KOMUNIKASI KELOMPOK SUPORTER BOLA DALAM MEMBENTUK KOHESIVITAS (Studi Kasus Pada The Jakmania UNJ) SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Sidang Skripsi Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Konsentrasi Jurnalistik Program Studi Ilmu Komunikasi Oleh : Tulus Muliawan 6662091725 KONSENTRASI JURNALISTIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA 2013 ii PERNYATAAN ORISINALITAS Yang bertandatangan di bawah ini : Nama : TULUS MULIAWAN NIM : 6662091725 Tempat Tangga Lahir : Bekasi, 24 Juli 1991 Program Studi : Ilmu Komunikasi Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul KOMUNIKASI KELOMPOK SUPORTER BOLA DALAM MEMBENTUK KOHESIVITAS (Studi Kasus Pada The Jakmania UNJ) adalah hasil karya sendiri, dan seluruh sumber yang dikutip maupun yang dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. Apabila kemudian hari skripsi ini terbukti mengandung unsur plagiat, maka gelar kesarjanaan saya bisa dicabut. Serang, Oktober 2013 TULUS MULIAWAN iii iv v ABSTRAK Tulus Muliawan. NIM. 6662091725. Skripsi. Pola Komunikasi Kelompok Dalam Membangun Kohesivitas Kelompok (Analisis Deskriptif The Jakmania UNJ) Penelitian ini dilatarbelakangi ketertarikan peneliti terhadap dunia sepak bola. Salah satu area ketertarikan peneliti ada pada dinamika kelompok suporter di Indonesia, khususnya The Jakmania. Fanatisme yang dimiliki para anggota The Jakmania memberikan dampak positif pada perkembangan klub. Namun, tak jarang pula memberikan dampak negatif. Meski memiliki latar belakang karakter, sosial, atau budaya yang berbeda, The Jakmania mampu menjaga kohesivitas. Untuk itu, peneliti tertarik melakukan penelitian guna melihat pembentukan kohesivitas tersebut dari sudut pandang komunikasi. Pada penelitian ini, peneliti memfokuskan penelitian pada The Jakmania UNJ. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkap pola komunikasi yang dilakukan The Jakmania UNJ untuk membangun kohesivitas kelompok. Penelitian ini dilandasi oleh Teori Berpikir Kelompok karya Irvin L. Janis. Teori ini menjelaskan bahwa kohesivitas terbentuk lewat komunikasi yang intensif, antusiasme yang tinggi dari para anggota kelompok, serta mengutamakan konsensus. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Peneliti menunjuk empat informan kunci dan satu informan pendukung sebagai sumber informasi. Untuk mengumpulakn data, peneliti menggunakan metode wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Pemaparan dilakukan secara deskriptif untuk menjawab pertanyaan yang telah diidentifikasikan sebelumnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa The Jakmania UNJ selalu menerapkan komunikasi yang baik dan intensif untuk meningkatkan kohesivitas kelompok. Kohesivitas kelompok tersebut terlihat dari kekompakkan dan soliditas yang terjalin di antara para anggota kelompok. Penelitian ini juga mengungkap bahwa komunikasi punya peran besar dalam meningkatkan kohesivitas kelompok. Kata Kunci : Komunikasi Kelompok, Kohesivitas, The Jakmania UNJ vi ABSTRACT Tulus Muliawan. NIM. 6662091725. Thesis. In Group Communication Pattern to Build a Group Cohesiveness (Descriptive Anaysis The Jakmania UNJ). This research come from my interest about football. One of some my interest is about the dynamic of Indonesian club supporters, especially The Jakmania. The fabaticism that had by The Jakmania give lots of good influences for the team (Persija). But, sometimes they also give a bad impact. Although they have different character, social life, or culture, The Jakmania always keep their Cohesiveness perfectly. From that fact, I try to make a research to see how cohesiveness were build from communication perspective. In this research, I have my focused to The Jakmania UNJ. The intention of this research are to reveal communication pattern thai done by The Jakmania UNJ to build a cohesiveness. I using Grup Think theory from Irvin L. Janis as a basic of this research. This theory said that ini cohesiveness were build by a high intensity communication, high enthusiasm of the group members , and they always try to find a consensus as a priority. The method used in this research is descriptive qualitative. Researchers pointed to four key informants and the informants support as resources. To compile the data, researchers using interviews, observation, and documentation study. Be descriptive presentation to answer questions that have been identified previously. Results of this study indicate that the Jakmania UNJ always apply good communication and intensively to build group cohesiveness. Group cohesiveness is evident from the compactness and solidity that exists among the members of the group. The study also revealed that communication had a big role in improving group cohesiveness. Keywords: Group Communication, Group Cohesiveness, The Jakmania UNJ vii Jakob Oetama bersama PK. Ojong membangun Kompas Gramedia dengan modal keyakinan. Keyakinan tersebut mampu mengembangkan empat pegawai di tahun 65 menjadi 21 ribu lebih pegawai di tahun 2013. Namun, jangan lupa. Ada mimpi, usaha, dan doa yang menyertai keyakinan itu… “Bermimpi, berusaha, dan berdoa ; Kunci sukses kehidupan” (Tulus Muliawan) viii KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. Atas berkah, rahmat, dan hidayah dari-Nya, skripsi yang berjudul ―Pola Komunikasi Kelompok Dalam Membangun Kohesivitas Kelompok (Analisis Deskriptif The Jakmania UNJ)‖ ini Alhamdulillah dapat diselesaikan tepat waktu. Dalam proses pembuatan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari sejumlah pihak sehingga skripsi ini bisa diselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini, penulis mempersembahkan ucapan terima kasih kepada pihak – pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, diantaranya adalah : 1. Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd, selaku Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. 2. Dr. Agus Sjafari, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultas Ageng Tirtayasa. 3. Kandung Sapto N, S.Sos,. M.Si, selaku Pembatu Dekan I Bidang Akademik, Mia Dwianna, S.Sos., M.Ikom, selaku Pembatu Dekan II Bidang Keuangan, dan Ismanto, S.Sos., MM, selaku Pembatu Dekan III Bidang Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultas Ageng Tirtayasa. 4. Neka Fitriyah, S.Sos., M.Si, selaku Ketua Jurusan Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultas Ageng Tirtayasa serta Puspita Asri Praceka, S.Sos., M.Ikom, selaku Sekertaris Jurusan Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. 5. Naniek Afrilla Framanik, S.Sos, M.Si, selaku dosen pembimbing satu dan Burhanudin M, SE, M.Si, selaku dosen pembimbing dua, yang telah menyediakan waktunya untuk membimbing penulis dengan sabar selama ix hampir satu tahun terakhir. Serta seluruh dosen pengajar di program studi Ilmu Komunikasi. 6. Agung Nugroho, Ahmad Ian Fachrizal, Naufal Fadhlan, Eko Ramdani, dan Larico Ranggamone, selaku informan peneltian yang telah memberikan bantuan sangat besar untuk penelitian ini. 7. Kedua orang tua, Bapak Pursito dan Ibu Winarti dan keluarga besar di Bekasi. Keluarga kecil di Serang, Mas Iman Suwaja, Mbak Titik Setyowati, Kezia dan Rachel, serta Mas Paimo, Mbak Rini, dan Tole, yang menjadi teman hidup penulis selam menuntut ilmu di Serang. Terima kasih atas segala dukungan dan do’a yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan kuliah sampai meraih gelar sarjana. 8. Teman setia, Henry, Dochi, Susa, Widya, dan semua teman-teman Ilmu Komunikasi 2009 baik jurnalistik maupun humas. Keluarga besar Orange Pers dan Untirta TV, tempat penulis mengembangkan minat dan bakat. Terima kasih atas waktu dan pengalaman yang pernah dibagikan. 9. Yulisesa Eka Fazriani, teman spesial yang selalu mengisi keseharian penulis dengan cerita yang beragam. Sahabat-sahabat GOES, tempat penulis berbagi kisah indah sejak masa SMA. 10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Penulis sadar, skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu, penulis bersedia menerima saran serta kritik sebagai bahan instropeksi diri dan pembelajaran. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Serang, Oktober 2013 Penulis Tulus Muliawan x DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................................... ii LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................ iii LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................. iv ABSTRAK ......................................................................................................... v ABSTRACT ...................................................................................................... vi MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... vii KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii DAFTAR ISI ...................................................................................................... x DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii DAFTAR GAMBAR....................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 7 1.3 Identifikasi Masalah ........................................................................... 7 1.4 Tujuan Penelitian................................................................................ 7 1.5 Manfaat Penelitian .............................................................................. 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi ........................................................................................ 9 2.1.1 Definisi Komunikasi ........................................................................ 9 2.1.2 Unsur Komunikasi ......................................................................... 11 2.1.3 Fungsi Komunikasi ........................................................................ 12 2.1.4 Jenis Komunikasi .......................................................................... 15 2.2 Komunikasi Kelompok ..................................................................... 15 2.2.1 Definisi Komunikasi Kelompok..................................................... 15 2.2.2 Fungsi Komunikasi Kelompok ...................................................... 17 2.3 Kohesivitas ....................................................................................... 18 2.3.1 Definisi Kohesuvutas ..................................................................... 18 2.3.2 Kohesivitas Kelompok................................................................... 18 2.4 Suporter............................................................................................ 20 2.5 The Jakmania ................................................................................... 20 2.6 Teori berpikir Kelompok .................................................................. 22 2.7 Kerangka Berpikir ............................................................................ 28 2.8 Penelitian Sebelumnya ..................................................................... 29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Post Positivistik .............................................................. 32 3.2 Metode Penelitian ............................................................................. 33 3.3 Teknik Penelitian.............................................................................. 34 xi 3.4 Teknik Pengumpulan Data................................................................ 34 3.5 Informan Penelitian .......................................................................... 37 3.6 Teknik analisis Data ......................................................................... 38 3.7 Uji Validitas Data ............................................................................. 40 3.8 Lokasi dan Jadwal Penelitian ............................................................ 41 BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Obyek penelitian ............................................................... 43 4.1.1 The Jakmania UNJ ........................................................................ 44 4.2 Deskripsi Data Informan................................................................... 48 4.2.1 Eko Ramdhani ............................................................................... 48 4.2.2 Ahmad Ian Fachrizal ..................................................................... 49 4.2.3 Agung Nugroho ............................................................................. 49 4.2.4 Naufal Fadhlan .............................................................................. 50 4.2.5 Larico Ranggamone ....................................................................... 46 4.3 Pembahasan...................................................................................... 51 4.3.1 Komunikasi kelompok dalam The Jakmania UNJ .......................... 52 4.3.2 Kohesivitas kelompok The Jakmania UNJ ..................................... 67 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ...................................................................................... 80 5.2 Saran ................................................................................................ 82 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 84 LAMPIRAN ................................................................................................... 103 xii DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Penelitian Sebelumnya .................................................................... 29 Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ............................................................................. 42 xiii DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ............................................................... 28 Gambar 4.1 Lima Macam Jaringan Komunikasi ........................................ 57 xiv DAFTAR LAMPIRAN 1. Biodata Eko Ramdhani........................................................................... 103 2. Transkrip Wawancara Eko Ramdhani .................................................. 103 3. Biodata Agung Nugroho ......................................................................... 109 4. Transkrip Wawancara Agung Nugroho ................................................ 109 5. Biodata Naufal Fadhlan .......................................................................... 115 6. Transkrip Naufal Fadhlan ...................................................................... 115 7. Biodata Ahmad Ian Fachrizal ................................................................ 120 8. Transkrip Wawancara Ahmad Ian Fachrizal ....................................... 121 9. Screen shoot Twitter resmi @Orange_UNJ ........................................... 126 10. Screen shoot Twitter resmi @Orange_UNJ ......................................... 126 11. Gambar halaman www.bolanews.com ................................................ 127 12. Gambar halaman www.bolanews.com 2 ............................................. 127 13. FOTO Kopdar mingguan di Teater Terbuka UNJ ................................. 128 14. FOTO Kopdar mingguan di Teater Terbuka UNJ ................................... 128 15. Curriculum Vitae Peneliti ............................................................................ 129 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian ini berawal dari ketertarikan peneliti terhadap dunia sepak bola. Salah satu hal yang mengundang ketertarikan peneliti adalah dinamika dan fanatisme suporter di Indonesia, khususnya The Jakmania, kelompok pendukung klub Persija Jakarta. Peneliti tertarik meneliti tentang bagaimana para anggota The Jakmania bisa menjalin kekompakkan –dalam penelitian ini lebih sering disebut sebagai kohesivitas—meski masing-masing dari mereka memiliki latar belakang sosial, budaya, dan karakter pribadi yang berbeda. Sebagai mahasiswa Ilmu Komunikasi, tentunya penulis akan membahas masalah ini dari perspektif komunikasi, yaitu komunikasi kelompok. Pada peneltitian ini, peneliti menaruk fokus penelitian pada salah satu bagian kecil dari keluarga besar The Jakmania, yakni The Jakmania UNJ. Tidak bisa dimungkiri, dewasa ini sepak bola menjadi hal yang sulit dipisahkan dari keseharian masyarakat. Penyebabnya, olah raga yang dimainkan 11 orang dalam satu tim tersebut sudah menjadi salah satu sarana hiburan masyarakat, yang tak tergantikan oleh hiburan yang lainnya. Peran sepak bola sebagai sarana hiburan masyarakat tersebut, berlangsung hampir di seluruh penjuru dunia, termasuk di Indonesia. Besarnya pengaruh sepak bola bagi kebutuhan hiburan masyarakat Indonesia dibuktikan dengan antusiasme yang tinggi dari masyarakat. Di Solo, 1 2 Jawa Tengah, sepak bola telah menjadi sarana hiburan massal masyarakat yang tidak tertandingi sejak zaman Kerajaan Surakarta Hadiningrat. Saat itu, Sri Susuhan X (1893-1939) kerap mengadakan pasar malam di sepuluh malam terakhir di bulan puasa. Panitia pasar malam menambah semarak malam menjelang lebaran tersebut dengan pertandingan sepak bola malam hari. Stadion Sriwedari Solo kala itu dibanjiri penonton, terlebih lagi jika yang bertanding adalah PSIM Yogyakarta melawan tuan rumah Persis Solo. Penonton yang datang bukan hanya dari Solo dan Yogyakarta, tetapi juga dari kota-kota lain di Jawa Tengah dan Jawa Timur1. Kenyataan tersebut telah menggambarkan betapa hebatnya daya tarik sepak bola terhadap kebutuhan hiburan masyarakat. Jarak dan waktu bukan menjadi halangan bagi masyarakat untuk tetap menikmati sebuah pertandingan sepak bola pada waktu itu. Seiring perkembangan zaman, sepak bola Indonesia semakin universal. Tidak ada lagi batasan-batasan tertentu bagi penggemar sepak bola, seperti usia dan jenis kelamin. Laki-laki dan perempuan menyukai sepak bola. Hal itu dapat dibuktikan dengan perbauran mereka di tribun penonton pada banyak pertandingan sepak bola hampir di seluruh Indonesia. Fakta tersebut sekaligus menunjukkan bahwa sepak bola bukan hanya olah raga bagi laki-laki, tetapi juga bagi kaum perempuan. Perbedaan gender bukan menjadi halangan bagi penggemar sepak bola. 1 Arief Natakusumah. 2000. Drama Itu Bernama Sepak Bola. Elex Media. Jakarta. hlm 76. 3 Sejarah sepak bola Indonesia membuktikan, para penonton atau lebih dikenal dengan suporter, sudah menjadi hal penting yang mempengaruhi kinerja sebuah tim sepak bola. Melalui dukungan langsung baik dari stadion maupun melalui layar televisi, tidak bisa dimungkiri bahwa penampilan sebuah tim sepak bola cenderung menjadi lebih baik. Dorongan psikologis dari para suporter menumbuhkan semangat dalam diri setiap pemain yang bermain dalam sebuah pertandingan sepak bola. Kita bisa melihat buktinya pada turnamen Piala AFC 2007 di Jakarta. Dukungan penuh suporter membuat Indonesia berhasil mengalahkan Bahrain di laga awal dengan permainan yang memukau. Meski akhirnya harus takluk dari Arab Saudi dan Korea Selatan, penampilan Bambang Pamungkas dan kawan-kawan tetap dipuji para suporter. Kembali ke The Jakmania. Sebagai salah satu kelompok suporter terbesar di Indonesia, The Jakmania tidak hanya terdiri dari penduduk Jakarta yang notabene adalah daerah asal klub Persija. Anggota Jakmania juga berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Para suporter daerah tersebut juga mendirikan koordinator wilayah atau korwil masing-masing di daerahnya, seperti The Jakmania Bogor, Banten, Bandung, Malang, Kalimantan, dan bahkan Makassar. Kelompok-kelompok tersebut merupakan bagian dari keluarga besar The Jakmania. The Jakmania juga membagi kelompok suporternya ke dalam kelompok yang lebih kecil, yang sering disebut subkorwil. Subkorwil biasanya terdiri dari kelompok yang anggotanya lebih sedikit atau spesifik, seperti The Jakmania Pondok Kopi yang berada di bawah korwil Kalimalang, The Jakmania Kranji yang berada di bawah korwil Bekasi, dan lain sebagainya. Dalam 4 penelitian ini, peneliti akan memfokuskan diri pada kelompok The Jakmania Universitas Negeri Jakarta (UNJ) yang berada di bawah korwil Rawamangun. Menurut perspektif komunikasi, perwakilan-perwakilan daerah Jakmania itu merupakan kelompok kecil. Kelompok kecil diartikan sebagai sekumpulan perorangan yang relatif kecil yang masing-masing dihubungkan oleh beberapa tujuan yang sama dan mempunyai derajat organisasi tertentu diantara mereka. Kelompok kecil tersebut memiliki karakteristik tertentu. Pertama, kelompok kecil merupakan sekumpulan orang yang jumlahnya cukup kecil sehingga semua anggota bisa berkomunikasi dengan mudah sebagai pengirim dan penerima dengan mudah. Kedua, di dalam kelompok kecil perilaku seorang anggota menjadi nyata bagi semua anggota lainnya. Ketiga, diantara anggota kelompok harus ada tujuan yang sama. Hal ini tidak berarti bahwa semua anggota harus mempunyai tujuan yang persis sama untuk menjadi anggota kelompok. Akan tetapi, pada umumnya harus ada alasan serupa bagi perorangan itu untuk berinteraksi. 2 Setiap manusia perlu berinteraksi, demikian pula manusia-manusia yang berada dalam sebuah kelompok. Dalam sebuah literatur dijelaskan bahwa anggota kelompok perlu melakukan komunikasi kelompok karena berkaitan dengan produktivitas kelompok atau upaya-upaya untuk mencapai produktivitas tersebut. Caranya adalah melalui masukan dari anggota (member input), variabel perantara (mediating variabels), dan keluaran dari kelompok (group output). 