STUDI KELIMPAHAN DAN JENIS MAKROBENTHOS DI SUNGAI CANGAR DESA SUMBER BRANTAS KOTA BATU Hendra Febbyanto*, Bambang Irawan, Noer Moehammadi, Thin Soedarti Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Kampus C Mulyorejo Surabaya (60115) *e-mail: [email protected] ABSTRACT This study aims to determine the type macrobenthos , makrobenthos abundance , and diversity macrobenthos Cangar River. This is a descriptive study. Samples were taken at 35 stations on the River Cangar using Surber net. Samples were analyzed to determine the species name, character, abundance, species diversity value, dominance Cangar River. Macrobenthos species were obtained from the study site as much as 5 species, namely: Melanoides tuberculata, Melanoides rustica, Sulcospira testudinaria, Thiara scabra, Pomacea canaliculata. Diversity of species at each station varies from 0.11 to 1.09. Concluded: Species diversity is low. Macrobenthos species in the Cangar River obtained five species , the highest diversity tends to station 32 . Keywords : Abundance, Diversity, Macrobenthos, Cangar River, Batu City. PENDAHULUAN Indonesia memiliki wilayah perairan lebih luas dari pada wilayah daratan. Dilihat dari segi ekosistem perairan, dapat dibedakannya menjadi air tawar, air laut, dan air payau seperti yang terdapat pada muara sungai yang besar. Dari ketiga ekosistem perairan tersebut, air laut dan air payau, merupakan bagian yang tersebar, yaitu lebih dari 97%. Sisanya adalah air tawar dengan jumlah dan kondisi yang terbatas, tetapi sangat dibutuhkan oleh manusia dan banyak organisme hidup lainnya untuk keperluan hidup (Barus, 2004). Benthos adalah organisme yang mendiami dasar perairan dan tinggal di dalam atau melekat pada sedimen dasar perairan. Berdasarkan ukuran tubuhnya benthos dapat dibagi atas makrobenthos yaitu kelompok benthos yang berukuran >2 mm, meiobenthos yaitu kelompok benthos yang berukuran 0,2–2 mm, dan mikrobenthos yaitu kelompok benthos yang berukuran <0,2 mm (Barus, 2004). Makrobenthos merupakan organisme yang melekat atau beristirahat pada dasar atau hidup pada sedimen dasar (Hariyanto et al., 2008). Perairan yang tercemar akan mempengaruhi kelangsungan hidup makrobenthos karena makrobenthos merupakan organisme air yang mudah terpengaruh oleh adanya bahan pencemar, baik pencemar fisik maupun kimia. Kelimpahan makrobenthos juga mempengaruhi suatu perairan karena pola kemerataan kelimpahan makrobenthos di setiap stasiun sungai berbeda–beda. Suatu perairan yang sehat atau belum tercemar akan menunjukkan jumlah individu yang seimbang dari hampir semua spesies yang ada. Sebaliknya suatu perairan tercemar, penyebaran jumlah individu tidak merata dan cenderung ada spesies yang mendominasi (Odum, 1994). Penelitian tentang makrobenthos pada sumber air panas di Indonesia, khususnya di Jawa Timur masih kurang. Penelitian Novrita (1995 dalam Elvina et al., 2012) yang dilakukan pada aliran air panas Bukik Gadang Koto Anau Solok, Sumatera Barat dengan suhu 30-47oC terdapat 22 genus benthos yang tergolong dalam 6 kelas yaitu Arachnida, Crustacea, Gastropoda, Hirudinae, Insecta, dan Oligochaeta. METODE PENELITIAN BAHAN, LOKASI DAN CARA KERJA Bahan penelitian berupa makrobenthos yang diambil di Sungai Cangar pada 35 stasiun sampling dengan menggunakan surber net. Peta lokasi pengambilan sampel disajikan pada Lampiran 2 dan peta lokasi pengambilan sampling disajikan pada Lampiran 3. Sampel