1 pengembangan media pembelajaran komik “sistem saraf”

advertisement
PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN KOMIK
“SISTEM SARAF” BERPENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI
SMA NEGERI 1 GONDANGLEGI
Qurrotul A’yun, Mimien Henie Irawati, Umie Lestari
Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang
[email protected]
Abstrak: Berdasarkan hasil observasi, sebanyak 69.9 % siswa kesulitan dalam
mempelajari materi sistem saraf dan 33% mendapatkan nilai diatas KKM (lulus).
Kesulitan yang dialami oleh siswa, diakibatkan oleh rendahnya minat baca siswa
dan rendahnya minat belajar. Sehingga perlu dikembangkan media pembelajaran
yang dapat meningkatkan minat baca dan motivasi belajar siswa, yaitu media
Komik Biologi. Pengembangan Komik Biologi ini mengadaptasi model 4-D
yang dikembangkan oleh Thiagarajan, dkk. Analisis data yang diperoleh dari
hasil validasi oleh tim ahli, praktisi lapangan dan hasil uji coba kelompok kecil
menunjukkan bahwa Komik Biologi ini layak untuk digunakan sebagai media
pembelajaran pada materi Sistem Saraf.
Kata Kunci: Media Pembelajaran, Komik, Sistem Saraf, Scientific
Abstract: Based on the observation, 69.9% students faced difficulties in learning
nerve system and 33% students got score above the Minimum Mastery Criteria.
Students were barely understood the material because of their lack interest in
reading and learning. So it is necessary to develop media that can increase the
student’s interesting in reading text books,that is Biology Comic. This research
and development used development model which adapts the stages in Four-D
model by Thiagarajan,et al. Based on data analysis from validation result by the
experts and field testing show that this Biology Comic can be used as a learning
media on Nervous System material.
Keywords: Learning Media, Comic, Nerve System, Scientific
Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan. Salah
satu
keberhasilan
pendidikan
terletak
pada
proses
pembelajaran
yang
diselenggarakan di sekolah. Berdasarkan hasil analisis awal akhir (Front-End
Analysis), sebanyak 69.9 % siswa kesulitan dalam mempelajari materi sistem
saraf dan 33% mendapatkan nilai diatas KKM (lulus). Selain itu sebanyak 61.5%
siswa kurang tertarik untuk mempelajari sistem saraf. Kesulitan memahami materi
yang dialami oleh siswa, diakibatkan oleh rendahnya minat baca siswa terhadap
buku-buku pelajaran. Berdasarkan hasil observasi sebanyak 60% siswa kurang
tertarik untuk mempelajari Biologi, 37 % tertarik mempelajari Biologi dan 3 %
sangat tertarik untuk mempelajari Biologi. Selain itu sebanyak 75% siswa tertarik
membaca komik dan sebanyak 65% lebih suka membaca komik dari pada buku
teks Biologi. Selain itu buku pegangan yang dimiliki oleh siswa kurang menarik
dan penuh dengan tulisan (teks) sehingga sebanyak 59% siswa kurang antusias
1
untuk membaca buku dan sebanyak 60% siswa kurang tertarik untuk belajar
biologi.
Di SMAN 1 Gondanglegi hanya teresedia LCD di laboratorium Kimia dan
Fisika saja untuk program IPA. Tetapi meskipun tersedia LCD belum digunakan
secara maksimal, karena guru tidak selalu menggunakan media (power point)
untuk membantu guru dalam menjelaskan materi. Metode yang digunakan oleh
guru selama ini adalah metode diskusi presentasi, sehingga kurang menarik
perhatian siswa. Kurangnya perhatian siswa menyebabkan keaktifan dan hasil
belajar menjadi rendah. Berdasarkan hasil analisis peserta didik (Learner
Analysis), diketahui bahwa siswa memiliki latar belakang sosial-budaya yang
cenderung homogen dan mayoritas berasal dari keluarga yang memiliki kondisi
ekonomi menengah kebawah. Sehingga ada beberapa siswa kurang tertarik untuk
membeli buku teks Biologi. Berdasarkan hasil observasi kurang lebih 35% siswa
tidak memiliki buku pegangan Biologi. Buku pegangan yang dimiliki siswa kelas
XI MIA 4 di SMAN 1 Gondanglegi sudah berbasis kurikulum 2013 tapi tidak
seluruh siswa memiliki buku pegangan Biologi berbasis kurikulum 2013. Salah
satu materi Biologi yang harus dipelajari dan dipahami oleh siswa adalah sistem
saraf.
