pengaruh pemberian informasi obat terhadap kepatuhan minum

advertisement
Prosiding Rakernas dan Pertemuan Ilmiah Tahunan
Ikatan Apoteker Indonesia 2016
e-ISSN : 2541-0474
PENGARUH PEMBERIAN INFORMASI OBAT TERHADAP
KEPATUHAN MINUM OBAT DAN TEKANAN DARAH PASIEN
HIPERTENSI DI PUSKESMAS KINTAP KABUPATEN TANAH LAUT
KALIMANTAN SELATAN
Saftia Aryzki* dan Alfian R.
Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin
Jl. Flamboyan III/7B Kayu Tangi Banjarmasin 70123
*Corresponding author email: [email protected]
Abstrak
Latar belakang: Hipertensi merupakan salah satu penyakit paling mematikan di dunia. Ketidakpatuhan merupakan
faktor kunci yang menghalangi pengontrolan tekanan darah sehingga membutuhkan intervensi untuk mencapai
keberhasilan terapi. Pemberian informasi obat pada pasien hipertensi diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan
terhadap terapi obat demi mencapai tekanan darah yang diinginkan.
Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian informasi obat oleh farmasis terhadap
kepatuhan minum obat dan tekanan darah pasien hipertensi di Puskesmas Kintap Kabupaten Tanah Laut.
Metode: Penelitian ini dilakukan dengan rancangan kuasi eksperimental dengan mengambil data pasien secara
prospektif pasien rawat jalan selama periode Desember 2014 – Januari 2015. Subjek yang memenuhi kriteria inklusi
sejumlah 54 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioener kepatuhan Morisky Modification
Adherence Scale (MMAS). Data tekanan darah diambil dari catatan medis.
Hasil penelitian: Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian informasi obat dapat meningkatkan kepatuhan
minum obat pasien hipertensi, dimana pada pre nilai mean berkisar antara 3,6 ± 1,43 dan setelah mendapat intervensi
pemberian informasi obat meningkat menjadi 6,1 ± 1,32. Kepatuhan minum obat dapat menurunkan tekanan darah,
dimana rata-rata tekanan darah sistolik post pengukuran adalah 139,62 ± 14,13 lebih rendah dibandingkan dengan pre
pengukuran 152,22 ± 10,03 sedangkan rata-rata tekanan darah diastolik post pengukuran adalah 85,74 ± 7,42 juga
lebih rendah dibandingkan diastolik pre pengukuran 89,44 ± 6,84. Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan
antara pemberian informasi obat dengan kepatuhan konsumsi obat dan ada hubungan antara kepatuhan dengan
tekanan darah sistolik (p=0,003, r=0,398) dan distolik (p=0,045, r=0,274).
Kesimpulan: Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pemberian informasi obat oleh
farmasis terhadap kepatuhan minum obat dan tekanan darah pasien hipertensi di Puskesmas Kintap Kabupaten Tanah
Laut.
Kata kunci: hipertensi, pemberian informasi obat, kepatuhan, tekanan darah
1. PENDAHULUAN
Hipertensi merupakan salah satu
penyakit paling mematikan di dunia. Sebanyak 1
milyar orang di dunia atau 1 dari 4 orang dewasa
menderita penyakit ini. Bahkan, diperkirakan
jumlah penderita hipertensi akan meningkat
menjadi 1,6 milyar menjelang tahun 2025
(Herlambang, 2013). Menurut Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2012
melaporkan bahwa hipertensi adalah suatu
kondisi berisiko tinggi yang menyebabkan
sekitar 51% dari kematian akibat stroke, dan
45% dari jantung koroner (Suara Pembaruan,
2013).
