KOMUNIKASI SEBAGAI INTI KEPEMIMPINAN I. PENDAHULUAN Pentingnya studi komunikasi karena manusia tidak bisa hidup sendirian, ia harus hidup bersama manusia lain, baik demi kelangsungan hidupnya maupun demi keturunannya. Semakin besar suatu masyarakat berarti semakin banyak manusia yang dicakup, hal tersebut akan mengakibatkan semakin banyak masalah yang timbul akibat perbedaan-perbedaan. Ilmu komunikasi apabila diaplikasikan secara benar akan mampu mencegah dan menghilangkan konflik antarpribadi, antarkelompok, antarsuku, antarbangsa. Sangat sulit mencari salah satu aspek pekerjaan manajer yang tidak berkaitan dengan komunikasi. Berbagai masalah sering timbul apabila perintah keliru dimengerti, ketika olokan ringan dalam sebuah kelompok kerja menimbulkan kemarahan, atau ketika peringatan informal oleh manajer atasan tidak disampaikan dengan benar. Setiap situasi seperti itu disebabkan oleh kegagalan salah satu aspek selama berlangsungnya proses komunikasi. Oleh karena itu, yang menjadi persoalan sebenarnya bukan apakah manajer berkomunikasi atau tidak, karena komunikasi merupakan bagian dari fungsi organisasi. Persoalan sebenarnya adalah apakah manajer dapat berkomunikasi dengan baik atau tidak. Dengan kata lain, komunikasi sendiri tidak dapat dielakan dalam setiap fungsi, tetapi komunikasi itu mungkin efektif. Setiap manajer harus menjadi seorang komunikator. Meskipun terdapat kemajuan pesat dalam komunikasi dan teknologi informasi, komunikasi antara orang-orang di dalm sebuah organisasi tetap di perlukan. Komunikasi antara orang-orang tidak bergantung pada teknologi, tetapi lebih bergantung pada kekuatan dalam masyarakat dan lingkungannya. Komunikasi adalah “proses” yang terjadi “di dalam” masyarakat. II. PENGERTIAN KOMUNIKASI Kata atau istilah komunikasi (dari bahasa Inggris “communication”),secara etimologis atau menurut asal katanya adalah dari bahasa Latin communicatus, dan perkataan ini bersumber pada kata communis Dalam kata communis ini memiliki makna ‘berbagi’ atau ‘menjadi milik bersama’ yaitu suatu usaha yang memiliki tujuan untuk kebersamaan atau kesamaan makna. Komunikasi secara terminologis merujuk pada adanya proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Jadi dalam pengertian ini yang terlibat dalam komunikasi adalah manusia. Karena itu merujuk pada pengertian Ruben dan Steward(1998:16) mengenai komunikasi manusia yaitu: Human communication is the process through which individuals –in relationships, group, organizations and societies—respond to and create messages to adapt to the environment and one another. Bahwa komunikasi manusia adalah proses yang melibatkan individu-individu dalam suatu hubungan, kelompok, organisasi dan masyarakat yang merespon dan menciptakan pesan untuk beradaptasi dengan lingkungan satu sama lain. Untuk memahami pengertian komunikasi tersebut sehingga dapat dilancarkan secara efektif dalam Effendy(1994:10) bahwa para peminat komunikasi sering kali mengutip paradigma yang dikemukakan oleh Harold Lasswell dalam karyanya, The Structure and Function of Communication in Society. Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk untuk menjelaskan komunikasi ialah dengan menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect? Paradigma Lasswell di atas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu,yaitu: 1. Komunikator (siapa yang mengatakan?) 2. Pesan (mengatakan apa?) 3. Media (melalui saluran/ channel/media apa?) 4. Komunikan (kepada siapa?) 