diidentifikasikan, dianalisis kelimpahan, dominansi, dan nilai keanekaragaman. Untuk mengetahui kelimpahan dengan cara mengkonversi jumlah individu yang didapatkan dibagi dengan luas cakupan surber-net yaitu sebesar 0,1125 pada setiap stasiun. Untuk mendapatkan jumlah individu rata-rata/plot digunakan rumus : jumlah individu dalam seluruh plot jumlah plot = A. Setelah mendapatkan jumlah individu rata-rata/plot kemudian dihitung kerapatan individu/m2 yaitu dengan cara 1 luas 𝑠𝑢𝑟𝑏𝑒𝑟 𝑛𝑒𝑡 x A = individu/m2. Indeks dominansi digunakan untuk memperoleh informasi mengenai jenis makrobenthos yang mendominasi pada suatu komunitas pada tiap habitat, indeks dominansi yang dikemukakan oleh (Simpson, 1949 dalam Odum, 1971) yaitu : 𝑛𝑖 𝐷𝑖 = 𝑥 100% 𝑁 Keterangan : Di= Indeks Dominansi ni= Jumlah individu tiap spesies N= Total individu semua spesies Kriteria dominansi ditentukan sebagai berikut (Torgensen dan Baxter, 2006) : Dominan jika Di > 50% Subdominan (Umum) jika Di 10-50% Tidak dominan (Jarang) jika Di < 10% Untuk mengukur indeks keanekaragaman makrobenthos menggunakan rumus keanekaragaman Shannon-Winner berdasarkan (Romimohtarto dan Juwana, 2001) : H’ = - Ʃ Pi Ln Pi Keterangan : H’ = Indeks Diversitas Shannon-Winner Pi = Perbandingan jumlah individu suatu jenis dengan keseluruhan jenis (ni/N) Ln = Logaritma natural N = Total individu semua spesies ni = Jumlah individu spesies ke-i Indeks keanekaragaman yang didapatkan kemudian dimasukkan dalam kriteria keanekaragaman (Lee et al., 1978 dalam Arisandi 1999) : H’ < 1,0 = Keanekaragaman sangat rendah. ’ 1,0 < H < 1,5 = Keanekaragaman rendah. 1,6 < H’ < 2,0 = Keanekaragaman sedang. ’ H > 2,0 = Keanekaragaman tinggi. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Sungai Cangar Kecamatan Bumiaji Kota Batu ditemukan makrobenthos kelas Gastropoda. Hasil gastropoda yang ditemukan pada saat penelitian terdapat 5 spesies yaitu : Melanoides tuberculata, Melanoides rustica, Sulcospira testudinaria, Thiara scabra, Pomacea canaliculata. Tabel kelimpahan, Dominansi, dan Keanekaragaman makrobenthos dapat di lihat pada Lampiran 2. Berdasarkan penelitian, menunjukkan bahwa kelimpahan tertinggi berada pada stasiun 21 dengan nilai 1991 individu/m2 dan terendah pada stasiun 33 dan 35 dengan nilai 9 individu/m2. Hal ini dikarenakan faktor fisika dan kimia yaitu jenis atau tekstur substrat yang berpengaruh terhadap kelimpahan makrobenthos. Menurut Handayani et al., (2001) menyatakan bahwa organisme makrobenthos yang mempunyai kisaran penyebaran pada jenis substrat berpasir, maupun berlumpur, tetapi organisme ini cenderung menyukai substrat berpasir hingga berlumpur. Menurut Suin (2002) bahwa faktor lingkungan sangat menentukan penyebaran dan kepadatan populasi suatu organnisme, apabila kepadatan satu genus di suatu daerah sangat melimpah, maka menunjukkan abiotik di stasiun itu sangat mendukung kehidupan genus tersebut. Dominansi pada spesies Melanoides tuberculata memiliki tingkat dominansi tidak dominan (jarang) pada stasiun 14, 30, 33, dan 35 namun pada stasiun 23 menunjukkan subdominan (umum) sedangkan pada stasiun 17 menunjukkan tingkat dominansi yang cukup tinggi yaitu 91%. Spesies Melanoides rustica memiliki tingkat dominansi tidak dominan (jarang) pada stasiun 14, 17, 21, 22, dan 31 namun pada stasiun 16, 25-30, 32, 34, 35 menunjukkan subdominan (umum) sedangkan pada stasiun 15, 18, dan 33 menunjukkan tingkat dominansi yang cukup tinggi yaitu pada stasiun 