PENGENALAN R PROGRAMMING Bagian I - e

advertisement
PENGENALAN R PROGRAMMING
Bagian I
Adnan Sauddin
Jurusan Matematika,
Fakultas Sains dan Teknologi, UINAM
[email protected]
Info:
Jurnal MSA Vol. 2 No. 2
Edisi: Juli – Desember 2014
Artikel No.: 7
Halaman: 51 -59
ISSN: 2355-083X
Prodi Matematika UINAM
ABSTRAK
R Programming merupakan suatu bahasa pemrograman khusus untuk
matematika dan statistika yang bersifat open source. Keunggulan dari
aplikasi ini adalah dapat diperoleh secara terbuka tanpa membeli lisensi.
Pada R programming juga pengguna dapat melakukan analisis dengan
hanya menulis fungsi yang diinginkan dengan paket yang telah tersedia
yang banyak pengembang dan atau membuat sendiri list program sesuai
dengan rumus dari data yang akan dianalisis. Kekuatan R programming
berada pada Keterbukaannya sehingga tersedia banyak paket yang dibuat
oleh orang-orang yang kompenten sehingga memudahkan bagi pengguna
yang tidak memiliki kemampuan komputasi yang lebih. Aplikasi ini juga
mengkover hampir semua formula dalam matematika dan statistic, seperti,
vektor dan matriks.
Kata Kunci:R Programming, vektor, matriks, opensource.
1. PENGANTAR R
R adalah bahasa pemrograman untuk analisis
statistic dan grafik yang didistribusikan dibawah
lisensi GNU Genaral Public License. R
memberikan fleksibilitas dan kekuatan dan
konsisten yang mengintegasikan tool-tool untuk
manipulasi data, analisis dan menampilkannya.
Software R dapat didownload secara gratis di
CRAN; http://r-project.org
2. Definisi-Definisi dalam R
Berikut beberapa definisi dari istilah-istilah yang
digunakan Dalam R
Object R merupakan suatu bahasa berorientasi
obyek dan semua yang didalam R merupakan
obyek. Sebagai contoh, suatu bilangan adalah
obyek, suatu variable adalah obyek, output
adalah obyek, himpunan data adalah obyek yang
merupakan kumpulan obyek
Vektor Suatu kumpulan dari satu atau lebih
obyek dari jenis yang sama, contoh; semua
bilangan atau semua huruf
Function suatu kumpulan instruksi yang
menghasilkan satu atau lebih obyek. Function
50
biasanya digunakan untuk melakukan tugastugas tertentu atau umum yang membutuhkan
banyak instruksi. Sebagai contoh;

function mean() digunakan untuk
menghitung rata-rata aritmetika dari nilai
vector numeric yang diberikan. Function
memuat nama diikuti oleh tanda kurung
yang
memuat
himpunan
parameter
(dinyatakan sebagai argument) atau kosong.
Parameter jenis informasi yang dapat
ditempatkan pada function. Sebagai contoh;

mean(), fungsi yang membutuhkan satu
parameter
Argument
informasi tertentu yang berkaitan
dengan function untuk menentukan bagaimana
fungsi seharus melakukan tugasnya. Argumen
dinyatakan Dalam bentuk name=value
ditempatkan diantara dua kurung yang diikuti
oleh nama fungsi. Contoh; fungsi mean()
membutuhkan paling sedikit satu argument.
Operator
symbol yang digunakan untuk
melakukan kerja tertentu atau symbol yang
bermakna, seperti +, -, * dan /. Operator =
Jurnal MSA, Vol. 2 No. 2, Juli-Des 2014
digunakan untuk menyatakan nilai argument dari
suatu fungsi. Operator logika, TRUE atau
FALSE, < (ruang kiri lebih kecil dari ruang
kanan), > (ruang kiri lebih besar dari ruang
kanan), >= (ruang kiri lebih besar atau sama
dengan ruang kanan, <= (ruang kiri lebih kecil
atau sama dengan ruang kanan, == (nilai ruang
kiri sama dengan ruas kanan, != (ruang kiri tidak
sama dengan ruang kanan), && (logika DAN), ||
(logika ATAU).
