1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akhir-akhir ini, dalam keluarga pegawai Negeri sipil banyak muncul gejala kurang baik yang mengarah pada rusaknya mental anak yang pada akhirnya berujung pada rusaknya mental bangsa dan agama. Banyak kekhawatiran para orang tua pegawai negri sipil, pihak lembaga pendidikan, lembaga-lambaga terkait lainnya bahkan pemerintah turut memberi perhatian yang besar akan hal ini. Latar belakang timbulnya kerusakan mental anak tentulah bermacam-macam. Makin kompleks keadaan suatu keluarga pegawai Negeri Sipil, tentulah makin besar pula permasalahan yang di hadapinya, salah satu sebab mendasar dari masalah mental anak yakni karena iklim dan kondisi keluarga yang kurang kondusif dalam membina mental kepada anak, terutama dari segi komunikasi yang tumbuh dan membudaya dalam sebuah keluarga pegawai Negeri Sipil, Baik buruknya sebuah keluarga juga sangat di tentukan oleh peran komunikasi yang ada di dalamnya. Persoalan anak memang benar-benar memerlukan perhatian dari pihak keluarga terutama orang tuanya. Di sini peran orang tua sangat besar artinya, sebab orang tua adalah unsur utama dalam melakukan pembinaan terhadap anak-anaknya Sebagaimana Rasulullah SAW, Bersabda : كُلُمولوديولدُعلُالفطرةُفأبواهُيهودُنهُاوُينصرانهُاومجسان 1 2 Terjemahanya : “Tidaklah anak itu dilahirkan kecuali membawa fitrah maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan anak itu Yahudi, Nasrani, Majusi.” (HR. Muslim) 1 Keluarga pegawai negri sipil merupakan unit terkecil dalam masyarakat dan juga merupakan fundamen dalam menciptakan generasi-generasi penerus, bangsa sehingga mendapat perhatian ekstra dalam hal pembinaan mental anak. Namun, seiring dengan meningkat kebutuhan hidup, dan arus kehidupan yang semakin moderen terutama di daerah perkotaan, serba terbatasnya waktu yang tersedia bagi para orang tua sehingga perhatian kepada anak menjadi berkurang. Saat ini orangt tua lebih mengutamakan pekerjan di luar rumah dari pada kepentingan anak yang menyangkut pada pembinaan mentalnya sehingga berdampak pada kurangnya frekuensi komunikasi antara orang tua dan anak. Hal semacam ini mempengaruhi pemahaman orang tua dalam pembinaan mental anak. Dalam hal ini, diharapkan setiap keluarga pegawai negeri sipil yang berada di desa Baito mampu memberikan pembinaan mental kepada anak-anak mereka dengan memberikan komunikasi yang sehat dan efektif sehingga akan melahirkan anak yang lebih baik dan bisa dibanggakan. Pembinaan mental tersebut diharapkan dapat mengontrol masyarakat yang sedang menuju kearah masyarakat yang matrealistis dan individualistis . Orang tua diberi amanat untuk mengisi eksistensi anak agar terlindung dari bencana fisik atau mental. Untuk itu di perlukan totalitas, intensif, 1 Imam Muhyddin An-Nawawiy, Al-Minhaj Shyahihul Muslim Ibn Hujjaj Bisyarhil Imam Muhyiddin AnNawawiy, Juz 16, Dalam Kitab al-Qadir, Beirut Libanon, Dar Al-ma’rifah, Cet. 6, 1998M/1420 H. h. 423 2 3 serta frekuensi komunikasi yang sehat. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam QS. An-nissa /4 : 1 yang berbunyi: Terjemahan: “Bertaqwallah kepada allah yang dengan (mempergunakan)namanya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah)hubungan silatubrahim“.2 Hubungan antara suami istri harus didasari sikap saling menghargai, menghormati akan kebiasaan, hak dan kewajiban. Komunikasi di antara mereka akan menjadi landasan sikap anak dalam berkomunikasi. Anak tidak saja bergaul dalam lingkungan keluarga tetapi sebagai mahluk sosial tentu anak akan bergaul dengan lingkungan di luar orang tuanya. Ketika anak tak mendapat bimbingan yang baik dalam lingkungan keluarganya. Maka hal ini dapat memberi dampak Negatif terhadap lingkunganya. Begitupun sebaliknya, sebobrok apapun kondisi lingkungan tentu tidak akan begitu mudah mengubah tabiat. Mental anak yang mendapat pembinaan yang baik dengan lingkungan keluarganya. Menyadari bahwa komunikasi adalah sarana untuk membangun hubungan, maka orang tua memiliki peran penting untuk mengajari anak dalam menyesuaikan diri dengan lingkunganya. Bila para orang tua, pada khususnya ibu mampu mengembangkan keterampilan komunikasi mereka dengan anak-anaknya, agar mencapai tingkat empati yang optimal atau pengungkapan diri yang maksimal, maka tidak ada kesulitan untuk mengkomunikasikan topik apapun. Pada dasarnya keluarga pegawai negri sipil, memang merupakan makhluk yang terbatas termasuk dalam hal berkomunikasi. Apakah hal tersebut didasari oleh kurangnya pengalaman, kecakapan, kertampilan dan kemampuan dalam membahasakan sesuatu, atau kurangnya waktu, sarana dan prasarana. 2 Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahanya, Semarang, Penerbit Asy-Syifa,1998 3 4 Dr. Deddy Mulyana, M.A. berpendapat bahwa: Kekeliruan yang pertama yang sering dilakukan orang tua adalah bahwa berkomunikasi itu adalah suatu keterampilan yang alami, yang diperoleh sejak mereka lahir. Karena itu merasa tidak perlu mempelajari lagi dan mengingat keterampilan berkomunikasi mereka dengan orang lain termasuk dengan anak-anak mereka 3 Banyak orang tua keluarga PNS akan masalah pembinaan mental anak, dengan masalah yang beragam. Misalnya, menikah dengan tujuan semata-mata untuk memenuhi kebutuhan biologis, adanya kawin paksa atau perjodohan, lahirnya anak di luar nikah, kecemburuan suami atau istri ketika anak mendapat perhatian lebih dari salah satu pihak, monopoli orang tua, mertua atau pihak ketiga lainya dalam memberi bentuk pembinaan kepada si anak, menikah kadang menjadi suatu trend, untuk memiliki seseorang, masalah harta, atau bahkan pernikahan dalam mencari bibit yang berkualitas dari seseorang dengan kriteria tertentu sehingga anak diserahkan sepenuhnya pada gen yang melekat pada diri si anak tampa Memperhatikan dari sudut lain yakni peran komunikasi dalam keluarga pegawai negeri sipil. Dari semua bentuk permasalahan yang dikemukakan penulis, melihat adanya kecenderungan bahwa anak hanya merupakan akibat dari sebuah pernikahan, bukan menjadi tujuan untuk melahirkan generasi bangsa yang memiliki mental yang patut di jadikan contoh generasi berikutnya. Hal lain yang mendasar juga yakni kurangnya pemahaman akan arti sebuah komunikasi antara pasangan suami istri dan juga komunikasi antara orang tua dan anak, bahwa hal itu sangat penting dalam bentuk apapun dan dalam situasi bagaimana pun. Akibatnya, hal tersebut dengan sendirinya menjadi tolak ukur bagi anak dalam membentuk karakter komunikasi baik kepada orang tuanya, kepada adik atau kakanya bahkan pada lingkungan di luar keluarganya. Jika hal ini berkembang dan membudaya maka anak akan menemui banyak benturan dalam perkembangan mentalnya bahkan dalam kurun waktu yang 3 Deddy Mulyana, Nuansa-Nuansa Komunikasi, ( Bandung, Remaja Rosdakarya),Cet. I, 1999, h 38 4 5 panjang anak akan menemui kesulitan dalam hal mengaplikasikan dirinya dalam keluarganya, dalam lingkunganya, bahkan dalam memilih pasangan hidupnya. Meskipun ditunjang dengan pendidikan yang diterimanya lewat lingkungan atau lembaga pendidikan tetapi komunikasi dalam keluarga merupakan hal yang sangat melekat kuat dan mendasar sebagai filter komunikasi di luar kelurga, dan pembentuk pola komunikasi yang menggambarkan situasi dirinya dan komunikasi keluargannya. B Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang tersebut maka penullis merumuskan beberapa permasalahan penelitian, sebagai berikut: a. Bagaimana kondisi obyektif keluarga pegawai negeri di Desa Baito Kecamatan Baito Kabupaten Konawe Selatan? b. Bagaimana peran Keluarga Pegawai Negeri Sipil dalam pembinaan mental anak di Desa Baito Kecamatan Baito Kabupaten Konawe Selatan ? c. Bagaiman bentuk-bentuk komunikasi keluarga pegawai negeri sipil dalam pembinaan mental anak di Desa Baito Kecamatan Baito Kabupaten Konawe Selatan? C Definisi Operasional Untuk menghindari kekeliruan pengertian dan pemahaman terhadap konsep yang akan diteliti, maka penulis akan menjelaskan secara singkat konsep tersebut sebagai berikut: 1. Komunikasi dalam Keluarga Pegawai Negeri Sipil yang penulis maksudkan disini adalah tugas utama yang harus dilaksanakan oleh setiap anggota keluarga PNS sehingga tercipta iklim komunikasi yang juga bersifat kekeluargaan, sehat dan efektif. Komunikasi yang dalam bahasa Inggris comminication berasal dari bahasa latin comunication, 5 6 bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya sama makna atau komunikatif. 