Sistem saraf merupakan materi
yang
cukup
rumit dan banyak
menggunakan istilah asing sehingga sulit dipahami siswa. Siswa kurang
antusias dan pasif dalam kegiatan pembelajaran materi sistem saraf. Siswa
cenderung mendengarkan dan mengerjakan LKS. Selain itu tidak ada media yang
bisa membantu guru dalam menyampaikan materi sistem saraf yang cukup rumit.
Berdasarkan hasil observasi, proses belajar mengajar dan sarana yang ada
di SMAN 1 Gondanglegi, perlu dikembangkannya suatu media yang menarik
minat dan motivasi belajar siswa dan bisa digunakan dimana saja. Menurut
Sudjana (2010) media dapat meningkatkan hasil belajar karena media dapat
menumbuhkan motivasi belajar, memudahkan siswa dalam memahami materi,
memvariasi metode pembelajaran, dan meningkatkan aktivitas siswa di kelas.
Media yang menarik dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa salah satunya
adalah komik. Arroio (2013) menyampaikan bahwa Komik dapat berperan
sebagai media yang berfungsi untuk menyampaikan informasi ilmiah dengan cara
visual yang menghibur. Selain itu Komik merupakan media visual yang
2
dilengkapi dengan gambar-gambar menarik, sehingga dapat memacu siswa untuk
belajar dan menjadi alternatif media pembelajaran dalam menciptakan variasi
belajar. Media pembelajaran komik bisa meningkatkan aktivitas ilmiah siswa
dengan menggunakan pendekatan scientific. Komik yang berbasis pendekatan
scientific akan mengarahkan pembelajaran yang awalnya teacher center menjadi
student center, sehingga pembelajaran yang tercipta diarahkan untuk mendorong
siswa dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui observasi secara mandiri.
Berdasarkan uraian tentang permasalahan yang dihadapi oleh siswa dapat
dijelaskan bahwa melalui media komik yang berbasis pendekatan scientific dapat
membantu meningkatkan pemahaman konsep siswa dan membantu guru dalam
memberikan pemahaman kepada siswa. Karena itu peneliti tertarik untuk
mengkaji permasalahan tersebut dengan judul :
Pembelajaran
Komik
“Sistem
Saraf”
“Pengembangan Media
Berpendekatan
Scientific
untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas XI di SMA Negeri 1 Gondanglegi”.
Penelitian dan pengembangan ini dilaksanakan dengan tujuan untuk
mengembangkan komik “Sistem Saraf” berpendekatan Scientific sebagai media
pembelajaran Biologi untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI SMAN 1
Gondanglegi. Komik Biologi Sistem Saraf berpendekatan scientific ini
menjelaskan materi sistem saraf yang disajikan dengan menggunakan pendekatan
scientific yang mencakup kegiatan 5M (Mengamati, Menanya, Mengumpulkan
data, Mengasosiasi, dan mengkomunikasikan) serta disisipi sikap spiritual.
METODE
Model pengembangan
media yang digunakan dalam penelitian
ini
mengadaptasi tahapan-tahapan dari Four-D model yang dikembangkan oleh
Thiagarajan, dkk. (1974). Adapun tahapan dari Four-D model yaitu: tahap 1
pendefinisian atau penetapan (define), tahap 2 perancangan (design), tahap III
pengembangan
(develop),
dan
tahap
IV
penyebarluasan
(disseminate)
(Thiagarajan, dkk., 1974:5). Penelitian dan pengembangan ini hanya dibatasi
samapai dengan tahap 3D yaitu Develop. Pada tahap define dilakukan analisis
mengenai permasalahan
yang
muncul
pembelajaran yang
efektif,
kompetensi
analisis konsep,
dasar,
analisis
dalam pembelajaran
karakteristik
dan
dan
peserta didik,
penentuan
proses
analisis
tujuan pembelajaran.