3. Nama Object
Semua obyek namanya harus unik. Aturannya
adalah:


Nama harus huruf
Nama tidak boleh memuat karakter: spasi,
-+*/#%&[]{}()~
Aturan penamaan:


Semua perintah dalam R bersifat case
sensitive.
Nama harus menggambarkan obyek
4. Expression, Assignment dan Aritmetic
Expression adalah perintah yang dimasukkan
pada command prompt R, dievaluasi oleh R lalu
dicetak ke monitor. Contoh
← (expression)
← output hasil evaluasi
> 2 + 3
[1] 5
Assignment menyatakan suatu nama ke obyek
baru yang mungkin merupakan hasil evaluasi
expression atau obyek yang lain. Operator
assignment adalah < -.
> VAR1 <- 2 + 3
> VAR1
[1] 5
←
menyatakan
expression pada obyek
VAR1
← Cetak
isi obyek VAR1
←
hasil
evaluasi
Kita juga bias membagi perintah-perintah dalam
R,
> VAR2 <-
← assignment/ expression
tidak atau belum lengkap
+ 2 + 3
> VAR2
← melengkapi assignment
atau expression
← cetak isi VAR2, keluaran
hasil evaluasi
[1] 5
Jika nilai suatu vektor adalah numeric, maka
operator-opetor aritmetika dapat diterapkan
> VAR2 - 1
← cetak isi dari VAR2
dikurangi 1
[1] 4
> ANS1 <- VAR1 * VAR2
← evaluasi
expression
dinyatakan
pada ANS1
> ANS1
←cetak isi
dari ANS1 sebagai hasil
evaluasi
[1] 25
Obyek juga bisa digabungkan dengan
menggunakan fungsi c() – concatenation
← menggambungkan 1, 2
and 6
[1] 1 2 6
← mencetak hasil
> c(VAR1, ANS1)
←
menggabungkan isi VAR1
dan ANS1
[1] 5 25
← cetak hasil
> c(1, 2, 6)
5. Session dan Workspace R
Membersihkan session
Untuk melihat semua obyek yang aktif yang telah
dibuat sebelumnya:
←
tampilkan
obyek aktif dalam R
[1] "ANS1" "VAR1" "VAR2"
> ls()
Fungsi ls() juga dapat digunakan untuk
mencari nama obyek yang telah dibuat
sebelumnya.
> ls(pat = "VAR")
←tampilkan
obyek yang dibulai dengan
VAR
[1] "VAR1" "VAR2"
> ls(pat = "A*1")
←tampilkan
obyek yang memuat A dan
1
dengan
sejumlah
karakater diantara keduanya
51
Jurnal MSA, Vol. 2 No. 2, Juli-Des 2014
dari ‘from’ hingga ‘to’
dengan kenaikan ‘by’
[1] "ANS1" "VAR1"
Untuk menghapus obyek
digunakan fungsi rm()
dalam
memory
> rm(VAR1, VAR2)
← hapus obyek
VAR1 dan VAR2
> rm(list = ls())
← hapus semua
obyek
yang
telah
didefinisikan sebelumnya
Direktori aktif
Secara default, tempat kita bekerja berada dalam
direktori yang diatur oleh R, namun kita juga
dapat mengatur pada direktori mana kita akan
bekerja, dengan menggunakan fungsi setdw()
dan untuk mengetahui director aktif gunakan
fungsi getdw().
> setwd("~/Documents/") ←set the
current working directory
> getwd()
←review
the current working directory
[1] "/home/murray/Documents"
> list.files(getwd())
[1] "addressbook.vcf"
[2]
"Introduction.rnw"
←menampilkan
semua file direktori aktif
[3] "Introduction.rnw.map"
[4] "Rplots.ps"
[5] "Rscripts.R"
Fungsi
Fungsi adalah sekumpulan perintah yang
dikumpulkan secara bersama-sama sedemikian
hingga perintah-perintah tersebut dapat dimulai
atau dijalankan melalui satu perintah yang
menyatukan seluruh masukan dari user pada
sembarang perintah internal.
