KOMUNIKASI KELOMPOK SUPORTER BOLA DALAM

advertisement
KOMUNIKASI KELOMPOK SUPORTER BOLA
DALAM MEMBENTUK KOHESIVITAS
(Studi Kasus Pada The Jakmania UNJ)
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Sidang Skripsi Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Ilmu Komunikasi pada Konsentrasi Jurnalistik Program Studi Ilmu Komunikasi
Oleh :
Tulus Muliawan
6662091725
KONSENTRASI JURNALISTIK
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2013
ii
PERNYATAAN ORISINALITAS
Yang bertandatangan di bawah ini :
Nama
: TULUS MULIAWAN
NIM
: 6662091725
Tempat Tangga Lahir : Bekasi, 24 Juli 1991
Program Studi
: Ilmu Komunikasi
Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul KOMUNIKASI KELOMPOK
SUPORTER BOLA DALAM MEMBENTUK KOHESIVITAS (Studi Kasus
Pada The Jakmania UNJ) adalah hasil karya sendiri, dan seluruh sumber yang
dikutip maupun yang dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. Apabila
kemudian hari skripsi ini terbukti mengandung unsur plagiat, maka gelar
kesarjanaan saya bisa dicabut.
Serang, Oktober 2013
TULUS MULIAWAN
iii
iv
v
ABSTRAK
Tulus Muliawan. NIM. 6662091725. Skripsi. Pola Komunikasi Kelompok
Dalam Membangun Kohesivitas Kelompok (Analisis Deskriptif The
Jakmania UNJ)
Penelitian ini dilatarbelakangi ketertarikan peneliti terhadap dunia sepak
bola. Salah satu area ketertarikan peneliti ada pada dinamika kelompok suporter di
Indonesia, khususnya The Jakmania. Fanatisme yang dimiliki para anggota The
Jakmania memberikan dampak positif pada perkembangan klub. Namun, tak
jarang pula memberikan dampak negatif. Meski memiliki latar belakang karakter,
sosial, atau budaya yang berbeda, The Jakmania mampu menjaga kohesivitas.
Untuk itu, peneliti tertarik melakukan penelitian guna melihat pembentukan
kohesivitas tersebut dari sudut pandang komunikasi. Pada penelitian ini, peneliti
memfokuskan penelitian pada The Jakmania UNJ. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengungkap pola komunikasi yang dilakukan The Jakmania UNJ untuk
membangun kohesivitas kelompok. Penelitian ini dilandasi oleh Teori Berpikir
Kelompok karya Irvin L. Janis. Teori ini menjelaskan bahwa kohesivitas
terbentuk lewat komunikasi yang intensif, antusiasme yang tinggi dari para
anggota kelompok, serta mengutamakan konsensus. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Peneliti menunjuk empat
informan kunci dan satu informan pendukung sebagai sumber informasi. Untuk
mengumpulakn data, peneliti menggunakan metode wawancara, observasi, dan
studi dokumentasi. Pemaparan dilakukan secara deskriptif untuk menjawab
pertanyaan yang telah diidentifikasikan sebelumnya. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa The Jakmania UNJ selalu menerapkan komunikasi yang baik
dan intensif untuk meningkatkan kohesivitas kelompok. Kohesivitas kelompok
tersebut terlihat dari kekompakkan dan soliditas yang terjalin di antara para
anggota kelompok. Penelitian ini juga mengungkap bahwa komunikasi punya
peran besar dalam meningkatkan kohesivitas kelompok.
Kata Kunci : Komunikasi Kelompok, Kohesivitas, The Jakmania UNJ
vi
ABSTRACT
Tulus Muliawan. NIM. 6662091725. Thesis. In Group Communication
Pattern to Build a Group Cohesiveness (Descriptive Anaysis The Jakmania
UNJ).
This research come from my interest about football. One of some my
interest is about the dynamic of Indonesian club supporters, especially The
Jakmania. The fabaticism that had by The Jakmania give lots of good influences
for the team (Persija). But, sometimes they also give a bad impact. Although they
have different character, social life, or culture, The Jakmania always keep their
Cohesiveness perfectly. From that fact, I try to make a research to see how
cohesiveness were build from communication perspective. In this research, I have
my focused to The Jakmania UNJ. The intention of this research are to reveal
communication pattern thai done by The Jakmania UNJ to build a cohesiveness. I
using Grup Think theory from Irvin L. Janis as a basic of this research. This
theory said that ini cohesiveness were build by a high intensity communication,
high enthusiasm of the group members , and they always try to find a consensus
as a priority. The method used in this research is descriptive qualitative.
Researchers pointed to four key informants and the informants support as
resources. To compile the data, researchers using interviews, observation, and
documentation study. Be descriptive presentation to answer questions that have
been identified previously. Results of this study indicate that the Jakmania UNJ
always apply good communication and intensively to build group cohesiveness.
Group cohesiveness is evident from the compactness and solidity that exists
among the members of the group. The study also revealed that communication
had a big role in improving group cohesiveness.
Keywords: Group Communication, Group Cohesiveness, The Jakmania UNJ
vii
Jakob Oetama bersama PK. Ojong membangun Kompas
Gramedia dengan modal keyakinan. Keyakinan tersebut mampu
mengembangkan empat pegawai di tahun 65 menjadi 21 ribu
lebih pegawai di tahun 2013.
Namun, jangan lupa. Ada mimpi, usaha, dan doa yang menyertai
keyakinan itu…
“Bermimpi, berusaha, dan berdoa ; Kunci sukses
kehidupan”
(Tulus Muliawan)
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. Atas berkah,
rahmat, dan hidayah dari-Nya, skripsi yang berjudul ―Pola Komunikasi Kelompok
Dalam Membangun Kohesivitas Kelompok (Analisis Deskriptif The Jakmania
UNJ)‖ ini Alhamdulillah dapat diselesaikan tepat waktu.
Dalam proses pembuatan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan
dari sejumlah pihak sehingga skripsi ini bisa diselesaikan dengan baik. Pada
kesempatan ini, penulis mempersembahkan ucapan terima kasih kepada pihak –
pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, diantaranya adalah :
1. Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd, selaku Rektor Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa.
2. Dr. Agus Sjafari, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sultas Ageng Tirtayasa.
3. Kandung Sapto N, S.Sos,. M.Si, selaku Pembatu Dekan I Bidang
Akademik, Mia Dwianna, S.Sos., M.Ikom, selaku Pembatu Dekan II
Bidang Keuangan, dan Ismanto, S.Sos., MM, selaku Pembatu Dekan III
Bidang Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sultas Ageng Tirtayasa.
4. Neka Fitriyah, S.Sos., M.Si, selaku Ketua Jurusan Program Studi Ilmu
Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultas
Ageng Tirtayasa serta Puspita Asri Praceka, S.Sos., M.Ikom, selaku
Sekertaris Jurusan Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
5. Naniek Afrilla Framanik, S.Sos, M.Si, selaku dosen pembimbing satu dan
Burhanudin M, SE, M.Si, selaku dosen pembimbing dua, yang telah
menyediakan waktunya untuk membimbing penulis dengan sabar selama
ix
hampir satu tahun terakhir. Serta seluruh dosen pengajar di program studi
Ilmu Komunikasi.
6. Agung Nugroho, Ahmad Ian Fachrizal, Naufal Fadhlan, Eko Ramdani,
dan Larico Ranggamone, selaku informan peneltian yang telah
memberikan bantuan sangat besar untuk penelitian ini.
7. Kedua orang tua, Bapak Pursito dan Ibu Winarti dan keluarga besar di
Bekasi. Keluarga kecil di Serang, Mas Iman Suwaja, Mbak Titik
Setyowati, Kezia dan Rachel, serta Mas Paimo, Mbak Rini, dan Tole, yang
menjadi teman hidup penulis selam menuntut ilmu di Serang. Terima
kasih atas segala dukungan dan do’a yang diberikan sehingga penulis
dapat menyelesaikan kuliah sampai meraih gelar sarjana.
8. Teman setia, Henry, Dochi, Susa, Widya, dan semua teman-teman Ilmu
Komunikasi 2009 baik jurnalistik maupun humas. Keluarga besar Orange
Pers dan Untirta TV, tempat penulis mengembangkan minat dan bakat.
Terima kasih atas waktu dan pengalaman yang pernah dibagikan.
9. Yulisesa Eka Fazriani, teman spesial yang selalu mengisi keseharian
penulis dengan cerita yang beragam. Sahabat-sahabat GOES, tempat
penulis berbagi kisah indah sejak masa SMA.
10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.
Penulis sadar, skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu, penulis
bersedia menerima saran serta kritik sebagai bahan instropeksi diri dan
pembelajaran.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Serang, Oktober 2013
Penulis
Tulus Muliawan
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................. iv
ABSTRAK ......................................................................................................... v
ABSTRACT ...................................................................................................... vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... vii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR....................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 7
1.3 Identifikasi Masalah ........................................................................... 7
1.4 Tujuan Penelitian................................................................................ 7
1.5 Manfaat Penelitian .............................................................................. 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komunikasi ........................................................................................ 9
2.1.1 Definisi Komunikasi ........................................................................ 9
2.1.2 Unsur Komunikasi ......................................................................... 11
2.1.3 Fungsi Komunikasi ........................................................................ 12
2.1.4 Jenis Komunikasi .......................................................................... 15
2.2 Komunikasi Kelompok ..................................................................... 15
2.2.1 Definisi Komunikasi Kelompok..................................................... 15
2.2.2 Fungsi Komunikasi Kelompok ...................................................... 17
2.3 Kohesivitas ....................................................................................... 18
2.3.1 Definisi Kohesuvutas ..................................................................... 18
2.3.2 Kohesivitas Kelompok................................................................... 18
2.4 Suporter............................................................................................ 20
2.5 The Jakmania ................................................................................... 20
2.6 Teori berpikir Kelompok .................................................................. 22
2.7 Kerangka Berpikir ............................................................................ 28
2.8 Penelitian Sebelumnya ..................................................................... 29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Paradigma Post Positivistik .............................................................. 32
3.2 Metode Penelitian ............................................................................. 33
3.3 Teknik Penelitian.............................................................................. 34
xi
3.4 Teknik Pengumpulan Data................................................................ 34
3.5 Informan Penelitian .......................................................................... 37
3.6 Teknik analisis Data ......................................................................... 38
3.7 Uji Validitas Data ............................................................................. 40
3.8 Lokasi dan Jadwal Penelitian ............................................................ 41
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Obyek penelitian ............................................................... 43
4.1.1 The Jakmania UNJ ........................................................................ 44
4.2 Deskripsi Data Informan................................................................... 48
4.2.1 Eko Ramdhani ............................................................................... 48
4.2.2 Ahmad Ian Fachrizal ..................................................................... 49
4.2.3 Agung Nugroho ............................................................................. 49
4.2.4 Naufal Fadhlan .............................................................................. 50
4.2.5 Larico Ranggamone ....................................................................... 46
4.3 Pembahasan...................................................................................... 51
4.3.1 Komunikasi kelompok dalam The Jakmania UNJ .......................... 52
4.3.2 Kohesivitas kelompok The Jakmania UNJ ..................................... 67
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ...................................................................................... 80
5.2 Saran ................................................................................................ 82
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 84
LAMPIRAN ................................................................................................... 103
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Penelitian Sebelumnya .................................................................... 29
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ............................................................................. 42
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ............................................................... 28
Gambar 4.1 Lima Macam Jaringan Komunikasi ........................................ 57
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Biodata Eko Ramdhani........................................................................... 103
2. Transkrip Wawancara Eko Ramdhani .................................................. 103
3. Biodata Agung Nugroho ......................................................................... 109
4. Transkrip Wawancara Agung Nugroho ................................................ 109
5. Biodata Naufal Fadhlan .......................................................................... 115
6. Transkrip Naufal Fadhlan ...................................................................... 115
7. Biodata Ahmad Ian Fachrizal ................................................................ 120
8. Transkrip Wawancara Ahmad Ian Fachrizal ....................................... 121
9. Screen shoot Twitter resmi @Orange_UNJ ........................................... 126
10. Screen shoot Twitter resmi @Orange_UNJ ......................................... 126
11. Gambar halaman www.bolanews.com ................................................ 127
12. Gambar halaman www.bolanews.com 2 ............................................. 127
13. FOTO Kopdar mingguan di Teater Terbuka UNJ ................................. 128
14. FOTO Kopdar mingguan di Teater Terbuka UNJ ................................... 128
15. Curriculum Vitae Peneliti ............................................................................ 129
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Penelitian ini berawal dari ketertarikan peneliti terhadap dunia sepak bola.
Salah satu hal yang mengundang ketertarikan peneliti adalah dinamika dan
fanatisme suporter di Indonesia, khususnya The Jakmania, kelompok pendukung
klub Persija Jakarta. Peneliti tertarik meneliti tentang bagaimana para anggota The
Jakmania bisa menjalin kekompakkan –dalam penelitian ini lebih sering disebut
sebagai kohesivitas—meski masing-masing dari mereka memiliki latar belakang
sosial, budaya, dan karakter pribadi yang berbeda. Sebagai mahasiswa Ilmu
Komunikasi, tentunya penulis akan membahas masalah ini dari perspektif
komunikasi, yaitu komunikasi kelompok. Pada peneltitian ini, peneliti menaruk
fokus penelitian pada salah satu bagian kecil dari keluarga besar The Jakmania,
yakni The Jakmania UNJ.
Tidak bisa dimungkiri, dewasa ini sepak bola menjadi hal yang sulit
dipisahkan dari keseharian masyarakat. Penyebabnya, olah raga yang dimainkan
11 orang dalam satu tim tersebut sudah menjadi salah satu sarana hiburan
masyarakat, yang tak tergantikan oleh hiburan yang lainnya. Peran sepak bola
sebagai sarana hiburan masyarakat tersebut, berlangsung hampir di seluruh
penjuru dunia, termasuk di Indonesia.
Besarnya pengaruh sepak bola bagi kebutuhan hiburan masyarakat
Indonesia dibuktikan dengan antusiasme yang tinggi dari masyarakat. Di Solo,
1
2
Jawa Tengah, sepak bola telah menjadi sarana hiburan massal masyarakat yang
tidak tertandingi sejak zaman Kerajaan Surakarta Hadiningrat. Saat itu, Sri
Susuhan X (1893-1939) kerap mengadakan pasar malam di sepuluh malam
terakhir di bulan puasa. Panitia pasar malam menambah semarak malam
menjelang lebaran tersebut dengan pertandingan sepak bola malam hari.
Stadion Sriwedari Solo kala itu dibanjiri penonton, terlebih lagi jika yang
bertanding adalah PSIM Yogyakarta melawan tuan rumah Persis Solo. Penonton
yang datang bukan hanya dari Solo dan Yogyakarta, tetapi juga dari kota-kota lain
di Jawa Tengah dan Jawa Timur1. Kenyataan tersebut telah menggambarkan
betapa hebatnya daya tarik sepak bola terhadap kebutuhan hiburan masyarakat.
Jarak dan waktu bukan menjadi halangan bagi masyarakat untuk tetap menikmati
sebuah pertandingan sepak bola pada waktu itu.
Seiring perkembangan zaman, sepak bola Indonesia semakin universal.
Tidak ada lagi batasan-batasan tertentu bagi penggemar sepak bola, seperti usia
dan jenis kelamin. Laki-laki dan perempuan menyukai sepak bola. Hal itu dapat
dibuktikan dengan perbauran mereka di tribun penonton pada banyak
pertandingan sepak bola hampir di seluruh Indonesia. Fakta tersebut sekaligus
menunjukkan bahwa sepak bola bukan hanya olah raga bagi laki-laki, tetapi juga
bagi kaum perempuan. Perbedaan gender bukan menjadi halangan bagi
penggemar sepak bola.
1
Arief Natakusumah. 2000. Drama Itu Bernama Sepak Bola. Elex Media. Jakarta. hlm 76.
3
Sejarah sepak bola Indonesia membuktikan, para penonton atau lebih
dikenal dengan suporter, sudah menjadi hal penting yang mempengaruhi kinerja
sebuah tim sepak bola. Melalui dukungan langsung baik dari stadion maupun
melalui layar televisi, tidak bisa dimungkiri bahwa penampilan sebuah tim sepak
bola cenderung menjadi lebih baik. Dorongan psikologis dari para suporter
menumbuhkan semangat dalam diri setiap pemain yang bermain dalam sebuah
pertandingan sepak bola. Kita bisa melihat buktinya pada turnamen Piala AFC
2007 di Jakarta. Dukungan penuh suporter membuat Indonesia berhasil
mengalahkan Bahrain di laga awal dengan permainan yang memukau. Meski
akhirnya harus takluk dari Arab Saudi dan Korea Selatan, penampilan Bambang
Pamungkas dan kawan-kawan tetap dipuji para suporter.
Kembali ke The Jakmania. Sebagai salah satu kelompok suporter terbesar
di Indonesia, The Jakmania tidak hanya terdiri dari penduduk Jakarta yang
notabene adalah daerah asal klub Persija. Anggota Jakmania juga berasal dari
berbagai daerah di Indonesia. Para suporter daerah tersebut juga mendirikan
koordinator wilayah atau korwil masing-masing di daerahnya, seperti The
Jakmania Bogor, Banten, Bandung, Malang, Kalimantan, dan bahkan Makassar.
Kelompok-kelompok tersebut merupakan bagian dari keluarga besar The
Jakmania. The Jakmania juga membagi kelompok suporternya ke dalam
kelompok yang lebih kecil, yang sering disebut subkorwil. Subkorwil biasanya
terdiri dari kelompok yang anggotanya lebih sedikit atau spesifik, seperti The
Jakmania Pondok Kopi yang berada di bawah korwil Kalimalang, The Jakmania
Kranji yang berada di bawah korwil Bekasi, dan lain sebagainya. Dalam
4
penelitian ini, peneliti akan memfokuskan diri pada kelompok The Jakmania
Universitas Negeri Jakarta (UNJ) yang berada di bawah korwil Rawamangun.
Menurut perspektif komunikasi, perwakilan-perwakilan daerah Jakmania
itu merupakan kelompok kecil. Kelompok kecil diartikan sebagai sekumpulan
perorangan yang relatif kecil yang masing-masing dihubungkan oleh beberapa
tujuan yang sama dan mempunyai derajat organisasi tertentu diantara mereka.
Kelompok kecil tersebut memiliki karakteristik tertentu. Pertama, kelompok kecil
merupakan sekumpulan orang yang jumlahnya cukup kecil sehingga semua
anggota bisa berkomunikasi dengan mudah sebagai pengirim dan penerima
dengan mudah. Kedua, di dalam kelompok kecil perilaku seorang anggota
menjadi nyata bagi semua anggota lainnya. Ketiga, diantara anggota kelompok
harus ada tujuan yang sama. Hal ini tidak berarti bahwa semua anggota harus
mempunyai tujuan yang persis sama untuk menjadi anggota kelompok. Akan
tetapi, pada umumnya harus ada alasan serupa bagi perorangan itu untuk
berinteraksi. 2
Setiap manusia perlu berinteraksi, demikian pula manusia-manusia yang
berada dalam sebuah kelompok. Dalam sebuah literatur dijelaskan bahwa anggota
kelompok perlu melakukan komunikasi kelompok karena berkaitan dengan
produktivitas kelompok atau upaya-upaya untuk mencapai produktivitas tersebut.
Caranya adalah melalui masukan dari anggota (member input), variabel perantara
(mediating variabels), dan keluaran dari kelompok (group output).
2
Josep Devito. 2004. Komunikasi Antar Manusia. Karisma. Jakarta. hlm 306.
5
Masukan atau input yang berasal dari anggota kelompok dapat
diidentifikasikan sebagai perilaku, interkasi, dan harapan yang bersifat individual.
Sementara itu, variabel perantara merujuk pada struktur formal dan struktur peran
dari kelompok seperti status, norma, dan tujuan kelompok. Kemudian, yang
dimaksud dengan output kelompok adalah pencapaian atau prestasi dari tugas atau
tujuan kelompok, yang mengarah pada produktivitas, semangat, dan keterpaduan
kelompok.3
Keterpaduan atau soliditas kelompok dalam kajian psikologi komunikasi
biasa dikenal dengan istilah kohesivitas kelompok atau group cohesiveness.
Collins dan Raven mengartikan kohesivitas kelompok sebagai kekuatan yang
mendorong anggota kelompok untuk tetap tinggal dalam kelompok, dan
mencegah meninggalkan kelompok. Menurut McDavid dan Harari, kohesivitas
suatu kelompok dapat diukur melalui beberapa cara diantaranya dari keterikatan
anggota secara interpersonal satu sama lain, ketertarikan anggota pada kegiatan
dan fungsi kelompok, serta sejauh mana anggota tertarik pada kelompok sebagai
alat untuk memuaskan kebutuhan personalnya. Kelompok yang sangat kohesif
mempunyai suasana yang mempertinggi respon atau umpan balik, dan arena itu
mendorong komunikasi yang lebih efektif.
Kohesivitas yang dibangun dengan komunikasi kelompok sangat
dipengaruhi oleh tingkah laku anggota kelompok. Dalam buku Psikologi
Kelompok karya Jalaluddin Rakhmat dikatakan bahwa semakin tinggi intensitas
komunikasi dalam kelompok, semakin tinggi pula kohesivitas kelompok.
3
Jalaluddin Rakhmat. 2004. Psikologi Komunikasi. Rosda. Bandung. hlm 309.
6
Tingginya tingkat soliditas atau kohesivitas kelompok juga akan membuat
semakin tinggi pula rasa saling memiliki antara anggota kelompok. 4 Dengan
demikian, komunikasi jelas memiliki pengar yang besar terhadap kohesivitas
kelompok.
Dalam kehidupan berkelompok, tidak mudah tentunya untuk membangun
sebuah suasana di mana para anggotanya berada dalam kondisi yang padu atau
kohesif. Apalagi jika para anggota kelompok berasal dari latar belakang berbeda,
seperti yang terjadi dalam kelompok The Jakmania UNJ. Sebuah universitas
umumnya tidak hanya terdiri dari mahasiswa lokal, tetapi juga mahasiswa dari
berbagai daerah. Apalagi universitas sebesar UNJ, yang notabene universitas
terkemuka berskala nasional. Para anggota The Jakmania UNJ berasal dari latar
belakang sosial dan budaya yang berbeda. Beberapa dari mereka datang dari
berbagai wilayah di Indonesia, namun perbedaan latar belakang itu bisa bersatu di
bawah bendera The Jakmania. Hal itu lah yang membuat peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian ini.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui
lebih lanjut bagaimana komunikasi kelompok yang dilakukan untuk membentuk
kohesivitas dengan mengadakan penelitian berjudul ‖Komunikasi Kelompok
Suporter Bola dalam Membentuk Kohesivitas (Studi Kasus pada The Jakmania
