BAB 1 MENGENAL HUTAN MANGROVE 1.1. Pendahuluan

advertisement
BAB 1
MENGENAL HUTAN MANGROVE
1.1. Pendahuluan
Ekosistem mangrove memiliki peranan penting dan memberikan manfaat
yang besar bagi kehidupan masyarakat khususnya yang berada disekitar pantai.
Tanaman mangrove tumbuh pada pantai-pantai yang terlindung atau pantai-pantai
yang datar, biasanya di sepanjang sisi pulau yang terlindung dari angin atau di
belakang terumbu karang di lepas pantai yang terlindung. Pembahasan pada hand
out ini akan memfasilitasi mahasiswa untuk memahami hutan mangrove dan secara
spesifik akan membahas tentang defenisi hutan mangrove, sebaran dan identifikasi
mangrove
1.2. Defenisi Mangrove
Macnae (1968) menyebutkan bahwa mangrove merupakan perpaduan
antara bahasa Portugis mangue dan bahasa Inggris grove. Perpaduan dua bahasa ini
menjadi mangrove yakni semak belukar yang tumbuh di tepi laut. Sementara itu,
menurut Mastaller (1997) kata mangrove berasal dari bahasa Melayu kuno yaitu
mangi-mangi yang digunakan untuk menerangkan marga Avicennia dan sampai
saat ini masih digunakan di Indonesia bagian timur. Tomlinson (1986) dan
Wightman (1989) mendefinisikan mangrove sebagai tumbuhan yang terdapat di
daerah pasang surut. Mangrove juga didefinisikan sebagai formasi tumbuhan
daerah litoral yang khas di pantai daerah tropis dan sub tropis yang terlindung
(Saenger et al., 1983 in Giesen et al., 2006).
Menurut Nybakken (1992) mangrove (hutan bakau) atau mangal adalah
sebutan umum yang digunakan untuk menggambarkan suatu varietas komunitas
pantai tropik yang didominasi oleh beberapa spesies pohon-pohon yang khas atau
semak-semak yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh pada perairan asin.
Lebih lanjut Nybakken (1992) menyebutkan bahwa bakau adalah tumbuhan daratan
yang ditujukan untuk semua individu tumbuhan. Mangal ditujukan bagi seluruh
komunitas atau asosiasi yang didominasi oleh tumbuhan bakau. Mangrove disebut
juga sebagai hutan pantai, hutan payau atau hutan bakau.
Dalam bahasa Indonesia mangrove disebut juga hutan pasang surut, hutan
payau, rawa-rawa payau atau hutan bakau. Istilah yang sering digunakan adalah
mangrove, hutan bakau, atau hutan payau (Kartawinata, 1979; SNM, 2003).
Namun, demikian lebih dianjurkan penggunaan istilah mangrove karena bakau
adalah nama lokal untuk anggota genus Rhizophora, sementara mangrove disusun
oleh banyak genus dan spesies tumbuhan lainnya. Oleh karena itu, penyebutan
hutan mangrove dengan hutan bakau sebaiknya dihindari (SNM, 2003).
Hutan mangrove adalah kelompok jenis tumbuhan yang tumbuh di
sepanjang garis pantai tropis sampai sub-tropis. Mangrove hidup dan berkembang
pada lingkungan yang mengandung garam dan bentuk lahan berupa pantai dengan
reaksi tanah anaerob. Secara ringkas hutan mangrove dapat didefinisikan sebagai
suatu tipe hutan yang tumbuh di daerah pasang surut (terutama di pantai yang
terlindung, laguna, muara sungai) yang komunitas tumbuhannya bertoleransi
terhadap garam. Ekosistem mangrove merupakan suatu sistem yang terdiri atas
organisme (tumbuhan dan hewan) yang berinteraksi dengan faktor lingkungan di
dalam suatu habitat mangrove (Snedaker 1978 in Anwar 2005).