3
Berdasarkan hasil analisis awal akhir (Front-End Analysis), siswa SMAN 1
Gondanglegi memiliki kesulitan dalam memahami materi sistem saraf. Kesulitan
memahami materi yang dialami oleh siswa, diakibatkan oleh rendahnya minat
baca siswa terhadap buku-buku pelajaran, sebagian dari mereka juga tidak tertarik
untuk memiliki buku pegangan. Siswa kurang antusias dan pasif dalam kegiatan
pembelajaran materi sistem saraf. Siswa cenderung mendengarkan dan
mengerjakan LKS. Selain itu tidak ada media yang bisa membantu guru dalam
menyampaikan materi sistem saraf yang cukup rumit dan memiliki banyak istilah
asing sehingga sulit dipahami oleh siswa.
Berdasarkan hasil identifikasi terhadap karakteristik siswa, diketahui
bahwa sebanyak 60% siswa kurang tertarik untuk mempelajari Biologi. Siswa
kurang tertarik mempelajari Biologi terutama sistem saraf karena mereka
mengalami kesulitan dan mereka menganggap materi sistem saraf tidak menarik.
Siswa juga kurang tertarik membaca buku teks Biologi, sebanyak 75% siswa
tertarik membaca komik dan sebanyak 65% lebih suka membaca komik dari pada
buku teks Biologi. Selain itu, siswa kurang antusias dan pasif dalam kegiatan
pembelajaran materi sistem saraf. Berdasarkan permasalahan tersebut, dengan
menggunakan Komik Biologi sistem saraf berpendekatan Scientifc maka siswa
akan tertarik untuk membaca dan lebih aktif pada saat proses pembelajaran.
Berdasarkan hasil analisis kompetensi dasar, kompetensi dasar yang
relevan untuk materi sistem saraf yaitu KD 3.10 yang berisi mengenai materi
sistem saraf. Materi pokok yang sesuai dengan kompetensi dasar tersebut yaitu:
1) sel saraf (neuron); (2) sinaps; (3) impuls saraf, gerak sadar dan gerak refleks;
(4) mekanisme penghantaran impuls; (5) sistem saraf pusat; (6) sistem saraf tepi;
dan (7) kelainan pada sistem saraf.
Tahap selanjutnya yaitu design, pada tahap ini dilakukan beberapa
langkah. Pertama yaitu penentuan acuan dasar atau kriteria pengembangan
media yang
baik,
selanjutnya
pemilihan bentuk, lalu dilakukan
dilakukan
pemilihan media pembelajaran,
perancangan
awal
media
yang akan
dikembangkan. Tahap selanjutnya yaitu develop, pada tahap ini dilakukan
pengembangan media sesuai rancangan dan kriteria yang telah ditentukan
pada tahap sebelumnya. Pada tahap pengembangan terdapat dua langkah penting
4
yaitu penilaian ahli dan uji coba pengembangan. Setelah media dibuat, media
divalidasi oleh ahli materi, ahli media, dan praktisi lapangan yaitu guru
biologi SMA. Setelah divalidasi Komik Biologi kemudian diuji coba pada
kelompok kecil yaitu peserta didik SMA kelas XI dan kelas XII.
Jenis data yang diperoleh dari penilaian ahli (expert appraisal) berupa data
kualitatif (saran dari para ahli) dan data kuantitatif (skor validasi). Begitu juga
jenis data yang diperoleh dari uji coba lapangan (developmental testing) berupa
data kualitatif (saran dari guru dan respons siswa) dan data kuantitatif (skor
validasi dari duru dan nilai hasil pretes dan postes). Instrumen yang digunakan
untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini berupa angket dan soal (kognitif
dan afekif). Data kualitatif dianalisis dengan cara mengumpulkan kritik dan saran
untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam melakukan revisi terhadap produk..
Data kuantitatif berupa skor hasil validasi selanjutnya dianalisis menggunakan
teknis analisis data presentase dengan rumus sebagai berikut.
Keterangan:
P
TSh
TSe
: peresentase
: total skor maksimal yang diharapkan
: total skor empiris (hasil validasi dari validator)
Hasil analisis data tersebut kemudian dilakukan penafsiran dan
disimpulkan berdasar pada kriteria kualifikasi penilaian seperti pada Tabel 3.3
berikut.
