studi kasus: proses pre-project planning pembangunan jalan tol

advertisement
Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil (KNPTS) 2011,
20 Desember 2011, ISSN 2089-3051
STUDI KASUS: PROSES PRE-PROJECT PLANNING
PEMBANGUNAN JALAN TOL MANADO-BITUNG
Febrina P.Y. Sumanti1, M. Agung Wibowo2, Rizal Z. Tamin3
1
Mahasiswa Program Studi Doktor Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Email:
[email protected]
2
Staf Pengajar, Fakultas Teknik Sipil, Universitas Diponegoro, Email:
[email protected]
3
Staf Pengajar, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung, Email:
[email protected]
ABSTRAK
Studi kasus pada perencanaan pembangunan jalan tol Manado Bitung merupakan bagian dari
penelitian disertasi mengenai proses pre-project planning pada proyek infrastruktur publik.
Proses pre-project planning merupakan tahap awal dalam siklus manajemen proyek (project
management life cycle) dan dapat diartikan sebagai proses perencanaan pada tahap inisiasi
proyek. Pada akhir tahap ini diperoleh keputusan resmi untuk memulai sebuah proyek.
Secara khusus studi kasus ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai kegiatan
perencanaan apa saja, jenis dan informasi stratejik yang dibutuhkan, siapa saja yang terlibat
dalam proses perencanaan, aneka permasalahan yang dihadapi, dan faktor-faktor yang
mempengaruhi proses perencanaan pada tahap sebelum sebuah usulan proyek untuk
membangun jalan tol disetujui untuk didanai.
Data penelitian diperoleh melalui wawancara mendalam pada beberapa instansi pemerintah
yang terkait dengan perencanaan pembangunan jalan tol Manado Bitung yang berada di
tingkat propinsi dan berbagai dokumen perencanaan yang telah dihasilkan berkaitan dengan
pembagunan jalan tol Manado Bitung. Instrumen penelitian yang digunakan berupa panduan
wawancara semi terstruktur. Data dianalisa dengan membandingkan proses perencanaan
yang terjadi dengan proses yang disarankan oleh beberapa model pre-project planning dan
juga dengan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk proyek infrastruktur publik berkategori mega
proyek dan bernilai stratejik tinggi bagi perkembangan wilayah di daerah seperti
pembangunan jalan tol, sebagian besar kegiatan perencanaannya pada tahap inisiasi proyek
dilaksanakan oleh pemerintah daerah sebagai pemrakarsa proyek. Memperoleh kesepakatan
tentang project rationale dan persetujuan program dan penganggaran proyek merupakan
tantangan terbesar yang memakan waktu lama dalam penyelesaiannya. Belum semua
pemangku kepentingan proyek dilibatkan dalam pre project planning. Cakupan, durasi dan
kinerja kegiatan perencanaan pada tahap awal proyek ini sangat dipengaruhi oleh itikad baik
& kapabilitas pemrakarsa proyek dan pemerintah pusat. Produk perencanaan pada tahap ini
belum merupakan hasil perencanaan interaktif yang memadai (yakni: kurang melibatkan
masyarakat umum sebagai end user).
Kata kunci: proses pre-project planning, perencanaan proyek jalan tol, proyek KPS.
1.
PENDAHULUAN
Pembangunan infrastruktur jalan menjadi salah satu prioritas utama dalam agenda pemerintah
Indonesia, tetapi sekaligus merupakan sebuah dilema. Rendahnya aksesibilitas, kualitas dan
cakupan pelayanan sarana dan prasarana jalan di daerah, belum terpadunya pembangunan
transportasi dan pembangunan daerah, serta lemahnya peran serta pihak swasta dan masyarakat
pada umumnya dalam pembangunan jaringan jalan terkait dengan kelembagaan dan peraturan
operasional yang belum kondusif merupakan beberapa masalah yang menghambat upaya-upaya
penyediaan dan penatalayanan infrastruktur dalam rangka mendukung tingkat perkembangan
M - 19
wilayah di daerah (UU RI no 17 tahun 2007). Dapat dikatakan, di satu pihak penyediaan
infrastruktur yang memadai sangat dibutuhkan untuk mewujudkan berapa sasaran pembangunan
diantaranya: pemerataan pembangunan, pertumbuhan ekonomi dan perwujudan keadilan bagi
seluruh rakyat Indonesia. Sementara di pihak lainnya pemerintah memiliki kemampuan yang
terbatas dalam menyediakan semua infrastruktur yang dibutuhkan. Sebagai gambaran, total
kebutuhan dana investasi infrastruktur untuk periode 2010-2014 mencapai Rp 1.923,7 triliun,
dimana kemampuan pendanaan melalui APBN hanya sekitar Rp. 559,54 triliun dan potensi
pendanaan lain melalui BUMN, swasta dan APBD diperkirakan berkisar Rp. 1.040,59 triliun. Jadi
terdapat sekitar Rp. 323,67 triliun kebutuhan pendanaan infrastruktur yang belum tertalangi (Materi
Paparan Pelatihan Investasi Infrastruktur, 2011).
Kondisi teknis infrastruktur jalan dan permasalahan yang terkait dengan pendanaan
pengembangannya, mengindikasikan bahwa perencanaan yang matang mengenai kebutuhan
penyediaan infrastruktur pada masa kini dan masa depan merupakan suatu urgensi yang tidak dapat
ditangguhkan lebih lama lagi. Perencanaan yang dimaksud yaitu perencanaan pada tahap awal
(pre-project planning) yaitu sebelum sebuah proyek dinyatakan resmi dimulai.
