Cover prosiding terbaik

advertisement
ISBN : 978-979-3692-54-8
Prosiding
Seminar Hasil Penelitian
Terbaik Tahun 2013
Badan Penelitian dan Pengembangan
Kelautan dan Perikanan
Desember 2013
Prosiding
Seminar Hasil Penelitian Terbaik
Tahun 2013
Redaktur
Dr.Ir. Aryo Hanggono, DEA
Taufiq Dwi Ferindera, B.Eng
Hilman Gumilar, M.Si
Dede Kurniawan, S.Sos
Redaktur pelaksana
Edi Wardana
Kurniawan, S.Pi
Desi Nurlestyoningrum, S.Pi
Badan Penelitian dan Pengembangan
Kelautan dan Perikanan
Desember 2013
Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan
Desember 2013
Katalog dalam terbitan Perpustakaan Nasional RI
Judul Buku : Prosiding Seminar Hasil Penelitian Terbaik
Tahun 2013 (vii+392 hal)
Redaktur
: Dr.Ir. Aryo Hanggono, DEA, dkk
Design cover : Kurniawan
Tahun terbit : 2013
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Terbaik
Tahun 2013
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya
kami dapat menyelenggarakan kegiatan Seminar Hasil Penelitian Terbaik Tahun 2013 ini
dan dapat menyelesaikan prosiding hasil penelitian sebagai salah satu output dari
kegiatan ini.
Pada tahun 2013 Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan
melakukan kegiatan seleksi penelitian terbaik dalam bentuk seminar hasil penelitian di
seluruh satker lingkup Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan
yang dilakukan pada tahun 2012. Dari 34 peserta yang memasukkan makalah hasil
penelitian, terpilih 10 makalah terbaik kategori bidang perikanan dan 5 makalah terbaik
kategori bidang kelautan yang dipresentasikan di Ballroom Gedung Minabahari III
Kementerian Kelautan dan Perikanan pada tanggal 12 s.d 13 November 2013.
Kegiatan ini diharapkan dapat mengapresiasi hasil kegiatan riset yang dilakukan
oleh para peneliti sehingga dapat memberikan motivasi para peneliti untuk berkarya
lebih baik di masa yang akan datang. Kegiatan ini merupakan kali kedua setelah
sebelumnya kegiatan ini bernama Kegiatan Karya Tulis Ilmiah dimana merupakan ajang
untuk memilih peneliti terbaik, akan tetapi pada dua tahun terakhir konsep kegiatan
tersebut diubah menjadi memilih hasil penelitian terbaik yang dilakukan oleh satker,
sehingga output yang diharapkan akan muncul setiap satker yang dapat menghasilkan
penelitian yang dapat mendukung visi dan misi Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Sebagai apresiasi terhadap para peneliti pemenang hasil penelitian terbaik
tersebut, Menteri Kelautan dan Perikanan memberikan penghargaan khusus terhadap 3
judul penelitian terbaik baik kategori perikanan dan kategori kelautan yang diserahkan
pada acara puncak Adibhakti Mina Bahari yang diselenggarakan di Gedung Minabahari
III Kementerian Kelautan dan Perikanan pada tanggal 9 Desember 2013.
Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
membantu terlaksananya kegiatan ini.
Jakarta,
Desember 2013
Panitia Penyelenggara
i
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Terbaik
Tahun 2013
PEMENANG HASIL PENELITIAN TERBAIK
TAHUN 2013
KATEGORI PERIKANAN
PEMENANG PERTAMA
ISOLASI, IDENTIFIKASI DAN OPTIMASI PRODUKSI EMESTRIN B
DARI KAPANG LAUT Emericella nidulans
Peneliti :
Muhammad Nursid, Nurrahmi Dewi Fajarningsih, dan Ekowati Chasanah
Balai Besar Penelitan dan Pengembangan Pengolahan Produk dan Bioteknologi
Kelautan dan Perikanan, Jakarta
PEMENANG KEDUA
PROFIL TRANSMISI TRANSGEN (PhGH) DAN PERFORMA PERTUMBUHAN PADA
IKAN LELE (Clarias gariepinus)
TRANSGENIK F1
Peneliti :
Huria Marnis , Bambang Iswanto, Romi Suprapto, Imron dan Narita Syawalia Rizwan
Balai Penelitian Pemuliaan Ikan Sukamandi
PEMENANG KETIGA
PENGEMBANGAN VAKSIN IN-AKTIF BAKTERI Streptococcus agalactiae:
POTENSI REKOMBINAN PROTEIN KAPSID MAJOR GSDIV (GROUPER SLEEPY
DISEASE IRIDOVIRUS) SEBAGAI VAKSIN PADA IKAN KERAPU
Peneliti :
Ketut Mahardika, Indah Mastuti, Ahmad Muzaki, Ida Komang Wardana dan Haryanti
Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut, Gondol
ii
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Terbaik
Tahun 2013
KATEGORI KELAUTAN
PEMENANG PERTAMA
TSUNAMI VULNERABILITY OF CRITICAL INFRASTRUCTURES IN
THE CITY OF PADANG, WEST SUMATERA
Peneliti :
Semeidi Husrin, Widjo Kongko & Aprizon Putra
Loka Penelitian Sumberdaya dan Kerentanan Pesisir Bungus
PEMENANG KEDUA
SISTEM OBSERVASI TERINTEGRASI TEKNOLOGI WAHANA BENAM BAWAH AIR
UNTUK MENDUKUNG PEMBANGUNAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
DI INDONESIA
Peneliti :
Budhi Gunadharma G.
