EKSPLORASI TUMBUHAN PAKU DI KAWASAN TAMAN WISATA

advertisement
EKSPLORASI TUMBUHAN PAKU DI KAWASAN TAMAN WISATA ALAM
SITUGUNUNG, CISAAT, SUKABUMI, JAWA BARAT
Fajrin Nofrianto Akbar1), Tri Saptari Haryani2, Triastinurmiatiningsih3)
1,2,3)
Program Studi Biologi FMIPA Universitas Pakuan
email: [email protected]
ABSTRAK
Indonesia memiliki sumber daya alam hayati yang sangat beranekaragam dan
mempunyai potensi untuk dikembangkan menjadi sumber daya ekonomi. Hutan
merupakan sumber daya alam yang harus dikelola, dimanfaatkan dan dijaga kelestariannya
agar tetap berfungsi secara baik dan berkelanjutan. Diantara kelompok tumbuh - tumbuhan
di hutan yang mempunyai keanekaragaman cukup tinggi adalah tumbuhan paku-pakuan,
hasil tambang dan berbagai sumber daya lainnya yang tak ternilai harganya bagi manusia.
Ada sekitar 20.000 jenis hewan, dan sekitar 28.000 jenis tumbuhan. Satu diantaranya
kelompok tumbuhan yang kaya akan jenisnya adalah tumbuhan paku. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis, dan dominansi tumbuhan paku di kawasan
Situgunung.. Metode penelitian menggunakan Eksplorasi, dianalisis secara deskriptif dan
dihitung dominansi tumbuhan paku. Jenis tumbuhan paku yang ditemukan di kawasan
Taman Wisata Alam Situgunung, Kabupaten Sukabumi, Kecamatan Cisaat sebanyak 53
jenis dan termasuk kedalam 25 familia. Jenis paku paling dominan yang ditemukan yaitu
Sellaginela wildonewii, dengan nilai Dominansi Individu jenis sebesar 26.132, dan nilai
Dominansi Relatifnya sebesar 8.2%. Sedangkan jenis yang terendah yaitu jenis Chilanthes
tenuifolia dan Driopteris carthusiana dengan nilai Dominansi Individunya sebesar 0.666,
dan nilai Dominansi Relatif individunya sebesar 0.209%.
Kata Kunci : Eksplorasi, Jenis Tumbuhan Paku, TWA Situgunung, Sukabumi
PENDAHULUAN
Indonesia memiliki sumber daya
alam hayati yang sangat beranekaragam
dan
mempunyai
potensi
untuk
dikembangkan menjadi sumber daya
ekonomi. Hutan merupakan sumber daya
alam yang harus dikelola, dimanfaatkan
dan dijaga kelestariannya agar tetap
berfungsi secara baik dan berkelanjutan.
Diantara kelompok tumbuh - tumbuhan
di
hutan
yang
mempunyai
keanekaragaman cukup tinggi adalah
tumbuhan paku-pakuan, hasil tambang
dan berbagai sumber daya lainnya yang
tak ternilai harganya bagi manusia. Ada
sekitar 20.000 jenis hewan, dan sekitar
28.000 jenis tumbuhan. Satu diantaranya
kelompok tumbuhan yang kaya akan
jenisnya adalah tumbuhan paku, dengan
lebih dari 10.000 jenis (Suraida dkk,
2013).
Tumbuhan paku merupakan suatu
divisi yang mempunyai kormus, artinya
tubuhnya dengan nyata dapat dibedakan
dalam tiga bagian pokok, yaitu akar,
batang dan daun. Tumbuhan paku juga
terdapat di tempat terbuka. Lebih lanjut
menurut Dayat, (2000), tumbuhan paku
kadang-kadang tumbuh dengan baik di
tempat-tempat yang kurang air, bahkan
beberapa diantaranya tumbuh di air dan
ada pula yang menempel pada tumbuhan
lain sebagai epifit.