UNJ)‖.
4
Jalaluddin Rakhmat. op. cit. hlm 346.
7
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah dikemukakan di atas, maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut:
Bagaimana komunikasi kelompok yang dilakukan dalam membentuk kohesivitas
suporter The Jakmania UNJ?
1.3 Identifikasi Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat diidentifikasikan
sebagai berikut :
1) Bagaimana komunikasi kelompok dalam The Jakmania UNJ?
2) Bagaimana kohesivitas kelompok suporter The Jakmania UNJ?
3) Bagaimana komunikasi kelompok dalam membentuk kohesivitas kelompok
The Jakmania UNJ?
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan
yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Untuk mengetahui komunikasi kelompok dalam The Jakmania UNJ
2) Untuk mengetahui kohesivitas kelompok suporter The Jakmania UNJ
3) Untuk mengevaluasi komunikasi kelompok dalam membentuk kohesivitas
kelompok The Jakmania UNJ
8
1.5 Manfaat Penelitian
Peneliti berharap penelitian ini bisa berguna bagi banyak pihak di
kemudian hari. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1) Bagi akademis, dapat menambah pengetahuan dan wawasan, terutama terkait
dengan masalah dalam penelitian ini. Selain itu, penelitian ini juga dapat
dijadikan bahan bacaan atau literatur tambahan bagi peneliti-peneliti
selanjutnya yang tertarik terhadap bidang kajian ini.
2) Bagi praktisi, dapat dijadikan bahan masukan mengenai penerapan
komunikasi kelompok dalam membangun kohesivitas kelompok, sehingga
diharapkan dapat membuat kelompok dengan kohesivitas yang tinggi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komunikasi
2.1.1 Definisi Komunikasi
Istilah komunikasi atau communication berasal dari bahasa Latin, yaitu
communication yang berarti pemberitahuan atau pertukaran. Kata sifatnya
communis, yang bermakna umum atau bersama-sama. Sama disini adalah sama
makna. Jadi kalau dua orang terlibat komunikasi, misalnya dalam bentuk
percakapan, maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan
makna mengenai apa yang dipercakapkan. Percakapan kedua orang tadi dikatakan
komunikatif apabila kedua-duanya, selain mengerti bahasa yang dipergunakan,
juga mengerti makna dari bahan yang dipercakapkan. 5
Para pakar memiliki pandangannya masing-masing dalam mendefinisikan
ilmu komunikasi. Menurut Harold Lasswell komunikasi adalah proses
penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan melalui media yang
menimbulkan efek tertentu. Menurut Lasswell, cara terbaik untuk menjelaskan
komunikasi ialah menjawab pertanyaan Who Says What In Which Channel To
Whom With What Effect? Artinya siapa bicara apa melalui media apa kepada siapa
dan apa efek yang ditimbulkan? Menurutnya, komunikasi meliputi lima unsur
penting sebagai jawaban dari pertanyaan tersebut, yaitu komunikator, pesan,
media, komunikan, dan efek. Singkatnya, komunikasi adalah proses penyampaian
5
Onong Utjana Effendy. 2007. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Rosda. Bandung. hlm 9.
9
10
pesan dari komunikator kepada komunikan melalui media yang bisa menimbulkan
efek tertentu.
Pakar yang lain juga memberikan definisi tentang komunikasi. Menurut
Berger dan Chaffe (1983:17), ilmu komunikasi merupakan ilmu yang mencari
untuk memahami mengenai produksi, pemrosesan dan efek dari simbol serta
sistem signal, dengan mengembangkan pengujian teori-teori menurut hukum
generalisasi guna menjelaskan fenomena yang berhubungan dengan produksi,
pemrosesan, dan efeknya.
Menurut Shannon dan Weaver komunikasi adalah bentuk interaksi
manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain, sengaja atau tidak sengaja dan
tidak terbatas pada bentuk komunikasi verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi
muka, lukisan, seni, dan teknologi. 6
Pakar komunikasi Joseph Devito juga memberikan pandangannya soal
definisi komunikasi. Menurutnya, komunikasi merupakan suatu kegiatan
penyampaian atau penerimaan pesan yang dilakukan seseorang atau lebih, yang
mendapat
distorsi dari gangguan-gangguan dalam suatu konteks yang
menimbulkan efek dan kesempatan untuk arus balik.7
Oleh sebab itu, Devito menilai komunikasi meliputi beberapa komponen
yang terdiri dari konteks, sumber, penerima, pesan, saluran, gangguan, proses
penyampaian atau encoding, proses penerimaan atau decoding, serta efek.
Menurut Devito, komponen-kompenen tersebut merupakan inti dari komunikasi,
yang menilai bahwa komponen itu sangat berpengaruh dalam menentukan
6
7
Deddy Mulyana. op. cit. hlm 68.
Onong Utjana Effendy. op. cit. hlm 9.
11
berlangsungnya sebuah proses yang bernama komunikasi. Jadi, dapat disimpulkan
bahwa komunikasi merupakan proses penyampaian suatu pesan dari komunikator
kepada komunikan melalui media tertentu dalam kurun waktu tertentu dan
mengharapkan respon.
2.1.2 Unsur-unsur Komunikasi
Berdasarkan definisi yang dibuat pakar komunikasi Harold Lasswell,
komunikasi memiliki lima unsur yang saling berketergantungan satu sama lain,
diantaranya adalah sumber (source), sering disebut juga pengirim (sender),
penyandi (encoder), komunikator dan pembicara. Selanjutnya, Lasswell
menyebutkan lima unsur utama komunikasi, yaitu :
1) Sumber (komunikator), yaitu pihak yang berinisiatif atau mempunyai atau
kebutuhan untuk berkomunikasi. Sumber bisa menjadi seorang individu,
kelompok, atau bahkan sebuah organisasi. Proses ini dikenal dengan
penyandian (encoding).
2) Pesan, yaitu seperangkat simbol verbal atau non-verbal yang mewakili
perasaan, nilai dan gagasan dari komunikator.
3) Saluran, yaitu alat atau wahana yang digunakan komunikator untuk
menyampaikan pesannya kepada penerima. Saluran merujuk kepada
penyampaian pesan, bisa melalui tatap muka, atau lewat media (cetak
/elektronik)
12
4) Penerima, yaitu orang yang menerima pesan dari sumber, yang biasa disebut
dengan sasaran/tujuan, komunikate, penyandi-balik, khalayak, pendengar, atau
penafsir.
5) Efek, yaitu kejadian pada penerima setelah ia menerima pesan tersebut,
meliputi penambahan pengetahuan, terhibur, perubahan sikap, perubahan
keyakinan, atau perubahan perilaku.
2.1.3 Fungsi Komunikasi
Sejumlah pakar komunikasi memiliki pendapat yang berbeda-beda soal
fungsi komunikasi. Akan tetapi, semua merujuk pada titik yang sama, yakni
menyebarkan informasi untuk memberikan efek tertentu terhadap pesan yang
disampaikan oleh komunikator.
Menurut Judy C. Pearson dan Paul E. Nelson, komunikasi mempunyai dua
fungsi umum. Pertama, untuk kelangsungan hidup sehari-hari, meliputi
keselamatan fisik, meningkatkan kesadaran pribadi, menampilkan diri kita pada
orang lain dan mencapai ambisi pribadi. Kedua, untuk kelangsungan hidup
masyarakat, tepatnya untuk memperbaiki hubungan sosial dan mengembangkan
keberadaan suatu masyarakat.8
Menurut William I. Gorden, komunikasi memiliki empat fungsi, yakni
komunikasi sosial, komunikasi ekspresif, komunikasi ritual, dan komunikasi
instrumental. Berikut penjabarannya :
8
Onong Utjana Effendy. op. cit. hlm 5.
13
1) Fungsi komunikasi sosial, komunikasi penting untuk membangun konsep diri
kita, aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk terhindar dari tekanan
dan ketegangan, antara lain dengan memupuk hubungan dengan orang lain.
2) Fungsi komunikasi ekspresif, komunikasi menjadi instrument dalam
menyampaikan perasaan (emosi).
3) Fungsi komunikasi ritual, biasanya dilakukan secara kolektif. Mereka
berpartisipasi dalam bentuk komuniaksi ritual untuk menegaskan komitmen
mereka kepada tradisi keluarga, komunitas, suku, bangsa, atau negara mereka.
4) Fungsi komunikasi instrumental, fungsi ini menginformasikan, mengajar,
mendorong, mengubah sikap, menggerakan tindakan, dan juga menghibur. 9
Sean
MacBride
juga
memberikan
pandangannya
tentang
fungsi
komunikasi. Menurutnya, komunikasi punya fungsi yang jauh lebih banyak dari
yang sebelumnya diungkapkan William. Menurut MacBride, setidaknya
komunikasi memiliki delapan fungsi, yang terdiri dari :
1) Informasi, yakni pengumpulan, penyimpanan, pemrosesan, penyebaran berita,
data, gambar, fakta dan pesan, opini dan komentar yang memberikan
pengaruh terhadap lingkungan, serta mengambil keputusan dengan tepat.
2) Sosialisasi, yakni penyediaan sumber ilmu pengetahuan yang memungkinkan
orang bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang efektif dan
membuat dia sadar akan fungsi sosialnya, sehingga ia dapat aktif di
masyarakat.
9
Deddy Mulyana. 2008. op. cit. hlm 5.
14
3) Motivasi, yakni menjelaskan tujuan masyarakat baik jangka pendek maupun
jangka panjang, mendorong orang menentukan pilihannya dan keinginannya,
serta mendorong kegiatan individu dan kelompok berdasarkan tujuan yang
dikejar bersama.
4) Perdebatan dan diskusi, yakni menyediakan dan saling menukar fakta yang
diperlukan untuk memungkinkan persetujuan atau menyelesaikan perbedaan
pendapat mengenai masalah publik, menyedakan bukti-bukti yang relevan
sesuai kebutuhan masyarakat umum dengan tujuan agar masyarakat lebih
melibatkan diri dalam masalah yang menyangkut kepentingan bersama.
5) Pendidikan, yakni pengalihan ilmu pengetahuan sehingga mengembangkan
intelektual, pembentukan watak, dan pendidikan keterampilan serta kemahiran
yang diperlukan pada semua bidang kehidupan.
6) Memajukan kebudayaan, yakni penyebarluasan hasil kebudayaan dan seni
dengan maksud melestarikan warisan masa lalu, perkembangan kebudayaan
dengan memperluas horizon seseorang, membangun imajinasi, serta
mendorong kreativitas seseorang sesuai kebutuhan estetikanya.
7) Hiburan, yakni penyebarluasan simbol, sinyal, suara, dan citra dari drama, tari,
kesenian, kesusastraan, komedi, olah raga, dan lain sebagainya untuk
kesenangan.
8) Intergrasi, yakni menyediakan bagi bangsa, kelompok, dan individu
kesempatan untuk memperoleh berbagai pesan yang diperlukan agar mereka
dapat saling mengenal dan menghargai kondisi, pandangan, serta keinginan
orang lain.
15
2.1.4 Jenis Komunikasi
Banyak pakar komunikasi mengklasifikasikan komunikasi berdasarkan
konteksnya. Sama halnya dengan definisi komunikasi, konteks atau jenis
komunikasi juga banyak didefinisikan secara berbeda-beda. Menurut Verderber
misalnya, konteks komunikasi terdiri dari konteks fisik, konteks sosial, konteks
historis, konteks psikologis, dan konteks kultural.
Sementara itu, G.R. Miller membagi komunikasi menjadi enam kategori.
Indikator paling umum untuk mengklasifikasikan komunikasi berdasarkan
konteks atau tingkatanya adalah jumlah peserta yang terlibat dalam komunikasi
tersebut. Enam kategori tersebut terdiri dari, komunikasi intrapribadi, komunikasi
antarpribadi, komunikasi kelompok, komunikasi publik, komunikasi organisasi,
dan komunikasi massa. Keenam kategori ini yang sering dipahami sebagai jenisjenis komunikasi yang absolut. 10
2.2 Komunikasi Kelompok
2.2.1 Definisi Komunikasi Kelompok
Kelompok adalah sekumpulan orang-orang yang terdiri dari dua atau tiga
orang bahkan lebih. Kelompok memiliki hubungan yang intensif di antara para
anggotanya. Intensitas hubungan di antara mereka merupakan persyaratan utama
yang dilakukan oleh orang-orang dalam kelompok tersebut. Kelompok juga
memiliki tujuan dan aturan yang dibuat sendiri dan merupakan kontribusi arus
10
Deddy Mulyana. 2008. Komunikasi Suatu Pengantar, Rosda, Bandung, hlm 78.
16
informasi di antara para anggota sehingga mampu menciptakan atribut kelompok
sebagai identitas yang khas yang melekat pada kelompok tersebut.11
Menurut Deddy Mulyana, dalam buku berjudul Ilmu Komunikasi Suatu
Pengantar, kelompok didefinisikan sebagai sekumpulan orang yang mempunyai
tujuan bersama, yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama
(adanya hubungan saling berketergantungan), mengenal satu sama lainnya, dan
memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut.
Bentuk kelompok sangat bermacam-macam. Mulai dari keluarga,
tetangga, kawan-kawan, kelompok diskusi, kelompok pemecahan masalah, atau
suatu komite yang tengan melakukan rapat untuk mengambil suatu keputusan.
Dengan demikian, komunikasi kelompok biasanya merujuk pada komunikasi
yang dilakukan kelompok kecil, jadi bersifat tatap muka. Umpan balik dari
seorang peserta dalam komunikasi kelompok masih bisa diidentifikasi dan
ditanggapi langsung oleh peserta lainnya.
Komunikasi kelompok memfokuskan pembahasannya pada interaksi di
antara orang-orang dalam kelompok kecil. Komunikasi kelompok juga melibatkan
komunikasi antarpribadi. 12 Kelompok merupakan kegiatan yang tak terpisahkan
dengan kehidupan kita, karena kelompok memungkinkan kita dapat berbagi
informasi, pegalaman, dan pengetahuan dengan anggota kelompok yang lain.
11
Burhan Bungin. 2006. Sosiologi Komunikasi; Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi
Komunikasi di Masyarakat. Kencana. Jakarta. hlm. 266.
12
Hafied Cangara. 2008. Pengantar Ilmu Komunikasi. Grafindo. Jakarta, hlm 252.
17
2.2.2 Fungsi Komunikasi Kelompok
Keberadaan suatu kelompok ditandai dengan adanya fungsi-fungsi yang
akan dilaksanakannya. Fungsi-fungsi tersebut dimanfaatkan untuk kepentingan
masyarakat, kelompok, dan para anggota kelompok itu sendiri. Berikut adalah
fungsi-fungsi tersebut.13
1) Fungsi hubungan sosial, yakni bagaimana suatu kelompok mampu
memelihara dan memantapkan hubungan sosial di antara para anggotanya.
2) Fungsi pendidikan, yakni bagaimana sebuah kelompok secara formal maupun
informal bekerja untuk mencapai dan mempertukarkan pengetahuan. Fungsi
ini akan sangat efektif jika setiap anggota membawa pengetahuan yang
bermanfaat bagi kelompoknya.
3) Fungsi persuasi, yakni bagaimana seorang anggota kelompok mempersuasi
anggota kelompok lainnya supaya melakukan atau tidak melakukan sesuatu.
4) Fungsi pemecahan masalah, yakni pemecahan masalah berkaitan dengan
penemuan alternatif atau solusi yang tidak diketahui sebelumnya, sedangkan
pembuat keputusan berhubungan dengan pemilihan antara dua atau lebih
solusi.
5) Fungsi terapi, yakni objek dari kelompok terapi adalah membantu setiap
individu
mencapai
perubahan
personalnya.
Individu
tersebut
harus
berinteraksi dengan anggota kelompok lainnya guna mendapatkan manfaat,
namun usaha utamanya adalah membantu dirinya sendiri, bukan membantu
kelompok mencapai konsensus.
13
Ibid, hlm 270.
18
2.3 Kohesivitas
2.3.1 Definisi Kohesivitas
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi III tahun 2008, kohesi
diartikan sebagai kekuatan tarik-menarik di antara molekul-molekul dalam suatu
benda. Sedangkan dalam perspektif sosial, kohesi berarti hubungan yang erat;
perpaduan yang kukuh; melekat satu sama lain, dan padu. Secara singkat
kohesivitas bias diartikan sebagai kekompakkan, soliditas, yang terangkum dalam
sebuah kesatuan.
2.3.2 Kohesivitas Kelompok
Menurut Collins dan Raven, kohesivitas kelompok didefinisikan sebagai
kekuatan yang mendorong anggota kelompok untuk tetap tinggal dalam kelompok
dan mencegah meninggalkan kelompok. Kohesivitas kelompok merupakan suatu
keadaan di mana kelompok memiliki solidaritas tinggi, saling bekerja sama
dengan baik, dan memiliki komitmen bersama yang kuat untuk mencapai tujuan
kelompok sehingga anggota kelompoknya merasa puas.
14
Dalam kelompok yang
kohesif anggotanya mempersepsi anggota kelompok yang lain secara positif
sehingga konflik dan pertentangan selalu diselesaikan dengan sebaik-baiknya.
Menurut McDavid dan Harari, kohesivitas suatu kelompok dapat diukur
dari (1) keterikatan anggota secara interpersonal pada satu sama lain, (2)
ketertarikan anggota pada kegiatan dan fungsi kelompok, dan (3) sejauh mana
anggota tertarik pada kelompok sebagai alat untuk memuaskan kebutuhan
14
Jalaluddin Rakhmat. op. cit. hlm 346.
19
personalnya. Kelompok yang sangat kohesif mempunyai suasana yang
mempertinggi umpan balik, dan arena itu mendorong komunikasi yang lebih
efektif.
―Kohesivitas yang dibangun dengan komunikasi sangat berpengaruh pada
tingkah laku anggota kelompok. Semakin tinggi intensitas komunikasi
dalam kelompok akan membuat semakin tinggi soliditas dan keterpaduan.
Tingginya tingkat soliditas dan keterpaduan kelompok juga akan membuat
semakin tinggi pula rasa saling memiliki antara anggota kelompok.15
Kohesivitas merupakan kekuatan yang saling tarik menarik di antara
anggota-anggota kelompok. Ibaratnya, sepiring nasi di antara butirbutirnya saling melekat.‖16
Berikut adalah faktor-faktor yang menentukan kohesivitas kelompok menurut
McDavid dan Harari :
1) Perilaku normatif yang kuat ketika individu diidentifikasikan ke dalam
kelompok yang diikuti.
2) Lamanya menjadi anggota kelompok.semakin lama seseorang menjadi
anggota kelompok akan memperlihatkan sifat kooperatif dan solidaritas yang
tinggi.
Pakar lainnya menyatakan bahwa kohesi kelompok merupakan keadaan
dimana para anggota kelompok saling menyukai dan saling mencintai satu sama
lain. Kohesi merupakan rasa tertarik di antara para anggota.17 Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa kesamaan sikap, nilai-nilai, sifat-sifat pribadi serta
demografis dapat mempengaruhi tingginya kohesi yang ada dalam kelompok yang
bersangkutan.
15
Ibid, hlm 346.
Wiryanto. 2008, Pengantar Ilmu Komunikasi, Grasindo, Jakarta, hlm 50.
17
Bimo Walgito. 2008. Psikologi Kelompok. Andi. Yogyakarta. hlm 46.
16
20
2.4 Suporter
Istilah ―penonton‖, secara harfiah berasal dari awalan pe- dan kata kerja
tonton dalam bahasa Indonesia. Awalan pe- dalam hal ini berarti orang yang
melakukan pekerjaan sesuai dengan kata kerja. Bila kata kerjanya tonton, maka
penonton berarti orang yang menyaksikan suatu pertunjukan atau tontonan.
Sementara itu menurut akar katanya, kata ―suporter ― berasal dari kata
kerja dalam bahasa Inggris to support dan akhiran –er. To support artinya
mendukung, sedangkan akhiran –er menunjukkan pelaku. Jadi suporter dapat
diartikan sebagai orang yang memberikan suport atau dukungan.
Penonton adalah orang yang melihat atau menyaksikan pertandingan sepak
bola, sehingga bersifat pasif. Sedangkan suporter adalah orang yang memberikan
dukungan, sehinga bersifat aktif. Di lingkungan sepak bola, suporter erat
kaitannya dengan dukungan yang dilandasi oleh perasaan cinta dan fanatisme
terhadap tim. 18
2.5 The Jakmania
The Jakmania berdiri sejak Ligina IV, tepatnya 19 Desember 1997.
Markas dan sekretariat The Jakmania berada di Stadion Menteng, Jakarta Pusat.
Selasa dan Jumat merupakan rutinitas The Jakmania untuk kumpul bersama guna
memberikan laporan perkembangan The Jakmania. Kegiatan ini sangat didukung
oleh Gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso. Sebagai pembina Persija, memang Bang
18
Lihat : Perbedaan Istilah antara Penonton dan Suporter Sepak bola.
http://suryantopsikologi.wordpress.com/2008/01/09/perbedaan-istilah-antara-penonton-dansuporter-sepak bola/. Akses Tanggal 20 April 2012.
21
Yos (sapaan akrabnya) sangat menyukai sepak bola. Ia ingin sekali
membangkitkan kembali sepak bola Jakarta yang telah lama hilang.
Pada awalnya, anggota The Jakmania hanya sekitar 100 orang, dengan
pengurus sebanyak 40 orang. Ketika dibentuk, dipilihlah figur yang dikenal di
mata masyarakat. Gugun Gondrong merupakan sosok paling ideal saat itu. Meski
dari kalangan selebritis, Gugun tidak ingin diberlakukan berlebihan, ia ingin
merasa sama dengan yang lain.
Pengurus The Jakmania waktu itu akhirnya membuat lambang sebuah
tangan dengan jari berbentuk huruf ―J‖. Ide ini berasal dari Edi Supatmo, yang
waktu itu menjadi Humas Persija. Hingga sekarang, lambang itu masih
dipertahankan dan selalu diperagakan sebagai simbol jati diri Jakmania. Hingga
kini The Jakmania terdiri dari hampir 7200 anggota yang tersebar di seluruh
Indonesia. 19
The Jakmania saat ini dipimpin oleh Larico Ranggamone. Larico
merupakan Ketua Umum The Jakmania periode 2012-2014. Sebelumnya, Larico
juga sempat memimpin Jakmania pada periode 2010-2012. Larico kembali
terpilih untuk memimpin Jakmania pada Musyawarah Besar II di GOR Ragunan,
Sabtu, 19 Januari 2012. 20
Pada Mubes tersebut, Larico bertarung dengan lima calon lainnya untuk
memperebutkan kursi nomor satu di The Jakmania, yakni Richard Ahmad,
Suryadi, Agung, Faisal Kamarullah, dan Aples. Setelah melalui verifikasi oleh
19
Lihat : Sejarah The Jakmania, http/jakmania.org/organisasi/sejarah. Akses tanggal 20 April
2012.
20
Lihat : Larico Ranggamone Pimpin The Jakmania http://duniasoccer.com/ Larico-RanggamoneKembali-Pimpin-The-Jakmania. Akses tanggal 15 Juli 2013.
22
komisi pemilihan, dua nama calon terakhir dianggap gugur karena tidak
memenuhi syarat, yakni tidak dipilih oleh tiga korwil.
Maka, majulah empat calon, yakni Larico Ranggamone, Richard Ahmad,
Suryadi, Agung. Putaran pertama menggunakan sistem blok, dimana dari 52
korwil yang saat ini ada, 47 korwil yang hadir dalam mubes dan memiliki hak
suara, selanjutnya maju ke putaran kedua. Larico melaju mulus setelah mendapat
21 suara, ditemani oleh Agung dengan 15 suara, disusul Richard dengan 7 suara,
dan Suryadi 4 suara.
Larico memastikan diri terpilih sebagai Ketua Umum The Jakmania
periode 2012-2014 setelah mampu meraup 10 tambahan suara, dengan total
mengumpulkan 31 suara. Agung harus puas dengan 16 suara. Setelah terpilih,
Larico menyatakan kesiapannya untuk memajukan organisasi The Jakmania.
Namun, dia tidak bisa bekerja sendiri dan meminta semua pihak membantu
kerjanya.
2.6 Teori Berpikir Kelompok
Teori Berpikir Kelompok (groupthink) lahir dari penelitian yang dilakukan
oleh Irvin L Janis. Groupthink menunjukkan suatu metode berpikir sekelompok
orang yang kohesif (solid) untuk mencapai kata mufakat. Menurut teori ini, proses
pengambilan keputusan yang terjadi pada kelompok yang sangat kohesif,
dilakukan oleh anggota-anggotanya yang selalu berusaha mempertahankan
konsensus kelompok sehingga kemampuan kritisnya menjadi tidak efektif lagi. 21
21
Jalaluddin Rakhmat. op. cit. hlm 152.
23
Selanjutnya, Janis menjelaskan bahwa kelompok yang sangat kohesif
biasanya terlalu banyak menyimpan atau menginvestasikan energi untuk
memelihara niat baik dalam kelompk ini. Sehingga sering mengorbankan
pembuatan keputusan yang baik dari proses tersebut. Groupthink juga dapat
didefinisikan sebagai suatu situasi dalam proses pengambilan keputusan yang
menunjukkan timbulnya kemerosotan efesiensi mental, pengujian realitas, dan
penilaian moral yang disebabkan oleh tekanan-tekanan kelompok.22
Pada teori ini, disebutkan bahwa dalam kelompok yang memiliki
kohesivitas tinggi, maka para anggotanya akan lebih antusias dalam menjalankan
tugas-tugas mereka. Para anggota juga merasa dimampukan untuk melaksanakan
tugas-tugas tambahan. Akan tetapi, biasanya anggota kelompok tidak bersedia
untuk mengemukakan keberatan mereka mengenai solusi yang diambil. Sebab,
pemikirian kolektif ini selalu mementingkan hubungan yang tetap baik, tetap
bersatu, memiliki semangat kebersamaan, dan memiliki kohesivitas tinggi.
Anggota-anggota kelompok sering kali terlibat di dalam sebuah gaya
pertimbangan dimana pencarian konsensus lebih diutamakan dibandingkan
dengan pertimbangan akal sehat. Kelompok yang memiliki kemiripan antar
anggotanya dan memiliki hubungan baik satu sama lain, cenderung gagal
menyadari akan adanya pendapat yang berlawanan. Mereka menekan konflik
hanya agar dapat bergaul dengan baik antar anggota. Lahirnya konsep groupthink
juga didorong oleh kajian secara mendalam mengenai komunikasi kelompok yang
22
Deddy Mulyana, 1999, Nuansa-Nuansa Komunikasi: Meneropong Politik dan Budaya
Masyarakat Kontemporer, Rosda, Bandung.
24
telah dikembangkan oleh
Raimond
Cattel. 23
Melalui penelitiannya,
ia
memfokuskannya pada keperibadian kelompok sebagai tahap awal.
Teori yang dibangun menunjukkan bahwa terdapat pola-pola tetap dari
perilaku kelompok yang dapat diprediksi, yaitu:
1) Sifat-sifat dari kepribadian kelompok
2) Struktural internal hubungan antar anggota
3) Sifat keanggotaan kelompok.
Akan tetapi, temuan teoritis tersebut masih belum mampu memberikan
jawaban atas suatu pertanyaan yang berkaitan dengan pengaruh hubungan antar
pribadi dalam kelompok. Hal inilah yang memunculkan suatu hipotesis dari Janis
untuk menguji beberapa kasus terperinci yang ikut memfasilitasi keputusankeputusan yang dibuat kelompok.
Hasil pengujian yang dilakukan Janis menunjukkan bahwa terdapat suatu
