Berita Pers Lazuardi Birru Kembali Luncurkan Komik Anti Teroris

advertisement
Menara Karya, Lantai 28
Jl. Rasuna Said Blok X-5 Kav 1-2
Jakarta 12950, Indonesia
Telp
: 021 32751727
Email
: [email protected]
Facebook : http://www.facebook.com/islamdidadaku
Twitter
: http://twitter.com/islamdidadaku
Youtube : http://youtube.com/islamdidadaku
Berita Pers
Lazuardi Birru Kembali Luncurkan
Komik Anti Teroris
JAKARTA, 7 September 2011 – Lazuardi Birru, LSM yang memiliki perhatian pada isu radikalisme
dan terorisme serta menentang segala bentuk kekerasan atas nama agama, kembali meluncurkan
komik berjudul “Kutemukan Makna Jihad”. Komik pertama yang diluncurkan Lazuardi Birru adalah
“Ketika Nurani Bicara” pada tahun 2010 yang berkisah tentang Bom Bali I. Kali ini, “Kutemukan
Makna Jihad” berisi kisah nyata mantan Ketua Mantiqi 3 Jamaah Islamiyah (JI) Nasir Abas. Iwan
Setiawan korban Bom kedutaan besar Australia terjadi tepat 7 tahun yang lalu 9 September 2004 dan
Dani Dwi Permana pelaku bom bunuh diri JW Marriott Jakarta 17 Juli 2009.
Perwakilan Lazuardi Birru, Praga mengatakan peluncuran komik ini dimaksudkan agar masyarakat
terutama generasi muda mengetahui makna jihad yang sebenarnya. “Ini merupakan upaya preventif
dan edukatif terhadap meluasnya paham radikalisme dan terorisme di kalangan generasi muda
bangsa,” tegasnya. Sejak tahun 2000, sudah puluhan kali aksi peledakan bom terjadi di Indonesia.
“Terakhir kali, bom meledak di Bima 11 Juli 2011 lalu. Ancaman terorisme harus kita antisipasi terus
karena bersifat laten,” kata Praga.
Organisasi teroris melakukan propaganda dengan berbagai cara untuk menggalang dukungan. Praga
mengatakan, seluruh elemen masyarakat termasuk media harus mewaspadai hal ini, karena setiap
aksi terorisme telah menimbulkan penderitaan bangsa. Apalagi, sebagian besar korbannya adalah
masyarakat sipil. "Banyak media yang digunakan untuk menyebarkan radikalisme dan
terorisme. Propaganda mereka pun mampu mempengaruhi generasi muda. Alhasil ada anak muda
yang bersedia menjadi pelaku bom bunuh diri,” jelas Praga.
Praga berharap peluncuran komik ini dapat memberikan pemahaman dan edukasi pada generasi
muda mengenai aksi terorisme. ”Namun, program ini tidak akan berjalan tanpa dukungan dari
lapisan masyarakat. Oleh karena itu, Lazuardi Birru mengundang berbagai pihak untuk ikut serta
menciptakan Indonesia yang aman, damai, dan sejahtera," ujar Praga.
Sementara itu, Nasir Abas yang menjadi narasumber utama mengungkapkan bahwa secara
keseluruhan semua kisah keterlibatannya dalam Jamaah Islamiyah tertuang dalam komik tersebut.
“Segala pengalaman saya, semuanya terbeberkan dalam komik itu. Mulai dari pertama saya
mengenal jaringan Jamaah Islamiah hingga menempati posisi penting dalam jaringan tersebut.
Termasuk siapa saja dari mereka yang masih ada di Indonesia,” katanya.
Hlm.| 1
Nasir Abas berharap pengalamannya ini menjadi pelajaran bagi generasi muda bahwa jihad bukan
dimaknai dengan melakukan aksi teror di masyarakat. “Jihad dalam arti perang harus jelas area
pertempuran dan musuhnya. Di Indonesia sampai saat ini tidak ada musuh dan area yang jelas yang
harus diperangi. Oleh karena itu, saya menilai aksi teror yang selama ini terjadi tidak sesuai dengan
apa yang pernah mereka pelajari sewaktu di Afghanistan,” tegas Nasir.
Sementara itu, Ketua Umum Askobi Wahyu Adiartono mengatakan, penerbitan komik ini menjadi
salah satu pendekatan efektif kepada kaum muda untuk mengenalkan makna jihad dalam ajaran
Islam. "Ini salah satu cara yang bisa masuk di kalangan muda agar mereka lebih mudah memahami
kampanye anti teroris ini. Ini kan tidak kaku dan monoton," jelas orang yang selamat dari Bom
Marriott.
Hal senada diungkapkan Amir Tengku Ramly, Master Trainer Pumping Teacher, “Penerbitan komik
ini sangat penting karena mengisahkan perjalanan seorang mujahidin Nasir Abas yang sarat dengan
makna iman dan sikap jihadnya yang bervisi dan membumi, selain juga berfungsi sebagai edukasi
bagi remaja terutama dalam memahami makna jihad yang sebenarnya.”