15 dan 18 dengan nilai dominansi 100% sedangkan pada stasiun 33 nilai dominansi sebesar 57%. Spesies Sulcospira testudinaria memiliki tingkat dominansi tidak dominan (jarang) pada stasiun 21, 28-30 namun pada stasiun 14, 23, 25, 26, dan 32-34 menunjukkan subdominan (umum) sedangkan pada stasiun 22, 24, 27, dan 31 menunjukkan tingkat dominansi yang cukup tinggi yaitu pada stasiun 22 dengan nilai dominansi 88%, stasiun 24 dengan nilai dominansi 97%, stasiun 27 dengan nilai dominansi 54% dan pada stasiun 31 dengan nilai dominansi 94%. Spesies Thiara scabra memiliki tingkat dominansi tidak dominan (jarang) pada stasiun 24, 31 namun pada stasiun 16, 23, 25, 26, 27, 32-34 menunjukkan subdominan (umum) sedangkan pada stasiun 21, 28-30, dan 35 menunjukkan tingkat dominansi yang cukup tinggi yaitu pada stasiun 21 dengan nilai dominansi 98% sedangkan pada stasiun 28 nilai dominansi sebesar 84%, pada stasiun 29 nilai dominansi sebesar 75%, pada stasiun 30 nilai dominansi sebesar 73%, pada stasiun 35 nilai dominansi sebesar 68%. Spesies Pomacea canaliculata memiliki tingkat dominansi 74% pada stasiun 14. Kriteria tingkat dominansi pada beberapa stasiun yang menyatakan tidak dominan (jarang) dan subdominan (umum), menurut Fachrul, (2007) dapat di indikasikan bahwa penyebaran jenis makrobenthos tergolong merata, sehingga tidak ada jenis makrobenthos yang mendominasi. Berdasarkan Lee et al., (1978 dalam Arisandi 1999) tingkat keanekaragaman makrobenthos di Sungai Cangar tergolong sangat rendah yaitu berkisar antara 0,11-1,09. Clark (1974) menyatakan bahwa semakin tinggi indeks keanekaragaman dalam ekosistem maka makin tinggi pula keseimbangan ekosistem tersebut. Sebaliknya, semakin rendah keanekaragaman ekosistem tersebut maka mengindikasikan bahwa ekosistem tersebut semakin tertekan atau mengalami penurunan kualitas lingkungan. Hasil penelitian yang diperoleh dapat terjadi karena keanekaragaman, kelimpahan dan dominansi makrobenthos dipengaruhi dan ditentukan oleh sifat fisika dan kimia. Sifat fisika yang cukup berpengaruh pada penelitian ini yaitu tekstur substrat. Menurut Hakim et al., (1986) jenis substrat sangat mempengaruhi jumlah keberadaan makrobenthos, yaitu dengan tipe substrat pasir hingga berlumpur sangat cocok bagi kehidupan makrobenthos. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan disungai Cangar pada pengambilan sampel pada bulan Januari-Maret 2014, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Jenis makrobenthos yang ditemukan di Sungai Cangar adalah Melanoides tuberculata, Melanoides rustica, Sulcospira testudinaria, Thiara scabra, Pomacea canaliculata. 2. Tingkat kelimpahan rata-rata makrobenthos di Sungai Cangar Melanoides tuberculata 44 individu/m2, Melanoides rustica 533 individu/m2, Sulcospira testudinaria 995 individu/m2, Thiara scabra 1413 individu/m2, Pomacea canaliculata 71 individu/m2. Dominansi total makrobenthos di Sungai Cangar Melanoides tuberculata 2%, Melanoides rustica 17%, Sulcospira testudinaria 33%, Thiara scabra 46%, Pomacea canaliculata 2%. 