Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia dalam Dugaan

advertisement
Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia dalam
Dugaan Pelanggaran Disiplin Kedokteran
Dody Firmanda
Ketua Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI)
Ketua KSM Kesehatan Anak, RSUP Fatmawati, Jakarta.
Abstrak
Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI) adalah lembaga otonom
yang berwenang menerima aduan dugaan pelanggaran disiplin, memeriksa pengaduan sampai
memberikan sanksi yang bersifat mengikat. Pelanggaran disiplin kedokteran menyangkut
kompetensi, tugas dan tanggung jawab terhadap pasien, dan perilaku dalam menjaga martabat
dan kehormatan profesi terdiri dari 28 bentuk.
Kata kunci: MKDKI, dugaan pelanggaran disiplin kedokteran
Abstract
Indonesian Medical Disciplinary Board is an autonomous institution that is authorized
to receive complaints of alleged violations of discipline, examine complaints until sanctions are
binding. Infractions of medical discipline concerning competence, duties dan responsibilities
towards patients, and behavior in maintaining the dignity and honor of the profession consists
of 28 forms.
Key words: Vocal vord paralysis, injection laringoplasty, autologous fat
PENDAHULUAN
Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran
Indonesia (MKDKI) adalah lembaga yang
berwenang untuk menentukan ada tidaknya
kesalahan yang dilakukan dokter/dokter
gigi dalam penerapan disiplin ilmu
kedokteran/kedokteran
gigi,
dan
menetapkan sanksi.1 Dalam hal ini
menyangkut
kompetensi
seorang
dokter/dokter gigi dalam melaksanakan
praktik kedokteran/kedokteran gigi.
Koresponden: Dody Firmanda, Ketua
Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran
Indonesia
(MKDKI),
Ketua
KSM
Kesehatan Anak, RSUP Fatmawati,
Jakarta.
profesional
praktik.2,3
untuk
dapat
menjalankan
Adapun definisi kompetensi adalah
kemampuan yang dimiliki oleh seorang
dokter/dokter gigi berdasarkan ilmu
pengetahuan, ketrampilan dan sikap
Dugaan Pelanggaran Disiplin
Kedokteran
MKDKI hanya menangani di bidang ruang
lingkup dugaan pelanggaran disiplin
kedokteran4,5, sedangkan bila menyangkut
hal etika kedokteran akan ditangani oleh
organisasi profesi (dalam hal ini
MKEK/G)6 dan bila menyangkut adanya
dugaan tindak pidana dan/atau menyangkut
gugatan kerugian perdata dilaksanakan oleh
pihak yang berwenang ke pengadilan.7
Setiap orang yang mengetahui atau
kepentingannya dirugikan atas tindakan
dokter/ dokter gigi dalam menjalankan
praktik kedokteran dapat mengadukan
secara tertulis kepada Ketua Majelis
Kehormatan
Disiplin
Kedokteran
8
Indonesia.
Fatmawati Hospital Journal
Tujuan penegakan disiplin dokter/dokter
gigi sejalan dengan amanah tujuan dari
Undang Undang Nomor 29 Tahun 20049
untuk10:
1. Melindungi pasien/masyarakat dari
tindakan yang dilakukan dokter dan
dokter gigi yang tidak kompeten
2.
3.
4.
2. Meningkatkan
mutu
pelayanan
kesehatan yang diberikan dokter dan
dokter gigi
3. Menjaga kehormatan profesi
5.
Disiplin dokter dan dokter gigi adalah
aturan-aturan dan/ atau ketentuan-ketentuan
penerapan keilmuan dalam pelaksanaan
praktik kedokteran di lingkup pendidikan,
pelatihan, penelitian, dan/ atau pelayanan
kesehatan.11 Sedangkan yang dimaksud
dengan
praktik
kedokteran
adalah
rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
dokter dan dokter gigi terhadap pasien.12,13
Maka pelanggaran terhadap unsur unsur
dalam batasan di atas disebut sebagai
pelanggaran disiplin dokter.14 Rangkaian
kegiatan tersebut diselenggarakan di
fasilitas
layanan
kesehatan,
maka
diharapkan semua fasilitas layanan
kesehatan (terutama rumah sakit) harus
menyelenggarakan tata kelola rumah sakit
dan tata kelola klinis yang baik15 serta wajib
menerapkan
keselamatan
pasien16
mengingat rumah sakit bertanggung jawab
secara hukum terhadap semua kerugian
yang ditimbulkan atas kelalaian yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan (termasuk
dokter/dokter gigi)17.
Adapun pelanggaran disiplin pada
hakikatnya dapat dikelompokkan dalam 3
(tiga) hal yakni melaksanakan praktik
dengan tidak kompeten, tugas dan tanggung
jawab terhadap pasien tidak dilaksanakan
dengan baik, dan berperilaku tercela yang
merusak martabat dan kehormatan profesi18
yang terdiri dari 28 (dua puluh delapan)
bentuk pelanggaran disiplin19 yaitu:
1.