Wakil Dekan Fakultas Psikologi pun, Dr. Tjut Rifameutia, MA., juga menilai “Buku ini mudah
dicerna, sehingga dapat memberikan wawasan kepada generasi muda asal mula seseorang menjadi
terlibat dalam kegiatan terorisme, dan akibat dari kegiatan terorisme. Melalui buku ini diharapkan
generasi muda memahami gejolak muda yang penuh rasa ingin tahu, tetapi kemudian mejadi mawas
diri, dan memilih kegiatan-kegiatan positif yang bermanfaat bagi penetapan diri pribadi, bermanfaat
bagi keluarga, masyarakat dan negara,” pesannya.
Penilaian senada juga disampaikan Dr. Asep Usman Ismail, MA., dosen Fakultas Dakwah UIN Syarif
Hidayatullah, Jakarta. Menurutnya “Novel ini bernilai edukasi terutama bagi generasi muda muslim
bahwa jihad yang terburu-buru itu ternyata bukan jihad. Akibatnya berdampak buruk bagi Islam dan
kaum muslim, serta nilai kemanusiaan dan perdamaian.”
Menurut seorang mahasiswi Fakultas Ekonomi UI, Nurul Mutmainnah, “Komik ini memberi
perspektif yang lebih luas tentang Mujahidin, apa arti mujahidin itu, bagaimana kronologinya kok
bisa terjadi pemboman-pemboman (di tanah air; red) seperti yang kita lihat di TV-TV kemarin,“
ujarnya.
Untuk informasi lebih lanjut, silakan menghubungi:
Joko Hariyanto
Senior Consultant
Imogen Public Relations
Tel : (021) 799 8907 Faks : (021) 798 2773
HP : 08122 1080981
Email: [email protected]
Hlm.| 2
Data dan Fakta
Sekilas Tentang Komik “Kutemukan Makna Jihad”
Komik ini menampilkan kisah kehidupan Nasir Abas, Iwan Setiawan dan Dani Dwi Permana. Kisah Hlm.| 3
mereka merupakan bagian dari fenomena terorisme yang terjadi di Indonesia. Dalam komik ini, kisah
mereka menunjukkan kepada pembaca bahwa Islam sesungguhnya tidak mengajarkan terorisme.
Islam adalah agama yang mengajarkan kita untuk ber-akhlak mulia dan mengajarkan kebaikan. Islam
merupakan rahmat bagi seluruh makhluk, yang artinya memberikan kebaikan bagi semua makhluk
di bumi.
Kisah ini diawali dari jihad yang dimaknai Nasir Abas sebagai upaya sungguh-sungguh
untuk mendalami agama dan membela umat Islam yang tertindas. Keinginannya itu, membawanya
masuk dalam organisasi Jamaah Islamiah (JI). Beberapa anggota JI kemudian terlibat dalam berbagai
aksi teror di Indonesia. Aksi itu bertentangan dengan apa yang dipahami Nasir Abas tentang
perjuangan Islam. Aksi tersebut justru menyakiti sesama umat Islam dan menimbulkan fitnah bagi
Islam sendiri. Hati nurani Nasir Abas meronta dan memutuskan keluar dari JI. Kini Nasir Abas
memaknai jihad sebagai dakwah Islam cinta damai menentang kekerasan.
Cerita berlanjut mengenai Iwan Setiawan yang sedang giat mencari kerja. Istrinya, Halila (saat itu
berusia 23) sedang mengandung 8 bulan. Pada tanggal 9 September 2004, mereka mengendarai motor
untuk memeriksakan kandungan. Saat melewati kedutaan besar Australia, Kuningan, serangan teror
menimpa mereka. Bom bunuh diri yang dilakukan oleh Heri Golun dalam sebuah mobil boks
mengakibatkan keduanya terluka parah. Iwan kehilangan mata kanannya dan istrinya wafat di tahun
2007 akibat sakit karena serangan teror tersebut. Musibah yang dialaminya, menjadi ladang jihad bagi
Iwan. Iwan memaknai jihad sebagai perjuangan menghadapi trauma akibat serangan teror dan
perjuangan menafkahi keluarganya.
Selain itu, adapula Dani Dwi Permana (17), baru saja lulus SMA, kedua orang tuanya bercerai dan
bapaknya di penjara. Saefudin Zuhri yang bergabung dengan Noordin M Top, merekrut Dani agar
bersedia menjadi pelaku bom bunuh diri di Hotel JW Marriott Jakarta tanggal 17 Juli 2009. Dani
memaknai jihad secara keliru. Islam tidak mengajarkan umatnya untuk merusak lingkungan,
menyakiti diri sendiri, membunuh orang lain apalagi sesama muslim. Dani terbuai dengan janji yang
selalu dicekoki organisasi teroris, menjadi pelaku bom bunuh diri agar mati syahid, masuk surga dan
ditemani 72 bidadari.
Melalui kisah ini, pembaca diajak untuk merenungkan kembali makna jihad yang
hakiki. “Kutemukan Makna Jihad” menunjukkan bahwa Islam mengajarkan umatnya agar berakhlak
mulia. Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin, menjadi rahmat bagi seluruh mahluk. Buku ini
membawa pesan Islam cinta damai yang diharapkan merasuk ke dalam jiwa generasi muda bangsa
agar Indonesia dapat hidup damai dan berbhinneka.
Download