5. Efek (dengan dampak/efek apa?). Jadi berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, secara sederhana proses komunikasi adalah pihak komunikator membentuk (encode) pesan dan menyampaikannya melalui suatu saluran tertentu kepada pihak penerima yang menimbulkan efek tertentu. Beberapa definisi komunikasi adalah: Komunikasi adalah kegiatan pengoperan lambang yang mengandung arti/makna yang perlu dipahami bersama oleh pihak yang terlibat dalam kegiatan komunikasi (Astrid). Komunikasi adalah kegiatan perilaku atau kegiatan penyampaian pesan atau informasi tentang pikiran atau perasaan (Roben.J.G). Komunikasi adalah sebagai pemindahan informasi dan pengertian dari satu orang ke orang lain (Davis, 1981). Komunikasi adalah berusaha untuk mengadakan persamaan dengan orang lain (Schram,W) Komunikasi adalah penyampaian dan memahami pesan dari satu orang kepada orang lain, komunikasi merupakan proses sosial (Modul PRT, Lembaga Administrasi). III. PROSES KOMUNIKASI Proses komunikasi terdiri dari lima unsur yaitu komunikator, pesan, perantara, dan balikan (umpan balik). Komunikasi dapat diikhtisarkan secara sederhana sebagai berikut : Siapa.....mengatakan apa.....bagaimana caranya.....kepada siapa.....apa hasilnya?1. Untuk dapat mengkaji setiap unsur dalam proses itu, kita harus menelaah cara kerja komunikasi. Proses Komunikasi Siapa . . . Komunikator mengatakan apa . . . bagaimana caranya . . . Pesan Perantara kepada siapa . . . Penerima Balikan . . . apa akibatnya 1 Kelima soal ini mula-mula diajukan dalam tulisan H.D. Lasswell, Power and Personality (New York: W.W. Norton, 1948), hal. 37-51 Model Komunikasi Komunikator Pesan dan Perantara Penyandian Penguraian Sandi Penerima Balikan Unsur-unsur Komunikasi 1. Komunikator Dalam kerangka organisasi, komunikator haruslah seorang karyawan yang memiliki gagasan, maksud, informasi, dan tujuan berkomunikasi. 2. Penyandian (Encoding) Setelah adanya komunikator, harus ada penyandian yang menerjemahkan gagasan komunikator menjadi serangkaian tanda yang sistematis menjadi bahasa yang mengungkapkan tujuan komunikator. Bentuk utama penyandian adalah bahasa. Misalnya, seorang manajer sering mendapat informasi akuntansi, laporan penjualan, dan data komputer yang diterjemahkannya menjadi pesan. Dengan demikian, fungsi penyandian adalah menyediakan bentuk tertentu agar gagasan dan tujuan dapat diungkapkan sebagai sebuah pesan. 3. Pesan (Message) Hasil proses pembuatan berita adalah pesan. Tujuan komunikator diungkapkan dalam bentuk pesan, baik secara lisan (verbal) maupun tulisan (nonverbal). Banyak tujuan manajer berkomunikasi, misalnya bagaimana caranya agar orang lain memahami gagasan mereka sendiri atau gagasan mereka dapat diterima, atau untuk menghasilkan tindakan. Dengan demikian, pesan adalah hal-hal yang diharpakn komunikator untuk disampaikan kepada penerima tertentu, dan bentuk pastinya sebagian besar bergantung pada perantara yang dipakai untuk menyampaikan pesan tadi. Keputusan yang berkaitan dengan bentuk dan isi pesan tidak dapat di pisahkan. Akan tetapi, dapat juga terkirim pesan tidak sengaja yang terungkap secara diam-diam atau tanpa menghasilkan tindakan, dengan emisi khusus maupun keputusan yang tujuan dan sasarannya tidak dapat dicapai dan metodenya tidak dapat dipakai. 4. Perantara (Medium) Perantara adalah sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan. Organisasi menyediakan informasi kepada anggotanya dengan berbagai cara, termasuk komunikasi tatap muka, telepon, pertemuan kelompok, komputer, memo, pernyataan kebijaksanaan, sistem imbalan, jadwal produksi, dan ramalan penjualan. 5. Penguraian Sandi-Penerima Agar proses komunikasi dapat berlangsung dengan baik, pesan itu harus disandikan sesuai dengan penerima. Penguraian sandi adalah istilah teknis bagi proses pemikiran penerima. Jadi, penguraian sandi mencakup penafsiran. Para penerima menafsirkan (menguraikan sandi) pesan sesuai dengan pengalaman dan kerangka acuan mereka. Oleh karena itu, seorang tenaga penjual mungkin menguraikan sandi sebuah memo dari Direktur Utama perusahaan dengan cara yang lain dari seorang manajer produksi. Jika penguraian sandi itu semakin mendekati maksud yang ingin dicapai komunikator, semakin efektif pula proses komunikasi. Ini menunjukan betapa pentingnya komunikator untuk “berorientasi penerima”. 