kondisi yang mengarah pada munculnya kepuasan kelompok yang baik. Menurut
Janis, asumsi penting dari groupthink adalah:
1) Terdapat kondisi-kondisi di dalam kelompok yang menunjukkan kohesivitas
tinggi.
2) Pemecahan masalah kelompok pada intinya merupakan proses yang menyatu.
3) Kelompok dan pengambilan keputusan oleh kelompok sering kali bersifat
kompleks.
23
West Richard & Turner Lynn. 2008. Pengantar Teori Komunikasi. Salemba Humanika. Jakarta.
hlm 273.
25
Ilustrasi
Janis
selanjutnya
mengungkapkan
kondisi
nyata
suatu
kelompok yang dihinggapi oleh pikiran kelompok, yaitu dengan menunjukkan
delapan gejala perilaku kelompok, yang dijelaskan sebagai berikut:
1) Persepsi yang keliru (illusions), bahwa ada keyakinan kalau kelompok tidak
akan terkalahkan.
2) Rasionalitas kolektif, dengan cara membenarkan hal-hal yang salah sebagai
seakan-akan masuk akal.
3) Percaya pada moralitas terpendam yang ada dalam diri kelompok.
4) Streotip terhadap kelompok lain (menganggap buruk kelompok lain).
5) Tekanan langsung pada anggota yang pendapatnya berbeda dari pendapat
kelompok.
6) Sensor diri sendiri terhadap penyimpangan dari sensus kelompok.
7) Ilusi bahwa semua anggota kelompok sepakat dan bersuara bulat.
8) Otomatis menjaga mental untuk mencegah atau menyaring informasiinformasi yang tidak mendukung, hal ini dilakukan oleh para penjaga pikiran
kelompok.
Dalam Grupthink, para anggota kelompok akan memberikan penilaian
yang berlebihan terhadap kelompoknya. Biasanya, mereka menganggap
kelompoknya yang paling benar. Selain itu, pemikiran individu akan tertutup oleh
pemikiran kelompok. Ketika suatu kelompok memiliki pikiran yang tertutup,
kelompok ini tidak akan mengindahkan pengaruh-pengaruh dari keluar kelompok.
Akan selalu ada tekanan untuk mencapai keseragaman, adanya pikiran untuk
26
mencapai kebulatan suara, meskipun pada dasarnya ada di antara kelompok yang
tidak mendukung.
2.7 Kerangka Berpikir
Dalam penelitian ini, peneliti mencoba memulai penelitian dengan
memahami masalah yang akan diangkat, yaitu bagaimana pola komuninaki
kelompok diterapkan dalam membentuk kohesivitas. Dari inti masalah tersebut,
peneliti mulai mengembangkan penelitian ini dengan mengidentifikasi masalah
dalam bentuk poin-poin pertanyaan.
Setelah poin-poin identifikasi dibuat, peneliti mulai menghubungkan
masalah yang diangkat dalam penelitian ini dengan teori dalam kajian ilmu
komunikasi. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori berpikir
kelompok karya Irvin L. Janis. Teori berpikir kelompok dirasa cocok dengan
masalah yang akan peneliti angkat dalam penelitian sederhana ini. Seperti telah
dijelaskan sebelumnya, teori ini menjelaskan bagaimana hubungan kohesivitas
dengan sejumlah komponen pembentuknya, slah satunya adalah komunikasi.
Dari teori berpikir kelompok, peneliti menemukan sejumlah indikator
penting yang berhubungan erat dengan poin-poin pertanyaan yang tertera di
identifikasi masalah pada bab dua. Indikator-indikator tersebut diklasifikasikan
menjadi dua, yaitu indikator komunikasi dan indikator kohesivitas.
Indikator komunikasi terdiri dari komunikasi dalam pengambilan
keputusan berlangsung sangat kompleks, komunikasi berjalan efektif, komunikasi
27
membangun antusiasme yang tinggi dari seluruh anggota, dan komunikasi di
antara para anggota berlangsung dengan intensitas yang tinggi.
Sementara itu, indikator dan konsep kohesivitas terdiri dari terjalinnya
hubungan yang sangat baik antar anggota, seluruh anggota selalu mengutamakan
konsensus, pola piker para anggota kelompok menjadi tidak kritis, soliditas
terbangun dengan sangat kuat, dan menghasilkan kepuasan kelompok.
Dalam penelitian kualitatif, peneliti segera terlibat dalam pembentukan
hipotesis sejak awal penelitian. Berbeda dengan penelitian kuantitatif yang
menguji hipotesis, pada penelitian kualitatif hipotesis merupakan sesuatu yang
diramalkan akan terjadi, atau lebih dikenal dengan istilah hipotesis kerja. Melalui
pembahasan dari
indikator-indikator
yang
disebutkan di
atas,
peneliti
memunculkan dua hipotesis kerja yang terdiri dari komunikasi kelompok berperan
dalam membentuk kohesivitas kelompok atau justru tidak berperan dalam
membentuk kohesivitas kelompok. Berikut ini adalah gambaran kerangka
penelitian.
28
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Komunikasi Kelompok Suporter Bola dalam
Membentuk Kohesivitas
(Studi Kasus pada The Jakmania UNJ)
Teori Berpikir Kelompok
Komunikasi
Kohesivitas
Komunikasi sangat kompleks
Efektif
Antusiasme Tinggi
Intensif
Terjalin hubungan sangat baik
Mengutamakan consensus
Soliditas Kuat
Tidak Kritis
Tekanan Kelompok
Kepuasan Kelompok
Hipotesis Kerja :
1.
2.
Komunikasi
Kelompok
Berperan dalam Membentuk
Kohesivitas Kelompok
Komunikasi Kelompok Tidak
Berperan dalam Membentuk
Kohesivitas Kelompok
29
2.8 Penelitian Sebelumnya
Tabel 2.1
Penelitian Sebelumnya
Nama
Ellin
Peneliti
Danariansari
Lilis Marpaung
Indra Sopyan
Tulus Muliawan
Sumatera Utara
Unikom
Bandung
Sultan Ageng
Tirtayasa
2012
2011
2013
Komunikasi
Kelompok
Kecil Geng
Bushido
Population
dengan
Pembentukan
Konsep Diri
Anggotanya
Komunikasi
Kelompok
Dikalangan
Pemulung Untuk
Bertahan Hidup di
TPA Namo
Bintang.
Komunikasi
Kelompok Guru
dan Murid dalam
Penyampaian
Program
Cooperative
Laerning di
SMKN 5
Pangalengan
Pola Komunikasi
Kelompok dalam
Membentuk
Kohesivitas
Kelompok The
The Jakmania
UNJ
Bagaimana
komunikasi
kelompok yang
dilakukan oleh
anggota geng
Bushido
Population,
dimana mereka
terikat oleh
aturan dan
sanksi yang
menimbulkan
rasa saling
memiliki dan
menghormati
terhadap
pembentukan
konsep diri
para
anggotanya.
Di tengahtengah persepsi
masyarakat
yang negatif
terhadap
Komunikasi
punya peran
yang sangat
besar dalam
berbagai aspek
kehidupan,
termasuk dalam
kehidupan sosial.
Peneliti melihat
fenomena
kehidupan
berkelompok di
kalangan
pemulung di
TPA Nano
Bintang sebagai
suatu
pemandangan
yang unik. Untuk
itu, peneliti ingin
mengetahui lebih
dalam mengenai
cara mereka
Peneliti ingin
mengetahui
bagaimana proses
komunikasi
kelompok yang
terjalin antara
guru dan murid di
SMKN 5
Pengalengan,
dalam
menerapkan
program
Cooperative
Learning. Sebab,
untuk membuat
program ini
berjalan dengan
baik, instrument
komunikasi harus
bisa menjalankan
fungsi dan
tugasnya masingmasing dengan
baik.
The Jakmania
merupakan salah
satu kelompok
suporter terbesar
di Indonesia. Di
dalamnya terdapat
banyak orang
dengan latar
belakang yang
berbeda.
Penelitian ini
mencoba
mengungkap
bagaimana pola
komunikasi
kelompok yang
diterapkan The
Jakmania dalam
membangun
kohesivitas atau
soliditas
kelompok.
Universitas Sumatera Utara
Tahun
Judul
Penelitian
Latar
Belakang
2011
30
Teori
Metodologi
Hasil
Penelitian
keberadaan
geng, mereka
harus
membuktikan
bahwa
anggapan
tersebut tidak
selalu benar
adanya.
Teori
Fundamental
Interpersonal
Relations
Orientation
(FIRO) dan
Teori Group
Syntality
KualitatifDeskriptif
Komunikasi
kelompok kecil
yang terjalin di
geng Bushido
Population
tidak
memberikan
dampak negatif
terhadap
konsep diri
para
anggotanya.
Meskipun
dilatarbelakang
i hal-hal yang
berbeda saat
ingin
bergabung,
namun dengan
adanya aturan
serta sanksi
yang disepakati
dan dipatuhi
bersama,
menjadikan
geng ini sebuah
wadah positif
bagi
anggotanya
dalam hal
bertahan hidup
dengan
memanfaatkan
pendekatan
komunikasi.
Teori
Perbandingan
Sosial Festinger
Kulitatif-Studi
Kasus
Penelitian ini
mengungkapkan
bahwa komunikasi
kelompok di
kalangan
pemulung
memberikan
pengaruh yang
besar dalam
bertahan hidup
bagi para
pemulung di
daerah TPA Namo
Bintang. Alasan
pemulung menjadi
pemulung di TPA
Namo Bintang
adalah karena
keterbatasan
dalam hal
pendidikan,
pengetahuan dan
keterampilan, dan
juga pengusaan
sumber kerja yang
lemah.
Teori
Keseimbangan
Heider
Teori Berpikir
Kelompok
KualitatifDeskriptif
SMKN 5
Pangalengan
memiliki
Interaksi yang
baik melalui
komunikasi
kelompok guru
dan murid. Proses
komunikasi
ditunjukkan
melalui program
cooperative
learning. Melalui
proses
komunikasi dan
interaksi yang
matang, para
guru SMKN 5
Pangalengan
dapat bekerja
secara harmonis
dengan Murid,.
Sehingga antara
guru dan murid
saling
memberikan
keberhasilan
yang senantiasa
dilakukan untuk
meningkatkan
KualitatifDeskriptif
The Jakmania
UNJ punya
banyak cara untuk
membuat
kelompoknya
semakin solid.
Beberapa cara
diantaranya adalah
dengan menjaga
pola komunikasi.
Pola komunikasi
yang dimaksud
adalah komunikasi
dengan intensitas
yang tinggi dan
efektif. Efektivitas
komunikasi
membawa
kelompok kea rah
yang baik karena
maksud dan
keinginan para
anggotanya bisa
dipahami anggota
lainnya.
31
Kesimpulan
otomotif,
pertemanan,
sosialisasi diri,
kekeluargaan,
dll.
Komunikasi
punya peran
yang sangat
besar untuk
menyatukan
perbedaan.
Meski
memiliki
banyak
perbedaan, para
anggota geng
bushindo
punya
kesadaran
bersama untuk
menjaga
kelompok agar
tetap utuh,
salah satunya
lewat
komunikasi
yang intensif.
SMKN 5 pada
tahun berikutnya.
Bagi para
pemulung di
daerah TPA Namo
Bintang,
komunikasi
menjadi salah satu
senjata utama
untuk bersatu
melawan
keterbatasan dan
kekurangan
ekonomi.
Komunikasi
menyatukan
kesamaan yang
ada di antara para
pemulung, yaitu
masalah ekonomi.
Keberhasilan
penerapan
program
cooperative
learning tak lepas
dari peran besar
komunikasi. Para
guru di SMKN 5
Pengalengan
punya
kemampuan dan
kemahiran
komunikasi yang
baik, sehingga
proses belajar
mengajar bisa
berjalan dengan
lancar sesuai
harapan.
Kohesivitas
kelompok bisa
dibangun dengan
berbagai cara.
Salah satu cara
yang paling efektif
adalah dengan
berkomunikasi.
Komunikasi
seperti apa yang
dimaksud?
Komunkasi yang
efektif, intensif,
dan tentunya
kesadaran para
anggota untuk
menjaga keutuhan
kelompok.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Paradigma Post Positivistik
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan Post Positivistik
sebagai cara pandang sebuah realitas. Post positivistik merupakan aliran yang
ingin memperbaiki kelemahan dari positivistik, yang selalu menekankan
pemikiran yang objektif.
Cara pandang ini banyak berlawanan dengan
positivistik, yang menilai bahwa dalam sebuah penelitian peneliti harus menjaga
jarak dengan informan. Dalam post positivistik, peneliti justru harus berhubungan
langsung bahkan menjadi bagian dari objek penelitian untuk mengungkap
kebenaran sebuah fenomena.Oleh karena itu, hubungan antara peneliti dengan
infornan harus interaktif, dengan catatn bahwa peneliti harus bertindak senetral
mungkin agar tingkat subjektivitas bisa ditekan seminim mungkin.
Paradigma post positivistik didasari oleh cara pandang Max Weber yang
diteruskan oleh Irwin Deutcher, yang lebih dikenal dengan fenomenologi.
Pandangan ini berusaha memahami perilaku manusia dari segi kerangka berpikir
maupun bertindak sejumlah orang, ayng dibayangkan atau dipikirkan oleh orangorang itu sendiri.
24
Fenomenologis juga merujuk pada semua pandangan ilmu
sosial yang menganggap kesadaran manusia dan makna subjektifnya sebagai
fokus untuk memahami tindakan sosial.
24
Lexy J. Moleong. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. hlm 52.
32
33
3.2 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah dengan
pendekatan kualitatif, Hal ini didasarkan pada rumusan yang muncul dalam
penelitian ini menuntut peneliti untuk melakukan berbagai aktivitas dalam rangka
menjelaskan dan memahami fokus pada penelitian ini. Menurut Jane Ricjie,
penelitian kualitatif adalah upaya untuk menyajikan dunia sosial, dan
perspektifnya dalam dunia, dari segi konsep, perilaku, persepsi, dan persoalan
tentang manusia yang diteliti. 25
Denzim dan Lincoln menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah
penelitian yang menggunakan latar ilmiah, dengan maksud menafsirkan fenomena
yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada. 26
Peneliti sengaja memilih metode deskriptif ini dengan tujuan untuk memperoleh
gambaran secara jelas tentang pola komunikasi yang dilakukan anggota The
Jakmania UNJ dalam membentuk kohesivitas kelompok.
Metode deskriptif merupakan metode penelitian yang bertujuan membuat
deskripsi secara sistematis, faktual, akurat tentang fakta dan sifat populasi atau
objek tertentu.27 Metode deskriptif merupakan metode penelitian dengan
penafsiran data yang berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Data
tersebut mungkin berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, rekaman
video, dokumen pribadi, atau dokumen lainnya. 28
25
Lexy J. Moleong. op. cit. hlm 6.
Ibid, hlm 5.
27
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta, 2006, hlm 59.
28
Ibid, hlm 11.
26
34
3.3 Teknik Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan teknik studi kasus terhadap kelompok
suporter The The Jakmania UNJ. Studi kasusadalah metode riset yang
menggunakan berbagai sumber data yang bisa digunkan untuk meneliti,
menguraikan, dan menjelaskan secara komperhensif berbagai aspek individu,
kelompok, suatu program, peristiwa, atau organisasi secara sistematis. Dalam
penelitian ini, periset dapat menggunakan berbagai teknik pengumpulan data
seperti wawancara mendalam, observasi partisipan, studi dokumentasi, kuesioner,
rekaman, serta bukti-bukti fisik lainnya. 29
Robert K. Yin memberikan batasan mengenai metode studi kasus sebagai
riset yang meneliti fenomena di dalam konteks kehidupan nyata, ketika batasbatas antara fenomena dan konteks tak tampak jelas, dan di mana multisumber
bukti dimanfaatkan. Multisumber bukti ini diperoleh dari penggunaan berbagai
instrument pengumpulan data.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini berupa observasi, wawancara, dan
studi dokumentasi. Hal ini didasarkan pada pentingnya ketiga teknik tersebut
dalam membantu peneliti dalam meneliti masalah ini.
Menurut
Lincoln
dan
Guba,
tujuan
wawancara
adalah
untuk
mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi,
29
Rahmat Kriyantono. op. cit. hlm 65.
35
tuntutan, memverifikasi, mengubah, dan memperluas informasi yang diperoleh
dari orang lain. 30
Selain wawancara, peneliti juga menggunakan observasi dalam upaya
pengumpulan data pada penelitian ini. Yang diamati dalam prosses ini adalah
interaksi diantara subjek yang diriset. Keunggulan metode ini adalah data yang
dikumpulkan dalam dua bentuk, yaitu interaksi dan percakapan. Ini meliputi apa
saja yang dilakukan, perbincangan apa saja yang dilakukan termasuk benda apa
saja yang mereka gunakan dalam kegiatan sehari-hari.31
Teknik terakhir dalam pengumpulan data ini adalah studi dokumentasi.
Dokumentasi di dapat dari berita-berita di surat kabar dan dokumen pribadi
kelompok. Peneliti memilih teknik ini untuk mendapatkan informasi guna
mendukung analisis data. Berikut penjabaran ketiga metode tersebut :
1) Wawancara
Wawancara digunakan sebagai salah satu teknik pengumpulan data apabila
peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan
yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal yang lebih
mendalam dari informan.
Menurut Susan Stainback, peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih
mendalam tentang partisipan dalam mengintepretasikan situasi dan fenomena
yang terjadi dengan wawancara, dimana hal ini tidak bisa ditemukan dengan
observasi. 32 Esterberg membagi macam-macam wawancara menjadi tiga jenis,
30
Lexy J. Moleong. op. cit. hlm 186.
Rachmat Kriyantono. op. cit. hlm 108.
32
Sugiyono. 2010. Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabeta. Bandung. hlm 72.
31
36
yaitu wawancara terstruktur, wawancara semiterstruktur, dan wawancara tidak
berstruktur. Berikut penjabarannya :
a. Wawancara terstruktur, yakni peneliti sudah mempersiapkan instrument
penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif
jawabannya pun telah disiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini setiap
responden diberi pertanyaan yang sama, lalu pengumpul data mencatatnya.
Dengan metode ini, wawancara dapat dilakukan oleh beberapa orang yang
berbeda.
b. Wawancara semiterstruktur, yakni jenis wawancara yang sudah termasuk
in-depth interview, di mana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila
dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara ini
adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, di mana
pihak yang diajak wawancara diminta pendapat dan ide-idenya.
c. Wawancara tidak berstruktur, yakni wawancara yang bebas di mana
peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah disusun
sebelumnya. Pedoman wawancara yang dihgunakan hanya berupa garisgaris besar permasalahan yang akan ditanyakan.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik wawancara terstruktur.
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, peneliti sudah mempersiapkan instrument
penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun
telah disiapkan. Informsn diberi pertanyaan yang sama, lalu peneliti mencatatnya.
Peneliti juga menambahkan sejumlah pertanyaan yang sifatnya spontan,
berdasarkan jawaban dari informan. Istilah ini biasa disebut probing.
2) Observasi
Nasution menyatakan bahwa observasi merupakan dasar dari semua ilmu
pengetahuan. Menurutnya, ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu
fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observsi. Melalui
observasi, peneliti bias belajar banyak hal tentang perilaku yang terjadi dalam
37
sebuah situasi social dan makna dari perilaku tersebut. 33 Selanjutnya Sanafiah
Faisal (1990) membagi observasi kedalam beberapa kelompok, di antaranya
adalah :
a. Observasi partisipatif, yaitu peneliti terlibat langsung dalam keseharian
objek penelitian yang sedang diamati. Sambil melakukan pengamatan,
peneliti ikut merasakan apa yang dilakukan oleh objek penelitian. Dengan
cara ini, data yang diperoleh di lapngan akan lebih lengkap.
b. Observasi terang-terangan dan samar-samar, yaitu peneliti menyatakan
terus terang kepada sumber data, bahwa ia sedang atau akan melakukan
penelitian. Jadi, mereka yang diteliti mengetahui dari awal sampai akhir
bahwa mereka sedang diteliti.
c. Observasi tidak terstruktur, yaitu observasi yang dilakukan secara tidak
bertruktur karena fokus penelitian belum jelas. Fokus observasi kemudian
akan berkembang seiring berjalannya waktu.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode observasi partisipatif.
Namun, dalam hal ini peneliti ada di kategori pasif. Maksudnya, peneliti terlibat
langsung dalam keseharian objek penelitian yang sedang diamati, akan tetapi
peneliti tidak sepenuhnya terlibat langsung dalam kegiatan tersebut.
3) Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi banyak digunakan dalam penelitian kualitatif untuk
menggali data-data masa lampau secara sistematis dan objektif. Studi
dokumentasi juga turut melengkapi metode pengumpulan data lainnya seperti
yang telah disebutkan di atas, yaitu observasi dan wawancara. Tujuannya adalah
untuk mendapatkan informasi yang mendukung analisis dan intepretasi data.
33
Sugiyono. op. cit. hlm 64
38
3.5 Informan Penelitian
Dalam suatu penelitian, diperlukan data-data dari sumber tertentu yang
sesuai dengan kebutuhan atau permasalahan penelitian. Pada penelitian ini,
peneliti menjadikan beberapa anggota The Jakmania UNJ sebagai informan
utama, dan seorang informan pendukung. Mereka diantaranya adalah :
1) Informan kunci : Agung Nugroho, salah seorang anggota senior The Jakmania
UNJ yang masih aktif. Agung menjadi salah satu sosok penting dalam
membangun kembali komunitas The Jakmania UNJ yang sempat vakum
selama beberapa waktu.
2) Informan pendukung : Ahmad Ian Fachrizal (Ketua The Jakmania UNJ),
beserta dua anggota The Jakmania UNJ yang telah bergabung sebagai suporter
selama dua tahun, yaitu, Eko Ramdhani dan Naufal Fadhlan.
3.6 Teknik Analisis Data
Menurut Bogdan dan Biklen, analisis data kualitatif adalah upaya yang
dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilahmilahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan
menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan
memutuskan apa yang akan diceritakan kepada orang lain. 34
Dalam penelitian ini, analisis data dilakukan terhadap data yang terdapat
di lapangan. Proses analisis data dari hasil observasi dan wawancara ini dilakukan
bersamaan dengan berlangsungnya proses pengumpulan data dan setelah selesai
34
Lexy J. Moleong. op. cit. hlm 248.
39
pengumpulan data dalam suatu periode tertentu. Tujuannya, agar tidak ada data
yang ambigu atau yang tertinggal. Peneliti berharap, cara ini dapat menghasilkan
analisis yang akurat.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik analisis data kualitatif
model Miles dan Haberman. Analisis ini dilakukan berdasarkan pada penelitian
lapangan. Miles dan Haberman mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis
data kualitatif dilakukan secara interaktif berlangsung secara terus menerus
sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Model interaksi dalam analisis
data kualitatif dipakai untuk menganalisis data selama di lapangan. 35
Miles dan haberman juga membagi aktivitas analisis data ke dalam tiga
bagian yang terdiri dari reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan atau
verivikasi. Berikut penjelasannya :
1) Reduksi data, yaitu upaya untuk mengelompokkkan data yang diperoleh di
lapangan ke dalam suatu kelas-kelas yang lebih spesifik. Semakin lama
peneliti berada di lapangan, akan semakin banyak pula data yang diperoleh.
Mereduksi berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, mencari hal-hal
penting, lalu dicari tema dan polanya.dengan demikian, data yang telah
direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah
peneliti untuk melakuak pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya lagi
bila diperlukan.
35
Sugiyono. op. cit. hlm. 91
40
2) Penyajian data, dalam penelitian kualitatif biasanya para penbeliti menyajikan
data dalam bentuk teks yang bersifat naratif. Penyajian data ini dilakukan
untuk memudahkan pembaca memahami apa yang terjadi dan merencanakan
kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.selain dengan
cara naratif, penyajian data juga bias dilakukan dengan menambahkan grafik,
bagan, atau matrik.
3) kesimpulan atau verivikasi, merupakan temuan baru yang seebelumnya belum
pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang
sebelumnya masih samar sehingga menjadi jelas. Bentuknya dapat berupa
hubungan kausal (sebab - akibat) atau interaktif, hipotesis, atau bias juga teori.
3.7 Uji Validitas Data
Dalam metode penelitian kualitatif, hasil temuan atau data yang
diperoleh peneliti dapat dinyatakan valid apabila hasil temuan atau data
yang diperoleh sesuai dengan temuan atau data yang sebenarnya terjadi pada
objek yang diteliti. Demikian juga dengan penelitian mengenai komunikasi
kelompok yang peneliti lakukan ini. Penelitian ini dianggap valid apabila hasil
temuan yang diperoleh peneliti sesuai atau sama dengan yang sebenarnya terjadi
pada objek penelitian. Untuk itu diperlukan uji validitas data.
Salah satu metode yang digunakan untuk menguji validitas data adalah
dengan triangulasi data. Triangulasi diartikan sebagai pengecekan data dari
berbagai sumber dengan beberapa cara. Beberapa cara yang sering digunakan
41
dalam melakukan triangulasi data adalah dengan triangulasi sumber, triangulasi
teknik, dan triangulasi waktu.
Triangulasi sumber dilakukan dengan cara memeriksa data yang telah
diperoleh melalui beberapa sumber. Sementara triangulasi teknik dilakukan
dengan cara memeriksa data kepada sumber yang sama dengan teknik yang
berbeda. Misalnya data diperoleh dengan wawancara, lalu peneliti wajib
memeriksanya dengan observasi. Yang ketiga adalah triangulasi waktu, cara
kerjanya seperti ini, data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara pada pagi
hari, saat narasumber masih segar dan belum punya masalah, wajib diuji ulang
dengan teknik dan waktu yang berbeda untuk memastikan kredibilitas data. Jika
hasilnya belum cocok, maka harus terus menerus diulang sampai hasilnya bisa
masuk dalam kategori kredibel.
Untuk menguji validitas data dalam penelitian mengenai
komunikasi
kelompok dalam membentuk kohesivitas ini, peneliti menggunakan triangulasi
teknik dan triangulasi sumber. Misalnya, peneliti mengungkapkan data tentang
intensitas komunikasi kelompok dalam The Jakmania UNJ. Setelah melakukan
