8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian

advertisement
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengetahuan
1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca
indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan
raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang (over behavior) (Notoatmodjo, 2007).
2. Sasaran Ilmu pengetahuan
Pengetahuan itu mempunyai sasaran yang tertentu, mempunyai metode atau
pendekatan untuk mengkaji objek tersebut sehingga memperoleh hasil yang dapat
disusun secara sistematis dan diakui secara universal, maka terbentuklah disiplin
ilmu. Dengan kata lain, pengetahuan itu dapat berkembang menjadi ilmu apabila
memenuhi kriteria sebagai berikut: mempunyai objek kajian, mempunyai metode
pendekatan, bersifat universal (mendapat pengakuan secara umum).
Agus Comte (1798-1857), membagi 3 tingkat perkembangan ilmu pengetahuan
kedalam tahap religius, metafisik, dan positif. Hal ini dimaksudkan dalam tahap
pertama maka azas religilah yang dijadikan dalil ilmiah sehingga ilmu merupakan
deduksi atau penjabaran dari ajaran religi. Dalam tahap kedua orang mulai
berspekulasi, berasumsi, atau membuat hipotesis-hipotesis tentang metafisika
(keberadaan) wujud yang menjadi objek penelaahan yang terbatas dari religi, dan
mengembangkan system pengetahuan tersebut. Sedangkan tahap ketiga adalah
tahap pengetahuan ilmiah, dimana azas-azas yang diperlukan diuji secara positif
dalam verivikasi yang objektif.
8
9
3. Cara Memperoleh Pengetahuan
Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan sepanjang sejarah dapat dikelompokkan sebagai berikut: Cara
tradisional (non ilmiah) meliputi: Coba-coba salah, cara kekuasaan atau otoritas,
berdasarkan pengalaman pribadi, melalui jalan pikiran. Cara modern (ilmiah)
yaitu cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan dewasa ini lebih
sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut penelitian ilmiah, atau populer
disebut metodelogi penelitian (Researce Methodologi). Cara ini mula-mula
dikembangkan oleh Francis Bacopn (1567-1626) (Notoatmodjo, 2007).
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ilmu Pengetahuan
Menurut Notoadmojo (2007)
faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
adalah :
a. Umur
Umur adalah lamanya hidup yang dihitung sejak dilahirkan hingga penelitian
ini dilakukan. Umur merupakan periode penyesuaian terhadap pola-pola
kehidupan yang baru dan harapan-harapan baru.
b. Pendidikan
Pendidikan adalah proses pengembangan mental, sikap dan tingkah laku dalam
belajar menerima segala informasi. Jalur pendidikan terdiri dari pendidikan
formal dan non-formal yang dapat saling melengkapi. UU RI No.20 Tahun
2003 menjelaskan bahwa pendidikan formal adalah pendidikan di sekolah
secara teratur, sistematis dan mempunyai jenjang serta di bagi waktu tertentu
yang berlangsungnya dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi
sendangkan
pendidikan
non-formal
adalah
semua
pendidikan
yang
diselenggarakan secara sengaja terarah dan terencana.
c. Pekerjaan
Pekerjaan adalah suatu kegiatan atau aktifitas seseorang untuk memperoleh
penghasilan demi memenuhi kehidupan hidupnya sehari-hari. Tempat dimana
10
seseorang bekerja ditentukan oleh pengetahuan yang diketahui oleh tiap-tiap
individu.
d. Sumber informasi
Informasi merupakan data yang diproses kedalam suatu bentuk tulisan, seperti
surat kabar, majalah buku dan lainya yang mempunyai arti bagi sipenerima dan
mempunyai nilai nyata.
e. Genetik
Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses
pengetahuan. Melalui instruksi genetik yang terkandung didalam sel telur yang
dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan kuantitas dari hasil pengetahuan yang
diperoleh. Yang termasuk faktor genetik adalah faktor bawaan yang normal
dan patologik, jenis kelamin , suku bangsa dan susunan saraf, ini memegang
peranan penting dalam proses terjadinya pengetahuan, karena merupakan
sebuah bentuk perpindahan dari ransangan yang masuk menjadi perbuatan atau
tindakan. Perpindahan ini dilakukan oleh susunan saraf pusat dengan unit-unit
dasarnya yang disebut neuro.
f. Lingkungan
Lingkungan sangat mempengaruhi pengetahuan yaitu: lingkungan sekitar
tempat tinggal baik fisik maupun non fisik seperti iklim, manusia, sosial,
ekonomi, kebudayaan dan sebagainya.
5. Pengetahuan Pasien Hipertensi Mencegah Stroke
Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan penyakit tekanan darah tinggi adalah
suatu keadaan di mana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas
normal. Penyakit hipertensi sering tidak terdapat tanda-tanda atau gejala yang
dapat dilihat dari luar. Perkembangan hipertensi berjalan secara perlahan, tetapi
secara potensial sangat berbahaya. Penyakit yang dikenal sebagai tekanan darah
11
tinggi ini merupakan faktor risiko utama dari perkembangan jantung dan stroke
(Dalimartha, 2008).