Pusat Pengkajian dan Perekayasaan Teknologi Kelautan dan Perikanan
PEMENANG KETIGA
PENENTUAN INDEKS UPWELLING BERBASIS MODEL NUMERIK TIGA DIMENSI
DAN HUBUNGANNYA DENGAN HASIL TANGKAPAN IKAN
Peneliti :
Rita Tisiana Dwi Kuswardani
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir
iii
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Terbaik
Tahun 2013
DAFTAR ISI
No
Judul
Pemakalah
Hal
Kata Pengantar
i
Pemenang Hasil Penelitian Terbaik 2013
ii
Daftar Isi
iv
Makalah Dipresentasikan
A
Kategori Perikanan
PROFIL TRANSMISI TRANSGEN (PhGH) DAN
PERFORMA PERTUMBUHAN PADA IKAN
2
LELE (Clarias gariepinus)
TRANSGENIK F1
Muhammad Nursid,
Nurrahmi Dewi
Fajarningsih, dan
Ekowati Chasanah
Huria Marnis , Bambang
Iswanto, Romi Suprapto,
Imron dan Narita
Syawalia Rizwan
POTENSI REKOMBINAN PROTEIN KAPSID
MAJOR GSDIV (GROUPER SLEEPY
3
DISEASE IRIDOVIRUS) SEBAGAI VAKSIN
PADA IKAN KERAPU
Ketut Mahardika, Indah
Mastuti, Ahmad Muzaki,
Ida Komang Wardana
dan Haryanti
VAKSIN Mycobacterium fortuitum
(MycofortyVac) UNTUK PENCEGAHAN
4
PENYAKIT Mycobacteriosis PADA IKAN
GURAME, Osphronemus gouramy
RANCANG BANGUN DAN UJICOBA MESIN
5 PEMISAH DAGING IKAN BERDAYA LISTRIK
RENDAH
Taukhid, Angela Mariana
Lusiastuti, Uni
Purwaningsih, Desy
Sugiani dan Tuti Sumiati
Bakti B. Sedayu, Made
Susi Erawan dan Bagus
S.B. Utomo
Arifah Kusmarwati,
Radestya Triwibowo,
Irma Hermana dan
Ninoek Indriati,
Emma Suryati , Ristanti
Frinra Daud, Utut
Widyastuti , Andi
Tenriulo dan Andi
Parenrengi
ISOLASI, IDENTIFIKASI DAN OPTIMASI
1 PRODUKSI EMESTRIN B
DARI KAPANG LAUT Emericella nidulans
BAKTERIOSIN DARI ISOLAT BAKTERI ASAM
6 LAKTAT (BAL)
ASAL RUSIP
REGENERASI RUMPUT LAUT Kappaphycus
alvarezii HASIL TRANSFORMASI GEN Sitrat
7
Sintase MENGGUNAKAN Agobacterium
tumefaciens SECARA IN VITRO
GENETIC AND MORPHOLOGICAL
VARIATION OF MAHSEER (Tor tambroides,
8 Bleeker, 1854) ALONG BATANG TARUSAN
RIVER (West Sumatera): IMPLICATIONS FOR
STOCK IDENTIFICATION
RANCANG BANGUN ALAT VACUUM
9 IMPREGNATION DAN UJI
PERFORMANSINYA PADA FILET IKAN
THE USE OF SEAWORM MEAL IN
MATURATION DIET AS PARTIAL
SUBSTITUTION OF FRESHDIET
10
FOR POND REARED TIGER SHRIMP
BROODSTOCK, Penaeus monodon
iv
1
16
30
51
64
72
86
Arif WIBOWO and
Siswanta KABAN
96
Arif Rahman Hakim ,
Gunawan , Rodiah
Nurbaya Sari
106
Asda Laining, Usman,
Rachmansyah
114
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Terbaik
Tahun 2013
No
Judul
B. Kategori Kelautan
TSUNAMI VULNERABILITY OF CRITICAL
11 INFRASTRUCTURES IN THE CITY OF
PADANG, WEST SUMATERA
SISTEM OBSERVASI TERINTEGRASI
TEKNOLOGI WAHANA BENAM BAWAH AIR
12
UNTUK MENDUKUNG PEMBANGUNAN
KELAUTAN DAN PERIKANAN DI INDONESIA
PENENTUAN INDEKS UPWELLING
BERBASIS MODEL NUMERIK TIGA DIMENSI
13
DAN HUBUNGANNYA DENGAN HASIL
TANGKAPAN IKAN
RANCANG BANGUN ELEKTRONIK LOG
BOOK PERIKANAN BERBASIS GPRS UNTUK
14
MENDUKUNG PENGELOLAAN PERIKANAN
BERKELANJUTAN
KONDISI PH DAN SUHU AIR LAUT
PADA EKOSISTEM TERUMBU KARANG
15
DI PERAIRAN NUSA PENIDA DAN
PEMUTERAN, BALI
Makalah Tidak Dipresentasikan
Pemakalah
Hal
Semeidi Husrin, Widjo
Kongko & Aprizon Putra
125
Budhi Gunadharma G.*
142
Rita Tisiana Dwi
Kuswardani
155
Marza Ihsan Marzuki dan
Hadhi Nugroho
164
Camellia Kusuma Tito,
Eghbert Elvan Ampou,
Nuryani Widagti, Iis
Triyulianti1
180
VARIABILITAS SIKLUS TANAM TERHADAP
TINGKAT SERAPAN KARBON
16
PADA BUDIDAYA RUMPUT LAUT,
Kappaphycus alvarezii
Erlania dan I Nyoman
Radiarta
187
PEMBERIAN HORMON 17α
METHYLTESTOSTERONE SECARA ORAL
17 TERHADAP PERKEMBANGAN GONAD
CALON INDUK IKAN KERAPU BEBEK
Cromileptes altivelis
Ahmad Muzaki, Ida
Komang Wardana, Sari
Budi Moria Sembiring,
Hirmawan Tirta Yuda dan
Haryanti
200
INOVASI PAKAN EFISIEN DAN EKONOMIS
BERBASIS BAHAN BAKU LOKAL UNTUK
18
PEMBESARAN IKAN NILA (Oreochromis