Fungsi membutuhkan satu atau lebih input yang
disebut argument. Berikut struktur yang
digunakan:
> seq (from, to) ← barisan bilangan dari
‘from’
hingga
‘to’
dengan kenaikan 1
> seq (from, to,
by=)
← barisan bilangan
52
> seq (from, to,
length.out=)
← barisan bilanga ‘length.out’ dari ‘from’
to ‘to’
Contoh
> seq(9,5)
[1] 9 8 7 6 5
> seq(5,9)
[1] 5 6 7 8 9
> seq(from=5, to=9)
[1] 5 6 7 8 9
> seq(to=9, by=3), from=5)
Error:
unexpected
','
"seq(to=9, by=3),"
> seq(to=9, by=3, from=5)
[1] 5 8
in
Urutan Operator
Operator
Description
[ [[
indexing
::
name space
$
component
^
exponentiation (evaluated
right to left)
- +
sign (unary)
:
sequence
%special% special operators (e.g. %/%,
%%)
* \
multiplication, division
+ addition and subtraction
< > <= >= ordering and comparison
== !=
!
logical negation (not)
& &&
logical AND
| ||
logical OR
~
formula
-> ->>
assignment (left to right)
=
argument assignment (right to
left)
<- <<assignment (right to left)
?
help
Jurnal MSA, Vol. 2 No. 2, Juli-Des 2014
.
Vektor
Vector adalah kumpulan satu atau lebih entri dari
class (type) kelas yang sama.
Table 1.2 kelas-kelas Obyek Vektor dalam R. The operator : digunakan untuk membangkitkan
barisan bilangan bulat. Fungsi c() merupapkan penulisan ringkas untuk concatenate
(penggabungan) dan dapat digunakan untuk membangkitkan vektor. operator == melakukan eveluasi
sisi kiri apakah sama dengan sisi kanan
Vector class
Integer
(Whole numbers)
Example
> 2:4
#vector of integers from 2 to 4
[1] 2 3 4
> c(1,3,9)
#vector of integers
[1] 1 3 9
numeric
(Real numbers)
> c(8.4, 2.1)
#vector of real numbers
[1] 8.4 2.1
character
> c('A', 'ABC')
(Letters)
[1] "A" "ABC"
#vector of letters
logical
> c(2:4)==3
#evaluate the expression
(TRUE or FALSE)
[1] FALSE TRUE FALSE
#the printed logical vector
Variable biologi adalah sekumpulan pengamatan
dari jenis yang sama (contoh; variable suhu
memuat kumpulan pengukuran suhu) dan
disajikan dalam bentuk vektor. Variable kontinu
biologi digambarkan dengan numeric vectors,
dimana variable kategorial merupakan cara
terbaik digambarkan dengan vektor.