6. Balikan (Feedback) Dalam proses komunikasi diperlukan adanya balikan. Proses komunikasi satu arah adalah proses yang tidak memungkinkan adanya balikan dari penerima ke komunikator. Hal semacam ini dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya penyimpangan pesan yang dikehendaki dengan pesan yang diterima. Lingkaran balikan menyediakan saluran bagi tanggapan penerima sehingga memungkinkan komunikator untuk memutuskan apakah pesan itu sudah diterima dan telah menghasilkan tanggapan yang dikehendaki atau tidak. Proses komunikasi dua arah memungkinkan adanya balikan dari penerima ke komunikator. Ini adalah bagian utama argumentasi pro komunikasi ke atas yang diketengahkan. Bagi seorang manajer, balikan komunikasi dapat sampai dengan berbagai cara, dalam situasi tatap muka, balikan langsung yang dilakukan dengan saling berbicara, seperti komunikasi dengan cara halus melalui ekspresi wajah jika timbul rasa kurang puas atau kesalahpahaman. Selain itu, balikan tidak langsung (seperti menurunnya produksi, mutu produksi yang buruk, semakin banyak pekerja yang mangkir, atau meningkatnya omset, dan kurangnya koordinasi atau konflik di antara berbagai unit) mungkin menunjukkan kemacetan komunikasi. 7. Kegaduhan (Noise) Dalam rangka komunikasi manusiawi, kegaduhan dapat dianggap sebagai faktor yang mengganggu pesan yang dikehendaki. Kegaduhan dapat terjadi dalam setiap unsur komunikasi. Misalnya, seorang manajer yang terdesak oleh tekanan waktu, mungkin terpaksa bertindak tanpa berkomunikasi atau komunikasi yang dilakukan tergesa-gesa dengan informasi yang kurang lengkap. Atau bawahan mungkin mengartikan lain terhadap perkataan atau kalimat yang disampaikan seorang manajer. Ini adalah contoh kegaduhan dalam proses komunikasi. Proses komunikasi dikategorikan dengan peninjauan dari dua perspektif, yaitu : 1. Proses komunikasi dalam perspektif Psikologis Proses komunikasi perspektif ini terjadi pada diri komunikator dan komunikan. Ketika seorang komunikator berniat akan menyampaikan suatu pesan kepada komunikan, maka dalam dirinya terjadi suatu proses. Di muka telah ditegaskan bahwa pesan komunikasi terdiri dari dua aspek yakni isi pesan dan lemabang. Isi pesan umumnya adalah pikiran, sedangkan lambang umumnya adalah bahasa. Walter Lippman menyebut isi pesan itu “picture in our head”, sedangkan Walter Hagemann menamakannya “das Bewustseninhalte”. Proses”mengemas” atau “membungkus” pikiran dengan bahasa yang dilakukan komunikator itu dalam bahasa komunikasi dinamakan Encoding. Hasil encoding berpa pesan itu kemudian ia transmisikan atau operkan atau kirimkan kepada komunikan. Kini giliran komunikan terlibat dalam proses komunikasi interapersonal. Proses dalam diri komunikan disebut decoding seolah-olah membuka kemasan atau bungkus pesan yang ia terima dari komunikator tadi. Isi bungkusan tadi adalah pikiran komunikator. Apabila komunikan mengerti isi pesan atau pikiran komunikator, maka kumunikasi terjadi. Sebaliknya bilaman komunikan tidak mengerti, maka komunikasipun tidak terjadi. 