Tumbuhan paku dapat dimanfaatkan
sebagai
obat
tradisional,
karena
tumbuhan tersebut memiliki efek
samping relatif kecil bahkan ada yang
sama sekali tidak menimbulkan efek
samping jika digunakan secara tepatdan
1
mudah didapat di alam. Adapun
tumbuhan paku yang dimanfaatkan
sebagai obat seperti Dryopteris hirtipes
dari rimpangnya mempunyai khasiat
sebagai anthemintic (obat cacing),
Pteridium aquilinum rimpangnya dapat
mencegah
diare
dan
peradangan
lambung,
Hipolepis
glandilifera
digunakan untuk menyembuhkan batuk
(Munir, 2003). Menurut Suryana (2009),
tumbuhan paku sebagian besar terdiri atas
rumput-rumputan, jarang berupa semak
atau pohon, menyukai tempat yang
lembab (hidrofit), di hutan-hutan tropis
dan subtropis, di tepi pantai (paku laut)
sampai ke lereng gunung bahkan ada
yang hidup di sekitar kawah-kawah
(paku kawah). Paku-pakuan mirip dengan
tumbuhan tingkat tinggi, karena struktur
organ bagian dalamnya kompleks, yaitu
mempunyai pembuluh tetapi berbeda
dengan tumbuhan tingkat tinggi karena
paku-pakuan tidak mempunyai biji.
Dengan
adanya
pembuluh
pada
tumbuhan paku-pakuan maka pakupakuan dikelompokkan kedalam satu
golongan yang disebut tumbuhan
berpembuluh. (Daryanti, 2009).
Menurut A. R. Smith, dkk (2006),
tanaman paku dikelompokkan menjadi
empat
kelas
yaitu,
Psilotopsida,
Equisetopsida, Marattiopsida, Polypodiopsida
Berdasarkan
laporan
IUCN
(International Union for Conservation of
Nature) tahun 2012, Indonesia berada di
peringkat keempat bersama Brasil
sebagai negara dengan jumlah tumbuhan
terancam kepunahan tertinggi di dunia,
yaitu sebanyak 393 jenis, salah satunya
merupakan jenis paku-pakuan (Utomo,
2012).
Tingginya
tingkat
resiko
kepunahan
tumbuhan
paku
ini
mendorong untuk dilakukan inventarisasi
tumbuhan paku.
Situgunung
merupakan
Taman
Wisata Alam (TWA) yang termasuk
dalam wilayah Desa Kadudampit,
Kecamatan Kadudampit, Kabupaten
Sukabumi, Jawa Barat. Secara geografi,
kawasan
ini
terbentang
diantara
106'54'37''-106'55'30'' BT dan 06'39'40''06'41'12'' LS. Situgunung memiliki tipe
iklim B, dengan curah hujan berkisar
1611-4311 mm pertahun dan berada di
ketinggian 950-1036 m dpl dan suhu
160C-280C (Dephut, 1989). Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis,
dan dominansi tumbuhan paku di
kawasan Situgunung, Cisaat, Sukabumi,
Jawa Barat.
BAHAN DAN METODE
Penelitian dilakukan mulai bulan
Desember 2015 - Januari 2016 di TWA
Situgunung, Cisaat, Sukabumi. Alat dan
bahan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah specimen tumbuhan paku yang
ditemukan di sekitar Situgunung, cisaat,
Sukabumi, dan alkohol 70%, termometer,
hygrometer, altimeter, lup, kantong
plastik, kertas koran, pisau, etiket
gantung, alat tulis, buku lapangan,
kamera, GPS, serta alat lainnya yang bisa
mendukung terlaksananya penelitian ini.
Metode yang digunakan yaitu jelajah atau
eksplorasi.
Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel baik pada
tumbuhan paku epifit maupun terestrial
dengan cara menjelajah Kawasan Taman
Wisata
Alam
Situgunung
sesuai
Penetapan lokasi jelajah sesuai dengan
arah mata angin, Jalur jelajah ini dimulai
pada ketinggian 950 hingga 1030 m dpl
dan diberi jarak tiap lokasi jelajah
panjangnya 1,5 Km dan lebar 1 m.
Identifikasi
Identifikasi tumbuhan paku yang
ditemukan dilakukan dengan cara difoto
dan dibuat herbarium kering kemudian
hasil sampling diidentifikasi dengan
mencocokkan tumbuhan paku tersebut
menggunakan buku identifikasi The
Mountain Flora of Java, buku Tumbuhan
Paku (Pteridophyta) dan Pteridophyte
Flora of the Western Ghast-South India.
2
komunitas dengan cara banyaknya
jumlah jenis, besarnya ukuran maupun
pertumbuhannya yang dominan (Delvian,
2006), dihitung Dominansi Individu (D-i)
dan Dominansi Relatif Individu (DR-i).