wawancara degan informan, peneliti juga akan memeriksanya secara langsung ke
tempat anggota kelompok berkumpul untuk membuktikan informasi yang didapat
dari informan. Apabila ternyata diperoleh situasi yang berbeda maka peneliti
perlu melakukan diskusi lebih lanjut dengan sumber data atau yang lain untuk
memastikan data yang dianggap benar.
42
3.8 Lokasi dan Jadwal Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di beberapa tempat, di antaranya di Bekasi,
Jawa Barat dan di markas suporter The Jakmania UNJ, yang berada di lingkungan
kampus UNJ, Rawamangun, Jakarta Timur. Waktu penelitian ini dimulai dari
awal April 2013. Penelitian ini kemudia berakhir pada akhir September 2013.
Seperti penelitian pada umumnya, penelitian ini dilakukan dimulai dari
penyusunan latar belakang penelitian, pemilihan informan, observasi, wawancara,
pengambilan data penelitian, sampai dengan penyelesaian penelitian. Berikut
adalah perincian waktu penelitian, yang disampaikan dalam bentuk pada tabel
sebagai berikut :
Tabel 3.1
Jadwal Penelitian
Bulan
No.
Kegiatan
1.
Pra Riset
2.
Pengajuan judul
3.
Bab I, II, dan III
4.
Sidang Outline
5.
Riset Lapangan
6.
Bab IV
7.
Bab V
8.
Acc Bab IV dan V
9.
Sidang Skripsi
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Obyek Penelitian
Pada dasarnya, setiap kelompok menginginkan adanya kesamaan
pandangan dan tujuan di antara para anggotanya. Salah satu jalan untuk
mewujudkan hal tersebut adalah melalui komunikasi. Komunikasi punya peran
yang sangat besar sebagai salah satu cara untuk mengekspresikan pendapat, agar
keinginan dan harapan setiap anggota termasuk ketua kelompok bisa tercapai.
Kendati demikian, tidak semua bentuk komunikasi bisa mewujudkan
keinginan dan harapan para anggota. Salah satu cara terbaik dalam mewujudkan
keinginan dan harapan itu adalah dengan menerapkan pola komunikasi yang
efektif. Komunikasi yang efektif kerap didefinisikan sebagai keadaan dimana
terjadi pengertian antara komunikator dan komunikan, menimbulkan kesenangan,
pengaruh pada sikap, hubungan yang semakin baik, dan perubahan perilaku. 36
Berdasarkan definisi di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
komunikasi yang efektif akan membuat pesan yang ingin disampaikan
komunikator dapat diterima dengan baik oleh komunikan. Jika dikaitkan dengan
penelitian ini, maka pesan yang ingin disampaikan setiap anggota atau pemimpin
kelompok The Jakmania UNJ bisa sampai dengan baik kepada komunikan dan
memberikan pengaruh atau respon terhadap pesan yang disampaikan.
36
Rachmat Kriyantono, op. cit, hlm 4.
44
45
4.1.1 The Jakmania UNJ
Pada penelitian ini, peneliti memfokuskan pembahasan pada kelompok
suporter The Jakmania UNJ. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, The
Jakmania UNJ merupakan salah satu bagian kecil dari keluarga besar The
Jakmania. The Jakmania UNJ dipilih sebagai obyek penelitian karena memiliki
kriteria yang sejalan dengan maksud penelitian ini, yaitu mengungkap cara
berkomunikasi untuk menyatukan perbedaan karakter dan latar belakang anggota
menjadi satu kesatuan yang kohesif. Selajutnya, kata ―kohesif‖ dalam penelitian
ini akan lebih sering ditulis sebagai solid.
The Jakmania UNJ lahir pada awal 2000-an. Kelompok ini awalnya terdiri
satu-dua orang yang memiliki kecintaan yang sama terhadap klub Persija. Karena
memiliki hasrat untuk memperbanyak anggota kelompok suporter pecinta Persija,
Budi Prasetyo alias Bepe, salah satu pecinta Persija di UNJ mencari rekan-rekan
mahasiswa lainnya yang memiliki kecintaan yang sama terhadap Persija untuk
bergabung membentuk komunitas khusus pecinta Persija. Salah satu rekan dekat
Bepe yang ikut mendampingi membangun komunitas The Jakmania UNJ adalah
Bayu Oktara atau akrab disapa Nero. Keduanya bekerja sama mencari pengikut
untuk membangun komunitas pecinta Persija bernama The Jakmania UNJ.
Pada masa kepemimpinan Bepe dan Nero, komunitas The Jakmania UNJ
belum terbentuk dengan struktur yang jelas. Para anggotanya hanya bertemu saat
mereka menonton pertandingan di kandang Persija, yaitu Stadion Lebak Bulus,
Jakarta Selatan. Mereka memanfaatkan momen tersebut untuk berbagi info
46
sekaligus bertatap muka. Di luar itu, mereka cenderung menjalani kegiatan
masing-masing.
Komunitas The Jakmania UNJ mulai berkembang semakin pesat saat
dipimpin oleh Erwin Tri Laksmana pada 2004. Anggota kelompok menjadi
semakin banyak dan struktur organisasi diperjelas. Namun, meski struktur mulai
jelas, komunitas ini sempat mengalami vakum selama beberapa tahun karena
Erwin meninggalkan komunitas. Erwin terpaksa meninggalkan kelompok karena
harus menyelesaikan skripsinya. Akibatnya, para anggota The Jakmania UNJ
pergi meninggalkan kelompok.
Setelah sempat vakum selama beberapa tahun, The Jakmania UNJ kembali
bangkit. Feri Hendrawan menjadi inisiator bangkitnya The Jakmania UNJ pada
2009. Sejak saat itu, komunitas ini berjalan dengan stabil dan semakin banyak
memiliki anggota. Perkembangan komunitas ini semakin pesat di bawah
kepemimpinan Ahmad Ian Fachrizal. Mahasiswa jurusan Matematika angkatan
2011 itu terpilih menjadi ketua periode 2013-2014 pada hari ulang tahun The
Jakmania ke-13 yang jatuh pada 3 Maret 2013. Ia terpilih lewat pemungutan suara
yang dilakukan di Kedai Kopi Rawamangun, Jakarta Timur, bersamaan dengan
kegiatan nonton bareng Persija melawan Persib Bandung.
Saat ini, total jumlah anggota The Jakmania UNJ mencapai sekitar 80
orang, namun yang menjadi anggota aktif hanya sekitar 25 orang. Komunitas ini
juga tercatat menjadi subkorwil dari korwil Rawamangun. Mereka tidak
bergabung dalam komunitas Jak Kampus karena tidak ingin terlalu membedakan
kelompoknya dengan kelompok lain. Sebagai tambahan, Jak Kampus merupakan
47
komunitas atau paguyuban The Jakmania yang beranggotakan komunitaskomunitas pecinta Persija di kalangan Mahasiswa.
Penelitian di lapangan ini dilakukan selama kurang lebih tiga bulan,
terhitung sejak Juli s.d September 2013, di Jakarta dan Bekasi. Seperti yang telah
dijelaskan pada bab tiga, untuk lebih memahami pola komunikasi dalam
kelompok, peneliti menggunakan metode wawancara dan observasi dalam
pengumpulan data. Sebagai tambahan, peneliti juga mempelajari dokumentasi dari
sejumlah kabar di media massa. Wawancara ini dilakukan secara terpisah pada
periode Juli s.d September. Langkah ini diambil untuk menggali informasi lebih
dalam baik dari informan utama maupun informan pendukung.
Dengan cara tersebut, peneliti bisa mendapatkan gambaran lengkap serta
mendeskripsikan pola komunikasi yang diterapkan The Jakmania UNJ dalam
membangun soliditas kelompok. Dalam melakukan wawancara, peneliti terjun
langsung ke lapangan dan berjumpa para anggota kelompok. Penulis melontarkan
serangkaian
pertanyaan
yang
sebelumnya
telah
dibuat.
Peneliti
juga
menambahkan pertanyaan susulan atas jawaban dari informan guna memperkaya
data penelitian. Selanjutnya, jawaban-jawaban dari para informan tersebut peneliti
catat dengan cepat pada sebuah buku catatan. Peneliti menilai metode mencatat
cepat sebagai cara terbaik untuk mendokumentasikan data penelitian.
Dalam catatan tersebut, peneliti membuat poin-poin penting yang didapat
dari informan. Cara tersebut dirasa efektif bagi peneliti untuk mengembangkan
konsep-konsep yang disampaikan informan. Konsep-konsep tersebut kemudian
dikembangkan secara naratif pada subbab pembahasan di bab empat. Peneliti juga
48
melengkapi metode wawancara dengan merekam sejumlah hasil wawancara lewat
telpon seluler. Cara itu dilakukan untuk mendukung metode mencatat cepat yang
peneliti lakukan sebelumnya.
Selain melalui wawancara, peneliti juga melengkapi penelitian dengan
observasi. Sama halnya dengan wawancara, kegiatan ini dilakukan untuk lebih
memahami pola perilaku komunikasi dalam kelompok. Observasi dilakukan
bersamaan dengan pelaksanaan penelitian ini, mulai dari April s.d Oktober. Upaya
ini diharapkan bisa menambah gambaran mengenai keseharian anggota dalam
kelompok, baik itu dalam berkomunikasi maupun melakukan kegiatan sosial
lainnya.
Dalam melakukan observasi, peneliti hadir langsung di tengah-tengah
keseharian kelompok. Mulai dari berbincang biasa, hingga berdiskusi mengenai
pembentukan agenda kegiatan. Akan tetapi, peneliti termasuk ke dalam metode
observasi yang pasif karena tidak langsung bergabung dalam kelompok tersebut.
Hampir mirip dengan metode wawancara, dalam melakukan observasi, peneliti
juga mencatat hasil pengamatan ke dalam catatan singkat di buku catatan. Selain
melalui wawancara dan observasi, peneliti juga melengkapi data lewat studi
dokumentasi di media massa cetak maupun online.
Untuk memperoleh data primer, peneliti melakukan wawancara dengan
Agung Nugroho, anggota senior The Jakmania UNJ. Agung dirasa pantas karena
ia punya segudang pengetahuan dan informasi mengenai perkembangan
komunitas tersebut. Informasi yang diberikan Agung semakin lengkap karena ia
kerap menyelipkan cerita-cerita tentang The Jakmania. Sebab, Agung memang
49
mendalami ilmu sejarah di Fakultas Ilmu Sosial UNJ. Untuk melengkap data yang
diperoleh, peneliti juga mewawancarai tiga orang anggota The Jakmania UNJ
yang minimal sudah bergabung selama dua tahun. Kriteria itu dipilih dengan
harapan anggota tersebut bisa memberikan lebih banyak informasi berdasarkan
pengalaman yang dirasakan selama dua tahun bergabung dalam kelompok.
4.2 Deskripsi Data Informan
4.2.1 Eko Ramdhani
Eko Ramdhani adalah salah satu anggota dari The Jakmania UNJ yang
telah bergabung selama lebih dari tiga tahun. Selain sebagai mahasiswa, pemuda
yang akrab disapa Eko tersebut merupakan salah satu karyawan kontrak di PT.
Astra Honda Motor. Eko juga terdaftar sebagai anggota relawan di Palang Merah
Indonesia (PMI) Pusat.
Bagi Eko, keputusannya memilih menjadi bagian dari The Jakmania
adalah karena kecintaannya terhadap tim Persija. Eko menjelasan bahwa
kecintaannya terhadap Persija berawal pada masa kanak-anak. Eko kecil senang
melihat konvoi suporter berseragam Oranye berkeliling Jakarta. Sejak saat itu,
Eko mulai jatuh cinta terhadap klub kebanggaan masyarakat Jakarta tersebut.
Besarnya antusiasme yang dimiliki terhadap Persija Jakarta membawanya
terus mengikuti perkembangan Persija. Untuk memenuhi kebutuhan informasinya
tersebut, Eko memilih bergabung dengan komunitas The Jakmania UNJ. Selain
itu, komunitas The Jakmania UNJ dipilih Eko agar dirinya bisa berbagi cerita
50
bersama dengan sesama pecinta Persija. Lelaki berusia 21 tahun itu tinggal di
kawasan Bintara, Bekasi Barat.
4.2.2 Ahmad Ian Fachrizal
Ahmad Ian Fachrizal atau biasa dipanggil Ian, adalah ketua The Jakmania
UNJ periode 2013-2014. Sebelum menjabat sebagai ketua, mahasiswa jurusan
Matematika di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengatahuan Alam (MIPA) UNJ
angkatan 2011 itu telah berkecimpung cukup lama di dunia The Jakmania. Ian
kerap berkeliling Jakarta untuk berbaur dengan The Jakmania lainnya dalam
sejumlah forum diskusi dan silaturahmi.
Sebelum menjadi bagian dari The Jakmania UNJ, Ian awalnya adalah
anggota komunitas Jak Kampus. Ian banyak mengikuti kegiatan yang
diselenggarakan Jak Kampus di berbagai daerah. Dengan mengikuti kegiatan
tersebut, Ian merasa lebih dekat dengan anggota The Jakmania lainnya. Upaya ini
juga merupakan salah satu bukti kecintaan Ian terhadap Persija.
Pada komunitas The Jakmania UNJ, selain menjabat sebagai ketua, Ian
juga kerap merangkap sebagai seksi hubungan masyarakat (humas). Ian biasa
membagikan pengetahuan-pengetahuan tambahan yang dimilikinya kepada para
anggota lain agar pengetahuan setiap anggota terhadap Persija terus diperbaharui.
4.2.3 Agung Nugroho
Agung Nugroho adalah salah satu sosok penting di balik kebangkitan The
Jakmania UNJ. Pada awal 2012, Agung bersama Feri Hendrawan membangun
51
kembali komuniats kelompok yang sempat vakum. Agung turut berjuang keras
membantu Feri menghimpun anggota-anggota baru untuk bergabung dalam
komuniatas ini.
Agung adalah mahasiswa jurusan ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Sosial
angkatan 2009. Pada masa jabatan ketua Feri, Agung bertindak sebagai wakilnya.
Pemuda berusia 22 tahun itu terbilang aktif dalam melakukan sejumlah kegiatan
baik di dalam maupun di luar kelompok The Jakmania UNJ. Ia juga dianggap
menjadi mentor yang baik oleh sebagian besar anggota kelompok.
Meski sudah tidak lagi memegang jabatan pada periode 2013-2014, Agung
masih aktif dalam kegiatan kelompok. Ia selalu menyempatkan hadir untuk
berdiskusi bersama setiap Selasa di teater terbuka UNJ. Dalam diskusi tersebut,
agung biasanya memberikan informasi-informasi tambahan terkait Persija. Latar
belakang pendidikannya yang mendalami sejarah juga membuat Agung kerap
menyelipkan pengetahuan tentang sejarah-sejarah singkat Persija.
4.2.4 Naufal Fadhlan
Naufal Fadhlan atau biasa dipanggil Pay, adalah anggota The Jakmania
UNJ yang telah bergabung selama dua tahun. Mahasiswa jurusan Manajemen
Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan UNJ angkatan 2011 itu punya ketertarikan
yang besar terhadap Persija Jakarta sejak usianya masih lima tahun. Untuk itu, ia
memutuskan untuk bergabung dalam kelompok The Jakmania UNJ agar hasrat
dan kecintaannya terhadap Persija bisa disalurkan bersama orang-orang yang
punya kesukaan yang sama.
52
Salah satu bukti kecintaan Pay terhadap Persija adalah dengan menonton
langsung pertandingan di stadion. Pay bahkan sering menyempatkan diri untuk
mengikuti laga tandang Persija ke sejumlah daerah di Indonesia seperti
Yogyakarta, Malang, dan Solo. Menurut Pay, mendukung langsung ke stadion
sama artinya dengan bermain di lapangan bersama para pemain, mereka samasama berjuang dengan para pemain untuk meraih kemenangan. Bedanya, mereka
tidak perlu merasakan kelelahan fisik yang berlebihan.
Alasan lain yang membuat Pay memilih bergabung dengan The Jakmania
UNJ adalah karena iklim komunitas cenderung mengarah kepada ikatan
pertemanan dan persaudaraan yang lekat. Pay sebelumnya pernah bergabung
dengan komunitas-komunitas pecinta klub sepak bola asing. Namun, Pay
mengaku tidak bisa bertahan lama karena iklim yang terjalin di atara para anggota
tidak membuatnya nyaman. Ia lebih memfokuskan diri untuk menjadi bagian dari
komunitas The Jakmania UNJ.
4.3 Pembahasan
Pada tahap ini, peneliti akan menjabarkan hasil penelitian yang didapat
dari lapangan. Penjabaran dari penelitian ini merupakan rangkuman hasil
observasi, wawancara, dan studi dokumentasi yang dilakukan selama periode
penelitian dari
Maret s.d September. Penjabaran ini dibuat untuk menjawab
pertanyaan yang tertulis dalam rumusan dan identifikasi masalah pada bab satu,
yaitu bagaimana pola komunikasi kelompok The Jakmania UNJ, bagaimana
bentuk kohesvitas kelompok The Jakmania UNJ, dan bagaimana komunikasi
53
kelompok
dapat
membentuk
kohesivitas
kelompok.
Penulis
mencoba
mendeskripsikan hal-hal di atas dengancara yang sesingkat-singkatnya dan
mencoba memaksimalkan penggunaan kata-kata agar pesan yang inign
disampaikan bisa diterima dengan baik oleh pembaca.
4.3.1 Komunikasi kelompok dalam The Jakmania UNJ
Komunikasi memiliki peran penting dalam berbagai aspek kehidupan
sosial, termasuk dalam kelompok. Selain sebagai penghubung komunikator dan
komunikan untuk saling bertukar pesan dan makna, komunikasi juga berperan
penting untuk menyatukan perbedaan di antara dua pihak dalam sebuah
kelompok.
Deddy Mulyana dalam buku Komunikasi Suatu Pengantar menerjemahkan
komunikasi kelompok sebagai komunikasi yang terjalin di antara sekumpulan
orang yang punya tujuan bersama. Komunikasi kelompok ditandai dengan adanya
rasa saling ketergantungan, mengenal satu sama lain dengan baik, saling bertatap
muka, dan memandang setiap anggota sebagai bagian dari kelompok, meski setiap
individu punya peran yang berbeda. Umpan balik dari seorang peserta dalam
kelompok dengan sendirinya melibatkan juga komunikasi antarpribadi. Oleh
sebab itu, komunikasi dalam kelompok sangat berperan besar dalam menjaga
kelangsungan kelompok.
Besarnya pengaruh komunikasi juga disadari kelompok suporter The
Jakmania UNJ. Oleh karena itu, mereka selalu berusaha untuk menjaga pola
komunikasi agar maksud dan tujuan masing-masing anggota bisa tersampaikan
54
dengan baik. Selain itu, komunikasi juga berguna untuk menyambung tali
silaturahmi dan menjaga keutuhan kelompok. Atas alasan itulah, The Jakmania
UNJ selalu berusaha menjaga kualitas komunikasi dalam kelompok dengan sangat
baik.
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, peneliti menemukan fakta
bahwa The Jakmania UNJ memang selalu berusaha menerapkan komunikasi
dengan baik. Salah satunya saat mereka tengah mengadakan nonton bareng di
Kedai Kopi dan Teh Rawamangun. Kedai Kopi dan Teh tersebut menjadi salah
satu tempat favorit The Jakmania UNJ untuk berkumpul dan nonton bareng
selama beberapa tahun terakhir. Tempat itu dipilih sebagai markas karena cukup
representatif untuk menampung para anggota. Selain itu, Kedai Kopi dan Teh
Rawamangun juga punya lingkungan yang tenang, serta memiliki fasilitas
memadai untuk keperluan kelompok seperti nonotn bareng, diskusi, atau sekadar
nongkrong-nongkrong.
Biasanya, mereka cenderung menggunakan Kedai Kopi dan Teh
Rawamangun untuk melakukan diskusi dan nonton bareng. Dalam diskusi
tersebut, seluruh anggota saling bertukar pikiran dan ide. Bukan hanya itu, mereka
juga saling mengungkapkan keluhan masing-masing terhadap keberlangsungan
kelompok. Semua itu dilakukan agar konsep keterbukaan antar anggota yang
diterapkan dalam kelompok tersebut bisa berjalan dengan baik. Tujuannya adalah
agar keutuhan hubungan antaranggota kelompok terjaga dengan baik. Semua
kegiatan mulai dari bertemu, bertatap muka, ngobrol, hingga berdiskusi itu
55
dilakukan pada sesi kopi darat alias kopdar yang digelar setiap Selasa mulai pukul
15.00.
Dalam hal ini, peneliti juga melihat semua anggota kelompok The
Jakmania UNJ berusaha mengaplikasikan beberapa fungsi penting dari
komunikasi. Seperti yang telah dibahas pada Bab II, menurut Sean MacBride,
komunikasi punya fungsi yang jauh lebih banyak dari sekadar sarana penghubung
kegiatan sosial, ekspresi diri, sarana ritual, dan sebagai hiburan. Ketiga fungsi
tersebut jelas terlihat dalam keseharian kelompok The Jakmania UNJ. MacBride
menjelaskan bahwa komunikasi punya delapan fungsi penting, yang terdiri dari
fungsi Informasi,
sosialisasi,
motivasi,
pendidikan,
diskusi,
memajukan
kebudayaan, dan integrasi. Pada salah satu sesi kopdar yang peneliti datangi,
peneliti melihat bagaimana para anggota mencoba menerapkan salah satu fungsi
komunikasi, yaitu fungsi informasi. Saat itu para anggota saling bertukar
informasi terbaru tentang Persija.
Fungsi informasi juga diterapkan langsung oleh Agung Nugroho selaku
anggota senior dalam komunitas tersebut. Agung, yang punya latar belakang
pendidikan sejarah kerap memberikan informasi-informasi terkait sejarah Persija,
Jakmania, atau sepak bola Indonesia pada umumnya dalam setiap sesi kopdar.
Agung juga berbagi informasi dengan para pengikut akun jejaring sosial Twitter
milik The Jakmania UNJ, yakni @Orange_UNJ. Lewat akun tersebut, Agung
berbagi informasi kepada khalayak yang lebih luas. Terlepas dari satu fungsi itu,
para
anggota
kelompok
menerapkan
kedelapan
fungsi
tersebut
untuk
56
meningkatkan kualitas hubungan antaranggota, sekaligus memupuk soliditas dan
solidaritas sesama anggota kelompok.
Pola interaksi yang diterapkan dalam kelompok The Jakmania UNJ juga
sejalan dengan pendapat Gordon I. Zimmerman. Gordon menilai bahwa sebagian
besar anggota kelompok saling berkomunikasi untuk menyelesaikan tugas-tugas
yang penting bagi kebutuhan seluruh anggota. Selain itu, komunikasi yang
diterapkan dalam The Jakmania UNJ juga merupakan salah satu upaya untuk
menciptakan dan memupuk hubungan baik dengan sesama anggota kelompok.
Fakta ini berkaitan erat dengan fungsi komunikasi sebagai sarana sosial, yaitu
untuk membentuk konsep diri, aktualisasi diri, dan menjaga kelangsungan hidup,
caranya antara lain dengan memupuk hubungan dengan orang lain.
Dalam kajian ilmu komunikasi, dikenal juga istilah jaringan komunikasi.
Jaringan komunikasi itu terdiri dari lima tipe, yaitu berbentuk roda, rantai, Y,
lingkaran, dan bintang.37 Setiap jenis jaringan memiliki kelebihan dan
kekurangannya masing-masing. Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan
pada Selasa, 30 Juli 2013, peneliti melihat para anggota menjalankan proses
komunikasi sesuai dengan jaringan komunikasi yang berbentuk bintang. Pada
jaringan bintang, atau disebut juga semua saluran (all channels), setiap anggota
bisa berkomunikasi dengan anggota kelompok yang lain. 38
Bentuk komunikasi kelompok semacam ini dinilai paling efektif karena
pola semua saluran tidak terpusat pada satu orang pemimpin. Pola ini juga
37
Jalaludin rakhmat, op. cit. hlm. 162.
Wahyu Budi Priyatna, Ir. M. Si. Apriyanti. 2010. Modul Komunikasi Kelompok. Diploma IPB,
Bogor, hlm 55.
38
57
memudahkan para anggota kelompok berdiskusi bersama untuk menyelesaikan
tugas bila tugas itu berkenaan dengan masalah yang sukar diselesaikan. Pada pola
ini, sesama anggota tidak melihat tingkatan-tingkatan atau jabatan dalam
kelompok sebagai penghalang berkomunikasi. Semua anggota berkomunikasi
dengan cara yang cukup santai, tidak ada batasan komunikasi antara anggota,
sekretaris, atau ketua kelompok. Semua berbaur menjadi satu dengan pola
komunikasi yang sama. Berikut gambar jaringan-jaringan komunikasi :
Gambar 4.1
Lima macam jaringan komunikasi
Salah satu contohnya adalah saat Pay berkomunikasi dengan Agung dan
Ian, selaku ketua kelompok. Dia menggunakan cara yang sama saat
berkomunikasi baik dengan Agung maupun dengan Ian. Pay sama-sama
58
menggunakan bahasa “Lu – Gua” atau dalam bahasa Indonesia berarti saya dan
Anda, untuk berkomunikasi dengan Agung dan Ian. Menurut Ian, cara tersebut
sengaja digunakan untuk menambah keakraban di antara seluruh anggota. Ia juga
menekankan bahwa komunikasi harus berjalan dengan lancar, tidak ingin ada
batasan antara anggota dan pemimpin. 39
―Semua ini dilakukan untuk menjaga keutuhan kelompok. Kami sengaja
tidak membatasi komunikasi antara ketua dan anggota agar semua bisa
berbaur menjadi satu. Dengan saling mengakrabkan diri, hubungan antaranggota bisa semakin dekat. Dengan kedekatan hubungan itu, kami
berharap kekompakan kelompok bisa terus terjaga. Sebagai ketua, saya
juga tidak ingin menjaga jarak dengan teman-teman. Saya justru berharap
bisa lebih mendekatkan diri dengan teman-teman agar hubungan kami bisa
terjaga dengan baik. Dengan begitu, saya juga jadi lebih mengetahui apa
yang mereka rasakan selama berada dalam kelompok.‖
Ian juga menekankan bahwa keakraban menjadi hal utama yang
mempengaruhi keutuhan kelompoknya. Sebab, jika tidak ada keakraban
antaranggota, keutuhan kelompok bisa berkurang. Selain itu, pesan yang ingin
disampaikan komunikator kepada komunikan atau pemimpin kepada anggota
tidak berjalan maksimal. Tanpa keakraban dalam kelompok, tujuan yang ingin
dicapai bersama sangat sulit diwujudkan. Salah satu penyebabnya adalah karena
terhalang masalah kedekatan antarpribadi.
Fakta tersebut sekaligus membuktikan bahwa komunikasi yang diterapkan
dalam kelompok The Jakmania UNJ ini sejalan dengan fungsi komunikasi
kelompok yang telah dijelaskan pada Bab II, yaitu fungsi hubungan sosial,
pendidikan, persuasi, pemecahan masalah, dan fungsi terapi. 40 Poin yang paling
39
Wawancara Ahmad Ian Fachrizal, 10 September 2013, di Rawamangun, Jakarta Timur.
Lampiran hlm 107.
40
Hafied Cangara. op. cit, hlm 270.
59
berkaitan erat dengan fakta di atas adalah fungsi terapi, yaitu objek dari kelompok
terapi adalah membantu setiap individu mencapai perubahan personalnya.
Individu tersebut harus berinteraksi dengan anggota kelompok lainnya guna
mendapatkan manfaat terhadap kepentingan kelompok. Namun, usaha utamanya
adalah membantu dirinya sendiri, bukan membantu kelompok mencapai
konsensus.
Dalam teori berpikir kelompok yang digagas oleh Irvin L Janis, dijelaskan
bahwa untuk membangun kohesivitas kelompok diperlukan komunikasi yang
baik. Menurut Janis, komunikasi yang baik memiliki sejumlah indikator yang