Studi kasus mengenai proses pre-project planning proyek Jalan Tol Manado Bitung bertujuan untuk
mendapatkan gambaran mengenai kegiatan perencanaan apa saja, jenis dan informasi stratejik yang
dibutuhkan, siapa saja yang terlibat dalam proses perencanaan, aneka permasalahan yang dihadapi,
dan faktor-faktor yang mempengaruhi proses perencanaan pada tahap sebelum sebuah usulan
proyek pembangunan untuk membangun jalan tol disetujui untuk dimulai didanai.
2.
DEFINISI DAN MODEL PRE-PROJECT PLANNING
Gibson et al., 1995 mencatat bahwa istilah pre-project planning untuk proses perencanaan tahap
pra proyek sering disamakan dengan apa yang disebut oleh peneliti-peneliti lainnya sebagai: analisa
kelayakan, perencanaan konseptual, front-end loading, front-end planning, programming. Selain
itu terdapat pula istilah process management (De Bruijn dan Ten Heuvelhof, 2008) yang juga
digunakan untuk menggambarkan proses perencanaan yang dilakukan sebelum sebuah proyek
disetujui untuk dilaksanakan.
Menurut Project Management Institute / PMI (PMI, 2004) pre-project planning merupakan bagian
dari kegiatan initiating process group yaitu tahapan awal perencanaan sebuah proyek dimana
kegiatan perencanaannya terutama berkaitan dengan upaya untuk menentukan informasi stratejik
proyek yang dibutuhkan dan disajikan dalam sebuah proposal proyek sedemikian sehingga pada
akhir tahap ini proposal proyek tersebut dapat disetujui atau ditolak sebagai proyek baru atau fase
proyek yang baru. Sedangkan, menurut tim peneliti Construction Industry Institute (CII) di Austin,
Texas; pre-project planning merupakan sebuah proses menyiapkan sejumlah informasi stratejik
yang memadai bagi pemilik proyek agar dapat menangani risiko proyek dan memutuskan apakah
akan mengalokasikan sejumlah sumber daya untuk memaksimalkan kemungkinan keberhasilan
proyek pada pelaksanaannya nanti (Gibson et al., 1993). Pre-project planning sebagai sebuah
proses merupakan bagian penting dari project planning dan dianggap bermula saat sebuah gagasan
proyek yang timbul ingin diwujudnyatakan oleh pemilik proyek dan proses ini berlangsung sampai
sebelum proyek akan dilaksanakan yaitu pada saat akan dibuat detailed design dan konstruksinya
(Gibson et al., 1995). Informasi stratejik yang diperlukan selama tahap ini dapat berupa deskripsi
mengenai tujuan proyek, manfaat dan signifikansi proyek, lingkup kerja, hasil yang diharapkan,
risiko proyek, skenario pendanaan proyek, metode pengadaan proyek (project procurement),
estimasi awal mengenai volume, biaya dan waktu pelaksanaan proyek (CII, 1995; Pataki et al.,
2003; PMI, 2004).
Beberapa model proses pre-project planning yang digunakan sebagai benchmark pada penelitian
ini menyajikan jenis dan urutan sub proses yang hampir sama (lihat Tabel 1). Beberapa kata kunci
yang muncul maupun tersirat pada hampir semua model yaitu: tim perencana khusus, business
case, project rationale, identifikasi risiko, evaluasi dan seleksi proposal proyek, project scope
M - 20
definition. Kecuali tim perencana khusus, semua kata kunci ini dapat juga diklasifikasikan sebagai
keluaran (output) proses pre-project planning.
NYS Project Management Guide book (Patayaki et al., 2003) dan PMBOK (PMI, 2004) tidak
mencantumkan pembentukan tim khusus sebagai salah satu sub proses karena menganggap bahwa
perencanaan pada tahap ini dilakukan secara internal oleh organisasi, yaitu oleh jajaran manajemen
eksekutifnya. Tim perencana khusus yang dimaksud dapat beranggotakan personil yang berada
pada kelompok manajemen senior pada suatu organisasi, manajer proyek dari proyek-proyek besar
lainnya yang dikelola oleh organisasi bersangkutan, manajer bagian fungsional dalam struktur
organisasi (yang relevan dengan proposal proyek), personil yang dianggap dapat mengidentifikasi
peluang dan risiko yang dihadapi oleh organisasi, pihak-pihak yang dianggap dapat menjadi
penghambat dalam kemajuan proses pre-project planning (CII, 1995; Meredith dan Mantel, 2006).
Hunter dan Kelly (2008) tidak menyebutkan lebih detail mengenai kriteria istilah ‘personil kunci’
untuk tahap perencanaan ini.
Semua model memasukkan pentingnya pembuatan project rationale suatu proyek. Didalamnya
disajikan manfaat, signifikansi dan juga argumen tentang justifikasi sebuah usulan proyek sebagai
salah satu atau satu-satunya jalan keluar bagi permasalahan ataupun jawaban terhadap tuntutan
kebutuhan organisasi Diharapkan project rationale bukan saja menawarkan penyelesaian bersifat
tuntas tetapi juga merupakan solusi yang unik bagi business case organisasi.
Walaupun dengan urutan yang berbeda, 3 dari 5 model pada Tabel 1 memasukkan identifikasi
risiko sebagai kegiatan perencanaan yang perlu pada tahap pre-project planning. Sebenarnya model
project portfolio process oleh Meredith dan Mantel (2006), secara tersirat menyarankan identifikasi
risiko melalui aspek penilaian tingkat risiko proyek sebagai salah satu kriteria seleksi bagi proposal
proyek yang diusulkan dalam suatu organisasi. Sedangkan model yang dibuat oleh Hunter dan
Kelly (2008) kemungkinan besar telah memasukkan identifikasi risiko proyek sebagai bagian dari
tahap studi kelayakan terhadap proposal proyek.