Kebanyakan orang yang mengidap hipertensi tidak menyadarinya. Karena
penyakit ini tersembunyi dan sering tidak menampilkan gejala, meski mereka
merasakan gejala-gejala seperti sakit kepala, pening, dan badan lemas, mereka
menganggapnya sebagai gangguan biasa. Suatu penelitian menunjukkan peranan
hipertensi sangat besar dalam stroke. Risiko stroke terbukti empat kali lebih tinggi
dikalangan orang yang menderita hipertensi, walau tidak menunjukkan gejala
dibandingkan dengan orang yang memiliki tekanan darah normal (Sitorus, 2005).
Pengobatan tanpa obat antara lain dengan: diet rendah garam, kolesterol dan
lemak jenuh, peredaan stres emosional, berhenti merokok dan alkohol, serta
latihan fisik secara teratur. Dengan pengobatan dan kontrol yang teratur serta
menghindari berbagai faktor penyebab terjadinya hipertensi, maka angka
kematian akibat penyakit tersebut sebenarnya dapat ditekan (Armylawati, 2007).
B. Hipertensi
1. Pengertian Hipertensi
Istilah Hipertensi diambil dari bahasa Inggris Hypertension, berasal dari bahasa
latin yakni, Hyper berarti super atau luar biasa dan Tension berarti tekanan atau
tegangan. Hipertensi adalah tekanan yang luar biasa. Hipertensi atau tekanan
darah tinggi adalah penyakit regulasi vaskular yang terjadi karena mal fungsi
mekanisme kontrol arterial (Gunawan, 2007). Hipertensi akhirnya menjadi istilah
kedokteran yang populer untuk menyebut penyakit tekanan darah tinggi.
Disamping itu dalam bahasa Inggris digunakan istilah high blood pressure yang
berarti tekanan darah tinggi (Bangun, 2007).
2. Etiologi Hipertensi
Berdasarkan penyebab hipertensi ini di bagi mejadi 2 macam antara lain:
12
a. Hipertensi Esensial (primer)
Hipertensi primer ini belum diketahui penyebabnya. Mereka yang menderita
hipertensi primer tidak menunjukkan gejala apapun pada umumnya penyakit
hipertensi primer baru diketahui pada waktu memeriksakan kesehatan ke
dokter dengan jelas tetapi dia lebih cenderung kepada faktor-faktor yang
mempengaruhinya yaitu genetika, lingkungan, hiperaktifitas, susunan saraf
simpatik, sistem renin angiotensin, efek ekskresi Na, obesitas, merokok dan
stres.
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder ini sudah diketahui penyebabnya. Timbulnya penyakit
hipertensi ini sebagai akibat dari suatu penyakit, kondisi dan kebiasaan
seseorang. Hipertensi esensial ini disebabkan oleh beberapa penyakit yaitu:
penyakit parenkim renal atau vaskuler renal, penggunaan kontrasepsi oral,
gangguan endokrin, akibat stres yang parah, tumor di otak atau sebagai dari
reaksi pembedahan.
3. Klasifikasi Hipertensi
WHO menetapkan bahwa tekanan darah normal jika tekanan sistolik di bawah 140
mmHg dan diastoliknya di bawah 90 mmhg, seseorang dikatakan menderita
penyakit hipertensi jika tekanan sistolik sama atau di atas 160 mmHg dan tekanan
diastoliknya sama atau di atas 95 mmHg. Tekanan darah kurang dari 120/80
mmHg didefinisikan sebagai normal. Adapun tekanan darah di atas 140/90 mmHg
sudah termasuk hipertensi dan harus dianggap sebagai faktor risiko sehingga
sebaiknya diberikan perawatan (Dalimartha, 2008).
13
Tabel 2.1 Kriteria Hipertensi
No
Kriteria
Tekanan Darah (mmHg)
Sistolik
Diastolik
1
Normal
<130
<85
2
Perbatasan (high normal)
130-139
85-89
3
Hipertensi
Derajat 1: ringan
140-159
90-99
Derajat 2: sedang
160-179
100-109
Derajat 3: berat
180-209
110-119
Derajat 4: sangat berat
>210
>120
(The Joint National Commitee on Detection, Evaluation and Treatment of High
Blood Pressure USA)
4. Patofisiologi
Sampai sekarang pengetahuan tentang patogenesis hipertensi primer terus
berkembang karena belum didapat jawaban yang memuaskan yang dapat
menerangkan terjadinya peningkatan tekanan darah. Tekanan darah dipengaruhi
oleh curah jantung dan tahanan perifer. Berbagai faktor yang mempengaruhi curah
jantung dan tahanan perifer akan mempengaruhi tekanan darah. Berbagai faktor
seperti faktor genetik yang menimbulkan perubahan pada ginjal dan membran sel,
aktivitas saraf simpatis dan sistem renin-angiotensin yang mempengaruhi keadaan
hemodinamik, asupan natrium dan metabolisme natrium dalam ginjal, serta
obesitas dan faktor endotel mempunyai peran dalam peningkatan tekanan darah
pada hipertensi primer (Junaidi, 2006).