Parameter yang Diamati
Parameter yang diamati dalam
penelitian ini meliputi jenis-jenis
tumbuhan paku, menghitung jumlah
individu setiap jenis pada setiap lokasi
jelajah (Dominansi), dominansi yaitu
mencari jenis tumbuhan paku yang
mendominan, jumlah seluruh jenis
tumbuhan
paku,suhu,
ketinggian,
intensitas cahaya, dan kelembaban.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan dengan menggunakan metode
eksplorasi, diperoleh 53 jenis paku yang
termasuk dalam 25 familia. Terdapat
perbedaan jenis paku yang ditemukan di
setiap lokasi penelitian. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1.
Dominansi
Dominansi menyatakan suatu jenis
tumbuhan utama yang mempengaruhi
dan melaksanakan kontrol terhadap
Tabel 1. Jenis-jenis Tumbuhan Paku di Kawasan TWA Situgunung.
No.
1.
Familia
Adiantaceae
2.
Athyriaceae
3.
Aspleniaceae
4.
5.
6.
Blechnaceae
Cyatheaceae
Davalliaceae
7.
8.
Dennstaedtiaceae
Dipteridaceae
9.
Dryopteridaceae
10.
11.
12.
Gleicheniaceae
Hymenophyllaceae
Lindsaeaceae
13.
Lycopodiaceae
14.
15.
16.
Lygodiaceae
Marattiaceae
Nephrolepidaceae
17.
Ophioglossaceae
18.
Polypodiaceae
1. Adiantum tenerum
Jumlah individu di
tiap lokasi
pengambilan
sampel
1
2
3
4
7
12
9
2. Adiantum cuneatum
3. Adiantum caudatum
4. Athirium cumingianum
5. Diplazium esculentum
6. Asplenium nidus
7. Asplenium salignum
8. Asplenium normale
9. Blechnum capensis
10. Chyathea contaminans
11. Davalia solida
12. Davalia denticulate
13. Davalia tricomanoides
14. Humata repens
15. Pteridium aquilinum
16. Driopteris carthusiana
17. Driopteris dilatata
18. Nephrolepis biserata
19. Tectaria melaconaulan
20. Phanerophlebia caryotidea
21. Dicranopteris linearis
22. Trycomanes teysmannii
23. Lindsaea davaliolides
24. Lindsaea cultrate
25. Gleichenia linearis
26. Gleichenia microphyla
27. Lycopodium cernuum
28. Lygodium circinatum
29. Angiopteris avecta
30. Nephrolepis hirsutula
31. Nephrolepis exaltata
32. Nephrolepis cordifolia
33. Botrychium ternateum
34. Botrychium daucifolium
35. Polypodium trilobum
27
11
7
8
14
5
8
19
5
7
31
1
28
9
2
5
13
15
14
5
27
17
2
32
1
-
Jenis Tumbuhan Paku
3
16
6
4
5
11
9
4
8
12
27
21
22
7
1
7
8
9
19
8
2
9
9
20
8
10
40
3
5
12
21
11
3
3
31
11
1
15
2
18
37
13
4
3
3
2
33
8
14
22
5
2
-
31
18
6
18
12
1
7
10
6
9
8
22
3
19
17
8
6
4
14
19
12
16
4
10
17
23
6
25
7
7
9
Dominansi
Individu
Dominansi
Relatif
4.660
14.314
9.321
2.830
3.995
7.656
4.328
2.164
1.664
11.318
3.662
3.662
3.662
1.664
16.312
0.666
17.477
10.153
3.162
1.498
2.330
4.494
6.824
8.156
4.328
0.999
3.828
3.995
16.145
9.321
5.326
19.807
2.164
1.997
2.330
1.462%
4.492%
2.925%
0.888%
1.254%
2.403%
1.358%
0.679%
0.522%
3.552%
1.149%
1.149%
1.149%
0.522%
5.119%
0.209%
5.484%
3.186%
0.992%
0.470%
0.731%
1.410%
2.141%
2.559%
1.358%
0.313%
1.201%
1.254%
5.066%
2.925%
1.671%
6.216%
0.679%
0.627%
0.731%
No.
Familia
Polypodiaceae
19.
Pteridaceae
20.
21.
Schizaeyceae
Selaginellaceae
22.
23.
24.
Taenitidaceae
Tectariaceae
Thelypteridaceae
25.