Untuk kegiatan evaluasi dan seleksi proyek, CII (1995) menggunakan analisis ekonomi sebagai
salah satu kriteria vital dalam mengevaluasi dan menyeleksi proposal proyek. Analisis ekonomi ini
membutuhkan masukan beberapa kelompok informasi seperti: keuntungan, investasi proyek dan
waktu investasi, modal kerja, kebutuhan-kebutuhan operasional dan non operasional. Meredith dan
Mantel (2006) menyusun satu set kriteria sebagai penyaring, dimana saringan yang pertama yaitu
kemampuan sebuah proyek membantu terwujudnya tujuan organisasi. Beberapa saringan lainnya
juga diterapkan diantaranya menguji seberapa besar risiko proyek, seberapa besar keuntungan
dihasilkan oleh proyek, seberapa besar sinergisitas proyek dengan proyek-2 penting lainnya.
Project scope definition (definisi lingkup proyek) seyogyanya memuat: tujuan proyek, estimasi
biaya, analisis ekonomi dan risiko, alternatif proyek termasuk argumentasi alternatif proyek terbaik
dan kebutuhan selanjutnya yang wajib dipenuhi akibat adanya proyek (CII, 1995). Sedangkan
menurut NYS Project Management Guidebook (Pataki, et al. 2003) definisi lingkup proyek
sebaiknya mencakup: kebutuhan organisasi yang akan dipenuhi oleh proyek, tujuan proyek,
bagaimana dan oleh siapa tujuan proyek dapat dicapai, apa saja hasil akhir proyek, apa saja critical
success factors proyek yang nantinya digunakan sebagai tolok ukur kesuksesan proyek. Pada tahap
inisiasi, lingkup proyek yang dikembangkan menurut PMBOK (PMI, 2004) masih preliminer yaitu
mendokumentasikan persyaratan-persyaratan proyek, keluaran dan produk proyek, batas-batas
lingkup proyek, metode keberterimaan (acceptance method) dan pengendalian lingkup proyek yang
masih sangat umum.
M - 21
Tabel 1. Sub-proses dalam model pre-project planning dari berbagai sumber
Construction
Industry Institute /
CII
(1995)
New York State
/ NYS Project
Management
Guidebook
(2003)
Project
Management
Book Of
Knowledge /
PMBOK (2004)
Meredith and
Mantel
(2006)
Hunter and
Kelly
(2008)
Pre-project
planning
Project
Origination
Initiating Process
Group
Project Portfolio
Process
Pre-project
planning
Mendokumentasikan
kebutuhan
organisasi dan
persyaratan-2nya
Menentukan tim
perencanaan
proyek
Mengembangkan
gambaran yg jelas
tentang tujuan
proyek, manfaat dan
signifikansi proyek.
Mengidentifikasi
kategori dan
kriteria proyek
Membentuk organisasi
tim pelaksana preproject planning
Memilih alternatif
proyek
(menganalisis lokasi dan
teknologi, menyiapkan
konsep lingkup proyek
dan estimasi-estimasi,
melakukan evaluasi
pada alternativealternatif).
Membuat project
scope definition
(definisi lingkup
proyek).
(Menganalisis risiko-2
proyek,
Mendokumentasikan
lingkup proyek dan
perencanaan,
Menetapkan metode
eksekusi proyek,
menyiapkan pedoman
pengendalian proyek,
menyusun project
definition package /
paket definisi proyek)
Mengambil keputusan
Project authorized
(proyek dapat dimulai)
Membuat proposal
proyek
(membuat business
case, mengembang
kan usulan solusi)
Mengevaluasi
proposal proyek
(proposal dipresenta
sikan, di-screen, dinilai
menurut evaluation
ratings)
Memilih proyek
(prioritas ditentukan,
proyek dipilih, pihak
sponsor proyek diberi
notifikasi)
Project Initiation
Melakukan
persiapan proyek
(identifikasi sponsor &
tim proyek, pengkajian
informasi historis, buat
project charter,
lakukan kick off
meeting, buat project
repository)
Menetapkan CSSQ
(Cost, Scope,
Schedule, Quality)
Melaksanakan
identifikasi risiko
(identifikasi & doku
mentasi risiko)
Mengembangkan
rencana awal proyek
( dokumentasi &
pelibatan stakeholder,
buat rencana komuni
kasi, buat rencana
awal proyek)
Mengkonfirmasikan
persetujuan untuk
memulai proyek.
Project authorized
(proyek dapat
dimulai)
Membuat project
charter
project authorized
(proyek dapat
dimulai)
Mengembangkan
preliminary project
scope statement
Planning Process
Group
Mengembangkan
rencana manajemen
proyek
Merencanakan
lingkup proyek
Mendefinisikan
lingkup proyek
Membuat Work
Breakdown
Structure / WBS
Membuat definisi
dan urutan kegiatan,
mengestimasi
sumber daya dan
durasi proyek
Pembuatan jadwal,
estimasi biaya dan
anggaran
Perencanaan mutu,
Sumber Daya
Manusia dan
Komunikasi.
Identifikasi dan
rencana pengelolaan
risiko
Analisis kualitas dan
kuantitas risiko
Perencanaan risk
response
Merencanakan
pembelian dan
pengadaan
Merencanakan jenis
kontrak
M - 22
Mengumpulkan
data proyek.
Menilai
ketersediaan
sumber daya
Melakukan seleksi
proyek melalui
satu set kriteria
Memprioritaskan
proyek sesuai
kategori
Menyeleksi proyek
yang akan didanai
atau dicadangkan
Mengimplementasi
proses
Project authorized
(proyek dapat
dimulai)
Lahirnya gagasan
proyek
Merumuskan
manfaat dan
signifikansi proyek
Melakukan proses
perencanaan
stratejik
Mengidentifikasi
personil kunci
Memilih dan
menilai alternatif
proyek
Studi prakelayakan / studi
kelayakan
Penetapan definisi
proyek
Mengambil
keputusan untuk
mulai
Project authorized
(proyek dapat
dimulai)
3.