niloticus)
Reza Samsudin, Mas Tri
Djoko Sunarno dan
Muhamad Sulhi
208
19
VERIFIKASI INDIVIDU F0 INDUK IKAN WILD
BETTA (Betta sp.) HASIL TRANSGENIK
PEMBENTUKAN STRAIN CUPANG MARBLE
BERDASARKAN PERSILANGAN WILD BETTA
20
(CUPANG ALAM) SPESIES Betta imbellis DAN
Betta splendens
v
Eni Kusrini, Ruby Vidia
Kusumah, Riani
Rahmawati, Anjang
Bangun Prasetio,
Sawung Cindelaras, dan
Alimuddin
Eni Kusrini, Riani
Rahmawati, Siti
Murniasih, Ruby Vidia
Kusumah, Anjang
Bangun Prasetio, dan
Sawung Cindelaras
217
231
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Terbaik
No
Tahun 2013
Judul
Pemakalah
PENINGKATAN MUTU GENETIK KARAKTER
21 PERTUMBUHAN IKAN MAS RAJADANU
HASIL SELEKSI GENERASI KE 0 (G0)
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Didik Ariyanto , Erma P.
Hayuningtyas dan
Khairul Syahputra1
Andhika Prima
PRASETYO , Lilis
PERFORMANCE OF HARVEST STRATEGY
SADIYAH, Ignatius Tri
ON PRONGHORN SPINY LOBSTER FISHERY HARGIYATNO, Moh.
IN SOUTHERN COAST OF JAVA
FAUZI , Fayakun
SATRIA and Ria
FAIZAH
ANALISIS PRODUKTIVITAS DAN
Setiya Triharyuni, Sri
KERENTANAN IKAN KURISI (Nemipterus
Turni Hartati dan Regi Fiji
spp.) HASIL TANGKAPAN CANTRANG DI
Anggawangsa
LAUT JAWA
SEBARAN UNIT STOK IKAN LAYANG
(Decapterus spp.) DAN RISIKO
Suwarso dan Achmad
PENGELOLAAN IKAN PELAGIS KECIL DI
Zamroni
SEKITAR LAUT JAWA
PRODUKTIVITAS ALAT TANGKAP
Tri Wahyu Budiarti dan
CANTRANG DI PROBOLINGGO
Mahiswara
SUMBER DAYA DAN KEGIATAN PERIKANAN
PERAIRAN RAWA LEBAK DESA JUNGKAL,
Dina Muthmainnah
KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
DAY AND NIGHT VARIATION OF SHRIMP
Masayu Rahmia Anwar
CATCH IN CEMPI BAY, WEST NUSA
Putri and Adriani Sri
TENGGARA
Nastiti
Irwan Jatmiko, Hety
BIOLOGI REPRODUKSI CAKALANG BETINA
Hartaty dan Budi
(Katsuwonus pelamis) DI SAMUDERA HINDIA
Nugraha
SPATIAL DISTRIBUTION AND LENGTHBram Setyadji, Dian
WEIGHT RELATIONS OF ALBACORE
Novianto and Budi
(Thunnus alalunga) IN THE EASTERN INDIAN
Nugraha
OCEAN
PERANAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN
JAUH BAGI PENANGKAPAN IKAN DI
Dinarika Jatisworo, Ari
INDONESIA
Murdimanto
(STUDI KASUS KABUPATEN INDRAMAYU)
ANALISIS DAYA DUKUNG SUMBERDAYA
Widodo S. Pranowo,
LAUT DAN PESISIR SUMBA TIMUR UNTUK
Rizki A. Adi, dan Candra
PEMBUKAAN LADANG PRODUKSI GARAM
D. Puspita
POTENSI SUMBER DAYA AIR TAWAR DI
KAWASAN PELABUHAN PERIKANAN
G.Kusumah , R.F. Lubis ,
SAMUDERA (PPS) BUNGUS, SUMATRA
H. Bakti 2 & D. Gunawan
BARAT
PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN
Christina Yuliaty, Nendah
LILIFUK BERBASIS KEARIFAN LOKAL
Kurniasari dan Maharani
MASYARAKAT KUPANG, NUSA TENGGARA
Yulisti
TIMUR
vi
Hal
242
253
261
271
281
291
300
312
318
326
336
350
362
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Terbaik
Tahun 2013
No
Judul
STRATEGI PENINGKATAN EKONOMI
34 WILAYAH PERBATASAN BERBASIS
KELAUTAN DAN PERIKANAN
vii
Pemakalah
Mira, Maulana Firdaus,
Tajerin, dan Akhmad
Solihin
Hal
375
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Terbaik
Tahun 2013
ANALISIS DAYA DUKUNG SUMBERDAYA LAUT DAN PESISIR SUMBA TIMUR UNTUK
PEMBUKAAN LADANG PRODUKSI GARAM
Widodo S. Pranowo[1], Rizki A. Adi, dan Candra D. Puspita
Laboratorium Data Laut dan Pesisir[2]
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir
Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan
Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia
Kompleks Bina Samudera, Jl. Pasir Putih I, Ancol Timur, Jakarta 14430
Tel.: 021-647-11-583, Fak.: 647-11-654,
email: [1] widodo.pranow[at]gmail.com ; [2] labdata.lautpesisir[at]gmail.com
ABSTRAK
Salah satu dari 7 fokus bidang kelitbangan yang diamanatkan dari Badan Penelitian dan