mendukung proses komunikasi tersebut. Indikator komunikasi yang dimaksud
Janis terdiri dari komunikasi berlangsung sangat kompleks, efektif, komunikasi
mampu membangun antusiasme yang tinggi pada para anggotanya, serta
komunikasi berlangsung dengan intensitas yang tinggi.
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti di lapangan, peneliti menemukan
keempat indikator tersebut dalam keseharian kelompok The Jakmania UNJ. Hal
ini cukup menandakan bahwa komunikasi punya peran besar dalam membangun
kohesivitas yang telah terjalin dalam kelompok The Jakmania UNJ. Keempat
indikator tersebut seperti menjadi bagian dari keseharian kelompok. Tanpa sadar,
para anggota menjalankan sejumlah indikator komunikasi tersebut di dalam
kelompok yang kohesiv tersebut.
Pertama, peneliti menemukan pola interaksi yang ditunjukkan para anggota
sangat kompleks. Kompleks dalam hal ini berarti mengandung beberapa unsur yg
60
pelik, rumit, sulit, dan saling berhubungan. 41 Dalam hal ini, peneliti melihat
komunikasi yang diterapkan dalam The Jakmania UNJ disusun dengan jelas agar
pesan yang ingin disampaikan oleh ketua kelompok kepada para anggota bisa
disampaikan dengan baik. Namun, unsur kompleksitas itu terdapat pada proses
dan isi dari komunikasi tersebut. Salah satunya bisa dilihat dari proses diskusi
yang dilakukan kelompok ini. Mereka kerap saling memberikan pandangannya
masing-masing terkait suatu maslah dalam sebuah diskuis yang sangat interaktif.
Mereka juga tidak jarang terlibat perdebatan panjang sebelum akhirnya mencapai
kesepakatan satu sama lain.
Dalam diskusi tersebut, mereka sama-sama berusaha mencari jalan terbaik
terhadap suatu masalah yang dihadapi. Salah satu contohnya adalah saat peneliti
hadir pada sebuah sesi kopdar mingguan. Saat itu, pada anggota sama-sama
memberikan pendapatnya masing-masing soal pembuatan spandok, logo, dan
seragam The Jakmania UNJ. Mereka sama-sama memberikan pandangannya
masing-masing terkait bagaimana ukuran spanduk, warna spanduk, bahan
spanduk, tempat pembuatan, serta dana yang akan dikeluarkan.
Selain
itu,
mereka juga sibuk membuat dan memilih desain baju dan stiker sebagai identitas
kelompok. Karena saking ramainya perdebatan ayng terjadi, mereka menundua
perbincangan hingga pekan selanjutnya. Sebab, kesepakatan harus dicapai dengan
keikhlasan para anggota untuk menerimanya.
41
Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi keempat. 2008. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Hlm
720.
61
Selain membahas soal kelompok dan Persija, tak jarang para anggota
kelompok membicarakan hal-hal di luar Persija. Mereka juga kerap berbagi
berbagai macam hal yang berkaitan dengan kesukaan-kesukaan masing-masing
pribadi. Hal ini juga menjadi bagian dari bentuk kompleksitas komunikasi. Pay
dan Agung misalnya, mereka sering membawa hobi mereka tentang musik-musik
Jepang dalam pertemuan rutin kelompok. Menurut keduanya, hal itu dilakukan
agar tidak ada rasa bosan di antara para anggota. Selain itu, mereka juga kerap
menghabiskan waktu bersama untuk bermain futsal. Sama seperti dijelaskan
sebelumnya, upaya ini dilakukan para anggota dengan tujuan untuk saling
mengakrabkan diri satu sama lain.
Menurut Wilbur Scharmm, semakin tumpang tindih area pengalaman
komunikator dengan komunikan, akan semakin efektif pesan yang dimiliki
masing-masing. Kesamaan area pengalaman di antara anggota The Jakmania UNJ
juga membuat mereka merasa semakin dekat satu sama lain. Mereka juga merasa
lebih akrab dan mengenali satu sama lain. Fakta tersebut didukung oleh hasil
wawancara dengan Eko sebagai berikut 42:
―Kami berkomunikasi melalui banyak hal. Mulai dari telpon, sms, atau
bertemu langsung. Kita juga sering mengadakan rapat rutin dan forum
diskusi untuk membahas suatu hal setiap minggunya. Misalnya jika ada
masalah seperti anggota kecelakaan atau ada informasi penting dari pusat.
Ya lebih ke forum internal, di sana lah komunikasi antar-anggota terjalin.
Pada pertemuan itu, kita tidak hanya berdiskusi secara formal tentang
masalah Jakmania, tapi juga melakukan hal-hal lainnya. Tak jarang kita
juga bermain playstation untuk lebih meningkatkan keakraban. Kami
mencoba membiasakan diri bahwa dengan sering-sering bertemu, tingkat
keakraban, kebersamaan, dan soliditas kita akan terus terjaga.‖
42
Wawancara Eko Ramdhani, 21 Juli 2013 di Bekasi, Jawa Barat. Lampiran hlm 86.
62
Bukan hanya Eko, hal serupa juga dituturkan Pay dan Agung. Keduanya
sama-sama menyukai musik Jepang, sehingga mereka sering menghabiskan waktu
bersama untuk berbagi info terbaru seputar perkembangan musik Jepang. Menurut
Pay, musik Jepang telah membuat dirinya dan Agung semakin dekat. Kedekatan
itu membuat mereka semakin bersemangat untuk lebih sering berjumpa. Selain
untuk membicarakan perkembangan musik Jepang, tentunya mereka ingin lebih
banyak
berbaur
dengan
anggota
kelompok
lainnya
untuk
membahas
perkembangan klub kesayangan mereka, Persija. Berikut penuturan Pay43:
―Kami sama-sama menyukai musik Jepang. Selain berkumpul untuk
membicarakan perkembangan Persija, kami sering memanfaatkan waktu
luang untuk bertukar info soal perkembangan terbaru musik-musik Jepang.
Akan tetapi, kami tidak ingin mengganggu pertemuan rutin kami dengan
terus menerus membicarakan musik Jepang. Kami ingin lebih banyak
mengetahui perkembangan Persija. Bagaimana pun, tujuan utama kami
bergabung dengan kelompok ini adalah untuk mendukung Persija. Persija
lah yang telah mempertmukan kami bersama-sama di sini. Semua berawal
dari rasa cinta terhadap Persija.‖
Poin yang kedua dalam indikator komunikasi kelompok yang baik adalah
komunikasi berjalan efektif. Salah satu konsep penting dalam komunikasi adalah
interaksi. Pandangan komunikasi sebagai interaksi menyertakan komunikasi
dengan proses sebab-akibat atau aksi-reaksi, yang arahnya bergantian. Bentuk
interaksi juga berpengaruh pada efektivitas komunikasi. Prosesnya seperti ini:
seseorang menyampaikan pesan baik dalam bentuk verbal maupun nonverbal,
kemudian seseorang yang bertindak sebagai penerima pesan bereaksi dengan
memberikan jawaban, lalu orang pertama kembali bereaksi setelah menerima
jawaban dari orang kedua, begitu seterusnya.
43
Wawancara Naufal Fadhlan, 10 September di Rawamangun, Jakarta Timur. Lampiran hlm 100.
63
Salah satu unsur penting dalam proses ini adalah umpan balik alias respon.
Respon merupakan sesuatu yang disampaikan penerima pesan kepada sumber
pesan, yang sekaligus digunakan sumber pesan sebagai penunjuk mengenai
efektivitas pesan yang disampaikan sebalumnya : apakah dapat dimengerti, dapat
diterima, dan menghadapi kendala apa, sehingga berdasaran umpan balik itu
sumber dapat mengubah pesan selanjutnya agar sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai.
Peneliti melihat pola interaksi yang ditunjukkan The Jakmania UNJ
berjalan atas dasar komunikasi yang efektif. Para anggota sangat memahami
kebutuhan-kebutuhan kelompoknya, termasuk tugas dan peran yang wajib
dijalankan masing-masing anggota. Salah satu buktinya terlihat saat Eko dan
kawan-kawan hadir di Kedai Kopi dan The Rawamangun dengan pakaian yang
sama-sama didominasi warna oranye, sebagai lambang kebesaran Persija.
Instruksi untuk menggunakan pakaian berwarna oranye disampaikan langsung
oleh Ian selaku ketua kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa komunikasi yang
disampaikan Ian kepada para anggota berjalan dengan lancar. Pesan yang
disampaikan Ian (komunikator) diterima dengan baik oleh para anggota
(komunikan) dan menimbulkan respon yang diharapkan.
Contoh lainnya terlihat saat Ian meminta para anggota untuk hadir lebih
awal di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK). Saat itu akan Persija
bertanding menghadapi Sriwijaya Palembang dalam lanjutan Liga Super
Indonesia 2013. Ian sengaja meminta rekan-rekannya untuk datang lebih awal
agar bisa mendapat yang lebih strategis di sektor 5 SUGBK. Ian menggunakan
64
penyampaian yang berbeda dalam memberikan instruksinya. Ia cenderung
menggunakan pendekatan yang lebih ramah dan sedikit agak genit kepada
anggota wanita, sedangkan kepada para anggota pria, ia memilih menggunakan
bahasa yang santai. Hal itu bertujuan agar pesan yang ingin disampaikan bisa
diterima dengan baik oleh para anggota. Hal ini menunjukkan bahwa Ian sebagai
komunikator telah memahami khalayak mana yang dijadikan sasaran dan
tanggapan apa yang diinginkan. Ian juga terbukti terampil menyandi pesan dengan
memperhitungkan bagaimana komunikan sasarannya menerjemahkan pesan Ian.
Berikut kutipan wawancara dengan Ian44:
―Saya bukan hanya saat ini menjadi ketua kelompok. Di luar Jakmania saya
juga pernah beberapa kali menjadi ketua kelompok sehingga cukup
memahami bagaimana cara menyampaikan pesan yang baik kepada
khalayak. Menurut saya, setiap anggota kelompok punya karakter yang
berbeda-beda antara satu dan lainnya. Untuk itu, saya harus menyesuaikan
penyampaian pesan saya dengan mereka. Pola penyampaian seperti apa sih
yang bisa membuat mereka menangkap pesan saya dengan baik. Untuk
memberikan instruksi kepada anggota perempuan, saya sering berlagak
agak genit di depan mereka supaya mereka terhibur. Dengan begitu, saya
yakin pesan yang ingin saya sampaikan bisa mereka terima dengan baik.
Kalau dengan anggota pria, saya bisa lebih santai karena memang sudah
akrab dengan mereka.‖
Tidak jauh berbeda dengan yang dilakukan Ian, Agung selaku anggota
senior dari The Jakmania UNJ juga mengungkpan hal yang sama. Menurut
Agung,
untuk menjaga agar komunikasi berjalan dengan efektif seorang
pemimipin kelompok harus memperhatikan sejumlah hal penting yang
mendukung proses komunikasi. Hal itulah yang dilakukan Agus semasa ia
memimpin The Jakmania UNJ pada periode 2012 lalu.
44
Wawancara Ahmad Ian Fachrizal, op. cit, hlm 105.
65
Agung menjelaskan setidaknya ada lima hal penting yang ia perhatikan
dalam menyampaikan sebuah pesan kepada para anggotanya. Beberapa hal di
antaranya adalah pesan disampaikan dengan cara yang sederhana, tidak berbelit,
dan langsung ke fokus pembahasan. Ia juga selalu mencoba menyampaikan pesan
secara menyeluruh, agar pesan sampai ke khalayak dengan menyeluruh juga.
Agung juga selalu berusaha untuk memahami respon yang diberikan para anggota
untuk mengukur sejauh mana pesan yang ia sampaikan bisa diterima. Dengan
begitu, Agung menilai komunikasi yang dijalankannya bisa berlangsung dengan
efektif, dalam artian pesan yang ingin ia sampaikan bisa diterima dengan baik
oleh para anggota kelompok. Yang terakhir, Agung selalu berusaha untuk
memahami kondisi khalayak sebelum menyampaikan pesan. Maksudnya, ia selalu
melihat dan menyesuaikan kondisi emosional atau psikologis para anggotanya
agar pesan yang ingin disampaikan bisa diterima dengan baik. Kelima hal tersebut
menjadi kunci utama Agung dalam menerapkan komunikasi yang baik, untuk
mendukung efektivitas komunikasi dan meningkatkan kohesivitas kelompok.
―Menjadi ketua kelompok bukan hal yang mudah, kita harus
memperhatikan banyak hal untuk menjaga keutuhan kelompok, termasuk
mengatur perilaku para anggota. Komunikasi menjadi salah satu hal yang
selalu saya perhatikan karena komunikasi seperti menjadi dasar dari
sebuah hubungan. Saya juga selalu mengajak para anggota agar terus
menjaga hubungan dengan baik, salalh satunya dengan meningkatkan
komunikasi karena komunikasi sangat berpengaruh besar terhadap
hubungan ini.‖45
Efektivitas komunikasi yang diterapkan Ian dan para anggota berpengaruh
besar terhadap antusiasme setiap anggota kelompok. Dengan efektivitas tersebut,
45
Wawamcara Agung Nugroho, 27 Agustus 2013 di Rawamangun, Jakarta Timur. Lampiran hlm
66
pada umumnya mereka merasa sangat nyaman dengan situasi dan iklim yang
terjalin dalam kelompok. Kenyamanan itu membuat rasa saling memiliki di antara
para anggota semakin meningkat. Mekera mengaku semakin solid. Selain itu,
sebagian anggota juga mengakui bahwa mereka sering merasa ingin lebih
berlama-lama berada di dalam lingkungan kelompok.
Rasa nyaman dan saling memiliki di antara para anggota juga membuat
intensitas komunikasi dan interaksi semakin tinggi. Mereka semakin rajin
berkumpul bersama, bukan hanya pada hari Selasa, melainkan di hari-hari lain
saat mereka sama-sama memiliki waktu luang. Mereka juga menambah agenda
pertemuan rutin mingguan mereka dengan bermain futsal di daerah Rawamangun.
Sama seperti kegiatan lainnya, bermain futsal merupakan ajang untuk lebih
mengakrabkan diri dan membuat kekompakkan semakin terjaga. Futsal menjadi
upaya yang jitu karena di dalam permainannya, mereka dituntut untuk bermain
dalam tim sehingga kekompakkan menjadi hal utama yang wajib diutamakan.
Selain itu, seperti yang disampaikan dalam teori Berpikir Kelompok, rasa
nyaman itu membuat mereka semakin giat dalam menjalankan tugasnya masingmasing. Meski datang dari latar belakang sosial dan budaya yang berbeda, para
anggota berusaha menyesuaikan tujuan pribadi untuk tujuan kelompok. Mereka
sama-sama berjuang untuk tujuan yang sama, yaitu menjaga keutuhan kelompok.
Fakta tersebut didukung oleh komentar Eko, berikut penjelasannya 46 :
46
Wawancara Eko Ramdhani, op. cit, hlm 91.
67
―Saya merasa komunikasi berlangsung dengan baik. Semua itu terbentuk
karena rasa cinta sama Persija. Obrolan antar anggota soal Persija
membuat kita jadi jauh lebih nyaman. Intinya, komunikasi itu berawal dari
rasa suka dan rasa cinta kepada Persija, lalu kita menjadi satu kesatuan
suporter untuk mendukung tim yang sama, yaitu Persija. Saya juga merasa
sangat puas. Apa yang dilakukan antar anggota cukup membuat kami
saling mengenal dan memahami. Korlap juga punya peran penting dalam
mengendalikan kelompok ini.‖
Rasa nyaman yang dirasakan setiap anggota memberikan banyak pengaruh
pada kekompokkan kelompok. Tanpa disuruh, masing-masing anggota telah
menyadari fungsi dan tugas yang wajib dijalankan. Salah satunya saat Ian
meminta kerelaan dari salah satu anggota untuk mengurus pembuatan spanduk
The Jakmania UNJ. Tanpa waktu lama, Ari Julianto langsung menyatakan
kesiapannya mengurus masalah spanduk tersebut. Ari yang merupakan mahasiswa
Teknik Sipil Fakultas Teknik UNJ itu segera menyiapkan semua keperluan dan
desain spanduk yang akan dibuat.
Kesadaran Ari merupakan salah satu bukti yang menunjukkan bahwa
komunikasi yang selama ini deterapkan dalam keseharian kelompok The
Jakmania UNJ berjalan dengan sangat efektif. Setiap anggota mempunyai rasa
saling memiliki dan mau melakukan segala hal demi menjaga keutuhan dan
kekompakkan kelompok. Selain itu, komunikasi yang efektif membuat keakraban
antaranggota terjaga dengan baik. Tidak ada sekat-sekat yang memisahkan para
anggota meski mereka berasal dari latar belakang sosial, budaya, serta fokus
pendidikan yang berbeda.
68
4.3.2 Kohesivitas Kelompok
Kohesivitas kelompok merupakan keadaan di mana sebuah kelompok
memiliki tingkat soliditas yang tinggi. Para anggota kelompok mempunyai
kesadaran yang tinggi untuk menjaga keutuhan dan keberlangsungan kelompok.
Menurut perspektif Janis dalam teori berpikir kelompok, setiap anggota selalu
berusaha menjaga keutuhan kelompok meski terkadang cara yang digunakan tidak
rasional. Menurut salah satu ilustrasi yang dijelaskannya, semua anggota berusaha
menjaga keutuhan kelompok dengan persepsi yang keliru tetang soliditas.
Akibatnya, mereka seperti menghalalkan hal yang haram dalam menjaga keutuhan
kelompoknya, seperti merasa kelompoknya yang terbaik dan kelompok lain tidak
baik.
Pada teori berpikir kelompok, selain memberikan penjelasan tentang
indikator komunikasi, Janis juga menjabarkan sejumlah indikator tentang
kohesivitas kelompok. Menurut Janis, dalam kelompok yang kohesif, hubungan
antar anggotanya terjalin dengan sangat baik dan memiliki soliditas yang sangat
kuat. Mereka juga selalu mengutamakan konsensus atau kepentingan bersama.
Akan tetapi, Janis menjelaskan bahwa dalam kelompok yang kohesif selalu ada
tekanan kepada para anggota agar selalu memiliki kesamaan pendapat dengan
anggota lain. Hal itu membuat nilai kritis dalam diri setiap anggota hilang karena
harus menerima kesamaan pendapat dengan anggota kelompok lainnya.
Sesuai dengan teori berpikir kelompok, peneliti mencoba menemukan
indikator-indikator kohesivitas kelompok yang telah dielaskan di atas dalam
69
kelompok The Jakmania UNJ. Lewat wawancara dan observasi, peneliti dapat
menemukan fenomena tersebut dalam kelompok Jakmania. Meski tidak semua
anggota mengalami fenomena tersebut, setidaknya indikator-indikator di atas
telah menunjukkan fakta yang sebenarnya.
Pertama, hubungan antar anggotanya terjalin dengan sangat baik. Hal itu
jelas terlihat dalam keseharian The Jakmania UNJ. Mereka selalu menjalin
komunikasi baik dengan pertemuan rutin secara tatap muka atau lewat telpon,
sms, atau melalui sosial media seperti Facebook dan Twitter. Mereka juga
berusaha untuk mengakrabkan diri antara satu dengan yang lainnya. Terutama
kepada mereka yang merupakan anggota baru. Semua itu dilakukan untuk
menjaga hubungan yang baik di antara para anggota kelompok agar keutuhan
kelompok bisa terus terbina dengan baik. Selain itu, mereka juga selalu berusaha
menjaga tali silaturahmi antar anggota.
Menurut Pay, hubungan baik antar anggota adalah kunci utama
langgengnya sebuah kelompok. Untuk itu, dia dan beberapa teman lainnya selalu
berusaha menjaga hubungan baik. Berikut alasan Pay47:
―Kami menyadari betapa pentingnya komunikasi. Oleh sebab itu, kami
selalu berusaha menjaga komunikasi dengan baik. Komunikasi mempunyai
peran penting dalam memperkuat suatu hubungan. Dengan berkomunikasi,
kami jadi saling mengetahui kabar semua anggota. Selain itu, kami juga
bisa bersama-sama membangun keutuhan kelompok ini.‖
Pendapat Pay itu juga diperkuat oleh komentar dari Agung. Agung menilai
hubungan baik antar anggota kelompok sangat berpengaruh besar dalam
47
Wawancara Naufal Fadhlan, op. cit, hlm 103.
70
meningkatkan kekompakan antar anggota kelompok. Berikut kutipan wawancara
Agung48 :
―Kami selalu berusaha menjaga hubungan baik dengan semua anggota
kelompok. Semua itu kami lakukan untuk membuat The Jakmania UNJ
menjadi semakin solid dan kompak. Dalam islam juga diajarkan agar
setiap umatnya selalu berkomunikasi dengan baik. Tujuannya juga sama
dengan kami, untuk menjaga kelangsungan umat. Dengan demikian, saya
pribadi selalu berusaha menjaga hubungan baik. Paling tidak dengan
saling menyapa setiap kami berpapasan di jalan. Menurut saya itu saja
sudah cukup. Selanjutnya, komunikasi bisa dilakukan saat sedang bertemu
dalam rapat rutin.‖
Dalam kelompok yang kohesif, masing-masing anggota juga punya
soliditas yang kuat. Mereka merasa saling memiliki terhadap sesama anggota atau
kelompok itu sendiri. Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan,
soliditas itu terbentuk dari kesadaran setiap anggota untuk menjaga dan
membangun kelompok itu sendiri. Mereka sama-sama berusaha menjalin
kebersamaan agar saling mengenal satu sama lain. Dengan saling mengenal satu
sama lain, mereka bisa semakin akrab dan berjuang bersama menjaga keutuhan
kelompok.
Soliditas itu juga bisa dilihat saat sesama anggota saling bahu-membahu
membangun kelompok. Misalnya saat mereka berusaha memperkenalkan identitas
kelompok kepada mahasiswa baru saat tahun ajaran baru dimulai. Mereka berbagi
tugas untuk menyebar brosur perekrutan anggota baru di mading-mading kampus.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, setiap anggota juga telah menyadari
48
Wawancara Agung Nugroho, op. cit, hlm 96.
71
tugas dan fungsinya masing-masing, sehingga kebutuhan kelompok bisa terpenuhi
dengan baik.
Bukti lain dari tingginya tingat soliditas dalam kelompok The Jakmania
UNJ itu adalah saat mereka menyempatkan diri memberikan bantuan sosial
kepada masyarakat umum yang membutuhkan. Salah satunya saat terjadi musibah
kebakaran di kawasan Pulo Gadung. The Jakmania UNJ merelakan waktunya
untuk bersama-sama membantu para korban kebakaran baik datang langsung ke
tempat kejadian maupun dengan berkeliling kampus dan persimpangan jalan
untuk mengumpulkan donasi atau sumbangan dari sejunlah masyarakat. Berikut
penuturan Agung49 :
―Meskipun melelahkan, kami tetap senang karena kami menikmatinya.
Semua ini kami lakukan karena kecintaan kami pada Persija. Menempel
brosur itu salah satu bagian untuk mempromosikan komunitas kami
kepada masyarakat luas. Kalau komunitas kami punya banyak peminat,
kami juga kan yang senang. Dan, Persija juga semakin banyak memiliki
pendukung.‖
Contoh lain dari bentuk soliditas itu adalah saat sebagian anggota
menyempatkan datang ke Sleman, Yogyakarta, untuk menyaksikan pertandingan
usiran antara Persija melawan Persib Bandung pada Rabu, 4 September 2013. Pay
dan enam anggota The Jakmania UNJ merelakan diri datang ke sleman untuk
memberikan dukungan penuh kepada tim kesayangannya. Mereka berangkat
dengan mobil milik Dito Pradana langsung menuju Sleman.
Di Sleman, soliditas mereka kembali teruji. Saat itu, Persib sebetulnya
tidak diizinkan membawa suporternya ke Sleman. Namun, mereka memaksa
49
Wawancara Agung Nugroho, op. cit, hlm 94.
72
datang dan akhirnya berjumpa dalam satu stadion dengan suporter Persija. Seperti
diketahui, The Jakmania dengan Viking dan Bobotoh merupakan seteru abadi di
dunia sepak bola Indonesia. Rivalitas kedua kubu cenderung negatif, karena
pertemuan mereka hampir selalu berujung bentrokan dan menimbulkan korban
dan kerugian yang tidak sedikit, yang diamali masyarakat umum di luar sepak
bola. 50
Setelah hampir lima tahun lamanya tidak berjumpa dalam satu stadion,
mereka kembali bertemu di Sleman. Sesuai prediksi banyak pihak, bentrokan
kembali terjadi. Bentrokan pecah saat kedua kelompok saling ejek satu sama lain.
Dari saling ejek, bentrokan berlanjut kepada saling lempar batu dan botol
minuman. Bentrokan semakin meluas ketika kedua kubu tidak terima
kelompoknya diserang. Akibatnya, pertandingan sempat dihentikan beberapa saat
ketika polisi berusaha melerai kerusuhan tersebut dengan menembakkan gas air
mata ke tribun penonton.
Saat itu, Pay dan kawan-kawan yang datang dengan niat murni hanya
untuk mendukung Persija justru menjadi salah satu korban. Dito sempat terkena
lemparan botol Bobotoh meski tidak menimbulkan luka. Saat itu, Pay dan lima
rekan lainnya berusaha untuk saling menjaga satu sama lain. Mereka tidak ingin
anggota kelompok terdekatnya menjadi korban dari ulah brutal para Bobotoh.
Menurut Pay, saat itu yang bisa ia lakukan hanyalah menyelamatkan diri dan
rekan terdekat. Sebab, bentrok yang terjadi di Sleman di luar perkiraan mereka.
50
http:www.bolanews.com/Viking-dan-Bobotoh-Dilarang-Pakai-Atribut. Tanggal akses 27
Agustus 2013.
73
Bentrok terjadi secara tiba-tiba saat pertandingan memasuki babak kedua. Berikut
kutipan wawancara Pay: 51
―Waktu itu kita senang asik menonton pertandingan. Ya memang kita
sama-sama meneriakan yel-yel dan menyanyikan lagu untuk
menyemangati para pemain. Mungin kubu lawan merasa tersinggung jadi
mereka mulai melempari botol minuman. Hal itu membuat sebagian The
Jakmania tersulut emosinya. Nah, saat itu lah bentrok terjadi. Semestinya
hal ini bisa dicegah jika panitia pelaksana pertandingan dan kepolisian bisa
bertindak tegas. Sebab, sebeum pertandingan panitia dan kepolisian telah
menyatakan tidak mengijinkan suporter Persib datang. Mungkin karena
ada lobi-lobi di antara pihak Persib dan kepolisian akhirnya mereka
diizinkan datang ke Sleman.‖
Teori berpikir kelompok juga menjelaskan bahwa dalam kelompok yang
kohesif seluruh anggota selalu bertindak dengan mengutamakan konsensus, atau
kesepakatan bersama. Hal itu dilakukan untuk menjaga keutuhan serta soliditas
antar anggota kelompok. Namun, terkadang konsep berpikir yang selalu berusaha
mengutamakan konsensus membuat pola pikir para anggota menjadi tidak kritis.
Mereka kerap kesulitan atau bahkan tidak mau untuk menentang hasil pemikiran
yang merupakan pendapat umum setiap anggota.
Peneliti menemukan fakta-fakta tersebut dalam kelompok The Jakmania
UNJ. Sebagian anggota kelompok mengakui bahwa mereka sering tak sadar
bahwa mereka selalu berusaha menyetujui pendapat umum kelompok. Menurut
mereka, perdebatan panjang bukan menyelesaikan masalah, namun justru