KARAKTERISTIK JALAN TOL INDONESIA
Beberapa pengertian mengenai jalan tol sesuai Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun 2005 yaitu
sebagai berikut:
a. Jalan tol merupakan bagian dari jaringan jalan umum yang perwujudannya merupakan
tanggung jawab pemerintah.
b. Sebagian atau seluruh biaya pembangunan jalan tol ditanggung oleh pengguna jalan
melalui pengenaan tarif tol.
c. Konsep tol pada pembangunan jalan umum merupakan konsep pendanaan infrastruktur
jalan dengan sesedikit mungkin membebani APBN atau tanpa membebani APBN.
d. Pihak swasta (investor) dapat membantu pemerintah membiayai dahulu pembangunan
jalan tol, kemudian mendapatkan hak penarikan tol selama masa konsesi sebagai cara
investor tersebut mendapatkan pengembalian biaya investasi beserta keuntungannya.
e. Sebagai daya tarik bagi pihak swasta agar mau menanamkan modalnya pada proyek
pembangunan jalan tol, maka rencana pembangunan jalan tol harus dipastikan atau paling
kurang memiliki kelayakan finansial yang memadai.
f.
Untuk kasus dimana pembangunan jalan tol tidak layak secara finansial tetapi dibutuhkan
untuk menunjang pengembangan wilayah, maka konsep pendanaan dikombinasikan
dengan APBN/D (konsep hybrid/ subsidi).
Investasi jalan tol bersifat jangka panjang, dimana payback period lebih besar dari pada 20 tahun,
pengembalian hutang mencapai 15 sampai 20 tahun dan masa konsesi berkisar 35 sampai 40 tahun.
Beban investasi terbesar terjadi di awal masa konsesi, sedangkan pendapatan baru mulai tumbuh
pada saat jalan tol mulai beroperasi. Pendanaan investasi jalan tol berasal dari modal sendiri yang
harus disediakan oleh investor yaitu disyaratkan sebesar + 30% dari biaya total investasi. Selain itu
pendanaan dapat diperoleh melalui pinjaman dari Perbankan atau institusi pendanaan lainnya,
dengan total pinjaman berkisar 70% dari keseluruhan biaya investasi. Pinjaman ini memiliki jangka
waktu pengembalian dan berbunga. Umumnya pinjaman dapat ditarik secara proporsional dengan
mempertimbangkan modal sendiri.
Seperti halnya kebanyakan proyek konstruksi, tingkat risiko investasi jalan tol bervariasi
berdasarkan tahap investasinya. Dari sudut pandang investor, tingkat risiko pada tahap perencanaan
dapat dikategorikan rendah. Pada tahap berikutnya yaitu pembebasan lahan dan konstruksi tingkat
risiko investasi naik drastis mencapai puncaknya dan dikategorikan tinggi. Tahap selanjutnya yaitu
pada saat operasi dan pemeliharaan, tingkat risiko berkurang tetapi masih lebih tinggi dari pada
tahap perencanaan. Tingkat risiko mencapai titik minimum bagi investor pada saat investasi
mencapai tahap penyerahan kembali.
Untuk beberapa alasan risiko investasi jalan tol sangat besar bagi investor. Berdasarkan
pengalaman perusahaan PT Jasa Marga Tbk (Sunoto, 2011), terdapat berbagai jenis risiko yang
akan dihadapi investor selama kurun waktu investasi jalan tol. Jenis risiko yang dimaksud
mencakup: risiko pembebasan lahan, risiko konstruksi (pada tahap pembebasan lahan dan
konstruksi), risiko ketidakpastian tarif, risiko traffic / volume lalulintas, risiko operasi dan
pemeliharaan, risiko bunga uang dan inflasi, risiko perubahan jaringan jalan, risiko force majeure
(pada tahap operasi dan pemeliharaan). Pada tahap perencanaan jenis risiko yang teridentifikasi
mencakup: risiko kompetisi, risiko pasar, risiko default/wanprestasi, risiko kelayakan proyek
(Pedoman Teknis No. Pd T-01-2005-B).
Sebagaimana telah dikemukakan di atas konsep tol pada dasarnya merupakan konsep pendanaan
infrastruktur jalan yang pada pola lama ditanggung sepenuhnya oleh pemerintah menjadi proyek
yang pendanaannya ditanggung seluruhnya atau sebagian oleh pihak swasta. Dalam hubungan
M - 23
dengan pola yang baru ini pemerintah menyiapkan kerangka kerja proyek Kerja sama Pemerintah
Swasta (KPS). Siklus proyek KPS terbagi atas 4 tahap besar yaitu:
(1) tahap 1 yaitu tahap perencanaan proyek kerjasama (terdiri atas: identifikasi dan pemilihan
proyek KPS, penetapan prioritas proyek KPS), (2) tahap 2 yaitu penyiapan pra studi kelayakan
proyek KPS (terdiri atas penyiapan kajian awal Pra-FS, penyiapan kajian kesiapan dan penyiapan
kajian akhir Pra-FS ), (3) tahap 3 yaitu: transaksi proyek KPS (mencakup: rencana pengadaan
Badan Usaha, Pelaksanaan Pengadaan Badan Usaha, penyiapan penandatanganan Perjanjian
Kerjasama), (4) tahap 4 yaitu Manajemen Pelaksanaan Perjanjian Kerjasama (di dalamnya
termasuk: perencanaan manajemen pelaksanaan perjanjian kerjasama). Proses perencanaan ini
dilaksanakan oleh Penanggung Jawab Poyek Kerjasama (PJPK) beserta unsur-unsurnya (antara
lain: Dirjen/SKPD,Biro Perencanaan, Bappeda).