1.3. Sebaran mangrove
Mangrove diperkirakan berasal dari kawasan Indo-Malaysia. Mangrove
tersebut tersebar ke barat hingga India dan Afrika Timur, serta ke timur hingga
Amerika dan Afrika Barat (Atlantik). Penyebaran mangrove dari pantai barat
Amerika ke laut Karibia, terjadi pada jaman Cretaceous atas dan Miocene bawah,
antara 66-23 juta tahun yang lalu. Penyebaran ini melewati selat yang kini menjadi
tanah genting negara Panama. Penyebaran ke timur diikuti penyebaran ke utara
hingga Jepang dan ke selatan hingga Selandia Baru. Sebagai pengecualian,
mangrove ditemukan di Selandia Baru (38oLS) dan Jepang (32oLU). Cara
penyebaran ini menyebabkan mangrove di Amerika dan Afrika Barat memiliki luas
dan keragaman lebih rendah. Hal ini disebabkan oleh penyebaran yang harus
melewati Samudera Pasifik. Mangrove di Asia, India, dan Afrika Timur memiliki
keragaman lebih tinggi (Walsh, 1974; Tomlison, 1986). Hal ini menginspirasi
Walsh (1974) untuk membagi dunia mangrove menjadi dua kawasan utama, yaitu
Indo-Pasifik Barat yang meliputi Asia, India dan Afrika Timur, serta AmerikaAfrika Barat.
Mann (2000) menyebutkan bahwa mangrove ditemukan sampai pada
pasang tertinggi air laut (supra tidal) di daerah tropis dan beberapa di daerah
subtropis. Lebih lanjut Wong & Tam (1995) in Mann (2000) menyebutkan bahwa
mangrove ditemukan pada 25 0LU dan 25 0LS dan luasnya diperkirakan mencapai
170.000 km2. Menurut Hogarth (2007) distribusi mangrove di dunia dapat
ditemukan pada 23,50LU dan 23,50LS. Distribusi mangrove di dunia dapat dilihat
pada Gambar 1.
B
A
Gambar 1. Distribusi mangrove dunia (dari total luas 18.107.700 ha)
Keterangan: A. Indo-Pasifik Barat, B. Amerika - Afrika Barat (Spalding
et al., 1997; Mann 2000; Hogarth 2007).
Ekosistem mangrove di Indonesia pada umumnya terpencar dalam
kelompok-kelompok kecil, dimana sebagian besar terletak di Irian Jaya (Papua).
Mangrove paling baik tumbuh di pantai berlumpur yang terlindung dari gelombang
dan mendapat masukan air sungai. Tumbuhan mangrove di Sumatera, Kalimantan
dan Sulawesi dapat mencapai tinggi 50 m dengan diameter 50 cm. Namun
umumnya hanya setinggi 25 m dengan diameter 18 cm (Soemodihardjo dan
Ishemat, 1989). Mangrove di Indonesia mempunyai keragaman jenis yang tinggi
yaitu memiliki 89 jenis tumbuhan yang terdiri dari 35 jenis pohon, 5 jenis terna, 9
jenis perdu, 9 jenis liana, 29 jenis epifit, dan 2 jenis parasit (Nontji, 1987). Informasi
lain menyatakan jumlahnya lebih dari 37 spesies (Soemodihardjo dan Ishemat,
1989) atau 45 spesies (Spalding et al., 1997). Spesies utama berasal dari genera
Avicennia, Rhizophora, Sonneratia, Bruguiera, Ceriops, Excoecaria, Heritiera,
Lumnitzera, Nypa fruticans, Xylocarpus, dan Aegiceras (Soemodihardjo dan
Sumardjani, 1994). Penyebaran mangrove di Indonesia dapat dilihat pada Gambar
2 menurut Giesen et al., (2006) dan menurut KLH (2008) serta Tabel 1.
Gambar 2. Distribusi mangrove di Indonesia menurut Giesen et al., (2006) dan
KLH (2008)
Sementara itu, Giesen et al., (2006) menyebutkan di Indonesia tercatat
setidaknya 202 jenis tumbuhan mangrove. Jenis tersebut meliputi 89 jenis pohon, 5
jenis palma, 19 jenis pemanjat, 44 jenis herba tanah, 44 jenis epifit dan 1 jenis paku.
Sebanyak 43 jenis, dari 202 jenis tersebut (diantaranya 33 jenis pohon dan beberapa
jenis perdu) ditemukan sebagai mangrove sejati (true mangrove). Sementara jenis
lain ditemukan di sekitar mangrove dan dikenal sebagai jenis mangrove ikutan
(associate mangrove). Menurut Kitamura et al., (1997), mangrove dibagi menjadi
tiga bagian, yaitu Mangrove Mayor, Mangrove Minor dan Mangrove Asosiasi.