mengurangi nilai persaudaraan. Meski mengerti bahwa perdebatan adalah bagian
51
Wawancara Naufal Fadhlan, op. cit, hlm 102.
74
dari dinamika
kelompok,
namun
mereka
tetap
berusaha
memperkecil
kemungkinan munculnya perdebatan tersebut.
Saat peneliti ikut ambil bagian dalam diskusi kelompok di teater terbuka
UNJ, peneliti melihat pola interaksi yang terjadi sangat dinamis. Setiap anggota
saling mengungkapkan pendapatnya masing-masing ketika Ian memberikan bahan
diskusi. Salah satu pokok pembahasan saat itu adalah pembuatan spanduk dan
seragam baru. Semua anggota saling mengutarakan pendapatnya masing-masing
tentang desain, warna atau corak baju dan spanduk. Mereka menjelaskan alasan
masing-masing terhadap pilihan desain dan warnanya.
Disukusi berjalan sangat dinamis. Namun, tak jarang juga sebagian
anggota mengugurkan sendiri pendapatnya saat pemikirannya terasa sangat
berbeda dengan anggota lainnya. Pay misalnya, ia lebih memilih mengalah dan
membatalkan pendapatnya daripada harus berdebat panjang dengan anggota
kelompok lain. Meski sangat berharap desain baju yang dia usulkan bisa diterima
anggota kelompok yang lain, namun Pay tak ingin perbedaan pendapat tersebut
justru menimbulkan perdebatan panjang. Berikut kutipan wawancaranya 52 :
―Berdebat itu biasa. Itu adalah bagian dari dinamika kelompok. Namun,
saya tidak ingin perbedaan pendapat justru menimbulkan perdebatan
panjang. Lebih baik mengalah daripada nanti akhirnya menimbulkan
perselisihan. Lagipula saya yakin apa yang menjadi kesepakatan bersama
adalah keputusan terbaik. Sebagai anggota kita harus menerima itu
sepenuh hati.‖
52
Wawancara Naufal Fadhlan, op. cit, hlm 101.
75
Indikator kohesivitas kelompok yang lain menyebutkan bahwa dalam
kelompok yang kohesif biasanya para anggotanya punya persepsi yang keliru
terhadap makna soliditas dan kebersamaan. Sebagian dari mereka menerjemahkan
hal tersebut dalam persepsi yang negatif. Persepsi yang negatif itu juga membuat
anggota kelompok sering kali keliru dalam mengungkapkan rasa saling memiliki
mereka. Salah satunya dengan primordialisme,
yaitu anggapan bahwa
kelompoknya sebagai yang terbaik dan kelompok lain adalah golongan yang
buruk dan salah.
Eko mengakui bahwa dirinya pernah menemui kekeliruan persepsi yang
disebutkan di atas dalam diri rekan-rekannya. Ia melihat persepsi negatif itu lebih
sering terjadi pada anggota baru yang masih labil. Menurut penjelasan Eko,
beberapa di antara mereka tidak segan melakukan tindakan anarkis saat
kelompoknya terancam. Mereka juga kerap membenarkan segala cara untuk
melindungi kelompoknya, salah satunya dengan bertawuran. Hal itu pernah
dialami The Jakmania UNJ saat menyaksikan pertandingan melawan Mitra Kukar
beberapa tahun silam.
Bentrokan saat itu bukan terjadi antara dua suporter yang berbeda, tapi
dengan sesama The Jakmania. Menurut cerita Eko, saat itu dia dan kelompoknya
baru pulang dari SUGBK, tapi di tengah jalan bus mereka justru dilempari batu
oleh pihak tidak bertanggungjawab, yang mengenakan kostum Persija. Dengan
sangat terpaksa mereka melawan meski akhirnya tidak menimbulkan bentrok
besar karena segera dilerai sesame anggota The Jakmania UNJ. Hal-hal seperti ini
dianggap lumrah oleh sebagian kelompok suporter. Pasalnya, mereka sama-sama
76
menyadari bahwa masing-masing dari mereka ingin kelompoknya dianggp paling
superior dan kelompok yang lain imperior. Tawuran menjadi salah satu bentuk
kesetian terhadap kelompoknya masing-masing. Berikut penjelasan Eko53:
―Pernah sesekali dalam keadaan darurat. Waktu itu kita diserang kelompok
lain di daerah Cawang, Jakarta Timur. Dalam keadaan itu, kita tidak
mungkin cuek, karena bisa mati semua. Ini yang membuat miris, samasama berkostum Oranye tapi justru saling serang. Saya merasa bangga bisa
jadi bagian dari Jakmania. Saya juga bangga karena Jakmania pernah
mendapat predikat sebagai suporter terbaik. Meski begitu, saya tidak mau
menjatuhkan kelompok lain. Kita memang beda, tapi kita harus saling
menghargai dan menghormati.‖
Dari hasil penelitian ini, peneliti mencoba memberikan kesimpulan singkat
tentang kohesivitas dalam kelompok The Jakmania UNJ. Dengan kohesivitas
yang terjalin antar anggota kelompok, mereka mengaku memiliki rasa saling
memiliki yang sangat tinggi. Rasa saling memiliki itu juga membuat mereka
merasa semakin kompak dan berusaha sebaik mungkin untuk saling menjaga
keutuhan kelompok. Bagaimana pun, mereka telah dipertemukan bersama dengan
kelompok atas dasar sama-sama mencintai Persija Jakarta. Mereka berharap
keutuhan kelompok tetap terjaga untuk jangka waktu yang lama. Seperti slogan
mereka sebagai Jakmania selama ini, yaitu ―Persija Sampai Mati!‖.
Eko menjelaskan bahwa banyak cara dilakukan untuk menunjukkan
kecintaan tersebut, mulai dari hal yang baik sampai hal yang keliru. Menurutnya,
tidak sedikit kalangan yang meluapkan perasaan cintanya terhadap Persija dengan
cara yang salah. Fakta di lapangan menunjukkan banyak tindakan melanggar
aturan yang dilakukan untuk menunjukkan kecintaannya terhadap sebuah klub
53
Wawancara Eko Ramdhani, op. cit, hlm 91.
77
sepak bola. Di Indonesia, hal itu bukan lagi menjadi hal yang langka karena
hampir semua kelompok suporter pernah melakukan tindakan melanggar aturan
seperti naik di atap kendaraan sambil berteriak dan mengibarkan bendera klub,
tawuran antar suporter, serta membuat kerusuhan di tempat umum yang berujung
pada kerugian masyarakat sekitar.
Akan tetapi, hal itu tidak ingin dilakukan Eko. Dia lebih memilih
mengungkapkan rasa kecintaannya dengan cara yang baik dan wajar. Salah
satunya dengan datang menonton langsung ke stadion dengan tertib. Menurut
Eko, stadion adalah tempat yang paling pas untuk menunjukkan kecintaan
terhadap klub karena di sana ia dan kawan-kawan bisa memberikan dukungan
maksimal saat klub kecintaannya tengah bertanding. Salah satu dukungan itu
diberikan dengan menyanyikan yel-yel kebanggaan klub, serta meneriakan namanama para pemain yang tengah bertanding. Langkah itu sangat tepat dilakukan
untuk menunjukkan rasa cinta yang sesungguhnya, bukan dengan tindakan
anarkis. Berikut kutipan wawancaranya 54:
―Selain yang sudah saya jelaskan sebelumnya, saya juga pernah mengajak
para anggota baru untuk tidak mudah terpancing sama hal-hal
menyimpang seperti kerusuhan. Itu saya lakukan untuk menjaga keutuhan
kelompok ini karena saya mencintai Persija. Saya berusaha mengajak
mereka menghindarkan diri dari hal itu. Itu saya lakukan karena para
anggota baru sangat butuh bimbingan sebab mereka cenderung masih
labil. Secara pribadi, pertama saya mengajak teman-teman untuk lebih
menguatkan diri. Kita ini suporter bukan preman. Kejadian ini sering
terjadi pada para anggota baru yang masih labil. Ada slogan ―Persija
Sampai Mati‖, tapi itu bukan jadi patokan untuk melakukan hal
menyimpang dan merugikan. Boleh cinta sama klub tapi jangan sampai
salah persepsi.‖
54
Wawancara Eko Ramdhani, op. cit, hlm 89.
78
Eko mengakui bahwa pola komunikasi yang diterapkan dalam kelompok
berperan besar dalam membangun hubungan baik dan soliditas kelompok.
Menurut Eko, komunikasi adalah hal utama yang wajib dijaga demi kelangsungan
hidup kehidupan berkelompok. Berikut kutipan wawancara dengan Eko 55
―Iya sangat berpengaruh. Kami sangat menyadari bahwa komunikasi itu
penting. Komunikasi membuat kita mengetahui satu sama lain, mengenal,
dan memahami satu sama lain. Bukan hanya mengetahui kabar seputar
para anggota, tapi juga tentang klub, pemain, dan juga suporter di daerah
lainnya. Dalam rapat kita juga sering membahas soal bagaimana menjalin
komunkasi dengan baik. Bahkan, kita juga mengajak perwakilan dari
kelompok lain saat rapat. Tujuannya agar kita bisa saling menjaga
silaturahmi dan mempererat kekompakan kelompok.‖
Senada dengan pendapat Eko, Ian, Agung, dan Pay juga memiliki
pendapat yang sama. Mereka sama-sama mengakui bahwa komunikasi memiliki
peran besar dalam menjaga keutuhan kelompok. Karena itu lah mereka selalu
berusaha menjaganya dengan baik. Menurut Agung, komunikasi merupakan salah
satu kunci soliditas dan keakraban hubungan dalam kelompok The Jakmania UNJ.
Agung menilai keakraban hubungan yang terjalin antaranggota tak lepas dari
peran besar komunikasi. Pendapat Pay didukung penuh oleh penjelasan Pay.
Berikut kutipan wawancaranya :56
―Kami menyadari betapa pentingnya komunikasi. Oleh sebab itu, kami
selalu berusaha menjaga komunikasi dengan baik. Komunikasi
mempunyai peran penting dalam memperkuat suatu hubungan. Dengan
berkomunikasi, kami jadi saling mengetahui kabar semua anggota. Selain
itu, kami juga bisa bersama-sama membangun keutuhan kelompok ini. ―
55
56
Wawancara Eko Ramdhani, op. cit, hlm 92.
Wawancara Naufal Fadhlan, op. cit, hlm 103.
79
Sementara itu, menurut Ian, peran komunikasi benar-benar penting bagi
dia dan kelompoknya. Ia selalu menekankan kepada para anggotanya bahwa
komuniaksi wajib berjalan secara efektif agar para anggota tidak sampai salah
menerjemahkan sesuatu. Sebab, Ian dan teman-teman pernah merasakan betapa
buruknya akibat dari kesalahan berkomunikasi. Dengan demikian, mereka selalu
berusaha untuk menjaga komunikasi dengan baik.
Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan, peneliti pemahaman
peneliti mengenai dinamika dalam kelompok The Jakmania mulai terbuka lebar.
Sekarang
peneliti
mempunyai
cukup
pemahaman
mengenai
penerapan
komunikasi dalam kelompok tersebut. Peneliti mencoba untuk membuat
kesimpulan tentang
hubungan fenomena
komunikasi
kelompok dengan
kohesivitas kelompok, khususnya dalam tubuh The Jakmania UNJ, tempat
peneliti melakukan penelitian secara mendalam.
Peneiti melihat pada kelompok dengan kohesi tinggi, komunikasi antar
anggota tinggi dan interaksinya berorientasi positif. Sedangkan antar anggota
dalam kelompok dengan kohesi rendah kurang komunikasif dan interaksinya lebih
berorientasi negatif. Anggota kelompok dengan kohesi tinggi bersifat kooperatif
dan pada umumnya mempertahankan dan meningkatkan integritas kelompok,
sedangkan pada kelompok dengan kohesi rendah lebih independen dan kurang
memperhatikan anggota lain. Intinya, kohesi berkaitan erat dengan kualitas dan
kuantitas komunikasi.
Peneliti juga melihat anggota kelompok yang kohesif lebih siap untuk
berpartisipasi dalam pertemuan-pertemuan kelompok. Mereka lebih setuju
80
terhadap tujuan kelompok, lebih siap menerima tugas-tugas dan peranan serta
lebih
menaati
norma-norma
kelompok.
Mereka
juga
memelihara
dan
mempertahankan norma-norma serta menolak orang lain yang merasa tidak sesuai
dengan norma kelompok. Kelompok yang kohesif memiliki anggota yang loyal
terhadap kelompok, mempunyai rasa tanggung jawab kelompok, mempunyai
motivasi tinggi untuk melaksanakan tugas kelompok dan merasa puas atas
pekerjaan kelompok. Ciri-ciri tersebut dapat menyebabkan meningkatnya
produktivitas kelompok. Anggota kelompok tersebut lebih efektif dibandingkan
dengan kelompok yang kohesivitasnya rendah.
Kelompok yang kohesivitasnya tinggi merupakan sumber rasa aman bagi
para anggotanya. Keberadaan kohesivitas dalam kelompok juga dapat mengurangi
rasa khawatir dan dapat meningkatkan rasa harga diri. Dengana danya rasa
kebersamaan, saling pengertian, dan memahami, kesadaran antar anggota
kelompok untuk menjaga keutuhan dan keberlangsungan kelompoknya semakin
tinggi. Mereka siap berjuang menjaga keutuhan keompok dengan baik. Selain itu,
dengan adanya penerimaan dari satu anggota terhadap anggota yang lainnya bisa
membuat partisipasi anggota dalam kelompok meningkat. Dengan demikian,
kohesi-kohesi kelompok yang tinggi dapat menghasilkan kelompok yang lebih
baik di mana para anggotanya lebih kooperatif dalam mengerjakan tugas-tugas
dan dapat mengatasi kesulitan-kesulitan dalam bekerja.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti dapat
menyimpulkan bahwa komunikasi kelompok terbukti memberikan peran besar
dalam membangun kohesivitas kelompok The Jakmania. Intensitas komunikasi
yang tinggi membuat hubungan antaranggota kelompok menjadi semakin erat.
Sehingga, kohesivitas kelompok juga semakin kuat. Selanjutnya peneliti
menjabarkan kesimpulan penelitian ini ke dalam beberapa poin. Berikut
penjelasannya :
1) Berdasarkan penelitian ini, peneliti dapat menyimpulkan bahwa komunikasi
memang memiliki peran besar dalam membentuk kohesivitas kelompok. Hal
itu bisa dilihat langsung dari aktivitas keseharian The Jakmania UNJ. Mereka
selalu
berusaha
untuk
menjaga
silaturahmi
antar
anggota
dengan
berkomunikasi. Mereka juga selalu berusaha untuk menjaga kualitas
komunikasi dengan intensitas pertemuan yang rutin, minimal seminggu
sekali. Dengan demikian intensitas yang baik tersebut, kekompakkan dan
soliditas kelompok bisa terus dijaga, bahkan ditingkatkan. Penulis juga
menemukan fakta bahwa komunikasi yang baik menjadi salah satu kunci
sukses ketahanan sebuah hubungan, baik secara interpersonal, ataupun secara
massal, seperti dalam kelompok. Untuk itu, kualitas komunikasi hendaknya
97
98
selalu dijaga untuk mempertahankan bahkan meningkatkan kualitas sebuah
hubungan.
2) Kohesivitas kelompok The Jakmania UNJ bisa dilihat dari pola perilaku
mereka dalam aktivitas sehari-hari. Seperti telah disebut sebelumnya,
kohesivitas itu terbentuk dari kualitas komunikasi yang baik, yang diterapkan
dalam kelompok tersebut. Kohesivitas yang tinggi menimbulkan rasa nyaman
di antara para anggota kelompok. Kenyamanan tersebut memberikan dampak
besar bagi kelompok, misalnya timbul rasa memiliki yang sangat besar dalam
diri anggota kelompok. Sehingga, setiap anggota selalu berusaha menjaga
keutuhan kelompok, menjaga nama baik kelompok, dan mereka selalu
berupaya memberikan peran yang besar untuk kelompok. Kendati demikian,
kohesivitas juga memberikan dampak yang tidak selalu positif. Tingginya
tingkat kohesivitas kelompok tak jarang membuat para anggota menjadi tidak
kritis. Mereka cenderung berpikir positif untuk selalu menjaga keutuhan
kelompok sehingga tidak bersedia mengungkapkan perbedaan pendapat yang
berpotensi menimbulkan bentrok. Peneliti juga menemukan fakta tersebut
dalam kelompok The Jakmania UNJ. Besarnya soliditas antar anggota
membuat mereka tak ingin bertentangan dengan kelompok karena mereka
berpikir hal tersebut bisa menjadi salah satu pemicu perpecahan.
3) Komunikasi yang diterapkan The Jakmania UNJ terbukti menjadi salah satu
upaya terbaik untuk membangun kohesivitas kelompok. Besar dan kecilnya
kekuatan kohesivitas kelompok ini dipengaruhi oleh intensitas dan efektivitas
pola komunikasi. Jika komunikasi berjalan secara efektif, maka kohesivitas
99
kelompok akan semakin kuat. Begitu pula dengan intensitas komunikasi.
Semakin tinggi intensitasnya, semakin tinggi pula kohesivitasnya. Dengan
demikian, dapat dsimpulkan bahwa komunikasi dan kohesivitas menjadi dua
hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan berkelompok. Kedua hal
tersebut saling memengaruhi satu sama lain, sehingga berpengaruh langsung
terhadap kehidupan berkelompok.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti memiliki beberapa saran yang
sekiranya bisa bermanfaat baik untuk anggota Jakmania maupun bagi akademisi
yang ingin melakukan penelitian lanjutan mengenai komunikasi kelompok.
Berikut penjelasannya :
1) Meski pola komunikasi yang terjalin di antara para anggota The Jakmania
UNJ bisa dibilang berjalan dengan baik, namun keberlangsungannya wajib
dijaga, bahkan kalau perlu ditingkatkan. Setiap anggota kelompok diharapkan
bisa saling menjaga intensitas komunikasi dalam kelompok. Hal ini dilakukan
dengan tujuan agar keutuhan kelompok bisa tetap terjaga dengan baik.
Sehingga, visi dan misi serta tujuan kelompok bisa tercapai dengan baik.
2) Meski keutuhan kelompok menjadi hal utama yang diperjuangkan setiap
anggota, hendaknya setiap anggota kelompok tidak memandang kelompoknya
sebagai yang terbaik dan kelompok lain sebagai musuh. Peneliti beralasan
bahwa perbedaan merupakan bagian dari dinamika kehidupan. Sehingga,
setiap manusia termasuk anggota kelompok tertentu bisa menghargai
100
perbedaan yang datang dari kelompok yang lain. Peneliti juga menyarankan
agar para anggota bisa tetap menghidupkan nilai kritisnya sebagai alat kontrol
keberlangsungan kelompok itu sendiri. Dengan menghidupkan budaya kritis,
kekurangan-kekurangan kelompok bisa diperbaiki.
3) Penelitian ini diharapkan menjadi salah satu sumber pengetahuan tambahan
dan acuan bagi akademisi yang ingin melakukan penelitian lanjutan baik
mengenai perkembangan komunikasi kelompok, maupun tentang The
Jakmania. Peneliti juga berharap penelitian ini bermanfaat sebagai salah satu
referensi tambahan bagi kelompok The Jakmania untuk lebih memahami
kelompoknya sendiri.
101
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku
Bungin, Burhan. 2006. Sosiologi Komunikasi ; Teori, Paradigma, dan Diskursus
Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta : Kencana.
Cangara, Hafied. 2008. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : Grafindo.
Devito Josep. 2004. Komunikasi Antar Manusia. Jakarta : Karisma Publising.
Effendy, U.O. 2007. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung : Rosda.
Handoko, Anung. 2008. Sepak bola Tanpa Batas. Yogyakarta : Kanisius.
Kriyantono, Rachmat. 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta : Prenada
Media Grup.
Moleong, J.L. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : Rosda.
Mulyana, Deddy. 1999. Nuansa-Nuansa Komunikasi: Meneropong Politik dan
Budaya Masyarakat Kontemporer, Bandung : Rosda.
___2008. Komunikasi, Suatu Pengantar. Bandung : Rosda.
Natakusumah, Arief. 2000. Drama Itu Bernama Sepak Bola. Jakarta : Elex Media.
Rakhmat, Jalaluddin. 2004. Psikologi Komunikasi. Bandung : Rosda.
Santoso, Edi & Setiansah Mite. 2010. Teori Komunikasi, Bandung : Graha Ilmu.
Wiryanto. 2008, Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : Grasindo.
102
Dokumen-dokumen lain
Lihat : Perbedaan Istilah antara Penonton dan Suporter Sepak bola.
http://suryantopsikologi.wordpress.com/2008/01/09/perbedaan-istilah-antarapenonton-dan-suporter-sepak bola/. Peneliti Suryanto. Akses Tanggal 20 April
2012.
Lihat : Sejarah The Jakmania, http/jakmania.org/organisasi/sejarah. Akses tanggal
20 April 2012.
Lihat : Larico Ranggamone Pimpin The Jakmania http://www.duniasoccer.com/
Larico-Ranggamone-Kembali-Pimpin-The-Jakmania. Akses tanggal 15 Juli 2013.
Lihat : Viking dan Bobotoh Dilarang Pakai Atribut
http://www.bolanews.com/Viking-dan-Bobotoh-Dilarang-Pakai-Atribut. Akses
Tanggal 27 Agustus 2013.
103
LAMPIRAN
1. Biodata Eko Ramdhani
Nama Lengkap
: Eko Ramdhani
Alamat
: Jl. Bintara XI No.33 rt.01/013, Bekasi Barat
Jens Kelamin
: Laki-laki
Tempat, Tanggal Lahir
: Jakarta, 31 Maret 1992
No. Tlp/Hp
: 085695593232
Pekerjaan
: Mahasiswa dan Karyawan
2. Transkrip Wawancara Eko Ramdhani
Wawancara ini dilakukan pada Minggu, 21 Juli 2013 pada pukul 13.30 WIB.
Wawacara dengan Eko Ramdani ini dilakukan di daerah Pekayon Jaya, Bekasi
Selatan, Kota Bekasi. Berikut kutipan wawancaranya :
Pertanyaan
: Seperti apa bentuk komunikasi yang dilakukan dalam kelompok
ini?
Jawaban
: Banyak, mulai dari lewat telpon, sms (pesan singkat), bbm
(blackberry massanger), Facebook, Twitter, atau bertemu langsung. Kita juga
sering ada rapat rutin dan forum diskusi untuk membahas suatu hal dua atau tiga
minggu sekali. Misalnya jika ada masalah seperti anggota kecelakaan atau ada
104
informasi penting dari pusat. Ya lebih ke forum internal, di sana lah komunikasi
antaranggota terjalin.
Pertanyaan
: Apakah Anda merasa komunikasi yang dilakukan antara Anda
dan para anggota lainnya berjalan dengan baik?
Jawaban
: Saya rasa cukup baik. Kita bisa berkomunikasi dengan baik
seperti yang tadi saya bilang, lewat telepon, sms, sosial media, atau bertemu
langsung. Dengan cara itu kami selalu menjaga silaturahmi dan bertukar berbagai
macam info. Kami juga selalu mennjaga komunikasi antar sesama supaya
hubungan baik tetap terjaga.
Pertanyaan
: Dalam teori berpikir kelompok dikatakan komunikasi dalam
kelompok yang kohesif itu rumit, apa itu terjadi pada kelompok ini?
Jawaban
: Rumit itu agak sulit diartikan ya, tapi yang jelas apa yang kami
bicarakan sangat banyak, bukan hanya soal Persija, tapi juga hal-hal lain di luar
itu. Misalnya masalah kuliah, dosen, kampus, atau bahkan obrolan lain seperti
pekerjaan dan perempuan. Hehe
Pertanyaan
: Bagaimana intensitas komunikasi kelompok ini?
Jawaban
: Kita bisa ketemu langsung di markas dua sampai tiga kali
seminggu. Tapi yang rutin hanya satu kali, pada hari Selasa. Di sana kita biasa
membahas banyak hal. Tak jarang kita juga bermain playstation untuk lebih
meningkatkan keakraban.
105
Pertanyaan
: Anda sering datang dalam pertemuan rutin? Apa alasannya?
Jawaban
: Iya hampir setiap minggu selalu saya usahakan karena saya sudah
memilih untuk bergabung dengan kelompok ini jadi saya punya tanggung jawab
untuk menjaga kelompok ini. Lagipula saya juga senang karena bisa bertemu
dengan sesama pendukung Persija. Dalam pertemuan rutin ini kita juga bisa
membahasa banyak hal dan bertukar info baru mengenai Persija.
Pertanyaan
: Apakah Anda merasa kelompok ini solid?
Jawaban
: Ya. Cukup solid. Saya merasa nyaman dengan anggota-
anggotanya. Obrolan yang kita lakukan pasti selalu nyambung. Kita juga sering
melakukan kegiatan bersama seperti nonotn bareng di stadion, nonton bareng
lewat televisi juga sering, futsal, pernah juga melakukan kegiatan sosial, buka
bersama, dan lain sebagainya. Menurut saya itu adalah bukti kekompakan kami.
Pertanyaan
: Seperti apa bentuk kekompakan dalam kelompok Anda? Berikan
contohnya.
Jawaban
: Kalau untuk akrabnya kita terkadang memang sering berkumpul
entah untuk sekadar nongkrong-nongkrong atau main memang membicarakan halhal serius tentang banyak hal, seperti kuliah dan lain-lain. Nah dari situlah
keakraban terbentuk. Kita membicarakan banyak hal tidak hanya soal Persija dan
sepak bola, tapi juga hal-hal lain di luar itu.
106
Pertanyaan
: Seberapa besar loyalitas Anda terhadap kelompok? Apa
buktinya?
Jawaban
: Salah satu buktinya saya pernah sampai bolos sekolah saat SMA
hanya untuk menonton pertandingan Persija di Senayan. Memang itu tidak benar,
tapi itu salah satu bentuk kenakalan remaja. Kalau di kelompok ini, saya selalu
berusaha menjaga agar tidak terjadi perselisihan yang bisa menyebabkan konflik.
Pertanyaan
: Apa yang Anda lakukan untuk menjaga kekompakkan kelompok
ini?
Jawaban
: Secara pribadi, pertama saya mengajak teman-teman untuk lebih
menguatkan diri. Kita ini suporter bukan preman. Kejadian ini sering terjadi pada
para anggota baru yang masih labil. Ada slogan ―Persija Sampai Mati‖, tapi itu
bukan jadi patokan untuk melakukan hal menyimpang dan merugikan. Boleh cinta
sama klub tapi jangan sampai salah persepsi.
Pertanyaan
: Apakah Anda selalu berusaha untuk menjaga keutuhan kelompok
ini? Bagaimana caranya?
Jawaban
: Iya pastinya. Saya pernah mengajak para anggota baru untuk
tidak mudah terpancing sama hal-hal menyimpang seperti kerusuhan. Saya
berusaha mengajak mereka menghindarkan diri dari hal itu. Itu saya lakukan
karena para anggota baru sangat butuh bimbingan sebab mereka cenderung masih
labil.
107
Pertanyaan
: Apakah Anda pernah punya pendapat yang berbeda dengan
anggota kelompok yang lain?
Jawaban
: Pernah bahkan sering. Biasanya terjadi saat forum. Ya masing-
masing anggota kan bebas mengungkapkan pendapat. Saya paling sering
berpendapat beda soal kerusuhan suporter. Menurut saya kerusahan itu jelas salah.
Pertanyaan
: Bagaimana Anda menyampaikan perbedaan pendapat itu?
Jawaban
: Saya sampaikan apa adanya dengan cara yang baik. Saya cukup
dekat dengan korlap, jadi bisa mengungkapkan semuanya ke dia. Meskipun
begitu, masih banyak juga yang tidak sependapat. Menurut saya itu wajar karena
itu adalah bagian dari dinamika organisasi.
Pertanyaan
: Apakah Anda merasa ada tekanan yang membuat Anda selalu
setuju dengan keputusan kelompok? Jika ada, seperti apa bentuk tekanan itu?
Jawaban
: Ada, banyak. Tekanan itu bisa dari pemimpin atau dari anggota
yang lain, seperti membuat kubu-kubuan. Tapi saya mencoba buat menutupi hal
tersebut dan coba buat trus jalan tanpa mengurangi rasa tertekan tersebut. Tekanan
