penderitaan yesus kristus - Momentum Christian Literature

advertisement
PENDERITAAN
YESUS KRIS US
†
Lima Puluh Alasan Mengapa Dia Datang untuk
Mati
JOHN PIPER
Penerbit Momentum
2005
Copyright © momentum.or.id
Penderitaan Yesus Kristus:
Lima Puluh Alasan Mengapa Dia Datang untuk Mati
Oleh: John Piper
Penerjemah: Stevy Tilaar
Editor: Irwan Tjulianto
Pengoreksi: Jessy Siswanto dan Irenaeus Herwindo
Tata Letak: Djeffry
Desain Sampul: Ricky Setiawan
Editor Umum: Solomon Yo
Originally published in English under the title,
The Passion of Jesus Christ
Copyright © 2004 by Desiring God Foundation
Published by Crossway Books
A division of Good News Publishers
1300 Crescent Street
Wheaton, Illinois 60187
All rights reserved.
Hak cipta terbitan bahasa Indonesia © 2005 pada
Penerbit Momentum (Momentum Christian Literature)
Andhika Plaza C/5-7, Jl. Simpang Dukuh 38-40, Surabaya 60275, Indonesia.
Telp.: +62-31-5472422; Faks.: +62-31-5459275
e-mail: [email protected]
Perpustakaan Nasional: Katalog dalam Terbitan (KDT)
Piper, John, 1946Penderitaan Yesus Kristus: lima puluh alasan mengapa Dia datang
untuk mati / John Piper, terj. Stevy Tilaar – cet. 2 – Surabaya:
Momentum, 2006.
ix + 115 hlm.; 14 cm.
ISBN 979-3292-28-8
1. Yesus Kristus – Penderitaan
2006
232.96–dc22
Cetakan pertama: Desember 2005
Cetakan kedua: Februari 2006
Hak cipta dilindungi oleh Undang-Undang. Dilarang mengutip, menerbitkan kembali, atau memperbanyak sebagian
atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apa pun dan dengan cara apa pun untuk tujuan komersial tanpa izin tertulis
dari penerbit, kecuali kutipan untuk keperluan akademis, resensi, publikasi, atau kebutuhan nonkomersial dengan
jumlah tidak sampai satu bab.
Copyright © momentum.or.id
DAFTAR ISI
?
PENDAHULUAN
1
Kristus, Penyaliban, dan Kamp-kamp Konsentrasi
LIMA PULUH ALASAN MENGAPA
KRISTUS MENDERITA DAN MATI
1. Untuk Menanggung Murka Allah
10
2. Untuk Menyenangkan Bapa-Nya yang di Sorga
12
3. Untuk Belajar Taat dan Disempurnakan
14
4. Untuk Mendapatkan Kebangkitan-Nya Sendiri dari Kematian
16
5. Untuk Menunjukkan Kekayaan Kasih dan Anugerah Allah
bagi Orang Berdosa
18
6. Untuk Menunjukkan Kasih-Nya kepada Kita
20
7. Untuk Membatalkan Tuntutan Hukum Taurat terhadap Kita
22
8. Untuk Menjadi Tebusan bagi Banyak Orang
24
9. Untuk Pengampunan Dosa-dosa Kita
26
10. Untuk Memberikan Dasar bagi Pembenaran Kita
28
11. Untuk Menggenapkan Ketaatan yang Menjadi Kebenaran Kita
30
12. Untuk Menghapus Hukuman Kita
32
13. Untuk Menghapus Sunat dan Seluruh Ritual yang Dijadikan
Dasar Keselamatan
34
14. Untuk Membawa Kita kepada Iman dan Menjaga Kita
agar Tetap Beriman
36
vii
Copyright © momentum.or.id
15. Untuk Menjadikan Kita Kudus, Tak Bercacat, dan Sempurna
38
16. Untuk Memberi Kita Hati Nurani yang Murni
40
17. Untuk Mendapatkan Segala Hal yang Baik bagi Kita
42