5. Manifestasi klinis
Bahaya Tekanan darah tinggi terselubung karena tidak menampakkan gejalagejala yang nyata. Gejala ini dapat berlangsung selama bertahun-tahun. Biasanya
kehadiran atau adanya penyakit hipertensi ditemukan secara kebetulan. Misalnya
pada waktu check up kesehatan atau saat mengunjungi dokter. Istilah tekanan
14
darah biasanya meliputi dua ukuran terpisah tekanan darah sistolik yang
merupakan tekanan darah tertinggi yang dicapai dalam arteri saat jantung
memompa darah keluar untuk bersirkulasi di dalam tubuh. Tekanan darah
diastolik yaitu tekanan yang jauh lebih rendah yang terjadi pada arteri saat jantung
dalam keadaan refleks untuk mengambil darah masuk diantara denyutan, Jika
salah satu atau keduanya ukuran itu di atas nilai batas yang ditemukan pada
individu sehat untuk umur dan jenis kelamin yang sesuai disebut hipertensi.
Pada pemeriksaan fisik, mungkin tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan
darah tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, peningkatan
tekanan darah >140/90 mmHg sakit kepala, epitaksis, pusing, migrain, rasa berat
di tengkuk, sukar tidur, mata berkunang-kunang, lemah dan lelah, muka pucat
suhu tubuh rendah. Akibat yang timbul adalah sakit kepala hebat, rasa berputar,
dan kadang-kadang disertai mual, jika hal itu terjadi, sebaiknya pasien harus
mendapatkan pengobatan yang intensif. Orang yang telah diyatakan hipertensi
harus, menjalankan pengobatan agar tidak berlanjut ke penyakit
komplikasi
lainnya (Junaidi, 2006).
6. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi
Beberapa faktor berikut sering berperan dalam kasus-kasus hipertensi, yaitu faktor
keturunan, faktor obesitas, faktor stres, faktor pola makan.
a. Faktor keturunan
Pada 70-80% kasus hipertensi essensial, didapatkan riwayat hipertensi di dalam
keluarga. Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua, maka
kemungkinan hipertensi essensial lebih besar. Hipertensi juga banyak dijumpai
pada pasien kembar monozigot (satu telur), apabila salah satu menderita
hipertensi (Armylawati, 2007).
b. Faktor obesitas
Diantara semua resiko yang dapat dikendalikan, berat badan adalah salah satu
yang paling erat kaitannya dengan hipertensi. Dibanding dengan orang kurus,
15
orang yang gemuk lebih besar peluangnya terkena hipertensi. Diperkirakan
sebanyak 70% kasus baru penyakit hipertensi adalah orang dewasa yang berat
badannya sedang bertambah. Dugaannya adalah jika berat badan seseorang
bertambah, volume darah akan bertambah pula, sehingga beban jantung untuk
memompa darah juga bertambah. Sering kali kenaikan volume darah dan
beban pada tubuh yang bertambah berhubungan dengan hipertensi. Karena
semakin besar bebannya maka semakin berat juga kerja jantung dalam
memompa darah ke seluruh tubuh. Kemungkinan lain adalah dari faktor
produksi insulin, yakni suatu hormon yang diproduksi oleh pankreas untuk
mengatur kadar
gula
darah. Jika berat
badan bertambah, terdapat
kecenderungan pengeluaran insulin yang bertambah. Dengan bertambahnya
insulin,
penyerapan
natrium
dalam
ginjal
akan
berkurang.
Dengan
bertambahnya natrium dalam tubuh, volume cairan dalam tubuh juga akan
bertambah. Semakin banyak cairan termasuk darah yang ditahan, tekanan
darah akan semakin tinggi.
Untuk mengetahui seseorang itu memiliki berat badan berlebih atau tidak, yaitu
dengan cara meghitung BMI (Body Masa Index) atau Index Masa Tubuh (IMT)
dengan rumus : Berat badan (kilogram) dibagi tinggi badan (meter).