Tabel 3.3 Penilaian Kualifikasi Validitas atau Kelayakan Media
Persentase
Keputusan
85,01%-100,00% Sangat valid, atau sangat efektif (sangat tuntas), dapat digunakan tanpa
perbaikan
70,01%-85,00% Valid, efektif (tuntas), dapat digunakan namun perlu perbaikan kecil
50,01%-70,00% Kurang valid, atau kurang efektif (kurang tuntas), perlu perbaikan besar
01,00%-50,00% Tidak valid, atau tidak efektif (tidak tuntas), tidak bisa digunakan
Sumber: Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Akbar, 2013)
Data kuantitatif berupa nilai hasil pos-test dan pre-test siswa yang
menunjukkan tingkat keefektivan, selanjutnya dianalisis menggunakan rumus
gain score ternormalisasi sebagai berikut.
<g>
5
Keterangan:
<g>
: gain score ternormalisasi
Sf
: skor rerata pos-tes
Si
: skor rerata pre-tes
Tingkat perolehan gain score ternormalisasi dikategorikan dalam tiga
kategori, yaitu:
g-tinggi
: (<g>) ≥ 0,7
g-sedang
: 0,3 ≤ (<g>) < 0,7
g-rendah
: (<g>) < 0,3
(Hake, 1998)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian dan pengembangan ini menghasilkan produk yaitu Komik
Biologi. Media Komik Biologi telah divalidasi oleh ahli materi, ahli media, dan
praktisi lapangan (guru dan siswa). Komik Biologi berupa buku cerita bergambar
dan menjelaskan materi biologi sistem saraf yang disisipkan di dalam alur cerita.
Materi sistem saraf disajikan dengan menggunakan pendekatan scientific yang
mencakup kegiatan 5M serta disisipi sikap spiritual. Bagian awal dalam Komik
berisi apersepsi yang masuk pada kegiatan mengamati, kemudian terdapat
ilustrasi yang meminta siswa untuk membuat pertanyaan, atau termasuk pada
kegiatan menanya. , Siswa akan melakukan kegiatan mengumpulkan data atau
eksplorasi pada bagian penjelasan materi tentang sistem saraf, yang meliputi sel
saraf, sinaps, mekanisme jalannya impuls, organisasi sistem saraf dan gangguan
pada sistem saraf. Selain itu terdapat penugasan untuk mencari dan menganalisis
artikel yang berkaitan dengan kelainan sistem saraf. Setelah itu, terdapat ilustrasi
yang meminta siswa untuk menyimpulkan (mengasosiasi) dan mempresentasikan
(mengkomunikasikan) hasil pemecahan masalah atau jawaban dari pertanyaan di
awal pembelajaran.
Berdasarkan hasil validasi ahli materi terkait semua komponen pada aspek
materi dari Komik Biologi yaitu sebesar 93,39%. Persentase ini menunjukkan
bahwa dari aspek materi Komik Biologi memiliki tingkat validitas sangat valid.
Hasil validasi ahli media terkait semua komponen dari Komik Biologi yaitu
sebesar 86,11%. Persentase ini menunjukkan bahwa dari aspek media Komik
Biologi memiliki tingkat validitas sangat valid. Hasil validasi praktisi lapangan
6
(Guru) terkait semua komponen pada aspek materi dan media dari Komik Biologi
yaitu sebesar 90,90%. Persentase ini menunjukkan bahwa Komik Biologi
memiliki tingkat validitas sangat valid.
Hasil uji coba kelompok kecil terhadap tingkat validitas media Komik
Biologi sebesar 87,24 %. Persentase ini menunjukkan bahwa Komik Biologi
memiliki tingkat validitas sangat valid. Rerata nilai pre-test peserta didik sebelum
menggunakan media Komik Biologi yaitu sebesar 36,92 dan rerata nilai post-test
peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran menggunakan media Komik
Biologi yaitu sebesar 87,31, sehingga didapatkan nilai gain skor ternormalisasi
adalah 0,80 atau masuk dalam kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa media
Komik Biologi dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Komik Biologi
sistem saraf berpendekatan scientific memiliki tampilan dan design yang menarik,
sehingga siswa termotivasi untuk belajar dan minat belajar siswa meningkat.
Meningkatnya minat belajar siswa mengakibatkan hasil belajar siswa pada materi
sistem saraf juga meningkat.
