memberikan jawaban dan tekanan yang datang dari kekuatan sosiopolitik-ekonomi yang sangat dominan.60
Dalam
pengambilan
keputusan
mengenai
kurikulum
para
pengembang harus merujuk pada lingkungan atau dunia di mana mereka
tinggal, merespons berbagai kebutuhan yang dilontarkan atau diusulkan
oleh beragam golongan dalam masyarakat dan memahami tuntutan
pencantuman nilai-nilai falsafah pendidikan bangsa dan berkait dengan
pendidikan yang berlaku.61
Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik……, 73.
S. Nasution, Kurikulum dan Pengajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), 50.
61
Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum teori dan Praktik………, 77.
59
60
27
Menurut Dakir, sosiologi sebagai azas kurikulum, secara spesifik
digolongkan pada tiga bagian, yakni dunia alam kodrat, dunia sekitar
benda-benda buatan manusia dan dunia sekitar manusia.62 Dunia alam
kodrat yaitu segala sesuatu di luar diri manusia yang bukan buatan
manusia, seperti gunung, lautan. Dalam hal ini kurikulum hendaknya
dapat merangsang para pengembang untuk berusaha menguak dan
menggunakan isi serta pengaruh alam kodrat untuk kesejahteraan
manusia. Hendaknya kurikulum memasukkan problem-problem yang
berupa gejala-gejala dalam alam kodrat pada lembaga pendidikan yang
sesuai.63
Sedangkan dunia sekitar benda-benda buatan manusia seperti TV,
komputer sebagai landasan dalam kurikulum dalam usaha memenuhi
kebutuhan manusia. Atas dasar landasan ilmu pengetahuan dan diolah
dengan ketrampilan baik fisik maupun psikis akan melahirkan teknologi
yang canggih perlu diajarkan pada lembaga pendidikan.64 Sedangkan
dunia sekitar manusia meliputi kebutuhan masyarakat dan perubahan dan
perkembangan dalam masyarakat. Lembaga pendidikan berusaha
menyiapkan tenaga pendidik yang terampil dan menjadi tenaga penggali
kebutuhan masyarakat yang nantinya lulusannya dapat melaksanakan
62
Dakir, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), 62-63.
Ibid.,
64
Ibid.,
63
28
tugas untuk menyiapkan kebutuhan masyarakat.65 Sedangkan perubahan
dan perkembangan masyarakat menjadi perhatian pendidikan, dalam hal
ini kurikulum agar masyarakat mampu memenuhi kebutuhan hidupnya,
karena masyarakat selalu mengalami perubahan secara horisontal maupun
vertikal.
c.
Azas Psikologis
Psikologi dalam pengembangan kurikulum mempunyai peranan
atas model konseptual dan informasi yang mendukung proses
perencanaan pendidikan serta peranan atas metodologi yang dapat
diadaptasi dalam penelitian pendidikan.66 Pengetahuan psikologi akan
membantu para pengembang kurikulum untuk lebih realistis dalam
memilih tujuan-tujuan tetapi tidak akan menentukan tujuan-tujuan apa
yang seharusnya.
Dalam memilih pengalaman belajar yang akurat, psikologi secara
umum akan sangat membantu. Teori-teori belajar, teori kognitif,
pengembangan emosional, dinamika group, perbedaan kemampuan
individu, kepribadian, model formasi sikap dan perubahandan mengetahui
motivasi, hal ini sangat relevan dalam merencanakan pengalamanpengalaman pendidikan. Yang harus diperhatikan adalah bagaimana
kurikulum memberikan peluang belajar bagai anak didik dan bagaimana
65
66
Ibid., 64.
Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik……,79.
29
proses belajar mengajar bisa berlangsung serta bagaimana anak itu
memberi hasil yang sebaik-baiknya. Di samping itu juga anak harus
mendapatkan situasi belajar untuk mengembangkan bakatnya.67
d.
Azas Organisatoris
Keadaan masyarakat senantiasa berubah dan mengalami kemajuan
pesat. Dari kondisi ini pengembang kurikulum mempunyai beban baru
sebagai pembuat keputusan untuk menentukan pengetahuan apa yang
paling berharga yang harus diberikan kepada peserta didik serta
bagaimana mengorganisasikan bahan itu agar bisa dikuasai peserta didik
dengan baik.68 Dari sini pemahaman organisasi sangat membantu dalam
menjawab tantangan atau tugas bagi pengembang tersebut.
Organisasi bahan pelajaran yang dipilih harus serasi dengan tujuan
dan sasaran kurikulum yang pada dasarnya disusun dari yang sederhana
kepada yang kompleks, dari yang konkrit kepada yang abstrak dan dari
ranah tingkat rendah kepada ranah yang lebih tinggi, baik kognitif, afektif
dan psikomotorik.69
Pengembang kurikulum, menurut Adiwikarta harus memperhatikan tiga
hal yaitu kekinian dan kedisinian, kemasadepanan dan kepentingan satuan
pendidikan.70 Kurikulum yang dikembangkan harus aktual dan tidak
67
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam……, 130.
Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum teori dan Praktik ……, 92.
69
Muhamad Zaini, Pengembangan Kurikulum……, 47.
70
S. Adiwikarta, Kurikulum untuk Abad ke 21, (Jakarta: Grasindo, 1994), 101.
68
30
ketinggalan zaman serta relevan dengan kebutuhan masyarakat. Mampu
mengantisipasi tantangan masa depan yang kompetitif global serta menjamin
kepentingan dan mendukung keberlangsungan lembaga pendidikan untuk
memenuhi kebutuhan pengguna lulusan.
Dalam perspektif pendidikan Islam, selain azas di atas kurikulum juga
berdasar azas religi.71 Dasar yang ditetapkan berdasarkan nilai-nilai ilahi yang
tertuang dalam Al Quran maupun As Sunah karena kedua kitab tersebut
merupakan nilai kebenaran yang universal.
3. Prinsip-prinsip Kurikulum
Percepatan arus reformasi dalam era globalisasi dewasa ini menuntut
semua bidang kehidupan untuk menyesuaikan visi, misi, tujuan dan
strateginya agar sesuai dengan kebutuhan dan tidak ketinggalan zaman.
Demikian halnya dengan sistem pendidikan, sistem pendidikan nasional
senantiasa harus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan
yang terjadi baik ditingkat lokal, nasional maupun global. Di antara komponen
penting dalam sistem pendidikan itu adalah kurikulum,72 yang akan menjadi
acuan bagi penyelenggara maupun pengelola pendidikan di Indonesia ini.
Dengan demikian pengembangan kurikulum senantiasa relevan dengan
persoalan dan kebutuhan bangsa atau kebutuhan masyarakat. Melihat kondisi
tersebut, pengembangan kurikulum menganut prinsip-prinsip sebagai berikut:
71
72
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam……, 124.
E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), 4.
31
a.
Prinsip Relevansi
Secara etimologis, relevan mempunyai arti kait mengkait, berguna
secara langsung.73 Sedangkan bila dikaitkan dengan konteks pendidikan,
relevansi mengandung pengertian adanya kesesuaian antara program
pendidikan dengan kebutuhan atau tuntutan masyarakat.74 Sehingga
pendidikan dikatakan relevan bila pendidikan itu mempunyai pengaruh
bagi masyarakat. Dengan kata lain hasil (out put) yang diperoleh dari
proses pendidikan berguna bai masyarakat.
Menurut Soetopo dan Soemanto, prinsip relevansi dalam kurikulum
ini adalah sebagai berikut:
 Relevansi pendidikan dengan lingkungan anak didik.
 Relevansi pendidikan dengan kehidupan yang akan datang.
 Relevansi pendidikan dengan dunia kerja.
 Relevansi pendidikan dengan ilmu pengetahuan.75
b. Prinsip Efektivitas
Efektivitas suatu kegiatan berkenaan dengan sejauh mana apa yang
direncanakan atau yang diinginkan dapat terlaksana atau tercapai.76
Kurikulum dikembangkan agar sesuai dengan kebutuhan masyarakat
dalam menghadapi persoalan dan tantangan yang dihadapinya. Prinsip
73
Sulchan Yasin, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Amanah, 1997), 400.
Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik…, 179
75
Hendyat Soetopo dan Wasty Soemanto, Pembinaan dan Pengembanagn Kurikulum: Sebagai
Substansi Problem Administrasi Pendidikan, (Jakarta: Binai Aksara, 1986), 49.
76
Ibid., 50.