4.
METODOLOGI PENELITIAN
Data primer penelitian diperoleh melalui wawancara mendalam pada instansi pemerintah di tingkat
propinsi yang terkait dengan perencanaan pembangunan jalan tol Manado Bitung. Para informan
yang dimaksud yaitu: Kepala Bappeda provinsi Sulawesi Utara, Kepala Bidang Dinas Pekerjaan
Umum yang dalam hal ini diwakili oleh Pejabat Pembuat Komiten proyek Desain ROW jalan tol
Manado Bitung dan KAPET Manado Bitung. Data sekunder mencakup laporan hasil studi
kelayakan jalan tol Manado Bitung ataupun bahan paparan instansi teknis (Dinas Pekerjaan Umum
provinsi) dan juga instansi non struktural (KAPET Manado Bitung) mengenai proyek jalan tol
Manado Bitung. Data yang terkumpul dianalisa dengan membandingkan proses perencanaan yang
terjadi dengan beberapa model (Tabel1) dan acuan perencanaan untuk proyek KPS .
Garis besar pertanyaan untuk panduan wawancara semi terstruktur menanyakan hal-hal pokok yang
berkaitan dengan proses pre-project planning seperti yang dikembangkan dalam Sumanti dan
Wibowo (2011). Beberapa pertanyaan tambahan yang disesuaikan dengan peran dan pengalaman
informan bersifat kualitatif dan subyektif seperti pertanyaan mengenai berapa lama waktu yang
dibutuhkan untuk memperjuangkan signifikansi dan urgensi gagasan proyek pembangunan jalan tol
dan faktor apa saja yang selama ini menjadi penghambat laju proses penyiapan proyek yang bagi
skala provinsi Sulawesi Utara akan merupakan mega proyek untuk publik yang pertama.
5.
KRONOLOGI DAN PRODUK PERENCANAAN PROYEK JALAN TOL
MANADO BITUNG
Gagasan membangun jalan tol yang menghubungkan kota Manado dan kota Bitung, lahir kurang
lebih 11 tahun yang lalu. Gagasan tersebut tidak lahir dengan sendirinya, tetapi merupakan
konsekuensi gagasan mengembangkan KAPET (Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu)
Manado Bitung. Manado merupakan ibu kota provinsi Sulawesi Utara, sebuah kota pantai yang
terletak di pantai Barat Laut jasirah pulau Sulawesi bagian Utara. Ibukota provinsi yang
diproyeksikan memiliki potensi pertumbuhan ekonomi yang makin meningkat berkaitan dengan
letak geografisnya di bibir Lautan Pasifik. Bitung merupakan kota pantai yang terletak pada tepian
pantai Tenggara jasirah ini. Menjadi kota yang penting bagi provinsi Sulawesi Utara, karena
adanya pelabuhan alam yang memiliki kedalaman mencapai 40 meter dan perairan kolam
pelabuhan yang secara alami terlindung dari laut lepas oleh keberadaan pulau Lembeh. Proyeksi
kenaikan volume lalu lintas pada ruas jalan antara dua kota tersebut di masa datang, dan proyeksi
meningkatnya kegiatan perekonomian, perindustrian dan perdagangan antar ke-2 kota tersebut,
maupun antara kota Manado dan beberapa kota lainnya di kabupaten Minahasa yang pada dasarnya
menyatakan adanya potensi pertumbuhan perekonomian wilayah provinsi Sulawesi Utara menjadi
alasan utama pembangunan jalan tol ini. Tanggapan terhadap rencana pembangunan jalan tol baik
dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah pada waktu itu, kurang menyenangkan. Gagasan
membangun jalan tol untuk menghubungkan kota Manado dan kota Bitung dianggap angan-angan
yang belum perlu diseriusi.
M - 24
KAPET Manado Bitung tetap menggalakkan sosialisasi rencana pembangunan jalan tol melalui
berbagai kesempatan rapat koordinasi antar instansi pemerintah di tingkat provinsi bahkan nasional
dan juga dengan pihak swasta. Media cetak mulai mengangkat wacana ini untuk konsumsi publik.
Di samping itu KAPET juga menyiapkan Project Overview (KAPET, 2004) untuk pembangunan
jalan tol Manado Bitung. Dokumen ini secara umum menyajikan beberapa aspek untuk
menjustifikasi gagasan pembangunan jalan tol dari segi: pemasaran, lingkungan hidup, sumber
daya manusia, hukum dan finansial. Kajian ini sangat ringkas dan bersifat terlalu umum serta
kualitatif, sehingga terkesan sebagai hasil pemikiran teoritis dan hanya merupakan argumen
manfaat dan signifikansi proyek yang belum didukung data teknis lapangan yang memadai.
Studi yang lebih mendalam mengenai rencana jalan tol Manado-Bitung dilakukan melalui
pekerjaan Pre Feasibility Study Jalan Tol Manado-Bitung. Studi ini dibiayai oleh dana APBN pada
Bagian Proyek Pembinaan Jalan dan Jembatan Tol, Direktorat Jenderal Prasarana Wilayah,
Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah yang dilaksanakan pada tahun 2004 (pelaksana
studi yaitu konsultan). Studi ini mengusulkan 2 alternatif koridor jalan tol. Alternatif yang pertama,
koridor jalan tol melewati sisi sebelah Utara gunung Kelabat dan yang ke dua melewati bagian
Selatan gunung Kelabat, tetapi berada pada sisi Utara jalan nasional Manado Bitung.