2 Josep Devito. 2004. Komunikasi Antar Manusia. Karisma. Jakarta. hlm 306. 5 Masukan atau input yang berasal dari anggota kelompok dapat diidentifikasikan sebagai perilaku, interkasi, dan harapan yang bersifat individual. Sementara itu, variabel perantara merujuk pada struktur formal dan struktur peran dari kelompok seperti status, norma, dan tujuan kelompok. Kemudian, yang dimaksud dengan output kelompok adalah pencapaian atau prestasi dari tugas atau tujuan kelompok, yang mengarah pada produktivitas, semangat, dan keterpaduan kelompok.3 Keterpaduan atau soliditas kelompok dalam kajian psikologi komunikasi biasa dikenal dengan istilah kohesivitas kelompok atau group cohesiveness. Collins dan Raven mengartikan kohesivitas kelompok sebagai kekuatan yang mendorong anggota kelompok untuk tetap tinggal dalam kelompok, dan mencegah meninggalkan kelompok. Menurut McDavid dan Harari, kohesivitas suatu kelompok dapat diukur melalui beberapa cara diantaranya dari keterikatan anggota secara interpersonal satu sama lain, ketertarikan anggota pada kegiatan dan fungsi kelompok, serta sejauh mana anggota tertarik pada kelompok sebagai alat untuk memuaskan kebutuhan personalnya. Kelompok yang sangat kohesif mempunyai suasana yang mempertinggi respon atau umpan balik, dan arena itu mendorong komunikasi yang lebih efektif. Kohesivitas yang dibangun dengan komunikasi kelompok sangat dipengaruhi oleh tingkah laku anggota kelompok. Dalam buku Psikologi Kelompok karya Jalaluddin Rakhmat dikatakan bahwa semakin tinggi intensitas komunikasi dalam kelompok, semakin tinggi pula kohesivitas kelompok. 3 Jalaluddin Rakhmat. 2004. Psikologi Komunikasi. Rosda. Bandung. hlm 309. 6 Tingginya tingkat soliditas atau kohesivitas kelompok juga akan membuat semakin tinggi pula rasa saling memiliki antara anggota kelompok. 4 Dengan demikian, komunikasi jelas memiliki pengar yang besar terhadap kohesivitas kelompok. Dalam kehidupan berkelompok, tidak mudah tentunya untuk membangun sebuah suasana di mana para anggotanya berada dalam kondisi yang padu atau kohesif. Apalagi jika para anggota kelompok berasal dari latar belakang berbeda, seperti yang terjadi dalam kelompok The Jakmania UNJ. Sebuah universitas umumnya tidak hanya terdiri dari mahasiswa lokal, tetapi juga mahasiswa dari berbagai daerah. Apalagi universitas sebesar UNJ, yang notabene universitas terkemuka berskala nasional. Para anggota The Jakmania UNJ berasal dari latar belakang sosial dan budaya yang berbeda. Beberapa dari mereka datang dari berbagai wilayah di Indonesia, namun perbedaan latar belakang itu bisa bersatu di bawah bendera The Jakmania. Hal itu lah yang membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini. Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui lebih lanjut bagaimana komunikasi kelompok yang dilakukan untuk membentuk kohesivitas dengan mengadakan penelitian berjudul ‖Komunikasi Kelompok Suporter Bola dalam Membentuk Kohesivitas (Studi Kasus pada The Jakmania UNJ)‖. 4 Jalaluddin Rakhmat. op. cit. hlm 346. 7 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang sudah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Bagaimana komunikasi kelompok yang dilakukan dalam membentuk kohesivitas suporter The Jakmania UNJ? 1.3 Identifikasi Masalah Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat diidentifikasikan sebagai berikut : 1) Bagaimana komunikasi kelompok dalam The Jakmania UNJ? 2) Bagaimana kohesivitas kelompok suporter The Jakmania UNJ? 3) Bagaimana komunikasi kelompok dalam membentuk kohesivitas kelompok The Jakmania UNJ? 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Untuk mengetahui komunikasi kelompok dalam The Jakmania UNJ 2) Untuk mengetahui kohesivitas kelompok suporter The Jakmania UNJ 3) Untuk mengevaluasi komunikasi kelompok dalam membentuk kohesivitas kelompok The Jakmania UNJ 8 1.5 Manfaat Penelitian Peneliti berharap penelitian ini bisa berguna bagi banyak pihak di kemudian hari. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Bagi akademis, dapat menambah pengetahuan dan wawasan, terutama terkait dengan masalah dalam penelitian ini. Selain itu, penelitian ini juga dapat dijadikan bahan bacaan atau literatur tambahan bagi peneliti-peneliti selanjutnya yang tertarik terhadap bidang kajian ini. 2) Bagi praktisi, dapat dijadikan bahan masukan mengenai penerapan komunikasi kelompok dalam membangun kohesivitas kelompok, sehingga diharapkan dapat membuat kelompok dengan kohesivitas yang tinggi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi 2.1.1 Definisi Komunikasi Istilah komunikasi atau communication berasal dari bahasa Latin, yaitu communication yang berarti pemberitahuan atau pertukaran. Kata sifatnya communis, yang bermakna umum atau bersama-sama. Sama disini adalah sama makna. Jadi kalau dua orang terlibat komunikasi, misalnya dalam bentuk percakapan, maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan. Percakapan kedua orang tadi dikatakan komunikatif apabila kedua-duanya, selain mengerti bahasa yang dipergunakan, juga mengerti makna dari bahan yang dipercakapkan. 5 Para pakar memiliki pandangannya masing-masing dalam mendefinisikan ilmu komunikasi. Menurut Harold Lasswell komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Menurut Lasswell, cara terbaik untuk menjelaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect? Artinya siapa bicara apa melalui media apa kepada siapa dan apa efek yang ditimbulkan? Menurutnya, komunikasi meliputi lima unsur penting sebagai jawaban dari pertanyaan tersebut, yaitu komunikator, pesan, media, komunikan, dan efek. Singkatnya, komunikasi adalah proses penyampaian 5 Onong Utjana Effendy. 2007. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Rosda. Bandung. hlm 9. 9 10 pesan dari komunikator kepada komunikan melalui media yang bisa menimbulkan efek tertentu. Pakar yang lain juga memberikan definisi tentang komunikasi. Menurut Berger dan Chaffe (1983:17), ilmu komunikasi merupakan ilmu yang mencari untuk memahami mengenai produksi, pemrosesan dan efek dari simbol serta sistem signal, dengan mengembangkan pengujian teori-teori menurut hukum generalisasi guna menjelaskan fenomena yang berhubungan dengan produksi, pemrosesan, dan efeknya. Menurut Shannon dan Weaver komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain, sengaja atau tidak sengaja dan tidak terbatas pada bentuk komunikasi verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni, dan teknologi. 6 Pakar komunikasi Joseph Devito juga memberikan pandangannya soal definisi komunikasi. Menurutnya, komunikasi merupakan suatu kegiatan penyampaian atau penerimaan pesan yang dilakukan seseorang atau lebih, yang mendapat distorsi dari gangguan-gangguan dalam suatu konteks yang menimbulkan efek dan kesempatan untuk arus balik.7 Oleh sebab itu, Devito menilai komunikasi meliputi beberapa komponen yang terdiri dari konteks, sumber, penerima, pesan, saluran, gangguan, proses penyampaian atau encoding, proses penerimaan atau decoding, serta efek. Menurut Devito, komponen-kompenen tersebut merupakan inti dari komunikasi, yang menilai bahwa komponen itu sangat berpengaruh dalam menentukan 6 7 Deddy Mulyana. op. cit. hlm 68. Onong Utjana Effendy. op. cit. hlm 9. 11 berlangsungnya sebuah proses yang bernama komunikasi. Jadi, dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan proses penyampaian suatu pesan dari komunikator kepada komunikan melalui media tertentu dalam kurun waktu tertentu dan mengharapkan respon. 2.1.2 Unsur-unsur Komunikasi Berdasarkan definisi yang dibuat pakar komunikasi Harold Lasswell, komunikasi memiliki lima unsur yang saling berketergantungan satu sama lain, diantaranya adalah sumber (source), sering disebut juga pengirim (sender), penyandi (encoder), komunikator dan pembicara. Selanjutnya, Lasswell menyebutkan lima unsur utama komunikasi, yaitu : 1) Sumber (komunikator), yaitu pihak yang berinisiatif atau mempunyai atau kebutuhan untuk berkomunikasi. Sumber bisa menjadi seorang individu, kelompok, atau bahkan sebuah organisasi. Proses ini dikenal dengan penyandian (encoding). 2) Pesan, yaitu seperangkat simbol verbal atau non-verbal yang mewakili perasaan, nilai dan gagasan dari komunikator. 3) Saluran, yaitu alat atau wahana yang digunakan komunikator untuk menyampaikan pesannya kepada penerima. Saluran merujuk kepada penyampaian pesan, bisa melalui tatap muka, atau lewat media (cetak /elektronik) 12 4) Penerima, yaitu orang yang menerima pesan dari sumber, yang biasa disebut dengan sasaran/tujuan, komunikate, penyandi-balik, khalayak, pendengar, atau penafsir. 5) Efek, yaitu kejadian pada penerima setelah ia menerima pesan tersebut, meliputi penambahan pengetahuan, terhibur, perubahan sikap, perubahan keyakinan, atau perubahan perilaku. 2.1.3 Fungsi Komunikasi Sejumlah pakar komunikasi memiliki pendapat yang berbeda-beda soal fungsi komunikasi. Akan tetapi, semua merujuk pada titik yang sama, yakni menyebarkan informasi untuk memberikan efek tertentu terhadap pesan yang disampaikan oleh komunikator. Menurut Judy C. Pearson dan Paul E. Nelson, komunikasi mempunyai dua fungsi umum. Pertama, untuk kelangsungan hidup sehari-hari, meliputi keselamatan fisik, meningkatkan kesadaran pribadi, menampilkan diri kita pada orang lain dan mencapai ambisi pribadi. Kedua, untuk kelangsungan hidup masyarakat, tepatnya untuk memperbaiki hubungan sosial dan mengembangkan keberadaan suatu masyarakat.8 Menurut William I. Gorden, komunikasi memiliki empat fungsi, yakni komunikasi sosial, komunikasi ekspresif, komunikasi ritual, dan komunikasi instrumental. Berikut penjabarannya : 8 Onong Utjana Effendy. op. cit. hlm 5. 13 1) Fungsi komunikasi sosial, komunikasi penting untuk membangun konsep diri kita, aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk terhindar dari tekanan dan ketegangan, antara lain dengan memupuk hubungan dengan orang lain. 2) Fungsi komunikasi ekspresif, komunikasi menjadi instrument dalam menyampaikan perasaan (emosi). 3) Fungsi komunikasi ritual, biasanya dilakukan secara kolektif. Mereka berpartisipasi dalam bentuk komuniaksi ritual untuk menegaskan komitmen mereka kepada tradisi keluarga, komunitas, suku, bangsa, atau negara mereka. 4) Fungsi komunikasi instrumental, fungsi ini menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap, menggerakan tindakan, dan juga menghibur. 9 Sean MacBride juga memberikan pandangannya tentang fungsi komunikasi. Menurutnya, komunikasi punya fungsi yang jauh lebih banyak dari yang sebelumnya diungkapkan William. Menurut MacBride, setidaknya komunikasi memiliki delapan fungsi, yang terdiri dari : 1) Informasi, yakni pengumpulan, penyimpanan, pemrosesan, penyebaran berita, data, gambar, fakta dan pesan, opini dan komentar yang memberikan pengaruh terhadap lingkungan, serta mengambil keputusan dengan tepat. 2) Sosialisasi, yakni penyediaan sumber ilmu pengetahuan yang memungkinkan orang bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang efektif dan membuat dia sadar akan fungsi sosialnya, sehingga ia dapat aktif di masyarakat. 9 Deddy Mulyana. 2008. op. cit. hlm 5. 14 3) Motivasi, yakni menjelaskan tujuan masyarakat baik jangka pendek maupun jangka panjang, mendorong orang menentukan pilihannya dan keinginannya, serta mendorong kegiatan individu dan kelompok berdasarkan tujuan yang dikejar bersama. 4) Perdebatan dan diskusi, yakni menyediakan dan saling menukar fakta yang diperlukan untuk memungkinkan persetujuan atau menyelesaikan perbedaan pendapat mengenai masalah publik, menyedakan bukti-bukti yang relevan sesuai kebutuhan masyarakat umum dengan tujuan agar masyarakat lebih melibatkan diri dalam masalah yang menyangkut kepentingan bersama. 5) Pendidikan, yakni pengalihan ilmu pengetahuan sehingga mengembangkan intelektual, pembentukan watak, dan pendidikan keterampilan serta kemahiran yang diperlukan pada semua bidang kehidupan. 6) Memajukan kebudayaan, yakni penyebarluasan hasil kebudayaan dan seni dengan maksud melestarikan warisan masa lalu, perkembangan kebudayaan dengan memperluas horizon seseorang, membangun imajinasi, serta mendorong kreativitas seseorang sesuai kebutuhan estetikanya. 7) Hiburan, yakni penyebarluasan simbol, sinyal, suara, dan citra dari drama, tari, kesenian, kesusastraan, komedi, olah raga, dan lain sebagainya untuk kesenangan. 8) Intergrasi, yakni menyediakan bagi bangsa, kelompok, dan individu kesempatan untuk memperoleh berbagai pesan yang diperlukan agar mereka dapat saling mengenal dan menghargai kondisi, pandangan, serta keinginan orang lain. 15 2.1.4 Jenis Komunikasi Banyak pakar komunikasi mengklasifikasikan komunikasi berdasarkan konteksnya. Sama halnya dengan definisi komunikasi, konteks atau jenis komunikasi juga banyak didefinisikan secara berbeda-beda. Menurut Verderber misalnya, konteks komunikasi terdiri dari konteks fisik, konteks sosial, konteks historis, konteks psikologis, dan konteks kultural. Sementara itu, G.R. Miller membagi komunikasi menjadi enam kategori. Indikator paling umum untuk mengklasifikasikan komunikasi berdasarkan konteks atau tingkatanya adalah jumlah peserta yang terlibat dalam komunikasi tersebut. Enam kategori tersebut terdiri dari, komunikasi intrapribadi, komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok, komunikasi publik, komunikasi organisasi, dan komunikasi massa. Keenam kategori ini yang sering dipahami sebagai jenisjenis komunikasi yang absolut. 10 2.2 Komunikasi Kelompok 2.2.1 Definisi Komunikasi Kelompok Kelompok adalah sekumpulan orang-orang yang terdiri dari dua atau tiga orang bahkan lebih. Kelompok memiliki hubungan yang intensif di antara para anggotanya. Intensitas hubungan di antara mereka merupakan persyaratan utama yang dilakukan oleh orang-orang dalam kelompok tersebut. Kelompok juga memiliki tujuan dan aturan yang dibuat sendiri dan merupakan kontribusi arus 10 Deddy Mulyana. 2008. Komunikasi Suatu Pengantar, Rosda, Bandung, hlm 78. 16 informasi di antara para anggota sehingga mampu menciptakan atribut kelompok sebagai identitas yang khas yang melekat pada kelompok tersebut.11 Menurut Deddy Mulyana, dalam buku berjudul Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, kelompok didefinisikan sebagai sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama, yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama (adanya hubungan saling berketergantungan), mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut. Bentuk kelompok sangat bermacam-macam. Mulai dari keluarga, tetangga, kawan-kawan, kelompok diskusi, kelompok pemecahan masalah, atau suatu komite yang tengan melakukan rapat untuk mengambil suatu keputusan. Dengan demikian, komunikasi kelompok biasanya merujuk pada komunikasi yang dilakukan kelompok kecil, jadi bersifat tatap muka. Umpan balik dari seorang peserta dalam komunikasi kelompok masih bisa diidentifikasi dan ditanggapi langsung oleh peserta lainnya. Komunikasi kelompok memfokuskan pembahasannya pada interaksi di antara orang-orang dalam kelompok kecil. Komunikasi kelompok juga melibatkan komunikasi antarpribadi. 12 Kelompok merupakan kegiatan yang tak terpisahkan dengan kehidupan kita, karena kelompok memungkinkan kita dapat berbagi informasi, pegalaman, dan pengetahuan dengan anggota kelompok yang lain. 11 Burhan Bungin. 2006. Sosiologi Komunikasi; Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Kencana. Jakarta. hlm. 266. 12 Hafied Cangara. 2008. Pengantar Ilmu Komunikasi. Grafindo. Jakarta, hlm 252. 17 2.2.2 Fungsi Komunikasi Kelompok Keberadaan suatu kelompok ditandai dengan adanya fungsi-fungsi yang akan dilaksanakannya. Fungsi-fungsi tersebut dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat, kelompok, dan para anggota kelompok itu sendiri. Berikut adalah fungsi-fungsi tersebut.13 1) Fungsi hubungan sosial, yakni bagaimana suatu kelompok mampu memelihara dan memantapkan hubungan sosial di antara para anggotanya. 2) Fungsi pendidikan, yakni bagaimana sebuah kelompok secara formal maupun informal bekerja untuk mencapai dan mempertukarkan pengetahuan. Fungsi ini akan sangat efektif jika setiap anggota membawa pengetahuan yang bermanfaat bagi kelompoknya. 3) Fungsi persuasi, yakni bagaimana seorang anggota kelompok mempersuasi anggota kelompok lainnya supaya melakukan atau tidak melakukan sesuatu. 4) Fungsi pemecahan masalah, yakni pemecahan masalah berkaitan dengan penemuan alternatif atau solusi yang tidak diketahui sebelumnya, sedangkan pembuat keputusan berhubungan dengan pemilihan antara dua atau lebih solusi. 5) Fungsi terapi, yakni objek dari kelompok terapi adalah membantu setiap individu mencapai perubahan personalnya. Individu tersebut harus berinteraksi dengan anggota kelompok lainnya guna mendapatkan manfaat, namun usaha utamanya adalah membantu dirinya sendiri, bukan membantu kelompok mencapai konsensus. 13 Ibid, hlm 270. 18 2.3 Kohesivitas 2.3.1 Definisi Kohesivitas Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi III tahun 2008, kohesi diartikan sebagai kekuatan tarik-menarik di antara molekul-molekul dalam suatu benda. Sedangkan dalam perspektif sosial, kohesi berarti hubungan yang erat; perpaduan yang kukuh; melekat satu sama lain, dan padu. Secara singkat kohesivitas bias diartikan sebagai kekompakkan, soliditas, yang terangkum dalam sebuah kesatuan. 2.3.2 Kohesivitas Kelompok Menurut Collins dan Raven, kohesivitas kelompok didefinisikan sebagai kekuatan yang mendorong anggota kelompok untuk tetap tinggal dalam kelompok dan mencegah meninggalkan kelompok. Kohesivitas kelompok merupakan suatu keadaan di mana kelompok memiliki solidaritas tinggi, saling bekerja sama dengan baik, dan memiliki komitmen bersama yang kuat untuk mencapai tujuan kelompok sehingga anggota kelompoknya merasa puas. 14 Dalam kelompok yang kohesif anggotanya mempersepsi anggota kelompok yang lain secara positif sehingga konflik dan pertentangan selalu diselesaikan dengan sebaik-baiknya. Menurut McDavid dan Harari, kohesivitas suatu kelompok dapat diukur dari (1) keterikatan anggota secara interpersonal pada satu sama lain, (2) ketertarikan anggota pada kegiatan dan fungsi kelompok, dan (3) sejauh mana anggota tertarik pada kelompok sebagai alat untuk memuaskan kebutuhan 14 Jalaluddin Rakhmat. op. cit. hlm 346. 19 personalnya. Kelompok yang sangat kohesif mempunyai suasana yang mempertinggi umpan balik, dan arena itu mendorong komunikasi yang lebih efektif. ―Kohesivitas yang dibangun dengan komunikasi sangat berpengaruh pada tingkah laku anggota kelompok. Semakin tinggi intensitas komunikasi dalam kelompok akan membuat semakin tinggi soliditas dan keterpaduan. Tingginya tingkat soliditas dan keterpaduan kelompok juga akan membuat semakin tinggi pula rasa saling memiliki antara anggota kelompok.15 Kohesivitas merupakan kekuatan yang saling tarik menarik di antara anggota-anggota kelompok. Ibaratnya, sepiring nasi di antara butirbutirnya saling melekat.‖16 Berikut adalah faktor-faktor yang menentukan kohesivitas kelompok menurut McDavid dan Harari : 1) Perilaku normatif yang kuat ketika individu diidentifikasikan ke dalam kelompok yang diikuti. 2) Lamanya menjadi anggota kelompok.semakin lama seseorang menjadi anggota kelompok akan memperlihatkan sifat kooperatif dan solidaritas yang tinggi. Pakar lainnya menyatakan bahwa kohesi kelompok merupakan keadaan dimana para anggota kelompok saling menyukai dan saling mencintai satu sama lain. Kohesi merupakan rasa tertarik di antara para anggota.17 Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kesamaan sikap, nilai-nilai, sifat-sifat pribadi serta demografis dapat mempengaruhi tingginya kohesi yang ada dalam kelompok yang bersangkutan. 15 Ibid, hlm 346. Wiryanto. 2008, Pengantar Ilmu Komunikasi, Grasindo, Jakarta, hlm 50. 17 Bimo Walgito. 2008. Psikologi Kelompok. Andi. Yogyakarta. hlm 46. 16 20 2.4 Suporter Istilah ―penonton‖, secara harfiah berasal dari awalan pe- dan kata kerja tonton dalam bahasa Indonesia. Awalan pe- dalam hal ini berarti orang yang melakukan pekerjaan sesuai dengan kata kerja. Bila kata kerjanya tonton, maka penonton berarti orang yang menyaksikan suatu pertunjukan atau tontonan. Sementara itu menurut akar katanya, kata ―suporter ― berasal dari kata kerja dalam bahasa Inggris to support dan akhiran –er. To support artinya mendukung, sedangkan akhiran –er menunjukkan pelaku. Jadi suporter dapat diartikan sebagai orang yang memberikan suport atau dukungan. Penonton adalah orang yang melihat atau menyaksikan pertandingan sepak bola, sehingga bersifat pasif. Sedangkan suporter adalah orang yang memberikan dukungan, sehinga bersifat aktif. Di lingkungan sepak bola, suporter erat kaitannya dengan dukungan yang dilandasi oleh perasaan cinta dan fanatisme terhadap tim. 18 2.5 The Jakmania The Jakmania berdiri sejak Ligina IV, tepatnya 19 Desember 1997. Markas dan sekretariat The Jakmania berada di Stadion Menteng, Jakarta Pusat. Selasa dan Jumat merupakan rutinitas The Jakmania untuk kumpul bersama guna memberikan laporan perkembangan The Jakmania. Kegiatan ini sangat didukung oleh Gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso. Sebagai pembina Persija, memang Bang 18 Lihat : Perbedaan Istilah antara Penonton dan Suporter Sepak bola. http://suryantopsikologi.wordpress.com/2008/01/09/perbedaan-istilah-antara-penonton-dansuporter-sepak bola/. Akses Tanggal 20 April 2012. 