2. Proses Komunikasi dalam Perspektif Mekanistis Proses ini berlangsung ketika komunikator mengoperkan dan melemparkan dengan bibir kalau lisan atau tangan jika tulisan pesannya sampai ditangan oleh komunikan. Penangkapan pesan dari komunikator oleh komunikan itudapat dilakukan dengan indera telinga atau indera mata atau indera lain-lainnya. Berangkat dari paradigma Lasswell, Effendy (1994:11-19) membedakan proses komunikasi menjadi dua tahap, yaitu: 1. Proses komunikasi secara primer Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah pesan verbal (bahasa), dan pesan nonverbal (kial/gesture, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya) yang secara langsung dapat/mampu menerjemahkan pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan. Seperti disinggung di muka, komunikasi berlangsung apabila terjadi kesamaan makna dalam pesan yang diterima oleh komunikan. Dengan kata lain , komunikasi adalah proses membuat pesan yang setala bagi komunikator dan komunikan. Prosesnya sebagai berikut, pertama-tama komunikator menyandi (encode) pesan yang akan disampaikan disampaikan kepada komunikan. Ini berarti komunikator memformulasikan pikiran dan atau perasaannya ke dalam lambang (bahasa) yang diperkirakan akan dimengerti oleh komunikan. Kemudian giliran komunikan untuk menterjemahkan (decode) pesan dari komunikator. Ini berarti ia menafsirkan lambang yang mengandung pikiran dan atau perasaan komunikator tadi dalam konteks pengertian. Yang penting dalam proses penyandian (coding) adalah komunikator dapat menyandi dan komunikan dapat menerjemahkan sandi tersebut (terdapat kesamaan makna). Wilbur Schramm (dalam Effendy, 1994) menyatakan bahwa komunikasi akan berhasil (terdapat kesamaan makna) apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator cocok dengan kerangka acuan (frame of reference) , yakni paduan pengalaman dan pengertian (collection of experiences and meanings) yang diperoleh oleh komunikan. Schramm menambahkan, bahwa bidang (field of experience) merupakan faktor penting juga dalam komunikasi. Jika bidang pengalaman komunikator sama dengan bidang pengalaman komunikan, komunikasi akan berlangsung lancar. Sebaliknya, bila bidang pengalaman komunikan tidak sama dengan bidang pengalaman komunikator, akan timbul kesukaran untuk mengerti satu sama lain. Sebagai contoh seperti yang diungkapkan oleh Sendjaja(1994:33)yakni : Si A seorang mahasiswa ingin berbincang-bincang mengenai perkembangan valuta asing dalam kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi. Bagi si A tentunya akan lebih mudah dan lancar apabila pembicaraan mengenai hal tersebut dilakukan dengan si B yang juga sama-sama mahasiswa. Seandainya si A tersebut membicarakan hal tersebut dengan si C, sorang pemuda desa tamatan SD tentunya proses komunikaasi tidak akan berjalan sebagaimana mestinya seperti yang diharapkan si A. Karena antara si A dan si C terdapat perbedaan yang menyangkut tingkat pengetahuan, pengalaman, budaya, orientasi dan mungkin juga kepentingannya. Contoh tersebut dapat memberikan gambaran bahwa proses komunikasiakan berjalan baik atau mudah apabila di antara pelaku (sumber dan penerima) relatif sama. Artinya apabila kita ingin berkomunikasi dengan baik dengan seseorang, maka kita harsu mengolah dan menyampaikan pesan dalam bahasa dan cara-cara yang sesuai dengan tingkat pengetahuan, pengalaman, orientasi dan latar belakang budayanya. Dengan kata lain komunikator perlu mengenali karakteristik individual, sosial dan budaya dari komunikan. 2. Proses komunikasi sekunder Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Seorang komunikator menggunakan media ke dua dalam menyampaikan komunikasike karena komunikan sebagai sasaran berada di tempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak. Surat, telepon, teleks, surat kabar, majalah, radio, televisi, film, dsb adalah media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi. Proses komunikasi secara sekunder itu menggunakan media yang dapat diklasifikasikan sebagai media massa (surat kabar, televisi, radio, dsb.) dan media nirmassa (telepon, surat, megapon, dsb.) IV. Hambatan Komunikasi 1. Hambatan dari Proses Komunikasi Hambatan dari pengirim pesan, misalnya pesan yang akan disampaikan belum jelas bagi dirinya atau pengirim pesan, hal ini