pasti ada banyak, cuma kita tidak anggap itu sebagai tekanan. Kami coba
menikmatinya karena sifat orang kan berbeda-beda. Bentuk tekanannya misalnya
omongan-omongan miring antaranggota. Mereka tidak suka dengan kita tapi dia
sampaikan lewat temannya yang lain. Kalau ada masalah seperti itu, korlap yang
mengontrol. Ketika ada suatu hal yang beda, pemimpinnya yang biasa
mengendalikan situasi.
108
Pertanyaan
: Apakah Anda pernah membenarkan hal-hal yang agak
menyimpang demi keutuhan kelompok? Kalau pernah, apa contohnya?
Jawaban
: Pernah sesekali dalam keadaan darurat. Waktu itu kita diserang
kelompok lain di daerah Cawang, Jakarta Timur. Dalam keadaan itu, kita tidak
mungkin cuek, karena bisa mati semua. Ini yang membuat miris, sama-sama
berkostum Oranye tapi justru saling serang.
Pertanyaan
: Apakah Anda pernah menganggap kelompok Anda yang terbaik
dan kelompok lain buruk?
Jawaban
: Saya merasa bangga bisa jadi bagian dari Jakmania. Saya juga
bangga karena Jakmania pernah mendapat predikat sebagai suporter terbaik.
Meski begitu, saya tidak mau menjatuhkan kelompok lain. Kita memang beda,
tapi kita harus saling menghargai dan menghormati.
Pertanyaan
: Apakah Anda merasa nyaman dan puas dengan pola komunikasi
yang diterapkan di kelompok ini? Apa alasannya?
Jawaban
: Saya merasa komunikasi berlangsung dengan baik. Semua itu
terbentuk karena rasa cinta sama Persija. Obrolan antar anggota soal Persija
membuat kita jadi jauh lebih nyaman. Intinya, komunikasi itu berawal dari rasa
suka dan rasa cinta kepada Persija, lalu kita menjadi satu kesatuan suporter untuk
mendukung tim yang sama, yaitu Persija. Saya juga merasa sangat puas. Apa yang
dilakukan antar anggota cukup membuat kami saling mengenal dan memahami.
109
Pertanyaan
: Apakah pola komunikasi yang diterapkan berpengaruh terhadap
kekompakkan kelompok? Tolong jelaskan.
Jawaban
: Iya sangat berpengaruh. Kami sangat menyadari bahwa
komunikasi itu penting. Komunikasi membuat kita mengetahui satu sama lain,
mengenal, dan memahami satu sama lain. Bukan hanya mengetahui kabar seputar
para anggota, tapi juga tentang klub, pemain, dan juga suporter di daerah lainnya.
Dalam rapat kita juga sering membahas soal bagaimana menjalin komunkasi
dengan baik. Bahkan, kita juga mengajak perwakilan dari kelompok lain saat
rapat. Tujuannya agar kita bisa saling menjaga silaturahmi dan mempererat
kekompakan kelompok.
3. Biodata Agung Nugroho
Nama Lengkap
: Agung Nugroho
Alamat
: Pondok Bambu, Jakarta Timur
Jens Kelamin
: Pria
Tempat, Tanggal Lahir
: Jakarta, 29 Agustus 1991
No. Tlp/Hp
: 083825263693
Jurusan/Fakultas
: Ilmu Sejarah/FIS
4. Transkrip Wawancara Agung Nugroho
Wawancara ini dilakukan pada Minggu, 27 Agustus 2013 pada pukul 15.30 WIB.
Wawacara dengan Agung Nugroho ini dilakukan di kampus UNJ, Rawamangun,
Jakarta Timur. Berikut kutipan wawancaranya :
110
Pertanyaan
: Sebagai orang yang lama berkecimpung di The Jakmania UNJ,
Apakah komunikasi yang dijalankan dalam kelompok berjalan dengan efektif?
Jawaban
: Ya. Cukup efektif karena dari awal kami memang selalu
ditekankan untuk selalu menjaga silaturahmi. Salah satu caranya ya melalui
komunikasi. Kami selalu berkoordinasi dengan baik setiap ada agenda kelompok.
Mulai dari kegiatan nonton bareng ke stadion atau sekadar melakukan pertemuan
rutin mingguan. Kita biasa berhubungan lewat sms, telpon, bbm, twitter, atau grup
tertutup di Facebook. Sekarang media komunikasi sangat banyak, itu juga
memudahkan kita untuk terus berkomunikasi.
Pertanyaan
: Apakah komunikasi yang diterapkan dalam kelompok mampu
membantu Anda dan anggota lainnya menjadi lebih antusias terhadap kelompok
ini?
Jawaban
: Menurut saya antusiasme itu bukan hanya dengan komunikasi.
Ya komunikasi berperan, tapi antusiame itu datang lewat iklim kelompok yang
akhirnya membuat para anggota nyaman dan baru lah muncul antusiasme untuk
bertahan dalam kelompok. Kalau sudah punya antusiasme yang besar, para
anggota umumnya punya kesadaran yang besar untuk rutin datang setiap
minggunya, termasuk menjaga kelompok ini dengan baik.
Pertanyaan
: Bagaimana intensitas komunikasi kelompok ini?
Jawaban
: Kami biasa berkomunikasi lewat banyak media, seperti telepon,
sms, lewat sosial media ataupun bertemu langsung. Tapi biasanya kami
111
berkomunikasi secara maksimal lewat kopdar setiap hari Selasa setiap minggu.
Disitulah kami sama-sama berjumpa dan kopdar itu menjadi sarana yang ampuh
untuk mengungkapkan unek-unek setiap anggota.
Pertanyaan
: Apakah Anda merasa kelompok ini solid? Apa buktinya?
Jawaban
: Ya kita selalu datang ke stadion jika Persija main di Jakarta. Kita
biasa ikut komando dari depan. Biasanya ada dirijen yang teriak-teriak di atas
pagar. Kami biasa menyanyi lagu-lagu penyemangat, kita juga mengibarkan giant
flag, memainkan flare, dan memaikan koreografi unik. Semua itu kita lakukan
untuk menambah meriah suasana sekaligus mendukung para pemain.
Pertanyaan
: Seberapa besar loyalitas Anda terhadap kelompok? Apa
buktinya?
Jawaban
: Sulit digambarkan, tapi yang jelas kami telah melakukan banyak
hal untuk kelompok ini. Meskipun melelahkan, kami tetap senang karena kami
menikmatinya. Semua ini kami lakukan karena kecintaan kami pada Persija.
Menempel brosur itu salah satu bagian untuk mempromosikan komunitas kami
kepada masyarakat luas. Kalau komunitas kami punya banyak peminat, kami juga
kan yang senang. Dan, Persija juga semakin banyak memiliki pendukung.
Pertanyaan
: Teori berpikir kelompok menyatakan bahwa komunikasi dalam
kelompok yang solid itu rumit, apa itu terjadi pada kelompok ini?
112
Jawaban
: Rumit itu mungkin karena anggota kita cukup banyak ya. Selain
itu kami juga selalu menjalin komunikasi dengan kelompok lain sesama The
Jakmania. Paling intens lewat dunia maya, Twitter misalnya. Kita biasa ngobrol
untuk membahas kalau ada acara besar bersama, misalnya buka puasa bersama.
Nah, kita sering ketemu di sana, ngobrol-ngobrol, tukar-tukar informasi dan lain
sebagainya. Mungkin kompleksnya di situ.
Pertanyaan
: Apakah Anda pernah punya pendapat yang berbeda dengan
anggota kelompok yang lain?
Jawaban
: Pasti pernah. Perbedaan pendapat itu bagian dari dinamika
kelompok. Jadi saya rasa semua itu wajar. Justru kalau tidak ada perbedaan
pendapat kelompok ini malah terasa kering, mononton, membosankan, begitubegitu saja.
Pertanyaan
: Bagaimana Anda menyampaikan perbedaan pendapat itu?
Jawaban
:
Ya
saya
sampaikan
biasa
saja.
Saya
lebih
sering
menyampaikannya di muka umum saat kopdar setiap minggunya. Menurut saya,
menyampaikan di muka umum adalah jalan terbaik supaya semua anggota bisa
mendengar pendapat saya. Mereka juga bisa langsung menilai lalu memberikan
tanggapan terhadap pendapat saya.
Pertanyaan
: Apakah Anda selalu berusaha untuk menjaga keutuhan kelompok
ini? Bagaimana caranya?
113
Jawaban
: Kami selalu berusaha menjaga hubungan baik dengan semua
anggota kelompok. Semua itu kami lakukan untuk membuat The Jakmania UNJ
menjadi semakin solid dan kompak. Dalam islam juga diajarkan agar setiap
umatnya selalu berkomunikasi dengan baik. Tujuannya juga sama dengan kami,
untuk menjaga kelangsungan umat. Dengan demikian, saya pribadi selalu
berusaha menjaga hubungan baik. Paling tidak dengan saling menyapa setiap
kami berpapasan di jalan. Menurut saya itu saja sudah cukup. Selanjutnya,
komunikasi bisa dilakukan saat sedang bertemu dalam rapat rutin.
Pertanyaan
: Apakah Anda pernah merasa ada tekanan yang membuat Anda
selalu setuju dengan keputusan kelompok? Seperti apa bentuk tekanan itu?
Jawaban
: Pertanyaanya agak sulit dijawab, tapi sejujurnya saya pernah
berada dalam keadaan itu. Dulu waktu dipimpin senior saya sempat merasa seperti
itu. Sebagai anggota yang masih baru saya berusaha mengikuti pendapat umum.
Saya masih malu-malu untuk menyampaikan perbedaan pendapat, sehingga
berusaha untuk mengiyakan pendapat para senior.
Pertanyaan
: Apakah Anda pernah membenarkan hal-hal yang agak
menyimpang demi keutuhan kelompok? Kalau pernah, apa contohnya?
Jawaban
diikuti.
: Saya rasa tidak pernah. Kalau salah ya salah, jadi tidak boleh
114
Pertanyaan
: Apa yang Anda lalukan untuk menjaga kekompakkan kelompok
ini?
Jawaban
: Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Saya berusaha
mengajak teman-teman untuk saling menjaga keutuhan kelompok ini. Salah satu
caranya dengan menjaga silaturahmi. Karena menurut saya kalau bukan kita siapa
lagi yang bisa membuat kelompok ini tetap solid? Makanya saya selalu meminta
agar para anggota selalu menyempatkan datang ke teater terbuka setiap
minggunya untuk menjalin silaturahmi demi menjaga keutuhan kelompok. Kita
sampaikan unek-unek kita dan biarkan teman-teman yang lainnya mendengar.
Nah, dari situ kita cari jalan keluar dari masalah yang dihadapi.
Pertanyaan
: Apakah Anda pernah menganggap kelompok Anda yang terbaik
dan kelompok lain buruk?
Jawaban
: Kalau saya pribadi melihat banyak The Jakmania yang Cuma
ikut-ikutan saja. Mereka mendukung Cuma karena momentum ramai-ramainya.
Bukan benar-benar ingin mendukung.
Banyak juga anak kampung yang
cenderung merusak image Persija. Mereka rusuh, teriak-teriak di jalan raya, naik
bus di atapnya, jelas itu sangat mengganggu. Kalau kita ikutin aturan korwil saya,
ada korlap dalam setiap kegiatan, nah dia itu yang bertanggung jawab.
115
Pertanyaan
: Apakah pola komunikasi yang diterpkan berpengaruh terhadap
kekompakkan kelompok?
Jawaban
: Sangat. Komunikasi adalah kunci soliditas dan keakraban
hubungan ini. Kami bisa akrab seperti ini dalam waktu yang singkat karena
komunikasi, karena pertemuan rutin yang selalu kami lakukan. Jadi menurut saya
komunikasi adalah salah satu kunci hubungan antar anggota.
5. Biodata Naufal Fadhlan
Nama Lengkap
: Naufal Fadhlan
Alamat
: Jl. KH. A. Zainie Rt.12/10 Kp. Sumur Klender,
Jaktim
Jens Kelamin
: Laki-laki
Tempat, Tanggal Lahir
: Jakarta, 16 Juni 1993
No. Tlp/Hp
: 083872394748
Jurusan/Fakultas
: Manajemen Pendidikan/FIP
6. Transkrip Wawancara Naufal Fadhlan
Wawancara ini dilakukan pada Minggu, 10 September 2013 pada pukul 15.30
WIB. Wawacara dengan Naufal Fadhlan ini dilakukan di kampus UNJ,
Rawamangun, Jakarta Timur. Berikut kutipan wawancaranya :
116
Pertanyaan
: Seperti apa bentuk komunikasi yang dilakukan dalam kelompok
ini?
Jawaban
: Ya komunikasi biasa saya. Sama seperti komunikasi lainnya.
Awalnya kami memang ditekankan untuk selalu menjaga silaturahmi dengan
berkomunikasi, tapi selanjutnya kami menyadari pentingnya komunikasi sehingga
tak perlu lagi diingatkan untuk datang berkumpul dalam pertemuan rutin setiap
minggu. Komunikasi berjalan lancar, bahkan juga dengan anggota kelompok yang
lain. Banyak kelompok yang ikut berkumpul bersama kami setiap kali kita
mengadakan pertemuan rutin perminggu. Minggu lalu juga kami kedatangan tamu
dari kampus Assafiiyah. Perwakilan dari Korwil Rawamangun juga suka datang
ke sini. Kita berkumpul bersama sambil bertukar pikiran dan informasi.
Pertanyaan
: Apakah komunikasi yang diterapkan dalam kelompok mampu
membantu diri Anda merasa lebih nyaman dalam kelompok? (Baik dan
Antusiasme)
Jawaban
: Ya. Sangat. Lewat komunikasi yang diterapkan, kami ingin lebih
banyak mengetahui perkembangan Persija, sehingga kami sangat antusias untuk
mendengarkannya. Bagaimana pun, tujuan utama kami bergabung dengan
kelompok ini adalah untuk mendukung Persija. Persija lah yang telah
mempertmukan kami bersama-sama di sini. Semua berawal dari rasa cinta
terhadap Persija.
117
Pertanyaan
: Apakah Anda dan teman-teman kelompok selalu membahas
tentang Persija setiap kali mengikuti pertemuan rutin? (rumit)
Jawaban
: Ya kami bahas soal Persija, tapi tidak hanya itu, ada juga hal-hal
lain. Kami membahas banyak hal selain tentang Persija. Saya dan beberapa teman
sama-sama menyukai musik Jepang. Selain berkumpul untuk membicarakan
perkembangan Persija, kami sering memanfaatkan waktu luang untuk bertukar
info soal perkembangan terbaru musik-musik Jepang. Akan tetapi, kami tidak
ingin mengganggu pertemuan rutin kami dengan terus menerus membicarakan
musik Jepang.
Pertanyaan
: Apakah Anda merasa kelompok ini solid?
Jawaban
: Iya. Sangat solid. Itu lah yang membuat saya betah dengan
kelompok ini. Saya dulu pernah bergabung dengan komunitas fans klub sepak
bola lain. Waktu itu kebetulan waktu kumpul barengnya bersamaan dengan kodar
The Jakmania UNJ, jadi saya putuskan untuk keluar dari kelompok itu. Saya lebih
memilih datang ke sini.
Pertanyaan
: Seperti apa bentuk kekompakan dalam kelompok Anda? Berikan
contohnya.
Jawaban
: Agak susah digambarkan, tapi ini jelas terasa dalam diri masing-
masing. Yang paling sederhana ya kita rutin berkumpul di teater terbuka setiap
minggunya tanpa harus diperintah oleh ketua. Kita juga banyak melakukan hal-hal
118
lain di luar itu, seperti main futsal atau melakukan kegiatan sosial di waktu-waktu
tertentu. Yang pasti kekompakkan ini membuat saya merasa nyaman.
Pertanyaan
: Apa yang Anda lalukan untuk menjaga kekompakkan kelompok
ini?
Jawaban
: Yang pasti selalu menjaga silaturahmi, komunikasi, kita juga
harus mengakrabkan diri. Menurut saya itu saja, yang lainnya tergantung pribadi
masing-masing. Kalau saya pribadi selalu berusaha menjaganya dengan menjaga
nama baik kelompok ini, berlaku baik di depan umum supaya images kelompok
ini tetap bagus di mata orang lain.
Pertanyaan
: Apakah Anda pernah punya pendapat yang berbeda dengan
anggota kelompok yang lain?
Jawaban
: Berdebat itu biasa. Itu adalah bagian dari dinamika kelompok.
Namun, saya tidak ingin perbedaan pendapat justru menimbulkan perdebatan
panjang. Lebih baik mengalah daripada nanti akhirnya menimbulkan perselisihan.
Lagipula saya yakin apa yang menjadi kesepakatan bersama adalah keputusan
terbaik. Sebagai anggota kita harus menerima itu sepenuh hati.
Pertanyaan
: Bagaimana Anda menyampaikan perbedaan pendapat itu?
Jawaban
: Ya saya sampaikan apa adanya saja. Apalagi kalau masukan saya
itu penting. Saya biasa sampaikanan dalam forum rutin atau kadang juga saat
kebetulan bertemu ketua kelompok.
119
Pertanyaan
: Apakah Anda merasa ada tekanan yang membuat Anda selalu
setuju dengan keputusan kelompok? Seperti apa bentuk tekanan itu?
Jawaban
: Mungkin bukan tekanan ya, tapi lebih kepada menghargai
keputusan yang disepakati bersama. Misalnya saya punyua pendapat, tappi
pendapat itu kalah suara dibandingkan dengan pendapat yang lain. Jadi saya lebih
memilih untuk mengalah dan mengikuti suara mayoritas.
Pertanyaan
: Apakah Anda pernah membenarkan hal-hal yang agak
menyimpang demi keutuhan kelompok? Kalau pernah, apa contohnya?
Jawaban
: Pernah waktu itu saat nonotn di Sleman. Karena kesal dengan
perlakuan sporter Persib, saya akhirnya ikut melempari mereka dengan batu
karena tidak terima kelompok saya diserang.
Pertanyaan
: Anda menjadi salah satu saksi kerusuhan antar suporter di
Sleman, Yogyakarta. Bisa diceritakan kisahnya?
Jawaban
: Waktu itu kita senang asik menonton pertandingan. Ya memang
kita sama-sama meneriakan yel-yel dan menyanyikan lagu untuk menyemangati
para pemain. Mungin kubu lawan merasa tersinggung jadi mereka mulai
melempari botol minuman. Hal itu membuat sebagian The Jakmania tersulut
emosinya. Nah, saat itu lah bentrok terjadi. Semestinya hal ini bisa dicegah jika
panitia pelaksana pertandingan dan kepolisian bisa bertindak tegas. Sebab,
sebeum pertandingan panitia dan kepolisian telah menyatakan tidak mengijinkan
120
suporter Persib datang. Mungkin karena ada lobi-lobi di antara pihak Persib dan
kepolisian akhirnya mereka diizinkan datang ke Sleman.
Pertanyaan
: Apakah Anda pernah menganggap kelompok Anda yang terbaik
dan kelompok lain buruk?
Jawaban
: Tidak juga. Saya netral saja, kelompok saya ya kelompok saya,
yang lain ya biarkan saja. Menurut saya menjaga kelompok sendiri lebih penting
daripada memikirkan kelompok yang lain. Yang jelas saya selalu berusaha
menjaga nama baik kelompok ini agar tidak dianggap remeh orang lain.
Pertanyaan
: Apakah pola komunikasi yang diterpkan berpengaruh terhadap
kekompakkan kelompok?
Jawaban
: Kami menyadari betapa pentingnya komunikasi. Oleh sebab itu,
kami selalu berusaha menjaga komunikasi dengan baik. Komunikasi mempunyai
peran penting dalam memperkuat suatu hubungan. Dengan berkomunikasi, kami
jadi saling mengetahui kabar semua anggota. Selain itu, kami juga bisa bersamasama membangun keutuhan kelompok ini.
7. Biodata Informan Ahmad Ian Fachrizal
Nama Lengkap
: Ahmad Ian Fachrizal
Alamat
: Jl. Mampang Prapatan XIV Rt. 008/04 No. 23
Jens Kelamin
: Laki-laki
Tempat, Tanggal Lahir
: Jakarta, 8 Agustus 1993
121
No. Tlp/Hp
: 083873528720
Jurusan/Fakultas
: Matematika/FMIPA
8. Transkrip Wawancara Ahmad Ian Fachrizal
Wawancara ini dilakukan pada Minggu, 10 September 2013 pada pukul 15.30
WIB. Wawacara dengan Ahmad Ian Fachrizal ini dilakukan di kampus UNJ,
Rawamangun, Jakarta Timur. Berikut kutipan wawancaranya :
Pertanyaan
: Bagaimana intensitas komunikasi kelompok ini?
Jawaban
: Kita biasa melakukan kopdar setiap minggunya. Selain itu, kami
juga menghabiskan waktu bersama untuk bermain futsal, nonton bareng
pertandingan Persija, dan ikut kegiatan sosial misalnya saat terjadi bencana.
Karena ruang lingkup kita tidak terlalu besar, biasanya kita juga nimbrung ke The
Jakmania Pusat atau ke pemerintah daerah yang mengadakan kegiatan.
Pertanyaan
: Apakah Anda merasa nyaman dengan pola komunikasi yang
diterapkan di kelompok ini?
Jawaban
: Ya tentu sangat nyaman makanya saya bisa bertahan dalam
kelompok ini dalam waktu yang cukup lama, mulai dari anggota biasa sampai
menjadi ketua saat ini. Semua berbaur secara merata. Para anggota juga selalu
berusaha mengakrabkan diri satu sama lain. Menurut saya itu menjadi hal yang
positif sebagai salah satu upaya meningkatkan keutuhan dan kekompakkan
kelompok.
122
Pertanyaan
: Sebagai ketua, bagaimana Anda mengatasi perbedaan pendapat
antar anggota?
Jawaban
: Saya bukan hanya saat ini menjadi ketua kelompok. Di luar
Jakmania saya juga pernah beberapa kali menjadi ketua kelompok sehingga cukup
memahami bagaimana cara menyampaikan pesan yang baik kepada khalayak.
Menurut saya, setiap anggota kelompok punya karakter yang berbeda-beda antara
satu dan lainnya. Untuk itu, saya harus menyesuaikan penyampaian pesan saya
dengan mereka. Pola penyampaian seperti apa sih yang bisa membuat mereka
menangkap pesan saya dengan baik.
Pertanyaan
: Apa yang Anda lakukan agar perbedaan pendapat itu bisa
diterima?
Jawaban
: Masing-masing anggota ingin mengeluarkan pendapatnya.
Pendapatnya tentu ingin diterima dan dihargai. Biasanya kita tampung dulu
setelah itu dipilih yang terbaik. Untuk memberikan instruksi kepada anggota
perempuan, saya sering berlagak agak genit di depan mereka supaya mereka
terhibur. Dengan begitu, saya yakin pesan yang ingin saya sampaikan bisa mereka
terima dengan baik. Kalau dengan anggota pria, saya bisa lebih santai karena
memang sudah akrab dengan mereka.
123
Pertanyaan
: Apakah Anda selalu berusaha untuk menjaga keutuhan kelompok
ini? Bagaimana caranya?
Jawaban
: Kita juga melihat dari sisi sejarah ya, dulu kita sempat vakum
lama jadi sekarang kita usahain hal itu tidak pernah terulang lagi. Jadi kita
mengatasi itu dengan saling menjaga kekompakkan dan silaturahmi. Kita juga
menekankan agar setiap anggota selalu saling terbuka. Kita juga harus membuang
jauh-jauh ego pribadi dalam kelompok ini.
Pertanyaan
: Apakah Anda merasa ada tekanan yang membuat Anda selalu
setuju dengan keputusan kelompok? Seperti apa bentuk tekanan itu?
Jawaban
: Mungkin pas awal baru masuk sebagai anggota baru pernah, tapi
sekarang ini saya justru selalu mengajak teman-teman yang lain untuk
mengungkapkan pendapatnya secara bebas tanpa harus takut-takut. Tekanan yang
saya rasakan dulu lebih kepada merasa tidak berani untuk mengungkapkan
pendapat, sehingga selalu setuju dengan pendapat anggota lain yang sudah lama
berada dalam kelompok ini.
Pertanyaan
: Apakah Anda pernah membenarkan hal-hal yang agak
menyimpang demi keutuhan kelompok? Kalau pernah, apa contohnya?
Jawaban
: Kalau saya pribadi sebagai ketua selalu mengajak teman-teman
untuk sebisa mungkin menghindarkan diri dari hal-hal menyimpang dan
berbahaya, terutama saat sedang berkostum oranye. Soalnya, saya piker itu akan
124
merusak citra Persija yang saat ini cenderung buruk di masyarakat. Kita sebisa
mungkin selalu menjaga diri dari hal-hal menyimpang.
Pertanyaan
: Seperti apa bentuk kekompakan dalam kelompok Anda? Berikan
contohnya.
Jawaban
: Kami selalu berkumpul secara rutin setiap pekan. Semua ini
dilakukan untuk menjaga keutuhan kelompok. Kami sengaja tidak membatasi
komunikasi antara ketua dan anggota agar semua bisa berbaur menjadi satu.
Dengan saling mengakrabkan diri, hubungan antar-anggota bisa semakin dekat.
Dengan kedekatan hubungan itu, kami berharap kekompakan kelompok bisa terus
terjaga. Supaya lebih solid, akrab, lebih tau bagaimana masing-masing personal.
Kita juga jadi lebih dekat satu sama lain. Itu salah satu cara untuk membangun
soliditas.
Pertanyaan
: Sebagai ketua, apa yang Anda lalukan untuk menjaga
kekompakkan kelompok ini?
Jawaban
: Sebagai ketua, saya tidak ingin menjaga jarak dengan teman-
teman. Saya justru berharap bisa lebih mendekatkan diri dengan teman-teman
agar hubungan kami bisa terjaga dengan baik. Dengan begitu, saya juga jadi lebih
mengetahui apa yang mereka rasakan selama berada dalam kelompok. Semua ini
dilakukan untuk menjaga keutuhan kelompok. Kami sengaja tidak membatasi
komunikasi antara ketua dan anggota agar semua bisa berbaur menjadi satu.
Dengan saling mengakrabkan diri, hubungan antar-anggota bisa semakin dekat.
125
Dengan kedekatan hubungan itu, kami berharap kekompakan kelompok bisa terus
terjaga. Sebagai ketua, saya juga tidak ingin menjaga jarak dengan teman-teman.
Saya justru berharap bisa lebih mendekatkan diri dengan teman-teman agar
hubungan kami bisa terjaga dengan baik. Dengan begitu, saya juga jadi lebih
mengetahui apa yang mereka rasakan selama berada dalam kelompok.
Pertanyaan
: Apakah Anda pernah menganggap kelompok Anda yang terbaik
dan kelompok lain buruk?
Jawaban
: Saya selalu menekankan agar kita lebih fokus ke internal saja
karena kita juga bukan yang paking sempurna. Kita hanya berusaha untuk menjadi
yang terbaik tanpa harus merendahkan komunitas lainnya. Kita introspeksi diri
sendiri saja.
Pertanyaan
: Apakah pola komunikasi yang diterpkan berpengaruh terhadap
kekompakkan kelompok? Apa contohnya?
Jawaban
: Peran komunikasi benar-benar penting bagi kami. Komuniaksi
wajib berjalan secara efektif agar para anggota tidak sampai salah info. Kita
pernah beberapa kali salah komunikasi sehingga berdampak fatal. Untuk itu, kami
selalu berusaha untuk menjaga komunikasi.
126
1. Gambar screen shoot Twitter resmi @Orange_UNJ
2. Gambar screen shoot Twitter resmi @Orange_UNJ
127
3. Gambar halaman www.bolanews.com tentang rusuh suporter PersijaPersib
4. Gambar halaman www.bolanews.com tentang rusuh suporter PersijaPersib 2
128
5. Kopdar mingguan di Teater Terbuka UNJ, Rawamangun, Jakarta Timur.
6. Kopdar mingguan di Teater Terbuka UNJ, Rawamangun, Jakarta Timur.
129
130
CURRICULUM VITAE
Tulus Muliawan
Jl.H.Ilyas No.98 Rt.02/012
Kel. Jakamulya
Bekasi Selatan
Kota Bekasi, Jawa Barat
17146
Telp : 085719868700
E-mail:
[email protected]
DATA DIRI
Tanggal lahir : 24 Juli 1991
Tempat lahir : Kota Bekasi, Jawa Barat
Usia
: 21
Status
: Belum kawin
Agama
: Islam
Hobi
: Bulutangkis dan Jurnalistik
Tinggi
: 168 cm
Berat
: 60 kg
Website
: www.bolanews.com
131
LATAR BELAKANG PENDIDIKAN
1995-1996
TK Savitri CIkunir Bekasi, Jawa Barat
1996-2002
SD Negeri Jakasetia 4 Bekasi, Jawa Barat
2000
SD Negeri Wingkoharjo, Purworejo, Jawa Tengah
2003-2006
SMP Negeri 7 Bekasi, Jawa Barat
2006-2009
SMA Negeri 3 Bekasi, Jawa barat
2009-sekarang
Jurusan Ilmu Komunikasi (Jurnalistik), Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa (Untirta), Serang, Banten
(sedang menyelesaikan skripsi)
KEMAMPUAN YANG DIMILIKI
● Mengerti Bahasa Inggris pasif
● Memahami Dasar Jurnalistik
● Mampu membuat karya jurnalistik, baik tulis, visual dan audio visual
● Mampu mengoperasikan kamera foto dan video dengan baik
● Mampu mengoperasikan komputer
PELATIHAN DAN SEMINAR