Berdasarkan hasil validasi dan masukan-masukan dari para ahli, praktisi
lapangan, dan peserta didik, terdapat beberapa hal yang perlu diperbaiki dalam
Komik Biologi adalah bahasa yang digunakan agar tidak terlalu formal dan
ditambahkan lelucon agar pembaca tidak bosan. Selain itu diharapkan media
Komik Biologi dikembangkan lagi untuk materi lain dan lebih menyenangkan,
serta dipermudahkan dalam memperolehnya. Masukan-masukan tersebut sangat
penting dan perlu untuk dipertimbangkan dalam penelitian pengembangan Komik
Biologi selanjutnya.
Penjabaran Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar; dan halaman indikator
dan tujuan pembelajaran berisi uraian Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar,
Indikator dan Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai setelah melakukan
pembelajaran menggunakan media Komik Biologi Sistem Saraf berpendekatan
scientific, khususnya dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI IPA.
Bagian ini berfungsi agar siswa mengetahui manfaat yang akan diperoleh setelah
menggunakan media Komik Biologi Sistem Saraf berpendekatan scientific.
Perkenalan tokoh menyajikan identitas sederhana tokoh-tokoh yang
berperan di dalam komik. Tokoh yang berperan yaitu 5 siswa dan 1 guru Biologi.
7
Bagian isi menyajikan materi sistem saraf dan disisipi dengan beberapa bagian
yang merupakan kegiatan dari 5M. Apersepsi yang dikemas dengan cerita dalam
kehidupan sehari-hari, seperti mencium bau, merasakan lapar, merasakan panas,
dan merasakan makanan. Bagian apersepsi ini merupakan kegiatan mengamati.
Setelah membaca bagian apersepsi, siswa akan membaca bagian ”Any Question?”
yang merupakan kegiatan menanya. Pada bagian ”Any Question?” terdapat
perintah untuk membuat pertanyaan atau rumusan masalah dari fenomena yang
sudah dibaca pada bagian apersepsi. Pertanyaan atau rumusan masalah
diselesaikan dengan membaca Komik Biologi pada bagian selanjutnya yang berisi
tentang materi sistem saraf yang termasuk pada kegiatan mengumpulkan data.
Penjabaran materi sistem saraf yang meliputi struktur dan fungsi sel saraf,
klasifikasi sel saraf, sinaps, jalannya impuls, organisasi sistem saraf dan kelainan
pada sistem saraf. Sebelum penjelasan mengenai otak dan sumsum tulang
belakang, terdapat bagian “Let’s Do It” yang berisi tentang kegiatan praktikum
sederhana yang dilakukan untuk mengetahui perbedaan gerak refleks dan gerak
sadar. Percobaan sederhana tersebut bisa dilakukan dengan teman sebangku.
Setelah melakukan praktikum, siswa harus menjawab pertanyaan yang terdapat
pada halaman “Let’s Do It” di buku tugas kemudian dikumpulkan. Selain itu,
terdapat terdapat penugasan untuk pertemuan selanjutnya. Siswa diminta untuk
mencari dan menganalisis artikel yang berkaitan dengan kelainan sistem saraf.
Kemudian siswa akan dibimbing untuk mengasosiasi dan mengkomunikasikan
informasi yang diperoleh berdasarkan rumusan masalah. Penerapan media Komik
Biologi sistem saraf berpendekatan scientific bisa dilakukan dengan menggunakan
metode pembelajaran PQ4R, karena media Komik Biologi mendukung proses
pembelajaran yang menggunakan metode PQ4R. Selain itu, sintaks PQ4R
memiliki prinsip yang sama dengan pendekatan scientific, misalnya salah satu
sintaks PQ4R yaitu Read (membaca) sebagai kegiatan eksplorasi (mengumpulkan
data).
Komik Biologi dirancang menggunakan pendekatan scientific (mengamati,
menanya, mengumpulkan data, mengasosiasi dan mengkomunikasi) sesuai
dengan tuntutan Kurikulum 2013. Menurut Akbar, dkk. (2015) penggunaan
media Komik yang dipadukan dengan pendekatan scientific akan menekankan
8
adanya proses sains yang mencakup 5M, sehingga kegiatan pembelajaran
akan lebih bermakna, menarik dan dapat membangun minat belajar siswa,
sehingga siswa dapat mencapai ketuntasan hasil belajar. Kesimpulan secara
keseluruhan media Komik Biologi berpendekatan scientific ini layak digunakan
pada pembelajaran dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi sistem
saraf.