Menurut Data Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2013 di Provinsi Kalimantan
Selatan tahun 2013 prevalensi hipertensi sebesar
30,4%, ini berarti sekitar 1.145.536 orang
mengalami hipertensi, sedangkan data dari Dinas
Kesehatan Kabupaten Tanah Laut kasus baru
pasien hipertensi tahun 2011 sebanyak 17.594
orang, tahun 2012 sebanyak 15.842 orang dan
tahun 2013 sebanyak 15.181 orang. Menurut
data di Puskesmas Kintap tahun 2013, hipertensi
adalah penyakit terbanyak nomor 3 dengan
jumlah kasus sebesar 1.087 orang yang terbagi
sebanyak 512 orang laki-laki dan sebanyak 575
orang perempuan.
137
Prosiding Rakernas dan Pertemuan Ilmiah Tahunan
Ikatan Apoteker Indonesia 2016
e-ISSN : 2541-0474
Kepatuhan pasien berpengaruh terhadap
keberhasilan suatu pengobatan. Hasil terapi tidak
akan mencapai tingkat optimal tanpa adanya
kesadaran dari pasien itu sendiri, bahkan dapat
menyebabkan kegagalan terapi, serta dapat pula
menimbulkan komplikasi yang sangat merugikan
dan pada akhirnya akan berakibat fatal (Pratiwi,
2011).
Diperlukan berbagai upaya untuk
meningkatkan kepatuhan pasien terhadap terapi
obat demi mencapai target tekanan darah yang
diinginkan. Paling sedikit 50% pasien yang
diresepkan obat antihipertensi tidak meminum
obat sesuai yang direkomendasikan. Strategi
yang paling efektif adalah dengan kombinasi
strategi seperti edukasi, modifikasi sikap dan
sistem yang mendukung (Depkes RI, 2006).
Pelayanan kefarmasian saat ini telah
bergeser orientasinya dari orientasi obat (drug
oriented) menjadi orientasi pasien (patient
oriented) yang mengacu pada asuhan
kefarmasian (pharmaceutical care). Pelaksanaan
pelayanan informasi obat merupakan kewajiban
tenaga kefarmasian yang diatur dalam Keputusan
Menteri
Kesehatan
RI
No.1197/MENKES/SK/X/2004.
Pelayanan
informasi obat merupakan kegiatan pelayanan
yang dilakukan oleh Apoteker untuk memberi
informasi secara akurat, tidak bias dan terkini
kepada Dokter, Apoteker, Perawat, profesi
kesehatan lainnya dan pasien (Kepmenkes,
2004).
Penelitian yang dilakukan oleh Afifah,
hasil uji yang diperoleh nilai significancy 0,000
(p<0,05)
menunjukkan
bahwa
terdapat
perbedaan bermakna antara skor MMAS pada
pre intervensi layanan pesan singkat pengingat
dengan post intervensi layanan pesan singkat
pengingat. Hasil uji yang diperoleh pada tekanan
darah sistolik dengan nilai significancy 0,000
(p<0,005) menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan bermakna antara tekanan darah
sistolik pada pre pengukuran dengan post
pengukuran. Hasil uji pada tekanan darah
diastolik juga memiliki nilai significancy 0,000
(p<0,05) yang menunjukkan terdapat perbedaan
bermakna antara tekanan darah diastolik pada
pre pengukuran dengan post pengukuran setelah
mendapat layanan pesan singkat pengingat
minum obat yang diberikan oleh farmasis.
Farmasis hendaknya selalu memberikan
pelayanan informasi kepada setiap pasien
bagaimana cara mereka mempergunakan atau
meminum obat serta informasi mengenai aturan
pakai obat dan efek samping yang dapat
ditimbulkan akibat pemakaian obat tersebut.
Dengan pemberian informasi kepada pasien
diharapkan dapat terjalin hubungan yang baik
sehingga dapat mengurangi atau menghindari
kemungkinan terjadi kesalahan penyerahan atau
pemakaian obat. Berdasarkan hal tersebut di atas,
maka peneliti perlu melakukan penelitian untuk
mengetahui pengaruh pemberian informasi obat
oleh farmasis terhadap kepatuhan minum obat
dan tekanan darah pasien hipertensi di
Puskesmas Kintap Kabupaten Tanah Laut.