BMI <18
: Kurang berat badan
BMI >18,1-25,0
: Normal
BMI >25,0-27,0
: Gemuk atau kelebihan berat badan
BMI >27,0
: Sangat gemuk atau obesitas
c. Faktor stres
Hubungan stres dengan hipertensi melalui aktivitas saraf simpatis. Dalam
kondisi stres adrenalin kedalam aliran darah, sehingga menyebabkan kenaikan
tekanan darah . Stres adalah respon yang dapat mengancam kesehatan jasmani
ataupun emosional. Bila seseorang terus menerus dalam keadaan ini, maka
tekanan darah akan tetap meningkat. Tanda-tanda stres antara lain: denyut
jantung meningkat, kekakun otot terutama sekitar bahu dan leher, sulit tidur,
16
konsentrasi menurun, nadi dan tekanan darah meningkat. Makan terlalu banyak
atau sedikit, tidak tenang, dan tidak mampu menyelesaikan masalah (Indriyani,
2009).
d. Faktor pola makan yang salah
Makanan yang diawetkan dan konsumsi garam dapur serta bumbu penyedap
dalam jumlah yang tinggi seperti monosodium glutamat (MSG), dapat
menaikkan tekanan darah karena mengandung natrium dalam jumlah yang
berlebih, sehingga dapat menahan air (retensi) sehingga meningkatkan volume
darah. Akibatnya jantung harus bekerja lebih keras untuk memompanya dan
tekanan darah menjadi naik. Selain itu natrium yang berlebihan akan
menggumpal pada dinding pembuluh darah dan natrium akan terkelupas
sehingga akibatnya menyumbat pembuluh darah (Indriyani, 2009).
7. Komplikasi Hipertensi
a. Kerusakan pembuluh darah
Tekanan darah yang terus-menerus tinggi dapat pula menyebabkan dinding
arteri rusak atau luka dan mendorong proses terbentuknya pengendapan plak
pada arteri koroner (arterosklerosis).
b. Pembesaran dan kegagalan jantung
Kalau tekanan darah tinggi dibiarkan tanpa perawatan tepat, jantung harus
memompa dengan sangat kuat untuk mendorong darah kedalam arteri lamakelamaan dinding otot jantung menjadi tebal. Sebuah jantung yang membesar
abnormal adalah jantung yang tidak sehat karena menjadi kaku dan irama
denyutnya cenderung tidak teratur. Hal ini akan menjadikan pemompaan
kurang efektif akhirnya akan menyebabkan kegagalan jantung. Kegagalan
jantung adalah suatu kondisi dimana jantung tidak mampu memompa darah
dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
17
c. Stroke
Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan saluran arteri di otak pecah dan
terjadi penumpukan darah ke otak.
8. Upaya Pencegahan Stroke Akibat Hipertensi
Hipertensi merupakan faktor risiko yang paling penting untuk menimbulkan
stroke. Bila naiknya tekanan darah berlangsung secara mendadak, maka dinding
pembuluh darah bisa pecah. Bila pembuluh darah yang pecah itu merupakan
pembuluh darah otak, maka dapat menyebabkan stroke.
Beberapa cara untuk mencegah terjadinya stroke akibat hipertensi antara lain:
a. Turunkan kelebihan berat badan
Obesitas merupakan salah satu bentuk malnutrisi dan kelainan metabolisme.
Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak
tubuh yang berlebihan. Curah jantung dan sirkulasi volume darah pasien
hipertensi yang mengalami obesitas cenderung lebih tinggi dibandingkan
dengan pasien hipertensi yang tidak obesitas. Obesitas terjadi akibat
mengkonsumsi kalori lebih banyak yang dibutuhkan oleh tubuh. Faktor-faktor
lain yang mempengaruhi terjadinya obesitas adalah: faktor genetik, lingkungan,
psikis, kesehatan, obat-obatan dan aktifitas fisik (Indriyani, 2009).
Menurut Dalimartha (2008), Hal yang perlu diperhatikan: Asupan kalori
dikurangi sekitar 25%, menu makanan harus seimbang dan memenuhi
kebutuhan zat gizi, melakukan aktivitas olahraga yang teratur. Diantara semua
faktor resiko yang dapat dikendalikan, berat badan adalah salah satu yang
paling erat kaitannya dengan hipertensi. Hubungan antara hipertensi dengan
obesitas telah dibuktikan oleh beberapa penelitian, penurunan berat badan
terbukti menurunkan tekanan darah. Para ahli medis menyarankan orang-orang
yang mengalami obesitas dan menderita hipertensi untuk menurunkan berat
badan sampai berada pada kelebihan 15% dari bobot tubuh normal. Penurunan
18
berat badan sampai 5,5 kg dapat menghasilkan penurunan tekanan darah
diastolik sekitar 10 mmHg.
b. Olahraga yang teratur
Olahraga merupakan suatu bentuk aktifitas fisik yang yang dilakukan tubuh
untuk menjaga kesehatan. Melakukan aktifitas fisik adalah agar aliran darah
dan peredaran darah lancar, serta mengencangkan otot-otot dalam tubuh.
Melakukan olahraga secara teratur tidak hanya menjaga bentuk tubuh dan berat
badan, tetapi juga dapat menurunkan tekanan darah tinggi. Latihan aerobik
sedang selama 30 menit sehari selama beberapa hari setiap minggu dapat
menurunkan tekanan darah. Jenis latihan yang dapat mengontrol tekanan darah
adalah: berjalan kaki, bersepeda, berenang, aerobik (Gunawan, 2007).