Melakukan
praktik
dengan tidak kompeten
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
kedokteran
14.
Tidak merujuk pasien kepada dokter
atau dokter gigi lain yang memiliki
kompetensi yang sesuai
Mendelegasikan pekerjaan kepada
tenaga kesehatan tertentu yang tidak
memiliki
kompetensi
untuk
melaksanakan pekerjaan tersebut
Menyediakan dokter atau dokter gigi
pengganti sementara yang tidak
memiliki
kompetensi
dan
kewenangan yang sesuai atau tidak
melakukan pemberitahuan perihal
penggantian tersebut
Menjalankan praktik kedokteran
dalam kondisi tingkat kesehatan fisik
ataupun mental sedemikian rupa
sehingga tidak kompeten dan dapat
membahayakan pasien
Tidak melakukan tindakan/asuhan
medis yang memadai pada situasi
tertentu yang dapat membahayakan
pasien
Melakukan
pemeriksaan
atau
pengobatan berlebihan yang tidak
sesuai dengan kebutuhan pasien
Tidak memberikan penjelasan yang
jujur, etis, dan memadai (adequate
information) kepada pasien atau
keluarganya
dalam
melakukan
praktik kedokteran
Melakukan tindakan/asuhan medis
tanpa memperoleh persetujuan dari
pasien atau keluarga dekat, wali, atau
pengampunya
Tidak
membuat
atau
tidak
menyimpan rekam medis dengan
sengaja
Melakukan perbuatan yang bertujuan
untuk menghentikan kehamilan yang
tidak sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang
berlaku
Melakukan perbuatan yang dapat
mengakhiri kehidupan pasien atas
permintaan sendiri atau keluarganya
Menjalankan praktik kedokteran
dengan menerapkan pengetahuan,
keterampilan, atau teknologi yang
belum diterima atau di luar tata cara
praktik kedokteran yang layak
Melakukan penelitian dalam praktik
kedokteran dengan menggunakan
Fatmawati Hospital Journal
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
manusia sebagai subjek penelitian
tanpa memperoleh persetujuan etik
(ethical clearance) dari lembaga yang
diakui pemerintah
Tidak melakukan pertolongan darurat
atas dasar perikemanusiaan, padahal
tidak membahayakan dirinya, kecuali
bila ia yakin ada orang lain yang
bertugas dan mampu melakukannya
Menolak
atau
menghentikan
tindakan/asuhan medis atau tindakan
pengobatan terhadap pasien tanpa
alasan yang layak dan sah sesuai
dengan ketentuan etika profesi atau
peraturan perundang undangan yang
berlaku
Membuka rahasia kedokteran
Membuat keterangan medis yang
tidak didasarkan kepada hasil
pemeriksaan yang diketahuinya
secara benar dan patut
Turut serta dalam perbuatan yang
termasuk
tindakan
penyiksaan
(torture) atau eksekusi hukuman mati
Meresepkan atau memberikan obat
golongan narkotika, psikotropika, dan
zat adiktif lainnya yang tidak sesuai
dengan ketentuan etika profesi atau
peraturan perundang undangan yang
berlaku
Melakukan
pelecehan
seksual,
tindakan intimidasi, atau tindakan
kekerasan terhadap pasien dalam
penyelenggaraan praktik kedokteran
Menggunakan gelar akademik atau
sebutan profesi yang bukan haknya
Menerima imbalan sebagai hasil dari
merujuk, meminta pemeriksaan, atau
memberikan
resep
obat/alat
kesehatan
Mengiklankan
kemampuan/pelayanan
atau
kelebihan kemampuan/ pelayanan
yang dimiliki baik lisan ataupun
tulisan yang tidak benar atau
menyesatkan
Adiksi pada narkotika, psikotropika,
alkohol, dan zat adiktif lainnya
Berpraktik dengan menggunakan
surat tanda registrasi, surat izin
praktik,
dan/atau
sertifikat
kompetensi yang tidak sah atau
berpraktik tanpa memiliki surat izin
praktik sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang
berlaku
27. Tidak jujur dalam menentukan jasa
medis
tidak
memberikan
informasi,
dokumen, dan alat bukti lainnya yang
diperlukan
MKDKI
untuk
pemeriksaan atas pengaduan dugaan
pelanggaran disiplin profesional
dokter dan dokter Gigi.
Sesuai fungsi, tugas dan wewenang
MKDKI20 dari mulai dari menerima aduan
dugaan pelanggaran disiplin, memeriksa
pengaduan (yang terdiri dari 29 langkah)
sampai memberikan sanksi disiplin dalam
bentuk Putusan21,22 yang mengikat23.