dipengaruhi oleh perasaan atau situasi emosional. Hambatan dalam penyandian/simbol Hal ini dapat terjadi karena bahasa yang dipergunakan tidak jelas sehingga mempunyai arti lebih dari satu, simbol yang dipergunakan antara si pengirim dan penerima tidak sama atau bahasa yang dipergunakan terlalu sulit. Hambatan media, adalah hambatan yang terjadi dalam penggunaan media komunikasi, misalnya gangguan suara radio dan aliran listrik sehingga tidak dapat mendengarkan pesan. Hambatan dalam bahasa sandi. Hambatan terjadi dalam menafsirkan sandi oleh si penerima Hambatan dari penerima pesan, misalnya kurangnya perhatian pada saat menerima /mendengarkan pesan, sikap prasangka tanggapan yang keliru dan tidak mencari informasi lebih lanjut. Hambatan dalam memberikan balikan. Balikan yang diberikan tidak menggambarkan apa adanya akan tetapi memberikan interpretatif, tidak tepat waktu atau tidak jelas dan sebagainya. 2. Hambatan Fisik Hambatan fisik dapat mengganggu komunikasi yang efektif, cuaca gangguan alat komunikasi, dan lain lain, misalnya: gangguan kesehatan, gangguan alat komunikasi dan sebagainya. 3. Hambatan Semantik. Kata-kata yang dipergunakan dalam komunikasi kadang-kadang mempunyai arti mendua yang berbeda, tidak jelas atau berbelit-belit antara pemberi pesan dan penerima. 4. Hambatan Psikologis Hambatan psikologis dan sosial kadang-kadang mengganggu komunikasi, misalnya; perbedaan nilai-nilai serta harapan yang berbeda antara pengirim dan penerima pesan. Cara Mengatasi Hambatan Komunikasi 1. Membuat suatu pesan secara berhati-hati, tentukan maksud dan tujuan komunikasi serta komunikan yang akan dituju. 2. Meminimalkan gangguan dalam proses komunikasi, komunikator harus berusahadapat membuat komunikan lebih mudah memusatkan perhatian pada pesan yang disampaikan sehingga penyampaian pesan dapat berlangsung tanpa gangguan yang berarti. 3. Mempermudah upaya umpan balik antara si pengirim dan si penerima pesan, Cara dan waktu penyampaian dalam komunikasi harus direncanakan dengan baik agar mengahasilkan umpan balik dari komunikan sesuai harapan. V. Jenis-Jenis Komunikasi Pada dasarnya komunikasi digunakan untuk menciptakan atau meningkatkan aktifitas hubungan antara manusia atau kelompok Jenis komunikasi terdiri dari: Komunikasi verbal dengan kata-kata Komunikasi non verbal disebut dengan bahasa tubuh Komunikasi Verbal mencakup aspek-aspek berupa ; Vocabulary (perbendaharaan kata-kata). Komunikasi tidak akan efektif bila pesan disampaikan dengan kata-kata yang tidak dimengerti, karena itu olah kata menjadi penting dalam berkomunikasi. Racing (kecepatan). Komunikasi akan lebih efektif dan sukses bila kecepatan bicara dapat diatur dengan baik, tidak terlalu cepat atau terlalu lambat. Intonasi suara: akan mempengaruhi arti pesan secara dramatik sehingga pesan akan menjadi lain artinya bila diucapkan dengan intonasi suara yang berbeda. Intonasi suara yang tidak proposional merupakan hambatan dalam berkomunikasi. Humor: dapat meningkatkan kehidupan yang bahagia. Dugan (1989), memberikan catatan bahwa dengan tertawa dapat membantu menghilangkan stress dan nyeri. Tertawa mempunyai hubungan fisik dan psikis dan harus diingat bahwa humor adalah merupakan satu-satunya selingan dalam berkomunikasi. Singkat dan jelas. Komunikasi akan efektif bila disampaikan secara singkat dan jelas, langsung pada pokok permasalahannya sehingga lebih mudah dimengerti. Timing (waktu yang tepat) adalah hal kritis yang perlu diperhatikan karena berkomunikasi akan berarti bila seseorang bersedia untuk berkomunikasi, artinya dapat menyediakan waktu untuk mendengar atau memperhatikan apa yang disampaikan. Komunikasi Non Verbal Komunikasi non verbal adalah penyampaian pesan tanpa kata-kata dan komunikasi non verbal memberikan arti pada komunikasi