Pelatihan Jurnalistik UNJ, ―Taklukan Dunia dengan Pena‖.

Journalist Day UI 2010, ―Creanovative Journalism: Breaking The Habit To Be
A Creative And Innovative Journalist‖.
132
a. ―Bersilat Pena Bagi Pewarta‖, bersama Yunas Santhani Azis (National
Geographic Indonesia).
b. ―Menulis Kreatif‖, bersama M Taufiqurohman (Majalah Tempo).
c. ―Foto Jurnalistik, Gabungan Gambar dan Kata‖ bersama Arbain
Rambey (Kompas).
d. ―Capturing Your Creanovative Energy Through The Lens‖, bersama
Jongki Handianto (Gatra).

Pelatihan Fotografi Jurnalistik Journalist Day UI 2010 bersama Fikriya
Hidayat (Kompas).

Seminar dan Workshop Fotografi IPB, ―Nikon Goes To University‖, bersama
Aloisius Novijan Sanjaya.

Seminar Nasional IMIKI, ―Implementasi dan Dampak Televisi Berjaringan di
Daerah‖.

Seminar Nasional Konflik Agama, Komunikasi, dan Multikulturalisme (bedah
buku ―Maluku Kobaran Cintaku‖ karya Ratna Sarumpaet). Fikom Unpad,
Jatinangor.

Journalist Day UI 2011, ―Investigative Journalism‖.

Pelatihan Menulis Journalist Day UI 2011 bersama Majalah Tempo.

Workshop Pers Kampus Majalah Gatra 2011.

Seminar Beswan Djarum, ―Journalism Online‖ bersama Boediono Darsono.

LPBA LIA (2011).

Reporter Harian Pagi Radar Bekasi (desk pendidikan) 2012. (Magang)

Kerja Praktek sebagai Reporter di TVRI Nasional Periode Oktober-November
2012.
133
PENGALAMAN ORGANISASI dan PRESTASI

Pramuka Penggalang SMP Negeri 7 Bekasi.

Sekretaris Persatuan Sepak Bola SMA Negeri 3 Bekasi.

Reporter Lembaga Penerbitan Mahasiswa (LPM) ORANGE (2010).

Pemimpin redaksi LPM ORANGE (2012).

Penanggung jawab divisi news 50 UHF Untirta TV, televisi komunitas
kampus (2012).

10 Besar Documentry Tourism Movie Competition 2012. (bersama UTV)

Juara 3 Penulisan Investigasi dalam Workshop Pers Kampus Majalah Gatra
2011. (bersama LPM Orange)

Juara 1 mahasiswa berprestasi Ilmu Komunikasi Untirta 2012.

Juara 2 mahasiswa berprestasi FISIP Untirta 2012.
PENGALAMAN KERJA

Videografer di Lensa Empat Kreasi, Jasa Dokumentasi Acara dan Pernikahan.

News Feeder di Bolanews.com, desk sepak bola Spanyol dan Olimpik (sejak
26 Desember 2012).

Reporter Sport and Health Media (Kompas Gramedia), Agustus 2013.
Menulis untuk Harian BOLA dan Bolanews.com, desk Olimpik dan Sepak
Bola Internasional.
Download