4 2. Keluarga pegawai negeri sipil merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari individu-individu yang merupakan bagian jaringan sosial yang lebih besar. Namun yang penulis maksudkan disini adalah Keluarga Pegawai Negeri Sipil, yakni keluarga yang terdiri dari orang tua dan anak tanpa sanak saudara atau keluarga yang lain di dalam rumahnya. 3. Pembinaan mental anak adalah semua usaha yang dilakukan untuk memeperbaiki dan meningkatkan akhalak dan budi pekerti atau yang menyangkut batin dan watak anak yang merupakan turunan kedua manusia. Namun yang penulis maksudkan di sini adalah komunikasi yang dilakukan dalam keluarga terhadap pembinaan mental anak baik ketika anak masih dalam kandungan ataupun ketika ia sudah menjadi manusia dewasa. D Tujuan dan Kegunaan penelitian 1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah: a. Untuk Mengetahui Kondisi Objektif Keluarga Pegawai Negeri sipil di Desa Baito Kecamatan Baito Kabupaten Konawe Selatan. b. Untuk mengetahui bentuk-bentuk komunikasi Keluarga Pegawai Negeri Sipil dalam pembinaan mental anak di Desa Baito Kecamatan Baito Kabupaten Konawe Selatan. c. Untuk mendeskripsikan peran Keluarga Pegawai Negeri Sipil dalam pembinaan mental anak di Desa Baito Kecamatan Baito Kabupaten Konawe Selatan. 2. Kegunaan Penelitian. 4 Ononng Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi-Teori dan Praktek, Bandung, Penerbit PT. Remaja Rosdakarya, Cet. XIII, 2000, h. 9 6 7 a) Sebagai bahan masukan bagi para pembaca untuk lebih memahami dan meingkatkan peran komunikasi dalam keluarga pegawai negeri sipil dalam pembinaan mental anak b) Sebagai bahan bacaan ilmiah yang bermanfaat bagi pembaca khususnya mengenai kondisi obyektif tarhadap peran komunikasi dalam keluarga dan pembinaan mental anak. BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian dan Komponen Komunikasi 1 Pengertian komunikasi 7 8 Bermacam-macam pengertian komuikasi yang dikemukakan oleh para ahli untuk memberikan batasan tentang apa yang dimaksud dengan komunikasi. Tentu saja masing-masing pengertian tersebut dengan bidang dan tujuan mereka masing-masing. Berikut ini disajikan beberapa pengertian komunikasi yang di kemukakan oleh para ahli : a. Hovland, Janis dan Kelly seperti yang di kemukakan oleh Forsdale (1981) adalah ahli sosiologi Amerika mengatakan bahwa: “ communication is the proses by which an individual transmits stimuly (usually verbal) to modify the behavior of other individual”dangan kata lain komunikasi adalah proses individu mengirim stimulus yang biasanya dalam bentuk verbal untuk mengubah tingkahlaku orang lain.5 b. Louis Forsdale (1981), ahli komunikasi dan pendidikan mengatakan: “communication is the proces by which asystem is established, maintained, and altered by means of shared signals that operat acorrding to rules. komunikasi adalah suatu proses memberi signal menurut aturan tertentu,sehingga dengan cara ini suatu sistem dapat didirikan, dipelihara dan dirubah.6 c Brent D. Ruben (1988) memberikan definisi mengenai komunikasi manusia yang komprehensif sebagai berikut: Komunikasi manusia adalah suatu proses melalui mana induvidu dalam hubungannya, dalam kelompok, dalam organisasi dan dalam masyarakat menciptakan dan menggunakan impormasi untuk mengkoordinasi lingkungannya dan orang lain.3 d. Sailer (1981) memberikan devinisi komunikasi yang bersifat universal.dia mengatakan: komunikasi adalah proses dengan mana simbol verbal dan non verbal di kirimkan, di terimah, dan diberi arti.4 Dari banyaknya devinisi yang di berikan oleh para ahli mengenai pengertian komunikasi, namun pada hakekatnya komunikasi adalah: 5 6 Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, Jakarta, Bumi Aksara, Cet .V, 2002, h. 2 Ibid, h. 2 8 9 Proses pernyatan antara manusia. Yang dinyatakan itu adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunaka bahasa atau lambang sebagai alat penyalurnya.7 1. Komponen komunikasi Meskipun banyak pengertian komunikasi yang sudah dikemukakan oleh para ahli namun semua itu tidak terlepas dari komponen komunikasi yang ada dalam pengertian tersebut. komponen dasar komunikasi ada lima yaitu: 1. Pengirim Pesan/ Komunikator adalah individu atau orang yang mengirim pesan. 2. Pesan adalah informasi yang akan dikirim kepada si penerima. 3. Media berasal dari kata medium (media: jamak, medium:tunggal) secara harfiah media adalah perantara, menyampai atau menyalur. Media merupakan saluran atau jalan yang dilalui pesan dari si pengirim pesan dan si penerima. 4. Penerima pesan adalah yang menganalisis dan menginprentasikan isi pesan yang diterima. 5. Balikkan adalah respon terhadap pesan yang diterima yang dikirim kepada sipenerima pesan. 1. Model dan proses komunikasi Setiap hari tentu kita melakukan proses komunikasi baik secara verbal maupun nonverbal yang oleh para ahli di klasifikasikan ke dalam beberapa model sebagai berikut: a) Model komunikasi Yang dimaksudkan dengan model komunikasi adalah gambaran yang sederhana dari proses komunikasi yang memperlihatkan kaitan antara satu komponen komunikasi dengan komponen yang lainya. Penyajian dalam model bagian ini dimaksudkan untuk 7 Onong Uchjana Effendi, Ilmu, Teori Dan Filsafat Komunikasi, Bandung, Penerbit PT Citra Adytia Bakti, 2003, h. 28 9 10 memepermudah mamahami proses komunikasi dan melihat komponen dasar yang perlu ada dalam komunikasi. a. Model Lasswell; salah satu model yang tua tetapi masih digunakan orang untuk tujuan tertentu adalah model komunikasi yang dikemukakan oleh Harold Lasswell (forslade1981), seorang ahli ilmu politik dari Yale University. Dia mengunakan lima pertanyaan yang pelu ditanayakan dan dijawab dalam melihat proses komunikas, yaitu who (siapa), says what (mengatakan apa) atau dalam media, in which medium atau dalam media apa, to whom atau kepada siapa,dan dengan what effect atau apa efeknya. b. Model Shanon; Model komunikasi lain yang banyak di gunakan adalah model komunikasi dari Claude Shanon atau lebih dikenal dengan Shannon wever. Model ini berada dengan model Lasswell mengenai istilah yang digunakan sebagai masing-masing komponen, seperti dapat dilihat pada gambar Penyandian Pesan Sinyal Penerimaan Sinyal Pengintarpretasi Pesan Sumber Gangguan 3 Model Schraumn; Wilbur Schraumn memberikan model proses komunikasi yang agak berbeda sedikit dengan dua model sebelumnya. Dia memperlihatkan pentingnya peranan pengalaman dalam proses komunikasi. Bidang pengalaman akan menetukan apakah pesan yang dikirimkan atau diterima oleh sipenerima sesuai dengan apa yang dimaksudkan oleh si pengirim pesan. Schraumn mengatakan bahwa: 10 11 Jika tidak ada kesamaan dalam bidang pengalaman, bahasa yang sama, maka sedikit kemungkinan pesan yang diterima dan interprestasiakan dengan benar.8 4 Model Berlo, model-model komunikasi makin hari makin dikembangkan diantaranya yang paling terkenal model yang dikembangkan oleh David Berlo pada tahun 1960. Modelnya hanya memperlihatkan proses komunikasi satu arah dan hanya terdiri dari empat komponen