74
32
efektivitas ini dipegang untuk mengetahui pencapaian keinginan dari
perencanaan kurikulum.77 Efektivitas pendidik dan peserta didik dalam
pendidikan mempunyai peranan penting dalam pelaksanaan prinsip ini.
Prinsip ini bisa dilihat efektivitas pendidik dalam melaksanakan
perencanaan kegiatan belajar mengajar dan efektivitas pelaksanaan
tujuan-tujuan pelajaran dalam kegiatan belajar mengajar pula. Efektivitas
belajar peserta didik terutama berkenaan dengan pencapaian tujuan
pelajaran yang diinginkan telah dilakukan dalam kegiatan belajar
mengajar.78
Dalam
mengembangkan
kurikulum,
usaha
untuk
meningkatkan efektivitas kegiatan belajar murid dilakukan dengan
memilih metode dan alat yang tepat digunakan dalam proses belajar
mengajar.79
c.
Prinsip Efisiensi
Dalam Sukmadinata, prinsip ini juga disebut dengan prinsip praktis.
Kurikulum bukan hanya harus ideal tetapi juga praktis.80 Pengembangan
kurikulum harus efisien. Efisiensi suatu usaha pada dasarnya merupakan
perbandingan antara hasil yang dicapai dan usaha yang telah
dikeluarkan.81 Jangan sampai untuk mencapai tujuan pendidikan
kemudian mengorbankan hal lain yang lebih penting. Efisiensi dalam
77
Ibid.,
Muhamad Zaini, Pengembangan Kurikulum……, 86.
79
Hendyat Soetopo dan Wasty Soemanto, Pembinaan dan Pengembangan……, 51.
80
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembanagan Kurikulum, Teori dan Praktik
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), 151.
81
Hendyat Soetopo dan Wasty Soemanto, Pembinaan dan Pengembanagan……, 51.
78
cet VI,
33
pengembangan kurikulum ini dapat diwujudkan apabila usaha, tenaga,
waktu dan biaya yang digunakan dalam penyelesaian program kurikulim
itu optimal dan hasilnya optimal pula.82
d. Prinsip Kesinambungan (Kontinutitas)
Prinsip ini menunjukkan adanya saling keterkaitan antara tingkat
pendidikan, jenis program pendidikan dan bidang studi.83 Bahan pelajaran
yang diajarkan harus berkelanjutan dan tidak diulang-ulang. Bahan
pelajaran yang diperlukan pada tingkat lebih tinggi harus pernah
diajarkan pada tingkat yang lebih rendah. Begitu pula pelajaran yang
pernah diajarkan pada tingkat lebih rendah tidak boleh diajarkan pada
tingkat lebih tinggi.84 Kesinambungan pada bidang studi yang satu
dengan bidang studi yang lain juga harus diperhatikan. Untuk
mempelajari materi pelajaran bidang tertentu yang perlu bidang studi lain
maka bidang studi tersebut harus diajarkan terlebih dahulu.85
e.
Prinsip Fleksibilitas (Keluwesan)
Pengembangan kurikulum harus memegang prinsip luwes atau tidak
kaku. Sehingga ada ruang gerak yang memberi kebebasan dalam
bertindak dalam mengembangkan kurikulum. Prinsip fleksibilitas dalam
pengembangan ini menyangkut fleksibilitas dalam memilih program
82
Ibid.,
Ibid.,
84
Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik… 182.
85
Hendyat Soetopo dan Wasty Soemanto, Pembinaan dan Pengembangan......, 53.
83
34
pendidikan serta fleksibilitas dalam pengembangan program pengajaran.86
Adanya kebebasan memilih jurusan atau ketrampilan bagi peserta didik
dan kebebasan pendidik dalam mengembangkan sendiri program
pengajaran yang mengacu pada tujuan dan bahan kurikulum akan
mempermudah tercapainya tujuan kurikulum dan pendidikan.
f.
Prinsip Berorientasi Tujuan
Tujuan pendidikan nasional telah ditentukan sebagaimana dalam
UU Sisdiknas nomor 20 tahun 2003. Begitu juga tujuan institusional dari
tiap lembaga pendidikan terurai dalam visi misinya. Prinsip berorientasi
pada tujuan di sini mengandung pengertian bahwa sebelum bahan dan
proses lain ditentukan, pengembang kurikulum harus menentukan tujuan
terlebih dahulu.87 Sebelum pendidik menentukan bahan dan strategi
pembelajaran, pendidik harus menentukan tujuan pembelajaran terlebih
dahulu. Hal ini dilaksanakan agar segala aktivitas yang dilakukan oleh
pendidik dan peserta didik benar-benar terarah pada tercapainya tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan. 88
g.
Prinsip Dan Model Pengembangan Kurikulum
Pengembangan kurikulum dilakukan untuk meningkatkan kualitas
pendidikan. Oleh karena itu pengembangan kurikulum harus dilakukan
86
Ibid.,182.
Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik……,183.
88
Subandijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
1993), 54.
87
35
secara bertahap dan terus menerus yang dilakukan dengan memperbaiki,
memantapkan dan mengembangkan kurikulum yang telah berjalan setelah
dilaksanakan dan diketahui hasilnya.89 Hal ini menunjukkan bahwa
senantiasa dilakukan evaluasi terhadap kurikulum agar tetap fokus dan
keberadaannya cukup berarti bagi peserta didik dan bagi kualitas
manusia.
4. Fungsi dan Peranan Pengembangan Kurikulum
Kurikulum dipandang sebagai program pendidikan yang direncanakan
dan dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Dengan ini
pendidikan diharapkan mampu menjawab persoalan masyarakat serta mempu
meningkatkan derajat manusia. Kedudukan kurikulum dalam aktivitas belajar
mengajar sangat krusial. Maka dari itu kurikulum mempunyai fungsi sebagai
berikut:
a.
Fungsi Kurikulum Dalam Rangka Pencapaian Tujuan Pendidikan
Salah satu cara yang dilakukan untuk mencapai tujuan pendidikan
khususnya di sekolah adalah melakukan peninjauan terhadap kurikulum.90
Karena kurikulum mempunyai kedudukan yang krusial sebagai acuan
dalam kegiatan belajar mengajar.
Pendidikan tertinggi sampai terendah mempunyai tujuan, yakni
tujuan yang akan dicapai setelah berakhirnya aktivitas belajar. Tujuan
89
90
Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik……, 183.
Hendyat Soetopo dan Wasty Soemanto, Pembinaan dan Pengembangan……, 17.
36
pendidikan secara hierarki adalah tujuan nasional, tujuan institusional,
tujuan kurikuler, tujuan instruksional.91 Dalam pencapaian tujuan
pendidikan yang dicita-citakan, tujuan tersebut harus dicapai secara
bertingkat yang saling mendukung. Di sini keberadaan kurikulum adalah
sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan.92
b.
Fungsi Kurikulum Bagi Anak Didik
Kurikulum sebagai organisasi belajar merupakan suatu persiapan
bagi peserta didik. Karena mereka belajar dalam sebuah lembaga
pendidikan dalam rangka pemenuhan dan penggalian potensi mereka.
Dengan sekolah anak-anak ini diharapkan mendapatkan pengalaman baru
baginya agar dapat dikembangkannya sesuai perkembangannya sebagai
bekal hidupnya. Kurikulum sebagai alat untuk mencapai tujuan
pendidikan diharapkan mampu memberikan hal-hal atau program baru
bagi anak didik93 sebagai bekalnya. Sebagai generasi penerus, peserta
didik mengharapkan sesuatu program yang sesuai dengan kondisi
zamannya, sesuai dengan latar sosio historisnya yang mungkin berbeda
dengan zaman orang tuanya dulu. Hal-hal yang aktual dalam
pendidikannya akan sangat membantu masa depan peserta didik tersebut.
91
Ibid.,
Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik……, 180.
93
Ibid., 207
92
37
c.
Fungsi Kurikulum Bagi Pendidik
Pendidik sebagai orang yang memegang peranan dalam proses
belajar mengajar mempunyai tanggung jawab yang besar atas
keberhasilan dan masa depan peserta didik. Sebagai orang tua siswa di
sekolah, guru bertanggung jawab atas pembentukan karakter peserta
didik. Di tangan pendidik kurikulum akan hidup dan bermakna sehingga
menjadi “makanan” yang mendatangkan selera untuk disantap oleh
peserta didik.94 Di tangan pendidik pula metode penyajian menjadi hidup
dan menarik bagi peserta didik.