Komik Biologi Sistem Saraf berpendekatan scientific memiliki kelebihan
dan kelemahan. Kelebihan produk antara lain: 1) media Komik Biologi Sistem
Saraf ini berbasis pendekatan scientific sebagai implementasi Kurikulum 2013
yang bisa digunakan sebagai alternatif media dalam pembelajaran Biologi; 2)
tidak membutuhkan fasilitas atau alat elektronik modern seperti komputer atau
laptop dan LCD proyektor, sehingga cocok untuk diterapkan di sekolah-sekolah
yang tertinggal dan terpencil, 3) memudahkan siswa dalam mempelajari,
memahami dan mengingat materi atau konsep; 4) mampu menciptakan suasana
belajar yang menyenangkan; 5) memiliki desain yang menarik sehingga membuat
peserta didik lebih termotivasi untuk belajar; dan 6) mampu meningkatkan hasil
belajar siswa. Kelemahan dari Komik Biologi Sistem Saraf antara lain: 1) tidak
bisa menyajikan tayangan proses (video) dan tidak bisa menayangkan gambar
/struktur yang riil; 2) tidak memberikan pengalaman belajar pada siswa, sehingga
perlu ditambah praktikum pada saat pembelajaran; 3) Komik Biologi Sistem Saraf
belum bisa didapatkan dengan mudah, karena belum diperjualbelikan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil validasi oleh tim ahli dan uji coba kelompok kecil dapat
disimpulkan bahwa Komik Biologi Sistem Saraf berpendekatan scientific ini
layak untuk digunakan sebagai media pembelajaran pada materi sistem saraf
setelah dilakukan beberapa revisi. Penggunaan media Komik Biologi perlu
memperhatikan beberapa hal, diantaranya adalah sebagai berikut: (1) komik
Biologi Sistem Saraf dipadukan dengan kegiatan praktikum serta pengamatan
langsung agar siswa memiliki pengalaman belajar dan memiliki ketrampilan;
(2) penggunaan Komik Biologi sebaiknya juga diselingi dengan menggunakan
media lain dan disertai dengan pemantapan konsep dari guru agar siswa tidak
jenuh dan tidak salah konsep; (3) guru dapat menggunakan media Komik Biologi
9
Sistem Saraf dan memadukannya dengan model-model pembelajaran misalnya,
PQ4R (Preview, Question, Read, Reflect, Review, Recite dan Review).
Penyebarluasan hasil penelitian ini dapat dilakukan dengan menulis artikel
melalui jurnal kependidikan, ikut dalam seminar dan didistribusikan melalui
perpustakaan. Peneliti yang akan melakukan penelitian dan pengembangan media
Komik Biologi lebih lanjut dapat mempertimbangkan hal-hal berikut: (1)
membuat Komik Sistem Saraf yang bisa digunakan di Android dan bisa diunggah
di Play Store sehingga bisa diunduh oleh para pengguna Android dan bisa
meminimalisir penggunaan kertas; dan (2) membuat sumber online atau website
khusus tentang media Komik Biologi dan media pembelajaran Biologi lain yang
bisa di dapatkan dengan mudah.
DAFTAR RUJUKAN
Akbar, O. A., Isnawati, Raharjo. 2015. Minat Belajar Siswa terhadap Media Komik
Berbasis Pendekatan Saintifik pada Materi Sistem Pencernaan Kelas XI SMA.
Bioedu Berkala Ilmiah Pendidikan Biologi. 4(1). (Online),
(http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/bioedu), diakses 20 Februari 2015.
Akbar, S. 2013. Instrumen Perangkat Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Arroio, A. 2011. Comicsas a Narrative In Natural Science Education. Western Anatolia
Journal of Educational Science. (Online),
(http://web.deu.edu.tr/baed/giris/baed/ozel_sayi/93-98.pdf), diakses 15 Februari
2014.
Hake, R., R. 1998. Interactive Engagement Versus Traditional Methods: A sixthousandstudent Survey of Mechanics Test Data for Introductory Physics Course.
American Journal of Physics. (Online),
(http://www.physics.indiana.edu/~sdi/ajpv3i.pdf), diakses 3 Januari 2015
Sudjana, N., dan Rivai, A. 2010. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo
Thiagarajan, S., Semmel, D. S., dan Semmel, M. I. 1974. Instructional Development for
Training Teachers of Exceptional Children : A Sourcebook. USA: Indiana
University
10
Download