Olahraga atau senam adalah bagian dari usaha untuk mengurangi berat badan
dan mengelola stres, dua faktor yang mempertinggi resiko hipertensi. Pada
tahun 1993, American College of Sport Medicine (ACSM) menganjurkan
latihan-latihan aerobik (olahraga ketahanan) yang teratur serta cukup
takarannya untuk mencegah resiko hipertensi. Dengan melakukan gerakan
yang tepat selama 30-40 menit atau lebih sebanyak 3-4 hari per minggu, dapat
menurunkan tekanan darah sebanyak 10mmHg pada sistolik dan diastolik.
(Indriyani, 2009).
WHO mencanangkan gerakan Move for Health, yaitu anjuran untuk hidup aktif
sebagai salah satu cara dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan. Hidup
aktif dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja dan oleh siapa saja. Dengan
berbagai aktivitas fisik seperti berjalan kaki, melakukan pekerjaan rumah
tangga, dan lain-lain diharapkan akan memperlancar kerja sistem peredaran
darah sehingga akan mengurangi risiko serangan penyakit (Dalimartha, 2008).
19
c. Pengatur pola makan
Makanan merupakan faktor penting yang menentukan tekanan darah. Diet yang
dianjurkan adalah pembatasan asupan garam cukup menggunakan sekitar satu
sendok teh saja atau sekitar 5 gram per hari. Berarti tidak menambah garam
waktu makan dan menghindari makanan yang diasinkan dan menggunakan
mentega yang bebas garam (Gunawan, 2007).
Pengaturan menu bagi pasien hipertensi selama ini dilakukan dengan empat
cara, yakni diet rendah garam, diet rendah kolesterol dan lemak terbatas, diet
tinggi serat, dan diet rendah energi. Akan tetapi, dengan berkembangnya ilmu
pengetahuan cara-cara diet tersebut bertambah satu lagi yaitu DASH (Dietary
Approach to Stop Hypertension) merupakan strategi pengaturan menu yang
lebih lengkap.
Prinsip utama dari diet DASH adalah menyajikan menu makanan dengan gizi
seimbang yang terdiri atas buah-buahan, sayuran, produk-produk susu tanpa
atau sedikit lemak, ikan, daging unggas, biji-bijian, dan kacang-kacangan.
Menu DASH terdiri atas bahan makanan yang merupakan sumber kalium,
kalsium, magnesium, serat makanan dari sayuran, buah dan susu, serta
membatasi lemak jenuh, kolesterol, garam, gula, kopi, dan minuman keras.
Penelitian dengan DASH menunjukkan bahwa diet tinggi buah-buahan,
sayuran, dan produk susu tanpa lemak atau rendah lemak secara bersama-sama
dan total dapat menurunkan tekanan sistolik rata-rata 6-11mmHg (Indriyani,
2009). Dalam tiga kali waktu makan sehari dapat diselingi dengan makanan
ringan pada pukul 10.00 dan pukul 15.00.
20
Tabel 2.2 Diet Sehari
Nama makanan Jumlah
Energi
Karbohidrat
Nasi putih
100g
130.0kkal
28,6g
Telur dadar
40g
74,8kkal
0,5g
Tempe bacem
50g
118,5kkal
8,8g
Pisang ambon
125g
115,5kkal
29,3g
Sayur tahu
100g
180,0kkal
11,3g
Agar-agar 2 without coconut milk
Nasi putih
100g
130,0kkal
28,6g
Semur daging
50g
110,5kkal
7,8g
sayur sop
100g
104,0kkal
10,5g
Tempe bacem
50g
118,5kkal
8,8g
Pepaya
200g
78,0kkal
19,6g
Tahu rebus
50g
38,0kkal
0,9g
Nasi putih
100g
130,0kkal
28,6g
ikan mas
50g
109,0g
1,5g
Sayur asem
100g
49,0kkal
5,7g
Pepes tahu
50g
38,0kkal
0,9g
Pisang ambon
125g
115,0kkal
29,3g
Buah apel 150g
Sumber : Indriyani (2009)
d. Menghindari stres
Mencegah stres dan melakukan relaksasi sangat dianjurkan bagi pasien
hipertensi. Stres berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah. Hal yang bisa
dilakukan untuk mencegah stres antara lain dengan relaksasi, meditasi, yoga,
peregangan otot, pijat, membicarakan masalah dengan teman dekat, atau
bahkan meminta bantuan profesional untuk mengatasi masalah bila perlu.
Beberapa cara untuk mendapatkan keadaan relaksasi seperti meditasi, yoga,
senam dapat mengontrol sistem saraf otonom dengan kemungkinan dapat pula
menurunkan tekanan darah (Indriyani, 2009).