Sebagai acuan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, kurikulum
berfungsi bagi pendidik sebagai pedoman dalam manajemen pengalaman
belajar peserta didik serta mengevaluasi sejumlah pengalaman yang
diserap peserta didik.95 Sehingga setiap aktivitas dan interaksi pendidik
dengan peserta didik dalam kegiatan be;ajar mengajar menjadi terarah.
Sehingga sebagai pedoman bagi guru, kurikulum semakin meringankan
beban dan tugas pendidik atas besarnya tanggung jawab seorang pendidik
dalam membentuk karakter peserta didik.
d.
Fungsi Kurikulum Bagi Kepala Sekolah
Kepala sekolah berfungsi sebagai seorang manajer, supervisor
sekaligus sebagai administrator. Kepala sekolah harus memimpin semua
94
Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam; dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia,
(Jakarta: Kencana, 2004), 209.
95
Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik…, 207.
38
staf agar dalam melaksanakan tugas dan fungsinya mengacu pada
terlaksananya kurikulum.96 Sebagaimana diungkapkan oleh Soetopo dan
Soemanto, fungsi kurikulum bagi kepala sekolah dan pembina lainnya
adalah:
-
Sebagai pedoman dalam melakukan pengawasan atau supervisi
dalam memperbaiki proses belajar mengajar, menciptakan kondisi
belajar yang lebih baik, memberikan bantuan kepada pendidik dalam
meningkatkan kondisi belajar
-
Kurikulum sebagai pedoman dalam pengembangan kurikulum di
masa yang akan datang
-
Kurikulum sebagai pedoman dalam mengevaluasi atas kemajuan
proses belajar mengajar.97
e.
Fungsi Kurikulum Bagi Orang Tua
Orang tua sebagai pendidik di lingkungan keluarga berkewajiban
atas masa depan anaknya. Hitam putihnya anak tergantung pada keluarga
(orang tua). Di sisi lain anak juga menjadi bagian dari sekolah. Dengan
demikian orang tua juga berkewajiban untuk berpartisipasi terhadap
sekolah atas perkembangan kualitas peserta didik.
Kurikulum sebagai alat pencapaian tujuan pendidikan, orang tua
wajib
96
97
berpartisipasi
memberikan
masukan
dalam
pengembangan
Sukmadinata, Pengembanagan Kurikulum……, 117.
Hendyat Soetopo dan Wasty Soemanto, Pembinaan dan Pengembangan……, 19
39
kurikulum. Kurikulum bagi orang tua sebagai bentuk partisipasi orang tua
terhadap sekolah98 untuk membentuk dan mengembangkan karakter
peserta didik (anak-anaknya). Oleh karena itu pemahaman orang tua
terhadap kurikulum menjadi sesuatu yang mutlak yang tidak bisa ditawartawar lagi.
f.
Fungsi Kurikulum Bagi Sekolah Tingkat di Atasnya
Fungsi kurikulum bagi sekolah tingkat di atasnya adalah sebagai
pemeliharaan proses pendidikan dan untuk menyiapkan tenaga baru.99
Dengan pemahaman kurikulum di sekolah pada tingkatan di atasnya
dapat melakukan penyesuaian agar kurikulum yang diajarkan tidak terjadi
pengulangan serta kekosongan. Sehingga bahan pelajaran dari setiap
tingkatan terjadi kesesuaian.
Fungsi kurikulum dalam menyiapkan tenaga baru dilakukan dengan
mempersiapkan kurikulum agar peserta didik menjadi tenaga baru di
lembaga pendidikan lain. Sehingga pengetahuan kurikulum lembaga lain
ini menjadi bekal dan pertimbangan bagi sekolah menyiapkan kurikulum
agar peserta didik mampu menjadi tenaga baru di lembaga yang sesuai
dengan keahlian yang dimilikinya.
98
99
Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik…, 209.
Ibid., 210.
40
g.
Fungsi Kurikulum Bagi Masyarakat Dan Pemakai Lulusan
Kurikulum sebagai alat pencapaian tujuan pendidikan agar segala
persoalan dan tantangan masyarakat dapat teratasi. Selain itu, kurikulum
diharapkan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu,
masyarakat harus berpartisipasi dalam pengembangan kurikulum sebagai
usaha pemenuhan segala kebutuhannya tersebut.
Dengan mengetahui kurikulum suatu sekolah, masyarakat dapat
memberikan kontribusi dalam memperlancar pelaksanaan program
pendidikan yang memerlukan kerjasama dengan orang tua dan
masyarakat serta memberikan kritik dan saran yang konstruktif demi
penyempurnaan program pendidikan.100 Sehingga terdapat kesesuaian
antara yang dilakukan sekolah dengan masyarakat. Atau terdapat
kesesuaian antara keinginan sekolah dan masyarakat.
Sedangkan menurut Alexander Inglis sebagaimana diungkapkan
Hamalik, mengatakan bahwa kurikulum berfungsi sebagai fungsi penyesuaian
(the adjustive of adaptive function), fungsi pengintegrasian (the integrating
function), fungsi diferensiasi (the differentiating function), fungsi persiapan
(the propaedeutic function), fungsi pemilihan (the selective function) dan
fungsi diagnostik (the diagnostic function).101
100
Ibid., 211.
Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum……, 13.
101
41
Dalam fungsi penyesuaian, kurikulum sebagai alat pendidikan menjadi
alat penyesuaian antara seseorang dengan lingkungannya. Fungsi integrasi,
memberikan pengertian bahwa kurikulum berfungsi mendidik pribadi secara
integrasi, sehingga akan memberikan pengintegrasian kepada masyarakat.
Kurikulum harus mampu memberikan pelayanan terhadap perbedaan di antara
setiap orang dalam masyarakat, sehingga akan mendorong orang berpikir
kritis dan kreatif sehingga mendorong kemajuan sosial di masyarakat. Ini
merupakan maksud kurikulum berfungsi diferensiasi.
Sedangkan fungsi kurikulum sebagai persiapan adalah mempersiapkan
siswa agara mampu melanjutkan studi lebih lanjut. Selanjutnya kurikulum
memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk memilih apa yang
diinginkannya sesuai dengan minatnya untuk memenuhi kebutuhan. Maka
kurikulum perlu disusun secara luas dan fleksibel. Kemudian fungsi
diagnostik mengarahkan siswa untuk mampu memahami dan menerima
dirinya sehingga dapat mengembangkan potensinya. Sehingga kurikulum
membimbing siswa untuk dapat berkembang secara maksimal.102 Dari
berbagai uraian tersebut kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan dan
untuk menempuh harapan manusia sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.
Pendidikan sebagai usaha menghadapi tantangan masa depan hidup
harus memberikan manfaat bagi peserta didik untuk persiapan mereka
menghadapi masa depannya. Karenanya kurikulum keberadaannya bersifat
102
Ibid.,
42
sebagai antisipasi dan memiliki nilai prediksi secara tajam dan perhitungan.
Dengan demikian kurikulum akan menentukan masa depan suatu bangsa.
Dengan segala potensi baik sumber daya alam maupun keanekaragaman
budaya yang dimiliki bangsa Indonesia ini banyak dipengaruhi kondisi
pendidikan Indonesia dulu dan saat ini.
Sebagai komponen pendidikan, kurikulum mempunyai peranan sebagai
berikut:
a.
Peranan Konservatif
Setiap bangsa memiliki kebudayaan. Kebudayaan diperlukan
manusia dan diwujudkan dalam tingkah laku manusia tersebut. Semua
kebudayaan yang sudah membudaya harus ditransmisikan kepada peserta
didik sebagai generasi penerus. Hal ini menjadi tanggung jawab
kurikulum dalam menafsirkan dan mewariskan nilai-nilai budaya yang
dapat membina perilaku peserta didik.103 Kurikulum sebagai komponen
sekolah bertugas menyimpan dan mewariskan nilai-nilai budaya sehingga
akan mempengaruhi perilaku anak sesuai dengan nilai-nilai sosial di
masyarakat. Dengan adanya peranan konservatif ini maka sesungguhnya
kurikulum itu berorientasi pada masa lampau.104
Dengan demikian kurikulum bisa dikatakan konservatif karena
menstransmisikan dan menafsirkan warisan sosial kepada peserta didik
103
104
Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik……, 217.
Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum ……, 12.
43
atau generasi muda. Peranan kurikulum sangat penting dalam proses
pendidikan, yakni dalam menjembatani peserta didik dengan orang yang
lebih dewasa di dalam proses pembudayaan yang semakin kompleks.
b.