Regular atau Pola Barisan
Barisan
inklusi
bilangan
bulat
dapat
dibangkitkan dengan menggunakan: operator
> # barisan inklusif dari 18
hingga 10
> 18:10
[1] 18 17 16 15 14 13 12 11 10
Contoh
> temperatur <-c(36.1,
30.6,31,39.9,6.5,11.2,12.8,9.7,1
5.9)
> temperatur
[1] 36.1 30.6 31.0 39.9 6.5 11.2
12.8 9.7 15.9
Fungsi seq() digunakan untuk membangkitkan
barisan numeric
#Bilangan dari 2 hingga <= 20
dengan kenaikan 4
> seq(from=2, to=20, by=4)
[1] 2 6 10 14 18
> seq(from=2,to=20, length=5)
[1] 2.0 6.5 11.0 15.5 20.0
53
Jurnal MSA, Vol. 2 No. 2, Juli-Des 2014
Barisan dari entri yang berulang, dapat dilakukan
dengan rep()
dalam menggunakan fungsi names() untuk
nama anggota dari vektor TEMPERATUR:
> rep (4,5)
> names(TEMPERATURE) <- QUADRATS
> TEMPERATURE
Q1
Q2
Q3
Q4
Q5
Q6
Q7
Q8
Q9 Q10
36.1 30.6 31.0 36.3 39.9 6.5
11.2 12.8 9.7 15.9
# mencetak ulang
bilangan
empat
sebanyak 5 kali
[1] 4 4 4 4 4
> rep("tidak",4) #mencetakn kata
"tidak"
sebanyak 4 kali
[1]
"tidak"
"tidak"
"tidak"
"tidak"
> rep(c(2,5),3) # mencetak deret
2 & 5 sebanyak 3
kali
[1] 2 5 2 5 2 5
Vektor Karakter
Penamaan Eksperimen atau unit sample dapat
disimpan dalam vektor karakter
Fungsi paste() dapat juga digunakan dalam
konjungsi
dengan
fungsi
lain
untuk
membangkitkan daftar label. Contoh, kita dapat
menggabungkan suatu vektor dengan huruf A, B,
C, D dan E dimana setiap karakter tersebut
diulangi sebanyak dua kali secara berurutan
(menggunakan fungsi rep() dengan vektor
yang memuat 1 dan 2 untuk menghasilkan vektor
karakter yang memiliki label disisinya.
> QUADRATS <c("Q1","Q2","Q3","Q4","Q5")
> QUADRATS
[1] "Q1" "Q2" "Q3" "Q4" "Q5"
> SITE <paste(rep(LETTERS[1:5],each=2),1
:2,sep="")
> SITE
[1] "A1" "A2" "B1" "B2" "C1"
"C2" "D1" "D2" "E1" "E2"
Cara
yang mudah
dan baik
untuk
membangkitkan vektor karakter diatas adalah
dengan menggunakan fungsi paste(). Fungsi
ini mengkonversi beberapa vektor ke dalam
vektor karakter sebelum menggabungkan
anggota dari setiap vektor secara bersama-sama
ke dalam satu vektor karakter. Argument sep=
digunakan untuk menyatakan pemisahan
karakter (atau sekumpulan karakter) untuk
memberikan jarak antara anggota vektor.
Fungsi
substr()
digunakan
untuk
mengekstaksi bagian-bagian string (sekumpulan
karakter) dalam vektor karakter dan selanjutnya
berguna untuk membuat label-label terpotong.
Contoh; jika kita mempunyai vektor karakter
yang memuat name kota-kota besar di Indonesia
dan perlu memberikan kode daerah (tiga huruf
pertama) untuk pelabelan grafik:
> QUADRATS <paste("Q",1:10,sep="")
> QUADRATS
[1] "Q1" "Q2" "Q3" "Q4"
"Q5" "Q6" "Q7" "Q8" "Q9"
"Q10"
> paste ("quad",1:10,sep=".")
[1] "quad.1" "quad.2"
"quad.3" "quad.4" "quad.5"
"quad.6" "quad.7"
[8] "quad.8" "quad.9"
"quad.10"
Cara lain, gunakan fungsi abbreviate()
Vektor karakter dapat digunakan untuk
penamaan anggota vektor. Sebagai contoh, kita
54
> INDONESIA <c("Jakarta","Bandung","Surabaya"
,"Medan","Makassar","Palembang")
> substr(INDONESIA,1,3)
[1] "Jak" "Ban" "Sur" "Med"
"Mak" "Pal"
> abbreviate(INDONESIA,minlength=3)
Jakarta
Bandung Surabaya
Medan Makassar Palembang
"Jkr"
"Bnd"
"Srb"
"Mdn"
"Mks"
"Plm"
Variable kategorial dengan level-level diskrit dapat
diwakilkan dengan vektor karakter. Contoh:
Jurnal MSA, Vol. 2 No. 2, Juli-Des 2014
> SHADE <c("no","no","no","no","no","full","
full","full","full","full")
> SHADE
[1] "no"
"no"
"no"
"no"
"no"
"full" "full" "full" "full"
"full"
Factor
Untuk mengakomodasi variable kategorial
(factor), R memiliki tambahan class dari
vektor yang disebut factor yang menyimpan
vektor yang bersesuaian dengan level dari
variable factor. Fungsi factor mengkonversi
vektor menjadi vektor factor.