yaitu sumber, pesan, saluran dan penerimaan atau reciever. Akan tetapi pada masing-masing komponen tersebut ada sejumlah faktor kontrol. b) Proses komunikasi Dalam proses komunikasi ini dibedakan antara proses komunikasi psikilogis dengan proses komunikasi mekanistis. a. Proses Komukasi dalam Perspektif psikologis; Proses komunikasi prespektif ini terjadi pada komunikator dan komunikan. Ketiaka seorang komunikator berniat akan menyampaikan suatu pesan kepada komunikan. maka dalam dirinya terjadi suatu proses. Pesan komunikasi terdiri dari dua aspek, yakni isi pesan dan lambang. Isi pesan umunya adalah pikiran, sedangkan lambang umumnya adalah bahasa. Sedangkan Walter Lippman menyebut pesan itu “picture in our head, sedangkan Walter, Hagemen menamakan adalah does bewustseininhalte. proses mengemas atau membungkus pikiran dengan bahasa yang dilkukan komunikator itu dalam bahasa komunikasi dinamakan encoding. Hasil encoding berupa pesan itu kemudian ditransmisikan atau dikirim pada komunikan. b. Proses komunikasi dalam prepektif mekanistis; Proses ini belangsung ketika komunikator melemparkan pesan sampai di tangkap oleh komunikan, penangkapan pesan dari komunikator oleh komunikan penangkap pesan dari komunikator oleh komunikan itu dapat dilakukan dengan indra telinga atau indra mulut, atau indra-indra 8 Arni Muhammad, Op.Cit.,h.8 11 12 lainya. Proses komunikasi dlam presfektif ini kompleks atau rumit, sebab bersifat situasional bergantung pada situasi ketika komunikasi itu berlangsung. Untuk lebih jelasnya proses komunikasi dalam prespektif mekanistis dapat diklasifikasikan menjadi proses komunikasi primer dan sekunder.Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran oleh komunikator dengan mengunaklan suatu lambang (symbol) sebagai media atau saluran. Lambang sebagai media primerdalam proses komunikasi adalah bahasa, kial, isyarat, gambar, dan lain sebagainya yang secara langsung mampu menerjemahkan pikiran atau pereasaan komunikan. Dalam komunikasi, bahasa disebut lambang verbal,dimana pesan dapat ditunjuka melalui lisan dan tulisan. Sedangkan lambang-lambang lainnya yang bukan bahasa disebut lambang non verbal (non verbal symbol) misalnya dengan kial/isyarat badaniah (gasture), dan melalui gambar (pictorial). Sedangkan proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaianpesan oleh seseorang kepada orang lain dengan mengunakan alat atau saran sebagai media kedua setelah memakai lambang seperti media pertama. Seorang komunikator menggunkan media kedua dalam melancarkan komunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya berada ditempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak. Surat, telepon, teleks, surat kabar, majalah, radio, televisi, film, dan banyak lagi adalah media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi. 2. Tujuan dan Fungsi Komunikasi Setiap yang di turunkan oleh allah SWT. Dimuka bumi ini tentu memiliki tujuan dan fungsi, begitu pun dengan komunikasi: 1. Tujuan Komunikasi 12 13 a. Perubahan sikap (attitude change) b. Perubahan pendapat (opinion change) c. Perubahan prilaku (behavior change) c. Perubahan soaial (social change) 2. Fungsi komunikasi a. Menyampaikan informasi (to infrom) b. Mendidik (to educate) c. Menghibur (to entertain) d. Mempengaruhi (to influence) Fungsi komunikasi juga dikemukakan oleh Rudolf F.Vanderber (1978) bahwa komunikasi mempunyai dua fungsi: 1. Fungsi sosial yakni untuk tujuan kesenangan, untuk menunjukan ikatan dengan orang lain,membangun dan memelihara hubungan. 2. Fungsi pengambilan keputusan yakni memeutuskan untuk melakukan atau tidak pada sesuatu tertentu.9 Judi C. Pearson dan Paul E. Nelson (1978) mengemukakan fungsi komunikasi, sebagai berikut: 1. 2. Untuk kelangsuan hidup diri sendiri yang meliputi keselamatan fisik,meningkatkan kesadaran pribadi, menampilkan diri kita sendiri kepada orang lain dan mencapai ambisi pribadi. Untuk kelangsungan hidup masyarakat tepatnya untuk memperbaiki hubungan social dan mengembangkan keberadaan suatu masyarakat.10 Kemudian, Wiliam I. Gorden (1978) mengemukakan fungsi komunikasi yakni; Komunikasi sosial, komunikasi ekspresif, komunikasi fritual dan instrumen.11 Begitu kompleksnya masalah komukasi dalam kehidupan sehingga perlu kita sadari bahwa 9 Zulkiffly M, Ilmu Komunikasi, Makasar Yayasan Fatiah, 2004, h .17 Ibid, h. 18 11 Ibid, h. 18 10 13 14 komunikasi amat esensial bagi pertumbuhan keperibadian manusia dan peradabanya. Kurangnya komunikasi dapat menghambat pertumbuhan perkembangan manusia. Dimana banyak penelitian yang menunjukan bahwa manusia tidak dapat hidup tanpa komunikasi. Komunikasi juga amat erat kaitanya dengan prilaku dan pengalaman kesadaran manusia. Manusia tidak dapat hidup sendirian ia harus dapat hidup bersama dengan manusia lain baik demi kelangsungan hidupnya maupun demi keturunannya. 3. Komunikasi Sebagai Rahmat Allah SWT. Allah Swt. Menciptakan manusia di bekali dengan berbagai fasilitas untuk bisa melakukan banyak hal. Allah menciptakan manusia dengan di anugrahi dan diajarinya untuk pandai berkomunikasi dan menciptakan dunia komunikasi yang bisa diterima oleh banyak kalangan. Sebagaimana firman Allah Swt dalam QS. Ar-rahman (55) : 3-4, yang berbunyi Artinya ”Dia menciptakan manusia. Mengajarnya pandai berbicara”. Manusia dapat berbicara membuat ibarat, menjelaskan, saling memahami dan saling berkomunikasi satu dengan yang lainya. Apabila diperahatikan dan direnungkan secara cermat, makin terasa betapa besarnya anugrah ilahi yang telah diajarkan dan diberikan kepada manusia. Dari proses cara manusia dapat bertutur dan berbicara saja, hal itu merupakan suatu keaiaiban yang tidak ada habis-habisnya. Lidah, dua bibir, graham, gigi, kerongkongan, pembuluh, pernapasan, paru-paru, semua itu tergabung secara sinergi dalam proses pembentukan suara, sebagai salah satu kumpulan, dari mata rantai terjadinya penuturan, berbicara dan berkomunikasi kejadian proses itu di hubungkan cara kerja fungsi pendengaran, otak, jaringan urat saraf, dan sistem cra kerja yang merupakan misteri, sedikit sekali rahasia yang dapat dikenali. 14 15 B Keluarga Pegawai Negeri Sipil 1. Komposisi Kelompok keluarga PNS Bila kita berbicara mengenai keluarga pegawai negri sipil biasanya kita akan langsung berfikir tentang suami istri anak-anak mereka dan kadang-kadang seorang sanak saudara lain. Keluarga Pegawai Negeri Sipil ini didasarkan pada pertalian perkawinan atau kehidupan suami istri, maka disebut keluarga kehidupan suami istri (conjugal famili). Namun dewasa ini istilah itu lebih sering mengacu pada Keluarga Pegawai Negeri Sipil (nunclear famili). Keluarga hubungan kerabat sedarah (consanguine famili). Tidak didasarkan pada pertalian suami istri, melainkan pada pertalian darah dari sejumlah orang kerabat. Keluarga hubungan sedarah adalah dari saudara sedarah dengan pasangan dan anak-anak mereka. Istilah keluarga luas (Extended falily) sering kali digunakan pada keluarga pagawai negri sipil berikut kerabat lain dengan siapa hubungan istilah luas bagi reuni keluarga dan berbagai upacara lain, namun sebagian besar fungsi keluarga rutin berlangsung berdasarkan keluarga batih 2. Fungsi Keluarga Pegawai Negeri Sipil Pada dasarnya keluarga pegawai negeri sipil menyumbangkan hal-hal berikut ini kepada masyarakat, kelahiran, pemeliharaan fisik anggota keluarga, penempatan anak dalam masyarakat, pemasyarakatan dan kontrol sosial meskipun sebagian orang tua dapat saja melahirkan anak tanpa memberikan pembinaan mental mengirimkan anakanak mereka pada para ahli, dan memang para ahli itu lebih banyak bertangung jawab akan tugas ini Seorang ahli antropologi dan sosiologi Ray E. Baber mengatakan bahwa ada enam fungsi Keluarga Pegawai Negri Sipil yaitu : 1. Fungsi biologis, 15 16 2. 