Peranan Kritis dan Evaluatif
Seiring dengan akulturasi budaya dalam negeri dengan luar negeri
atau bahkan masuknya budaya manca ke dalam negeri menjadikan
kebudayaan yang ada mengalami perubahan dan pertambahan. Sekolah
jadinya tidak hanya mewariskan budaya melainkan juga memilih
kebudayaan yang akan diwariskan. Dalam hal ini kurikulum berperan
aktif dalam kontrol sosial dan menekankan pada unsur kritis.105 Di sini
kurikulum menghilangkan dan memodifikasi kebudayaan yang kurang
sesuai untuk dilakukan perbaikan. Dengan demikian kurikulum selain
mewariskan atau mentransmisikan nilai-nilai pada generasi muda juga
mengevaluasi kebudayaan yang ada. Apakah perlu dilakukan perbaikan
terhadap nilai sosial yang ada atau tetap sesuai aslinya. Dalam hal ini
kurikulum turut aktif berpartisipasi dalam kontrol sosial dan memberi
penekanan pada unsur berpikir kritis.106 Kurikulum harus merupakan
pilihan yang tepat atas dasar kriteria tertentu.
c.
Peranan Kreatif
Pengembangan kurikulum dimaksudkan untuk menjawab segala
persoalan yang dihadapi manusia serta untuk menyongsong masa
105
106
Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik……, 218.
Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum ……, 12.
44
depannya. Oleh karena itu kurikulum melakukan kegiatan yang kreatif
dan konstruktif107 sesuai dengan kebutuhan masa sekarang dan masa
mendatang dalam masyarakat. Kurikulum melakukan kegiatan yang
kreatif dan konstruktif guna membantu anak didik mengembangkan
potensi yang ada pada dirinya.
5. Evaluasi Kurikulum
Kurikulum sebagai program pendidikan memerlukan penilaian sebagai
bahan balikan dan penyempurnaan sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan
masyarakat. Evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk
menentukan nilai dari sesuatu.108 Evaluasi kurikulum ini menjadi tanggung
jawab semua pihak mulai dari unsur perencana, pelaksana, pembina dan
pengembang kurikulum dari tingkat pusat sampai sekolah dan sekolah.109 Hal
ini karena proses evaluasi merupakan bagian integral dari proses perencanaan,
pelaksanaan, pembinaan dan pengembangan.
Evaluasi kurikulum memegang peranan penting dalam penentuan
kebijaksanaan pendidikan secara umum maupun dalam pengambilan
keputusan kurikulum. Hasil evaluasi kurikulum dapat digunakan oleh para
pemegang kebijaksanaan dalam memilih dan menetapkan kebijaksanaan
pengembangan sistem pendidikan dan pengembangan kurikulum yang
digunakan.110 Di samping itu juga bisa digunakan oleh guru, kepala sekolah
107
Ibid,
Wayan Nurkancana, Evaluasi Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1984), 1.
109
Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembanagan Kurikulum di Sekolah cet III, (Bandung:
Sinar Baru Algensindo, 1996), 129.
110
Sukmadinata, Pengembanagan Kurikulum, Teori dan Praktik……,172.
108
45
dan
pelaksana
pendidikan
lain
untuk
memahami
dan
membantu
perkembangan siswa.
Peranan evaluasi kurikulum dalam pendidikan berkenaan pada tiga hal,
yakni evaluasi sebagai moral judgement, evaluasi dan penentuan keputusan
serta evaluasi dan konsesus nilai.111 Hal itu dapat diuraikan sebagai berikut:
a.
Konsep peranan evaluasi sebagai moral judgement, menjadikan sebuah
nilai yang digunakan untuk tindakan selanjutnya. Karena konsep utama
adalah nilai. Sehingga evaluasi dapat berisi skala nilai moral, berdasarkan
skala moral itu suatu objek evaluasi dapat dinilai. Selain itu evaluasi juga
dapat berisi suatu perangkat kriteria praktis, sehingga berdasarkan kriteria
ini suatu hasil dapat dinilai.112
b.
Konsep kedua adalah evaluasi dan penentuan keputusan. Beberapa hasil
evaluasi menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan keputusan. Dari
pengambil keputusan dalam pelaksanaan pendidikan dan kurikulum
memegang peran yang berbeda sesuai posisinya.113
c.
Konsep ketiga antara evaluasi dan konsesus nilai. Sejumlah nilai dalam
evaluasi pendidikan dibawakan oleh orang yang turut terlibat (partisipan)
dalam kegiatan evaluasi. Kesatuan nilai dari partisipan ini dapat diperoleh
melalui konsesus. Konsesus tersebut berupa kerangka kerja penelitian
yang dipusatkan pada tujuan khusus, pengukuran prestasi belajar, analisis
statistik dari pre test dan post test.114
111
Ibid, 180.
Ibid.,181.
113
Ibid.,
114
Ibid.,
112
46
B. Kajian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
1. Konsep Dasar KTSP
Kurikulum sekolah merupakan instrumen strategis untuk pengembangan
kualitas sumber daya manusia baik jangka panjang maupun jangka pendek.
Kurikulum sekolah juga memiliki koherensi yang amat dekat dengan upaya
pencapaian sekolah atau tujuan pendidikan. Oleh karena itu perubahan dan
pembaruan kurikulum harus mengikuti perkembangan, menyesuaikan
kebutuhan masyarakat dalam menghadapi tantangan yang akan datang serta
menghadapi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Menurut Karim A.
Kaharmi sebagaimana dikutip oleh Muhamad Joko Susilo, menyebutkan
dalam upaya peningkatan mutu pendidikan salah satunya dengan perubahan
kurikulum, yang kini dikenalkan dengan kurikulum tingkat satuam pendidikan
(KTSP).115
Dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP) pasal 1 ayat 15 dikemukakan
behwa Kurikulum Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional
yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan.116
Penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan pendidikan dengan memperhatikan
dan
berdasarkan
standar
kompetensi
serta
kompetensi
dasar
yang
dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP). KTSP
disusun dan dikembangkan dalam rangka untuk mencapai tujuan pendidikan
115
116
Susilo, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan……, 10.
Depdiknas, Standar PendidikanNasional.
47
nasional. Berdasarkan Undang-Undang Sisdiknas pasal 36 ayat 1 dan 2
disebutkan bahwa pengembangan kurikulum dilakukan dalam rangka:
(1) Pengembangan kurikulum mengacu pada Standar Nasional Pendidikan
untuk mewujudkan Tujuan Pendidikan Nasional.
(2) Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan
dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi
daerah dan peserta didik.117
Dari sini pengembangan kurikulum dengan KTSP ini senantiasa
memperhatikan dan mengacu pada keadaan serta kebutuhan lingkungan serta
ciri khas suatu pendidikan. Dalam UUSPN pasal 38 ayat 1 juga disebutkan
pula mengenai pelaksanaan kegiatan pendidikan pada satuan pendidikan
sebagai berikut:
Pelaksanaan kegiatan pendidikan dalam satuan pendidikan didasarkan
atas kurikulum yang berlaku secara nasional dan kurikulum yang
disesuaikan dengan keadaan serta kebutuhan lingkungan serta ciri khas
satuan pendidikan.118
Dengan demikian, kurikulum tingkat satuan pendidikan dapat dipahami
sebagai berikut:
a. KTSP dikembangkan sesuai dengan situasi dan kondisi satuan pendidikan
atau sekolah, potensi dan karakteristik daerah serta kondisi lingkungan,
sosial budaya peserta didik.119 Lingkungan peserta didik baik masyarakat
daerah, potensi sekolah atau daerah menjadi pijakan kurikulum ini.
117
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003
Ibid.,
119
E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan……, 20.