Tahun 2006, juga dengan dana pemerintah dilaksanakan proyek Feasibility Study dan Amdal Jalan
Tol Manado Bitung. Usulan rute jalan tol Manado-Bitung pada tahap study kelayakan ini, pada
prinsipnya merupakan pendalaman geometris dari usulan koridor jalan tol pada tahap Pre
Feasibilty Study, dimana pemilihan rute jalan tol Manado-Bitung didasarkan pada kondisi tata guna
lahan yang diperoleh dari: Peta Rupa Bumi Indonesia skala 1:50.000, Bakosurtanal 1991, hasil foto
udara tahun 2000.
Produk perencanaan berikutnya dihasilkan dari proyek Review Studi Kelayakan Jalan Tol Manado
Bitung pada tahun 2009. Proyek ini yang didanai oleh APBD provinsi Sulawesi Utara. Dalam
laporan kajian terhadap studi kelayakan sebelumnya, perubahan yang signifikan jika dibandingkan
dengan hasil studi kelayakan tahun 2006 terletak pada titik awal dan akhir jalan tol. Perubahan ini
disebabkan karena perubahan jaringan jalan di daerah studi. Perubahan ini menyebabkan panjang
ruas jalan tol mengalami pengurangan kurang lebih 30% sampai mencapai 31,8 km dari panjang
rute rencana jalan sebelumnya (48,3km).
Proyek desain Right of Way (ROW) Jalan Tol Manado Bitung pada tahun 2011 melakukan 2 hal
utama yaitu: 1) identifikasi dan penetapan persil tanah yang akan dilewati rute jalan tol dan 2)
pengukuran dan pematokan center line jalan serta batas jalan tol yaitu masing-masing 30 meter
sebelah kiri dan kanan center line. Keterlibatan masyarakat yang mungkin terkena dampak proyek
masih minim seperti juga pada tahap dan produk perencanaan sebelumnya. Alasannya untuk
mencegah terjadinya spekulasi harga tanah yang tinggi yang nantinya akan menyulitkan
pemerintah daerah membebaskan lahan yang diperlukan bagi proyek jalan tol.
6.
PRE PROJECT PLANNING JALAN TOL MANADO BITUNG
Pada kasus perencanaan proyek jalan tol Manado Bitung proses pre-project planning ternyata
dilakukan oleh beberapa instansi teknis di daerah secara bergantian ataupun bersama, yaitu KAPET
Manado Bitung, Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Sulawesi Utara, Bappeda Provinsi Sulawesi
Utara dan satu unit teknis dari intansi teknis vertikal Bagian Proyek Pembinaan Jalan dan Jembatan
Tol, Direktorat Jenderal Prasarana Wilayah, Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah.
Kemajuan proses penyiapan proyek yang dari sudut pengembangan wilayah dan perekonomian
provinsi bernilai sangat strategis ini dapat dinilai agak lamban. Justifikasi dan urgensi proyek
akhirnya, setelah 11 tahun diperjuangkan, diakui signifikasinya oleh pemerintah pusat dengan
memasukkan gagasan membangun tol Manado Bitung dalam Master plan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).
M - 25
Proses pre-poject planning yang dijalankan dalam rangka perencanaan proyek jalan tol yang
diharapkan diwujudnyatakan dalam bentuk proyek KPS, memiliki tahap-tahap perencanaan yang
spesifik, yang berbeda dengan proyek infrasturktur yang dibiayai oleh pemerintah secara penuh.
Tabel 2 memperlihatkan bagaimana produk perencanaan terkait pembangunan jalan tol Manado
Bitung mendukung project rationale membangun jalan tol Manado Bitung yang disiapkan oleh
pemrakarsa proyek (pemerintah daerah) sehingga dapat diidentifikasi dan dipilih menjadi proyek
KPS potensial bahkan dapat diprioritaskan.
Tabel 3 menyajikan kelengkapan keluaran yang dihasilkan berbagai produk perencanaan
pembangunan jalan tol Manado Bitung selama ini jika diukur terhadap spesifikasi konten beberapa
kegiatan pada tahap perencanaan berikutnya yaitu penyiapan pra-studi kelayakan proyek KPS
(parameter evaluasi sesuai tahapan pereMateri Paparan Pelatihan Investasi Infrastruktur, 2011).
Terlihat bahwa produk-produk perencanaan jalan tol Manado Bitung dapat menyediakan kajian
teknis secara lebih mudah dibandingkan dengan kajian kesiapan manajemen proyek terutama
hubungannya dengan perwujudan kerjasama dengan pihak swasta. Banyaknya proses perencanaan
yang tidak dibahas sehubungan dengan rencana manajemen proyek tadi dalam produk-2
perencanaan jalan tol Manado Bitung yang ada selama ini menyiratkan dua hal. Pertama, prosesproses tersebut dianggap menjadi kegiatan yang tidak dapat dilakukan oleh pihak ke-3 (konsultan)
dan karenanya menjadi bagian dari kegiatan pre-project planning PJPK dan unsur-unsurnya,
sebelum perencanaan proyek KPS dapat masuk pada tahap transaksi proyek KPS. Kalau
seandainya memang demikian, proses-proses ini seyogyanya didokumentasikan untuk kepentingan
penyempurnaan kinerja proses melalui mekanisme feedback dan back analysis. Kedua, PJPK dan
unsur-unsurnya belum merupakan satu tim yang kompak yang memiliki kepentingan yang sama,
sehingga bisa sampai mengabaikan proses-proses yang berhubungan dengan kajian kesiapan
manajemen proyek dengan tidak mencatumkannya sebagai produk yang disyaratkan oleh TOR praFS, FS dan kaji ulang FS.