21 Yos (sapaan akrabnya) sangat menyukai sepak bola. Ia ingin sekali membangkitkan kembali sepak bola Jakarta yang telah lama hilang. Pada awalnya, anggota The Jakmania hanya sekitar 100 orang, dengan pengurus sebanyak 40 orang. Ketika dibentuk, dipilihlah figur yang dikenal di mata masyarakat. Gugun Gondrong merupakan sosok paling ideal saat itu. Meski dari kalangan selebritis, Gugun tidak ingin diberlakukan berlebihan, ia ingin merasa sama dengan yang lain. Pengurus The Jakmania waktu itu akhirnya membuat lambang sebuah tangan dengan jari berbentuk huruf ―J‖. Ide ini berasal dari Edi Supatmo, yang waktu itu menjadi Humas Persija. Hingga sekarang, lambang itu masih dipertahankan dan selalu diperagakan sebagai simbol jati diri Jakmania. Hingga kini The Jakmania terdiri dari hampir 7200 anggota yang tersebar di seluruh Indonesia. 19 The Jakmania saat ini dipimpin oleh Larico Ranggamone. Larico merupakan Ketua Umum The Jakmania periode 2012-2014. Sebelumnya, Larico juga sempat memimpin Jakmania pada periode 2010-2012. Larico kembali terpilih untuk memimpin Jakmania pada Musyawarah Besar II di GOR Ragunan, Sabtu, 19 Januari 2012. 20 Pada Mubes tersebut, Larico bertarung dengan lima calon lainnya untuk memperebutkan kursi nomor satu di The Jakmania, yakni Richard Ahmad, Suryadi, Agung, Faisal Kamarullah, dan Aples. Setelah melalui verifikasi oleh 19 Lihat : Sejarah The Jakmania, http/jakmania.org/organisasi/sejarah. Akses tanggal 20 April 2012. 20 Lihat : Larico Ranggamone Pimpin The Jakmania http://duniasoccer.com/ Larico-RanggamoneKembali-Pimpin-The-Jakmania. Akses tanggal 15 Juli 2013. 22 komisi pemilihan, dua nama calon terakhir dianggap gugur karena tidak memenuhi syarat, yakni tidak dipilih oleh tiga korwil. Maka, majulah empat calon, yakni Larico Ranggamone, Richard Ahmad, Suryadi, Agung. Putaran pertama menggunakan sistem blok, dimana dari 52 korwil yang saat ini ada, 47 korwil yang hadir dalam mubes dan memiliki hak suara, selanjutnya maju ke putaran kedua. Larico melaju mulus setelah mendapat 21 suara, ditemani oleh Agung dengan 15 suara, disusul Richard dengan 7 suara, dan Suryadi 4 suara. Larico memastikan diri terpilih sebagai Ketua Umum The Jakmania periode 2012-2014 setelah mampu meraup 10 tambahan suara, dengan total mengumpulkan 31 suara. Agung harus puas dengan 16 suara. Setelah terpilih, Larico menyatakan kesiapannya untuk memajukan organisasi The Jakmania. Namun, dia tidak bisa bekerja sendiri dan meminta semua pihak membantu kerjanya. 2.6 Teori Berpikir Kelompok Teori Berpikir Kelompok (groupthink) lahir dari penelitian yang dilakukan oleh Irvin L Janis. Groupthink menunjukkan suatu metode berpikir sekelompok orang yang kohesif (solid) untuk mencapai kata mufakat. Menurut teori ini, proses pengambilan keputusan yang terjadi pada kelompok yang sangat kohesif, dilakukan oleh anggota-anggotanya yang selalu berusaha mempertahankan konsensus kelompok sehingga kemampuan kritisnya menjadi tidak efektif lagi. 21 21 Jalaluddin Rakhmat. op. cit. hlm 152. 23 Selanjutnya, Janis menjelaskan bahwa kelompok yang sangat kohesif biasanya terlalu banyak menyimpan atau menginvestasikan energi untuk memelihara niat baik dalam kelompk ini. Sehingga sering mengorbankan pembuatan keputusan yang baik dari proses tersebut. Groupthink juga dapat didefinisikan sebagai suatu situasi dalam proses pengambilan keputusan yang menunjukkan timbulnya kemerosotan efesiensi mental, pengujian realitas, dan penilaian moral yang disebabkan oleh tekanan-tekanan kelompok.22 Pada teori ini, disebutkan bahwa dalam kelompok yang memiliki kohesivitas tinggi, maka para anggotanya akan lebih antusias dalam menjalankan tugas-tugas mereka. Para anggota juga merasa dimampukan untuk melaksanakan tugas-tugas tambahan. Akan tetapi, biasanya anggota kelompok tidak bersedia untuk mengemukakan keberatan mereka mengenai solusi yang diambil. Sebab, pemikirian kolektif ini selalu mementingkan hubungan yang tetap baik, tetap bersatu, memiliki semangat kebersamaan, dan memiliki kohesivitas tinggi. Anggota-anggota kelompok sering kali terlibat di dalam sebuah gaya pertimbangan dimana pencarian konsensus lebih diutamakan dibandingkan dengan pertimbangan akal sehat. Kelompok yang memiliki kemiripan antar anggotanya dan memiliki hubungan baik satu sama lain, cenderung gagal menyadari akan adanya pendapat yang berlawanan. Mereka menekan konflik hanya agar dapat bergaul dengan baik antar anggota. Lahirnya konsep groupthink juga didorong oleh kajian secara mendalam mengenai komunikasi kelompok yang 22 Deddy Mulyana, 1999, Nuansa-Nuansa Komunikasi: Meneropong Politik dan Budaya Masyarakat Kontemporer, Rosda, Bandung. 24 telah dikembangkan oleh Raimond Cattel. 23 Melalui penelitiannya, ia memfokuskannya pada keperibadian kelompok sebagai tahap awal. Teori yang dibangun menunjukkan bahwa terdapat pola-pola tetap dari perilaku kelompok yang dapat diprediksi, yaitu: 1) Sifat-sifat dari kepribadian kelompok 2) Struktural internal hubungan antar anggota 3) Sifat keanggotaan kelompok. Akan tetapi, temuan teoritis tersebut masih belum mampu memberikan jawaban atas suatu pertanyaan yang berkaitan dengan pengaruh hubungan antar pribadi dalam kelompok. Hal inilah yang memunculkan suatu hipotesis dari Janis untuk menguji beberapa kasus terperinci yang ikut memfasilitasi keputusankeputusan yang dibuat kelompok. Hasil pengujian yang dilakukan Janis menunjukkan bahwa terdapat suatu kondisi yang mengarah pada munculnya kepuasan kelompok yang baik. Menurut Janis, asumsi penting dari groupthink adalah: 1) Terdapat kondisi-kondisi di dalam kelompok yang menunjukkan kohesivitas tinggi. 2) Pemecahan masalah kelompok pada intinya merupakan proses yang menyatu. 3) Kelompok dan pengambilan keputusan oleh kelompok sering kali bersifat kompleks. 23 West Richard & Turner Lynn. 2008. Pengantar Teori Komunikasi. Salemba Humanika. Jakarta. hlm 273. 25 Ilustrasi Janis selanjutnya mengungkapkan kondisi nyata suatu kelompok yang dihinggapi oleh pikiran kelompok, yaitu dengan menunjukkan delapan gejala perilaku kelompok, yang dijelaskan sebagai berikut: 1) Persepsi yang keliru (illusions), bahwa ada keyakinan kalau kelompok tidak akan terkalahkan. 2) Rasionalitas kolektif, dengan cara membenarkan hal-hal yang salah sebagai seakan-akan masuk akal. 3) Percaya pada moralitas terpendam yang ada dalam diri kelompok. 4) Streotip terhadap kelompok lain (menganggap buruk kelompok lain). 5) Tekanan langsung pada anggota yang pendapatnya berbeda dari pendapat kelompok. 6) Sensor diri sendiri terhadap penyimpangan dari sensus kelompok. 7) Ilusi bahwa semua anggota kelompok sepakat dan bersuara bulat. 8) Otomatis menjaga mental untuk mencegah atau menyaring informasiinformasi yang tidak mendukung, hal ini dilakukan oleh para penjaga pikiran kelompok. Dalam Grupthink, para anggota kelompok akan memberikan penilaian yang berlebihan terhadap kelompoknya. Biasanya, mereka menganggap kelompoknya yang paling benar. Selain itu, pemikiran individu akan tertutup oleh pemikiran kelompok. Ketika suatu kelompok memiliki pikiran yang tertutup, kelompok ini tidak akan mengindahkan pengaruh-pengaruh dari keluar kelompok. Akan selalu ada tekanan untuk mencapai keseragaman, adanya pikiran untuk 26 mencapai kebulatan suara, meskipun pada dasarnya ada di antara kelompok yang tidak mendukung. 2.7 Kerangka Berpikir Dalam penelitian ini, peneliti mencoba memulai penelitian dengan memahami masalah yang akan diangkat, yaitu bagaimana pola komuninaki kelompok diterapkan dalam membentuk kohesivitas. Dari inti masalah tersebut, peneliti mulai mengembangkan penelitian ini dengan mengidentifikasi masalah dalam bentuk poin-poin pertanyaan. Setelah poin-poin identifikasi dibuat, peneliti mulai menghubungkan masalah yang diangkat dalam penelitian ini dengan teori dalam kajian ilmu komunikasi. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori berpikir kelompok karya Irvin L. Janis. Teori berpikir kelompok dirasa cocok dengan masalah yang akan peneliti angkat dalam penelitian sederhana ini. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, teori ini menjelaskan bagaimana hubungan kohesivitas dengan sejumlah komponen pembentuknya, slah satunya adalah komunikasi. Dari teori berpikir kelompok, peneliti menemukan sejumlah indikator penting yang berhubungan erat dengan poin-poin pertanyaan yang tertera di identifikasi masalah pada bab dua. Indikator-indikator tersebut diklasifikasikan menjadi dua, yaitu indikator komunikasi dan indikator kohesivitas. Indikator komunikasi terdiri dari komunikasi dalam pengambilan keputusan berlangsung sangat kompleks, komunikasi berjalan efektif, komunikasi 27 membangun antusiasme yang tinggi dari seluruh anggota, dan komunikasi di antara para anggota berlangsung dengan intensitas yang tinggi. Sementara itu, indikator dan konsep kohesivitas terdiri dari terjalinnya hubungan yang sangat baik antar anggota, seluruh anggota selalu mengutamakan konsensus, pola piker para anggota kelompok menjadi tidak kritis, soliditas terbangun dengan sangat kuat, dan menghasilkan kepuasan kelompok. Dalam penelitian kualitatif, peneliti segera terlibat dalam pembentukan hipotesis sejak awal penelitian. Berbeda dengan penelitian kuantitatif yang menguji hipotesis, pada penelitian kualitatif hipotesis merupakan sesuatu yang diramalkan akan terjadi, atau lebih dikenal dengan istilah hipotesis kerja. Melalui pembahasan dari indikator-indikator yang disebutkan di atas, peneliti memunculkan dua hipotesis kerja yang terdiri dari komunikasi kelompok berperan dalam membentuk kohesivitas kelompok atau justru tidak berperan dalam membentuk kohesivitas kelompok. Berikut ini adalah gambaran kerangka penelitian. 28 Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Komunikasi Kelompok Suporter Bola dalam Membentuk Kohesivitas (Studi Kasus pada The Jakmania UNJ) Teori Berpikir Kelompok Komunikasi Kohesivitas Komunikasi sangat kompleks Efektif Antusiasme Tinggi Intensif Terjalin hubungan sangat baik Mengutamakan consensus Soliditas Kuat Tidak Kritis Tekanan Kelompok Kepuasan Kelompok Hipotesis Kerja : 1. 2. Komunikasi Kelompok Berperan dalam Membentuk Kohesivitas Kelompok Komunikasi Kelompok Tidak Berperan dalam Membentuk Kohesivitas Kelompok 29 2.8 Penelitian Sebelumnya Tabel 2.1 Penelitian Sebelumnya Nama Ellin Peneliti Danariansari Lilis Marpaung Indra Sopyan Tulus Muliawan Sumatera Utara Unikom Bandung Sultan Ageng Tirtayasa 2012 2011 2013 Komunikasi Kelompok Kecil Geng Bushido Population dengan Pembentukan Konsep Diri Anggotanya Komunikasi Kelompok Dikalangan Pemulung Untuk Bertahan Hidup di TPA Namo Bintang. Komunikasi Kelompok Guru dan Murid dalam Penyampaian Program Cooperative Laerning di SMKN 5 Pangalengan Pola Komunikasi Kelompok dalam Membentuk Kohesivitas Kelompok The The Jakmania UNJ Bagaimana komunikasi kelompok yang dilakukan oleh anggota geng Bushido Population, dimana mereka terikat oleh aturan dan sanksi yang menimbulkan rasa saling memiliki dan menghormati terhadap pembentukan konsep diri para anggotanya. Di tengahtengah persepsi masyarakat yang negatif terhadap Komunikasi punya peran yang sangat besar dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam kehidupan sosial. Peneliti melihat fenomena kehidupan berkelompok di kalangan pemulung di TPA Nano Bintang sebagai suatu pemandangan yang unik. Untuk itu, peneliti ingin mengetahui lebih dalam mengenai cara mereka Peneliti ingin mengetahui bagaimana proses komunikasi kelompok yang terjalin antara guru dan murid di SMKN 5 Pengalengan, dalam menerapkan program Cooperative Learning. Sebab, untuk membuat program ini berjalan dengan baik, instrument komunikasi harus bisa menjalankan fungsi dan tugasnya masingmasing dengan baik. The Jakmania merupakan salah satu kelompok suporter terbesar di Indonesia. Di dalamnya terdapat banyak orang dengan latar belakang yang berbeda. Penelitian ini mencoba mengungkap bagaimana pola komunikasi kelompok yang diterapkan The Jakmania dalam membangun kohesivitas atau soliditas kelompok. Universitas Sumatera Utara Tahun Judul Penelitian Latar Belakang 2011 30 Teori Metodologi Hasil Penelitian keberadaan geng, mereka harus membuktikan bahwa anggapan tersebut tidak selalu benar adanya. Teori Fundamental Interpersonal Relations Orientation (FIRO) dan Teori Group Syntality KualitatifDeskriptif Komunikasi kelompok kecil yang terjalin di geng Bushido Population tidak memberikan dampak negatif terhadap konsep diri para anggotanya. Meskipun dilatarbelakang i hal-hal yang berbeda saat ingin bergabung, namun dengan adanya aturan serta sanksi yang disepakati dan dipatuhi bersama, menjadikan geng ini sebuah wadah positif bagi anggotanya dalam hal bertahan hidup dengan memanfaatkan pendekatan komunikasi. Teori Perbandingan Sosial Festinger Kulitatif-Studi Kasus Penelitian ini mengungkapkan bahwa komunikasi kelompok di kalangan pemulung memberikan pengaruh yang besar dalam bertahan hidup bagi para pemulung di daerah TPA Namo Bintang. Alasan pemulung menjadi pemulung di TPA Namo Bintang adalah karena keterbatasan dalam hal pendidikan, pengetahuan dan keterampilan, dan juga pengusaan sumber kerja yang lemah. Teori Keseimbangan Heider Teori Berpikir Kelompok KualitatifDeskriptif SMKN 5 Pangalengan memiliki Interaksi yang baik melalui komunikasi kelompok guru dan murid. Proses komunikasi ditunjukkan melalui program cooperative learning. Melalui proses komunikasi dan interaksi yang matang, para guru SMKN 5 Pangalengan dapat bekerja secara harmonis dengan Murid,. Sehingga antara guru dan murid saling memberikan keberhasilan yang senantiasa dilakukan untuk meningkatkan KualitatifDeskriptif The Jakmania UNJ punya banyak cara untuk membuat kelompoknya semakin solid. Beberapa cara diantaranya adalah dengan menjaga pola komunikasi. Pola komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi dengan intensitas yang tinggi dan efektif. Efektivitas komunikasi membawa kelompok kea rah yang baik karena maksud dan keinginan para anggotanya bisa dipahami anggota lainnya. 31 Kesimpulan otomotif, pertemanan, sosialisasi diri, kekeluargaan, dll. Komunikasi punya peran yang sangat besar untuk menyatukan perbedaan. Meski memiliki banyak perbedaan, para anggota geng bushindo punya kesadaran bersama untuk menjaga kelompok agar tetap utuh, salah satunya lewat komunikasi yang intensif. SMKN 5 pada tahun berikutnya. Bagi para pemulung di daerah TPA Namo Bintang, komunikasi menjadi salah satu senjata utama untuk bersatu melawan keterbatasan dan kekurangan ekonomi. Komunikasi menyatukan kesamaan yang ada di antara para pemulung, yaitu masalah ekonomi. Keberhasilan penerapan program cooperative learning tak lepas dari peran besar komunikasi. Para guru di SMKN 5 Pengalengan punya kemampuan dan kemahiran komunikasi yang baik, sehingga proses belajar mengajar bisa berjalan dengan lancar sesuai harapan. Kohesivitas kelompok bisa dibangun dengan berbagai cara. Salah satu cara yang paling efektif adalah dengan berkomunikasi. Komunikasi seperti apa yang dimaksud? Komunkasi yang efektif, intensif, dan tentunya kesadaran para anggota untuk menjaga keutuhan kelompok. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Post Positivistik Pada penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan Post Positivistik sebagai cara pandang sebuah realitas. Post positivistik merupakan aliran yang ingin memperbaiki kelemahan dari positivistik, yang selalu menekankan pemikiran yang objektif. Cara pandang ini banyak berlawanan dengan positivistik, yang menilai bahwa dalam sebuah penelitian peneliti harus menjaga jarak dengan informan. Dalam post positivistik, peneliti justru harus berhubungan langsung bahkan menjadi bagian dari objek penelitian untuk mengungkap kebenaran sebuah fenomena.Oleh karena itu, hubungan antara peneliti dengan infornan harus interaktif, dengan catatn bahwa peneliti harus bertindak senetral mungkin agar tingkat subjektivitas bisa ditekan seminim mungkin. Paradigma post positivistik didasari oleh cara pandang Max Weber yang diteruskan oleh Irwin Deutcher, yang lebih dikenal dengan fenomenologi. Pandangan ini berusaha memahami perilaku manusia dari segi kerangka berpikir maupun bertindak sejumlah orang, ayng dibayangkan atau dipikirkan oleh orangorang itu sendiri. 24 Fenomenologis juga merujuk pada semua pandangan ilmu sosial yang menganggap kesadaran manusia dan makna subjektifnya sebagai fokus untuk memahami tindakan sosial. 24 Lexy J. Moleong. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. hlm 52. 32 33 3.2 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah dengan pendekatan kualitatif, Hal ini didasarkan pada rumusan yang muncul dalam penelitian ini menuntut peneliti untuk melakukan berbagai aktivitas dalam rangka menjelaskan dan memahami fokus pada penelitian ini. Menurut Jane Ricjie, penelitian kualitatif adalah upaya untuk menyajikan dunia sosial, dan perspektifnya dalam dunia, dari segi konsep, perilaku, persepsi, dan persoalan tentang manusia yang diteliti. 25 Denzim dan Lincoln menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar ilmiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada. 26 Peneliti sengaja memilih metode deskriptif ini dengan tujuan untuk memperoleh gambaran secara jelas tentang pola komunikasi yang dilakukan anggota The Jakmania UNJ dalam membentuk kohesivitas kelompok. Metode deskriptif merupakan metode penelitian yang bertujuan membuat deskripsi secara sistematis, faktual, akurat tentang fakta dan sifat populasi atau objek tertentu.27 Metode deskriptif merupakan metode penelitian dengan penafsiran data yang berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Data tersebut mungkin berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, rekaman video, dokumen pribadi, atau dokumen lainnya. 28 25 Lexy J. Moleong. op. cit. hlm 6. Ibid, hlm 5. 27 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta, 2006, hlm 59. 28 Ibid, hlm 11. 26 34 3.3 Teknik Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan teknik studi kasus terhadap kelompok suporter The The Jakmania UNJ. Studi kasusadalah metode riset yang menggunakan berbagai sumber data yang bisa digunkan untuk meneliti, menguraikan, dan menjelaskan secara komperhensif berbagai aspek individu, kelompok, suatu program, peristiwa, atau organisasi secara sistematis. Dalam penelitian ini, periset dapat menggunakan berbagai teknik pengumpulan data seperti wawancara mendalam, observasi partisipan, studi dokumentasi, kuesioner, rekaman, serta bukti-bukti fisik lainnya. 29 Robert K. Yin memberikan batasan mengenai metode studi kasus sebagai riset yang meneliti fenomena di dalam konteks kehidupan nyata, ketika batasbatas antara fenomena dan konteks tak tampak jelas, dan di mana multisumber bukti dimanfaatkan. Multisumber bukti ini diperoleh dari penggunaan berbagai instrument pengumpulan data. 3.4 Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini berupa observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Hal ini didasarkan pada pentingnya ketiga teknik tersebut dalam membantu peneliti dalam meneliti masalah ini. Menurut Lincoln dan Guba, tujuan wawancara adalah untuk mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, 29 Rahmat Kriyantono. op. cit. hlm 65. 35 tuntutan, memverifikasi, mengubah, dan memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain. 30 Selain wawancara, peneliti juga menggunakan observasi dalam upaya pengumpulan data pada penelitian ini. Yang diamati dalam prosses ini adalah interaksi diantara subjek yang diriset. Keunggulan metode ini adalah data yang dikumpulkan dalam dua bentuk, yaitu interaksi dan percakapan. Ini meliputi apa saja yang dilakukan, perbincangan apa saja yang dilakukan termasuk benda apa saja yang mereka gunakan dalam kegiatan sehari-hari.31 Teknik terakhir dalam pengumpulan data ini adalah studi dokumentasi. Dokumentasi di dapat dari berita-berita di surat kabar dan dokumen pribadi kelompok. Peneliti memilih teknik ini untuk mendapatkan informasi guna mendukung analisis data. Berikut penjabaran ketiga metode tersebut : 1) Wawancara Wawancara digunakan sebagai salah satu teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal yang lebih mendalam dari informan. Menurut Susan Stainback, peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam mengintepretasikan situasi dan fenomena yang terjadi dengan wawancara, dimana hal ini tidak bisa ditemukan dengan observasi. 32 Esterberg membagi macam-macam wawancara menjadi tiga jenis, 30 Lexy J. Moleong. op. cit. hlm 186. Rachmat Kriyantono. op. cit. hlm 108. 32 Sugiyono. 2010. Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabeta. Bandung. hlm 72. 31 36 yaitu wawancara terstruktur, wawancara semiterstruktur, dan wawancara tidak berstruktur. Berikut penjabarannya : a. Wawancara terstruktur, yakni peneliti sudah mempersiapkan instrument penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini setiap responden diberi pertanyaan yang sama, lalu pengumpul data mencatatnya. Dengan metode ini, wawancara dapat dilakukan oleh beberapa orang yang berbeda. b. Wawancara semiterstruktur, yakni jenis wawancara yang sudah termasuk in-depth interview, di mana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, di mana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat dan ide-idenya. c. Wawancara tidak berstruktur, yakni wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah disusun sebelumnya. Pedoman wawancara yang dihgunakan hanya berupa garisgaris besar permasalahan yang akan ditanyakan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik wawancara terstruktur. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, peneliti sudah mempersiapkan instrument penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan. Informsn diberi pertanyaan yang sama, lalu peneliti mencatatnya. Peneliti juga menambahkan sejumlah pertanyaan yang sifatnya spontan, berdasarkan jawaban dari informan. Istilah ini biasa disebut probing. 2) Observasi Nasution menyatakan bahwa observasi merupakan dasar dari semua ilmu pengetahuan. Menurutnya, ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observsi. Melalui observasi, peneliti bias belajar banyak hal tentang perilaku yang terjadi dalam 37 sebuah situasi social dan makna dari perilaku tersebut. 33 Selanjutnya Sanafiah Faisal (1990) membagi observasi kedalam beberapa kelompok, di antaranya adalah : a. Observasi partisipatif, yaitu peneliti terlibat langsung dalam keseharian objek penelitian yang sedang diamati. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut merasakan apa yang dilakukan oleh objek penelitian. Dengan cara ini, data yang diperoleh di lapngan akan lebih lengkap. b. Observasi terang-terangan dan samar-samar, yaitu peneliti menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa ia sedang atau akan melakukan penelitian. Jadi, mereka yang diteliti mengetahui dari awal sampai akhir bahwa mereka sedang diteliti. c. Observasi tidak terstruktur, yaitu observasi yang dilakukan secara tidak bertruktur karena fokus penelitian belum jelas. Fokus observasi kemudian akan berkembang seiring berjalannya waktu. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode observasi partisipatif. Namun, dalam hal ini peneliti ada di kategori pasif. Maksudnya, peneliti terlibat langsung dalam keseharian objek penelitian yang sedang diamati, akan tetapi peneliti tidak sepenuhnya terlibat langsung dalam kegiatan tersebut. 3) Studi Dokumentasi Studi dokumentasi banyak digunakan dalam penelitian kualitatif untuk menggali data-data masa lampau secara sistematis dan objektif. Studi dokumentasi juga turut melengkapi metode pengumpulan data lainnya seperti yang telah disebutkan di atas, yaitu observasi dan wawancara. Tujuannya adalah untuk mendapatkan informasi yang mendukung analisis dan intepretasi data. 33 Sugiyono. op. cit. hlm 64 38 3.5 Informan Penelitian Dalam suatu penelitian, diperlukan data-data dari sumber tertentu yang sesuai dengan kebutuhan atau permasalahan penelitian. Pada penelitian ini, peneliti menjadikan beberapa anggota The Jakmania UNJ sebagai informan utama, dan seorang informan pendukung. Mereka diantaranya adalah : 1) Informan kunci : Agung Nugroho, salah seorang anggota senior The Jakmania UNJ yang masih aktif. Agung menjadi salah satu sosok penting dalam membangun kembali komunitas The Jakmania UNJ yang sempat vakum selama beberapa waktu. 2) Informan pendukung : Ahmad Ian Fachrizal (Ketua The Jakmania UNJ), beserta dua anggota The Jakmania UNJ yang telah bergabung sebagai suporter selama dua tahun, yaitu, Eko Ramdhani dan Naufal Fadhlan. 3.6 Teknik Analisis Data Menurut Bogdan dan Biklen, analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilahmilahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang akan diceritakan kepada orang lain. 34 Dalam penelitian ini, analisis data dilakukan terhadap data yang terdapat di lapangan. Proses analisis data dari hasil observasi dan wawancara ini dilakukan bersamaan dengan berlangsungnya proses pengumpulan data dan setelah selesai 34 Lexy J. Moleong. op. cit. hlm 248. 39 pengumpulan data dalam suatu periode tertentu. Tujuannya, agar tidak ada data yang ambigu atau yang tertinggal. Peneliti berharap, cara ini dapat menghasilkan analisis yang akurat. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik analisis data kualitatif model Miles dan Haberman. Analisis ini dilakukan berdasarkan pada penelitian lapangan. Miles dan Haberman mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Model interaksi dalam analisis data kualitatif dipakai untuk menganalisis data selama di lapangan. 35 Miles dan haberman juga membagi aktivitas analisis data ke dalam tiga bagian yang terdiri dari reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan atau verivikasi. Berikut penjelasannya : 1) Reduksi data, yaitu upaya untuk mengelompokkkan data yang diperoleh di lapangan ke dalam suatu kelas-kelas yang lebih spesifik. Semakin lama peneliti berada di lapangan, akan semakin banyak pula data yang diperoleh. Mereduksi berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, mencari hal-hal penting, lalu dicari tema dan polanya.dengan demikian, data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakuak pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya lagi bila diperlukan. 35 Sugiyono. op. cit. hlm. 91 40 2) Penyajian data, dalam penelitian kualitatif biasanya para penbeliti menyajikan data dalam bentuk teks yang bersifat naratif. Penyajian data ini dilakukan untuk memudahkan pembaca memahami apa yang terjadi dan merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.selain dengan cara naratif, penyajian data juga bias dilakukan dengan menambahkan grafik, bagan, atau matrik. 3) kesimpulan atau verivikasi, merupakan temuan baru yang seebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih samar sehingga menjadi jelas. Bentuknya dapat berupa hubungan kausal (sebab - akibat) atau interaktif, hipotesis, atau bias juga teori. 3.7 Uji Validitas Data Dalam metode penelitian kualitatif, hasil temuan atau data yang diperoleh peneliti dapat dinyatakan valid apabila hasil temuan atau data yang diperoleh sesuai dengan temuan atau data yang sebenarnya terjadi pada objek yang diteliti. Demikian juga dengan penelitian mengenai komunikasi kelompok yang peneliti lakukan ini. Penelitian ini dianggap valid apabila hasil temuan yang diperoleh peneliti sesuai atau sama dengan yang sebenarnya terjadi pada objek penelitian. Untuk itu diperlukan uji validitas data. Salah satu metode yang digunakan untuk menguji validitas data adalah dengan triangulasi data. Triangulasi diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan beberapa cara. Beberapa cara yang sering digunakan 41 dalam melakukan triangulasi data adalah dengan triangulasi sumber, triangulasi teknik, dan triangulasi waktu. Triangulasi sumber dilakukan dengan cara memeriksa data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Sementara triangulasi teknik dilakukan dengan cara memeriksa data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya data diperoleh dengan wawancara, lalu peneliti wajib memeriksanya dengan observasi. Yang ketiga adalah triangulasi waktu, cara kerjanya seperti ini, data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara pada pagi hari, saat narasumber masih segar dan belum punya masalah, wajib diuji ulang dengan teknik dan waktu yang berbeda untuk memastikan kredibilitas data. Jika hasilnya belum cocok, maka harus terus menerus diulang sampai hasilnya bisa masuk dalam kategori kredibel. Untuk menguji validitas data dalam penelitian mengenai komunikasi kelompok dalam membentuk kohesivitas ini, peneliti menggunakan triangulasi teknik dan triangulasi sumber. Misalnya, peneliti mengungkapkan data tentang intensitas komunikasi kelompok dalam The Jakmania UNJ. Setelah melakukan wawancara degan informan, peneliti juga akan memeriksanya secara langsung ke tempat anggota kelompok berkumpul untuk membuktikan informasi yang didapat dari informan. Apabila ternyata diperoleh situasi yang berbeda maka peneliti perlu melakukan diskusi lebih lanjut dengan sumber data atau yang lain untuk memastikan data yang dianggap benar. 42 3.8 Lokasi dan Jadwal Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di beberapa tempat, di antaranya di Bekasi, Jawa Barat dan di markas suporter The Jakmania UNJ, yang berada di lingkungan kampus UNJ, Rawamangun, Jakarta Timur. Waktu penelitian ini dimulai dari awal April 2013. Penelitian ini kemudia berakhir pada akhir September 2013. Seperti penelitian pada umumnya, penelitian ini dilakukan dimulai dari penyusunan latar belakang penelitian, pemilihan informan, observasi, wawancara, pengambilan data penelitian, sampai dengan penyelesaian penelitian. Berikut adalah perincian waktu penelitian, yang disampaikan dalam bentuk pada tabel sebagai berikut : Tabel 3.1 Jadwal Penelitian Bulan No. Kegiatan 1. Pra Riset 2. Pengajuan judul 3. Bab I, II, dan III 4. Sidang Outline 5. Riset Lapangan 6. Bab IV 7. Bab V 8. Acc Bab IV dan V 9. Sidang Skripsi April Mei Juni Juli Agustus September Oktober BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Obyek Penelitian Pada dasarnya, setiap kelompok menginginkan adanya kesamaan pandangan dan tujuan di antara para anggotanya. Salah satu jalan untuk mewujudkan hal tersebut adalah melalui komunikasi. Komunikasi punya peran yang sangat besar sebagai salah satu cara untuk mengekspresikan pendapat, agar keinginan dan harapan setiap anggota termasuk ketua kelompok bisa tercapai. Kendati demikian, tidak semua bentuk komunikasi bisa mewujudkan keinginan dan harapan para anggota. Salah satu cara terbaik dalam mewujudkan keinginan dan harapan itu adalah dengan menerapkan pola komunikasi yang efektif. Komunikasi yang efektif kerap didefinisikan sebagai keadaan dimana terjadi pengertian antara komunikator dan komunikan, menimbulkan kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang semakin baik, dan perubahan perilaku. 36 Berdasarkan definisi di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa komunikasi yang efektif akan membuat pesan yang ingin disampaikan komunikator dapat diterima dengan baik oleh komunikan. Jika dikaitkan dengan penelitian ini, maka pesan yang ingin disampaikan setiap anggota atau pemimpin kelompok The Jakmania UNJ bisa sampai dengan baik kepada komunikan dan memberikan pengaruh atau respon terhadap pesan yang disampaikan. 36 Rachmat Kriyantono, op. cit, hlm 4. 44 45 4.1.1 The Jakmania UNJ Pada penelitian ini, peneliti memfokuskan pembahasan pada kelompok suporter The Jakmania UNJ. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, The Jakmania UNJ merupakan salah satu bagian kecil dari keluarga besar The Jakmania. The Jakmania UNJ dipilih sebagai obyek penelitian karena memiliki kriteria yang sejalan dengan maksud penelitian ini, yaitu mengungkap cara berkomunikasi untuk menyatukan perbedaan karakter dan latar belakang anggota menjadi satu kesatuan yang kohesif. Selajutnya, kata ―kohesif‖ dalam penelitian ini akan lebih sering ditulis sebagai solid. The Jakmania UNJ lahir pada awal 2000-an. Kelompok ini awalnya terdiri satu-dua orang yang memiliki kecintaan yang sama terhadap klub Persija. Karena memiliki hasrat untuk memperbanyak anggota kelompok suporter pecinta Persija, Budi Prasetyo alias Bepe, salah satu pecinta Persija di UNJ mencari rekan-rekan mahasiswa lainnya yang memiliki kecintaan yang sama terhadap Persija untuk bergabung membentuk komunitas khusus pecinta Persija. Salah satu rekan dekat Bepe yang ikut mendampingi membangun komunitas The Jakmania UNJ adalah Bayu Oktara atau akrab disapa Nero. Keduanya bekerja sama mencari pengikut untuk membangun komunitas pecinta Persija bernama The Jakmania UNJ. Pada masa kepemimpinan Bepe dan Nero, komunitas The Jakmania UNJ belum terbentuk dengan struktur yang jelas. Para anggotanya hanya bertemu saat mereka menonton pertandingan di kandang Persija, yaitu Stadion Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Mereka memanfaatkan momen tersebut untuk berbagi info 46 sekaligus bertatap muka. Di luar itu, mereka cenderung menjalani kegiatan masing-masing. Komunitas The Jakmania UNJ mulai berkembang semakin pesat saat dipimpin oleh Erwin Tri Laksmana pada 2004. Anggota kelompok menjadi semakin banyak dan struktur organisasi diperjelas. Namun, meski struktur mulai jelas, komunitas ini sempat mengalami vakum selama beberapa tahun karena Erwin meninggalkan komunitas. Erwin terpaksa meninggalkan kelompok karena harus menyelesaikan skripsinya. Akibatnya, para anggota The Jakmania UNJ pergi meninggalkan kelompok. Setelah sempat vakum selama beberapa tahun, The Jakmania UNJ kembali bangkit. Feri Hendrawan menjadi inisiator bangkitnya The Jakmania UNJ pada 2009. Sejak saat itu, komunitas ini berjalan dengan stabil dan semakin banyak memiliki anggota. Perkembangan komunitas ini semakin pesat di bawah kepemimpinan Ahmad Ian Fachrizal. Mahasiswa jurusan Matematika angkatan 2011 itu terpilih menjadi ketua periode 2013-2014 pada hari ulang tahun The Jakmania ke-13 yang jatuh pada 3 Maret 2013. Ia terpilih lewat pemungutan suara yang dilakukan di Kedai Kopi Rawamangun, Jakarta Timur, bersamaan dengan kegiatan nonton bareng Persija melawan Persib Bandung. Saat ini, total jumlah anggota The Jakmania UNJ mencapai sekitar 80 orang, namun yang menjadi anggota aktif hanya sekitar 25 orang. Komunitas ini juga tercatat menjadi subkorwil dari korwil Rawamangun. Mereka tidak bergabung dalam komunitas Jak Kampus karena tidak ingin terlalu membedakan kelompoknya dengan kelompok lain. Sebagai tambahan, Jak Kampus merupakan 47 komunitas atau paguyuban The Jakmania yang beranggotakan komunitaskomunitas pecinta Persija di kalangan Mahasiswa. Penelitian di lapangan ini dilakukan selama kurang lebih tiga bulan, terhitung sejak Juli s.d September 2013, di Jakarta dan Bekasi. Seperti yang telah dijelaskan pada bab tiga, untuk lebih memahami pola komunikasi dalam kelompok, peneliti menggunakan metode wawancara dan observasi dalam pengumpulan data. Sebagai tambahan, peneliti juga mempelajari dokumentasi dari sejumlah kabar di media massa. Wawancara ini dilakukan secara terpisah pada periode Juli s.d September. Langkah ini diambil untuk menggali informasi lebih dalam baik dari informan utama maupun informan pendukung. Dengan cara tersebut, peneliti bisa mendapatkan gambaran lengkap serta mendeskripsikan pola komunikasi yang diterapkan The Jakmania UNJ dalam membangun soliditas kelompok. Dalam melakukan wawancara, peneliti terjun langsung ke lapangan dan berjumpa para anggota kelompok. Penulis melontarkan serangkaian pertanyaan yang sebelumnya telah dibuat. Peneliti juga menambahkan pertanyaan susulan atas jawaban dari informan guna memperkaya data penelitian. Selanjutnya, jawaban-jawaban dari para informan tersebut peneliti catat dengan cepat pada sebuah buku catatan. Peneliti menilai metode mencatat cepat sebagai cara terbaik untuk mendokumentasikan data penelitian. Dalam catatan tersebut, peneliti membuat poin-poin penting yang didapat dari informan. Cara tersebut dirasa efektif bagi peneliti untuk mengembangkan konsep-konsep yang disampaikan informan. Konsep-konsep tersebut kemudian dikembangkan secara naratif pada subbab pembahasan di bab empat. Peneliti juga 48 melengkapi metode wawancara dengan merekam sejumlah hasil wawancara lewat telpon seluler. Cara itu dilakukan untuk mendukung metode mencatat cepat yang peneliti lakukan sebelumnya. Selain melalui wawancara, peneliti juga melengkapi penelitian dengan observasi. Sama halnya dengan wawancara, kegiatan ini dilakukan untuk lebih memahami pola perilaku komunikasi dalam kelompok. Observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan penelitian ini, mulai dari April s.d Oktober. Upaya ini diharapkan bisa menambah gambaran mengenai keseharian anggota dalam kelompok, baik itu dalam berkomunikasi maupun melakukan kegiatan sosial lainnya. Dalam melakukan observasi, peneliti hadir langsung di tengah-tengah keseharian kelompok. Mulai dari berbincang biasa, hingga berdiskusi mengenai pembentukan agenda kegiatan. Akan tetapi, peneliti termasuk ke dalam metode observasi yang pasif karena tidak langsung bergabung dalam kelompok tersebut. Hampir mirip dengan metode wawancara, dalam melakukan observasi, peneliti juga mencatat hasil pengamatan ke dalam catatan singkat di buku catatan. Selain melalui wawancara dan observasi, peneliti juga melengkapi data lewat studi dokumentasi di media massa cetak maupun online. Untuk memperoleh data primer, peneliti melakukan wawancara dengan Agung Nugroho, anggota senior The Jakmania UNJ. Agung dirasa pantas karena ia punya segudang pengetahuan dan informasi mengenai perkembangan komunitas tersebut. Informasi yang diberikan Agung semakin lengkap karena ia kerap menyelipkan cerita-cerita tentang The Jakmania. Sebab, Agung memang 49 mendalami ilmu sejarah di Fakultas Ilmu Sosial UNJ. Untuk melengkap data yang diperoleh, peneliti juga mewawancarai tiga orang anggota The Jakmania UNJ yang minimal sudah bergabung selama dua tahun. Kriteria itu dipilih dengan harapan anggota tersebut bisa memberikan lebih banyak informasi berdasarkan pengalaman yang dirasakan selama dua tahun bergabung dalam kelompok. 4.2 Deskripsi Data Informan 4.2.1 Eko Ramdhani Eko Ramdhani adalah salah satu anggota dari The Jakmania UNJ yang telah bergabung selama lebih dari tiga tahun. Selain sebagai mahasiswa, pemuda yang akrab disapa Eko tersebut merupakan salah satu karyawan kontrak di PT. Astra Honda Motor. Eko juga terdaftar sebagai anggota relawan di Palang Merah Indonesia (PMI) Pusat. Bagi Eko, keputusannya memilih menjadi bagian dari The Jakmania adalah karena kecintaannya terhadap tim Persija. Eko menjelasan bahwa kecintaannya terhadap Persija berawal pada masa kanak-anak. Eko kecil senang melihat konvoi suporter berseragam Oranye berkeliling Jakarta. Sejak saat itu, Eko mulai jatuh cinta terhadap klub kebanggaan masyarakat Jakarta tersebut. Besarnya antusiasme yang dimiliki terhadap Persija Jakarta membawanya terus mengikuti perkembangan Persija. Untuk memenuhi kebutuhan informasinya tersebut, Eko memilih bergabung dengan komunitas The Jakmania UNJ. Selain itu, komunitas The Jakmania UNJ dipilih Eko agar dirinya bisa berbagi cerita 50 bersama dengan sesama pecinta Persija. Lelaki berusia 21 tahun itu tinggal di kawasan Bintara, Bekasi Barat. 4.2.2 Ahmad Ian Fachrizal Ahmad Ian Fachrizal atau biasa dipanggil Ian, adalah ketua The Jakmania UNJ periode 2013-2014. Sebelum menjabat sebagai ketua, mahasiswa jurusan Matematika di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengatahuan Alam (MIPA) UNJ angkatan 2011 itu telah berkecimpung cukup lama di dunia The Jakmania. Ian kerap berkeliling Jakarta untuk berbaur dengan The Jakmania lainnya dalam sejumlah forum diskusi dan silaturahmi. Sebelum menjadi bagian dari The Jakmania UNJ, Ian awalnya adalah anggota komunitas Jak Kampus. Ian banyak mengikuti kegiatan yang diselenggarakan Jak Kampus di berbagai daerah. Dengan mengikuti kegiatan tersebut, Ian merasa lebih dekat dengan anggota The Jakmania lainnya. Upaya ini juga merupakan salah satu bukti kecintaan Ian terhadap Persija. Pada komunitas The Jakmania UNJ, selain menjabat sebagai ketua, Ian juga kerap merangkap sebagai seksi hubungan masyarakat (humas). Ian biasa membagikan pengetahuan-pengetahuan tambahan yang dimilikinya kepada para anggota lain agar pengetahuan setiap anggota terhadap Persija terus diperbaharui. 4.2.3 Agung Nugroho Agung Nugroho adalah salah satu sosok penting di balik kebangkitan The Jakmania UNJ. Pada awal 2012, Agung bersama Feri Hendrawan membangun 51 kembali komuniats kelompok yang sempat vakum. Agung turut berjuang keras membantu Feri menghimpun anggota-anggota baru untuk bergabung dalam komuniatas ini. Agung adalah mahasiswa jurusan ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Sosial angkatan 2009. Pada masa jabatan ketua Feri, Agung bertindak sebagai wakilnya. Pemuda berusia 22 tahun itu terbilang aktif dalam melakukan sejumlah kegiatan baik di dalam maupun di luar kelompok The Jakmania UNJ. Ia juga dianggap menjadi mentor yang baik oleh sebagian besar anggota kelompok. Meski sudah tidak lagi memegang jabatan pada periode 2013-2014, Agung masih aktif dalam kegiatan kelompok. Ia selalu menyempatkan hadir untuk berdiskusi bersama setiap Selasa di teater terbuka UNJ. Dalam diskusi tersebut, agung biasanya memberikan informasi-informasi tambahan terkait Persija. Latar belakang pendidikannya yang mendalami sejarah juga membuat Agung kerap menyelipkan pengetahuan tentang sejarah-sejarah singkat Persija. 