118
48
Harapannya sekolah benar-benar mampu memenuhi kebutuhan sesuai
kondisi peserta didik.
b. Dalam rangka pengembangan kurikulumnya, sekolah dan komite sekolah
mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya
berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan
yang supervisinya dilakukan oleh dinas pendidikan kabupaten/kota dan
departemen agama yang bertanggungjawab dalam bidang pendidikan.120
Meskipun ada kebebasan dari sekolah dalam mengembangkan kurikulum,
namun hal ini tidak boleh menyimpang atau kurang sesuai dengan standar
pendidikan nasional. Maka dari itu dilakukan supervisi oleh pelaksana
supervisi di samping memang supervisi untuk meningkatkan kualitas
pendidikan.
c. Sedangkan pada pendidikan tinggi, kurikulum pada tiap program studi di
perguruan tinggi dikembangkan dan ditetapkan oleh masing-masing
perguruan tinggi
dengan tetap mengacu
pada Standar
Nasional
Pendidikan.121 Hal ini sesuai dengan adanya otonomi pada pendidikan
tinggi dalam rangka menyesuaikan karakter dan visi perguruan tinggi yang
bersangkutan.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan strategi
pengembangan kurikulum untuk mewujudkan sekolah yang efektif, produktif
120
121
Ibid.,
Ibid.,
49
dan berprestasi. Artinya sekolah benar-benar menjadi partner bagi masyarakat
untuk pembentukan karakter manusia sesuai dengan harapan dan kondisi
masyarakat tersebut. Paradigma kurikulum ini memberikan otonomi luas pada
setiap satuan pendidikan dan adanya keterlibatan masyarakat dalam rangka
mengefektifkan proses belajar mengajar di sekolah.122 Dengan adanya
otonomi yang luas pada sekolah ini, sekolah mempunyai keleluasaan dalam
mengelola segala potensi sekolah dan daerah untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat setempat. Sumber daya, sumber dana dan sumber belajar secara
leluasa untuk dikelola sekolah agar sesuai prioritas kebutuhan serta sesuai
kebutuhan sosio kultural masyarakat. Sehingga pembentukan karakter peserta
didik agar sesuai dengan sosio kultural masyarakat bisa berjalan secara
maksimal.
KTSP sebagai bentuk pengembangan kurikulum dan pembelajaran
merupakan potensi sekolah untuk memaksimalkan seluruh komponen yang
ada di sekolah tersebut. Otonomi ini memberikan penawaran yang konkrit
terhadap kelompok terkait dalam KTSP untuk meningkatkan pemahaman
masyarakat dalam pengembangan kurikulum. Sehingga masyarakat dapat
berperan besar dalam kurikulum tersebut. Pada KTSP sekolah memiliki full
authority and responsibility dalam menetapkan kurikulum dan pembelajaran
sesuai dengan visi, misi dan tujuan pendidikan.123 Dengan otoritas penuh ini
122
123
Ibid., 21.
Ibid.,
50
di sisi lain menjadi tanggung jawab yang besar bagi sekolah atas hasil dari
proses pendidikan ini. Bagaimana tidak, meskipun ada supervisi dari Dinas
Pendidikan atau Departemen Agama, penentuan kurikulum ”otaknya” ada di
sekolah. Sehingga pemberdayaan potensi sekolah yang dilakukannya harus
dipertanggungjawabkan pada masyarakat dan sekolah. Dengan kata lain
dalam konteks ini sekolah bertanggung jawab atas masa depan suatu bangsa.
Konsep KTSP menjadikan potensi sekolah dan daerah sebagai modal
pengembangan kurikulum yang dilakukan oleh kepala sekolah, guru, serta
komite sekolah dan Dewan Pendidikan. Dari semua ini harus selalu sinergi
dalam penentuan dan pengembangan kurikulum sekolah. Dengan adanya
Dewan Sekolah yang ditetapkan berdasarkan musyawarah dari pejabat daerah,
DPRD, kepala sekolah, tenaga kependidikan, orang tua serta tokoh
masyarakat, kebijakan pendidikan di daerah dihasilkan oleh ketetapannya
sesuai ketentuan yang berlaku. Sedangkan komite sekolah merumuskan visi,
misi sekolah serta program operasionalnya untuk mencapai tujuan sekolah. Di
sinilah di antara peran masyarakat dalam pengembangan sekolah yang ada.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan aplikasi
Kurikulum Berbasis Kompetensi di tingkat satuan pendidikan. 124 Sehingga
antara KTSP dengan KBK tidak terdapat perbedaan yang esensial. Hal ini bisa
dilihat dari pengertian antara Kurikulum Berbasis Kompetensi dengan
124
Mimin Haryati, Model dan Teknik Penilaian pada Tingkat Satuan Pendidikan, (Jakarta:
Gaung Persada Press, 2007), 5.
51
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK) menurut Puskur adalah seperangkat rencana dan pengaturan tentang
kompetensi dan hasil belajar serta pemberdayaan sumber daya pendidikan.125
KBK dikembangkan dengan tujuan agar peserta didik memperoleh
kompetensi dan kecerdasan yang mumpuni dalam membengun identitas
budaya dan bangsanya. Sedangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
sebagaimana di atas, yang merupakan penyempurnaan dari KTSP adalah
kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing
satuan pendidikan/sekolah.
Kedua kurikulum itu sama-sama seperangkat rencana pendidikan yang
berorientasi pada kompetensi dan hasil belajar peserta didik. Sedangkan
perbedaannya nampak pada teknis pelaksanaannya. Jika KBK disusun oleh
pemerintah pusat dalam hai ini Pusat Pengembangan Kurikulum Depdiknas,
sedangkan KTSP disusun oleh tingkat satuan pendidikan masing-masing
walaupun tetap mengacu pada rambu-rambu penyusunan KTSP.126
Bahkan dari sudut pandang manajemen visi, KBK secara sederhana
dapat dikatakan sebagai metode pembelajaran yang mengatur bagaimana
tujuan
pembelajaran
dirumuskan,
bagaimana
kegiatan
pembelajaran
dilaksanakan dan bagaimana penilaian hasil belajar dilakukan. Sedangkan
125
Masnur Muslich, KTSP; Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual,Panduan bagi
Guru, Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), 17.
126
Ibid.,
52
KTSP adalah suatu rencana induk penyelenggaraan dan pengembangan
sekolah.127
KTSP
memuat
banyak
butir
pemikiran
baik
landasan,
pertimbangan pengembangan, tujuan dan perumusan maupun strategi
pelaksanaannya, namun KBK “hanya” menyangkut pembelajaran KBK.
KTSP adalah wadah sementara KBK adalah sebagian dari wadah tersebut.
Namun demikian, pendekatan yang digunakan dalam Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan KBK sama, yakni memposisikan
siswa sebagai subyek didik bukan obyek didik, di mana siswa lebih dominan
dalam proses pembelajaran.128 Nampaknya pandangan ini didasarkan bahwa
dalam setiap pribadi manusia terdapat potensi untuk berkembang dan berpikir
mandiri. Potensi ini akan berkembang jika diberikan kebebasan dan
kesempatan untuk berpikir dan mengembangkan potensinya tersebut.
Dengan demikian secara umum tujuan diterapkan KTSP ini adalah
untuk memandirikan dan memberdayakan satuan pendidikan melalui
kewenangan kepada lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk
melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif dalam pengembangan
kurikulum. Secara khusus, tujuan diterapkannya KTSP ini menurut Mulyasa
adalah:
a. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah
dalam mengembangkan kurikulum, mengelola dan memberdayakan
sumber daya yang tersedia.
127
Susanto, Pengembangan KTSP dengan Perspektif Manajemen Visi, (Jakarta: Matapena,
2007), 100.
128
Mimin Haryati, Model dan Teknik Penilaian pada Tingkat Satuan Pendidikan……, 5.
53
b. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam
pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama.
c. Meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan pendidikan tentang
kualitas pendidikan yang akan dicapai.129
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dilandasi oleh undangundang dan peraturan pemerintah sebagai berikut:
a. UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas
b. Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan
c. Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi
d. Permendiknas no. 23 tahun 2006 tentang Standar kompetensi Lulusan
e. Permendiknas No. 24 tahun 2006 tentang Pelaksanaan Permendiknas
nomor 22dan 23 di atas.130
2. Karakteristik KTSP
Sebagaimana uraian di atas, KTSP merupakan bentuk pengembangan
kurikulum dalam konteks desentralisasi pendidikan dan otonomi daerah. Hal
ini diharapkan dapat membawa efek positif tehadap peningkatan efisiensi dan
efektivitas bagi sekolah dengan berbagai latar belakang peserta didik yang
datang ke sekolah. Sehingga bagaimana sekolah mampu mengoptimalkan
kinerja, proses pembelajaran, pengelolaan sumber belajar, profesionalisme
tenaga kependidikan untuk memenuhi kebutuhan peserta didik dan
masyarakat. Dari itu bisa dilihat beberapa karakteristik Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) yaitu; adanya pemberian otonomi luas kepada
kepala sekolah dan satuan pendidikan, tingginya partisipasi masyarakat dan
129
130
E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan………, 22.
Ibid., 24.