3. 4. 5. 6. Fungsi ekonomis, Fungsi pendidikan Fungsi agama, Fungsi sosial, Fungsi rekreasi.12 Dari keenam fungsi keluarga yang sudah dikemukakan di atas, Paul B. Horton dan Chester L. Hunt menambahkan dua fungsi berikutnya yaitu fungsi perlindungan dan fungsi efeksi dalam setiap masyarakat, keluarga memberikan perlindungan fisik, ekonomis dan psikologis bagi seluruh anggotanya. Dalam fungsi efeksi maksudnya, salah satu kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan kasih sayang atau rasa cinta. Pandangan psikiatrik berpendapat bahwa barang kali penyebab utama gangguan emosiaonal, masalah prilaku dan bahkan kesehatan fisik terbesar adalah ketiadaan cinta, yakni tidak adanya kehangatan, hubungan kasih sayang dalam satu lingkungan assosiasi yang intim. 13 Seluruh fungsi keluarga dijalankan dengan dinamis dan penuh tanggung jawab maka kecil kemungkinan berbagai permasalahan dalam keluarga Pegawai Negeri Sipil, masyarakat bahkan negara sulit dipecahkan. 3. Keluarga Pegawai Negeri Sipil dalam Pandangan Islam Keluarga pegawai negri sipil merupakan wadah kehidupan persahabatan antara seorang suami istri (sebagai pemimpin rumah tangga) dengan istri yang saling ridha terhadap pasanganya untuk ta’awun (bekerja sama) dalam rangka menyempurnakan ketaatan kepada Allah SWT. Manusia diciptakan untuk mengemban amanah menyembah-nya, yakni menaatinya secara sempurna dalam setiap aspek kehidupan. Sebagaimana Allah berfirman dalam QS. Adz-Dzariat(51); 56, yang berbunyi: Artinya : 12 13 Koestoer Partowisastro, Dinamika Psikologi Social, Jakarta,Penerbit Erlangga,1983,h.79 Paul B. Horton,Chester L. Hunt, Sosiologi, Jakarta, Penbit Pt Erlangga,1999,h.277 16 17 “ Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”14 Suami, istri, dan anak-anak yang telah mengijak usia baligh memiliki beban serta untuk menjalankan kewajiban untuk memperjuangkan kembalinya penerapan Islamdalam seluruh aspek kehidupan. Oleh karena itu sangat penting mempersiapkan dan membekali sejak dini pasangan suami istri dan anak-anak agar siap memikul baban ini secara sinergis Rumah tangga yang ideologis selalu menyadari posisinya sebagai bagian drai uamat yang wajib berperan menyelesaikan problematika umat bersama seluruh masayarakat dan negara.15 Untuk itu sangatlah perlu diperhatikan tiga aspek pembentukan keluarga, yakni: aspek ibadah, aspek hukum, dan aspek social. 1. Aspek ibadah, maksudnya dengan melaksanakan pernikahan berarti telah menyempurnakan sebagian dari agama. 2. Aspek hukum, merupakan iakatan perjanjian antara dua insan, laki- laki dan perempuan. 3. Aspek social, berarti menepati syariat agama Islam sebagai konsep untuk mengatur dan menata kehidupan manusia baik yang berkaitan dengan hubungan dengan Allah sebagai sang Khaliq, maupun hubungan manusia dalam unit yang terkecil yakni keluarga. Seperti halnya suami istri yang diikat adanya perasaan cinta dan kasih sayang (mawaddah wa rahmah) akan melahirkan rasa cinta dan kasih sayang kepada keturunannya.16 Selain itu perlu pula diperhatikan apa yang menjadi perkawinan, yakni: 14 Departemen Agama RI, Op.Cit.,h. Abu Zaid dan Rhida Salamah ,Membangun Rumah Tangga Idiologis, Cet. II, Kyeber Graphics, Jakarta Selatan,2003 16 Hj. Ny.Nurdin Ilyas, Pernikahan Yang Suci Berlandaskan tuntunan Agama, Cet. I Bintang Cemerlang, Yogyakarta, 2000, h .45 15 17 18 1 Untuk mewujudkan keluarga sakinah, sebagaimana firman Allah dalam QS.ar- Rum(30):21, yang berbunyi: Artinya : “ Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu isteriisteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir” 17 1. Untuk menegakan pandangan dan menjaga kehormatan diri Hadirnya pasangan dalam hidup serta para buah hati kiranya dapat memberikan tempat kedamaian dalam melaksanakan aktifitas sehari-hari, saling menjaga satu sama lain dengan penuh tanggung jawab dan rasa kekeluargaan yang bijaksana yang diridhai oleh Allah SWT. C Komunikasi Efektif Dalam Keluarga Pegawai Negeri Sipil 1. Pengertian Komunkasi Efektif Komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang mengiginkan makna yang disampaikan mirip atau sama dengan yang dimaksudkan komunikator. Singkatnya, komunikasi efektif adalah makna bersama (vardeber).18 Komunikasi sebenarnya bukan hanya pengetahuan, tetapi juga seni bergaul. Untuk mahir berkomunikasi efektif, orang mesti memahami proses dan dapat mengaplikasikan pengetahuan tersebut secara kreatif. Meskipun kita umumnya belajar 17 18 Departemen Agama RI.Op.Cit. h Deddy Mulyana, Op. Cit. h. 38 18 19 berbicara dengan dan mendengarkan perkataan orang lain segampang kita belajar berjalan,perbedan antara pembicaraan biasa dengan komunokasi yang efektif adalah ibarat antara bejalan dan menari balet. Komunikasi yang efektif menurut kepekaan dan ketrampilan yang hanya dapat dilakukan sesudah kita memahami proses dan kesadaran akan apa yang kita dan orang lain lakukan ketika kita sedang berkomunikasi. Terkadang kesulitan baru muncul bila orang tua kemudian menghadapi kemacetan dalam berkomunikasi dengan anak-anak mereka John Rockeffeler mengatakan bahwa: Saya bersedia membayar lebih untuk kemampuan berhubungan dengan orang lain di bandingkan untuk kemampuan kerja lapangan lainya.19 Pernyataan John Rockeffeler tersebut memberi makna bahwa tidak semua orang melakukan dengan mudahnya menjalani kominikasi efektif dengan orang lain. Untuk menciptakan komunikasi yang efektif maka setidaknya setiap oarang harus mampu menciptakan suasana yang efektif pula. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Lukman (31) :19 . Artinya: ”Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu”.20 Maksudnya denagn kepribadian yang menyenagkan yang tampak dari ciri seseorang berjalan dan berbicara,intonasi suaranya kehangatan prilakunya,dan rasa percaya diri. Untuk memiliki itu semua tentu harus diawali dengan komunikasi yang 19 Shiv Khera, 8 kiat Menjadi Pemenag- You Can Win, Pearson Education Asia PT. Ltd, 1998, h. 125 20 Departemen Agama RI ,Al Qur’an dan Terjemahan, Semarang Penerbit Asy Syifa, 1998, 329 19 h. 20 sehat dalam keluarga yang dengan sendirinya akan membentuk mental kepribadian yang menarik. Orang tua harus mulai berkomunikasi secara efektif denagan anak-anak mereka, bahkan bila perlu anak-anak itu berda dalam kandungan. Menurut suatu penelitian yang dilakukan Universitas prenatal di Amerika Serikat yang didirikan Dr. Rene Van De Carr seorang ahli kebidanan dan kandungan di Hyward, California,menyebutkan bahwa: Pengajaran atau pelatihan komunikasi terhadap bayi yang masih berda dalam kandungan yang dilakukan orang tua melalui pregafon menunjukan bahwa setelah anak-anak itu lahir dan tumbuh,mereka mampu berkomunikasi lebih awa, merangkaikan kata-kata lebih didini, dan memahami sesuatu lebuh cepat di bandingkan dengan anak-anak sebayanya yang tidak mengikuti “pelatihan”. Tubbs dan Moss, 1994:5)21 Hal ini memberikan ketegasan bahwa untuk memberikan pembinaan mental kepada anak itu sudah ada di depan mata atau berda dalam kandunagn tetapi jauh sebelum itu ketika seorang manusia dihadapkan pada masalah memilih pasangan hidup lahir dan batin. Betapa bahagianya seorang anak yang terlahir dalam keadaan orang tua yang sangat memperhatikan masalah pembinaan mental anaknya jauh sebelum anak itu dilahirkan kemuka bumi, sehingga Allah SWT berfirman dalam QS. Lukman (31):14 yang berbunyi: Artinya:. “Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibubapanya; ibunya Telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.22 21 22 Deddy Mulyana, Nuansa-Nuansa Komunikasi, PT. Remaja Rosdakarya ,Cet.I, 1999 , h. 39 Ibid .,h.329 20 21 Ayat tersebut juga memeberikan gambaran tetentang bahwa selama anak dalam kandungan kemudian disusui oleh ibunya selama dua tahun tentunya selama itu pula terjali komunikasi antara ibu dan anak. Dengan terjalinya komunikasi yang efektif antara orang tua dan anak sejak dini maka akan sangat memberi peluang terhadap pembinaan mental anak. Menanamkan kebiasaan atau penghayatan yang membawa kepada sifat tertentu dengan menyuruh dan mengerjakan perbuatan tertentu berulang kali dan dapat membentuk suatu kebiasaan. Kebiasaan inilah yang membentuk sifat dan kebulatan dari sifat-sifat inilah yang akan membentuk mental kepribadian anak. 2. Tanda-Tanda Komunikasi Efektif Komunikasi yang efektif menurut Stewart L. Tubbs and Silvya Moss (1974) paling tidak meninbulkan lima hal: pengertian, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang makin baik, dan tindakan. 