21
C. Stroke
1. Definisi Stroke
Stroke adalah kerusakan jaringan otak yang disebabkan karena berkurangnya atau
terhentinya suplai darah secara tiba-tiba, yang timbul secara mendadak dalam
waktu yang singkat yang diakibatkan perdarahan atau penyumbatan aliran darah
ke otak. (WHO, 1970) mendefinisikan bahwa stroke adalah penyakit yang
ditandai oleh penurunan fungsi otak, yang disebabkan oleh terhentinya aliran
darah ke otak yang berlangsung selama 24 jam atau lebih atau berakhir dengan
kematian (Ginanjar, 2009).
2. Klasifikasi Stroke
a. Stroke Iskemik
Aliran darah ke otak terhenti karena aterosklerosis (penumpukan kolesterol
pada dinding pembuluh darah) atau bekuan darah yang telah menyumbat suatu
pembuluh darah ke otak. Penyumbatan bisa terjadi di sepanjang jalur pembuluh
darah arteri yang menuju ke otak. Stroke jenis ini terjadi ketika aliran darah ke
otak terhambat secara tiba-tiba. Hambatan mendadak ini mengakibatkan sel-sel
dan jaringan otak mati karena tidak lagi menerima oksigen dan bahan makanan
dari darah (Sitorus, 2005).
Berdasarkan perjalanan klinisnya, stroke iskemik dikelompokkan menjadi:
(1) Transient Ischemic Attack (TIA): serangan stroke sementara yang
berlangsung kurang dari 24 jam.
(2) Reversible Ischemic Neurologic Deficit (RIND): gejala neurologis akan
menghilang antara > 24 jam sampai dengan 21 hari.
(3) Progressing stroke atau stroke in-evolution: kelainan atau defisit
neurologik berlangsung secara bertahap dari yang ringan sampai menjadi
berat.
(4) Completed stroke atau stroke komplet: kelainan neurologis sudah menetap
dan tidak berkembang lagi (Junaidi, 2006).
22
b. Stroke Haemorrhagi
Terhalangnya suplai darah ke otak dapat disebabkan oleh arteri yang mensuplai
darah ke otak pecah, oleh sebab tertentu misalnya tekanan darah yang terlalu
tinggi. Pembuluh darah yang pecah umumnya karena arteri tersebut berdinding
tipis berbentuk balon yang disebut aneurisma, atau arteri yang luka bekas
aterosklerotik. Perdarahan otak dapat terjadi di dalam otak yang disebut
hemoragi otak, sehingga otak tercemar oleh kumpulan darah (hematom), atau
darah masuk ke ruang subaraknoid yang disebut perdarahan subaraknoid.
Perdarahan subaraknoid ada dua macam yaitu primer, bila pembuluh darah
yang pecah berasal dari arteri yang ada di subaraknoid, dan sekunder bila
sumber darah dari tempat lain di luar ruangan subaraknoid yang masuk ke
ruangan subaraknoid (Junaidi, 2006).
3. Faktor Risiko Terjadinya Stroke
Menurut Auryn (2007), semua faktor yang menentukan timbulnya manifestasi
stroke dikenal sebagai faktor risiko stroke. Adapun faktor - faktor tersebut antara
lain:
a. Hipertensi
Hipertensi merupakan faktor risiko stroke yang potensial. Hipertensi dapat
mengakibatkan pecahnya maupun menyempitnya pembuluh darah otak.
Apabila pembuluh darah otak pecah maka timbullah perdarahan otak dan
apabila pembuluh darah otak menyempit maka aliran darah ke otak akan
terganggu dan sel–sel otak akan mengalami kematian.
b. Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus mampu menebalkan dinding pembuluh darah otak yang
berukuran
besar.
Menebalnya
dinding
pembuluh
darah
otak
akan
menyempitkan diameter pembuluh darah tadi dan penyempitan tersebut
kemudian akan mengganggu kelancaran aliran ke otak, yang pada akhirnya
akan menyebabkan infark sel–sel otak.
23
c. Penyakit Jantung
Berbagai penyakit jantung berpotensi untuk menimbulkan stroke. Faktor risiko
ini akan menimbulkan hambatan/sumbatan aliran darah ke otak karena jantung
melepas gumpalan darah atau sel–sel/jaringan yang telah mati ke dalam aliran
darah.
d. Gangguan Aliran Darah Otak Sepintas
Pada umumnya bentuk–bentuk gejalanya adalah sebagai berikut : Hemiparesis,
disartri, kelumpuhan otot–otot mulut atau pipi (perot), kebutaan mendadak,
hemiparestesi dan afasia.
e. Hiperkolesterolemi
Meningginya angka kolesterol dalam darah, terutama low density lipoprotein
(LDL), merupakan faktor risiko penting untuk terjadinya arteriosklerosis
(menebalnya dinding pembuluh darah yang kemudian diikuti penurunan
elastisitas pembuluh darah). Peningkatan kadar LDL dan penurunan kadar
HDL (High Density Lipoprotein) merupakan faktor risiko untuk terjadinya
penyakit jantung koroner.
f.