54
orang tua, kepemimpinan yang demokratis dan profesional serta team-team
kerja yang kompak dan transparan.131
KTSP memberikan otonomi luas kepada sekolah dan satuan pendidikan
disertai seperangkat tanggungjawab untuk mengembangkan kurikulum sesuai
dengan kondisi setempat. Mengingat KTSP merupakan kurikulum yang
disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan maka
sekolah dan satuan pendidikan mempunyai kewenangan dan kekuasaan untuk
mengembangkan pembelajaran sesuai dengan kondisi dan kebutuhan peserta
didik dan kebutuhan masyarakat secara umum.
Sekolah sebagai
lembaga sosial
untuk
memenuhi kebutuhan
masyarakat, maka yang menjadi karakteristik KTSP adalah adanya partisipasi
masyarakat dan orang tua yang tinggi. Mereka tidak hanya partisipasi dalam
hal keuangan saja tetapi juga dalam merumuskan dan mengembangkan
kualitas pembelajaran yang bisa dilakukan dalam komite sekolah.
Dengan begitu banyaknya komponen yang ada di sekolah maka kepala
sekolah harus mempunyai kepemimpinan yang demokratis dan profesional. Di
samping itu juga harus ada kerjasama yang kompak dari seluruh elemen yang
ada dalam KTSP serta adanya keterbukaan atau transparansi di antara mereka.
Sehingga tidak ada siapa yang paling berjasa dan paling berkuasa. Kerjasama
tim ini mendukung keberhasilan dari KTSP.
131
Ibid., 29.
55
Sedangkan menurut Masnur Muslich, KTSP memiliki karakteristik
sebagai berikut:
a. Berbasis kompetensi dasar (curruculum based competencies), bukan materi
pelajaran.
b. Bertumpu pada pembentukan kemampuan yang dibutuhkan oleh siswa
(developmantally-appropriate practice) bukan penerusan materi pelajaran.
c. Berpendekatan atau berpusat pembelajaran (learner centered curriculum)
bukan pengajaran.
d. Berpendekatan terpadu atau integratif (integrative curriculum atau across
curriculum) bukan diskrit.
e. Bersifat diversifikatif, pluralis dan multikultural.
f. Bermuatan empat pilar pendidikan kesejagatan, yaitu belajar memahami
(learning to know), belajar berkarya (learning to do), belajar menjadi diri
sendiri (learning to be a selves) dan belajar hidup bersama (learning to give
together).
g. Berwawasan dan bermuatan manajemen berbasis sekolah.132
3. Prinsip Pengembangan KTSP
KTSP merupakan kurikulum yang disusun dan dilaksanakan oleh
masing-masing satuan pendidikan. Sehingga KTSP dikembangkan sesuai
dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan di bawah
koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau Depag Kabupaten/Kota untuk
untuk pendidikan dasar. Sedangkan untuk pendidikan menengah oleh dinas
pendidikan
dan
Depag
Propinsi.
Berdasarkan
BSNP
sebagaimana
dikemukakan Muslich, KTSP dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip:
a.
b.
c.
d.
132
Berpusat pada potensi, perkembangan serta kebutuhan peserta didik dan
lingkungannya.
Beragam dan terpadu.
Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
Relevan dengan kebutuhan.
Masnur Muslich, KTSP; Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual……, 20.
56
e.
f.
g.
Menyeluruh dan berkesinambungan.
Belajar sepanjang hayat.
Seimbang antara kepentingan global, nasional dan lokal.133
Untuk mengembangkan dan melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan ini di sekolah terdapat beberapa strategi yang bisa digunakan,
yaitu:
a.
Sosialisasi KTSP di sekolah
b.
Menciptakan suasana yang kondusif
c.
Membina disiplin
d.
Mengembangkan kemandirian kepala sekolah
e.
Mengembangkan paradigma guru
f.
Memberdayakan staf134
4. Kompenen KTSP
Sebagaimana panduan penyusunan KTSP yang disusun oleh BSNP,
diungkapkan juga oleh Muslich, bahwa komponen KTSP ada empat, yaitu
“tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum,
kalender pendidikan, silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran”135
Tujuan satuan pendidikan merupakan acuan dalam mengembangkan
KTSP. Sehingga tujuan pendidikan harus dirumuskan dengan jelas, mudah
133
Masnur Muslich, KTSP: Dasar pemahaman dan Pengembangan, (Jakarta: Bumi Aksara,
2007), 11.
134
Mulyasa, Kurikulum……, 151-167.
135
Muslich, KTSP: Pembelajaran……, 29.
57
dipahami oleh semua pihak, setiap pihak yang terlibat memahami apa kaitan
yang dilakukan dengan pencapaian tujuan yang telah ditentukan serta
kemajuan satuan pendidikan harus dapat dirasakan oleh semua pihak yang
terlibat.136
Struktur KTSP memuat “mata pelajaran, muatan lokal, kegiatan
pengembangan diri, pengaturan beban belajar, kenaikan kelas, penjurusan dan
kelulusan, pendidikan kecakapan hidup, pendidikan berbasis keunggulan lokal
dan global ”137
Dalam rangka pengembangan KTSP, satuan pendidikan dapat
menyusun kalender pendidikan sesuai dengan kebutuhan daerah, karakteristik
sekolah, kebutuhan peserta didik dan masyarakat dengan memperhatikan
kalender pendidikan sebagaimana dalam Standar Isi yang telah dirumuskan
BSNP.138
Komponen KTSP yang keempat adalah silabus dan RPP. Silabus
merupakan penjabaran standar kompetensi, kompetensi dasar ke dalam materi
pokok, kegiatan pembelajaran dan indikator pencapaian kompetensi untuk
penilaian. Berdasarkan silabus ini guru mengembangkannya menjadi Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran yang diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar.
Mulyasa, Kurikulum……,178.
Ibid., 180.
138
Muslich, KTSP: Pembelajaran……, 32.
136
137
58
5. Kurikulum Muatan Lokal
Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam memahami dan menjabarkan
KTSP, perlu dijelaskan bahwa meskipun mata pelajaran dalam KTSP sudah
mengakomodasi muatan lokal, karena dikembangkan oleh daerah dan satuan
pendidikan, namun dalam struktur kurikulum, muatan lokal dialokasikan
waktunya tersendiri. Dengan demikian, dalam KTSP pengembangan muatan
lokal dapat dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu: “disisipkan langsung ke
dalam setiap kelompok mata pelajaran dan berupa mata pelajaran tersendiri
yang khusus berisi muatan lokal”.139 Sebagaimana diuraikan Khaerudin,
bahwa muatan lokal adalah:
…kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang
disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah
yang materinya tidak sesuai menjadi bagian dari mata pelajaran lain dan atau
terlalu banyak sehingga harus menjadi mata pelajaran tersendiri.140
Adanya UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah yang
menuntut Otonomi Daerah dan wawasan demokrasi dalam penyelenggaraan
pendidikan berpengaruh lahirnya UU No 20 tahun 2003 tentang SPN dengan
adanya desentralisasi kurikulum. Di mana kurikulum tingkat satuan
pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah dikembangkan
oleh
madrasah dan komite madrasah berpedoman pada standar kompetensi lulusan
dan standar isi serta panduan penyusunan kurikulum yang dibuat BSNP.
Sebelum itu, kurikulum muatan lokal telah dikuatkan dengan “Surat
Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No 0412/U/1987 tanggal
139
140
Mulyasa, Kurikulum……, 271.
Khaerudin, Kurikulum……, 113.
59
11 Juli 1987 dan pelaksanaannya dijabarkan dalam keputusan Dirjen
Dikdasmen No. 173/-C/Kep/M/87 tanggal 7 Oktober 1987”.141
Pada dasarnya kurikulum muatan lokal bertujuan untuk menjembatani
kesenjangan antara peserta didik dengan lingkungannya. Di samping itu,
muatan lokal ini secara khusus bertujuan agar peserta didik:
a. Mengenal dan menjadi lebih akrab dengan lingkungan alam, sosial, dan
budayanya.
b. Memiliki bekal kemampuan dan ketrampilan serta pengetahuan mengenai
daerahnya yang berguna bagi dirinya maupun masyarakat.
c. Memiliki sikap dan perilaku yang selaras dengan nilai-nilai didaerahnya
serta melestarikan dan mengembangkan nilai luhur budaya setempat dalam
menunjang pembangunan nasional.142
Pengembangan muatan lokal sepenuhnya ditangani oleh madrasah dan
komite madrasah yang membutuhkan penanganan secara profesional.