20 1. Pengertian arti penerimaan yang cermat dari isi stimuli seperti yang dimaksud oleh komunikator. 2. Kesenagan, tidak semua komunikasi ditunjukan untuk menyampaikan informasi dan membentuk penertian. Ketika kita mengucapkan “selamat pagi, apa kabar?”, kita tidak bermaksud mencari keterangan tetapi dimaksudkan untuk menimbulkan kesenagan. Komunikasi inilah yang menjadi hubungan kita hangat, akrab dan menyengkan. 3. Mempengaruhi sikap, paling sering kita melakukan komunikasi untuk mempengaruhi orang lain. Komunikasi persuasif memerlukan pemaham tentang faktor-faktor pada diri komunikator, dan pesan yang menimbulkan efek pada komunikan. Persuasif di definisikan sebagai proses mempengaruhi pendapat sikap dan tindakan orang dengan 21 22 mengunakan manipulasi psikologis sehingga orang tersebut bertindak seperti atas kehendaknya sendir 4. Hubungan sosial yang baik, sebagai mahluk sosial tentunya kita ingin begabung dan berhungan dengan orang lain kita ingin mengendalikan dan dikendalikan. Dan ingin dicintai dan mencintai. Kebutuhan sosial in hanya dapat dipenuhi dengan komunikasi interpersonal yang efektif. 5. Tindakan. Menimbulkan tindakan nyata memang indikator efektifitas yang paling penting. Karena untuk menimbulkan tindakan, kita harus berhasil lebih dulu menanamkan pengertian, membentuk dan mengubah sikap atau menumbuhakan hubungan yang baik. Tindakan adalah hasil komulatif dari seluruh proses komunikasi. Dari tanda-tandakomunikasi efektif yang disebutkan di atas juga tidak kalah pentingnya dalam berkomunikasi di tanamkan kepercayaan. Sebagus apaun materi komunikasi bila tidak dilandasi kepercayaan, maka komunikasi akan menjadi menjadi sulit dan tidak efektif. Kunci komunikasi adalah kepercayaan, dan kunci kepercayaan adalah layak di percaya. Nah, disini integritas diri memainkan peran yang amat penting dalam membangun komunikasi yang efektif. Integritas diri mengambarkan kesesuaian antara kelakuan dengan apa yang dikatakan. Lima hal yang harus diperhatiakan agar komunikasi Keluarga Pegawai Negeri Sipil bisa efektif: 1. Respek, komunikasi harus diwali denag menghargai. Adanya penghargaan biasanya akan menimbulkan kesan serupa (feedback) dari si penerima pesan. Orang tua akan sukses berkomunikasi denagn anak apabila ia melakukan denagn penuh respek. Apabila ini dilakukan anak pun akan melakukan hal yang sama ketika berkomunikasi dengan orang lain disekitarnya. 22 23 2. Empati adalah kemapuan untuk menempatkan diri kita pada situasi dankondisi yang dihadapi orang lain. Orang tua yang baik tidak akan menuntut anaknya untuk mengerti keinginannya, tetapi ia akan berusaha memahamianak atau pasanganya terlebih dahulu. 3. Audibel berarti dapat didengarkan atau dimengerti dengan baik. Sebuah pesan harus di sampaikan dengan caraa tau sikap yang bisa diterima oleh si penerima pesan. Raut muka yang cerah, bahasa tubuh yang baik, kata-kata yang sopan, atau cara menunjuk, termasuk kedalam komunikasi yang audibel ini 4. Jelas. Pesan yang disampaikan harus jelas maknanya dan tidak banyak menimbulkan banyak pemahaman, selain harus terbuka dan transparan. Ketika berkomunikasi denaga anak, orang tua harus berusaha agar pesan yang disampaikan bisa jelas maknanya.salah satu cara adalah berbicara sesuai bahasa yang mereka pahami. 5. Rendah hati,sikap ini mengandung makna saling menghargai tidak memandang rendah,lemah lembut,soapn dan penuh pengendalian diri. 2 Komunikasi Antara Orang Tua dan Anak Islam mengatur pemeliharan keluarga bahkan hubungan orng tua dan anaknya, hubungan antara Ulil Arham dengan Ulil Qurba. Semuanya dijalani dengan ikatan moral yang luhur dan dengan kemanusiaan, yang menjamin semua anggota keluarga hidup aman tentram dibawah naumgan kasih sayang yang penuh kejujuran pada setiap anggota keluarga pegawai negri sipil. Perlu menjalani kedekatan antara orang tua dan anak dimana orang tua akan mendapatkan dua kebaikan yaitu: pertama, orang tua akan lebih dipercaya oleh anak dari pada orang lain. Kedua, dengan hubungan yang baik, orang tua akan lebih mudah meginternalisasikan nilai-nilai kebaikan kepada anak. 23 24 Komunikasi dapat di internalisasikan melaui makanan, ketika kita shalat, dzikir, membaca Al-quran, doa, dengan akhlak terpuji juga membaca cerita yang baik meskipun anak masih dalam kandungaan. Dalam hal ini orang tua harus memahami perkembangan fisik, perkembangan emosi, perkembanag social, perkembangan moral, perkembangan minat, perkembangan kepribadian dari setiap anak-anaknya. Dalam rangka membangun komunikasi antara anggota keluarga pegawain negeri sipil maka setiap anggota keluarga harus dapat mengenal dan memahami model komunikasi masing-masing. Adanya empat pola dalam berkomunikasi Yang di kemukakan oleh K.H.M. Rusli Amin yaitu: pasif, agresif, pasif-agresif, dan luwes23. Komunikasi anatara orang tau dan anak amat perlu, bukan hanya soal minta dan diberi. Lebih dari pada itu, komunikasi dalam segala aspek kehidupan turut membantu mendewasakan diri anak-anak. Misalnya dengan memberikan perhatian kepada anak-anak di rumah yang anatara lain menghafal Al- Qur’an dan kisah-kisah para nabi, mengajarkan doa-doa yang disariyatkan, hati-hati jangan membiarkan anak-anak keluar dengan mereka yang suka keluyuran dan berkata yang bukan-bukan, memberiaka perhatian untuk menyediakan permainan yang menghibur dan bermanfaat, memisahkan laki-laki dan perempuan di tempat tidur, akrab dan bersifat lemah lembut pada anak.24 Ketiadaan komunikasi, kesenjangan komunikasi,dapat membentuk pribadi rangkap di dalam keluarga . anak-anak dapat saja menunjukan rasa hormat di dalam rumah, tetapi diluar rumah meraka mencari jalan untuk maenyatakan diri dan kehadiran mereka ditengahtengah lingkunagan. Bila dirumah tidak dicetuskan dengan bebas maka diluar rumah mereka akan menujukan diri, dengan sikap negatif pada umunya. Pada hakikatnya mereka ingin 23 24 Jalluddin Rahmat, Psikologi Komunikasi, PT Remaja Rosdakarya 2004, h, 13 Muhammad Al-Munajjid, 40 Cara Mencapai Keluarga Bahagia, Gema Insani, Jakarta, 1998, h. 65 24 25 diakaui. Prof. Lyman K. Steil, seorang tokoh terkemuka dalam masalah komunikasi mengaitkan komunikasi ini dengan aspek pendengaran atau penyimpanan. Ia mengibaratkan komunikasi simak ini ibarat tiga sudut yang saling mendukung, tidak dapat dipisahkan sama sekali. Sudut segi tiga itu mengandung empat unsur, sebagi berikut: 1. Percakapan sederhana atau phatic communicatio Phatic artinya mengikat orang bersama-sama. Jadi komunikasi phatic itu berupa percakapan yang sederhana anatara anak dan orang tua, orang tua dan anak-anaknya, hanya untuk menjalin komunikasi yang akrab dan saling membuka diri. Misalnya oraang yang berpidato, ia tidk langsung tertuju kedalam pokok pembicaraan inti, ia berusaha mengungkapkan hal-hal yang mudah di pahami, yang menarik, dan mencoba membuka hubungan batin dan pendengarannya. Orang tua memerlukan topik pembicaraan yang ringan dengananak- anaknya. Allah SWT.berfirman dalam QS. Ibrahim (14):4,yang berbunyi: Artinya: “Kami tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. Maka Allah menyesatkan siapa yang dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang dia kehendaki. dan Dia-lah Tuhan yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana”25 . Prof. Lyman K. Stile mengungkapkan bahwa: 25 Departemen Agama RI, Op.Cit, h. 204 25 26 Percakapan ringan dengan anak-anak buakanlah berarti membuang-buang waktu. Langkah itu dapat membantu membangun segitiga yang bentuk pira mida itu. Membnatu hubungan pribadi anatara orang dua dengan anak.26 1. Chataric communication Anak-anak diberi kesempatn penyaluran perasaan-perasannya yang tertekan, menyatakan frustasinya dan di dengarkan oleh para orang tua denag sabar. Mengabaikan hal ini berarti mmemendam rasa tidak senang mereka dengan berlarut-larut. 