Pengembangan Kelautan dan Perikanan adalah Garam. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Sumberdaya Laut dan Pesisir (P3SDLP) sejak tahun 2002 telah melaksanakan berbagai upaya
penelitian, pengkajian dan pengembangan terkait garam dan teknologi. Secara teoritis,
Indonesia sebagai negara tropis yang sepanjang waktu mempunyai sinar matahari yang
kontinyu dan memiliki wilayah laut yang lebih luas daripada daratannya, sangat berpotensi
sebagai negara penghasil garam terbesar di dunia. Akan tetapi pada kenyataannya lokasi
sentra garam laut masih didominasi di Jawa dan Madura. Pengembangan lahan produksi
garam perlu dikembangkan juga di lokasi lain, seperti contohnya di Nusa Tenggara Timur, salah
satu kandidatnya adalah di kawasan Sumba Timur. Hasil kajian awal secara oseanografiatmosfer dan kondisi lainnya menunjukkan secara umum kawasan Sumba Timur mempunyai
daya dukung yang bagus untuk pembukaan lahan produksi garam.
Kata Kunci: Sumberdaya Laut dan Pesisir, Sumba Timur, Daya Dukung, Ladang Garam,
Oseanografi-Atmosfer.
PENDAHULUAN
Salah satu dari 7 fokus bidang kelitbangan yang diamanatkan dari Badan Penelitian dan
Pengembangan Kelautan dan Perikanan adalah Garam. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Sumberdaya Laut dan Pesisir (P3SDLP) sejak tahun 2002 telah melaksanakan berbagai upaya
penelitian, pengkajian dan pengembangan terkait garam dan teknologi. Dan sejak tahun 2010
dilakukan program IPTEKMAS (Implementasi Ilmu dan Pengetahuan untuk Masyarakat) Garam
di beberapa lokasi seperti Cirebon, Pati, Rembang, Pamekasan, Sumenep, dan Lamongan.
Upaya keseriusan terhadap garam ini bahkan akan diwujudkan konkrit dengan pendirian UPT
penelitian garam laut di Pamekasan, dimana prosesnya telah dilaksanakan sejak tahun 2009.
Secara teoritis, Indonesia sebagai negara tropis yang sepanjang waktu mempunyai
sinar matahari yang kontinyu dan memiliki wilayah laut yang lebih luas daripada daratannya,
sangat berpotensi sebagai negara penghasil garam terbesar di dunia. Akan tetapi pada
kenyataannya lokasi sentra garam laut masih didominasi di Jawa dan Madura. Pengembangan
lahan produksi garam perlu dikembangkan juga di lokasi lain, seperti contohnya di Nusa
Tenggara Timur, salah satu kandidatnya adalah di kawasan Sumba Timur. Artikel ini akan
membahas hasil kajian awal terhadap data dan informasi yang tersedia untuk mengetahui
sejauh mana kawasan tersebut mempunyai daya dukung untuk pembukaan lahan produksi
garam.
336
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Terbaik
Tahun 2013
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan untuk menyajikan artikel ini adalah analisa deskriptif
terhadap data time series meteorologi, semi time series terhadap data salinitas, temperatur
permukaan laut, pasang surut, topografi, dan porositas tanah. Metode analisis tersebut juga
dilakukan terhadap hasil pengukuran lapangan di pesisir Sumba Timur pada 4-16 Oktober 2012
(Anggoro dkk., 2012).
Data meteorologi tersebut, NCEP Reanalysis data (Kalnay et al., 1996), adalah
temperatur udara (air temperature), kelembaban udara (air humidity), laju penguapan
(evaporation), curah hujan (precipitation), lama penyinaran matahari, angin (wind), dengan
resolusi temporal per 6 jam. Pengamatan dilakukan terhadap periode 2001 sebagai
keterwakilan periode normal (Indeks Osilasi Selatan = 0,525); dan 2010 sebagai periode La
Nina (Indeks Osilasi Selatan = 9,825) untuk melihat sejauh mana garam masih dapat diproduksi
di tengah periode iklim yang disinyalir didominasi oleh masa penghujan yang melebihi periode
normal. Adapun data Indeks Osilasi Selatan (SOI), dengan resolusi per bulan, yang digunakan
adalah dari Australian Bereau of Meteorology. Koordinat 120,5856 BT dan 10,2240 LS diambil
sebagai stasiun pengamatan.