4.2.4 Naufal Fadhlan Naufal Fadhlan atau biasa dipanggil Pay, adalah anggota The Jakmania UNJ yang telah bergabung selama dua tahun. Mahasiswa jurusan Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan UNJ angkatan 2011 itu punya ketertarikan yang besar terhadap Persija Jakarta sejak usianya masih lima tahun. Untuk itu, ia memutuskan untuk bergabung dalam kelompok The Jakmania UNJ agar hasrat dan kecintaannya terhadap Persija bisa disalurkan bersama orang-orang yang punya kesukaan yang sama. 52 Salah satu bukti kecintaan Pay terhadap Persija adalah dengan menonton langsung pertandingan di stadion. Pay bahkan sering menyempatkan diri untuk mengikuti laga tandang Persija ke sejumlah daerah di Indonesia seperti Yogyakarta, Malang, dan Solo. Menurut Pay, mendukung langsung ke stadion sama artinya dengan bermain di lapangan bersama para pemain, mereka samasama berjuang dengan para pemain untuk meraih kemenangan. Bedanya, mereka tidak perlu merasakan kelelahan fisik yang berlebihan. Alasan lain yang membuat Pay memilih bergabung dengan The Jakmania UNJ adalah karena iklim komunitas cenderung mengarah kepada ikatan pertemanan dan persaudaraan yang lekat. Pay sebelumnya pernah bergabung dengan komunitas-komunitas pecinta klub sepak bola asing. Namun, Pay mengaku tidak bisa bertahan lama karena iklim yang terjalin di atara para anggota tidak membuatnya nyaman. Ia lebih memfokuskan diri untuk menjadi bagian dari komunitas The Jakmania UNJ. 4.3 Pembahasan Pada tahap ini, peneliti akan menjabarkan hasil penelitian yang didapat dari lapangan. Penjabaran dari penelitian ini merupakan rangkuman hasil observasi, wawancara, dan studi dokumentasi yang dilakukan selama periode penelitian dari Maret s.d September. Penjabaran ini dibuat untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam rumusan dan identifikasi masalah pada bab satu, yaitu bagaimana pola komunikasi kelompok The Jakmania UNJ, bagaimana bentuk kohesvitas kelompok The Jakmania UNJ, dan bagaimana komunikasi 53 kelompok dapat membentuk kohesivitas kelompok. Penulis mencoba mendeskripsikan hal-hal di atas dengancara yang sesingkat-singkatnya dan mencoba memaksimalkan penggunaan kata-kata agar pesan yang inign disampaikan bisa diterima dengan baik oleh pembaca. 4.3.1 Komunikasi kelompok dalam The Jakmania UNJ Komunikasi memiliki peran penting dalam berbagai aspek kehidupan sosial, termasuk dalam kelompok. Selain sebagai penghubung komunikator dan komunikan untuk saling bertukar pesan dan makna, komunikasi juga berperan penting untuk menyatukan perbedaan di antara dua pihak dalam sebuah kelompok. Deddy Mulyana dalam buku Komunikasi Suatu Pengantar menerjemahkan komunikasi kelompok sebagai komunikasi yang terjalin di antara sekumpulan orang yang punya tujuan bersama. Komunikasi kelompok ditandai dengan adanya rasa saling ketergantungan, mengenal satu sama lain dengan baik, saling bertatap muka, dan memandang setiap anggota sebagai bagian dari kelompok, meski setiap individu punya peran yang berbeda. Umpan balik dari seorang peserta dalam kelompok dengan sendirinya melibatkan juga komunikasi antarpribadi. Oleh sebab itu, komunikasi dalam kelompok sangat berperan besar dalam menjaga kelangsungan kelompok. Besarnya pengaruh komunikasi juga disadari kelompok suporter The Jakmania UNJ. Oleh karena itu, mereka selalu berusaha untuk menjaga pola komunikasi agar maksud dan tujuan masing-masing anggota bisa tersampaikan 54 dengan baik. Selain itu, komunikasi juga berguna untuk menyambung tali silaturahmi dan menjaga keutuhan kelompok. Atas alasan itulah, The Jakmania UNJ selalu berusaha menjaga kualitas komunikasi dalam kelompok dengan sangat baik. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, peneliti menemukan fakta bahwa The Jakmania UNJ memang selalu berusaha menerapkan komunikasi dengan baik. Salah satunya saat mereka tengah mengadakan nonton bareng di Kedai Kopi dan Teh Rawamangun. Kedai Kopi dan Teh tersebut menjadi salah satu tempat favorit The Jakmania UNJ untuk berkumpul dan nonton bareng selama beberapa tahun terakhir. Tempat itu dipilih sebagai markas karena cukup representatif untuk menampung para anggota. Selain itu, Kedai Kopi dan Teh Rawamangun juga punya lingkungan yang tenang, serta memiliki fasilitas memadai untuk keperluan kelompok seperti nonotn bareng, diskusi, atau sekadar nongkrong-nongkrong. Biasanya, mereka cenderung menggunakan Kedai Kopi dan Teh Rawamangun untuk melakukan diskusi dan nonton bareng. Dalam diskusi tersebut, seluruh anggota saling bertukar pikiran dan ide. Bukan hanya itu, mereka juga saling mengungkapkan keluhan masing-masing terhadap keberlangsungan kelompok. Semua itu dilakukan agar konsep keterbukaan antar anggota yang diterapkan dalam kelompok tersebut bisa berjalan dengan baik. Tujuannya adalah agar keutuhan hubungan antaranggota kelompok terjaga dengan baik. Semua kegiatan mulai dari bertemu, bertatap muka, ngobrol, hingga berdiskusi itu 55 dilakukan pada sesi kopi darat alias kopdar yang digelar setiap Selasa mulai pukul 15.00. Dalam hal ini, peneliti juga melihat semua anggota kelompok The Jakmania UNJ berusaha mengaplikasikan beberapa fungsi penting dari komunikasi. Seperti yang telah dibahas pada Bab II, menurut Sean MacBride, komunikasi punya fungsi yang jauh lebih banyak dari sekadar sarana penghubung kegiatan sosial, ekspresi diri, sarana ritual, dan sebagai hiburan. Ketiga fungsi tersebut jelas terlihat dalam keseharian kelompok The Jakmania UNJ. MacBride menjelaskan bahwa komunikasi punya delapan fungsi penting, yang terdiri dari fungsi Informasi, sosialisasi, motivasi, pendidikan, diskusi, memajukan kebudayaan, dan integrasi. Pada salah satu sesi kopdar yang peneliti datangi, peneliti melihat bagaimana para anggota mencoba menerapkan salah satu fungsi komunikasi, yaitu fungsi informasi. Saat itu para anggota saling bertukar informasi terbaru tentang Persija. Fungsi informasi juga diterapkan langsung oleh Agung Nugroho selaku anggota senior dalam komunitas tersebut. Agung, yang punya latar belakang pendidikan sejarah kerap memberikan informasi-informasi terkait sejarah Persija, Jakmania, atau sepak bola Indonesia pada umumnya dalam setiap sesi kopdar. Agung juga berbagi informasi dengan para pengikut akun jejaring sosial Twitter milik The Jakmania UNJ, yakni @Orange_UNJ. Lewat akun tersebut, Agung berbagi informasi kepada khalayak yang lebih luas. Terlepas dari satu fungsi itu, para anggota kelompok menerapkan kedelapan fungsi tersebut untuk 56 meningkatkan kualitas hubungan antaranggota, sekaligus memupuk soliditas dan solidaritas sesama anggota kelompok. Pola interaksi yang diterapkan dalam kelompok The Jakmania UNJ juga sejalan dengan pendapat Gordon I. Zimmerman. Gordon menilai bahwa sebagian besar anggota kelompok saling berkomunikasi untuk menyelesaikan tugas-tugas yang penting bagi kebutuhan seluruh anggota. Selain itu, komunikasi yang diterapkan dalam The Jakmania UNJ juga merupakan salah satu upaya untuk menciptakan dan memupuk hubungan baik dengan sesama anggota kelompok. Fakta ini berkaitan erat dengan fungsi komunikasi sebagai sarana sosial, yaitu untuk membentuk konsep diri, aktualisasi diri, dan menjaga kelangsungan hidup, caranya antara lain dengan memupuk hubungan dengan orang lain. Dalam kajian ilmu komunikasi, dikenal juga istilah jaringan komunikasi. Jaringan komunikasi itu terdiri dari lima tipe, yaitu berbentuk roda, rantai, Y, lingkaran, dan bintang.37 Setiap jenis jaringan memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan pada Selasa, 30 Juli 2013, peneliti melihat para anggota menjalankan proses komunikasi sesuai dengan jaringan komunikasi yang berbentuk bintang. Pada jaringan bintang, atau disebut juga semua saluran (all channels), setiap anggota bisa berkomunikasi dengan anggota kelompok yang lain. 38 Bentuk komunikasi kelompok semacam ini dinilai paling efektif karena pola semua saluran tidak terpusat pada satu orang pemimpin. Pola ini juga 37 Jalaludin rakhmat, op. cit. hlm. 162. Wahyu Budi Priyatna, Ir. M. Si. Apriyanti. 2010. Modul Komunikasi Kelompok. Diploma IPB, Bogor, hlm 55. 38 57 memudahkan para anggota kelompok berdiskusi bersama untuk menyelesaikan tugas bila tugas itu berkenaan dengan masalah yang sukar diselesaikan. Pada pola ini, sesama anggota tidak melihat tingkatan-tingkatan atau jabatan dalam kelompok sebagai penghalang berkomunikasi. Semua anggota berkomunikasi dengan cara yang cukup santai, tidak ada batasan komunikasi antara anggota, sekretaris, atau ketua kelompok. Semua berbaur menjadi satu dengan pola komunikasi yang sama. Berikut gambar jaringan-jaringan komunikasi : Gambar 4.1 Lima macam jaringan komunikasi Salah satu contohnya adalah saat Pay berkomunikasi dengan Agung dan Ian, selaku ketua kelompok. Dia menggunakan cara yang sama saat berkomunikasi baik dengan Agung maupun dengan Ian. Pay sama-sama 58 menggunakan bahasa “Lu – Gua” atau dalam bahasa Indonesia berarti saya dan Anda, untuk berkomunikasi dengan Agung dan Ian. Menurut Ian, cara tersebut sengaja digunakan untuk menambah keakraban di antara seluruh anggota. Ia juga menekankan bahwa komunikasi harus berjalan dengan lancar, tidak ingin ada batasan antara anggota dan pemimpin. 39 ―Semua ini dilakukan untuk menjaga keutuhan kelompok. Kami sengaja tidak membatasi komunikasi antara ketua dan anggota agar semua bisa berbaur menjadi satu. Dengan saling mengakrabkan diri, hubungan antaranggota bisa semakin dekat. Dengan kedekatan hubungan itu, kami berharap kekompakan kelompok bisa terus terjaga. Sebagai ketua, saya juga tidak ingin menjaga jarak dengan teman-teman. Saya justru berharap bisa lebih mendekatkan diri dengan teman-teman agar hubungan kami bisa terjaga dengan baik. Dengan begitu, saya juga jadi lebih mengetahui apa yang mereka rasakan selama berada dalam kelompok.‖ Ian juga menekankan bahwa keakraban menjadi hal utama yang mempengaruhi keutuhan kelompoknya. Sebab, jika tidak ada keakraban antaranggota, keutuhan kelompok bisa berkurang. Selain itu, pesan yang ingin disampaikan komunikator kepada komunikan atau pemimpin kepada anggota tidak berjalan maksimal. Tanpa keakraban dalam kelompok, tujuan yang ingin dicapai bersama sangat sulit diwujudkan. Salah satu penyebabnya adalah karena terhalang masalah kedekatan antarpribadi. Fakta tersebut sekaligus membuktikan bahwa komunikasi yang diterapkan dalam kelompok The Jakmania UNJ ini sejalan dengan fungsi komunikasi kelompok yang telah dijelaskan pada Bab II, yaitu fungsi hubungan sosial, pendidikan, persuasi, pemecahan masalah, dan fungsi terapi. 40 Poin yang paling 39 Wawancara Ahmad Ian Fachrizal, 10 September 2013, di Rawamangun, Jakarta Timur. Lampiran hlm 107. 40 Hafied Cangara. op. cit, hlm 270. 59 berkaitan erat dengan fakta di atas adalah fungsi terapi, yaitu objek dari kelompok terapi adalah membantu setiap individu mencapai perubahan personalnya. Individu tersebut harus berinteraksi dengan anggota kelompok lainnya guna mendapatkan manfaat terhadap kepentingan kelompok. Namun, usaha utamanya adalah membantu dirinya sendiri, bukan membantu kelompok mencapai konsensus. Dalam teori berpikir kelompok yang digagas oleh Irvin L Janis, dijelaskan bahwa untuk membangun kohesivitas kelompok diperlukan komunikasi yang baik. Menurut Janis, komunikasi yang baik memiliki sejumlah indikator yang mendukung proses komunikasi tersebut. Indikator komunikasi yang dimaksud Janis terdiri dari komunikasi berlangsung sangat kompleks, efektif, komunikasi mampu membangun antusiasme yang tinggi pada para anggotanya, serta komunikasi berlangsung dengan intensitas yang tinggi. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti di lapangan, peneliti menemukan keempat indikator tersebut dalam keseharian kelompok The Jakmania UNJ. Hal ini cukup menandakan bahwa komunikasi punya peran besar dalam membangun kohesivitas yang telah terjalin dalam kelompok The Jakmania UNJ. Keempat indikator tersebut seperti menjadi bagian dari keseharian kelompok. Tanpa sadar, para anggota menjalankan sejumlah indikator komunikasi tersebut di dalam kelompok yang kohesiv tersebut. Pertama, peneliti menemukan pola interaksi yang ditunjukkan para anggota sangat kompleks. Kompleks dalam hal ini berarti mengandung beberapa unsur yg 60 pelik, rumit, sulit, dan saling berhubungan. 41 Dalam hal ini, peneliti melihat komunikasi yang diterapkan dalam The Jakmania UNJ disusun dengan jelas agar pesan yang ingin disampaikan oleh ketua kelompok kepada para anggota bisa disampaikan dengan baik. Namun, unsur kompleksitas itu terdapat pada proses dan isi dari komunikasi tersebut. Salah satunya bisa dilihat dari proses diskusi yang dilakukan kelompok ini. Mereka kerap saling memberikan pandangannya masing-masing terkait suatu maslah dalam sebuah diskuis yang sangat interaktif. Mereka juga tidak jarang terlibat perdebatan panjang sebelum akhirnya mencapai kesepakatan satu sama lain. Dalam diskusi tersebut, mereka sama-sama berusaha mencari jalan terbaik terhadap suatu masalah yang dihadapi. Salah satu contohnya adalah saat peneliti hadir pada sebuah sesi kopdar mingguan. Saat itu, pada anggota sama-sama memberikan pendapatnya masing-masing soal pembuatan spandok, logo, dan seragam The Jakmania UNJ. Mereka sama-sama memberikan pandangannya masing-masing terkait bagaimana ukuran spanduk, warna spanduk, bahan spanduk, tempat pembuatan, serta dana yang akan dikeluarkan. Selain itu, mereka juga sibuk membuat dan memilih desain baju dan stiker sebagai identitas kelompok. Karena saking ramainya perdebatan ayng terjadi, mereka menundua perbincangan hingga pekan selanjutnya. Sebab, kesepakatan harus dicapai dengan keikhlasan para anggota untuk menerimanya. 41 Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi keempat. 2008. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Hlm 720. 61 Selain membahas soal kelompok dan Persija, tak jarang para anggota kelompok membicarakan hal-hal di luar Persija. Mereka juga kerap berbagi berbagai macam hal yang berkaitan dengan kesukaan-kesukaan masing-masing pribadi. Hal ini juga menjadi bagian dari bentuk kompleksitas komunikasi. Pay dan Agung misalnya, mereka sering membawa hobi mereka tentang musik-musik Jepang dalam pertemuan rutin kelompok. Menurut keduanya, hal itu dilakukan agar tidak ada rasa bosan di antara para anggota. Selain itu, mereka juga kerap menghabiskan waktu bersama untuk bermain futsal. Sama seperti dijelaskan sebelumnya, upaya ini dilakukan para anggota dengan tujuan untuk saling mengakrabkan diri satu sama lain. Menurut Wilbur Scharmm, semakin tumpang tindih area pengalaman komunikator dengan komunikan, akan semakin efektif pesan yang dimiliki masing-masing. Kesamaan area pengalaman di antara anggota The Jakmania UNJ juga membuat mereka merasa semakin dekat satu sama lain. Mereka juga merasa lebih akrab dan mengenali satu sama lain. Fakta tersebut didukung oleh hasil wawancara dengan Eko sebagai berikut 42: ―Kami berkomunikasi melalui banyak hal. Mulai dari telpon, sms, atau bertemu langsung. Kita juga sering mengadakan rapat rutin dan forum diskusi untuk membahas suatu hal setiap minggunya. Misalnya jika ada masalah seperti anggota kecelakaan atau ada informasi penting dari pusat. Ya lebih ke forum internal, di sana lah komunikasi antar-anggota terjalin. Pada pertemuan itu, kita tidak hanya berdiskusi secara formal tentang masalah Jakmania, tapi juga melakukan hal-hal lainnya. Tak jarang kita juga bermain playstation untuk lebih meningkatkan keakraban. Kami mencoba membiasakan diri bahwa dengan sering-sering bertemu, tingkat keakraban, kebersamaan, dan soliditas kita akan terus terjaga.‖ 42 Wawancara Eko Ramdhani, 21 Juli 2013 di Bekasi, Jawa Barat. Lampiran hlm 86. 62 Bukan hanya Eko, hal serupa juga dituturkan Pay dan Agung. Keduanya sama-sama menyukai musik Jepang, sehingga mereka sering menghabiskan waktu bersama untuk berbagi info terbaru seputar perkembangan musik Jepang. Menurut Pay, musik Jepang telah membuat dirinya dan Agung semakin dekat. Kedekatan itu membuat mereka semakin bersemangat untuk lebih sering berjumpa. Selain untuk membicarakan perkembangan musik Jepang, tentunya mereka ingin lebih banyak berbaur dengan anggota kelompok lainnya untuk membahas perkembangan klub kesayangan mereka, Persija. Berikut penuturan Pay43: ―Kami sama-sama menyukai musik Jepang. Selain berkumpul untuk membicarakan perkembangan Persija, kami sering memanfaatkan waktu luang untuk bertukar info soal perkembangan terbaru musik-musik Jepang. Akan tetapi, kami tidak ingin mengganggu pertemuan rutin kami dengan terus menerus membicarakan musik Jepang. Kami ingin lebih banyak mengetahui perkembangan Persija. Bagaimana pun, tujuan utama kami bergabung dengan kelompok ini adalah untuk mendukung Persija. Persija lah yang telah mempertmukan kami bersama-sama di sini. Semua berawal dari rasa cinta terhadap Persija.‖ Poin yang kedua dalam indikator komunikasi kelompok yang baik adalah komunikasi berjalan efektif. Salah satu konsep penting dalam komunikasi adalah interaksi. Pandangan komunikasi sebagai interaksi menyertakan komunikasi dengan proses sebab-akibat atau aksi-reaksi, yang arahnya bergantian. Bentuk interaksi juga berpengaruh pada efektivitas komunikasi. Prosesnya seperti ini: seseorang menyampaikan pesan baik dalam bentuk verbal maupun nonverbal, kemudian seseorang yang bertindak sebagai penerima pesan bereaksi dengan memberikan jawaban, lalu orang pertama kembali bereaksi setelah menerima jawaban dari orang kedua, begitu seterusnya. 43 Wawancara Naufal Fadhlan, 10 September di Rawamangun, Jakarta Timur. Lampiran hlm 100. 63 Salah satu unsur penting dalam proses ini adalah umpan balik alias respon. Respon merupakan sesuatu yang disampaikan penerima pesan kepada sumber pesan, yang sekaligus digunakan sumber pesan sebagai penunjuk mengenai efektivitas pesan yang disampaikan sebalumnya : apakah dapat dimengerti, dapat diterima, dan menghadapi kendala apa, sehingga berdasaran umpan balik itu sumber dapat mengubah pesan selanjutnya agar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Peneliti melihat pola interaksi yang ditunjukkan The Jakmania UNJ berjalan atas dasar komunikasi yang efektif. Para anggota sangat memahami kebutuhan-kebutuhan kelompoknya, termasuk tugas dan peran yang wajib dijalankan masing-masing anggota. Salah satu buktinya terlihat saat Eko dan kawan-kawan hadir di Kedai Kopi dan The Rawamangun dengan pakaian yang sama-sama didominasi warna oranye, sebagai lambang kebesaran Persija. Instruksi untuk menggunakan pakaian berwarna oranye disampaikan langsung oleh Ian selaku ketua kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa komunikasi yang disampaikan Ian kepada para anggota berjalan dengan lancar. Pesan yang disampaikan Ian (komunikator) diterima dengan baik oleh para anggota (komunikan) dan menimbulkan respon yang diharapkan. Contoh lainnya terlihat saat Ian meminta para anggota untuk hadir lebih awal di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK). Saat itu akan Persija bertanding menghadapi Sriwijaya Palembang dalam lanjutan Liga Super Indonesia 2013. Ian sengaja meminta rekan-rekannya untuk datang lebih awal agar bisa mendapat yang lebih strategis di sektor 5 SUGBK. Ian menggunakan 64 penyampaian yang berbeda dalam memberikan instruksinya. Ia cenderung menggunakan pendekatan yang lebih ramah dan sedikit agak genit kepada anggota wanita, sedangkan kepada para anggota pria, ia memilih menggunakan bahasa yang santai. Hal itu bertujuan agar pesan yang ingin disampaikan bisa diterima dengan baik oleh para anggota. Hal ini menunjukkan bahwa Ian sebagai komunikator telah memahami khalayak mana yang dijadikan sasaran dan tanggapan apa yang diinginkan. Ian juga terbukti terampil menyandi pesan dengan memperhitungkan bagaimana komunikan sasarannya menerjemahkan pesan Ian. Berikut kutipan wawancara dengan Ian44: ―Saya bukan hanya saat ini menjadi ketua kelompok. Di luar Jakmania saya juga pernah beberapa kali menjadi ketua kelompok sehingga cukup memahami bagaimana cara menyampaikan pesan yang baik kepada khalayak. Menurut saya, setiap anggota kelompok punya karakter yang berbeda-beda antara satu dan lainnya. Untuk itu, saya harus menyesuaikan penyampaian pesan saya dengan mereka. Pola penyampaian seperti apa sih yang bisa membuat mereka menangkap pesan saya dengan baik. Untuk memberikan instruksi kepada anggota perempuan, saya sering berlagak agak genit di depan mereka supaya mereka terhibur. Dengan begitu, saya yakin pesan yang ingin saya sampaikan bisa mereka terima dengan baik. Kalau dengan anggota pria, saya bisa lebih santai karena memang sudah akrab dengan mereka.‖ Tidak jauh berbeda dengan yang dilakukan Ian, Agung selaku anggota senior dari The Jakmania UNJ juga mengungkpan hal yang sama. Menurut Agung, untuk menjaga agar komunikasi berjalan dengan efektif seorang pemimipin kelompok harus memperhatikan sejumlah hal penting yang mendukung proses komunikasi. Hal itulah yang dilakukan Agus semasa ia memimpin The Jakmania UNJ pada periode 2012 lalu. 44 Wawancara Ahmad Ian Fachrizal, op. cit, hlm 105. 65 Agung menjelaskan setidaknya ada lima hal penting yang ia perhatikan dalam menyampaikan sebuah pesan kepada para anggotanya. Beberapa hal di antaranya adalah pesan disampaikan dengan cara yang sederhana, tidak berbelit, dan langsung ke fokus pembahasan. Ia juga selalu mencoba menyampaikan pesan secara menyeluruh, agar pesan sampai ke khalayak dengan menyeluruh juga. Agung juga selalu berusaha untuk memahami respon yang diberikan para anggota untuk mengukur sejauh mana pesan yang ia sampaikan bisa diterima. Dengan begitu, Agung menilai komunikasi yang dijalankannya bisa berlangsung dengan efektif, dalam artian pesan yang ingin ia sampaikan bisa diterima dengan baik oleh para anggota kelompok. Yang terakhir, Agung selalu berusaha untuk memahami kondisi khalayak sebelum menyampaikan pesan. Maksudnya, ia selalu melihat dan menyesuaikan kondisi emosional atau psikologis para anggotanya agar pesan yang ingin disampaikan bisa diterima dengan baik. Kelima hal tersebut menjadi kunci utama Agung dalam menerapkan komunikasi yang baik, untuk mendukung efektivitas komunikasi dan meningkatkan kohesivitas kelompok. ―Menjadi ketua kelompok bukan hal yang mudah, kita harus memperhatikan banyak hal untuk menjaga keutuhan kelompok, termasuk mengatur perilaku para anggota. Komunikasi menjadi salah satu hal yang selalu saya perhatikan karena komunikasi seperti menjadi dasar dari sebuah hubungan. Saya juga selalu mengajak para anggota agar terus menjaga hubungan dengan baik, salalh satunya dengan meningkatkan komunikasi karena komunikasi sangat berpengaruh besar terhadap hubungan ini.