2. Informative Communication Orang tua mengalihkan percakapan kearah yang lebih berbobot,saling membagi perasaan, pendapat dan pemikiran. Pendapat dan jalan pikiran anak-anak sebaiknya di ikuti dan di beri masukan, informasi dan penjelasan yang diperlukan sehungan kesulitan yang di alami.keenganan orang tua mendengarkan informasi dari nak-anak mereka juga merupakan sebab kegagalan komunikasi di dalam keluarga. 3. Persuasive communication Komunikator pertama ingin agar orang yang diberinya komunikasi mau melakukan apa yang dikehendakinya sesuai dengan yang di inginkanya. Ketidak mantapan komunikasi sering di akibatkan sikap orang tua yang berlebih-lebihan mengarahkan anak dalam komunikasi ini. Biasanya orang tua sibuk dengan masa lampau mereka dan anak-anak harus meniru dalam segala hal meskipun anak-anak tidak mengerti sama sekali masa silam orang tua mereka. Tim Hansel (california) mengatakan: Ada 3 hal yang perlu diperhatikan apabila kita ingin mempengaruhu dan meyakinkan anakanak kita. 26 Wilson Nadeak, Anak Dan Harapan Orang Tua, Jakarta, Penerbit Nusa Indah, 1994, h. 9 26 27 1. Menjadi pendengar yang sangat baik. 2. Berkomunikasi dengan mereka pada tingkat apa mereka saat itu. 3. Berkomunikasilah dengan anak-anak dengan mengikuti tiga unsur atau langkah yang disebut terlebih dahulu sebelummemasuki tingkat persuasi.27 3 Pembinaan Mental Anak Banyak penelitian yang membuktikan bahwa kasus-kasus masala mental anak selalu dipengaruhi dengan masalah komunikasi yang dialaminya salah satu diantaranya yang dikemukakan oleh Taufan Surana: Beberapa waktu yanglalu sayamelihat sebuah acara di TV Jepang yang sangat memprihatinkan, dimana dari hasil penelitian menunjukan bahwa masalah terbesar yang dihadapi oleh anak adalah keterlambatan dalam kemampuan bahasa/ koomunikasi pada anak tersebut mengijak usia 3-4 tahun. Mengapa hal ini terjadi?.28 Di bawah ini ada beberapa hal yang pantas untuk di kemukakan mengenai banyak hal yang perlu di perhatiakan dalm membina mental anak 1. melalui peranan komunikasi. Dampak Negatif Memberikn permainan Kreatif pada anak Karena mengingkan anaknya tumbuh cerdas, maka banyak sekali orang tua yang memberikan permainan kreatif kepada anaknya. Tetapi sayangnya para orang tua tersebut kurang memahami bahwa kecerdasan yang diharapkan dari anak tidakakan dapat tercapai hanya dengan melakukan permainan kretif melulu . Kemampuan berbicara dan berkomunikasi anakmerupakan factor terpenting mendorong kemampuan anak untuk berfikir cerdas. Alasan tersebut anak menjadi asyik dengan dunianya sehingga lain dengan dalam permainan orang tua merasa menjadi lebih ringan dalam mengasuhnya. 27 Ibid . h. 10 Anonim, 2011, Taufan Surana, Sudah Benar Permainan Kreatif Anak Anda. http:// info. Balitacerdas. 28 com/ 27 28 Permainan kretif memang sangat diperlukan oleh anak, tetapi berbicara anak juga merupakan hal yang sangata penting. Keduanya dan termasuk juga stimulasi untuk perkembangan pasif, harus beriakan yang seimbang. Selain itu, banyak orang tua yang memberikan permainan kepada anaknnya tanpa tahu fungsi dari permainan tersebut. Inilah masalah yang paling sering ditemukan. Orang tua memeberikan permainan yang cukup mahalharganya,tanpa mengetahui tujuan dan fungsi otak dari permainan tersebut. Dikwatirkan permaianan yang diberikan justru meambuat setres anak karena stimulasi yang diterima oleh anak tidak sesuai. Mengapa keterlambatan kemampuan bahasa/komunikasi baru kelihatan setelah anak menginjak usia 3-4 tahun? Disinilah pentingnya meangetahui betapa pentingnya arti tiga tahun pertama pada kehidupan anak. Keterlambatan perkembangan nank sering terjadi karena kurangnya stimulasi yang seharusnya di peroleh anak pada tiga tahun pertamanya. Tufan Surana mengatakan: Jika anak anda memepunyai kesempatan untuk melakukan seluruh kegiatan yang memeberinya stimulasi-stimulasi yang benar maka yakinlah bahwa anak anda pasti anak anda akan tumbuh dengan cerdas baik dalam segi fisik, mental maupun sosial29 Pada dasarnya, stimulasi yang diperlukan oleh anak adalah stimulasi perkembangan emosi, stimulasi perkembanagan fisik melalui kebiasaan dan rutinitas, stimulasi perkembangan fisik melalui koordinasi gerakan kasar dan halus, stimulasi perkembangan indara, dan stimulasi perkembangan bahasa/komuniksi. 2. Mengasah Kemampuan Komunikasi Anak Berkomunikasi dengan anak merupakan aktifitas yang menyenagkan. Tidak hanya orang tua, anak pun akan merasa senang. Selain menyenagkan,lewat komunikasi dan 29 Ibid . 28 29 interaksi sehari-hari denagan orang tua, teman, orang dewasa, dan lingkunganya, anak-anak akan menagkap berbagai informasi. Lewat komunikasi inilah anak-anak menjalani proses belajar mereka. Ketika memasuki usia 4-5 tahun, biasanya anak akan masuk lembaga prasekolah atau taman kanak-kanak.dalam inilah tahapan belajar mengasah kemampuan berbicara didepan kelas menjadi sangat penting. Namun, tidak semua orang memahami bagaimana cara yang baik untuk berkomunikasi denagn anak. Secara sederhana, komunikasi bisa dilakukan denagan mengajak mereka bercakapcakap sesering mingkin. Mengajak anak untuk bermain-main juga membantu keamahiran berkomunikasi. Pada saat bermain itulah anak-anakmempelajari kata-kata baru. Mengasah kemampuan berbahasa juga bisa dilakukan lewat membaca buku, memnyanyi, bermain katakata, dan melontarkan ucapa-ucapan sedrhana kepada anak. 3. Menumbuhkan Kepercayaan Sikecil Ada ruang komunikasi yang tepat menurut psikologi dan pemerhati anak Tria Amelia, saat orang tua mengajari anak berjalan terkadang orang tua menyepelakan akan hal ini. Padahal dimas berlatih seperti itu orang tua punya peran penting dalam membentuk kepercayaan diri anak lewat komunikasi psikologisnya. Ada ruang saat orang tua mengajari berjalan, lakukan komunikasi untuk memberi spirit dan support kepada si kecil. Menurutnaya, ibu jangan kelihatan panik agar anak juga punya keberanian untuk melakukan hal sebenarnya belum maksimal dilakukannya. Biasanya ibu mengunakan alat bantu atau roda kecil buat si bayi. Alat bantu itu sebenarnya kurang ideal untuk menuntut anak. Si kecil hanya mengeserkan badan di bantu denagn kakinya. Alangkah baiknya ajari anak secara alami saja. Dengan begitu dia akan bisa belajar membantu keseimbangan badan dan pikirannya, sambil melatih kosentrasinya.Tria Amalia berpendapat bahwa: Dalam proses memapah anak berjalan,disitu juga akan terjalin komunikasi. Anak berkatih keseibangan dan penting untuk perkembanagan motorinya, otaknya pun akan 29 30 seimbang. Nah, disela-sela berlatih beri dia pujian dan kata motivasi. Dengan begitu dia akan tetap bersemangat, bukan dengan memperdengarkan kalimat-kalimat yang membuat dia ketakutan.30 Memanag agak kesulitan, jika kebetulan bobot badan akan berlebihan atau gemuk, karena si ibu akan kewalahan dalam melatihnya berjalan secara alamiah. Tria Amalia menambahkan ; Pelajari perkembangan motorik si kecil, barang kali dia cukup kuat atau lamah, papah dia secara perlahan-lahan. Alangkah baiknya, jangan memberi kata larangan bagi anak untuk menjadi baik. Misalnya Jangan, dalam hal kebaikan, bisa jadi anak tumbuh menjadi anak yang tidak punya kepribadian.31 Dalam hal ini orang tua tetap sebagai pembina mental anak sejak dari pemilihan pasangan hidup, ketika bayi dalam kandungan, sampai bayi itu ada didepan mata bahkan ketika telah menjadi orang dewasa tentu dengan komunikasi yang lebih awal akan meningkatkan derajat taraf pengenalan personal dan psikologis antara orang tua dengan anak sehingga memudahkan bagi orang tua untuk memberi pembinaan memudahkan proses belajar, mental bahkan penguasaan lingkungan, termasuk daya tangkap dan nalarnya.jika setiap orang tua menanamkan masalah pembinaan anak ini dalam program hidupnya maka masalah pembinaan mental anak akana semakai diperhatikan an diprioritaskan dari berbagai pihak dan kalangan. 