Putusan tersebut dinyatakan tidak bersalah
atau pemberian sanksi disiplin dapat
berupa: pemberian peringatan tertulis atau
rekomendasi pencabutan surat tanda
registrasi (STR) atau surat izin praktik (SIP)
dan/ atau kewajiban mengikuti pendidikan
atau pelatihan di institusi pendidikan
kedokteran atau kedokteran gigi.24
Saran
Dalam melaksanakan praktik kedokteran
dokter/dokter gigi sebaiknya:
1. Memastikan mempunyai dan masih
berlaku:
i. STR dan SIP
ii. Daftar
Kewenangan
Klinis
(Clinical Priviledge)
iii. Surat Penugasan
2. Menyusun Panduan Praktik Klinis
Tatalaksana Kasus (ICD 10) dan
Panduan Praktik Klinis Prosedur
Tindakan (ICD 9 CM) sesuai kondisi
sarana fasilitas pelayanan kesehatan
setempat dan sesuai dengan kaidah
Evidence-based Medicine (EBM) dan
Health Technology Assessment (HTA)
dalam setiap pengambilan keputusan
klinis.
3. Mengimplementasikan
Clinical
Pathways untuk memudahkan audit
medis dalam rangka kendali mutu dan
kendali biaya serta memastikan
keselamatan pasien terjamin
Fatmawati Hospital Journal
DAFTAR PUSTAKA
1. Undang Undang Nomor 29 Tahun 2004
tentang Praktik Kedokteran Pasal 1 ayat
14.
2. Undang Undang Nomor 36 Tahun 2014
tentang Tenaga Kesehatan Pasal 1 ayat 5.
3. Sawicki NN. Character, competence and
the principles of medical discipline. J
Health
Care
Law
&
Policy.2010;13(2):285-323.
4. Undang Undang Nomor 29 Tahun 2004
tentang Praktik Kedokteran Pasal 64.
5. Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia
Nomor 32 Tahun 2015 tentang Tata Cara
Penanganan Kasus Dugaan Pelanggaran
Disiplin Dokter dan Dokter Gigi Pasal 7.
6. Undang Undang Nomor 29 Tahun 2004
tentang Praktik Kedokteran Pasal 68.
7. Undang Undang Nomor 29 Tahun 2004
tentang Praktik Kedokteran Pasal 66 ayat
3.
8. Undang Undang Nomor 29 Tahun 2004
tentang Praktik Kedokteran Pasal 66 ayat
1.
9. Undang Undang Nomor 29 Tahun 2004
tentang Praktik Kedokteran Pasal 3.
10. Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia
Nomor 32 Tahun 2015 tentang Tata
Cara Penanganan Kasus Dugaan
Pelanggaran Disiplin Dokter dan
Dokter Gigi Pasal 2.
11. Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia
Nomor 32 Tahun 2015 tentang Tata
Cara Penanganan Kasus Dugaan
Pelanggaran Disiplin Dokter dan
Dokter Gigi Pasal 1 ayat 1.
12. Undang Undang Nomor 29 Tahun
2004 tentang Praktik Kedokteran Pasal
1 ayat 1.
13. Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia
Nomor 32 Tahun 2015 tentang Tata
Cara Penanganan Kasus Dugaan
Pelanggaran Disiplin Dokter dan
Dokter Gigi Pasal 1 ayat 3.
14. Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia
Nomor 32 Tahun 2015 tentang Tata
Cara Penanganan Kasus Dugaan
Pelanggaran Disiplin Dokter dan
Dokter Gigi Pasal 1 ayat 2.
15. Undang Undang Nomor 44 Tahun
2009 tentang Rumah Sakit Pasal 36.
16. Undang Undang Nomor 44 Tahun
2009 tentang Rumah Sakit Pasal 43.
17. Undang Undang Nomor 44 Tahun
2009 tentang Rumah Sakit Pasal 46.
18. Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia
Nomor 4 Tahun 2011 tentang Disiplin
Profesional Dokter dan Dokter Gigi
Penjelasan Bab Pendahuluan.
19. Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia
Nomor 4 Tahun 2011 tentang Disiplin
Profesional Dokter dan Dokter Gigi
Pasal 3 ayat 2.
20. Undang Undang Nomor 29 Tahun
2004 tentang Praktik Kedokteran Pasal
64.
21. Jimly Asshiddiqie. Hukum acara
pengujian undang undang. Edisi
Kedua. Jakarta: Sinar Grafika; 2012.
22. Abintoro Prakosa. Penemuan hukum:
sistem, metode, aliran dan prosedur
dalam
menemukan
hukum.
Yogyakarta: Laksbang Pressindo;
2016.
23. Undang Undang Nomor 29 Tahun
2004 tentang Praktik Kedokteran Pasal
69 ayat 1.
24. Undang Undang Nomor 29 Tahun
2004 tentang Praktik Kedokteran Pasal
69 ayat 2 dan 3.
Fatmawati Hospital Journal
Download