verbal. Yang termasuk komunikasi non verbal : Ekspresi wajah Wajah merupakan sumber yang kaya dengan komunikasi, karena ekspresi wajah cerminan suasana emosi seseorang. Kontak mata, merupakan sinyal alamiah untuk berkomunikasi. Dengan mengadakan kontak mata selama berinterakasi atau tanya jawab berarti orang tersebut terlibat dan menghargai lawan bicaranya dengan kemauan untuk memperhatikan bukan sekedar mendengarkan. Melalui kontak mata juga memberikan kesempatan pada orang lain untuk mengobservasi yang lainnya Sentuhan adalah bentuk komunikasi personal mengingat sentuhan lebih bersifat spontan dari pada komunikasi verbal. Beberapa pesan seperti perhatian yang sungguh- sungguh, dukungan emosional, kasih sayang atau simpati dapat dilakukan melalui sentuhan. Postur tubuh dan gaya berjalan. Cara seseorang berjalan, duduk, berdiri dan bergerak memperlihatkan ekspresi dirinya. Postur tubuh dan gaya berjalan merefleksikan emosi, konsep diri, dan tingkat kesehatannya. Sound (Suara). Rintihan, menarik nafas panjang, tangisan juga salah satu ungkapan perasaan dan pikiran seseorang yang dapat dijadikan komunikasi. Bila dikombinasikan dengan semua bentuk komunikasi non verbal lainnya sampai desis atau suara dapat menjadi pesan yang sangat jelas. Gerak isyarat, adalah yang dapat mempertegas pembicaraan . Menggunakan isyarat sebagai bagian total dari komunikasi seperti mengetuk-ngetukan kaki atau mengerakkan tangan selama berbicara menunjukkan seseorang dalam keadaan stress bingung atau sebagai upaya untuk menghilangkan stress KOMUNIKASI TOP-DOWN DAN BOTTOM UP Pola saluran komunikasi dibagi menjadi formal dan informal. Pola Formal yaitu komunikasi top-down yang berbetuk prosedur dan perintah, sifatnya sederhana dan tidak bertele-tele, cara penyampaian melalui lisan (wawancara atau percakapan) atau tulisan (memo, buku manual, surat, dan pengumuman); komunikasi bottom up yang digunakan untuk mencari solusi, memberikan kepercayaan pada karyawan, kelemahannya karyawan tidak mau memberikan masalah karena bisa mempengaruhi prestasi mereka; komunikasi horizontal yang dilakuakan antar divisi dalam organisasi untuk persuasi, penukaran informasi, bersifat koordinatif dan terjadi pada divisi-divisi yang memiliki ketergantungan tinggi; komunikasi diagonal yang melibatkan 2 tingkat berbeda dalam organisasi, kelebihannya masalah cepat selesai dan manajer bisa mengetahui penyimpangan yang ada, terjadi pada organisasi skala besar. Pola Informal adalah komunikasi dalam organisasi yang sering terjadi pada saat istirahat, pesan bersifat umum dan fleksibel, berguna untuk memonito organisasi. Untuk meningktkan komunikasi dalam organisasi setiap komunikator harus menilai kelemahan dan kelebihan diri dengan memperhatikan pengalaman dan lainnya. Komunikator sebaiknya sering melakukan latihan dan praktik. Ketrampilan yang dibutuhkan untuk komunikasi yang baik adalah membaca., mendengar, membuat percakapan yang menarik, wawacara, diskusi, presentasi, dan menulis surat ata memo. Pada kegiatan rutin banyak digunakan kertas untuk berkomunikasi. Oleh karena itu ada beberapa cara yang bisa digunakan agar lebih efisien yaitu dengan memberikan pelatihan pada petugas tentang komunikasi, mendelegasikan tanggungjawab, memberikan kepercayaan kepada karyawan agar manajer tidak kerepotan, melalui instruksi memberikan kejelasan tentang tugas, mengevaluai prioritas pesan. Awalnya ada 2 cara yang bisa dilakukan untuk mengangani krisis yaitu dengan diam atau merespon apa yang terjadi dengan cepat. Selanjutnya perusahaan menciptakan tim yang cekatan, dengan segera manajemen puncak mengambil tindakan, membangun pusat informasi sebagai representasi perusahaan dengan alat bantu elektronik, menceritakan kejadian secara terbuka, dan menunjukkan keseriusan melalui tindakan.