4. Pengaruh Keshalihan Orang tua Terhadap Anak Buah jatuh tidak jauh dari pohonya. Pepatah ini kiranya tidak terlalu jauh maknanya untuk mengambarkan kaitan prilaku anatara oramg tua dan anak. Karena sebagai mana buah dari sebuah pohon apabila di terpa angin kencang tau lainya buah itu akanjatuh disekitar pohonya. 30 Anonim, 2011. Tumbuhkan Kepercayaan Si Kecil .http://www.fajar.co. id Ibid 31 30 31 Para orang tua hendaknya menjaga dan memperhatikan makan dan miniman yang masuk kedalam kerongkonga, pakaian yang dikenakan, hingga ketika mereka mengangkat tanggan untuk berdoa kepada Allah untuk kebaikan anak-anaknya, tangan itu bersih dan jiwa itu suci hingga Allah mengabulkan doanya, memperbaiki anak-anak mereka dan memberkahinya Seorang anak yang selalu melihat orang tuanya sholat, berdzikir, puasa senin kamis, adzan, tentunya akan berbeda dengan anak yang biasa melihat orang tuanya ditempat perjudian, tempat hiburan dan bioskop. Anak yang selalu berbakti kepada orang tuanya denag senatiasa mendoakan, memintakan ampun, menenangkan dan memenuhi hajat keduanya. Lalu setelah keduanya meninggal ia akan menyambung silaturahmidengan kerabat dan teman-temanya orang tuanya. Orang tua yang salih tidak hanya akan memberi pengaruh kebaikan bagi anaknya dalam kehidupannya, bahkan di akhirat kelak. Allah swt.berfirman dalam QS. Ath-thur (52):21, yang berbunyi Artinya: “Dan orang-oranng yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka dan kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.32 32 Departemen Agama RI. Op. Cit. h. 419 31 32 Oleh karena itu sangatlah penting kiranya jika setiap manusia membekali dirinya dengan pengetahuan yang berlandaskan keimana dan ketaqwaan kepada Allah SWT, peran apapun yang kita mainkan dalam kehidupan ini akan memeberi dampak positif baik kepada dirinya sendiri,oranglain bahkan terutama generasi penerus didunia terlebih lagi di akhirat kelak. Dalam Qs. At-Tahrim (66):6, Allah SWT , berfirman: Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan33. Masalah pembinaan mental tidak saja berimplikasi pada pemeliharananak di dunia tetapi lebih kepada pertanggungjwabanya dihadapan sang pencipta. 33 Ibid, h. 448 32 33 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Bodgandan Taylor bahwa Penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-arang atau prilaku yang dapat di amat.34 Jenis penelitian yang akan penulis gunakan adalah jenis penelitian deskrifpif, yang bertujuan memecahkan masalah-masalah aktual yang muncul dan dihadapi sekarang serta bertujuan mengumpulkan data atau informasi untuk disusun, dijelaskan, dan dianalisis. B. Sumber Data 1. Instrumen Penelitian Lincoln dan Guba (1985; 39-44), mengemukakan sepuluh buah ciri penelitian kualitatif,salah satunya adalah manusia sebagai alat instrument. Mereka mengatakan : Dalam penelitian kualitatif, penelitian sendiri atau bantuan orang lain merupakan alat pengumpul data utama. Hal ini di lakukan untuk mengadakan penyesuaian terhadap 34 Lexy J. Moleong, Metodologi penelitian Kualitatif, Cet.XIII, Bandung, Penerbit Pt Remaja Rosdakarya, 2000, h. 3 33 34 kenyataan yang ada dilapangan. Selain itu hanya manusia senbagai alat sajalah yang dapat berhubungan dengan responden atau obyek lainya,dan hanya manusialah yang mapu memahami kaitan kenyataan – kenyataan dilapangan.35 Keikutsertaan Penelitian sangat menentukan dalam pengumpulan data. ia sekaligus merupaka perencanaan pelaksaan pengumpul data, dan pada akhirnya menjadi pelopor hasil penelitiannya. 1. Subyek Penelitian Subyek penelitian di wilayah desa Baito, Kecamatan Baito, Kabupaten Konawe Selatan, terdapat beberapa Keluarga pegawai negeri sipil, Petani, Wiraswasta. Tetepi yang di maksudkan adalah keluarga pegawai negeri sipil di antaranya:1. Supriyanto,Ama pd. dan Sitti Hajar, s.pd, 2. Dzul iskandar, Lusiana, Ama,kes. 3. Nanang Alamsyah, S.pd , Emilda , Untuk menetapkan subyek penelitian peneliti menggunakan purposif sampling, yakni di tetapkan secara sengaja oleh peneliti berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu, yakni keluarga batih (inti) yang ada di Desa Baito, Kecamatan Baito, Kabupaten Konawe Selatan. 2. Lokasi penelitian Lokasi penelitian ini adalah di Desa Baito, Kecamatan Baito, Kabupaten Konawe Selatan, yang berada di Propinsi sulawesi tenggara yaitu memiliki karakteristik yang tidak begitu dengan kelurahan lainyang sedang mengalami perubahan menuju arah yang lebih signifikan. Di dalam Desa Baito sudah terdapat berbagai macam suku budaya yang bukan saja bersal dari Sulawesi tetapi juga luar daerah lain indonesia, begitupun pada desa baito yang merupakan kelurahan yang mengalami perubahan dan perkembangan sehingga masyarakatnya telah mengali perubahan dengan produk-produk keturunan yang baru yang berada dengan karakter budaya yang berada baik dari segi pola komunikasi, interaksi, selera 35 Ibid, h. 4 34 35 dan gaya hidup,sehingga dapat mengarah ke kehidupan masyarakat yang matrealitis dan individualis. Hal ini bagi peneliti merupakan hal yang sangat menarik untuk di teliti terutama dari segi komunikasi yang membudaya dalam setiap keluaraga.selain itu juga penelitian lahir dan tuumbuh di kota kendari sehingga diharapkan dapat memberi konstribusi yang cukup bermanfaat bagi kemajuan desa tersebut terutanma di Desa Baito. 2. Tehnik/ Metode Pengumpulan Data Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (FieldResearch)dengan mengadakan penelitiana langsung di lapangan. Tehnik yang digunakan yakni: a. Observasi(pengamatan), yakni mengadakan pengamatan secara seksama terhadap kondisi obyektif yang akan diteliti langsung dilapangan 36. Adapun fenomena yang akan di observasi adalah sistem komunikasi yang dapat diterapkan pembinaan mental anak. b. Interview ( wawancara), yakni suatu pengumpulan data denagan jalan mengadakan wawancara kepada informan yang dianggap mengetahui masalah yang akan dibahas 37. c. Dokumentasi, yakni mencatat dan menelaah dokumen-dokumen serta arsip-arsip penting yang diperlukan. 3. Pengecekan keabsahan Data Pengecekan keabsahan data sebagai usaha meningkatkan derajat kepercayaan data dan untuk menyanggah balik apa yang dituduhkan kepada peneliti kaualitatif yang mengatakan tidak ilmiah, dan juga merupakan unsur yang tidak terpisahkan dari tubuh pengetahuan penelitian kulaitatif. Denagan kata apabila lain apabila peneliti melaksanakan pemeriksaan 36 P. Joko Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori Dan Praktek, Cet.II,Jakarta Rineka Cipta,1997,h.77 Wardi Bahtiar, Metodologi Penelitian Dakwah, Cet. I, Jakarta, Logos, 1977, h. 72 37 35 36 terhadap keabsahan data secara cermat maka jelas bahwa hasil upaya penelitian banar-benar dapat di pertangungjawabkan dari segala segi. Dalam pengecekan keabsahan data ini peneliti mengunakan dua tehnik dari sembilan teknik yang di tawarkandalam kajian penelitian kualitatif. 