3. Tingkat keanekaragaman spesies makrobenthos di Sungai Cangar tergolong sangat rendah yaitu berkisar 0,11-1,09. SARAN Sebaiknya penelitian mengenai studi kelimpahan dan keanekaragaman makrobenthos dilakukan secara berkala dan rutin untuk memantau perubahan kondisi lingkungan di objek wisata pemandian air panas. Hal ini perlu dilakukan agar mengetahui tingkat pencemaran di objek wisata pemandian air panas Cangar. Karena termasuk daerah hutan lindung yang perlu dikonservasi. DAFTAR PUSTAKA Arisandi, P. 1999. Studi Struktur Komunitas dan Keanekaragaman Mangrove Berdasarkan Tipe Perubahan Garis Pantai di Pantai Utara Jawa Timur. Skripsi. Jurusan Biologi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Airlangga. Surabaya. Barus, T.A. 2004. Pengantar Limnologi Studi tentang Ekosistem Sungai dan Danau. Program Studi Biologi. Medan : Fakultas MIPA USU. Clark, J. 1974. Coastal Ecosystems Ecological Considerations For Management Of The Coastal Zone. Washington D. C. Publications Department The Conservation Foundations. Elvina R., Nurhadi., Armien Lusi Z. 2012. Komposisi Benthos yang Ditemukan di Sumber Air Panas Bukik Gadang Kecamatan Lembang Jaya Kabupaten Solok. Fachrul, M. F. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara Hakim, N., Nyapka, M. Y. Lubis., A. A. Nugroho., S. G. Diha., H. A. Hong., G. B. Bailey, H. H. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. 6071. Handayani, S.T., B. Suharto dan Marsoedi. 2001. Penentuan Status Kualitas Perairan Sungai Brantas Hulu dengan Biomonitoring Makrozoobentos: Tinjauan dari Pencemaran Bahan Organik. Hariyanto, S., B. Irawan, dan T. Soedarti. 2008. Teori dan Praktik Ekologi. Airlangga University Press. Surabaya. Odum, E. P. 1971. Fundamentals of Ecology. Philadelphia : W. B. Saundres Company. Odum, E. P. 1994. Dasar-dasar Ekologi (Edisi ketiga). Gadjah Mada University Press. 697 hlm. Romimohtarto, K. S. Juwana. 2001. Biologi Laut Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut. Penerbit Djambatan. Jakarta. Suin, N. 2002. Metoda Ekologi. Bah Bolon Kabupaten Simalungun Sumatera Utara. [Skripsi]. Medan: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. Torgensen, C. E. dan Baxter C. V. 2006. Landscape Influences on Longitudinal Patterns of River Fishes : Spatially continous Analysis of Fish-Habitat Relationships. American Fisheries Society. Lampiran 1. Kelimpahan, dominansi dan keanekaragaman No. Nama spesies 1 Melanoides tuberculata 2 Melanoides rustica 3 Sulcospira testudinaria 4 Thiara scabra 5 Pomacea canaliculata TOTAL Keanekaragaman (H') 14 ni 18 36 44 0 284 382 15 Di 5 9 11.6 0 74.4 100 0,83 ni 0 53 0 0 0 53 Di 0 100 0 0 0 100 0 ni 0 18 0 18 0 36 16 17 Di 0 50 0 50 0 100 0,69 ni Di 89 91 9 9 0 0 0 0 0 0 98 100 0,30 18 ni 0 53 0 0 0 53 Di 0 100 0 0 0 100 0 19 ni 0 0 0 0 0 0 20 Di 0 0 0 0 0 0 0 ni 0 0 0 0 0 0 21 Di 0 0 0 0 0 0 0 ni 0 18 27 1991 0 2036 Di 0 1 1 97.8 0 99.8 0,11 ni 0 9 204 18 0 231 22 23 Di 0 4 88.4 8 0 100.4 0,43 ni Di 9 10 0 0 36 40 44 50 0 0 89 100 0,94 24 ni 0 0 791 27 0 818 Di 0 0 96.7 3 0 99.7 0,14 STASIUN 25 ni Di 0 0 418 32 631 49 240 19 0 0 1289 100 1,02 26 ni Di 0 0 80 15 213 41 231 44 0 0 524 100 1,01 27 ni 0 98 302 160 0 560 28 Di 0 17.4 53.9 28.5 0 99.8 1 ni Di 0 0 53 11 27 5 409 84 0 0 489 100 0,54 29 30 ni Di ni Di 0 0 44 4 169 17.9 204 19 62 7 44 4 711 75.4 800 73 0 0 0 0 942 100 1093 100 0,69 0,80 31 ni 0 27 916 36 0 978 Di 0 2 93.6 4 0 99.6 0,28 32 33 34 ni Di 0 0 347 28 471 38 409 34 0 0 1227 100 1,09 ni Di 9 2 267 57 62 13 133 28 0 0 471 100 1,02 ni Di 0 0 178 37 107 22.2 196 40.7 0 0 480 99.9 1,06 total 35 ni 9 53 0 133 0 196 Di 5 27.2 0 68.1 0 100.3 0,75 ni 178 2089 3938 5556 284 12044 1,16 Di 1,47 17,34 32,69 46,13 2,35 99,98 Lampiran 2. Peta Lokasi Sungai Cangar dan Peta lokasi sampling di Sungai Cangar Lampiran 3. Peta lokasi sampling di Sungai Cangar