Infeksi
Penyakit infeksi yang mampu berperan sebagai faktor risiko stroke adalah
tuberkulosis, malaria,leptospirosis, dan infeksi cacing.
g. Obesitas
Obesitas merupakan faktor risiko terjadinya penyakit jantung.
h. Merokok
Merokok merupakan faktor risiko utama untuk terjadinya infark jantung.
i. Kelainan pembuluh darah otak
Pembuluh darah otak yang tidak normal suatu saat akan pecah dan
menimbulkan perdarahan.
24
j. Lain – lain
Lanjut usia, penyakit paru – paru menahun, penyakit darah, asam urat yang
berlebihan, kombinasi berbagai faktor risiko secara teori. Beberapa pola hidup
sehat yang dapat dilakukan guna menekan factor resiko terjadinya stroke
diantaranya:
(1) Melakukan olahraga secara teratur.
(2) Memilih dan mengkonsumsi makanan dan minuman yang sehat dan
bergizi seimbang.
(3) Menghindari makanan cepat saji yang tinggi kadar kalori, garam dan
lemaknya, tetapi miskin kadar gizinya.
(4) Menghindari atau berhenti dari kebiasaan merokok, mengkonsumsi
alkohol dan narkotika dan obat – obat terlarang.
(5) Mengobati penyakit kronis seperti hipertensi, kelainan irama jantung, dan
DM tipe 2 secara teratur ke dokter.
4. Etiologi
Menurut Diwanto (2009) stroke biasanya diakibatkan dari salah satu dari empat
kejadian yaitu:
a. Trombosis serebral
Arteriosklerosis serebral dan perlambatan sirkulasi serebral adalah penyebab
utama trombosis serebral, yang merupakan penyebab paling umum dari stroke.
Tanda-tanda trombosis serebral bervariasi. Sakit kepala adalah awitan yang
tidak umum. Beberapa pasien dapat mengalami pusing, perubahan kognitif,
atau kejang, dan beberapa mengalami awitan yang tidak dapat dibedakan dari
haemorrhagi intraserebral atau embolisme serebral. Secara umum, trombosis
serebral tidak terjadi dengan tiba-tiba, dan kehilangan bicara sementara,
hemiplegia, atau parestesia pada setengah tubuh dapat mendahului awitan
paralisis berat pada beberapa jam atau hari.
b. Embolisme serebral
Embolus biasanya menyumbat arteri serebral tengah atau cabang -cabangnya,
yang merusak sirkulasi serebral. Awitan hemiparesis atau hemiplegia tiba-tiba
25
dengan afasia atau tanpa afasia atau kehilangan kesadaran pada pasien dengan
penyakit jantung atau pulmonal adalah karakteristik dari embolisme serebral.
c. Iskemia serebral
Iskemia serebral (insufisiensi suplai darah ke otak) terutama karena konstriksi
ateroma pada arteri yang menyuplai darah ke otak.
d. Haemorrhagi serebral
(1) Haemorrhagi ekstradural (haemorrhagi epidural) adalah kedaruratan
bedah neuro yang memerlukan perawatan segera. Keadaan ini biasanya
mengikuti fraktur tengkorak dengan robekan arteri tengah arteri meningens
lain, dan pasien harus diatasi dalam beberapa jam cedera untuk
mempertahankan hidup.
(2) Haemorrhagi subdural pada dasarnya sama dengan haemorrhagi epidural,
kecuali bahwa hematoma subdural biasanya jembatan vena robek.
Karenanya periode pembentukan hematoma lebih lama dan menyebabkan
tekanan pada otak.
(3) Haemorrhagi subarakhnoid dapat terjadi sebagai akibat trauma atau
hipertensi, tetapi penyebab paling sering adalah kebocoran aneurisme pada
area sirkulus Willisi dan malformasi arteri vena kongenital pada otak.
(4) Haemorrhagi intraserebral adalah perdarahan di substansi dalam otak
paling umum pada pasien dengan hipertensi dan aterosklerosis serebral,
karena perubahan degeneratif karena penyakit ini biasanya menyebabkan
ruptur pembuluh darah. Biasanya awitan tiba -tiba dengan sakit kepala
berat. Bila haemorrhagi membesar, makin jelas defisit neurologik yang
terjadi dalam bentuk penurunan kesadaran dan abnormalitas pada tanda
vital.
5. Fisiologi
Fungsi otak adalah sebagai pengatur kegiatan sadar dan tidak sadar. Asupan oksigen
dan nutrisi akan dibawa oleh darah yang mengalir ke dalam pembuluh-pembuluh
26
darah yang menuju sel-sel otak. Bila sel-sel darah merah tidak dapat sampai ke
jaringan otak ketika pembuluh darah menjadi tersumbat atau pecah. Penghambatan
aliran oksigen ke sel-sel otak selama 3-4 menit saja sudah mulai menyebabkan
kerusakan sel-sel otak (Gunawan, 2007).