18. Untuk Menyembuhkan Kita dari Penyakit Moral dan Fisik
44
19. Untuk Memberikan Hidup Kekal bagi Semua Orang
yang Percaya kepada-Nya
46
20. Untuk Menyelamatkan Kita dari Zaman yang Jahat Ini
48
21. Untuk Mendamaikan Kita dengan Allah
50
22. Untuk Mendekatkan Kita kepada Allah
52
23. Agar Kita Bisa Menjadi Milik-Nya
54
24. Untuk Memberi Kita Jalan Masuk ke Tempat Kudus-Nya
56
25. Untuk Menjadi Tempat Kita Bertemu dengan Allah
58
26. Untuk Mengakhiri Keimaman Perjanjian Lama dan
Menjadi Imam Besar yang Kekal
60
27. Untuk Menjadi Imam yang Dapat Merasakan
Kelemahan-kelemahan Kita dan Menolong Kita
62
28. Untuk Membebaskan Kita dari Kesia-siaan
Cara Hidup Nenek Moyang Kita
64
29. Untuk Membebaskan Kita dari Perbudakan Dosa
66
30. Agar Kita Mati terhadap Dosa dan Hidup dalam Kebenaran
68
31. Agar Kita Mati terhadap Hukum Taurat dan
Menghasilkan Buah bagi Allah
70
32. Untuk Memampukan Kita Hidup bagi Kristus,
dan Bukan bagi Diri Kita Sendiri
72
33. Untuk Menjadikan Salib-Nya sebagai Dasar Kita Bermegah
74
34. Untuk Memampukan Kita Hidup Beriman dalam Dia
76
viii
Copyright © momentum.or.id
35. Untuk Memberi Arti Terdalam bagi Pernikahan
78
36. Untuk Menciptakan Suatu Umat yang Rajin
Melakukan Kebajikan
80
37. Untuk Memanggil Kita untuk Meneladani Kerendahan Hati
dan Kasih yang Rela Berkorban seperti Diri-Nya
82
38. Untuk Membentuk Pengikut yang Mau Memikul Salib
84
39. Untuk Membebaskan Kita dari Ketakutan terhadap Kematian
86
40. Agar Kita Bisa Bersama-Nya Segera setelah Kematian
88
41. Untuk Menjamin Kebangkitan Kita dari Kematian
90
42. Untuk Melucuti Penguasa-penguasa dan Pemerintah-pemerintah
92
43. Untuk Menyatakan Kuasa Allah dalam Injil
94
44. Untuk Menghancurkan Permusuhan antarras
96
45. Untuk Membebaskan Orang-orang dari Setiap Suku
dan Bahasa dan Bangsa
98
46. Untuk Mengumpulkan Seluruh Domba-Nya
dari Segenap Penjuru Dunia
100
47. Untuk Menyelamatkan Kita dari Penghakiman Akhir
102
48. Untuk Mendapatkan Sukacita-Nya dan Sukacita Kita
104
49. Agar Dia Bisa Dimahkotai dengan Kemuliaan dan Hormat
106
50. Untuk Menunjukkan bahwa Kejahatan yang Paling Kejam
Diizinkan Allah bagi Kebaikan
108
DOA
111
BUKU-BUKU mengenai Keandalan Historis Catatan Alkitab
113
SUMBER-SUMBER dari Desiring God Ministries
114
ix
Copyright © momentum.or.id
Pendahuluan
KRISTUS, PENYALIBAN,
DAN KAMP-KAMP KONSENTRASI
?
ertanyaan yang paling penting di abad kedua puluh satu ini adalah:
Mengapa Yesus Kristus mau menjalani penderitaan yang begitu
dahsyat? Tetapi kita tidak akan pernah memahami arti penting dari penderitaan-Nya jika kita tidak bisa melihat alasan yang melampaui pemikiran manusia. Jawaban ultimat untuk pertanyaan, “Siapa yang menyalibkan
Yesus?” adalah: Allah. Pemikiran ini sangat mengejutkan. Yesus adalah
Anak-Nya. Penderitaan-Nya tidak tertara. Tapi seluruh pesan Alkitab
menggiring kita kepada kesimpulan tersebut.