Data salinitas, diektrasi dari koleksi WOD09 yang berisi pengukuran in situ di Laut
Sumba dan sekitarnya pada periode tahun 1970 - 2009 (Boyer et al., 2009). Terdapat 759
stasiun pengukuran data tersebut, kemudian dikelompokkan per bulan dan direrata untuk
melihat sejauh mana keterwakilan kondisi salinitas per bulan berdasarkan 79 tahun data.
Data temperatur permukaan laut (Reynolds, 1988), dilakukan pererataan per bulan dengan
periode data 2004 – 2010.
Kondisi pasang surut, di Sumba Timur, diketahui dengan cara prediksi terhadap
komponen harmonik yang diturunkan dari data tinggi dinamis permukaan laut TOPEX 7.1
(Egbert & Eroofeva, 2002). Koordinat yang diambil untuk stasiun pengamatan adalah 120,6795
BT dan 10,3363 LS.
Kemiringan pantai dianalisa berdasarkan data topografi beresolusi 30 arcsec dari GEBCO
(2008), sedangkan porositas tanah diturunkan dari peta porositas tanah yang tercantum di
dokumen ICCSR (BAPPENAS, 2010).
Data-data tersebut diatas kemudian dibandingkan dengan kondisi prasyarat teknis
pembuatan lahan garam dan/atau industri garam menurut buku panduan yang diterbitkan oleh
P3SDLP (2012), dan panduan yang diterbitkan oleh United Nations Industrial Development
Organization atau UNIDO (Mannar, 1982).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Indonesia yang disinyalir memiliki garis pantai terpanjang kedua di dunia, tidaklah
kemudian menjadikan seluruh kawasan pesisirnya dapat digunakan sebagai ladang garam.
Menurut Buku Panduan Garam (2012), prasrayat kondisi lingkungan untuk pembukaan lahan
garam
adalah
sebagai
berikut:
topografi/kemiringan
lahan;
porositas
tanah;
evaporasi/penguapan (tinggi); kecepatan dan arah angin (>5 m/detik); temperatur udara
(>32°C); penyinaran matahari (100%); kelembaban udara (<50%); curah hujan rendah (antara
1000 -1300 mm/tahun atau 100 mm/bulan); hari hujan kurang (musim kemarau panjang yang
kering tanpa diselingi hari hujan, minimal memiliki 120 hari atau 4 bulan kemarau); dan Pasang
surut.
Kondisi La Nina dan El Nino
Berdasarkan data Indeks Osilasi Selatan (Southern Oscillation Index, SOI) yang diambil
dari Australian Bureau of Meteorology tahun 2001 dan 2010, secara umum kedua tahun
tersebut adalah berbeda kondisi. Tahun 2001 cenderung tahun normal tanpa El Nino dan La
Nina (-8<SOI<8), sedangkan tahun 2010 cenderung tahun La Nina lemah (9<SOI<10). Namun
337
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Terbaik
Tahun 2013
apabila dilihat secara variabilitas bulanan, di tahun 2001, El Nino sangat lemah terjadi pada
Januari, Mei, Agustus dan Desember, sedangkan La Nina lemah terjadi pada Februari,
selebihnya adalah cenderung kondisi normal. Sedangkan untuk tahun 2010, El Nino lemah
terjadi pada Januari hingga Maret, kondisi normal pada Juni, dan selebihnya adala kondisi La
Nina dengan intensitas yang bervariasi. Juli, September dan Desember adalah kondisi El Nino
kuat (20<SOI<30) pada tahun 2010. (Gambar 1).
Kondisi Meteorologi
Laju penguapan (evaporation). Berdasarkan hasil pengukuran PRWLSNH (2005), laju
penguapan di wilayah Nusa Tenggara Timur secara umum rerata tahunan adalah 2,073.6 mm,
dimana pada musim kemarau (April-Oktober) rerata sebesar 1,313 mm. Kondisi pada musim
kemarau tersebut terbilang cukup tinggi apabila dibandingkan dengan di Madura yang memiliki
laju penguapan rerata ± 650 mm dan Australia ± 1800 mm. Sedangkan menurut panduan dari
UNIDO (Mannar, 1982) laju evaporasi pada musim kemarau yang ideal untuk industri produksi
garam minimal adalah 500 mm.
Curah hujan (precipitation) adalah parameter cuaca yang patut diperhitungkan agar
tidak terjadi kegagalan pembuatan/panen garam. Curah hujan terendah (~15.4 - 18 mm) pada
2001 terjadi pada transisi bulan Juni dan Agustus; sedangkan pada 2010 terjadi pada transisi
bulan Agustus ke September (~21.9 mm). Kondisi maksimum dan rerata berturut-turut adalah
63.2 mm dan 41.7 mm pada 2001; kemudian 62.7 mm dan 44,3 mm pada 2010 (Gambar 4).
Menurut panduan UNIDO (Mannar, 1982) rerata tahunan curah hujan yang dibutuhkan adalah
serendah mungkin. Kondisi lokasi kajian di Sumba Timur adalah sesuai untuk produksi garam,
karena lokasi tersebut menerima curah hujan tidak lebih dari 600 mm selama periode 100 hari
dalam satu tahun.