‖45 Efektivitas komunikasi yang diterapkan Ian dan para anggota berpengaruh besar terhadap antusiasme setiap anggota kelompok. Dengan efektivitas tersebut, 45 Wawamcara Agung Nugroho, 27 Agustus 2013 di Rawamangun, Jakarta Timur. Lampiran hlm 66 pada umumnya mereka merasa sangat nyaman dengan situasi dan iklim yang terjalin dalam kelompok. Kenyamanan itu membuat rasa saling memiliki di antara para anggota semakin meningkat. Mekera mengaku semakin solid. Selain itu, sebagian anggota juga mengakui bahwa mereka sering merasa ingin lebih berlama-lama berada di dalam lingkungan kelompok. Rasa nyaman dan saling memiliki di antara para anggota juga membuat intensitas komunikasi dan interaksi semakin tinggi. Mereka semakin rajin berkumpul bersama, bukan hanya pada hari Selasa, melainkan di hari-hari lain saat mereka sama-sama memiliki waktu luang. Mereka juga menambah agenda pertemuan rutin mingguan mereka dengan bermain futsal di daerah Rawamangun. Sama seperti kegiatan lainnya, bermain futsal merupakan ajang untuk lebih mengakrabkan diri dan membuat kekompakkan semakin terjaga. Futsal menjadi upaya yang jitu karena di dalam permainannya, mereka dituntut untuk bermain dalam tim sehingga kekompakkan menjadi hal utama yang wajib diutamakan. Selain itu, seperti yang disampaikan dalam teori Berpikir Kelompok, rasa nyaman itu membuat mereka semakin giat dalam menjalankan tugasnya masingmasing. Meski datang dari latar belakang sosial dan budaya yang berbeda, para anggota berusaha menyesuaikan tujuan pribadi untuk tujuan kelompok. Mereka sama-sama berjuang untuk tujuan yang sama, yaitu menjaga keutuhan kelompok. Fakta tersebut didukung oleh komentar Eko, berikut penjelasannya 46 : 46 Wawancara Eko Ramdhani, op. cit, hlm 91. 67 ―Saya merasa komunikasi berlangsung dengan baik. Semua itu terbentuk karena rasa cinta sama Persija. Obrolan antar anggota soal Persija membuat kita jadi jauh lebih nyaman. Intinya, komunikasi itu berawal dari rasa suka dan rasa cinta kepada Persija, lalu kita menjadi satu kesatuan suporter untuk mendukung tim yang sama, yaitu Persija. Saya juga merasa sangat puas. Apa yang dilakukan antar anggota cukup membuat kami saling mengenal dan memahami. Korlap juga punya peran penting dalam mengendalikan kelompok ini.‖ Rasa nyaman yang dirasakan setiap anggota memberikan banyak pengaruh pada kekompokkan kelompok. Tanpa disuruh, masing-masing anggota telah menyadari fungsi dan tugas yang wajib dijalankan. Salah satunya saat Ian meminta kerelaan dari salah satu anggota untuk mengurus pembuatan spanduk The Jakmania UNJ. Tanpa waktu lama, Ari Julianto langsung menyatakan kesiapannya mengurus masalah spanduk tersebut. Ari yang merupakan mahasiswa Teknik Sipil Fakultas Teknik UNJ itu segera menyiapkan semua keperluan dan desain spanduk yang akan dibuat. Kesadaran Ari merupakan salah satu bukti yang menunjukkan bahwa komunikasi yang selama ini deterapkan dalam keseharian kelompok The Jakmania UNJ berjalan dengan sangat efektif. Setiap anggota mempunyai rasa saling memiliki dan mau melakukan segala hal demi menjaga keutuhan dan kekompakkan kelompok. Selain itu, komunikasi yang efektif membuat keakraban antaranggota terjaga dengan baik. Tidak ada sekat-sekat yang memisahkan para anggota meski mereka berasal dari latar belakang sosial, budaya, serta fokus pendidikan yang berbeda. 68 4.3.2 Kohesivitas Kelompok Kohesivitas kelompok merupakan keadaan di mana sebuah kelompok memiliki tingkat soliditas yang tinggi. Para anggota kelompok mempunyai kesadaran yang tinggi untuk menjaga keutuhan dan keberlangsungan kelompok. Menurut perspektif Janis dalam teori berpikir kelompok, setiap anggota selalu berusaha menjaga keutuhan kelompok meski terkadang cara yang digunakan tidak rasional. Menurut salah satu ilustrasi yang dijelaskannya, semua anggota berusaha menjaga keutuhan kelompok dengan persepsi yang keliru tetang soliditas. Akibatnya, mereka seperti menghalalkan hal yang haram dalam menjaga keutuhan kelompoknya, seperti merasa kelompoknya yang terbaik dan kelompok lain tidak baik. Pada teori berpikir kelompok, selain memberikan penjelasan tentang indikator komunikasi, Janis juga menjabarkan sejumlah indikator tentang kohesivitas kelompok. Menurut Janis, dalam kelompok yang kohesif, hubungan antar anggotanya terjalin dengan sangat baik dan memiliki soliditas yang sangat kuat. Mereka juga selalu mengutamakan konsensus atau kepentingan bersama. Akan tetapi, Janis menjelaskan bahwa dalam kelompok yang kohesif selalu ada tekanan kepada para anggota agar selalu memiliki kesamaan pendapat dengan anggota lain. Hal itu membuat nilai kritis dalam diri setiap anggota hilang karena harus menerima kesamaan pendapat dengan anggota kelompok lainnya. Sesuai dengan teori berpikir kelompok, peneliti mencoba menemukan indikator-indikator kohesivitas kelompok yang telah dielaskan di atas dalam 69 kelompok The Jakmania UNJ. Lewat wawancara dan observasi, peneliti dapat menemukan fenomena tersebut dalam kelompok Jakmania. Meski tidak semua anggota mengalami fenomena tersebut, setidaknya indikator-indikator di atas telah menunjukkan fakta yang sebenarnya. Pertama, hubungan antar anggotanya terjalin dengan sangat baik. Hal itu jelas terlihat dalam keseharian The Jakmania UNJ. Mereka selalu menjalin komunikasi baik dengan pertemuan rutin secara tatap muka atau lewat telpon, sms, atau melalui sosial media seperti Facebook dan Twitter. Mereka juga berusaha untuk mengakrabkan diri antara satu dengan yang lainnya. Terutama kepada mereka yang merupakan anggota baru. Semua itu dilakukan untuk menjaga hubungan yang baik di antara para anggota kelompok agar keutuhan kelompok bisa terus terbina dengan baik. Selain itu, mereka juga selalu berusaha menjaga tali silaturahmi antar anggota. Menurut Pay, hubungan baik antar anggota adalah kunci utama langgengnya sebuah kelompok. Untuk itu, dia dan beberapa teman lainnya selalu berusaha menjaga hubungan baik. Berikut alasan Pay47: ―Kami menyadari betapa pentingnya komunikasi. Oleh sebab itu, kami selalu berusaha menjaga komunikasi dengan baik. Komunikasi mempunyai peran penting dalam memperkuat suatu hubungan. Dengan berkomunikasi, kami jadi saling mengetahui kabar semua anggota. Selain itu, kami juga bisa bersama-sama membangun keutuhan kelompok ini.‖ Pendapat Pay itu juga diperkuat oleh komentar dari Agung. Agung menilai hubungan baik antar anggota kelompok sangat berpengaruh besar dalam 47 Wawancara Naufal Fadhlan, op. cit, hlm 103. 70 meningkatkan kekompakan antar anggota kelompok. Berikut kutipan wawancara Agung48 : ―Kami selalu berusaha menjaga hubungan baik dengan semua anggota kelompok. Semua itu kami lakukan untuk membuat The Jakmania UNJ menjadi semakin solid dan kompak. Dalam islam juga diajarkan agar setiap umatnya selalu berkomunikasi dengan baik. Tujuannya juga sama dengan kami, untuk menjaga kelangsungan umat. Dengan demikian, saya pribadi selalu berusaha menjaga hubungan baik. Paling tidak dengan saling menyapa setiap kami berpapasan di jalan. Menurut saya itu saja sudah cukup. Selanjutnya, komunikasi bisa dilakukan saat sedang bertemu dalam rapat rutin.‖ Dalam kelompok yang kohesif, masing-masing anggota juga punya soliditas yang kuat. Mereka merasa saling memiliki terhadap sesama anggota atau kelompok itu sendiri. Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan, soliditas itu terbentuk dari kesadaran setiap anggota untuk menjaga dan membangun kelompok itu sendiri. Mereka sama-sama berusaha menjalin kebersamaan agar saling mengenal satu sama lain. Dengan saling mengenal satu sama lain, mereka bisa semakin akrab dan berjuang bersama menjaga keutuhan kelompok. Soliditas itu juga bisa dilihat saat sesama anggota saling bahu-membahu membangun kelompok. Misalnya saat mereka berusaha memperkenalkan identitas kelompok kepada mahasiswa baru saat tahun ajaran baru dimulai. Mereka berbagi tugas untuk menyebar brosur perekrutan anggota baru di mading-mading kampus. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, setiap anggota juga telah menyadari 48 Wawancara Agung Nugroho, op. cit, hlm 96. 71 tugas dan fungsinya masing-masing, sehingga kebutuhan kelompok bisa terpenuhi dengan baik. Bukti lain dari tingginya tingat soliditas dalam kelompok The Jakmania UNJ itu adalah saat mereka menyempatkan diri memberikan bantuan sosial kepada masyarakat umum yang membutuhkan. Salah satunya saat terjadi musibah kebakaran di kawasan Pulo Gadung. The Jakmania UNJ merelakan waktunya untuk bersama-sama membantu para korban kebakaran baik datang langsung ke tempat kejadian maupun dengan berkeliling kampus dan persimpangan jalan untuk mengumpulkan donasi atau sumbangan dari sejunlah masyarakat. Berikut penuturan Agung49 : ―Meskipun melelahkan, kami tetap senang karena kami menikmatinya. Semua ini kami lakukan karena kecintaan kami pada Persija. Menempel brosur itu salah satu bagian untuk mempromosikan komunitas kami kepada masyarakat luas. Kalau komunitas kami punya banyak peminat, kami juga kan yang senang. Dan, Persija juga semakin banyak memiliki pendukung.‖ Contoh lain dari bentuk soliditas itu adalah saat sebagian anggota menyempatkan datang ke Sleman, Yogyakarta, untuk menyaksikan pertandingan usiran antara Persija melawan Persib Bandung pada Rabu, 4 September 2013. Pay dan enam anggota The Jakmania UNJ merelakan diri datang ke sleman untuk memberikan dukungan penuh kepada tim kesayangannya. Mereka berangkat dengan mobil milik Dito Pradana langsung menuju Sleman. Di Sleman, soliditas mereka kembali teruji. Saat itu, Persib sebetulnya tidak diizinkan membawa suporternya ke Sleman. Namun, mereka memaksa 49 Wawancara Agung Nugroho, op. cit, hlm 94. 72 datang dan akhirnya berjumpa dalam satu stadion dengan suporter Persija. Seperti diketahui, The Jakmania dengan Viking dan Bobotoh merupakan seteru abadi di dunia sepak bola Indonesia. Rivalitas kedua kubu cenderung negatif, karena pertemuan mereka hampir selalu berujung bentrokan dan menimbulkan korban dan kerugian yang tidak sedikit, yang diamali masyarakat umum di luar sepak bola. 50 Setelah hampir lima tahun lamanya tidak berjumpa dalam satu stadion, mereka kembali bertemu di Sleman. Sesuai prediksi banyak pihak, bentrokan kembali terjadi. Bentrokan pecah saat kedua kelompok saling ejek satu sama lain. Dari saling ejek, bentrokan berlanjut kepada saling lempar batu dan botol minuman. Bentrokan semakin meluas ketika kedua kubu tidak terima kelompoknya diserang. Akibatnya, pertandingan sempat dihentikan beberapa saat ketika polisi berusaha melerai kerusuhan tersebut dengan menembakkan gas air mata ke tribun penonton. Saat itu, Pay dan kawan-kawan yang datang dengan niat murni hanya untuk mendukung Persija justru menjadi salah satu korban. Dito sempat terkena lemparan botol Bobotoh meski tidak menimbulkan luka. Saat itu, Pay dan lima rekan lainnya berusaha untuk saling menjaga satu sama lain. Mereka tidak ingin anggota kelompok terdekatnya menjadi korban dari ulah brutal para Bobotoh. Menurut Pay, saat itu yang bisa ia lakukan hanyalah menyelamatkan diri dan rekan terdekat. Sebab, bentrok yang terjadi di Sleman di luar perkiraan mereka. 50 http:www.bolanews.com/Viking-dan-Bobotoh-Dilarang-Pakai-Atribut. Tanggal akses 27 Agustus 2013. 73 Bentrok terjadi secara tiba-tiba saat pertandingan memasuki babak kedua. Berikut kutipan wawancara Pay: 51 ―Waktu itu kita senang asik menonton pertandingan. Ya memang kita sama-sama meneriakan yel-yel dan menyanyikan lagu untuk menyemangati para pemain. Mungin kubu lawan merasa tersinggung jadi mereka mulai melempari botol minuman. Hal itu membuat sebagian The Jakmania tersulut emosinya. Nah, saat itu lah bentrok terjadi. Semestinya hal ini bisa dicegah jika panitia pelaksana pertandingan dan kepolisian bisa bertindak tegas. Sebab, sebeum pertandingan panitia dan kepolisian telah menyatakan tidak mengijinkan suporter Persib datang. Mungkin karena ada lobi-lobi di antara pihak Persib dan kepolisian akhirnya mereka diizinkan datang ke Sleman.‖ Teori berpikir kelompok juga menjelaskan bahwa dalam kelompok yang kohesif seluruh anggota selalu bertindak dengan mengutamakan konsensus, atau kesepakatan bersama. Hal itu dilakukan untuk menjaga keutuhan serta soliditas antar anggota kelompok. Namun, terkadang konsep berpikir yang selalu berusaha mengutamakan konsensus membuat pola pikir para anggota menjadi tidak kritis. Mereka kerap kesulitan atau bahkan tidak mau untuk menentang hasil pemikiran yang merupakan pendapat umum setiap anggota. Peneliti menemukan fakta-fakta tersebut dalam kelompok The Jakmania UNJ. Sebagian anggota kelompok mengakui bahwa mereka sering tak sadar bahwa mereka selalu berusaha menyetujui pendapat umum kelompok. Menurut mereka, perdebatan panjang bukan menyelesaikan masalah, namun justru mengurangi nilai persaudaraan. Meski mengerti bahwa perdebatan adalah bagian 51 Wawancara Naufal Fadhlan, op. cit, hlm 102. 74 dari dinamika kelompok, namun mereka tetap berusaha memperkecil kemungkinan munculnya perdebatan tersebut. Saat peneliti ikut ambil bagian dalam diskusi kelompok di teater terbuka UNJ, peneliti melihat pola interaksi yang terjadi sangat dinamis. Setiap anggota saling mengungkapkan pendapatnya masing-masing ketika Ian memberikan bahan diskusi. Salah satu pokok pembahasan saat itu adalah pembuatan spanduk dan seragam baru. Semua anggota saling mengutarakan pendapatnya masing-masing tentang desain, warna atau corak baju dan spanduk. Mereka menjelaskan alasan masing-masing terhadap pilihan desain dan warnanya. Disukusi berjalan sangat dinamis. Namun, tak jarang juga sebagian anggota mengugurkan sendiri pendapatnya saat pemikirannya terasa sangat berbeda dengan anggota lainnya. Pay misalnya, ia lebih memilih mengalah dan membatalkan pendapatnya daripada harus berdebat panjang dengan anggota kelompok lain. Meski sangat berharap desain baju yang dia usulkan bisa diterima anggota kelompok yang lain, namun Pay tak ingin perbedaan pendapat tersebut justru menimbulkan perdebatan panjang. Berikut kutipan wawancaranya 52 : ―Berdebat itu biasa. Itu adalah bagian dari dinamika kelompok. Namun, saya tidak ingin perbedaan pendapat justru menimbulkan perdebatan panjang. Lebih baik mengalah daripada nanti akhirnya menimbulkan perselisihan. Lagipula saya yakin apa yang menjadi kesepakatan bersama adalah keputusan terbaik. Sebagai anggota kita harus menerima itu sepenuh hati.‖ 52 Wawancara Naufal Fadhlan, op. cit, hlm 101. 75 Indikator kohesivitas kelompok yang lain menyebutkan bahwa dalam kelompok yang kohesif biasanya para anggotanya punya persepsi yang keliru terhadap makna soliditas dan kebersamaan. Sebagian dari mereka menerjemahkan hal tersebut dalam persepsi yang negatif. Persepsi yang negatif itu juga membuat anggota kelompok sering kali keliru dalam mengungkapkan rasa saling memiliki mereka. Salah satunya dengan primordialisme, yaitu anggapan bahwa kelompoknya sebagai yang terbaik dan kelompok lain adalah golongan yang buruk dan salah. Eko mengakui bahwa dirinya pernah menemui kekeliruan persepsi yang disebutkan di atas dalam diri rekan-rekannya. Ia melihat persepsi negatif itu lebih sering terjadi pada anggota baru yang masih labil. Menurut penjelasan Eko, beberapa di antara mereka tidak segan melakukan tindakan anarkis saat kelompoknya terancam. Mereka juga kerap membenarkan segala cara untuk melindungi kelompoknya, salah satunya dengan bertawuran. Hal itu pernah dialami The Jakmania UNJ saat menyaksikan pertandingan melawan Mitra Kukar beberapa tahun silam. Bentrokan saat itu bukan terjadi antara dua suporter yang berbeda, tapi dengan sesama The Jakmania. Menurut cerita Eko, saat itu dia dan kelompoknya baru pulang dari SUGBK, tapi di tengah jalan bus mereka justru dilempari batu oleh pihak tidak bertanggungjawab, yang mengenakan kostum Persija. Dengan sangat terpaksa mereka melawan meski akhirnya tidak menimbulkan bentrok besar karena segera dilerai sesame anggota The Jakmania UNJ. Hal-hal seperti ini dianggap lumrah oleh sebagian kelompok suporter. Pasalnya, mereka sama-sama 76 menyadari bahwa masing-masing dari mereka ingin kelompoknya dianggp paling superior dan kelompok yang lain imperior. Tawuran menjadi salah satu bentuk kesetian terhadap kelompoknya masing-masing. Berikut penjelasan Eko53: ―Pernah sesekali dalam keadaan darurat. Waktu itu kita diserang kelompok lain di daerah Cawang, Jakarta Timur. Dalam keadaan itu, kita tidak mungkin cuek, karena bisa mati semua. Ini yang membuat miris, samasama berkostum Oranye tapi justru saling serang. Saya merasa bangga bisa jadi bagian dari Jakmania. Saya juga bangga karena Jakmania pernah mendapat predikat sebagai suporter terbaik. Meski begitu, saya tidak mau menjatuhkan kelompok lain. Kita memang beda, tapi kita harus saling menghargai dan menghormati.‖ Dari hasil penelitian ini, peneliti mencoba memberikan kesimpulan singkat tentang kohesivitas dalam kelompok The Jakmania UNJ. Dengan kohesivitas yang terjalin antar anggota kelompok, mereka mengaku memiliki rasa saling memiliki yang sangat tinggi. Rasa saling memiliki itu juga membuat mereka merasa semakin kompak dan berusaha sebaik mungkin untuk saling menjaga keutuhan kelompok. Bagaimana pun, mereka telah dipertemukan bersama dengan kelompok atas dasar sama-sama mencintai Persija Jakarta. Mereka berharap keutuhan kelompok tetap terjaga untuk jangka waktu yang lama. Seperti slogan mereka sebagai Jakmania selama ini, yaitu ―Persija Sampai Mati!‖. Eko menjelaskan bahwa banyak cara dilakukan untuk menunjukkan kecintaan tersebut, mulai dari hal yang baik sampai hal yang keliru. Menurutnya, tidak sedikit kalangan yang meluapkan perasaan cintanya terhadap Persija dengan cara yang salah. Fakta di lapangan menunjukkan banyak tindakan melanggar aturan yang dilakukan untuk menunjukkan kecintaannya terhadap sebuah klub 53 Wawancara Eko Ramdhani, op. cit, hlm 91. 77 sepak bola. Di Indonesia, hal itu bukan lagi menjadi hal yang langka karena hampir semua kelompok suporter pernah melakukan tindakan melanggar aturan seperti naik di atap kendaraan sambil berteriak dan mengibarkan bendera klub, tawuran antar suporter, serta membuat kerusuhan di tempat umum yang berujung pada kerugian masyarakat sekitar. Akan tetapi, hal itu tidak ingin dilakukan Eko. Dia lebih memilih mengungkapkan rasa kecintaannya dengan cara yang baik dan wajar. Salah satunya dengan datang menonton langsung ke stadion dengan tertib. Menurut Eko, stadion adalah tempat yang paling pas untuk menunjukkan kecintaan terhadap klub karena di sana ia dan kawan-kawan bisa memberikan dukungan maksimal saat klub kecintaannya tengah bertanding. Salah satu dukungan itu diberikan dengan menyanyikan yel-yel kebanggaan klub, serta meneriakan namanama para pemain yang tengah bertanding. Langkah itu sangat tepat dilakukan untuk menunjukkan rasa cinta yang sesungguhnya, bukan dengan tindakan anarkis. Berikut kutipan wawancaranya 54: ―Selain yang sudah saya jelaskan sebelumnya, saya juga pernah mengajak para anggota baru untuk tidak mudah terpancing sama hal-hal menyimpang seperti kerusuhan. Itu saya lakukan untuk menjaga keutuhan kelompok ini karena saya mencintai Persija. Saya berusaha mengajak mereka menghindarkan diri dari hal itu. Itu saya lakukan karena para anggota baru sangat butuh bimbingan sebab mereka cenderung masih labil. Secara pribadi, pertama saya mengajak teman-teman untuk lebih menguatkan diri. Kita ini suporter bukan preman. Kejadian ini sering terjadi pada para anggota baru yang masih labil. Ada slogan ―Persija Sampai Mati‖, tapi itu bukan jadi patokan untuk melakukan hal menyimpang dan merugikan. Boleh cinta sama klub tapi jangan sampai salah persepsi.‖ 54 Wawancara Eko Ramdhani, op. cit, hlm 89. 78 Eko mengakui bahwa pola komunikasi yang diterapkan dalam kelompok berperan besar dalam membangun hubungan baik dan soliditas kelompok. Menurut Eko, komunikasi adalah hal utama yang wajib dijaga demi kelangsungan hidup kehidupan berkelompok. Berikut kutipan wawancara dengan Eko 55 ―Iya sangat berpengaruh. Kami sangat menyadari bahwa komunikasi itu penting. Komunikasi membuat kita mengetahui satu sama lain, mengenal, dan memahami satu sama lain. Bukan hanya mengetahui kabar seputar para anggota, tapi juga tentang klub, pemain, dan juga suporter di daerah lainnya. Dalam rapat kita juga sering membahas soal bagaimana menjalin komunkasi dengan baik. Bahkan, kita juga mengajak perwakilan dari kelompok lain saat rapat. Tujuannya agar kita bisa saling menjaga silaturahmi dan mempererat kekompakan kelompok.