> SHADE <- factor(SHADE)
> SHADE
[1] no
no
no
no
no
full full full full full
Levels: full no
Perhatikan perbedaan output dari vektor factor
dan vektor karakter.
Terdapat beberapa cara yang dapat digunakan
untuk membangkitkan factor dalam R.
penggabungan dari fungsi rep() dan fungsi
concatenation(c()) dapat digunakan
dalam berbagai cara untuk menghasilkan hasil
yang indentik.
> SHADE <factor(c(rep("no",5),rep("full",
5)))
> SHADE <factor(rep(c("no","full"),c(5,5)
))
> SHADE <factor(rep(c("no","full"),each=5
))
> SHADE
[1] no
no
no
no
no
full full full full full
Levels: full no
> SHADE <gl(2,1,10,c("no","full"))
> SHADE
[1] no
full no
full no
full no
full no
full
Levels: no full
Fungsi factor menyusun level factor dalam
urutan alphabet, dimana fungsi gl()
mengurutkan level factor dalam urutan yang
diikutkan dalam ekspresi.
Matriks, lists dan data frame
Matriks
Fungsi matrix()
> matrix(TEMPERATURE,nrow=5)
[,1] [,2]
[1,] 36.1 6.5
[2,] 30.6 11.2
[3,] 31.0 12.8
[4,] 36.3 9.7
[5,] 39.9 15.9
Matriks
dapat
juga
digunakan
untuk
menggabungkan dua atau lebih vektor yang
memilik panjang yang sama (dan class). Contoh,
misalkan kita punya variable X dan Y, untuk
menggabungkannya menjadi matriks digunakan
fungsi cbind() atau rbind():
> X <c(16.92,24.03,7.61,15.49,11.77)
> Y <c(8.37,12.93,16.65,12.2,13.12)
> XY <-cbind(X,Y)
> XY
X
Y
[1,] 16.92 8.37
[2,] 24.03 12.93
[3,] 7.61 16.65
[4,] 15.49 12.20
[5,] 11.77 13.12
> rbind(X,Y)
[,1] [,2] [,3] [,4] [,5]
X 16.92 24.03 7.61 15.49 11.77
Y 8.37 12.93 16.65 12.20 13.12
Baris dan kolom dapat diberi nama atau label
dengan menggunakan fungsi rownames() dan
colnames():
> colnames(XY)
55
Jurnal MSA, Vol. 2 No. 2, Juli-Des 2014
[1] "X" "Y"
> rownames(XY)<-LETTERS[1:5]
> XY
X
Y
A 16.92 8.37
B 24.03 12.93
C 7.61 16.65
D 15.49 12.20
E 11.77 13.12
> EXPERIMENT
$SITE
[1] "A1" "A2" "B1" "B2" "C1"
"C2" "D1" "D2" "E1" "E2"
Lists
$TEMPERATURe
Q1
Q2
Q3
Q4
Q5
Q7
Q8
Q9 Q10
36.1 30.6 31.0 36.3 39.9
11.2 12.8 9.7 15.9
List digunakan untuk menyimpan kumpulan
obyek yang dapat berupa jenis dan panjang yang
berbeda. List dikonstruksi menggunakan fungsi
list(). Pada contoh sebelumnya kita telah
membuat bilangan yang disimpan dalam vektor
(temperature, shade, dan names dan kota-kota)
yang secara actual menggambarkan data atau
informasi dari satu eksperiment. Obyek-obyek
tersebut dapat dikelompokkan secara bersamasama sehingga seluruhnya menjadi komponen
dari daftar obyek;
> EXPERIMENT <-list(SITE=SITE,
COORDINATE=paste(X,Y,sep=","),TE
MPERATURe=TEMPERATURE,SHADE=SHAD
E
+ )
$COORDINATE
[1] "16.92,8.37" "24.03,12.93"
"7.61,16.65" "15.49,12.2"
"11.77,13.12"
$SHADE
[1] no
full no
full no
full no
Levels: no full
Q6
6.5
full no
full
Informasi Obyek dan Konversi
Informasi Obyek
Segala sesuatu di R merupakan obyek dan semua
obyek memiliki type dan class tertentu. Class
dari suatu obyek dapat diuji menggunakan fungsi
class().