Tujuan
penelitian
adalah
untuk
mengetahui pengaruh pemberian informasi obat
oleh farmasis terhadap kepatuhan minum obat,
mengetahui pengaruh pemberian informasi obat
oleh farmasis terhadap tekanan darah dan
mengetahui hubungan kepatuhan minum obat
dengan tekanan darah pasien hipertensi di
Puskesmas Kintap Kabupaten Tanah Laut.
2. METODELOGI PENELITIAN
Jenis penelitian menggunakan metode
kuasi eksperimental dengan mengambil data
pasien secara prospektif. Pasien diukur
kepatuhannya dan diberikan informasi obat yang
diterimanya saat kunjungan pertama, kemudian
diukur kembali kepatuhannya saat pasien datang
setelah 15 hari selanjutnya.
Metode pengambilan sampel yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan teknik consecutive sampling yaitu
semua sampel yang datang secara berurutan dan
memenuhi kriteria inklusi dimasukkan dalam
penelitian sampai jumlah subyek yang
diperlukan terpenuhi.
Proses pengumpulan data dilakukan
pada bulan Desember 2014 – Januari 2015.
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kintap
Kabupaten Tanah Laut. Populasi dalam
penelitian ini adalah pasien hipertensi. Populasi
target penelitian adalah pasien hipertensi yang
berobat di Puskesmas Kintap Kabupaten Tanah
Laut. Populasi terjangkau adalah pasien
hipertensi yang berobat di Puskesmas Kintap
Kabupaten Tanah Laut periode Desember 2014 –
Januari 2015. Kemudian dilakukan pengambilan
sampel dari populasi terjangkau yang memenuhi
kriteria inklusi yakni sebagai berikut:
a. Pasien dewasa berusia antara 18-65 tahun.
b. Pasien hipertensi yang berobat di Puskesmas
Kintap Kabupaten Tanah Laut
periode
Desember 2014 – Januari 2015.
c. Mendapatkan obat antihipertensi
d. Bersedia mengisi informed consent.
Sedangkan kriteria eksklusi nya adalah:
138
Prosiding Rakernas dan Pertemuan Ilmiah Tahunan
Ikatan Apoteker Indonesia 2016
e-ISSN : 2541-0474
a.
Pasien yang tidak dapat berkomunikasi
dengan baik (tuna rungu dan tuna wicara).
b. Pasien hamil.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Karakteristik Pasien Hipertensi
Populasi terjangkau sebanyak 77 pasien
hipertensi yang berobat di Puskesmas Kintap
Kabupaten Tanah Laut periode Desember 2014 –
Januari 2015. Subyek yang mengikuti penelitian
dari awal sampai akhir penelitian sebanyak 54
pasien yang mendapat pemberian informasi obat
dan diukur tingkat kepatuhan melalui kuesioner
MMAS serta tekanan darah pasien. Adapun 23
pasien tidak memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi diantaranya 13 pasien yang usianya
tidak memenuhi kriteria inklusi, 2 pasien sedang
hamil, 3 pasien terlewatkan karena tidak bersedia
menunggu untuk mengisi kuesioner, dan 5
pasien menolak mengikuti penelitian ini.
Pengambilan data post memiliki teknis
yang berbeda yaitu sebanyak 41 pasien
berkunjung kembali ke Puskesmas Kintap, 5
pasien melalui via telepon dan 8 pasien melalui
kunjungan ke rumah pasien. Penelitian ini
diawali dengan pengumpulan data klinik yang
didapatkan dari rekam medis pasien dan data
karakteristik pasien yang didapatkan dari lembar
penilaian kesehatan pasien. Karakteristik data
subjek penelitian seperti tersaji pada tabel 1.