6. Manifestasi Klinik
Menurut Junaidi (2009) manifestasi klinis stroke terdiri atas:
a. Defisit Lapang Penglihatan
Homonimus hemianopsia (kehilangan setengah lapang penglihatan) Tidak
menyadari
orang
atau
objek
ditempat
kehilangan,
penglihatan,
mengabaikan salah satu sisi tubuh, kesulitan menilai jarak. Kehilangan
penglihatan perifer. Kesulitan melihat pada malam hari, tidak menyadari
objek atau batas objek, diplopia, penglihatan ganda.
b. Defisit Motorik
Hemiparesis (kelemahan wajah, lengan dan kaki pada sisi yang sama.
Paralisis wajah (karena lesi pada hemisfer yang berlawanan). Ataksia
(berjalan tidak mantap, tegak tidak mampu menyatukan kaki, perlu dasar
berdiri yang luas). Disartria (kesulitan dalam membentuk kata). Disfagia
(kesulitan dalam menelan).
c. Defisit Verbal
Afasia Ekspresif (tidak mampu membentuk kata yang dapat dipahami,
mungkin mampu bicara dalam respon kata tunggal). Afasia Reseptif (tidak
mampu memahami kata yang dibicarakan, mampu bicara tetapi tidak
masuk akal). Afasia Global (kombinasi baik afasia reseptif dan ekspresif).
d. Defisit Kognitif
Pada pasien stroke akan kehilangan memori jangka pendek dan panjang,
penurunan lapang perhatian, kerusakan kemampuan untuk berkonsentrasi,
alasan abstrak buruk, perubahan penilaian.
27
e. Defisit Emosional
Pasien akan mengalami kehilangan kontrol diri, labilitas emosional,
penurunan toleransi pada situasi yang menimbulkan stres, depresi, menarik
diri, rasa takut, bermusuhan dan marah, perasaan isolasi.
D. Hasil Penelitian Yang Terkait
Menurut hasil penelitian Musthofa (2013) tentang Hubungan Pengetahuan Dengan
Perilaku Penderita Hipertensi Dalam Pencegahan Stroke Di Puskesmas Ponorogo Utara
Kabupaten Ponorogo tahun 2013Dari hasil penelitian terhadap 50 responden
menunjukkan bahwa sebanyak 29 responden (58%) mempunyai pengetahuan baik,
sebanyak 21 responden (42%) mempunyai pengetahuan buruk. Sedangkan 26 responden
(52%) mempunyai perilaku positif dan sebanyak 24 responden (48%) perilaku negatif.
Berdasarkan uji Chi Square χ2 hitung < χ2 tabel atau 1,41 < 3,841, maka Ho diterima
yang berarti tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku penderita
hipertensi dalam pencegahan stroke.
Berdasarkan hasil penelitian Syahrul Aminuddin Hamid (2013) tentang Hubungan
Pengetahuan Dan Sikap Keluarga Tentang Pencegahan Hipertensi Dengan Kejadian
Hipertensi Tahun 2013. Hasil penelitian menunjukan dengan uji Chi square adanya
hubungan antara pengetahuan keluarga tentang pencegahan hipertensi dengan kejadian
hipertensi dengan hasil p value 0,011 (>0,05). Sedangkan sikap menunjukkan adanya
hubungan antara sikap keluarga tentang pencegahan hipertensi dengan kejadian
hipertensi dengan hasil p value 0,014 (>0,05). Untuk itu diharapkan keluarga selalu
memberikan dukungan dan perhatian dalam hal pencegahan hipertensi sehingga akan
meningkatkan derajat kesehatan penderita hipertensi.
Berdasarkan hasil penelitian I Ketut Gama (2012) tentang kepatuhan kontrol penderita
hipertensi dengan kejadian stroke Hasil penelitian menunjukkan 29 orang (53,7%)
patuh, 16 orang (29,6%) kurang patuh, 9 orang (16,7%) tidak patuh, sedangkan 45
orang (83,3%) tidak Stroke, 9 orang (16,7%) Stroke. Setelah dilakukan uji statistik
diperoleh nilai p value adalah 0,000, dimana nilai tersebut lebih kecil dari nilai α = 1%
28
(0,01) maka Ho ditolak yang artinya ada hubungan antara kepatuhan kontrol penderita
Hipertensi dengan kejadian Stroke.
E. Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Variabel independen
Variabel dependen
Pencegahan terjadinya
Pengetahuan
stroke
F. Hipotesis Penelitian
Ha : Ada hubungan pengetahuan pada pasien hipertensi dengan upaya pencegahan
terjadinya stroke di Puskesbun Bah Jambi Kecamatan Jawa Maraja Kabupaten
Simalungun Tahun 2014.
Download