Kondisi suhu udara di Sumba Timur terendah (21.75 °Celcius) pada 2001 terjadi pada transisi
bulan Juni ke Juli, dan pada Agustus; sedangkan pada 2010 terjadi pada bulan Juli hingga
Agustus (23.45 °Celcius). Sedangkan suhu maksimum dan rerata tahunan pada kedua periode
tahun tersebut adalah hampir sama, berturut-turut ~30 dan ~ 27 °Celcius. (Gambar 2).
Kondisi penyinaran matahari (watt/m2). Penyinaran terendah (<355 watt/m2) pada 2001
terjadi pada transisi bulan Juni ke Juli, dan pada Agustus; sedangkan pada 2010 terjadi pada
transisi bulan Agustus ke September (<360 watt/m2). (Gambar 5).
Kondisi kelembaban udara di Sumba Timur terendah (60%) pada 2001 terjadi pada Agustus
dan Desember, dan disusul oleh Januari, April, September (~64%); sedangkan pada 2010
terjadi pada transisi bulan Agustus ke September (~57%) dan transisi Oktober ke November
(~55%). Kondisi maksimum dan rerata berturut-turut adalah 95% dan 79.5% pada 2001;
kemudian 100% dan 82.5% pada 2010. Lihat (Gambar 3).
Tingginya tingkat laju penyinaran matahari dan temperatur udara yang umumnya saling
terkait dalam mempengaruhi laju evaporasi. Menurut panduan dari UNIDO (Mannar, 1982),
akan lebih sangat menguntungkan lagi apabila kondisi tanah lahan garam adalah tanah
bersuhu panas atau suhu udara diatas tanah yang panas, sehingga dapat meningkatkan laju
evaporasi. Sedangkan rendahnya kelembaban udara relatif akan meningkatkan kapasitas
evaporasi dalam menguapkan air ke udara. Akan tetapi suhu udara yang panas adalah lebih
utama dibandingkan dengan udara yang kering (kelembaban yang udara yang rendah).
Kondisi Angin (wind). Kisaran kecepatan angin (wind velocity) dan rerata, berturut-turut
adalah 0.1 – 17.65 m/detik dan 5.4 m/detik pada 2001; kemudian 0.1 – 14.56 m/detik dan 4.51
m/detik pada 2010. Arah angin secara umum adalah arah Tenggara dan Baratlaut (NCEP;
PRWLSNH 2004; Anggoro dkk., 2012). (Gambar 6). Angin, terkadang dianggap faktor yang
signifikan dalam proses produksi garam di tambak, tetapi kadang juga tidak. Peran angin
adalah membantu dalam membuang partikel-partikel air didalam udara yang jenuh dan lembab,
sehingga akan turut meningkatkan laju evaporasi. Akan tetapi dalam hal ini, kecepatan angin
338
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Terbaik
Tahun 2013
tidak boleh terlalu tinggi yang dapat menerbangkan pasir atau debu mengotori garam-garam
yang sudah terbentuk di ladang sehingga menurunkan kualitas garam produksi.
Kecepatan angin yang direkomendasikan, oleh panduan UNIDO (Mannar, 1982), dapat
membantu laju evaporasi berkisar 3 - 15 km/jam (0.833 – 4.167 m/detik). Arah dari hembusan
angin juga perlu dipertimbangkan, dimana angin yang membawa udara kering akan
meningkatkan laju penguapan ke udara. Terkait dengan kondisi ekstrim, kawasan yang rentan
terhadap badai angin siklon adalah tidak cocok untuk lahan garam produksi.
Kondisi Salinitas
Salinitas adalah faktor yang penting untuk diketahui untuk industri produksi garam.
Dimana menurut panduan UNIDO (Mannar, 1982), diperlukan studi/ data variabilitas salinitas
di/ter-ukur di perairan pantai/laut dan juga analisis kandungan kimiawi dari air laut di perairan
pesisir/ di sepanjang pantai, pada kondisi musim/monsun yang berbeda.
Kondisi salinitas rerata klimatologis (1970-2009) di perairan sekitar Sumba Timur adalah
~34.50 PSU (Maret) dan ~33.75 PSU (Juli). (Gambar 7). Rerata tersebut adalah lebih tinggi
dibandingkan dengan hasil pengukuran Tim P3SDLP pada 4-6 Oktober 2012 (~31.2 PSU).
(Gambar 8). Akan tetapi secara umum kondisi tersebut adalah sangat bagus untuk bahan baku
pembuatan garam. Menurut PRWLSNH (2005) Salinitas untuk bahan baku tambak garam di
Madura adalah berkisar 28 – 30 PSU.
Kondisi Geomorfologi
Lokasi kajian berada di tepi pantai. Lahan yang ada merupakan tanah berjenis pasir
dengan penutup lahan berupa stepa / tanaman semak yang mampu hidup diatas tanah
berpasir. Kemiringan lahan relatif datar (landai). Kondisi topografi di lokasi penelitian
berdasarkan data GEBCO (2008) memiliki kemiringan tanah sebesar 0.03% atau dikatakan
sangat landai, yang cocok untuk pembukaan ladang garam. (Gambar 9). Hal ini kemudian
didukung oleh kondisi pasang surut, yang memiliki tipe campuran cenderung semidiurnal,
dengan tunggang maksimum dan minimum terhadap duduk tengah (MSL) berturut-turut adalah
~3 m dan ~-1 m. (Gambar 13).