P
ALLAH MERANCANG HAL INI BAGI KEBAIKAN
Nabi Yesaya berkata, “Tetapi TUHAN berkehendak meremukkan dia dengan kesakitan” (Yesaya 53:10). Perjanjian Baru berkata, “Ia [Allah],
yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkanNya bagi kita semua” (Roma 8:32). “Kristus Yesus telah ditentukan Allah
menjadi jalan pendamaian melalui iman, dalam darah-Nya” (Roma 3:25).
Tapi apa hubungan tindakan ilahi tersebut dengan tindakan mengerikan yang dilakukan oleh orang-orang yang membunuh Yesus? Jawaban
Alkitab diungkapkan dalam sebuah doa jemaat mula-mula: “Sebab
sesungguhnya telah berkumpul … Herodes dan Pontius Pilatus beserta
bangsa-bangsa dan suku-suku bangsa Israel melawan Yesus, Hamba-Mu
yang kudus, yang Engkau urapi, untuk melaksanakan segala sesuatu yang
telah Engkau tentukan dari semula oleh kuasa dan kehendak-Mu” (Kisah
Para Rasul 4:27-28). Kedalaman dan lingkup kedaulatan ilahi ini membuat kita terkesima. Tapi semua itu merupakan kunci keselamatan kita.
Allah yang merencanakannya, dan melalui orang-orang fasik ini, kebaikan yang begitu besar telah datang ke dalam dunia. Jika kita boleh memparafrasakan sebuah kalimat dari Taurat Yahudi: Orang-orang tersebut
Copyright © momentum.or.id
telah mereka-rekakan yang jahat, tetapi Allah telah mereka-rekakannya
untuk kebaikan (Kejadian 50:20).
Karena Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, kita harus
melihat melampaui penyebab manusia kepada tujuan ilahi. Isu sentral
kematian Yesus bukanlah sebabnya, tetapi tujuannya – maknanya. Manusia pasti memiliki alasan mengapa mau menyingkirkan Yesus. Tetapi hanya Allah yang bisa merencanakan semuanya itu untuk kebaikan seluruh
dunia. Sebenarnya, tujuan Allah bagi dunia dalam kematian Yesus adalah
tak terselami. Saya hanya bisa memberi tahu Anda kulit luarnya saja
dalam buku kecil ini, memperkenalkan kepada Anda lima puluh tujuannya. Tujuan saya adalah membiarkan Alkitab sendiri yang berbicara.
Melalui Alkitablah kita mendengar Firman Allah. Saya berharap poinpoin tersebut bisa mendorong Anda mengarungi perjalanan panjang untuk
semakin mengenal rancangan Allah yang agung dalam kematian AnakNya.
APA ARTI KATA PASSION ?
Kita mengasosiasikan kata passion dengan paling sedikit empat arti:
hasrat seksual, semangat yang berkobar-kobar dalam melakukan suatu tugas, sebuah oratorio karya J. S. Bach, dan penderitaan Yesus Kristus.
Kata tersebut berasal dari sebuah kata Latin yang berarti penderitaan.
Arti inilah yang saya gunakan dalam buku ini – penderitaan dan kematian
Yesus Kristus. Tetapi arti ini juga memiliki hubungan dengan arti-arti
yang lainnya. Kata ini juga memperdalam makna seks, memberi inspirasi
kepada musik, dan mendorong tindakan terbesar di dalam dunia.
MENGAPA PENDERITAAN YESUS UNIK?
Mengapa penderitaan dan penghukuman terhadap seorang manusia yang
didakwa, diadili, dan ditetapkan sebagai penipu yang ingin menjadi kaisar
Romawi bisa menimbulkan, di dalam jangka waktu tiga abad setelah itu,
suatu kekuatan untuk menanggung derita dan kasih yang mengubah Kekaisaran Romawi, dan sampai sekarang terus membentuk dunia? Jawabannya adalah bahwa penderitaan dan kematian Yesus benar-benar unik,
dan kebangkitan-Nya dari kematian tiga hari kemudian merupakan suatu
tindakan Allah untuk meneguhkan apa yang telah dicapai Yesus melalui
kematian-Nya tersebut.
2
Copyright © momentum.or.id
Penderitaan-Nya unik karena Dia lebih dari manusia biasa. Dia
bukan kurang dari manusia sejati, melainkan seperti pernyataan Pengakuan Iman Nicea, Dia juga adalah “Allah sejati dari Allah sejati.” Ini merupakan kesaksian dari orang-orang yang mengenal Dia dan yang kemudian
diilhami-Nya untuk menjelaskan tentang siapa diri-Nya sebenarnya.