> class(TEMPERATURE)
[1] "numeric"
Ada juga fungsi is yang berguna untuk
mengevaluasi apakah suatu obyek merupakan
bagian class atau type tertentu atau bukan.
Table 1.3 fungsi query obyek umum dan nilai yang dihasilkannya
Function
Returns TRUE:
is.numeric(x)
if all elements of x are numeric or integer (x <-c(1,-3.5))
is.null(x)
if x is NULL (the object has no length) (x <-NULL)
is.logical(x)
if all elements of x are logical (x <- c(TRUE,FALSE))
is.character(x)
if all elements of x are character strings (x <- c(,A,,,Quad,))
is.vector(x)
if the object x is a vector (a single dimension). Returns FALSE if object
has any attributes other than names
56
Jurnal MSA, Vol. 2 No. 2, Juli-Des 2014
is.factor(x)
if the object x is a factor
is.matrix(x)
if the object x is a matrix (2 dimensions but not a data frame)
is.list(x)
if the object x is a list
is.data.frame(x)
if the object x is a data frame
is.na(x)
for each missing (NA) element in x (x <- c(NA,2))
!
(‘not’) character as a prefix converts the above functions into
‘is.not.’
Obyek dalam R juga ada yang memiliki atribut,
bilangan dan type dari atribut tersebut berbeda
pada setiap obyek. Contoh, obyek matriks
mempunyai jumlah dimensi tertentu yang
dikenal dengan baris dan kolom. Atribut dari
suatu obyek dapat ditampilkan dengan
menggunakan fungsi attributes():
> attributes(XY)
$dim
[1] 5 2
$dimnames
$dimnames[[1]]
[1] "A" "B" "C" "D" "E"
> attr(XY,"dim")
[1] 5 2
> attr(XY,"description") <"coodinates of quadrats"
> XY
X
Y
A 16.92 8.37
B 24.03 12.93
C 7.61 16.65
D 15.49 12.20
E 11.77 13.12
attr(,"description")
[1] "coodinates of quadrats"
Konversi Obyek
$dimnames[[2]]
[1] "X" "Y"
Dengan cara yang sama, dapat juga dengan
fungsi attr(), digunakan untuk menampilkan
dan individual atribut dari suatu obyek.
Obyek dalam R dapat dikonversi ke obyek lain
menggunakan fungsi as.
Function
Converts object to
as.numeric(x)
a numeric vector (‘integer’ or ‘real’). Factors converted to integers.
as.null(x)
a NULL
as.logical(x)
a logical vector. Values of >1 converted to TRUE, otherwise FALSE
as.character(x)
a character vector
as.vector(x)
a vector. All attributes (including names) are removed.