Tabel 2. Evaluasi kesiapan produk perencanaan jalan tol Manado-Bitung
terhadap spesifikasi konten kegiatan perencanaan proyek KPS
TAHAP, [Kegiatan], parameter
Ada
PERENCANAAN PROYEK KPS
[Identifikasi dan Pemilihan Proyek KPS]
- analisis kebutuhan (needs analysis)
- kriteria kepatuhan (compliance criteria)
- kriteria kualitatif nilai mata uang (value for money)
PERENCANAAN PROYEK KPS
[Penetapan Prioritas Proyek KPS]
- kejelasan deskripsi proyek
- hambatan akses sumber daya
- kejelasan hasil keluaran proyek
- dampak sosial,lingkungan yg dpt dikelola
- potensi permintaan berkelanjutan
- potensi kemudahan
- pengadaan tanah dan permukiman kembali
- tingkat kemampuan pemerintah untuk beri dukungan
pemerintah
- kesiapan aspek kelembagaan
- proyek masuk prioritas strategis / rencana pemerintah
Tidak ada
Tersirat



Produk
(4),(5),(6)
(5)
(3),(4)



tj
(2),(3),(4)
(1),(3),(4)
(3),(4),(5),(6)
(1),(4)

tj
tj
tj
tj

(1),(3)
(4),(7)
(4)
(2),(3),(4)
(6)
Sumber : hasil analisis
Keterangan : Produk (1) Project Overview 2004, (2) Pre FS 2004, (3) FS 2006, (4) Kaji Ulang FS 2009, (5)
Paparan Rencana Jalan Tol Manado Bitung 2008, (6) Paparan Sosialisasi Rencana Jalan Tol
Manado Bitung 2010, (7) Desain ROW Jalan Tol Manado Bitung 2011, tj: tidak jelas / kurang
komprehensif.
M - 26
Tabel 3. Perbandingan keluaran hasil perencanaan jalan tol Manado-Bitung
terhadap spesifikasi konten kegiatan perencanaan proyek KPS
TAHAP, [Kegiatan], parameter
PENYIAPAN PRA STUDI KELAYAKAN
PROYEK KPS
[Penyiapan Kajian Awal KPS]
- kejelasan deskripsi proyek
- kajian teknis
- kajian kelayakan proyek
- kajian lingkungan dan sosial
- kajian bentuk kerja sama
- kajian kebutuhan dukungan pemerintah/
jaminan pemerintah
- penyiapan rancangan pengadaan badan usaha
- penyiapan rancangan ketentuan perjanjian
kerjasama
PENYIAPAN PRA STUDI KELAYAKAN
PROYEK KPS
[Penyiapan Kajian Kesiapan]
- persetujuan dari para pemangku kepentingan
- penyampaian
usulan
atau
perolehan
persetujuan dukungan dari Menteri/Kepala
Lembaga/ Kepala Daerah
- penyampaian usulan jaminan pemerintah
kepada Menteri Keuangan / Badan Usaha
Penjaminan Infrastruktur (BUPI) sesuai
dengan tata cara dalam peraturan perundangundangan
- pelaksanaan program penyiapan tapak dan
permukiman kembali
- penyusunan rencana dan jadwal untuk
program kepatuhan lingkungan
- penyelesaian
langkah-langkah
untuk
menyelesaikan berbagai masalah hukum
PENYIAPAN PRA STUDI KELAYAKAN
PROYEK KPS
[Penyelesaian Kajian Akhir Pra-FS]
- memutahirkan dan memastikan validasi kajian
awal
- melaksanakan konfirmasi kesiapan proyek dan
ketertarikan pasar
- mengembangkan struktur tarif
- memastikan alokasi risiko, mekanisme
pelaksanaan dukungan pemerintah dan/atau
jaminan pemerintah dan struktur pembiayaan
- menyiapkan rancangan pengadaan badan
usaha, termasuk strategi pengadaan badan
usaha
- menyiapkan ketentuan (term sheet) perjanjian
kerjasama
Ada
Tidak ada
Tersirat



Produk
(3),(4)
(2),(3),(4)
(2),(3),(4)



(3),(4)




(3),(4)





(4)


(2),(3),(4)



Sumber : hasil analisis
Keterangan : Produk : (1) Project Overview 2004, (2) Pre FS 2004, (3). FS 2006, (4).Kaji Ulang FS 2009, (5)
Paparan Rencana Jalan Tol Manado Bitung 2008, (6) Paparan Sosialisasi Rencana
Jalan Tol Manado Bitung 2010.
tj
: tidak jelas / kurang komprehensif
M - 27
Melalui observasi, wawancara dan telaah terhadap data sekunder yang berkaitan dengan proyek
jalan tol Manado Bitung, gambaran mengenai posisi tawar masing-masing pemangku kepentingan
pada proses pre-project planning proyek jalan tol Manado Bitung disajikan pada Gambar 1.
Players
Subject
4
1
3
2
INTEREST
5
9
6
10
8
7
Crowd
Context setter
POWER
Gambar 1. Power versus interest grid (Bruijn D.H dan Heuvelhof E.T, 2008) - Posisi para pemangku
kepentingan proyek dan peranannya dalam perencanaan interaktif (Public Consultation Meeting) pada tahap
pre-project planning proyek jalan tol Manado Bitung
Sumber : hasil observasi
Keterangan:
1.
2.
3.
4.
5.
Pemprov Sulut
Pemkab Minahasa Utara
Pemkot Manado
Pemkot Bitung
Masyarakat sekitar tapak proyek
6. Kementerian PU
7. Investor
8. Kelompok Industri (lokal, regional)
9. Pemerhati Lingkungan
10. Pemerintah Pusat / BAPPENAS
M - 28
7.