Pengembangan muatan lokal ini dapat dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
Mengidentifikasi keadaan dan kebutuhan daerah.
Menentukan fungsi dan susunan atau komposisi muatan lokal.
Mengidentifikasi bahan kajian muatan lokal.
Menentukan mata pelajaran muatan lokal.
Mengembangkan standar kompetensi dan kompetensi dasar serta silabus,
dengan mengacu pada standar isi yang ditetapkan oleh BSNP.143
6. Kegiatan Pengembangan Diri
Pengembangan diri merupakan salah satu komponen KTSP pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah, baik pada pendidikan umum, pendidikan
Dakir, Perencanan……, 101.
Mulyasa, Kurikulum……, 274.
143
Khaerudin, Kurikulum……, 117.
141
142
60
kejuruan, maupun pendidikan khusus. Meskipun demikian, pengembangan
diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh oleh guru akan tetapi
bisa difasilitasi oleh tenaga kependidikan yang lain dalam bentuk kegiatan
ekstrakurikurer. Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk megembangkan potensi pada dirinya serta
mengekspresikan dirinya sesuai dengan kebutuhan, bakat dan minat peserta
didik sesuai dengan kondisi sekolah.144
Madrasah mempunyai pengembangan diri sesuai peserta didik.
Pengembangan diri dapat berwujud akademik (seminar), non akademik
(olahraga, seni), maupun life skill. Kegiatan pengembangan diri dapat
dilaksanakan secara rutin / spontan dan terprogram. Rutin atau spontan dapat
dilakukan oleh warga madrasah sedangkan terprogram dilaksanakan melalui
perencanaan oleh guru BK / guru mata pelajaran maupun tenaga pendidik
lainnya sesuai dengan program yang akan dilaksanakan. Pengembangan juga
dapat dilakukan dengan metode diskusi, bermain peran, tanya jawab,
pemecahan masalah dan metode yang sesuai. Adapun pelaksanaannya bisa
dilakukan di kelas, di luar kelas bahkan di luar sekolah.
Dalam pelaksanaannya, kegiatan pengembangan diri dapat dipadukan
dengan muatan lokal dengan cara memilih topik unggulan daerah. 145 Ini
dikategorikan sebagai muatan lokal. Kemudian topik tersebut disesuaikan
144
145
Mulyasa, Kurikulum……, 285.
Ibid.,
61
dengan bakat, minat dan potensi peserta didik (sebagai pengembangan diri).
Semua itu sangat bergantung kepada kreativitas guru, kepala sekolah dan
tenaga kependidikan lain dalam mengelola dan mengembangkan programprogram sekolahnya.
C. Pembelajaran Berbasis KTSP
Secara garis besarnya, implementsi kurikulum mencakup tiga kekuatan
pokok. Yakni pengembangan program, yang meliputi pengembangan program
tahunan, program semester, program modul, serta pengayaan. Kedua,
pelaksanaan pembelajaran dan ketiga evaluasi hasil belajar.146 Pembelajaran
KTSP merupakan proses penerapan ide, konsep, dan kebijakan KTSP dalam
suatu aktivitas pembelajaran sehingga peserta didik mampu menguasai
seperangkat kompetensi tertentu.147 Pembelajaran terkait erat antara guru dan
siswa atau peserta didik. Dalam KTSP guru sebagai fasilitator harus memiliki
sikap sebagai berikut: pertama, tidak berlebihan mempertahankan pendapat dan
keyakinannya. Kedua, dapat lebih mendengarkan peserta didik. Ketiga, mau dan
mampu menerima ide peserta didik yang inovatif dan kreatif. Keempat, lebih
meningkatkan perhatiannya terhadap hubungan dengan peserta didik. Kelima,
dapat menerima balikan baik positif maupun negatif. Keenam, toleransi terhadap
kesalahan yang dibuat peserta didik. Ketujuh, menghargai peserta didik.148
146
Susilo, KTSP…. 176-177.
Mulyasa, Kurikulum……, 246.
148
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum ……, 285.
147
62
Sebagai pelaksana kurikulum, guru yang profesional harus mampu
mengembangkan persiapan mengajar yang baik, logis, dan sistematis. Guru
berkewajiban merencanakan pembelajaran selalu mengacu kepada komponen
kurikulum yang berlaku. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan
pembelajaran KTSP adalah: 1) mengacu pada kompetensi dan kemampuan dasar
yang harus dikuasai siswa serta mengacu pada materi pembelajaran, 2)
menggunakan berbagai pendekatan yang sesuai dengan materi yang memberikan
kecakapan hidup sesuai dengan permasalahan sehari-hari, 3) menggunakan
metode dan media yang mendekatkan siswa pada pengalaman langsung, 4)
penilaian dengan sistem pengujian yang menyeluruh dan berkelanjutan.149
Dalam
pembelajaran
ini,
guru
harus
menguasai
prinsip-prinsip
pembelajaran, pemilihan dan penggunaan media pembelajaran, pemilihan metode
mengajar dan menilai hasil belajar. Menurut Djahiri dalam Kunandar mengatakan
bahwa dalam proses pembelajaran prinsip utamanya adalah adanya proses
keterlibatan seluruh atau sebagian besar potensi siswa dan kebermaknaannya bagi
diri pribadi dan kehidupannya saat ini dan di masa akan datang.150 Menurut
Masnur Mushlich, ada beberapa prinsip kegiatan belajar mengajar. Pertama,
kegiatan harus berpusat pada siswa. Kedua, belajar melalui berbuat. Ketiga,
mengembangkan kecerdasan intelektual, emosional, spiritual dan sosial.
149
150
Ibid., 264.
Ibid., 287.
63
Keempat, belajar sepanjang hayat. Kelima, belajar ,mandiri dan belajar bekerja
sama.151
Dalam referensi lain, Mulyasa mengatakan bahwa pembelajaran perlu
memperhatikan hal-hal sebagai berikut: pertama, pembelajaran harus lebih
menekankan pada praktik di laboratorium maupun di masyarakat dan di dunia
kerja. Kedua, pembelajaran harus dapat menjalin hubungan sekolah dan
masyarakat. Ketiga, pengembangan iklim pembelajaran yang demokratis.
Keempat, pembelajaran perlu ditekankan pada masalah yang aktual yang
langsung berkaitan dengan kehidupan nyata. Kelima, perlu dikembangkan model
pembelajaran moving class untuk setiap bidang studi.152
Guru sebagai kurikulum berjalan, untuk menunjang kemampuan dalam
proses belajar mengajar, guru harus mempunyai kemampuan variasi. Berbagai
kompetensi bagi guru dalam variasi ini meliputi variasi dalam mengajar guru,
variasi dalam penggunaan media dan alat pembelajaran, serta variasi pola
interaksi dan kegiatan siswa.153
Di antara
variasi dalam mengajar guru adalah variasi suara (teachers
voice), pemusatan perhatian siswa (focusing), mengadakan konyak pandang dan
gerak (eye contact and movement), kesenyapan atau kebisuan guru (teachers
Masnur, KTSP: Dasar Pemahaman……, 48-51.
Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), 68.
153
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung; Remaja Rosdakarya, 2006), 85151
152
87.
64
silence), gerakan badan mimik, serta pergantian posisi guru dalam kelas
(teachers movements).154
Untuk mengefektifkan pembelajaran berbasis KTSP di sekolah, maka
terdapat beberapa model pembelajaran yang digunakan. Menurut Khaerudin,
model-model pembelajaran yang digunakan dalam KTSP adalah pandangan
konstruktivisme, model Contextual Teaching and Lerning (CTL), model tematik,
dan model Pembelajaran Aktif, Kreatif,
Efektif, Dan Menyenangkan
(PAKEM).155 Hal tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Pandangan Konstruktivisme
Model pembelajaran konstruktivisme ini mengedepankan aktivitas
peserta didik dalam mengeksplorasi dan menemukan pengetahuannya sendiri.
Aliran ini menganggap bahwa semua peserta didik dari anak-anak sampai usia
perguruan tinggi memiliki gagasan atau pengetahuan tentang lingkungan dan
peristiwa yang ada di sekitarnya. Sehingga pembelajaran ini memungkinkan
tersedianya ruang gerak yang lebih baik bagi keterlibatan peserta didik, untuk
bereksplorasi. Ciri dari pembelajaran ini adalah peserta didik tidak
diindoktrinasi oleh penyampaian guru, melainkan adanya penemuan dan
eksplorasi pengetahuan tersebut.156
Oleh karena itu, tugas guru dalam proses memfasilitasi belajar mengajar
ini adalah menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa,
154
Ibid.,
Khaerudin, Kurikulum……, 197-208.