Rasul Yohanes menyebut Yesus sebagai “Firman” dan menulis, “Pada
mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan
Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah.
Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang
telah jadi dari segala yang telah dijadikan.… Firman itu telah menjadi
manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya,
yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa,
penuh kasih karunia [anugerah] dan kebenaran” (Yohanes 1:1-3, 14).
Di samping keilahian-Nya ini, kita juga perlu menambahkan bahwa
Dia sama sekali tidak bersalah dalam penderitaan-Nya. Bukan hanya
tidak bersalah atas tuduhan penghujatan, tapi juga atas semua dosa. Salah
satu murid terdekat-Nya berkata, “Ia tidak berbuat dosa, dan tipu tidak
ada dalam mulut-Nya” (1 Petrus 2:22). Selain keunikan tersebut, kita perlu menekankan bahwa Dia menerima kematian-Nya sebagai yang memiliki otoritas absolut. Salah satu pernyataan Yesus yang paling mengejutkan mengenai kematian dan kebangkitan-Nya adalah: “Aku memberikan
nyawa-Ku untuk menerimanya kembali. Tidak seorang pun mengambilnya dari pada-Ku, melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-Ku
sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali. Inilah tugas yang Kuterima dari Bapa-Ku” (Yohanes 10:17-18). Perdebatan mengenai siapakah sebenarnya yang membunuh Yesus bukanlah
hal utama. Dia memilih untuk mati. Bapa-Nya telah menetapkannya. Dia
menaati-Nya.
PENDERITAAN-NYA DITERIMA OLEH ALLAH
DENGAN BUKTI KEBANGKITAN-NYA
Oleh karena penderitaan-Nya yang tidak ada bandingannya, Allah membangkitkan Yesus dari antara orang mati. Ini terjadi tiga hari setelah kematian-Nya. Pada Minggu pagi, Dia bangkit dari kematian. Selama empat
puluh hari Dia berkali-kali menampakkan diri kepada murid-murid-Nya
sebelum naik ke sorga (Kisah Para Rasul 1:3).
3
Copyright © momentum.or.id
Para murid lambat dalam mempercayai bahwa kebangkitan ini benar-benar telah terjadi. Mereka bukannya orang-orang naif yang mudah
ditipu. Mereka adalah pedagang yang tidak mudah ditipu. Mereka tahu
bahwa manusia tidak bisa bangkit dari kematian. Pada sebuah peristiwa
Yesus meminta ikan untuk dimakan untuk membuktikan kepada mereka
bahwa Dia bukan hantu (Lukas 24:39-43). Ini bukan bangkitnya kembali
sesosok mayat. Ini adalah kebangkitan Sang Allah-Manusia, kepada
hidup baru yang tidak lagi dapat binasa. Gereja mula-mula menyebut Dia
Tuhan Semesta Alam. Mereka berkata, “Setelah Ia selesai mengadakan
penyucian dosa, Ia duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar” (Ibrani
1:3). Yesus telah menyelesaikan tugas yang Allah berikan kepada-Nya
dan peristiwa kebangkitan merupakan bukti bahwa Allah telah dipuaskan.
Buku ini berbicara mengenai apa yang telah dicapai Yesus bagi dunia
melalui penderitaan-Nya.
PENDERITAAN KRISTUS DAN
PENDERITAAN DI AUSCHWITZ
Merupakan sebuah tragedi bahwa kisah penderitaan Kristus menghasilkan
sikap antisemitisme melawan orang Yahudi dan kekerasan terhadap orang
Muslim. Kita, orang Kristen, malu terhadap banyak tindakan leluhur kita
yang tidak sejalan dengan prinsip Kristus. Tidak diragukan lagi bahwa
memang masih ada sisa-sisa dari sikap ini di dalam jiwa kita sendiri.