Kondisi tersebut diatas adalah sesuai dengan panduan UNIDO (Mannar, 1982) dimana
untuk ladang garam lahan yang tidak ekonomis produktif lagi untuk pertanian/perkebunan dapat
dikonversi menjadi ladang produksi garam. Lahan harus datar atau landai dengan kemiringan
(slope) kurang dari 30 - 400 cm per km dalam satu arah sehingga mampu menampung dan
mengalirkan air bahan baku di tambak-tambak atau meja bilamana dilakukan tambak/meja
bertingkat. Apabila nantinya metode input bahan baku tambak menggunakan metode
konvensional mengandalkan gravitasi, tambak kadang dapat diisi air laut dua kali atau satu kali
mengikuti pola pasang surut yang ada.
Selain hal tersebut diatas, menurut panduan UNIDO (Mannar, 1982) kawasan dengan
kondisi geomorfologi yang rentan terhadap badai angin siklon ataupun banjir rob adalah tidak
cocok untuk lahan garam produksi. Sedangkan hasil survei berhasil mengidentifikasi bahwa
kawasan lokasi kajian di Sumba timur adalah jauh dari muara sungai yang dapat menyebabkan
banjir Ketinggian lokasi aman dari pengaruh pasang maupun limpasan air laut akibat badai dari
laut.
Kondisi porositas tanah di Sumba Timur, berdasarkan data BAPPENAS (2010) adalah
berkisar ~0.3 – 0.4 yang diartikan kondisi tanah tersebut dapat sangat cepat menyerap air. Hal
tersebut terkonfirmasi dari hasil survei Anggoro dkk (2012) yang menunjukkan kondisi tanah
yang berpasir (lihat Gambar 14). Kondisi tanah tersebut memungkinkan atau tidak menghalangi
proses evaporasi ke atmosfer oleh sinar matahari. Menurut panduan UNIDO (Mannar, 1982),
komposisi tanah berpasir adalah sangat cocok. Jika terlalu banyak lempung akan mengotori
garam pada saat musim penghujan dan menyusahkan dalam pemanenan. Jika terlalu berlanau
akan menyebabkan pecahnya ladang/ meja tambak pada saat musim kemarau. Bilamana
339
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Terbaik
Tahun 2013
kondisi tanah berlempung dan/atau berlanau sebaiknya direkayasa dicampur dengan pasir
halus untuk meningkatkan ketahanan terhadap musim penghujan dan kemarau. Persentase
komposisi tanah adalah 40% berupa pasir halus; 60% campuran lempung dan lanau, dimana
persentasi lempung lebih banyak daripada lanau.
Kondisi Infrastruktur
Menurut panduan UNIDO (Mannar, 1982) lahan produksi garam harus berlokasi dekat
dengan pasar atau pelabuhan transportasi atau stasiun kereta untuk memudahkan pemasaran
dalam kuantitas yang besar. Hasil survei menunjukkan bahwa saat ini di kawasan lokasi
penelitian sedang dibangun pelabuhan khusus peti kemas, yang kemungkinan dapat
diproyeksikan akan memudah pemasaran garam apabila dibangun lahan produksi garam di
Sumba Timur. Kota kecamatan Baing adalah yang terdekat dari lokasi kajian, sehingga dengan
demikian disinyalir dapat memudahkan dalam mendapatkan tenaga pekerja (dapat berasal dari
luar Pulau Sumba). Saat ini jaringan listrik sudah ada tersedia, sedangkan air bersih dapat
menggunakan sumur air dalam.
Rekomendasi
Berdasarkan pembahasan terhadap hasil diatas, dilakukan resume berupa matriks
analisis kesesuaian lahan seperti pada Tabel 1. Secara umum, hampir seluruh parameter
geomorfologi, oseanografi dan meteorologi di Sumba Timur memenuhi prasyarat teknis untuk
pembukaan lahan produksi garam.
Terdapat parameter kondisi sifat fisik tanah yang sedikit kurang memenuhi syarat, yakni tanah
berupa pasir, tetapi hal tersebut dapat ditanggulangi dengan melakukan perekayasaan lahan
garam dengan merestorasi tingkat porositasnya menggunakan campuran tanah liat, ataupun
menutupnya dengan plastik. Untuk kelembaban udara sedikit kurang memenuhi syarat, yakni
sedikit lebih tinggi yang kemungkinan diakibatkan oleh penyinaran matahari yang cukup tinggi
dan menyebabkan evaporasi yang tinggi di Laut Sumba Timur dan Laut Sawu. Akan tetapi hal
tersebut akan dapat diimbangi oleh kondisi tiupan angin dari arah tenggara pada dari daratan
Australia cenderung kemudian menyebabkan udara menjadi lebih kering dimulai dari bulan Mei
dan berakhir di sekitar Oktober. Sehingga dapat direkomendasikan untuk melakukan produksi
garam pada periode bulan Mei hingga Oktober tersebut.
Tabel 1. Resume hasil analisis kesesuaian lahan untuk Ladang Garam di Sumba Timur
berdasarkan Buku Panduan Pengembangan Usaha Terpadu Garam dan Artemia – Pusat Riset
Wilayah Laut dan Sumberdaya Non Hayati (PRWLSDNHL) 2006.