Vittariceae
Ket:
Jenis Tumbuhan Paku
36. Polypodium triquetum
37. Drynaria quersifolia
38. Drynaria sparsisora
39. Aglaomorpha Heraclea
40.Phymatodes
longisimma
41. Pityrogramma tertarea
42. Chilanthes tenuifolia
43. Pellaea falcate
44. Pteris semipinnata
45. Pteris ensiformis
46. Lygodium flexuosum
47. Selaginella doederleinii
48. Sellaginela wildonewii
49. Taenitis blechnoides
50. Pleocnemia irregularis
51. Christella dentate
52. Telypteris opulent
53. Vittaria elongate
Jumlah jenis
Angka Bold
Angka Bold Italic
Jumlah individu di
tiap lokasi
pengambilan
sampel
1
2
3
4
2
6
3
14
4
9
6
2
6
10
2
4
2
7
5
2
9
3
3
1
21
35
48
21
1
37
5
1
6
39
36
1
15
10
4
42
12
3
6
5
9
27
33
2
13
3
6
38
7
3
10
2
14
19
40
4
4
25
17
6
49
Dominansi
Individu
Dominansi
Relatif
4.161
3.162
2.996
2.497
1.306%
0.992%
0.940%
0.783%
3.162
3.995
0.666
3.662
1.165
4.660
3.828
19.973
26.132
0.832
0.999
12.317
5.160
2.663
0.992%
1.254%
0.209%
1.149%
0.366%
1.462%
1.201%
6.268%
8.2%
0.261%
0.313%
3.865%
1.619%
0.836%
- jenis tertinggi
- jenis terendah
Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa pada
lokasi ke-1 ditemukan 37 jenis, pada
lokasi ke-2 ditemukan 42 jenis, pada
lokasi ke-3 terdapat 38 jenis, dan pada
lokasi ke-4 ada 49 jenis tumbuhan paku.
Dari ke empat lokasi tersebut, jenis
Sellaginela wildonewii mempunyai jenis
individu tertinggi yaitu sebanyak 157
individu, dan jenis dengan jumlah
individu terendah yaitu jenis Driopteris
carthusiana dan chilanthes tenuifolia,
yaitu masing-masing sebanyak 4
individu.
Kondisi lingkungan ke empat lokasi
suhunya berkisar antara 21,5-23.70C,
kelembaban berkisar 81-88%, dan
intensitas cahaya 318-419 lux yang sesuai
untuk pertumbuhan paku tersebut. Sesuai
dengan pendapat Suin (2002), banyaknya
jenis tumbuhan paku karena kondisi
alamnya mendukung untuk Pertumbuhan
dan perkembangan tumbuhan paku, baik
faktor suhu, intensitas cahaya, dan
kelembaban
udaranya.
Driopteris
carthusiana dan Chilanthes tenuifolia,
jumlah individunya terendah karena paku
ini hanya ditemukan pada tebing
bebatuan
saja
sehingga
jumlah
individunya
hanya
sedikit
yang
ditemukan. Hal ini sesuai dengan
pendapat Indriyanto (2006), bahwa
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
perbedaan jumlah jenis paku antara faktor
campur tangan manusia terhadap
lingkungan,
Dominansi
Berdasarkan
hasil
perhitungan
dominansi, diperoleh nilai Dominansi
Individu (D-i) dan Dominansi Relatif
Individu (DR-i) yang terdapat pada Tabel
1.
Dominansi Individu (D-i)
Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa
Dominansi individu (D-i) berkisar antara
0.666-26.132. Sellaginela wildonewii
mempunyai nilai Dominansi Individu
(D-i) terbesar yaitu 26.132, sedangkan
jenis yang mempunyai nilai Dominansi
Individu terkecil ada 2 jenis Chilanthes
tenuifolia dan Driopteris carthusiana
sebesar 0.666. Nilai Dominansi Individu
tertinggi Sellaginela wildonewii karena
4
ditemukan di semua lokasi pengambilan
sempel dengan jumlah total individu
sebanyak 157. Jenis paku Sellaginela
wildonewi lebih sering ditemukan
dibandingkan jenis paku lainnya, karena
jenis ini hidup di tanah yang cukup basah
dan terkena sinar cahaya matahari yang
cukup, sesuai dengan kondisi lingkungan
di ke-empat lokasi. Nilai Dominansi
Individu Chilanthes tenuifolia dan
Driopteris
carthusiana
hanya
menemukan 4 jenis saja, dikarenkan jenis
tersebut ditemukan berada di tebing
berbatu dan kurang sinar matahari
sehingga hanya ditemukan pada lokasi
yang berbatu saja.