‖ Senada dengan pendapat Eko, Ian, Agung, dan Pay juga memiliki pendapat yang sama. Mereka sama-sama mengakui bahwa komunikasi memiliki peran besar dalam menjaga keutuhan kelompok. Karena itu lah mereka selalu berusaha menjaganya dengan baik. Menurut Agung, komunikasi merupakan salah satu kunci soliditas dan keakraban hubungan dalam kelompok The Jakmania UNJ. Agung menilai keakraban hubungan yang terjalin antaranggota tak lepas dari peran besar komunikasi. Pendapat Pay didukung penuh oleh penjelasan Pay. Berikut kutipan wawancaranya :56 ―Kami menyadari betapa pentingnya komunikasi. Oleh sebab itu, kami selalu berusaha menjaga komunikasi dengan baik. Komunikasi mempunyai peran penting dalam memperkuat suatu hubungan. Dengan berkomunikasi, kami jadi saling mengetahui kabar semua anggota. Selain itu, kami juga bisa bersama-sama membangun keutuhan kelompok ini. ― 55 56 Wawancara Eko Ramdhani, op. cit, hlm 92. Wawancara Naufal Fadhlan, op. cit, hlm 103. 79 Sementara itu, menurut Ian, peran komunikasi benar-benar penting bagi dia dan kelompoknya. Ia selalu menekankan kepada para anggotanya bahwa komuniaksi wajib berjalan secara efektif agar para anggota tidak sampai salah menerjemahkan sesuatu. Sebab, Ian dan teman-teman pernah merasakan betapa buruknya akibat dari kesalahan berkomunikasi. Dengan demikian, mereka selalu berusaha untuk menjaga komunikasi dengan baik. Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan, peneliti pemahaman peneliti mengenai dinamika dalam kelompok The Jakmania mulai terbuka lebar. Sekarang peneliti mempunyai cukup pemahaman mengenai penerapan komunikasi dalam kelompok tersebut. Peneliti mencoba untuk membuat kesimpulan tentang hubungan fenomena komunikasi kelompok dengan kohesivitas kelompok, khususnya dalam tubuh The Jakmania UNJ, tempat peneliti melakukan penelitian secara mendalam. Peneiti melihat pada kelompok dengan kohesi tinggi, komunikasi antar anggota tinggi dan interaksinya berorientasi positif. Sedangkan antar anggota dalam kelompok dengan kohesi rendah kurang komunikasif dan interaksinya lebih berorientasi negatif. Anggota kelompok dengan kohesi tinggi bersifat kooperatif dan pada umumnya mempertahankan dan meningkatkan integritas kelompok, sedangkan pada kelompok dengan kohesi rendah lebih independen dan kurang memperhatikan anggota lain. Intinya, kohesi berkaitan erat dengan kualitas dan kuantitas komunikasi. Peneliti juga melihat anggota kelompok yang kohesif lebih siap untuk berpartisipasi dalam pertemuan-pertemuan kelompok. Mereka lebih setuju 80 terhadap tujuan kelompok, lebih siap menerima tugas-tugas dan peranan serta lebih menaati norma-norma kelompok. Mereka juga memelihara dan mempertahankan norma-norma serta menolak orang lain yang merasa tidak sesuai dengan norma kelompok. Kelompok yang kohesif memiliki anggota yang loyal terhadap kelompok, mempunyai rasa tanggung jawab kelompok, mempunyai motivasi tinggi untuk melaksanakan tugas kelompok dan merasa puas atas pekerjaan kelompok. Ciri-ciri tersebut dapat menyebabkan meningkatnya produktivitas kelompok. Anggota kelompok tersebut lebih efektif dibandingkan dengan kelompok yang kohesivitasnya rendah. Kelompok yang kohesivitasnya tinggi merupakan sumber rasa aman bagi para anggotanya. Keberadaan kohesivitas dalam kelompok juga dapat mengurangi rasa khawatir dan dapat meningkatkan rasa harga diri. Dengana danya rasa kebersamaan, saling pengertian, dan memahami, kesadaran antar anggota kelompok untuk menjaga keutuhan dan keberlangsungan kelompoknya semakin tinggi. Mereka siap berjuang menjaga keutuhan keompok dengan baik. Selain itu, dengan adanya penerimaan dari satu anggota terhadap anggota yang lainnya bisa membuat partisipasi anggota dalam kelompok meningkat. Dengan demikian, kohesi-kohesi kelompok yang tinggi dapat menghasilkan kelompok yang lebih baik di mana para anggotanya lebih kooperatif dalam mengerjakan tugas-tugas dan dapat mengatasi kesulitan-kesulitan dalam bekerja. BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti dapat menyimpulkan bahwa komunikasi kelompok terbukti memberikan peran besar dalam membangun kohesivitas kelompok The Jakmania. Intensitas komunikasi yang tinggi membuat hubungan antaranggota kelompok menjadi semakin erat. Sehingga, kohesivitas kelompok juga semakin kuat. Selanjutnya peneliti menjabarkan kesimpulan penelitian ini ke dalam beberapa poin. Berikut penjelasannya : 1) Berdasarkan penelitian ini, peneliti dapat menyimpulkan bahwa komunikasi memang memiliki peran besar dalam membentuk kohesivitas kelompok. Hal itu bisa dilihat langsung dari aktivitas keseharian The Jakmania UNJ. Mereka selalu berusaha untuk menjaga silaturahmi antar anggota dengan berkomunikasi. Mereka juga selalu berusaha untuk menjaga kualitas komunikasi dengan intensitas pertemuan yang rutin, minimal seminggu sekali. Dengan demikian intensitas yang baik tersebut, kekompakkan dan soliditas kelompok bisa terus dijaga, bahkan ditingkatkan. Penulis juga menemukan fakta bahwa komunikasi yang baik menjadi salah satu kunci sukses ketahanan sebuah hubungan, baik secara interpersonal, ataupun secara massal, seperti dalam kelompok. Untuk itu, kualitas komunikasi hendaknya 97 98 selalu dijaga untuk mempertahankan bahkan meningkatkan kualitas sebuah hubungan. 2) Kohesivitas kelompok The Jakmania UNJ bisa dilihat dari pola perilaku mereka dalam aktivitas sehari-hari. Seperti telah disebut sebelumnya, kohesivitas itu terbentuk dari kualitas komunikasi yang baik, yang diterapkan dalam kelompok tersebut. Kohesivitas yang tinggi menimbulkan rasa nyaman di antara para anggota kelompok. Kenyamanan tersebut memberikan dampak besar bagi kelompok, misalnya timbul rasa memiliki yang sangat besar dalam diri anggota kelompok. Sehingga, setiap anggota selalu berusaha menjaga keutuhan kelompok, menjaga nama baik kelompok, dan mereka selalu berupaya memberikan peran yang besar untuk kelompok. Kendati demikian, kohesivitas juga memberikan dampak yang tidak selalu positif. Tingginya tingkat kohesivitas kelompok tak jarang membuat para anggota menjadi tidak kritis. Mereka cenderung berpikir positif untuk selalu menjaga keutuhan kelompok sehingga tidak bersedia mengungkapkan perbedaan pendapat yang berpotensi menimbulkan bentrok. Peneliti juga menemukan fakta tersebut dalam kelompok The Jakmania UNJ. Besarnya soliditas antar anggota membuat mereka tak ingin bertentangan dengan kelompok karena mereka berpikir hal tersebut bisa menjadi salah satu pemicu perpecahan. 3) Komunikasi yang diterapkan The Jakmania UNJ terbukti menjadi salah satu upaya terbaik untuk membangun kohesivitas kelompok. Besar dan kecilnya kekuatan kohesivitas kelompok ini dipengaruhi oleh intensitas dan efektivitas pola komunikasi. Jika komunikasi berjalan secara efektif, maka kohesivitas 99 kelompok akan semakin kuat. Begitu pula dengan intensitas komunikasi. Semakin tinggi intensitasnya, semakin tinggi pula kohesivitasnya. Dengan demikian, dapat dsimpulkan bahwa komunikasi dan kohesivitas menjadi dua hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan berkelompok. Kedua hal tersebut saling memengaruhi satu sama lain, sehingga berpengaruh langsung terhadap kehidupan berkelompok. 5.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti memiliki beberapa saran yang sekiranya bisa bermanfaat baik untuk anggota Jakmania maupun bagi akademisi yang ingin melakukan penelitian lanjutan mengenai komunikasi kelompok. Berikut penjelasannya : 1) Meski pola komunikasi yang terjalin di antara para anggota The Jakmania UNJ bisa dibilang berjalan dengan baik, namun keberlangsungannya wajib dijaga, bahkan kalau perlu ditingkatkan. Setiap anggota kelompok diharapkan bisa saling menjaga intensitas komunikasi dalam kelompok. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar keutuhan kelompok bisa tetap terjaga dengan baik. Sehingga, visi dan misi serta tujuan kelompok bisa tercapai dengan baik. 2) Meski keutuhan kelompok menjadi hal utama yang diperjuangkan setiap anggota, hendaknya setiap anggota kelompok tidak memandang kelompoknya sebagai yang terbaik dan kelompok lain sebagai musuh. Peneliti beralasan bahwa perbedaan merupakan bagian dari dinamika kehidupan. Sehingga, setiap manusia termasuk anggota kelompok tertentu bisa menghargai 100 perbedaan yang datang dari kelompok yang lain. Peneliti juga menyarankan agar para anggota bisa tetap menghidupkan nilai kritisnya sebagai alat kontrol keberlangsungan kelompok itu sendiri. Dengan menghidupkan budaya kritis, kekurangan-kekurangan kelompok bisa diperbaiki. 3) Penelitian ini diharapkan menjadi salah satu sumber pengetahuan tambahan dan acuan bagi akademisi yang ingin melakukan penelitian lanjutan baik mengenai perkembangan komunikasi kelompok, maupun tentang The Jakmania. Peneliti juga berharap penelitian ini bermanfaat sebagai salah satu referensi tambahan bagi kelompok The Jakmania untuk lebih memahami kelompoknya sendiri. 101 DAFTAR PUSTAKA Sumber Buku Bungin, Burhan. 2006. Sosiologi Komunikasi ; Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta : Kencana. Cangara, Hafied. 2008. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : Grafindo. Devito Josep. 2004. Komunikasi Antar Manusia. Jakarta : Karisma Publising. Effendy, U.O. 2007. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung : Rosda. Handoko, Anung. 2008. Sepak bola Tanpa Batas. Yogyakarta : Kanisius. Kriyantono, Rachmat. 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta : Prenada Media Grup. Moleong, J.L. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : Rosda. Mulyana, Deddy. 1999. Nuansa-Nuansa Komunikasi: Meneropong Politik dan Budaya Masyarakat Kontemporer, Bandung : Rosda. ___2008. Komunikasi, Suatu Pengantar. Bandung : Rosda. Natakusumah, Arief. 2000. Drama Itu Bernama Sepak Bola. Jakarta : Elex Media. Rakhmat, Jalaluddin. 2004. Psikologi Komunikasi. Bandung : Rosda. Santoso, Edi & Setiansah Mite. 2010. Teori Komunikasi, Bandung : Graha Ilmu. Wiryanto. 2008, Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : Grasindo. 102 Dokumen-dokumen lain Lihat : Perbedaan Istilah antara Penonton dan Suporter Sepak bola. http://suryantopsikologi.wordpress.com/2008/01/09/perbedaan-istilah-antarapenonton-dan-suporter-sepak bola/. Peneliti Suryanto. Akses Tanggal 20 April 2012. Lihat : Sejarah The Jakmania, http/jakmania.org/organisasi/sejarah. Akses tanggal 20 April 2012. Lihat : Larico Ranggamone Pimpin The Jakmania http://www.duniasoccer.com/ Larico-Ranggamone-Kembali-Pimpin-The-Jakmania. Akses tanggal 15 Juli 2013. Lihat : Viking dan Bobotoh Dilarang Pakai Atribut http://www.bolanews.com/Viking-dan-Bobotoh-Dilarang-Pakai-Atribut. Akses Tanggal 27 Agustus 2013. 103 LAMPIRAN 1. Biodata Eko Ramdhani Nama Lengkap : Eko Ramdhani Alamat : Jl. Bintara XI No.33 rt.01/013, Bekasi Barat Jens Kelamin : Laki-laki Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 31 Maret 1992 No. Tlp/Hp : 085695593232 Pekerjaan : Mahasiswa dan Karyawan 2. Transkrip Wawancara Eko Ramdhani Wawancara ini dilakukan pada Minggu, 21 Juli 2013 pada pukul 13.30 WIB. Wawacara dengan Eko Ramdani ini dilakukan di daerah Pekayon Jaya, Bekasi Selatan, Kota Bekasi. Berikut kutipan wawancaranya : Pertanyaan : Seperti apa bentuk komunikasi yang dilakukan dalam kelompok ini? Jawaban : Banyak, mulai dari lewat telpon, sms (pesan singkat), bbm (blackberry massanger), Facebook, Twitter, atau bertemu langsung. Kita juga sering ada rapat rutin dan forum diskusi untuk membahas suatu hal dua atau tiga minggu sekali. Misalnya jika ada masalah seperti anggota kecelakaan atau ada 104 informasi penting dari pusat. Ya lebih ke forum internal, di sana lah komunikasi antaranggota terjalin. Pertanyaan : Apakah Anda merasa komunikasi yang dilakukan antara Anda dan para anggota lainnya berjalan dengan baik? Jawaban : Saya rasa cukup baik. Kita bisa berkomunikasi dengan baik seperti yang tadi saya bilang, lewat telepon, sms, sosial media, atau bertemu langsung. Dengan cara itu kami selalu menjaga silaturahmi dan bertukar berbagai macam info. Kami juga selalu mennjaga komunikasi antar sesama supaya hubungan baik tetap terjaga. Pertanyaan : Dalam teori berpikir kelompok dikatakan komunikasi dalam kelompok yang kohesif itu rumit, apa itu terjadi pada kelompok ini? Jawaban : Rumit itu agak sulit diartikan ya, tapi yang jelas apa yang kami bicarakan sangat banyak, bukan hanya soal Persija, tapi juga hal-hal lain di luar itu. Misalnya masalah kuliah, dosen, kampus, atau bahkan obrolan lain seperti pekerjaan dan perempuan. Hehe Pertanyaan : Bagaimana intensitas komunikasi kelompok ini? Jawaban : Kita bisa ketemu langsung di markas dua sampai tiga kali seminggu. Tapi yang rutin hanya satu kali, pada hari Selasa. Di sana kita biasa membahas banyak hal. Tak jarang kita juga bermain playstation untuk lebih meningkatkan keakraban. 105 Pertanyaan : Anda sering datang dalam pertemuan rutin? Apa alasannya? Jawaban : Iya hampir setiap minggu selalu saya usahakan karena saya sudah memilih untuk bergabung dengan kelompok ini jadi saya punya tanggung jawab untuk menjaga kelompok ini. Lagipula saya juga senang karena bisa bertemu dengan sesama pendukung Persija. Dalam pertemuan rutin ini kita juga bisa membahasa banyak hal dan bertukar info baru mengenai Persija. Pertanyaan : Apakah Anda merasa kelompok ini solid? Jawaban : Ya. Cukup solid. Saya merasa nyaman dengan anggota- anggotanya. Obrolan yang kita lakukan pasti selalu nyambung. Kita juga sering melakukan kegiatan bersama seperti nonotn bareng di stadion, nonton bareng lewat televisi juga sering, futsal, pernah juga melakukan kegiatan sosial, buka bersama, dan lain sebagainya. Menurut saya itu adalah bukti kekompakan kami. Pertanyaan : Seperti apa bentuk kekompakan dalam kelompok Anda? Berikan contohnya. Jawaban : Kalau untuk akrabnya kita terkadang memang sering berkumpul entah untuk sekadar nongkrong-nongkrong atau main memang membicarakan halhal serius tentang banyak hal, seperti kuliah dan lain-lain. Nah dari situlah keakraban terbentuk. Kita membicarakan banyak hal tidak hanya soal Persija dan sepak bola, tapi juga hal-hal lain di luar itu. 106 Pertanyaan : Seberapa besar loyalitas Anda terhadap kelompok? Apa buktinya? Jawaban : Salah satu buktinya saya pernah sampai bolos sekolah saat SMA hanya untuk menonton pertandingan Persija di Senayan. Memang itu tidak benar, tapi itu salah satu bentuk kenakalan remaja. Kalau di kelompok ini, saya selalu berusaha menjaga agar tidak terjadi perselisihan yang bisa menyebabkan konflik. Pertanyaan : Apa yang Anda lakukan untuk menjaga kekompakkan kelompok ini? Jawaban : Secara pribadi, pertama saya mengajak teman-teman untuk lebih menguatkan diri. Kita ini suporter bukan preman. Kejadian ini sering terjadi pada para anggota baru yang masih labil. Ada slogan ―Persija Sampai Mati‖, tapi itu bukan jadi patokan untuk melakukan hal menyimpang dan merugikan. Boleh cinta sama klub tapi jangan sampai salah persepsi. Pertanyaan : Apakah Anda selalu berusaha untuk menjaga keutuhan kelompok ini? Bagaimana caranya? Jawaban : Iya pastinya. Saya pernah mengajak para anggota baru untuk tidak mudah terpancing sama hal-hal menyimpang seperti kerusuhan. Saya berusaha mengajak mereka menghindarkan diri dari hal itu. Itu saya lakukan karena para anggota baru sangat butuh bimbingan sebab mereka cenderung masih labil. 107 Pertanyaan : Apakah Anda pernah punya pendapat yang berbeda dengan anggota kelompok yang lain? Jawaban : Pernah bahkan sering. Biasanya terjadi saat forum. Ya masing- masing anggota kan bebas mengungkapkan pendapat. Saya paling sering berpendapat beda soal kerusuhan suporter. Menurut saya kerusahan itu jelas salah. Pertanyaan : Bagaimana Anda menyampaikan perbedaan pendapat itu? Jawaban : Saya sampaikan apa adanya dengan cara yang baik. Saya cukup dekat dengan korlap, jadi bisa mengungkapkan semuanya ke dia. Meskipun begitu, masih banyak juga yang tidak sependapat. Menurut saya itu wajar karena itu adalah bagian dari dinamika organisasi. Pertanyaan : Apakah Anda merasa ada tekanan yang membuat Anda selalu setuju dengan keputusan kelompok? Jika ada, seperti apa bentuk tekanan itu? Jawaban : Ada, banyak. Tekanan itu bisa dari pemimpin atau dari anggota yang lain, seperti membuat kubu-kubuan. Tapi saya mencoba buat menutupi hal tersebut dan coba buat trus jalan tanpa mengurangi rasa tertekan tersebut. Tekanan pasti ada banyak, cuma kita tidak anggap itu sebagai tekanan. Kami coba menikmatinya karena sifat orang kan berbeda-beda. Bentuk tekanannya misalnya omongan-omongan miring antaranggota. Mereka tidak suka dengan kita tapi dia sampaikan lewat temannya yang lain. Kalau ada masalah seperti itu, korlap yang mengontrol. Ketika ada suatu hal yang beda, pemimpinnya yang biasa mengendalikan situasi. 108 Pertanyaan : Apakah Anda pernah membenarkan hal-hal yang agak menyimpang demi keutuhan kelompok? Kalau pernah, apa contohnya? Jawaban : Pernah sesekali dalam keadaan darurat. Waktu itu kita diserang kelompok lain di daerah Cawang, Jakarta Timur. Dalam keadaan itu, kita tidak mungkin cuek, karena bisa mati semua. Ini yang membuat miris, sama-sama berkostum Oranye tapi justru saling serang. Pertanyaan : Apakah Anda pernah menganggap kelompok Anda yang terbaik dan kelompok lain buruk? Jawaban : Saya merasa bangga bisa jadi bagian dari Jakmania. Saya juga bangga karena Jakmania pernah mendapat predikat sebagai suporter terbaik. Meski begitu, saya tidak mau menjatuhkan kelompok lain. Kita memang beda, tapi kita harus saling menghargai dan menghormati. Pertanyaan : Apakah Anda merasa nyaman dan puas dengan pola komunikasi yang diterapkan di kelompok ini? Apa alasannya? Jawaban : Saya merasa komunikasi berlangsung dengan baik. Semua itu terbentuk karena rasa cinta sama Persija. Obrolan antar anggota soal Persija membuat kita jadi jauh lebih nyaman. Intinya, komunikasi itu berawal dari rasa suka dan rasa cinta kepada Persija, lalu kita menjadi satu kesatuan suporter untuk mendukung tim yang sama, yaitu Persija. Saya juga merasa sangat puas. Apa yang dilakukan antar anggota cukup membuat kami saling mengenal dan memahami. 109 Pertanyaan : Apakah pola komunikasi yang diterapkan berpengaruh terhadap kekompakkan kelompok? Tolong jelaskan. Jawaban : Iya sangat berpengaruh. Kami sangat menyadari bahwa komunikasi itu penting. Komunikasi membuat kita mengetahui satu sama lain, mengenal, dan memahami satu sama lain. Bukan hanya mengetahui kabar seputar para anggota, tapi juga tentang klub, pemain, dan juga suporter di daerah lainnya. Dalam rapat kita juga sering membahas soal bagaimana menjalin komunkasi dengan baik. Bahkan, kita juga mengajak perwakilan dari kelompok lain saat rapat. Tujuannya agar kita bisa saling menjaga silaturahmi dan mempererat kekompakan kelompok. 3. Biodata Agung Nugroho Nama Lengkap : Agung Nugroho Alamat : Pondok Bambu, Jakarta Timur Jens Kelamin : Pria Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 29 Agustus 1991 No. Tlp/Hp : 083825263693 Jurusan/Fakultas : Ilmu Sejarah/FIS 4. Transkrip Wawancara Agung Nugroho Wawancara ini dilakukan pada Minggu, 27 Agustus 2013 pada pukul 15.30 WIB. Wawacara dengan Agung Nugroho ini dilakukan di kampus UNJ, Rawamangun, Jakarta Timur. Berikut kutipan wawancaranya : 110 Pertanyaan : Sebagai orang yang lama berkecimpung di The Jakmania UNJ, Apakah komunikasi yang dijalankan dalam kelompok berjalan dengan efektif? Jawaban : Ya. Cukup efektif karena dari awal kami memang selalu ditekankan untuk selalu menjaga silaturahmi. Salah satu caranya ya melalui komunikasi. Kami selalu berkoordinasi dengan baik setiap ada agenda kelompok. Mulai dari kegiatan nonton bareng ke stadion atau sekadar melakukan pertemuan rutin mingguan. Kita biasa berhubungan lewat sms, telpon, bbm, twitter, atau grup tertutup di Facebook. Sekarang media komunikasi sangat banyak, itu juga memudahkan kita untuk terus berkomunikasi. Pertanyaan : Apakah komunikasi yang diterapkan dalam kelompok mampu membantu Anda dan anggota lainnya menjadi lebih antusias terhadap kelompok ini? Jawaban : Menurut saya antusiasme itu bukan hanya dengan komunikasi. Ya komunikasi berperan, tapi antusiame itu datang lewat iklim kelompok yang akhirnya membuat para anggota nyaman dan baru lah muncul antusiasme untuk bertahan dalam kelompok. Kalau sudah punya antusiasme yang besar, para anggota umumnya punya kesadaran yang besar untuk rutin datang setiap minggunya, termasuk menjaga kelompok ini dengan baik. Pertanyaan : Bagaimana intensitas komunikasi kelompok ini? Jawaban : Kami biasa berkomunikasi lewat banyak media, seperti telepon, sms, lewat sosial media ataupun bertemu langsung. Tapi biasanya kami 111 berkomunikasi secara maksimal lewat kopdar setiap hari Selasa setiap minggu. Disitulah kami sama-sama berjumpa dan kopdar itu menjadi sarana yang ampuh untuk mengungkapkan unek-unek setiap anggota. Pertanyaan : Apakah Anda merasa kelompok ini solid? Apa buktinya? Jawaban : Ya kita selalu datang ke stadion jika Persija main di Jakarta. Kita biasa ikut komando dari depan. Biasanya ada dirijen yang teriak-teriak di atas pagar. Kami biasa menyanyi lagu-lagu penyemangat, kita juga mengibarkan giant flag, memainkan flare, dan memaikan koreografi unik. Semua itu kita lakukan untuk menambah meriah suasana sekaligus mendukung para pemain. Pertanyaan : Seberapa besar loyalitas Anda terhadap kelompok? Apa buktinya? Jawaban : Sulit digambarkan, tapi yang jelas kami telah melakukan banyak hal untuk kelompok ini. Meskipun melelahkan, kami tetap senang karena kami menikmatinya. Semua ini kami lakukan karena kecintaan kami pada Persija. Menempel brosur itu salah satu bagian untuk mempromosikan komunitas kami kepada masyarakat luas. Kalau komunitas kami punya banyak peminat, kami juga kan yang senang. Dan, Persija juga semakin banyak memiliki pendukung. Pertanyaan : Teori berpikir kelompok menyatakan bahwa komunikasi dalam kelompok yang solid itu rumit, apa itu terjadi pada kelompok ini? 112 Jawaban : Rumit itu mungkin karena anggota kita cukup banyak ya. Selain itu kami juga selalu menjalin komunikasi dengan kelompok lain sesama The Jakmania. Paling intens lewat dunia maya, Twitter misalnya. Kita biasa ngobrol untuk membahas kalau ada acara besar bersama, misalnya buka puasa bersama. Nah, kita sering ketemu di sana, ngobrol-ngobrol, tukar-tukar informasi dan lain sebagainya. Mungkin kompleksnya di situ. Pertanyaan : Apakah Anda pernah punya pendapat yang berbeda dengan anggota kelompok yang lain? Jawaban : Pasti pernah. Perbedaan pendapat itu bagian dari dinamika kelompok. Jadi saya rasa semua itu wajar. Justru kalau tidak ada perbedaan pendapat kelompok ini malah terasa kering, mononton, membosankan, begitubegitu saja. Pertanyaan : Bagaimana Anda menyampaikan perbedaan pendapat itu? Jawaban : Ya saya sampaikan biasa saja. Saya lebih sering menyampaikannya di muka umum saat kopdar setiap minggunya. Menurut saya, menyampaikan di muka umum adalah jalan terbaik supaya semua anggota bisa mendengar pendapat saya. Mereka juga bisa langsung menilai lalu memberikan tanggapan terhadap pendapat saya. Pertanyaan : Apakah Anda selalu berusaha untuk menjaga keutuhan kelompok ini? Bagaimana caranya? 