156
Ibid., 197-198.
155
65
memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri, dan
menyadarkan siswa agar menerapkan strateginya sendiri dalam belajar.157
2. Model Contextual Teaching and Learning (CTL)
CTL merupakan model pembelajaran yang mengkaitkan materi
pembelajaran dengan situasi nyata yang berkembang di sekitar peserta didik
sehingga mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar
dalam kehidupan sehari-hari. CTL dilakukan secara alamiah kemudian peserta
didik menerapkan secara langsung berbagai materi yang dipelajarinya.
Pemblajaran CTL mendorong peserta didik memahami hakikat, makna, dan
manfaat belajar sehingga akan memberikan stimulus dalam belajar.158
Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran model CTL ini
menurut Kunandar adalah: (1) belajar berbasis masalah (problem based
learning); (2) pengajaran autentik (authentic instruction); (3) belajar berbasis
inquiri (inquiry based learning); (4) belajar berbasis proyek atau tugas
(project based learning); (5) belajar berbasis kerja (work based learning); (6)
belajar berbasis jasa layanan (service based learning); (7) belajar kooperatif
(cooperative learning).159
3. Model Tematik
Model pembelajaran ini melibatkan beberapa mata pelajaran untuk
memberikan pengalaman yang bermakna kepada peserta didik. Pembelajaran
157
Kunandar, Guru Profesional……, 306.
Khaerudin Kurikulum……, 200
159
Kunandar, Guru Profesional……, 300-302.
158
66
yang juga disebut dengan pembelajaran terpadu ini didasarkan pada
pendekatan inquiry yakni
melibatkan peserta didik dalam proses
pembelajaran
merencanakan,
mulai
dari
mengeksplorasikan
dan
brainstorming.160 Ciri-ciri pembelajaran tematik ini, menurut Kunandar adalah
berpusat pada peserta didik, memberikan pengalaman langsung pada peserta
didik, pemisahan mata pelajaran tidak begitu nyata dan jelas, menyajikan
suatu konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran,
bersifat fleksibel, hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat
dan kebutuhan peserta didik.161
4. Model Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM)
Model ini merupakan salah satu model pembelajaran yang diingingkan
dalam KTSP di dalam kelas. Tujuan dari penerapan PAKEM ini agar proses
pembelajaran yang dilaksanakan dapat merangsang aktivitas dan kreativitas
belajar peserta didik serta dilaksanakan secara efektif dan menyenangkan.162
D. Evaluasi Pembelajaran KTSP
Salah satu ciri dari KTSP yang merupakan aplikasi KBK tahun 2004 adalah
penilaian yang menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya
penguasaan suatu kompetensi. Dikatakan oleh Mimin Haryati, bahwa “proses
Khaerudin Kurikulum……, 204.
Kunandar, Guru Profesional……, 334-335.
162
Khaerudin Kurikulum……, 208.
160
161
67
penilaian mencakup pengumpulan bukti untuk menunjukkan pencapaian belajar
(ketercapaian kompetensi) dari peserta didik”.163
Penilaian hasil belajar dalam KTSP dapat dilakukan dengan “penilaian
kelas, tes kemampuan dasar, penilaian akhir satuan pendidikan dan sertifikasi,
benchamarking dan penilaian program”.164
1. Penilaian Berbasis Kelas (PBK)
Penilaian kelas ini dilakukan dengan ulangan harian, ulangan umum dan
ujuan akhir. Penilaian kelas dilakukan oleh guru untuk mengetahui kemajuan
dan hasil belajar peserta didik, mendiagnosa kesulitan belajar, memberikan
umpan balik untuk perbaikan proses pembelajaran dan penentuan kenaikan
kelas.165
Dalam penilaian berbasis kelas ini ada beberapa prinsip yang harus
diperhatikan, yaitu; pertama, valid; artinya menilai yang seharusnya dinilai;
kedua, mendidik, ada sumbangan positif terhadap pencapaian belajar peserta
didik. Ketiga, berorientasi pada kompetensi. Keempat adil, yakni tidak
membedakan peserta didik. Kelima, terbuka, acuan penilaian jelas dan
diinformasikan.
Keenam,
berkesinambungan.
Ketujuh,
menyeluruh.
Kedelapan, bermakana, artinya ditindaklanjuti oleh semua pihak.166
Mimin Haryati, Model dan Teknik Penilaian……, 15.
Mulyasa Kurikulum……, 258.
165
Ibid., 259-260
166
Khaerudin, Kuriulum….. 223-224.
163
164
68
Kurikulum
menerapkan
Tingkat
pendekatan
Satuan
belajar
Pendidikan
tuntas.
dalam
Sedangkan
pembelajarannya
dalam
penilaian
menerapkan sistem penilaian berkelanjutan yang mencakup 3 aspek yaitu
aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
2. Tes kemampuan dasar
Tes kemampuan dasar ini untuk mengetahui kemampuan membaca,
menulis, dan berhitung yang diperlukan dalam rangka memperbaiki program
pembelajaran (program remedial). Program remdial ini dilakukan merupakan
kegiatan untuk mengidentifikasi jenis-jenis dan sifat-sifat kesulitan belajar,
menemukan
faktor
penyebabnya
kemudian
menemukan
alternatif
pemecahannya berdasarkan data yang diperolehnya.
3. Penilaian Akhir Satuan Pendidikan dan Sertifikasi
Pada setiap akhir semester dan tahun pelajaran diselenggarakan kegiatan
penilaian untuk mendapatkan gambaran secara utuh
dan menyeluruh
mengenai ketuntasan belajar peserta didik dalam satuan waktu tertentu.
4. Benchmarking
Benchmarking merupakan suatu standar untuk mengukur knerja yang
sedang berjalan, proses dan hasil untuk mencapai suatu keunggulan yang
memuaskan. Ukuran keunggulan dapat ditentukan di tingkat sekolah, daerah
atau nasional. Penilaian dilaksanakan secara berkesinambungan sehingga
peserta didik dapat mencapai satuan tahap keunggulan pembelajaran yang
sesuai dengan kemampuan dan keuletannya.
69
Hasil penilaian ini dapat dipakai untuk melihat keberhasilan kurikulum
secara keseluruhan dan dapat digunakan untuk memberikan peringkat kelas.
Hal ini untuk pembinaan guru dan kinerja sekolah.
5. Penilaian program
Penilaian program dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional dan
Dinas Pendidikan secara berkesinambungan.167 Hal ini untuk mengetahui
kesesuaian antara perencanaan dan pelakasanaan dalam pembelajaran.
Sehingga akan didapatkan suatu feedback bagi guru bersama-sama siswa
maupun kompenen lain untuk melakukan perbaikan dan pengembangan dalam
pembelajaran.
Evaluasi hasil belajar bertujuan untuk mengetahui tercapainya
kompetensi yang telah ditetapkan. Evaluasi program ini bertujuan untuk
menilai efektivitas program yang telah dilaksanakan. Menurut Wayan,
sebagaimana dalam Kunandar, mengatakan bahwa program evaluasi untuk
suatu sekolah hendaknya memperhatikan beberapa hal. Pertama, perincian
terhadap tujuan evaluasi dalam lembaga pendidikan tersebut dan tujuan
evaluasi setiap mata pelajaran. Kedua, perincian mengenai aspek pertumbuhan
yang harus diperhatikan dalam setiap tindakan evaluasi. Ketiga, metode
evaluasi yang dapat digunakan. Keempat, masalah alat evaluasi yang
167
Mulyasa, Kurikulum……, 260-261.
70
digunakan. Kelima, kriteria dan skala yang digunakan. Keenam, jadwal
evaluasi.168
Dengan adanya penilaian atau evaluasi secara terencana, sistemik dan
terarah berdasarkan atas tujuan yang jelas, akan diketahui bagaimana hasil
dari sebuah proses yang dilaksanakan. Apabila sekolah diumpamakan sebagai
tempat mengolah sesuatu dan siswa/peserta didik sebagai bahan mentah, maka
lulusan atau out put dari peroses ini akan siap digunakan. Dengan melakukan
penilaian antara lulusan (out put) dan input dari sebuah proses ini maka akan
didapatkan sebuah umpan balik yang akan meningkatkan kualitas dari sebuah
proses yang dilaksanakan.
168
Kunandar, Guru Profesional……, 378.
Download