Tetapi Kekristenan sejati – yang sangat berbeda dari budaya Barat, dan
yang mungkin tidak ditemukan pada sebagian besar gereja – menolak
penyebaran agama melalui cara-cara kekerasan. “Kerajaan-Ku bukan dari
dunia ini,” kata Yesus. “Jika Kerajaan-Ku dari dunia ini, pasti hambahamba-Ku telah melawan” (Yohanes 18:36). Jalan salib adalah jalan penderitaan. Orang Kristen dipanggil untuk mati, bukan untuk membunuh,
supaya menunjukkan kepada dunia betapa Kristus mengasihi mereka.
Pada masa kini, kasih ini dengan berani dan rendah hati menyatakan
kepada semua orang, tidak peduli apa pun akibatnya, bahwa Kristus
adalah satu-satunya jalan keselamatan kepada Allah. “Kata Yesus kepadanya, ‘Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun
yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku’” (Yohanes 14:6).
Tapi jangan salah: Orang Kristen tidak boleh menghina atau mengejek
atau merendahkan atau menindas melalui kesombongan, atau pembunuhan terencana, atau perang salib, atau kamp-kamp konsentrasi. Semua hal
4
Copyright © momentum.or.id
itu jelas merupakan ketidaktaatan kepada Yesus Kristus. Berlawanan dengan para pengikut-Nya, Dia berdoa saat terpaku di salib, “Ya Bapa,
ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat”
(Lukas 23:34).
Penderitaan Yesus Kristus merupakan peristiwa paling penting dalam sejarah, dan merupakan isu politik dan isu personal terbesar di abad
kedua puluh satu. Menolak fakta bahwa Yesus telah disalib sama seperti
menolak fakta bahwa peristiwa Holocaust memang terjadi. Bagi sebagian
orang, peristiwa tersebut terlalu menakutkan untuk diakui. Bagi sebagian
lainnya, peristiwa tersebut merupakan sebuah konspirasi yang disengaja
untuk menimbulkan suatu simpati agama. Tetapi para penyangkal ini
hidup dalam dunia mimpi. Yesus Kristus mengalami penderitaan yang
luar biasa dan mati. Demikian juga yang dialami orang-orang Yahudi.
Saya bukan orang pertama yang menghubungkan peristiwa di Kalvari dengan kamp-kamp konsentrasi – penderitaan Yesus Kristus dan
penderitaan orang-orang Yahudi. Di dalam bukunya yang menegangkan,
menggetarkan, dan memilukan yang berjudul Night, Elie Wiesel menuliskan pengalamannya sebagai seorang remaja yang bersama dengan ayahnya berada dalam kamp-kamp konsentrasi di Auschwitz, Buna, dan
Buchenwald. Selalu saja ada ancaman “penyeleksian” – mengambil yang
lemah untuk dibunuh dan dibakar di oven.
Pada suatu bagian – hanya satu bagian itu saja – Wiesel menghubungkan Kalvari dengan kamp-kamp tersebut. Dia bercerita mengenai seorang rabi yang sudah tua, Akiba Dumer.
Akiba Dumer telah meninggalkan kami, menjadi korban penyeleksian.
Beberapa saat terakhir ini, dia berkeliling di antara kami, matanya berkaca-kaca, mengatakan kepada semua orang mengenai kelemahannya:
“Saya tidak bisa bertahan.… Semua sudah berakhir.…” Sudah tidak
mungkin lagi menguatkan semangatnya. Dia tidak lagi mendengar apa
pun yang kami katakan kepadanya. Dia hanya mengulangi kata-kata di
atas, bahwa dia tidak bisa lagi menahan semua ini, tidak lagi memiliki
kekuatan, ataupun iman. Tiba-tiba matanya menjadi kosong, menjadi
seperti dua luka yang menganga, seperti dua lobang yang mengerikan. 1
1
Elie Wiesel, Night (New York: Bantam Books, 1982, pertama terbit 1960),
hlm. 72.
5
Copyright © momentum.or.id
Selanjutnya, Wiesel melontarkan komentar yang provokatif ini:
“Akiba Dumer yang malang; andaikata dia bisa terus mempercayai Allah,
andaikata dia bisa melihat bukti Allah di Kalvari, dia tidak akan dibunuh
dalam penyeleksian.” 2 Saya tidak ingin berandai-andai mengenai perkataan Elie Wiesel ini. Saya tidak mengetahui secara pasti apa maksudnya.