Berikut ini adalah penjelasan dari tiga bagian tersebut:
1). Mangrove Mayor (komponen utama)
Tumbuhan yang membentuk spesialisasi morfologis seperti akar udara dan
mekanisme fisiologis khusus lainnya untuk mengeluarkan garam agar dapat
beradaptasi terhadap lingkungan mangrove. Secara taksonomi, kelompok
tumbuhan ini berbeda dengan kelompok tumbuhan darat. Kelompok ini hanya
terdapat di hutan mangrove dan membentuk tegakan murni, tidak pernah
bergabung dengan kelompok tumbuhan darat. Contoh: Bruguiera cylindrica
(Tancang), Ceriops decandra (Kenyonyong), dan Rhizophora apiculata
(Bakau). Contoh mangrove mayor disajikan pada Gambar 3 berikut:
Tabel 1. Sebaran jenis mengrove di pulau-pulau di Indonesia
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Jenis
Aegiceras corniculatum
Aegiceras floridum
Avicennia alba
Avicennia lanata
Avicennia marina
Avicennia officinalis
Bruguiera cylindrica
Bruguiera gymnorrhiza
Bruguiera parviflora
Bruguiera sexangula
Ceriops decandra
Ceriops tagal
Dolichandrone spathacea
Excoecaria agallocha
Heritiera littoralis
Kandelia candel
Lumnitzera littorea
Lumnitzera racemosa
Nypa fruticans
Osbornea octodonta
Phoenix paludosa
Pemphis acidula
Rhizophora apiculata
Rhizophora lamarckii
Rhizophora mucronata
Rhizophora stylosa
Scyphiphora
hydrophyllacea
Sonneratia alba
Sonneratia caseolaris
Sonneratia ovata
Xylocarpus granatum
Xylocarpus moluccensis
Xylocarpus rumphii
Jawa
+
Bali
+
+
+
Sumatera
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
Pulau
Kalimantan
+
+
+
+
+
+
+
+
Sulawesi
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
Maluku
+
+
+
Papua
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
Sumber: Kusmana et al., 2008
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
Gambar 3. Mangrove mayor (Rhizophora apiculata)
2). Mangrove Minor (komponen tambahan/tumbuhan pantai)
Kelompok ini bukan merupakan bagian yang penting dari mangrove, biasanya
terdapat pada daerah tepi dan jarang sekali membentuk tegakan murni. Contoh:
Pemphis acidula (Sentigi), Excoecaria agallocha (Buta-buta), dan Xylocarpus
granatum (Nyirih). Contoh mangrove minor disajikan pada Gambar 4 berikut:
Gambar 4. Mangrove minor (Xylocarpus granatum)
3). Mangrove Associates (Asosiasi Mangrove)
Kelompok ini tidak pernah tumbuh di dalam komunitas mangrove sejati dan
biasanya hidup bersama tumbuhan darat (Gambar 5). Contoh: Vitex ovata
(Legundi), Terminalia catappa (Ketapang) dan Thespesia populnea (Waru
laut), pandan (Pandanus odoratissima).
Gambar 5. Mangrove asosiasi (Pandanus odoratissima)
1.4. Identifikasi Mangrove
Dibandingkan dengan pengamatan di hutan tropis, pengamatan vegetasi di
habitat mangrove relatif lebih mudah, karena terbatasnya jenis tumbuhan serta sifat
perbungaannya yang tidak terlalu musiman. Hal ini berarti bahwa hampir setiap saat
dapat ditemukan pohon yang memiliki bunga atau buah yang akan memudahkan
identifikasi jenis pohon. Lebih dari itu, tumbuhan pada habitat mangrove tidaklah
setinggi pohon-pohon di hutan hujan tropis. Meskipun demikian, pengamatan pada
habitat mangrove juga memiliki kesulitan tersendiri. Sebagian besar bentuk
pohonnya
memiliki
kesamaan,
sehingga
pengamat
harus
memfokuskan
perhatiannya pada perbedaan kulit kayu, tipe akar serta bunga/buahnya. Jika waktu
pengamatan tidak memungkinkan, perlu dibuat koleksi tumbuhan, yakni dengan
mengambil daun, bunga, dan buah dari pohon yang akan diidentifikasi. Identifikasi
dapat dilakukan kemudian di laboratorium dengan membuat catatan mengenai
lokasi, tanggal, tipe perakaran, dan habitat.