Tabel 1. Karakteristik Subyek Penelitian Pasien Hipertensi di Puskesmas Kintap Kabupaten Tanah
Laut
Karakterisrik Pasien
Jenis Kelamin
Usia (tahun)
Tingkat Hipertensi
Pendidikan
Pekerjaan
Laki – laki
Perempuan
0 – 50
> 50
Tingkat 1
Tingkat 2
SD
SLTP
SLTA
D3
S1
PNS
Swasta
Wiraswasta
IRT/T. Bekerja
Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian
besar subyek adalah perempuan yaitu sebesar 39
orang (72,2%). Hal ini berkaitan
dengan
responden yang sudah mengalami monoupause,
sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh
Departemen Kesehatan RI (2006) bahwa setelah
memasuki menopause, prevalensi hipertensi
pada wanita meningkat. Bahkan setelah usia 65
tahun, terjadinya hipertensi pada wanita lebih
tinggi dibandingkan dengan pria yang
diakibatkan oleh faktor hormonal. Menurut usia
sebagian besar subyek memiliki usia >50 tahun
yaitu sebesar 30 orang (55,6%), dimana tekanan
darah seseorang akan meningkat seiring
bertambahnya usia. Pekerjaan subyek dalam
Sampel
(N= 54)
15
39
24
30
34
20
29
17
6
1
1
1
2
18
33
%
27,8
72,2
44,4
55,6
63
37
53,7
31,5
11,1
1,9
1,9
1,9
3,7
35,2
61,1
penelitian ini sebagian besar adalah ibu rumah
tangga yaitu berjumlah 33 orang (66,1%).
3.2. Penilaian Terhadap Kepatuhan dan
Tekanan Darah
3.2.1. Distribusi frekuensi kepatuhan sebelum
dan sesudah pemberian informasi obat
Pengukuran kepatuhan menggunakan
kuesioner MMAS yang sudah valid dan reliabel.
Nilai uji validitas tiap pertanyaan kuesioner di
atas nilai r tabel (>0,361). Nilai uji
reliabilitasnya adalah 0,641 (>0,6) (Alfian etal.,2013). Adapun presentase hasil tingkat
kepatuhan menggunakan kuesioner MMAS pada
penelitian ini dapat dilihat pada tabel 2.
139
Prosiding Rakernas dan Pertemuan Ilmiah Tahunan
Ikatan Apoteker Indonesia 2016
e-ISSN : 2541-0474
Tabel 2. Presentase tingkat kepatuhan menggunakan kuesioner MMAS
Skor MMAS
Kepatuhan Sedang
N
%
5
9,3
21
38,9
Kepatuhan Tinggi
N
%
0
0
10
18,5
Pre
Post
Tabel 2. menunjukkan kepatuhan tinggi
pada post perlakuan setelah intervensi pemberian
informasi obat didapatkan sebesar (18,5%)
dibanding data pre yang tidak ditemukan
kepatuhan tinggi satu pasien pun. Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
layanan
pemberian informasi obat yang diberikan
farmasis dapat memberikan dampak positif
dalam peningkatan kepatuhan pasien minum
obat hipertensi. Hal ini didukung oleh penelitian
Kepatuhan Rendah
N
%
49
90,7
23
42,6
Tumiwa (2013) bahwa intervensi layanan
informasi obat yang diberikan farmasis dapat
meningkatkan kepatuhan minum obat.
Hasil uji yang diperoleh nilai significany
0,000 (p<0,05) menunjukan bahwa terdapat
perbedaan bermakna antara skor MMAS pada
pre intervensi pemberian informasi obat dengan
post intervensi pemberian informasi obat. Hasil
rata-rata pre dan post skor MMAS tersaji pada
tabel 3.
Tabel 3. Skor MMAS pre dan post pada sampel (Mean±SD)
Sampel Perlakuan
Pre
Post
Mean ± SD
3,6 ± 1,43
6,1 ± 1,32
P
0,000
Keterangan: p adalah nilai signifikansi
Berdasarkan tabel 3, terlihat peningkatan
kepatuhan dari skor MMAS pada pre intervensi
pemberian informasi obat terhadap post
intervensi pemberian informasi obat dimana
pada pre nilai mean berkisar antara 3,6 ± 1,43
Skor
MMAS
7
6
5
4
3
2
1
0
dan setelah mendapat intervensi pemberian
informasi obat meningkat menjadi 6,1 ± 1,32.