No
Parameter
Prasyarat Teknis
Hasil Analisis
Data
Analisis
Kesesuaian
1
Landai
0.03
2
Topografi /
Kemiringan
Lahan
Porositas tanah
Permeabilitas rendah &
tanah tidak mudah retak
Pasir
3
Evaporasi
Tinggi
4
Kecepatan angin
> 5 m/detik
Landai.
Memenuhi
Syarat
Yang
dibutuhkan
Permeabilitas
tinggi
Tinggi.
Memenuhi
Syarat
Memenuhi
340
rerata: 2,073.6
mm/tahun
~5.4 – 14.56
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Terbaik
No
Parameter
Tahun 2013
Prasyarat Teknis
O
5
Suhu Udara
>32 C
6
Penyinaran
matahari
Kelembaban
Udara
100%
7
8
Curah hujan
9
Jumlah Hari
Hujan
Salinitas untuk
bahan baku awal
10
< 50%
Rendah (antara 1000 1300 mm/tahun atau 100
mm/bulan)
Hasil Analisis
Data
Analisis
Kesesuaian
m/detik
kisaran: 21 – 30
O
C; rerata: ~27
C/tahun
(normal/La Nina)
~355 -360 watt/m2
Syarat
Memenuhi
Syarat
kisaran: 55~100%; rerata:
79.5%/tahun
(normal), 82.5% /
tahun (La Nina)
Mei- Okt <100 mm
Kurang
Kurang di Mei-Okt
30- 35 PSU
~31.2 – 34.50
PSU
Memenuhi
Syarat
Kurang
Memenuhi
Syarat
Memenuhi
Syarat
Memenuhi
Syarat
Memenuhi
Syarat
KESIMPULAN
Berdasarkan analisis terhadap data pengukuran di lokasi kajian dan data NCEP reanalys,
menyimpulkan bahwa Pesisir Sumba Timur kondisi geomorfologi, oseanografi dan
meteorologinya adalah memenuhi prasyarat teknis untuk dibukanya suatau lahan produksi
garam. Sedangkan periode yang direkomendasikan sebagai periode untuk produksi garam
adalah sekitar Mei hingga Oktober.
PERSANTUNAN
Survei pengukuran di pesisir Sumba Timur dibiayai oleh DIPA APBN P3SDLP TA 2012 dan
diakomodir/didampingi oleh PT. Cipta Surya Industri. Terimakasih diucapkan kepada Wahyu
Hidayat, Benny Lau, Renata dan Ahmad Irham yang membantu secara teknis survei di Sumba
Timur. Pengumpulan data time series, pengolahan dan analisa keseluruhan data dilakukan di
Laboratorium Data Laut dan Pesisir P3SDLP, dibiayai dengan DIPA APBN P3SDP Tahun
Anggaran 2012 dan 2013.
341
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Terbaik
Tahun 2013
DAFTAR PUSTAKA
Anggoro, R., W. Hidayat, W. Pranowo, 2012. Laporan Survei Oseanografi dan Meteorologi
Pesisir Sumba Timur, Lab. Data Laut dan Pesisir, P3SDLP.
BAPPENAS, 2010. Indonesia Climate Change Sectoral Roadmap (ICCSR): Sektor Sumber
Daya Air, Direktorat Lingkungan Hidup, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional,
halaman 104.
Boyer, T.P., J.I. Antonov, O.K. Baranova, H.E. Garcia, D.R. Johnson, R.A. Locarnini, A. v.
Mishonov, T. D. O‘Brien, D. Seidov, I. V. Smolyar, M. M. Zweng., 2009. World Ocean
Database 2009. Levitus, S. (ed.), National Oceanographic Data Center, Ocean Climate
Laboratory, NOAA, pp. 217,DVDs.
Egbert, G.D. & S. Y. Erofeeva, 2002, Efficient Inverse Modeling of Barotropic Ocean Tides, J.
Atmos. Oceanic Technol., 19(2): 183-204.
GEBCO, 2008, The General Bathymetric Chart of the Oceans, http://www.gebco.net. Diakses
pada 01 Juni 2013.
Kalnay et al., 1996. The NCEP/NCAR 40-year Reanalysisi Project, Bull. Am. Met. Soc., 77(3),
437-471.
Mannar, M.G.V., 1982. Guidelines for the establishment of solar salt facilities from seawater,
underground brines & salted lakes. United Nations Industrial Development Organization
(UNIDO), 105 pages.
Reynolds, R.W., 1988. A Real-Time Global Sea Surface Temperature Analysis. J. Climate Vol.
1, p. 75-86.
PRWLSDNHL, 2005., Pengembangan Informasi Cuaca dan Iklim untuk Tambak Garam,
Laporan Akhir., Pusat Riset Wilayah Laut dan Sumberdaya Non Hayati, Badan Riset
Departemen Kelautan dan Perikanan.
PRWLSDNHL, 2006, Pengembangan Usaha Terpadu Garam dan Artemia., Buku Panduan.,
Pusat Riset Wilayah Laut dan Sumberdaya Non Hayati, Badan Riset Departemen
Kelautan dan Perikanan.
P3SDLP, 2012. Buku Panduan Pengembangan Usaha Terpadu Garam dan Artemia, Pusat
Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir, Badan Litbang
Kementerian Kelautan dan Perikanan.
342
Badan Penelitian dan Pengembangan
Kelautan dan Perikanan
Jl. Pasir Putih 1 Ancol Timur Jakarta Utara
Download