Spesimen sebaiknya disimpan diantara kertas koran yang dijepit oleh bambu
atau tripleks. Biasanya dengan cara ini spesimen masih bisa diidentifikasi selama 2
- 3 hari kemudian. Untuk perjalanan yang lebih lama, spesimen dapat disimpan
dalam kantung pelastik yang tahan air dan sama sekali tidak terbuka terhadap udara
luar, dan kemudian ditaburi methylate spirit. Kelemahannya, bahan ini cukup
mahal, mudah terbakar dan mudah menguap. Untuk 25 - 35 spesimen dibutuhkan 1
liter methylate spirit.
Bagi pemula, cara termudah untuk mengenali jenis-jenis mangrove adalah
dengan mengidentifikasinya secara visual. Bagi pemula dan sama sekali belum
mengenal spesies mangrove, pada saat ke lapangan (untuk mulai melakukan
identifikasi), sebaiknya membawa dan menggunakan buku-buku identifikasi
rujukan mangrove yang sudah sangat lengkap dan memudahkan. Hal yang perlu
diketahui dari mempelajari mangrove adalah melihat minimal tiga dari lima
karakteristik utama mangrove. Karakteriktik identifikasi mangrove tersebut
meliputi:
1. Bentuk tumbuhan: pohon, semak, liana, paku/palem, dan herba/rumput
2. Akar;
3. Daun: komposisi daun dan susunan daun
4. Bunga: posisi bunga dan susunan bunga
5. Buah
Buku-buku identifikasi mangrove yang komprehensip antara lain: 1) Giesen
et al., (2006). Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia. PKA/WIIP. Bogor; 2)
Kitamura, S., C. Anwar, A. Chaniago, S. Baba. (1997). Buku Panduan Mangrove
di Indonesia – Bali dan Lombok. JICA/ISME/MIC. Bali. Untuk mengetahui
informasi mengenai cara budidaya mangrove dapat dibaca Pedoman Pembuatan
Persemaian dan Penanaman Mangrove oleh Kusmana (1997) atau Panduan Teknis
Penanaman Mangrove bersama Masyarakat oleh Khazali (1999). Selain itu ada juga
buku terbaru dari Priyono (2010) tentang Panduan Praktis Teknis Rehabilitasi
Mangrove di kawasan Pesisir Indonesia.
KESIMPULAN
Mangrove adalah tipe hutan yang khas terdapat di sepanjang pantai atau
muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Mangrove di Indonesia
mempunyai keragaman jenis yang tinggi yaitu memiliki 89 jenis tumbuhan yang
terdiri dari 35 jenis pohon, 5 jenis terna, 9 jenis perdu, 9 jenis liana, 29 jenis epifit,
dan 2 jenis parasit. Mangrove dibagi menjadi tiga bagian, yaitu mangrove mayor,
mangrove minor dan mangrove asosiasi. Karakteriktik identifikasi mangrove
tersebut meliputi: bentuk tumbuhan (pohon, semak, liana, paku/palem, dan
herba/rumput), akar, daun (komposisi daun dan susunan daun), bunga (posisi bunga
dan susunan bunga), dan buah.
LATIHAN SOAL:
1. Jelaskan defenisi dari ekosistem mangrove!
2. Uraikan sebaran mangrove di dunia!
3. Jelaskan sebaran mangrove di Indonesia!
4. Jelaskan cara melakukan identifikasi mangrove!
REFERENSI:
Aksornkoae, S. 1993. Ecology and Management of Mangrove. IUCN Wetland
Program. Bangkok.
FAO. 1994. Mangrove Forest Management Guidlines. Food and Agriculture
Organization of the United Nations
Hamilton, L. S. dan Snedaker. 1984. Handbook for Mangrove Area Management.
Gland, Paris, Honolulu.
Kusmana, C, S. Wilarso, I. Hilwan, P. Pamoengkas, C. Wibowo, T. Tiryana, A.
Triswato, Yunasfi dan Hamzah, 2005. Tenik Rehabilitasi Mangrove.
Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.Bogor.
Download