Rata-rata peningkatan skor MMAS pada pre dan
post intervensi pemberian informasi obat tersaji
pada gambar 1.
Peningkatan kepatuhan
6,1
3,6
Pre
Post
Gambar 1. Rata – rata peningkatan skor MMAS pada pre dan post intervensi pemberian informasi
obat
140
Prosiding Rakernas dan Pertemuan Ilmiah Tahunan
Ikatan Apoteker Indonesia 2016
e-ISSN : 2541-0474
Tabel 4. menunjukkan ketidakpatuhan
pasien dalam pengobatan disebabkan karena
pasien sering lupa untuk meminum obat,
pemahaman pasien yang salah terhadap penyakit
hipertensi dan pengobatannya serta kompleksitas
regimen obat sehingga mereka sengaja untuk
tidak meminum obat mereka. Pasien yang tidak
patuh minum obat tersebut beranggapan bahwa
ketika tekanan darahnya sudah mulai turun, dia
merasa bahwa dia sudah sembuh dan akan
menghentikan
penggunaan
obat
antihipertensinya. Apabila ada kenaikan tekanan
darah kembali dan timbulnya gejala hipertensi
seperti pusing dan sakit di kepala bagian
belakang atau tengkuk baru pasien tersebut akan
meminum obat antihipertensinya lagi.
Tabel 4. Alasan ket idakpatuhan minum obat berdasarkan Kuesioner
No
1
2
3
4
5
Alasan ketidakpatuhan
Lupa
Sengaja tidak minum obat
Merasa kondisi lebih buruk
Kompleksitas regimen obat
Terganggu oleh keharusan minum
obat
3.3.2. Penilaian Terhadap Tekanan Darah
Berdasarkan rata-rata tekanan darah
sistolik pre pengukuran adalah 152,22 mmHg ±
10,03 lebih tinggi dibandingkan dengan post
pengukuran 139,62 mmHg ± 14,13 sedangkan
rata-rata tekanan darah diastolik pre pengukuran
adalah 89,44 mmHg ± 6,84 juga lebih tinggi
Jumlah Sampel
51
33
14
37
17
%
94,4
61,1
25,9
68,5
31,5
dibandingkan diastolik post pengukuran 85,74
mmHg ± 7,42. Hal ini menunjukan adanya
pengaruh layanan pemberian informasi obat
yang diberikan terhadap penurunan tekanan
darah.
Rata-rata nilai tekanan darah pre dan
post pengukuran tersaji pada gambar 2.
Gambar 2. Rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik pre dan post pengukuran
Rata- rata penurunan tekanan darah
sistolik sebesar 12,59 mmHg ± 13,62 (rata-rata
tekanan darah sistole pre pengukuran dikurangi
rata- rata tekanan darah sistole post pengukuran)
dan tekanan darah diastolik sebesar 3,70 mmHg
± 8,30 (rata-rata tekanan darah diastole pre
pengukuran dikurangi rata- rata tekanan darah
diastole post pengukuran) yang tersaji pada
gambar 3.
141
Prosiding Rakernas dan Pertemuan Ilmiah Tahunan
Ikatan Apoteker Indonesia 2016
e-ISSN : 2541-0474
Gambar 3. Rata- rata penurunan tekanan darah sistolik dan diastolic
Hasil uji yang diperoleh pada tekanan
darah sistolik dengan nilai significancy 0,000
(p<0,05) menunjukan bahwa terdapat perbedaan
bermakna antara tekanan darah sistolik pada pre
pengukuran dengan post pengukuran. Hasil uji
pada tekanan darah diastolik juga memiliki nilai
significancy 0,000 (p<0,05) yang menunjukan
terdapat perbedaan bermakna antara tekanan
darah diastolik pada pre pengukuran dengan post
pengukuran setelah mendapat pemberian
informasi obat yang diberikan oleh farmasis.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil
penelitian Ramananth et al., (2012) yang
menyimpulkan bahwa intervensi farmasis dapat
memperbaiki tekanan darah pasien hipertensi.