KESIMPULAN
Ada beberapa hal yang dapat disimpulkan dari studi kasus ini, yaitu:
1. Proyek infrastruktur publik berkategori mega proyek dan bernilai stratejik tinggi bagi
perkembangan wilayah di daerah seperti pembangunan jalan tol, sebagian besar kegiatan
perencanaannya pada tahap inisiasi proyek dilaksanakan oleh pemerintah daerah sebagai
pemrakarsa proyek. Sisanya, pada tingkat nasional dilakukan oleh PJPK.
2. Memperoleh kesepakatan tentang project rationale dan justifikasi proyek di antara instansi
pemerintah tingkat daerah mulanya agak sulit, tetapi sejalan dengan waktu dan perubahan
tuntutan kebutuhan peningkatan perekonomian wilayah, makin banyak instansi pemerintah
di daerah yang menyadari nilai strategis pembangunan jalan tol dan merasakan urgensi
supaya perwujudan rencana pembangunan sesegara mungkin direalisasikan.
3. Mendapatkan persetujuan program dan penganggaran pembangunan proyek jalan tol di
tingkat pusat merupakan tantangan terbesar yang memakan waktu lama realisasinya.
Tuntutan melaksanakan tahapan perencanaan proyek KPS sesuai prosedur, secara lengkap
belum dapat dipenuhi dan diduga disebabkan oleh belum memadainya kapabilitas PJPK
berserta unsur-unsurnya.
4. Cakupan, durasi dan kinerja kegiatan perencanaan pada tahap awal proyek ini sangat
dipengaruhi oleh itikad baik & kapabilitas pemerintah daerah sebagai pemrakarsa proyek
dan pemerintah pusat sebagai.
5. Belum semua pemangku kepentingan proyek dilibatkan dalam pre project planning.
Produk perencanaan pada tahap ini belum merupakan hasil perencanaan interaktif yang
memadai (yakni: kurang melibatkan masyarakat umum sebagai end user).
DAFTAR PUSTAKA
___________. (2006). Feasibility Study dan Amdal Jalan Tol Manado Bitung. Laporan Akhir. Dinas
Pekerjaan Umum Provinsi Sulawesi Utara.
___________. (2011). “Regulasi dan Progres Pembangunan Jalan Tol di Indonesia”. Bahan Tayangan pada
Pelatihan Investasi Infrastruktur. Badan Pembinaan Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umum.
___________. (2009). Review Studi Kelayakan Jalan Tol Manado Bitung. Draft Laporan Akhir. Dinas
Pekerjaan Umum Provinsi Sulawesi Utara.
___________. (2011). “Tahap Perencanaan Proyek Kerjasama Pemerintah Swasta”. Bahan Tayangan pada
Pelatihan Investasi Infrastruktur. Badan Pembinaan Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umum.
___________. (2004). “Toll Road Manado Bitung – Project Overview”. Kawasan Pengembangan Ekonomi
Terpadu Manado-Bitung.
Bruijn D.H dan Heuvelhof E.T, (2008). Management in Networks, On multi-actor decision making
Construction Industry Institute, (1995). Pre-Project Planning Handbook. Special Publication 39-2. Texas.
The University of Texas
Driessen, P.P.J, Glasbergen, P dan Verdaas, C. (2001). “Interactive Policy-making – a model of management
for public works”, European Journal of Operational Research, 128, 322-337.
Gibson, G.E., J.H. Kaczmarowski, H.E. Lore. (1995). “Preproject-.Planning Process for Capital Facilities”.
Journal of Construction Engineering and Management, ASCE, Vol.121, No. 3, September 1995, pp.
312-318
Hunter, K. and Kelly, J. “The Supporting Factors that make VM an attractive option in meeting the best
value requirements of the UK Public Service Sector”. Diakses pada 9 Maret 2011 dari
http://www.value-eng-org
Karlsen, J.T. (2002). “Project Stakeholder Management”. Engineering Management Journal, 14 (4), 19-24
Koppenjan, J.F.M (2005). “The Formation of Public-Private Partnerships: Lessons from Nine Transport
Infrastructure Projects in The Netherlands”, Public Administration, 83 (1), 135-157.
M - 29
Mandiartha, I.P, C.F. Duffield, G.U. Atmo (2011). “Project Financing and Risk Management in
Transportation Projects: A Public Private Partnership Framework” Proceedings of the 3rd International
Conference of EACEF : Designing and Constructing in Sustainability 2011.
Meredith, J. R. and S. J. Mantel, Jr. (2006). Project Management A Managerial Approach. Sixth Edition.
John Wiley & Sons Inc.
Pataki, E.P., J.T. Dillon, M. McCormack. (2003). The New York State Project Management Guidebook
Release 2. New York State Office for Technology. Diakses pada tanggal 11 Maret 2011 dari
http://www.cio.ny.gov/pmnp/guidebook
Peraturan Pemerintah Nomor 15 tahun 2005 tentang Jalan Tol
Project Management Institute. (2004). A Guide to the Project Management Body of Knowledge Third
Edition. Pennsylvania. Project Management Institute Inc.
Sumanti, F.P.Y dan M.A. Wibowo (2011). “Preliminary Study on Pre-Project Planning Activities of Public
Infrastructure Projects” Proceedings of the 3rd International Conference of EACEF : Designing and
Constructing in Sustainability 2011
Sunoto D.K. (2011). “Sharing Experience: Bidang Jalan Tol”. Bahan Tayangan pada Pelatihan Investasi
Infrastruktur. PT. Jasa Marga (Persero) Tbk.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional 2005 - 2025.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 tahun 2004 tentang Jalan.
M - 30
Download