Alam Situgunung, Kabupaten Sukabumi,
Kecamatan Cisaat sebanyak 53 jenis dan
termasuk kedalam 25 familia.
Jenis paku paling dominan yang
ditemukan yaitu Sellaginela wildonewii,
dengan nilai Dominansi Individu jenis
sebesar 26.132, dan nilai Dominansi
Relatifnya sebesar 8.2%. Sedangkan jenis
yang terendah yaitu jenis Chilanthes
tenuifolia dan Driopteris carthusiana
dengan nilai Dominansi Individunya
sebesar 0.666, dan nilai Dominansi
Relatif individunya sebesar 0.209%.
DAFTAR PUSTAKA
A. R. Smith, Kathleen M. Pryer, E.
Schuettpelz,
P.
Korall,
H.
Schneider & P. Gbuh.Wolf. 2006.
A Classification for Extant Ferns.
Dominansi Relatif (DR)
Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa
Dominansi Relatif (DR) pada seluruh
lokasi pengambilan sempel berkisar
antara 0.209%-8.2%. Jenis Sellaginela
wildonewii mempunyai nilai Dominansi
Relatif paling tinggi sebesar 8.200%.
Tingginya nilai Dominansi Relatif
spesies
Sellaginela
wildonewii
dikarenakan faktor gametnya mampu
bertahan disetiap lokasi pengambilan
sempel. Lokasi di Kawasan Taman
wisata Alam Situgunung sesuai untuk
pertumbuhan Sellaginela wildonewii.
Faktor lingkungan sangat berperan
penting terhadap pertumbuhan paku,
spesies yang memiliki nilai dominansi
relatif
terendah
yaitu
Chilanthes
tenuifolia dan Driopteris carthusiana
sebesar 0.209%, dikarenakan faktor
lingkungannya kurang mendukung atau
dari faktor genetik jenis Chilanthes
tenuifolia dan Dicranopteris carthusiana.
Rendahnya Dominansi Relatif jenis paku
di Kawasan Taman Wisata Alam
Situgunung disebabkan oleh kurang
mampunya tumbuhan paku untuk
beradaptasi dengan lingkungan.
Dayat,
E. (2000). Studi Floristik
Tumbuhan Paku (Pteridophyta) di
Hutan Lindung Gunung Dempo
Sumatera Selatan.
Daryanti, 2009. Paku-pakuan Terestrial
di Taman Wisata Alam Daleng
Lancuk. Sumatra Selatan.
Delvian. 2006. Siklus Hara Faktor
Penting Bagi Pertumbuhan Pohon
Dalam Pengembangan Hutan
Tanaman Industri. Jurnal Ilmu
Pertanian USU Volume 5 No 15,
2006. Hal 145 – 163
Departemen Kehutanan. 1989 hlm. 2.
Buku
Informasi
Kawasan
Konservasi Propinsi Jawa Barat.
Bandung.
Indriyanto. 2008. Ekologi Hutan. Jakarta:
Bumi Aksara.
Munir, A. 2003. Keanekaragaman Jenis
Tumbuhan Paku di Taman
Nasional Rawa Aopa Watuwahoy
Sulawesi
Tenggara
(Tesis).
Sekolah
Pascasarjana
Institut
Pertanian Bogor.
SIMPULAN
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan :
Jenis
tumbuhan
paku
yang
ditemukan di kawasan Taman Wisata
Suin, N. M. 2002. Metode Ekologi.
Universitas Andalas : Padang.
5
Suraida, Susanti T., Amryanto R. (2013).
Keanekaragaman Tumbuhan Paku
(Pteridophyta) di Taman Hutan
Kenali Kota Jambi. Prosiding
Semirata FMIPA Universitas
Lampung. Hlm. 287-291.
Suryana, 2009, Keanekaragaman Jenis
Tumbuhan Paku Terestrial dan
Epifit
di
Kawasan
PLTP
Kamojang Kab.Garut Jawa Barat,
Jurnal Biotika, vol 7, no 1, hal. 2026.
Utomo, Y. W. (2012). Jumlah
Tumbuhan
Terancam
Punah
Meningkat.(Online).(http://sains.ko
mpas.com/read/2012/10/04/08105
424/Jumlah.Tumbuhan.Terancam.
Punah. Meningkat, diakses 25
Oktober 2015).
6
Download