113 Jawaban : Kami selalu berusaha menjaga hubungan baik dengan semua anggota kelompok. Semua itu kami lakukan untuk membuat The Jakmania UNJ menjadi semakin solid dan kompak. Dalam islam juga diajarkan agar setiap umatnya selalu berkomunikasi dengan baik. Tujuannya juga sama dengan kami, untuk menjaga kelangsungan umat. Dengan demikian, saya pribadi selalu berusaha menjaga hubungan baik. Paling tidak dengan saling menyapa setiap kami berpapasan di jalan. Menurut saya itu saja sudah cukup. Selanjutnya, komunikasi bisa dilakukan saat sedang bertemu dalam rapat rutin. Pertanyaan : Apakah Anda pernah merasa ada tekanan yang membuat Anda selalu setuju dengan keputusan kelompok? Seperti apa bentuk tekanan itu? Jawaban : Pertanyaanya agak sulit dijawab, tapi sejujurnya saya pernah berada dalam keadaan itu. Dulu waktu dipimpin senior saya sempat merasa seperti itu. Sebagai anggota yang masih baru saya berusaha mengikuti pendapat umum. Saya masih malu-malu untuk menyampaikan perbedaan pendapat, sehingga berusaha untuk mengiyakan pendapat para senior. Pertanyaan : Apakah Anda pernah membenarkan hal-hal yang agak menyimpang demi keutuhan kelompok? Kalau pernah, apa contohnya? Jawaban diikuti. : Saya rasa tidak pernah. Kalau salah ya salah, jadi tidak boleh 114 Pertanyaan : Apa yang Anda lalukan untuk menjaga kekompakkan kelompok ini? Jawaban : Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Saya berusaha mengajak teman-teman untuk saling menjaga keutuhan kelompok ini. Salah satu caranya dengan menjaga silaturahmi. Karena menurut saya kalau bukan kita siapa lagi yang bisa membuat kelompok ini tetap solid? Makanya saya selalu meminta agar para anggota selalu menyempatkan datang ke teater terbuka setiap minggunya untuk menjalin silaturahmi demi menjaga keutuhan kelompok. Kita sampaikan unek-unek kita dan biarkan teman-teman yang lainnya mendengar. Nah, dari situ kita cari jalan keluar dari masalah yang dihadapi. Pertanyaan : Apakah Anda pernah menganggap kelompok Anda yang terbaik dan kelompok lain buruk? Jawaban : Kalau saya pribadi melihat banyak The Jakmania yang Cuma ikut-ikutan saja. Mereka mendukung Cuma karena momentum ramai-ramainya. Bukan benar-benar ingin mendukung. Banyak juga anak kampung yang cenderung merusak image Persija. Mereka rusuh, teriak-teriak di jalan raya, naik bus di atapnya, jelas itu sangat mengganggu. Kalau kita ikutin aturan korwil saya, ada korlap dalam setiap kegiatan, nah dia itu yang bertanggung jawab. 115 Pertanyaan : Apakah pola komunikasi yang diterpkan berpengaruh terhadap kekompakkan kelompok? Jawaban : Sangat. Komunikasi adalah kunci soliditas dan keakraban hubungan ini. Kami bisa akrab seperti ini dalam waktu yang singkat karena komunikasi, karena pertemuan rutin yang selalu kami lakukan. Jadi menurut saya komunikasi adalah salah satu kunci hubungan antar anggota. 5. Biodata Naufal Fadhlan Nama Lengkap : Naufal Fadhlan Alamat : Jl. KH. A. Zainie Rt.12/10 Kp. Sumur Klender, Jaktim Jens Kelamin : Laki-laki Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 16 Juni 1993 No. Tlp/Hp : 083872394748 Jurusan/Fakultas : Manajemen Pendidikan/FIP 6. Transkrip Wawancara Naufal Fadhlan Wawancara ini dilakukan pada Minggu, 10 September 2013 pada pukul 15.30 WIB. Wawacara dengan Naufal Fadhlan ini dilakukan di kampus UNJ, Rawamangun, Jakarta Timur. Berikut kutipan wawancaranya : 116 Pertanyaan : Seperti apa bentuk komunikasi yang dilakukan dalam kelompok ini? Jawaban : Ya komunikasi biasa saya. Sama seperti komunikasi lainnya. Awalnya kami memang ditekankan untuk selalu menjaga silaturahmi dengan berkomunikasi, tapi selanjutnya kami menyadari pentingnya komunikasi sehingga tak perlu lagi diingatkan untuk datang berkumpul dalam pertemuan rutin setiap minggu. Komunikasi berjalan lancar, bahkan juga dengan anggota kelompok yang lain. Banyak kelompok yang ikut berkumpul bersama kami setiap kali kita mengadakan pertemuan rutin perminggu. Minggu lalu juga kami kedatangan tamu dari kampus Assafiiyah. Perwakilan dari Korwil Rawamangun juga suka datang ke sini. Kita berkumpul bersama sambil bertukar pikiran dan informasi. Pertanyaan : Apakah komunikasi yang diterapkan dalam kelompok mampu membantu diri Anda merasa lebih nyaman dalam kelompok? (Baik dan Antusiasme) Jawaban : Ya. Sangat. Lewat komunikasi yang diterapkan, kami ingin lebih banyak mengetahui perkembangan Persija, sehingga kami sangat antusias untuk mendengarkannya. Bagaimana pun, tujuan utama kami bergabung dengan kelompok ini adalah untuk mendukung Persija. Persija lah yang telah mempertmukan kami bersama-sama di sini. Semua berawal dari rasa cinta terhadap Persija. 117 Pertanyaan : Apakah Anda dan teman-teman kelompok selalu membahas tentang Persija setiap kali mengikuti pertemuan rutin? (rumit) Jawaban : Ya kami bahas soal Persija, tapi tidak hanya itu, ada juga hal-hal lain. Kami membahas banyak hal selain tentang Persija. Saya dan beberapa teman sama-sama menyukai musik Jepang. Selain berkumpul untuk membicarakan perkembangan Persija, kami sering memanfaatkan waktu luang untuk bertukar info soal perkembangan terbaru musik-musik Jepang. Akan tetapi, kami tidak ingin mengganggu pertemuan rutin kami dengan terus menerus membicarakan musik Jepang. Pertanyaan : Apakah Anda merasa kelompok ini solid? Jawaban : Iya. Sangat solid. Itu lah yang membuat saya betah dengan kelompok ini. Saya dulu pernah bergabung dengan komunitas fans klub sepak bola lain. Waktu itu kebetulan waktu kumpul barengnya bersamaan dengan kodar The Jakmania UNJ, jadi saya putuskan untuk keluar dari kelompok itu. Saya lebih memilih datang ke sini. Pertanyaan : Seperti apa bentuk kekompakan dalam kelompok Anda? Berikan contohnya. Jawaban : Agak susah digambarkan, tapi ini jelas terasa dalam diri masing- masing. Yang paling sederhana ya kita rutin berkumpul di teater terbuka setiap minggunya tanpa harus diperintah oleh ketua. Kita juga banyak melakukan hal-hal 118 lain di luar itu, seperti main futsal atau melakukan kegiatan sosial di waktu-waktu tertentu. Yang pasti kekompakkan ini membuat saya merasa nyaman. Pertanyaan : Apa yang Anda lalukan untuk menjaga kekompakkan kelompok ini? Jawaban : Yang pasti selalu menjaga silaturahmi, komunikasi, kita juga harus mengakrabkan diri. Menurut saya itu saja, yang lainnya tergantung pribadi masing-masing. Kalau saya pribadi selalu berusaha menjaganya dengan menjaga nama baik kelompok ini, berlaku baik di depan umum supaya images kelompok ini tetap bagus di mata orang lain. Pertanyaan : Apakah Anda pernah punya pendapat yang berbeda dengan anggota kelompok yang lain? Jawaban : Berdebat itu biasa. Itu adalah bagian dari dinamika kelompok. Namun, saya tidak ingin perbedaan pendapat justru menimbulkan perdebatan panjang. Lebih baik mengalah daripada nanti akhirnya menimbulkan perselisihan. Lagipula saya yakin apa yang menjadi kesepakatan bersama adalah keputusan terbaik. Sebagai anggota kita harus menerima itu sepenuh hati. Pertanyaan : Bagaimana Anda menyampaikan perbedaan pendapat itu? Jawaban : Ya saya sampaikan apa adanya saja. Apalagi kalau masukan saya itu penting. Saya biasa sampaikanan dalam forum rutin atau kadang juga saat kebetulan bertemu ketua kelompok. 119 Pertanyaan : Apakah Anda merasa ada tekanan yang membuat Anda selalu setuju dengan keputusan kelompok? Seperti apa bentuk tekanan itu? Jawaban : Mungkin bukan tekanan ya, tapi lebih kepada menghargai keputusan yang disepakati bersama. Misalnya saya punyua pendapat, tappi pendapat itu kalah suara dibandingkan dengan pendapat yang lain. Jadi saya lebih memilih untuk mengalah dan mengikuti suara mayoritas. Pertanyaan : Apakah Anda pernah membenarkan hal-hal yang agak menyimpang demi keutuhan kelompok? Kalau pernah, apa contohnya? Jawaban : Pernah waktu itu saat nonotn di Sleman. Karena kesal dengan perlakuan sporter Persib, saya akhirnya ikut melempari mereka dengan batu karena tidak terima kelompok saya diserang. Pertanyaan : Anda menjadi salah satu saksi kerusuhan antar suporter di Sleman, Yogyakarta. Bisa diceritakan kisahnya? Jawaban : Waktu itu kita senang asik menonton pertandingan. Ya memang kita sama-sama meneriakan yel-yel dan menyanyikan lagu untuk menyemangati para pemain. Mungin kubu lawan merasa tersinggung jadi mereka mulai melempari botol minuman. Hal itu membuat sebagian The Jakmania tersulut emosinya. Nah, saat itu lah bentrok terjadi. Semestinya hal ini bisa dicegah jika panitia pelaksana pertandingan dan kepolisian bisa bertindak tegas. Sebab, sebeum pertandingan panitia dan kepolisian telah menyatakan tidak mengijinkan 120 suporter Persib datang. Mungkin karena ada lobi-lobi di antara pihak Persib dan kepolisian akhirnya mereka diizinkan datang ke Sleman. Pertanyaan : Apakah Anda pernah menganggap kelompok Anda yang terbaik dan kelompok lain buruk? Jawaban : Tidak juga. Saya netral saja, kelompok saya ya kelompok saya, yang lain ya biarkan saja. Menurut saya menjaga kelompok sendiri lebih penting daripada memikirkan kelompok yang lain. Yang jelas saya selalu berusaha menjaga nama baik kelompok ini agar tidak dianggap remeh orang lain. Pertanyaan : Apakah pola komunikasi yang diterpkan berpengaruh terhadap kekompakkan kelompok? Jawaban : Kami menyadari betapa pentingnya komunikasi. Oleh sebab itu, kami selalu berusaha menjaga komunikasi dengan baik. Komunikasi mempunyai peran penting dalam memperkuat suatu hubungan. Dengan berkomunikasi, kami jadi saling mengetahui kabar semua anggota. Selain itu, kami juga bisa bersamasama membangun keutuhan kelompok ini. 7. Biodata Informan Ahmad Ian Fachrizal Nama Lengkap : Ahmad Ian Fachrizal Alamat : Jl. Mampang Prapatan XIV Rt. 008/04 No. 23 Jens Kelamin : Laki-laki Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 8 Agustus 1993 121 No. Tlp/Hp : 083873528720 Jurusan/Fakultas : Matematika/FMIPA 8. Transkrip Wawancara Ahmad Ian Fachrizal Wawancara ini dilakukan pada Minggu, 10 September 2013 pada pukul 15.30 WIB. Wawacara dengan Ahmad Ian Fachrizal ini dilakukan di kampus UNJ, Rawamangun, Jakarta Timur. Berikut kutipan wawancaranya : Pertanyaan : Bagaimana intensitas komunikasi kelompok ini? Jawaban : Kita biasa melakukan kopdar setiap minggunya. Selain itu, kami juga menghabiskan waktu bersama untuk bermain futsal, nonton bareng pertandingan Persija, dan ikut kegiatan sosial misalnya saat terjadi bencana. Karena ruang lingkup kita tidak terlalu besar, biasanya kita juga nimbrung ke The Jakmania Pusat atau ke pemerintah daerah yang mengadakan kegiatan. Pertanyaan : Apakah Anda merasa nyaman dengan pola komunikasi yang diterapkan di kelompok ini? Jawaban : Ya tentu sangat nyaman makanya saya bisa bertahan dalam kelompok ini dalam waktu yang cukup lama, mulai dari anggota biasa sampai menjadi ketua saat ini. Semua berbaur secara merata. Para anggota juga selalu berusaha mengakrabkan diri satu sama lain. Menurut saya itu menjadi hal yang positif sebagai salah satu upaya meningkatkan keutuhan dan kekompakkan kelompok. 122 Pertanyaan : Sebagai ketua, bagaimana Anda mengatasi perbedaan pendapat antar anggota? Jawaban : Saya bukan hanya saat ini menjadi ketua kelompok. Di luar Jakmania saya juga pernah beberapa kali menjadi ketua kelompok sehingga cukup memahami bagaimana cara menyampaikan pesan yang baik kepada khalayak. Menurut saya, setiap anggota kelompok punya karakter yang berbeda-beda antara satu dan lainnya. Untuk itu, saya harus menyesuaikan penyampaian pesan saya dengan mereka. Pola penyampaian seperti apa sih yang bisa membuat mereka menangkap pesan saya dengan baik. Pertanyaan : Apa yang Anda lakukan agar perbedaan pendapat itu bisa diterima? Jawaban : Masing-masing anggota ingin mengeluarkan pendapatnya. Pendapatnya tentu ingin diterima dan dihargai. Biasanya kita tampung dulu setelah itu dipilih yang terbaik. Untuk memberikan instruksi kepada anggota perempuan, saya sering berlagak agak genit di depan mereka supaya mereka terhibur. Dengan begitu, saya yakin pesan yang ingin saya sampaikan bisa mereka terima dengan baik. Kalau dengan anggota pria, saya bisa lebih santai karena memang sudah akrab dengan mereka. 123 Pertanyaan : Apakah Anda selalu berusaha untuk menjaga keutuhan kelompok ini? Bagaimana caranya? Jawaban : Kita juga melihat dari sisi sejarah ya, dulu kita sempat vakum lama jadi sekarang kita usahain hal itu tidak pernah terulang lagi. Jadi kita mengatasi itu dengan saling menjaga kekompakkan dan silaturahmi. Kita juga menekankan agar setiap anggota selalu saling terbuka. Kita juga harus membuang jauh-jauh ego pribadi dalam kelompok ini. Pertanyaan : Apakah Anda merasa ada tekanan yang membuat Anda selalu setuju dengan keputusan kelompok? Seperti apa bentuk tekanan itu? Jawaban : Mungkin pas awal baru masuk sebagai anggota baru pernah, tapi sekarang ini saya justru selalu mengajak teman-teman yang lain untuk mengungkapkan pendapatnya secara bebas tanpa harus takut-takut. Tekanan yang saya rasakan dulu lebih kepada merasa tidak berani untuk mengungkapkan pendapat, sehingga selalu setuju dengan pendapat anggota lain yang sudah lama berada dalam kelompok ini. Pertanyaan : Apakah Anda pernah membenarkan hal-hal yang agak menyimpang demi keutuhan kelompok? Kalau pernah, apa contohnya? Jawaban : Kalau saya pribadi sebagai ketua selalu mengajak teman-teman untuk sebisa mungkin menghindarkan diri dari hal-hal menyimpang dan berbahaya, terutama saat sedang berkostum oranye. Soalnya, saya piker itu akan 124 merusak citra Persija yang saat ini cenderung buruk di masyarakat. Kita sebisa mungkin selalu menjaga diri dari hal-hal menyimpang. Pertanyaan : Seperti apa bentuk kekompakan dalam kelompok Anda? Berikan contohnya. Jawaban : Kami selalu berkumpul secara rutin setiap pekan. Semua ini dilakukan untuk menjaga keutuhan kelompok. Kami sengaja tidak membatasi komunikasi antara ketua dan anggota agar semua bisa berbaur menjadi satu. Dengan saling mengakrabkan diri, hubungan antar-anggota bisa semakin dekat. Dengan kedekatan hubungan itu, kami berharap kekompakan kelompok bisa terus terjaga. Supaya lebih solid, akrab, lebih tau bagaimana masing-masing personal. Kita juga jadi lebih dekat satu sama lain. Itu salah satu cara untuk membangun soliditas. Pertanyaan : Sebagai ketua, apa yang Anda lalukan untuk menjaga kekompakkan kelompok ini? Jawaban : Sebagai ketua, saya tidak ingin menjaga jarak dengan teman- teman. Saya justru berharap bisa lebih mendekatkan diri dengan teman-teman agar hubungan kami bisa terjaga dengan baik. Dengan begitu, saya juga jadi lebih mengetahui apa yang mereka rasakan selama berada dalam kelompok. Semua ini dilakukan untuk menjaga keutuhan kelompok. Kami sengaja tidak membatasi komunikasi antara ketua dan anggota agar semua bisa berbaur menjadi satu. Dengan saling mengakrabkan diri, hubungan antar-anggota bisa semakin dekat. 125 Dengan kedekatan hubungan itu, kami berharap kekompakan kelompok bisa terus terjaga. Sebagai ketua, saya juga tidak ingin menjaga jarak dengan teman-teman. Saya justru berharap bisa lebih mendekatkan diri dengan teman-teman agar hubungan kami bisa terjaga dengan baik. Dengan begitu, saya juga jadi lebih mengetahui apa yang mereka rasakan selama berada dalam kelompok. Pertanyaan : Apakah Anda pernah menganggap kelompok Anda yang terbaik dan kelompok lain buruk? Jawaban : Saya selalu menekankan agar kita lebih fokus ke internal saja karena kita juga bukan yang paking sempurna. Kita hanya berusaha untuk menjadi yang terbaik tanpa harus merendahkan komunitas lainnya. Kita introspeksi diri sendiri saja. Pertanyaan : Apakah pola komunikasi yang diterpkan berpengaruh terhadap kekompakkan kelompok? Apa contohnya? Jawaban : Peran komunikasi benar-benar penting bagi kami. Komuniaksi wajib berjalan secara efektif agar para anggota tidak sampai salah info. Kita pernah beberapa kali salah komunikasi sehingga berdampak fatal. Untuk itu, kami selalu berusaha untuk menjaga komunikasi. 126 1. Gambar screen shoot Twitter resmi @Orange_UNJ 2. Gambar screen shoot Twitter resmi @Orange_UNJ 127 3. Gambar halaman www.bolanews.com tentang rusuh suporter PersijaPersib 4. Gambar halaman www.bolanews.com tentang rusuh suporter PersijaPersib 2 128 5. Kopdar mingguan di Teater Terbuka UNJ, Rawamangun, Jakarta Timur. 6. Kopdar mingguan di Teater Terbuka UNJ, Rawamangun, Jakarta Timur. 129 130 CURRICULUM VITAE Tulus Muliawan Jl.H.Ilyas No.98 Rt.02/012 Kel. Jakamulya Bekasi Selatan Kota Bekasi, Jawa Barat 17146 Telp : 085719868700 E-mail: [email protected] DATA DIRI Tanggal lahir : 24 Juli 1991 Tempat lahir : Kota Bekasi, Jawa Barat Usia : 21 Status : Belum kawin Agama : Islam Hobi : Bulutangkis dan Jurnalistik Tinggi : 168 cm Berat : 60 kg Website : www.bolanews.com 131 LATAR BELAKANG PENDIDIKAN 1995-1996 TK Savitri CIkunir Bekasi, Jawa Barat 1996-2002 SD Negeri Jakasetia 4 Bekasi, Jawa Barat 2000 SD Negeri Wingkoharjo, Purworejo, Jawa Tengah 2003-2006 SMP Negeri 7 Bekasi, Jawa Barat 2006-2009 SMA Negeri 3 Bekasi, Jawa barat 2009-sekarang Jurusan Ilmu Komunikasi (Jurnalistik), Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta), Serang, Banten (sedang menyelesaikan skripsi) KEMAMPUAN YANG DIMILIKI ● Mengerti Bahasa Inggris pasif ● Memahami Dasar Jurnalistik ● Mampu membuat karya jurnalistik, baik tulis, visual dan audio visual ● Mampu mengoperasikan kamera foto dan video dengan baik ● Mampu mengoperasikan komputer PELATIHAN DAN SEMINAR Pelatihan Jurnalistik UNJ, ―Taklukan Dunia dengan Pena‖. Journalist Day UI 2010, ―Creanovative Journalism: Breaking The Habit To Be A Creative And Innovative Journalist‖. 132 a. ―Bersilat Pena Bagi Pewarta‖, bersama Yunas Santhani Azis (National Geographic Indonesia). b. ―Menulis Kreatif‖, bersama M Taufiqurohman (Majalah Tempo). c. ―Foto Jurnalistik, Gabungan Gambar dan Kata‖ bersama Arbain Rambey (Kompas). d. ―Capturing Your Creanovative Energy Through The Lens‖, bersama Jongki Handianto (Gatra). Pelatihan Fotografi Jurnalistik Journalist Day UI 2010 bersama Fikriya Hidayat (Kompas). Seminar dan Workshop Fotografi IPB, ―Nikon Goes To University‖, bersama Aloisius Novijan Sanjaya. Seminar Nasional IMIKI, ―Implementasi dan Dampak Televisi Berjaringan di Daerah‖. Seminar Nasional Konflik Agama, Komunikasi, dan Multikulturalisme (bedah buku ―Maluku Kobaran Cintaku‖ karya Ratna Sarumpaet). Fikom Unpad, Jatinangor. Journalist Day UI 2011, ―Investigative Journalism‖. Pelatihan Menulis Journalist Day UI 2011 bersama Majalah Tempo. Workshop Pers Kampus Majalah Gatra 2011. Seminar Beswan Djarum, ―Journalism Online‖ bersama Boediono Darsono. LPBA LIA (2011). Reporter Harian Pagi Radar Bekasi (desk pendidikan) 2012. (Magang) Kerja Praktek sebagai Reporter di TVRI Nasional Periode Oktober-November 2012. 133 PENGALAMAN ORGANISASI dan PRESTASI Pramuka Penggalang SMP Negeri 7 Bekasi. Sekretaris Persatuan Sepak Bola SMA Negeri 3 Bekasi. Reporter Lembaga Penerbitan Mahasiswa (LPM) ORANGE (2010). Pemimpin redaksi LPM ORANGE (2012). Penanggung jawab divisi news 50 UHF Untirta TV, televisi komunitas kampus (2012). 10 Besar Documentry Tourism Movie Competition 2012. (bersama UTV) Juara 3 Penulisan Investigasi dalam Workshop Pers Kampus Majalah Gatra 2011. (bersama LPM Orange) Juara 1 mahasiswa berprestasi Ilmu Komunikasi Untirta 2012. Juara 2 mahasiswa berprestasi FISIP Untirta 2012. PENGALAMAN KERJA Videografer di Lensa Empat Kreasi, Jasa Dokumentasi Acara dan Pernikahan. News Feeder di Bolanews.com, desk sepak bola Spanyol dan Olimpik (sejak 26 Desember 2012). Reporter Sport and Health Media (Kompas Gramedia), Agustus 2013. Menulis untuk Harian BOLA dan Bolanews.com, desk Olimpik dan Sepak Bola Internasional.