57
Jurnal MSA, Vol. 2 No. 2, Juli-Des 2014
as.factor(x)
a factor. This is an abbreviated version of factor
as.matrix(x)
a matrix. Any non-numeric elements result in all matrix elements
being converted to character strings
as.list(x)
a list
as.data.frame(x)
a data frame. Matrix columns and list columns are converted into a
separate vectors of the data frame, and character vectors are
converted into factors. All previous attributes are removed
> TEMPERATURE[-2]
Q1
Q3
Q4
Q5
Q6
Q7
Q8
Q9 Q10
36.1 31.0 36.3 39.9 6.5 11.2
12.8 9.7 15.9
Meng-Indeks Vektor, Matriks dan Lists
Meng-indeks Vektor
Memungkinkan untuk mencetak subhimpunan
dari suatu vektor dengan vektor indeks. Terdapat
empat bentuk umum dari mengindeks vektor
yang digunakan untuk mengekstrak subhimpunan dari vektor:
Vektor Bilangan Bulat Positif. Suatu himpunan
bilangan bulat yang mengindikasikan dimana
elemen dari suatu vekto yang akan dipilih.
Pemilihan elemen merupakan concatenated atau
penggabungan dalam urutan yang spesifik.
(i)
Memilih himpulan elemen tertentu
> TEMPERATURE[c(1,5,6,9)]
Q1
Q5
Q6
Q9
36.1 39.9 6.5 9.7
Vektor Bilangan Bulat Negatif. Himpunan
bilangan bulat yang mengindikasikan elemen
vektor yang akan diekseksui dari concatenated
(penggabungan)
(iv)
58
Memilih semua tapi tidak termasuk
elemen ke-n
Memilih penamaan elemen
> TEMPERATURE["Q1"]
Q1
36.1
(ii)
Memilih nama elemen
> TEMPERATURE[c("Q1","Q4")]
Q1
Q4
36.1 36.3
Memilih n elemen mulai dari elemen m
> TEMPERATURE[2:5]
Q2
Q3
Q4
Q5
30.6 31.0 36.3 39.9
(iii)
(i)
Memilih elemen ke-i
> TEMPERATURE[2]
Q2
30.6
(ii)
Vektor karakterk string. Mengindeks vektor
bentuk ini hanya mungkin untuk vektor yang
elemennya telah diberi nama. Suatu vektor nama
elemen dapat digunakan untuk memilih element
untuk digabungkan
Vektor Nilai Logika. Vektor nilai logika harus
memiliki panjang yang sama sebagai suatu
vektor subhimpunan dan biasanya merupakan
hasil dari suatu evaluasi logika. Nila logika T
(benar) dan F (salah) secara berurutan untuk
dikaitkan dengan elemen vektor utama dari
penggabungan.
-
Memilih elemen yang bernilai benar
BENAR
> TEMPERATURE[TEMPERATURE <15]
Q6
Q7
Q8
Q9
6.5 11.2 12.8 9.7
Jurnal MSA, Vol. 2 No. 2, Juli-Des 2014
> TEMPERATURE[SHADE=="no"]
Q1
Q3
Q5
Q7
Q9
36.1 31.0 39.9 11.2 9.7
-
Memilih elemen untuk beberapa logika
yang bernilai BENAR
> TEMPERATURE[TEMPERATURE<34 &
SHADE=="no"]
Q3
Q7
Q9
31.0 11.2 9.7
-
Memilih Suatu elemen atau logika lain
yang bernilai BENAR
> TEMPERATURE[TEMPERATURE < 10
| SHADE=="no"]
Q1
Q3
Q5
Q6
Q7
Q9
36.1 31.0 39.9 6.5 11.2 9.7
6. Daftar Pustaka
M. Logan. 2010. Biostatistical Design and
Analysis Using R. John Wiley & Sons. New
York
John. M. Chambers, T. Hothron, 2015. Multiple
Factor Analysis by Example Using R. CRC
Press, California.
R.S. Kennet, S.H.Zacks, 2014. Modern Industrial
Statistics With Application in R, MINITAB and
JMP. John Wiley & Sons, New York.
URL:
http://www.r-project.org/.
Desember 2014
tgl.
16
URL: http://journal.r-project.org/.
Desember 2014
tgl.
16
J.M. Chambers, 2014. Software for Data
Analysis-Programming With R. John Wiley &
Sons. New York.
59
Download