1. Tekhnik Triangulasi Tekhnik triangulasi, yakni tekhik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar dat itu untuk keperluaan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Denzin (1978)membedakan empat macam triangulasi sebagai tehnik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyelidik teori.38 Dalam tekhnik ini jangan sampai banyak mengharapkan bahwa hasilperbandingan tersebut merupakan kesamaan pandangan, pendapat atau pemikiran. Yang penting disini adalah bisa mengetahui adanya alasan-alasan terjadinya perbedaan-perbedaan tersebut(Patton1987;331). 2. Kecukupan Referensileh Konsep kecukupan referensial ini mula-mula diusulkan Eisner (1975,dalam lincoln dan Guba,1981;313) sebagai alat untuk menampung dan menyesuaikan dengan kritik tulis untuk keperluan evaluasi39. Film atau vidio tape, misalnya dapat digunakan sebagai alat perekam yang ada pada saat segang dapat di manfaatkan untuk membandingkan hasil yang diperoleh dengan kritik yang telah terkumpul. Bahan-bahan yang tercatat atau terkam dapat digukan sebagai patokan untuk menguji sewaktu diadakan analisis dan penafsiran data. Jika alat elektronik itu tidak tersedia cara lain sebagai pembanding kritik masih dapat digunakan. 38 39 Lexys J.Moleong, Op.Cit. h. 178 Ibid, h. 181 36 37 Misalnya ada informasi yang tidak direcanakan, kemudian disimpan dan dapat digunakan sewktu mengadakan pengujian. 4. Anlisis Data Analisis data menurut patton(1980;268),adalah proses mengatur urutan data,mengorganisasikanya kedalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar40. pekerjaan analisis ini yakni mengatur, mengurutkan, mengelompokan memberikn kode dan mengategorikannya. Data yang terkumpul dianalisis berdasarkan tahap-tahap tertentu,yakni mencermati pola tindakan individu yang dianggap penting sehingga menghasilkan deskripsi, mengeidentifikasi ciri-ciri kmnikasional yang ada dalam keluarga, sehingga memungkinkan terjadinya antara keluarga satu dengan keluarga lainnya kesamaan atau perbedaan, yang kemudian hasil-hasil penelitian dan selanjutnya akan di interprestasikan melalui penjelasanpenjelasan deskriftif. Dalam hal ini peneliti juga masih sangat perlu mendalami kepustakaan guna mengkonfirmasi terori atau untuk menjastifikasikan adanya terori baru yang barang kali ditemukan. 40 Ibid., h.103 37 38 PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan proposal penelitian saudara Aspul NPM.08030101019 Mahasiswa Jurusan Dakwah Program Studi Komunikasi Penyiaran Agama Islam (KPI) Pada Sekolah Agama Islam Negeri Kendari, setelah secara seksama meneliti dan mengoreksi proposal penelitian yang bersangkutan dengan judul “Peran Komunikasi Keluarga PNS dalam Pembinaan Mental Anak di Desa Baito, Kecamatan Baito, Kabupaten Konsel”. Memandang bahwa proposal penelitian tersebut telah memenuhi syarat-syarat ilmiah dan dapat disetujui untuk diajukan keseminar proposal. Demikian persetujuan ini diberikan untuk proses selanjutnya . Kendari, Juni 2011 Pembimbing I Pembimbing II 38 39 Dra. Rahmawati, M.Pd Nip:197004251999032002 Mansur, S.Ag,M.Pd Nip:197201012003121003 DAFTAR PUSTAKA Al-‘Asqalani,Imam Ibnu Hajar. Musnad Imam Ahmad Ibnu Hambal ,Juz V, Hadist No.15339, Berikut Libanon, Darul Fikry,14411/1991 Amin, K.H.Rusli.Kunci Sukses Membangun Keluarga Idaman, Jakarta,penerbit Al-Marwadi prima, Dradjat,2003. Ilyas Ny. Nurdin. Perniakahan yang Suci Berlandaskan Tuntunan Agama,yogyakarta, Bintang Cemerlang, Cet.I,2000 Al-Munajid, Muhammad. 40 Cara Mencapai Keluarga Bahagia, Jakarta. Gema Insani,Cet.I,1998 An-Nawawi, Imam Mahiddin. Al-Minhaj Syahilul Muslim Ibn Hujjaj Bisyarhil Imam Muhiddin An-Nawawiy, Cet.VI Juz 16, Dalam Kibat Al-Qadir, Beirut-Libanon, Dal l-Ma’rifah ,1998M/1420H Anonym. Membangun komunikasi Efektif Dalam Keluarga. http://republika.co.id/2011. Anonym.Taufan Surana.Sudah Benarkah Permainan Anak Anda? http://info.balitacerdas.com/2011. Anonym.Tumbuhkan Kepercayaan Si Kecil. http://www.fajar.co.id/ 2011. Bahtiar,Wardi. Metodologi Penelitian Dakwah, Jakarta, Logos, Cet. I,1997. Departemen Agama RI. Al-Qur’an Dan Terjemahannya, Semarang,penerbit AsySyifa,1998 Effendi, Onong Uchjana. Ilmu, Teori Dan Filsafat Komunikasi,Bandung, Penerbit Pt. Citra Aditya Bakti,2003 ____________.Ilmu Komunikasi Dan Praktek, Bandung, PT.Remaja Rosdakatya,Cet.XIII,2000 Horton, Paul B dan Hunt, Chester L. Sosiologi, Jakarta, Penerbit Erlangga, Cet.IV,1999. Khera,Shiv.8 Kiat Menjadi Pemenang-You Can Win,Indonesia, Pt,Prehalindo dan Pearson Education Asia Pte Ltd,2002. Muhammad, Arni.Komunikasi Organisasi, Jakarta, Bumi Aksara,2002 39 40 Mulyana, Deddy. Nuansa-Nuansa Komuniksi, Bandung, Penerbit PT.Remaja Rosdakarya, Cet.I,1999. Moleong, Lexy J.Metodologi Penelitian Kualitatif, Cet. XIII, Bandung, Penerbit Pt. Remaja Rosdakarya,2002. Musthan,Zulkifli. Ilmu Komunikasi, Makasar, Yayasan Fatiah Makasar,2004. Nadeak Wilson. Anak Dan Harapan Orang Tua, Jakarta, Penerbit, Nusa Indah, Cet.I1994. Partowisarto, Koetoer. Dinamika Psikologi Sosial, Jakarta, Penerbit Erlangga,Cet.I,1994 Rahmat, Jalaludin. Psikologi Komunikasi, Bandung, Pt. Remaja Rosdakarya, 2003. Subagyo, P. Joko.Metode Penelitian Dalam Teori Dan Praktek, Cet.II, Jakarta, Rineka Cipta,1997. Sudjana, Nana. Penelitian Dan Penilaian Pendidikan. Cet,VII, Rineka Cipta, Jakarta,1991. DAFTAR ISI HALAM JUDUL....................................................................................................i PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI.............................................................. ii PERSETUJUAN PEMBIMBING...………………………………………….….iii 40 41 PENGESAHAN KRIPSI………………………………………………………...iv ABSTRAK…………………………………………………………………….….v KATA PENGANTAR……………………………………………………….…..vi DAFTAR ISI.........................................................................................................ix BAB I PENDAHULUAN A. B. C. D. E. Latar Belakang Masalah ..............................................................................1 Rumusan Masalah….. ..................................................................................5 Defenisi Operasional………………………………………………………5 Tujuan Penelitian………………………………………………………….8 Manfaat penelitian……………...................................................................9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Dakwah………………………..................................................... 10 1. Pengertian Dakwah…………..….......................................................... 10 2.Tujuan Dakwah……………………………………………………….... 13 3. Subjek Dakwah………………………………………………………... 18 4. Objek Dakwah……………………………………………….………….19 5. Materi Dakwah…………………………………………………….…... 20 6. Metode Dakwah……………………………………………………….. 22 B. FILM………………………………………………………………….…. 23 1. Pengertian film Documenter……………………………………….….. 23 2. Genre Film Documenter………………………………………………. 24 3. Audio Visual Sebagai unsure Film……………………………………. 26 4. Komponen Film……………………………………………………….. 30 5. Tahapan pembuatan Film……………………………………………… 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian........................................................................................33 B. Tekhnik Pengumpulan Data……………………………………………..34 C. Tekhnik Analisa Data…………………………………………………….35 BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Film Documenter…………………………………… 37 B. Film Documenter Sebagai Media Dakwah………………………………45 C. Potensi Film Dakwah…………………………………………………….55 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ……………………………………………………………..58 41 42 B. Saran ……………………………………………………………………59 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN 42 43 43