Tetapi perkataan tersebut mendorong sebuah pertanyaan: Mengapa menghubungkan Kalvari dengan kamp konsentrasi?
Saat saya merenungkan pertanyaan ini, saya tidak berpikir mengenai
penyebabnya atau siapa yang harus disalahkan. Saya memikirkan mengenai makna dan harapan. Apakah mungkin penderitaan orang-orang Yahudi bisa mendapatkan makna sejati, bukan penyebabnya, melainkan
makna finalnya di dalam penderitaan Kristus? Apakah mungkin memikirkan, bukan dari penderitaan Kristus kepada peristiwa Auschwitz, tapi dari
peristiwa Auschwitz kepada pengertian akan penderitaan Kristus? Apakah hubungan antara Kalvari dan kamp konsentrasi merupakan sebuah
hubungan empati yang tak terselami? Mungkin hanya Yesus yang bisa
mengetahui apa yang terjadi selama “malam panjang” 3 penderitaan
orang-orang Yahudi itu. Dan mungkin satu generasi orang Yahudi, di
mana kakek-kakek mereka telah mengalami peristiwa “penyaliban” mereka sendiri yang penuh kesengsaraan, bisa memahami apa yang telah
dialami oleh Sang Anak Allah di Kalvari. Saya membiarkan hal ini tetap
sebagai pertanyaan. Saya sendiri tidak tahu.
Tapi saya tahu satu hal: Orang-orang “Kristen” munafik, yang membuat kamp-kamp tersebut, tidak pernah mengenal kasih yang menggerakkan Yesus Kristus menuju Kalvari. Mereka tidak pernah mengenal
Kristus, yang bukannya membunuh untuk menyelamatkan sebuah budaya
tetapi justru memilih mati untuk menyelamatkan manusia. Tetapi ada
sejumlah orang Kristen – orang-orang Kristen sejati – yang telah melihat
makna dari penderitaan Yesus Kristus, dan telah diremukkan dan direndahkan melalui penderitaan-Nya. Mungkinkah mereka ini, lebih dari
orang-orang lain, bisa melihat dan memahami penderitaan orang-orang
Yahudi?
Suatu ironi besar kalau orang Kristen bersikap anti-Yahudi! Yesus
dan seluruh pengikut mula-mula adalah orang Yahudi. Orang-orang dari
berbagai golongan di Palestina terlibat dalam penyaliban-Nya (bukan ha2
3
Ibid., hlm. 73.
Ibid., hlm. 32.
6
Copyright © momentum.or.id
nya orang-orang Yahudi), dan orang-orang dari semua golongan juga
menentang penyaliban-Nya (termasuk orang-orang Yahudi). Allah sendiri
merupakan Aktor utama dalam kematian Anak-Nya, sehingga pertanyaan
utama bukanlah, Siapa sebenarnya yang membunuh Yesus? melainkan,
Apa yang diberikan kematian Yesus kepada umat manusia – termasuk di
dalamnya orang Yahudi, Muslim, Buddha, dan Hindu serta orang-orang
sekuler yang tidak beragama – dan semua orang di mana saja?
Ketika semua hal telah dikatakan dan dilakukan, pertanyaan terpenting adalah: Mengapa? Mengapa Kristus menderita dan mati? Bukan menanyakan penyebabnya, melainkan tujuannya. Apa yang dicapai Kristus
melalui penderitaan-Nya? Mengapa Dia harus mengalami penderitaan
yang begitu dahsyat? Hal agung apa yang telah terjadi di Kalvari bagi dunia?
Inilah isi buku ini. Saya telah mengumpulkan lima puluh alasan dari
Perjanjian Baru mengapa Kristus menderita dan mati. Bukan lima puluh
sebab, tetapi lima puluh tujuan. Yang jauh lebih penting daripada pertanyaan siapa sebenarnya yang membunuh Yesus adalah pertanyaan: Apa
yang telah Allah capai bagi orang-orang berdosa seperti kita ini dengan
mengutus Anak-Nya untuk mati? Hal inilah yang akan menjadi perhatian
kita selanjutnya."
7
Copyright © momentum.or.id
Download