Demikian juga dengan penelitian yang dilakukan
oleh Vivian (2002) menunjukkan bahwa
pelayanan kefarmasian dapat meningkatkan
kemampuan kontrol tekanan darah sehingga
target tekanan darah yang normal dapat tercapai.
4. KESIMPULAN
Kesimpulan dari penelitian ini adalah
pemberian informasi obat yang diberikan
farmasis secara positif dapat meningkatkan
kepatuhan minum obat, menurunkan tekanan
darah pasien dan hubungan kepatuhan minum
obat dengan penurunan tekanan darah memiliki
korelasi yang bermakna, kekuatan yang sedang
dengan arah koefisien korelasi adalah positif.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih kepada pasien yang
sudah
bersedia
berpartisipasi
mengikuti
penelitian ini. Pihak RSUD Dr. H. Moch. Ansari
Saleh Banjarmasin yang sudah memberikan izin
untuk berjalannya penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
1. Alfian, R., Akrom, Darmawan, E., 2013,
Pharmacist Counseling Intervension By Oral
Can Increase The Patients At Internal
Disease Polyclinic PKU Bantul Hospital,
Indonesia, Proceding Of The 3rd
International Safety Management Of Central
Cytotoxic Reconstitution, Indonesia, Editor:
Widyaningsih, W., 21-26.
2. Departemen Kesehatan RI. 2006, Pedoman
Teknis Penemuan dan Tatalaksana Penyakit
Hipertensi, Departemen Kesehatan RI,
Jakarta.
3. Departemen
Kesehatan
RI.
2006,
Pharmaceutical Care untuk Penyakit
Hipertensi, Direktorat Bina Farmasi
Komunitas dan Klinik, Depkes RI, Jakarta.
4. Herlambang. 2013, Menaklukkan Hipertensi
dan Diabetes, Tugu Publisher, Yogyakarta.
5. Irza, S. 2009. Analisis Faktor Risiko
Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo
Tanjung Sumatra Barat, diakses tanggal 05
Februari 2015, <http://repository.usu.ac.id>
6. Junaidi, I. 2010.Hipertensi, Pengenalan,
Pencegahan dan Pengobatan, PT. Buana
Ilmu Populer, Jakarta
7. Kementerian Kesehatan RI. 2012, Buletin
Jendela Data dan Informasi Kesehatan
Penyakit Tidak Menular, diakses tanggal 20
September
2014,
<http://www.depkes.go.id>.
8. Morisky, D.E., Ang, A., Krousel-Wood,
M.A., Ward, H., 2008, Predictive Validity of
142
Prosiding Rakernas dan Pertemuan Ilmiah Tahunan
Ikatan Apoteker Indonesia 2016
e-ISSN : 2541-0474
9.
10.
11.
12.
13.
A Medication Adherence Measure in an
Outpatient Setting, J.Health-Syst. Pharm
Mubarak, W. I. 2007. Promosi Kesehatan
Sebuah Pengantar Proses Belajar Dalam
Pendidikan. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Mutmainah, N. 2010. Hubungan antara
Kepatuhan
Penggunaan
Obat
dan
Keberhasilan Terapi pada Pasien Hipertensi
di Rumah Sakit Daerah Surakarta, diakses
tanggal
05
Februari
2015
<http://publikasiilmiah.ums.ac.id>
Pratiwi, D. 2011. Pengaruh Konseling Obat
terhadap Kepatuhan Pasien Hipertensi di
Poliklinik Khusus RSUP Dr. M. Djamil
Padang, diakses tanggal 20 September 2014,
<http://pasca.unand.ac.id>
WHO, 2003, International Society of
Hypertension Writing Group, World Health
Organization-International
Society
of
Hypertension statement of Management of
Hypertension.
Wolf, H. P. (2006). Cara Mendeteksi dan
Mencegah Tekanan Darah Sejak Dini.
Jakarta: Buana Ilmu Populer
143
Download